BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH -...
-
Upload
phungkhuong -
Category
Documents
-
view
224 -
download
0
Transcript of BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH -...
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 II-1
LAPORAN AKHIR
BAB II
GAMBARAN UMUM WILAYAH
2.1. Geografi
Secara keseluruhan luas wilayah Kabupaten Bintan adalah 87.717,84 km2 terdiri
atas wilayah daratan seluas 1.319,51 km2 (1,50%) dan wilayah laut seluas 86.398,33 km2
(98,50%). Tahun 2007, Pemerintah Kabupaten Bintan melakukan pemekaran wilayahnya
melalui Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kelurahan
Toapaya Asri di Kecamatan Gunung Kijang, Desa Dendun, Desa Air Glubi di Kecamatan
Bintan Timur, Kelurahan Tanjung Permai, Kelurahan Tanjung Uban Timur di Kecamatan
Bintan Utara, Kelurahan Tembeling Tanjung di Kecamatan Bintan Teluk Bintan, Desa
Kukup dan Desa Pengikik di Kecamatan Tambelan dan Kelurahan Kota Baru di
Kecamatan Teluk Sebong.
Selain itu juga dilakukan Pemekaran Kecamatan melalui Peraturan Daerah Nomor
12 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kecamatan Toapaya, Kecamatan Mantang,
Kecamatan Bintan Pesisir dan Kecamatan Seri Kuala Lobam. Dengan terjadinya
pemekaran wilayah maka jumlah Kecamatan yang terdapat di wilayah Kabupaten Bintan
bertambah dari 6 (enam) Kecamatan menjadi 10 (sepuluh) kecamatan, yaitu Kecamatan
Teluk Bintan, Sri Kuala Lobam, Bintan Utara, Teluk Sebong, Bintan Timur, Bintan Pesisir,
Mantang, Gunung Kijang, Toapaya, dan Tambelan. Secara lebih jelas, orientasi wilayah
dan batas administrasi Kabupaten Bintan sebagai berikut:
Sebelah Utara :Kabupaten Natuna, Anambas dan Malaysia.
Sebelah Selatan :Kabupaten Lingga.
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 II-2
LAPORAN AKHIR
Sebelah Barat :Kota Batam dan Kota Tanjungpinang.
Sebelah Timur :Provinsi Kalimantan Barat.
Kabupaten Bintan memiliki 240 buah pulau besar dan kecil. Hanya 49 buah
diantaranya yang sudah dihuni, sedangkan sisanya walaupun belum berpenghuni namun
sudah dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian, khususnya usaha perkebunan. Dilihat dari
topografinya, pulau-pulau di Kabupaten Bintan sangat bervariasi. Umumnya dibentuk oleh
perbukitan rendah membundar yang dikelilingi oleh daerah rawa-rawa. Wilayah Kabupaten
Bintan merupakan bagian paparan kontingental yang dikenal dengan nama Paparan
Sunda.
Morfologi Pulau Bintan memiliki perbedaan ketinggian yang tidak ekstrim, yaitu
antara 0-350 meter dari permukaan laut. Puncak tertinggi adalah Gunung Bintan 348
meter, dan selanjutnya Gunung Bintan Kecil 196 meter. Bukit-bukit lainnya merupakan
bukit-bukit dengan ketinggian dibawah 100meter. Bukit-bukit tersebut merupakan daerah
hulu-hulu sungai yang sebagian besar mengalir kearah Utara dan Selatan dengan pola
sub paralel, sedangkan pola anak-anak sungainya berpola sub radial. Sungai-sungai itu
umumnya pendek-pendek, dangkal dan tidak lebar.
2.2. Iklim
Secara geografis, wilayah Kabupaten Bintan terletak antara 006’17” - 1 34’52”
Lintang Utara dan 10412’47” Bujur Timur di sebelah Barat - 108 02’27” Bujur Timur di
sebelah Timur. Pada umumnya wilayah Kabupaten Bintan beriklim tropis. Selama periode
Tahun 2005-2010 temperatur rata-rata terendah 23,9o C dan tertinggi rata-rata 31,8o C
dengan kelembaban udara sekitar 85%.
Kabupaten Bintan mempunyai 4 macam perubahan arah angin yaitu:
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 II-3
LAPORAN AKHIR
Bulan Desember-Pebruari : Angin Utara
Bulan Maret-Mei : Angin Timur
Bulan Juni-Agustus : Angin Selatan
Bulan September-November : Angin Barat
Kecepatan angin tertinggi adalah 9 knot dan terjadi pada bulan Desember-Januari,
sedangkan kecepatan angin terendah pada bulan Maret-Mei.
2.3. Demografi
Kesejahteraan penduduk merupakan sasaran utama dan subyek
pembangunan.Oleh karena itu, dinamika kependudukan memiliki peranan yang penting
bagi perkembangan pembangunan.Sebagai subyek pembangunan, potensi sumber daya
kependudukan merupakan ujung tombak untuk meningkatkan taraf kehidupan yang lebih
baik. Semakin tinggi kualitas sumber daya kependudukan, semakin cepat pula proses
peningkatan itu terjadi. Sedangkan sebagai obyek pembangunan, kedudukan sumber daya
kependudukan perlu mendapat perhatian, karena pembangunan yang hanya difokuskan
pada fisik saja, tanpa diiringi perbaikan sumberdaya manusia hanya akan menimbulkan
ketimpangan. Jumlah penduduk di Kabupaten Bintan ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 2.1 Jumlah penduduk Laki-laki dan Perempuan, Tahun 2011
Kecamatan Penduduk
Sex Ratio Laki-laki Perempuan Jumlah
1. Bintan Timur 21.355 19.640 40.994 108,73
2. Gunung Kijang 6.910 5.709 12.619 121,04
3. Teluk Bintan 4.997 4.392 9.389 113,78
4. Toapaya 6.023 5.152 11.175 116,91
5. Teluk Sebong 8.962 7.874 16.836 113,81
6. Seri Kuala Lobam 8.438 10.093 18.531 83,61
7. Bintan Utara 11.186 11.088 22.273 100,88
8. Tambelan 2.699 2.530 5.229 106,69
9. Mantang 2.236 1.858 4.095 120,36
10. Bintan Pesisir 4.614 3.799 8.413 121,44
Jumlah 77.420 72.134 149.554 107,33
Sumber : BPS Kabupaten Bintan, Tahun 2012
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 II-4
LAPORAN AKHIR
Penduduk Kabupaten Bintan berdasarkan data dari BPS pada tahun 2011 berjumlah
149.554 jiwa yang terdiri dari 36.598 rumah tangga. Jumlah penduduk laki-laki sebesar
77.420 jiwa (51,77 persen) dan penduduk perempuan sebesar 72.134 jiwa (48,23 persen).
Perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dengan perempuan (sex ratio) sebesar
107. Artinya setiap 100 perempuan berbanding dengan 107 laki-laki. Kecamatan yang
terpadat penduduknya terdapat di kecamatan Bintan Timur dengan peringkat jumlah
penduduk tertinggi 40.994 jiwa (27,41 persen) sedangkan yang terendah terdapat
dikecamatan Mantang sebanyak 4.095 jiwa (9,08 persen).Dengan luas wilayah darat
1.319,51 km2 maka kepadatan penduduk rata-rata Kabupaten Bintan tahun 2011
(perbandingan antara jumlah penduduk dengan luas wilayahnya) sebesar 113 jiwa/km2.
Sedangkan jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1
Jumlah penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2007-2011
Sumber : BPS Kab Bintan Tahun 2012
0-4 5--9 10--14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70+
2011 17.13 15.47 12.12 10.79 14.00 17.86 16.37 12.73 9.56 7.216 5.243 3.808 2.701 2.062 2.44
2010 16.30 14-Ja 11.54 10.27 13.32 17 15.58 12.12 9.096 6.866 4.989 3.623 2.57 1.963 2.322
2009 12.20 12.45 10.80 10.75 9.543 13.50 12.04 10.94 9.076 7.839 5.297 4.175 3.338 2.311 3.073
2008 14.76 12.46 11.72 10.96 12.45 13.58 13.00 10.40 7.769 5.859 4.299 2.937 1.933 1.279 1.606
2007 11.56 11.04 11.62 9.677 11.01 14.34 11.24 10.25 7.868 6.183 5.549 3.69 3.374 2.341 1.533
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
2007 2008 2009 2010 2011
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 II-5
LAPORAN AKHIR
0.460.5 0.5 0.49 0.49
0.1
0.3
0.5
0.7
0.9
1.1
Ras
io
Tahun
Dependency Ratio
Rata-rata pertumbuhan penduduk (Laju Pertumbuhan Penduduk) dalam rentang
waktu lima tahun dari tahun 2007-2011 adalah 2,9% per tahun. Dengan kondisi tersebut
angka beban ketergantungan (Dependency Ratio) atau perbandingan antara penduduk
yang belum produktif ataupun yang sudah tidak produktif lagi (usia 0-14 tahun ditambah
penduduk usia 65 tahun ke atas) dibagi dengan penduduk usia produktif (usia 15-64
tahun) Kabupaten Bintan tahun 2010 mencapai 49,00. Pada tahun 2011tetappada angka
49,00. Artinya bahwa pada tahun 2011, untuk setiap 100 penduduk usia produktif di
Kabupaten Bintan menanggung sekitar 49 penduduk usia belum/tidak produktif. Gambaran
Dependency Ratio tersebut sebagaimana dalam diagram berikut:
Gambar 2.2 Rasio Ketergantungan Tahun 2007-2011
Sumber : BPS Kab Bintan Tahun 2012
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 II-6
LAPORAN AKHIR
2.4. Aspek Kesejahteraan Masyarakat
2.4.1 Indeks Pembangunan Manusia
Kualitas sumber daya manusia suatu daerah dapat dilihat dari nilai Indeks
Pembangunan Manusia (IPM). Angka IPM menunjukkan upaya yang dilakukan suatu
daerah dalam membangun manusianya, semakin tinggi nilai IPM maka semakin baik
upaya yang dilakukan. Secara umum pembangunan manusia periode 2006-2011 di
Indonesia mengalami peningkatan. Hal ini terkait erat dengan dampak dari situasi
perekonomian negara yang secara menyeluruh menunjukkan perbaikan, termasuk juga
perbaikan ekonomi di Kabupaten Bintan yang salah satunya ditandai dengan
meningkatnya besaran PDRB atas harga berlaku dari 4.426,07 milyar pada tahun 2010,
menjadi 4.874,79 milyar pada tahun 2011, walaupun laju pertumbuhan ekonomi yang
diukur dari besaran PDRB atas dasar harga konstan telah mengalami sedikit perlambatan
pertumbuhannya dari 5,56 persen tahun 2010 menjadi 6,18 persen pada tahun 2011.Pada
tahun 2011, IPM Kabupaten Bintan tercatat sebesar 75,17 meningkat sekitar 0,73 poin
dibandingkan IPM tahun 2010 yang sebesar 74,44. Peningkatan IPM selama periode
2010-2011 merupakan tolok ukur membaiknya pelayanan dasar khususnya dalam bentuk
pelayanan kesehatan dan pendidikan.
Tabel 2.2 Perkembangan IPM Tahun 2006-2011
Tahun IPM Reduction Shortfall
(1) (2) (3)
2006 71,58 2,41 2007 72,97 4,88 2008 73,34 1,38 2009 73,66 1,20
2010 74,44 2,97
2011 75,17 2,84
Sumber BPS Kab Bintan Tahun 2008/2012
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 II-7
LAPORAN AKHIR
Pada tahun 2011, besar Reduction Shortfall mengalami penurunan dari tahun
sebelumnya sebesarnya 0,13point. Pada tahun 2011 Reduction Shortfall tercacat sebesar
2,84. Angka ini menunjukkan terjadinya pengurangan jarak sebesar 2,84 point untuk
mencapai angka IPM ideal yaitu 100.
2.4.2. Perkembangan Komponen IPM
Sebagai ukuran kualitas hidup, IPM dibangun melalui pendekatan tiga dimensi
dasar. Dimensi tersebut mencakup umur panjang dan sehat, pengetahuan dan kehidupan
yang layak. Ketiga dimensi tersebut memiliki pengertian sangat luas karena terkait banyak
faktor didalamnya. Dalam penghitungan IPM, digunakan Angka Harapan Hidup (AHH [Eo])
untuk mengukur dimensi umur panjang dan sehat. Selanjutnya, untuk mengukur dimensi
pengetahuan digunakan indikator Angka Melek Huruf (AMH) dan Rata-Rata Lama Sekolah
(Mean Years Schooling [MYS]) yang kemudian dikombinasikan. Adapun untuk mengukur
dimensi hidup layak digunakan indikator kemampuan daya beli (Purchasing Power Parity).
Peningkatan kapabilitas dasar penduduk merupakan hal yang terpenting dalam
meningkatkan laju percepatan IPM sebagai manivestasi dari pembangunan manusia.
Semua perubahan yang terjadi baik peningkatan maupun penurunan angka IPM tentu
disebabkan oleh perubahan dari komponen IPM. Namun demikian perubahan komponen
IPM juga tidak dengan sendirinya melainkan sangat erat kaitannya dengan berbagai faktor
yang saling berkaitan.
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 II-8
LAPORAN AKHIR
Tabel 2.3.
Perkembangan Komponen IPM Tahun 2006-2011
Tahun Angka Harapan
Hidup
Angka Melek Huruf
Rata-rata lama sekolah
Rata-rata pengeluaran per kapita riil disesuaikan
(Rp.000)
IPM
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
2006 69,50 92,91 7,70 626,22 71,58 2007 69,57 94,40 7,95 637,00 72,97 2008 69,61 94,40 7,95 641,60 73,34 2009 69,66 94,50 8,00 644,59 73,66
2010 69,71 95,09 8,63 646,57 74,44
2011 69,73 96,14 8,91 650,00 75,17
Sumber BPS Kab Bintan Tahun 2008 dan 2012
2.4.2.1. Angka Harapan Hidup
Angka Harapan Hidup (AHH) adalah perkiraan rata-rata banyak tahun
yang dapat ditempuh oleh seseorang selama hidup. Indikator ini dapat digunakan
untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kualitas hidup dan
kesejahteraan penduduk secara umum. Karena salah satu komponen
kesejahteraan adalah kualitas kesehatan yang dapat diturunkan melalui umur
harapan hidup.
Tabel 2.4.
Angka Harapan Hidup (AHH) Tahun 2006-2011 Tahun
(Tahun) Angka Harapan Hidup
(1) (2)
2006 69,50
2007 69,57
2008 69,61
2009 69,66
2010 69,71
2011 69,76
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bintan 2008 dan 2012
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 II-9
LAPORAN AKHIR
Dari hasil penghitungan menunjukkan bahwa Angka Harapan Hidup
penduduk Kabupaten Bintan dari tahun ke tahun semakin meningkat. Pada tahun
2011 Angka Harapan Hidup Kabupaten Bintan sebesar 69,76 tahun. Ini berarti
bahwa bayi yang lahir pada tahun 2011 diperkirakan akan dapat hidup selama
69,76 tahun dengan syarat besarnya kematian atau kondisi kesehatan yang ada
tidak berubah. Untuk memenuhi syarat tersebut diperlukan upaya peningkatan
kesehatan yang lebih komprehensif lagi oleh pemerintah dengan
mensosialisasikan kepada masyarakat tentang pentingnya memiliki hidup yang
sehat. Angka Harapan Penduduk ini jauh lebih baik jika dibandingkan dengan
Angka Harapan Hidup penduduk Indonesia secara keseluruhan, tetapi masih lebih
rendah jika dibandingkan dengan Angka Harapan Hidup Provinsi Kepulauan Riau.
Tabel 2.5. Perbandingan Angka Harapan Hidup (AHH) Nasional, Provinsi Kepulauan Riau, dan
Kabupaten Bintan Tahun 2009-2011 Domain 2007 2008 2009 2010 2011
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Kabupaten Bintan 69,57 69,61 69,66 69,71 69,76
Provinsi Kepulauan
Riau 69,60 69,70
69,75 69,80 69,85
Nasional 68,70 69,00 69,21 69,43 69,65
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bintan 2008 dan 2012
2.4.2.2. Angka Melek Huruf dan Rata-rata Lama Sekolah
Sektor pendidikan merupakan salah satu sektor yang mendapat proritas
utama dalam pembangunan nasional, bahkan 20 persen dari anggaran belanja
negara dialokasikan untuk sektor pendidkan. Hal ini disadari karena pendidikan
dipandang sebagai unsur utama dalam pembentukan kualitas sumber daya
manusia yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masayarakat. Titik
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 II-10
LAPORAN AKHIR
berat pendidikan formal lebih ditekankan pada upaya meningkatkan mutu
pendidikan, memperluas pendidikan dasar dan meningkatkan kesempatan belajar
pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Seperti dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa salah satu komponen
pembentuk IPM adalah Indeks Pendidikan dimana Indeks Pendidikan itu sendiri
disusun dari Angka Melek Huruf (AMH) dan Rata-rata Lama Sekolah (MYS).
Kedua indikator ini dapat digunakan untuk mengukur kualitas pembangunan
manusia di sektor pendidikan. Angka Melek Huruf menggambarkan persentase
penduduk umur 15 tahun ke atas yang mampu membaca dan menulis huruf latin,
sedangkan indikator Rata-rata Lama Sekolah menunjukkan jenjang pendidikan
formal yang telah dicapai oleh penduduk usia 15 tahun ke atas.
Tabel 2.6. Angka Melek Huruf (AMH) Tahun 2009-2011
Tahun Angka Melek Huruf (Persen)
(1) (2)
2006 92,91
2007 94,40
2008 94,40
2009 94,50
2010 95,09
2011 96,14
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bintan 2008 dan 2012
Secara umum peningkatan kemampuan baca tulis penduduk usia 15
tahun ke atas selama periode 2009-2011 di Kabupaten Bintan cukup
menggembirakan. Dari tabel terlihat bahwa pada tahun 2011 persentase
penduduk usia 15 tahun ke atas di Kabupetan Bintan yang dapat membaca dan
menulis huruf latin mencapai 96,14 persen. Angka ini meningkat dibandingkan
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 II-11
LAPORAN AKHIR
dengan tahun sebelumnya yang hanya mencapai 95,09 persen. Ini dapat diartikan
bahwa dari 100 orang penduduk Kabupaten Bintan yang berusia 15 tahun ke atas,
sekitar 96 orang diantaranya bebas buta huruf dan sisanya (4 orang) masih
tergolong kategori buta aksara. Jika dibandingkan dengan Angka Melek Huruf
penduduk Indonesia secara keseluruhan (AMH Nasional) maka AMH Kabupaten
Bintan lebih baikdari AMH Nasional tetapi masih lebih rendah jika dibandingkan
dengan AMH Provinsi Kepulauan Riau.
Tabel 2.7.
Perbandingan Angka Melek Huruf (AMH) Nasional, Provinsi Kepulauan Riau, dan
Kabupaten Bintan Tahun 2007-2011
Domain 2007 2008 2009 2010 2011
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Kabupaten Bintan
94,40 94,40 94,50 95,09 96,14
Propinsi Kepulauan Riau
96,00 96,00 96,08 97,19 97,67
Nasional 91,90 92,20 92,58 92,91 92,99
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bintan 2012
Indikator pendidikan lainnya yang merupakan komponen IPM adalah
Rata-rata Lama Sekolah. Selama periode 2009 - 2011, Rata-rata Lama Sekolah
penduduk Kabupaten Bintan terus mengalami peningkatan. Rata-rata Lama
Sekolah 8,00 tahun pada tahun 2009 menjadi 8,91 tahun pada tahun 2011. Angka
ini menunjukkan bahwa pada tahun 2011, rata-rata lama sekolah penduduk usia
15 tahun ke atas di Kabupaten Bintan baru mencapai 8,91 tahun, berarti rata-rata
baru sampai taraf pendidikan kelas dua Sekolah Menengah Pertama. Selama
kurun waktu 3 tahun terakhir, kenaikan Rata-rata Lama Sekolah penduduk di
Kabupaten Bintan hanya sebesar kurang dari 1 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 II-12
LAPORAN AKHIR
tidak mudah bagi pemerintah untuk meningkatkan rata-rata lama sekolah
penduduk.
Tabel 2.8.
Rata-rata Lama Sekolah (MYS) Tahun 2006-2011
Tahun Rata-rata Lama Sekolah(MYS)
(1) (2)
2006 7,70 2007 7,95 2008 7,95 2009 8,00
2010 8,63
2011 8,91
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bintan 2008 dan 2012
Pada tahun 2011, bila dibandingkan dengan Rata-rata Lama Sekolah
Nasional dan Rata-rata Lama Sekolah Provinsi Kepulauan Riau maka Rata-rata
Lama Sekolah Kabupaten Bintan lebih baik dari Rata-rata Lama Sekolah Nasional
tetapi masih lebih rendah dari Rata-rata Lama Sekolah Provinsi Kepulauan Riau.
Rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas di Propinsi Kepulauan
Riau pada tahun 2011 telah mencapai 9,73 tahun atau setara dengan kelas tiga
Sekolah Menengah Pertama.
Tabel 2.9. Perbandingan Perkembangan Rata-rata Lama Sekolah (MYS) Nasional, Provinsi
Kepulauan Riau, dan Kabupaten Bintan Tahun 2007 -2011 Domain 2007 2008 2009 2010 2011
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Kabupaten Bintan 2007 2008 8,00 8,63 8,91
Propinsi Kepulauan
Riau 7,95 7,95 8,96 9,16 9,73
Nasional 8,94 8,94 7,72 7,92 7,94
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bintan 2008 dan 2012
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 II-13
LAPORAN AKHIR
2.4.2.3. Daya Beli
Tingkat perekonomian dalam penghitungan IPM diwakili oleh angka
pengeluaran per kapita disesuaikan atau lebih dikenal dengan istilah Purchasing
Power Parity (PPP). Dengan indikator ini dimungkinkan adanya perbandingan
harga-harga riil antar provinsi dan antar kabupaten/kota mengingat nilai tukar yang
biasa digunakan dapat menurunkan atau menaikkan nilai daya beli yang terukur
dari konsumsi per kapita yang telah disesuaikan. Dalam konteks PPP untuk
Indonesia, satu rupiah di suatu provinsi/kabupaten/kota memiliki daya beli yang
sama dengan satu rupiah di Jakarta, sehingga keterbandingan antar wilayah di
Indonesia dapat dilakukan.
Tabel 2.10. Perkembangan Pengeluaran Per Kapita yang Disesuaikan (PPP)
Tahun 2006-2011 Tahun Perkembangan Pendapatan per Kapita
Disesuaikan (000 Rupiah)
(1) (2)
2006 626,22 2007 637,00 2008 641,60 2009 644,59
2010 646,57
2011 650,00
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bintan 2008 dan 2012
Pendapatan per kapita disesuaikan memperlihatkan kemampuan daya
beli dari masyarakat. Secara umum terjadi peningkatan kemampuan daya beli
masyarakat selama periode 2009 -2011 di Kabupaten Bintan. Dari tabel terlihat
bahwa daya beli Kabupaten Bintan Tahun 2009 tercatat sebesar 644,59 ribu per
orang per bulan dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 646,57 ribu. Pada tahun
2011 daya beli masyarakat Kabuapten Bintan telah mencapai 650,00 ribu.
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 II-14
LAPORAN AKHIR
Tabel 2.11. Perbandingan Perkembangan Pendapatan Per Kapita yang Disesuaikan (PPP) Nasional, Provinsi Kepulauan Riau, dan Kabupaten Bintan Tahun 2007-2011
Domain 2007 2008 2009 2010 2011
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Kabupaten Bintan 637,00 641,60 644,59 646,57 650,00
Propinsi
Kepulauan Riau 631,94 637,67 641,63 643,00 644,96
Nasional 624,40 628,20 631,50 633,64 638,05
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bintan 2008 dan 2012
Bila dibandingkan dengan daya beli secara Nasional dan daya beli
Provinsi Kepulauan Riau maka daya beli masyarakat Kabupaten Bintan telah lebih
baik dari daya beli secara Nasional dan daya beli Provinsi Kepulauan Riau.
2.4.2.4. Angka Partisipasi Sekolah (APM dan APK)
Kondisi APK dan APM di Kabupaten Bintan adalah sebagai berikut:
Tabel 2.12 Angka Partisipasi Kasar (APK) SD, SLTP dan SLTA Tahun 2007-2011
Tingkat Pendidikan Angka Partisipasi Kasar ( APK )
2007 2008 2009 2010 2011
1. SD 113,85 116,40 117,39 109,26 109,00
2. SLTP 93,22 119,27 107,32 94,80 94,50
3. SLTA 50,62 58,88 60,98 63,38 64,87
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Bintan, Tahun 2012
Tabel 2.13 Angka Partisipasi Murni (APM) SD, SLTP dan SLTA Tahun 2007-2011
Tingkat Pendidikan Angka Partisipasi Murni ( APM )
2007 2008 2009 2010 2011
1. SD 90,30 99,48 96,98 96,14 93,00
2. SLTP 77,20 96,51 96,54 93,05 66,70
3. SLTA 36,08 39,13 39,20 42,93 45,74
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Bintan, Tahun 2012
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 II-15
LAPORAN AKHIR
Angka Partisipasi Murni SD diperoleh dengan membagi jumlah murid SD
usia 7-12 tahun pada suatu waktu dengan penduduk usia 7-12 tahun pada waktu
yang sama. Indikator ini digunakan untuk mengetahui besarnya tingkat partisipasi
(murni) penduduk pada jenjang pendidikan SD. Dari hasil evaluasi kinerja Wajib
Belajar Dikdas 9 tahun tergambarkan bahwa tahun 2010 Angka Partisipasi Murni
(APM) pendidikan SD pada tahun 2011 tercatat sebesar 93,00 persen. Artinya
sebanyak 93,00 persen penduduk yang berusia 7-12 tahun telah tertampung di SD
dan terdapat sebesar 7,00 persen penduduk yang berusia 7-12 tahun yang belum
menikmati program wajib belajar.
Partisipasi Kasar (APK) untuk pendidikan SD sebesar 109 persen. Hal ini
membuktikan bahwa jumlah murid SD yang dapat ditampung pada sekolah-
sekolah SD yang ada sudah melebihi jumlah penduduk usia sekolah, namun
demikian masih banyak murid SD yang berumur kurang atau melebihi usia 7-12
tahun yang mengikuti pendidikan SD.
2.4.3. Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)
Membaiknya kualitas hidup masyarakat Kabupaten Bintan yang ditandai dengan
meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia, tidak serta merta melepaskan Kabupaten
Bintan dari berbagai masalah sosial. Berbagai masalah sosial yang berkembang pada
tahun 2010 antara lain lajut usia terlantar, penyandang cacat, wanita tuna susila, bekas
narapidana, fakir miskin, jumlah rumah tidak layak huni, korban HIV/AIDS, korban bencana
alam, dan korban penyalahgunaan NAPZA. Beberapa hal yang cukup menonjol antara lain
adalah :
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 II-16
LAPORAN AKHIR
1. Peningkatan jumlah keluarga fakir miskin, keluarga dengan rumah tidak layak
huni, dan penyandang cacat;
2. Penurunan jumlah lanjut usia terlantar, wanita tuna susila, bekas nara pidana,
korban HIV/AIDS, korban bencana alam, serta korban penyalahgunaan NAPZA.
Dengan kondisi tersebut, beberapa tantangan masalah sosial Kabupaten Bintan
relatif masih sangat besar. Adapun data jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan
Sosial (PMKS) di Kabupaten Bintan sampai dengan tahun 2010 adalah sebagai berikut :
Tabel 2.14 Data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Tahun 2010
No. Jenis PMKS Satuan Jumlah
1 Lanjut Usia Terlantar Orang 25
2 Penyandang Cacat Orang 458
3 Wanita Tuna Susila Orang 275
4 Bekas Narapidana Orang 8
5 Fakir Miskin Orang 8.416
6 Jumlah KK Rumah Tidak Layak Huni KK 558
7 Korban HIV/AIDS Orang 49
8 Korban Bencana Alam KK 152
9 Korban Penyalahgunaan Napza Orang 7
10 Jumlah Orang 9.940
Sumber: Dinas Sosial Kabupaten Bintan Tahun 2010
Saat ini perbandingan peningkatan jumlah PMKS yang ada dan jumlah PMKS
yang ditangani masih belum berimbang, sehingga diperlukan upaya yang lebih serius
dalam menanganinya, serta diperlukan koordinasi yang baik antar unsur-unsur terkait baik
pemerintah, swasta dan masyarakat.
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 II-17
LAPORAN AKHIR
2.4.4. Pemerataan Ekonomi/PDRB
Berdasarkan data yang dihimpun dari Badan Pusat Statistik (BPS), PDRB
Kabupaten Bintan tahun 2011 atas dasar harga berlaku tercatat sebesar Rp 4,87 trilyun
yang diukur dari sembilan sektor lapangan usaha yaitu sektor pertanian; pertambangan
dan penggalian; industri pengolahan listrik, gas dan air bersih; bangunan/konstruksi;
perdagangan, hotel dan restoran; pengangkutan dan komunikasi; keuangan, persewaan
dan jasa perusahaan dan jasa-jasa.
Sektor-sektor yang memiliki nilai kontribusi besar terhadap PDRB adalah sektor
industri pengolahan sebesar 50,72 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran
sebesar 20,49 persen, sektor pertambangan dan penggalian sebesar 10,97 persen dan
sektor pertanian sebesar 5,78 persen, sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 3,74
persen, sektor lain masing-masing hanya memberikan kontribusi kurang dari 3,73 persen.
Tabel 2.15 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Bintan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun
2000 Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2007-2011
Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010 2011
1. Pertanian 191,22 210,95 232,55 255,65 281,88
2. Pertambangan & penggalian 384,98 416,92 446,26 487,81 534,90
3. Industri pengolahan 1.842,53 196.804 2.077,06 2.255,84 2.472,51
4. Listrik, gas dan air bersih 11,30 12,25 13,11 14,10 15,48
B a n g u n a n 111,64 123,44 151,60 165,12 183,65
6. Perdagangan, hotel dan restoran
688,26 749,46 804,63 893,39 999,03
7. Pengangkutan dan komunikasi 129,23 140,85 152,60 166,11 182,17
8. Keuangan, persewaan dan jasa 49,78 54,51 59,19 64,73 71,83
9. J a s a - j a s a 94,30 102,99 112,99 122,12 133,33
PDRB 3.503,24 3.792,96 4.049,98 4.424,87 4.874,79
Sumber : BPS Kabupaten Bintan, Tahun 2012
Pada tahun 2011 baik nilai maupun peranan investasi di Kabupaten Bintan
mengalami peningkatan yang cukup berarti. Secara nominal, nilai investasi PMA
meningkat dari US$744,95 ribu menjadi US$852,35 ribu. Sedangkan PMDN meningkat
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 II-18
LAPORAN AKHIR
251,18 persen dari Rp67,06 milyar menjadi Rp235,53 milyar. Dengan peningkatan nilai
investasi tersebut menjadikan kontribusi investasi terhadap pembentukan PDRB
Kabupaten Bintan meningkat kurang lebih sebesar 6 persen dari tahun sebelumnya.
Tabel 2.16 Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bintan Atas Dasar Harga
Berlaku Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2007-2011
Lapangan Usaha Distribusi PDRB (%)
2007 2008 2009 2010 2011
1. Pertanian 5,46 5,56 5,74 5,78 5,78
2. Pertambangan & penggalian 10,99 10,99 11,02 11,02 10,97
3. Industri pengolahan 52,6 51,89 51,29 50,98 50,72
Listrik, gas dan air bersih 0,32 0,32 0,32 0,32 0,32
B a n g u n a n 3,19 3,27 3,74 3,73 3,77
6. Perdagangan, hotel dan restoran 19,65 19,76 19,87 20,19 20,49
7. Pengangkutan dan komunikasi 3,69 3,7 3,77 3,75 3,74
8. Keuangan, persewaan dan jasa 1,42 1,44 1,46 1,46 1,47
J a s a - j a s a 2,69 2,72 2,79 2,76 2,74
PDRB 100 100 100 100 100
Sumber : BPS Kabupaten Bintan, Tahun 2012
Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) yang diukur dari kenaikan PDRB (Produk
Domestik Regional Bruto) berdasarkan harga konstan pada tahun 2011 mampu tumbuh
sebesar 6,18 persen, sementara Provinsi Kepulauan Riau tumbuh sebesar 6,67 persen
sedangkan laju pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 6,5 persen. Selama periode tahun
2011 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku di Kabupaten
Bintan mencapai Rp. 4,87 trilyun atau mengalami peningkatan sebesar 9,22 persen
dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp. 4,42 trilyun. PDRB atas dasar
harga konstan tahun 2000 mengalami peningkatan sebesar 6,18 persen, yaitu dari Rp.
3,11 trilyun tahun 2010 naik menjadi Rp. 3,30 trilyun pada tahun 2011.
Kelompok sektor sekunder masih mendominasi dalam penciptaan nilai tambah di
Kabupaten Bintan. Total Nilai Tambah Bruto (NTB) atas dasar harga berlaku dari
kelompok sektor sekunder pada tahun 2011 mencapai Rp. 2,67 trilyun atau meningkat
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 II-19
LAPORAN AKHIR
8,85 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Pada kelompok sektor tersier mengalami
peningkatan sebesar 10,09 persen menjadi Rp. 1,386trilyun di tahun 2011, dan kelompok
primer meningkat sebesar 8,97 persen menjadi Rp. 816,78 Milyar di tahun 2011.
Tabel 2.17 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Bintan Atas Dasar Harga Konstan
Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2007-2011
Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010 2011
Pertanian 139,41 150,22 162,55 175,37 189,48
2. Pertambangan & penggalian 277,44 292,80 307,06 325,84 346,03
Industri pengolahan 1.441,85 1.502,41 1.562,13 1.634,16 1.723,30
4. Listrik, gas dan air bersih 7,40 7,72 8,05 8,38 8,96
B a n g u n a n 78,92 84,96 90,69 96,90 103,89
6. Perdagangan, hotel dan restoran 506,33 540,08 576,17 615,25 660,75
7. Pengangkutan dan komunikasi 95,02 100,54 106,55 112,77 119,42
8. Keuangan, persewaan dan jasa 40,04 42,88 45,78 48,65 51,85
J a s a - j a s a 77,11 82,30 88,07 93,47 99,60
PDRB 2.663,52 2.803,91 2.947,05 3.110,79 3.302,99
LPE 5,31 5,27 5,11 5,56 6,18
Sumber : BPS Kabupaten Bintan, Tahun 2012
Jika dilihat dari laju pertumbuhan untuk masing-masing sektor sangatlah
bervariasi. Umumnya didorong beberapa sektor yang mengalami pertumbuhan yang
berarti terutama sektor pertanian tumbuh sebesar 8,05 persen tahun 2011. Sektor
bangunan tumbuh sebesar 6,90 persen hal ini seiring dengan semakin meningkatnya nilai
output sektor konstruksi. Lebih dari 90 persen nilai output sektor konstruksi merupakan
pembentukan modal dalam bentuk bangunan. Pembentukan modal yang termasuk dalam
komponen bangunan adalah pembangunan instalasi dan jaringan, jalan, jembatan, serta
pembangunan infrastruktur lain yang dilakukan oleh pemerintah daerah dan swasta.
Sektor perdagangan, hotel dan resoran naik menjadi 7,40 persen, meningkatnya jumlah
kunjungan wisman ke Kabupaten Bintan khususnya melalui pintu masuk kawasan wisata
lagoi merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kenaikan laju pertumbuhan sektor ini.
Sektor listrik gas dan air bersih juga mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan yakni
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 II-20
LAPORAN AKHIR
sebesar 6,87 persen. Rasio elektrifikasi yang semakin meningkat di Kabupaten Bintan
tampaknya sangat mempengaruhi laju pertumbuhan sub sektor lisrik. Upaya penambahan
daya listrik melalui PLN dan pendistribusiannya ke masyarakat yang akan menikmati listrik
mampu mempercepat laju pertumbuhan sub sektor listrik di Kabupaten Bintan. Sehingga
semakin banyak masyarakat menikmati jaringan listrik di Kabupaten Bintan.
Tabel 2.18 Laju Pertumbuhan Persektor Kabupaten Bintan Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2007-2011
Lapangan Usaha Laju Pertumbuhan Sektor (%)
2007 2008 2009 2010 2011
Pertanian 11,67 7,75 8,2 7,89 8,05
2. Pertambangan & penggalian 3,95 5,54 4,87 6,11 6,20
Industri pengolahan 3,51 4,2 3,98 4,61 5,45
Listrik, gas dan air bersih 7,68 4,3 4,27 4,1 6,87
B a n g u n a n 9,61 7,65 6,75 6,85 6,90
6. Perdagangan, hotel dan restoran 8,37 6,67 6,68 6,78 7,40
7. Pengangkutan dan komunikasi 7,05 5,81 5,98 5,84 5,90
8. Keuangan, persewaan dan jasa 5,77 7,1 6,75 6,28 6,58
J a s a - j a s a 7,35 6,74 7,01 6,12 6,56
LPE 5,31 5,27 5,11 5,56 6,18
Sumber : BPS Kabupaten Bintan, Tahun 2012
2.4.4.1.Tingkat Kestabilan Harga (Inflasi)
Berdasarkan data BPS Kabupaten Bintan inflasi tahun 2011 (berdasarkan
IHK Kota Tanjungpinang) Laju inflasi tahun kalender (Januari – Desember) Tahun
2011 di Kota Tanjungpinang sebesar 3,32 persen, jauh lebih rendah dibanding laju
inflasi periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 6,17 persen.
Kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 129,83 pada Bulan
November 2011 menjadi 129,86 pada Bulan Desember 2011 telah menyebabkan
di Kota Tanjungpinang pada Bulan Desember 2011 terjadi inflasi sebesar 0,02
persen. Inflasi pada bulan ini lebih rendah bila dibandingkan dengan inflasi pada
bulan yang sama tahun sebelumnya yaitu sebesar 0,26 persen. Terjadinya
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 II-21
LAPORAN AKHIR
perubahan harga-harga pada 63 komoditi menjadi pemicu terjadinya Inflasi di Kota
Tanjungpinang Bulan Desember 2011, dimana sebanyak 63 komoditi diantaranya
mengalami kenaikan harga, antara lain: ikan tongkol, beras, tomat sayur, coklat
bubuk, tomat buah, kentang, rokok kretek, cabe merah, jeruk, lada/merica, daun
singkong, rokok kretek filter, martabak, udang basah, dan rokok putih. Sebaliknya,
tercatat 20 komoditi lainnya mengalami penurunan harga, antara lain: bayam, ikan
selar, kangkung, ikan kembung/gembung, kacang panjang, emas perhiasan,
sotong, daging ayam ras, ikan kap merah, bawang merah, shampo, dan gula
pasir.
Tabel 2.19 Inflasi (IHK) Kabupaten Bintan (berdasarkan IHK Kota Tanjungpinang) Tahun Dasar
2007, Tahun 2008-2011
No Kebutuhan Pokok 2008 2009 2010 2011
1. Bahan Makanan 19,00 -0,71 12,44 4,65
2. Makanan Jadi 17,26 5,9 4,43 3,62
3. Perumahan 4,44 0,66 6,55 2,38
4. Sandang 6,11 6,72 5,21 4,47
5. Kesehatan 6,04 3,1 0,74 4,11
6. Pendidikan 7,00 2,03 4,14 4,18
7. Transport 9,56 -2,37 -0,57 0,88
IHK 11,9 1,4 6,17 3,32
Sumber : BPS Kabupaten Bintan, Tahun 2012
2.4.4.2. PDRB per Kapita
Indikator kinerja lain yang terkait dengan besaran Produk Domestik
Regional Bruto adalah PDRB perkapita. Angka PDRB perkapita Kabupaten Bintan
memperlihatkan rata-rata pendapatan yang diterima oleh masing-masing
penduduk dan dapat merepresentasikan tingkat kesejahteraan masyarakat di
Kabupaten Bintan dapat dilihat pada tabel berikut :
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 II-22
LAPORAN AKHIR
Tabel 2.20 Pendapatan Regional dan Angka Perkapita Kabupaten Bintan Atas Dasar Harga
Konstan Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2007-2011
No Rincian Tahun
2007 2008 2009 2010 2011
1. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Pasar (Milyar Rupiah)
2.663,52 2.809,91 2.947,05 3.110,79 3.302,98
2. Penyusutan Barang Modal (Milyar Rupiah)
186,73 196,57 206,60 218,08 231,55
3. Produk Domestik Regional Netto Atas Dasar Harga Pasar (Milyar Rupiah)
2.476,80 2.607,35 2.740,45 2.892,71 3.071,44
4. Pajak Tak Langsung Netto (Milyar Rupiah)
290,16 305,45 321,05 338,89 359,82
5. Produk Domestik Regional Netto Atas Dasar Harga Faktor (Milyar Rupiah)
2.186,64 2.301,89 2.419,40 2.553,83 2.711,61
5. Per Kapita Produk Domestik Regional Bruto (juta Rupiah)
21,71 22,42 23,13 21,86 21,12
6. Per Kapita Pendapatan Regional (juta Rupiah)
17,82 18,41 18,99 17,95 18,64
Sumber : BPS Kabupaten Bintan, Tahun 2012
Selama ini Produk Domestik Regional Bruto pendapatan per kapita masih
tetap dipakai sebagai tolok ukur kemajuan pembangunan suatu daerah. PDRB per
kapita merupakan PDRB atas dasar harga berlaku dibagi dengan jumlah
penduduk pertengahan tahun. Selang lima tahun terakhir ini PDRB per kapita
Kabupaten Bintan atas dasar harga berlaku mengalami kenaikan yang cukup
berarti. Pada tahun 2007 PDRB perkapita sebesar Rp. 28,56 juta naik menjadi Rp.
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 II-23
LAPORAN AKHIR
30,33 juta tahun 2008. Pada tahun 2009 PDRB per kapita Kabupaten Bintan
sebesar Rp 31,79 juta dan pada tahun 2010 sedikit mengalami penurunan menjadi
Rp.31,10 juta. Namun pada tahun 2011 kembali naik cukup signifikan yaitu
sebesar Rp33,52 juta. Fakta ini menggambarkan bahwa tingkat kesejahteraan
penduduk Kabupaten Bintan semakin membaik.
Tabel 2.21 Pendapatan Regional dan Angka Perkapita Kabupaten Bintan Atas Dasar Harga
Berlaku Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2007-2011
No. Rincian Tahun
2007 2008 2009 2010 2011
1. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Pasar (Milyar Rupiah)
3.503,24 3.769,96 4.049,98 4.424,87 4.874,79
2. Penyusutan Barang Modal (Milyar Rupiah)
245,59 265,90 283,92 310,20 341,74
3. Produk Domestik Regional Netto Atas Dasar Harga Pasar (Milyar Rupiah)
3.257,64 3.527,06 3.766,06 4.114,67 4.533,04
4. Pajak Tak Langsung Netto (Milyar Rupiah)
381,64 413,20 441,2 482,04 531,05
5. Produk Domestik Regional Netto Atas Dasar Harga Faktor (MilyarRupiah)
2.876,01 3.113,86 3.324,86 3632,63 4001,99
5. Per Kapita Produk Domestik Regional Bruto (Juta Rupiah)
28,56 30,33 31,79 31,10 33,52
6. Per Kapita Pendapatan Regional (Juta Rupiah)
23,44 24,90 26,10 25,30 27,52
Sumber : BPS Kabupaten Bintan, Tahun 2012
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 II-24
LAPORAN AKHIR
2.5. Aspek Pelayanan Umum
2.5.1. Sarana Pendidikan
2.5.1.1. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Taman Kanak-Kanak
Secara lebih spesifik, pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
bertujuan untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan pendidikan melalui jalur
formal dan non-formal dalam rangka membina, menumbuhkan dan
mengembangkan seluruh potensi anak secara optimal agar memiliki kesiapan
untuk memasuki jenjang pendidikan selanjutnya.
Dengan adanya upaya Pemerintah Daerah terhadap perluasan akses
PAUD, maka pada tahun 2011 ada penambahan sebanyak 5 lembaga, Dengan
demikian jumlah lembaga PAUD secara keseluruhannya sampai Tahun 2011 ini
seluruhnya sebanyak 97 lembaga dengan jumlah perserta didik seluruhnya
sebanyak 3.234 orang yang diasuh sebanyak 364 orang tenaga pendidik.
Tabel 2.22 Perkembangan Jumlah Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di
Kabupaten Bintan, Tahun 2007-2011
No. Kegiatan Tahun
2007 2008 2009 2010 2011
1. Satuan PAUD Sejenis
13 13 17 26 28
2. Tempat Penitipan Anak
1 1 1 3 3
3. Kelompok Bermain 16 41 64 63 66
PAUD 30 65 82 92 97
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Bintan, Tahun 2012
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 II-25
LAPORAN AKHIR
Tabel 2.23 Banyaknya Taman Kanak-Kanak, Murid dan Guru Menurut Kecamatan dan Status di
Kabupaten Bintan, Tahun 2007-2011
Kecamatan TK Murid Guru
Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta
1. Bintan Timur 1 2 80 153 11 10
2. Bintan Pesisir 1 1 44 62 - 4
3. Mantang 2 - 46 - - 6
4. Bintan Utara 1 5 127 44 - 10
5. Seri Kuala Lobam - 6 - 289 - 32
6. Teluk Sebong 2 4 48 122 6 14
7. Gunung Kijang - 2 - 47 - 8
8. Teluk Bintan 1 - 25 - 4 -
9. Tambelan - 1 - 45 - -
10. Tuapaya - - - - - -
2011 8 21 370 762 21 82
2010 2 18 203 919 16 85
2009 2 22 209 713 14 36
2008 1 1 27 - - -
2007 1 13 27 - 5 115
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Bintan, Tahun 2012
Tabel 2.24
Banyaknya Raudathul Athfal (RA), Murid dan Guru Menurut Kecamatan dan Status di Kabupaten Bintan, Tahun 2007-2011
Kecamatan RA Murid Guru
Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta
1. Bintan Timur - 7 - 377 - 34
2. Bintan Pesisir - - - - - -
3. Mantang - - - - - -
4. Bintan Utara - 1 - 167 - 8
5. Seri Kuala Lobam - 1 - 43 - 4
6. Teluk Sebong - 2 - 90 - 10
7. Gunung Kijang - - - - - -
8. Teluk Bintan - - - - - -
9. Tambelan - - - - - -
10.Tuapaya - 1 - 20 - 3
2011 - 12 - 697 59
2010 - 12 - 697 - 58
2009 - 12 - 594 - 67
2008 - 6 - 295 - 20
2007 - 11 - 646 - 57
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Bintan, Tahun 2012
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 II-26
LAPORAN AKHIR
2.5.1.2. Pendidikan Sekolah Dasar
Ketersediaan sarana untuk pendidikan setara SD/MI sudah
cukupmemadai dan hampir tersebar merata di semua desa. Pada tahun
2011terdapat 86 unit SD/MI dan 9 kelas jauh yang berada di pulau terluar(pulau
Pengikik Kecamatan Tambelan, Mapur, Telang Besar, TelangKecil, Pulau Sirai,
Pulau Alang, Belakang Sidi dan Selat Limau).Jumlahmurid yang tertampung
seluruhnya berjumlah 16.547 orang dandiasuh oleh 1.309 orang guru. Dengan
demikian rerata setiap sekolahsudah terdapat 13 orang guru pada setiap sekolah.
Tabel 2.25 Banyaknya Sekolah Dasar, Murid dan Guru Menurut Kecamatan dan Status
di Kabupaten Bintan, Tahun 2007-2011
Kecamatan SD Murid Guru
Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta
1. Bintan Timur 18 1 4.790 115 309 9
2. Bintan Pesisir 7 - 1.118 - 69 -
3. Mantang 10 - 551 - 60 -
4. Bintan Utara 9 1 2.598 97 134 8
5. Seri Kuala Lobam 6 - 1.512 - 75 -
6. Teluk Sebong 9 1 1.650 65 111 9
7. Gunung Kijang 8 - 1.297 - 124 -
8. Teluk Bintan 14 - 978 - 136 -
9. Tambelan 8 - 790 - 104 -
10.Tuapaya 6 - 1.263 - 99 -
2011 95 - 16.577 277 1.221 26
2010 87 3 16.311 253 1.221 26
2009 87 2 15.969 189 1.086 19
2008 87 2 15.399 201 1.022 17
2007 87 2 14.719 353 821 336
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Bintan, Tahun 2012
Bila dibandingkan dengan standar proses pendidikan dengan
perbandingan demikian maka dapat terlihat bahwa keadaan guru SD di Kabupaten
Bintan sudah mencukupi, namun masih terdapat sekolah dasar yang memiliki
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 II-27
LAPORAN AKHIR
jumlah murid dibawah 50 siswa terutama di beberapa daerah atau pulau yang
lokasinya relatif cukup jauh seperti SDN 02 pulau Alang Kecamatan Mantang,
SDN.004 Kampung Bebak Desa Mapur Kecamatan Bintan Pesisir, SDN.004 Selat
Limau Kecamatan Mantang. Pada tahun 2011 secara keseluruhan jumlah
rombongan belajar untuk tingkat SD dan MI di Kabupaten Bintan dijumpai
sebanyak 750 rombongan belajar.
Tabel 2.26
Jumlah Rombongan Belajar SD se Kabupaten Bintan, Tahun 2007-2011
Kecamatan Rombel Jumlah Guru 1. Bintan Timur 191 318 2. Bintan Pesisir 53 69 3. Mantang 52 60 4. Bintan Utara 88 142 5. Seri Kuala Lobam 54 75 6. Teluk Sebong 76 120 7. Gunung Kijang 62 124 8. Teluk Bintan 84 136 9. Tambelan 42 104 10.Tuapaya 48 99
2011 773 1.309 2010 750 1.247 2009 729 1105 2008 694 1.039 2007 741 1.115
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Bintan, Tahun 2012
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 II-28
LAPORAN AKHIR
Tabel 2.27
Jumlah Rombongan Belajar MI se Kabupaten Bintan, Tahun 2007-2011
Kecamatan Rombel Jumlah Guru
1. Bintan Timur 12 24
2. Bintan Pesisir - -
3. Mantang - -
4. Bintan Utara - -
5. Seri Kuala Lobam - -
6. Teluk Sebong 6 13
7. Gunung Kijang 5 11
8. Teluk Bintan 6 14
9. Tambelan - -
10.Tuapaya - -
2011 34 68
2010 29 62
2009 30 54
2008 27 54
2007 24 60
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Bintan, Tahun 2012
2.5.1.3. Pendidikan SLTP/MTs
Penyebaran Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) sudah merata di
semua kecamatan tetapi belum menjangkau semua desa. Hal ini berdampak pada
pelaksanaan program penuntasan wajib belajar 9 tahun. Karena belum semua
lulusan SD di pedesaan mampu meneruskan pendidikannya ke SLTP yang
jaraknya jauh dari tempat tinggalnya.
Pada tahun 2011 terdapat 33 unit SLTP/MTs dengan 6.283 siswa dan
diasuh oleh 570 orang tenaga pengajar. Ratio guru terhadap siswa tercatat 1 guru
banding 11 siswa. Bila dibandingkan dengan standar proses pendidikan kondisi ini
sudah baik. Namun demikian masih terdapat permasalahan sebaran guru
persekolah, kualifikasipendidikan guru bidang studi dan minimnya peralatan/buku
teksyang digunakan dalam proses belajar dan mengajar.
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 II-29
LAPORAN AKHIR
Tabel 2.28 Banyaknya Sekolah Menengah Pertama (SMP), Murid dan Guru Menurut Kecamatan dan Status di
Kabupaten Bintan, Tahun Ajaran Tahun 2007-2011
Kecamatan SMP Murid Guru
Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta
1. Bintan Timur 4 - 1.8011 - 121 -
2. Bintan Pesisir 3 - 376 - 38 -
3. Mantang 2 - 134 - 19 -
4. Bintan Utara 3 - 1.113 - 79 -
5. Seri Kuala Lobam 2 - 193 - 25 -
6. Teluk Sebong 4 - 664 - 70 -
7. Gunung Kijang 2 - 337 - 29 -
8. Teluk Bintan 3 - 363 - 43 -
9. Tambelan 1 - 222 - 21 -
10.Tuapaya 1 - 3.385 - 25 -
2011 25 - 5.538 - 469 -
2010 25 - 5.485 - 469 -
2009 24 - 5.408 - 384 -
2008 24 - 5.083 - 352 -
2007 22 7 4.595 652 288 135
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Bintan, Tahun 2012
Tabel 2.29 Banyaknya Madrasah Tsanawiyah (MTs), Murid dan Guru Menurut Kecamatan dan Status di
Kabupaten Bintan, Tahun Ajaran Tahun 2008-2011
Kecamatan MTs Murid Guru
Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta
1. Bintan Timur 1 - 236 - 18 -
2. Bintan Pesisir - - - - - -
3. Mantang - - - - - -
4. Bintan Utara - 1 - 52 - 11
5. Seri Kuala Lobam - 1 - 36 - 12
6. Teluk Sebong - 1 - 38 - 7
7. Gunung Kijang - 1 - 115 - 14
8. Teluk Bintan 1 - 62 9 -
9. Tambelan - 1 - 74 - 10
10.Tuapaya - 1 - 132 - 18
2011 2 6 298 447 27 72
2010 1 7 - 640 - 101
2009 - 7 - 715 - 78
2008 - 7 - 613 - 68
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Bintan, Tahun 2012
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 II-30
LAPORAN AKHIR
2.5.1.4. Pendidikan SMA/MA/SMK
Di Kabupaten Bintan Tahun 2009 seluruh kecamatan telah memiliki
Sekolah Menengah Lanjutan Atas (SLTA). Rata-rata setiap kecamatan telah
memiliki SLTA dengan jumlah siswa sebanyak 587 orang dan 48 guru dengan
perbandingan guru dan siswa 1 : 11 artinya 1 orang guru mengajar sebanyak 11
orang siswa.
Program pendidikan menengah didorong untuk mengantisipasi
meningkatnya lulusan sekolah menengah pertama secara signifikan sebagai
dampak positif pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun,
serta penguatan pendidikan vokasional baik melalui sekolah/madrasah umum
maupun kejuruan dan pendidikan non-formal guna mempersiapkan lulusan yang
tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi untuk masuk ke dunia kerja.
Tabel 2.30 Banyaknya Sekolah Menengah Atas (SMA), Murid dan Guru Menurut Kecamatan
dan Status di Kabupaten Bintan, Tahun 2007-2011
Kecamatan SMA Murid Guru
Neg Swt Neg Swt Neg Swt 1. Bintan Timur 1 - 770 - 50 - 2. Bintan Pesisir 1 - - - 16 - 3. Mantang - - - - - - 4. Bintan Utara 1 1 522 251 41 26 5. Seri Kuala Lobam - - - - - - 6. Teluk Sebong 1 - 427 - 34 - 7. Gunung Kijang - - - - - - 8. Teluk Bintan 1 - 254 - 29 - 9. Tambelan 1 - 231 - 20 - 10.Tuapaya 1 - 438 - 34 -
2011 7 1 2.714 251 226 6 2010 6 1 2.501 303 220 28 2009 6 1 2.379 263 170 19 2008 7 1 2.216 286 171 19 2007 7 6 2.209 383 128 107
Sumber:Dinas Pendidikan Kabupaten Bintan, Tahun 2012
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 II-31
LAPORAN AKHIR
Tabel 2.31 Banyaknya Madrasah Aliyah (MA), Murid dan Guru Menurut Kecamatan dan Status
di Kabupaten Bintan, Tahun 2007-2011
Kecamatan MA Murid Guru
Neg Swt Neg Swt Neg Swt 1. Bintan Timur 1 - 68 - 17 - 2. Bintan Pesisir - - - - - - 3. Mantang - - - - - - 4. Bintan Utara - - - - - - 5. Seri Kuala Lobam - - - - - - 6. Teluk Sebong - - - - - - 7. Gunung Kijang - - - - - - 8. Teluk Bintan - - - - - - 9. Tambelan - - - - - - 10.Tuapaya - 1 - 65 - 19
2011 1 1 68 65 17 19 2010 1 1 67 46 17 14 2009 1 - 63 - 12 - 2008 - 1 - 89 - 15 2007 - 1 - 97 - 17
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Bintan, Tahun 2012
Tabel 2.32 Banyaknya Sekolah Menengah kejuruan (SMK), Murid dan Guru Menurut Kecamatan
dan Status di Kabupaten Bintan, Tahun 2007-2011
Kecamatan SMK Murid Guru
Neg Swt Neg Swt Neg Swt
1. Bintan Timur 1 1 383 45 35 14
2. Bintan Pesisir - - - - - -
3. Mantang - - - - - - 4. Bintan Utara 1 2 364 219 36 45 5. Seri Kuala Lobam - - - - - -
6. Teluk Sebong - - - - - -
7. Gunung Kijang - - - - - - 8. Teluk Bintan - - - - - -
9. Tambelan - - - - - -
10.Tuapaya - - - - - -
2011 2 3 747 264 71 59
2010 2 3 573 262 68 52
2009 2 2 886 282 36 51
2008 2 3 374 271 45 50
2007 1 4 146 335 15 40
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Bintan, Tahun 2012
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 II-32
LAPORAN AKHIR
2.5.2. Sarana Kesehatan
Dalam rangka peningkatan mutu pelayanan kesehatan, Pemerintah Kabupaten
Bintan telah melakukan peningkatan jumlah sarana kesehatan masyarakat serta perbaikan
sistem pelayanan kesehatan. Pada tahun 2010, sarana kesehatan yang terdapat di
Kabupaten Bintan antara lain 2 unit Rumah Sakit, 12 unit Puskesmas, 29 unit Puskesmas
Pembantu, 13 unit Puskesmas Keliling dan 18 unit Balai Pengobatan, 8 Poskesdes, 43
Polindes serta 138 unit Posyandu yang tersebar di kecamatan dan desa. Jumlah sarana
kesehatan yang terus bertambah selama periode 2005-2010 menunjukkan seriusnya
perhatian pemerintah terhadap pentingnya akses kesehatan bagi masyarakat.
2.5.3. Pelayanan Investasi
Dengan adanya pelayanan perizinan secara satu pintu di Badan Promosi Investasi
dan Pelayanan Perizinan terpadu dengan melayani 63 jenis layanan perizinan
(Berdasarkan PERBUP NO. 15 Tahun 2009) dapat menambah efisiennya pelayanan
perizinan investasi dan menurunkan biaya yang tinggi sehingga mendapatkan peluang
usaha yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan daerah bagi penciptaan lapangan kerja
Tabel 2.33 Jumlah fasilitas kesehatan di Kabupaten Bintan Tahun 2005 – 2010
Tahun
Fasilitas Kesehatan (Unit)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
2010 2 12 29 13 18 8 43 138
2009 2 10 29 13 18 8 43 134
2008 2 10 29 13 18 6 36 134
2007 2 10 29 13 15 6 30 102
2006 1 6 30 13 22 2 33 124
2005 1 6 30 13 18 0 29 126
(1) Rumah Sakit; (2) Puskesmas; (3) Pustu; (4) Puskel; (5) Balai Pengobatan; (6) Poskesdes; (7) Polindes; (8) Posyandu
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan Tahun 2010
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 II-33
LAPORAN AKHIR
dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Jumlah perizinan untuk berinvestasi
diKabupaten Bintan sebanyak 1.493 izin yang terdiri dari 63 jenis perizinan. Untuk
lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.34 Jumlah dan Jenis izin yang dikeluarkan melalui kantor one stop services
Kabupaten Bintan, Tahun 2011
No. Jenis Perizinan Jumlah
1. Izin Usaha Industri -
2. Izin Perluasan Industri -
3 Tanda Daftar Industri (TDI) 24
4. Persetujuan Prinsip Industri -
5. Tanda Daftar Perusahaan (TDP) 243
6. Tanda Daftar Gudang (TDG ) 7
7. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) 187
8. Surat Izin Tempat Usaha (SITU) 456
9. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) 41
10. Surat Izin Usaha Jasa Konstruksi (SIUJK) 16
11. Izin Undang - Undang Gangguan (HO) 69
12. Izin Memperkerjakan Tenaga Asing (IMTA) Perpanjangan 99
13. Izin Pendirian Lembaga Pelatihan Swasta -
14. Surat Izin Pemanfaatan Air 1
15 Izin Usaha Pertambangan (Gol C) -
a. Pasir Darat -
b. Granit -
c. Tanah Urug -
- Penimbunan 1
- Penggalian 1
16. Izin Usaha Pertambangan (Gol B) -
17. Izin Usaha Kelisrtikan -
a. Izin Operasi Tenaga Listrikan 1
1 Izin Lokasi 4
1 Izin Rumah Bersalin -
2 Izin Balai Pengobatan 6
2 Izin Praktek Dokter Spesialis 5
2 Izin Praktek Dokter Umum 16
2 Izin Praktek Dokter Gigi 4
2 Izin Praktek Bidan 16
Izin Praktek Perawat 12
Izin Tabib -
2 Izin Sinse -
2 Izin Akupuntur -
2 Izin Tukang Gigi -
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 II-34
LAPORAN AKHIR
Tabel 2.34 Jumlah dan Jenis izin yang dikeluarkan melalui kantor one stop services
Kabupaten Bintan, Tahun 2011
No. Jenis Perizinan Jumlah
3 Surat Keterangan / sertifikasi Laik Sehat 50
3 Izin Operasional Pemberantasan Hama -
3 Surat Izin Apotek 2
3 Izin Toko Obat 11
3 Izin Air Minum Dalam Kemasan 26
3 Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga 65
3 Izin Usaha Angkutan Darat dan Laut -
3 Izin Trayek Angkutan Darat -
3 Izin Operasi Angkutan Darat -
3 Surat Izin Usaha Pelayaran -
4 Surat Izin Operasi Perusahaan non Pelayaran (SIOPNP) -
Surat Izin Usaha Perusahaan Pelayaran Rakyat (SIUPPER) -
Surat Izin Usaha Jasa Pengurusan Transportasi (JPT) -
4 Surat Izin Usaha Ekspedisi Muatan Kapal Laut ( EMKL ) -
4 Surat Izin Usaha Tally -
Surat Izin Usaha Depo Peti Kemas -
4 Penetapan Izin Lokasi Pelabuhan Laut -
4 Penetapan izin Pembangunan Pelabuhan Laut -
4 Penetapan Izin Pengoperasian Pelabuhan Laut -
4 Penetapan Pemberian izin kerja keruk dan reklamasi pada pelabuhan–pelabuhan yang melayani angkutan antar kota.
-
5 Penetapan Izin Lokasi Pelabuhan Khusus Laut Untuk Pelayaran Angkutan Laut Antar Kota Dalam Kabupaten.
-
5 Penerbitan Surat Tanda Kebangsaan Kapal Berukuran Tonase Kotor (GT) Kurang dari 7 (pas kecil)
70
Penertiban Surat Izin Usaha Salvage dan/atau Pekerjaan Bawah Air.
-
5 Penertiban Surat Persetujuan Kegiatan Salvage dan/ atau Pekerjaan Bawah Air.
-
. Penertiban Surat Persetujuan Kerjasama Kerjasama Operasi ( Joint Operasional ) Kegiatan Salvage dan Atau Pekerjaan Bawah air
-
5 Penertiban Surat Persetujuan Pembangunan dan atau Pemasangan Konstruksi dan/atau instalasi Bawah Air.
-
5 Izin Untuk Mendirikan Bangunan untuk Telekomunikasi. -
Izin Usaha Pariwisata 17
Izin Usaha Pemanfaatan Kawasan -
5 Izin Usaha Pemanfaatan Jasa Lungkungan (IUJPL) -
6 Izin Tempat Penampungan Terdaftar Kayu Olahan (TPTKO) 40
6 Izin Pemungutan Hasil Hutan Kayu (IPHHK) -
6 Izin-Izin Perkebunan dan Pertanian -
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 II-35
LAPORAN AKHIR
Tabel 2.34 Jumlah dan Jenis izin yang dikeluarkan melalui kantor one stop services
Kabupaten Bintan, Tahun 2011
No. Jenis Perizinan Jumlah
a. Izin Perkebunan Rakyat yang lebih dari 5 Ha -
b. Izin Usaha Perkebunan -
6 Izin – izin Peternakanz -
a. Tanda Daftar Peternakan Rakyat -
b. Klinik Hewan 1
c. Izin Prkatek Hewan 2
d. Rumah Potong Hewan -
Jumlah 1.493
Sumber : Badan Promosi, Investasi & Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Bintan, Tahun 2012
Perkembangan investasi perusahaan Penanaman modal asing (PMA)dan
penanaman modal dalam Negeri (PMDN) Kabupaten Bintanperiode tahun 2005 sampai
dengan tahun 2011 seperti yangdigambarkan pada tabel diatas secara umum
menunjukkanpeningkatan, hanya pada Tahun 2006 terjadi penurunan nilai
investasiperusahaan PMA dan PMDN, penurunan nilai investasi secarasignificant sebesar
30,66 % juga terjadi pada Tahun 2010. Namunpada Tahun 2011 terjadi peningkatan nilai
investasi perusahaanPMA/PMDN, untuk perusahaan PMDN terjadi perubahan nilai
investasiyang cukup signifikan yaitu sebesar 251,18 % dari Tahun sebelumnyadengan nilai
investasi perusahaan PMDN di Kabupaten Bintan sebesarRp67.068.400.000 menjadi
Rp.235.529.650.000 atau meningkat sebesar251,18 % pada Tahun 2011. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat padatabel dibawah ini.
Tabel 2.35 Perkembangan Investasi PMA dan PMDN di Kabupaten Bintan, Tahun 2007-2011
Tahun Status Jumlah
Investasi
( US$ /Rp.000 ) Tenaga Kerja
Rencana Realisasi TKI TKA
2005 PMA 67 565.027 349.353 21.123 491
PMDN 11 649.443.000 86.365.000 3.408 20
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 II-36
LAPORAN AKHIR
Tabel 2.35 Perkembangan Investasi PMA dan PMDN di Kabupaten Bintan, Tahun 2007-2011
2006 PMA 70 570.912 320.208 21.704 477
PMDN 10 197.193.000 74.532.000 3.380 18
2007 PMA 67 732.094 304.981 19.019 450
PMDN 11 437.193.577 64.282.400 3.412 18
2008 PMA 95 1.561.213 394.485 21.429 456
PMDN 8 378.963.577 59.918.400 1.604 -
2009 PMA 119 1.654.113 415.763 24.512 472
PMDN 10 415.763.577 96.718.400 3.696 -
2010 PMA 121 1.618.705 744.948.245 20.630 609
PMDN 8 377.388.077 67.068.400 1.585 -
2011 PMA 121 1.462.112 852.355 - 339
PMDN 8 850.128.148 235.529.650 2.958 -
Sumber : Badan Promosi, Investasi & Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Bintan, Tahun 2012
Peningkatan kenaikan porsentase nilai realisasi investasi PMDNdikarenakan oleh
masuknya 2 (dua) Perusahaan PMDN baru padaTahun 2011 yaitu PT. Pelnas Bugar-
Bugar dan PT. Kijang Indah Lestaridan Perluasan usaha serta penambahan nilai investasi
PT. NumbingJaya menjadi Rp165 Milyar. Masuknya 2 (dua) perusahaan
PenanamanModal Dalam Negeri di Kabupaten Bintan merubah jumlah perusahaanPMDN
yang pada Tahun 2010 PMDN berjumlah 8 (delapan)perusahaan menjadi 10 (sepuluh)
perusahaan pada Tahun 2011.
Pada Tahun 2011 nilai investasi perusahaan PMA mengalami kenaikanwalaupun
jumlah perusahaan stagnasi yaitu sebanyak 121 perusahaan,hal ini disebabkan oleh
adanya penutupan sejumlah perusahaan diKawasan industri Lobam, namum pada tahun
yang sama juga terdapatbeberapa perusahaan yang masuk dan berinvestasi di
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 II-37
LAPORAN AKHIR
KabupatenBintan yaitu PT. Bintan Marina Technologi, PT.Tresure Developmentservices/
PT.Lagoi Management Service, PT. Bukit Lagoi Vila, PTBintan North Star resort, PT.
Golden Lagoi Venture,PT. Esco Village,PT. Akrodha Bali, PT Group Makmur. Sedangkan
untuk nilai investasi PMA pada Tahun 2011 terjadi peningkatan yang cukup significant
yaitu sebesar 14,42 % dengan nilai investasi mencapai US $ 852.355.000 peningkatan
porsentase nilai investasi perusahaan PMA disebabkan oleh masuknya beberapa
perusahaan PMA baru dan perluasan usaha perusahaan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa iklim investasi di Kabupaten Bintan
mulai kondusif di mata para investor maupun calon investor. Tentu saja Pemerintah
Daerah dalam hal ini Badan Promosi Investasi dan Pelayanan Perizinan Terpadu dituntut
bekerja keras agar iklim investasi yang telah kondusif ini kiranya dapat terus dipelihara dan
tetap menjaga stabilitas wilayah seperti keamanan, kepastian hukum dan tentu saja
menciptakan suasana yang kondusif yang mendukung untuk investasi beserta sarana dan
prasarananya.
2.5.4. Fasilitas Pendidikan.
Salah satu keberhasilan pembangunan disuatu daerah adalah apabila didukung
oleh sumberdaya manusia yang berkualitas. Pemerintah berupaya menghasilkan dan
meningkatkan sumberdaya manusia yang berkualitas yang mampu bersaing di era
globalisasi. Salah satu upaya tersebut antara lain adalah dengan memperbaiki kualitas
sarana dan prasarana pendidikan. Sarana pendidikan yang ada di Kabupaten Bintan pada
Tahun 2010 terdiri dari sarana pendidikan negeri/swasta terdiri dari TK, SD, SMP, SMA,
dan SMK. Selain itu juga terdapat sekolah islam yang terdiri dari TK Islam, Ibtidaiyah,
Tsanawiyah, Aliyah dan Pondok Pesantren.
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 II-38
LAPORAN AKHIR
Pada tahun ajaran 2010/2011 terjadi peningkatan jumlah sekolah untuk tingkat
pendidikan Taman Kanak Kanak, Sekolah Dasar, dan Sekolah Menengah Tingkat Pertama
baik negeri dan swasta dibandingkan tahun ajaran 2005/2006. Peningkatan yang cukup
besar terjadi pada tingkatan Taman Kanak Kanak, dimana selama 5 tahun bertambah 13
unit. Ini menunjukan bahwa pemerintah dan masyarakat peduli terhadap pentingnya
pendidikan anak usia dini. Sementara itu, untuk sekolah menengah atas tidak mengalami
penambahan karena jumlah sekolah yang ada sudah mencukupi dan tersebar di hampir
semua kecamatan. Untuk lebih lengkap dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.36 Jumlah Fasilitas Pendidikan Di Kabupaten Bintan
Tahun 2005-2010
TAHUN
TK/RA SD SMP SMA SMK
Neg
eri
Sw
asta
Neg
eri
Sw
asta
Neg
eri
Sw
asta
Neg
eri
Sw
asta
Neg
eri
Sw
asta
2010 2 30 87 3 25 0 6 1 2 3
2009/2010 2 12 87 2 24 0 6 1 2 3
2008/2009 1 11 87 2 24 0 6 1 2 4
2007/2008 0 24 87 2 22 0 6 1 1 4
2006/2007 0 25 87 2 22 0 6 1 0 4
2005/2006 0 26 87 2 17 0 6 1 0 4
Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bintan Tahun 2010
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 II-39
LAPORAN AKHIR
2.6. Gambaran Daya Saing Daerah
2.6.1. Konsumsi Rumah Tangga
Jika dilihat menurut jenis komoditi yang dikonsumsi selama periode 2007-2008,
untuk kelompok makanan kenaikan konsumsi tertinggi terjadi pada kelompok buah-buahan
yaitu naik sebesar 154,08 persen sementara kenaikan konsumsi terendah adalah
konsumsi telur sebesar 8,67 persen. Pada kelompok bukan makanan, kenaikan konsumsi
tertinggi terjadi pada pengeluaran barang tahan lama yaitu naik sebesar 38,9 persen.
Sementara itu, kenakan konsumsi terendah terjadi pada pengeluaran untuk kesehatan
sebesar 11,88 persen. Adapun pengeluaran untuk konsumsi daging, pendidikan, dan
bukan makanan lainnya mengalami penurunan.
Gambar 2.3Jumlah Fasilitas Pendidikan Kabupaten Bintan
Tahun 2005-2010
2010 2009 2008 2007 2006 2005
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 II-40
LAPORAN AKHIR
Jika dilihat menurut komposisinya, nampak selama periode 2007-2008 tidak terlalu
mengalami perubahan yang berarti. Untuk kelompok makanan, pengeluaran tertinggi
terjadi pada konsumsi beras, rokok, dan ikan segar. Hal itu terjadi baik pada tahun 2007
maupun 2008. Sementara untuk kelompok bukan makanan pengeluaran tertinggi adalah
pengeluaran untuk perumahan yang mencapai 25 persen dari total pengeluaran baik untuk
tahun 2007 maupun 2008.
2.6.2. Pengeluaran Konsumsi Non Pangan Per Kapita
Selama periode 2007-2008, pengeluaran penduduk Kabupaten Bintan untuk
konsumsi meningkat sebesar 49,76 persen yaitu dari Rp490.063,- per bulan pada tahun
2007 menjadi Rp733.903,- per bulan pada tahun 2008. Kenaikan tersebut lebih dipicu oleh
kenaikan pengeluaran konsumsi untuk makanan sebesar 52,6 persen selama periode
tersebut yaitu naik dari Rp235.479,- per bulan pada tahun 2007 menjadi Rp359.342,- per
bulan pada tahun 2008. Sementara itu, kenaikan pengeluaran untuk konsumsi bukan
makanan naik sebesar 47,1 persen yaitu dari Rp254.253,- pada tahun 2007 menjadi
Rp374.562,- per bulan pada trahun 2008.
2.6.3. Luas KawasanProduktif
Kawasan produktif adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
kegiatan budidaya dengan didasarkan pada kondisi dan potensi sumber daya alam,
sumber daya manusia, dan sumber daya buatan. Luas kawasan produktif di Kabupaten
Bintan mencapai 86,186 hektar atau 65,32 persen wilayah Kabupaten Bintan. Adapun
perincian kawasan produktif dapat dilihat pada Tabel berikut :
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 II-41
LAPORAN AKHIR
Tabel 2.37 Kawasan Produktif di Kabupaten Bintan
NO. U R A I A N LUAS (Ha) (%)
1 Hutan Produksi Terbatas 9,019.00 6.84
2 Pertanian 27,673.00 20.97
3 Perkebunan 2,424.00 1.84
4 Perikanan (Tambak) 337.00 0.26
5 Pertambangan 7,636.00 5.79
6 Industri 7,510.00 5.69
7 Pariwisata 20,105.00 15.24
8 Permukiman 6,214.00 4.71
9 Perdagangan dan Jasa 803.00 0.61
10 Kawasan Militer 9.00 0.01
11 Kawasan Bandar Seri Bentan 4,447.00 3.37
12 TPA 9.00 0.01
86,186.00 65.32
Sumber : RTRW Kabupaten Bintan
2.6.4. Angka Kriminalitas
Pada Tahun 2011 angka kriminalitas cenderung meningkat dibandingkan tahun
2010 yang terlihat dari meningkatnya angka Indeks Korban kejahatan dari 95,16 pada
tahun 2010 menjadi 112,3 pada tahun 2011. Sedangkan angka Indeks Kriminalitas
menurut jenis tindak pidana yang dominan masih belum didapatkan data yang terbaru dari
instansi terkait.
Tabel 2.38
Perkembangan Indeks Korban Kejahatan dan Kriminalitas di Kabupaten Bintan
Uraian 2007 2008 2009 2010 2011
1. Indeks Korban Kejahatan (2005=100)
119,4 90,32 120,16 95,16 112,3
2. Indeks Kriminalitas menurut jenis tindak pidana yang dominan (2005=100)
140,74 77,78 118,52 112,96
-
Sumber : Polres Bintan tahun 2012
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 II-42
LAPORAN AKHIR
2.6.5. Kualitas Tenaga Kerja
Berdasarkan data statistik tahun 2009, sebanyak 1,78 persen penduduk usia 10
tahun ke atas Kabupaten Bintan berpendidikan Diploma IV/S1/S2/S3. Dari jumlah tersebut
1,99 persen berjenis kelamin laki-laki dan 1,55 persen berjenis kelamin perempuan. Jika
dilihat berdasarkan angka absolut maka jumlah penduduk Kabupaten Bintan
berpendidikan Diploma IV/S1/S2/S3 (dari total penduduk usia 10 tahun ke atas tahun 2009
yaitu 102,712 jiwa) adalah 1,828 jiwa.
Adapun jumlah penduduk yang berpendidikan DI/DII adalah 1,01 persen atau
1,037 jiwa dimana 0,82 persen laki-laki dan 1,22 persen perempuan. Selanjutnya, jumlah
penduduk berpendidikan DIII mencapai 1,09 persen atau 1.119 jiwa dimana 0,49 persen
laki-laki dan 1,76 persen perempuan.
Rasio penduduk berpendidikan Diploma IV/S1/S2/S3 terhadap total penduduk
(127.404 jiwa) adalah 1 : 69. Rasio penduduk berpendidikan DI/DII adalah 1 : 122,
sementara rasio penduduk berpendidikan DIII mencapai 1 : 113.
2.6.6. Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah modal dasar bagi geraknya roda pembangunan. Jumlah
dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring dengan
berlangsungnya proses demografi.
Pertumbuhan tenaga kerja yang kurang diimbangi dengan pertumbuhan lapangan kerja
akan menyebabkan tingkat kesempatan kerja cenderung menurun. Namun jumlah
penduduk yang bekerja tidak sepenuhnya dapat dipandang sebagai jumlah kesempatan
kerja yang ada, hal ini dikarenakan sering terjadi mismatch dalam pasar kerja.
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 II-43
LAPORAN AKHIR
Gambar 2.4. Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas
Menurut Kegiatan Yang Dilakukan
Sumber:Bintan Dalam Angka 2011
Berdasarkan survey tenaga kerja (SAKERNAS) 2011 terdapat 71.517jiwa
penduduk angkatan kerja dan sekitar 92,38 persen diantaranya telah bekerja. Dari
penduduk yang bekerja, sebagian besar, yaitu sekitar 24,90 persenbekerja di
sektor pertanian. Sektorsektor berikutnya yang cukup besar peranannya dalam
ketenagakerjaan diantaranya sektor perdagangan (20,53 persen), jasa (19,01
persen) dan industripengolahan (12,79 persen).
Mengurus RT22%
Sekolah8%
[CATEGORY NAME][PERCENTAGE]
Bekerja 62%
Lainnya 3%
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 II-44
LAPORAN AKHIR
Gambar 2.5. Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas
yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan
2.6.7. Sarana Perdagangan Jasa
Sarana perdagangan dan jasa yang ada saat ini tercatat sebanyak 63 unit, yang
terdiri dari 30 unit bank umum pemerintah, 26 unit bank umum swasta, dan 7 unit bank
pembangunan daerah. Jumlah koperasi yang aktif sampai tahun 2007 sebanyak 178 unit,
mini market berjumlah 14 unit, toko/warung kelontong berjumlah 696 unit, kedai/kios
berjumlah 232 unit, dan restoran/rumah makan berjumlah 123 unit.
2.6.8. Sarana Transportasi
Berdasarkan data yang ada diketahui bahwa pada tahun 2007, mobil penumpang
berjumlah 273 unit, mobil angkutan barang berjumlah 537 unit, autobis berjumlah 91 unit,
dan sepeda motor berjumlah 3.871 unit. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas
Perhubungan Kabupaten Bintan diketahui bahwa pada tahun 2008 terdapat 1 buah
terminal type B yang melayani angkutan antar kota/desa dalam kecamatan. Pada tahun
2008, jumlah PO angkutan perdesaan yang beroperasi yaitu sebanyak 4 buahdengan
20%, 21%
9%, 10%
13%, 14%
19%, 20%7%, 8%
25%, 27%32%, 34%
Perdagangan,RM,Jasa,Akomodasi
Konstruksi
Industri
Jasa Kemsy, Sosial dan Perorangan
Lainnya
Pertanian,Perkebunan,Kehutanan,Perburuan dan Perikanan
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 II-45
LAPORAN AKHIR
jumlah armada sebesar 55 unit yang melayani 6 trayek. Sedangkan jumlah PO angkutan
sewa pada tahun 2008 berjumlah 1 buah dengan jumlah armada sebanyak 15 unit.
Jumlah PO angkutan pariwisata pada tahun 2008 terdapat 1 buah dengan 9
jumlah armada yang beroperasi, sementara jumlah PO Taksi pada tahun 2008 berjumlah 2
buah dengan jumlah armada sebanyak 180 unit. Sedangkan pelabuhan laut yang ada saat
ini berjumlah 53 buah, terdiri dari 32 buah pelabuhan rakyat, 4 buah pelabuhan yang
berada dalam kawasan KPBPB, 13 buah pelabuhan DUKS (Dermaga Untuk Kepentingan
Sendiri), dan 4 buah pelabuhan khusus negara.
2.6.9. Sarana Telekomunikasi
Berdasarkan data potensi dari PT. Telkom,saat ini Kabupaten Bintan memiliki
11.583 unit kapasitas sambungan telepon, namun baru sekitar 69,14 persen atau 8.009
unit yang terpasang. Sarana telekomunikasi yang ada saat ini berjumlah 285 unit, terdiri
dari 51 unit wartel, dan 234 unit SST (Satuan Sambungan Telepon).
2.6.10. Sarana Ekonomi
Sarana perekonomian di Kabupaten Bintann tumbuh dengan pola alamiah yaitu
mengikuti kecenderungan potensi pasar. Saat ini,sarana perbankan hanya terdapat di
Tanjung Uban, Kecamatan Bintan Utara dan di KijangKota, Kecamatan Bintan Timur
karena dua kawasan tersebut merupakan pusat perekonomian terbesar di Kabupaten
Bintan.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 II-46
LAPORAN AKHIR
Tabel 2.39 Jumlah Sarana Ekonomi Kabupaten Bintan Tahun 2010
No Kecamatan Pasar Bank Koperasi
1 Teluk Bintan 1 - 14
2 Seri Kuala Lobam - - 9
3 Bintan Utara 2 5 41
4 Teluk Sebong 1
33
5 Bintan Timur 4 3 77
6 Bintan Pesisir - - 3
7 Mantang - - 2
8 Gunung Kijang 2 - 16
9 Toapaya - - 3
10 Tambelan 1
8
Jumlah 11 8 206
Sumber : Hasil Survey Bappeda Tahun 2010
2.6.11. Sarana Peribadatan
Mayoritas masyarakat Kabupaten Bintan adalah pemeluk agamaIslam, sehingga
jumlah sarana peribadatannya pun cukup besar. Pada tahun 2010 jumlah rumah ibadah
umat Islam di Kabupaten Bintan mencapai 386unit yang terdiri dari 164 mesjid dan 162
mushala. Adapun rumah ibadah umat kristiani mencapai 32 unit yang terdiri dari 13 gereja
katolik dan 19 gereja protestan. Untuk umat Budha terdapat 28 vihara atau
klenteng.Sedangkan untuk umat Hindu belum terdapat sarana peribadatan secara khusus.
Sarana peribadatan ini tumbuh dan berkembang serta tersebar secara alami.Khusus untuk
mushala, pertambahannya cukup signifikan karena mengikuti pola pertambahan penduduk
muslim di suatu kawasan dan juga mengikuti perkembangan jumlah permukiman yang
umumnya menyediakan fasilitas mushala bagi penghuninya. Untuk saat ini, sarana
peribadatan terbanyak berada di Kecamatan Bintan Timur dengan jumlah 85 unit. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 II-47
LAPORAN AKHIR
2.6.12. Sarana Ruang Terbuka Hijau dan Pemakaman Umum
Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah bagian penting dari ekosistem perkotaan. RTH
adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas dalam bentuk kawasan
maupun dalam bentuk area memanjang atau jalur di mana penggunaannya lebih bersifat
terbuka. RTH meliputi taman kota, taman wisata alam, taman rekreasi, taman lingkungan
pemukiman, taman gedung perkantoran dan gedung komersial, lapangan olah raga,
pemakaman umum, sempadan sungai, pantai dan kawasan jalur hijau.
Saat ini,RTH di Kabupaten Bintan yang dikelola oleh pemerintah daerah terdiri dari
1 taman umum besar yang berada di Kijang Kota, 12 taman kecil yang tersebar di
kecamatan-kecamatan, dengan total luas ±6.600 m2, ruang terbuka hijau juga berada
difasilitas sosial dan fasilitas umum diantaranya taman dan parkir gedung olah raga, taman
mesjid raya dan lapangan olah raga. Sementara itu, terdapat 5 pemakaman umum di
Tabel 2.40
Jumlah Sarana Peribadatan Kabupaten Bintan Tahun 2010
No. Kecamatan Masjid Musholla Gereja Vihara/
Klenteng
1 Teluk Bintan 27 11 0 2
2 Seri Kuala Lobam 12 10 1 1
3 Bintan Utara 12 21 6 2
4 Teluk Sebong 22 26 11 12
5 Bintan Timur 29 45 5 6
6 Bintan Pesisir 10 4 1 1
7 Mantang 17 1 0 0
8 Gunung Kijang 19 15 3 2
9 Toapaya 15 17 5 2
10 Tambelan 1 12 0 0
Jumlah 164 162 32 28
Sumber : BPS dan Hasil Survey Bappeda Tahun 2010
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 II-48
LAPORAN AKHIR
Kabupaten Bintan yang berada di 5 Kecamatandengan total luas makam ±17.000 m2,
namun sampai saat ini belum dikelola oleh pemerintah daerah.
2.6.13. Sarana Seni, Olah Raga, dan Pariwisata
Kegiatan kesenian di Kabupaten Bintan belum menunjukkan perkembangan yang
pesat, hal ini terlihat dari masih kecilnya jumlah sanggar seni yang ada. Meskipun
demikian, untuk meningkatkan peranan seni dan budaya di masyarakat pada tahun 2010
pemerintah daerah telah melakukan kegiatan pembinaan seni pada 10 sanggar seni yang
ada di Kabupaten Bintan.
Sementara itu, Kabupaten Bintan memiliki 186 buah sarana olah raga
denganjumlah terbesar berada di Kecamatan Bintan Timur yaitu 31 buah. Sebaliknya,
Kecamatan Bintan Utara merupakan Kecamatan paling sedikit yang memiliki sarana olah
raga yaitu hanya 4 buah.
Sarana pariwisata dan rekreasi yang tersedia di Kabupaten Bintan berjumlah 39
buah. Jumlah sarana pariwisata paling banyakterdapat di Kecamatan Teluk Sebong yaitu
23 buah, dan yang paling sedikit terdapat di Bintan Pesisir yaitu 1 buah. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.41 Jumlah Sarana Seni, Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Bintan
Tahun 2010
No. Kecamatan Sarana Olah
Raga Sarana Seni
Sarana Pariwisata
1 Teluk Bintan 16 3 -
2 Seri Kuala Lobam 9 2 -
3 Bintan Utara 4 1 5
4 Teluk Sebong 17 2 23
5 Bintan Timur 31 5 4
6 Bintan Pesisir 27 1 1
7 Mantang 19 1 -
8 Gunung Kijang 15 2 6
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 II-49
LAPORAN AKHIR
Tabel 2.41 Jumlah Sarana Seni, Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Bintan
Tahun 2010
No. Kecamatan Sarana Olah Raga
Sarana Seni Sarana Pariwisata 9 Toapaya 30 0 -
10 Tambelan 18 2 -
Jumlah 186 19 39
Sumber : Hasil Survey Bappeda Tahun 2010
2.6.14. Prasarana Air Bersih
Menurut BPS, selama periode 2005-2007 penyediaan air bersih di Kabupaten
Bintan dilakukan oleh Perusahaan DaerahAir Minum (PDAM) yaitu PDAM Kijang, PDAM
Tanjung Uban,dan PDAM Teluk Sekuni Tambelan. Dari ketiga PDAM tersebut maka
PDAM Tanjunguban memiliki jumlah pelanggan, volume produksi, dan tingkat distribusi
yang paling besar. Hal ini dikarenakan Kecamatan Bintan Utara banyak memiliki industri
besar/sedang serta jumlah penduduk yang relatif besar. Sementara itu, menurut data
PODES 2007, sumber air bersih di kecamatan lainnya seperti Kecamatan Teluk Bintan,
Teluk Sebong, Mantang, Seri Kuala Lobam, Bintan Pesisir, Gunung Kijang dan Kecamatan
Toa Paya umumnya berasal dari sumur gali.
2.6.15. Prasarana Persampahan
Kabupaten Bintan memiliki luas wilayah daratan 1.319,51 km2 dengan jumlah penduduk
142.382 jiwa.Saat ini,persampahan telah menjadi isu utama karena Kabupaten Bintan
belum memiliki sistem pengelolaan persampahansecara terpadu sementara volume
sampah telah mencapai 30.240 m3 per tahun.
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 II-50
LAPORAN AKHIR
Adapun sarana dan prasarana persampahan yang telah disediakan oleh Dinas
Kebersihan Kabupaten Bintan, antara lain TPS (TempatPembuangan Sementara)
sejumlah 50 unit, dimana 30 unit berada di Bintan Timur, dan 20 unit tersebar di Bintan
Utara, Gunung Kijang dan Teluk Bintan. Kemudian,truk pengangkut sampah yang terdiri
atas ArmrollTruck sejumlah 3 unit, Dump Truck sejumlah 3 unit, Lorry Box sejumlah 5 unit,
dan Motor Kaisar sejumlah 3 unit.Selain itu, terdapat juga gerobak sampah dan sarana
pendukung lainnya.
Tabel 2.43
Jumlah Sarana Persampahan di Kabupaten Bintan Tahun 2010
No Data peralatan Jumlah Persentase
1 Dump Truck 10 35.7
- Dump Truck Bak Tinggi 5 17.9
- Dump Truck Armroll 3 10.7
- Dump Truck Bak Rendah 2 7.1
2 Motor Sampah 3 10.7
3 Sampan Sampah 1 3.6
4 Mobil Tangga 1 3.6
5 Gerobak Sampah 3 10.7
Jumlah 28 100
Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Tahun 2010
Tabel 2.42 Jumlah Daya Tampung dan Daya Angkut Sampah di Kabupaten Bintan
Tahun 2010
NO Lokasi Jumlah
TPS
Jumlah Daya Tampung TPS
(m3)
Jumlah Daya Angkut/Hari
(m3) %
1 Kijang Kecamatan Bintan Timur 31 111 30 27.03
2 Kawal Kecamatan Gunung Kijang 5 12 7 58.33
3 Tg. Uban Kecamatan Bintan Utara 10 37 32 86.49
4 Kecamatan Teluk Bintan 2 12 3 25.00
5 Kecamatan Teluk Sebong 2 12 5 41.67
6 Kecamatan Sri Kuala Lobam 3 35 7 20.00
TOTAL 53 219 84 38.36
Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Tahun 2010
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 II-51
LAPORAN AKHIR
2.6.16. Prasarana Drainase
Sistem jaringan drainase di Kabupaten Bintan sebagian besar terdapat di pusat-
pusat kegiatan dan di sepanjang jaringan jalan utama. Sedangkan di luar pusat kota dan di
pulau-pulau sekitar wilayah yang tidak dilalui jalan utama umumnya menggunakan sistem
jaringan drainase alami yang sebagian besar masih berupa tanah serta dalam keadaan
dangkal (tertutup tanah). Sistem drainase di wilayah ini kondisinya masih belum memadai,
yang umumnya kondisi salurannya terputus dan belum menunjukkan suatu jaringan yang
terpadu dan terpola.
2.6.17. Prasarana Jalan
Panjang jalan di Kabupaten Bintan pada tahun 2010 mencapai 415,75 Km, yang
terdiri dari jalan yang beraspal 368,60 Km dan jalan tidak beraspal mencapai 47,15 Km.
Apabila dilihat dari kondisi jalannya, sebanyak 215,50 Km jalan berada dalam kondisi
baik,50,25 Km berada dalam kondisi sedang, 47,15 km berada dalam kondisi rusak,dan
sepanjang 102,85 km berada dalam kondisi rusak berat. Dari tingkat kemantapan jalan,
terjadi peningkatan yang lebih baik dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010 tingkat
kemantapan jalan sudah mencapai 80,00 %. Detail datanya dapat dilihat pada tabel berikut
:
Tabel 2.44 Tingkat Kemantapan Jalan Kabupaten (Km) Kabupaten Bintan
Tahun 2009-2010
No. Tahun Baik Sedang Rusak Rusak Berat
Total Panjang
Jalan
Kemantapan Jalan (%)
1. 2009 198,50 67,25 47,15 102,85 398,75 70,00
2. 2010 215,50 50,25 47,15 102,85 415,75 80,00
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bintan, Tahun 2011
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 II-52
LAPORAN AKHIR
2.6.18. Prasarana Listrik
Rumah tangga yang menggunakan sumber penerangan listrik di Kabupaten Bintan
pada tahun 2010mencapai60,38 persen.Sampai bulan Juni 2010,jumlah pelanggan PLN
sudah mencapai 15.848 pelanggan. Adapun, rekapitulasi konsumsi listrik berdasarkan
daftar pelanggan dapat dilihat pada tabelberikut :
Jika dilihat dari ketersediaan sumberdaya energi kelistrikan, pada tahun 2010
kemampuan daya dari semua pembangkit yang ada di Pulau Bintan adalah 46.015 KW
sebagaimana dapat dilihat secara detail dari kondisi neraca listrik dan rekapitulasi
kebutuhan pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.45 Panjang Jalan Dirinci Menurut Jenis Permukaan dan Status Jalan (Km) Kabupaten
Bintan, Tahun 2010
No. Status Jalan
Jenis Permukaan
Jumlah Beraspal
Tidak Beraspal
Kerikil Tanah
1. Jalan Negara 56,72 - - 56,72
2. Jalan Provinsi 115 - - 115
3. Jalan Kabupaten 368,60 - 47,15 415,75
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bintan, Tahun 2011
Tabel 2.46 Rekapitulasi Konsumsi Listrik Kabupaten BintanBerdasarkan Daftar
PelangganTahun 2010
No Golongan pelanggan Bulan Juni
Pelanggan Daya (kva)
1 Rumah tangga, sosial, bisnis dan publik 15,718 26,095.95
2 Industri 130 1,491.45
Total 15,848 27,587.40
Sumber : PLN Riau dan Kepri Cabang Tanjungpinang Tahun 2010
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 II-53
LAPORAN AKHIR
Tabel 2.47 Neraca Listrik Kabupaten Bintan Tahun 2010
No Keterangan Jumlah (kw)
1 Daya terpasang 70,280
2 Daya mampu 46,015
3 Beban puncak 43,195
4 Surplus/defisit 2,820
Sumber : PLN Riau dan Kepri Cabang Tanjungpinang Tahun 2010
Neraca listrik diatas sudah termasuk kapasitas daya terpasang di Kota
Tanjungpinang, karena jangkauan pelayanan PLN adalah meliputi Pulau Bintan dan
sekitarnya. Dari data diatas terlihat total daya terpasang sudah jauh melebihi kemampuan
daya mampu, namun kelebihan daya tersebut tidak dapatdimanfaatkan untuk penambahan
pemasangan baru karena cadangan ini akan digunakan ketika terjadi kerusakan atau
perawatan. Demikian pula daya mampu telah melebihi daya beban puncak sehingga
terjadi surplus 2,820 KW, daya ini juga dimanfaatkan sebagai cadangan. Sedangkan daftar
tunggu pemasangan baru di Kabupaten Bintan pada bulan Juni tahun 2010 telah
mencapai 5.768 pelanggan, untuk lebih lengkap dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.48 Rekapitulasi Kebutuhan Listrik Kabupaten Bintan
Berdasarkan Darftar Tunggu Tahun 2010
No. Golongan pelanggan Bulan Juni
Pelanggan Daya (kva)
1 Rumah tangga, sosial, bisnis dan publik 5,768 17,102.80
2 Industri 6 3,519.10
Total 5,774 20,621.90
Sumber : PLN Riau dan Kepri Cabang Tanjungpinang Tahun 2010
Untuk memenuhi kebutuhan listrik di daerah pedesaan, Pemerintah Kabupaten
Bintan telah membangun jaringan listrik pedesaan dengan rasio elektrifikasi desa sebesar
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 II-54
LAPORAN AKHIR
76,92 persen. Jaringan ini tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Bintan. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.49 Jumlah Listrik Desa Yang Terpasang Tahun 2006 - 2010
No Kecamatan
Realisasi
Jum
lah
Pen
du
du
k
KK
)
To
tal P
elan
gg
an
Ras
io L
istr
ik D
esa
(%)
2006 2007 2008 2009 2010
Day
a (K
VA
)
Pel
ang
gan
Day
a (K
VA
)
Pel
ang
gan
Day
a (K
VA
)
Pel
ang
gan
Day
a (K
VA
)
Pel
ang
gan
Day
a (K
VA
)
Pel
ang
gan
1 Bintan Timur 0 0 20 38 0 0 100 112 150 0 410 283 69.02
2 Bintan Pesisir 100 143 165 231 165 183 0 0 200 0 753 557 73.97
3 Mantang 40 53 0 0 125 130 0 0 0 0 183 183 100.00
4 Gunung Kijang 0 0 10 15 100 95 200 165 75 0 395 235 59.49
5 Toapaya 0 0 0 0 50 33 50 41 50 0 119 74 62.18
6 Teluk Bintan 330 599 200 171 0 0 100 87 200 0 1058 857 81.00
7 Teluk Sebong 245 222 250 306 150 95 290 399 175 33 1277 1055 82.62
8 Sri Kuala Lobam 40 37
0 0 100 92
0 0 100 0 264 124 46.97
9 Bintan Utara 0 0 0 0 0 0 50 77 0 0 77 77 100.00
10 Tambelan 0 0 50 94 0 0 75 192 0 0 192 192 100.00
Jumlah 755 1054 695 855 690 628 865 1073 950 33 4728 3637 76.92
Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Bintan Tahun 2010
2.6.19. Angka Kriminalitas.
Angka kriminalitas di Kabupaten Bintan pada tahun 2008 mencapai 5,73 % dan
sampai dengan tahun 2011 sedikit mengalami kenaikan menjadi 6.22 % seperti pada tabel
berikut ini :
Tabel 2.50 Angka Kriminalitas di Kabupaten Bintan Tahun 2008 – 2011
No Jenis Kriminal 2008 2009 2010 2011
(n-5) (n-4) (n-3) (n-2)
1. Jumlah kasus narkoba 12 7 3 8
2. Jumlah kasus pembunuhan 2 5 1 2
3. Jumlah kejahatan seksual* 9 10 11 8
4. Jumlah kasus penganiayaan 11 10 4 13
5. Jumlah kasus pencurian 43 63 61 53
6. Jumlah kasus penipuan 1 7 2 9
7. Jumlah kasus pemalsuan uang - - - -
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 II-55
LAPORAN AKHIR
No Jenis Kriminal 2008 2009 2010 2011
(n-5) (n-4) (n-3) (n-2)
8. Jumlah tindak kriminal selama 1 tahun 78 102 82 93
9. Jumlah penduduk 136221 139407 142300 149554
10. Angka kriminalitas (%) 5,73 7,32 5,76 6,22
Sumber : BPS dan Polres Bintan 2012