UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN …...Menurut Trianto (2013:136) “IPA adalah suatu...
Transcript of UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN …...Menurut Trianto (2013:136) “IPA adalah suatu...
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN
MENGGUNAKAN METODE DISCOVERY LEARNING
PADA SISWA KELAS 4 SD NEGERI KEMITIR 02
KABUPATEN SEMARANG SEMESTER II
TAHUN AJARAN 2015/2016
ARTIKEL
Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
Oleh
Setya Dammayanti
292012191
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
i
ii
iii
iv
1
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN
MENGGUNAKAN METODE DISCOVERY LEARNING
PADA SISWA KELAS 4 SD NEGERI KEMITIR 02
SEMESTER II TAHUN AJARAN 2015/2016
KABUPATEN SEMARANG
Setya Dammayanti1, Herry Sanoto2
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Kristen Satya Wacana,
Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia
Email: [email protected] (1)
ABSTRAK
Latar belakang penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran IPA di SD hanya menyajikan IPA dalam bentuk produk dan belum mengajak siswa untuk menemukan dan mengalami sendiri pengetahuan yang akan mereka pelajari sehingga berakibat pada hasil belajar siswa rendah. Penelitian ini bertujuan meningkatkan hasil belajar siswa kelas 4 SD Negeri Kemitir 02 Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang pada Kompetensi Dasar: Perubahan Lingkungan Fisik dan Penyebabnya. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi saat kegiatan belajar mengajar berlangsung dan dengan menggunakan tes untuk mengetahui sejauh mana tingkat kemampuan/keberhasilan siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Hasil observasi menunjukkan bahwa siswa yang mendapatkan nilai diatas KKM sebesar 60 dalam pra siklus adalah 6 siswa dari jumlah keseluruhan siswa yaitu 15 siswa. Sedangkan hasil tes siklus I menunjukkan 12 siswa mendapat nilai diatas KKM, karena pada siklus I masih menunjukkan adanya siswa yang belum tuntas dan indikator keberhasilan belum tercapai maka peneliti merencanakan perbaikan pada siklus II. Hasil tes siklus II menunjukkan 100% atau jumlah seluruh siswa pada kelas memenuhi KKM dan telah memenuhi indikator keberhasilan. Hal ini menunjukkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas dengan menerapkan metode discovery learning dalam pembelajaran IPA kelas 4 di SD Negeri Kemitir 02 Kabupaten Semarang telah berhasil karena telah mencapai tujuan indikator keberhasilan yang ditentukan. Kata Kunci: Metode Discovery Learning, Hasil Belajar IPA
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pendidikan menurut UU SISDIKNAS Pasal 1 No. 20 tahun 2003 merupakan suatu
usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dan proses
2
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mampu mengembangkan potensi yang ada
didalam dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian yang baik,
pengendalian diri, berakhlak mulia, mencerdaskan, dan keterampilan yang diperlukan oleh
dirinya dan masyarakat.
Sebuah pendidikan baik dalam bangku sekolah maupun diluar bangku sekolah selalu
terdapat unsur didalam sebuah pendidikan yaitu belajar. Belajar merupakan perubahan
perilaku sebagai akibat dari pengalaman. Belajar dalam bangku sekolah biasanya mempelajari
tentang ilmu pengetahuan. Menurut Piaget dalam Dahar (2006:196) Pengetahuan itu akan
bermakna manakala dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa, setiap individu berusaha dan
mampu mengembangkan pengetahuannya sendiri melalui skema yang ada dalam strukturnya.
Oleh karena itu seharusnya pengetahuan disajikan bukan dalam kondisi sebagai produk
namun siswa diajak untuk menemukan pengetahuan sesuai dengan skema dan struktur mereka
sendiri karena apa yang mereka temukan sendiri akan lebih bermakna. Ilmu pengetahuan yang
terdapat pada bangku Sekolah Dasar terdiri dari beberapa mata pelajaran. Salah satunya
adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), IPA merupakan ilmu pengetahuan yang mengajak
siswa untuk menemukan pengetahuan yang akan mereka pelajari.
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu ilmu dasar yang mempunyai peranan
penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Menurut Prihantoro dalam
Triyanto (2010:126) mengungkapkan bahwa pada hakikatnya IPA merupakan suatu produk,
proses dan aplikasi. Sebagai produk, IPA merupakan sekumpulan pengetahuan dan
sekumpulan konsep dan bagan konsep. Sebagai suatu proses, IPA merupakan suatu langkah
yang dipergunakan untuk mempelajari objek studi, menemukan dan mengembangkan produk-
produk sains. Sebagai aplikasi, teori-teori IPA akan melahirkan teknologi yang dapat memberi
kemudahan bagi kehidupan. Metode pembelajaran yang membantu dalam proses
pembelajaran IPA salah satunya adalah metode discovery learning.
Metode dicovery learning menurut Jerome Bruner dalam Hosnan (2014:281) adalah
metode belajar yang mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan dan menarik kesimpulan
dari prinsip-prinsip umum praktis contoh pengalaman. Ide dasar Bruner ialah pendapat Piaget
bahwa pengetahuan akan lebih bermakna bila siswa menemukan pengetahuannya sendiri dan
siswa harus berperan aktif dalam pembelajaran di kelas. Metode discovery learning adalah
memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada
suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005:43).
Pelaksanaan pembelajaran IPA pada beberapa sekolah dasar hanya diberikan sebagai
produk dan belum diberikan sebagai proses dan aplikasi. Salah satu sekolah yang menyajikan
3
IPA sebagai sebuah produk adalah di SD Negeri Kemitir 02 Kecamatan Sumowono
Kabupaten Semarang. Berdasarkan hasil observasi pada kelas 4 SD Negeri Kemitir 02,
pembelajaran IPA masih diberikan dalam bentuk produk dan belum mengajak siswa untuk
menemukan dan membuat sesuatu yang baru dari penemuannya. Oleh karena itu siswa kurang
aktif dalam pembelajaran karena selama pembelajaran siswa hanya menerima materi dan
membaca melalui buku cetak tanpa menemukan dan mengalami sendiri akibatnya hasil
belajar siswa menjadi rendah, seperti pada pembelajaran pra siklus sebelum materi perubahan
lingkungan fisik dan penyebabnya yaitu pada materi kenampakan permukaan bumi dan
benda langit hasil belajar siswa sangat rendah, siswa yang mendapat nilai diatas KKM hanya
6 siswa dari jumlah keselurah siswa 15 siswa dengan persentase ketuntasan 40%.
Berdasarkan latar belakang, maka peneliti mengadakan penelitian dengan judul
“Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Menggunakan Metode Discovery Learning
Pada Siswa Kelas 4 SD Negeri Kemitir 02 Kabupaten Semarang Semester II Tahun Ajaran
2015/2016”. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah metode discovery learning
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada mata pelajaran IPA tentang Perubahan
Lingkungan Fisik dan Penyebabnya. Adapun alasan peneliti menggunakan metode discovery
learning karena peneliti merasa bahwa pembelajaran dengan metode ini akan membuat siswa
memproses atau mengolah pengetahuan, menemukan pengetahuan hingga menerapkan
pengetahuannya pada pembelajaran yang sesungguhnya dan berdampak pada hasil belajar
siswa akan meningkat.
Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Kelas 4 Pada Mata Pelajaran IPA menggunakan Metode Discovery Learning di
SD Negeri Kemitir 02 Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016.
Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis
Sebagai sarana untuk menambah referensi dan bahan kajian dalam khasanah ilmu
pengetahuan dibidang pendidikan mengenai pelaksanaan pembelajaran dengan metode
discovery learning dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti
Menambah pengetahuan dan pengalaman melaksanakan proses pembelajaran dengan
metode discovery learning.
4
b. Bagi siswa
Meningkatkan keaktifan, keterampilan, kreatifitas siswa, melatih siswa untuk berpikir
kritis melalui penemuan dan penarikan kesimpulan, meningkatkan hasil belajar siswa.
c. Bagi guru
1. Sebagai masukan agar guru menyajikan IPA bukan hanya sebagai produk tetapi siswa
juga diajak untuk menemukan dan mengalami sendiri pengetahuan yang akan mereka
pelajari.
2. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan metode pembelajaran.
d. Bagi sekolah
1. Agar penggunaan metode discovery learning bisa diterapkan dalam proses belajar
mengajar.
2. Setelah hasil belajar siswa meningkat diharapkan agar kulitas/mutu pendidikan
meningkat.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Pembelajaran IPA
Menurut Trianto (2013:136) “IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis,
penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui
metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin
tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya”. Sedangkan menurut Sutrisno (2007:19) “IPA
merupakan usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat
(correct) pada sasaran, serta menggunakan prosedur yang benar (true), dan dijelaskan dengan
penalaran yang sahih (valid) sehingga dihasilkan kesimpulan yang (truth)”. Sedangkan
menurut Prihantoro dalam Triyanto (2010:126) “IPA merupakan suatu produk, proses dan
aplikasi. Sebagai produk, IPA merupakan sekumpulan pengetahuan dan sekumpulan konsep
dan bagan konsep. Sebagai suatu proses, IPA merupakan suatu langkah yang dipergunakan
untuk mempelajari objek studi, menemukan dan mengembangkan produk-produk sains.
Sebagai aplikasi, teori-teori IPA akan melahirkan teknologi yang dapat memberi kemudahan
bagi kehidupan”.
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam
adalah ilmu yang dapat dipelajari melalui proses ilmiah dengan berdasarkan pada sikap-sikap
ilmiah yang objek pembelajarannya adalah benda-benda alam dan menghasilkan pengetahuan
berupa produk, proses dan aplikasi yang berlaku secara umum. Untuk menghasilkan
pengetahuan maka proses belajar dan mengajar IPA berpotensi dan menjadi wadah untuk
5
mengembangkan sikap ilmiah. Melalui pembelajaran IPA, sikap ilmiah siswa dapat terbentuk
dan berdampak positif bagi pembentukan karakter siswa. Terutama pembelajaran IPA yang
dimulai sejak dini pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar. Dengan pembiasaan sikap ilmiah
dan penggunaan metode ilmiah pada jenjang ini, maka karakter siswa akan terbentuk dan
menjadi suatu kebiasaan ketika siswa mencari sebuah pengetahuan, sehingga akan
berpengaruh pula pada mutu dan kualitas pendidikan yang baik. Oleh karena itu dengan
penerapan metode pembelajaran IPA yang inovatif dan menerapkan metode ilmiah,
diharapkan agar siswa dapat menemukan pengetahuan mereka sendiri, serta siswa bisa terlibat
secara aktif dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini, peran guru yaitu memberi fasilitas
untuk pembelajaran siswa, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Metode Discovery Learning
Peran guru dalam proses pembelajaran memang sangat berpengaruh, dan keberhasilan
pencapaian tujuan belajar juga tergantung pada skenario pembelajaran yang direncanakan.
Dalam kegiatan pembelajaran IPA di jenjang Sekolah Dasar, peneliti akan mencoba
menggunakan metode discovery learning. Berikut adalah pengertian Metode discovery
learning yang dikemukakan oleh para ahli terkait dengan pembelajaran IPA. Menurut
Budiningsih (2005:43) “Metode discovery learning adalah suatu metode yang akan membuat
siswa memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai
kepada suatu kesimpulan”. Sedangkan menurut Bruner dalam Hosnan (2014:281) “Metode
discovery learning adalah metode belajar yang mendorong siswa untuk mengajukan
pertanyaan dan menarik kesimpulan dari prinsip-prinsip umum praktis contohnya
pengalaman”. Sedangkan menurut Hamalik dalam Ilahi (2010:29) “Metode discovery adalah
proses pembelajaran yang menitikberatkan pada mental intelektual para anak didik dalam
memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi, sehingga menemukan suatu konsep atau
generalisasi yang dapat diterapkan di lapangan”.
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa metode discovery learning
adalah metode pembelajaran dimana siswa berpikir sendiri sehingga dapat ”menemukan”
prinsip umum yang diinginkan dengan bimbingan dan petunjuk dari guru berupa pertanyaan-
pertanyaan yang mengarahkan dan akhirnya mendapatkan kesimpulan berupa pengetahuan.
Tujuan Metode Discovery Learning
Metode discovery learning memiliki beberapa tujuan sebagai sebuah metode
pembelajaran, berikut adalah tujuan metode discovery learning menurut ahli. Menurut Bell
dalam Hosnan (2014:284) mengemukakan beberapa tujuan spesifik dari metode discovery
learning, yaitu: (1) penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif
6
dalam pembelajaran. Kenyataan menunjukan bahwa partisipasi siswa dalam pembelajaran
meningkat ketika penemuan digunakan, (2) melalui pembelajaran dengan penemuan, siswa
belajar menemukan pola dalam situasi konkrit maupun abstrak, juga siswa banyak
meramalkan (extrapolate) informasi tambahan yang diberikan, (3) siswa juga belajar
merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan menggunakan tanya jawab untuk
memperoleh informasi yang bermanfaat dalam menemukan, (4) pembelajaran dengan
penemuan membantu siswa membentuk cara kerja bersama yang efektif, saling membagi
informasi, serta mendengar dan menggunakan ide-ide orang lain, (4) terdapat beberapa fakta
yang menunjukan bahwa keterampilan-keterampilan, konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang
dipelajari melalui penemuan lebih bermakna dan (5) keterampilan yang dipelajari dalam
situasi belajar penemuan dalam beberapa kasus, lebih mudah ditransfer untuk aktifitas baru
dan diaplikasikan dalam situasi belajar yang baru.
Sedangkan menurut Ilahi (2010:48) tujuan metode discovery learning adalah: untuk
mengembangkan kreativitas, untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam belajar, untuk
mengembangkan kemampuan berpikir Rasional dan Kritis, untuk meningkatkan kreatifitas
anak didik dalam proses pembelajaran, untuk memecahkan masalah, untuk mendapatkan
inovasi dalam proses pembelajaran. Pendapat Ilahi tentang tujuan pembelajaran discovery
learning sangat beralasan karena memang metode discovery learning membuat siswa akan
berfikir kreatif untuk menemumakan sesuatu, mendapatkan pengalaman sendiri dan
mengkontruksi pengetahuan mereka sendiri.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan
metode discovery learning sangat bermanfaat bagi siswa bukan hanya dalam pengetahuan
tetapi juga tingkah laku, sikap dan juga bekerja sama, oleh karena itu pembelajaran dengan
metode discovery learning sangat bermanfaat bagi siswa untuk meningkatkan hasil belajar
salah satunya untuk pembelajaran IPA. Meskipun dalam penggunaan metode discovery
learning siswa dituntut untuk menemukan sendiri namun guru juga masih berperan penting
dalam pembelajaran.
Peranan Guru dan Prosedur Aplikasi dalam Pembelajaran Discovery Learning
Peranan guru dalam metode discovery learning tidak saja sebagai pembimbing atau
tutor namun juga merencanakan, melaksanakan dan harus memperhatikan cara penyajian
materi agar sesuai dengan pola pikir anak usia sekolah dasar. Peran guru dalam pembelajaran
discovery learning juga merencanakan sebuah pembelajaran yang akan dilakukan di dalam
kelas. Metode discovery learning memiliki prosedur aplikasi dalam pelaksanaannya di kelas.
7
Menurut Syah dalam Hosnan (2014:289), ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan
dalam kegiatan belajar mengajar secara umum.
a) Problem Statement (pernyataan/identifikasi masalah)
Setelah dilakukan stimulasi, langkah selanjutnya adalah guru memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah
yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan
dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah).
b) Stimulus (stimulasi/pemberian rangsangan)
Pertama-tama pada tahap ini peserta didik dihadapkan pada suatu yang menimbulkan
kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul
keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu, guru dapat memulai kegiatan proses
belajar mengajar dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku dan aktivitas
belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap
ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan
membantu peserta didik dalam mengeksplorasi bahan.
c) Data Collection (Pengumpulan Data)
Ketika eksplorasi berlangsung, guru juga memberi kesempatan kepada para peserta didik
untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan
benar atau tidaknya hipotesis, dengan demikian siswa diberi kesempatan untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis.
d) Data processing (pengolahan data)
Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh
para peserta didik baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya. Selanjutnya
ditafsirkan, dan semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi bahkan bila perlu
dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu.
e) Verification (pembuktian)
Pada tahap ini, peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan
benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan dengan temuan alternatif, dihubungkan
dengan hasil data processing. Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran atau informasi
yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek,
apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.
f) Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
Tahap generalisasi/menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang
dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama,
8
dengan memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan hasil verifikasi, maka dirumuskan
prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi. Setelah menarik kesimpulan peserta didik
harus memperhatikan proses generalisasi yang menekankan pentingnya penguasaan
pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang mendasari
pengalaman seseorang, serta pentingnya proses pengaturan dan generalisasi dari
pengalaman-pengalaman itu.
Sama dengan pendapat Syah dalam Hosnan yang terurai diatas, Achmadi dan Prasetya
dalam Ilahi (2010:87) mengemukakan secara garis besar bahwa prosedur pembelajaran
discovery learning adalah Stimulus, Problem Statement, Data Collection, Data Processing,
Verification dan Generalisasi.
Berdasarkan prosedur aplikasi dalam metode discovery learning yang dipaparkan oleh
para ahli maka peneliti menggunakan prosedur aplikasi discovery learning ini dalam
pembelajaran yang akan dilakukan. Prosedur aplikasi penerapan metode discovery learning
sudah selayaknya diterapkan dalam pembelajaran karena prosedur aplikasi ini sudah di
sesuaikan dengan taraf berfikir dari pengumpulan identifikasi masalah hingga menjadi sebuah
kesimpulan.
Kelebihan dan Kelemahan Metode Discovery Learning
Metode discovery learning dalam penerapannya memiliki kelebihan dan juga
kelemahan. Menurut Hosnan (2014:287) metode discovery learning meliliki kelebihan dan
kelemahan sebagai berikut. Kelebihan metode discovery learning dalam pembelajaran antara
lain: membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan
proses-proses kognitif, menyebabkan peserta didik mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri
dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri, strategi ini dapat membantu peserta didik
memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja keras sama dengan
yang lainnya, berpusat pada peserta didik dan guru berperan bersama-sama aktif dalam
mengeluarkan gagasan-gagasan, peserta didik akan mengerti konsep dasar ide-ide lebih baik,
mendorong peserta didik berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri, mendorong peserta didik
berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri, situasi proses belajar menjadi lebih
menarik, mendorong keterlibatan keaktifan siswa, menimbulkan rasa puas bagi siswa.
Kepuasan batin ini mendorong ingin melakukan penemuan lagi sehingga minat belajarnya
meningkat, dapat meningkatkan motivasi, meningkatkan tingkat penghargaan pada peserta
didik, kemungkinan peserta didik belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber
belajar, dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu, melatih siswa belajar mandiri,
9
siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar, sebab ia berfikir dan menggunakan kemampuan
untuk menemukan hasil belajar.
Metode discovery learning juga memiliki beberapa kekurangan saat digunakan dalam
pembelajaran. Antara lain: menyita waktu banyak. Guru dituntut mengubah kebiasaan
mengajar yang umumnya sebagai pemberi informasi menjadi fasilitator, motivasi, dan
pembimbing siswa dalam belajar. Untuk seorang guru, ini bukan pekerjaan yang mudah
karena itu guru memerlukan waktu yang banyak, dan sering kali guru merasa belum puas
kalau tidak banyak memberi motivasi dan membimbing siswa belajar dengan baik, tidak
semua siswa mampu melakukan penemuan, kemampuan berpikir rasional siswa ada yang
masih terbatas.
Berdasarkan kelebihan dan kelemahan yang ada dalam metode discovery learning
yang dipaparkan oleh peneliti bisa saja tidak dialami oleh guru atau peneliti yang lain, karena
kelebihan dan kelemahan dalam penggunaan metode discovery learning akan berbeda pada
setiap penerapannya. Hal ini terjadi karena beberapa faktor antara lain kesiapan dalam
penggunaan metode, kondisi pelaksana dan kondisi siswa.
Hasil Belajar
Dimyati dan Mudjiono (2006:3) “Hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam
bentuk angka-angka atau skor setelah diberikan tes hasil belajar pada setiap akhir
pembelajaran. Nilai yang diperoleh siswa menjadi acuan untuk melihat penguasaan siswa
dalam menerima materi pelajaran”. Dengan kata lain bahwa sebuah hasil belajar hanya dilihat
sebagai sebuah nilai dalam bentuk angka atau skor baru setelah itu nilai digunakan untuk
melihat penguasaan materi pelajaran yang sudah diterima.
Berbeda dengan pendapat Dimyati dan Mudjiono, menurut Hamalik (2008:114) “Hasil
belajar adalah sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat
diamati dan diukur bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat
diartikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik sebelumnya
yang tidak tahu menjadi tahu”. Menurut pendapat Hamalik dapat dilihat bahwa sebuah hasil
belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dan bukan hanya angka yang menjadi patokan
untuk melihat suatu hasil belajar dapat dikatakan baik.
Sedangkan menurut Mulyasa (2008:75) “Hasil belajar merupakan prestasi belajar
siswa secara keseluruhan yang menjadi indikator kompetensi dan derajat perubahan prilaku
yang bersangkutan. Kompetensi yang harus dikuasai siswa perlu dinyatakan sedemikian rupa
agar dapat dinilai sebagai wujud hasil belajar siswa yang mengacu pada pengalaman
10
langsung”. Dari pendapat Mulyasa sebuah hasil belajar mencakup keseluruhan yang
mencakup penilaian baik pencapaian indikator.
Dari ketiga pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa sesuatu yang disebut Hasil
Belajar adalah hasil yang dicapai berupa ketercapaian indikator berupa nilai yang didapatkan
atau diperoleh siswa dengan menggunakan tes formatif.
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori yang telah dipaparkan, maka hipotesis pada penelitian ini
adalah pembelajaran menggunakan metode pembelajaran discovery learning dapat
meningkatkan hasil belajar IPA SD Negeri Kemitir 02 Kabupaten Semarang Semester II
Tahun Ajaran 2015/2016.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas atau PTK. Menurut Rubiyanto
(2009: 108) “PTK adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan pembelajaran, berupa tindakan
yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas, tindakan tersebut diberikan oleh
seorang guru atau diarahkan oleh guru yang dilakukan oleh siswa”. Subjek penelitian adalah
seluruh siswa kelas 4 SD Negeri Kemitir 02 Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang
Semester II Tahun Ajaran 2015/2016 dengan jumlah 15 siswa. Adapun siswa laki-laki
sebanyak 10 siswa dan siswa perempuan berjumlah 5 siswa.
Variabel penelitian dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel yaitu variabel input,
variabel proses dan variabel output. Variabel input dalam penelitian ini adalah permasalahan
yang terjadi pada kelas 4 SD Negeri Kemitir 02 yaitu Siswa masih belajar dengan
menggunakan metode pembelajaran yang kurang menarik dan hanya menerima materi
pelajaran IPA menjadi produk saja, guru sudah menggunakan beberapa metode pembelajaran
namun hasil belajar siswas masih kurang, bahan dan sumber pembelajaran masih
menggunakan buku cetak dan kurangnya media pembelajaran yang menunjang proses belajar
mengajar, lingkungan belajar pada SD Negeri Kemitir 02 ini sangat kondusif karena terletak
di sebuah desa pada dataran tinggi yang akan mendukung proses belajar mengajar. Variabel
Proses dalam penelitian ini adalah penggunaan metode discovery learning yaitu suatu metode
dimana dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan siswa-siswanya menemukan
sendiri informasi yang akan mereka pelajari, bukan diberikan secara langsung dalam bentuk
produk atau pengetahuan yang sudah jadi atau diceramahkan saja. Variabel output dalam
penelitian ini adalah hasil belajar Hasil belajar yang dikembangkan dalam penelitian ini
11
adalah hasil belajar yang mencakup penguasaan materi pelajaran IPA sebagai produk, proses,
dan aplikasi.
Rencana penelitian yang digunakan adalah Model Kemmis dan Mc. Taggart dalam
Wiriaatmadja (2005:66) yaitu menggunakan sistem spiral refleksi diri yang dimulai dengan
rencana, tindakan, pengamatan, refleksi, perencanaan kembali yang merupakan ancang-
ancang pemecahan masalah.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes, observasi
dan dokumentasi. Instrument pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik tes
berupa tes butir soal dan non tes berupa lembar observasi pada siswa dan guru.
Indikator kinerja yang digunakan adalah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hasil
belajar siswa dapat dikatakan berhasil apabila indikator hasil tercapai. Peneliti memberikan
patokan minimal indicator hasil adalah 90% dari jumlah semua siswa mencapai ketuntasan
belajar siswa dengan memperoleh nilai ≥60 sesuai dengan KKM.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif komparatif
dan deskriptif kualitatif. Deskriptif komparatif yaitu dengan membandingkan nilai kondisi
awal, setelah siklus I dan setelah siklus II, untuk mengetahui peningkatan hasil belajar
kognitif siswa. Deskriptif kualitatif yaitu hasil penelitian diuraikan secara deskriptif dan
bersifat kualitatif artinya penelitian yang menggunakan kualitas, tanpa mengukurnya dengan
angka-angka hasil perhitungan sebagai tolak ukur keberhasilannya. Deskriptif kualitatif
diperoleh dari lembar observasi pelaksanaan pembelajaran dengan metode discovery learning.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Awal
Hasil evaluasi pembelajaran IPA sebelum menggunakan metode discovery learning
yaitu pada materi sebelum perubahan lingkungan fisik dan penyebabnya yaitu kenampakan
permukaan bumi dan benda langit membuktikan bahwa belum semua peserta didik mencapai
ketuntasan belajar. Dalam proses pembelajaran masih dijumpai peserta didik yang belum
memiliki hasil belajar yang baik meskipun sebelumnya guru telah menjelaskan materi
pelajaran. Penyebab rendahnya nilai diantaranya karena penggunaan media pembelajaran juga
masih jarang digunakan sehingga siswa hanya menerima pengetahuan IPA sebagai produk
seharusnya IPA sebagai Ilmu Pengetahuan meliputi tiga dimensi, meliputi proses, prosedur
dan produk. (Sutrisno, Leo, dkk. 2007:20). Penjelasan materi yang dilakukan oleh guru
dengan menggunakan metode ceramah yang membuat siswa tidak aktif dalam pembelajaran
12
sehingga berpengaruh pada perolehan nilai siswa. Perolehan nilai siswa masih terlalu rendah
dari yang diharapkan peneliti yaitu mencapai KKM 60.
Analisis Hasil Penelitian
Tabel 1
No
PRA SIKLUS
SIKLUS I SIKLUS II
Tuntas Tidak Tuntas
Tuntas Tidak Tuntas
Tuntas Tidak Tuntas
1. 6 9 12 3 15 0 Jumlah 15 15 15
Persentase Ketuntasan 40% 80% 100% Nilai Tertinggi 80 90 95 Nilai Terendah 40 50 75
Rata-rata 55,33 75 85,66
Berdasarkan tabel 1 dapat terlihat terdapat kenaikan hasil belajar siswa kelas 4 SD
Negeri Kemitir 02 Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang dari kegiatan pra siklus,
siklus I dan siklus II. Perolehan nilai rata-rata antara pra siklus, siklus 1 dan siklus 2
meningkat. Pada kegitan pra siklus nilai rata-rata pada kelas 4 SD Negeri Kemitir 02 adalah
55,33. Pada siklus I meningkat menjadi 75 dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 85,66.
Selain itu, perolehan nilai tertinggi pada kegiatan pra siklus yaitu 80 dan nilai terendah yaitu
40. Sedangkan perolehan nilai tertinggi pada siklus I yaitu 90 dan nilai terendah yaitu 50.
Pada siklus II perolehan nilai tertinggi yaitu 95 dan nilai terendah 75. Jumlah siswa yang
tuntas pada antara pra siklus, siklus I dan siklus II mengalami peningkatan. Pada kegiatan pra
siklus atau kondisi awal siswa yang tuntas dalam pembelajaran hanya 6 siswa dengan
persentase ketuntasan 40%. Pada siklus I sudah terdapat peningkatan hasil belajar yaitu dari 6
siswa menjadi 12 siswa dengan persentase ketuntasan 80% dan dari 9 siswa yang tidak tuntas
menjadi 3 siswa. Tiga siswa yang tidak tuntas dalam siklus I disebabkan karena kurang aktif
dalam pembelajaran dan kurang paham dengan materi pembelajaran. Karena pada siklus I
hasil belajar belum maksimal dan belum mencapai indikator hasil makan penelitian
dilanjutkan pada siklus II. Peneliti memperbaiki kekurangan pada siklus II dengan membagi
kelompok dalam kelompok heterogen yang memungkinkan siswa untuk saling bertukar
pikiran dalam diskusi dan siswa yang memiliki kemampuan rendah dapat dibantu siswa yang
memiliki kemampuan lebih. Hasil pembelajaran pada siklus II setelah diterapkan pembagian
kelompok secara heterogen maka didapatkan hasil belajar siswa yang tuntas adalah 15 siswa
dengan persentase ketuntasan 100%. Sehingga dari analisis diatas membuktikan bahwa
metode discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 4 SD Negeri Kemitir
02 Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang.
13
Pembahasan
Pra Siklus
Pada proses pembelajaran pra siklus, guru kelas menggunakan metode ceramah
dengan media buku sehingga siswa kurang tertarik dalam mengikuti pembelajaran. Setelah
diadakan tes formatif ternyata hasilnya sangat rendah. Dari 15 siswa hanya 6 siswa yang
mendapatkan nilai diatas KKM, sehingga presentase ketuntasan belajar siswa pada
pembelajaran pra siklus yaitu 40% yang tuntas dari jumlah seluruh siswa, dengan gambaran
tersebut tampak sekali jika prestasi belajar siswa kelas 4 SD Negeri Kemitir 02 Sumowono
Semarang sangat rendah. Karena rendahnya hasil tes maka peneliti mengadakan Penelitian
Tindakan Kelas yang dilaksanakan 2 siklus 4 kali pertemuan. Peneliti berharap dengan
dilakukan PTK maka hasil belajar siswa akan lebih baik sehingga prestasi belajar siswa akan
meningkat pula.
Siklus I
Pada siklus I ini peneliti merancang pembelajaran dengan menggunakan metode
discovery learning dan media berupa peralatan sederhana sebagai alat penelitian yang
memudahkan siswa untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya. Perencanaan media
sederhana ini yang akan digunakan untuk praktikum digunakan sebagai penunjang
pembelajaran IPA. Pada kegiatan pembelajaran yang dirancang dengan menarik diharapkan
siswa akan lebih tertarik dalam pembelajaran sehingga siswa akan lebih aktif dan antusias
untuk mengikuti pembelajaran, selain itu dengan penggunaan metode discovery learning
siswa diharapkan akan lebih bersemangat dan kemudian akan berimbas pada hasil belajar
siswa yang meningkat. Penggunaan metode discovery learning diharapkan akan lebih
membuat siswa tidak bosan dengan pembelajaran yang biasanya hanya diberikan dengan
metode ceramah.
Pada siklus I peneliti meperbaiki kegiatan pembelajaran dengan menambah banyak
alat peraga dan stimulus untuk merangsang pemahaman siswa setelah itu guru membagi siswa
dalam kelompok dan mengajak siswa untuk bekerja sama dengan teman kelompoknya untuk
melakukan penelitian tentang perubahan lingkungan fisik sehingga siswa lebih aktif dalam
mengikuti pembelajaran karena siswa aktif mencari informasi.
Siklus I mendapatkan hasil yang baik dengan jumlah siswa yang tuntas mencapai 12
siswa dan sudah adanya peningkatan hasil belajar dari pra siklus ini sejalan dengan teori yang
dikemukanan oleh Prihantoro dalam Triyanto (2010:126) “IPA merupakan suatu produk,
proses dan aplikasi. Sebagai produk, IPA merupakan sekumpulan pengetahuan dan
sekumpulan konsep dan bagan konsep. Sebagai suatu proses, IPA merupakan suatu langkah
14
yang dipergunakan untuk mempelajari objek studi, menemukan dan mengembangkan produk-
produk sains. Sebagai aplikasi, teori-teori IPA akan melahirkan teknologi yang dapat memberi
kemudahan bagi kehidupan” bahwa IPA sebagi produk, proses dan aplikasi akan membuat
siswa lebih memahami konsep pembelajaran IPA yang akan berpengaruh terhadap hasil
belajar.
Pada akhir pembelajaran diadakan tes formatif. Dari hasil tes siklus I dapat
disimpulkan hasilnya meningkat dari 15 siswa ada 12 siswa yang mendapat nilai diatas KKM
dan hasil belajar beberapa siswa meningkat. Sehingga dapat diukur presentase ketuntasan
belajar siswa 80% dari seluruh siswa. Dengan hasil ini dapat disimpulkan presentase
ketuntasan siswa meningkat dari 7% yaitu dari 73% menjadi 80%. Namun demikian masih
ada 20% siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM dan belum mencapai indikator hasil.
Oleh karena itu peneliti melanjutkan pada siklus II.
Siklus II
P Pada siklus II ini guru kelas melakukan pembelajaran dengan metode discovery
learning dan penelitian secara berkelompok dan dilanjutkan dengan berdiskusi tentang
perubahan lingkungan fisik. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh
mana penguasaan materi siswa tentang perubahan lingkungan fisik setelah mengikuti
pembelajaran dalam II siklus 4 pertemuan. Pada akhir pembelajaran diadakan tes formatif,
dari hasil tes tersebut terdapat peningkatan yang signifikan semua siswa dalam kelas 4 SD
Negeri Kemitir 02 yaitu 15 siswa dengan persentase 100% mendapatkan nilai diatas KKM
dan perolehan hasil belajar juga sangat memuaskan. Ini menunjukkan bahwa penggunaan
metode discovery learning akan meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini sama dengan yang
diungkapkan oleh Budiningsih (2005:43) yang menggungkapkan metode discovery learning
adalah suatu metode yang akan membuat siswa memahami konsep, arti, dan hubungan,
melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan selain itu penelitian
ini juga menunjukkan hasil yang hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh
Kristiawan, Yohanes Andri dan Pratiknjo yang menggunakan metode discovery learning
dalam proses belajar mengajar yang terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
PENUTUP
Simpulan
Hasil penelitian menunjukkan pada kondisi awal siswa yang nilainya tuntas hanya 6
siswa dengan presentase 40% dan yang belum memenuhi KKM ada 9 siswa dengan
presentase 60%. Setelah mengetahui bahwa pada saat awal pembelajaran dengan
15
menggunakan metode ceramah kurang efektif dalam pembelajaran maka peneliti
merencanakan pembelajaran dengan menggunakan metode discovery learning dan
menggunakan beberapa media untuk melakukan sebuah penelitian agar siswa lebih tertarik
dalam pembelajaran. Pada siklus I siswa yang tuntas ada 12 siswa (80%) dan yang masih
dibawah KKM ada 3 siswa (20%). Setelah siklus I pertemuan dirasa masih kurang karena
masih ada siswa yang belum tuntas, kemudian peneliti merencanakan pembelajaran siklus II.
Hasil dari siklus II hasilnya sangat memuaskan karena seluruh siswa (15 siswa) dengan
presentase 100% mendapat nilai diatas KKM dan nilai yang didapakan siswa juga sangat
baik.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa melalui
penggunaan metode pembelajaran discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar IPA
siswa di kelas 4 SD Negeri Kemitir 02 Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang pada
materi “Perubahan Lingkungan Fisik dan Penyebabnya”.
Saran
a. Bagi guru
Dengan dilaksanakannya penelitian ini guru bisa terinspirasi untuk menerapkan metode
discovery learning pada pembelajaran IPA karena terbukti dapat meningkatkan hasil
belajar IPA siswa dan agar pelajaran di kelas lebih variatif serta dapat menemukan konsep
yang kuat siswa dalam proses pemahaman materi pelajaran IPA.
b. Bagi siswa
Dengan digunakannya metode discovery learning para siswa diharapkan untuk lebih
memahami konsep IPA, antusias dan bergairah dalam pembelajaran di kelas karena tujuan
pembelajaran metode discovery learning adalah untuk memaksimalkan pemahaman,
meningkatkan kegiatan belajar dan rasa sosial siswa dalam pembelajaran.
c. Bagi sekolah
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal hendaknya dapat memotivasi dan
menginspirasi guru agar dapat menerapkan berbagai metode pembelajaran yang variatif
dan selektif sehingga bisa memaksimalkan proses dan hasil pembelajaran serta
meminimalkan rasa jenuh siswa terhadap pembelajaran yang kurang menarik.
d. Bagi peneliti selanjutnya
Agar dijadikan bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang
penggunaan metode pembelajaran discovery learning yaitu dengan memperhitungkan
pembagian siswa dalam kelompok agar dibagi menjadi kelompok heterogen,
memaksimalkan penggunaan media dan alat pembelajaran yang ada dan mengajak siswa
16
untuk merumuskan hipotesis berdasarkan apa yang pernah dialami dan dilihat siswa
sebelumnya karena akan mendorong siswa untuk tertarik melakukan penelitian dan
penemuan.
DAFTAR PUSTAKA
Budiningsih, Ari. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Dahar, Ratna Wilis. 2006. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Erlangga Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang
standar isi. Jakarta: Depdiknas. Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Hosnan. M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam pembelajaran Abad 21.
Bogor: Ghalia Indonesia Ilahi, Mohammad Takdir. 2010. Pembelajaran Discovery Strategy & Mental Vocational Skill.
Jogjakarta: Diva Press Kristiawan, Yohanes Andri. 2012. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada
Mata Pelajaran IPA Dengan Menggunakan Metode Discovery di SDN Tingkir Tengah 02 Salatiga Semester II Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi, Salatiga: S1 PGSD UKSW
Mulyasa, E. 2008. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya Praktiknjo. 2012. Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Penerapan Metode Discovery
Learning Pada Siswa Kelas VI SD Negeri 1 Sugihan Kecamatan Toroh Kabupaten Grobokan Semester I Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi, Salatiga: S1 PGSD UKSW
Rubiyanto, Rubino. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Surakarta: FKIP UMS Sutrisno, Leo. Dkk. 2007. Pengembangan Pembelajaran IPA SD. Jakarta: Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional
Triyanto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumi Perkasa
Trianto. 2013. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Perkasa Wiriaatmadja, Rochiati. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja
Rosdakarya
17