BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Pembelajaran Tematik ......Bahan ajar . dalam pembelajaran tematik...

40
17 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Tematik Integratif 2.1.1.1 Pengertian Permendikbud No. 57 Tahun 2014 mengartikan pembelajaran tematik adalah salah satu model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi peserta didik Pembelajaran terpadu didefinisikan sebagai pembelajaran yang menghubungkan berbagai gagasan, konsep, keterampilan, sikap, dan nilai, baik antar mata pelajaran maupun dalam satu mata pelajaran. Pembelajaran tematik memberi penekanan pada pemilihan suatu tema yang spesifik yang sesuai dengan materi pelajaran, untuk mengajar satu atau beberapa konsep yang memadukan berbagai informasi (Permendikbud No. 57 Tahun 2014). Pembelajaran tematik integratif menurut Rusman (2012: 254) merupakan salah satu model pembelajaran terpadu yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individual maupun kelompok aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna dan otentik.Sedangkan menurut Sukmadinata (2004: 197) lebih memandang pembelajaran tematik sebagai suatu model pembelajaran dengan fokus pada bahan ajaran. Bahan ajaran disusun secara terpadu dan dirumuskan dalam bentuk tema-tema pembelajaran. Tema yang dimaksud adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi inti pembicaraan. Dengan tema diharapkan akan memberikan banyak keuntungan, di antaranya: (1) Peserta didik mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu; (2) Peserta didik mampu mempelajari pengetahuan danmengembangkan berbagai kompetensi

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Pembelajaran Tematik ......Bahan ajar . dalam pembelajaran tematik...

  • 17

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1 Kajian Teori

    2.1.1 Pembelajaran Tematik Integratif

    2.1.1.1 Pengertian

    Permendikbud No. 57 Tahun 2014 mengartikan pembelajaran

    tematik adalah salah satu model pembelajaran terpadu yang

    menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran

    sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi peserta

    didik Pembelajaran terpadu didefinisikan sebagai pembelajaran

    yang menghubungkan berbagai gagasan, konsep, keterampilan, sikap,

    dan nilai, baik antar mata pelajaran maupun dalam satu mata

    pelajaran. Pembelajaran tematik memberi penekanan pada pemilihan

    suatu tema yang spesifik yang sesuai dengan materi pelajaran,

    untuk mengajar satu atau beberapa konsep yang memadukan berbagai

    informasi (Permendikbud No. 57 Tahun 2014).

    Pembelajaran tematik integratif menurut Rusman (2012: 254)

    merupakan salah satu model pembelajaran terpadu yang merupakan

    suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara

    individual maupun kelompok aktif menggali dan menemukan konsep

    serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna dan

    otentik.Sedangkan menurut Sukmadinata (2004: 197) lebih

    memandang pembelajaran tematik sebagai suatu model pembelajaran

    dengan fokus pada bahan ajaran. Bahan ajaran disusun secara terpadu

    dan dirumuskan dalam bentuk tema-tema pembelajaran. Tema yang

    dimaksud adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi inti

    pembicaraan. Dengan tema diharapkan akan memberikan banyak

    keuntungan, di antaranya: (1) Peserta didik mudah memusatkan

    perhatian pada suatu tema tertentu; (2) Peserta didik mampu

    mempelajari pengetahuan danmengembangkan berbagai kompetensi

  • 18

    dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama; (3) Pemahaman

    terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan; (4)

    Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan

    mengkaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta

    didik; (5) Peserta didik mampu lebih merasakan manfaat dan makna

    belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas; (6)

    Peserta didik lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi

    dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam

    satu mata pelajaran sekaligus mempelajari mata pelajaran lain; (7)

    Guru dapat menghemat waktu karena beberapa mata pelajaran yang

    disajikan secara tematik dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan

    dalam dua atau tiga pertemuan,waktu selebihnya dapat digunakan

    untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan.

    Menurut Sukandi, dkk. (2001: 3), pembelajaran tematik pada

    dasarnya dimaksudkan sebagai kegiatan pembelajaran dengan

    memadukan materi dari beberapa mata pelajaran dalam suatu tema.

    Dengan demikian, pelaksanaan dalam pembelajaran tematik dapat

    dilakukan dengan mengajarkan beberapa materi pelajaran yang

    disajikan dalam satu pertemuan. Pembelajaran tematik sebagai suatu

    konsep dapat dikatakan sebagai suatu pendekatan belajar yang

    melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman

    bermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna karena dalam

    pembelajaran tematik siswa akan dapat memahami konsep yang

    dipelajari melalui pengamatan langsung dan menghubungkannya

    dengan konsep lain yang dipahaminya.

    Dari beragam pengertian tentang pembelajaran tematik, penulis

    sepaham dengan pendapat Permendikbud No. 57 Tahun 2014 karena

    selain menyangkut tema juga memberikan pengalaman bermakna bagi

    peserta didik. Sehingga pembelajaran tematik integratif didefinisikan

    sebagai salah satu model pembelajaran terpadu yang menggunakan

  • 19

    tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat

    memberikan pengalaman bermakna bagi peserta didik.

    2.1.1.2 Kompetensi dasar dan Materi Pokok

    Kompetensi Inti Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah

    (SD/MI) menurut Permendikbud No. 57 Tahun 2014 merupakan

    tingkat kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan

    (SKL) yang harus dimiliki seorang peserta didik SD/MI pada

    setiap tingkat kelas. Kompetensi Inti dirancang untuk setiap

    kelas/usia tertentu. Melalui Kompetensi Inti, sinkronisasi horisontal

    berbagai Kompetensi Dasarantarmata pelajaran pada kelas yang

    sama dapat dijaga. Selain itu sinkronisasi vertikal berbagai

    Kompetensi Dasar pada mata pelajaran yang sama pada kelas yang

    berbeda dapat dijaga pula. Rumusan Kompetensi Inti menggunakan

    notasi sebagai berikut:

    1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk Kompetensi Inti sikap spiritual.

    2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk Kompetensi Inti sikap sosial.

    3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk Kompetensi Inti pengetahuan.

    4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk Kompetensi Inti keterampilan.

    Uraian tentang Kompetensi Inti untuk jenjang SD/MI dapat

    dilihat pada Tabel 2.1 di bawah ini.

    Tabel 2.1Kompetensi Inti SD/MI Kelas IV, V, dan VI

    Kompetensi Inti

    Kelas IV

    Kompetensi Inti Kelas

    V

    Kompetensi Inti Kelas

    VI

    1.Menerima,

    menjalankan dan

    menghargai

    ajaran agama

    yang dianutnya.

    1.Menerima,

    menjalankan dan

    menghargai

    ajaran agama

    yang dianutnya.

    1. Menerima, menjalankan dan

    menghargai

    ajaran agama

    yang dianutnya

    2.Menunjukan

    perilaku jujur,

    disiplin, tanggung

    jawab, santun,

    peduli, dan

    percaya diri

    2.Menunjukkan

    perilaku jujur,

    disiplin, tanggung

    jawab, santun,

    peduli, dan

    percaya diri dalam

    2. Menunjukkan perilaku jujur,

    disiplin, tanggung

    jawab, santun,

    peduli, dan

    percaya diri

  • 20

    dalam

    berinteraksi

    dengan keluarga,

    teman, guru, dan

    tetangga.

    berinteraksi

    dengan keluarga,

    teman, guru dan

    tetangganya serta

    cinta tanah air.

    dalam

    berinteraksi

    dengan keluarga,

    teman, guru dan

    tetangganya serta

    cinta tanah air.

    3.Memahami

    pengetahuan

    faktual dengan

    cara mengamati

    dan menanya

    berdasarkan rasa

    ingin tahu tentang

    dirinya, makhluk

    ciptaan Tuhan

    dan kegiatannya,

    dan benda-benda

    yang dijumpainya

    di rumah, di

    sekolah dan

    tempat bermain.

    3. Memahami pengetahuan

    faktual dan

    konseptual

    dengan cara

    mengamati,

    menanya dan

    mencoba

    berdasarkan rasa

    ingin tahu

    tentang dirinya,

    makhluk ciptaan

    Tuhan dan

    kegiatannya, dan

    benda-benda

    yang

    dijumpainya di

    rumah, di

    sekolah dan

    tempat bermain.

    3. Memahami pengetahuan

    faktual dan

    konseptual

    dengan cara

    mengamati,

    menanya dan

    mencoba

    berdasarkan rasa

    ingin tahu tentang

    dirinya, makhluk

    ciptaan Tuhan

    dan kegiatannya,

    dan benda-benda

    yang dijumpainya

    di rumah, di

    sekolah dan

    tempat bermain.

    4.Menyajikan

    pengetahuan

    faktual dalam

    bahasa yang jelas,

    sistematis dan

    logis, dalam karya

    yang estetis,

    dalam gerakan

    yang

    mencerminkan

    anak sehat, dan

    dalam tindakan

    yang

    mencerminkan

    perilaku anak

    beriman dan

    berakhlak mulia

    4. Menyajikan pengetahuan

    faktual dan

    konseptual dalam

    bahasa yang

    jelas, sistematis

    dan logis, dalam

    karya yang

    estetis, dalam

    gerakan yang

    mencerminkan

    anak sehat, dan

    dalam tindakan

    yang

    mencerminkan

    perilaku anak

    beriman dan

    berakhlak mulia

    4.Menyajikan

    pengetahuan

    faktual dan

    konseptual dalam

    bahasa yang jelas,

    sistematis dan

    logis, dalam karya

    yang estetis,

    dalam gerakan

    yang

    mencerminkan

    anak sehat, dan

    dalam tindakan

    yang

    mencerminkan

    perilaku anak

    beriman dan

    berakhlak mulia

  • 21

    Kompetensi Dasar pada Kurikulum 2013 Sekolah

    Dasar/Madrasah Ibtidaiyah berisikan kemampuan dan muatan

    pembelajaran untuk suatu tema pembelajaran atau mata pelajaran pada

    Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah yang mengacu pada

    Kompetensi Inti. Kompetensi Dasar sebagaimana merupakan

    penjabaran dari Kompetensi Inti dan terdiri atas:

    a. Kompetensi Dasar sikap spiritual

    b. Kompetensi Dasar sikap sosial

    c. Kompetensi Dasar pengetahuan

    d. Kompetensi Dasar keterampilan

    Di bawah ini merupakan Pemetaan Mata Pelajaran, Kompetensi

    Dasar dan Materi Pelajaran pada Tema 4 Berbagai Pekerjaan Subtema

    1 Jenis-jenis Pekerjaan kelas 4 yang digunakan dalam penelitia ini.

    Secara keseluruhan Pemetaan Mata Pelajaran, Kompetensi Dasar dan

    Materi Pelajaran pada Tema 4 Berbagai Pekerjaan Subtema 1 Jenis-

    jenis Pekerjaan kelas 4 terlampir.

    Tabel 2.2 Mata Pelajaran, Kompetensi Dasar dan Materi Pelajaran

    pada Tema 4 Berbagai Pekerjaan Subtema 1 Jenis-jenis Pekerjaan

    kelas 4.

    Mata Pelajaran Kompetensi Dasar Materi Pelajaran

    PPKn 3.2 Memahami hak dan

    kewajiban sebagai

    warga dalam dalam

    kehidupan sehari-hari

    di rumah, sekolah, dan

    masyarakat.

    Hak dan kewajiban

    sebagai warga dalam

    kehidupan seharihari

    di rumah, sekolah dan

    masyarakat

    Bahasa

    Indonesia

    3.3 Menggali informasi

    dari teks wawancara

    tentang jenis-jenis

    usaha dan pekerjaan

    serta kegiatan ekonomi

    dan koperasi dengan

    bantuan guru dan

    teman dalam bahasa

    Indonesia lisan dan

    Teks wawancara

    tentang jenis-jenis

    usaha dan pekerjaan

    serta kegiatan

    ekonomi dan koperasi

  • 22

    tulis dengan memilih

    dan memilah kosakata

    baku.

    3.4 Menggali informasi

    dari teks cerita

    petualangan tentang

    lingkungan dan sumber

    daya alam dengan

    bantuan guru dan

    teman dalambahasa

    Indonesia lisan dan

    tulisdengan memilih

    dan memilah kosakata

    baku.

    Teks cerita

    petualangan tentang

    lingkungan dan

    sumber daya alam.

    Matematika 3.12 Mengenal sudut siku-

    siku melalui

    pengamatan dan

    membandingkannya

    dengan sudut yang

    berbeda.

    Sudut siku-siku

    Ilmu

    Pengetahuan

    Sosial

    3.5 Memahami manusia

    dalam dinamika

    interaksi dengan

    lingkungan alam,

    sosial, budaya, dan

    ekonomi.

    Manusia dalam

    dinamika interaksi

    dengan lingkungan

    alam, sosial, budaya,

    dan ekonomi

    2.1.1.3 Komponen Pembelajaran Tematik Integratif

    Menurut Ibrahim & Sukmadinata dalam Mawardi (2014 : 26)

    merincikan komponen pembelajaran mencakup tujuan, bahan ajar,

    metode, media dan evaluasi. Dalam merancang sistem pembelajaran

    komponen-komponen pembelajaran harus saling berinteraksi sehingga

    membentuk suatu kesatuan yang utuh. Komponen-komponen

    pembelajaran yang saling berinteraksi dapat di gambarkan sebagai

    berikut.

  • 23

    Sumber Mawardi (2014: 26)

    Gambar 2.1 Komponen-komponen pembelajaran

    Komponen-komponen pembelajaran tematik integratif

    merupakan komponen pembelajaran yang merancang pembelajaran

    tematik, komponen-komponen tersebut dapat dijabarkan sebagai

    berikut:

    1. Tujuan pembelajaran tematik

    Menurut Sukayati (dalam Prastowo, 2013: 140) tujuan

    pembelajaran tematik adalah :

    1. Meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara

    lebih bermakna.

    2. Mengembangkan keterampilan menemukan, mengolah, dan

    memanfaatkan informasi.

    3. Menumbuhkembangkan sikap positif, kebiasaan baik, dan

    nilai-nilai luhur yang diperlukan dalam kehidupan.

    4. Menumbuhkembangkan keterampilan sosial sepertikerjasama,

    toleransi, serta menghargai pendapat orang lain.

    5. Meningkatkan gairah dalam belajar.

    6. Memilih kegiatan yang sesuai dengan minat dan

    kebutuhanpara siswa.

  • 24

    Sedangkan menurut Kemendikbud (2014: 16) tujuan

    pembelajaran tematik adalah :

    1. Mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik

    tertentu;

    2. Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai

    kompetensi muatan pelajaran dalam tema yang sama;

    3. Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam

    dan berkesan;

    4. Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan

    mengkaitkan berbagai muatan pelajaran lain dengan pengalaman

    pribadi peserta didik;

    5. Lebih bergairah belajar karena mereka dapat berkomunikasi

    dalam situasi nyata, seperti bercerita, bertanya, menulis

    sekaligus mempelajari pelajaran yang lain;

    6. Lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi

    yang disajikan dalam konteks tema yang jelas;

    7. Guru dapat menghemat waktu, karena mata pelajaran yang

    disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan

    diberikan dalam 2 atau 3 pertemuan bahkan lebih dan atau

    pengayaan; dan

    8. Budi pekerti dan moral peserta didik dapat ditumbuh

    kembangkan dengan mengangkat sejumlah nilai budi pekerti

    sesuai dengan situasi dan kondisi.

    Berdasarkan pendapat Sukayati tentang tujuan pembelajaran

    tematik pada dasarnya sama dengan pendapat Kemendikbud.

    Namun pendapat Kemendikbud lebih lengkap, sehingga dari kedua

    pendapat penulis sepaham dengan pendapat menurut Kemendikbud

    karena lengkap dan rinci.

    2. Bahan ajar tematik

    Menurut Depdiknas (2008 : 6), mengartikan bahan ajar

    sebagai segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu

  • 25

    gurudalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan ajar

    dalam pembelajaran tematik berupa buku guru dan buku siswa.

    Dalam panduan penyusunan bahan ajar Depdiknas (2008 : 8)

    disebutkan bahwa sebuah bahan ajar paling tidak mencakup antara

    lain: 1) Petunjuk belajar (Petunjuk siswa/guru). 2) Kompetensi

    yang akan dicapai. 3) Content atau isi materi pembelajaran. 4)

    Informasi pendukung. 5) Latihan-latihan. 6) Petunjuk kerja, dapat

    berupa Lembar Kerja (LK). 7) Evaluasi. Dan 8) Respon atau

    balikan terhadap hasil evaluasi.

    3. Metode pembelajaran tematik

    Menurut sisdiknas No. 20 Tahun 2003 mengartikan metode

    pembelajaran adalah strategi pembelajaran yang digunakan oleh

    guru sebagai media untuk mencapai tujuan pembelajaran yang

    telah ditetapkan.

    4. Media pembelajaran tematik

    Menurut R. Ibrahim dan Sukmadinata (1996), media

    pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk

    menyampaikan pesan atau isi pelajaran, merangsang pikiran,

    perasaan, perhatian, dan kemampuan siswa sehingga dapat

    mendorong proses belajar mengajar. Nana Sudjana dan Ahmad

    Rivai (2010: 1) menyebutkan media pembelajaran yang digunakan

    dalam proses belajar mengajar salah satunya yaitulingkungan

    belajar. Dalam Permendikbud No. 57 tahun 2014 menjelaskan

    lingkungan merupakan sumber belajar yang penting dalam

    pembelajaran tematik terpadu dan membantu ketercapaian

    kompetensi yang berkaitan dengan keterampilan, sikap, dan

    pengetahuan. Selain lingkungan media pembelajaran dapat berupa

    media elektronik seperti video, film, radio, internet dan lain-lain.

  • 26

    5. Penilaian pembelajaran tematik

    Permendikbud No. 57 Tahun 2014 menjelaskan penilaian

    merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi

    untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Tujuan

    penilaian adalah (1) Memberikan umpan balik mengenai

    kemajuan belajar peserta didik dalam kaitannya dengan

    kompetensi kompetensinya selama proses belajar-mengajar, dan

    (2) Memberikan informasi kepada para guru dan orang tua

    mengenai capaian kompetensi peserta didik

    Menurut Barton & Smit (2000), penilaian pembelajaran

    dalam pembelajaran terpadu menggunakan penilaian autentik.

    Karena pembelajaran tematik pada dasarnya adalah

    pembelajaran terpadu maka evaluasinya juga menggunakan

    penilaian autentik. Cara penilaian ini bersifat kualitatif yang

    menilai kinerja yang dapat berupa pajangan, hasil diskusi,

    hasil tugas kelompok, tugas mandiri, tugas terstruktur, dan

    tugas proyek. Selain itu, menggunakan informasi dari

    portofolio, checklis, analisis reflektif, deskriptif, pengkajian,

    pengamatan, pendapat teman, orang tua, dan sebagainya.

    Prosedur penilaian dilakukan melalui perencanaan, pelaksanaan,

    penyajian laporan, dan tindak lanjut. Penilaian dalam

    pembelajaran tematik terpadu dilengkapi dengan berbagai format

    (observasi, penilaian diri, portofolio, projek, unjuk kerja, dan

    sebagainya).

    Teknik dan instrumen yang digunakan untuk penilaian

    kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan Penilaian

    kompetensi sikap. Dilakukan melalui melalui observasi, jurnal,

    penilaian diri, penilaian “teman sejawat” (peer evaluation).

    Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaiandiri, dan

    penilaian antar peserta didik adalah daftar cek atau skala

    penilaian (ratingscale) yang disertai rubrik, sedangkan pada

  • 27

    jurnal berupa catatan pendidik. Penilaian Kompetensi

    Pengetahuan dilakukan melalui tes tulis, tes lisan, dan perbuatan

    misalnya berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang dikerjakan

    secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik

    tugas. Penilaian Kompetensi Keterampilan dilakukan melalui

    penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik

    mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan

    menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio.

    Instrumen yang digunakan dalam penilaian autentik berupa

    daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi

    rubrik. Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon

    berupa keterampilan melakukan suatu aktivitas atau perilaku

    sesuai dengan tuntutan kompetensi. Projek adalah tugas-tugas

    belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan perancangan,

    pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam

    waktu tertentu. Penilaian portofolio adalah penilaian yang

    dilakukan dengan cara menilai kumpulan seluruh karya

    peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat reflektif-

    integratif untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi,

    dan/atau kreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu.

    Karya tersebut dapat berbentuk tindakan nyata yang

    mencerminkan kepedulian peserta didik terhadap lingkungannya.

    2.1.1.4 Macam-macam Model Pembelajaran Tematik Integratif

    Menurut Forganty dalam Mawardi dan Bambang S. Sulasmono

    (2011: 94-96) macam-macam model pembelajaran tematik dipaparkan

    pada Lampiran 2.

    Berdasarkan beragam model pembelajaran tematik yang telah

    dipaparkan, menurut Mawardi dan Bambang S. Sulasmono (2011: 96)

    model pembelajaran tematik jaring laba-laba (webbed) yang paling

    mungkin diterapkan dalam pembelajaran di SD.Oleh karena

  • 28

    itu,Penulis memilih model pembelajaran tematik berbentuk jaring

    laba-laba (webbed) sebagai model pembelajaran tematik yang akan

    dikembangkan dan diterapkan. Di bawah ini merupakan deskrisi,

    kelebihan dan klemahan model jaring laba-laba (webbed).

    Tabel 2.3 Model pembelajaran tematik bentuk jaring laba-laba

    Nama Model Deskripsi Kelebihan Kelemahan

    Berbentuk

    jaring laba-

    laba (webbed)

    Pengajaran

    tematis,

    menggunakan

    suatu tema

    sebagai dasar

    pembelajaran

    dalam berbagai

    disiplin mata

    pelajaran.

    Dapat

    memotivasi

    murid-murid,

    membantu

    murid-murid

    untuk melihat

    keterhubungan

    antara gagasan.

    Tema yang

    digunakan harus

    dipilih baik-baik

    secara selektif

    agar menjadi

    berarti, juga

    relevan dengan

    kontent.

    2.1.1.5 Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Tematik Integratif

    Pembelajaran tematik menekankan pada keaktifan siswa

    dalam proses pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran

    tematik memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Menurut

    Suryosubroto (2009: 136-137) ada beberapa kelebihan dan

    kekurangan dalam pembelajaran tematik yaitu :

    a. Kelebihan pembelajaran tematik

    1. Menyenangkan karena bertolak dari minat dan

    kebutuhansiswa.

    2. Pengalaman dan kegiatan belajar relevan dengan

    tingkatperkembangan dan kebutuhan siswa.

    3. Hasil belajar akan bertahan lebih lama karena berkesan

    danbermakna.

    4. Menumbuhkan keterampilan sosial seperti bekerja

    sama,toleransi, komunikasi dan tanggap terhadap gagasan

    oranglain.

  • 29

    b. Kekurangan pembelajaran tematik

    1. Guru dituntut memiliki keterampilan yang tinggi.

    2. Tidak setiap guru mampu mengintegrasikan kurikulum

    dengankonsep-konsep yang ada dalam mata pelajaran secara

    tepat.

    2.1.2 Lingkungan sebagai Tema atau Setting Pembelajaran

    Tema menurut Montgomery dalam Wachyu Sundayana (2014: 14)

    adalah suatu konsep yang harus merujuk pada obyek yang nyata.

    Menurut Wachyu Sundayana sendiri menjelaskan tema harus luas

    sehingga memungkinkan untuk dipilah ke dalam anak tema atau topik.

    Sedangkan Cameron (2001) menjelaskan tema harus dikembangkan

    mulai dari yang dekat dengan lingkungan peserta didik dan beranjak ke

    lingkungan yang lebih luas. Berdasarkan pendapat beberapa Ahli dapat

    disimpulkan tema harus merujuk kepada objek yang nyata, harus luas,

    dan dekat dengan lingkungan peserta didik. sehingga dapat dikatakan

    bahwa lingkungan sekitar peserta didik dapat menjadi tema yang cocok

    untuk dijadikan setting pembelajaran. Hal tersebut didukung dengan

    adanya teori belajar Piaget yang menegaskan bahwa peserta didik pada

    jenjang Sekolah Dasar dari sisi perkembangan kognisi berada pada tahap

    operasional konkret. Pada tahap tersebut peserta didik mudah

    mempelajari sesuatu melalui kegiatan dan pengalaman yang nyata dan

    konkret. Kegiatan yang dilakukan melalui benda-benda dan lingkungan

    sekitar peserta didik.

    Menurut Hosnan (2014: 377) proses pembelajaran yang

    menggunakan lingkungan sebagai media belajar dapat memberikan

    pengalaman bermaknakepada peserta didik.sehingga lingkungan sekitar

    peserta didik memang tepat dijadikan setting pembelajaran yang

    memungkinkan terjadinya pemerolehan pengalaman bermakna oleh

    peserta didik. Hal ini sangat cocok dengan penerapan pembelajaran

    tematik yang dapat memberikan pengalaman bermakna kepada peserta

  • 30

    didik melalui tema. Dengan begitu pembelajaran tematik akan lebih

    bermakna apabila menggunakan lingkungan sebagai tema atau setting

    pembelajaran.

    Berdasarkan pendapat yang telah dipaparkan lingkungan sebagai

    tema atau setting pembelajaran adalah suatu pembelajaran yang

    menggunakan lingkungan sebagi tema untuk dirancang atau disetting

    sebagai pembelajaran untuk memberikan pengalaman yang lebih

    bermakna kepada peserta didik.

    Lingkungan sebagai tema harus sesuai dengan pengertian tema

    yang telah disimpulkan di atas yaitu tema harus objek yang nyata, luas,

    dan dekat dengan lingkungan peserta didik. Dengan begitu lingkungan

    harus di buat atau disetting agar lebih nyata, dan luas. Sesuai dengan

    pendapat Wachyu Sunjayana (2014: 14) agar tema lebih luas dan nyata

    maka tema dapat dipilah dan dikembangkan ke dalam anak tema.

    Pada pembelajaran tematik Kurikulum 2013 tema dan sub tema

    sudah ditetapkan dari Pemerintah, sehingga untuk merancang

    pembelajaran dengan lingkungan sebagai tema maka tema dan sub tema

    dipilah dan dikembangkan agar lebih nyata dan luas. Dengan

    mengembangkan sub tema menjadi anak tema atau sub-sub tema maka

    setting pembelajaran tematik pada Kurikulum 2013 akan lebih nyata,

    luas, dekat dengan lingkungan peserta didik dan memberikan

    pengalaman bermakna kepada peserta didik.

    2.1.3 Model Desain Pembelajaran

    Menurut Slameto (2013: 89) model adalah pola yang dapat

    membantu berpikir, konseptualisasi, suatu proses yang merujuk prinsip-

    prinsip, dan prosedur yang dapat menjadikan pedoman bertindak. Model

    dapat berwujud langkah-langkah yang harus diambil, adapula bagan,

    garis, kotak-kotak, lingkaran, tanda panah dan sebagainya. Menurut

    Mawardi (2014: 29) model merupakan konkretisasi teori yang berisi

    konstruk, tujuan serta langkah-langkah. Sedangkan definisi model

    menurut Agus Suprijono (2010: 54-55) adalah kerangka konseptual yang

  • 31

    melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman

    belajar untuk mencapai tujuan belajar.

    Berdasarkan pengertian tentang model menurut ahli, model

    menurut Agus Suprijono merujuk pada prosedur dan tujuan saja.

    dilengkapi dengan pengertian model menurut Slameto yang merujuk

    kepada prinsip, prosedur dan tujuan dan model menurut Mawardi yang

    merujuk pada konstruk, prosedur atau langkah-langkah. Sehingga penulis

    berpendapat model merupakan konkretisasi teori yang berisi, prinsip-

    prinsip, konstruk, tujuan dan langkah-langkah model.

    Desain pembelajaran menurut Syaiful Sagala (2005:136)

    merupakan pengembangan pembelajaran secara sistematik yang

    digunakan secara khusus teori-teori pembelajaran untuk menjamin

    kualitas pembelajaran. Sedangkan Soetarno Joyoatmodjo (2001: 66)

    mengartikan desain pembelajaran sebagai upaya pengembangan secara

    sitematis komponen-komponen pembelajaran dengan menggunakan teori

    belajar tertentu. Berdasarkan pendapat dua ahli yang telah dipaparkan

    masing-masing menjelaskan inti yang sama dari pengertian desain

    pembelajaran. Sehingga dapat disimpulkan desain pembelajaran adalah

    upaya pengembangan secara sistematis dengan menggunakan teori

    belajar dan pembelajaran tertentu untuk menjamin kualitas pendidikan.

    Berdasarkan pengertian model dan desain pembelajaran yang telah

    disimpulkan pengertian model desain pembelajaran adalah kerangka

    konseptual dari konkretisasi teori pengembangan secara sistematis

    dengan menggunakan teori belajar dan pembelajaran tertentu untuk

    menjamin kualitas pendidikan yang berisi prinsip-prinsip, konstruk,

    tujuan dan langkah-langkah. Berkaitan dengan desain pembelajaran

    Tematik Integratif di Sekolah Dasar guru dijadikan perancang atau

    desainer pembelajaran untuk membuat perencanaan atau konsep

    pembelajaran yang akan dilaksanakan di sekolah. Menurut Kemendikbud

    (2014: 17) desain pembelajaran Tematik Integratif harus mencakup

    tahapan, antara lain :

  • 32

    1. Memilih/Menetapkan Tema

    2. Melakukan Analisis SKL, KI, Kompetensi Dasar dan Membuat

    Indikator.

    3. Membuat Hubungan Pemetaan antara Kompetensi Dasar dan

    Indikator dengan Tema.

    4. Membuat Jaringan Kompetensi Dasar

    5. Menyusun Silabus Tematik Terpadu

    6. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik

    Terpadu

    Sedangkan menurut Trianto (2011: 283-313) dalam

    mengembangan dan mendesain pembelajaran tematik dapat dilakukan

    dengan langkah-langkah sebagai berikut:

    1. Pemetaan KI, KD, dan indikator

    2. Pemetaan Jaringan Tema

    3. Menyusun Silabus Pembelajaran Tematik.

    4. Menyusun RPP Pembelajaran Tematilk

    Pendapat berbeda dikemukakan oleh Hosnan (2014: 366) dalam

    mendesain pembelajaran Tematik Integratif perlu melakukan kegiatan:

    1. Pemetaan Kompetensi Dasar

    2. Pengembangan Jaringan Tema

    3. Pengembangan Silabus

    4. Penyusunan RPP

    Berdasarkan langkah dalam mengembangan dan mendesain

    pembelajaran Tematik Integratif yang telah dipaparkan para ahli, langkah

    yang dikemukakan oleh Kemendikbud lebih jelas dan rinci, sedangkan

    menurut Trianto dan Hosnan langkah yang dikemukakan singkat namun

    jelas. Sesuai dengan kebutuhan peneliti dari ketiga langkah yang cocok

    untuk mengembangkan model desain pembelajaran Tematik Integratif

    adalah langkah Kemendikbud. Langkah desain pelaksanaan

    Kemendikbud lebih memungkinkan untuk dikembangkan, dengan begitu

    guru bebas mendesain pembelajaran sesuai yang diinginkan.

  • 33

    Prinsip model pembelajaran yang baik menurut Rachmadi

    Widdiharto (2004: 3) harus memiliki 1) rasional teoritik yang logis yang

    disusun penciptanya, 2) tujuan yang hendak dicapai, 3) prosedur yang

    sistematis, 4) lingkungan belajar peserta didik. Sejalan dengan pendapat

    Rangke L Tobing (dalam Wanwan Setiawan, 2009: 27) yang berpendapat

    karakteristik model desain pembelajaran yang baik harus memiliki 1)

    prosedur yang ilmiah, 2) spesifikasi hasil belajar yang hendak dicapai, 3)

    spesifikasi lingkungan belajar, dan 4) kriteria penampilan yang

    diinginkan. Sedangkan Joyce dan Weil menjelaskan model pembelajaran

    yang baik harus memiliki aspek 1) sintaks atau prosedur, 2) sistem sosial

    atau peran guru dan siswa, 3) prinsip reaksi, 4) sistem pendukung, dan 5)

    dampak langsung dan pengiring (Joyce dan Weil, 2000: 13).

    Berdasarkan pendapat tentang karakteristik atau prinsip model

    desain pembelajaran yang baik, pendapat Rachmadi dan rangke saling

    melengkapi satu sama lain dan pendapat Joyce dan Weil lebih

    menekankan pada aspek yang ada. Sehingga sehingga dapat disimpulkan

    prinsip model desain pembelajaran yang baik harus memiliki 1) rasional

    teoritik yang logis, 2) tujuan, 3) prosedur, 4) sesuai dengan

    lingkungan,dan 5) spesifikasi hasil belajar yang diinginkan.

    2.1.4 Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan

    Model desain pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan

    adalah suatu konkretisasi teori yang dibangun berdasarkan desain

    pembelajaran Kemendikbud (2014: 17), lingkungan sebagai tema atau

    setting pembelajaran, dan pembelajaran tematik integratif yang berisi

    konstruk, tujuan dan langkah-langkah.

    Konstruk desain pembelajaran tematik integratif berbasis

    lingkungan adalah rancangan sistematis konsep pembelajaran dengan

    menggunakan lingkungan sebagai tema untuk memberikan pengalaman

    bermakna bagi peserta didik. Tujuannya yaitu memberikan pedoman

  • 34

    kepada guru dalam merancang dan mengembangkan pembelajaran

    tematik integratif berbasis lingkungan.

    Di bawah ini merupakan langkah pengembangan pembelajaran

    tematik integratif yang telah dipadukan dengan pembelajaran berbasis

    lingkungan.

    1. Memilih tema

    Pengembangan dimulai dengan memilih tema tertentu.Tema

    ditetapkan dengan diskusi sesama guru, setelah tema terpilih,

    dikembangkan sub tema dan sub-sub tema dengan memperhatikan

    kaitannya dengan mata pelajaran. Pengembangan tema menjadi sub

    tema dan sub-sub tema serta membuat pola keterkaitan akan

    membentuk jaringan tema. Pembuatan jaringan tema merupakan

    implementasi dari penerapan pembelajaran terpadu model webbed.

    Pembuatan jaringan tema melalui beberapa tahapan antara

    lain:

    a. Menentukan tema terlebih dahulu.

    Penentuan tema mengikuti prinsip penentuan tema, antara

    lain:

    1. Memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa

    2. Memperhatikan dari termudah menuju ke sulit

    3. Mulai dari yang sederhana menuju yang kompleks

    4. Mulai yang konkret menuju ke yang abstrak.

    5. Tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses

    berpikir pada diri peserta didik.

    6. Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan

    perkembangan peserta didik, termasuk minat, kebutuhan

    peserta didik, termasuk minat, kebutuhan, dan

    kemampuannya. Ruang lingkup tema yang ditetapkan

    sebaiknya tidak terlalu luas bisa dijabarkan lagi menjadi anak

    tema atau subtema yang sifatnya lebih spesifik dan lebih

    konkret, sub tema dapat lagi dijabarkan ke anak-anak tema

  • 35

    atau sub-sub tema sehingga akan lebih spesifik, terfokus dan

    lebih konkret. Anak-anak tema atau sub-sub tema tersebut

    selanjutnya dapat dikembangkan lagi menjadi suatu materi/isi

    pembelajaran yang terfokus pada sub-sub tema.

    b. Menentukan sub-sub tema

    Berdasarkan tema yang telah ditentukan, selanjutnya yaitu

    menentukan sub-sub tema. Tema dan sub tema yang telah

    ditentukan dikerucutkan menjadi sub-sub tema dengan melihat

    kebutuhan peserta didik. Sub-sub tema yang dibuat harus lebih

    spesifik dan lebih konkret dari sub tema yang dipilih. Sebagai

    contoh Peneliti mengambil Tema 4 kelas 4 Sekolah

    Dasar“Berbagai Pekerjaan” (dari Pemerintah) dapat

    dikembangkan menjadi anak tema/ Sub tema 1: Jenis-jenis

    pekerjaan (dari Pemerintah), dan dikembangkan sendiri menjadi

    anak-anak tema: (1) Tukang Ronde, (2) Tentara, (3) Pedagang

    susu, (4) karyawan pabrik, (5) Guru, (6) pengusaha.Bila

    digambarkan akan tampak seperti dibawah ini.

    Gambar 2.2 jaringan sub-sub tema

    2. Melakukan AnalisisSKL, Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar

    (KD) serta membuat Indikator

    Analisis Kurikulum (SKL, KI dan KD serta membuat indikator)

    dilakukan dengan cara sebagai berikut:

    a. Membaca semua Standar Kompetensi Lulusan, Kompetensi

    Inti, sertaKompetensi Dasar dari semua muatan pelajaran.

    Berbagai Pekerjaan

    Jenis-jenis pekerjaan

    Tukang

    Ronde

    Tentara Karyawan

    Pabrik

    Pedagang

    Susu

    Guru Pengusaha

  • 36

    b. Menganalisis Standar Kompetensi Lulusan dan Kompetensi

    Inti serta Kompetensi Dasar (SKL, KI dan KD) yang ada

    dari berbagai muatan pelajaran (Bahasa Indonesia, IPA, IPS,

    PPKn, Matematika, SBdP, dan Penjasorkes.

    c. Masing-masing Kompetensi Dasar setiap muatan pelajaran

    dibuatkan indikatornya dengan mengikuti kriteria

    pembuatan indikator.

    3. Pemetaan keterhubungan Tema ke dalam KI, KD dan Indikator

    Setelah melakukan pemetaan KI, KD dan indikator,

    selanjutnya adalah pemetaan keterhubungan tema dengan KI, KD

    dan Indikator dilakukan dengan kegiatan menganalisis

    keterhubungan sub-sub tema dengan KI, KD, dan Indikator dari

    semua mata pelajaran yang diajarkan di kelas. Analisis

    keterhubungan sub-sub tema dengan KI, KD dan Indikator dapat

    menggunakan bantuan tabel sebagai berikut:

    Tabel 2.4 Pemetaan Keterhubungan KI, KD, dan Indikator ke

    dalam Sub-sub tema

    Mata

    Pelajaran KI KD Indikator

    Sub Tema

    Sub-Sub

    Tema 1

    Sub-sub

    Tema 2 Dst.

    4. Membuat jaringan Kompetensi Dasar

    Membuat jaringan Kompetensi dasar dapat dilakukan dengan

    memetakan Kompetensi Dasar dengan Indikator. Di bawah ini

    merupakan contoh gambar pemetaan jaringan Kompetensi Dasar.

  • 37

    Gambar 2.3 pemetaan jaringan Kompetensi Dasar

    5. Penyusunan Silabus Pembelajaran Tematik

    Kurikulum 2013 silabus tematik telah disiapkan oleh

    pemerintah, guru tinggal menggunakan sebagai dasar penyusunan

    RPP. Walupun silabus telah ditetapkan oleh Pemerintah, dalam

    pengembangan silabus berbasis kompetensi terdiri dari tujuh

    langkah utama yang harus dilaksanakan antara lain:

    1) Mengkaji Kompetansi Inti dan Kompetensi Dasar

    2) Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran

    3) Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran

    4) Merumuskan Indikator

    5) Menentukan Jenis Penilaian

    6) Menentukan Alokasi Waktu

    7) Menentukan Sumber Belajar

    Tema

    Matematika

    KD (diisi KD yang

    diambildari pemerintah

    Indikator (dibuat oleh

    guru yang akan

    mengajar)

    Bahasa Indonesia

    KD (diisi KD yang

    diambildari pemerintah

    Indikator (dibuat oleh guru

    yang akan mengajar)

    PPKn

    KD (diisi KD yang

    diambildari pemerintah

    Indikator (dibuat oleh guru

    yang akan mengajar)

    Ilmu Pengetahuan Sosial

    KD (diisi KD yang

    diambildari pemerintah

    Indikator (dibuat oleh

    guru yang akan

    mengajar)

  • 38

    6. Penyusunan RPP Pembelajaran Tematilk

    Langkah mengembangkan Rencana Pelaksanaan

    Pembelajaran (RPP) Tematik Integratif Berbasis Lingkungan yaitu

    sebagai berikut:

    1. Mengkaji Silabus Tematik

    2. Mengidentifikasi Materi Pembelajaran

    Kegiatan mengidentifikasi materi pembelajaran dilakukan

    dengan mengkaji buku guru dan buku siswa untuk SD. Dalam

    mengkaji buku siswa SD guru memiliki wewenang untuk

    mengembangkan Buku Panduan Guru. Buku guru yang

    dikembangkan harus berisi hal-hal berikut ini:

    1) Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Kompetensi Inti

    (KI).

    2) Pemetaan Kompetensi Dasar (KD) 1 dan 2 serta KD 3 dan 4.

    3) Ruang lingkup pembelajaran untuk satu subtema yang terdiri

    dari 6sub-sub tema dalam 1 minggu.

    4) Pemetaan indikator pembelajaran untuk setiap pembelajaran

    5) Setiap pembelajaran berisi tentang uraian kegiatan

    pembelajaran yang mencakup:

    a) Nama kegiatan;

    b) Tujuan pembelajaran;

    c) Media dan alat pembelajaran;

    d) Langkah-langkah kegiatan; dan

    e) Penilaian.

    6) Setiap akhir pembelajaran, guru hendaknya melakukan

    kegiatan refleksi untuk melakukan kegiatan remedial dan

    pengayaan.

    Sedangkan mengkaji Buku Siswa, guru juga memiliki

    wewenang dalam mengembangkan Buku Siswa. Buku siswa

    disusun mengacu pada kurikulum berbasis kompetensi. Buku

    siswa memuat rencana pembelajaran berbasis aktivitas, dan

  • 39

    urutan pembelajaran yang dinyatakan dalam kegiatan-kegiatan

    yang harus dilakukan siswa. Buku siswa mengarahkanhal yang

    harus dilakukan siswa bersama guru untuk mencapai kompetensi

    tertentu, bukan buku yang materinya dibaca, diisi, atau dihafal.

    Buku siswa berbasis lingkungan merupakan buku panduan

    sekaligus buku aktivitas yang akan memudahkan para siswa

    terlibat aktif dalam pembelajaran dikarenakan materi yang ada

    di dalamnya mengandung unsur lingkungan disekitar peserta

    didik.Buku siswa dilengkapi dengan penjelasan lebih rinci

    tentang isi sebagaimana dituangkan dalam Buku Guru. Kegiatan

    pembelajaran yang ada di buku siswa berbasis lingkungan lebih

    menuangkancontohkegiatanyang sering ditemui siswa dalam

    kehidupan sehari-hari. Karena Peneliti mengambil contoh Sub-

    sub tema Tukang Ronde maka materi yang ada di buku siswa

    mengacu seputar Tukang Ronde. Guru juga dapat

    mengembangkan ide-ide kreatif lebih lanjut dengan

    memanfaatkan alternatif-alternatif kegiatan yang ditawarkan di

    dalam Buku Guru, atau mengembangkan ide-ide pembelajaran

    sendiri.

    3. Menentukan Tujuan

    Tujuan pembelajaran yang baik harus memenuhi unsur A,

    B, C, dan D antara lain:

    1) Audience yaitu peserta didik untuk siapa tujuan itu

    dimaksudkan. Tujuan itu kemudian mencantumkan.

    2) Behavior yaitu atau kemampuan yang harus

    didemonstarsikan

    3) Condition yaitu seperti apa perilaku atau kemampuan yang

    akan diamati.

    4) Degree yaitu keterampilan yang harus dicapai dan diukur.

    4. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran

  • 40

    Hal-hal yang diperhatikan dalam mengembangkan

    kegiatan pembelajaran adalah :.

    a. Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan

    kepada pada pendidik, khususnya guru, agar dapat

    melaksanakan proses pembelajaran secara profesional.

    b. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan

    manajerial yang dilakukan guru, agar peserta didik dapat

    melakukan kegiatan seperti dalam silabus.

    c. Kegiatan pembelajaran untuk setiap pertemuan merupakan

    skenario langkah-langkah guru dalam membuat peserta didik

    aktif belajar. Kegiatan ini diorganisasikan menjadi kegiatan:

    pendahuluan, inti, dan penutup.Pada langkah pembelajaran

    tematik integratif berbasis lingkungan langkah skenario

    sesuai dengan langkah pembelajaran tematik yang telah

    disetting Peneliti dari langkah Prabowo. Di bawah ini

    merupakan rincian langkah pembelajaran tematik integratif

    berbasis lingkungan:

    Tabel 2.5 langkah pembelajaran tematik integratif berbasis

    lingkungan

    Langkah

    Pembelajaran

    Tematik

    Langkah Kegiatan

    Pembelajaran

    Kegiatan Guru

    1. Tahap Perenca-

    naan

    a. Menentukan tema, subtema dan sub-sub

    tema

    b. Menentukan mata pelajaran yang akan

    dipelajari

    c. Menentukan Kompetensi Dasar

    d. Menentukan Indikator dan Hasil

    Belajar

    e. Menentukan materi yang akan dipelajari

    f. Menentukan manfaat

  • 41

    dari mempelajari

    materidengan

    kehidupan sehari-hari

    g. Menentukan sarana dan prasarana yang

    terlibat atau

    digunakan

    2. Langkah yang

    ditem-

    puh guru

    a. Menyampaikan konsep pendukung

    yang harus dikuasai

    siswa.

    b. Menyampaikan konsep-konsep

    pokok yang akan

    dikuasai oleh siswa.

    c. Menyampaikan keterampilan proses

    yang akan

    dikembangkan

    d. Menyampaikan manfaat mempelajari

    materi dengan

    kehidupan sehari-hari

    e. Menyampaikan hubungan/kaitan

    lingkungan dengan

    materi pembelajaran

    f. Menyampaikan pertanyaan kunci

    3. Tahap Pelaksa-

    naan

    1. Pendahuluan a. mengantarkan peserta didik kepada

    suatu permasalahan

    atau tugas yang akan

    dilakukan untuk

    mempelajari suatu

    materi

    2. Inti b. Pengolahan kelas, dimana kelas dibagi

    dalam beberapa

    kelompok.

    c. Kegiatan proses d. Kegiatan pencatat

    data

    e. Diskusi dan presentasi

  • 42

    3. Penutup f. Menyimpulkan

    4. Evaluasi a. Evaluasi proses b. Evaluasi hasil c. Evaluasi

    psikomotorik

    5. Penjabaran Jenis Penilaian.

    Penilaian pencapaian KD peserta didik dilakukan

    berdasarkan indikator.Penilaian dilakukan dengan menggunakan

    tes dan nontes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan

    kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas,

    proyek dan/ atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian

    diri. Oleh karena pada setiap pembelajaran peserta didik

    didorong untuk menghasilkan karya, maka penyajian portofolio

    merupakan cara penilaian yang harus dilakukan untuk jenjang

    pendidikan dasar dan menengah.

    Di bawah ini hal-hal yang perlu diperhatikan dalam

    merancang penilaian.

    a. Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi

    pada KD-KD yang berasal dari KI-1, KI-2, KI-3 dan KI-4.

    b. Penilaian menggunakan acuan kriteria, yaitu berdasarkan apa

    yang bisa dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses

    pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang

    terhadap kelompoknya.

    c. Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang

    berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator

    ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan KD

    yang telah dimiliki dan yangbelum, serta untuk mengetahui

    kesulitan peserta didik.

    d. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut.

    Tindak lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran

  • 43

    berikutnya, program remedi bagi peserta didik yang

    pencapaian kompetensinya di bawah ketuntasan, dan program

    pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi

    ketuntasan.

    e. Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman

    belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya,

    jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi

    lapangan maka evaluasi harus diberikan baik pada proses

    misalnya teknik wawancara, maupun produk berupa hasil

    melakukan observasi lapangan.

    6. Menentukan Alokasi Waktu

    Penentuan alokasi waktu pada setiap KD didasarkan pada

    jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mataelajaran per

    minggu dengan mempertibangkan jumlah KD, keluasan,

    kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan

    KD.Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan

    perkiraan rerata untuk menguasasi KD yang dibutuhkan oleh

    peserta didik yang beragam.Oleh karena itu, alokasi tersebut

    dirinci dan disesuaikan lagi dalam RPP.

    7. Menentukan Sumber Belajar

    Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/ atau bahan yang

    digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media

    cetak dan elektronik, nara sumber, serta lingkungan fisik, alam,

    sosial, dan budaya

    2.1.5 Hasil Belajar

    2.1.5.1 Pengertian

    Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,

    pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan

    (Suprijono, 2013: 5). Menurut Hamalik (2001: 33) hasil belajar

    dalam kelas harus dilaksanakan ke dalam situasi-situasi di luar

  • 44

    sekolah. Dengan kata lain murid dapat mentransferkan hasil belajar ke

    dalam situasi-situasi yang sesungguhnya di dalam masyarakat.

    Nasution (dalam Kunandar, 2012: 276) mengemukakan bahwa hasil

    belajar adalah suatu perubahan pada individu yang belajar tidak

    hanya mengenai pengetahuan tetapi juga membentuk kecakapan

    dan penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar. Sudjana

    (dalam Kunandar, 2012: 276) mengemukakan bahwa hasil belajar

    merupakan suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat

    pengukuran berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes

    tulis, tes lisan maupun tes perbuatan.

    Kemendikbud (2013: 33) tentang Kompetensi Inti (KI) di

    Sekolah Dasar (SD).

    a. Ranah kognitif yaitu memahami pengetahuan faktual dengan cara

    mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang

    dirinya dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di

    sekolah dan di tempat bermain.

    b. Ranah afektif yaitu memiliki perilaku disiplin, santun, peduli, jujur,

    percaya diri dan tanggung jawab dalam berinteraksi dengan

    keluarga, teman, guru dan tetangganya.

    1. Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan

    patuh terhadap peraturan.

    2. Santun adalah sikap baik dalam pergaulan dari segi bahasa

    maupun perilaku.

    3. Peduli adalah sikap seseorang dalam memberikan tanggapan

    terhadap suatu perbedaan.

    4. Jujur adalah perilaku untuk menjadikan seseorang dapat

    dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan.

    5. Percaya diri adalah kondisi mental seseorang yang memberikan

    keyakinan kuat untuk berbuat atau bertindak.

  • 45

    6. Tanggung jawab adalah sikap seseorang untuk

    melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai makhluk

    sosial, individu dan sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa.

    c. Ranah psikomotor siswa menyajikan pengetahuan faktual

    dalambahasa yang jelas sistematis dan logis dalam karya

    estetis, dalamgerakan yang mencerminkan perilaku anak sehat dan

    dalam tindakanyang mencerminkan perilaku anak beriman dan

    berakhlak mulia.

    Penulis menyimpulkan hasil belajar pada ranah psikomotor

    yangdiamati yaitu memposisikan diri sesuai dengan kelompok

    yangditentukan, menempatkan urutan gambar sesuai dengan

    urutan yanglogis dan sistematis, membentuk kerja sama yang

    baik dalammelakukan diskusi kelompok, mendorong teman

    melakukan interaksidalam kegiatan diskusi kelompok dan

    menggunakan bahasa yang baikdan benar dalam komunikasi antara

    siswa dan guru.

    Berdasarkan beberapa pendapat di atas penulis menyimpulkan

    bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan akibat dari proses

    pembelajaran yang mencakup ranah kognitif, afektif dan

    psikomotor berupa data kuantitatif maupun kualitatif

    2.1.5.2 Pengukuran Hasil Belajar Pembelajaran Tematik Integratif

    Pengukuran hasil belajar dilakukan dengan menggunakan

    penilaian autentik dimana penilaian autentik merupakan proses

    evaluasi untuk mengukur kinerja, prestasi, motivasi, dan sikap-sikap

    peserta didik pada aktivitas yang relevan dalam pembelajaran

    (Kemendikbud, 2014: 34). Penilaian autentik terdiri dari berbagai

    teknik penilaian yaitu: (1)pengukuran langsung keterampilan peserta

    didik yang berhubungan dengan hasil jangka panjang pendidikan

    seperti kesuksesan di tempat kerja. (2) penilaian atas tugas-tugas yang

    memerlukan keterlibatan yang luas dan kinerja yang kompleks. (3)

    analisis proses yang digunakan untuk menghasilkan respon peserta

  • 46

    didik atas perolehan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang ada.

    Pada penelitian ini hanya menggunakan teknik penilaian yang ke tiga

    yaitu analisis proses yang digunakan untuk menghasilkan respon

    peserta didik atas perolehan sikap, keterampilan, dan pengetahuan

    yang ada.

    Penilaian autentik memiliki beberapa jenis penilaian untuk

    mengukur hasil belajar dalam ranah afektif, kognitif dan

    psikomotorik, namun pada penelitian ini hanya menggunakan

    penilaian sikap dengan observasi, penilaian pengetahuan dengan tes

    tulis dan tes lisan serta penilaian ketrampilan dengan penilaian kinerja.

    Berikut ini adalah penjelasana dari teknik ketiga ranah tersebut.

    1. Penilaian Sikap

    Penilaian sikap ini bukan merupakan penilaian yang terpisah

    dan berdiri sendiri, namun merupakan penilaian yang

    pelaksanaannya terintegrasi dengan penilaian pengetahuan dan

    keterampilan, sehingga bersifat otentik (mengacu kepada

    pemahaman bahwa pengembangan dan penilaian KI 1 dan KI 2

    dititipkan melalui kegiatan yang didesain untuk mencapai KI 3 dan

    KI 4). Penilaian sikap yang digunakan adalah observasi. Observasi

    merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara

    berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara

    langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan format

    observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati,

    terkait dengan kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung.

    Hal ini dilakukan saat pembelajaran di kelas maupun di luar kelas..

    2. Penilaian Pengetahuan

    Aspek pengetahuan dapat dinilai dengan cara:

    a. Tes tulis

    Meski konsepsi penilaian autentik muncul dari

    ketidakpuasan terhadap tes tertulis yang lazim dilaksanakan

    pada era sebelumnya, penilaian tertulis atas hasil pembelajaran

  • 47

    tetap bisa dilakukan. Tes tertulis terdiri dari memilih atau

    mensuplai jawaban dan uraian. Memilih jawaban dan mensuplai

    jawaban. Memilih jawaban terdiri dari pilihan ganda, pilihan

    benar-salah, ya-tidak, menjodohkan, dan sebab-akibat.

    Mensuplai jawaban terdiri dari isian atau melengkapi, jawaban

    singkat atau pendek, dan uraian.

    Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta

    didik mampu mengingat, memahami, mengorganisasikan,

    menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan

    sebagainya atas materi yang sudah dipelajari. Tes tertulis

    berbentuk uraian sebisa mungkin bersifat komprehentif,

    sehingga mampu menggambarkan ranah sikap, keterampilan,

    dan pengetahuan peserta didik.

    Pada tes tertulis berbentuk esai, peserta didik

    berkesempatan memberikan jawabannya sendiri yang berbeda

    dengan teman-temannya, namun tetap terbuka memperoleh nilai

    yang sama.

    b. Tes Lisan

    Tes lisan berupa pertanyaan-pertanyaan yang diberikan

    guru secara ucap (oral) sehingga peserta didik merespon

    pertanyaan tersebut secara ucap juga, sehingga menimbulkan

    keberanian. Jawaban dapat berupa kata, frase, kalimat maupun

    paragraf yang diucapkan.

    3. Penilaian Keterampilan

    Aspek keterampilan dapat dinilai dengan cara penilaian

    Kinerja. Penilaian kinerja adalah suatu penilaian yang meminta

    siswa untuk melakukan suatu tugas pada situasi yang sesungguhnya

    yang mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang

    dibutuhkan. Misalnya tugas memainkan alat musik, menggunakan

    mikroskop, menyanyi, bermain peran, menari.

  • 48

    2.1.6 Model Pengembangan Desain pembelajaran tematik integratif

    Berbasis Lingkungan

    Dalam penelitian pengembangan dikenal salah satu model

    pengembangan yaitu model ADDIE. Model pengembangan ADDIE

    merupakan model desain pembelajaran yang berlandasan pada

    pendekatan sistem yang efektif dan efisien serta prosesnya yang

    bersifat interaktif yakni hasil evaluasi setiap fase dapat membawa

    pengembangan pembelajaran ke fase selanjutnya. Hasil akhir dari

    suatu fase merupakan produk awal bagi fase berikutnya. Model ini

    terdiri atas 5 fase atau tahap utama yaitu 1) Analyze (Analisis), 2)

    Design (Desain), 3) Develop (Pengembangan), 4) Implement

    (Implementasi), 5) Evaluate (Evaluasi) (Reyzal Ibrahim, 2011).

    Gambar 2.4 Tahap-tahap Model Pengembangan ADDIE

    Tahapan-tahapan model ADDIE menurut Chaeruman (2008)

    adalah sebagai berikut :

    a. Tahap analisis: suatu proses mendefinisikan apa yang akan

    dipelajari oleh peserta belajar. Maka untuk mengetahui atau

    menentukan apa yang harus dipelajari, kita harus melakukan

    beberapa kegiatan, diantaranya adalah melakukan needs

    assessment(analisis kebutuhan), mengidentifikasi masalah

    (kebutuhan), dan melakukan analisis tugas (task analysis). Oleh

  • 49

    karena itu, output yang akan kita hasilkan adalah berupa

    karakteristik atau profil calon peserta belajar, identifikasi

    kesenjangan, identifikasi kebutuhan dan analisis tugas yang rinci

    didasarkan atas kebutuhan.

    b. Tahap desain: tahap ini dikenal juga dengan istilah membuat

    rancangan. ibarat bangunan, maka sebelum dibangun gambar

    rancang bangun (blue-print) diatas kertas harus ada terlebih

    dahulu. Apa yang kita lakukan dalam tahap desain ini?

    Pertama kita merumuskan tujuan pembelajaran. Selanjutnya

    menyusun tes, dimana tes tersebut harus didasarkan pada tujuan

    pembelajaran yag telah dirumuskan tadi. Kemudian menentukan

    strategi pembelajaran yang tepat harusnya seperti apa untuk

    mencapai tujuan tersebut. Dalam hal ini ada banyak pilihan

    kombinasi metode dan media yang dapat kita pilih dan tentukan

    yang paling relevan. Disamping itu, pertimbangkan pula sumber-

    sumber pendukung lain, misalnya sumber belajar yang relevan,

    lingkungan belajar yang seperti apa seharusnya.

    c. Tahap pengembangan: pengembangan adalah proses mewujudkan

    blue-print atau desain tadi menjadi kenyataan. Jika dalam

    desain diperlukan suatu perangkat lunak berupa multimedia

    pembelajaran, maka multimedia tersebut harus dikembangkan,

    atau diperlukan modul cetak, maka modul tersebut perlu

    dikembangkan. Begitu pula halnya dengan lingkungan belajar

    lain yang akan mendukung proses pembelajaran semuanya

    harus disiapkan dalam tahap ini. Satu langkah penting dalam

    tahap pengembangan adalah uji coba sebelum

    diimplementasikan. Tahap uji coba ini memang merupakan

    bagian dari salah satu langkah ADDIE, yaitu evaluasi. Lebih

    tepatnya evaluasi formatif, karena hasilnya digunakan untuk

    memperbaiki sistem pembelajaran yang dikembangkan.

  • 50

    d. Tahap implementasi: langkah nyata untuk menerapkan sistem

    pembelajaran yang sedang kita buat. Artinya, pada tahap ini

    semua yang telah dikembangkan diset sedemikian rupa sesuai

    dengan peran atau fungsinya agar bisa diimplementasikan.

    Misalnya, jika memerlukan perangkat lunak tertentu maka

    perangkat lunak tersebut harus sudah diinstal. Jika penataan

    lingkungan harus tertentu, maka lingkungan dibuat tertentu dan

    juga harus ditata. Barulah diimplementasikan sesuai skenario atau

    desain awal.

    e. Tahap evaluasi: evaluasi adalah proses untuk melihat apakah

    sistem pembelajaran yang sedang dibangun berhasil, sesuai dengan

    harapan awal atau tidak. Sebenarnya tahap evaluasi bisa terjadi

    pada setiap empat tahap di atas. Evaluasi yang terjadi pada setiap

    empat tahap diatas itu dinamakan evaluasi formatif, karena

    tujuannya untuk kebutuhan revisi. Misalnya, pada tahap

    rancangan, mungkin kita memerlukan salah satu bentuk evaluasi

    formatif misalnya review ahli untuk memberikan input terhadap

    rancangan yang sedang kita buat. Pada tahap pengembangan,

    mungkin perlu uji coba dari produk yang kita kembangkan atau

    mungkin perlu evaluasi kelompok kecil.

    Berdasarkan pemaparan tentang ADDIE Model, model untuk

    mengembangan model desain pembelajaran tematik integratif berbasis

    lingkungan dapat menggunakan ADDIE model karena lebih praktis dan

    sesuai dengan langkah pengembangan model yang digunakan.

    2.2 Hasil Penelitian yang Relevan

    Beberapa hasil penelitian yang mendukung berhasilnya

    pembelajaran tematik integratif yaitu:

    1. Penelitian Asep Herry Hermawan (2015) dengan judul

    “Pengembangan Model Pembelajaran Tematik di Kelas Awal Sekolah

    Dasar”. Hasil menunjukan guru memberikan respon positif. Hasil

  • 51

    tersebut menyatakan bahwa model layak digunakan dalam

    pembelajaran. Pada penelitian asep hanya mengembangkan langkah-

    langkah dan belum menyesuaikan dengan lingkungan peserta didik.

    pada penelitian ini juga mengerucutkan pembelajaran menjadi konkret

    namun kurang memperhatikan lingkungan sekitar peserta didik.

    sehingga hal tersebut menjadikan pengembangan model desain

    pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan menjadi suatu

    kebaruan.

    2. Penelitian Isniatun Munawaroh (2014) dengan judul “Pengembangan

    Model Pembelajaran Tematik untuk Mengembangkan Keterampilan

    Berpikir Kritis siswa SD Kelas Rendah”. Hasil validasi menunjukan

    model cukup valid dengan tingkat presentase 95%, dilihat dari kenaikan

    skor nilai pre-test terhadap skor nilai post-test. Hasil tersebut

    menyatakan bahwa model pembelajaran tematik telah valid dan layak

    digunakan dalam pembelajaran. Pada penelitian dan pengembangan

    model desain pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan

    selain mengembangkan model desain yang sesuai lingkungan peserta

    didik juga mengembangkan materi yang menjadikan anak perpikir kritis

    dan aktif dalam pembelajaran. Sehingga pengembangan model desain

    pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan memberikan

    tambahan pengetahuan dalam pengembangan model desain

    pembelajaran tematik integratif yang lain.

    3. Penelitian Jamaluddin (2015) dengan judul “Pengembangan Model

    Pembelajaran Tematik Terpadu Kontekstual bagi Anak Usia Dini di

    Taman Kanak-Kanak Kelompok B”. Hasil menunjukan tingkat

    keefektifan mencapai presentase ≥90% dan guru memberikan respon

    yang positif. Hasil tersebut menyatakan bahwa model pembelajaran

    tematik layak digunakan dalam pembelajaran.Pada penelitian ini hanya

    mengembangkan langkah-langkah desain pembelajaran dan melihat

    respon guru dan siswa dengan menggunakan angket dan lembar

    observasi tanpa mengetahui apakah kompetensi hasil belajar

  • 52

    menggunkan model pembelajaran yang dikembangkan lebih tinggi dari

    kelas pembanding atau dari Pemerintah. Sehingga hal tersebut yang

    membedakan penelitian ini dengan pengembangan model desain

    pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan. Pada penelitian

    dan pengembangan model desain pembelajaran tematik integratif

    berbasis lingkungan dilakukan Uji T untuk mengetahui apakah

    kompetensi hasil belajar menggunkan model yang dikembangkan lebih

    tinggi daripada Pemerintah.

    4. Penelitian Fatchurrohman (2015) dengan judul “Pengembangan Model

    Pembelajaran Tematik Integratif Eksternal dan Internal di Madrasah

    Ibtidaiyah. Hasil menunjukan guru nyaman dan cocok terhadap model

    yang dikembangkan dan hasil evaluasi yang baik. Sehingga hasil

    tersebut menyatakan bahwa model pembelajaran tematik layak

    digunakan dalam pembelajaran. Pada penelitian ini juga hanya

    mengembangkan langkah-langkah dan menggunakan angket respon

    siswa serta lembar observasi guru tanpa melihat apakah model yang

    dikembangkan lebih unggul dari yang sebelumnya. Sehingga

    pengembangan model desain pembelajaran tematik integratif berbasis

    lingkungan memberikan sumbangan dalam mengembangkan langkah-

    langkah juga memberikan pengetahuan dalam melihat apakah model

    yang dikembangkan lebih unggul atau tidak. Sehingga penelitian dan

    pengembangan model desain pembelajaran tematik integratif berbasis

    lingkungan menjadi suatu kebaruan.

    2.3 Kerangka Berpikir

    Upaya peningkatan kualitas pendidikan menjadi tugas dan tangung

    jawab seorang guru. Karena guru yang berhadapan langsung untuk

    membina para siswa di sekolah dalam proses kegiatan belajar mengajar.

    Keberhasilan kegiatan pembelajaran akan sangat dipengaruhi oleh

    bagaimana seorang guru dapat merencanakan atau mendesain program

    pengajaran, mengolah informasi yang relevan menjadi materi diklat,

  • 53

    menjabarkan program yang disusun menjadi tujuan pembelajaran,

    menyampaikan materi dalam bentuk kegiatan belajar mengajar, dan

    mengevaluasi hasil kegiatan instruksional diklat tersebut. Hal tersebut tidak

    terlepas dari model pembelajaran yang digunakan oleh seorang guru. Pada

    penelitian ini akan dibuat pengembangan model desain pembelajaran

    tematik integratif berbasis lingkungan yang akan diterapkan di kelas 4

    Sekolah Dasar.

    Model desain pembelajaran tematik integratif bebasis lingkungan ini

    selain mengembangkan materi berdasarkan lingkungan sekitar peserta didik

    juga menambahkan sub-sub tema sebagai pengganti pembelajaran 1 sampai

    6 dengan maksud menjadikan pembelajaran lebih terfokus, spesifik dan

    lebih konkret. Sub-sub tema yang ditambahkan sama sekali tidak merubah

    tema maupun subtema yang telah ditetapkan pemerintah namun peneliti

    merubah pembelajaran 1 samapi 6 yang belum spesifik dan masih abstrak

    menjadi lebih spesifik dan konkret. Model desain pembelajaran tematik

    integratif berbasis lingkungan selain mengetahui cara pengembangan model

    juga untuk mengetahui terdapat perbedaan atau tidak dalam penerapan

    model desain pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan dengan

    model desain pembelajaran tematik integratif dari Permendikbud.

    Penelitian ini dilatar belakangi dari permasalahan yang telah

    dipaparkan di Bab I. Jika diringkas pokok latar belakang dari penelitian ini

    adalah guru tidak bebas dalam merancang PBM, ketidak sesuaian materi

    pelajaran yang terdapat di buku siswa dengan kondisi lingkungan belajar

    siswa dan kurang kebermaknaannya tema dan sub tema yang menyebabkan

    kegagalan dalam implementasi Kurikulum 2013. Kemudian disusunlah

    model desain pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan dengan

    memperhatikan komponen pembelajaran antara lain tujuan pembelajaran,

    materi pembelajaran, strategi pembelajaran, sumber permbelajaran, dan

    evaluasi. Tujuan Pembelajaran yang ingin dicapai yaitu selain memberikan

    kompetensi kepada peserta didik juga memberikan pengalaman langsung

    kepada siswa untuk digunaan dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran

  • 54

    yang didesain yaitu disesuaikan dengan lingkungan peserta didik atau

    berbasis lingkungan. Dengan spesifikasi pembelajaran yang didesain antara

    lain materi berdasarkan lingkungan sekitar siswa, belajar menjadi lebih

    aktif, adanya pemfokusan tema dengan adanya sub-subtema agar

    pembelajaran lebih konkret dan spesifik, dan mengguankan pengalaman

    siswa dalam belajar. Dari pembelajaran yang didesain jika

    diimplementasikan akan berdampak pada kompetensi hasil belajar peserta

    didik.

    Berdasarkan latar belakang dan kajian teori yang sudah diuraikan

    kemudian ide untuk mengembangkan model desain pembelajaran muncul,

    berikut adalah bagan yg menggambarkan kerangka berfikir penelitian ini :

    Gambar 2.5 Kerangka berpikir Model Desain Pembelajaran Tematik

    Integratif Berbasis Lingkungan

    1. Guru tidak bebas dalam merancang PBM

    2. Ketidak sesuaian materi pelajaran yang terdapat di

    buku siswa dengan kondisi

    lingkungan belajar siswa

    3. Kurang kebermaknaan tema

    dan sub tema.

    Komponen pembelajaran

    1. Tujuan pembelajaran

    2. Materi Pembelajaran

    3. Strategi Pembelajaran

    4. Sumber Permbelajaran

    5. Evaluasi

    Tujuan Pembelajaran

    Memberikan

    kompetensi dan

    pengalaman langsung

    kepada siswa untuk

    digunaan dalam

    kehidupan sehari-hari

    Pembelajaran berbasis lingkungan

    1. Materi berdasarkan lingkungan sekitar siswa 2. Belajar aktif 3. Adanya pemfokusan tema dengan adanya sub-subtema agar

    pembelajaran lebih konkret dan spesifik

    4. Mengguankan pengalaman siswa dalam belajar

    Kompetensi

    hasil belajar

    siswa

  • 55

    2.4 Model Hipotetik

    Dalam mencapai tujuan tertentu maka harus melewati suatu prosedur

    atau langkah-langkah tertentu. Langkah-langkah Desain pembelajaran

    Tematik Integratif berbasis lingkungan yang pertama adalah memilih tema.

    Pada tahap memilih tema dilakukan pengembangan sub-sub tema yang

    dipadukan dengan lingkungan sekitar sehingga sub-sub tema yang

    dikembangkan sesuai dengan lingkungan peserta didik. Pada tahap

    mengembangkan sub-sub tema dihasilkan produk berupa jaringan sub-sub

    tema. Langkah kedua melakukan analisis SKL, KI, KD dan membuat

    Indikator menghasilkan produk berupa tabel analisis SKL, KI, KD dan

    membuat Indikator. Langkah ketiga membuat hubungan pemetaan antara KD

    dan indikator menghasilkan tabel keterhubungan KD dan indikator. Langkah

    keempat membuat jaringan KD. Pada tahap ini selain mengembangkan

    jaringan KD juga mengembangkan jaringan indikator yang akhirnya

    menghasilkan produk jaringan KD dan Indikator. Langkah kelima yaitu

    menyusun silabus yang menghasilkan silabus, dan langkah terakhir menyusun

    RPP yang menghasilkan RPP. Pada langkah penyusunan RPP terdapat tahap

    untuk mengembangkan materi, sehingga perlu dilakukan pengembangan

    materi. Materi yang dikembangkan disusun dalam Buku Guru dan Buku

    Siswa sehingga perlu melakukan penyusunan Buku Guru dan Buku siswa.

    Tujuan Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif berbasis

    lingkungan adalah sebagai pedoman bagi guru dalam merancang dan

    mengembangkan pembelajaran Tematik Integratif berbasis lingkungan yang

    digunakan guru untuk melaksanakan pembelajaran sehingga berdampak pada

    kompetensi Hasil Belajar.

    Berdasarkan diskripsi di atas model desain pembelajaran Tematik

    Integratif berbasis lingkungan diwujudkan dalam gambar 2.6 berikut.

  • 56

    Gambar 2.6 Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif

    Berbasis Lingkungan

    Kompetensi Hasil Belajar

    Mengembangkan

    sub-sub tema

    Melakukan analisis

    SKL, KI, KD dan

    membuat indikator

    Membuat hubungan

    pemetaan antara KD

    dan indikator dengan

    tema

    Membuat jaringan KD

    Menyusun silabus

    Menyusun RPP

    Jaringan sub-sub tema

    Tabel analisis SKL,

    KI, KD dan membuat

    indikator

    Tabel keterhubungan

    KD dan indikator

    dengan sub-sub tema

    Jaringan KD dan indikator

    Silabus

    RPP

    Menyusun Buku Guru

    Menyusun Buku Siswa

    Buku Guru

    Buku Siswa

    pedoman bagi guru dalam merancang dan

    mengembangkan pembelajaran Tematik Integratif

    berbasis lingkungan

    Memilih Tema Lingkungan