KADERISASI PARTAI POLITIK DALAM MENGUPAYAKAN …
Transcript of KADERISASI PARTAI POLITIK DALAM MENGUPAYAKAN …
i
KADERISASI PARTAI POLITIK
DALAM MENGUPAYAKAN KUALITAS IDEOLOGI
Penelitian deskriptif-kualitatif Dewan Pimpinan Wilayah Partai Persatuan
Pembangunan Daerah Istimewa Yogyakarta
SKRIPSI
Disusun Oleh :
NOVIA PUTRI PANGESTI
16520201
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”
YOGYAKARTA
2020
iv
MOTTO
“Q.S Al-Insyiroh ayat 1-8”
(1) Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?
(2) Dan Kami telah menghilangkan darimu bebanmu
(3) yang memberatkan punggungmu
(4) Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu
(5) Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan
(6) sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan
(7) Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh (urusan) yang lain
(8) dan hanya kepada Tuhan-mulah hendaknya kamu berharap.
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Rabb semesta alam yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-NYA kepada penyusun. Puji syukur hanyalah kepada Allah
yang masih memberikan kemudahan kepada penyusun sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini. Penyusun dengan rasa bahagia mempersembahkan
skripsi ini untuk :
1. Orangtua yang telah memberikan segalanya untuk penyusun, dukungan
kepada penyusun hingga penyusun dapat menempuh pendidikan dibangku
kuliah, doa-doa yang tak lepas dipanjatkan, perjuangan dengan keringat
yang luar biasauntuk penyusun. Skripsi ini adalah persembahan kecil dari
kasih sayang bapak dan mami kepada penyusun. Maturnuwun kagem bapak
lan mami, kalian berdua adalah orangtua luar biasa untuk anak-anakmu
yang luar biasa
2. Keluarga kecil 5 bersaudara, teruntuk mas Danang terimakasih banyak
untuk perjuangan dari awal yang selalu menemani penyusun untuk bisa
sampai di kampus tercinta STPMD “APMD” Yogyakarta, mas Rudi dengan
dukungan finasialnya, mba Rika yang selalu menjadi saudara ter-ter luar
biasa, selalu mendengarkan curhat dari penyusun dan Adik serasa kangmas
Heru Hartanto yang selalu mewarnai hari-hari disaat penyusun berada
dirumah. Terimakasih dan maaf untuk semua, semoga kalian bangga dengan
karya kecil skripsi ini.
vi
3. Keluarga besar dan masyarakat sekitar rumah yang selalu memberikan
dukungan dan do’a untuk kesuksesan penyusun kedepan.
4. Teman-teman angkatan, teman dikelas, anak-anak Kost Kece yang
membersamai penyusun berjuang disaat kuliah, makan, jalan-jalan, ngobrol
dan jadi teman diskusi. Terimakasih untuk kisahnya dan perjalanannya
selama ini. Skripsi ini sebagai bukti bahwa kita pernah punya cerita dan kita
pernah bersama
5. Teman-teman berjuang dan teman-temanku belajar untuk lebih dekat
dengan Allah, teman-teman yang insyaa Allah sampai ke Jannah.
Terimakasih akhowati fillah MMPI Yogyakarta, skripsi ini adalah tanda
bahwa penyusun pernah melalui masa-masa indah bersama kalian semua.
6. Teman-teman Fastabiqul Khairat UKMI yang tidak bisa disebutkan satu per
satu karena kalian semua berarti dalam perjalanan belajar bagi penulis di
kampus STPMD “APMD”, teman-teman rasa keluarga, organisasi seperti
rumah sendiri itulah UKMI
7. Terakhir, persembahan ini untuk yang selalu memberikan motivasi dan
semangat lagi disaat penat, lelah dan jenuh dengan aktivitas kuliah apalagi
skripsi, terimakasih untuk santri-santri di TAUD Fathimatuzzahra, adik-
adik santri TPA Nurul Islam Klitren. Terimakasih karena kalian semua
sudah menemani penyusun dan menjadi penyemangat tersendiri bagi
penyusun untuk selalu semangat menjalani dan menyelesaikan skripsi ini.
Ustadzah pengajar di TAUD dan pengajar di TPA Nurul Islam Klitren,
maturnuwun juga karena beliau-beliau selalu memberikan dukungan dan
vii
teman belajar serta diskusi bagi penyusun. Maaf penyusun tidak bisa
menyebutkan satu persatu, semoga skripsi menjadi kenangan bahwa kita
pernah berjumpa dan bersua.
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb alam semesta yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penyusun. Shalawat serta salam
tercurah kepada Baginda Rasulullah Muhammad, keluarga, sahabat dan
pengikutnya yang senantiasa istiqomah dalam mengemban risalah beliau.
Alhamdulillah, puji syukur hanyalah kepada Allah yang masih memberikan
kesempatan dan kemudahan kepada penyusun, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan sripsi dengan judul “Kaderisasi Partai Politik Dalam Mengupayakan
Kualitas Ideologi Dewan Pimpinan Wilayah Partai Persatuan Pembangunan
Daerah Istimewa Yogyakarta” dengan baik dan lancar.
Penyusun juga memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat
kesalahan dalam penyusunan skripsi ini. Saran dan kritik dari pembaca sangat
diharapkan untuk menyempurnakan tulisan ini kedepannya.
Dalam penyusunan skripsi yang berjudul “Kaderisasi Partai Politik dalam
Mengupayakan Kualitas Ideologi Dewan Pimpinan Wilayah Partai Persatuan
Pembangunan Daerah Istimewa Yogyakarta” penyusun menyadari bahwa banyak
seklai bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penyusun mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Almamater Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD”
Yogyakarta sebagai tempat peneliti menimba ilmu dan pengetahuan akademik.
2. Bapak Dr. Sutoro Eko Yunanto selaku ketua STPMD “APMD” Yogyakarta.
ix
3. Bapak Gregorius Sahdan, S.IP, M.A. selaku ketua Prodi Ilmu Pemerintahan
STPMD “APMD” Yogyakarta.
4. Bapak Drs. Parwoto, M.Si yang telah sabar membimbing penyusun dengan
sumbangan pikiran, pengetahuan serta gagasan yang mendukung dalam
penyusunan skripsi.
5. Bapak Drs. Jaka Triwidaryanta, M.Si dan Ibu Ir. Nelly Tiurmida, MPA yang
telah menguji skripsi dan membimbing peneliti dengan sumbangan pikiran,
pengetahuan serta gagasan yang mendukung dalam terselesaikannya skripsi.
6. Bapak/Ibu dosen pengajar program studi Ilmu Pemerintahan dan keluarga
besar STPMD “APMD” Yogyakarta yang telah membekali ilmu yang sangat
berguna dalam penyelesaian penyusunan skripsi ini dan memberikan
pengetahuan serta pengalaman yang dapat membantu memperlancar penyusun
dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Seluruh Karyawan STPMD “APMD” Yogyakarta yang telah membantu
melayani penyusun selama proses perkuliahan.
8. Bapak Amin Zakaria selaku ketua DPW PPP DIY dan segenap pengurus DPW
PPP DIY telah memberikan iJin penelitian dan dapat bekerja sama dalam
penelitian yang dilakukan penyusun serta memberikan dukungan kepada
penyusun.
9. Seluruh pihak yang telah membantu proses penyusunan skripsi ini. Terima
kasih atas dukungan, masukan, ide-ide, dan saran yang diberikan kepada
penyusun untuk proses penyelesaian skripsi ini.
x
Demikian skripsi ini peyusun buat, penyusun menyadari bahwa skripsi
ini jauh dari kesempurnaan. Penyusn selalu terbuka dan berterimakasih atas
saran dan kritik yang sifatnya membangun yang tentunya akan menjadi
pelajaran berharga bagi penyusun kedepannya.
Yogyakarta, 21 April 2020
Penyusun,
Novia Putri Pangesti
xi
SINOPSIS
Kaderisasi adalah suatu proses dalam membentuk kader-kader baru dalam
sebuah organisasi. Kaderisasi sangat penting, terlebih kaderisasi sebagai basis
pengkaderan partai politik mengingat perlu adanya transfer pengetahuan
(knowledge) politik, tidak hanya yang terkait dengan sejarah, visi, misi dan strategi
partai politik, tetapi juga hal-hal yang terkait dengan permasalahan bangsa dan
negara. Wujud nyata dari kaderisasi DPW PPP DIY yaitu dengan adanya
penanaman dan pemahaman mengenai partai politik kepada kader partai dengan
ideologi PPP. Sehingga dalam penelitian ini rumusan masalah yang akan diteliti
adalah bagaimana kaderisasi DPW PPP DIY dalam mengupayakan kualitas
ideologi?
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif kualitatif yaitu mendeskripsikan atau menggambarkan dan menjelaskan
bagaimana kaderisasi PPP dalam meningkatkan kualitas kader.. Teknik
pengambilan informan dalam penelitian ini adalah purposive, yaitu informan
menurut kriteria tertentu yang telah ditetapkan, diantaranya informan dalam bidang
politik. Penelitian ini menggunakan teknik dalam mengambil data dilapangan
dengan observasi langsung ke lapangan, wawancara dan teknik dokumentasi. Data
yang telah terkumpul dalam penelitian ini kemudian dianalis secara intrepretatif
berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati. Kemudian
analisis data tersebut dilakukan dengan proses kegiatan yang bersamaan yaitu reduksi data,
penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Proses kaderisasi melalui penanaman dan pemahaman nilai-nilai mengenai
partai politik yang dilakukan DPW PPP DIY melalui 7 yang terdiri dari 4 proses
penanaman nilai yang terdiri dari tata kelola partai politik, pembuatan kebijakan,
hubungan parpol dengan pemerintah, kepemimpinan dan 3 proses pemahaman
mengenai dinamika dan isu kontemporer, problem solving skill dan kepemiluan.
Tata kelola politik dilaksanakan 3 pintu kaderisasi dengan penamanan ideologi
partai berupa 6 prinsip perjuangan partai. Dinamika dan isu-isu kontemporer
dilakukan dengan kembali ke rumah besar umat Islam melalui agenda kaderisasi
formal disetiap jenjang pendidikan kader, seperti pendikan politik atau lokakarya
politik maupun seminar politik. Problem solving skill dilakukan dengan
memberikan kesadaran, kepedulian kader PPP dengan komunikasi yang unggul.
Pembuatan kebijakan dilakukan melalui forum-forum resmi dengan penyusupan
materi dan pemahaman mengenai proses pembuatan kebijakan. Hubungannya
antara partai politik dilaksanakan melalui pertemuan antara pengurus dan para
kader yang membahas tentang keadaan partai politik dengan pemerintah.
Kepemimpinan dilaksanakan dengan menyelenggarakan pelatihan kader dan
latihan kepemimpinan dasar dalam proses penanamana nilai-nilai terkait masalah
kepemimpinan dengan tujuan menyatukan PPP secara keseluruhan. Kepemiluan
dilaksanakan melalui lembaga Lajnah Pemenangan Pemilu Legislatif (LP2L)
merupakan lembaga yang diharapkan untuk memenangkan pemilu.
Kata Kunci : Kaderisasi, Partai Politik, Proses, Penanaman, Pemahaman
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………...…..……..……... i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ……………………......……. ii
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………………. iii
HALAMAN MOTTO …………………………………………………….…..... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………...……..…….. v
HALAMAN KATA PENGANTAR …………………………………………. viii
HALAMAN SINOPSIS ………………………………...………………....…… xi
DAFTAR ISI …………………………………………..…….………..….......... xii
DAFTAR TABEL ………………………………………………..…...…....….. xv
DAFTAR GAMBAR ……………….……………………………..………..…. xvi
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………...……….. xvii
BAB 1 PENDAHULUAN ……………………………………......……….…… 1
A. Latar belakang Masalah ……………………………...…...…….….. 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………….…..10
C. Tujuan Penelitian ….…………………………………...……....…... 10
D. Manfaat Penelitian ……………………………………….……...…. 10
E. Kerangka Dasar Pemikiran ………………………………………....11
xiii
1. Kaderisasi Partai Politik ………………….……………..…..…... 11
F. Ruang Lingkup Penelitian ……………………………....…………. 28
G. Metode Penelitian …………………………………………………... 29
1. Jenis Penelitian ………..…………………..…………………….. 29
2. Unit Analisis …………………..………………………...…….…. 30
3. Teknik Pengumpulan Data ……………………...…...……….… 32
4. Teknik Analisis Data …………………......……...…………….... 34
BAB II PROFIL DEWAN PIMPINAN WILAYAH PARTAI PERSATUAN
PEMBANGUNAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ………….….. 37
A. Sejarah …………………..……………...………………………....... 37
B. Struktur Organisasi …………………………………..…………...... 43
C. Hasil Perolehan Suara Pemilu Legislatif DPW PPP DIY ...…….... 55
D. Sarana dan Prasarana DPW PPP DIY…………………...…….….. 56
E. Dinamika Politik DPW PPP DIY…………………….……………. 58
F. Pelaksanaan Kaderisasi DPW PPP DIY …………………………. 61
BAB III ANALISIS TENTANG KADERISASI PARTAI POLITIK DALAM
MENGUPAYAKAN KUALITAS IDEOLOGI ……………………...………. 63
A. Deskripsi Informan ………………………………………………… 63
B. Kaderisasi Partai Politik dalam Mengupayakan Kualitas Ideologi 73
xiv
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN …………………………....…...…… 110
A. Kesimpulan …………………………………………..……..…...… 110
B. Saran …………………………………...………..…………………. 114
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………..…………………. 116
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Hasil Perolehan Suara Pemilu Legislatif PPP DPRD Propinsi DIY ..... 54
Tabel 1.2 Rencana Kegiatan Kaderisasi DPW PPP DIY……………..………… 61
Tabel 1.3 Data Informan menurut usia …………………………………….……. 63
Tabel 1.4 Data Informan menurut Jenis Kelamin ……………………………….. 66
Tabel 1.5 Data Informan menurut Pendidikan …………………………………... 67
Tabel 1.6 Data Informan menurut Jabatan ……………………………………… 69
Tabel 1.7 Data Informan menurut Pengalaman Politik ……………………...…... 72
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Logo Partai Persatuan Pembangunan ………………………….....… 38
Gambar 1.2 Susunan Pengurus Harian DPW PPP DIY ……………………….… 43
Gambar 1.3 Kegitan GPK Merapi dalam rangka Pendidikan Politik Santun bagi
GPK ……………………………………………………………………..……… 81
Gambar 1.4 Seminar Pendidikan Politik DPW PPP DIY ……………………..… 81
Gambar 1.5 Pertemuan pengurus DPW PPP DIY …………………...………….. 81
Gambar 1.6 Salah satu kegiatan DPW PPP DIY dengan materi “Kembali ke Rumah
Besar Umat Islam” ……………………………………………………...…….... 87
Gambar 1.7 Kegiatan rapat di Kantor DPW PPP DIY terkait isu di DIY ….…… 87
Gambar 1.8 Kegiatan Seminar DPW PPP DIY …………………………………. 90
Gambar 1.9 Musyawarah Wilayah DPW PPP DIY ……………………………. 95
Gambar 1.10 Kegiatan rapat pengurus dan tokoh PPP di DPW PPP DIY …..…. 95
Gambar 1.11 Pertemuan Pengurus DPW PPP DIY dan kader partai …………… 99
Gambar 1.12 Kegiatan Latihan Kepemimpinan Kader Dasar ………....………. 103
Gambar 1.13 Pengajian Akbar GPK Ababil Sanden ………………..…………. 107
Gambar 1.14 Pengajian Akbar memperingati Harlah PPP Ke 44 …………….... 107
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Pedoman Wawancara/Interview Guide
Lampiran 2
Surat Keputusan Susunan Kepengurusan Dewan Pimpinan Wilayah Partai
Persatuan Pembangunan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Masa Bakti 2016-
2021
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah
Kaderisasi adalah suatu proses penurunan dan pemberian nilai-nilai,
baik nilai-nilai umum maupun khusus oleh institusi bersangkutan. Proses
kaderisasi sering mengandung materi-materi kepemimpinan dan
manajemen, karena yang masuk institusi tersebut nantinya akan menjadi
penerus tongkat-tongkat estafet kepemimpinan, terlebih lagi pada institusi
dan organisasi yang dinamis (Muslihah, 2013: 23). Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, kaderisasi berawal dari kata “kader” yang memiliki
makna yaitu “orang yang diharapkan akan memegang peran yang penting
dalam sebuah organisasi”. Dengan demikian, kaderisasi adalah suatu proses
dalam membentuk kader-kader baru dalam sebuah organisasi tersebut.
Proses regenerasi kader merupakan bagian yang mutlak dalam
keberlangsungan sebuah organisasi, terhambatnya proses regenerasi jangka
panjang dapat mempengaruhi kinerja organisasi dalam visi dan misi,
dimana visi dan misi merupakan perwujudan dari ideologi yang membentuk
organisasi tersebut, begitu pula dengan keberadaan partai politik dalam
proses kaderisasinya.
Kaderisasi merupakan salah satu hal yang paling penting dalam
sebuah organisasi, mengingat kaderisasi adalah bagian yang sangat
menentukan umur sebuah organisasi. Sebuah organisasi hanya akan mampu
bertahan dari berbagai tantangan dan perubahan zaman jika dapat
2
melakukan regenerasi yang baik, maka mutlak diperlukan suatu proses
kaderisasi yang teratur dan berjenjang (Nofiard, 2013: 266-267 ).
Melalui adanya kaderisasi, diharapkan organisasi akan bertahan
dalam waktu cukup lama, tidak bersifat ad-hoc dalam mengemban visi dan
melaksanakan misinya. Pepatah Belanda mengatakan on mis baar, yang jika
diterjemahkan secara bebas berarti tidak ada di dunia ini atau organisasi
apapun yang tidak tergantikan. Pada saatnya seorang pemimpin secara
alamiah atau sebab lain pasti akan turun dan digantikan oleh yang lain.
Apalagi bagi pemimpin oganisasi modern, yang anggotanya terdiri dari
manusia-manusia yang mempunyai pemikiran rasional, mempunyai
wawasan kedepan, serta semakin tidak populernya teori “timbulnya
pemimpin karena dilahirkan”. Pemimpin tumbuh dan berkembang karena
melalui proses pembinaan dan dimatangkan oleh lingkungan. Sistem
pengkaderan di dalam suatu organisasi akan sangat tergantung dari besar
kecilnya organisasi, lingkup atau bidang kegiatan yang menjadi misi pokok,
sistem nilai yang dianut, serta eksistensi organisasi, apakah sementara atau
jangka panjang (Ningsih, 2016: 2).
Kaderisasi sangat penting, terlebih kaderisasi sebagai basis
pengkaderan partai politik mengingat perlu adanya transfer pengetahuan
(knowledge) politik, tidak hanya yang terkait dengan sejarah, visi, misi dan
strategi partai politik, tetapi juga hal-hal yang terkait dengan permasalahan
bangsa dan negara. Dalam kaderisasi juga dapat dilakukan transfer
keterampilan dan keahlian politik. Tugas utama yang diemban partai politik
3
dalam hal ini adalah menghasilkan calon-calon pemimpin yang berkualitas
yang nantinya akan bersaing dengan partai lain. Kaderisasi perlu disertai
dengan transparan yang memberikan jaminan akses kepada semua kader
yang memiliki potensi.
Proses kaderisasi untuk membentuk kader-kader dalam partai politik
berdasarkan ideologi partai politik dimaksudkan bahwa dasar dalam
melakukan pengkaderan oleh partai politik adalah ideologi yang dianut oleh
partai politik tersebut. Ideologi adalah produk kebudayaan suatu masyarakat
dan karena itu dalam arti tertentu merupakan manifestasi sosial dari
keinginan luhur masyarakat. Artinya perumusan ideologi seharusnya
dimaknai dari adanya keinginan untuk mewujudkan suatu struktur dan
kontruksi masyarakat yang diidealisasikan, sesuai dengan keadaannya
(Listiyono Santoso, 48). Berdasarkan pada pemahaman ini, maka pada
hakikatnya ideologi tidak lain adalah hasil refleksi terhadap kenyataan
hidup masyarakat yang terjadi hubungan dialektis. Oleh sebab itu,
berlangsung timbal balik yang terwujud dalam interaksi yang disatu pihak
memacu realitisasi ideologi dan di pihak lain mendorong masyarakat makin
mendekati bentuk yang ideal. Disini peran sebuah ideologi muncul untuk
mempersatukan frame berfikir dan paradigma.
Ideologi sebagai suatu “kata penting” dalam dunia politik
didefinisikan sebagai suatu paham dan nilai tertentu yang digunakan untuk
melingkupi semua usaha mencapai suatu kondisi ideal tertentu. Ideologi
memerankan peran dan fungsi yang yang mengarahkan bagaimana aktor
4
atau individu memahami dan memberikan arti pada setiap peristiwa yang
terjadi. Ideologi sangat membantu aktor politik untuk menyederhanakan
fenomena yang bersifat kompleks dan multidimensi. Ideologi partai politik
tersebut akan melahirkan kader-kader partai politik yang sesuai nilai-nilai
yang diyakini, mampu memberikan kebaikan bagi keberlangsungan partai
politik dan masyarakat. Kaderisasi partai politik tidak hanya menyangkut
regenerasi kepemimpinan melainkan juga tentang mengoperasionalkan
ideologi partai secara nyata baik di eksekutif, legislatif maupun struktural
partai. Ideologi dalam partai politik dijabarkan kedalam flatfom-flatfom
politik yang merupakan dasar untuk menentukan program-program umum
yang bertujuan untuk memperoleh dukungan dari masyarakat atau
konstituen politik. Dengan demikian posisi partai politik akan lebih dikenali
oleh masyarakat dan dirasakan kemanfaataanya yang bukan sekedar
mencari dan mengumpulkan dukungan untuk meraih kekuasaan, namun
memperhatikan aspek kebergunaan bagi masyarakat banyak, sehingga
identitas partai politik lebih terlihat jelas. Di era reformasi, Islam sebagai
ideologi partai politik diusung secara lantang oleh Partai Persatuan
Pembangunan (PPP). PPP menyatakan diri sebagai partai dengan Islam
sebagai ideologi, partainya umat Islam, partai pembawa aspirasi Islam dan
partai sebagai besar umat Islam. Prinsip-prinsip perjuangan PPP meliputi
prinsip ibadah, prinsip amar ma’ruf nahi mungkar, prinsip kebenaran,
kejujuran dan keadilan, prinsip musyawarah, prinsip persamaan,
kebersamaan dan persatuan dan prinsip istiqomah.
5
Tujuan PPP adalah mewujudkan masyarakat madani yang adil,
makmur, sejahtera lahir batin, dan demokratis dalam wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila di bawah ridho
Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Untuk mencapai tujuan tersebut, PPP
berkhidmat untuk berjuang, pertama, mewujudkan serta membina manusia
dan masyarakat yang beriman dan bertakwa kepada Allah Subhanahu Wa
Ta’ala, meningkatkan mutu kehidupan beragama, serta mengembangkan
ukhuwah Islamiyah. Oleh sebab itu, dalam mewujudkan tujuan tersebut PPP
menempuh jalan salah satunya dengan kaderisasi. Kaderisasi mutlak
dilakukan untuk keberlangsungan partai. Dalam kaderisasi PPP, Ketua
DPW (Dewan Pimpinan Wilayah) dan Ketua DPD (Dewan Pimpinan
Daerah) harus lulus jenjang kaderisasi. Salah satu upaya kaderisasi PPP
adalah dengan pelatihan dan pendidikan bagi kader-kader PPP untuk
meningkatkan kapasitas diri. Kaderisasi dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan struktur partai, sehingga nantinya pemimpin PPP berasal dari
kader internal, bukan merupakan kutu loncat, artinya kaderisasi PPP adalah
sarana untuk mencegah PPP dipimpin oleh orang luar yang tidak paham
dengan ideologi partai.
Wujud nyata dari kaderisasi PPP yaitu dengan adanya Pelatihan
Kaderisasi Tingkat Dasar, dimana kelanjutan parpol sangat ditentukan dari
proses kaderisasi tersebut. Dalam kaderisasi tingkat dasar ini, kader PPP
diperkuat ideologi dan garis perjuangan partai. Kader-kader dilatih dan
ditingkatkan kemampuan serta skill berkomunikasi. Dilain sisi, mereka juga
6
ditananamkan kesadaran keberpihakan kepada rakyat kecil. Pentingnya
kader PPP diperkuat ideologi dan garis perjuangan partai agar kader-kader
partai bisa berbuat dan berpihak kepada kepentingan masyarakat luas.
Kader-kader PPP juga merupakan pelanjut estafet kepemimpinan kedepan,
terlebih ditengah ketat dan kerasnya persaingan politik diantara partai
politik. Kader inilah yang menjadi ujung tombak PPP dalam meraih
kemenangan dalam kontestasi politik seperti pemilu. Sedangkan, dengan
skill dan komunikasi politik yang dimiliki kader diharapkan dapat
menyampaikan dan mensosialisasikan berbagai program kerja dan karya
nyata PPP. Dalam kaderisasi untuk para kader-kader PPP terdapat empat
tahapan diantaranya pelatihan kaderisasi kepemimpinan tingkat dasar,
pratama, tingkat madya dan tingkat nasional, dengan skema kaderisasi dari
pelatihan tingkat dasar, selanjutnya pengurus DPC kabupaten/kota
terbentuk dari hasil Muscab (Musyawarah Cabang) menggelar pelatihan
kaderisasi tingkat pratama. Pelatihan kaderisasi tingkat pratama tersebut
berlanjut hingga pelatihan kaderisasi tingkat yang tertinggi.
Kaderisasi PPP juga masuk dalam salah satu dari empat agenda
strategis PPP, selain revitalisasi ideologi, revitalisasi organisasi dan realisasi
program strategis. Kaderisasi masuk menjadi agenda strategis sebagai
wacana kaderisasi berbasis dapil. Dalam agenda strategis kaderisasi
berbasis dapil, dijelaskan 3 point penting yang menjadi dalam peningkatan
dan penguatan kader-kader PPP, utamanya dalam meningkatkan suara
dalam pemilu. Point-point itu diantaranya :
7
1. Kaderisasi berbasis Dapil adalah sekolah politik yang berfungsi sebagai
sarana untuk sosialisasi nilai-nilai dan internalisasi ideologi politik
dalam rangka pemenangan PPP.
2. Kaderisasi berbasis Dapil merupakan salah satu media rekrutmen politik
untuk mengisi kebutuhan internal parpol, baik sebagai manajer
organisasi, calon pemimpin, kader profesional, calon anggota
DPR/DPRD, calon Kepala Daerah dan kader penggerak pemenangan
PPP di TPS.
3. Kaderisasi berbasis Dapil dimaksudkan untuk keberlangsungan masa
depan partai, sesuai dinamika dan perubahan politik nasional dalam
sistem Pemilu yang kompetitif dan demokratis.
Melalui pola pengkaderan PPP yang tersistematis dengan
mengusung ideologi sebagai partai Islam pada realitasnya keberadaan
ideologi Islam dengan prinsip-prinsip perjuangan partai tidak sesuai dan
tidak tumbuh pada kader-kader PPP khususnya DPW PPP DIY. Hal ini
banyak terjadi dengan maraknya kericuhan dan kerusuhan yang dilakukan
kader-kader maupun relawan PPP. Kejadian tersebut sangat berseberangan
dan tidak sesuai dengan prinsip-prinsip perjuangan PPP. Data-data
mengenai kericuhan dan kerusuhan tersebut banyak dilansir oleh beberapa
media berita diantaranya :
BANTUL (MERAPI)-Tim advokat dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH)
Janoko Yogyakarta mendesak kepolisian Resort Sleman mengusut tuntas
penganiayan dan pengeroyokan empat anggota laskar dan aktivis Partai
8
Persatuan Pembangunan (PPP) usai ricuh di Jalan Magelang pada Rabu
(27/2) lalu. Pasalnya dua hari pascakasus penyerangan dan pengeroyokan,
petugas belum menangkap pelakunya.
“Sampai saat ini belum ada kejelasan atas laporan yang kami
ajukan. Pemeriksaan sangat lambat karena sampai saat ini baru
turun disposisi penyidikan. Untuk itu kami harap proses hukum
harus ditegakkan sampai tuntas,” ujar penasihat hukum para
pelapor dari LBH Janoko, Enji Pusposugondo SH kepada wartawan
HarianMerapi.com, Kamis (28/2) malam.
TEMPO.CO, Yogyakarta - Peristiwa kekerasan antar pendukung partai
politik selalu terjadi pada masa kampenye pemilihan umum di Yogyakarta.
“Ini peristiwa yang hampir rutin, tidak hanya saat ini saja,” kata
Koordinator Masyarakat Anti Kekerasan Yogyakarta Benny Susanto saat
dihubungi Tempo, Ahad, 6 April 2014 siang.
Putaran terakhir masa kampanye di Yogyakarta diwarnai keributan antar-
pendukung parpol, Sabtu sore kemarin. Massa Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan dan kelompok yang diduga simpatisan Partai Persatuan
Pembangunan terlibat bentrok di sekitar Terminal Ngabean. Sejumlah ruas
jalan dan toko di sekitar lokasi tutup, warga pun ketakutan.
Masyarakat Anti Kekerasan, kata dia, mencatat kekerasan antar pendukung
parpol saat masa kampanye di Yogyakarta juga pernah terjadi pada pemilu
sebelumnya. “Tahun 1999, 2004, sampai 2009 juga pernah terjadi,”
katanya. Bahkan, kedua partai itu, PDI Perjuangan dan PPP, dikenal
memiliki sejarah saling serang. Satu contoh kasus adalah peristiwa bentrok
9
antara massa PDI Perjuangan dan PPP di sekitar Pojok Beteng Wetan pada
2009
Yogyakarta, Gatra.com - Kapolres Kota Yogyakarta Kombes Pol Armaini
mengatakan pihaknya telah melakukan pemetaan pengamanan pemilu
menjelang kampanye akbar pada 24 Maret hingga 13 April.
Apalagi Kota Yogyakarta diketahui menjadi daerah rawan konflik pemilu,
terutama yang melibatkan "laskah hijau" yang cenderung sebagai
pendukung PPP dan "laskar merah" sebagai pendukung PDI Perjuangan.
“Kota Yogyakarta daerah rawan konflik gesekan antara laskar-
laskar hijau (PPP) dengan laskar-laskar merah (PDI Perjuangan).
Sebenarnya hari-hari biasa tidak ada masalah. Tapi ketika ada
acara yang berkaitan dengan politik, kami nanti antisipasi saat
rapat terbuka yang dimulai tanggal 24 Maret,” kata Kapolresta di
Kota Yogyakarta, Selasa (5/3).
Armaini menjelaskan, beberapa lokasi titik singgung kedua kelompok
tersebut yang patut diwaspadai adalah Ngabean di Kecamatan Ngampilan
yang menjadi basis PDI Perjuangan, kemudian Jogokaryan, Kecamatan
Mantrijeron, dan Warungboto, Kecamatan Umbulharjo, yang dikenal
sebagai basis PPP.
Dari berbagai data tersebut, penyusun kemudian menemukan
adanya kesenjangan antara realita Ideologi Islam dan prinsip-prinsip
perjuangan PPP dengan kenyataan dilapangan khususnya DPW PPP DIY.
Dengan demikian, berdasarkan latar belakang masalah yang telah
dipaparkan, penyusun akan mengamati dan meneliti lebih lanjut dalam
10
penelitian ini mengenai kaderisasi partai politik dalam mengupayakan
kualitas ideologi DPW PPP DIY.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dengan melihat
fenomena kaderisasi partai politik, maka peneliti memfokuskan penelitian
ini untuk menjawab rumusan masalah mengenai “Bagaimana kaderisasi
partai politik dalam mengupayakan kualitas ideologi?”
C. Tujuan Penelitian
Untuk mencapai hasil yang optimal dengan adanya dinamika partai
politik terutama dalam bidang kaderisasi, maka tujuan dari penelitian ini
adalah untuk menggambarkan atau mendeskripsikan mengenai kaderisasi
partai politik dalam mengupayakan kualitas ideologi.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini dibagi menjadi beberapa manfaat seperti
tersebut dibawah ini :
1. Manfaat akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada penyusun
dengan penelitian sejenis khususnya mengenai Partai Persatuan
Pembangunan terkait dengan kaderisasi partai politik dalam
mengupayakan kualitas ideologi.
11
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukkan kepada Partai
Persatuan Pembangunan khususnya DPW PPP DIY dalam rangka
kaderisasi partai politik dalam mengupayakan kualitas ideologi.
E. Kerangka Dasar Pemikiran
1. Kaderisasi Partai Politik
Setiap Partai politik baik di luar negeri atau pun di Indonesia
memiliki kader partai masing masing, kader partai tersebut mempunyai
andil besar dalam kesuksesan apakah suatu partai politik tersebut bisa
berjalan dengan baik atau partai tersebut mengalami kemunduran karena
kurangnya kader. Dalam penalaran yang wajar, kader partai adalah anggota
yang menjadi tulang pungung organisasi (partai) politik. Tulang punggung
organisasi secara produk perkaderan dan pengabdian yang berjalan secara
terus menerus dan sistematis hingga seseorang anggota mampu mengemban
kerja-kerja organisasi dan menjalankan aktivitas ke organisasian.
Sigmund Neumann dalam Miriam Budiardjo (2013 : 404), “Partai
Politik adalah organisasi dari aktivis-aktivis politik yang berusaha untuk
menguasai kekuasaan pemerintahan serta merebut dukungan rakyat melalui
persaingan dengan suatu golongan atau golongan lain yang mempunyai
pandangan yang berbeda. Pendapat menurut Sigmund, diartikan penyusun
dalam penelitian ini adalah partai politik yakni PPP merupakan organisasi
yang didalamnya terdapat pengurus dan anggota yang mempunyai orientasi
untuk memegang kekuasaan dalam pemerintahan melalui dukungan rakyat
12
dengan pemilu dan bersaing dengan parpol-parpol yang lain. Penyusun
mengartikan pendapat tersebut bahwa adanya partai politik karena adanya
pemerintahan yang ingin dikuasai lewat segolongan kelompok organisasi
misal seperti PPP.
Menurut Giovanni Sartori dalam Miriam Budiardjo (2013 : 405),
partai politik adalah suatu kelompok politik yang mengikuti pemilihan
umum dan melalui pemilihan umum itu, mampu menempatkan calon-
calonnya untuk menduduki jabatan-jabatan publik. Artinya, untuk bisa
memperoleh dan menempatkan calonnya di kursi jabatan publik harus
melalui pemilu. Begitu pula yang dilakukan PPP sampai sekarang, sehingga
masih tetap eksis dipercaturan politik dan pemilu.
Organisasi partai politik mengorganisasikan anggotanya, baik
individu maupun kelompok, dengan ikatan ideologis. Terdapat suatu sistem
nilai dan tujuan politik yang meyatukan dan menginspirasi cara organisasi
dalam melakukan integrasi. Partai politik adalah organisasi yang mengelola
ideologi. Ideologi tidak hanya ditempatkan sebagai tujuan, tetapi juga ikatan
sosial. Pihak-pihak yang berada dalam tubuh partai atau yang bukan partai
akan melihat kesesuaian ideologi. Kata ideologi dikonseptualisasikan
sebagai studi tentang kondisi dan sejarah pembentukan ide (Stein dalam
Andrew Heywood (2014 : 285)). Ideologi selalu berkaitan dengan hal-hal
yang bersifat pemikiran, abstrak dan konseptual.
Dalam politik dan filsafat melihat bahwa ideologi adalah bagian dari
kekuatan kompleks yang berusaha mempertahankan atau menggantikan
13
struktur politik (Dion dalam Andrew Heywood (2014 : 279)). Secara lebih
detail Steger dalam Andrew Heywood (2014 : 278) mendefinisikan ideologi
sebagai sutau sistem sebaran ide, kepercayaan (beliefs), yang membentuk
sistem nilai dan norma serta sistem peraturan (regulation) ideal yang
diterima sebagai fakta dan kebenaran oleh kelompok tertentu. Selanjutnya
ketika dikemas untuk mendapatkan kekuasaan dalam masyarakat agar dapat
mempengaruhi kebijakan publik, dapat dikatakan bahwa ideologi tersebut
adalah ideologi politik. Ideologi politik adalah alat atau cara untuk
mendapatkan kekuasaan atau menurut istilah Anthony Downs
mendapatkan suara (getting votes). Penyusun berpendapat bahwa ideologi
merupakan pandangan hidup yang memuat nilai dan norma yang mengatur
suatu masyarakat atau kelompok, dalam hal ini organisasi partai politik
sebagai kelompok politik. Sehingga setiap individu yang merasakan adanya
kesesuaian ideologis antara individu dengan partai politik, pastilah berniat
untuk gabung. Begitu juga sebaliknya, apabila si individu melihat adanya
perbedaaan yang cukup besar antara ideologi mereka miliki dengan suatu
partai politik, dia akan menjauh bahkan “melawan” partai politik tersebut.
Kesesuaian paham dan ideologis antara individu dengan partai politik inilah
yang nantinya membuat partai politik berfungsi sebagai organisasi yang
dapat menstrukturisasi masyarakat.
Pada dasarnya partai politik merupakan cerminan dari masyarakat.
Masyarakat yang kuat secara ideologis akan mempengaruhi partai politik
yang dibentuknya, dengan demikian seharusnya ideologi bagi partai politik
14
merupakan suatu keniscayaan. Ketika partai politik tidak mempunyai suatu
ideologi maka partai politik tersebut berjalan dengan tidak memiliki
orientasi. Program yang dilaksanakan tidak dapat menyentuh pada aspek
dasar dari filosofi tujuan pendiriannya. Untuk itu bagi partai politik,
ideologi merupakan dasar filosofi dari aktivitas politik mereka. Program-
program yang dijalankan partai politik mengacu pada nilai-nilai dari
ideologi mereka, sehingga ketika partai politik tersebut konsisten dengan
ideologi maka kan lahir program-program yang menjadikan partai politik
tersebut semakin solid. Dalam hal ini terutama program dari kaderisasi
merupakan jantungnya sebuah organisasi, dalam arti disini adalah partai
politik.
Kader partai politik mempunyai tugas dan kewajiban masing masing
yaitu menjaga stabilitas keutuhan partai dan meningkatkan eksistensi dalam
setiap pemilihan umum, pemilihan kepala daerah dan lain-lain. Kader
menjadi tulang punggung partai. Partai tanpa kader tidak bisa jalan dan
akan mengalami kekalahan dalam setiap pemilihan umum, ataupun
pemilihan kepala daerah dan semacamnya. Kader menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia adalah perwira atau bintara dalam ketentaraan: orang
yang diharapkan akan memegang pekerjaan penting dalam pemerintahan,
partai dan sebagainya. Sedangkan pengkaderan adalah proses, cara,
perbuatan mendidik, atau membentuk seseorang menjadi kader (Daryanto,
1998: 289). Pendapat menurut Daryanto (1998: 289), artinya kaderisasi
menjadi sangat penting karena kaderisasi adalah suatu proses untuk
15
menanamkan tentang seluk beluk organisasi, membentuk kader sesuai
dengan visi misi dan ideologi yang dapat menjadi doktrin bagi kader.
Kaderisasi adalah suatu proses penurunan dan pemberian nilai-nilai,
baik nilai-nilai umum maupun khusus, oleh institusi bersangkutan. Proses
kaderisasi sering mengandung materi-materi kepemimpinan, manajemen,
dan sebagainya, karena yang masuk dalam institusi tersebut nantinya akan
menjadi penerus tongkat-tongkat estafet kepemimpinan, terlebih lagi pada
institusi dan organisasi yang dinamis (Muslihah, 2013: 23). Kaderisasi
adalah jantungnya organisasi, mengingat hal-hal yang urgent dalam
membentuk kader yang berkualitas dan organisasi yang baik ada dalam
proses pengkaderan. Sejalan dengan pendapat Muslihah (2013: 23),
penyusun menyatakan bahwa gagalnya kaderisasi dalam suatu organisasi
maka akan berdampak pada matinya organisasi tersebut, dan hal itu berlaku
sebaliknya.
Proses kaderisasi ada dua macam menurut Rivai (2006: 87) yaitu:
kaderisasi informal dan kaderisasi formal. Dalam kaderisasi informal,
proses yang dilakukan dapat dilihat dari proses kehidupan sehari-hari
manusia di lingkungan masyarakat. Hal ini dilihat dari kehidupan kanak-
kanak hingga remaja dan dewasa sebagai proses pembentukan jati diri,
sehingga memiliki keunggulan dan mampu bersaing dalam setiap aspek
kehidupan bermasyarakat. Dalam kaderisasi informal terdapat beberapa
kriteria atau indikator yang memperlihatkan kelebihannya, yaitu:
a. Berkepribadian positif
16
b. Gigih
c. Mempunyai loyalitas
d. Mempunyai dedikasi terhadap organisasi
e. Memiliki sifat dan sikap pasrah kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai
penentu yang mutlak.
Sedangkan kaderisasi formal, kaderisasi lebih ke arah formal melalui cara
yang sudah direncanakan, bersifat sistematis, terarah, dan berkelembagaan
sesuai dengan peraturan dan hukum yang berlaku di dalam organisasi
tersebut.
Proses kaderisasi juga dilakukan melalui pengkaderan berjenjang.
Jenjang pengkaderan ini digunakan untuk membagi materi dan ketrampilan
apa saja yang akan dimiliki oleh peserta kaderisasi sekaligus juga luaran
(outcomes) apa yang akan dihasilkan pada masing-masing jenjang.
a. Kaderisasi Tingkat Pertama
Kecenderungannya lebih menekankan pada aspek internalisasi
ideologi, visi dan misi parpol. Kaderisasi pada tingkat pertama biasa
bertujuan untuk membangun budaya dan konsolidasi partai politik pada
peserta kaderisasi. Selain internalisasi nilai-nilai partai politik, pada
tingkat ini proses kaderisasi juga dipergunakan untuk membekali
anggota partai mengenai ketrampilan manajerial dan tata kelola partai
yang bersifat sederhana. Manajerial partai bersifat teknis seperti
menyelenggarakan rapat, perencanaan program, pelaksanaan program,
kampanye, penggalangan dan hal-hal lainnya terkait dengan tata kelola
17
partai. Kaderisasi pada tingkat pertama ini biasanya dilakukan juga
pelatihan tentang masalah kepemimpinan, strategi pemenangan pemilu,
komunikasi dengan media dan juga public speaking yang bersifat
sederhana. Kaderisasi untuk tingkat pertama ini ditujukan untuk anggota
parpol atau sayap partai yang akan diproyeksikan menjadi pengurus
partai di tingkat kabupaten/kota dan/atau anggota DPRD di tingkat
kabupaten/kota, serta kepala daerah tingkat kabupaten/kota. Bagi kader
yang diproyeksikan menjadi pengurus partai atau anggota badanbadan
perwakilan ada tingkat kabupaten/kota maka perlu diberikan tambahan
pembekalan mengenai menerapkan fungsi pengawasan, anggaran dan
legislasi, melakukan lobi, komunikasi politik, serta pembuatan
kebijakan dan evaluasi kebijakan sesuai prinsip-prinsip akuntabilitas di
tingkat kabupaten/kota.
Dengan demikian peserta kaderisasi tingkat pertama ini
diharapkan memahami dan menguasai materi-materi, antara lain
sebagai berikut:
1) Dasar-dasar ideologi partai politik;
2) Sejarah partai politik;
3) Aturan-aturan internal (AD/ART) partai politik;
4) Tata kelola partai politik di tingkat kabupaten/kota;
5) Dinamika dan isu-isu kontemporer yang berkembang di tingkat
kabupaten/kota;
18
6) Hubungan antara partai politik dan pemerintah di tingkat
kabupaten/kota;
7) Masalah kepemimpinan dan tingkat lokal;
8) Masalah kepemiluan di tingkat lokal (kabupaten/kota) beserta
strategi pemenangannya;
b. Kaderisasi Tingkat Madya
Kaderisasi tingkat madya ini bisa dirancang untuk menghasilkan
pengurus partai tingkat propinsi dan/atau anggota DPRD tingkat
propinsi serta Kepala Daerah tingkat propinsi outcome-nya pengurus
tingkat provinsi, anggota DPRD dan kepala daerah tingkat propinsi.
Pada kaderisasi jenjang ini biasanya para kader lebih banyak dibekali
ketrampilan terkait dengan pemenangan pemilu seperti ketrampilan
komunikasi politik, kepemimpinan, komunikasi interpersonal terkait
mobilisasi massa, keterwakilan politik dan problem solving skill,
pembuatan kebijakan, termasuk strategi-strategi kampanye. Pada
kaderisasi jenjang madya, durasi dan kurikulum modul biasanya lebih
detail dengan presentasi peningkatan kapasitas dan ketrampilan
manajerial terkait pemenangan pemilu, baik di lembaga perwakilan
rakyat maupun pemerintahan daerah jauh lebih banyak ketimbang
internalisasi.
Kaderisasi budaya partai dan konsolidasi partai. Dalam kaitan
peningkatan ketrampilan manajerial, kaderisasi tingkat madya biasanya
diperuntukkan untuk meningkatkan ketrampilan tentang kontribusi
19
parpol dalam pemenangan pemilu, selain urusan tata kelola parpol untuk
tingkat propinsi. Setelah dilakukan kaderisasi tingkat madya ini para
peserta diharapkan mampu menguasai:
1) Tata kelola partai politik di tingkat propinsi
Tata kelola partai politik ditingkat propinsi dimaksudkan
sebagai tata kelola yang berorientasi pada struktur kerja dan
pengaturan partai politik, antara tingkat propinsi (DPW) dan tingkat
kabupaten (DPC), serta partai politik dengan masyarakat.
Mendasarkan pada judul penelitian ini, yaitu kaderisasi partai
politik dalam mengupayakan kualitas ideologi maka tata kelola
partai politik mengarah pada proses pengkaderan partai politik.
Penyusun menjelaskan tata kelola partai politik antara Propinsi
(DPW) dengan Kabupaten (DPC) terdapat sinergi yang saling
berkesinambungan, khususnya dalam proses pengkaderan.
Kabupaten melakukan pendidikan kader jenjang pertama kemudian
di Propinsi pendidikan kader jenjang Madya.
Tata kelola partai politik dengan masyarakat dilaksanakan
melalui pendekatan kader partai dengan masyarakat untuk
mengenalkan ideologi. Selain itu, kedekatan dengan masyarakat juga
bisa memberikan nilai positif bagi kader partai pada hasil suara di
pilkada maupun pemilu.
20
2) Dinamika dan isu-isu kontemporer yang berkembang di tingkat
propinsi
Isu-isu tersebut bertujuan untuk meningkatkan kualitas
ideologi partai ataupun meningkatkan kuantitas/jumlah kader.
Tujuan lainnya untuk meningkatkan mutu dan kapasitas pendidikan
kader yang lebih baik di tingkat propinsi. Selain itu, bisa juga terkait
isu-isu dalam menjaga stabilitas dan eksistensi partai politik di
tingkat propinsi.
3) Problem solving skill terkait dengan kebijakan di tingkat propinsi
Pengertian problem solving menurut Purwanto (1999:17)
dalam website presenta.co.id, yakni suatu proses menghadapi
stategi, cara atau teknik tertentu dengan tujuan agar keadaan tersebut
dapat dilalui sesuai dengan keinginan yang ditetapkan. Menurut
Gulo (2002:111) dalam website presenta.co.id, problem solving
adalah metode yang mengajarkan penyelesaian masalah dengan
memberikan penekanan pada terselesaikannya suatu masalah secara
menalar. Skill diartaikan sebagai keterampilan, sehingga Problem
Solving skill adalah keterampilan dalam memecahkan masalah atau
biasa disebut dengan solusi dari masalah.
Pentingnya kaderisasi partai ialah untuk menciptakan kader
yang bisa memecahkan masalah dengan solusi, terutama dalam
kebijakan publik yang dibuat pada tingkat propinsi. Keterampilan
21
ini penting, mengingat kebijakan hadir sebagai solusi untuk
mengatasi masalah yang ada dalam partai politik dan masyarakat.
4) Proses pembuatan kebijakan di tingkat propinsi
Menurut Heclo (1977) dalam website Pendidikan.co.id,
kebijakan ialah cara bertindak yang sengaja dilaksanakan untuk
dapat menyelesaikan masalah-masalah. Sependapat dengan Heclo
(1977), Anderson (1979) dalam website Pendidikan.co.id,
berpendapat bahwa kebijakan ialah serangkaian tindakan yang
memiliki tujuan tertentu yang wajib untuk diikuti dan dilakukan oleh
para pelakunya dalam memecahkan suatu masalah.
Mendasarkan pendapat diatas, kebijakan dalam proses
pembuatnnya diperlukan prosedur supaya dapat menjadi kebijakan
yang menyelesaikan masalah. Kebijakan direncanakan agar tetap
berorientasi pada kaderisasi partai politik dalam mengupayakan
kualitas ideologi. Sehingga, dalam prosses pembuatan kebijakan
tersebut menghasilkan output yang bermanfaat bagi kader partai dan
outcome kualitas ideologi partai.
5) Hubungan antara partai politik dan pemerintah di tingkat propinsi
Hubungan partai politik dan pemerintah di tingkat propinsi
merupakan bentuk relasi yang dijalin oleh partai politik dan
pemerintah. Hubungan ini juga akan mempermudah partai politik
dalam mengenali dan memahami permasalahan-permasalahan yang
22
terjadi di pemerintahan propinsi, sehingga ketika partai politik
menempatkan wakilnya di pemerintahan, wakil-wakil dari kader
partai tersebut dapat memberikan solusi dari permasalahan
pemerintahan.
Hubungan antara partai politik di tingkat propinsi juga
sebagai sarana memudahkan komunikasi pemerintah dengan partai
politik sebagai aktor politik yang juga mendukung berjalannya
pemerintahan di tingkat propinsi.
6) Masalah kepemimpinan
Malayu S.P Hasibuan dalam website seputarilmu.com,
kepemimpinan adalah seni seorang pemimpin mempengaruhi
bawahan agar mau bekerja sama dan bekerja produktif untuk
mencapai tujuan organisasi. Dengan demikian, kepemimpinan
diartikan penyusun sebagai konsep umum tentang pemimpin,
dimana pemimpin adalah seorang yang memberikan pengarahan dan
pengaruh kepada kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota untuk
mencapai suatu tujuan bersama dalam suatu organisasi. Hal itu
berlaku pula pada partai politik, maka kepemimpinan dalam partai
politik mempunyai peran penting.
Pemimpin partai politik haruslah seseorang yang lahir dari
kader partai yang paham dan berpegang teguh pada ideologi partai.
Kedepan pemimpin tersebut dapat menggunakan kepemimpinanya
23
untuk mempertahankan eksisitensi partai dengan kepemimpinan
yang bijaksana dan berideologis.
7) Masalah kepemiluan di tingkat propinsi beserta strategi
pemenangannya
Ujung tombak dari kaderisasi partai politik baik ditingkat
Kabupaten maupun di tingkat Propinsi bahkan se-tingkat nasional
adalah hasil dari pilkada maupun pemilu. Masalah kepemiluan
merupakan masalah yang sangat urgent dan membutuhkan perhatian
seluruh kader partai politik. Masalah kepemiluan merupakan hal
yang wajib dibahas disemua partai politik, terlebih strategi
pemenangannya. Semua partai politik hadir untuk dapat menjadi
pemenang dalam kontestasi politik demi meraih kekuasaan di
panggung percaturan politik. Kekuasaan merupakan hal yang
mutlak untuk diperjuangkan partai politik. Proses perjuangan
tersebut membutuhkan kader-kader partai yang loyal, ideologi partai
yang berkualitas guna meraih kemenangan dalam pilkada maupun
pemilu. Partai politik perlu melaksanakan kaderisasi partai politik
dengan mengupayakan kualitas ideologi partai yang bisa menjadi
dasar dan marketing politic partai tersebut.
c. Kaderisasi Tingkat Utama
Kaderisasi tingkat utama diperuntukan bagi calon pengurus
parpol, anggota legislatif tingkat pusat, serta calon presiden dan wakil
24
presiden. Pada kaderisasi tingkat utama ini selain masalah internalisasi
nilai-nilai partai, pengetahuan tentang masalah kepemiluan baik yang
menyangkut masalah regulasi maupun strategi pemenangan pemilu,
juga diberikan pengetahuan manajerial yang menyangkut pemahaman
tentang masalah-masalah dan isu-isu pada skala nasional dan global,
pemahanan tentang kebijakan partai di tingkat nasional, lingkungan
strategis internasional serta pemahaman mengenai sistem ekonomi,
hukum, pemerintahan, hubungan internasional. Pemahaman hal-hal
tersebut juga dibarengi dengan peningkatan ketrampilan kader dalam
hal komunikasi politik, lobbying, kepemimpinan.
Ketrampilan kepemimpinan dan komunikasi politik khususnya
terkait dengan jenjang kaderisasi tingkat utama ini meliputi:
keterampilan interpersonal yang terkait dengan komunikasi publik,
persoalan-persoalan representasi dan problem solving skill untuk
persoalan-persoalan di tingkat nasional, kemampuan untuk membuat
kebijakan di DPR dan pemerintahan, kemampuan manajemen waktu,
serta peningkatan pengetahuan tentang teknologi informasi khususnya
berhubungan dengan masalah-masalah kepemiluan dan pembuatan
kebijakan yang di dalamnya juga menyakut persoalan relasi media.
Melalui kaderisasi tingkat utama ini diharapkan peserta kader memiliki
kemahaman dan ketrampilan tentang :
25
1) Tata kelola partai politik di tingkat nasional;
2) Dinamika dan issu-issu kontemporer yang berkembang di tingkat
nasional;
3) Problem solving skill terkait dengan kebijakan di nasional;
4) Proses pembuatan kebijakan di nasional;
5) Hubungan antara partai politik dan pemerintah di tingkat nasional
dan global;
6) Masalah kepemimpinan dan kemampuan komunikasi interpersonal;
7) Masalah kepemiluan di tingkat nasional beserta strategi
pemenangannya;
8) Hubungan dengan media massa;
9) Ketrampilan negosisai dan lobbying;
10) Pemahaman lingkungan strategis internasional;
11) Pemahaman mengenai sistem ekonomi, hukum, pemerintahan, serta
hubungan internasional.
Mendasarkan pada penjelasan jenjang pengkaderan diatas, yang
penyusun kutip dari buku panduan rekrutmen dan kaderisasi partai
politik ideal di Indonesia, 2016 sesuai dengan studi kasus penelitian ini,
penyusun menggunakan pengkaderan pada jenjang kaderisasi tingkat
madya di PPP DPW DIY.
Melalui jenjang pengkaderan tersebut, penyusun untuk
sementara bisa menggarisbawahi bahwa kaderisasi adalah sebuah proses
penurunan nilai melalui pelatihan dan pendidikan khusus yang bertujuan
26
mempertahankan kelangsungan sebuah lembaga atau organisasi dengan
meregenerasi kader-kader yang diharapkan dapat membawa perubahan
positif dalam mencapai tujuan serta menguatkan dan mempertahankan
ideologi yang menjadi pandangan dan landasan organisasi yang telah
ditetapkan sebelumnya. Disini kaderisasi menjadi suatu hal yang perlu
diperhatikan dan dijaga proses pengkaderannya untuk memperoleh
maslahat organisasi karena proses regenerasi kader merupakan bagian
yang mutlak adanya dalam kelangsungan sebuah organisasi,
terhambatnya proses regenerasi jangka panjang akan dapat
mempengaruhi kinerja organisasi dalam visi dan misi serta ideologi
yang dibawa organisasi tersebut.
Proses pengkaderan atau kaderisasi yang dilakukan oleh parpol
terhadap anggota partai calon kader merupakan kelanjutan dari fungsi
parpol, yaitu fungsi edukasi (pendidikan). Parpol sejatinya dalam
menjalankan fungsi pendidikan politik tidak boleh pilih kasih hanya
kepada anggota saja tetapi juga kepada semua warga negara. Setiap
anggota parpol belum tentu otomatis menjadi kader partai. Bagi anggota
yang tertarik untuk menjadi kader partai, terlebih dahulu haruslah
mengikuti proses seleksi untuk menjadi kader. Kemudian setelah lulus
seleksi, anggota tersebut harus mengikuti proses pengkaderan yang
dilakukan oleh parpol dalam rangka pelaksanaan fungsi pendidikan
politik. Selama mengikuti proses pengkaderan, calon kader itu akan
mendapatkan pendidikan politik kader.
27
Pendidikan politik kader bertujuan untuk meningkatkan kualitas
kader sebagai calon pelanjut kepemimpinan partai dan kehidupan
organisasi. Pendidikan politik lebih berorientasi kepada pemantapan dan
pengembangan program partai serta penguatan ideologi bagi para kader
partai. Fungsi partai politik sebagai edukasi (pendidikan) kader ini
berkaitan erat dengan masalah seleksi kepemimpinan, baik
kepemimpinan internal partai maupun kepemimpinan nasional yang
lebih luas. Untuk kepentingan internalnya, setiap partai butuh kader-
kader yang berkualitas, karena hanya dengan kader yang demikian ia
dapat menjadi partai yang mempunyai kesempatan lebih besar untuk
mengembangkan diri. Dengan mempunyai kader-kader yang lebih baik,
partai tidak akan sulit menentukan pemimpinnya sendiri dan
mempunyai peluang untuk mengajukan calon untuk masuk kebursa
kepemipinan nasional.
Kuantitas individu dan massa sangat dibutuhkan partai politik
dalam setiap acara pemilihan, baik itu pemilu maupun pilkada bahkan
pilpres dalam memenangkan pemilihan tersebut. Dalam mencapai masa
yang banyak dibutuhkan kualitas kader yang ber-ideologi kuat dengan
ideologi partai, karena melalui proses pengkaderen menghasilkan
kualitas individu yang nantinya menjadi seorang tokoh yang kuat.
Ketokohan sesorang mampu menarik simpatisan dari masyarakat yang
nantinya menjadi lumbung suara dalam setiap pemilihannya.
28
F. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai kaderisasi partai politik
dalam mengupayakan kualitas ideologi partai, khususnya pada kaderisasi
tingkat Madya Partai Persatuan Pembangunan DPW DIY, diantaranya :
1. Proses penanaman nilai-nilai pada kader partai mengenai tata kelola
partai politik di tingkat propinsi yang berorientasi untuk mengupayakan
kualitas ideologi partai
2. Proses pemahaman dalam menghadapi dinamika dan isu-isu
kontemporer yang berkembang di tingkat propinsi khususnya dalam
mengupayakan kualitas ideologi partai
3. Proses pemahaman terkait Problem solving skill pada kader terkait
dengan kebijakan di tingkat propinsi dalam mengupayakan kualitas
ideologi partai
4. Proses penanaman nilai-nilai terkait proses pembuatan kebijakan di
tingkat propinsi yang berorietasi untuk mengupayakan kualitas ideologi
partai
5. Proses penanaman nilai-nilai terkait hubungannya antara partai politik
dengan pemerintah di tingkat propinsi yang berorientasi pada kualitas
ideologi partai
6. Proses penanaman nilai-nilai terkait masalah kepemimpinan di tingkat
propinsi yang berorientasi pada ideologi partai
7. Proses pemahaman masalah kepemiluan di tingkat propinsi beserta
strategi pemenangannya yang berorientasi pada kualitas ideologi partai.
29
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian deskriptif kualitatif, dimana penelitian deskriptif yaitu untuk
memberikan data yang seteliti mungkin. Data yang dikumpulkan bisa
berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Dengan demikian,
laporan penelitian ini akan berisi kutipan-kutipan data untuk
memberikan gambaran penyajian laporan tersebut. Penelitian yang
menggunakan penelitian deskriptif ini dimaksudkan untuk memberikan
data yang menggambarkan kemudian dianalisis untuk menjawab
permasalahan yang ada. Sehingga dalam penelitian ini penyusun
mencoba mendeskripsikan atau menggambarkan dan menjelaskan
bagaimana kaderisasi PPP dalam meningkatkan kualitas kader.
Penelitian yang dilakukan dengan pendekatan deskriptif
kualitatif yaitu ingin mendeskripsikan dan menentukan makna serta
pemahaman mendalam atas permasalahan berdasarkan latar sosialnya,
seperti sosial politik, sosial ekonomi, sosial budaya dalam hal penelitian
ini khususnya pada sosial politik yang berhubungan dengan PPP.
Deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan atau melukiskan realitas
sosial yang kompleks yang ada di masyarakat. Deskriptif kualitatif pada
umumnya dilakukan pada penelitian dalam bentuk studi kasus. Format
deskriptif kualitatif studi kasus tidak memiliki ciri seperti air (menyebar
di permukaan), tetapi memusatkan diri pada satu unit tertentu dari
30
berbagai fenomena. Dari ciri yang demikian memungkinkan studi ini
amat dapat mendalam dan data yang menjadi pertimbangan dalam
penelitian model ini. Karena itu, penelitian ini bersifat mendalam,
sehingga untuk mencapai maksud ini peneliti membutuhkan waktu yang
relatif lama.
2. Unit Analisis
Adalah sesuatu yang berkaitan dengan fokus/komponen yang diteliti
a. Subjek penelitian, adalah target dalam penelitian yang memiliki
spesialisasi bidang tertentu yang ditetapkan penyusun dalam
penelitian berupa pemahaman terhadap dunia politik khususnya
kepartaian, memahami mengenai Partai Persatuan Pembangunan
serta dapat memberikan informasi seputar dinamika partai politik
khususnya PPP, yang selanjutnya dipelajari dan ditarik kesimpulan
oleh penyusun. Subjek dalam penelitian ini adalah kaderisasi DPW
PPP DIY.
b. Objek
Penentuan objek dalam penelitian ini bertujuan agar mendapatkan
data yang valid mengenai kejadian ataupun peristiwa yang terjadi
pada saat meneliti dilapangan untuk mendapatkan data yang aktual.
Objek dalam penelitian ini adalah Partai Persatuan Pembangunan
(PPP) DPW Daerah Istimewa Yogyakarta.
31
c. Informan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, informan adalah orang
yang memberi informasi, orang yang menjadi sumber data dalam
penelitian; narasumber. Berikut adalah daftar informan yang
menjadi target yang dituju oleh peneliti dalam penelitian ini :
1. Pengurus DPW PPP Daerah Istimewa Yogyakarta :
a) Amin Zakaria, Ketua DPW PPP DIY
b) Bambang Prasetya, Wakil Ketua Pimpinan Majelis
Pertimbangan DPW PPP DIY
c) Maksum Amrulloh, Wakil Ketua Pimpinan Majelis Pakar
DPW PPP DIY
d) Joko, staf pembantu Wakil Ketua Bid. Teknologi dan
Informasi DPW PPP DIY
2. Tokoh Politik terutama dari PPP
a) Sugiyatno, Anggota DPRD Sleman
b) Toto Yuwono, Pengurus GPK Daerah Istimewa Yogyakarta
c) Iman Ghozali, Kader Penggerak Hamka dan Laskar daerah
Bantul dan Kota Yogyakarta
3. Pengamat Politik
a) Jaka Triwidaryanta, Dosen Ilmu Politik Sekolah Tinggi
Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta
b) Andriyanto, Dosen dan Penasehat Politik PPP
32
d. Teknik Pengambilan Informan
Teknik pengambilan informan dalam penelitian ini adalah
purposive, penyusun sebagai peneliti memilih informan menurut
kriteria tertentu yang telah ditetapkan, diantaranya informan dalam
bidang politik, informan yang memahami dinamika PPP khususnya
DPW PPP DIY dan informan yang menjadi tokoh PPP.
Pertimbangan kriteria ini dimaksudkan bahwa orang-orang tersebut
dianggap tahu sehingga memudahkan penyusun ketika melakukan
penelitian dan menjelajahi objek atau situasi politik yang diteliti.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data
sebagai berikut:
a. Teknik Observasi
Nasution dalam Sugiyono (2010:266) menyatakan observasi
adalah dasar semua ilmu pengetahuan para ilmuwan hanya dapat
bekerja berdasarkan data yaitu, fakta mengenai dunia kenyataan
diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering
dengan bantuan berbagai alat yang canggih, sehingga benda-benda
yang sangat kecil (proton dan electron) maupun yang sangat jauh
(benda luar angkasa) dapat di observasi dengan jelas.
Berdasarkan definisi diatas maka observasi merupakan
pengamatan langsung ke lokasi penelitian untuk mendapatkan data
33
atau gambaran yang jelas dari objek penelitian yang berhubungan
dengan masalah yang akan diteliti. Penelitian ini menggunakan
teknik observasi untuk mengetahui secara langsung apa yang
terdapat di lapangan
b. Teknik wawancara
Wawancara menurut Esterberg dalam Sugiyono (2010:231)
adalah pertemuan dua orang bertukar informasi dan ide melalui
tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu
topik tertentu. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik
wawancara terstruktur dan penentuan informan di tentukan secara
purposive. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, wawancara
adalah kegiatan tanya jawab dengan seseorang yang diperlukan
untuk dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai suatu hal.
c. Teknik Dokumentasi
Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-
karya monumental dari seseorang. Dokumentasi yang berbentuk
tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories),
ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumentasi yang
berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain.
Dokumentasi yang berbentuk karya misalnya seni, yang dapat
berupa gambar, patung, film dan lain-lain. Teknik dokumentasi
merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan
wawancara dalam penelitian kualitatif.
34
Dalam penelitian ini, teknik dokumentasi berupa data-data
yang berkaitan dengan profil PPP khususnya PPP DPW Daerah
Istimewa Yogyakarta, data-data dari surat kabar yang mendukung
penelitian ini serta data-data terkait foto wawancara yang dilakukan
peneliti.
4. Teknik Analisis Data
Setelah penyusun mengumpulkan data yang diperlukan, maka
langkah selanjutnya adalah pembahasan dan analisis. Data yang telah
terkumpul kemudian dianalisa untuk mendapatkan data yang benar-
benar dapat dipercaya. Menurut Nasir (1988: 419), analisis data adalah
pengelompokan, membuat suatu urutan, memanipulasi serta
menyingkatkan data sehingga mudah dibaca. Yang berarti
menggolongkan data dalam pola atau kategori, untuk memberi makna
terhadap hasil analisis. Data yang terkumpul, baik berupa literatur
maupun hasil penelitian lapangan diolah dan disusun secara kualitatif
kemudian dianalisis secara interpretatif yaitu analisis yang sistematis
mengenai fenomena atau kejadian sosial melalui observasi manusia
seacra terperinci dan langsung supaya bisa memperoleh pemahaman dan
interpretasi mengenai dunia sosial mereka.
Dalam penelitian interpretatif teori yang akan digunakan untuk
memahami data sangat mungkin berubah. Waktu ke lapangan bisa jadi
kita mempunyai teori yang kta bayangkan akan kita gunakan dalam
analisis. Tetapi, sangat mungkin ketika dilapangan, data yang dapat
35
dikumpulkan tidak sesuai dengan yang kita harapkan. Arah penelitian
kita bisa berubah dan ini tidak masalah dalam analisis interpretasi.
Tujuan intrepretatif adalah menganalisis realita sosial itu terbentuk.
Penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang
menghasilkan data intrepretatif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku
orang-orang yang diamati.
Kemudian analisis data tersebut dilakukan dengan proses teknik
analisis data yang dikemukakan oleh Miler dan Huberman mencakup tiga
kegiatan yang bersamaan: (1) reduksi data (2) penyajian data, dan (3)
penarikan kesimpulan.
a. Reduksi data
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian,
pengabstraksian dan pentrasformasian, data kasar dari lapangan. Proses
ini berlangsung selama penelitian dilakukan, dari awal sampai akhir.
Pada awal misalnya: melalui kerangka dasar pemikiran, permasalahan,
pendekatan, pengumpulan data yang diperoleh. Selama pengumpulan
data, misalnya membuat ringkasan, kode, mencari tema-tema menulis
memo dan lain-lain. Reduksi merupakan bagian dari analisis, fungsinya
untuk menajamkan menggolongkan mengarahkan, membuang yang
tidak perlu dan mengorganisasi sehingga interprestasi bisa ditarik.
Dalam proses reduksi ini peneliti benar-benar mencari data yang benar-
benar valid.
36
b. Penyajian data
Adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan untuk menarik kesimpulan dan mengambil tindakan.
Bentuk penyajiannya antara lain berupa teks naratif matriks, grafik,
jaringan, dan bagan. Tujuannya adalah untuk memudahkan membaca
dan menarik kesimpulan. Oleh karena itu, sajiannya harus tertata secara
baik. Penyajian data juga merupakan bagian dari analisis, bahkan
mencakup pula reduksi data. Dalam proses ini peneliti
mengelompokkan hal-hal yang serupa menjadi kategori atau kelompok
satu, kelompok dua, kelompok tiga, dan seterusnya. Masing-masing
kelompok tersebut menunjukan tipologi yang ada sesuai dengan
rumusan masalahnya. Masing-masing tipologi terdiri atas sub-sub
tipologi yang bisa jadi merupakan urutan-urutan, atau prioritas kejadian.
c. Pengambilan kesimpulan atau verifikasi
Pengambilan kesimpulan hanyalah bagian dari satu kegitan dari
konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama
penelitian berlangsung makna-makna yang muncul dari data harus diuji
kebenaran dan kesesuainnya sehingga validitasnya terjamin. Langkah
selanjutnya yaitu melaporkan hasil penelitian lengkap, dengan “temuan
baru” yang berbeda dari temuan yang sudah ada.
37
BAB II
PROFIL DEWAN PIMPINAN WILAYAH PARTAI PERSATUAN
PEMBANGUNAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
A. Sejarah
Partai Persatuan Pembagunan (PPP) didirikan tanggal 5 Januari 1973,
sebagai hasil fusi politik empat partai Islam, yaitu Partai Nadhlatul Ulama,
Partai Muslimin Indonesia (Parmusi), Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII),
dan Partai Islam Perti. Fusi ini menjadi simbol kekuatan PPP, yaitu partai yang
mampu mempersatukan berbagai faksi dan kelompok dalam Islam. Untuk itulah
wajar jika PPP kini memproklamirkan diri sebagai Rumah Besar Umat Islam.”
PPP didirikan oleh lima deklarator yang merupakan pimpinan empat
Partai Islam peserta Pemilu 1971 dan seorang ketua kelompok persatuan
pembangunan, semacam fraksi empat partai Islam di DPR. Para deklarator itu
adalah;
1. KH Idham Chalid, Ketua Umum PB Nadhlatul Ulama;
2. H.Mohammad Syafaat Mintaredja, SH, Ketua Umum Partai Muslimin
Indonesia (Parmusi);
3. Haji Anwar Tjokroaminoto, Ketua Umum PSII;
4. Haji Rusli Halil, Ketua Umum Partai Islam Perti; dan
5. Haji Mayskur, Ketua Kelompok Persatuan Pembangunan di Fraksi DPR.
PPP berasaskan Islam dan berlambangkan Ka’bah. Akan tetapi dalam
perjalanannya, akibat tekanan politik kekuasaan Orde Baru, PPP pernah
38
menanggalkan asas Islam dan menggunakan asas Negara Pancasila sesuai
dengan sistem politik dan peratururan perundangan yang berlaku sejak tahun
1984. Pada Muktamar I PPP tahun 1984 PPP secara resmi menggunakan asas
Pancasila dan lambang partai berupa bintang dalam segi lima. Setelah
tumbangnya Orde Baru yang ditandai dengan lengsernya Presiden Soeharto
tanggal 21 Mei 1998 dan dia digantikan oleh Wakil Presiden B.J.Habibie, PPP
kembali menggunakan asas Islam dan lambang Kabah. Secara resmi hal itu
dilakukan melalui Muktamar IV akhir tahun 1998. Walau PPP kembali
menjadikan Islam sebagai asas, PPP tetap berkomitemen untuk mendukung
keutuhan NKRI berdasarkan Pancasila. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 5 AD
PPP yang ditetapkan dalam Muktamar VII Bandung 2011 bahwa: Tujuan PPP
adalah terwujudnya masyarakat madani yang adil, makmur, sejahtera lahir
batin, dan demokratis dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila di bawah rida Allah Subhanahu Wataala.
Ketua Umum DPP PPP yang pertama adalah H.Mohammad Syafaat
Mintaredja, SH yang menjabat sejak tanggal 5 Januari 1973 sampai tahun 1978.
Selain jabatan Ketua Umum pada awal berdirinya PPP juga mengenal
presidium partai yang terdiri dari KH.Idham Chalid sebagai Presiden Partai,
H.Mohammad Syafaat Mintaredja, SH, Drs.H.Th.M.Gobel, Haji Rusli Halil
dan Haji Masykur, masing-masing sebagai Wakil Presiden.
PPP telah memiliki legitimasi politik dan memiliki kepemimpinan serta
struktur organisasi dari DPP, DPW, DPC, PAC dan Ranting, serta basis
konsituen yang mapan dan solid. PPP merupakan partai terbuka bagi seluruh
39
umat Islam dengan dukungan politik dari ormas, pondok pesantren, dan umat
Islam secara keseluruhan.
Untuk memperjelas dan mengenal PPP lebih jauh, penyusun juga
melengkapi profil PPP dengan identitas partai politik Islam diantara simbol
Kab’ah yang dikenal sebagai identitas PPP. Simbol Kab’ah ini pula yang
menjadi dasar bagi PPP dalam menjalankan visi dan misi serta perjuangan
partai. Hal ini sesuai dengan makna symbol Kab’ah bagi PPP, diantaranya
adalah sebagai berikut :
(Gambar 1.1 Logo Partai Persatuan Pembangunan)
1. Makna Lambang Ka’bah
Lambang Ka’bah adalah simbol pemersatu umat Islam.
Lambang Ka’bah adalah simbol kesatuan arah perjuangan umat Islam
yang merupakan hasil istikharah ulama
40
2. VISI dan MISI
a) Visi
“Terwujudnya masyarakat yang bertakwa kepada Allah SWT dan
negara Indonesia yang adil, makmur, sejahtera, bermoral,
demokratis, tegaknya supremasi hukum, penghormatan terhadap
HAM, menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan dan
keadilan sosial yang berlandaskan kepada nilai-nilai keislaman.”
“PPP menjadikan Islam dan Keindonesiaan merupakan satu
kesatuan, yang menjunjung tinggi rahmatan lil alamin sebagai
landasan perjuangannya. Oleh karena itu PPP mengembangkan
nilai-nilai ukhuwah Islamiyah, memperkokoh persatuan dalam
bingkai ukhuwah wathoniyah, dan memperhatikan nilai–nilai
universal dan hak-hak kemanusiaan sebagai persaudaraan dan
ukhuwah insaniyah”
b) Misi (Khidmat Perjuangan)
(1) PPP berkhidmat untuk berjuang dalam mewujudkan dan
membina manusia dan masyarakat yang beriman dan bertaqwa
kepada Allah SWT, meningkatkan mutu kehidupan beragama,
mengembangkan ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama
muslim). Dengan demikian PPP mencegah berkembangnya
faham-faham atheisme, komunisme/marxisme/leninisme, serta
41
sekularisme, dan pendangkalan agama dalam kehidupan bangsa
Indonesia.
(2) PPP berkhidmat untuk memperjuangkan hak-hak asasi manusia
dan kewajiban dasar manusia sesuai harkat dan martabatnya
dengan memperhatikan nilai-nilai agama terutama nilai-nilai
ajaran Islam, dengan mengembangkan ukhuwah basyariyah
(persaudaraan sesama manusia). Dengan demikian PPP
mencegah dan menentang berkembangnya neo-feodalisme,
faham-faham yang melecehkan martabat manusia, proses
dehumanisasi, diskriminasi, dan budaya kekerasan.
(3) PPP berkhidmat untuk berjuang memelihara rasa aman,
mempertahankan dan memperkukuh persatuan dan kesatuan
bangsa dengan mengembangkan ukhuwah wathaniyah
(persaudaraan sebangsa). Dengan demikian PPP mencegah dan
menentang proses disintegrasi, perpecahan dan konflik sosial
yang membahayakan keutuhan bangsa Indonesia yang ber-
bhineka tunggal ika.
(4) PPP berkhidmat untuk berjuang melaksanakan dan
mengembangkan kehidupan politik yang mencerminkan
demokrasi dan kedaulatan rakyat yang sejati dengan prinsip
musyawarah untuk mencapai mufakat. Dengan demikian PPP
mencegah dan menentang setiap bentuk otoritarianisme,
42
fasisme, kediktatoran, hegemoni, serta kesewenang-wenangan
yang mendzalimi rakyat.
(5) PPP berkhidmat untuk memperjuangkan berbagai upaya dalam
rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang diridlai
oleh Allah SWT, baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur.
Dengan demikian PPP mencegah berbagai bentuk kesenjangan
sosial, kesenjangan ekonomi, kesenjangan budaya, pola
kehidupan yang konsumeristis, materialistis, permisif, dan
hedonistis di tengah-tengah kehidupan rakyat banyak yang
masih hidup di bawah garis kemiskinan.
3. 6 Prinsip Perjuangan
a. Prinsip Ibadah: Berupaya mendasari perjuangannya dengan prinsip
ibadah yang seluas- luasnya, untuk mencapai keridhoan Allah SWT,
sehingga seluruh kegiatan berpolitik merupakan keterpanggilan
untuk beribadah;
b. Prinsip Amar Ma’ruf Nahi Munkar: Berusaha menumbuhkan
keberanian dalam menegakkan kebenaran dalam kehidupan
masyarakat, dan menentang pembusukan politik (political decay)
yang mengakibatkan kemungkaran yang lebih dalam;
c. Prinsip kebenaran, kejujuran, dan keadilan: Berupaya sungguh-
sungguh agar senantiasa berpihak pada kebenaran melawan
kebathilan. Kejujuran untuk mengemban amanah rakyat, dan
Keadilan untuk menghilangkan kedzaliman dan diskriminasi;
43
d. Prinsip Musyawarah: Dengan musyawarah dapat dipelihara sikap
saling pengertian, saling menghargai, dan menumbuhkan
tanggungjawab bersama;
e. Prinsip Persamaan, Kebersamaan, dan Persatuan: Dengan prinsip
ini, diharapkan akan terwujud sikap egaliter, kebersamaan, dan
terhindar dari bahaya dis-integrasi, dan perpecahan;
f. Prinsip Istiqomah: Sikap konsisten mewajibkan kader-kader partai
agar bersikap gigih, kokoh, teguh pendirian, dan selalu konsisten
dalam memperjuangkan aspirasi rakyat berdasarkan nilai-nilai
kebenaran, dan keadilan.
B. Struktur Organisasi
Dewan Pimpinan Wilayah Partai Persatuan Pembangunan Daerah
Istimewa Yogayakarta mempunyai struktur organisasi yang terdiri dari
Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Wakil Sekretaris. Dalam struktur organisasi
tersebut wakil ketua terbagi menjadi beberapa bidang sama halnya dengan
wakil sekretaris. Untuk mengetahui selengkapnya nama-nama pengurus dan
bidang-bidangnya bisa dilihat di lampiran. Berikut penyusun sajikan bagan
susunan pengurus harian DPW PPP DIY masa bakti 2016-2021 :
44
Gambar 1.2 Susunan Pengurus Harian DPW PPP DIY
Aka b
WAKIL KETUA
(WaKa)
Sekretaris
1. Waka bid. Organisasi, kenaggotaan
dan kaderisasi
2. Waka bid. Agama dan dakwah
3. Waka bid. Advokasi hUkum dan
HAM
4. Waka bid. Pengelolaan zakat, infaq,
shadaqah dan wakaf
5. Waka bid. Teknologi dan informasi
6. Waka bid. Komunikasi dan hubungan
media
7. Waka bid. Pemenangan pemilu dan
koordinator cabang
8. Waka bid. Pengembangan koperasi
dan kewirasahaan
9. Waka bid. Pendidikan dan
kebudayaan
10. Waka bid. Kesehatan dan
kesejahteraan
11. Waka bid. Pemberdayaan perempuan
dan perlindungan anak
12. Waka bid. Pemuda dan olahraga
13. Waka bid. Pariwisata
14. Waka bid. Ekonomi dan UMKM
15. Waka bid. ESDM
16. Waka bid. BUMD
17. Waka bid. Perdagangan dan Industri
1. Wasek bid. Organisasi,
keanggotaan dan kaderisasi
2. Wasek bid. Agama dan dakwah
3. Wasek bid. Advokasi hokum dan
HAM
4. Wasek bid. Hubungan antar
lembaga
5. Wasek bid. Pengelolaan zakat,
infaq, shadaqah dan wakaf
6. Wasek bid. Teknologi dan
informasi
7. Wasek bid. Komunikasi dan
hubungan media
8. Wasek bid. Pemenangan pemilu
dan koordinator cabang
KETUA
Terdiri dari Wakil Sekretaris
(WaSek)
Terdiri dari
45
Dari bagan diatas, penyusun dapat menguraikan mengenai tugas
pokok dan fungsi dari masing-masing pengurus harian tersebut, diantaranya
:
1. Ketua
a. Tugas Pokok Ketua :
1) Memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan
organisasi dalam pelaksanaan seluruh kegiatan DPW
PPP DIY
2) Memimpin rapat – rapat pengurus, baik rapat khusus atau
rapat umum yang diikuti semua unsur pengurus harian
DPW PPP DIY
3) Mewakili DPW PPP DIY untuk membuat
persetujuan/kesepakatan dengan pihak lain setelah
mendapatkan kesepakatan dalam kegiatan rapat.
4) Mewakili DPW PPP DIY untuk menghadiri acara
tertentu atau agenda lainnya
5) Bersama-sama Sekretaris / wasek menandatangani surat-
surat yang berhubungan dengan sikap dan kebijakan
DPW PPP DIY, baik bersifat ke dalam maupun ke luar.
6) Bersama-sama Sekretaris dan wasek merancang agenda
mengupayakan pencarian dan penggalian sumber dana
bagi aktifitas operasional dan program partai
46
7) Memelihara keutuhan dan kekompakan seluruh
pengurus DPW PPP DIY
8) Mengoptimalkan fungsi dan peran wakil ketua bidang
agar tercapainya efisiensi dan efektivitas kerja organisasi
b. Fungsi Ketua :
1) Merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam
pimpinan DPW PPP DIY
2) Merumuskan kebijakan untuk pengembangan partai.
3) Mengkoordinasikan kegiatan dan pengembangan partai.
4) Bertanggung jawab terhadap seluruh Keputusan
Musyawarah dan melaksanakan program kerja sebaik-
baiknya dengan seluruh jajaran pengurus pusat
partai/DPP
5) Dalam melaksanakan tugas bertanggung jawab kepada
hasil Musyawarah Partai
2. Wakil Ketua
a. Tugas Pokok Wakil Ketua
1) Mengkoordinasikan dan mewakili kepentingan
organisasi di seluruh divisi dalam bidang yang berada
dalam kepengurusannya.
47
2) Mewakili ketua apabila berhalangan untuk setiap
kegiatan DPW PPP DIY maupun kegatan parati yang
relevan dengan bidang kepengurusannya
3) Merumuskan segala kebijakan di seluruh divisi di bawah
Bidang dalam kepengurusannya
4) Mengawasi seluruh penyelenggaraan program kegiatan
di seluruh divisi di bawah bidang dalam
kepengurusannya.
b. Fungsi Wakil Ketua
1) Merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam bidang
kepengurusan
2) Merumuskan kebijakan untuk pengembangan program
partai dalam bidang kepengurusan
3) Mengkoordinasikan kegiatan dan pengembangan divisi
di bawah bidang kepengurusannya
4) Bertanggung jawab terhadap seluruh Keputusan
Musyawarah dan melaksanakan program kerja sebaik-
baiknya dengan seluruh jajaran pengurus DPW PPP DIY
5) Melaksanakan tugas dan tanggung jawab lain yang
dipandang perlu menurut kepentingan dan
perkembangan partai
6) Dalam melaksanakan tugas bertanggung jawab kepada
Ketua
48
3. Sekretaris
a. Tugas Pokok Sekretaris :
1) Melaksanakan pengelolaan Administrasi kesekretariatan
dan Melakukan koordinasi antar pengurus dan antar
kelembagaan.
2) Bersama Ketua Membuat Surat Keputusan dan Rencana
Kerja DPW PPP DIY
3) Merumuskan dan mengusulkan segala peraturan dan
ketentuan organisasi di bidang administrasi dan tata kerja
partai untuk menjadi kebijakan DPW PPP DIY
4) Mengawasi seluruh penyelenggaraan aktifitas organisasi
di bidang administrasi dan tata kerja dan menghadiri
rapat-rapat DPW PPP DIY dan rapat –rapat lainnya.
5) Memfasilitasi kebutuhan jaringan kerja internal DPW
PPP DIY antar bidang
6) Menjaga dan memelihara soliditas kepengurusan melalui
konsolidasi internal dan menejemen konflik yang
representatif.
b. Fungsi Sekretaris :
1) Melakukan pengelolaan administrasi kesekretariatan,
korespondensi dan kearsipan.
2) Melakukan pengelolaan inventaris serta pengadaan
kebutuhan kesekretariatan.
49
3) Mengkoordinasikan kegiatan antar pengurus dengan
pengurus, pengurus dengan DPW PPP DIY , pengurus
dengan pihak luar
4) Membuat laporan periodik kegiatan DPW PPP DIY
5) Mempersiapkan dan mengkoordinasikan kepanitiaan
dan persiapan teknis lainnya untuk kegiatan organisasi
6) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Ketua
sesuai dengan kepentingan dan perkembangan DPW PPP
DIY
7) Dalam melaksanakan tugas bertanggung jawab kepada
Ketua
4. Wakil Sekretaris
a. Tugas Pokok Wakil Sekretaris :
1) Mewakili sekretaris apabila berhalangan terutama untuk
setiap aktifitas kesekretariatan dan tata kerja DPW PPP
DIY
2) Bersama Sekretaris mengawasi seluruh penyelenggaraan
kegiatan di bidang administrasi dan tata kerja dan
menghadiri rapat-rapat DPW PPP DIY dan rapat lainnya.
3) Membuat risalah dalam setiap pertemuan/ rapat-rapat
baik rapat pengurus DPW PPP DIY maupun rapat
umum.
50
4) Merumuskan, mengusulkan dan mendokumentasikan
peraturan dan data yang berkaitan dengan atribut dan
asset yang tidak bergerak untuk mendukung kepentingan
DPW PPP DIY baik internal maupun eksternal.
5) Mengusulkan dan memfasilitasi kebutuhan DPW PPP
DIY dalam pengadaan akomodasi, logistik dan travel.
b. Fungsi Wakil Sekretaris :
1) Membantu Sekretaris melakukan pengelolaan
administrasi kesekretariatan, korespondensi dan
kearsipan.
2) Membantu Sekretaris melakukan pengelolaan inventaris
organisasi serta pengadaan kebutuhan kesekretariatan.
3) Membantu Sekretaris mengkoordinasikan kegiatan antar
pengurus dengan pengurus, pengurus dengan DPW PPP
DIY, pengurus dengan pihak luar
4) Membantu Sekretaris membuat laporan periodik
kegiatan DPW PPP DIY
5) Membantu Sekretaris mempersiapkan dan
mengkoordinasikan kepanitiaan dan persiapan teknis
lainnya untuk kegiatan DPW PPP DIY
6) Membantu Sekretaris melaksanakan tugas lain yang
diberikan oleh Ketua sesuai dengan kepentingan dan
perkembangan DPW PPP DIY
51
7) Dalam melaksanakan tugas bertanggung jawab kepada
Ketua.
Mendasarkan pada judul penelitian ini, penyusun akan menyajikan
informasi yang terkait dengan kaderisasi PPP, dimana pada bidang ini ada
wakil ketua bidang organisasi, keanggotaan dan kaderisasi yang
mempunyai tugas pada bidang pengkaderan partai. Data yang penyusun
sajikan diantaranya adalah daftar GPK (Gerakan Pemuda Kab’ah) dibawah
naungan DPW PPP DIY. GPK sendiri adalah sayap pemuda PPP yang juga
sebagai basis massa pengkaderan PPP, diantaranya :
1. Kota Yogyakarta
a) Brigade Elite Hizbulloh Kampung Jogokariyan
b) Brigade JOXZIN Karangkajen
c) Brigade Al-Qassam Kleringan, Jetis
d) Brigade Gazza
e) Brigade Patekah Brigpath
f) GPK/ HAMKA Gazak
g) HAMKA FiiSabilillah Kotagede
h) BARIKADE (Barisan Kab’ah Kotagede)
i) HAMKA INFIFADA Kotagede
j) HAMKA KABILAH Kotagede
k) HAMKA IQRO Kotagede
l) HAMKA LACAK Umbulharjo
m) HAMKA GREEN ZONE Kotagede
52
n) HAMKA Nitikan
o) HAMKA PERTAGIS (Pertahanan Agama Islam) Lempuyangan
p) HAMKA PERKASA, Suronatan
q) HAMKA KAUMAN
r) HAMKA Serengan
s) GPK SINGO KAGOL
t) SRIKANDI GPK HAMKA
u) Brigade HAMZAH
v) GPK Kota Jogja
w) HAMKA DARWIS Mabes, Warungboto, Umbulharjo
x) GPK GAWAN BAYI Kauman, Pakualaman
y) HAMKA BANI ZAIN, Kotagede
z) HAMKA SEPARATIS, Tamansiswa
2. Kabupaten Sleman
a) GPK Hamas Sleman
b) HAMKA FiiSabilillah, Cangkringan
c) GPK Santri Nekad, Sleman
d) HAMKA dan GPK Sajam (Serdadu Jihad Mlagi) Patok Negara,
Mlagi Sleman
e) HAMKA Asykar Janka Dausat Patok Negoro, Plosokuning Sleman
f) Brigade Sor Jambu Brisoj, Sleman
g) Brigade Izudin Al-Qassam Jln. Magelang Km 14,5 Sleman
h) Brigade Islam Tentara ALLAH BAITULLOH
53
i) Brigade Muslim Elite (BME) Sleman
j) GPK Merapi, Sleman
k) KOMPI BHOROT (Komando Pembela Islam) Gejayan, Sleman
l) GPK ASHAABUL KHAFI, Sleman
m) GPK MACAN LORENG
n) GPK ZUFAR
o) GPK PASTIBARAK, Berbah
p) GPK PASER (Pasukan Etan Pasar Stan) Maguwoharjo
q) GPKBASOEKA Banyuraden. Gamping
r) GPK SANTANA, Godean
s) GPK CIA, Sleman
t) GPK GHADAFFI
u) HAMKA 16
v) HAMKA ALI BIN ABI THALIB
w) Laskar BMK, Sleman
x) GPK FATAHILLAH, Sleman
y) HAMKA FADILLAH Pereng Ndawe Balecatur, Gamping
z) GPK IZROIL, Berbah
aa) GPK Ndhas Clenk, Sleman
bb) GPK Kalasan
3. Kabupaten Bantul
a) Hamka El Bouraq, Banguntapan
b) HAMKA Krapyak, Gorok, Krapyak Bantul
54
c) Brigade Sorban Hitam, Bantul
d) Brigade GAPRAK (Gabungan Prajurit Kab’ah) Sedayu, Bantul
e) Brigade Simpatisan Kab’ah (BRISIK) Bantul
f) HAMKA Kasihan, Bantul
g) GPK AL-HAIDAR Srandakan, Bantul
h) Laskar ARAFAT Bukan macam tamil wonokromo, Pleret
i) Laskar Suara Jihad
j) Laskar TALIBAN
k) HAMKA PANGLIMA, Bantul
l) HAMKA SAIFULLAH
m) GPK MUZAFIR, Sedayu Bantul
n) Laskar ABABIL Bantul Selatan
o) HAMKA AL-KIZAM eks KUTIS IJO, Sedayu
p) GPK BISMILLAH
q) Laskar AL FATAH, Sewon
r) Laskar Hajar Aswad, Kasihan
4. Kabupaten Kulonprogo
a) HAMKA HAMZAH Lendah, Kulonprogo
b) GPK GHE-MAX (GEMAK) Kokap
c) GPK Macan Proliman, Wates
d) GPK MAFIOSO
e) GPK Batas Kota
f) GPK MACAN ADIKARTO
55
5. Kabupaten Gunungkidul
a) GPK JAZIRAH Purwosari, Gunungkidul
b) Brigade JOXZIN, Wonosari
C. HASIL PEROLEHAN SUARA PEMILU LEGISLATIF DPW PPP
DIY
Hasil perolehan suara merupakan data penting yang sebaiknya
disajikan penyusun sebagai pelengkap data-data yang lain. Selain itu, hasil
perolehan suara pileg (pemilu legislatif) yang penyusun sajikan dalam kurun
waktu 3 periode terakhir pileg ini merupakan hasil perolehan suara yang
dapat dijadikan perbandingan dengan melihat kondisi politik yang saat ini
terjadi di DPW PPP DIY. Berikut hasil perolehan suara pileg PPP, penyusun
sajikan dalam bentuk tabel dibawah ini :
Tabel 1.1 Hasil Perolehan Suara Pemilu Legislatif PPP DPRD
Propinsi DIY
No Tahun Pemilu
Legislatif
Jumlah
Perolehan
Suara
Jumlah Kursi
1 2009 6.815.581 1
2 2014 8.157.488 4
3 2019 6.323.147 1
Sumber: Arsip Pemilu KPU Propinsi DIY
Berdasarkan dari hasil perolehan suara pileg sesuai tabel diatas,
penyusun dapat menjelaskan bahwa hasil perolehan suara yang diperoleh
DPW PPP DIY dengan dinamika politik yang terjadi di DPW PPP DIY saat
ini. Pileg tahun 2009 PPP hanya mampu mengirimkan 1 wakilnya duduk di
DPRD Propinsi DIY, sedangkan pada pileg 2014 PPP mengalami kenaikan
perolehan suara yang signifikan hingga mampu menempatkan 4 wakilnya
56
di lembaga DPRD Propinsi DIY. Selepas tahun pemilu 2014 hingga
menjelang pemilu 2019 terjadi perseteruan dalam internal PPP tidak
terkecuali DPW PPP DIY, sehingga kondisi ini menyebabkan hasil yang
kurang memuaskan pada pileg 2019 karena PPP hanya mampu
menempatkan 1 wakilnya di DPRD Propinsi DIY. Artinya, konflik internal
yang terjadi dalam kurun waktu yang cukup lama dan berlarut-larut ini
menyebabkan PPP khususnya di DPW PPP DIY mengalami penurunan
hasil pemilu.
D. SARANA DAN PRASARANA DPW PPP DIY
Sarana dan prasarana sebagai fasilitas yang dipakai dalam
mendukung berlangsungnya kegiatan ataupun aktivitas partai, maka
keberadaannya sangat diperlukan. Keberlangsungan setiap kegiatan partai
sangat didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai. Diantara
sarana dan prasarana yang dimiliki oleh DPW PPP DIY adalah :
1. Gedung Pertemuan
Rapat, musyawarah, seminar dan berbagai acara yang diselenggarakan
DPW PPP DIY dengan peserta yang cukup banyak biasanya
dilaksanakan di gedung pertemuan yang berada di kantor DPW PPP
DIY. Fungsi lain dari gedung pertemuan juga diperuntukkan ketika
menyambut tamu yang jumlahnya banyak. Biasanya tamu-tamu yang
studi banding di kantor DPW PPP DIY dalam jumlah banyak tidak
57
ditempatkan diruang tunggu tamu melainkan di gedung pertemuan yang
berada diarea kantor.
2. Kantor
Beralamat di Jl. Tentara Rakyat Mataram, Bumijo, Kecamatan Jetis,
Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, kantor DPW PPP DIY
menjadi pusat kegiatan bagi pengurus partai. Selain itu kantor juga
memberikan informasi, memberikan pelayanan dan komunikasi bagi
yang membutuhkan dan merupakan tempat bertemunya pengurus partai
dan kader-kader partai dari berbagai daerah pada suatu waktu tertentu.
Kantor DPW PPP DIY memiliki fasilitas diantaranya ruang pegawai
administrasi yang mengurusi segala keperluan adminitrasi partai, ruang
tunggu tamu, lobby, tempat parkir dan kantin disebelah selatan. Lokasi
kantor yang strategis membuat kantor DPW PPP DIY mudah dijangkau
dan ditemui. Berada di pinggir jalan, dengan bendera partai menjadi
penanda kantor tersebut. Selain itu simbol lain yang juga sebagai
identitas partai adalah warna hijau yang mewarnai tembok kantor adalah
bagian dari pengenalan PPP kepada masyarakat.
3. Masjid
Identitas partai yang paling menonjol adalah Islam. Kab’ah
menunjukkan bahwa Islam merupakan ideologi PPP, maka dari itu
sudah selayaknya untuk mengenalkan PPP ke masyarakat dibutuhkan
sarana dan prasarana yang identik dengan Islam yaitu masjid. DPW PPP
DIY menyediakan masjid yang cukup besar, bersih dan nyaman tidak
58
hanya bagi pengurus dan anggota-anggota partai melainkan juga bagi
pengunjung yang datang ke kantor. Masjid juga digunakan sebagai
sarana untuk mengadakan kegiatan kaderisasi partai, biasaya berupa
pengajian dan sholat berjamaah.
E. DINAMIKA POLITIK DPW PPP DIY
Bila berbicara mengenai dinamika PPP, mak tidak terlepas dengan
sejarah berdirinya partai ini, yang mana merupakan salah satu produk
pembangunan orde baru. Bahwa salah satu politik pemerintah orde baru
adalah adanya ide penggabungan (fusi) partai. Maka demi merealisasikan
gagasan fusi alias penggabungan dalam salah satu partai politik, para
pemimpin keempat (NU, Parmusi, PSII dan Perti) terus mengadakan
pertemua. Akhirmya pada pertemuan di kediaman Mintaredja, S.H, tanggal
5 Januari 1973, tercetuslah kesepakan bersama untuk mengadakan fusi
partai-partai Islam dalam suatu partai politik baru dengan nama Partai
Persatuan Pembangunan.
Memasuki Era Reformasi, PPP dihadapkan pada suasana kehidupan
politik yang berubah. Salah satu yang paling mencolok adalah maraknya
pembentukakna partai politik yang berciri Islam, yaitu berasaskan,
bersimbol serta berusaha mengedepankan nilai-nilai Islam. Kehadiran
partai-partai Islam baru diantaranya PKB, PNU, PKU, PBB, PK, PAN, PUI,
kehadiran partai-partai Islam tersebut tentu saja menjadi factor penting
dalam mengurangi basis sosial yang dimiliki sebelumnya. Seperti kaum
tradisional yang pada era sebelumnya bergabung di partai ini cenderung
59
akan pulang ke komunitas aslinya di partai-partai Islam tradisional, hal yang
sama akan dilakukan pula oleh kelompok Islam modernis, mereka akan
lebih bersemangat lagi keluar dari PPP apabila di partai-partai baru itu lebih
disediakan dan dijanjikan posisi yang menguntungkan.
Dalam beberapa dekade isu pemberitaan yang hangat
diperbincangkan adalah persoalan politik ketetanegaraan yang berkaitan
dengan sosok figure pejabat Negara, partai politik dan kebijakan politik
suatu pemerintahan. Isu ini sering mewarnai dinamika partai politik dan
pemerintah. Salah satu berita yang cukup menarik perhatian khalayak
adalah pemberitaan tentang dualisme kepemimpinan PPP khususnya
dualisme kepemimpinan di DPW PPP DIY.
Tahun 2014 adalah masa-masa keterpurukan PPP, pada saat
menjelang pemilihan Presiden PPP mengalami konflik dualisme
kepemimpinan antara kubu Romahurmuzi dan kubu Suryadharma Ali atau
Djan Ali yang hingga tahun 2016 tak kunjung mendapatkan titik
penyelesaian hingga sekarang. Hal itu berawal pada saat Suryadharma Ali
menjatuhkan pilihannya untuk bergabung pada Koalisi Merag Putih (KMP)
yang tidak disepakati oleh seluruh anggota. Masing-masing pihak yang
berseberangan tidak ada yang mau mengalah , hingga akhirnya hanya salah
satu kubu yang mendapatkan mandate yang sah, sementara yang lain tetap
tidak mengakui kubu yang disahkan tersebut.
60
Begitu pun yang terjadi di DPW PPP DIY, dualisme kepemimpinan
tersebut juga terjadi ditandai dengan terbentuknya PPP Khittah yang
merupakan gerakan moral dan gerakan mengoreksi penyimpangan-
penyimpangan yang terjadi di PPP dari kedua kubu yang bertikai.
Terbentuknya PPP Khittah didasari dengan tiga misi perjuangan yaitu
mengembalikan partai sebagai pembawa aspirasi umat Islam. Kedua,
membentengi moral agar NKRI tidak sekuler dan ketiga adalah membangun
NKRI agar kebijakan pemerintah tidak keluar dari nilai-nilai yang sudah
digariskan. Hadirnya PPP Khittah dan digawangi dengan Tamam Achda
dan Syukri Fadholi juga dilatarbelakangi karena ketidakrelaan para kader,
ketika PPP saat ini dijalankan secara pragmatis. Dinamika perkembangan
politik PPP dewasa ini khususnya di DPP PPP menyebabkan DPW PPP DIY
kemudian mendeklarasikan PPP Khittah sebagai protes dan jalan untuk
meluruskan kebijakan yang bertentangan dengan jati diri partai berlambang
Kab’ah tersebut.
Perkembangan PPP Khittah dalam pilihan politiknya mendasarkan
pada asumsi-asumsi ideologis bukan pragmatisme. Hingga sekarang kondisi
dualisme kepemimpinan masih menyelimuti DPW PPP DIY. Belum adanya
islah atau rekonsilasi akbara yang dilakasanakan untuk meredakan hingga
menyelesaikan persoalan dualisme kepemimpinan yang terjadi.
61
F. PELAKSANAAN KADERISASI DPW PPP DIY
Selain data-data mengenai profil dan gambaran umum DPW PPP DIY,
penyusun juga menyertakan data mengenai pelaksanaan kaderisasi yang
berhubungan dengan data-data kegiatan DPW PPP DIY dalam
melaksanakan kaderisasi di tingkat Provinsi.
Tabel 1.2 Rencana Kegiatan Kaderisasi DPW PPP DIY
No Jenis Kegiatan Waktu
Pelaksanaan
Tempat
Pelaksanaan
Target
Peserta
1. Latihan
Kepemimpinan
Kader Dasar
(LKKD)
Oktober/November Gedung
Pertemuan DPW
PP DIY
Seluruh
Kader
yangtelah
mengikuti
LKKD
tingkat DPC
2 Rapat/Pertemuan
Pengurus
Setiap bulan 1kali Kantor DPW PPP
DIY
Pengurus
DPW PPP
DIY
3 Pertemuan
Pengurus dengan
Kader Partai/GPK
3 Bulan sekali Kantor DPW PPP
DIY
Pengurus
DPW PPP
DIY,
pengurus
GPK, relawan
partai
62
4 Seminar
Pendidikan
Politik/Lokakarya
Politik
Desember Gedung
Pertemuan DPW
PPP DIY/
Ballroom Hotel
yang
direkomendasikan
Seluruh
kader,
relawan,
simpatisan
partai
5 Harlah PPP Januari Kantor DPW PP
DIY
Pengurus,
kader,
relawan partai
6 Pengajian Akbar Bulan Peringatan
hari-hari besar
umat Islam
Masjid DPW PPP
DIY
Pengurus,
kader,
relawan partai
dan
masyarakat
umum
7 Musyawarah
Wilayah
Juli/Agustus Gedung
Pertemuan DPW
PPP DIY/
Ballroom Hotel
yang
direkomendasikan
Pengurus
DPW PPP
DIY, kader
partai,
relawan
partai, tokoh
PPP
Sumber : Hasil olah data penyusun, 2020
116
DAFTAR PUSTAKA
Batubara, Siti. 2018. Skripsi. Ideologi dan Pola Rekritmen Kader Dewan Pimpinan
Wilayah Partai Persatuan Pembangunan Provinsi Sumatra
Utara, Universitas Islam Negeri Sumatra Utara.
Budiardjo, Miriam, 2013, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: CV. Prima Grafika.
Budiman, Ali. 2015. Skripsi. Strategi Partai Politik berbasis masa Islam dalam
menaikkan suara pada Pemilihan Umum 2014, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Daryanto, M. 1998. Administrasi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.
Firmanzah. 2011. Mengelola Partai Politik, Komunikasi dan Positioning Ideologi
Politik di Era Demokrasi. Jakarta: Penerbit Yayasan Pustaka
Obor Indonesia.
Heywood, Andrew, 2014, Politik,Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Joko, Tri. 2015. Skripsi. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Ideologi Islam,
Universitas Riau.
Muninggar, Wening. 2017. Skripsi. Pendidikan Kader Madya Sebagai Model
Kaderisasi terhadap Pelembagaan Partai di tingkat Lokal,
Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD”
Yogyakarta.
Muslihah. 2013. Skripsi. Kaderisasi Mubalighoh melalui Pelatihan; Pesantren
ditengah Arus Ideologi-ideologi Pendidikan, IAIN Walisongo
Semarang.
Nasir, Mohammad. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia
Ningsih, Lilik Dwi. 2016. Skripsi. Pola Kaderisasi Nahdhatul Ulama (NU) Dalam
Membangun Kepemimpinan di Kabupaten Ponorogo,
Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
Nofiard, F. Pola Kaderisasi Kepemimpinan Pambakal (Kepala Desa) di Desa
Hamalau Kanupaten Hulu Sungai selatan. Jurnal Ilmu Politik
dan Pemerintahan Lokal. Vol. II, No. 2, Juli-Desember 2013 :
266-267
Nur, Zain. 2007. Skripsi. Kondisi Partai Persatuan Pembangunan Kabupaten
Sukoharjo Tahun 1987-2004, Universitas Negeri Semarang.
Rikho, Wira. 2014. Skripsi. Politik Identitas Partai Islam, Universitas Maritim
Raja Ali Haji Tanjung Pinang.
Rivai, Veithzal. 2006. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Jakarta: PT. Raya
Grafindo Persada.
Sandro, Akbar. 2011. Skripsi. Sistem Pengkaderan dikalangan Partai Islam,
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Santoso, Listiyono. 2003. Dekontruksi Ideologi Negara, Yogyakarta: Ning-Rat.
117
Suhaimi, Else. Pola Rekruitmen Politik Berdasarkan Ideologi Partai Politik dalam
Sistem Ketatanegaraan Indonesia. Nurani. Vol. 18, No. 1, Juni
2018 : 105-124.
Subiyanto, Ibnu. 2014. Pemimpin Berkaki Rakyat: Membangun Parpol Berbasis
Kader.Yogyakarta: Galang Pustaka
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung: Penerbit
Alfabeta.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung:
Penerbit Alfabeta.
Taufik. 2014. Skripsi. Elektabilitas Partai Persatuan Pembangunan (PPP) pada
Pemilu 2014 DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta), Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Sumber lain :
Buku Ke-PPP-an, DPC PPP, 2013
Buku Panduan Rekrutmen & Kaderisasi Partai Politik Ideal di Indonesia, Jakarta,
2016
Website :
Bisnis.com
Kompas.com
Wikipedia.com
HarianMerapi.com, diakses pada Jum’at, 24 April 2020 pukul 10:58 WIB
Tempo.co, diakses pada Jum’at, 24 April 2020 pukul 11:09 WIB
Gatra.com, diakses pada Jum’at, 24 April 2020 pukul 11:11 WIB
https://presenta.co.id/problem-solving, di akses pada Sabtu, 22 Februari 2020
pukul 17:28 WIB
https://pendidikan.co.id/kenijakan-pengertian-tingkatan-macam-menurut-para-
ahli, diakses pada MInggu, 23 Februari 2020 pukul 08:41 WIB
https://seputarilmu.co.id/2018/12/8-pengertian-kepemimpinan-menurut-para-
ahli-di-dunia.html, diakses pada Minggu, 23 Februari 2020 pukul 09:10 WIB