Bab II (isi)+ Daftar Pustaka

12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Hidung adalah organ tubuh yang berfungsi sebagai alat pernafasan (respirasi) dan indera penciuman (pembau). Rongga hidung atau kavum nasi adalah rongga yang terbentuk terowongan dari depan ke belakang yang dipisahkan oleh septum dibagian tengah menjadi rongga kanan dan kiri. Sinus paranasal merupakan salah atu organ tubuh manusia yang sulit dideskripsi karena bentuknya sangan bervariasi pada tiap individu . 2

description

anatomi hidung

Transcript of Bab II (isi)+ Daftar Pustaka

Page 1: Bab II (isi)+ Daftar Pustaka

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Hidung adalah organ tubuh yang berfungsi sebagai alat pernafasan

(respirasi) dan indera penciuman (pembau).

Rongga hidung atau kavum nasi adalah rongga yang terbentuk

terowongan dari depan ke belakang yang dipisahkan oleh septum dibagian

tengah menjadi rongga kanan dan kiri.

Sinus paranasal merupakan salah atu organ tubuh manusia yang

sulit dideskripsi karena bentuknya sangan bervariasi pada tiap individu.

B. Embriologi hidung

Perkembangan rongga hidung secara embriologi yang mendasari

pembentukan anatomi sinonasal dapatdibagi menjadi dua proses. Pertama,

embrional bagian kepala berkembang membentuk dua bagian

ronggahidung yang berbeda ; kedua adalah bagian dinding lateral hidung

2

Page 2: Bab II (isi)+ Daftar Pustaka

yang kemudian berinvaginasi menjadikompleks padat, yang dikenal

dengan konka (turbinate), dan membentuk ronga-rongga yang disebut

sebagaisinus. (Walsh WE, 2002)

Sejak kehamilan berusia empat hingga delapan minggu ,

perkembangan embrional anatomi hidungmulai terbentuk dengan

terbentuknya rongga hidung sebagai bagian yang terpisah yaitu daerah

frontonasal dan bagian pertautan prosesus maksilaris. Daerah frontonasal

nantinya akan berkembang hingga ke otak bagiandepan, mendukung

pembentukan olfaktori. Bagian medial dan lateral akhirnya akan menjadi

nares (lubanghidung). Septum nasal berasal dari pertumbuhan garis tengah

posterior frontonasal dan perluasan garis tengahmesoderm yang berasal

dari daerah maksilaris.(Walsh WE, 2002)

Ketika kehamilan memasuki usia enam minggu, jaringan

mesenkim mulai terebentuk, yang tampak sebagaidinding lateral hidung

dengan struktur yang masih sederhana. Usia kehamilan tujuh minggu, tiga

garis axial berbentuk lekukan bersatu membentuk tiga buah konka

(turbinate). Ketika kehamilan berusia sembilan minggu,mulailah terbentuk

sinus maksilaris yang diawali oleh invaginasi meatus media. Dan pada saat

yang bersamaanterbentuknya prosesus unsinatus dan bula ethmoidalis

yang membentuk suatu daerah yang lebar disebut hiatusemilunaris. Pada

usia kehamilan empat belas minggu ditandai dengan pembentukan sel

etmoidalis anterior yang berasal dari invaginasi bagian atap meatus media

dan sel ethmoidalis posterior yang berasal dari bagian dasar meatus

superior. Dan akhirnya pada usia kehamilan tiga puluh enam minggu ,

dinding lateral hidung terbentuk dengan baik dan sudah tampak jelas

proporsi konka. Seluruh daerah sinus paranasal muncul dengan

tingkatanyang berbeda sejak anak baru lahir, perkembangannya melalui

tahapan yang spesifik. Yang pertama berkembang adalah sinus etmoid,

diikuti oleh sinus maksilaris, sfenoid , dan sinus frontal. (Walsh WE,

2002)

C. Rongga hidung dan nasal

1. Hidung eksternal

3

Page 3: Bab II (isi)+ Daftar Pustaka

Hidung eksternal berbentuk piramid disertai dengan suatu akar dan

dasar. Bagian ini tersusun dari kerangka kerja tulang. Kartilago hialin,

dan jaringan fibroareolar.

a. Septum nasal membagi hidung menjadi sisi kiri dan sisi kanan

rongga nasal. Bagian anterior septum adalah kartilago

b. Naris (nostril) eksternal dibatasi oleh kartilago nasal

1) Kartilago nasal lateral terletak di bawah jembatan hidung

2) Ala besar dan ala kecil kartilago nasal mengelilingi nostril

c. Tulang hidung

1) Tulang nasal membentuk jembatan dan bagian superior kedua

sisi hidung

2) Vomer dan lempeng perpendikular tulang etmoid membentuk

bagian posterior septum nasal

3) Lantai rongga nasal adalah palatun keras yang berbentuk dari

tulang maksila dan palatinum

4) Langit-langit rongga nasal pada sisi medialterbentuk dari

lempeng kribriform tulang etmoid. Pada sisi anterior dari tulang

frontal dan nasal. Dan pada sisi posterior dari tulang sfenoid

5) Konka (turbinatum) nasalis superior, tengah dan inferior

menonjol pada sisi medial dinding lateral rongga nasal. Setiap

konka dilapisi membran mukosa (epitel kolumnar bertingkat

4

Page 4: Bab II (isi)+ Daftar Pustaka

dan bersilia) yang berisi kelenjar pembuat mukus dan banyak

mengandung pembuluh darah

6) Meatus superior, medial dan inferior merupakan jalan udara

rongga nasal yang terletak dibawah konka

d. Empat pasang sinus paranasal (frontal, etmoid, maksilar, dan

sfenoid) adalah kantong tertutup pada bagian frontal, etmoid,

maksilar dan sfenoid. Sinus ini dilapisi membran mukosa

1) Sinus berfungsi

a) Meringankan tulang kranial

b) Memberi area permukaan tambahan pada saluran nasal

untuk menghangatkan dan melembabkan udara yang masuk

c) Mempruduksi mukus

d) Memberi efek resonansi dam produksi wicara

2) Sinus paranasal mengalirkan cairannya ke meatus rongga nasal

melalui duktus kesil yang terletak di area tubuh yang lebih

tinggi dari area lantai sinus. Pada posisi tegak, aliran mukus ke

dalam rongga nasal mungkin terlambat, terutama pada kasus

infeksi sinus

3) Duktus nasolakrimal dari kelenjar air mata membuka ke arah

maetus inferior

5

Page 5: Bab II (isi)+ Daftar Pustaka

2. Membran mukosa nasal

a. Struktur

1) Kulit pada bagian eksternal permukaan hidung yang

mengandung folikel rambut, keringat dan kelenjar sebasea,

merentang sampai vestibula yang terletak didalam notril. Kulit

di bagian dalam ini mengandung rambut (vebrisae) yang

berfungsi untuk menyaring partikel dari udara terhisap

2) Di bagian ronga nasal yang lebih dalam, epitelium respiratorik

membentuk mukosa yang melapisi ruang nasal selebihnya.

Lapisan ini terdiri dari epitelium bersilia dengan sel globet

yang terletak pada lapisan jaringan ikat tervaskularisasi dan

terus memanjang untuk melapisi saluran pernafasan sampai

kebronkus

b. Fungsi

1) Penyaringan partikel kecil. Silia pada epitelium respiratorik

melambat ke depan dan belakang dala suatu lapisan mukus.

Gerakan dan mukus membentuk suatu perangkap untuk partikel

yang kemudian akan disapu ke atas untuk ditelan, dibatukan,

atau dibersihkan keluar

2) Penghangatan dan pelembababn udara yang masuk. Udara

kering akan dilembabkan melaui evaporasi sekresi serose dan

mukua serta dihangatkan oleh radiasi panas dari pembuluh dara

yang terletak di bawahnya

3) Resepsi odor. Epitelium olfaktori yang terletak di bagian atas

rongga hidung di bawah lempeng kribriform, mengandung sel-

sel olfaktori yang mengalami spesialisasi untuk indra

penciuman.

D. Otot-otot pada hidung

Pada dinding hidung terdapat alat-alat kecil yang berfungsi untuk

menggerakkan hidung dan menghirup udara, yaitu:

1. M. Piramidalis nasi

2. M. Levator labii superior alague nasi

6

Page 6: Bab II (isi)+ Daftar Pustaka

3. M. Dilatator nares posterior

4. M. Dilatator nares anterior

5. M. Compressor nasi

6. M. Compressor nasi minore

7. M. Depressor alaris nasi

E. Pembuluh darah hidung

1. A. Palatina, bercabang dua, yaitu arteri nasalis posterior lateralis dan

arteri nasalis posterior septi

2. A. Nasalis anterior, berasal dari a. Oftalmika yang mempunyai cabang

a. Anteriores lateralis dan a. Nasalis anteriores septi

3. Vena hidung, terdapat cribosa jaringan pada daerah concha yang di

kelilingi oleh serabut otot sirkular dan longitudinal dan bermuara ke :

a. Plexus venosus pterigodeus vena canalis

b. Vena fasialis melalui vena mengikuti cabang a. Alveolaris superior

c. Vena oftalmika

Pendarahan hidung (vanum nasi) disebabkan pecahnya pembuluh darah

vena di hidung yang disebut epistaksis

7

Page 7: Bab II (isi)+ Daftar Pustaka

F. Persyarafan hidung

1. N. Olfaktorius sebagai saraf sensibel (saraf pembau) masuk melalui

lubang-lubang di lamina cribosa etmoidalis

2. N. Trigeminus mempunyai cabang n. Oftalmikus dengan ranting n.

Nasalis posterior superior dan n. Nasalis anterior posterior untuk

dinding lateralis cavum nasi superior dan concha nasalis media

3. N. Etmoidalis anterior cabang dari oftalmikus masuk kedalam cavum

nasi melalui lubang frontal di lamina cribosa ossis etmoidalis

4. Nervus palatimus anterior masuk ke dalam kavum nasi melalui lubang

dalam pars perpendikularis ossis palatini

G. Sistem limfe hidung

Pembuluh limfe hidung membentuk pleksus pada bagian

permukaan membran mukosa. Aliran limfe hidung berasal dari subdural

dan ruangan subarakhnoid dari rongga tengkorak. Aliran limfe dari hidung

sebagian bermuara ke nodus servikal retrofaringeal yang terletak di dekat

cornu mayor hioideum

H. Fungsi hidung

1. Udara dihangatkan oleh permukaan concha dan septum nasalis. Setelah

melewati faring, suhu lebih kurang 36 derajat celcius

2. Sejumlah besar udara dilembabkan sebelum melewati hidung dan bila

mencapai faring kelembapan lebih kurang 75%

3. Udara yang disaring oleh bulu-bulu hidung jauh lebih banyak dan

partikel di atas rongga disaring oleh rambut vestibular, lapisan

8

Page 8: Bab II (isi)+ Daftar Pustaka

mukosiliar, dan lisozim (protein dan air mata). Fungsi ini dinamakan

fungsi air conditioning jalan pernafasan atas. Kenaikan suhu tidak

melebihi 2-3% dari suhu tubuh, dengan uap air mencapai trakea bagian

bawah. Bila seorang bernapas melalui tabung langsung masuk trakea

pendinginan dan pengeringan berpengaruh pada bagian bawah paru

mudah terjadi infeksi paru

4. Penciuman pada pernapasan biasa, 5-10% udara pernapasan melalui

celah olfaktori dan ketika mengirup udara dengan keras, 20% udara

pernapasan melalui celah olfakltori

9