Isi Daftar Pustaka

80
LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 1 Skenario 2 Judul Skenario : Alkalosis Respiratorik Serang laki-laki 15 tahun merupakan seorang pendaki gunung, ditemukan tak sadarkan diri oleh tim SAR saat mendaki gunung. Saat tiba di UGD X pasien mulai sadar. Dari hasil pemeriksaan dkter UGD didapatkan pasien gelisah, hiperventilasi, anemia, tekanan darah 90/60. Setelah dilakukan penanganan awal, dokter yang bertugas meminta pemeriksaan analisis gas darah (AGD). Hasil AGD Alkolosis Respiratory Step 1 Identifikasi Kata Sukar : 1. Hiperventilasi : Frekuensi pernapasan yang meningkat. 2. Alkolosis Respiratory : PH dalam darah menurun (Basah). 3. Anemia : Kondisi dimana seseorang kekurangan darah. 4. AGD : Pemeriksaan kadar O2 dan CO2 dalam darah. Identifikasi Kata / Kalimat Kunci : 1. Pria 15 tahun. 2. Pedaki gunung 3. Ditemukan tak sadarkan diri. 4. Tekanan darah 90/60 5. Gelisah, hiperventilasi, anemia 6. AGD: Alkolosis Respiratory

description

Isi Daftar Pustaka

Transcript of Isi Daftar Pustaka

  • LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 1

    Skenario 2

    Judul Skenario : Alkalosis Respiratorik

    Serang laki-laki 15 tahun merupakan seorang pendaki gunung, ditemukan tak

    sadarkan diri oleh tim SAR saat mendaki gunung. Saat tiba di UGD X pasien mulai

    sadar. Dari hasil pemeriksaan dkter UGD didapatkan pasien gelisah, hiperventilasi,

    anemia, tekanan darah 90/60. Setelah dilakukan penanganan awal, dokter yang

    bertugas meminta pemeriksaan analisis gas darah (AGD). Hasil AGD Alkolosis

    Respiratory

    Step 1

    Identifikasi Kata Sukar :

    1. Hiperventilasi : Frekuensi pernapasan yang meningkat.

    2. Alkolosis Respiratory : PH dalam darah menurun (Basah).

    3. Anemia : Kondisi dimana seseorang kekurangan darah.

    4. AGD : Pemeriksaan kadar O2 dan CO2 dalam darah.

    Identifikasi Kata / Kalimat Kunci :

    1. Pria 15 tahun.

    2. Pedaki gunung

    3. Ditemukan tak sadarkan diri.

    4. Tekanan darah 90/60

    5. Gelisah, hiperventilasi, anemia

    6. AGD: Alkolosis Respiratory

  • LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 2

    Step 2

    Identifikasi Masalah dan Pertanyaan.

    1. Bagaimana mekanisme pertukaran gas dalam paru-paru?

    2. Apa faktor penyebab terjadinya hiperventilasi?

    3. Jelaskan anatomi yang berkaitan dengan skenario?

    4. Jelaskan erbedaan tekanan atmosfir pada daratan rendah dan daratan tinggi?

    5. Jelaskan mengenai konpensasi PH?

    6. Apa yang menyebab alkolosis respiratory?

    7. Jelaskan histologi sistem pernapasan?

    8. Apa hubungan mendaki gunung dengan keluhan utama dan penyerta?

  • LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 3

    Step 3

    Jawaban Atas Pertanyaan Step 2

    1. Bagaimana mekanisme pertukaran gas dalam paru-paru?

    Ada empat:

    - Pertukaran antara udara atmosfir dengan udara yang berada pada

    kantung udra

    - Pertukaran O2 dengan CO2 antara alveolus dan darah di kapiler

    - Transport O2 dan CO2 antara paru dan jaringan

    - Transpor O2 dan CO2 antara darah di kapiler dengan jaringan

    Bergantung pada tekanan parsial, dan luas permukaan.

    2. Apa faktor yang dapat menyebabkan hiperventilasi?

    Pendaking gung yang capek dapat menyebabkan pernapasannya cepat, dan

    tekanan udara rendah dan oksigen rendah. Tekanan udara yang rendah

    dibandingkan di dalam tubuh membuat tubuh menjadi meningkatkan

    pernapasan dalam tubuh untuk menyeimbanginya.

    3. Jelaskan anatomi yang berkaitan dengan skenario!

    Anatomi yang berkaitan mulai dari Konduksi: Nasal, Pharynx, Larynx,

    Trakea, Bronkus, dan Bronkiolus Terminalis. Respirasi: Bonkiolus

    Respiratorius, Ductus Alveolar, dan Alveolus.

    - Nasi: cavum nasi, konka nasalis (superior, mdia, inferior) diantara

    konka ada meatus nasi (superior, inferior dan media),

    - Pharyng: Nasopharyng, Oropharyng, Laryngopharyng.

    - Epiglotis: Plica vestibularis, plica vocalis, dan ventriculus laryngeus

    - Trakea: karilago trakealis, ligamentum trakealis

    - Bronkus: principalis dextra, dan sinistra

    - Bronkiolus: Lobaris, Segmentalis

    4. Sama Seperti Masalah Nomer 8

    5. Ada 3:

  • LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 4

    - Sistem buffer: mengikat dan melepaskan H+ dalam darah, apabila diikat

    maka H+ sedikit menyebabkan asidosis, begitu juga sebaliknya.

    - Sistem respirasi:

    - Mekanisme ginjal: Ginjal akan menyerap HCO3- dan mengeluarkan

    H+, sehingga mengakibatkan alkalosis respiratory.

    Ketiga bekerja saling berhubungan dengan urutan. Dalam skenario

    6. CO2 terlalu banyak, saat naik gunung CO2 dilepaskan akibatnya

    hiperventilasi sehingga membutuhkan O2. Penyebabnya 3:

    - Hiperventelasi

    - Gelisah/cemas

    - Berada pada ketinggian karena kurangnya tekanan O2

    7. Histologi pernapasan:

    - Konduksi: Nasal, Pharynx, Larynx, Trakea, Bronkus, dan Bronkiolus

    Terminalis.

    - Respirasi: Bonkiolus Respiratorius, Ductus Alveolar, dan Alveolus.

    8. Tekanan pada gunung atmosfirnya rendah, sehingga ketersediaan O2 sangat

    rendah, padahal manusia sangat membutuhkan O2 untuk memberi makan

    jaringan tubuh. Ketersediaan O2 sangat minim mengakibatkan otak tidak

    mendapat suplai O2, apalagi saat mendaki O2 sangat dibutuhkan oleh tubuh,

    khususnya ektremitas bawah tidak mendapatkan suplai dengan baik.

    Syarat untuk bisa masuk O2 dalam paru-aru tekanan O2 di luar harus lebih

    tinggi daripada dalam tubuh. Akut montain sicknes, terkena hipoksi

    hipoksia akibat rendahnya tekanan O2 hingga sulit bernafas. Sehingga

    pasien gelisah dan keuhan lainnya.

  • LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 5

    Step 4

    Mind Mapping

    Gelisah

    Hiperventilasi

    Pingsan

    Fisiologi yang

    Berkaitan dengan

    Skenario

    Biokimia yang

    Berkaitan dengan

    Skenario

    Histologi yang

    Berkaitan dengan

    Skenario

    Anatomi yang

    Berkaitan dengan

    Skenario

    Laki-Laki 15

    Tahun

    Alkalosis Respiratorik

  • LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 6

    Step 5

    Learning Objectives

    1. Mahasiswa mampu menjelaskan Anatomi dari Sistem Respirsi.

    2. Mahasiswa mampu menjelaskan Histologi dari Sistem Respirasi.

    3. Mahasiswa mampu menjelaskan Biokimia dari Sistem Respirasi.

    4. Mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme Pernapasan.

    5. Mahasiswa mampu menjelaskan Kompensasi pH.

  • LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 7

    Step 6

    Belajar Mandiri

    ( Hasil dari belajar mandiri nantinya akan dibahas pada Step 7 yaitu

    Jawaban Learning Objectives )

    Step 7

    Jawaban Learning Objectives

  • LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 8

    1. Mahasiswa/i mampu menjelaskan Anatomi dari Sistem Respirasi.

    1) HIDUNG

    Hidung terdiri atas hidung luar dan cavum nasi. Cavum nasi dibagi oleh septum

    nasi menjadi dua bagian yaitu bagian kanan dan bagian kiri.

    a. Hidung Luar

    Hidung luar memiliki dua lubang berbentuk lonjong disebut nares, yang

    dipisahkan satu dengan yang lain oleh septum nasi. Pinggir lateral, ala nasi,

    berbentuk bulat dan dapat digerakkan. Rangka hidung luar dibentuk oleh os

    nasale, processus frontalis maxillaris, dan pars nasalis ossis frontalis. Di

    bawah, rangka hidung dibentuk oleh lempeng-lempeng tulang rawan hialin.

    Gambar 1.1 : Dinding Pemisah Hidung, Septum Nasi ; Tampak Lateral

    sumber : Sobotta, Atlas Anatomi Manusia. Ed 23. 2012.2

    Perdarahan dari kulit hidung luar mendapatkan darah dari cabang-cabang

    arteria ophthalmica dan arteria maxillaris. Kulit alanasi dan bagian bawah

    septum mendapatkan darah dari cabang-cabang arteri facialis. Persarafan

    hidung luar oleh Nervus infratrochlearis dan rami nasales externae nervus

  • LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 9

    ophthalmicus (Nervus cranialis V) dan ramus infraorbitalis nervus maxillaries

    (Nervus cranialis V).

    b. Cavum Nasi

    Cavum nasi terbentang dari nares di depan sampai ke aperture nasalis

    posterior atau choanae di belakang, di mana hidung bermuara ke dalam

    nasopharyng. Vestibulum nasi adalah area di dalam cavum nasi yang terletak

    tepat di belakang nares. Cavum nasi dibagi menjadi dua bagian kiri dan kanan

    oleh septum nasi . Septum nasi dibentuk oleh cartilago septi nasi, lamina

    verticalis osis ethmoidalis, dan vomer. Setiap belahan cavum nasi mempunyai

    dasar, atap, dinding lateral dan dinding medial atau dinding septum. Bagian

    dasar dibentuk oleh processus palatinus os maxilla dan lamina horizontalis

    ossis palatini. Bagian atap yang sempit dan dibentuk di sebelah anterior mulai

    dari bagian bawah batang hidung oleh os nasale dan os frontale, di tengah oleh

    lamina cribrosa ossis ethmoidalis, terletak di bawah fossa cranii anterior, dan

    di sebelah posterior oleh bagian miring ke bawah corpus ossis sphenoidalis.

    Sementara itu, dinding lateral mempunyai tiga tonjolan tulang disebut concha

    nasalis superior, media, dan inferior. Area di bawah setiap concha disebut

    meatus. Pada bagian hidung juga terdapat Recessus sphenoethmoidalis yang

    merupakan sebuah daerah kecil yang terletak di atas concha nasalis superior.

    Di daerah ini terdapat muara sinus sphenoidalis. Meatus Nasi Superior terletak

    di bawah concha nasalis superior disini terdapat muara sinus ethmoidales

    posterior. Meatus Nasi Media terletak di bawah concha nasalis media. Meatus

    ini mempunyai tonjolan bulat disebut bulla ethmoidalis yang dibentuk oleh

    sinus ethmoidales medii yang bermuara pada pinggir atasnya. Sebuah celah

    meiengkung, disebut hiatus semilunaris, terletak tepat di bawah bulla. Ujung

    anterior hiatus yang menuju ke dalam sebuah saluran berbentuk corong disebut

    infundibulum, yang akan berhubungan dengan sinus frontalis. Sinus maxillaris

    bermuara ke dalam meatus nasi media Mleatus nasi inferior terletak di bawah

    concha nasalis inferior dan merupakan tempat muara dari ujung bawah ductus

    nasolacrimalis, yang dilindungi oleh sebuah lipatan membrana mucosa.

  • LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 10

    Dinding medial dibentuk oleh septum nasi. Bagian atas dibentuk oleh lamina

    verticalis ossis ethmoidalis dan os vomer.

    Gambar 1.2 : Dinding Lateral Cavum Nasi Sinistra

    sumber : Snell R Richard. Anatomi klinis berdasarkan sistem. 2011.3

  • LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 11

    Gambar 1.3 : Dinding Lateral Cavum Nasi Kanan Bagian Profunda

    sumber : Snell R Richard. Anatomi klinis berdasarkan sistem. 2011.3

  • LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 12

    c. Innervasi dan Vascularisasi hidung

    - Innervasi hidung

    Hidung dipersarafi oleh Nervus olfactorius yang berasal dari

    membrana mucosa olfactorius berjalan ke atas melalui lamina

    cribrosa os ethmoidale menuiu ke bulbus olfactorius. Saraf untuk

    sensasi umum merupakan cabang-cabang nervus ophthalmicus (N.Vl)

    dan nervus maxillaris (N.V2) divisi nervus trigeminus.

    Gambar 1.4 : Dinding Lateral Cavum Nasi ( Persarafan Sensorik Membrana Mucosa)

    sumber : Snell R Richard. Anatomi klinis berdasarkan sistem. 2011.3

  • LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 13

    - Vascularisasi hidung

    Perdarahan hidung berasal dari cabang-cabang arteri maxillaris, yang

    merupakan salah satu cabang terminal arteri carotis externa. Cabang

    yang terpenting adalah arteri sphenopalatina. Arteria sphenopalatina

    beranastomosis dengan ramus septalis arteria labialis superior yang

    merupakan cabang dari arteria facialis di daerah vestibulum. Darah

    di dalam anyaman vena submucosa dialirkan oleh vena-vena yang

    menyertai arteri.

    Gambar 1.5 : Vascularisasi Hidung Pada Bagian Lateral

    sumber : Snell R Richard. Anatomi klinis berdasarkan sistem. 2011.3

    d. Sinus Paranasalis

    Sinus paranasalis adalah rongga-rongga yang terdapat di dalam os

    maxilla,os frontale, os sphenoidale, dan os ethmoidale. Sinus-sinus ini

    dilapisi oleh mucoperiosterum dan terisi udara, berhubungan dengan

    cavum nasi melalui aperture yang relatif kecil. Sinus maxillaris dan

    sphenoidalis pada waktu lahir terdapat dalam bentuk yang rudimenter,

  • LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 14

    setelah usia delapan tahun menjadi lumayan besar, dan pada masa remaja

    telah berbentuk sempurna.

    - Sinus maxillaris

    Sinus maxillaris berbentuk piramid dan terletak di dalam corpus

    maxillaris di belakang pipi. Atap dibentuk oleh dasar orbita,

    sedangkan dasar berhubungan dengan akar gigi premolar dan molar.

    Sinus maxillaris bermuara ke dalam meatus nasi medius melalui

    hiatus semilunaris

    - Sinus Frontalis

    Sinus frontalis ada dua buah, terdapat di dalam os frontale dan

    dipisahkan satu dengan yang lain oleh septum tulang. Setiap sinus

    berbentuk segitiga, meluas ke atas di atas ujung medial alis mata dan

    ke belakang sampai ke bagian medial atap orbita. Masing-masing

    sinus frontalis bermuara ke dalam meatus nasi medius melalui

    infundibulum

    - Sinus sphenoidalis

    Sinus sphenoidalis ada dua buah, terletak di dalam corpus ossis

    sphenoidalis. Setiap sinus bermuara ke dalam recessus

    sphenoethmoidalis di atas concha nasalis superior.

    - Sinus Ethmoidalis

    Sinus ethmoidalis terletak di anterior, medius, dan posterior, serta

    terdapat di dalam os ethmoidale, di antara hidung dan orbita. Sinus ini

    dipisahkan dari orbita oleh selapis tipis tulang, sehingga infeksi

    dengan mudah dapat menjalar dari sinus ke dalam orbita. Sinus

    ethmoidalis kelompok anterior bermuara ke dalam infundibulum,

    kelompok media bermuara ke dalam meatus nasi medius, pada atau di

    atas bulla ethmoidalis dan kelompok posterior bermuara ke dalam

    meatus nasi superior. Variasi dari sinus dan muaranya ke dalam

    rongga hidung.

  • LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 15

    Tabel 1.1 : Tabel Letak Muara Sinus Paranasalis

    sumber : Snell R Richard. Anatomi klinis berdasarkan sistem. 2011.3

  • LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 16

    Gambar 1.7 : Letak Muara Sinus Paranasalis

    sumber : Snell R Richard. Anatomi klinis berdasarkan sistem. 2011.3

  • LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 17

    2) Pharynx.3

    Gambar 1.8 : Bagian Pharynx

    sumber : Snell R Richard. Anatomi klinis berdasarkan sistem. 2011.3

    Pharynx terletak di belakang cavum nasi, cavum oris, dan laryng dan

    dibagi menjadi bagian-bagian nasopharynx, oropharyngx dan laryngopharynx.

    Pharynx berbentuk seperti corong, dengan bagian atasnya yang lebar, terletak

    di bawah cranium dan bagian bawahnya yang sempit dilanjutkan sebagai

    oesophagus setinggi vertebra cervicalis ke enam. Pharynx mempunyai dinding

    musculo membranosa yang tidak sempurna di bagian depan. Di tempat ini,

    jaringan musculo membranosa diganti oleh apertura nasalis posterior

    (choanae), isthmus fauceum (pembukaan ke rongga mulut), dan aditus

    laryngis. Melalui tuba auditiva, membrana mucosa juga berhubungan dengan

    membrane mucosa dari cavitas tympani.

  • LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 18

    a. Otot- otot Pharynx

    `Otot-otot dinding pharynx terdiri dari musculus constrictor pharyngis

    superior, medius, dan inferior, yang serabut-serabutnya berjalan hampir

    melingkar, dan musculus glosopharyngeus serta musculus

    salphingopharyngeus yang serabut-serabutnya berjalan dalam arah hampir

    longitudinal. Ketiga otot-otot constrictor mengelilingi dinding pharynx

    untuk berinsersi pada sebuah pita fibrosa atau raphe yang terbentang dari

    tuberculum pharyngeus pars basilaris os occipitale ke bawah sampai ke

    oesophagus. Ketiga otot-otot ini saling tumpang tindih, sehingga musculus

    constrictor pharyngis medius terletak di sisi luar bagian bawah musculus

    constrictor pharyngis superior dan musculus constrictor pharyngis inferior

    terletak di luar bagian bawah.

    Bagian bawah musculus constrictor pharyngis inferior yang berasal

    dari cartilago cricoidea, disebut musculus cricopharyngeus. Serabut-

    serabut musculus cricopharyngeus ini berjalan horizontal di sekeliling

    bagian paling bawah dan paling sempit pharyrrx, dan berfungsi sebagai

    sphincter. Killian's dehiscence adalah area pada dinding posterior pharynx

    diantara bagian atas musculus constrictor pharyngis inferior yang tertekan

    dan bagian sphincter di sebelah bawah musculus cricopharlngeus.

  • LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 19

    Gambar 1.8 : Musculus Constrictor pada Pharynx

    sumber : Snell R Richard. Anatomi klinis berdasarkan sistem. 2011.3

  • LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 20

    Gambar 1.9 : Otot Pharynx Bagian Posterior

    sumber : Snell R Richard. Anatomi klinis berdasarkan sistem. 2011.3

  • LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 21

    b. Bagian- bagian pharynx.

    - Nasopharynx

    Nasopharynx terletak di atas palatum molle dan di belakang rongga

    hidung.Di dalam submucosa atap terdapat kumpulan jaringan limfoid

    yang disebut tonsilla pharyngea. Isthmus pharyngeus adalah lubang

    di dasar nasopharynx di antara pinggir bebas palatum molle dan

    dinding posterior pharynx. Pada dinding lateral terdapat muara tuba

    auditiva, berbentuk elevasi yang disebut elevasi tuba. Recessus

    pharyngeus adalah lekukan kecil pada dinding pharynx di belakang

    elevasi tuba. Plica salpingopharyngea adalah lipatan vertikal

    membrana mucosa yang menutupi M.salphingopharyngeus.

    - Oropharynx

    Oropharynx terletak dibelakang cavum oris . Dasar dibentuk oleh

    sepertiga posterior lidah dan celah antara lidah dan epiglottis. Pada

    garis tengah terdapat plica glossoepiglottica mediana dan plica

    glossoepigloftica lateralis pada masing-masing sisi. Lekukan kanan

    dan kiri dari plica glossoepiglottica mediana disebut vallecula. Pada

    kedua sisi dinding lateral terdapat arcus atau arcus palatoglossus dan

    palatofaringeus dengan tonsila palatina di antaranya. Arcus

    palatoglossus adalah lipatan membrana mucosa yang menutupi

    musculus palatoglossus. Celah di antara kedua arcus palatoglossus

    disebut isthmus fauceum dan merupakan batas antara rongga mulut

    dan pharynx. Arcus palatophaqmgeus adalah lipatan rnembrana

    mucosa yang menutupi musculus palatopharyngeus. Recessus di

    antara arcus palatoglossus dan palatopharyngeus diisi oleh tonsilla

    palatina.

    - Laryngopharynx

    Laryngopharynx terletak di belakang aditus laryngis. Dinding lateral

    dibentuk oleh cartilago thyroidea dan membrana thyrohyoidea.

    Recessus piriformis, merupakan cekungan pada membrana mucosa

    yang terletak di kanan dan kiri aditus laryngis.

  • LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 22

    c. Persarafan sensoris Pharynx

    - Nasopharynx oleh nervus maxillaris (V2)

    - Oropharynx oleh nervus glossopharyngeus

    - Laryngopharynx (di sekitar aditus laryngis) oleh ramus laryrrgeus

    internus dari nervus vagus

    d. Vaskularisasi Pharynx

    Pharynx mendapatkan darah dari arteri pharyngica ascendens, cabang-

    cabang tonsilar arteri facialis, cabang-cabang arteri maxillaris, dan arteri

    lingualis.

    3) Larynx.3

    Larynx adalah organ yang berperan sebagai sphincter pelindung pada pintu

    masuk jalan nafas dan berperan dalam pembentukan suara. Larynx terletak dl

    bawah lidah dan os hyold, di antara pembuluh-pembuluh besar leher, dan terletak

    setinggi vertebra cervicalis keempat, kelima, dan keenam. Ke atas, larynx terbuka

    ke laryngopharynx, ke bawah larynx berlanjut sebagai trachea. Di depan, larynx

    ditutupi oleh ikatan otot-otot infrahyoid dan di lateral oleh glandula thyroidea.

    Kerangka larynx dibentuk oleh beberapa cartilago, yang dihubungkan oleh

    membrana dan ligamentum, dan digerakan oleh otot. Larynx dilapisi oleh

    membrana mucosa.

    a. Cartilago penyusun larynx

    - Cartilago tunggal, terdiri dari :

    Cartilago epiglottica: Cartilago elastic berbentuk daun terletak di

    posterior dari radix linguae. Berhubungan dengan corpus ossis

    hyoidea di anterior nya dan cartilage thyroidea di posterior nya. Sisi

    epiglottis akan berhubungan dengan cartilage arytenoidea melalui

    plica aryepiglottica. Sedangkan di superiornya bebas dan membrane

    mucosa nya melipat ke depan dan berlanjut meliputi permukaan

  • LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 23

    posterior lidah sebagai plica glossoepiglottica mediana et lateralis.

    Dimana diantaranya terdapat cekungan yg disebut dengan valecullae.

    Cartilago thyroidea: Terdiri atas 2 lamina cartilago hyaline yg

    bertemu di linea mediana anterior 1menjadi sebuah tonjolan sudut V

    yang disebut dengan Adams apple/ commum adamum/ prominentia

    piriformis (jakun). Bagian pinggir posterior tiap lamina menjorok ke

    atas membentuk cornu superior dan ke bawah membentuk cornu

    inferior. Pada permukaan luar lamina terdapat line oblique sebagai

    tempat melekatnya m. sternothyroideus, m. thyrohyoideeus, dan m.

    constrictor pharyngis inferior.

    Cartilago cricoidea: Merupakan cartilago yg berbentuk cincin utuh

    dan terletak di bawah dari cartilago thyroidea. Cartilago ini

    mempunyai arcus anterior yang sempit dan lamina posterior yang

    lebar. Pada bagian lateral nya ada facies articularis sirkular yang akan

    bersendian dengan. Sedangkan di bagian atasnya terdapat facies

    articularis yang akan bersendian dengan basis cartilago arytenoidea.

    - Cartilago berjumlah sepasang, terdiri dari :

    Cartilago arytenoidea: Merupakan cartilago kecil berbentuk pyramid

    yg terletak di belakang dari larynx pada bagiam pinggir atas lamina

    cartilago cricoidea. Masing-masing cartilago memiliki apex di bagian

    atas dan basis di bagian bawahnya. Dimana bagian apex nya ini akan

    menyangga dari cartilago corniculata, sedangkan pada bagian basis

    nya bersendian dengan cartilago cricoidea. Pada basis nya terdapat 2

    tonjolan yaitu proc. Vocalis yg menonjol horizontal ke depan

    merupakan perlekatan dari lig. Vocale, dan proc. Muscularis yang

    menonjol ke lateral dan merupakan perlekatan dari m.

    crycoarytenoideus lateralis et posterior.

  • LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 24

    Cartilago cuneiformis: Merupakan cartilago kecil berbentuk batang

    yang terdapat di dalam 1 plica aryepiglottica yang berfungsi untuk

    menyokong plica tersebut.

    Cartilago corniculata: Merupakan 2 buah nodulus kecil yang

    bersendian dengan apex cartilago arytenoidea dan merupakan tempat

    melekatnya plica aryepiglottica sehingga menyebabkan bagian

    pinggir atas plica aryepiglottica dextra et sinistra agak meninggi.

    Gambar 1.10 : Larynx dari Berbagai Aspek

    sumber : Snell R Richard. Anatomi klinis berdasarkan sistem. 2011.3

  • LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 25

    b. Aditus Laryngis

    Merupakan suatu pintu masuk larynx yang menghadap ke dorso

    cranial dan menghadap ke laryngopharynx. Bagian ventral pada pinggir

    atas epiglottis pada bagian lateral dengan plica aryepiglottica. Dan bagian

    dorsocaudal dengan membrane mucosa antar cartilage arytenoidea.

    c. Otot-Otot Intrinsik Larynx

    Otot yang perlekatan di bagian larynx. Otot ini memiliki peranan

    untuk mengubah panjang dan ketegangan plica vocalis dalam produksi

    suara dan mengubah ukuran rima glottis untuk masuknya udara ke paru.

    Otot-otot yang termasuk dan innervasinya yakni adalah :

    - M. Cricothyroideus (R.externus n. laryngeus superior

    - M. Cricoarytenoidea posterior (Safety Muscle) (R.Posterior n.

    laryngeus inferior)

    - M. Cricoarytenoidea lateral (R. anterior n. laryngeus inferior)

    - M. Arytenoidea transversus (R. Posterior n. Laryngeus inferior)

    - M. Arytenoidea obliquus (R. anterior n. laryngeus inferior)

    - M. Thyroarytenoidea (R. anterior n. laryngeus inferior)

    d. Otot-Otot Ekstrinsik Larynx

    Merupakan otot-otot di sekitar larynx yang mempunyai salah satu

    perlekatan pada larynx atau os.hyoideus. Berfungsi untuk menggerakkan

    larynx secara keseluruhan.

    Otot ekstrinsik larynx terbagi atas :

    - Otot-otot Depressor : M. omohyoideus, M. sternohyoideus, M.

    sternothyroideus.

    - Otot-otot Elevator : Mylohyoideus, Stylohyoideus, Thyrohyoideus,

    Stylopharyngeus, Palatopharyngeus, constrictor pharyngeus medius,

    constrictor pharyngeus inferior

  • LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 26

    e. Innervasi Larynx

    Di atas dari plica vocalis dinnervasi oleh N. laryngis internus cabang

    dari N. laryngis superior cabang dari N. vagus (X). Sedangkan di

    bawahnya diinnervasi oleh N. laryngis recurrens, kecuali M.

    crycothyroideus yang diinnervasi oleh R. laryngeus externus N. laryngeus

    superior.

    f. Vascularisasi Larynx

    Suplai arteri berasal dari R. laryngeus superior a. thyroidea superior.

    Dan bagian bawah divaskularisasi oleh R. laryngeus inferior a. thyroidea

    inferior. Sedangkan aliran limfe nya bermuara ke nodus lymphoidei

    cervicales profunda

    4) Trachea

    Trachea adalah sebuah tabung cartilaginosa dan membranosa yang dapat

    bergerak. Dimulai sebagai lanjutan larynx dari pinggir bawah cartilago cricoidea

    setinggi corpus vertebrae cervicalis VI. Berjalan turun ke bawah di garis tengah

    leher. Di dalam rongga thorax, trachea berakhir pada catina dengan cara membelah

    menjadi bronchus principalis dexter dan sinister setinggi angulus sterni (di depan

    discus antara vertebra thoracica IV dan V), terletak sedikit agak ke kanan dari garis

    tengah. Pada eksplrasi, bifurcatlo trachea naik sekitar satu vertebra, dan selama

    inspirasi dalam bifurcatio dapat turun sampai setinggi vertebra thoracica VI.

    Jaraknya sekitar 3 cm.3

  • LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 27

    Gambar 1.12 : Tenggorokan, Larynx; Trakea dan Bronkus; dilihat dari Dorsal

    sumber : Sobotta, Atlas Anatomi Manusia. Ed 23. 2012.2

    Pada orang dewasa, panjang trachea sekitar 11.25 cm dan diameter 2.5 cm.

    Pada bayi, panjang trachea sekitar 4-5 cm dan diameter sekitar 3 mm. Selama

    pertumbuhan anak-anak, diameter trachea bertambah sekitar 1 mm setiap tahurmya.

    Tabung fibroelastika dipertahankan utuh dengan adanya cartilago hyaline

    berbentuk U (cincin) di dalam dindingnya. Ujung posterior cartilago yang bebas

    dihubungkan oleh otot polos, Musculus trachealis.3

    Membrana mucosa trachea dilapisi oleh epitel silinder bertingkat semu bersilia

    serta mengandung banyak sel goblet dan glandula mucosa tubular.3

    a. Batas-Batas Trachea

    - Batas batas trachea di dalam leher.3

    Anterior : Kulit, fascia, isthmus glandula thyroidea (di depan cincin

    kedua, ketiga, dan keempat), vena thyroidea inferior, arcus jugularis,

  • LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 28

    arteria thyroidea ima (jika ada), dan venabra chiocephalica kiri pada

    anak-anak, ditutupi oleh musculus sternocleidomastoideus dan

    musculus sternohyoideus. Posterior : nervus laryngeus recurrens

    kanan dan kiri serta oesophagus. Lateral : Lobus glandula thyroidea

    dan sarung carotis beserta isinya.

    - Batas batas trachea di dalam Mediastinum Superior Thorax1

    Anterior : Sternum, thymus, vena brachiocephalica sinister, pangkal

    arteria brachiocephalica dan carotis communis sinister, dan arcus

    aortae.

    Posterior : Oesophagus, nervus laryngeus recurrens sinister.

    Dextra : vena azygos, nervus vagus dexter, dan pleura.

    Sinistra : Arcus aortae, arteria carotis communis sinister, arteria

    subclavia sinister, nervus vagus sinister dan nervus phrenicus sinister,

    dan pleura.

    b. Inervasi dan Vascularisasi Trachea

    - Inervasi Trachea

    Inervasi sensoris trachea berasal dari nervus vagus dan nervus

    laryngeus recurrens.3

    - Vaskularisasi Trachea

    Dua pertiga bagian atas trachea mendapat darah dari arteri thyroidea

    inferior, dan sepertiga bagian bawah mendapat darah dari arteri

    bronchiales.3

    5) Bronkus Dan Bronkiolus

    Trachea bercabang dua di belakang arcus aortae menjadi bronchus principalis

    dexter dan sinister (primer atau utama). Bronchus principalis dexter meninggalkan

    trachea dengan membentuk sudut sebesar 25 derajat dengan garis vertikal. Bronkus

    principalis sinister meninggalkan trachea dengan membentuk sudut 45 derajat

    dengan garis vertikal. Pada anak-anak dengan usia lebih kecil dari 3 tahun, kedua

    bronchus meninggalkan trachea dengan membentuk sudut yang hampir sama.

  • LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 29

    Bronkus terus-menerus bercabang dua sehingga akhirnva membentuk jutaan

    bronkiolus terminalis. Bronkiolus terminalis mempunyai kantong kantong lembut

    pada dindingnya. Pertukaran gas yang terjadi antara darah dan udara terjadi pada

    kantong kantong tersebut, oleh karena itu kantong kantong lembut dinamakan

    Bronkiolus Respiratorius. Diamater bronkiolus respiratorius sekitar 0,5 mm.

    Bronkiolus respiratorius berakhir dengan bercabang sebagai ductus alveolaris yang

    menuju ke arah pembuluh pembuluh berbentuk kantong dengan dinding yang tipis

    disebut saccus alveolaris. Saccus alveolaris terdiri atas beberapa alveoli yang

    terbuka ke satu ruangan. Masing masing alveolus dikelilingi oleh jaringan kapiler

    yang padat. Pertukaran gas terjadi antara udara yang terdapat di dalam lumen

    alveoli, melalui dinding alveoli ke dalam darah yang ada di dalam kapiler

    sekitarnya.3

    Gambar 1.13 : Trakea, bronkus, bronkiolus, ductus alveolaris, dan alveoli

    sumber : Sobotta, Atlas Anatomi Manusia. Ed 23. 2012.2

  • LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 30

    Gambar 1.14 : Vaskularisasi Bronkus dan Bronkiolus

    sumber : Sobotta, Atlas Anatomi Manusia. Ed 23. 2012.2

    6) Pulmo (Paru-Paru)

    Pada pulmo dexter dan sinister berbentuk seperti pons, lunak, dan sangat

    elastis. Pada anak anak, paru berwarna merah muda tetapi dengan bertambahnya

    usia pulmo menjadi gelap dan berbintik bintik akibat inhalasi partikel partikel

    debu yang akan terperangkap di dalam fagosit pulmo. Pulmo terletak di samping

    sinister dan dexter mediastinum. Oleh sebab itu, pulmo satu dengan yang lain

    dipisahkan oleh jantung dan pembuluh pembuluh besar serta struktur lain di

    dalam mediastinum. Masing masing pulmo berbentuk kerucut dan diliputi oleh

    pleura visceralis, dan terdapat bebas di dalam cavitas pleuralisnya masing masing,

    hanya dilekatkan pada mediastinum oleh radix pulmonalis.3

    Masing masing pulmo mempunyai apex pulmonalis yang tumpul, yang

    menonjol ke atas ke dalam leher sekitar 1,1 inci (2,5 cm) di atas clavicula; basis

    pulmonis yang konkaf tempat terdapat diaphragma; facies costalis yang konveks

    yang disebabkan oleh dinding thorax yang konkaf; facies mediastinalis yang konkaf

    yang merupakan cetakan pericardium dan struktur mediastinum lainnya. Sekitar

    pertengahan facies mediastinalis ini terdapat hilum pulmonalis, yaitu cekungan

  • LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 31

    tempat bronkus, pembuluh darah, dan saraf yang membentuk radix pulmonalis

    masuk dan keluar dari pulmo.3

    Gambar 1.15 : Pulmo Dexter, Potongan Sagittal Pada Bagian Hilum

    sumber : Sobotta, Atlas Anatomi Manusia. Ed 23. 2012.2

  • LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 32

    Gambar 1.16 : Pulmo Sinister, Potongan Sagital Pada Bidang Hilum

    sumber : Sobotta, Atlas Anatomi Manusia. Ed 23. 2012.2

    Margo anterior paru tipis dan meliputi jantung; pada margo anterior pulmo

    sinister terdapat incisura cardiaca pulmonis sinistri. Pinggir posterior tebal dan

    terletak di samping columna vertebralis.3

    Pulmo dexter sedikit lebih besar dari pulmo sinister dan dibagi oleh fissura

    obliqua dan fissura horizontalis pulmonis dextra menjadi tiga lobus; lobus superior,

    lobus medius, dan lobus inferior. Fissura obliqua berjalan dari pinggir inferior ke

    atas dan ke belakang menyilang permukaan medial dan costalis sampai memotong

    pinggir posterior sekitar 21/2 inci (6,25 cm) di bawah apex pulmonis. Fissura

    horizontalis berjalan horizontal menyilang permukaan costalis setinggi cartilago

  • LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 33

    costalis IV dan bertemu dengan fissura obliqua pada linea axillaris media. Lobus

    medius merupakan lobus kecil berbentuk segitiga yang dibatasi oleh fissura

    horizontalis dan fissura obliqua. Sedangkan Pulmo sinister dibagi oleh fissura

    obliqua dengan cara yang sama menjadi dua lobus, lobus superior dan lobus

    inferior. Pada pulmo sinister tidak ada fissura horizontalis.3

    Pada pulmo juga ada terdapat struktur yang dibagi secara anatomi, fungsi, dan

    pembedahan yang disebut segmenta bronchopulmonalia. Setiap bronchus lobaris

    (sekunder) yang berjalan ke lobus pulmo mempercabangkan bronchi segmentales

    (tersier). Setiap bronchus segmentalis masuk ke unit pulmo yang secara struktur

    dan fungsi adalah independen dan disebut segmenta bronchopulmonalia, dan

    dikelilingi oleh jaringan ikat. Bronchus segmentalis diikuti oleh sebuah cabang

    arteria pulmonalis, tetapi pembuluh-pembuluh balik ke vena pulmonalis berjalan di

    dalam jaringan ikat di antara segmenta bronchopulmonalia yang berdekatan.

    Masing-masing segmen mempunyai pembuluh Iimfe dan persarafan otonom

    sendiri. Setelah masuk segmenta bronchopulmonaris, bronchus segmentalis segera

    membelah, pada saat bronchi menjadi lebih kecil, cartilago berbentuk U yang

    ditemui mulai dari trachea perlahan - lahan diganti dengan cartilago irreguler yang

    lebih kecil dan lebih sedikit jumlahnya.

    Bronchi yang paling kecil membelah dua menjadi bronchioli, yang diameternya

    kurang dari 1 mm. Bronchioli tidak mempunyai cartilago di dalam dindingnya dan

    dibatasi oleh epitel silinder bersilia. Jaringan submucosa mempunyai lapisan

    serabut otot polos melingkar yang utuh.3

    Ciri utama segmenta bronchopulmonalia dapat disimpulkan sebagai berikut : 3

    - Merupakan subdivisi lobus Paru.

    - Berbentuk piramid dengan apex menghadap ke atas ke arah radix

    Pulmonis,

    - Dikelilingi oleh jaringan ikat,

    - Mempunyai satu bronchus segmentalis, satu arteri segmentalis, pembuluh

    limfe, dan saraf otonom.

    - Vena segmentales terletak di dalam jaringan ikat di antara segmenta

    bronchopulmonalia yang berdekatan.

  • LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 34

    - Sebuah penyakit segmenta bronchopulmonalia dapat dibuang dengan

    pembedahan karena segmenta bronchopulrnonolia merupakan sebuah unit

    structural

    Segmenta bronchopulmonalia utama adalah sebagai berikut ini :

    a. Pulmo dexter 3

    Lobus superior :

    - segmentum apicale

    - segmentum Posterius

    - segmentum anterius

    Lobus medius

    - segmentum laterale

    - segmentum mediale

    Lobus inferior

    - segmentum superius

    - segmentum basale mediale

    - segmentum basale

    - segmentum basale Iaterale

    - segmentum basale posterius

    b. Pulmo sinister 3

    Lobus superior

    - segmentum apicoposterius

    - segmentum anterius

    - segmentum lingulare superius

    - segmentum Iingulare inferius

    - segmentum superius

    Lobus Inferior

    - segmentum basale mediale

    - segmentum basale anterius

    - segmentum basale Iaterale

    - segmentum basale posterius

    - postero-basal

  • LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 35

    Walaupun susunan umum segmenta bronchopulmonalia penting dalam klinik,

    tidak perlu mengingatnya secara terinci, kecuali bermaksud mengambil spesiallsasi

    paru atau bedah paru.3

    Gambar 1.17 : Pulmo Desxter Dan Pulmo Sinister, Dilihat Dari Lateral

    sumber : Sobotta, Atlas Anatomi Manusia. Ed 23. 2012.2

    Radix pulmonis dibentuk oleh alat-alat yang masuk dan keluar pulmo. Alat-

    alat tersebut adalah bronchi, arteri dan vena pulmonalis, pembuluh Limfatik, arteri

    dan vena bronchialis, dan saraf-saraf. Radix pulmonis dikelilingi oleh selubung

  • LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 36

    pleura yang menghubrungkan pleura parietalis pars mediastinalis dengan pleura

    visceralis yang membungkus Pulmo.3

    c. Vascularisasi dan Inervasi Pulmo

    - Vascularisasi pulmo

    Bronchi, jaringan ikat pulmo, dan pleura visceralis menerima darah

    dari arteri bronchiales yang merupakan cabang aorta descendens. Vena

    bronchiales (yang berhubungan dengan venae pulmonales) mengalirkan

    darahnya ke vena azygos dan vena hemiazygos. 3

    Gambar 1.18 : Pembuluh Darah, pulmo sinister

    sumber : Sobotta, Atlas Anatomi Manusia. Ed 23. 2012.2

    Alveoli menerima darah terdeoksigenasi dari cabang - cabang

    terminal arteri pulmonales. Darah yang teroksigenasi meninggalkan

    kapiler-kapiler alveoli. Masuk ke cabang-cabang vena pulmonales yang

    mengikuti jaringan ikat septa intersegmentalis ke radix pulmonis. Dua

  • LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 37

    venae pulmonales meninggalkan setiap radix pulmonis untuk bermuara ke

    dalam atrium sinistrum cor.3

    - Innervasi Paru

    Pada radix setiap paru terdapat plexus pulmonalis yang terdiri atas

    serabut eferen dan aferen saraf otonom. Plexus dibentuk dari cabang-

    cabang truncus symphaticus dan menerima serabut-serabut parasimpatis

    dari nervus vagus.3

    Serabut-serabut eferen simpatis mengakibatkan bronchodilatasi dan

    vasokonstriksi. Serabut-serabut eferen parasimpatis mengakibatkan

    bronkokonstriksi, vasodilatasi, dan peningkatan sekresi kelenjar. lmpuls

    aferen yang berasal dari mukosa bronchus dan dari receptor regang pada

    dinding alveoli berjalan ke susunan saraf pusatdalam saraf simpatis dan

    parasimpatis.3

  • LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 38

    2. Mahasiswa/i mampu menjelaskan Histologi dari Sistem Respirasi

    Sistem pernapasan terbagi menjadi 2 bagian:4

    - Bagian Konduksi

    Merupakan serangkaian saluran yang menghubungkan pulmo dengan

    lingkungan luar. Biasanya bersifat kaku dan tetap terbuka, misalnya : cavitas

    nasalis, faring, laring, trakea, bronkus.4

    a. Daerah ekstrapulmonal dari bagian konduksi

    Daerah ekstrapulmonal dari bagian konduksi mengubah udara yang dihirup

    dengan melembabkan, membersihkan dan menyesuaikan suhu udara. Kerja

    membersihkan dan melembabkan dilakukan oleh mukosa saluran

    pemapasan. Mukosa saluran pernapasan terdiri atas epitel bertingkat torak

    bersilia (epitel respiratori) dengan sejumlah sel-sel goblet dan sarung

    jaringan ikat di bawahnya yang ditempati kelenjar seromukosa. Perubahan

    temperature udara pemapasan dicapai melalui adanya pembuluh darah yang

    banyak dalam jaringan ikat tepat di sebelah dalam epitel respirasi. Pada

    daerah tertentu rongga hidung mukosanya berubah menjadi daerah

    olfaktoris, dan merujuk ke mukosa olfaktorius. Kelenjar dalam lamina

    propria dari mukosa ini menghasilkan sekret mukus yang tipis yang

    melarutkan zat-zat berupa bau. Sel olfaktoris yang berupa epitel torak

    bertingkat terletak dalam epitel olfaktoris yang menerima rangsangan

    sensoris. Selain sel olfaktoris, ada dua jenis sel lainnya yang menyusun

    epitel olfaktoris, yaitu sel penyokong dan sel basal. Sel penyokong sama

    sekali tidak mempunyai fungsi sensoris. Sel ini membentuk pigmen coklat

    kekuningan yang memberi warna mukosa olfaktoris. Sel-sel ini

    memisahkan dan menyokong sel olfaktoris. Sel basal kecil, gelap, terletak

    pada membrane basalis dan mungkin bedungsi untuk regenerasi. Akson sel

    olfaktoris berkumpul menjadi berkas saraf yang kecil yang berjalan melalui

    lempeng kribriformis tulang etmoid sebagai saraf kranial pertama yaitu

    nervus olfaktorius. Jadi, perlu diingat bahwa badan sel dari nervus

    olfaktorius (saraf kranial I) terletak pada tempat yang agak rawan, pada

  • LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 39

    epitel permukaan yang membatasi rongga hidung. Bagian konduksi sistem

    respirasi disokong oleh suatu rangka yang terdiri atas tulang dan/atau tulang

    rawan agar dapat mempertahankan lumen tetap terbuka. Diameter lumen ini

    dikendalikan oleh sel otot polos yang letaknya pada dinding bangunan ini.

    Larings yaitu suatu daerah dari bagian konduksi, diperuntukkan mencegah

    makanan, cairan dan benda asing masuk ke dalamnya dan untuk

    pembentukan suara. Larings terdiri atas sembilan tulang rawan, tiga di

    antaranya berpasangan, sejumlah otot ekstrinsik dan intrinsik dan beberapa

    ligamen. Kerja otot ini pada tulang rawan dan ligamen mengubah tegangan

    dan kedudukan pita suara, jadi memungkinkan variasi nada suara yang

    dihasilkannya. Lumen larings dibagi menjadi tiga kompartemen :

    vestibulum, ventrikel dan ruang infraglotis. Ruang infraglotis adalah

    kontinyu dengan lumen trakea, suatu struktur yang disokong oleh cincin-C

    15-20 segmen tulang rawan hialin yang berbentuk tapal kuda. Lumen trakea

    dibatasi oleh epitel respirasi yang terdiri atas berbagaijenis sel, yaitu sel

    goblet, sel-sel basal, sel bersilia, sel sikat dan mungkin sel DNES penghasil

    hormon. Trakea bercabang menjadi dua bronkus primer yang menuju ke

    paru kanan dan kiri.4

    b. Daerah lntrapulmonal

    Daerah intrapulmonal terdiri atas bronkus intrapulmonal (bronkus

    sekunder), yang dindingnya disokong oleh lempeng tulang rawan hialin

    yang tidak beraturan. Setiap bronkus infrapulmonal mempercabangkan

    beberapa bronkiolus, diameter saluran yang makin berkurang yang tidak

    mempunyai rangka tulang rawan sebagai penyokong. Epitel yang

    membatasi bronkiolus yang lebih besar bersilia dengan sedikit sel goblet,

    tetapi untuk cabang yang lebih kecil menjadi selapis kolumnar, dengan sel

    goblet digantikan oleh sel Clara. Selanjutnya, ketebalan dindingnya juga

    berkurang, juga diameter lumennya. Daerah paling akhir dari bagian

    konduksi terdiri atas bronkiolus terminalis yang mukosanya makin menurun

    ketebalannya dan strukturnya makin sederhana. Agar saluran udara ini tetap

    terbuka dimana dindingnya tidak mempunyai sokongan tulang rawan maka

  • LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 40

    dipertahankan oleh serat elastin yang memancar dari bagian tepinya dan

    bersatu dengan serat elastin yang terdapat pada struktur yang berdekatan.4

    - Bagian respirasi

    Respirasi yaitu tempat menyelenggarakan fungsi pertukaran gas, misalnya

    : bronkiolus respirasi, duktus alveoli, dan alveolus.

    Bagian respirasi mulai dengan percabangan bronkiolus terminalis, disebut

    bronkiolus respiratorius Saluran ini menyerupai bronkiolus terminalis kecuali

    saluran ini mempunyai kantong-kantong kecil yang menonjol keluar yang

    dikenal sebagai alveoli, yang berdinding tipis memungkinkan terjadinya

    pertukaran gas. Bronkiolus respiratorius seterusnya menuju ke duktus

    alveolaris yang berakhir pada daerah yang melebar yaitu sakus alveolaris,

    dengan setiap sakus terdiri atas sejumlah alveoli. Epitel sakus alveolaris dan

    alveoli terdiri atas dua jenis sel: pneumosit tipe I yang sangat tipis, yang

    menyusun dinding alveolus dan sakus alveolaris; dan pneumosit tipe II, sel

    yang membentuk surfaktan, suatu fosfolipid yang menurunkan tegangan

    permukaan. Berkaitan dengan bagian respirasi paru adalah suatu jala-jala

    kapiler yang sangat banyak, dialirkan melalui arteria pulmonalis dan

    dikosongkan melalui vena pulmonalis. Kapiler memperdarahi setiap alveolus

    dan kapiler kontinyu yang sangat tipis ini, sel endotel yang kontinyu sangat

    dekat dengan pneumosit tipe I. Ternyata, pada banyak lamina basalis kedua

    dinding melebur menjadi satu lamina basalis, sehingga sawar udara-darah

    minimal, j adi memudahkan pertukaran gas. Karena itu, sawar darah-udara

    (blood-air barrier) terdiri atas sel endotel kapiler yang tipis, dua lamina basalis

    yang menyatu, pneumosit tipe I yang tipis dan surfaktan serta cairan yang

    melapisi alveolus. Karena paru mengandung sejumlah besar alveoli 300 juta

    dengan total area permukaan 75 m', ruangruang kecil ini yang berkelompok

    satu sama lain dipisahkan satu dari yang lain oleh dinding dengan ketebalan

    yang berbeda, dikenal sebagai septa interalveolaris. Bagian yang paling tipis

    ini sering ada hubungan melalui porus alveolaris, dimana udara dapat lewat

    antar alveoli. Bila septum sedikit agak tebal mungkin ada jaringan ikat yang

    tipis seperti kapiler dengan lamina basalisnya atau mungkin mempunyai serat

  • LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 41

    kolagen dan serat elastin, juga serat otot polos dan sel jaringan ikat. Makrofag

    yang dikenal sebagai sel debu (dust cell) sering ada di septum interalveolaris.

    Sel ini berasal dari monosit dan masuk ke jaringan paru melalui aliran darah.

    Di sini makrofag menjadi matang dan menjadi benar-benar pembersih yang

    efisien. Diduga sel debu paling banyak dari semuajenis selsel, meski sel ini

    dibuang darijaringan paru dengan kecepatan 50 juta per hari. Meskipun tidak

    diketahui apakah sel debu secara aktif bermigrasi ke bronkiolus atau mencapai

    bronkiolus melalui aliran cairan, diketahui bahwa sel-sel itu dibawa dari sana

    dalam lapisan lendir, melalui getaran silia epitel respiratoris, ke dalam farings.

    Saat mencapai farings, selsel ini dibatukkan keluar atau ditelan.4

    1) NASUS

    Mukosa olfaktorius dari nasus

    a. Mukosa olfaktoris jika dilihat dalam pembesaran 270x rongga hidung

    terdiri atas epitel olfaktoris yang tebal (OE) dan lamina propria (LP) yang

    kaya dengan pembuluh darah (BV), pembuluh limf (L\D, dan serat saraf

    (NF) sering berkumpul menjadi berkas. Lamina propria juga mengandung

    kelenjar Bowman (BG) yang menhasilkan lendir cair dan dilepaskan ke

    permukaan epitel bersilia melalui saluran keluar yang pendek. Daerah

    kotak diperlihatkan dengan pembesaran kuat dalam Gambar 1.1 (gambar

    1)4

    b. Mukosa olfaktorius Ini adalah pembesaran kuat daerah kotak dari gambar

    sebelumnya (gambar 1.1). Epitel (OE) adalah bertingkat torak bersilia,

    silianya tampak jelas. Meskipun pulasan hematoksilin dan eosin mewarnai

    jaringan tidak dapat membedakan berbagai jenis sel, kedudukan inti dapat

    diperkirakan untuk dikenali. Sel basal (BC) tampak pendek, dan intinya

    dekat membrane basalis. Inti sel olfaktoris (OC) letaknya di tengah,

    sedangkan inti sel sustentakular (SC) letaknya dekat apeks sel.Gambar 1.1

    (gambar 2)4

    c. Epitel rongga hidung tampak kecil adanya kelenjar intraepitelial (IG).

    Perhatikan struktur ini berbatas jelas dari epitel di sekelilingnya. Hasil

  • LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 42

    sekresi dilepaskan ke dalam ruangan (bintang) yang kontinyu dengan

    rongga hidung (NC). Jaringan ikat (CT) subepitelial mendapat banyak dara

    dengan pembuluh darah (BV) dan pembuluh limf (L\). Perhatikan sel

    plasma (PC), khas untuk jaringan ikat subepitelial sistem repirasi, yang

    juga memperlihatkan adanya kelenjar (GI). Gambar 1.2 (gambar 3)4

    Gambar 2.1. Mikroskopik Hidung4

    (Sumber: Atlas Berwarna Histologi, 5th Ed)

  • LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 43

    Gambar 2.2. Mikroskopik Hidung4

    (Sumber: Atlas Berwarna Histologi, 5th Ed)

    2) LARYNX

    Pada gambar terlihat Larings setengah kanan, setinggi ventrikel (V)

    diperlihatkan dalam fotomikroskopik ini. Ventrikel dibatasi sebelah superior oleh

    lipat ventricular (pita suara palsu) (VF) dan sebelah inferior dibatasi oleh lipat

    vokalis (VoF). Ruang di atas lipat ventricular adalah awal vestibulum (Ve) dan yang

    di bawah lipat vokalis adalah awal ruang infraglotis (IC). Muskulus vokalis (\M)

    mengatur ligamentum vokalis yang ada di lipat vokalis. Asinus kelenjar mukosa

    dan kelenjar seromukosa (GI) tersebar di dalam jaringan ikat subepitelial. Tulang

    rawan larings (LC) juga tampak di sini.4

  • LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 44

    Gambar 2.3. Mikroskopik Larynx.4

    (Sumber: Atlas Berwarna Histologi, 5th Ed)

    3) TRAKEA

    Gambar fotomikroskopik ini memperlihatkan potongan memanjang trakea (Tr)

    dan esogafus (Es). Perhatikan lumen (LT) trakea tetap terbuka, karena adanya

    tulang rawan yang tidak kontinyu berbentuk cincin-C (CR) pada dindingnya.

    Cincin- C pada trakea lebih tebal di bagian anterior daripada sisi posterior, dan

    dipisahkan satu sama lain oleh jaringan ikat fibrosa (panah) yang tebal dan kontinyr

    dengan perikondrium cincin-C. Tunika adventisia trakea melekat pada esofagus

    melalui jaringan ikat (CT) longgar, yang sering mengandung jaringan lemak.

    Perhatikan lumen (LE) esophagus biasanya kolaps.4

  • LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 45

    Gambar 2.4. Mikroskopik Trakea.4

    (Sumber: Atlas Berwarna Histologi, 5th Ed)

    Trakea dilapisi oleh epitel (E) bertingkat torak bersilia, yang ditempati

    sejumlah sel goblet (GC) yang secara aktif mensekresi substansia mukus. Lamina

    propria (LP) relatif tipis, sedangkan sub' mukosa (SM) tebal dan berisi kelenjar

    mukosa dan kelenjar seromukosa (GI) yang sekretnya dialirkan ke permukaan

    epitel melalui saluran keluar yang menembus lamina propria. Perikondrium (Pc)

    tulang rawan hialin berbentuk cincin-C (CR) menyatu dengan jaringan ikat

    submukosa. Perhatikan potongan melintang pembuluh darah (BV), menandakan

    banyaknya aliran pembuluh darah.4

  • LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 46

    Gambar 2.5. Mikroskopik Trakea.4

    (Sumber: Atlas Berwarna Histologi, 5th Ed)

    Gambar fotomikroskopik ini adalah pembesaran kuat suatu daerah serupa

    dengan daerah kotak dalam Gambar. Epitel (E) bertingkat torak bersilia melekat

    pada membrana basalis yang memisahkannya dari lamina propria di bawah nya.

    Sisi luar lamina propria dibatasi oleh suatu lamina elastika (panah), sebelah dalam

    adalah submukosa (SM) di dalamnya ada banyak pembuluh darah (BV). Cincin-C

    (CR) dengan bantuan perikondrium (Pc), men)'usun seluruh dinding trakea. Tunika

    adventisia trakea, beberapa ahli mengikutkan cincin-C, terdiri atas jaringan ikat

    jarang, di dalam nya ada beberapa sel lemak (AC), saraf (N) dan pembuluh darah

    (BV). Berkas serat kolagen tunika adventisia untuk melekatkan trakea ke struktur

    disekitarnya.4

  • LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 47

    Gambar 2.6. Mikroskopik Trakea.4

    (Sumber: Atlas Berwarna Histologi, 5th Ed)

    4) BRONKUS

    Trakea bercabang di luar paru-paru dan membentuk bronkus primer atau

    ekstrapulmonal. Setiap bronkus primer bercabang-cabang dengan setiap cabang

    yang mengecil sehingga tercapai diameter sekitar 5 mm. Mukosa bronkus besar

    secara struktural mirip dengan mukosa trakea, kecuali pada susunan kartilago dan

    otot polosnya . Di bronkus primer, kebanyakan cincin kartilago sepenuhnya

    mengelilingi lumen bronkus, tetapi seiring dengan mengecilnya diameter bronkus,

    cincin kartilago secara perlahan digantikan lempeng kartilago hialin. Sejumlah

    besar kelenjar mukosa dan serosa juga ditemukan dengan saluran yang bermuara

    ke dalam lumen bronkus. Di lamina propria bronkus, terdapat berkas menyilang

    otot polos yang tersusun spiral, yang menjadi lebih jelas terlihat di cabang bronkus

    yang lebih kecil. Lamina propria juga mengandung serat elastin dan memiliki

    banyak kelenjar serosa dan mukosa, dengan saluran yang bermuara ke dalam lumen

    bronkus. Banyak limfosit ditemukan baik di dalam lamina propria dan di antara sel-

    sel epitel. Terdapat kelenjar getah bening dan terutama banyak dijumpai di tempat

    percabangan bronkus. Serat elastin, otot polos dan MALT relatif bertambah banyak

  • LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 48

    seiring dengan mengecilnva bronkus dan berkurangnya kartilago dan jaringan ikat

    lain. 5,6

    Ketika masuk ke paru, bronkus primer bercabang dan membentuk serangkaian

    bronkus intrapulmonal yang lebih kecil. Bronkus intrapulmonal dilapisi oleh epitel

    bronkus bertingkat semu silindris bersilia yang ditunjang oleh lapisan tipis lamina

    propria jaringan ikat halus dengan serat elastik (tidak tampak) dan beberapa

    limfosit. Selapis tipis otot polos mengelilingi lamina propria dan memisahkannya

    dari submukosa. Submukosa mengandung banyak kelenjar bronkialis seromukosa.

    Sebuah duktus ekskretorius dari kelenjar bronkialis berjalan melalui lamina propria

    untuk bermuara ke dalam lumen bronkus. Pada kelenjar bronkialis seromukosa,

    semiluna serosa mungkin terlihat. 5,6

    Di paru, cincin tulang rawan hialin trakea diganti oleh lempeng tulang rawan

    hialin yang mengelilingi bronkus. Jaringan ikat perikondrium menutupi masing-

    masing lempeng tulang rawan. Lempeng tulang rawan hialin makin kecil dan

    terletak lebih berjauhan satu sama lain seiring dengan bercabangnya bronkus

    menjadi saluran yang lebih kecil. Di antara lempeng tulang rawan, submukosa

    menyatu dengan adventisia. Kelenjar bronkialis dan sel adiposa terdapat di

    submukosa bronkus yang lebih besar. Pembuluh darah bronkus dan arteriol bronkus

    terlihat di jaringan ikat di sekitar bronkus. Bronkus juga disertai oleh vena besar

    dan arteri. Bronkus intrapulmonal, jaringan ikatnya, dan lempeng tulang rawan

    hialin dikelilingi oleh alveoli paru. 5,6

  • LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 49

    Gambar 2.7. Bronkus Intrapulmonal.6

    (Sumber: Atlas Histologi Difiore. Ed 44. Jakarta : EGC, 2004.)

    5) BRONKIOLUS

    Bronkiolus, yaitu jalan napas intralobular berdiameter 5 mm atau kurang,

    terbentuk setelah generasi kesepuluh percabangan dan tidak memiliki kartilago

    maupun kelenjar dalam mukosanya. Pada bronkiolus yang lebih besar, epitelnya

    masih epitel bertingkat silindris bersilia, tetapi semakin memendek dan sederhana

    sampai menjadi epitel selapis silindris bersilia atau selapis kuboid di bronchiolus

    terminalis yang lebih kecil. Sel goblet menghilang selama peralihan ini, tetapi epitel

    bronchiolus terminalis juga mengandung sejumlah besar sel kolumnar lain: sel

    bronkiolar eksokrin, yang lazim disebut sel Clara. Sel yang aktif bermitosis ini

    menyekresi komponen surfaktan dan memiliki berbagai fungsi pertahanan yang

    penting. Sebaran sel neuroendokrin juga dijumpai, yang menghasilkan serotonin

    dan peptida lain vang membantu mengatur tonus otot polos setempat. Kelompok

    sel serupa, yang disebut badan neuroepitel, dijumpai di sejumlah bronkiolus dan

    pada tingkat yang lebih tinggi di percabangan bronkus. Badan ini dipersarafi oleh

    serabut saraf sensoris dan autonom serta sejumlah sel tampaknya berfungsi sebagai

    reseptor kemosensorik dalam memantau kadar O2. Sel punca epitelial juga dijumpai

    pada kelompok sel-sel tersebut. Lamina propria bronkiolus sebagian besar terdiri

    atas otot polos dan serat elastin.5

  • LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 50

    Gambar 2.8. Bronkus.5

    (Sumber: Histologi Dasar Junqueira: Teks & Atlas. Ed. 12. Jakarta: EGC; 2011.)

    a. Bronkiolus terminalis

    Bronkiolus bercabang menjadi bronkiolus terminalis yang lebih kecil,

    yang berdiameter sekitar 1 mm atau kurang. Bronkiolus terminalis dilapisi

    oleh epitel selapis silindris. Di bronkiolus terkecil, epitelnya mungkin

    selapis kuboid. Bronkiolus terminalis tidak mengandung lempeng tulang

    rawan, kelenjar bronkialis, dan sel goblet. Bronkiolus terminalis

    merupakan saluran terkecil untuk menghantarkan udara. Karena adanya

    kontraksi otot polos, maka lipatan mukosa lebih menonjol di bronkiolus.

    Lapisan otot polos yang berkembang baik mengelilingi lamina propria

    tipis, yang selanjutnya dikelilingi oleh adventisia.

    Di dekat bronkiolus terdapat sebuah cabang kecil arteri pulmonalis.

    Bronkiolus terminalis dikelilingi oleh alveoli paru. Alveoli dikelilingi oleh

    septum interalveolare tipis dengan kapiler.6

  • LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 51

    Gambar 2.9. Bronkiolus terminalis.6

    (Sumber: Atlas Histologi Difiore. Ed 44. Jakarta : EGC, 2004.)

    b. Bronchiolus Respiratorius

    Setiap bronchiolus terminalis bercabang menjadi dua atau lebih

    bronchiolus respiratorius yang berfungsi sebagai daerah peralihan antara

    bagian konduksi dan bagian respiratorik sistem pernapasan. Mukosa

    bronchiolus respiratorius secara struktural identik dengan mukosa

    bronchiolus terminalis kecuali dindingnya yang diselingi oleh banyak

    alveolus tempat terjadinya pertukaran gas. Bagian bronchiolus

    respiratorius dilapisi oleh epitel kuboid bersilia dan sel Clara, tetapi pada

    tepi muara alveolus, epitel bronkiolus menyatu dengan sel-sel alveolus

    gepeng (sel alveolus tipe I). Semakin ke distal di sepanjang bronkiolus ini,

    jumlah alveolusnya semakin banyak, dan jarak di antaranya semakin

    pendek. Di antara alveolus, epitel bronkiolusnya terdiri atas epitel kuboid

    bersilia, meskipun silia dapat tidak dijumpai di bagian yang lebih distal.

    Otot polos dan jaringan ikat elastis terdapat di bawah epitel bronchiolus

    respiratorius.5

  • LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 52

    Gambar 2.10. Bronkiolus respiratorius dan ductus alveolaris.5

    (Sumber: Histologi Dasar Junqueira: Teks & Atlas. Ed. 12. Jakarta: EGC; 2011.)

    Gambar 2.11. Bronkiolus respiratorius, ductus alveolaris, dan alveoli paru.6

    (Sumber: Atlas Histologi Difiore. Ed 44. Jakarta : EGC, 2004.)

    6) DUCTUS ALVEOLARIS

    Semakin ke distal pada bronkiolus respiratorius, jumlah muara alveolus ke

    dalam dinding bronkiolus semakin banyak. Bronkiolus respiratorius bercabang

    menjadi saluran yang disebut ductus alveolaris yang sepenuhnya dilapisi oleh

    muara alveoli. Ductus alveolaris dan alveolus dilapisi oleh sel alveolus gepeng yang

    sangat halus. Di lamina propria yang mengelilingi tepian alveolus terdapat anyaman

    sel otot polos, yang menghilang di ujung distal ductus alveolaris. Sejumlah besar

    matriks serat elastin dan kolagen memberikan sokongan pada duktus dan

    alveolusnya. Duktus alveolaris bermuara ke dalam atrium di dua saccus alveolaris

  • LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 53

    atau lebih. Serat elastin dan reticular membentuk jalinan rumit yang mengelilingi

    muara atrium, saccus alveolaris, dan alveoli. Serat-serat elastin memungkinkan

    alveolus mengembang sewaktu inspirasi dan berkontraksi secara pasif selama

    ekspirasi. Serat-serat retikular berfungsi sebagai penunjang yang mencegah

    pengembangan berlebih dan kerusakan kapiler-kapiler halus dan septa alveolar

    yang tipis. Kedua serabut tersebut menunjang jaringan ikat yang menampung

    jalinan kapiler di sekitar setiap alveolus. 5

    7) ALVEOLUS

    Alveolus merupakan evaginasi mirip kantong (berdiameter sekitar 200 m) di

    bronchiolus respiratorius, ciuctus alveolaris, dan saccus alveolaris. Alveoli

    bertanggung jawab atas terbentuknya struktur berongga dalam paru. Secara

    struktural, alveolus menyerupai kantong kecil yang terbuka pada satu sisinya, yang

    mirip dengan sarang lebah. Di dalam struktur mirip mangkuk ini, berlangsung

    Pertukaran O2, dan CO2, antara udara dan darah. Struktur dinding alveolus

    dikhususkan untuk memudahkan dan memperlancar difusi antara lingkungan luar

    dan dalam. Setiap dinding terletak di antara dua alveolus yang bersebelahan

    sehingga disebut sebagai septum interalveolus. Satu septum interalveolar memiliki

    sel dan matriks ekstrasel jaringan ikat, terutama serat elastin dan kolagen yang

    dipendarahi oleh sejumlah besar jalinan kapiler tubuh. Udara dalam alveolus

    dipisahkan dari darah kapiler oleh tiga komponen yang secara kolektif disebut

    sebagai membran respiratorik atau sawar darah-udara:

    a. Lapisan permukaan dan sitoplasma sel alveolus,

    b. Lamina basal yang menyatu dari sel alveolus dan sel endotel kapiler, dan

    c. Sitoplasma sel endotel.

    Tebal keseluruhan ketiga lapisan ini bervariasi dari 0,1 sampai 1,5 m. Di

    dalam septum interalveolus, anastomosis kapiler paru ditunjang oleh jalinan serat

    retikular dan elastin, yang merupakan penyangga struktural utama alveolus.

    Makrofag dan leukosit lain dapat juga ditemukan di dalam interstisium septum.

    Lamina basal sel endotel kapiler dan sel epitel (alveolar) bersatu sebagai satu

    struktur bermembran. Pori berdiameter 10-15 m dijumpai pada septum

  • LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 54

    interalveolus dan menghubungkan alveolus yang berdekatan dan bermuara ke

    berbagai bronkiolus. 5

    Sel endotel kapiler sangat tipis. Lapisan endotel kapiler bersifat kontinu dan

    tidak bertingkat. Berkumpulnya inti dan organel lain menyebabkan sisa daerah sel

    menjadi sangat tipis sehingga efisiensi pertukaran gas meningkat. Ciri utama

    sitoplasma di bagian sel yang tipis adalah banyaknya vesikel pinositotik.5

    Sel alveolus tipe I (juga disebut pneumosit tipe I atau sel alveolar skuamosa)

    merupakan se1 yang sangat tipis yang melapisi permukaan alveolus. Sel tipe I

    menempati 97% dari permukaan alveolus (sisanya ditempati sel tipe II). Sel-sel ini

    Sangat tipis (kadang-kadang hanya setebal 25 nm).5

    Organel-organel seperti retikulum endoplasma, apparatus golgi, dan

    mitokondria berkumpul di sekitar inti sehingga sebagian besar daerah sitoplasma

    hampir bebas dari organel dan mengurangi ketebalan sawar darah-udara.

    Sitoplasma di bagian tipis mengandung banyak vesikel pinositotik, yang dapat

    berperan pada pergantian surfaktan dan pembuangan partikel kontaminan kecil dari

    permukaan luar. Selain desmosom, semua sel epitel tipe I memiliki taut kedap yang

    berfungsi mencegah perembesan cairan jaringan ke dalam ruang udara alveolus.

    Fungsi utama sel ini adalah membentuk sawar dengan ketebalan minimal yang

    dapat dilalui gas dengan mudah. 5

    Sel alveolus tipe II (pneumosit tipe II) tersebar di antara sel-sel alveolus tipe I

    dengan taut kedap dan desmosom yang menghubungkannya dengan sel tersebut.

    Se1 tipe II berbentuk bundar yang biasanya berkelompok dengan jumlah dua atau

    tiga di sepanjang permukaan alveolus di tempat pertemuan dinding alveolus. Sel ini

    berada di membran basal dan merupakan bagian dari epitel, dan memiliki asal yang

    sama dengan sel tipe I yang melapisi dinding alveolus. Sel-sel ini membelah dengan

    cara mitosis untuk mengganti populasinya sendiri dan juga mengganti populasi sel

    tipe I.5

    Pada sediaan histologi, sel-sel tipe II menampilkan ciri sitoplasma bervesikel

    yang khas atau berbusa. Vesikel ini disebabkan adanya badan lamela. Badan

    lamela, yang berdiameter rerata 7-2 m, mengandung lamela konsentris atau paralel

    yang dibatasi oleh suatu membran unit. Badan-badan ini mengandung fosfolipid,

  • LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 55

    glikosaminoglikan, dan proteim diproduksi secara kontinu dan dilepaskan di

    permukaan apikal sel. Badan berlamel menghasilkan materi yang menyebar di atas

    permukaan alveolus berupa surfaktan membentuk lapisan ekstrasel yang

    menurunkan tegangan permukaan.5

    Lapisan surfaktan terdiri atas suatu hipofase aquosa berprotein yang ditutupi

    oleh selapis tipis fosfolipid monomolekular, yang terutama terdiri atas

    fosfatidilkolin dipal' mitoil dan fosfatidilgliserol. Surfaktan iuga mengandung

    beberapa protein spesifik. Surfaktan paru memiliki beberapa fungsi penting dalam

    efisiensi paru, tetapi terutama bekerja mengurangi tegangan permukaan di alveolus.

    Pengurangan tegangan permukaan berarti bahwa lebih sedikit daya inspirasi yang

    diperlukan untuk mengisi alveolus sehingga mempermudah kerja Pernapasan.

    Tanpa adanya surfaktan alveolus cenderung kolaps selama ekspirasi. Lapisan

    surfaktan tidak bersifat statis tetapi diganti secara terus menerus. Lipoprotein secara

    berangsur dihilangkan dari permukaan melalui pinositosis di kedua tipe sel alveolus

    dan oleh makrofag. Vaskular ke dalam jaringan paru, tempat sel ini memfagositosis

    eritrosit yang hilang akibat kerusakan kapiler dan partikel udara yang telah

    memasuki alveolus. Sejumlah debris dalam sel-sel ini sangat mungkin berasal dari

    lumen alveolus dan masuk ke dalam interstisium setelah sel alveolus tipe I

    melakukan pinositosis. Makrofag aktif dalam paru sering tampak sedikit lebih gelap

    karena kandungan debu dan karbon dari udara serta kompleks besi (hemosiderin)

    dari eritrosit. Makrofag yang sudah terisi dapat mengalami berbagai nasib,

    kebanyakan bermigrasi ke dalam bronkiolus tempat sel ini menggerakkan eskalator

    mukosiliar untuk pembuangannya di faring; makrofag lain meninggalkan paru

    melalui aliran limfe, sementara yang lain tetap di jaringan ikat septum interalveolus

    selama bertahun-tahun. Cairan pelapis alveolus juga dihilangkan melalui saluran

    konduksi akibat adanya aktivitas silia. Sewaktu sekret berpindah ke atas melalui

    jalan napas, cairan tersebut bergabung dengan mukus bronkus, yang membentuk

    cairan bronkoalveolar, yang membantu pengeluaran partikel halus dan komponen

    berbahaya yang berasal dari udara inspirasi. Cairan bronkoalveolar mengandung

    sejumlah enzim litik (misalnya, Iisozim, kolagenase, B glukuronidase) yang berasal

    dari se1 Clara, sel tipe II, dan makrofag alveolus. 1

  • LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 56

    Gambar 2.12. Alveolus dan sawar darah udara.5

    (Sumber: Histologi Dasar Junqueira: Teks & Atlas. Ed. 12. Jakarta: EGC; 2011.)

    Gambar 2.13. Dinding alveolus dan sel alveolus.6

    (Sumber: Atlas Histologi Difiore. Ed 44. Jakarta : EGC, 2004.)

    8) PLEURA

    Permukaan luar paru dan dinding internal rongga toraks dilapisi oleh suatu

    membran serosa yang disebut pleura. Membran yang melekat pada jaringan paru

    disebut pleura viseralis dan membran yang melapisi dinding toraks adalah pleura

    parietalis. Kedua membran tersebut menyatu di hilum dan keduanya terdiri atas sel-

    sel mesotel skuamosa selapis yang berada pada lapisan jaringan ikat tipis yang

  • LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 57

    mengandung serat kolagen dan elastin. Serat-serat elastin pleura viseral menyatu

    dengan serat elastin parenkim paru. Rongga pleura yang sempit di antara lapisan

    parietal dan viseral seluruhnya dilapisi sel-sel mesotel yang normalnya membentuk

    suatu lapisan cairan serosa tipis yang bekerja sebagai pelumas, yang memudahkan

    pergeseran antar permukaan pleura selama gerakan Pernapasan. 5

    Gambar 2.14. Pleura.5

    (Sumber: Histologi Dasar Junqueira: Teks & Atlas. Ed. 12. Jakarta: EGC; 2011.)

  • LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 58

    3. Mahasiswa/i mampu menjelaskan Biokimia dari Sistem Respirasi

    Fungsi utama respirasi (pernapasan) adalah memperoleh O2 untuk digunakan

    oleh sel tubuh dan untuk mengeluarkan CO2 yang diproduksi oleh sel. Proses

    bernapas berlangsung secara kontinyu memasok O2 untuk diserap oleh darah dan

    mengeluarkan CO2 dari darah. Darah bekerja sebagai sistem transpor untuk O2 dan

    CO2 antara paru dan jaringan, dengan sel jaringan mengekstraksi O2 dari dar:ah dan

    mengeliminasi CO2 ke dalamnya.

    1) SEBAGIAN BESAR O2 DALAM DARAH DIANGKUT DALAM

    KEADAAN TERIKAT KE HEMOGLOBIN

    Oksigen terdapat dalam darah dalam dua bentuk: larut secara fisik dan secara

    kimiawi berikatan dengan hemoglobin (Tabel 1).

    a. O2 yang larut secara fisik

    Sangat sedikit O, yang larut secara fisik dalam cairan plasma, karena

    O2 kurang larut dalam cairan tubuh. Jumlah yang larut berbanding lurus

    dengan PO2 darah. Semakin tinggi PO2, semakin banyak O2 yang larut. Pada

    PO2 arteri normal sebesar 100 mmHg, hanya 3 ml O2 dapat larut dalam 1

    liter darah. Karena itu, hanya 15 ml O2/mnt yang dapat larut dalam aliran

    darah paru normal 5 liter/mnt (curah jantung istirahat). Bahkan daiam

    keadaan istirahat, sel-sel menggunakan 250 ml O2/mnt, dan konsumsi dapat

    meningkat hingga 25 kali lipat selama olahraga berat. Untuk menyalurkan

    O2 yang dibutuhkan oleh jaringan bahkan dalam keadaan istirahat, curah

    jantung harus sebesar 83,3 liter/mnt jika O2. Hanya dapat diangkut dalam

    bentuk larut. Jelaslah, harus ada mekanisme lain untuk mengangkut O2 ke

    jaringan. Mekanisme ini adalah hemoglobin (Hb). Hanya l,5% O2 dalam

    darah yang larut; sisa 98,5% nya diangkut dalam ikatan dengan Hb. O2 yang

    terikat ke Hb tidak ikut membentuk PO2 darah; karena itu, Po2 darah bukan

    ukuran kandungan O2 total darah tetapi hanya ukuran bagian O, yang larut.

  • LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 59

    Tabel 1. Metode transpor gas dalam darah7

    (Sumber: Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, 2011)

    Gas Metode transpor dalam darah Persentase yang dibawa

    dalam bentuk ini (%)

    O2

    Larut secara fisik 1,5

    Berikatan dengan Hemoglobin 98,5

    CO2

    Larut secara fisik 10

    Berikatan dengan Hemoglobin 30

    Sebagai bikarbonat (HCO3-) 60

    b. Oksigen yang terikat ke hemoglobin

    Hemoglobin, suatu molekul protein yang mengandung besi dan

    terdapat di dalam sel darah merah, dapat membentuk ikatan yang longgar

    dan reversibel dengan O2. Ketika tidak berikatan dengan O2, Hb disebut

    sebagai hemoglobin tereduksi, atau deoksihemoglobin; ketika berikatan

    dengan O2 disebut oksihemoglobin (HbO2):

    Hb + O2 HbO2

    Hemoglobin tereduksi Oksihemoglobin

    c. PO2 adalah faktor utama yang menentukan persen saturasi

    hemoglobin

    Masing-masing dari keempat atom besi di dalam bagian hem sebuah

    molekul hemoglobin dapat berikatan dengan satu molekul O2, sehingga

    setiap molekul Hb dapat membawa hingga empat molekul O2.

    Hemoglobin dianggap jenuh ketika semua Hb yang ada membawa O2-nya

    secara maksimal. Persen saturasi hemoglobin (%Hb), suatu ukuran

    seberapa banyak Hb yang ada berikatan dengan O2 dapat bervariasi dari

    0% sampai 100%.

    Faktor terpenting yang menentukan % saturasi Hb adalah PO2 darah,

    yang berkaitan dengan konsenrrasi O2 yang secara fisik larut dalam darah.

    Menurut hukum aksi massa, jika konsentrasi satu bahan yang terlibat

  • LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 60

    dalam suatu reaksi reversibel meningkat maka reaksi terdorong ke arah

    yang berlawanan. Sebaliknya, jika konsentrasi satu bahan berkurang maka

    reaksi terdorong ke arah sisi tersebut. Dengan menerapkan hukum ini ke

    reaksi reversibel yang melibatkan Hb dan O2 (Hb + O2 HbO2), ketika

    PO2 darah meningkat, seperti di kapiler paru, reaksi bergerak ke arah sisi

    kanan persamaan, meningkatkan pembentukan HbO2 (peningkatan %

    saturasi Hb). Ketika PO2 darah turun, seperri di kapiler sisremik, reaksi

    terdorong ke arah sisi kiri persamaan dan oksigen dibebaskan dari Hb

    karena HbO2 berdisosiasi (penurunan % saturasi Hb). Karena itu, akibat

    perbedaan PO2 di paru dan jaringan lain, maka Hb secara otomatis

    "mengambil" O2 di paru, tempat ventilasi secara terus-menerus

    menyediakan pasokan segar O, dan "melepaskannya' di jaringan yang

    secara terus-menerus menggunakan O2.

    2) HEMOGLOBIN MENDORONG PERPINDAHAN NETTO O2 DI

    TINGKAT ALVEOLUS DAN JARINGAN

    Hb berperan penring mengijinkan pemindahan O2 dalam jumlah besar sebelum

    PO2 darah seimbang dengan jaringan sekitar.

    a. Peran hemoglobin di tingkat alveolus

    Hemoglobin bekerja sebagai "depo penyimpanan" untuk O2,

    memindahkan O2 dari larutan segera setelah molekul ini masuk ke darah

    dari alveolus. Karena hanya O2 larut yang berperan membentuk PO2, maka

    O2 yang tersimpan di Hb tidak dapat ikut membentuk PO2 darah. Ketika

    darah vena sistemik masuk ke kapiler paru, PO2 nya jauh lebih rendah

    daripada PO2 alveolus, sehingga O2 segar berdifusi ke dalam darah,

    meningkat PO2 darah. Segera setelah PO2 darah naik, persentase Hb yang

    dapat berikatan dengan O2 juga meningkat, seperti ditunjukkan oleh kurva

    O2- Hb. Karena itu, sebagian besar O2 yang telah berdifusi ke dalam darah

    berikatan dengan Hb dan tidak lagi berperan menentukan PO2. Karena O2

    dikeluarkan dari larutan karena berikatan dengan Hb, PO2 turun ke tingkat

    yang hampir sama dengan ketika darah masuk ke paru, meskipun jumlah

  • LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 61

    total O2 dalam darah sebenarnya telah bertambah. Karena Po, darah

    kembali lebih rendah daripada PO2 alveolus maka lebih banyak O2 yang

    berdifusi dari alveolus ke dalam darah, hanya untuk kembali diserap oleh

    Hb.

    Difusi netto O2 dari alveolus ke darah sebenarnya terjadi secara terus-

    menerus sampai Hb mengalami saturasi lengkap oleh O2 sesuai dengan

    yang dimungkinkan oleh PO2 tersebut. Pada PO2 normal 100 mmHg, Hb

    mengalami saturasi 97,5%. Karena itu, dengan menyerap O2, Hb menjaga

    PO2 darah rendah dan memperlama eksistensi gradien tekanan parsial

    sehingga dapat terjadi pemindahan netto O2 dalam jumlah besar ke daiam

    darah. Barulah setelah Hb tidak lagi dapat menyimpan O2 tambahan (yaitu,

    Hb telah mengalami saturasi sesuai PO2 tersebut) semua O2 yang

    dipindahkan ke dalam darah tetap larut dan langsung berkontribusi untuk

    PO2. Saat ini barulah PO2 darah cepat seimbang dengan PO2 alveolus, dan

    menyebabkan pemindahan O, lebih lanjut terhenti, tetapi tirik ini belum

    tercapai sampai Hb telah mengangkut O2 nya secara maksimal. Setelah

    PO2 darah seimbang dengan PO2 alveolus maka tidak ada lagi pemindahan

    O2, seberapa pun O2 total yang telah dipindahkan.

  • LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 62

    Gambar 3.1. Hemoglobin mempermudah pemindahan netto O2 dalam jumlah besar dengan

    bekerja sebagai depo penyimpanan agar PO2 tetap rendah.7

    (Sumber: Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, 2012)

    b. Peran hemoglobin di tingkat jaringan

    Situasi kebalikannya terjadi di tingkat jaringan. Karena PO2 darah

    yang masuk ke kapiler sistemik jauh lebih besar daripada PO2 jaringan

    sekitar maka O2 segera berdifusi dari darah ke jaringan sehingga PO2 darah

    turun. Ketika PO2 darah turun, Hb harus melepaskan sebagian dari O2 yang

    dibawanya, karena % saturasi Hb berkurang. Sewaktu O2 yang dibebaskan

    dari Hb larut dalam darah, PO2 darah meningkat dan kembali melebihi PO2

    jaringan sekitar. Hal ini mendorong perpindahan lebih lanjut O2 dari darah,

    meskipun jumlah total O2 dalam darah telah turun. Hanya ketika Hb tidak

    lagi dapat membebaskan O2 (ketika Hb telah membebaskan O2 nya

    semaksimal mungkin sesuai PO2 di kapiler sistemik) barulah PO2 darah

    turun hingga serendah PO2 jaringan sekitar. Pada waktu ini, tidak ada lagi

    pemindahan O2. Hemoglobin, karena menyimpan O2 dalam jumlah besar

    yang dapat dibebaskan jika terjadi penurunan kecil PO2 di tingkat kapiler

    sistemik, memungkinkan pemindahan O2 dari darah ke sel dalam jumlah

    yang jauh lebih besar daripada seandainya Hb tidak ada. Karena itu, Hb

    berperan penting dalam jumlah total O2 yang dapat diangkut oleh darah di

  • LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 63

    paru dan dibebaskan ke jaringan. Jika kadar Hb turun menjadi separuh

    normal, seperti pada pasien dengan anemia berat, maka kapasitas darah

    mengangkut O2 turun sebesar 50% meskipun PO2 arteri normal 100 mmHg

    dengan saturasi Hb 97,5%. Hanya separuh Hb yang tersedia untuk

    dijenuhkan oleh O2, yang kembali menekankan betapa pentingnya Hb

    dalam menentukan berapa banyak O2 yang dapat diserap di paru dan

    disediakan ke jaringan.

    3) SEBAGIAN BESAR CO2 DIANGKUT DALAM DARAH SEBAGAI

    BIKARBONAT.

    Ketika darah arteri mengalir melalui kapiler jaringan, CO, berdifusi menuruni

    gradien tekanan parsialnya dari sel jaringan ke dalam darah. Karbon dioksida

    diangkut oleh darah dalam tiga cara :

    a. Larut secara fisik. Seperti O2 yang larut, jumlah CO2 yang larut secara

    fisik dalam darah bergantung pada PCO2. Karena CO2 lebih larut daripada

    O2 dalam cairan plasma maka proporsi CO2 yang larut secara fisik dalam

    darah lebih besar daripada O2. Meskipun demikian, hanya 10% dari

    kandungan CO2 total darah yang terangkut dengan cara ini pada tingkat

    PCO2 vena sistemik normal.

    b. Terikat ke hemoglobin. Sebanyak 30% dari CO2 berikatan dengan Hb

    untuk membentuk karbaminohemoglobin (HbCO2). Karbondioksida

    berikatan dengan bagian globin Hb, berbeda dari O2 yang berikatan dengan

    bagian hem. Hb tereduksi memiliki afinitas lebih besar terhadap CO2

    daripada HbO2. Karena itu, dibebaskannya O2 dari Hb di kapiler jaringan

    mempermudah penyerapan CO2 oleh Hb.

    c. Sebagai bikarbonat. Sejauh ini cara yang paling penting untuk

    mengangkut CO2 adalah sebagai bikarbonat (HCO3-), dengan 60% CO2

    diubah menjadi HCO3- oleh reaksi kimia berikut, yang berlangsung di

    dalam sel darah merah karbonat anhidrase

  • LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 64

    Carbonik anhdrase

    CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO3-

    Dalam reaksi pertama, CO2 berikatan dengan H2O untuk membentuk

    asam karbonat (H2CO3). Reaksi ini dapat terjadi sangat lambat di plasma,

    tetapi berlangsung sangar cepat di dalam sel darah merah karena adanya enzim

    eritrosit karbonat anhidrase, yang mengatalisis (mempercepat) reaksi. Sesuai

    sifat asam, sebagian dari molekul asam karbonar secara spontan terurai menjadi

    ion hidrogen (H+) dan ion bikarbonat (HCO3). Karena itu, satu atom karbon

    dan dua atom oksigen molekul CO2 asli terdapat dalam darah sebagai bagian

    integral dari HCO3-. Hal ini menguntungkan karena HCO3 lebih larut dalam

    darah daripada CO2.

    Gambar 3. 2. Transportasi gas O2 dan CO2 di alveolus dan sel jaringan

    (Sumber: Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, 2012)

  • LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 65

    4. Mahasiswa/i mampu menjelaskan Mekanisme Pernapasan.

    1) MEKANISME PERNAPASAN.

    a. Inspirasi.

    Inspirasi merupakan proses aktif. Kontraksi otot inspirasi akan

    meningkatkan volume intratoraks. Tekanan intrapleura di bagian basis

    paru akan turun dari nilai normal -2,5 mmHg (relative terhadap tekanan

    atmosfer) pada awal inspirasi, menjadi -6 mmHg. Jaringan paru akan

    semakin teregang. Tekanan dalam saluran udara menjadi sedikit lebih

    negatif dan udara mengalir ke dalam paru. Pada akhir inspirasi, daya recoil

    paru mulai menarik dinding dada kembali ke kedudukan ekspirasi, sampai

    tercapainya keseimbangan kembali antara daya recoil jaringan paru dan

    dinding dada.

    Pada inspirasi kuat tekanan intrapleura turun dan menyebabkan

    pengembangan jaringan paru menjadi lebih besar. Bila ventilasi

    meningkat, derajat pengempisan jaringan paru juga ditingkatkan oleh

    kontraksi aktif otot ekspirasi yang menurunkan volume intratoraks.9

    b. Ekspirasi.

    Tekanan di saluran udara menjadi sedikit lebih positif dan udara

    mengalir meninggalkan paru. Selama pernapasan tenang, ekspirasi

    merupakan proses pasif yang tidak memerlukan kontraksi otot untuk

    menurunkan volume intratoraks. Namun, pada awal ekspirasi, sedikit

    kontraksi otot inspirasi masih terjadi. Kontraksi ini berfungsi sebagai

    peredam daya recoil paru dan memperlambat ekspirasi.9

    2) VENTILASI PARU.

    Udara mengalir masuk dan keluar paru selama tindakan bernapas karena

    berpindah mengikuti gradien rekanan antara alveolus dan atmosfer yang berbalik

    arah secara bergantian dan ditimbulkan oleh aktivitas siklik otot pernapasan.

    Terdapat tiga tekanan yang berperan penting dalam ventilasi.7,9

  • LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 66

    1. Tekanan atmosfer (barometrik)

    Gambar 4.1. Tekanan yang penting pada ventilasi.7

    (sumber : Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Ed 6)

    a. Tekanan Atmosfer

    Tekanan atmosfer adalah tekanan yang ditimbulkan oleh berat udara

    di atmosfer pada benda di permukaan bumi. Pada ketinggian permukaan

    laut tekanan ini sama dengan 760 mm Hg. Tekanan atmosfer berkurang

    seiring dengan penambahan ketinggian di atas permukaan laut karena

    lapisan-lapisan udara di atas permukaan bumi juga semakin menipis. Pada

    setiap ketinggian terjadi perubahan minor tekanan atmosfer karena

    perubahan kondisi cuaca (yaitu, tekanan barometrik naik atau turun).7

    b. Tekanan intra-alveolus

    Tekanan intra-alveolus yang juga dikenal sebagai tekanan intraparu,

    adalah tekanan di dalam alveolus. Karena alveolus berhubungan dengan

    atmosfer melalui saluran napas penghantar, udara cepat mengalir

    menuruni gradien tekanannya setiap tekanan intra-alveolus berbeda dari

    tekanan atmosfer, udara terus mengalir sampai kedua tekanan seimbang

    (ekuilibrium).7

    c. Tekanan intrapleura

    Tekanan intrapleura adalah tekanan di dalam kantung pleura. Tekanan

    ini, yang juga dikenal sebagai tekanan intrathoraks, adalah tekanan yang

  • LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 67

    ditimbulkan di Iuar paru di dalam rongga thoraks. Tekanan intrapleura

    biasanya lebih rendah daripada tekanan atmosfer, rerata 756 mm Hg saat

    istirahat. Seperti tekanan darah yang dicatat dengan menggunakan tekanan

    atmosfer sebagai titik referensi (yaitu, tekanan darah sistolik 120 mm Hg

    adalah 120 mm Hg lebih besar daripada tekanan atmosfer 750 mm Hg atau,

    dalam kenyataan, 880 mm Hg).7

    3) Respirasi Eksternal

    Istilah respirasi eksternal merujuk kepada seluruh rangkaian kejadian dalam

    pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel tubuh. Respirasi

    eksternal memiliki beberapa tahap yaitu: 7

    a. Udara secara bergantian dimasukkan ke dan dikeluarkan dari paru sehingga

    udara dapat dipertukarkan antara atmosfer (lingkungan eksternal) dan kantung

    udara (alveolus) paru. Pertukaran ini dilaksanakan oleh tindakan mekanis

    bernapas atau ventilasi. Kecepatan ventilasi diatur untuk menyesuaikan aliran

    udara antara atmosfer dan alveolus sesuai kebutuhan metabolik tubuh akan

    penyerapan O2 dan pengeluaran CO2.

    b. Oksigen dan CO2 dipertukarkan antara udara di alveolus dan darah di dalam

    kapiler paru melalui proses difusi.

    c. Darah mengangkut O2 dan CO2 antara paru dan jaringan.

    d. Oksigen dan CO2 dipertukarkan antara jaringan dan darah melalui proses difusi

    menembus kapiler sistemik (jaringan).

    Sistem respirasi tidak melaksanakan semua tahap atau langkah respirasi tetapi

    sistem ini hanya berperan dalam ventilasi dan pertukaran O2 dan CO2 antara paru

    dan darah. Yang akan melanjutkannya yaitu sistem sirkulasi yang melaksanakan

    tahap-tahap selanjutnya.7

  • LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 68

    Gambar 4.2. Respirasi External dan Resprasi Internal.7

    (Sumber : Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Ed 6)

    4) Respirasi Internal

    Istilah respirasi internal atau respirasi sel meru.iuk kepada proses-proses

    metabolik intrasel yang dilakukan di dalam mitokondria, yang menggunakan O, dan

    menghasilkan CO, selagi mengambil energi dari molekul nurrien Respirator

    Quotient (RQ) , rasio CO, Iang dihasilkan terhadap O, yang dikonsumsi. 7

    Bervariasi bergantung pada jenis makanan yang dikonsumsi. Jika karbohidrat

    yang digunakan maka RQ adalah 1; yaitu, untuk setiap molekul O, yang

    dikonsumsi, satu molekul CO, diproduksi. Untuk lemak, RQ adalah 0,7; untuk

    protein, RQnya adalah 0,8.7

    5) Transpor Gas

    a. Transpor Oksigen.

    Sistem pengangkut O2 di tubuh terdiri dari paru dan sistem

    kardiovaskular. Pengangkut O2 menuju jaringan tertentu bergantung pada

    jumlah oksigen yang masuk ke dalam paru, adanya pertukaran gas di paru

    yang adekuat, aliran darah yang menuju jaringan, dan kapasitas darah

    untuk mengangkut oksigen aliran darah bergantung pada derajat kontriksi

    jaringan vaskular di jaringan serta curah jantung. Jumlah oksigen di dalam

  • LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 69

    darah di tentukan oleh jumlah oksigen yang larut, jumlah hemoglobin

    dalam darah, dan afinitas hemoglobin terhadap oksigen.9

    Oksigen yang terikat dengan hemoglobin. Hemoglobin, suatu molekul

    protein yang mengandung besi dan terdapat di dalam sel darah merah,

    dapat membentuk ikatan yang longgar dan reversibel dengan oksigen

    Ketika tidak berikatan dengan Oksigen, Hb disebut sebagai hemoglobin

    tereduksi, atau deoksihemoglobin, ketika berikatan dengan oksigen disebut

    oksihemoglobin (HbO2).9

    b. Transpor Karbondioksida

    Pada saat kondisi istirahat dibawah normal setiap seratus milliliter dari

    deoksigenasi darah mengandung perbandingan 53 mL dari gas CO2

    dimana ditransport dari darah melalui tiga bentuk, yaitu :8

    - Penyerapan CO2. Presentase kecil sekitar 7% diserap melalui plasma

    darah yang telah mencapai paru-paru, kemudian difusi masuk ke

    dalam alveolus dan diekspirasikan.

    - Ikatan karbominohemoglobin. Dari beberapa presentase yang tinggi

    sekitar 23% merupakan gabungan gugus amino dari asam amino dan

    protein dari darah menjadi bentuk ikatan-gabungan karbamino.

    Karena banyak prevalensi dari darah yaitu hemoglobin (di dalam sel

    darah merah), kebanyakan dari karbondioksida ditransportkan ada

    beberapa yang berikatan dengan hemoglobin. Sisi dari ikatan CO2 ini

    merupakan terminal dari asam amino dalam bentuk 2 alpha dan 2

    betarantai globiin. Hemoglobin yang telah mengikat co2 biasan

    dikenal sebagai karbominglobin (Hb-CO2).8

    Bentuk dari karbominoglobin sangat besar pengaruhnya dari PCO2.

    Contohnya, dalam jaringan kapiler PCO2 relatif tinggi dimana dia

    akan mendukung pembentukan dari karbominohemoglobin. Akan

    tetapi dalam kapiler pulmonari PCO2 relatif rendah dan bagian dari

    CO2 langsung lewat dari globin dan masuk ke alveolus melalui difusi.8

  • LAPORAN PBL BIOMEDIK 4 Skenario 2 70

    - Ion bikarbonat. Presentase CO2 terbesar sekitar 70% yang

    ditransport masuk ke dalam plasma darah sebagai ion bikarbonat.

    Sebagian CO2 yang difusi ke dalam sistem kapiler dan masuk ke

    dalam sel darah merah. Ion ini akan bereaksi dengan air karena

    adanya enzim dari karbonik anhidrase (Ca) ke dalam bentuk asam

    karbonat. Dimana akan diurai lagi menjadi H+ dan HCO3-.

    Dari hasil pengambilan CO2 dari darah, merupakan akumulasi dari

    sel darah merah. Beberapa HCO3- keluar dari plasma darah karena

    konsentrasi gradien rendah. Dalam pertukaran ion klorida berpindah

    dari plasma kedalam sel darah merah. Ion negatif dalam pertukaran

    ini akan menghasilkan keseimbangan elektrik antara plasma darah

    dan sitosol sel darah merah yang dikenal sebagai chloride shift. Efek

    dari sekian reaksi yaitu perpindahan CO2 dari dalam sel jaringan dan

    ditransport ke dalam plasma darah sebagai HCO3-.Sebagai