BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata ...€¦ · 2.1.1.1 Pengertian IPA. Menurut...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata ...€¦ · 2.1.1.1 Pengertian IPA. Menurut...
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Mata Pelajaran IPA untuk Sekolah Dasar
2.1.1.1 Pengertian IPA
Menurut Wahyana dalam Trianto ( 2010: 136) IPA adalah suatu kumpulan
pengetahuan tersusun secara sistematik dan dalam penggunaannya secara
umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai
oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap
ilmiah. Menurut Powler dalam Samatowa (2009: 3) IPA merupakan ilmu yang
berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun
secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan
eksperimen/sistematis.
Ilmu pengetahuan alam atau Sains (science) diambil dari kata latin
Scientia" yang arti harfiahnya adalah pengetahuan, tetapi kemudian
berkembang menjadi khusus Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains. Sund dan
Trowbribge (2009) merumuskan bahwa Sains merupakan kumpulan
pengetahuan dan proses. Sedangkan Kuslan Stone menyebutkan bahwa Sains
adalah kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan
mempergunakan pengetahuan itu. Sains merupakan produk dan proses yang
tidak dapat dipisahkan, "Real Science is both product and process, inseparably
Joint" (Suprijono, 2003).
Ilmu pengetahuan alam atau Sains dalam arti sempit merupakan disiplin
ilmu yang terdiri dari physical sciences (ilmu fisik) dan life sciences (ilmu
biologi). Ilmu pengetahuan alam yang termasuk physical sciences adalah
ilmu-ilmu astronomi, kimia, geologi, mineralogi, meteorologi, dan fisika,
sedangkan life science meliputi biologi (anatomi, fisiologi, zoologi, citologi,
embriologi, mikrobiologi).
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut penulis menyimpulkan IPA
adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum
8
terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah
seperti oberservasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa
ingin tahu, terbuka, dan jujur. Dengan begitu, pendidikan IPA di SD
diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri dan alam
sekitar.
2.1.1.2 Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Tujuan mata pelajaran IPA menurut Permendiknas nomor 22 tahun 2006
adalah sebagai berikut:
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebeseran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan dan ciptaan Nya
2. Mengembangkan pegetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi dan masyarakat.
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah, dan membuat keputusan.
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga
dan melestarikan lingkungan.
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
Menurut Kurikulim Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 ruang
lingkup mata pelajaran IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut:
1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan,
dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas.
3. Energi dan perubahannya, yang meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet,
listrik, cahaya dan pesawat sederhana.
4. Bumi dan alam semesta, yang meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan
benda-benda langit lainnya.
Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi (1) makhluk hidup
dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksinya
dengan lingkungan, serta kesehatan, (2) benda/materi, sifat-sifat dan
kegunaanya meliputi: cair, padat, dan gas, (3) energi dan perubahannya
9
meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana,
(4) bumi dan alam semesta, meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda
langit lainnya (BNSP: 2006).
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
pengajaran IPA mempunyai tujuan untuk menanamkan sikap ilmiah pada siswa
dan nilai positif melalui proses IPA dalam memecahkan masalah. Siswa akan
selalu tertarik dengan lingkungan dan siswa akan mengenal serta dapat
memanfaatkan lingkungan sebagai sumber ilmu dan sumber belajar. Demikian
juga dalam diri siswa akan dapat mengembangkan pikiran melalui lingkungan
yang banyak memberikan pengalaman terhadap diri siswa dengan cara
berinteraksi langsung dan dapat dirasakan siswa.
2.1.2 Model Pembelajaran PBL
2.1.2.1 Pengertian Model Pembelajaran PBL
Menurut Sanjaya (2006: 212), PBL merupakan rangkaian aktivitas
pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang
dihadapi secara ilmiah. Ada tiga ciri utama pembelajaran PBL. Pertama:
merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran; artinya dalam implementasinya
ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. Dalam pembelajaran PBL
menuntut siswa secara aktif terlibat berkomunikasi, mengembangkan daya
pikir, mencari dan mengolah data serta menyusun kesimpulan bukan hanya
sekedar mendengarkan, mencatat, atau menghafal materi pemebelajaran.
Kedua: Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Tanpa
masalah pembelajaran tidak akan terjadi. Ketiga: Pemecahan masalah
dilakukan dengan pendekatan berpikir ilmiah. Proses berpikir ini dilakukan
secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya cara berpikir melalui tahapan
– tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah
didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
Dilihat dari aspek psikologi belajar, PBL didasarkan pada psikologi
kognitif yang berangkat dari asumsi bahwa belajar adalah proses perubahan
tingkah laku berkat adanya pengalaman. Belajar bukan sekedar menghafal
10
sejumlah fakta tetapi suatu proses interaksi secara sadar antara individu dengan
lingkungannya. Melalui PBL, diharapkan siswa dapat berkembang di berbagai
aspek baik kognitif, afektif maupun psikomotor melalui penghayatan problema
yang dihadapinya. Sanjaya (2006: 214) memberi batasan, hakekat
permasalahan yang diangkat dalam PBL adalah gap atau kesenjangan antara
situasi nyata dengan situasi yang diharapkan, atau antara yang terjadi dengan
harapan. Kesenjangan tersebut dapat dirasakan dari adanya keresahan, keluhan,
kecemasan atau kerisauan. Untuk mengetahui adanya masalah dan kesenjangan
maka pembelajaran harus diawali dengan penyajian konsep, informasi serta
teori – teori yang seharusnya, sehingga siswa secara mudah dituntun untuk
menyandingkan dengan kondisi yang terjadi, baru muncuk masalah. Dengan
demikian secara keseluruhan sumber dan materi PBL tidak hanya terbatas pada
buku teks saja tetapi lebih luas; bisa dari media massa, nara sumber serta
keadaan riil masyarakat.
Menurut Sanjaya (2006: 214) kriteria pemilihan bahan pembelajaran yang
akan disajikan melalui PBL adalah sebagai berikut:
1) Bahan pelajaran mengandung isu – isu yang mengandung konflik
yang bisa bersumber dari media massa, rekaman, berita maupun
kondisi riil masyarakat.
2) Bahan pelajaran familier dengan siswa sehingga siswa dapat
mengikuti pelajaran dengan baik.
3) Bahan pelajaran menyangkut kepentingan atau berkaitan dengan
orang banyak sehingga terasa manfaatnya.
4) Bahan pelajaran mendukung kompetensi yang diajarkan atau yang
termuat dalam kurikulum.
5) Bahan pelajaran merangsang minat siswa sehingga siswa tertarik
untuk memecahkan masalah yang disajikan melalui pembelajaran.
Berdasarkan Peraturan Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 22
Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
kompetensi siswa yang diharapkan apabila diterapkan PBL adalah:
1) Siswa tidak hanya dapat mengingat materi pembelajaran tetapi untuk
dapat memahami dan menguasai secara penuh.
2) Siswa mengembangkan pola berpikir rasional yaitu kemampuan
11
menganalisis situasi, menerapkan pengetahuan yang mereka kuasai
dalam situasi baru, mengenal perebedaan antara fakta dengan
pendapat serta mengembangkan kemampuan mengambil keputusan
secara obyektif.
3) Siswa dapat mengembangkan kemampuan memecahkan masalah serta
mengembangkan tentang intelektualnya.
4) Siswa dapat memahami hubungan antara yang dipelajari dengan
kenyataan dalam kehidupan.
Menurut peneliti PBL adalah suatu model pembelajaran yang menekankan
pada proses penyelesaian suatu masalah dengan metode ilmiah dimana masalah
tersebut berasal dari dunia nyata yang dialami siswa sehari – hari sehingga
mampu merangsang proses berpikir kritis dan analitis.
2.1.2.2 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran PBL
Menurut Sanjaya (2006) yang menyebutkan bahwa sebagai suatu model
pembelajaran, PBL memiliki kelebihan dan kekurangan, diantaranya:
1) Kelebihan dari model Problem Based Learning
a) Menantang kemampuan siswa serta memberiakan kepuasan untuk
menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
b) Meningkatkan motivasi dan aktivitas pembelajaran siswa.
c) Membantu siswa dalam mentransfer pengetahuan siswa untuk
memahami masalah dunia nyata.
d) Membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan
bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
Disamping itu, PBM dapat mendorong siswa untuk melakukan
evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya.
e) Mengembangkan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan
kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
f) Memberi kesempatan bagi siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan
yang mereka miliki dalam dunia nyata.
12
g) Mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar
sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.
h) Memudahkan siswa untuk menguasai konsep-konsep yang di pelajari
guna memecahkan masalah dunia nyata.
Disamping kelebihan di atas, PBL juga memiliki kelemahan, diantaranya:
2) Kekurangan dalam model Problem Based Learning
a) Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai
kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan,
maka mereka akan merasa enggan untuk mencobanya.
b) Untuk sebagian siswa beranggapan bahwa tanpa pemahaman
mengenai materi yang diperlukaan untuk menyelesaikan masalah
mengapa mereka harus berusaha untuk memecahkan masalah yang
sedang dipelajari, maka mereka akan belajar apa yang mereka ingin
pelajari.
2.1.2.3 Prinsip Dasar Pembelajaran PBL
Terdapat beberapa konsep mendasar yang perlu diperhatikan dan
diupayakan oleh guru dalam melaksanakan PBL di dalam kelas. Prinsip -
prinsip dasar Pembelajaran PBL menurut Amir (2009: 24) adalah sebagai
berikut:
1) Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas
Memastikan setiap anggota memahami berbagai istilah dan konsep
yang ada pada masalah. Langkah pertama ini agar setiap siswa
memandang yang sama atas istilah atau konsep yang ada dalam
masalah.
2) Merumuskan masalah
Fenomena yang ada dalam masalah menuntut penjelasan hubungan –
hubungan apa yang terjadi di antara fenomena itu. Kadang-kadang ada
yang masih belum nyata antara fenomenanya atau ada sub masalah
yang harus diperjelas dahulu.
3) Menganalisis masalah
Anggota mengeluarkan pengetahuan terkait apa yang sudah dimiliki
anggota tentang masalah. Terjadi diskusi yang membahas informasi
faktual (yang tercantum pada masalah), dan juga informasi yang ada
13
dalam pikiran anggota. Anggota kelompok mendapatkan kesempatan
melatih bagaimana menjelaskan, melihat alternatif atau hipotesis yang
terkait dengan masalah.
4) Menata gagasan secara sistematis dan menganalisisnya dengan dalam
Bagian yang sudah dianalisis dilihat keterkaitannya satu sama lain,
dikelompokkan, mana yang saling menunjang, mana yang
bertentangan. Analisis adalah upaya memilah – milah sesuatu menjadi
bagian-bagian yang membentuknya.
5) Memformulasikan tujuan pembelajaran
Kelompok dapat merumuskan tujuan pembelajaran karena kelompok
sudah tahu pengetahuan mana yang masih kurang, dan mana yang
masih belum jelas. Tujuan pembelajaran akan dikaitkan dengan
analisis masalah yang dibuat. Inilah yang menjadi dasar gagasan yang
akan dibuat laporan.
6) Mencari informasi tambahan dari sumber yang lain
Setiap anggota harus mampu belajar sendiri dengan efektif untuk
tahapan ini agar mendapatkan informasi yang relevan.
7) Mensintesa ( menggabungkan ) dan menguji informasi baru serta
membuat laporan hasil diskusi
Laporan hasil diskusi kelompok dipresentasikan dihadapan anggota
kelompok lain. Kelompok yang lainnya akan mendapatkan informasi-
informasi baru dari hasil diskusi ini. Keterampilan yang dibutuhkan
dalam tahap ini adalah bagaimana meringkas, mendiskusikan dan
meninjau ulang hasil diskusi untuk nantinya disajikan di depan kelas.
Berdasarkan paparan uraian di atas, maka dapat dilihat bahwa prinsip
dasar pembelajaran PBL yang perlu diperhatikan adalah konsepsi dari masalah
itu sendiri, kemudian tujuan yang ingin dipelajari, sumber informasi tambahan,
serta kemampuan mensintesa dan menguji informasi baru dan yang terakhir
laporan hasil diskusinya.
2.1.2.4 Langkah – langkah Implementasi PBL
Ibrahim dan Nur (2003: 13) dan Ismail (2002:1) dalam Rusman (2014:
243) mengemukakan bahwa langkah-langkah Problem Based Learning adalah
sebagai berikut.
14
Tabel 2 Langkah-langkah Problem Based Learning
Fase Indikator Tingkah Laku Guru
1 Orientasi siswa pada
masalah
Menjelaskan tujuan pembelajaran,
menjelaskan logistik yang diperlukan,
dan memotivasi siswa terlibat pada
aktivitas pemecahan masalah
2 Mengorganisasi siswa
untuk belajar
Membantu siswa mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut
3 Membimbing
pengalaman individual/
kelompok
Mendorong siswa untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai, melaksanakan
eksperimen untuk mendapatkan
penjelasan dan pemecahan masalah
4 Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
Membantu siswa dalam merencanakan
dan menyiapkan karya yang sesuai
seperti laporan, dan membantu mereka
untuk berbagai tugas dengan temannya
5 Menganalisis dan
mengevaluasi proses
pemecahan masalah
Membantu siswa untuk melakukan
refleksi atau evaluasi terhadap
penyelidikan mereka dan proses yang
mereka gunakan.
Dari langkah-langkah diatas, Ibrahim dan Nur (2002) dalam Rusman
(2014: 242) juga telah mengemukakan tujuan PBL secara lebih rinci, yaitu: (1)
membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir dan memecahkan
masalah; (2) belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka
dalam pengalaman nyata; (3) menjadi para siswa yang otonom.
15
2.1.2.5 Sintak Penerapan Model Pembelajaran PBL dalam Mata
Pelajaran IPA Berdasarkan Standar Proses
Berdasarkan standar proses, kisi-kisi pembelajaran dengan model
pembelajaran PBL dalam mata pelajaran IPA adalah sebagai berikut:
No
Langkah-
langkah
Pembelajaran
Perilaku Guru
1. Kegiatan Awal
Pembelajaran
- Guru memberikan salam kepada siswa
- Guru mengkondisikan kelas
- Guru menanyakan tentang cuaca alam sekitar
- Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang
akan di capai
- Guru menyampaikan cara pembelajaran dengan
model pembelajaran PBL
2. Kegiatan Inti
Pembelajaran
Eksplorasi
- Guru menjelaskan sarana dan perlengkapan
yang diperlukan
- Guru menggali pengetahuan awal siswa tentang
peristiwa alam yang terjadi di Indonesia
- Siswa menyebutkan peristiwa alam yang terjadi
di Indonesia
- Siswa membedakan peristiwa alam ada yang
dapat di cegah dan ada yang tidak dapat dicegah
Elaborasi
- Siswa dibagi dalam 6 kelompok
- Guru menjelaskan langkah pelaksanaan diskusi
dan membagikan perlengkapan
- Masing-masing kelompok memilih masalah
yang telah disediakan
- Siswa berdiskusi dalam kelompok dan guru
16
berkeliling untuk mengamati, membimbing dan
membantu siswa dan memerlukan
- Siswa terlibat aktif dalam memberikan ide untuk
pembahasan masalah yang didiskusikan.
- Siswa dan mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah yang telah dipilih
(menetapkan topik, tugas, jadwal, dan lain-lain)
- Siswa untuk mengumpulkan informasi yang
sesuai, untuk mendapatkan penjelasan dalam
pemecahan masalah, pengumpulan data,
hipotesis, pemecahan masalah
- Siswa merencanakan dan menyiapkan karya
yang sesuai seperti laporan dan mereka berbagi
tugas dengan anggota satu kelompok
Konfirmasi
- Siswa mempresentasikan hasil laporan diskusi
kelompok
- Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi
atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan
proses yang mereka lalui
3. Penutup - Guru bersama siswa membuat kesimpulan hasil
kegiatan pembelajaran secara bersama-sama
- Guru memberikan penguatan dan penghargaan
kepada siswa
- Guru memberikan evaluasi akhir kepada siswa
- Siswa mengerjakan soal evaluasi yang di
berikan guru sesuai dengan materi yang sudah
didapatkan
17
2.1.3 Hasil Belajar
2.1.3.1 Pengertian Hasil Belajar
Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan
penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Nana Syaodih
Sukmadinata (2005) menyebutkan bahwa sebagian terbesar perkembangan
individu berlangsung melalui kegiatan belajar. Menurut Dimyati dan Mudjiono
(2009: 41), “Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat
dari proses belajar”. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru
dan mengatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan aktual yang diukur
secara langsung. Menurut Hamalik (2006: 3) hasil belajar adalah bila seseorang
telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya
dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Pendapat beberapa para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah perubahan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa, setelah siswa
menerima pengalaman belajarnya dari hal yang tidak tahu menjadi tahu. Hasil
belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam
mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah
memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku. Sedangkan
menurut Winataputra (2008) belajar adalah proses yang dilakukan oleh
manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies, skills, and attitude.
Kemampuan (competencies), keterampilan (skills), dan sikap (attitude) tersebut
diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa
tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat.
Dari beberapa pengertian belajar di atas maka dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang dilakukan oleh
seseorang sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku yang berbeda antara
sesudah belajar dan sebelum belajar. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan,
nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.
Menurut Hamalik (2006) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan
terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu
menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Hasil belajar adalah
18
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau
kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila
siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku
yang lebih baik lagi.
Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran.
Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada
guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya
melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat
menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk
keseluruhan kelas maupun individu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu:
1. Faktor Internal (dari dalam individu yang belajar).
Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada
faktor dari dalam individu yang belajar. Adapun faktor yang
mempengaruhi kegiatan tersebut adalah faktor psikologis, antara lain
yaitu: motivasi, perhatian, pengamatan, tanggapan dan lain
sebagainya.
2. Faktor Eksternal (dari luar individu yang belajar).
Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan
belajar yang kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar
siswa. Adapun faktor yang mempengaruhi adalah mendapatkan
pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan, dan pembentukan
sikap (Sudjana, 2004).
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah
dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau
bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam
membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik
lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja
yang lebih baik.
19
2.1.3.2 Hubungan Antara Model Pembelajaran PBL dengan Hasil
Belajar IPA
Hubungan antara model pembelajaran PBL dengan hasil belajar IPA
sangat berkaitan. Pada pembelajaran dengan menggunakan model PBL ini
merupakan pembelajaran yang mengarahkan pada perkembangan keterampilan
belajar siswa untuk kritis dan aktif serta mampu mengolah kemampuan siswa
dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan kehidupan dunia nyata.
Pembelajarannya tidak hanya terpaku pada teori saja, tetapi juga berdasarkan
pengalamannya belajarnya di kehidupan sehari-hari.
2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Terdapat beberapa penelitian pendahulu yang meneliti tentang PBL,
diantaranya adalah:
Annisa Septiana Mulyasari melakukan penelitian yang berjudul
“Peningkatan Hasil Belajar IPA melalui Metode Problem Based Learning
(PBL) Materi Gaya pada Siswa Kelas 4 SD Negeri Begalon 1 No 240
Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012”. Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh peneliti diperoleh kesimpulan bahwa penerapan pembelajaran
PBL dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 4 SD N Begalon 1
Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012. Kelebihan dari penelitian ini adalah
pembelajaran dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan
untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa, membantu siswa untuk
mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam
pembelajaran yang mereka lakukan dan membantu siswa dalam menstransfer
pengetahuan siswa untuk memahami masalah yang sering terjadi di dunia
nyata. Sehingga pembelajaran yang diterima siswa tidak akan mudah
terlupakan karena siswa mengalami dan menemukan sendiri pengetahuan baru
yang telah siswa dapatkan. Kelemahan dari penelitian ini adalah ketika siswa
tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang
dipelajari terasa sulit untuk dipecahkan, maka siswa akan merasa enggan untuk
mencobanya. Apabila siswa sudah enggan untuk mencobanya, maka siswa
20
akan merasa kesulitan dalam memahami pembelajaran yang diberikan.
Kemudian hal ini akan berdampak pada saat dilakukannya tahap evaluasi
dimana siswa yang minat belajarnya kurang ini akan memperoleh hasil belajar
yang rendah pula.
Linda Rachmawati melakukan penelitian yang berjudul “Penerapan Model
Problem Based Learning untuk meningkatkan pembelajaran IPA Siswa Kelas 5
SDN Pringapus 2 Kecamatan Dongko Kabupaten Trenggalek” pada Tahun
2011/2012. Hasil penelitian Linda Rachmawati terhadap SDN Pringapus 2
Kabupaten Trenggalek Kelas 5 menunjukkan peningkatan hasil belajar pada
mata pelajaran IPA. Kelebihan dari penelitian adalah dapat meningkatkan
motivasi dan aktivitas pembelajaran siswa, mengembangkan kemampuan siswa
untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan untuk dapat
menyesuaikan diri dengan pengetahuan baru, memberikan kesempatan bagi
siswa untuk secara terus-menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan
formal telah berakhir. Sedangkan kelemahannya adalah terletak pada subjek
penelitian yang hanya berjumlah 12 siswa saja.
Eni Wulandari melakukan penelitian untuk skripsinya yang berjudul
“Penerapan Model Problem Based Learning pada Pembelajaran IPA Siswa
Kelas 5 di SDN Mudal Kecamatan Purworejo Kabupaten Purworejo Tahun
Pelajaran 2011/2012”. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat dikatakan
bahwa penggunaan model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran IPA Kelas 5 di SDN Mudal Kecamatan
Purworejo Kabupaten Purworejo. Kelebihan pada penelitian ini yaitu dengan
adanya penggunaan Problem Based Learning akan dapat memudahkan siswa
dalam menguasai konsep-konsep yang dipelajari guna memecahkan masalah
dunia nyata. Sedangkan kelemahan penelitian ini adalah terletak pada siswa
yang kurang termotivasi untuk belajar menjadikan enggan untuk berpikir kritis
dan kreatif sehingga akan kesulitan mengikuti proses kegiatan Problem Based
Learning.
Gede Gunantara melakukan penelitian yang berjudul “Penerapan Model
Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan
21
Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas V”. Berdasarkan hasil analisis
data dan pembahasan yang telah disajikan, maka dapat ditarik simpulan bahwa
penerapan pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah siswa kelas V di SD Negeri 2 Sepang.
Kelebihan dari penelitian ini ditunjukan dengan meningkatnya kemampuan
siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan aktif dan antusias dari semua
siswa. Sedangkan kelemahannya adalah pada siklus pertama masih ada yang
siswa yang kurang disiplin saat dalam kelompok.
Rizka Vitasari melakukan penelitian yang berjudul “Peningkatan
Keaktifan Dan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Problem Based
Learning Siswa Kelas V Sd Negeri 5 Kutosari”. Berdasarkan hasil penelitian
dan pembahasan yang telah diuraikan menyimpulkan bahwa Pembelajaran
matematika dengan menerapkan model Problem Based Learning dapat
meningkatkan keaktifan dan hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri
5 Kutosari, Kebumen. Kelebihan dari penelitian ini adalah dapat meningkatkan
keaktifan dan hasil belajar matematika siswa. Sedangkan kelemahannya adalah
terletak pada subjek penelitian yang hanya berjumlah 16 siswa.
No Peneliti Tahun Variabel
Hasil penelitian X Y
1. Annisa
Septiana
Mulyasari
2012 PBL Hasil belajar Kondisi awal sebelum
dilaksanakan tindakan
nilai rata-rata siswa
28,89%, siklus I nilai
rata-rata kelas 67,33%
dengan persentase
ketuntasan sebesar
53,33%, kemudian pada
siklus II nilai rata-rata
kelas meningkat lagi
22
menjadi 73,33% dengan
persentase ketuntasan
sebesar 82,22%.
2. Linda
Rachmawati
2012 PBL Hasil belajar Peningkatan skor
keberhasilan guru pada
siklus I yaitu 76,65
menjadi 93,3 pada siklus
II. Aktivitas siswa
meningkat dari 58,6 pada
siklus I menjadi 71,4
pada siklus II. Dan hasil
belajar siswa juga
meningkat dari rata-rata
63,4 pada siklus I
menjadi rata-rata 80,94
pada siklus II.
3. Eni
Wulandari
2012 PBL Hasil belajar Peningkatan rata-rata
nilai yang cukup
signifikan dari 38,09%
pada siklus I menjadi
nilai rata-rata kelas
47,62% pada siklus II
dan 73,02% pada siklus
III.
4. Gede
Gunantara
2013 PBL Kemampuan
pemecahan
masalah
Kenaikan rata-rata nilai
kemampuan pemecahan
masalah siswa pada
siklus I (70,00) menjadi
(86,42) pada siklus II.
Rata-rata kemampuan
23
pemecahan masalah
mengalami peningkatan
sebesar 16,42% dari
siklus I ke siklus II.
5. Rizka
Vitasari
2013 PBL Keaktifan
dan Hasil
belajar
Kegiatan guru sudah
mencapai persentase
ketuntasan sebesar
94,3% dan pada kegiatan
siswa sudah mencapai
88,2%. Begitu juga
dengan peningkatan
keaktifan siswa sudah
berhasil optimal karena
pada keaktifan siswa
sudah mencapai
persentase ketuntasan
sebesar 90,5% dan pada
hasil hasil belajar
matematika sudah
mencapai 85,4%.
Berdasarkan penelitian – penelitian sebelumnya diatas dan berdasarkan
fenomena yang terjadi dalam pembelajaran IPA di SD, maka dibuatlah
penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan
model PBL dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian ini hanya
sebatas untuk mengetahui langkah-langkah model PBL dalam meningkatkan
hasil belajar IPA siswa terutama pada siswa Kelas 5 di SDN Salatiga 10 Kota
Salatiga. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian di atas adalah dimana
penelitian ini menunjukkan pengukuran tingkat keberhasilannya menggunakan
perbandingan persentase ketuntasan hasil belajar antar siklus.
24
2.3 Kerangka Berpikir
Keberhasilan proses pembelajaran juga didukung oleh penggunaan model
atau metode pembelajaran yang tepat, sesuai mata pelajaran, materi dan
kondisi siswa secara keseluruhan, selain oleh kemampuan siswa itu sendiri.
Salah satu wujud pembelajaran yang menekankan keaktifan siswa adalah
pembelajaran dengan model PBL.
Adapun kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bagan 2.1: Kerangka Pikir pembelajaran dengan model PBL terhadap Hasil
Belajar
2.4 Hipotesa Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran di atas dapat diajukan
hipotesis sebagai berikut: Dengan menggunakan model pembelajaran Problem
Basad Learning (PBL) di duga dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa
kelas 5 SDN Salatiga 10 Kota Salatiga Semester II Tahun Ajaran 2015/2016.
Belum Menggunakan
Model Pembelajaran
PBL
- Ceramah
- Teacher centered
- Siswa pasif
Proses belajar
mengajar
Hasil belajar
rendah
Hasil belajar
lebih
meningkat
Penerapan Model
Pembelajaran PBL
- Siswa menemukan
masalah
- Siswa
mengumpulkan
informasi
- Diskusi kelompok
Pemantapan penerapan
Model Pembelajaran
PBL
- Siswa aktif
- Siswa
mempresentasikan
hasil laporan
- Siswa melakukan
refleksi dan
evaluasi
Hasil belajar
meningkat