BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/39890/3/BAB II.pdf · Critical Path Method) yang ditulis...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/39890/3/BAB II.pdf · Critical Path Method) yang ditulis...
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu berguna sebagai panduan pada penelitian skripsi.
Penelitian terdahulu dijadikan sebagai tolak ukur peneliti untuk menulis dan
menganalisi suatu penelitian. Tujuan penelitian terdahulu mengetahui langkah
penulis salah atau benar. Penulis telah melakukan berbagai pencarian refrensi
dengan menggunakan berbagai metode yaitu metode Critical Path Method
(CPM), Program Evaluation And Review Technique (PERT) dengan
menggunakan variabel waktu dan biaya.
1. Penjadwalan proyek menggunakan metode CPM dengan variabel waktu
Penjadwalan proyek memiliki berbagai refrensi yang digunakan
sebagai acuhan dalam proses pembangunan proyek guna mengurangi
tingkat keterlambatan. Penjadwalan proyek dengan menggunakan metode
CPM (Critical Path Method) yang ditulis oleh Aulady dan Orleans (2016),
tujuan yang diangkat untuk mengetahui permasalahan keterambatan pada
proses pembangunan pada proyek apartemen Menara Rungkut. Hasil yang
didapatkan pada penelitian ini berupa perbandingan yang dilakukan pada
metode CPM (Critical Path Method) dengan CCPM ( Critical Chain Path
Method), penggunaan metode CPM didapatkan hasil yang lebih besar
berupa 169 hari sedangkan pada metode CCPM didapatkan hasil yang lebih
kecil sekitar 121 hari, hal ini menunjukkan bahwa penggunaan metode yang
berbeda mempengaruhi tingkat keterlambatan proyek.
8
9
Penggunaan metode CPM selanjutnya pernah dilakukan oleh peneliti
bernama El Unas et al. (2014) yang memiliki tujuan menyelesaikan proyek
dalam kondisi terlambat dan mengejar aktifitas keterlambatan yang
seharusnya sudah dikerjakan. Hasil yang didapatkan ternyata terdapat pada
jalur kritis yang mengalami keterlambatan total sehingga keterlambatan
yang terjadi pada jalur kritis sangat berakibat fatal pada penjadwalan
proyek. Penjadwalan pada penggunaan metode CPM terjadi selama 282 hari
sedangkan mengalami keterlambatan pada jalur kritis yang sulit di perbaiki
menyebabkan penjadwalan mundur menjadi sekitar 298 hari.
Di zaman globalisasi ini penjadwalan proyek juga dikembangkan
dengan berbagai aplikasi computer yang digunakan untuk mempermudah
jalannya proyek, penelitian yang ditulis oleh Chong et al. (2011) bertujuan
membantu para pemimpin dalam hal pembangunan proyek dalam
pengembangan proyek terstandarisasi dengan dibantu oleh perangkat lunak.
Hasil yang diketahui berupa memastikan terstandarsasi proyek
pengembangan tersebut sesuai target proyek, selain itu efek samping pada
penggunaan alat ini bisa mempengaruhi kinerja organisasi di awalnya, dan
penggunaan strategi baru jika terjadi hal yang tidak diinginkan.
Pertanian di Indonesia sangatlah besar sehingga penjadwalan pada
bidang pertanian sangatlah berpengaruh misalnya saja penelitian yang
dilakukan oleh Monjezi et al. (2012) yang bertujuan untuk meningkatkan
penjadwalan proyek dalam sistem pertanian. Hasil yang didapatkan berupa
10
peningkatan pada pengoptimalan waktu pembangunan proyek pertanian,
selain itu untuk menyesuaikan kembali proyek dengan kondisi yang baru.
Pembanguan proyek yang dilakukan berbagai negara memicu peneliti
untuk membuat sesuatu yang baru seperti yang dikutip Shrimall Vyas
(2013) yang bertujuan membuat proyek selesai pada waktunya, anggaran
yang di anggarkan, dan proyek tersebut harus memenuhi kualitas
pembangunan. Hasil yang didapatkan berupa dampak perubahan waktu
pada total biaya yang dikeluarkan selain itu kualitas proyek dapat diketahui
dari keterlambatan kerja yang terjadi.
2. Penjadwalan Proyek dengan mengguanakan metode CPM diikuti variabel
waktu dan biaya
Penjadwalan proyek memiliki hal terpenting, variabel yang biasanya
diberikan berupa waktu dan biaya pembangunan. Waktu dan biaya memiliki
nilai terpenting dalam pembangunan proyek dan salah satu diantara mereka
tidak bisa saling memisahkan. Seperti penelitian pertama oleh Narowi dan
Prostiana (2016) yang bertujuan mengetahui penjadwalan penyelesai
proyek secara optimal. Hasil yang di dapatkan berupa penggunaan waktu
tanpa menggunakan metode CPM didapatkan selama 62 hari dengan
anggaran dana sebanyak Rp. 182.999.175 sedangkan penjadwalan
menggunakan metode CPM dihasilkan lebih sedikit dengan selisih sekitar 6
hari yaitu sebanyak 56 hari dengan jumlah anggaran sebanyak Rp.
165.289.557. Dengan ini diketahui perbedaan dengan menggunakan metode
11
CPM atau tidak. Selain itu perbedaan waktu selama 1 minggu
mempengaruhi biaya sekitar Rp. 16.000.000.
Pembangunan gedung sudah menjadi hal yang biasa dalam
pengembangan suatu negara. Selain itu, pembangunan proyek dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan pada masyarakat. Seperti penlitian yang
dilakukan oleh Imawo (2016) yang memiliki tujuan untuk mengetahui hasil
dari penerapan metode CPM dalam penjadwalan pada pembanggunan
proyek. Hasil yng didapatkan dalam penelitian tersebut adalah untuk
mengetahui tingkat kecepatan pada kinerja tanah dan stukrtural, selain itu
digunakan untuk megetahui jalur kritis pada penjadwalan proyek tersebut.
Jika mengetahui hal-hal tersebut dapat diketahui bahwa penjadwalan proyek
sangatlah berperan penting dalam penjadwalan proyek selain itu biaya
menjadi pemicu awal penjadwalan proyek tersebut berjalan dengan lancar.
Semakin banyaknya lembaga pemerintahan yang didirikan oleh
pemerintahan membuat pemerinah harus mendirikan bangunan atau gedung
sebagai kantor lembaga tersebut seperti penelitian oleh Syahruni dan
Risnawati (2015) yang memiliki tujuan untuk mengetahui penjadwalan
proyek pada pembangunan gedung BPJS di Sulawesi Selatan. Hasil yang
didapatkan berupa hasil pembangunan yang dilakukan selama 235 hari
dengan probabiliti 90,13 % dengan biaya yang didapatkan sebesar Rp.
3.769.261.616. Dengan diketahui pembangunan menggunakan metode
CPM memberikan informasi mengenai anggaran pembangunan proyek
BPJS Sulawesi Selatan.
12
Beberapa jurnal yang telah dijelaskan diatas merupakan hasil penelitian
terdahulu yang dijadikan refrensi oleh penulisan. Dari berbagai jurnal yang
telah dijelaskan diatas dapat ditarik kesimpulan, bahwa penelitian yang
dilakukan guna untuk menentukan waktu dan biaya yang lebih rendah dengan
menggunakan metode CPM (Critical Path Method). Dengan adanya beberapa
jurnal yang telah dijadikan sebagai refrensi, dapat diketahui persamaan dan
perbedaan dalam beberapa jurnal.
Perbedaan yang terdapat dari beberapa jurnal dan penelitian adalah
peneliti melakukan perbandingan antara penjadwalan tanpa menggunakan
metode dengan penggunaan metode CPM. Dengan perbandingan ini akan
diketahui tingkat perbedaan dalam melakukan kegiatan tersebut.
Persamaan yang dapat diangkat dalam penelitian ini dengan penelitian
terdahulu berupa kesamaan menggunakan metode CPM dan permasalahan
berupa pengoptimalan jangka waktu dan meminimalkan biaya pada
pembangunan. Selain itu persamaan yang cukup tampak pada perbedaan waktu
keterlambatan yang tipis dengan penelitian terdahulu sehingga kemungkinan
besar hasil yang didapatkan hampir sama dengan penelitian yang dilakukan di
penelitian terdahulu.
B. Teori dan Kajian Pustaka
1. Penjadwalan
Kegiatan yang dilakukan setiap hari memiliki beberapa hal yang harus
dijadwal sesuai keinginan pemilik. Seperti penjadwalan yang dijelaskan
13
oleh Heizer dan Render (2016) kumpulan kegiatan yang di atur sesuai
kegiatan yang dimulai pertama sampai akhir dengan bantuan sistem
komputer dalam pengerjaannya. Penjadwalan mengunakan sistem ini
memberikan kecepatan dalam hal penentuan jadwal yang tepat tanpa terjadi
masalah.
Penjadwalan memiliki arti penting dalam proses perkembangan dunia
bisnis. Penjadwalan memiliki dua tugas yang harus di perhatikan menurut
Prawirosentono (2007) yang meliputi memutuskan proses yang harus
berjalan dengan adanya penggunaan system computer dapat menentukan
penjadwalan yang paling mungkin di dahulukan. Tugas selanjutnya berupa
meutuskan kapan dan jangka waktu proses kegiatan, kegiatan yang menjadi
kunci utama dalam penjadwalan. Jangka waktu ini mengalami banyak
permasalahan pada semua proses penjadwalan yang terkadang mengalami
keterlambatan.
Penjadwalan memiliki beberapa tujuan penting yang harus di jadikan
tolak ukur dalam setiap kegiatan. Penjadwalan berguna untuk menentukan
alur kegiatan yang ada, dan untuk mengurangi tingkat pengganguran dalam
kegiatan agar tidak terdapat waktu yang terbuang. Penjadwalan memiliki
acuhan yang berguna dalam hal berbagai kegiatan bisnis yang dilakukan.
2. Penjadawalan proyek
Penjadwalan proyek meliputi pengurutan dan pembagian waktu untuk
seluruh kegiatan proyek. Pada penjadwalan orang, uang, dan bahan
dihubungkan untuk kegiatan khusus dan menghubungkan masing-masing
14
kegiatan satu dengan yang lainnya. Penjadwalan merupakan suatu fase yang
menerjemahkan suatu perencanaan kedalam suatu diagram-diagram yang
sesuai dengan skala waktu. Penjadwalan menentukan kapan aktivitas-
aktivitas itu dimulai, ditunda, dan diselesaikan. Penjadwalan proyek
meliputi pengurutan dan pembagian waktu untuk seluruh kegiatan proyek.
Pada tahap ini manajer memutuskan berapa lama tiap kegiatan memerlukan
waktu penyelesaian dan menghitung berapa banyak orang yang diperlukan
pada tiap tahap produksi (Heizer & Render, 2016).
Keberhasilan suatu proyek didasari oleh hal-hal penting yang harus di
terapkan oleh perusahaan agar tidak terjadi keterlambatan pada
pembangunan. Terdapat berbagai faktor yang harus dipertimbangkan
menurut Mahendra Sultan Syah (2004) dalam membuat jadwal pelaksanaan
proyek ;
a. Kebutuhan dan fungsi proyek tersebut.
Kebutuhan proyek dilihat dari proses pembangunan yang digunakan,
jika pembangunan yang digunakan membutuhkan bahan baku dalan alat
yang digunakan maka harus dipenuhi. Dengan adanya pembangunan
proyek tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengguna
dengan durasi jangka waktu bangunan tersebut.
b. Keterkaitan dengan proyek berikutnya atau pun kelanjutan proyek
sebelumnya.
Pelaksanaan pejadwalan sangat diperlukan untuk mengatur jadwal
proyek sebelum dikerjakan dan sesudah dikerjakan, agar tidak
15
mengalami bentrok atau kesulitan yang dialami oleh perusahaan itu
sendiri. Kegiatan ini guna mengetahui kegiatan mana yang lebih penting
dan lebih cepat dilaksanakan dalam menyusun jadwal kegiatan
c. Alasan sosial politik.
Pengaruh bidang social politik menjadi pengaruh dalam pembangunan.
Seperti dalam segi politik, di setiap pembangunan yang memerlukan izin
yang memiliki proses yang sedikit lama. Sedangkan dari segi sosial
berpengaruh terdahap lingkungan masyarakat sekitar yang harus
memiliki persetujuan langsung dari masyarakat di wilayah
pembangunan.
d. Kondisi alam dan lokasi proyek.
Pengecekan kondisi alam dan lokasi harus dilakukan pertama saat
merencanakan pembangunan. Kondisi alam lokasi bisa mempengaruhi
penjadwalan pada proyek tersebut. Selain itu lokasi harus di perkirakan
apakah strategis dengan perencanaan pembangunan yang diinginkan
atau tidak.
e. Keterjangkauan proyek ditinjau dari fasilitas perhubungannya.
Hal yang berpengaruh pada tingkat pembangunan proyek, dengan
menggunakan fasilitas penunjang yang lebih modern akan mempercepat
proses pembangunan pada proyek tersebut.
f. Ketersediaan dan keterkaitan sumber daya material, peralatan dan
material perlengkapan lainnya yang menunjang terwujudnya proyek
tersebut.
16
Ketersediaan bahan baku harus benar-benar direncanakan dengan baik
agar tidak mengalami masalah ditengah-tengah pekerjaan yang sering
terjadi pada berbagai pihak karena stock bahan baku yag habis. Oleh
karena itu perincian bahan baku harus benar-benar dijelaskan dan di atur
dengan baik, agar tidak mengalami stock menipis atau kehabisan stock.
g. Kapasitas / daya tampung area kerja proyek terhadap sumber daya yang
dipergunakan selama operasional pelaksanaan berlangsung.
Perencanaan kapasitas harus didiskusikan agar mengetahui kapasitas
dan dijaring terlebih dahulu barang yang harus digunakan ataupun tidak,
agar tidak terjadi kebanyakan kapasitas yang menyebabkan
pembengkakan biaya produksi. Pembengkakan biaya yang sering terjadi
karena memiliki banyak sisa-sisa bahan baku yang tidak terstruktur
dengan baik.
Dengan adanya berbagai faktor yang dipertimbangkan, proyek yang
dibuat harus segera dilaksanakan oleh kontraktor sebagai pemenang tender
tersebut. Proyek yang dilaksanakan harus sesuai dengan kontrak yang ada,
selain itu jika terjadi keterlambatan karena faktor alam bisa diminimalisir
sekecil mungkin.
Salah satu metode penjadwalan pekerjaan untuk proyek khusus adalah
dengan menggunakan diagram Gantt (Gantt Charts) yang diberi nama
sesuai dengan nama penemunya Henry Gantt. Gantt Charts
menggambarkan perkiraan waktu untuk setiap pekerjaan dalam proses
produksi (Madura, 2007:533). Gannt Chart digunakan untuk penjadwalan
17
sumber daya dan alokasi waktu. Gannt chart banyak digunakan dan sangat
popular di kalangan para manajer karena sederhana dan mudah dibaca.
Gannt chart memiliki beberapa karakteristik seperti berikut ;
a. Gannt chart dikenal sebagai alat fundamental dan mudah diterapkan oleh
para manajer proyek untuk memungkinkan seseorang melihat dengan
mudah waktu dimulai dan selesainya tugas-tugas dan sub bagian tugas
dari proyek
b. Semakin banyak tugas dalam proyek dan semakin penting urutan antara
tugas, maka semakin besar kecenderungan dan keinginan untuk
memodifikasi gannt charts
c. Gannt chart membantu menjawab pertanyaan saat melihat kesempatan-
kesempatan untuk membuat perubahan terlebih dahulu terhadap
kebutuhan
Dalam penentuan Gannt Charts, langkah-langkah yang harus
ditentukan dalam membuat kegiatan ini (Madura, 2007) dijelaskan sebagai
berikut :
a. Memecahkan proyek menjadi sejumlah kegiatan yang jadwal
pelaksanaannya akan ditentukan. Pemecahan proyek dalam kegiatan
diperlukan guna mengetahui rincian kegiatan yang dilakukan.
b. Menentukan perkiraan waktu permulaan dan akhir bagi pelaksanaan
masing-masing kegiatan. Penentuan waktu digunakan untuk
perhitungan guna mempercepat kegiatan.
18
c. Menggambarkan diagram yang mewakili masing-masing kegiatan. Hal
ini agar dapat diperhitungkan kegiatan yang harus dikerjakan berurutan.
Hubungan kegiatan membantu proyek agar proyek berjalan lebih cepat.
Sumber : Aribisala (2017)
Gambar 2.1 Gannt Chart
3. Metode Penjadwalan Proyek
Metode Penjadwalan proyek memiliki beberapa jenis proyek yang
terus dikembangkan dari waktu kewaktu untuk membantu manusia dalam
pembangunan proyek yang dilakukan, berikut jenis penjadwalan proyek
dibagi menjadi 5 jenis menurut (Hansen, 2017) :
a. Bar Chart (Diagram Batang)
Bar Chart atau diagram batang diperkenalkan oleh Hendri Lawrence
Gannt pada tahun 1917. Metode ini bertujuan mengidentifikasikan unsur
waktu dan urutan untuk merencanakan suatu kegiatan, yang terdiri dari
waktu mulai, waktu selesai, dan waktu pelaporan. Hingga kini metode
ini masih banyak digunakan karena mudah dilakukan dan dipahami
19
sehingga sangat berguna sebagai alat komunikasi dalam
penyelenggaraan proyek.
b. Program Evaluation and Review Technique (PERT)
Metode PERT dikembangkan oleh Navy Spesial Project Office pada
tahun 1957. Metode ini bertujuan untuk sebanyak mungkin mengurangi
penundaan, termasuk gangguan atau konflik suatu jadwal. PERT pada
prinsipnya adalah hubungan ketergantungan antara bagian-bagian
kegiatan yang digambarkan dalam bentuk diagram network. Dengan
demikian dapat diketahui bagian-bagian kegiatan mana yang harus
didahulukan dan kegiatan mana yang menunggu selesainya pekerjaan.
Kelemahan metode ini terletak pada cara pembacaan. Tidak semua level
manajemen dapat membaca dan mengetahui kegiatan mana yang
memerlukan perhatian penuh agar proyek dapat berjalan sesuai dengan
rencana.
c. Critical Path Method (CPM)
Pada tahun 1958, perusahaan bahan-bahan kimia Du Pon Company
menemukan metode Critical Path Method (CPM) untuk memecahkan
kesulitan-kesulitan dalam proses fabrikasi. Pada dasarnya metode ini
mirip dengan metode PERT. Perbedaan mendasarnya terletak dalam
penentuan perkiraan waktu. CPM dapat memperkirakan waktu yang
dibutuhkan untuk melaksanakan setiap kegiatan dan dapat menentukan
prioritas kegiatan yang harus mendapat pengawasan cermat agar semua
20
kegiatan selesai sesuai rencana. Dengan kata lain, metode ini
memungkinkan terbentuknya suatu jalur atau lintasan kritis.
d. Presendent Diagram Method (PDM)
Metode Preseden Diagram (PDM) diperkenalkan oleh J.W Fondahl dari
Universitas Stanford USA pada awal dekade 60-an. PDM adalah
jaringan kerja yang umumnya berbentuk segi empat, sedangkan anak
panahnya hanya sebagai petunjuk kegiatan-kegiatan yang bersangkutan.
Dengan demikian dummy pada PDM tidak diperlukan.
e. Penjadwalan dengan system komputasi
Salah satu keunggulan yang paling mencolok dari penggunaan alat
bantu komputer adalah kemampuan mengolah data dalam jumlah besar
dalam waktu yang singkat dan dengan kemungkinan kesalahan yang
kecil.
4. Critical Path Method (CPM)
Salah satu metode penjadwalan yang cukup dikenal oleh banyak
kalangan masyarakat yaitu Metode CPM (Critical Path Method) yang
merupakan metode jalur kritis yang dikembangkan di tahun 1950-an untuk
membantu para manajer melakukan penjadwalan, pemantauan, serta
pengendalian proyek besar dan kompleks (Heizer & Render, 2011:95).
Metode CPM sendiri memiliki berbagai dampak postif dalam
pelaksanaan proyek sehingga metode ini sering digunakan dalam berbagai
perusahaan. Sedangkan, Menurut Taylor III (2008:333), mengatakan bahwa
suatu jaringan CPM terdiri dari cabang-cabang dan simpul-simpul yang
21
mencerminkan aktivitas atau suatu project atau operasi dan simpul-simpul
melambangkan awal dan akhir suatu aktivitas.
Metode jalur kritis atau Critical Path Method (CPM) merupakan suatu
metode penjadwalan project yang sudah dikenal dan sering digunakan
sebagai sarana management dalam pelaksanaan suatu “project”. Jaringan
kerja pada suatu penjadwalan CPM terdiri dari beberapa jenis kegiatan yang
saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Bila terjadi keterlambatan
pada salah satu kegiatan, sering kali juga menyebabkan keterlambatan
durasi project secara keseluruhan.
Gambar 2.2 Jaringan CPM
Sumber : Heizer dan Render (2009 : 99)
Penentuan jalur kritis merupakan bagian utama dalam pengendalian
proyek. Aktivitas pada jalur kritis merepresentasikan tugas-tugas yang akan
menunda keseluruhan proyek, kecuali bila mereka dapat diselesaikan secara
tepat waktu. Meskipun PERT dan CPM berbeda pada beberapa hal dalam
terminologi dan konstruksi jaringan tapi keduanya memiliki tujuan yang
sama.
Pada praktiknya metode AON lebih banyak mendominasi
pelaksanaan proyek (Nurhayati, 2010:58-59). Sebuah aktivitas adalah
22
pekerjaan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah proyek. Titik
tempuh adalah penanda kejadian pada awal dan akhir satu atau lebih
aktivitas. Untuk mengidentifikasi aktivitas dan titik tempuh dapat
menggunakan suatu jaringan agar lebih mudah dalam memahami dan
menambahkan informasi lain seperti urutan dan durasi. Urutan Aktivitas
merupakan langkah yang bisa dilakukan bersamaan dengan identifikasi
aktivitas. Dalam menentukan urutan pengerjaan bisa diperlukan analisa
yang lebih dalam untuk setiap pekerjaan.
Langkah pertama dalam jaringan PERT atau CPM adalah membagi
keseluruhan proyek menjadi aktivitas-aktivitas yang signifikan, sesuai
dengan struktur penguraian kerja. Ada dua pendekatan untuk menggambar
jaringan proyek, yaitu aktivitas pada titik (activity on node-AON) dan
aktivitas pada anak panah (activity on arrow-AOA). Perbedaan mendasar
antara AON dan AOA adalah titik pada diagram AON menunjukkan
aktivitas sedangkan titik pada diagram AOA menunjukkan waktu mulai dan
waktu selesainya suatu aktivitas yang disebut kejadian. Pendekatan AOA
terkadang memerlukan tambahan aktivitas dummy (dummy activities) untuk
memperjelas hubungan-hubungannya dan aktivitas ini mempunyai waktu
penyelesaian nol.
Pendekatan pada jaringan proyek yang dikembangkan dalam proyek
ini dengan menggunakan Activity-on-node (AON) dan activity-on-arrow
(AOA). Kedua metode tersebut menggunakan dua blok pembangunan, yaitu
anak panah dan node (Clifford F.Gray dan Erik W. Larson, 2007). Berikut
23
dijelaskan berbagai anak panah dan node agar mendapatkan persamaan
persepsi dalam membaca jaringan proyek menurut Eddy Herjanto (2006) ;
a. Activity / anak panah ( )
Anak panah yang digambarkan pada kegiatan tersebut memiliki arti
menggambarkan arah kegiatan, sehingga dapat diketahui kegiatan
terdahulu (predecessor) dan kegiatan yang mengikuti (sucessore).
Setiap anak panah biasanya disertai dengan notasi yang memberikan
identitas nama/jenis kegiatan dan estimasi waktu penyelesaian untuk
jaringan AOA. Bentuk anak panah dapat disesuaikan dengan keadaaan
jaringan kerja, jadi tidak selalu garis lurus.
b. Event atau node ( )
Node menggambarkan peristiwa. Setiap kegiatan selalu dimulai dengan
peristiwa mulainya kegiatan dan diakhiri dengan peristiwa selesainya
kegiatan.
Pada AON sebuah aktivitas diwakili oleh sebuah node. Ketergantungan
aktivitas digamabarkan dengan anak panah diantara node pada jaringan
AON. Sedangkan menurut (Clifford F.Gray dan Erik W. Larson, 2007)
jaringan AON, arak panah menunjukkan aktivitas proyek individual yang
memerlukan waktu dan node menunjukkan sebuah peristiwa (event).
Gray and Larson (2007) mengemukakan terdapat 8 aturan yang berlaku
secara umum ketika mengembangkan sebuah jaringan proyek.
24
a. Jaringan umumnya mengalir dari kiri ke kanan
b. Sebuah aktivitas dapat dimulai sampai aktivitas yang mendahuluinya
telah dikerjakan
c. Panah pada jaringan menandakan adanya aktivitas yang mendahului
jalur. Panah dapat bersilang satu sama lain
d. Masing-masing aktivitas harus memiliki nomor identitas (ID)
e. Nomor identitas (ID) harus lebih besar dari semua aktivitas yang
mendahuluinya
f. Pengulangan tidak diperbolehkan
g. Pernyataan bersyarat tidak diperbolehkan (jenis pernyataan ini
seharusnya ada)
h. Ketika ada banyak start, dapat digunakan sebuah node start yang
umumnya mengidentifikasikan permulaan proyek pada jaringan.
Dengan cara yang sama, node akhir proyek tunggal dapat digunakan
untuk mengidentifikasikan akhir proyek.
25
Sumber : Jay Heizer dan Barry Render (2007)
Gambar 2.3 Perbandingan antara konvensi AON dan AOA
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, jalur kritis menjadi kunci
utama keberhasilan proyek dan untuk mengetahui titik terpenting dalam
pembangunan proyek, menurut Heizer dan Render (2016) jalur kritis adalah
jalur waktu terpanjang yang terdapat di seluruh jaringan. Jadi untuk
mengetahui seberapa lama proyek dapat diselesaikan dapat dilakukan
dengan analisis jalur kritis (critical path analysis) pada jaringan. Jalur kritis
26
menghitung dengan dua waktu awal dan akhir yang berbeda untuk setiap
aktivitas seperti berikut:
a. Mulai Paling Awal (Earliest Start-ES) yaitu waktu paling awal suatu
aktivitas dapat dimulai dengan asumsi semua pendahulunya sudah
selesai.
b. Selesai Paling Awal (Earliest Finish-EF) yaitu waktu paling awal suatu
aktivitas dapat selesai.
c. Mulai Paling Lambat (Latest Start-LS) yaitu waktu terakhir suatu
aktivitas dapat dimulai sehingga tidak menunda waktu penyelesaian
seluruh proyek.
d. Selesai Paling Lambat (Latest Finish-LF) yaitu waktu terakhir suatu
aktivitas dapat selesai sehingga tidak menunda waktu penyelesaian
keseluruhan proyek.
e. Slack (S) atau Float
Waktu bebas dari segala kegiatan, dimana waktu yang dimiliki oleh
sebuah kegiatan dapat diundur, tanpa menyebabkan keterlambatan
proyek keseluruhan.
Proses yang digunakan untuk menentukan jadwal waktu setiap
aktivitas adalah two-pass yang terdiri dari forward pass (ES dan EF) dan
backward pass (LS dan LF). Forward pass dan backward pass
menggunakan notasi untuk menunjukkan jadwal-jadwal aktivitas pada
jaringan proyek dengan jelas ditunjukkan pada gambar
27
Sumber : Heizer dan Render (2016)
Gambar 2.4 Notasi pada titik untuk Forward dan Backward Pass
Langkah-langkah menggunakan metode CPM yang dikutip dari
Hazer dan Render (2016:64) dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Menentukan proyek dan struktur rincian kerja
b. Mengembangkan hubungan antar aktivitas. Menentukan aktivitas mana
yang harus didahului dan mana yang harus mengikuti aktivitas lainnya.
c. Menggambarkan jaringan yang menghubungkan semua aktivitas
d. Menenentukan waktu dan estimasi biaya pada masing-masing aktivitas
e. Menghitung jalur waktu terpanjang melalui jaringan
f. Menggunakan jaringan untuk membantu merencanakan, menentukan
jadwal mengawasi, dan mengendalikan proyek
5. Fordward Pass (Perhitungan Maju)
Fordward pass mulai dengan kegiatan utama dari proyek dan melacak
masing-masing jalur di sepanjang jaringan sampai aktivitas terakhir dari
28
proyek. Ketika melacak sepanjang jalur ditambahkan waktu aktivitasnya
(Clifford F.Gray dan Erik W. Larson, 2007)
Berdasarkan pengertiannya, start (ES) merupakan waktu tercepat
dalam kegiatan yang dimulai, dari hari pertama dilakukan. EF dari suatu
kegiatan adalah jumlah dari waktu mulai awal (ES) dan waktu kegiatannya
(EF = ES + waktu kegiatan). Dalam fordward pass mengharuskan
mengingatkan tiga hal ketika menghitung waktu aktivitas awal, yaitu
menurut Clifford F.Gray dan Erik W. Larson (2007)
a. Menambahkan waktu aktivitas sepanjang masing-masing jalur di dalam
jaringan (ES + Dur = EF)
b. Membawa finish awal (EF) ke kegiatan berikutnya dimana dia menjadi
start awal (ES)
c. Kecuali Aktivitas berikutnya adalah aktivitas gabungan, dalam hal ini
dipilih angka finish awal (EF) paling besar dari semua aktivitas
pendahuluannya.
6. Backward Pass (Perhitungan Mundur)
Backward Pass mengetahui waktu atau tanggal akhir dapat memulai
dan mengakhiri masing-masing kegiatan tanpa menunda waktu
penyelesaian proyek secara keseluruhan. Sebagai fordward pass dimulai
dengan kegiatan pertama pada proyek, backward dimulai dengan kegiatan
terakhir dari suatu proyek. Untuk tiap kegiatan, langkah pertama
menentukan nilai LF diikuti nilai LS yang dikutip dari Heizer dan Render
(2016).
29
Start akhir (LS) adalah waktu paling akhir dimana suatu tugas dapat
dimulai tanpa penundaan tugas berikutnya. Perhitungan dengan mengurangi
durasi tugas akhir dan kemudian menambah satu hari. Start akhir (LS)
serupa dengan (ES) diharuskan mengingat tiga hal berikut (Clifford F.Gray
dan Erik W.Larson, 2007) ;
a. Mengurangi waktu aktivitas sepanjang masing-masing jalur mulai
dengan aktivitas terakhir dari proyek (LF – Dur = LS)
b. Membawa Ls ke aktivitas mendahului berikutnya untuk menetapkan Lf
c. Kecuali aktivitas mendahului berikutnya adalah aktivitas
menggelembung (burst activity) dalam hal ini memilih LS terkecil dari
semua aktivitas pengganti berikutnya untuk menetapkan LF-nya.
7. Perencanaan Biaya Proyek
Manajemen proyek dapat diartikan sebagai akselerasi proyek.
Akselerasi merupakan pengurangan waktu normal aktivitas. Akselerasi
diperoleh dengan menyediakan lebih banyak sumber daya (diukur dalam
satuan mata uang), bagi aktivitas yang akan dikurangi waktunya. Crashing
Project merupakan suatu metode untuk mempersingkat lamanya waktu
proyek dengan mengurangi waktu dari satu atau lebih aktivitas proyek yang
penting menjadi kurang dari waktu normal aktivitas. Crashing Project
merupakan tindakan untuk mengurangi durasi keseluruhan proyek setelah
menganalisa alternatif-alternatif yang ada (dari jaringan kerja). Bertujuan
untuk mengoptimalisasikan waktu kerja dengan biaya terendah. Seringkali
dalam crashing terjadi “trade-off”, yaitu pertukaran waktu dengan biaya.
30
a. Pertukaran (Trade-Off) Waktu dan Biaya
Dapat digambarkan dalam bentuk grafik waktu–biaya. Digunakan
untuk membandingkan alternatif tambahan biaya untuk manfaatnya.
Yang paling sulit untuk membuat grafik ini adalah mencari total biaya
langsung untuk lama proyek tertentu dalam jangka waktu yang relevan.
Terdapat 3 langkah yang diperlukan untuk mengkonstruksikan
grafik waktu– biaya menurut Haezer (2016) yaitu ;
1) Cari total biaya langsung untuk lama proyek yang telah dipilih,
contoh: biaya pegawai dan peralatan.
2) Cari total biaya tidak langsung untuk lama proyek yang telah
dipilih, contoh: biaya konsultansi dan administrasi.
3) Jumlahkan biaya langsung dan tidak langsung untuk lama
proyek yang telah dipilih tersebut.
b. Komponen Waktu
Dalam crashing project, terdapat dua komponen waktu, yaitu:
1) Waktu Normal (Normal Time), yaitu penyelesaian aktivitas dalam
kondisi normal.
2) Waktu Akselerasi (Crash Time), yaitu waktu terpendek yang paling
mungkin untuk menyelesaikan aktivitas.
Dari dua komponen tersebut dapat diperoleh Total Waktu Akselerasi,
dengan persamaan:
𝑇𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑾𝒂𝒌𝒕𝒖 𝑨𝒌𝒔𝒆𝒍𝒆𝒓𝒂𝒔𝒊 = 𝑾𝒂𝒌𝒕𝒖 𝑵𝒐𝒓𝒎𝒂𝒍 − 𝑾𝒂𝒌𝒕𝒖 𝑨𝒌𝒔𝒆𝒍𝒆𝒓𝒂𝒔𝑖
31
c. Komponen Biaya
Dalam crashing project, terdapat tiga komponen biaya, yaitu:
1) Biaya Normal (Normal Cost), yaitu biaya langsung untuk
menyelesaikan aktivitas pada kondisi normal.
2) Biaya Akselerasi (Crash Cost), yaitu biaya langsung untuk
menyelesaikan aktivitas pada kondisi akselerasi/crash (pada kondisi
waktu terpendek yang paling mungkin untuk menyelesaikan
aktivitas). Dari dua komponen tersebut dapat diperoleh Total Biaya
Akselerasi, dengan persamaan:
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑩𝒊𝒂𝒚𝒂 𝑨𝒌𝒔𝒆𝒍𝒆𝒓𝒂𝒔𝒊 = 𝑩𝒊𝒂𝒚𝒂 𝑨𝒌𝒔𝒆𝒍𝒆𝒓𝒂𝒔𝒊 − 𝑩𝒊𝒂𝒚𝒂 𝑵𝒐𝒓𝒎𝒂𝒍
d. Biaya Akselerasi per Unit Waktu (Slope), yaitu biaya langsung untuk
menyelesaikan aktivitas pada kondisi akselerasi/crash (pada kondisi
waktu terpendek yang paling mungkin untuk menyelesaikan aktivitas)
dalam satuan waktu terkecil yang ditentukan, dengan menggunakan
persamaan:
𝐵𝒊𝒂𝒚𝒂 𝑨𝒌𝒔𝒆𝒍𝒆𝒓𝒂𝒔𝒊 𝒑𝒆𝒓 𝑼𝒏𝒊𝒕 𝑾𝒂𝒌𝒕𝒖 (𝒔𝒍𝒐𝒑𝒆) =𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑩𝒊𝒂𝒚𝒂 𝑨𝒌𝒔𝒆𝒍𝒆𝒓𝒂𝒔𝒊
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑾𝒂𝒌𝒕𝒖 𝑨𝒌𝒔𝒆𝒍𝒆𝒓𝒂𝒔𝒊
𝑩𝒊𝒂𝒚𝒂 𝑨𝒌𝒔𝒆𝒍𝒆𝒓𝒂𝒔𝒊 𝒑𝒆𝒓 𝑼𝒏𝒊𝒕 𝑾𝒂𝒌𝒕𝒖 𝑺𝒍𝒐𝒑𝒆 = 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑩𝒊𝒂𝒚𝒂 𝑨𝒌𝒔𝒆𝒍𝒆𝒓𝒂𝒔𝒊
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑾𝒂𝒌𝒕𝒖 𝑨𝒌𝒔𝒆𝒍𝒆𝒓𝒂𝒔𝒊
Jika hanya ada satu jalur kritis, pilihlah aktivitas yang masih bisa
dilakukan crash, dan mempunyai biaya crash terkecil per satuan waktu.
Jika terdapat lebih dari satu jalur kritis, maka pilih satu aktivitas
32
sedemikian rupa sehingga setiap aktivitas yang dipilih masih bisa
dilakukan crash, dan Biaya crash total per satuan waktu dari semua
aktivitas yang dipilih merupakan yang terkecil. Perbarui semua waktu
kegiatan, jika batas waktu yang di inginkan telah tercapai, maka
berhenti. Jika tidak, ulangi langkah ke 3.
C. Kerangka Pikir
Kerangka pikir yang akan diangkat dalam permasalahan, berupa
penjadwalan proyek yang dimulai dari awal yang dilakukan dengan proses dan
mendapatkan tujuan dalam hal yang diinginkan di dalam menyelesaikan
masalah didalam proposal. Seperti yang tertera di dalam gambar dibawah.
Kerangka pikir yang dijelaskan diatas, dapat diketahui proses penelitian
yang berawal dari input, process, dan output dapat dikembangkan dalam point-
Kegiatan
Hubungan Antar Aktivitas
Biaya
Peristiwa
Waktu :
1.Waktu tercepat
untuk memulai
2.Waktu tercepat
untuk mengakhiri
3.Waktu terpanjang
Biaya Tenaga
Kerja :
1.Biaya pekerja
mandor
2.Biaya pekerja
bangunan
Waktu proyek dan
Biaya tenaga kerja
Proyek
Sumber : Husen (2009), Schwalbe (2004)
Gambar 2.5 Kerangka Pikir
33
point indicator. Berawal dari input berupa kegiatan, hubungan antar aktivitas
dan biaya. Dimana dalam penjadwalan dibutuhkan ketiga indikator untuk
mencapai tujuan yang ingin dicapai. Berlanjut ke bagian proses dimana terletak
peristiwa, waktu dan biaya tenaga kerja yang merupakan indikator dalam
penjadwalan proyek. Dalam berbagai input dan process yang di terima
diharapkan mendapatkan output dalam proyek tersebut. Adapun output
didalamnya berupa waktu proyek dan biaya tenaga kerja proyek. Diharapkan
perencanaan yang yang diinginkan dapat terlaksana melalui indikator-indikator
yang terkait.