BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Partai Politik 1 ...eprints.umm.ac.id/38995/3/04 BAB II.pdfpartai...

21
10 BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab II ini disampaikan mengenai beberapa kajian teori seperti definisi dari partai politik dan kaderisasi serta dicantumkan pula penelitian terdahulu yang ada hubungannya dalam sistem pengaderan sebagai acuan dalam melakukan penelitian. 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Definisi Partai Politik 1. Pengertian Partai Politik Pengertian partai secara etmologis menurut Assiddiqie (2006), mengemukakan bahwa partai berasal dari kata part yang berarti bagian / golongan. Kata partai menunjukkan pada golongan sebagai pengelompokan masyarakat berdasarkan kesamaan tertentu seperti tujuan, ideology, agama, atau bahkan kepentingan. Pengelompokan itu berbentuk organisasi keagamaan, organisasi, kepemudaan, serta organisasi politik. Kata partai lebih banyak diasosiasikan untuk organisasi politik, yaitu organisasi masyarakat yang bergerak di bidang politik. Undang-Undang No.2 Tahun 2011 tentang Partai Politik menyatakan bahwa partai politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat bangsa dan Negara serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasakan Pancasila dan Undang-

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Partai Politik 1 ...eprints.umm.ac.id/38995/3/04 BAB II.pdfpartai...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Partai Politik 1 ...eprints.umm.ac.id/38995/3/04 BAB II.pdfpartai politik dan kaderisasi serta dicantumkan pula penelitian terdahulu yang ada hubungannya

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab II ini disampaikan mengenai beberapa kajian teori seperti definisi dari

partai politik dan kaderisasi serta dicantumkan pula penelitian terdahulu yang ada

hubungannya dalam sistem pengaderan sebagai acuan dalam melakukan penelitian.

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Definisi Partai Politik

1. Pengertian Partai Politik

Pengertian partai secara etmologis menurut Assiddiqie (2006),

mengemukakan bahwa partai berasal dari kata part yang berarti

bagian / golongan. Kata partai menunjukkan pada golongan sebagai

pengelompokan masyarakat berdasarkan kesamaan tertentu seperti

tujuan, ideology, agama, atau bahkan kepentingan. Pengelompokan

itu berbentuk organisasi keagamaan, organisasi, kepemudaan, serta

organisasi politik. Kata partai lebih banyak diasosiasikan untuk

organisasi politik, yaitu organisasi masyarakat yang bergerak di

bidang politik.

Undang-Undang No.2 Tahun 2011 tentang Partai Politik

menyatakan bahwa partai politik adalah organisasi yang bersifat

nasional dan dibentuk sekelompok warga negara Indonesia secara

sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk

memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota,

masyarakat bangsa dan Negara serta memelihara keutuhan Negara

Kesatuan Republik Indonesia berdasakan Pancasila dan Undang-

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Partai Politik 1 ...eprints.umm.ac.id/38995/3/04 BAB II.pdfpartai politik dan kaderisasi serta dicantumkan pula penelitian terdahulu yang ada hubungannya

11

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”, sehingga

praktek di lapangan ini belum memenuhi isi ayat tersebut, perlu

adanya peninjauan ulang dalam pelaksanaan pendidikan kader pada

partai Demokrat, bila permasalahan yang muncul adalah pencalonan

diri yang berfokus aka pengumpulan massa saja bukan berlandaskan

kesamaan kehendak dan cita-cita kebangsaan.

Menurut Budiardjo (2008), partai politik adalah sekelompok

manusia yang terorganisasi secara stabil dengan tujuan merebut atau

mempertahankan penguasaan terhadap pemerintah bagi pimpinan

partainya berdasarkan penguasaan ini, memberikan kepada anggota

partainya kemanfaatan yang bersifat idiil secara materiil.

Berdasarkan pendapat ahli yang telah disebutkan di atas, maka

dapat disimpulkan baghwa partai politik merupakan organisasi politik

yang memiliki ideology dan cita-cita tertentu yang ingin diraih secara

bersama-sama dan memilki tujuan untuk merebut dan atau

mempertahankan kekuasaan dengan cara bersaing dalam pemilu untuk

menduduki jabatan-jabatan politik.

2. Dasar Hukum Pembentukan Partai Politik

Undang-Undang No. 2 tahun 2011 Pasal 2 mengatakan:

a. Partai politik didirikan dan dibentuk paling sedikit 30 (tiga

puluh) orang warga Negara Indonesia yang berusia 21 (dua puluh

satu) tahun atau sudah menikah dari setiap provinsi.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Partai Politik 1 ...eprints.umm.ac.id/38995/3/04 BAB II.pdfpartai politik dan kaderisasi serta dicantumkan pula penelitian terdahulu yang ada hubungannya

12

(1) Partai politik sebagaimana dimaksudkan ayat (1) didaftarkan

oleh paling sedikit 50 (lima puluh) orang pendiri yang

mewakili seluruh pendiri partai politik dengan akta notaris

(2) Pendiri dan pengurus partai politik dilarang merangkap

sebagai anggota partai politik lain.

b. Pendirian dan pembentukan partai politik sebagaimana

dimaksudkan pada ayat (1) menyertakan 30% (tiga puluh

perseratus) keterwakilan perempuan.

c. Akta notaris sebagimana dimaksudkan pada ayat (1a) harus

memuat AD dan ART serta kepengurusan partai politik tingkat

pusat.

d. AD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) memuat paling sedikit:

(1) Asas dan ciri partai politik;

(2) Visi dan misi partai politik;

(3) Nama,lambang,dan tanda gambar partai politik;

(4) Tujuan dan fungsi Partai Politik;

(5) Organisasi, tempat kedudukan, dan pengambilan keputusan;

(6) Kepengurusan Partai Politik;

(7) Mekanisme rekrutmen keanggotaan Partai Politik dan

jabatan politik;

(8) Sistem kaderisasi;

(9) Mekanisme pemberhentiaan anggota Partai Politik;

(10) Peraturan dan keputusan Partai Politik;

(11) Pendidikan politik;

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Partai Politik 1 ...eprints.umm.ac.id/38995/3/04 BAB II.pdfpartai politik dan kaderisasi serta dicantumkan pula penelitian terdahulu yang ada hubungannya

13

(12) Keuangan politik; dan

(13) Mekanisme penyelesaian perselisihan internal Partai Politik.

e. Kepengurusan Partai Politik tingkat pusat sebagimana

dimaksudkan pada ayat (2) disusun dengan menyertakan paling

sedikit 30% (tigapuluh perseratus) keterwakilan perempuan.

3. Fungsi Partai Politik

Menurut Surbakti (2007), ada tujuh fungsi partai politik yaitu:

a. Sebagai sarana komunikasi politik.

b. Pemandu kepentingan.

c. Sebagai sarana sosialisasi politik

d. Sebagai sarana rekrutmen politik.

e. Pengendali konflik.

f. Partisipasi politik.

g. Sebagai kontrol politik.

Berdasarkan kenyataannya, tidak semua fungsi partai politik

dilaksanakan dalam porsi dan tingkat keberhasilan yang sama. Hal ini

tida hanya bergantung pada sistem politiknya, akan tetapi dipengaruhi

faktor lain seperti tingkat dukungan yang diberikan anggota

masyarakat terhadap partai politik, kemampuan adaptasi,

kompleksitas organisasi, otonomi, dan kesatuannya.

2.1.2 Definisi Konseptual Mengenai Kader dan Kaderisasi

1. Pengertian kader

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Partai Politik 1 ...eprints.umm.ac.id/38995/3/04 BAB II.pdfpartai politik dan kaderisasi serta dicantumkan pula penelitian terdahulu yang ada hubungannya

14

Menurut Budiardjo (2008), kader adalah orang yang berada

dalam suatu organisasi yang mempunyai tugas untuk mewujudkan visi

dan misi suatu organisasi. Dalam pendapat lain kader suatu organisasi

adalah orang yang telah dilatih dan dipersiapkan dengan berbagai

keterampilan dan disiplin ilmu, sehingga dia memiliki kemampuan

yang di atas rata- rata orang umum.

Pengertian di atas dapat dimaknai bahwa kader merupakan

sumber daya manusia sebagai calon anggota dalam organisasi yang

melakukan proses seleksi yang dilatih dan dipersiapkan untuk

memiliki keterampilan dan disiplin ilmu. Proses seleksi dapat disebut

juga kaderisasi. Fungsi dari kaderisasi adalah mempersiapkan calon-

calon (embrio) yang siap melanjutkan tongkat estafet perjuangan

sebuah organisasi.

Menurut Budiardjo (2008), kaderisasi merupakan fungsi yang

terabaikan sejak awal kehidupan partai politik sampai masa pasca

Orde Baru sekarang ini. Pada masa lalu, kaderisasi dilakukan bukan

oleh partai politik, melainkan oleh ormas-ormas yang menjadi

underbow di partai. Pimpinan partai tinggal menerima kader-kader

yang telah dihasilkan oleh ormas-ormas tersebut. Pada masa

demokratisasi sekarang ini, pimpinan partai politik seharusnya

melakukan pendidikan kader secara berjenjang dan

berkesinambungan untuk menghasilkan kader-kader partai politik

yang akan menjadi pimpinan nasional di masa mendatang. Oleh

karena itu, tepat sekali bila dikatakan bahwa partai politik adalah

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Partai Politik 1 ...eprints.umm.ac.id/38995/3/04 BAB II.pdfpartai politik dan kaderisasi serta dicantumkan pula penelitian terdahulu yang ada hubungannya

15

penghasil pimpinan nasional di masa depan. Bila partai politik mampu

menghasilkan kader yang berkualitas, berarti partai politik mampu

menyediakan pemimpin nasional masa depan yang berkualitas pula.

Menurut Tohir (2007), proses kaderisasi partai politik

memiliki cara sendiri untuk menumbuhkan militansi, salah satu

caranya yaitu dengan penanaman ideologi atau yang biasa disebut

visioning. Penanaman ideologi adalah faktor kunci pengkaderan yang

dalam institusi yang merupakan bagian dari format pengkaderan

formal dengan tahapan-tahapan yang dimatangkan oleh institusi yang

bersangkutan.

Menurut Asshiddiqie (2006) “Partai dibentuk memang

dimaksudkan untuk menjadi kendaraan yang sah untuk menyeleksi

kader-kader pemimpin negara pada jenjang-jenjang dan posisi-posisi

tertentu”. Kader-kader itu ada yang dipilih secara langsung oleh

rakyat, ada pula yang dipilih melalui cara yang tidak langsung, seperti

oleh Dewan Perwakilan Rakyat, ataupun melalui cara-cara yang tidak

langsung lainnya.

Sumber daya manusia sebagai calon anggota atau calon kader

dalam partai politik akan menjalani proses seleksi yang disebut

kaderisasi berupa pendidikan yang berjenjang dan berkesinambungan

agar memahami platform partai, sejarah perjuangan partai, arah

perjuangan partai dan strategi perjuangan politik yang digunakan oleh

partai serta memiliki militansi yang tinggi pada partai politik tersebut.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Partai Politik 1 ...eprints.umm.ac.id/38995/3/04 BAB II.pdfpartai politik dan kaderisasi serta dicantumkan pula penelitian terdahulu yang ada hubungannya

16

Salah satu caranya, yang merupakan faktor kunci yaitu dengan

penanaman ideologi.

2. Definisi Konseptual Mengenai Partai Kader

Menurut Amal, (1996) “Partai kader merupakan

perkembangan lebih lanjut dengan keanggotaan berasal dari golongan

kelas menengah ke atas”. Akibatnya ideologi yang dianut partai ini

adalah Konservatisme Ekstrem atau maksimal Reformis Moderat.

Karena itu partai kader tidak memerlukan organisasi besar yang dapat

memobilisasi massa. Sehingga partai kader lebih tampak sebagai

kelompok informal daripada sebagai organisasi yang didasarkan

disiplin.”

Selain itu juga ada pengertian partai kader yang dikemukakan

oleh Maryanah, ( 2004) yaitu partai yang mengandalkan pada kualitas

anggota, keketatan organisasi dan disiplin anggota sebagai sumber

kekuatan utama. Seleksi keanggotaan sangat ketat, melalui

pengkaderan yang berjenjang dan intensif, serta penegakan displin

partai yang konsisten, tanpa pandang bulu. Struktur organisasi sangat

hirarki, sehingga jalur perintah dan tanggung jawab sangat jelas dan

elitis.

Berdasarkan dua pengertian partai kader dari ahli-ahli di atas,

dapat disimpulkan bahwa partai politik yang mengandalkan kualitas

anggota serta keanggotaannya melalui sistem yang sudah ditentukan

dengan ketat, berjenjang serta intensif yang memiliki tanggung jawab

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Partai Politik 1 ...eprints.umm.ac.id/38995/3/04 BAB II.pdfpartai politik dan kaderisasi serta dicantumkan pula penelitian terdahulu yang ada hubungannya

17

dan disiplin yang tinggi. Partai kader biasanya menganut ideologi

Konservatisme Ekstrem atau maksimal Reformis Moderat.

2.1.3 Kaderisasi Partai Politik

Menurut Andrianus, (2006) Kaderisasi lebih bersifat sebagai

proses “intervensi” dari partai politik untuk meningkatkan kapasitas

individual para anggotanya agar mampu menjalankan sebagai fungsi

partai. Selain itu, secara eksternal, kaderisasi juga berarti penting bagi

tanggung jawab partai dalam melakukan pendidikan politik kepada

publik.

Kaderisasi sekaligus juga berguna untuk memastikan bahwa

orang-orang yang terseleksi dalam proses rekrutmen adalah orang yang

kompeten atau memiliki layolitas terhadap partai. Karakteristik kaderisasi

yang ingin dihasilkan ini akan juga ditentukan oleh kecenderungan

tipedari partai yang bersangkutan.

Agar proses kaderisasi ini dapat terjaga kontinuitasnya, maka

dibutuhkan pelembagaan kaderisasi. Ada dua dimensi utama yang penting

dicermati dalam rangka melakukan pelembagaan kaderisasi, yang

sebenarnya menjadi ciri khas pelembagaan demokrasi dalam internal

partai, yakni dimensi formal dan dimensi politis.

Dimensi formal berkenaan dengan soal bahwa internalisasi nilai-

nilai demokrasi dan perjuangan partai butuh dicangkokkan melalui

instrumen program pendidikan dan pembentukan lembaga yang khusus

mengelola kaderisasi. Dengan kata lain ini berkenaan dengan

pembentukan sistem formal kaderisasi. Sedangkan dimensi politis

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Partai Politik 1 ...eprints.umm.ac.id/38995/3/04 BAB II.pdfpartai politik dan kaderisasi serta dicantumkan pula penelitian terdahulu yang ada hubungannya

18

menempatkan kaderisasi dalam makna ruang politik, yakni ruang tarik-

menarik atau kompetisi berbagai kepentingan atau faksi-faksi internal

partai yang rawan konflik. Secara spesifik, benturan antara dimensi formal

dan politis ini akan diawali dari ketegangan kebutuhan partai untuk

menciptakan standar-standar kapasitas tertentu bagi para anggotanya di

satu sisi, dan potensi kehendak politis untuk mengabaikannya. Dimensi

politis yang muncul di sini sebenarnya juga karena keterkaitan kaderisasi

dengan dimensi politis dalam proses rekrutmen.

Komitmen untuk melaksanakan kaderisasi tidak cukup dengan

hanya mencantumkannya dalam AD/ART. Ini berikutnya harus

diterjemahkan dalam program-program partai dalam setiap periode dan

tingkatan kepengurusan. Komitmen dan keseriusan partai politik dalam

melakukan kaderisasi harus bisa diukur dengan ukuran-ukuran yang

kongkret dan dipahami oleh publik. Oleh karena itu, setidaknya komitmen

dan tingkat keseriusan itu dapat diukur dengan mencermati beberapa

indikator sebagai berikut :

1. Sistem Kaderisasi terdiri dari: orientasi pengkaderan, kesesuaian

materi kaderisasi dengan platform dan program, mekanisme

kaderisasi.

2. Kelembagaan terdiri dari: keberadaan lembaga kadrisasi dalam tiap

tingkatan kepengurusan partai, penjaluran kader pasca kaderisasi

(penjaluran output), adanya trainer yang melaksanakan kegiatan

pengkaderan.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Partai Politik 1 ...eprints.umm.ac.id/38995/3/04 BAB II.pdfpartai politik dan kaderisasi serta dicantumkan pula penelitian terdahulu yang ada hubungannya

19

3. Kuantitas terdiri dari: jumlah orang yang mengikuti pengkaderan, dan

jumlah trainer.

4. Kualitas meliputi: tingkat kapasitas keahlian peserta kaderisasi, karya

atau prestasi peserta pasca kaderisasi, waktu dan dana. Sedangkan

pada alokasi waktu dan dana di bagi lagi menjadi Alokasi waktu yang

dialokasikan bagi program-program pengkaderan dan Alokasi dana

yang dianggarkan untuk program-program pengkaderan.

2.1.4 Kriteria Kader

Menurut Tohir, (2007) “kader adalah pendukung yang telah

menjadi anggota dari partai politik tertentu yang ditentukan berdasarkan

mekanisme rekrutmen yang berlaku dalam setiap partai politik”. Mereka

ini berikutnya akan diproyeksikan untuk tampil sebagai penggerak roda

organisasi partai, baik sebagai pengelola atau pemimpin partai maupun

untuk menjadi pejabat-pejabat publik yang direkomendasikan oleh partai.

Agar partai politik dapat menjalankan fungsinya secara efektif,

maka kader partai harus terlebih dahulu bersepakat dengan garis ideologi

dan aturan - aturan yang berlaku dalam partai. Ini misalnya ditunjukkan

dengan penerimaan terhadap AD/ART dan arah perjuangan partai.

Konsekuensinya, saat bersamaan, partai politik tidak dapat mentoleransi

kader-kadernya yang secara fundamental tidak bersepakat dengan

kepemimpinan dan ide-ide perjuangan partai, loyal kepada partai lain atau

menolak untuk terlibat kerja dalam struktur partai. Namun demikian,

setiap partai politik harus tetap terbuka bagi munculnya berbagai

pandangan maupun inisiatif dari individu-individu partai. Ini penting agar

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Partai Politik 1 ...eprints.umm.ac.id/38995/3/04 BAB II.pdfpartai politik dan kaderisasi serta dicantumkan pula penelitian terdahulu yang ada hubungannya

20

tidak terjadi stagnasi dalam partai politik. Artinya, partai politik

sungguhpun dituntut untuk memiliki konsistensi ideologi dan format

organisasi yang koheren dengannya, namun harus memperhatikan

munculnya ide-ide dan inovasi baru sesuai dengan kebutuhan obyektif

yang ada.

Demi mendapatkan kader-kader yang sesuai dengan kebutuhan

partai, maka tiap partai memiliki kriterianya masing-masing. Perbedaan

kriteria kader ini adalah konsekuensi dari perbedaan tipe partai,

sungguhpun kombinasi juga dimungkinkan karena pergeseran

kecenderungan dari partai yang bersangkutan.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Partai Politik 1 ...eprints.umm.ac.id/38995/3/04 BAB II.pdfpartai politik dan kaderisasi serta dicantumkan pula penelitian terdahulu yang ada hubungannya

21

Tabel 2.1

Kriteria Kader

Tipe Partai Kriteria Kader

Partai Massa

1. Kader memiliki kesamaan

ideologi dengan ideologi partai.

2. Kader memiliki kedekatan

sejarah sosio - kultural dengan

basis sosio - kultural pendukung

partai.

3. Kader harus dihasilkan melalui

proses pengkaderan internal

partai.

4. Kader adalah simpul mobilisasi

pendukung partai (simpul

massa).

Partai kader

1. Kader memiliki kesamaan

ideologi dengan ideologi partai

meskipun mungkin dalam batas

yang cair.

2. Kader dihasilkan melalui proses

pengkaderan internal partai

namun bisa juga tidak.

3. Kader memilki kualitas untuk

merancang kebijakan partai dan

memiliki kapasitas menduduki

jabatan-jabatan publik.

4. Kader tidak mesti menjadi

simpul massa / mobilitas massa.

Partai Catch all

1. Kader memilki kesamaan ideologi

dengan ideologi partai meskipun

mungkin dalam batas yang sangat

cair.

2. Kader memiliki kesesuaian dengan

isu-isu utama partai bagi

pemenangan pemilu.

3. Kader tidak mesti berasal melalui

kaderisasi formal partai, namun

bisa juga berasal dari mantan

anggota atau kader partai lain.

4. Kader memiliki kualitas untuk

merancang kebijakan partai dan

memiliki kapasitas menduduki

jabatan-jabatan publik.

Sumber: Andrianus, 2006

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Partai Politik 1 ...eprints.umm.ac.id/38995/3/04 BAB II.pdfpartai politik dan kaderisasi serta dicantumkan pula penelitian terdahulu yang ada hubungannya

22

2.1.5 Alternatif Model Kaderisasi

Menurut Surbakti, (2007) “Untuk mendapatkan kader-kader

dengan kriteria yang dibutuhkan maka partai politik butuh untuk

mendesain sistem kaderisasi yang jelas dan sesuai dengan kebutuhan

partai untuk menjawab tantangan kebutuhan”. Berikutnya, untuk

menjamin keberlanjutan kaderisasi, maka sistem kaderisasi ini butuh

dilembagakan segera formal dalam satu lembaga khusus yang dalam

logika struktur fungsi, format kelembagaannya akan mengikuti fungsi-

fungsi yang dibebankan dalam sistem kaderisasi berikut.

Sistem kaderisasi bisa disusun berdasarkan model hirarkhi,

spesialisasi atau keahlian atau campuran dari keduanya. Model ini bisa

disesuaikan dengan kebutuhan fungsi-fungsi partai yang akan dijalankan

di tiap wajah partai. Selain itu masing-masing model akan memiliki

implikasi, misalnya, bagi pengelolaan struktur organisasi partai baik

untuk bagan organisasi yang sifatnya vertikal (struktur vertikal organisasi)

atau yang bersifat horisontal (struktur keahlian/spesialisasi dari

organisasi) dan sitem karir.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Partai Politik 1 ...eprints.umm.ac.id/38995/3/04 BAB II.pdfpartai politik dan kaderisasi serta dicantumkan pula penelitian terdahulu yang ada hubungannya

23

Tabel 2.2

Alternatif Model Kaderisasi

KADERISASI

Kebutuhan Sifat Lembaga

1. Kebutuhan untuk

menduduki jabatan-

jabatan publik,

2. Kebutuhan

mengorganisir dan

memobilisasi massa

pendukung,

3. Menjadi jembatan

kumunikasi antara

partai dengan

pendukung, publik

luas dan media

massa

4. Kebutuhan

kemampuan

penggalangan dana

1. Hierarki/Penjenjangan

• Tingkat Dasar

• Tingkat Menengah

• Tingkat Lanjut

2. Spesialisasi/keahlian

• Training Policy

making (based

issue)

• Training Organizer

• Training Fund

raiser

• Training berbasis

isu. Misalnya :

Gender

Campuran/kombina

si

1. Lembaga

pengkaderan

(kaderisasi

formal

dan/atau non

formal)

• Lembaga

pengkader

an tingkat

nasional

• Lembaga

pengkader

an tingkat

Provinsi

• Lembaga

pengkader

an tingkat

Kabupaten

/Kota

• Lembaga

pengkader

an tingkat

desa

Sumber: Surbakti, 2007

1. Model Hirarkhi

Menurut Surbakti, (2007) pengertian model hirarkhi adalah

penjenjangan kaderisasi berdasarkan pelapisan yang bertahap,

bertingkat atau piramidal. Ini misalnya bisa disusun dengan

melakukan penjenjangan kaderisasi tingkat dasar, tingkat menengah,

tingkat lanjut atau penyebutan lainnya. Rasionalisasi penjenjangan

model hirarkhi ini bisa dilakukan karena alasan penjenjangan sebagai

akibat pentahapan materi kaderisasi (materi bersifat piramidal) dan

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Partai Politik 1 ...eprints.umm.ac.id/38995/3/04 BAB II.pdfpartai politik dan kaderisasi serta dicantumkan pula penelitian terdahulu yang ada hubungannya

24

penjenjangan sebagai akibat pentahapan karir dalam organisasi (karir

bersifat piramidal).

Penggunaan model penjenjangan dengan model hirarkhi

seperti ini menciptakan beberapa implikasi dalam kaitannya dengan

kehidupan internal partai. Ini misalnya dilakukan karena ada

kebutuhan untuk menyelesaikan pada pembekalan kapasitas lainnya.

Intinya, materi pengkaderan diandaikan dalam skema piramidal.

Pentahapan materi dalam skema piramidal akan berguna untuk

dapat memastikan bahwa setiap kader partai akan memiliki tingkat

kapasitas yang sama karena melalui proses kaderisasi yang sama

(standarisasi). Sedangkan pentahapan sebagai akibat dari kebutuhan

untuk melakukan pentahapan karir bisa berguna bagi salah satu

persyaratan meniti karir organisasi pada posisi-posisi yang ada di

tingkat lokal dengan regional atau pusat. Ini misalnya tampak tingkat

melalui persyaratan tingkat kaderisasi tertentu yang harus diikuti oleh

calon ketua partai, sekretaris jenderal dan sebagainya di setiap

tingkatan.

2. Model Spesialisasi/Keahlian

Menurut Surbakti, (2007) “Model selain dengan menggunakan

model hirarkhi, jenjang kaderisasi juga disusun dengan model yang

berbasis spesialisasi atau keahlian tertentu yang harus dimiliki oleh

seorang kader untuk dapat terlibat secara aktif sebagai aktivis partai

politik”. Model ini didasarkan pada rasionalisasi adanya beragam

fungsi dalam pengelolaan partai yang membutuhkan keahlian khusus

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Partai Politik 1 ...eprints.umm.ac.id/38995/3/04 BAB II.pdfpartai politik dan kaderisasi serta dicantumkan pula penelitian terdahulu yang ada hubungannya

25

sehingga materi-materi kaderisasi lebih menonjolkan sisi keahlian

tertentu yang harus dimiliki kader partai. Saat bersamaan, model

berbasis spesialisasi ini juga akibat dari upaya penciptaan sistem karir

yang lebih bersifat menyebar, artinya disesuaikan dengan karir yang

hendak ditempuh oleh seorang kader partai.

Keberagaman fungsi-fungsi ini misalnya menyangkut fungsi

internal seperti keahlian manajerial dalam mengelola organisasi,

keahlian sebagai calon pengelola hubungan partai dengan masyarakat

dan media, keahlian sebagai penggalang dukungan dalam pemilu,

keahlian sebagai penggalang dana, dan sebagainya. Fungsi-fungsi ini

diandaikan berdiri sendiri namun tetap dalam satu kesatuan sistem

pengelolaan partai.

2.2 Penelitian Terdahulu

Berikut ini adalah penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan

dilakukan yang pertama adalah Roni, (2014) dengan judul “Sistem Kaderisasi

Dan Penetapan Calon Anggota Legislatif Dalam Pemilu 2009 (Studi Kasus

Partai Golkar Kabupaten Penajam Paser Utara)”.

Hasil penelitian penelitian ini menunjukkan kapasitas dan kapabilitas

serta kredibilitas yang tinggi dalam meningkatkan kualitas sumber daya

manusia, perekonomian dan infrastuktur adalah sesuatu yang diharapkan oleh

partai Golkar untuk merekrut kader-kader yang berpotensi dan mampu diajukan

sebagai calon anggota legislatif pada pemilihan umum periode tahun 2004-2009

di Kabupaten Penajam Paser Utara. Proses rekrutmen yang diproyeksikan pada

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Partai Politik 1 ...eprints.umm.ac.id/38995/3/04 BAB II.pdfpartai politik dan kaderisasi serta dicantumkan pula penelitian terdahulu yang ada hubungannya

26

pemilihan anggota legislative menunjukan adanya peningkatan kualitas kader

pada partai Golkar, hal ini terjadi pada pemilihan anggota legislatif untuk tahun

2004-2009 yang mana kader yang dipilih untuk menjadi anggota legislatif

berasal dari dalam partai Golkar. Walaupun di dalam prosesnya partai Golkar

menggunakan sistem tertutup dalam menentuan calon, partai Golkar sebenarnya

juga memakai sistem tertbuka tetapi hanya pada proses pendaftaran, karena

partai Golkar membuka peluang kepada siapa saja yang ingin mendaftarkan diri

menjadi calon legislatif dari partai Golkar di Kabupaten Penajam Paser Utara

Diharapkan DPD partai Golkar Kabupaten Penajam Paser Utara

mengkolaborasikan antara sistem bottom up dari (bawah ke atas) dan sistem top

down (dari atas ke bawah), supaya partai tidak hanya fokus pada kaderisasi di

tingkat desa saja atau yang lebih dikenal sebagai Karekterdes (kaderisasi tingkat

desa), tetapi partai Golkar juga harus lebih fokus kepada kaderisasi di tingkat

nasional, agar nantinya elit-elit politik yang di hasilkan dari proses kaderisasi

yang dilakukan bener-benar sesuai dengan apa yang di harapkan oleh partai

Golkar itu sendiri, karena hasil dan kinerja dari para pemimpin di tingkat

nasional dan di tingkat desa akan menjadi tolak ukur penilaian masyarakat

terhadap baik buruknya citra partai Golkar di mata masyarakat.

Perbedaan penelitian Saputra, (2014) dengan penelitian ini adalah

periode penelitian yang dilakukan Saputra, Roni Tamara (2014) adalah tahun

2014 sedangkan penelitian ini adalaha pada tahun 2018. Penelitian Saputra,

(2014) membahas soal sistem kaderisasi dan penetapan calon anggota

legislative pada partai golkar sedangkan pada penelitian ini hanya membahas

soal sistem kaderisasi pada partai demokrat.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Partai Politik 1 ...eprints.umm.ac.id/38995/3/04 BAB II.pdfpartai politik dan kaderisasi serta dicantumkan pula penelitian terdahulu yang ada hubungannya

27

Penelitian Nurazizah, (2015) dengan judul “Kaderisasi Partai Nasdem

Dalam Menghadapi Pemilu Legislatif 2014 Di Kabupaten Maros”. Berdasarkan

hasil pembahasan terkait DPD Partai Nasdem Kabupaten Maros dalam hal pola

kaderisasi calon anggota legislatif yang di gunakan adalah Pola Rekrutmen

calon anggota legislatif yang digunakan pada DPD Partai Nasdem Kabupaten

Maros adalah Pola rekrutmen terbuka, yaitu memberikan kesempatan yang

sangat luas bagi siapapun anggota masyarakat yang ingin mendaftarkan diri

sebagai calon anggota legislatif dari Partai Nasdem Kabupaten Maros,

walaupun seseorang itu bukan kader atau pengurus partai asal dapat memenuhi

syarat-syarat dan ketentuan yang berlaku.

Langkah-langkah yang ditempuh Partai Nasdem Kabupaten Maros yang

mampu memudahkan dalam proses perekrutan yaitu: membentuk tim seleksi

rekrutmen, syarat dan prosedur diumumkan secara luas, dan memberi peluang

yang sama.

Perbedaan penelitian Nurazizah, (2015) dengan penelitian ini adalah

periode yang dilakukan Nurazizah, (2015) adalah pada tahun 2015 sedangkan

penelitian ini pada tahun 2018. Pada penelitian Nurazizah, (2015) membahas

soal kaderisasi partai nasdem dalam menghadapi pemilu legislatif 2014 di

kabupaten maros sedangkan pada penelitian ini membahas sistem kaderisasi

pada partai demokrat.

Penelitian Sulaeman, (2015) dengan Judul “Demokrasi, Partai Politik,

Dan Pemilihan Kepala Daerah”. Hasil dari penelitian ini Pertama, partai politik

pengusung sebelum mendaftarkan calonnya ke KPU harus telah menemukan

pasangan calon yang kapabel dan akuntabel disamping tingkat elektabilitas

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Partai Politik 1 ...eprints.umm.ac.id/38995/3/04 BAB II.pdfpartai politik dan kaderisasi serta dicantumkan pula penelitian terdahulu yang ada hubungannya

28

memadai. Kiranya dapat dipertimbangkan bahwa calon kepala daerah yang

akan menentukan siapa calon wakilnya, supaya ketika mereka sama-sama

terpilih, wakil kepala daerah merasa direkomendasi oleh kepala daerah. Dengan

cara ini sang wakil kepala daerah tidak akan menempatkan diri sebagai rival

dan akan loyal bahkan patuh pada kepala daerah, karena yang bersangkutan

eksistensinya bisa menjadi wakil kepala daerah karena keinginan dan usulan

kepala daerah. Formasi demikian diharapkan pada penyelenggaraan

pemerintahan akan menjadi lebih solid dan fungsional. Dengan kata lain,

memahami dan bijaksana tau posisi menempatkan diri.

Kedua, visi dan misi kebijakan program seyogyanya dibicarakan secara

matang oleh calon gubernur dan calon wakil gubernur beserta partai politik

pengusung, apakah satu partai atau koalisi, dikaitkan dengan ideology dan

platform partai. Terdapat kesan selama ini, hal tersebut digarap secara dadakan

dan hanya memakai pola copy-paste dari pengalaman pemilihan kepala daerah

di tempat lain oleh tim ahlinya.

Ketiga, partai politik pengusung, baik yang ada di gedung DPRD

maupun di DPW beserta kadernya, wajib mengawal pasangan terpilih gubernur

dan wakil gubernur, apakah yang bersangkutan mampu menjalankan

menjalankan visi, misi, kebijakan, dan program dibingkai oleh ideologi dan

platform partai politik secara nyata, sesuai dengan janji kampanyenya. Hal ini

merupakan pertanggungjawaban partai politik pada rakyat pemilih sehingga

rakyat percaya pada partai politik tersebut.

Perbedaan penelitian Sulaeman, (2015) dengan penelitian ini adalah

penelitian Sulaeman, Affan (2015) membahas tentang bagaimana demokrasi,

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Partai Politik 1 ...eprints.umm.ac.id/38995/3/04 BAB II.pdfpartai politik dan kaderisasi serta dicantumkan pula penelitian terdahulu yang ada hubungannya

29

partai politik, dan pemilihan kepala daerah dapat berjalan dengan baik

sedangkan pada penelitian ini membahas tentang sistem kaderisasi partai

demokrat.

Penelitian Pinem, (2016) dengan judul “Membangun Partai Yang

Demokratis Dan Memilih Sistem Pemilu”. Hasil dari penelitian ini

menunjukkan pemilihan tertutup dianggap merupakan sistem pemilu yang baik

karena mampu menekan praktik politik uang yang terjadi serta menekan biaya

pemilu yang cenderung mahal terutama dalam internal partai.

Sistem ini Partai tahu betul siapa kader yang punya kapasitas dan

integritas dan sesuai dengan visi-misi partai. Sistem ini juga untuk

menyederhanakan pilihan, dimana masyarakat cukup memilih partai, kemudian

partai mengirim kader-kader terbaiknya ke parlemen, sebab partai telah

mengetahui rekam jejak masing-masing calon.

Perbedaan penelitian Pinem, (2016) dengan penelitian ini adalah

penelitian Pinem, (2016) membahas tentang bagaimana cara membangun partai

yang demokratis dan memilih sistem pemilu sedangkan pada penelitian ini

membahas tentang sistem kaderisasi partai demokrat.

Penelitian Itiniyo (2016) dengan judul “Peran Partai Politik Dalam

Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat Ditinjau Dari Uu. No. 2 Tahun 2011”.

Hasil dari penelitian ini mengahasilkan 2 hasil antara lain pengaturan kepartaian

di Indonesia dalam hukum positif ialah diatur dengan Undang-Undang No. 2

Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 2 Tahun 2008 tentang

Partai Politik, yang mengatur berbagai aspeknya antara lain tentang

Pembentukan Partai Politik, tentang asas dan ciri partai politik tentang Tujuan

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Partai Politik 1 ...eprints.umm.ac.id/38995/3/04 BAB II.pdfpartai politik dan kaderisasi serta dicantumkan pula penelitian terdahulu yang ada hubungannya

30

dan Fungsi Partai Politik, tentang hak dan kewajiban Partai Politik, dan lain-

lainnya, yang menempatkan dan merumuskan keberadaan Partai Politik sebagai

sarana penting dalam berbagai bidang seperti dalam pendidikan politik,

partisipasi politik, rekrutmen politik, dan lain sebagainya.

Peran Partai Politik terjelma dari pelaksanaan tujuan dan fungsi Partai

Politik. Peranan yang diberikan tersebut tidak dalam bentuk dan wujud materi

seperti dana bagi pembangunan daerah, melainkan dalam rumusan kebijakan

politik seperti politik penganggaran yang ditujukan untuk membiayai

kegiatankegiatan yang memberikan jaminan bagi kesejahteraan masyarakat.

Perbedaan penelitian Itiniyo (2016) dengan penelitian ini adalah

penelitian Itiniyo (2016) membahas tentang bagaimana peran partai politik

dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat sedangakan pada penelitian ini

membahas tentang sistem kaderisasi partai demokrat. Persamaan penelitian

itiniyo (2016) dengan penelitian ini adalah penelitian yang membahas tentang

partai politik di masyarakat.