POLA KADERISASI KEPEMIMPINAN PARTAI POLITIK(STUDI TERHADAP DEWAN PIMPINAN CABANG (DPC)PARTAI...

16
Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 02 Nomor 03 Tahun 2015, 754-769 POLA KADERISASI KEPEMIMPINAN PARTAI POLITIK (STUDI TERHADAP DEWAN PIMPINAN CABANG (DPC)PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN (PDI-Perjuangan) KABUPATEN NGANJUK) Aditya Surya Permana 08040254234 (Prodi S1-PPKn, FIS,UNESA) [email protected] Agus Satmoko Adi 197208162008011006 [email protected] Abstrak Penelitian ini mengkaji tentang pola kaderisasi kepemimpinan khususnya pada DPC PDI Perjuangan Kabupaten Nganjuk. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan strategi studi kasus, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki secara cermat sistem kaderisasi kepemimpinan, cara kerja dan pelaksanaan kaderisasi kepemimpinan di DPC PDI Perjuangan Kab. Nganjuk. Serta faktor Pendukung dan Penghambat Pola Kaderisasi Kepemimpinan Partai Politik. Hasil penelitian menunjukan bahwa pola kaderisasi kepemimpinan partai politik terdiri dari proses rekruitmen, seleksi kader, dan pendidikan kader di DPC PDI Perjuangan Kabupaten Nganjuk di atur dalam Anggaran Rumah Tangga Partai Ketetapan Kongres III PDI Perjuangan No.09/TAP/KONGRES III/PDI-P/2010 BAB I mengungkap penetapan calon anggota dan anggota yang dilaksanakan oleh DPC PDI Perjuangan Kabupaten Nganjuk dilakukan dengan mekanisme musyawarah mufakat. Adapun faktor pendukung adalah kekompakan dan pemahaman yang sama terhadap ideologi Pancasila, sedangkan faktor penghambat adalah: sebagian anggota yang tidak memahami ideologi pancasila sebagai tugas partai. Kata kunci : Partai Politik, Kaderisasi Kepemimpinan, PDI Perjuangan Abstract This study examines patterns of regeneration particulary in the branch executive council of Demokrasi Indonesia Perjuangan Party district of Nganjuk. This study was used a paradigm qualitative with case study, because the study was aimed to investigate carefully the leadership cadre system, the way of workings and implementation of the leadership cadre in branch executive council of Demokrasi Indonesia Perjuangan party districts of Nganjuk. As well as enabling and inhibiting factors of leadership cadre pattern of political party. The result showed that the pattern of leadership cadres of political party is consists for recruitment process, the selection of cadres, and education for cadres in the branch executive council of Demokrasi Indonesia Perjuangan Party is set on The Articles Of Association Bylaws party Kongres III provision of Demokrasi Indonesia Perjuangan party No.09/TAP/KONGRES III/PDI-P/2010 The Articles Of Association Bylaws revealed the determination about prospective members and members conducted by the branch executive council of Demokrasi Indonesia Perjuangan Party district of Nganjuk do with the mechanism of deliberation. As for the supporting factor is unity and common understanding of the ideology of Pancasila, while inhibiting factors are some members who do not understanding the ideology of Pancasila as the task of the party. Keywords: Politic Party, Leadership Cadre, Party of Democratic Indonesia Perjuangan PENDAHULUAN Kaderisasi kepemimpinan merupakan hal penting bagi sebuah organisasi, karena merupakan inti dari kelanjutan perjuangan organisasi ke depan. Tanpa kaderisasi kepemimpinan, rasanya sangat sulit dibayangkan sebuah organisasi dapat bergerak dan melakukan tugas-tugas keorganisasian dengan baik dan dinamis. Kaderisasi kepemimpinan adalah sebuah syarat

description

Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : ADITYA SURYA PERMANA

Transcript of POLA KADERISASI KEPEMIMPINAN PARTAI POLITIK(STUDI TERHADAP DEWAN PIMPINAN CABANG (DPC)PARTAI...

Page 1: POLA KADERISASI KEPEMIMPINAN PARTAI POLITIK(STUDI TERHADAP DEWAN PIMPINAN CABANG (DPC)PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN (PDI-P) KABUPATEN NGANJUK)

Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 02 Nomor 03 Tahun 2015, 754-769

POLA KADERISASI KEPEMIMPINAN PARTAI POLITIK

(STUDI TERHADAP DEWAN PIMPINAN CABANG (DPC)PARTAI DEMOKRASI INDONESIA

PERJUANGAN (PDI-Perjuangan) KABUPATEN NGANJUK)

Aditya Surya Permana

08040254234 (Prodi S1-PPKn, FIS,UNESA) [email protected]

Agus Satmoko Adi

197208162008011006 [email protected]

Abstrak

Penelitian ini mengkaji tentang pola kaderisasi kepemimpinan khususnya pada DPC PDI Perjuangan

Kabupaten Nganjuk. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan strategi studi kasus,

yaitu penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki secara cermat sistem kaderisasi kepemimpinan, cara

kerja dan pelaksanaan kaderisasi kepemimpinan di DPC PDI Perjuangan Kab. Nganjuk. Serta faktor

Pendukung dan Penghambat Pola Kaderisasi Kepemimpinan Partai Politik. Hasil penelitian menunjukan

bahwa pola kaderisasi kepemimpinan partai politik terdiri dari proses rekruitmen, seleksi kader, dan

pendidikan kader di DPC PDI Perjuangan Kabupaten Nganjuk di atur dalam Anggaran Rumah Tangga

Partai Ketetapan Kongres III PDI Perjuangan No.09/TAP/KONGRES III/PDI-P/2010 BAB I

mengungkap penetapan calon anggota dan anggota yang dilaksanakan oleh DPC PDI Perjuangan

Kabupaten Nganjuk dilakukan dengan mekanisme musyawarah mufakat. Adapun faktor pendukung

adalah kekompakan dan pemahaman yang sama terhadap ideologi Pancasila, sedangkan faktor

penghambat adalah: sebagian anggota yang tidak memahami ideologi pancasila sebagai tugas partai.

Kata kunci : Partai Politik, Kaderisasi Kepemimpinan, PDI Perjuangan

Abstract

This study examines patterns of regeneration particulary in the branch executive council of Demokrasi

Indonesia Perjuangan Party district of Nganjuk. This study was used a paradigm qualitative with case

study, because the study was aimed to investigate carefully the leadership cadre system, the way of

workings and implementation of the leadership cadre in branch executive council of Demokrasi Indonesia

Perjuangan party districts of Nganjuk. As well as enabling and inhibiting factors of leadership cadre

pattern of political party. The result showed that the pattern of leadership cadres of political party is

consists for recruitment process, the selection of cadres, and education for cadres in the branch executive

council of Demokrasi Indonesia Perjuangan Party is set on The Articles Of Association Bylaws party

Kongres III provision of Demokrasi Indonesia Perjuangan party No.09/TAP/KONGRES III/PDI-P/2010

The Articles Of Association Bylaws revealed the determination about prospective members and members

conducted by the branch executive council of Demokrasi Indonesia Perjuangan Party district of Nganjuk

do with the mechanism of deliberation. As for the supporting factor is unity and common understanding

of the ideology of Pancasila, while inhibiting factors are some members who do not understanding the

ideology of Pancasila as the task of the party.

Keywords: Politic Party, Leadership Cadre, Party of Democratic Indonesia Perjuangan

PENDAHULUAN

Kaderisasi kepemimpinan merupakan hal penting bagi

sebuah organisasi, karena merupakan inti dari

kelanjutan perjuangan organisasi ke depan. Tanpa

kaderisasi kepemimpinan, rasanya sangat sulit

dibayangkan sebuah organisasi dapat bergerak dan

melakukan tugas-tugas keorganisasian dengan baik dan

dinamis. Kaderisasi kepemimpinan adalah sebuah syarat

Page 2: POLA KADERISASI KEPEMIMPINAN PARTAI POLITIK(STUDI TERHADAP DEWAN PIMPINAN CABANG (DPC)PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN (PDI-P) KABUPATEN NGANJUK)

Pola Kaderisasi Kepemimpinan Partai Politik

755

mutlak dalam membangun struktur kerja yang mandiri

dan berkelanjutan.

Kaderisasi kepemimpinan sangat penting mengingat

perlu ada transfer pengetahuan, transfer keterampilan dan

keahlian dalam suatu kajian tertentu. Fungsi kaderisasi

kepemimpinan adalah mempersiapkan calon-calon yang

siap melanjutkan tongkat estafet perjuangan sebuah

organisasi. Kader suatu organisasi adalah orang yang

telah dilatih dan dipersiapkan dengan berbagai

keterampilan dan disiplin ilmu untuk mencapai tujuan

organisasi.

Kaderisasi perlu disertai dengan sistem transparan

yang memberikan jaminan akses kepada semua kader

yang memiliki potensi. Perlu juga dimunculkan sistem

persaingan yang sehat dan transparan dalam tubuh

organisasi partai politik. Kader harus dibiasakan dengan

sistem persaingan yang sehat dan transparan. Dengan

sistem persaingan yang terbebas dari kolusi dan

nepotisme inilah kaderisasi kepemimpinan akan dapat

melahirkan calon-calon pemimpin yang berkualitas.

Kaderisasi kepemimpinan partai politik di Indonesia

masih jauh dari harapan, sehingga banyak partai politik

melahirkan kader-kader instan. Kader partai yang instan

inilah membuat kinerja parlemen di DPR dan pejabat

publik menjadi buruk. Kegagalan kaderisasi

kepemimpinan di tubuh partai politik ini karena partai

politik tidak menegakkan fungsi partai politik secara utuh

dan benar. Maka dari itu sangat sulit untuk mendapatkan

kader partai politik yang berpotensi dan layak untuk

dijadikan sebagai calon pemimpin dan perwakilan yang

akan menduduki jabatan publik nantinya. Dalam partai

politik perlu ditekankan tentang kaderisasi yang memiliki

jenjang dan aturan tersendiri pada tubuh partai. Tanpa

kaderisasi yang baik maka akan sulit menemukan kader-

kader partai yang berpotensi, militan, dan paham

terhadap politik.

Dalam kaderisasi partai politik cenderung memiliki

jenjang bagi kader. Jenjang yang pertama terdapat proses

rekrutmen kader politik. Ada dua proses rekrutmen kader

politik, yang pertama adalah (1) sistem terbuka, dan (2)

kedua adalah sistem tertutup. Namun berdasarkan

wawancara pendahuluan dengan salah satu anggota

DPRD PDI Perjuangan Kabupaten Nganjuk, dan sebagai

wakil ketua ranting desa Lambang Kuning periode 2010-

2015, yaitu Eddy Guntoro bahwa, di dalam PDI

Perjuangan Kabupaten Nganjuk proses rekrutmen

tersebut lebih dikenal dengan (1) rekrutmen terbuka yaitu

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan membuka

pendaftaran bagi siapa saja yang ingin menjadi anggota.

Pendaftaran ini dapat dilakukan di mana saja baik itu di

Dewan Pimpinan Pusat (DPP),Dewan Pimpinan Daerah

(DPD),Dewan Pimpinan Cabang (DPC),dan Pengurus

Anak Cabang (PAC) maupun disetiap Ranting Partai

yang tersebar di desa yang ada di Kabupaten Nganjuk.

dan (2) rekrutmen penunjukan yaitu pencarian kader

dilakukan langsung oleh partai melalui utusan-utusan.

Yang bertugas menentukan kelompok sasaran yang akan

direkrut menjadi anggota partai, yang menjadi sasaran

calon anggota PDI Perjuangan di Kabupaten Nganjuk

biasanya adalah golongan mahasiswa, buruh, petani,

pedagang, pengusaha, dan tokoh masyarakat.

Setelah tahap pencarian anggota dilaksanakan tahap

yang kedua adalah proses seleksi. Tahap ini dilaksanakan

kurang lebih enam bulan. Selama satu semester tersebut

dilihat keaktifan dari masing-masing calon kader baik di

dalam pengurusan partai maupun di luar partai. Sistem

kaderisasi ini di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan

disebut sistem stelsel aktif yaitu suatu sistem yang

menerapkan bahwa setiap kader Partai Demokrasi

Indonesia Perjuangan harus aktif.

Sedangkan implementasi dari sistem kaderisasi PDI

Perjuangan untuk memperoleh kader partai adalah

melalui empat proses yaitu: penarikan (rekrutmen),

proses seleksi, pendidikan politik,dan pengembangan.

Penarikan (rekrutmen) di PDI Perjuangan dilakukan

dengan menggunakan dua cara yaitu (1) Usulan dari

struktur partai mulai dari yang paling bawah (recruitment

by bottom up demand), dan (2) Recruitment by meritt

system yang melalui scorring. Kedua pendekatan ini,

digunakan secara bersamaan untuk mengukur

akseptabilitas politik, juga kapabilitas maupun

kompetensi kader partai.

Dalam proses seleksi kader partai di PDI Perjuangan

terdapat tiga jenjang yaitu (1) Jejang pertama untuk

Kader Pratama, (2) Jenjang kedua untuk Kader Madya,

dan (3) Jenjang ketiga untuk Kader Utama.

Kaderisasi jenjang pertama adalah kaderisasi yang

dilakukan oleh partai di tingkat paling bawah, yaitu DPC.

Kaderisasi ini dilakukan oleh partai di tingkat Daerah,

Desa atau Kelurahan dan Kabupaten atau Kota.

Kaderisasi ini merupakan usaha partai dalam rangka

memperkuat dan memperluas basis massa di Daerah.

Dimana kaderisasi jenjang pertama ini berguna untuk

mempersiapkan kader untuk mengisi jabatan-jabatan

publik di tingkat paling rendah yaitu jabatan di tingkat

Kabupaten atau Kota.

Kaderisasi jenjang kedua, adalah kaderisasi yang

dilakukan oleh partai di tingkat menengah. Kaderisasi ini

dilakukan oleh partai di tingkat provinsi. Kaderisasi ini

bersifat fungsional yaitu kaderisasi berdasarkan atas

pengelompokan terhadap kelompok strategis (pemuda,

mahasiswa, pengusaha, dan lain-lain). Kaderisasi di

jejang kedua ini berfungsi untuk mempersiapkan kader

yang akan mengisi jabatan-jabatan publik di tingkat

Page 3: POLA KADERISASI KEPEMIMPINAN PARTAI POLITIK(STUDI TERHADAP DEWAN PIMPINAN CABANG (DPC)PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN (PDI-P) KABUPATEN NGANJUK)

Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 02 Nomor 03 Tahun 2015, 754-769

provinsi baik sebagai calon legislatif tingkat Provinsi

dan Gubernur.

Kaderisasi jenjang utama atau jenjang ketiga,

merupakan proses kaderisasi yang dilakukan di tingkat

paling atas yaitu DPP. Kaderisasi ini diselenggarakan

oleh partai yang ditujukan bagi kader yang akan

menduduki posisi tertentu (jabatan politik pada eksekutif

dan legislatif) dalam rangka mewujudkan dan mencapai

tujuan partai. Kaderisasi dijenjang utama ini berfungsi

sebagai persiapan partai dalam pengisian jabatan di

tingkat nasional, seperti jabatan pada MPR-RI dan DPR-

RI.

Secara historis PDI Perjuangan lahir pada tanggal 1

Pebruari 1999 dan di deklarasikan pada tanggal 14

Pebruari 1999 di Istora Senayan Jakarta. Pada pemilu

tahun 1999, PDI Perjuangan berhasil memperoleh

dukungan yang begitu besar dari masyarakat sehingga

dapat menempatkan wakilnya di DPR sebanyak 153

orang. Dalam perjalanannya, Megawati Soekarnoputri

sebagai ketua umum dari PDI Perjuangan juga terpilih

menjadi wakil presiden mendampingi KH Abdurahman

Wachid yang terpilih dalam sidang Paripurna MPR

sebagai Presiden Republik Indonesia ke empat.

Pada tanggal 27 Maret sampai 1 April tahun 2000

PDI Perjuangan menyelenggarakan kongres pertamanya.

Alasan diselenggarakannya kongres ini adalah untuk

memantapkan konsolidasi organisasi pasca terpilihnya

Megawati sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia.

Menjelang kongres I PDI Perjuangan, sudah muncul

calon-calon kandidat Ketua Umum DPP PDI Perjuangan.

Kongres I PDI Perjuangan akhirnya menetapkan

Megawati Soekarnoputri sebagai ketua umum DPP PDI

Perjuangan periode 2000-2005 secara aklamasi tanpa

pemilihan, karena 241 dari 243 Dewan perwakilan

cabang (DPC) mengusulkan Megawati Soekarnoputri

sebagai ketua umum PDI Perjuangan. Kongres I PDI

Perjuangan akhirnya menetapkan Megawati

Soekarnoputri sebagai ketua umum DPP PDI Perjuangan

periode 2000-2005 secara aklamasi tanpa pemilihan,

karena 241 dari 243 Dewan perwakilan cabang (DPC)

mengusulkan Megawati Soekarnoputri sebagai ketua

umum PDI Perjuangan. Kongres II PDI Perjuangan

diselenggarakan pada tanggal 28 sampai 31 Maret 2005.

Menjelang kongres II PDI Perjuangan

diselenggarakan, sudah banyak muncul nama-nama yang

akan maju sebagai calon kandidat ketua umum DPP PDI

Perjuangan. Namun dalam perjalanan Kongres II PDI

Perjuangan ini Megawati Soekarnoputri tetap dikukuhkan

menjadi ketua umum karena seluruh peserta kongres II

PDI Perjuangan ini dalam pemandangan umumnya

mengusulkan Megawati menjadi ketua umum. Dan pada

akhirnya Megawati Soekarnoputri dikukuhkan menjadi

ketua umum DPP PDI Perjuangan periode 2005-2010.

Dari sedikit penggalan sejarah PDI Perjuangan di atas

dapat kita simpulkan bahwa belum ada proses kaderisasi

kepemimpinan yang jelas dalam tubuh partai. Ditandai

dengan terpilihnya secara berturut-turut Megawati

Soekarnoputri menjadi ketua umum meskipun banyak

calon yang diajukan dan cukup berpotensi untuk menjadi

pemimpin dipartai berlogo banteng tersebut.

Ketidakjelasan proses kaderisasi dalam tubuh PDI

Perjuangan tidak hanya terjadi di pusat atau DPP tetapi

juga terjadi di DPC. Sebagai salah satu kasus yaitu proses

pemilihan Ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten

Nganjuk periode 2010-2015. Terpilihnya Taufiqurrahman

menjadi Ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten Nganjuk

melalui Konferensi cabang partai dia terpilih dari hasil

voting yang dilakukan oleh Perwakilan PAC Se-

Kabupaten Nganjuk. Taufiqurrahman tergolong sebagai

kader baru partai berlogo banteng di Kabupaten Nganjuk.

Taufiqurrahman baru bergabung menjadi kader partai

PDI Perjuangan yaitu pada tahun 2007 saat akan

mencalonkan diri sebagai calon Kepala Daerah

Kabupaten Nganjuk.

Selain kader baru di PDI Perjuangan, Taufiqurrahman

juga bukan merupakan kader asli dari Nganjuk karena

domisili sebelumnya berada di Kabupaten Jombang dan

dia juga bukan sebagai anggota partai PDI Perjuangan di

Jombang saat itu. Dalam rekam jejaknya Taufiqurrahman

bukanlah seorang politikus murni karir awal beliau

sebagai pebisnis asal Jombang yang memiliki berbagai

macam bentuk usaha dan cukup berhasil. Namun dalam

perjalanan karir Taufiqurrahman mengubah haluannya

dari pebisnis menjadi politikus. Sekarang

Taufiqurrahman dalam karir politik menjabat sebagai

Ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten Nganjuk periode

2010-2015 dan Bupati atau Kepala Daerah Kabupaten

Nganjuk. Dari fakta tersebut dapat kita amati bahwa

dalam tubuh DPC PDI Perjuangan daerah Nganjuk yang

sudah berdiri sejak masa reformasi 1998 hingga

sekarang belum mampu melahirkan seorang kader partai

asli putra daerah Kabupaten Nganjuk untuk menjadi

pemimpin di DPC PDI Perjuangan Kabupaten Nganjuk

dan sebagai pejabat publik dimasa depan.

Dari pemaparan tentang proses kaderisasi

kepemimpinan PDI Perjuangan dapat disimpulkan bahwa

belum terlaksana proses kaderisasi kepemimpinan yang

jelas dalam tubuh partai. Ketidakjelasan proses kaderisasi

dalam tubuh PDI Perjuangan tidak hanya terjadi di pusat

atau DPP tetapi juga terjadi di daerah tingkat II atau

DPC. Sebagai salah satu contoh kasus adalah proses

kaderisasi kepemimpinan di DPC PDI Perjuangan

Kabupaten Nganjuk. Terkait dengan hal tersebut, maka

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pola

kaderisasi Kepemimpinan Partai Politik (Studi Terhadap

Page 4: POLA KADERISASI KEPEMIMPINAN PARTAI POLITIK(STUDI TERHADAP DEWAN PIMPINAN CABANG (DPC)PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN (PDI-P) KABUPATEN NGANJUK)

Pola Kaderisasi Kepemimpinan Partai Politik

757

Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Demokrasi

Indonesia Perjuangan (PDI-P) Kabupaten Nganjuk)”.

Hal ini dirasa penting untuk diteliti, karena pada

kenyataannya PDI Perjuangan Kabupaten Nganjuk

merupakan salah satu partai penguasa di Nganjuk, karena

dalam pemilu Kepala Daerah tahun 2012 berhasil

menang dan menjadikan Ketua DPC PDI Perjuangan

Kabupaten Nganjuk Taufiqurrahman sebagai Bupati.

Sedangkan suara PDI Perjuangan di Nganjuk pada

pemilu tahun 2009 menempati urutan kedua setelah

Partai Demokrat, dan pada pemilu 2014 menempati

urutan ke-1 dengan perolehan kursi anggota DPRD

Kabupaten Nganjuk terbanyak sejumlah 11 kursi.

Partai politik ialah sekumpulan orang-orang yang

berada dalam satu wadah disebut organisasi yang

mempunyai orientasi dan tujuan sama sesuai dengan

konstitusi kelembagaan dan mengikuti sistem politik dan

sistem pemilihan yang ada untuk memperoleh kekuasaan

dalam pemerintahan.

Menurut Carl. J. Friedrich, partai politik adalah

sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil

dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan

terhadap pemerintahan bagi pimpinan partainya, dan

berdasarkan penguasaan ini memberikan kepada anggota

partainya manfaat yang bersifat idiil maupun materiil.

Menurut R.H. Soltau, partai politik adalah sekelompok

warga Negara yang sedikit banyak terorganisir yang

bertindak sebagai suatu kesatuan politik yang

memanfaatkan kekuasaannya untuk memilih yang

bertujuan untuk menguasai pemerintahan dan

melaksanakan kebijaksanaan umum mereka. (dalam buku

Miriam Budiarjo, 2013 : hal 161).

Menurut Miriam Budiardjo, partai politik dapat

diartikan sebagai suatu kelompok yang terorganisir yang

anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan

cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini adalah untuk

memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan

politik untuk melaksanakan programnya. Berdasarkan

pengertian di atas maka penulis mengelaborasi definisi

partai politik ialah sekumpulan orang-orang yang berada

dalam satu wadah disebut organisasi yang mempunyai

orientasi dan tujuan yang sama sesuai dengan konstitusi

kelembagaan dan mengikuti sistem politik/sistem

pemilihan yang ada untuk memperoleh kekuasaan dalam

pemerintahan. (Miriam Budiarjo, 2013 : hal 160).

Dalam merebut atau mempertahankan kekuasaan,

partai politik mengikuti pemilihan umum atau pemilu.

Giovani Sartori (dalam Budiarjo, 2013:404) menyatakan

bahwa partai politik adalah suatu kelompok politik yang

mengikuti pemilihan umum dan, melalui pemilihan

umum itu, mampu menempatkan calon-calonnya untuk

menduduki jabatan-jabatan publik.

Menurut Neumann (dalam Budiarjo, 2013:404), partai

politik merupakan perantara yang besar yang

menghubungkan kekuatan-kekuatan dan ideologi sosial

dengan lembaga-lembaga pemerintahan yang resmi.

Partai politik jika dilihat dari asal-usulnya dapat

dijelaskan melalui 3 (tiga) kategori, seperti yang telah

ditulis oleh Cholisin (2007:111-112), yaitu (1) Teori

Kelembagaan yang melihat ada hubungan antara

parlemen awal dan timbulnya partai politik. Kalangan

anggota parlemen (yang diangkat) karena kabutuhan

untuk membina dukungan dari masyarakat, maka

dibentuklah partai politik, (2) Teori Situasi Historis yang

menjelaskan timbulnya partai karena situasi perubahan

dari masyarakat tradisional (strukturnya lebih kompleks).

Perubahan itu menimbulkan tiga krisis, yaitu legitimasi,

integrasi, dan partisipasi. Untuk mengatasi ketiga krisis

tersebut maka dibentuklah partai politik, dan (3) Teori

Pembangunan melihat timbulnya .partai politik sebagai

produk modernisasi sosial ekonomi. Modernisasi sosial

ekonomi, melahirkan berbagai peningkatan dalam

kehidupan, misalnya pendidikan dan industrialisasi. Juga

pembentukan kelompok kepentingan dan organisasi

profesi. Kondisi ini mendorong untuk perlu dibentuknya

partai politik untuk memadukan dan memperjuangkan

aspirasi mereka.

Fungsi utama partai politik adalah mencari dan

mempertahankan kekuasaan untuk mewujudkan

program-program yang disusun berdasarkan ideologi

tertentu. Cara yang digunakan oleh partai politik untuk

mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan di negara

yang menganut sistem politik demokrasi yaitu ikut serta

dalam pemilihan umum. Untuk melaksanakan fungsi itu,

partai politik juga melakukan kegiatan meliputi seleksi

calon-calon, kampanye dan melaksanakan fungsi

pemerintahan (legislatif dan eksekutif). Sedangkan untuk

partai tunggal dalam sistem politik totaliter berupa

paksaan fisik dan psikologik oleh suatu diktatorial

kelompok (komunis) maupun diktatorial individu (fasis).

Adapun fungsi partai politik di negara yang menganut

sistem politik demokrasi menurut Budiarjo (2013:405-

409) adalah sebagai (1) sarana sosialisasi politik dapat

diartikan sebagai suatu proses yang melaluinya seseorang

memperoleh sikap orientasi terhadap fenomena politik

yang umumnya berlaku dalam masyarakat di mana ia

berada, (2) sebagai sarana komunikasi politik di

masyarakat modern yang luas dan kompleks, banyak

ragam pendapat dan aspirasi yang berkembang. Setelah

itu partai politik merumuskannya menjadi usul kebijakan.

Di sisi lain, partai politik juga berfungsi

memperbincangkan dan menyebarluaskan rencana-

rencana dan kebijakan-kebijakan pemerintah. Akan tetapi

sering terdapat gejala bahwa pelaksanaan fungsi

komunikasi ini, sengaja atau tidak disengaja,

Page 5: POLA KADERISASI KEPEMIMPINAN PARTAI POLITIK(STUDI TERHADAP DEWAN PIMPINAN CABANG (DPC)PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN (PDI-P) KABUPATEN NGANJUK)

Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 02 Nomor 03 Tahun 2015, 754-769

menghasilkan informasi yang berat sebelah dan malahan

menimbulkan kegelisahan dan keresahan dalam

masyarakat, (3) sarana rekrutmen politik yang memiliki

fungsi berkaitan dengan masalah seleksi kepemimpinan,

baik kepemimpinan internal partai maupun

kepemimpinan nasional yang lebih luas. Selain itu partai

politik juga berkepentingan memperluas atau

memperbanyak keanggotaan, dan (4) sarana pengatur

konflik karena potensi konflik selalu ada di setiap

masyarakat, apalagi di masyarakat yang bersifat

heterogen, apakah dari segi etnis, sosial-ekonomi,

ataupun agama. Di sini peran politik diperlukan untuk

membantu mengatasinya, atau sekurang-kurangnya dapat

diatur sedemikian rupa sehingga akibat negatifnya dapat

ditekan seminimal mungkin. Secara ringkas dapat

dikatakan bahwa partai politik dapat menjadi

penghubung psikologis dan organisasional antara warga

negara dengan pemerintahnya.

Sedangkan menurut Cholisin (2007:113), fungsi

utama partai politik adalah mencari dan mempertahankan

kekuasaan guna mewujudkan program-programnya yang

disusun berdasarkan ideologi tertentu. Disamping fungsi

tersebut dapat ditambahkan lagi fungsi partai politik

lainnya, yaitu sebagai (1) sosialisasi politik adalah proses

pembentukan sikap dan orientasi politik. Nilai-nilai

politik yang disosialisasikan adalah yang berkembang

dalam kehidupan masyarakat. Sedangkan metode

penyampaiannya dapat dilakukan dengan pendidikan dan

indoktrinasi politik, (2) rekrutmen politik yaitu seleksi

dan pemilihan atau pengangkatan seseorang atau

sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah peranan

dalam sistem politik pada umumnya dan pemerintahan

pada khususnya, (3) partisipasi politik yang berfungsi

dalam mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan

kebijakan umum dan ikut menentukan pemimpin

pemerintahan, (4) pemandu kepentingan di dalam

masyarakat terdapat berbagai kepentingan yang berbeda-

beda bahkan saling betentangan satu sama lain.

Untuk menampung berbagai kepentingan tersebut

maka partai politik dibentuk. Pemandu kepentingan

dimaksudkan sebagai kegiatan menampung,

menganalisis dan memadukan berbagai kepentingan yang

berbeda dan bertentangan satu sama lain menjadi

berbagai alternatif kebijakan umum, kemudian

diperjuangkan dalam proses pembuatan dan pelaksanaan

keputusan politik, (5) sarana komunikasi politik ialah

proses penyampaian informasi politik dari pemerintah

kepada masyarakat dan sebaliknya. Partai politik perlu

menerjemahkan informasi yang mudah dipahami oleh

pemerintah dan masyarakat, agar komunikasi bersifat

efektif, (6) pengendalian konflik yang berfungsi untuk

melakukan pengendalian konflik mulai dari perbedaan

pendapat sampai pada pertikaian fisik antar individu atau

kelompok melalui cara berdialog dengan pihak-pihak

yang berkonflik, menampung dan memadukan berbagai

aspirasi dan kepentingan dari pihak-pihak yang

berkonflik dan membawa permasalahan ke dalam

musyawarah badan perwakilan rakyat untuk

mendapatkan penyelesaian berupa keputusan politik, (7)

kontrol politik dengan melakukan kegiatan untuk

menunjukan kesalahan, kelemahan dan penyimpangan

dalam isi kebijakan atau pelaksanaan kebijakan yang

dibuat oleh pemerintah, (8) persuasi adalah kegiatan

partai politik yang dikaitkan dengan pembangunan dan

pengajuan usul-usul kebijakan agar memperoleh

dukungan seluas mungkin bagi kegiatan tersebut, dan (9)

represi yang dimaksud adalah partai politik melalui

pemerintah atau secara langsung mengenakan sanksi baik

kepada anggota maupun bukan anggota. Juga

mengendalikan semua asosiasi dan partai lain, serta

berusaha menuntut ketaatan dan membentuk pikiran dan

loyalitas anggota dengan cara tidak mengizinkan oposisi

dan menghukum oposisi dan pembangkang.

Tipologi partai politik menurut Cholisin (2007:116-

120) dibagi menjadi 4 (empat) bagian, yaitu (1) tipologi

berdasarkan kriteria: komitmen partai terhadap ideologi

dan kepentingan menghasilkan 5 (lima) tipe partai

politik, yaitu (a) partai proto yaitu faksi yang dibentuk

berdasarkan pengelompokan ideologis masyarakat. Jadi

sebelumnya partai proto belum mempunyai ciri sebagai

partai politik, (b) partai kader adalah partai yang secara

ketat membatasi keanggotaannya terbatas pada golongan

kelas menengah ke atas. Ideologi yang dianut

konservatisme ekstrim atau maksimal reformisme

moderat, (c) partai massa merupakan partai yang

dibentuk di luar lingkungan parlemen dan berorientasi

pada basis pendukung yang luas, dan memiliki ideologi

yang cukup jelas untuk memobilisasikan massa, (d) partai

diktatorial merupakan sub-tipe partai massa, tetapi

memiliki ideologi yang lebih kaku dan radikal, dan (e)

partai catch-all merupakan gabungan dari partai kader

dan massa.

Riswanda Imawan (dalam Cholisin, 2004:161)

mengajukan tipe Catch-all Party yang berideologi,

sebagai tipe partai yang perlu dikembangkan di era

reformasi agar agenda politik yang ditawarkan menjadi

jelas arahnya sehingga mewarnai rejim politik, (2)

tipologi berdasarkan kriteria: sumber dukungan,

organisasi internal, dan cara-cara tindakannya dengan

masing-masing tipe partai politik tersebut adalah sebagai

(a) partai komprehensif yang berorientasi pada pengikut

(clientel oriented), (b) partai sectarian dengan memakai

kelas, daerah atau ideologi sebagai daya tariknya, (c)

partai tertutup adalah partai yang keanggotaannya berifat

terbatas, dan (d) partai terbuka merupakan partai yang

kualifikasi keanggotaannya longgar, (3) tipologi

Page 6: POLA KADERISASI KEPEMIMPINAN PARTAI POLITIK(STUDI TERHADAP DEWAN PIMPINAN CABANG (DPC)PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN (PDI-P) KABUPATEN NGANJUK)

Pola Kaderisasi Kepemimpinan Partai Politik

759

berdasarkan kriteria: asas dan orientasi menurut Ramlan

(dalam Cholisin, 2007:118), maka dikenal 3 (tiga) tipe

partai sebagai (a) partai politik pragmatis ialah partai

yang mempunyai program dan kegiatan yang tak terikat

kaku pada suatu doktrin dan ideologi tertentu, (b) partai

politik doktriner ialah partai yang memiliki sejumlah

program dan kegiatan kongkrit sebagai penjabaran

ideologi. Contohnya Partai Komunis, (c) partai politik

kepentingan merupakan partai yang dibentuk dan

dikelola atas dasar kepentingan tertentu, seperti petani,

buruh, etns, agama, dan lingkungan hidup, dan (4)

tipologi berdasarkan kriteria: basis sosial dan tujuan,

partai politik dibagi menjadi 4 (empat) yaitu (a) partai

politik yang beranggotakan lapisan-lapisan sosial dalam

masyarakat, seperti kelas atas, menengah, dan bawah, (b)

partai politik yang anggotanya berasal dari kalangan

kelompok kepentingan tertentu seperti petani, buruh, dan

pengusaha, (c) Partai politik yang anggotanya berasal

dari pemeluk agama tertentu, seperti Islam, Katolik,

Protestan, Hindu, Budha, dan (d) Partai politik yang

anggotanya berasala dari kelompok budaya tertentu

seperti suku bangsa, bahasa, dan daerah tertentu.

Sistem kepartaian ialah pola perilaku dan interaksi

diantara sejumlah partai politik. Cholisin (2007:120)

menggolongkan sistem politik sebagai (1) sistem partai

tunggal totaliter, memang hanya terdapat satu partai yang

menguasai seluruh aspek kehidupan masyarakat.

Sedangkan sistem partai tunggal otoriter, terdapat lebih

dari satu partai, tetapi hanya satu partai yang digunakan

penguasa untuk memobilisasi masyarakat dan

mengesahkan kekuasaannya. Partai yang lain dibatasi

ruang geraknya. Selanjutnya pada sistem partai tunggal

dominan, terdapat lebih dari satu partai tetapi hanya satu

partai yang mendapat dukungan terus-menerus, (2) sistem

dwi partai bersaing, terdapat dua partai yang selalu

bersaing untuk mendapatkan kewenangan memerintah

melalui pemilihan umum. Dalam kepustakaan ilmu

politik pengertian sistem dwi partai biasanya diartikan

bahwa ada dua partai diantara beberapa partai, yang

berhasil memenangkan dua tempat teratas dalam

pemilihan umum secara bergiliran, dan dengan demikian

mempunyai kedudukan dominan. Dalam sistem ini

partai-partai dengan jelas dibagi dalam partai yang

berkuasa (karena menang dalam pemilihan umum) dan

partai oposisi (karena kalah dalam pemilihan umum), dan

(3) sistem multi partai yang terdiri atas dua partai lebih

yang dominan. Umumnya dianggap bahwa

keanekaragaman budaya politik suatu masyarakat

mendorong pilihan ke arah sistem multi partai. Pola multi

partai umumnya diperkuat oleh sistem pemilihan

perwakilan berimbang (proportional representation)

yang memberi kesempatan luas bagi pertumbuhan partai-

partai dan golongan-golongan baru.

Peran kaderisasi kepemimpinan di dalam partai

politik ini sangat berkaitan erat dengan salah satu fungsi

dari partai politik di Negara demokrasi yaitu sebagai

sarana rekruitmen politik.

Miriam Budiarjo (2013:408) menjelaskan bahwa

fungsi partai politik berkaitan erat dengan masalah

seleksi kepemimpinan, baik kepemimpinan internal partai

maupun kepemimpinan nasional yang lebih luas. Untuk

kepentingan internalnya, setiap partai butuh kader-kader

yang berkualitas, karena hanya dengan kader yang

demikian ia dapat menjadi partai yang mempunyai

kesempatan lebih besar untuk mengembangkan diri.

Dengan mempunyai kader-kader yang baik, partai tidak

akan sulit menentukan pemimpinnya sendiri dan

mempunyai peluang untuk mengajukan calon untuk

masuk ke bursa kepemimpinan nasional.

Sebagai fokus lanjutan untuk mengetahui Pola

Kaderisasi Kepemimpinan Partai Politik dirasa perlu

untuk diketahui tentang bagaimana seleksi kepemimpinan

internal partai khususnya PDI perjuangan sebagai salah

satu partai politik di Indonesia yang menganut sistem

politik demokrasi. Karena adanya pemikiran bahwa partai

politik membutuhkan kader-kader yang berkualitas untuk

dijadikan pemimpin dalam internal partai dan

mempunyai peluang untuk masuk ke bursa

kepemimpinan nasional.

Merujuk pada teori situasi historis yang ditulis oleh

Ramlan Surbakti (dalam Cholisin, 2007:111) PDI

Perjuangan merupakan partai yang timbul dari situasi

perubahan dari masyarakat tradisional (strukturnya

sederhana) kemasyarakat modern (strukturnya lebih

kompleks). Perubahan itu menimbulkan tiga krisis, yaitu

legitimasi, integrasi, dan partisipasi. Untuk mengatasi

ketiga krisis tersebut, maka dibentuklah partai politik.

Pada kenyataannya PDI Perjuangan muncul di saat

adanya perubahan sistem politik Negara Kesatuan

Republik Indonesia dari masa orde baru yang otoriter ke

arah sistem politik yang lebih demokratis. Dari

perubahan itu menimbulkan berbagai krisis yang dialami

oleh pemerintahan Republik Indonesia mulai dari krisis

legitimasi, integrasi, dan partisipasi dalam pemerintah.

Munculnya krisis legitimasi pada saat itu di tandai

dengan mundurnya beberapa mentri dalam kabinet yang

dibentuk Presiden Soeharto pada masa Orde Baru. Krisis

integrasi yang diawali dengan penyampaian usul oleh

ketua DPR RI pada saat itu yaitu Harmoko agar Soeharto

sebagai Presiden mundur dari jabatannya. Padahal

Harmoko dikenal sebagai salah satu kroni dari Soeharto.

Krisis kepercayaan juga terjadi pada saat itu yang

ditandai dengan adanya demonstrasi besar-besaran yang

dilakukan oleh mahasiswa dan buruh untuk menuntut

mundurnya Presiden Soeharto karena dinilai sudah tidak

mampu lagi memimpin Republik Indonesia di tengah

Page 7: POLA KADERISASI KEPEMIMPINAN PARTAI POLITIK(STUDI TERHADAP DEWAN PIMPINAN CABANG (DPC)PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN (PDI-P) KABUPATEN NGANJUK)

Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 02 Nomor 03 Tahun 2015, 754-769

krisis ekonomi yang melanda. Untuk mengatasi berbagai

krisis yang terjadi itu maka masyarakat Indonesia

membentuk partai politik baru meskipun sebelumnya

sudah ada partai politik yang ada pada masa Orde Baru.

Salah satu partai politik baru itu adalah PDI Perjuangan

dengan semangat reformasi memiliki tujuan mewujudkan

demokratisasi di Indonesia.

Berdasarkan kriteria komitmen partai terhadap

ideologi dan kepentingan, PDI Perjuangan tergolong

partai cath-all. Partai Cath-all merupakan gabungan dari

partai kader dan masa. Riswanda Imawan (dalam

Cholisin, 2004: 161) mengajukan tipe Catch-all Party

yang berideologi, sebagai tipe partai yang perlu

dikembangkan pada era reformasi agar agenda politik

yang ditawarkan menjadi jelas arahnya sehingga

mewarnai rejim politik.

Berdasarkan kriteria sumber dukungan, organisasi

internal, dan cara-cara tindakannya PDI Perjuangan

termasuk pada kategori partai terbuka. Partai terbuka

adalah partai yang kualifikasi keanggotaannya longgar.

Sedangkan berdasar kriteria asas dan orientasi PDI

Perjuangan tergolong partai politik doktriner. Partai

politik doktriner ialah partai yang memiliki sejumlah

program dan kegiatan yang kongkrit sebagai penjabaran

ideologi.

Berdasarkan kriteria basis sosial dan tujuan PDI

Perjuangan tergolong partai dengan basis anggota

lapisan-lapisan sosial dalam masyarakat, seperti kelas

atas, menengah, dan bawah. Berdasarkan tujuan PDI

Perjuangan tergolong partai perwakilan kelompok, yakni

partai yang menghimpun berbagai kelompok masyarakat

untuk memenangkan sebanyak mungkin kursi dalam

parlemen.

Sistem kaderisasi kepemimpinan mempunyai

pengertian, yaitu (1) Sistem adalah kumpulan dari

elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu

tujuan tertentu (Jogianto, 2005 : hal 2), (2) sistem adalah

sekelompok bagian-bagian yang bekerjasama untuk

melakukan suatu maksud. Apabila salah satu bagian

rusak atau tidak dapat menjalankan tugas maka tujuan

yang hendak dicapai tidak akan terpenuhi atau sistem

yang telah terwujud akan mendapat gangguan. (e.journal

ilmu pemerintahan volume 2 (1), 2014 : 1829-1841), jadi

kaderisasi kepemimpinan adalah proses mempersiapkan

atau mencetak seseorang untuk menjadi pemimpin di

masa depan (Syamsul Arifin, 2012 : hal 21)

Proses kaderisasi adalah kegiatan yang berisi upaya-

upaya yang mendukung bagi terbentuknya integritas

kepribadian dan kemampuan menggerakan orang lain

secara intensif sehingga dapat mempersiapkannya untuk

menjadi pemimpin di masa depan. Kaderisasi

kepemimpinan adalah proses mempersiapkan atau

mencetak seseorang untuk menjadi pemimpin di masa

depan. Dari proses kaderisasi ini menghasilkan seorang

kader. Dalam salah satu kamus istilah kader ini diartikan

sebagai bagian dari anggota yang terikat dengan disiplin

dan bekerja secara maksimal. Akan tetapi disini seorang

kader diartikan sebagai orang yang diharapkan akan

memegang sebuah amanah kepemimpinan atau sebuah

jabatan baik itu di organisasi pemerintahan maupun di

organisasi lain.

Beberapa faktor mengapa kaderisasi kepemimpinan

ini sangat diperlukan yaitu (1) dalam organisasi ada

ketentuan periode kepemimpinan seseorang, (2) adanya

penolakan dari anggota kelompok yang menghendaki

kepemimpinannya diganti, baik secara wajar maupun

tidak wajar, (3) proses alamiah yakni usia yang menjadi

tua dan kehilangan kemampuan memimpin, dan (4)

kematian

Dalam pelaksanaannya proses kaderisasi ada dua

macam yaitu (1) Kaderisasi Informal yang merupakan

sebuah proses atau usaha-usaha untuk mempersiapkan

seorang calon pemimpin atau seorang kader yang

dilaksanakan tidak secara berencana, teratur, tertib,

sistematis, terarah dan disengaja serta tidak menggunakan

kurikulum tertentu. Akan tetapi kaderisasi informal ini

merupakan sebuah proses pendidikan sehari-hari yang

dimulai dari sejak dini, baik itu proses belajar di sekolah,

pendidikan yang diberikan keluarga dan lingkungan

masyarakat setempat. Proses ini menekankan

pembentukan kepribadian dan penanaman akhlak dan

sikap yang baik dalam jangka waktu yang lama.

Kepribadian positif perlu dipupuk sejak dini dan seumur

hidup.Dari proses kaderisasi informal ini dapat diketahui

kelebihan seseorang calon pemimpin yang memiliki

kepribadian positif. Hal ini bisa dilihat dari prestasinya,

loyalitas dan dedikasinya dalam sebuah kelompok atau

organisasi yang diikutinya, serta akhlak dan agamanya

atau loyalitasnya terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dan

(2) Kaderisasi Formal merupakan proses kaderisasi atau

upaya mempersiapkan seseorang menjadi calon

pemimpin yang dilaksanakan secara disengaja, terarah,

teratur, tertib, sistematis dan mengikuti kurikulum

tertentu dalam jangka waktu tertentu yang berisi bahan-

bahan teoritis dan praktik tentang kepemimpinan dan

berbagai aspek pendukungnya.

Beberapa usaha kaderisasi formal yang bersifat

interen dapat ditempuh dengan berbagai cara (1) memberi

kesempatan menduduki jabatan pemimpin pembantu, (2)

latihan kepemimpinan di dalam atau di luar organisasi,(3)

memberikan tugas belajar, dan (4) penugasan sebagai

pucuk pimpinan suatu unit.

Sedangkan kaderisasi formal yang bersifat eksteren

dapat ditempuh dengan cara (1) menyeleksi sejumlah

generasi muda lulusan lembaga pendidikan jenis dan

jenjang tertentu untuk diangkat memimpin suatu unit

Page 8: POLA KADERISASI KEPEMIMPINAN PARTAI POLITIK(STUDI TERHADAP DEWAN PIMPINAN CABANG (DPC)PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN (PDI-P) KABUPATEN NGANJUK)

Pola Kaderisasi Kepemimpinan Partai Politik

761

yang sesuai atau ditugaskan aging sebelumnya, (2)

menyeleksi sejumlah generasi muda lulusan lembaga

pendidikan jenis dan jenjang tertentu, kemudian

ditugaskan belajar pada lembaga pendidikan yang lebih

tinggi baik di dalam dan di luar negeri sebelum

ditempatkan pada posisi tertentu, (3) memesan sejumlah

generasi muda dari lembaga pendidikan formal dengan

program khusus sesuai dengan bidang yang dikelola

organisasi pemesan dengan syarat tertentu, (4) menerima

sejumlah generasi muda dari lembaga pendidikan untuk

melakukan kerja praktik di lingkungan organisasi, dan (5)

memberikan beasiswa belajar bagi orang yang tidak

mampu kemudian setelah lulus langsung ditempatkan

pada jalur yang memberi peluang untuk melatih dan

mempersiapkan diri menjadi pimpinan secara bertahap.

Komponen Kaderisasi terdiri dari dua macam, yaitu

(1) pertama, pelaku kaderisasi (subjek) adalah individu

atau sekelompok orang yang dipersonifikasikan dalam

sebuah organisasi dan kebijakan-kebijakannya yang

melakukan fungsi regenerasi dan kesinambungan tugas-

tugas organisasi, dan (2) kedua, sasaran kaderisasi

(objek) adalah individu-individu yang dipersiapkan dan

dilatih untuk meneruskan visi dan misi organisasi.

(Syamsul Arifin, 2012: hal 21-23)

METODE

Jenis penelitian ini menggunakan paradigma kualitatif

dengan strategi studi kasus. Studi kasus merupakan

strategi penelitian dimana didalamnya peneliti

menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa,

aktivitas, proses, atau sekelompok individu kasus-kasus

dibatasi oleh waktu dan aktivitas, dan peneliti

mengumpulkan informasi secara lengkap dengan

menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data

berdasarkan waktu yang telah ditentukan (Creswell,

2010:20).

Penelitian ini menggunakan metode studi kasus

dikarenakan ada ketidak jelasan kaderisasi kepemimpinan

partai politik sehingga peneliti ingin mengetahui tentang

sistem dan cara kerja kaderisasi kepemimpinan yang

dilakukan di Dewan Pimpinan Cabang PDI Perjuangan

Kabupaten Nganjuk periode 2010-2015, sebagai suatu

pola kaderisasi kepemimpinan partai politik serta

mengetahui faktor pendukung dan penghambatnya.

Tempat penelitian adalah daerah atau lokasi yang

digunakan untuk melakukan kegiatan penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan di Dewan Pimpinan Cabang

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Kabupaten

Nganjuk. Dipilihnya lokasi penelitian ini karena Dewan

Pimpinan Cabang Partai Demokrasi Indonesia

Perjuangan Kabupaten Nganjuk merupakan salah satu

tempat dilakukan proses konsolidasi, kaderisasi

kepemimpinan atau pengkaderan dan interaksi kader PDI

Perjuangan Kabupaten Nganjuk.

Informan penelitian ini adalah Ketua, Sekertaris, dan

Bendahara Dewan Perwakilan Cabang Partai Demokrasi

Indonesia Perjuang Kabupaten Nganjuk serta Anggota

dan Kader PDI Perjuangan Kabupaten Nganjuk.

Informan penelitian dipilih dengan menggunakan

purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel

dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2009:85). Sebagai pedoman, penelitian ini menggunakan ketentuan

dimana informan penelitian adalah orang yang dinilai

memahami kaderisasi atau pengaderan dan telah atau

sedang mengikuti kaderisasi yaitu ketua, sekretaris,

bendahara, anggota dan kader Partai Demokrasi

Indonesia Perjuangan Kabupaten Nganjuk periode 2010-

2015.

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang

dilakukan untuk mengumpulkan data, memperoleh

keterangan yang benar dan dapat dipertanggung

jawabkan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan

cara (1) wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik

pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data

telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa

yang akan diperoleh (Sugiyono, 2014:73). Peneliti disini

sudah menyiapkan pedoman wawancara kepada

responden dengan pertanyaan yang sama, tentang sistem,

cara kerja dan pelaksanaan kaderisasi kepemimpinan dan

faktor pendukung dan penghambat dari pola kaderisasi

yang ada di DPC PDI Perjuangan Kabupaten Nganjuk,

(2) pedoman wawancara (guading question) yang telah

tersusun secara sistematis tentang hal-hal yang akan

ditanyakan (Sukmadinata, 2011:112). Instrumen

penelitian dalam bentuk guading question yang bersisi

tentang acuan-acuan pertanyaan yang dibutuhkan sifat

penggunaanya sendiri tidaklah kaku. Dalam hal ini,

hanya sebagai acuan sehingga peneliti tetap bisa

melakukan improvisasi yang mendalam, kemudian

hasilnya dicatat dalam field note, (3) teknik dokumentasi

adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan

tertulis, terutama berupa arsip. Arsip dan termasuk juga

buku-buku pedoman tentang pendapat, teori, dan dalil-

dalil atau hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan

masalah penelitian (Nawawi, 2003:133)

Teknik analisis data adalah proses mencari dan

menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil

wawancara, dan dokumentasi, dengan cara

mengorganisasikan data ke dalam kategori,

menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,

menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting

dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan

sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain

(Sugiyono, 2009:244).

Page 9: POLA KADERISASI KEPEMIMPINAN PARTAI POLITIK(STUDI TERHADAP DEWAN PIMPINAN CABANG (DPC)PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN (PDI-P) KABUPATEN NGANJUK)

Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 02 Nomor 03 Tahun 2015, 754-769

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan

cara mengumpulkan seluruh data tentang Partai

Demokrasi Indonesia Perjuangan Kabupaten Nganjuk,

kemudian mengkatagorikan data sesuai dengan jenisnya

setelah itu data di reduksi sesuai kebutuhan, dalam

bentuk ketegori sistem kaderisasi, cara kerja,

pelaksanaan, serta faktor penghambat dan pendukung

pola kaderisasi kepemimpinan partai politik. Kemudian

data dianalisis dengan Teori Kepemimpinan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan di kantor DPC PDI

Perjuangan Kabupaten Nganjuk yang beralamat di Jalan

Raya Madiun Surabaya, Dusun Gerung, Desa Pehserut,

Kabupaten Nganjuk.

Berdasarkan pada hasil wawancara tanggal 15 Mei

2014 dengan Hariyono selaku bendahara DPC PDI

Perjuangan Kabupaten Nganjuk dan kader partai sejak

tahun 1986 menyebutkan bermula dari pertemuan antara

Kelompok Demokrasi Pembangunan pada tahun 1973

yang mengharuskan 5 partai politik untuk melakukan fusi

yang dihadiri oleh Partai Nasionalis Indonesia (PNI),

Partai Katolik, IPKI, Parkindo dan Partai Murba untuk

membentuk partai baru yang dinamai Partai Demokrasi

Indonesia. Di Kabupaten Nganjuk Partai Demokrasi

Indonesia atau PDI pada tahun 1973 di prakarsai oleh

Suwignyo.

Perselisihan terjadi pada tahun 1977 dalam Munas 1

Partai Demokrasi Indinesia di Pandaan. Muncul kubu

yang mengatasnamakan Kelompok Muda dan

mengancam akan mendeklarasikan diri sebagai DPP PDI.

Dibawah kepemimpinan Kelompok Muda dari sini PDI

mulai menyampaikan sosok partai sebagai partai masa

depan, partainya anak muda, partai sendal jepit, dan lain

sebagainya. Pada saat inilah Mian Soekrijadi tampil

menggantikan sosok suwignyo sebagai ketua Dewan

Pimpinan Cabang Partai Demokrasi Indonesia Kabupaten

Nganjuk selama dua Periode 1977-1987 dikarenakan

suwignyo sebagai kader partai terpilih menjadi anggota

Dewan Perwakilan Rakyat. Kemudian pada periode

selanjutnya Mian soekrijadi digantikan oleh YA widodo

sebagai ketau DPC PDI Perjuangan Kabupaten nganjuk

periode 1987-1992 dikarenakan Mian sokrijadi tutup

usia.

Pada tahun 1996 muncul istilah partai PDI Pro Mega

dan PDI Soerjadi dikarenakan terpecahnya dukungan

partai. Namun sesuai dengan tuntutan perkembangan

sistem politik di Indonesia, PDI pada tanggal 11 Februari

1999 mendeklarasikan diri menjadi PDI Perjuangan

sekaligus merubah logo menjadi banteng dalam lingkaran

yang bermulut putih dan bermata merah. Deklarasi ini

disambut dengan sangat antusias oleh kader-kader partai

dan masyarakat terutama oleh masyarakat di Kabupaten

Nganjuk yang pada saat itu PDI Perjuangan telah diketuai

oleh Muharjito.

Seiring dengan perkembangan zaman setelah

reformasi menuju era demokrasi dalam sistem politik

Indonesia, pada tahun 2005 Kedudukan Muharjito

sebagai ketua Dewan Perwakilan cabang Kabupaten

Nganjuk digantikan oleh Soesilo Muslim. Soesilo

Muslim menjadi ketua DPC PDI Perjuangan kabupaten

nganjuk pada periode 2000-2005.

Pada tahun 2005 diadakan kembali pemilihan

struktural DPC PDI Perjuangan Kabupaten Nganjuk,

untuk mengisi masa kepengurusan periode 2005-2010.

Pada saat itu terjadi kekacauan pada tubuh PDI

Perjuangan Kabupaten Nganjuk karena terjadi mosi tidak

percaya kepada Soesilo Muslim karena ada dugaan dana

bantuan politik PDI Perjuangan Kabupaten Nganjuk

disalah gunakan demi terpilihnya Soesilo Muslim

kembali menjadi ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten

Nganjuk, dengan maksud agar dia bisa mencalonkan

Bupati Nganjuk dari PDI Perjuangan pada saat itu.

Terjadi demo dan penyegelan kantor DPC oleh oknum-

oknum yang kecewa terhadap kepemimpinan Soesilo

Muslim, yang berakibat DPP PDI Perjuangan

membekukan sementara struktural DPC PDI Perjuangan.

Selama dua tahun dibekukan, dari tahun 2005-2007,

pada tahun 2007 ditunjuklah Taufiqurrahman menjadi

PLT ketua DPC PDI Perjuangan oleh DPD Jatim. Selama

tiga tahun menjadi PLT DPC PDI Perjuangan Kabupaten

Nganjuk pada tahun 2010 nama Taufiqurrahman masuk

dalam bursa calon ketua DPC dan terpilihlah

Taufiqurrahman sebagai ketua DPC PDI Perjuangan

Kabupaten Nganjuk periode 2010-2015.

Bedasarkan hasil dokumentasi dari “Jalan Menuju

Kemenangan” SURAT KETETAPAN No :

11/TAP/KONGRES III/PDI-P/2010 tentang PROGRAM

PERJUANGAN PARTAI DEMOKRASI INDONESIA

PERJUANGAN ditemukan (1) visi partai adalah keadaan

pada masa depan yang diidamkan oleh partai, dan oleh

karena itu menjadi arah bagi perjuangan partai.

Berdasarkan amanat pasal 6 Anggaran Dasar Partai, visi

PDI Perjuangan adalah (a) terwujudnya cita-cita

Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 sebagaimana

dimaksud dalam pembukaan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan (b)

terwujudnya masyarakat Pancasila dalam Negara

Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945. (2) misi partai

adalah muatan hidup yang diemban oleh partai, sekaligus

menjadi dasar pemikiran atau keberlangsungan eksistensi

partai, sebagaimana diamanatkan dalam pasal 7,8 dan 9

Anggaran Dasar Partai, yaitu (a) menghimpun dan

Page 10: POLA KADERISASI KEPEMIMPINAN PARTAI POLITIK(STUDI TERHADAP DEWAN PIMPINAN CABANG (DPC)PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN (PDI-P) KABUPATEN NGANJUK)

Pola Kaderisasi Kepemimpinan Partai Politik

763

memperjuangkan rakyat sebagai arah kebijakan politik

partai, (b) memperjuangkan kebijakan politik partai

menjadi kebijakan politik penyelenggara negara, (c)

menghimpun, membangun dan menggerakan kekuatan

rakyat guna membangun masyarakat Pancasila, (d)

menghimpun, merumuskan dan memperjuangkan aspirasi

rakyat dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan

Negara, (e) memperjuangkan kepentingan rakyat di

bidang ekonomi, sosial dan budaya secara demokratis, (f)

berjuang mendapatkan kekuasaan politik secara

konstitusional guna mewujudkan pemerintahan yang

melindungi segenap bangsa Indonesia, memajukan

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,

serta ikut melaksanakan ketertiban dunia, (g) membentuk

dan membangun karakter bangsa, (h) mendidik dan

mencerdaskan rakyat agar bertanggung jawab

menggunakan hak dan kewajibannya sebagai warga

negara, (i) melakukan komunikasi politik dan partisipasi

politik warga negara, (j) mempertahankan dan

mewujudkan cita-cita Negara Proklamasi 17 Agustus

1945 di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, (k)

melaksanakan, mempertahankan dan menyebarluaskan

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa, (l)

mempersiapkan kader partai dalam pengisisan jabatan

politik dan jabatan publik melalui mekanisme demokrasi,

dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan jender;

dan (m) mempengaruhi dan mengawasi jalannya

penyelenggaraan Negara, agar terwujud pemerintahan

yang bersih dan berwibawa.

Bedasarkan hasil dokumentasi dari “Jalan Menuju

Kemenangan” SURAT KETETAPAN No :

11/TAP/KONGRES III/PDI-P/2010 tentang PROGRAM

PERJUANGAN PARTAI DEMOKRASI INDONESIA

PERJUANGAN ditemukan (1) tujuan umum partai yaitu

(a) mewujudkan cita-cita proklamasi kemerdekaan 17

Agustus 1945 sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945, (b) membangun masyarakat pancasila 1 Juni

1945 dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang

merdeka, berdaulat, demokratis, adil dan makmur, dan

(2) tujuan khusus partai yaitu (a) menghimpun dan

membangun kekuatan politik rakyat, (b)

memperjuangkan kepentingan rakyat di bidang politik,

ekonomi, sosial dan budaya secara demokratis; dan (c)

berjuang mendapatkan kekuasaan politik secara

konstitusional guna mewujudkan pemerintahan yang

melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh

tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan

umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut

melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Untuk dapat menjalankan amanat kongres yang telah

menetapkan diri sebagai partai ideologis dengan

kebijakan yang progresif, partai memerlukan sebuah

landasan juang (platform program) yang bersifat

progresif pula, serta dapat diterapkan dalam kondisi dan

situasi apapun di seluruh wilayah Indonesia.

Platform program yang progresif perlu dilengkapi

dengan arah umum program perjuangan partai, yang

menjadi penuntun bagi struktural partai di semua

tingkatan dalam merumuskan solusi programatik bagi

permasalahan rakyat. Arah umum program perjuangan ini

sekaligus juga menjadi pedoman untuk mengukur kinerja

kader dalam Tiga Pilar Partai (eksekutif, legislatif, dan

struktural), sehingga Dewan Pimpinan Partai dapat

menentukan pemberian penghargaan (reward) atau sanksi

(punishment) dalam takaran yang tepat kepada kader

yang layak menerimanya.

Oleh karenanya kongres sebagai forum tertinggi

partai yang merupakan perwujudan kedaulatan anggota

partai, memandang perlu untuk merumuskan platform

program yang progresif, dengan nama Trias Dinamika

Partai, dan arah umum program yang progresif dengan

nama Dasa Prasetya.

Trias Dinamika Partai adalah tiga aktivitas kerja

Partai yang berurutan, bertahap dan berkelanjutan untuk

mendinamisir partai. Tiga aktivitas tersebut adalah

pemetaan wilayah politik, penempatan kader, dan

membumikan kinerja partai, yang (1) merupakan

slogarde (pergerakan seluruh jajaran) partai yang bersifat

dialektis, dinamis, progresif dan kontinyu. Bagi suatu

bangsa pejuang, tiada kata akhir = For a fighting nation,

there is no journey’s end!, (2) merupakan kristalisasi dari

diskusi panjang mengenai teori gerakan kepartaian

(macht vorming macht aanwending, dan wilgeistaad),

dan (3) mengamanatkan kepada seluruh komponen partai

(Kader Komunitas Juang, Kader Legislatif, dan Kader

Eksekutif; yang dipimpin oleh struktural partai) untuk

senantiasa bergerak secara integrative sesuai dengan

jenjang, fungsi, dan tugas masing-masing. Trias dinamika

partai bertujuan untuk (1) menerapkan ideologi Pancasila

1 Juni 1945 menjadi program riil yang bermanfaat untuk

rakyat, (2) melaksanakan fungsi-fungsi kepartaian yaitu

agregasi aspirasi, artikulasi aspirasi, pendidikan politik,

dan mempersiapkan pemimpin; dan (3) menempuh jalan

kepartaian menuju kemenangan Pemilu 2019.

Sebagai penuntun bagi para kader partai dalam

memilih dan menerapkan program-program perjuangan

dalam rangka mencapai cita-cita partai, Kongres

menyusun pedoman berupa arah umum program

perjuangan partai, yang dinamakan Dasa Prasetiya.

Dasa Prasetiya, yang berarti sepuluh janji kesetiaan,

berisi 10 (sepuluh) butir pemikiran kebangsaan mengenai

usaha pemberdayaan dan pemerataan kesejahteraan

rakyat. Pemikiran-pemikiran ini dilandasi oleh semangat

untuk menerapkan ideologi Pancasila 1 Juni 1945

Page 11: POLA KADERISASI KEPEMIMPINAN PARTAI POLITIK(STUDI TERHADAP DEWAN PIMPINAN CABANG (DPC)PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN (PDI-P) KABUPATEN NGANJUK)

Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 02 Nomor 03 Tahun 2015, 754-769

menjadi program-program pokok yang memberikan

manfaat nyata kepada rakyat, terutama kelompok-

kelompok masyarakat yang masih membutuhkan

perlindungan, di tengah kancah persaingan liberal

kapitalistik yang melanda Indonesia dewasa ini.

Adapun kesepuluh butir pemikiran itu adalah (1)

menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia,

Pancasila dan UUD 1945, serta menjaga kebhinekaan

bangsa, (2) memperkokoh budaya gotong royong dalam

memecahkan masalah bersama, (3) memperkuat ekonomi

rakyat melalui penataan sistem produksi, reformasi

agrarian, pemberian proteksi, perluasan akses pasar, dan

permodalan, (3) menyediakan pangan dan perumahan

yang sehat dan layak bagi rakyat, (4) membebaskan biaya

berobat dan biaya pendidikan bagi rakyat, (5)

memberikan pelayanan umum secara pasti, cepat, dan

murah, (6) melestarikan lingkungan hidup dan sumber

daya alam, serta menerapkan aturan tata ruang secara

konsisten, (7) mereformasi birokrasi pemerintahan dalam

membangun tata pemerintahan yang baik, bebas dari

praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme, (8) menegakkan

prinsip-prinsip demokrasi partisipatoris dalam proses

pengambilan keputusan, dan (9) menegakkan hukum

dengan menjunjung tinggi azas keadilan dan azasi

manusia.

Sistem kaderisasi kepemimpinan untuk

mempersiapkan kader di Dewan Pimpinan Cabang Partai

Demokrasi Indonesia Perjuangan Kabupaten Nganjuk

terdiri dari rekruitmen anggota partai dan seleksi kader

yang nantinya akan menduduki jabatan strategis baik

dalam internal partai maupun dalam pemerintahan. Dari

hasil dokumentasi AD/ART PDI Perjuangan ketetapan

kongres III pasal 1,2, dan 3 Anggaran Rumah Tangga

syarat untuk menjadi anggota dan kader partai adalah (1)

warga negara Republik Indonesia yang telah berumur 17

tahun dan atau sudah menikah, (2) menyetujui dan

menaati Piagam Perjuangan Mukadimah, Anggaran

Dasar, Anggaran Rumah Tangga, dan Keputusan Partai,

(3) bersedia menaati dan menegakkan disiplin Partai, dan

(4) bersedia mengikuti kegiatan partai

Calon anggota harus menyatakan kesediaannya untuk

menjadi anggota secara tertulis dan memenuhi

persyaratan sesuai ayat 1 (satu) di atas yang disampaikan

kepada pengurus partai yang berwenang, yaitu (1)

seluruh calon anggota harus melalui masa pembinaan, (2)

calon anggota yang sudah memenuhi persyaratan,

sebelum dilantik menjadi anggota wajib mengucapkan

sumpah atau janji sebagai anggota, (3) sumpah atau janji

anggota partai diatur dalam peraturan partai, (4)

pengesahan seseorang menjadi anggota partai diputuskan

oleh Dewan Pimpinan Cabang Partai, (5) penerimaan

atau penolakan seseorang menjadi anggota partai

diputuskan dalam Rapat Dewan Pimpinan Cabang Partai,

(6) kepada setiap anggota partai diberikan Kartu Tanda

Anggota Partai oleh Dewan Pimpinan Cabang Partai, (7)

bentuk, pengesahan, dan registrasi penomoran Kartu

Tanda Anggota diatur dalam Peraturan Partai, (8) Dewan

Pimpinan Cabang Partai membina, melatih, dan mendidik

Anggota Partai di wilayahnya, dan (9) pengurus ranting,

pengurus anak cabang dan Dewan Pimpinan Cabang

Partai mempunyai data keanggotaan partai di wilayahnya.

Kader partai dipilih, ditetapkan, dan diangkat dari

anggota partai yang memenuhi syarat (1) telah memiliki

kemantapan ideologi, politik dan kemampuan

berorganisasi yang tinggi, (2) telah membuktikan

kesetiaan dan ketaatan kepada partai, (3) telah

membuktikan kemampuannya menggerakkan dan atau

melaksanakan kegiatan dalam jajaran partai dan atau

dalam masyarakat, dan (4) telah lulus kursus kader yang

diselenggarakan oleh partai dan memiliki moral yang

baik.

Kader partai dipilih, ditetapkan dan diangkat dari

anggota partai yang diatur dalam Piagam perjuangan

Anggaran dasar pasal 12 ayat 1 dan 2 tentang Kader

Partai Ayat 1 dan 2. Kader partai adalah anggota partai

yang dedikasi, loyalitas dan pengabdiannya kepada partai

dan masyarakat umum tidak tercela. Jenjang Kader Partai

adalah Kader Pratama, Kader Madya, kader Utama.

Cara kerja dalam hal ini merupakan serangkaian

aktivitas dan kegiatan yang dilakukan pada suatu waktu

dan tempat untuk mempersiapkan calon pemimpin.

Kegiatan dan aktivitas dilaksanakan guna untuk

mempersiapkan dan memilih seorang pemimpin

struktural Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dalam

siklus 5 (lima) tahun sekali yang nantinya juga bisa

dicalonkan sebagai pejabat publik seperti calon legislatif

dan eksekutif.

Cara kerja dalam hal ini adalah PDI Peruangan

Kabupaten Nganjuk mengadakan musyawarah di tiap

kecamatan. Musyawarah Anak Cabang tersebut dihadiri

oleh ranting dan anak ranting. Kemudian diadakan

pemilihan Ketua PAC dan calon Ketua DPC. Setelah

Ketua PAC dan calon Ketua DPC terjaring selanjutnya

diadakan Konfercap yang dihadiri oleh perwakilan

seluruh PAC ditiap Kecamatan yang ada di Kabupaten

Nganjuk. Dalam Konfercap tersebut dimusyawarahkan

untuk memilih ketua DPC dan calon ketua DPD.

Berdasarkan hasil dokumentasi dalam Anggaran

Dasar Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan hasil

Kongres III tahun 2010 pasal 12 ayat 2 terdapat tiga

jenjang bagi kader yang telah lolos proses rekutimen dan

seleksi (1) Jenjang pertama untuk Kader Pratama, (2)

Jenjang kedua untuk Kader Madya, dan (3) Jenjang

ketiga untuk Kader Utama

Kaderisasi jenjang pertama untuk kader pratama

adalah kaderisasi yang dilakukan oleh partai di tingkat

Page 12: POLA KADERISASI KEPEMIMPINAN PARTAI POLITIK(STUDI TERHADAP DEWAN PIMPINAN CABANG (DPC)PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN (PDI-P) KABUPATEN NGANJUK)

Pola Kaderisasi Kepemimpinan Partai Politik

765

paling bawah, yaitu DPC. Kaderisasi ini dilakukan oleh

partai ditingkat desa atau kelurahan dan kabupaten atau

kota. Kaderisasi ini merupakan usaha partai dalam rangka

memperkuat dan memperluas basis massa di daerah

dimana kaderisasi jejang pertama ini berguna dalam

mempersiapkan kader untuk mengisi jabatan-jabatan

publik ditingkat paling rendah yaitu jabatan ditingkat

kabupaten dan kota.

Kaderisasi jenjang kedua untuk kader madya adalah

kaderisasi yang dilakukan oleh partai di tingkat

menengah. Kaderisasi ini dilakukan oleh partai di tingkat

provinsi. Kaderisasi ini bersifat fungsional yaitu

kaderisasi berdasarkan atas pengelompokan-

pengelompokan terhadap kelompok strategis (pemuda,

mahasiswa, perempuan, pengusaha, dll). Kaderisasi

jenjang ini berfungsi untuk mempersiapkan kader yang

akan mengisi jabatan-jabatan publik ditingkat provinsi

seperti jabatan DPRD dan Gubernur.

Kaderisasi jenjang ketiga atau utama merupakan

proses kaderisasi yang dilakukan ditingkat paling atas

yaitu DPP. Kaderisasi ini dilakukan oleh partai ditingkat

nasional. Kaderisasi ini diselenggarakan oleh partai yang

ditujukan bagi kader yang akan menduduki posisi tertentu

(jabatan politik pada eksekutif dan legislatif) dalam

rangka mewujudkan dan mencapai tujuan partai.

Kaderisasi di jenjang utama ini berfungsi sebagai

persiapan partai dalam pengisian jabatan di tingkat

nasional seperti jabatan pada MPR RI dan DPR RI.

Kaderisasi kepemimpinan DPC PDI Perjuangan

Kabupaten Nganjuk dilaksanakan setiap 5 (lima) tahun

sekali. Proses pelaksanaan kaderisasi kepemimpinan di

DPC PDI Perjuangan Kabupaten Nganjuk melalui

Musancab yang diadakan ditiap kecamatan untuk

mendapatkan calon Ketua DPC. Setelah calon ketua DPC

terpilih, DPC mengadakan Konfercap sebagai ajang

pemilihan Ketua DPC.

Mekanismenya melalui Konferensi Cabang Partai

yang diadakan 5 (lima) tahun sekali. Mula-mula

dilakukan penjaringan yang dimulai dari anak ranting

sampai ranting untuk menemukan figur yang akan

dicalonkan sebagai Ketua DPC, setelah itu diadakan

Konfercap untuk memilih Ketua DPC partai yang

melaksanakan tugas dan fungsi DPP di wilayah

Kabupaten Nganjuk. Selain itu dalam konfercap juga

dilakukan penilaian tentang laporan pertanggung jawaban

DPC Partai periode sebelumnya oleh DPD Jatim sebagai

wakil dari DPP PDI Perjuangan, dan hasil penilaian

itulah yang nanti menjadi bekal bagi kader yang duduk

pada struktural partai untuk menentukan sikap untuk

kemajuan dan kemenangan PDI Perjuangan di kabupaten

Nganjuk selama periode berlangsung.

Pelaksanaan Kaderisasi Jenjang Pertama untuk Kader

Pratama di DPC PDI Perjuangan Kabupaten Nganjuk

belum pernah dilaksanakan. Alasan tidak dilaksanakan

kaderisasi jenjang pertama kader pratama di DPC PDI

Perjuangan Kabupaten Nganjuk periode 2010-2015,

adalah : (1) Tidak ada respon tentang anggaran dasar

anggaran rumah tangga partai dari ketua dewan pimpinan

cabang, dikarenakan ketua, pengurus yang ada di DPC

PDI Perjuangan Kabupaten Nganjuk sebagian tidak

melalui proses kaderisasi, (2) selain itu dewan perwakilan

cabang tidak pernah berbicara kepada anggota tentang

pengaderan, (3) keadaan dan kondisi PDI Perjuangan saat

ini sedang mengalami krisis ideologi, (4) pemimpin yang

ada belum memahami tentang pentingnya kaderisasi

kepemimpinan, dan (5) pengurus DPC dan DPP

Kabupaten Nganjuk selama ini tidak pernah

mensosialisasikan dan mengadakan tentang pengaderan.

Faktor pendukung dan penghambat yang dimaksud

adalah segala macam bentuk sikap dan aktivitas

pendukung dan penghambat atau kekurangan dari sistem,

cara kerja dan pelaksanaan kaderisasi kepemimpinan

yang ada di DPC PDI Perjuangan Kabupaten Nganjuk.

(1) Faktor pendukungnya dalah (a) Faktor pendukungnya

salah satunya kekompakan seluruh anggota PDI

Perjuangan mulai dari anak ranting, ranting,PAC hingga

DPC untuk datang menghadiri musyawarah-musyawarah

yang diadakan disetiap daerah pada saat itu, dan (b)

selain itu sikap solidaritas anggota PDI Perjuangan

kabupaten Nganjuk yang telah terbentuk untuk

memberikan dan memilih nama-nama calon ketua DPC

PDI Perjuangan Kabupaten Nganjuk, sedangkan (2)

faktor penghambatnya adalah (a) ada struktural partai

yang belum dewasa secara politik pada sebagian PAC di

Kabupaten Nganjuk dan memutuskan untuk tidak

menghadiri Konfercap tahun 2010, (b) kurangnya

sosialisasi tentang Surat ketetapan nomor :

002.4/TAP/DPP/VI/2010 oleh DPC jauh-jauh hari

sebelum dilakukan rapat pleno anak ranting ,musting dan

musancab, dan (c) kurangnya komunikasi yang baik

antara anggota PDI Perjuangan se-Kabupaten Nganjuk

dengan struktural DPC PDI Perjuangan pada saat itu,

karena tingkat intensitas pertemuan-pertemuan serta

sosialisai tentang perkembangan politik yang diadakan

partai PDI Perjuangan selama tahun 2007-2010 sangat

kurang.

PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem kaderisasi

kepemimpinan di DPC PDI Perjuangan Kabupaten

Nganjuk terdiri dari proses rekruitmen anggota

partai,pendidikan kader, dan seleksi kader yang nantinya

akan menduduki jabatan strategis baik dalam internal

partai maupun dalam pemerintahan. Syarat untuk menjadi

anggota dan kader partai diatur dalam AD/ART PDI

Page 13: POLA KADERISASI KEPEMIMPINAN PARTAI POLITIK(STUDI TERHADAP DEWAN PIMPINAN CABANG (DPC)PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN (PDI-P) KABUPATEN NGANJUK)

Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 02 Nomor 03 Tahun 2015, 754-769

Perjuangan ketetapan kongres III pasal 1,2, dan 3. Proses

rekruitmen dan seleksi kader partai dilaksanakan melalui

rapat Pleno. Pada rapat Pleno di masing-masing tingkatan

dilakukan dengan cara musyawarah mufakat. Apabila

musyawarah mufakat tidak ditemukan kemufakatan maka

akan dilakukan voting atau pemilihan dengan suara

terbanyak.

Pengertian sistem sendiri adalah sekelompok bagian-

bagian yang bekerjasama untuk melakukan suatu

maksud. Apabila salah satu bagian rusak atau tidak dapat

menjalankan tugas maka tujuan yang hendak dicapai

tidak akan terpenuhi atau sistem yang telah terwujud

akan mendapat gangguan. (e.journal ilmu pemerintahan

volume 2 (1), 2014 : 1829-1841). Menurut Jogianto

(2005 : hal 2), sistem adalah kumpulan dari elemen-

elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan

tertentu. Sedangkan kaderisasi kepemimpinan adalah

proses mempersiapkan atau mencetak seseorang untuk

menjadi pemimpin di masa depan (Syamsul arifin, 2012 :

hal 21). Maka yang dimaksud dengan sistem kaderisasi

kepemimpinan adalah rangkaian peraturan tertulis dan

tidak tertulis yang tetap untuk mempersiapkan sumber

daya manusia secara berkesinambungan sebagai calon

pemimpin dalam internal partai maupun dalam

pemerintahan.

Sistem kaderisasi kepemimpinan di DPC PDI

Perjuangan Kabupaten Nganjuk yang terdiri dari proses

rekruitmen,seleksi kader dan pendidikan kader

merupakan proses berkesinambungan yang dilakukan

partai untuk mempersiapkan calon pemimpin internal

partai yag nanti akan menjadi calon pejabat publik.

Proses rekruitmen dan seleksi yang dilakukan dengan

musyawarah mufakat akan menambah pemahaman

anggota PDI Perjuangan tentang Pancasila khususnya sila

ke 4 yang berbunyi permusyawaratan yang dipimpin oleh

hikmat kebijaksanaan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pemilihan anggota kader partai dan calon pemimpin

apabila tidak ditemukan kemufakatan, dilakukan dengan

voting atau pengambilan suara terbanyak akan

meningkatakan kejujuran dan keterbukaan tiap anggota

dan kader partai terhadap aspirasi mereka, sehingga

pemilihan calon pemimpin akan berjalan lebih

demokratis.

Cara kerja di DPC PDI Perjuangan Kabupaten

Nganjuk dalam mempersiapkan pemimpin dan struktural

partai dilaksanakan secara bertahap yaitu melalui proses

rekruitmen dan seleksi kader yang dilakuakn setiap lima

tahun sekali. Taufiqurahman dan Puji Santoso

menuturkan bahwa sebelum dilakukan pemilihan Ketua

DPC, diadakan Musancab atau Musyawarah Anak

Cabang yang dihadiri oleh ranting dan anak ranting untuk

memilih Ketua PAC dan calon Ketua DPC. Setelah Ketua

PAC dan calon Ketua DPC terjaring selanjutnya diadakan

Konfercab atau Konferensi Cabang Partai yang dihadiri

oleh seluruh perwakilan PAC dari tiap-tiap kecamatan

yang ada di Kabupaten Nganjuk.

Hal serupa juga disampaikan secara lengkap oleh

Hariyono, bahwa dilakukan penjaringan melalui rapat

anggota anak ranting untuk memilih pengurus anak

ranting partai yang melaksanakan dan tugas dan fungsi

partai di wilayahnya sebanyak 7 orang. Kemudian dalam

Musran atau Musyawarah Anak Ranting dipilih pengurus

ranting partai sebanyak 9 orang. Setelah itu dilakukan

Musancab untuk memilih PAC partai sebanyak 11 orang.

Selanjutnya dilakukan Konfercab untuk memilih

struktural DPC partai sebanyak 16 orang.

Dalam hal ini cara kerja merupakan serangkaian

aktivitas atau kegiatan yang dilakukan pada suatu waktu

dan tempat untuk mempersiapkan calon pemimpin. Cara

kerja yang dimaksud adalah kegiatan yang dilakukan

Dewan Pimpinan Cabang PDI Perjuangan Kabupaten

Nganjuk untuk mempersiapkan calon pemimpin internal

partai yang nantinya juga akan menjadi pejabat publik di

Kabupaten Nganjuk. Kegiatan kaderisasi kepemimpinan

DPC PDI Perjuangan Kabupaten Nganjuk dilakukan pada

tahun 2010 melalui kegiatan Musancab dan Konfercab.

Hal tersebut sesuai dengan Anggaran Dasar ketetapan

Kongres III tahun 2010 Pasal 69 ayat 1 dan 2 tentang

Konferensi Cabang Partai atau Konfercap yang berisi

mengenai wewenang Konfercab.

Kegiatan musyawarah yang dilakukan DPC PDI

Perjuangan Kabupaten Nganjuk harus tetap

dipertahankan oleh DPC PDI Perjuangan Kabupaten

Nganjuk,karena kegiatan seperti ini apabila dilakukan

secara konsisten dan berkesinambungan akan dapat

melahirkan struktural PAC PDI Perjuangan se-kabupaten

Nganjuk dan DPC PDI Perjuangan Kabupaten Nganjuk

memiliki kemampuan yang baik dalam berorganisasi dan

menjadi bekal untuk memecahkan berbagai permasalahan

yang ada di masyarakat melalui musyawarah mufakat.

Kaderisasi kepemimpinan dilaksanakan setiap 5

(lima) tahun sekali. Kaderisasi kepemimpinan

dilaksanakan melalui Musancab kemudian dilaksanakan

Konfercab oleh DPC PDI Perjuangan Kabupaten

Nganjuk sesuai dengan AD/ART. Dalam melaksanakan

proses kaderisasi termasuk dalam kategori kaderisasi

jenjang pertama untuk kader pratama. Pelaksanaan

kaderisasi jenjang pertama untuk kader pratama di DPC

PDI Perjuangan Kabupaten Nganjuk pada periode 2010-

2015 tidak dilaksanakan. Menurut penuturan Eddy

Guntoro, kaderisasi kepemimpinan jenjang pertama

Page 14: POLA KADERISASI KEPEMIMPINAN PARTAI POLITIK(STUDI TERHADAP DEWAN PIMPINAN CABANG (DPC)PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN (PDI-P) KABUPATEN NGANJUK)

Pola Kaderisasi Kepemimpinan Partai Politik

767

untuk kader pratama periode 2010-2015 tidak

dilaksanakan karena berbenturan dengan banyaknya

agenda partai. Dalam menghadapi pemilu, kepala daerah

yang memilih langsung sehingga berdampak pada

kualitas kader.

Disisi lain Puji Santoso berpendapat bahwa diadakan

penilaian dan perekrutan kader yang akan menduduki

jabatan publik dan sudah menduduki jabatan publik

sekarang dinilai melalui loyalitas kader terhadap

suksesnya pemilu kepala daerah Kabupaten Nganjuk

tahun 2012 yang lalu. Alasan lain tidak dilaksanakannya

jenjang kaderisasi karena DPP PDI Perjuangan juga tidak

melakukan jenjang kaderisasi, meskipun pada masa

kepemimpinan Soesilo muslim tahun 2005-2010 kursus

kader pernah dilaksanakan.

Pelaksanaan dalam hal ini merupakan proses atau

usaha-usaha untuk mempersiapkan seorang kader secara

terencana maupun tidak terencana untuk menjadi

pemimpin internal partai yang nantinya akan menduduki

sebagai calon pajabat publik. Dalam hal ini adalah

aktivitas yang berkesinambungan untuk mempersiapkan

calon pemimpin, dalam hal ini yang dimaksud

pelaksanaan kaderisasi kepemimpinan adalah adanya

pelaksanaan kaderisasi jenjang pertama untuk kader

pratama di Dewan Pimpinan Cabang Partai Demokrasi

Indonesia Perjuangan Kabupaten Nganjuk. Sedangkan

pengertian kaderisasi jenjang pertama untuk kader

pratama sendiri adalah kaderisasi yang dilakukan oleh

partai ditingkat paling bawah, yaitu DPC. Kaderisasi

jenjang pertama ini dilakukan oleh partai ditingkat desa,

kelurahan, kabupaten dan kota. Proses penjaringan calon

kader ini merupakan usaha partai untuk mencari kader-

kader baru yang berkualitas untuk mengisi jabatan-

jabatan publik ditingkat paling bawah yaitu jabatan

ditingkat kabupaten atau kota.

Pelaksanaan kaderisasi kepemimpinan jenjang

pertama kader pratama pada periode 2010-2015 memang

tidak dilaksanakan dikarenakan ada masalah di DPC PDI

Perjuangan Kabupaten Nganjuk pada periode 2005-2010,

yang mengakibatkan timbulnya perpecahan antar anggota

PDI Perjuangan kabupaten nganjuk lama dengan anggota

yang baru bergabung pada periode 2010, yang

berdampak langsung terhadap mandeknya pelaksanaan

kursus kader atau pendidikan kader bagi anggota partai.

Hal tersebut tidak sesuai dengan AD/ART ketetapan

Kongres III tahun 2010 pasal 12 ayat 2 tentang jenjang

kader dan proses rekruitmen kader. Seharusnya PDI

Perjuangan tetap melaksanakan pemilihan anggota kader

dan Ketua melewati proses kaderisasi jenjang pertama

untuk kader pratama karena proses kaderisasi ini

merupakan usaha partai untuk memperkuat dan

memperluas basis massa. Anggota kader yang terpilih

melalui proses ini akan memiliki kemampuan yang

mumpuni, mampu bersosialisasi dengan masyarakat, dan

merakyat sesuai dengan visi dan misi PDI Perjuangan

Kabupaten Nganjuk.

Dari hasil wawancara dan dokumentasi di DPC PDI

Perjuangan Kabupaten Nganjuk mengenai faktor

pendukung pola kaderisasi kepemimpinan di DPC PDI

Perjuangan Kabupaten nganjuk adalah faktor

kekompakan seluruh anggota kader PDI Perjuangan

dalam pemilihan calon Ketua DPC, sedangkan untuk

faktor yang menghambat adalah kurangnya pengetahuan

dan komunikasi yang baik antara anggota kader partai se-

kabupaten Nganjuk dengan struktural DPC PDI

Perjuangan kabupaten Nganjuk. Hal tersebut karena

tingkat intensitas pertemuan serta sosialisai tentang

perkembangan politik yang diadakan di DPC PDI

Perjuangan selama tahun 2010-2015 sangat kurang.

Masalah yang menjadi faktor penghambat lain adalah

Ketua DPC periode 2005-2010 terjerat kasus korupsi

dana bantuan politik PDI Perjuangan Kabupaten Nganjuk

yang mengakibatkan kekosongan pada jabatan Ketua

DPC yang mempengaruhi operasional PDI Perjuangan

Kabupaten Nganjuk.

Faktor pendukung dan penghambat memiliki

pengertian yaitu segala macam bentuk sikap dan aktivitas

pendukung dan penghambat atau kekurangan dari sistem,

cara kerja, dan pelaksanaan kaderisasi kepemimpinan

yang ada di DPC PDI Perjuangan Kabupaten Nganjuk.

Faktor pendukung bertujuan untuk melihat faktor apa

yang mendukung berjalannya suatu kegiatan sehingga

tujuan yang diinginkan partai berhasil dicapai, sedangkan

faktor penghambat bertujuan untuk melihat adakah faktor

yang menghambat tercapainya tujuan yang diharapkan

sehingga kedepannya dapat diperbaiki sebaik mungkin

sampai tujuan yang diinginkan partai tercapai.

Faktor penghambat yang terjadi selama proses

kaderisasi sedapat mungkin harus dihindari agar tujuan

partai berhasil dan mampu menghasilkan kader-kader

yang semakin berkualitas di DPC PDI Perjuangan

Kabupaten Nganjuk. Selain itu pendidikan kader bagi

struktural partai yang sudah dibentuk harus segera

dilakukan agar potensi yang sudah dimiliki oleh kader

partai yang telah ada dapat di maksimalkan dan

regenerasi kepemimpinan dapat dilakukan sehingga tidak

sampai terjadi kekosongan kepemimpinan yang pernah

terjadi di tubuh PDI Perjuangan Kabupaten Nganjuk.

PENUTUP

Simpulan

Page 15: POLA KADERISASI KEPEMIMPINAN PARTAI POLITIK(STUDI TERHADAP DEWAN PIMPINAN CABANG (DPC)PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN (PDI-P) KABUPATEN NGANJUK)

Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Volume 02 Nomor 03 Tahun 2015, 754-769

Sistem kaderisasi kepemimpinan DPC PDI Perjuangan

Kabupaten Nganjuk terdiri dari proses rekruitmen

anggota partai,pendidikan kader,dan seleksi kader. Syarat

untuk menjadi anggota dan kader partai diatur dalam

AD/ART PDI Perjuangan ketetapan kongres III pasal 1,2,

dan 3. Proses rekruitmen dan seleksi kader partai

dilaksanakan melalui rapat Pleno. Pada rapat Pleno di

masing-masing tingkatan dilakukan dengan cara

musyawarah mufakat. Apabila musyawarah mufakat

tidak ditemukan kemufakatan maka akan dilakukan

voting atau pemilihan dengan suara terbanyak.

Cara kerja di DPC PDI Perjuangan Kabupaten

Nganjuk dalam mempersiapkan pemimpin dan struktural

partai dilaksanakan melalui proses rekruitmen dan

kaderisasi kepemimpinan. Sebelum dilakukan pemilihan

Ketua DPC, diadakan Musancab atau Musyawarah Anak

Cabang yang dihadiri oleh ranting dan anak ranting untuk

memilih Ketua PAC dan calon Ketua DPC. Setelah Ketua

PAC dan calon Ketua DPC terjaring selanjutnya diadakan

Konfercab atau Konferensi Cabang Partai yang dihadiri

oleh seluruh perwakilan PAC dari tiap-tiap kecamatan

yang ada di Kabupaten Nganjuk.

Kaderisasi kepemimpinan dilaksanakan setiap 5

(lima) tahun sekali. Pelaksanaannya melalui Musancab

kemudian dilaksanakan Konfercab. PDI Perjuangan

Kabupaten Nganjuk melaksanakan proses kaderisasi yang

termasuk dalam kategori kaderisasi jenjang pertama

untuk kader pratama. Pelaksanaan kaderisasi jenjang

pertama untuk kader pratama di DPC PDI Perjuangan

Kabupaten Nganjuk pada periode 2010-2015 tidak

dilaksanakan karena berbenturan dengan banyaknya

agenda partai dan juga karena DPP PDI Perjuangan tidak

melakukan jenjang kaderisasi.

Faktor pendukung pola kaderisasi kepemimpinan di

DPC PDI Perjuangan adalah kekompakan seluruh

anggota kader PDI Perjuangan dalam pemilihan calon

Ketua DPC, sedangkan untuk faktor yang menghambat

adalah kurangnya pengetahuan dan komunikasi yang baik

antara anggota kader partai se-kabupaten Nganjuk

dengan struktural DPC PDI Perjuangan kabupaten

Nganjuk. Hal tersebut karena tingkat intensitas

pertemuan serta sosialisai tentang perkembangan politik

yang diadakan di DPC PDI Perjuangan selama tahun

2010-2015 sangat kurang.

Faktor pendukung dan penghambat memiliki

pengertian yaitu segala macam bentuk sikap dan aktivitas

pendukung dan penghambat atau kekurangan dari sistem,

cara kerja, dan pelaksanaan kaderisasi kepemimpinan

yang ada di DPC PDI Perjuangan Kabupaten Nganjuk.

Faktor pendukung bertujuan untuk melihat faktor apa

yang mendukung berjalannya suatu kegiatan sehingga

tujuan yang diinginkan partai berhasil dicapai, sedangkan

faktor penghambat bertujuan untuk melihat adakah faktor

yang menghambat tercapainya tujuan yang diharapkan

sehingga kedepannya dapat diperbaiki sebaik mungkin

sampai tujuan yang diinginkan partai tercapai.

Faktor penghambat yang terjadi selama proses

kaderisasi sedapat mungkin harus dihindari agar tujuan

partai berhasil dan mampu menghasilkan kader-kader

yang semakin berkualitas di DPC PDI Perjuangan

Kabupaten Nganjuk. Selain itu pendidikan kader bagi

struktural partai yang sudah dibentuk harus segera

dilakukan agar potensi yang sudah dimiliki oleh kader

partai yang telah ada dapat di maksimalkan dan

regenerasi kepemimpinan dapat dilakukan sehingga tidak

sampai terjadi kekosongan kepemimpinan yang pernah

terjadi di tubuh PDI Perjuangan Kabupaten Nganjuk.

Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik

kesimpulan bahwa Pola Kaderisasi Kepemimpinan di

DPC PDI Perjuangan Kabupaten Nganjuk terdiri dari

sistem musyawarah mufakat yang diadakan melalui

rapat-rapat partai dari tingkat yang terkecil yaitu anak

ranting hingga DPC dengan tujuan untuk merekrut

sekaligus mempersiapkan calon pemimpin internal partai

yang nantinya dicalonkan sebagai pejabat publik. Dengan

mengikuti pedoman dan arahan oleh DPP melalui DPD

Jawa timur yang berdasarkan AD/ART PDI Perjuangan

ketetapan Kongres III tahun 2010.

Saran

Pemenuhan tujuan PDI Perjuangan pada periode

mendatang harus lebih ditingkatkan agar semua proses

kaderisasi yang sudah dilaksanakan ini tidak sia-sia dan

memiliki manfaat bagi partai politik PDI Perjuangan

sendiri pada khususnya dan seluruh masyarakat di

Kabupaten Nganjuk pada umumnya, selain itu perlu

diadakan pendidikan kader melalui pelatihan-pelatihan

secara rutin agar transfer nilai, pengetahuan, yang sudah

dimiliki ketua DPC saat ini bisa ditularkan kepada calon-

calon kader yang dianggap berpotensi untuk menjadi

pemimpin di DPC Kabupaten Nganjuk di masa depan

Struktur (design) organisasi saat ini yang mengarah

pada konsentrasi pembidangan diharapkan dapat lebih

memaksimalkan kerja organisasi. Jiwa gotong royong

anggota partai harus dikembangkan dan direalisir dalam

kerja-kerja politik sehingga mampu menjawab semua

tantangan yang dihadapi partai kedepan.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Syamsul. 2012. LEADERSHIP Ilmu dan Seni

Kepemimpinan. Jakarta: Mitra Wacana Media

Budiarjo, Miriam. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Politik. J

akarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Cholisin, Dkk. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Politik.

Yogyakarta: UNY Press

Page 16: POLA KADERISASI KEPEMIMPINAN PARTAI POLITIK(STUDI TERHADAP DEWAN PIMPINAN CABANG (DPC)PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN (PDI-P) KABUPATEN NGANJUK)

Pola Kaderisasi Kepemimpinan Partai Politik

769

Cresweel, John W. 2010. Research Design - Pendidikan

Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar

Fahmi, Irham. 2013. Manajemen Kepemimpinan Teori

dan Aplikasi. Bandung: CV Alfabeta

Isjwara. 1982. Ilmu Politik. Bandung: Binacipta

Moeleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian

Kualitatif. Bandung: PT remaja Rosdakarya

Offset

Sugiyono. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif.

Bandung: CV Alfabeta

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D.Bandung: CV Alfabeta

Tim. 2011. Menulis Ilmiah: Buku Ajar MPK Bahasa

Indonesia. Surabaya: Unesa University

Press

Yukl, Gary. 2010. Kepemimpinan Dalam Organisasi.

Jakarta. Indeks.

PIAGAM PERJUANGAN ANGGARAN DASAR

ANGGARAN RUMAH TANGGA PARTAI

DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN Ketetapan

Kongres III PDI Perjuangan Denpasar,Bali tanggal 06-09

April 2010 No. 09/TAP/KONGRES III/PDI-P/2010

SURAT KETETAPAN No :

07/TAP/KONGRES/III/PDIP 2010 Tentang

SIKAP POLITIK PARTAI DEMOKRASI

INDONESIA PERJUANGAN

SURAT KETETAPAN No : 11/TAP/KONGRES

III/PDI-P/2010 Tentang PROGRAM

PERJUANGAN PARTAI DEMOKRASI

INDONESIA PERJUANGAN

Annis, Dkk. 2011. Kaderisasi. Jurnal [online]

http://annisalidramaribeth.wordpress.com/2011/

02/26/kaderisasi/. Diakses tanggal 15

Mei 2014

Ginintasasi, Rahayu. 2012. Kepemimpinan. Jurnal

[online]

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR.PSIKOLO

GI/195009011981032RAHAYUGININTASASI

/kepemimpinan.pdf . Diakses tanggal 15 Mei

2014

Saputra, Roni Tamara. 2014. Sistem Kaderisasi dan

Penetapan Calon Anggota Legislatif Dalam

Pemilu 2009 (Studi Kasus Partai Golkar

Kabupaten Penajam Paser Utara). Jurnal

[online] http://e.journal.ip.fisip-unmul.ac.id.

Diakses tanggal 03 Maret 2015

http://unbreakableman.wordpress.com/2012/10/08/kaderi

sasi-ideal-prosesi-pemahasiswaan-mahasiswa/

http://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/13/09/1

1/msypkh-bima-arya-kaderisasi-parpol-tidak-

serius

http://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/13/09/1

1/msyr0t-kaderisasi-politik-harus-berjalan-

sistematis

Indonesiadalamsejarah.blogspot.com/2013/04/asal-mula-

partai-politik