Peningkatan Mutu PPK Clin Path
-
Upload
indra-sandinirwan -
Category
Documents
-
view
273 -
download
40
description
Transcript of Peningkatan Mutu PPK Clin Path
PENGKAJIAN PELAKSANAAN PERSIAPAN AKREDITASI
Oleh:
dr. Indra Sandinirwan
Fungsi Misi, Visi, Keyakinan Dasar, Nilai Dasar dalam pengelolaan Perusahaan
MISI KEYAKINAN DASAR
NILAI DASAR VISI
Misi berfungsi sebagai pemfokus dan pemberi makna atas kehidupan kerja (worklife)
Nilai dasar berfungsi sebagai pembatas dalam pengambilan keputusan selama perjalanan menuju ke masa depan
Visi berfungsi sebagai pengarah perjalanan ke masa depan
Keyakinan dasar berfungsi sebagai pemacu semangat dalam perjalanan untuk mewujudkan visi
Perwujudan visi memerlukan perjalanan jangka panjang dengan banyak tantangan dan rintangan ( long and rocky journey)
6. Kerjasama 7. Integritas
Koherensi Sasaran Strategik
PERSPEKTIF
• Keuangan
• Customer
• Proses
• Pembelajaran dan Pertumbuhan
KERANGKA BERPIKIR
Kinerja Keuangan Luar Biasa
Berkesinambungan
Customer Capital
Proses yang Produktif dan Cost
Effective
Modal Manusia Modal Organisasi Modal Informasi
Peningkatan Mutu Keharusan dan Kebutuhan
Faktor Internal
Visi
Nilai Dasar
Misi
Faktor Eksternal
UU Nomor 29 Tahun 2004
UU Nomor 44 Tahun 2010 tentang Rumah Sakit
Kepmenkes No.129 Tahun 2008 Standar Pelayanan Minimal (SPM)
– Depkes
Akreditasi – KARS
5 Dimensi Pokok Kualitas Jasa
Quality
Reliability
Responsiveness
Assurance
Emphaty
Tangible
Safety
Peran Akreditasi
STANDAR / HARAPAN
KENYATAAN / AKTUAL
Kualitas Pelayanan
Instrumen Akreditasi
Koherensi Sasaran Strategik + Akreditasi
PERSPEKTIF
• Keuangan
• Customer
• Proses
• Pembelajaran dan Pertumbuhan
KERANGKA BERPIKIR
Kinerja Keuangan Luar Biasa
Berkesinambungan
Customer Capital
Proses yang Produktif dan Cost
Effective
Modal Manusia Modal Organisasi Modal Informasi
Akses Pelayanan dan Kontinuitas
Hak Pasien dan Keluarga
Pendidikan Pasien dan Keluarga
Pelayanan Berfokus Pasien: AP, PP, PAB, MPO
Manajemen RS: PMKP, PPI, TKP, MFK
Sasaran Keselamatan Pasien / Pts Safety
Kualifikasi & Pendidikan Staf
Manajemen Komunikasi & Informasi
Budaya BSE
Tim Akreditasi RSIA Limijati
POKJA I
POKJA II
POKJA III
POKJA IV
STANDAR PELAYANAN BERFOKUS PADA PASIEN
STANDAR MANAJEMEN RUMAH SAKIT
SASARAN KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT
SASARAN MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS
Farmasi
Dapur
Rumah Tangga
Support Activites (Penyokong)
Result Producing Activities (Yanmed)
Result Contributing
Activities (Penunjang Medis)
Hygiene and Housekeeping
Activities (Bagian Umum)
Customer / PASIEN
Product and Service
(Jasa Pelayanan Kesehatan)
FO Mutu
Keuangan
Rajal
IGD
Lab Radiologi
Rekam Medik
SDM
Marketing Ranap
O.K.
Keamanan
Pemeliharaan Sarana
V.K Km. Bayi UPI
Fisioterapi
Skala Prioritas Subpokja Akreditasi
MKI, KPS, PPI, TKP, MFK
PP, PAB, MPO
MDG’s, APK, AP
SKP, HPK, PPK, PMKP
Memahami dan mengerjakan secara bertahap, namun tetap komprehensif dan koheren
DASAR
MADYA
UTAMA
PARIPURNA
Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
at a Glance
PMKP
1. Program Kerja
2. Sistem Manajerial
3. Indikator Mutu
4. Pengolahan
Data
5. Validasi Data
6. Root Cause
Anlysis (RCA)
7. Analisis KTD
8. Identifikasi
KNC
9. Memperta
hankan Mutu
10. Prioritas
Perbaikan Mutu
11. Manajemen
Risiko
30 : 70
• Document
• 30 % PMKP 1, 2, 3
• Process
• 70 % PMKP 4 s/d 11
Document
Program Kerja Peningkatan
Mutu
Indikator Mutu
RKA Clinical
Pathway
Process
Process
Analisis Data
Validasi Data
RCA of Sentinel Events
Analisis KTD
Identifikasi, Analisis KNC
Upaya mempertahan
kan
Prioritas Perbaikan
Risk Management
Service Center
Departemen Mutu
Mission/ServiceCenter
Unit Fungsional
• IGD
• Rekam Medik
• Perawatan
• Kamar Bayi
• UPI
• Marketing
• SDM
• Keuangan
• Farmasi
• Lab
• Radiologi
• Bedah Sentral
Customer
Eksternal
Alignment – Mixing Internal Strategic Plan with Accreditation Standard
Elemen Penilaian
Sistem Perumusan Strategi Akreditasi
Program Kerja
K
Sitem Perencanaan Strategik
Alignment – Mixing Internal Strategic Plan with Accreditation Standard
Sasaran Strategik
Inisiatif Strategik
Standar
C P PP C P PP
Program Bermotif Laba Program Nir-Laba
Program Baru Program Berjalan Program Baru Program Berjalan
Sistem Penyusunan Anggaran
=
=
Program Penyusunan SPO
Program Penyusunan Pedoman
Program Evaluasi Indikator Mutu
Program Kerja Penyusunan Clinical Pathway
Program Sosialisasi ..
Task / Workload / caseload
Several stages or steps that
add value by transforming the condition
Process Input
Specific products
produced by the process or activity
Output
Immediate Outcome
Intermediate Outcome
Ultimate Outcome
The purpose / result that
customer want from the output
Describe longer-term changes as a result of the work
Broad social goals
that the work is
supposed to affect or accomplish
Activity
Activity
Activity
Lulus Akreditasi
Meningkatnya Citra/Kredibilitas RS di mata masyarakat
Menjadi RSIA yg paling dipercaya oleh masy.Bandung dan sekitarnya
Program Kerja X Dokumen Terwujudnya Proses Lain (RCA, FMEA)
COST OBJECT
RESOURCES (BIAYA) Employee Resource - Gaji / Upah - Tunjangan Expense Resource -Energi
Standar Akreditasi Elemen Penilaian
Pembentukan Program Kerja
Sasaran Strategik Inisiatif Strategik
Program Kerja Ukuran Kinerja (bagi tim mutu)
Terwujudnya Penyusunan Pedoman Praktek Klinis dan/atau clinical pathway.
Melakukan Penyusunan Pedoman Praktek Klinis dan/atau clinical pathway, sesuai dengan area prioritas yang ditetapkan (Bayi Baru Lahir, NH, Persalinan Normal, SC, DHF, GEA)
Sub Program/Proses Penyusunan Clinical Pathway dan atau protokol klinis (1)
Proporsi /indeks Jumlah Clinical Pathway yang diusulkan kepada komite medik dibandingkan dengan jumlah area prioritas yang ditetapkan untuk dibuat clinical pathway-nya; Target ≥ 0,8.
• Undang Undang RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran menerangkan tentang kewajiban menyelenggarakan kendali mutu dan kendali biaya dan Undang Undang RI Nomor 44 Tahun 2010 tentang Rumah Sakit pada pasal 33 menerangkan tentang organisasi rumah sakit yang efektif, efisien, dan akuntabel.
• Pada Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1438/Menkes/Per/IX/2010 – yang dipergunakan adalah istilah Standar Pelayanan Kedokteran (SPK) yang terdiri dari Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) dan Standar Prosedur Operasional (SPO). PNPK dibuat oleh organisasi profesi dan disahkan oleh Menteri Kesehatan RI, sedangkan SPO dibuat di tingkat rumah sakit oleh profesi medis dikoordinasikan oleh Komite Medik dan ditetapkan penggunaannya di rumah sakit oleh pimpinan (direktur). Standar Prosedur Operasional untuk profesi medis di rumah sakit tersebut dalam bentuk Panduan Praktik Klinis (PPK).
Undang-Undang – PNPK & SPO
PNPK – PPK – Clinical pathway
• SPO untuk profesi medis di RS dalam bentuk Panduan Praktek Klinis - pada umumnya dapat diadopsi dari Panduan Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) yang telah dibuat oleh organisasi profesi masing-masing, tinggal dicocokkan dan disesuaikan dengan kondisi sarana dan kompetensi yang ada di RS. Bila PNPK yang yang telah dibuat oleh organisasi profesi tersebut telah disahkan oleh Menteri Kesehatan RI serta sesuai dengan kondisi RS – maka tinggal disepakati oleh anggota profesi (SMF) terkait sebagai Panduan Praktek Klinis (PPK) dan disahkan penggunaannya di RS oleh Direktur rumah sakit tersebut.
• Namun bila PNPK tersebut belum ada atau tidak sesuai dengan kondisi RS atau dalam PNPK belum mencantumkan jenis penyakit yang sesuai dengan keadaan epidemiologi penyakit di RS tersebut – maka profesi di RS tersebut wajib membuat Panduan Praktek Klinis (PPK) untuk rumah sakit tersebut dan disahkan penggunaannya di rumah sakit oleh direktur RS. Dalam menyusun PNPK dari organisasi profesi maupun PPK untuk rumah sakit – profesi medis memberikan pelayanan keprofesiannya secara efektif (clinical effectiveness) dalam hal menegakkan diagnosis dan memberikan terapi berdasarkan pendekatan EBM.
PNPK – PPK – Clinical pathway
Peran Komite Medik
Peran Komite Medik disini adalah: 1. membuat dan menetapkan format umum Panduan
Praktik Klinis 2. menetapkan kesepakatan tingkat evidens yang akan
dipergunakan di RS 3. mengkompilasi PPK yang telah selesai 4. merekomendasikan PPK kepada direktur untuk
pengesahan penggunaan PPK tersebut di rumah sakit 5. melaksanakan audit medis dengan mempergunakan
PPK 6. menetapkan kewenangan klinis profesi medis
Clinical Pathway
• Adalah suatu konsep perencanaan pelayanan terpadu yang merangkum setiap langkah yang diberikan kepada pasien berdasarkan standar pelayanan medis (PNPK/PPK) dan asuhan keperawatan yang berbasis bukti dengan hasil yang terukur dan dalam jangka waktu tertentu selama di rumah sakit.
Firmanda D. Clinical Pathways: Peran profesi medis dalam rangka menyusun Sistem DRGs Casemix di rumah sakit. Disampakan pada kunjungan lapangan ke RSUP Adam Malik Medan 22 Desember 2005, RSUP Hasan Sadikin Bandung 23 Desember 2005 dan Evaluasi Penyusunan Clinical Pathways dalam rangka penyempurnaan Pedoman DRGs Casemix Depkes RI, Hotel Grand Cempaka Jakarta 29 Desember 2005. Firmanda D, Pratiwi Andayani, Nuraini Irma Susaqnti, Srie Enggar KD dkk. Clinical Pathways Kesehatan Anak dalam rangka implementasi Sistem DRGs Casemix di RS Fatmawati, Jakarta 2006.
1. Seluruh kegiatan pelayanan yang diberikan harus secara terpadu/integrasi dan berorientasi fokus terhadap pasien (Patient Focused Care) serta berkesinambungan (continuous of care)
2. Melibatkan seluruh profesi (dokter, perawat/bidan, penata, laboratoris dan farmasis)
3. Dalam batasan waktu yang telah ditentukan sesuai dengan keadaan perjalanan penyakit pasien dan dicatat dalam bentuk periode harian (untuk kasus rawat inap) atau jam (untuk kasus gawat darurat di unit emergensi).
4. Pencatatan CP seluruh kegiatan pelayanan yang diberikan kepada pasien secara terpadu dan berkesinambungan tersebut dalam bentuk dokumen yang merupakan bagian dari Rekam Medis.
5. Setiap penyimpangan langkah dalam penerapan CP dicatat sebagai varians dan dilakukan kajian analisis dalam bentuk audit.
6. Varians tersebut dapat karena kondisi perjalanan penyakit, penyakit penyerta atau komplikasi maupun kesalahan medis (medical errors).
7. Varians tersebut dipergunakan sebagai salah satu parameter dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan.
Dalam membuat Clinical Pathways penanganan kasus pasien rawat inap di rumah sakit harus bersifat:
1. Profesi medis: Standar Pelayanan Kedokteran (PNPK/PPK) dari setiap Staf Medis Fungsional (SMF) klinis dan penunjang.
2. Profesi keperawatan: Asuhan Keperawatan 3. Profesi farmasi: Unit Dose Daily dan Stop Ordering 4. Alur Pelayanan Pasien Rawat Inap dan Operasi dari
Sistem Staf Medis Fungsional (SMF), Instalasi dan Sistem Manajemen Rumah Sakit.
Setiap varians yang didapatkan akan dilakukan tindak lanjut dalam bentuk pelaksanaan audit medis sebagaimana yang dianjurkan dalam Undang Undang RI Nomor 29 Tahun 2004 dan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 755/Menkes/Per/IV/2011.
Clinical Pathways tersebut dapat merupakan suatu Standar Prosedur Operasional yang merangkum:
Langkah langkah dalam menyusun Format Clinical Pathways yang harus diperhatikan:
1. Komponen yang harus dicakup sebagaimana definisi dari Clinical Pathways
2. Manfaatkan data yang telah ada di lapangan rumah sakit dan kondisi setempat seperti data Laporan RL2 (Data Keadaan Morbiditas Pasien) yang dibuat setiap rumah sakit berdasarkan Buku Petunjuk Pengisian,Pengolahan dan Penyajian Data Rumah Sakit dan sensus harian untuk:
a. Penetapan judul/topik Clinical Pathways yang akan dibuat.
b. Penetapan lama hari rawat.
Langkah langkah dalam menyusun Format Clinical Pathways yang harus diperhatikan:
3. Untuk variabel tindakan dan obat obatan mengacu kepada Standar Pelayanan Medis, Standar Prosedur Operasional dan Daftar Standar Formularium yang telah ada di rumah sakit setempat, Bila perlu standar standar tersebut dapat dilakukan revisi sesuai kesepakatan setempat.
4. Pergunakan Buku ICD 10 untuk hal kodefikasi diagnosis dan ICD 9 CM untuk hal tindakan prosedur sesuai dengan profesi/SMF masing masing.
Persiapan dalam Penyusunan CP
Agar dalam menyusun Clinical Pathways terarah dan mencapai sasaran serta efisien waktu, maka diperlukan kerjasama dan koordinasi antar profesi di SMF, Instalasi Rawat Inap (mulai dari gawat darurat, ruangan rawat inap, ruangan tindakan, instalasi bedah, ICU/PICU/NICU) dan sarana penunjang (instalasi gizi,farmasi, rekam medik, akuntasi keuangan, radiologi dan sebagainya).
Persiapan dalam Penyusunan CP 1. Profesi Medis – mempersiapkan Standar Pelayanan Medis atau
PanduanPraktik Klinis dan standar prosedur operasional (SPM/PPK/SPO) sesuai dengan bidang keahliannya. Profesi Medis dari setiap divisi berdasarkan data dari rekam medis diatas - mempersiapkan SPM/PPK/SPO, bila belum ada dapat menyusun dulu SPM/PPK/SPOnya sesuai kesepakatan.
2. Profesi Rekam Medis/Koder – mempersiapkan buku ICD 10 dan ICD 9 CM, Laporan RL1 sampai dengan 6 (terutama RL2). Profesi Rekam Medis membuat daftar 5 - 10 penyakit utama dan tersering dari setiap divisi SMF/Instalasi dengan kode ICD 10 serta rerata lama hari rawat berdasarkan data laporan morbiditas RL2.
3. Profesi Perawat – mempersiapkan Asuhan Keperawatan.
4. Profesi Farmasi – mempersiapkan Daftar Formularium, sistem unit dose dan stop ordering.
5. Profesi Akuntasi/Keuangan – mempersiapkan Daftar Tarif rumah sakit
Implementasi Clinical Pathway
Pembentukan Program Kerja
Sasaran Strategik Inisiatif Strategik
Program Kerja Ukuran Kinerja (bagi tim mutu)
Terwujudnya pencatatan dan pelaporan setiap aspek Indikator Mutu (Klinis, Manajerial, JCI , & SKP) di masing-masing unit pelayanan (mission center/service center).
Memberikan instrumen pengukuran indikator mutu yang dapat digunakan oleh unit pelayanan, sehingga dapat diketahui sejauh mana pencapaian aktual dibandingkan dengan target yang diharapkan.
Sub Program/Proses Evaluasi Indikator Mutu (2)
Proporsi /indeks jumlah formulir pencatatan dan pelaporan yang dihasilkan dibandingkan dengan jumlah TOR indikator mutu yang ada dalam waktu 3 bulan; Target ≥ 0,9.
Pengukuran Indikator
Pengukuran (Measurement) • Dalam versi Joint Commission International (JCI) yang
dimaksud dengan performance measures adalah yang biasa dikenal sebagai indikator mutu. Ukuran performance measures tersebut dapat dalam bentuk: a. Persentase (%) b. Rerata (arithmetric mean) c. Rasio
• Pengukuran dapat dipilih dari struktur, proses atau hasil (outcomes)*untuk tingkat: a. Sistem (system-level measure) b. Aktivitas (activity-level measure) c. Kombinasi keduanya.
* Donabedian A. Exploration in quality assessment and monitoring, Volume 1: The definitions of quality and approaches in assessment. Chicago: Health Administration Press, 1980.
Namun yang penting adalah alasan pemilihan indikator/performance measure tersebut, dapat karena:
Faktor Eksternal (persiapkan bukti regulasinya) seperti:
a. Ketetapan kebijakan program pemerintah (misalnya: program MDGs, DOTS, HIV/AIDS dan sebagainya)
b. Kebijakan persyaratan sebagai BLU(D)
c. Perjanjian ikatan kerjasama dengan pihak lain (misalnya: asuransi kesehatan, jaminan kerja, penyandang dana dan sebagainya)
d. Standar akreditasi
Menyusun dan membuat sendiri – namun indikator tersebut harus:
a. akurat
b. bermanfaat,
c. mudah diinterpretasi, dan
d. mampu laksana secara konsisten
Langkah langkahnya adalah sebagai berikut:
1) Identifikasi pemilihan judul/topik (identify the topic of interest)
2) Pembuatan (develop the measure)
3) Desain sistem pengumpulan data (design the data collection system)
Pengukuran Indikator
Filosofi Pengendalian Mutu
If we can measure it, we can manage it
If we can manage it, we can achieve it
Strategic planning creates the foundation for all other
management activities. Resources can’t properly allocated without goals, objectives, and priorities. Goals and objectives
can’t be achived without assessing “the progress”, that is, without measuring performance.
Proses Persiapan Evaluasi Indikator Mutu
Penentuan Indikator
Penyusunan TOR (Term of Reference)
Penyusunan Formulir
Pencatatan & Pelaporan
Telaah Ulang
Penentuan PIC
(Person in Charge) Indicator
Sistem Evaluasi Indikator Mutu
Pencatatan Harian/Bulanan
Rekapitulasi
Bulanan/Triwulan
Pengolahan Data
Analisis
Penyajian Informasi
Rekomendasi
Indikator Mutu
• Indikator Area Klinis (10)
• Indikator JCI (International Library: 5)
• Indikator Manajerial (9)
• Indikator Sasaran Keselamatan Pasien (6)
Pembentukan Program Kerja
Sasaran Strategik Inisiatif Strategik
Program Kerja Ukuran Kinerja (bagi tim mutu)
Terwujudnya analisis data Indikator Mutu setiap 4 bulan.
Melakukan pengumpulan data, analisa data, sehingga data dapat diubah menjadi informasi
Sub Program/Proses Evaluasi Indikator Mutu (2)
Proporsi /indeks jumlah informasi yang dapat disajikan dibandingkan dengan jumlah formulir data indikator yang dilberikan kepada analyst (IT) ; Target 1.
Pembentukan Program Kerja
Sasaran Strategik Inisiatif Strategik
Program Kerja Ukuran Kinerja (bagi tim mutu)
Terlaksananya Root Cause Analysis (RCA) dari kejadian Sentinel yang terjadi di rumah sakit.
Melakukan RCA dari kejadian Sentinel yang terjadi di Rumah Sakit.
Sub Program/Proses Analisa Akar Masalah (3)
Proporsi /indeks jumlah Rencana Tindak Lanjut (RTL) / Rekomendasi yang dihasilkan dibandingkan dengan jumlah kejadian Sentinel yang terjadi; Target 1.
Pembentukan Program Kerja
Sasaran Strategik Inisiatif Strategik
Program Kerja Ukuran Kinerja (bagi tim mutu)
Terlaksananya Analisis Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di rumah sakit.
Melakukan analisis dari Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yang terjadi di Rumah Sakit.
Sub Program/Proses Analisa KTD (4)
Proporsi /indeks jumlah Rencana Tindak Lanjut (RTL) / Rekomendasi yang dihasilkan dibandingkan dengan jumlah KTD yang terjadi; Target 1.
Pembentukan Program Kerja
Sasaran Strategik Inisiatif Strategik
Program Kerja Ukuran Kinerja (bagi tim mutu)
Terlaksananya Identifikasi dan Analsis Kejadian Nyaris Cedera (KNC) yang terjadi di rumah sakit.
Melakukan Identifikasi dan Analisis Kejadian Nyaris Cedera (KNC) yang terjadi di Rumah Sakit.
Sub Program/Proses Indentifikasi dan Analisis KNC (5)
Proporsi /indeks jumlah Rencana Tindak Lanjut (RTL) / Rekomendasi yang dihasilkan dibandingkan dengan jumlah KNC yang terjadi; Target 1.
Pembentukan Program Kerja Sasaran Strategik Inisiatif Strategik
Program Kerja Ukuran Kinerja
(bagi tim mutu)
Terlaksananya Manajemen Risiko dengan pendekatan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) satu kali dalam setahun.
Mengajukan permohonan pelatihan Manajemen Risiko bagi personel tim mutu kepada Direksi
Sub Program/Proses Peningkatan Kompetensi Manajemen Tim Mutu (6)
Jumlah formulir permohonan pelatihan bagi personel tim mutu yang diajukan kepada Unit Diklat dalam 6 bulan; Target 2.
Melakukan Proses Manajemen Risiko dengan pendekatan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) satu kali dalam setahun.
Sub Program/Proses Manajemen Risiko (7)
Jumlah Rencana Tindak Lanjut (RTL) / Rekomendasi yang dihasilkan berdasarkan kegiatan FMEA dalam 1 tahun; Target 1.
Person in Charge (PIC) Indicator
SOD
Pengkajian Awal Medis
dan Keperawatan
Keluhan Nyeri Pasca Operasi
Pemenuhan Kebutuhan
Darah
Komunikasi Verbal Efektif
Pengawasan Elektrolit
Pekat
KKP
Pengawasan Kejadian
Pasien Jatuh
Tidak adanya Kejadian Bayi Hilang/Diculik
Tidak adanya kejadian bayi
tertukar
Person in Charge (PIC) Indicator
Keperawatan Kamar Bayi
Penerapan ASI Eksklusif
di RS
Tidak adanya kejadian bayi hilang/diculik
Tidak adanya kejadian bayi
tertukar
Person in Charge (PIC) Indicator
PPI
Ketersediaan APD di setiap Instalasi
Karyawan Mampu Melakukan Prosedur
Cuci Tangan
Person in Charge (PIC) Indicator
SDM
Turn Over Rate
Karyawan
Marketing
Kepuasan Pasien dan Keluarga
Logistik Farmasi
Kepatuhan Stok Minimal
obat dan alkes
Person in Charge (PIC) Indicator
Lab
Tidak adanya kesalahan pemberian
hasil lab
Radiologi
Kejadian Kegagalan Pelayanan Rontgen
O.K.
Tidak adanya kejadian
operasi salah orang, lokasi,
tindakan
Person in Charge (PIC) Indicator
UPI
Pemberian Antibiotika
Definitif
Farmasi
Tidak adanya kesalahan pemberian
obat
Rekam Medik
Waktu penyediaan dokumen
rekam medik ranap < 15’
Person in Charge (PIC) Indicator
Keuangan
Ketepatan waktu penyusunan
laporan keuangan
Bu Fenni
Laporan ke Dinas Kesehatan tepat
waktu dan lengkap
Person in Charge (PIC) Indicator
Keperawatan IGD, Anak Sakit, PICU
Pasien asma anak mendapat obat anti
asma selama perawatan
Pasien asma anak yang memerlukan,
mendapat kortikosteroid sistemik
Person in Charge (PIC) Indicator