BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH -...

116
[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021] BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 1 BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1 ASPEK GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI 2.1.1 Karakteristik Lokasi dan Wilayah Kabupaten Minahasa Selatan merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Utara hasil pemekaran dari Kabupaten Minahasa yang beribukota di Amurang. Kabupaten Minahasa Selatan terbentuk secara resmi pada tanggal 4 Agustus 2003 dengan ditetapkannya Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 2003 Tentang Pembentukan Kabupaten Minahasa Selatan dan Kota Tomohon. Kabupaten Minahasa Selatan merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Sulawesi Utara dengan jarak dari Amurang ke Manado ± 64 km. Peta Kabupaten Minahasa Selatan dapat dilihat pada gambar 2.1. Gambar 2.1. Peta Kabupaten Minahasa Selatan Sumber : Data RTRW Kab. Minahasa Selatan 20ll – 203l

Transcript of BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH -...

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 1

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1 ASPEK GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI

2.1.1 Karakteristik Lokasi dan Wilayah

Kabupaten Minahasa Selatan merupakan salah satu kabupaten di

Provinsi Sulawesi Utara hasil pemekaran dari Kabupaten Minahasa yang

beribukota di Amurang.

Kabupaten Minahasa Selatan terbentuk secara resmi pada tanggal 4

Agustus 2003 dengan ditetapkannya Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun

2003 Tentang Pembentukan Kabupaten Minahasa Selatan dan Kota

Tomohon. Kabupaten Minahasa Selatan merupakan salah satu kabupaten

di Propinsi Sulawesi Utara dengan jarak dari Amurang ke Manado ± 64

km. Peta Kabupaten Minahasa Selatan dapat dilihat pada gambar 2.1.

Gambar 2.1. Peta Kabupaten Minahasa Selatan

Sumber : Data RTRW Kab. Minahasa Selatan 20ll – 203l

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2

2.1.1.1 Luas dan Batas Wilayah Administrasi

Kabupaten Minahasa Selatan mempunyai batas-batas :

Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Minahasa

Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Minahasa Tenggara

Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Bolaang Mongondow

dan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur

Barat : Berbatasan dengan Laut Sulawesi

Wilayah Kabupaten Minahasa Selatan mempunyai luas 1.484,47

km², yang berdasarkan pembagian wilayah administratif pemerintah

daerah dibagi dalam 17 (tujuh belas) kecamatan, 167 desa dan 10

kelurahan. Status kelurahan hanya ada pada Kecamatan Amurang,

Amurang Timur dan Amurang Barat, dimana sebagian besar wilayah

Minahasa Selatan memiliki topografi bergunung-gunung yang

membentang dari utara ke selatan dengan jumlah penduduk pada

tahun 2015 204.983 jiwa seperti ditunjukkan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Luas Kecamatan dan Jumlah Desa/Kelurahan

No Nama

Kecamatan

Luas

(Km²) Desa Kelurahan

1. Modoinding 46,98 10 -

2. Tompaso Baru 129,48 10 -

3. Maesaan 143,98 12 -

4. Ranoyapo 102,44 12 -

5. Motoling 15,11 7 -

6. Kumelembuai 37,89 8 -

7. Motoling Barat 128,40 8 -

8. Motoling Timur 50,44 8 -

9. Sinonsayang 104,58 13 -

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 3

10 Tenga 125,39 18 -

11 Amurang 69,45 2 6

12 Amurang Barat 103,40 8 2

13. Amurang Timur 152,73 8 2

14. Tareran 51,91 13 -

15. Suluun Tareran 35,84 9 -

16. Tumpaan 78,26 10 -

17. Tatapaan 108,19 11 -

J u m l a h 1.484,47 167 10

Sumber : Data RTRW Kab. Minahasa Selatan 20ll – 203l

Gambar 2.2. Luas Wilayah Kabupaten Minahasa Selatan Tahun 2015

Sumber : Data RTRW Kab. Minahasa Selatan 20ll – 203l

2.1.1.2 Letak dan Kondisi Geografis

Posisi Astronomi

Secara geografis, Kabupaten Minahasa Selatan terletak antara 0,47’

- 1,24’ Lintang Utara dan 124,18’ - 12445’ Bujur Timur.

Posisi geostrategis

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 4

Hal ini menyebabkan letak geografis kabupaten Minahasa Selatan

berada pada posisi strategis karena berada pada jalur lintas darat trans

sulawesi yang menghubungkan jalur jalan seluruh provinsi di Pulau

Sulawesi. Pada pesisir jalur laut bagian utara merupakan daerah yang

strategis untuk pengembangan produksi perikanan di Kawasan Timur

Indonesia serta daerah perlintasan (transit) sekaligus stop over arus

penumpang, barang dan jasa pada kawasan Indonesia tengah dan

kawasan Indonesia timur bahkan untuk kawasan Asia Pasifik. Hal ini

disebabkan letak geografis Minahasa Selatan yang berada pada ALKI II

(alur laut kepulauan Indonesia) sehingga membuat Minahasa Selatan

menjadi daerah yang strategis dari sisi perhubungan laut.

Posisi Minahasa Selatan juga sangat dekat dengan Ibu Kota

Provinsi yaitu Kota Manado sebagai pusat di Sulawesi Utara dan Kota

Bitung sebagai pusat industri dan pelabuhan Internasional (IHP,

international hub port). Hal ini akan sangat menunjang pada penetapan

Minahasa Selatan sebagai kawasan cepat tumbuh.

Kondisi/Kawasan

1. Kawasan Pesisir

Kawasan pesisir pantai yang mengalami hempasan gelombang

laut yang besar secara tiba-tiba, yakni berada di pesisir pantai

Kecamatan Tatapaan, Kecamatan Amurang Timur, Kecamatan

Amurang Barat, Kecamatan Amurang, Kecamatan Tenga dan

Kecamatan Sinonsayang, dengan luas keseluruhan ± 17.598 Ha dan

dengan panjang garis pantai 168 km.

2. Kawasan Pegunungan

Kabupaten Minahasa Selatan mempunyai topografi wilayah

berupa bukit-bukit/pegunungan, berpantai dan sebagian kecil

dataran bergelombang dengan posisi dari daerah pantai (0 meter)

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 5

sampai pada ketinggian 1.500m dari permukaan laut. Beberapa

gunung yang terdapat di Kabupaten Minahasa Selatan yaitu :

a. Gunung Soputan dengan ketinggian (1.780m) dan luas 7936,59

Ha (di Kecamatan Amurang Timur)

b. Gunung Torout dengan luas 557 Ha (di Kecamatan

Tompasobaru)

c. Gunung Poopotelu dengan luas 412,82 Ha (di Kecamatan

Sinonsayang)

d. Gunung Simbalang dengan luas 3793 Ha (di Kecamatan

Modoinding dan Tompasobaru)

e. Gunung Lolombulan dengan luas 1200 Ha (di Kecamatan

Sinonsayang, Tenga, Kumelembuai dan Motoling)

Namun, sebagian besar wilayah Kabupaten Minahasa Selatan

memiliki topografi bergunung-gunung yang membentang dari utara

ke selatan. Dimana 167 desa yang ada di Kabupaten Minahasa

Selatan, ada 80 desa yang memiliki topografi berbukit-bukit,

sedangkan sisanya 87 desa memiliki topografi yang datar, yaitu di

daerah lembah dan sebagian di daerah pantai.

2.1.1.3 Topografi

Berdasarkan peta morfologi dapat diterangkan bahwa wilayah

datar terdiri dari Beting Pantai dan cekungan antara beting panatai

(B82), Dasar lembah kecil diantara bukit bukit , Dataran lakustrin

(A44), Dataran lava basa berbulit kecil (V51), Dataran lumpur antar

pasang surut dibawah halofit (B63), Dataran tufa vulkanik sedang

sampai basa yang berbukit kecil (V88), Dataran tufa vulkanik sedang

sampai basa yang bergelombang (V83), Dataran vulkanik basa yang

berombak sampai bergelombang (V83), Kipas aluvial vulkanik yang

melereng sangat landai (A27), dan Kipas aluvial vulkanik yang

melereng sedang (A27) dengan total luas wilayah datar ini sebesar

31.840 Ha. Sedangkan wilayah bergelombang hingga bergunung

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 6

terdapat pada morfologi yang berupa Krucut kecil vulkanik muda

basa/ sedang (V97); Punggung bukit linier yang terjal diatas tufa

sedang/basa (M72); Punggung bukit sejajar diatas tufa vulkanik

sedang/basa (H42); Punggung bukit yang sangat curam di atas

vulkanik basa (V52); Punggung gunung yang tak teratur diatas batuan

vulkanik; Teras teras laut teroreh dengan singkapan singkapan

batuan; Gunung berapi setrato muda berasal dari vulkanik basa (V32);

dan Bukit yang agak curam diatas kerucut vulkanik basa (V97). Untuk

daerah yang bukan dataran ini mempunyai total luas sebesar 116.877

Ha.

Gambar 2.3 Peta Morfologi Wilayah Kabupaten Minahasa Selatan

Sumber : Data RTRW Kab. Minahasa Selatan 20ll – 203l

a. Kemiringan Lahan

Minahasa Selatan memiliki lereng yang bervariasi dari datar

sampai sangat curam. Lereng datar menempati daerah sekitar 13 %

dari luas total daerah perencanaan dan tersebar di pesisir

kecamatan Tatapaan, Tumpaan, Amurang Barat, Tenga dan

Sinonsayang. Selain itu juga tersebar di Kecamatan Ranoyapo,

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 7

Tompaso Baru, Maesaan dan Modoinding. Lereng datar banyak

diusahakan secara intensif untuk kegiatan pertanian seperti sawah,

tegalan/hortikultura dan perkebunan kelapa. Daerah yang memiliki

kemiringan sebesar 15-25 % menempati sekitar 32 % dari luas total

sedangkan kemiringan 25-40 % menempati areal sekitar 30 % dan

tersebar hampir di seluruh daerah perencanaan. Daerah dengan

kemiringan > 40 % menempati luas sekitar 20 % dari luas total.

Penyebarannya di kecamatan-kecamatan: Ranoyapo, Tompaso Baru,

Maesaan, Motoling, Sinonsayang, Tenga, Tatapaan dan Tumpaan.

Daerah ini sulit untuk dikembangkan bagi kegiatan pertanian,

sehingga sebagian besar lahannya termasuk dalam kawasan hutan.

Peta lereng Kabupaten Minahasa Selatan dapat dilihat pada Gambar

2.4

Gambar 2.4 Peta Kemiringan Lereng Kabupaten Minahasa

Selatan

Sumber : Data RTRW Kab. Minahasa Selatan 20ll – 203l

Hampir 25 % lahan di Minahasa Selatan berada di kemiringan

lereng diatas 40 %. Ini menunjukkan bahwa banyak lahan berada

pada kemiringan yang cukup curam.

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 8

Tabel 2.2.

Kelas Kemiringan Lereng di Kabupaten Minahasa Selatan

Kelas Lereng Luas (Ha) Persen

Lereng 0 -8% 8,675.14 5.85

Lereng 8 -15% 17,863.22 12.04

Lereng 15-25% 42,652.60 28.74

Lereng 25-40% 43,490.50 29.31

Lereng > 40% 35,719.42 24.07

Unidentified 3.11 0.00

Total 148,403.98 100

Sumber : Data RTRW Kab. Minahasa Selatan 20ll–203l

Secara garis besar, kesesuaian potensi lahan terhadap kemiringan

lereng atas tanaman lahan basah, tanaman pangan lahan kering dan

tanaman pangan keras (tahunan) adalah sebagai berikut:

Tabel 2.3

Kesesuaian Lahan Berdasarkan Kemiringan Lereng

Kemiringan

lereng

Kesesuaian Lahan

Cakupan wilayah

0 – 8 %

Sesuai untuk

tanaman lahan

basah (lahan

basah).

5,85 % dari luas daratan

wilayah Kabupaten

Minahasa Selatan

8- 15 % hingga 15-

25%

Sesuai untuk

tanaman pangan

lahan kering.

12.04 % wilayah

Kabupaten Minahasa

Selatan lereng 8-15% dan

15-25 % seluas hampir

40.78 % dari luas

kabupaten

Sumber : Data RTRW Kab. Minahasa Selatan 20ll – 203l

Hanya 5.85 % lahan di Minahasa Selatan memiliki potensi untuk

pengembangan tanaman lahan basa (padi padian). Walaupun kecil

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 9

namun jika digunakan metode pertanian yang modern maka hasil

bisa maksimal.

b. Ketinggian Lahan

Dataran rendah dan dataran tinggi secara potensial mempunyai

nilai ekonomi bagi daerah. Ada beberapa dataran yang terdapat di

kabupaten Minahasa Selatan antara lain : Modoinding (2.350 ha),

Tompaso Baru (2.587 ha).

2.1.1.4 Geologi

1. Struktur dan Karakteristik

Berdasarkan Peta Geologi skala 1 : 250.000 tahun 1996. Geologi

batuan penyusun wilayah Kabupaten Minahasa Selatan sangat

bervariasi, antara lain berisi formasi : Qal yaitu batuan aluvium yang

terdiri dari bongkah, kerakal, kerikil, pasir dan lempung. Qs Endapan

danau dan sungai. Formasi ini terdiri dari pasir, lanau, konglomerat

dan lempung napalan. Perselingan lapisan pasir lepas dan lanau,

lapisan berangsur, setempat silang siur, konglomerat tersusun dari

batuan kasar menyudut tanggung, lempung napalan hitam

mengandung muluska. Satuan ini membentuk undak dengan

permukaan menggelombang.

Ql = batu gamping terumbu koral, kebanyakan terdapat di

daerah pasang surut di barat kampung Amurang. Batuan ini adalah

hasil pengangkatan. Qv = batuan gunung api muda, satuan batuan ini

terdiri dari Lava, bom, lapili dan abu volkanik membentuk gunung api

strato muda antara lain Gunung Soputan, Lokon dan Mahawu. Khusus

Gunung Soputan terdiri dari materil pasir. Qtv dan Qtvl = Adalah Tufa

Tondano terdiri dari klastika kasar gunung api dengan komposisi

andesit, dengan komponen menyudut hingga menyudut tanggung,

banyak mengandung batu apung, batu apung lapili, breksi ignimbrit

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 10

sangat padat. Formasi hasil dari hasil letusan hebat pada waktu

pembentukan Kaldera Tondano.

Tmv dan Tmvl = Batuan Gunung api. Tersusun dari breksi, lava

dan tuf. Aliran lava pada umumnya berkomposisi andesit sampai basal.

Tmvl adalah lava dasit. Pada sebagian formasi ini ada telah mengalami

mineralisasi termasuk emas dan perak terdapat dalam urat kuarsa

sungai dekat Kampung Paslaten. Tmts : Formasi Tapadaka terdiri dari

Batupasir, grewake, batupasir terkersikkan dan serpih. Batupasir

berwarna kelabu muda hingga tua dan hijau, berbutir halus sampai

kasar, mengandung batuan gunung api hijau dan serpih merah,

setempat-setempat gampingan. Batupasir yang tcrsingkap di S.

Tapadaka mengandung urat kalsit 0,5 – 1 m. Grewake berbutir halus

sampai kasar, bersudut sampai membulat tanggung, pejal, tersusun

oleh plagioklas, augit. kuarsa, dan sedikit hematit dan

magnetit.Batupasir yang tersingkap di sebelah selatan Macia

terkersikkan, hijau, kompak, mengandung feldpar scna sedikit pirit dan

kalkopirit. Di daerah sebelah selatan Dumisili ditemukan batupasir

yang ke arah samping berganti menjadi batugamping (Tmtsl). Serpih

berwarna kelabu sampai hitam. mengandung fosil Spaerodinella

subdehiscens. S. seminulina am Globorotalia acostensis sehingga

umumya adalah berumur Miosen Awal Miosen Akhir.

Tms = Batuan Sedimen, terdiri dari Batupasir kasar, greawk,

batugamping napalan dan batugamping, batu pasirnya tersusun dari

andesit dan setempat bersifat gampingan.

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 11

Gambar 2.5 Peta Geologi Kabupaten Minahasa Selatan

Sumber : Data RTRW Kab. Minahasa Selatan 20ll – 203l

Sedangkan menurut peta REPPROT jenis tanah yang ada di wilayah

Kabupaten Minahasa Selatan terdiri dari :

Tabel 2.4 Jenis Tanah Kabupaten Minahasa Selatan

Jenis Tanah dan Textur Luas (Ha)

Dystropepts Agak halus/agak

halus

50,201.87

Dystropepts Agak halus/halus 8,106.29

Dystropepts Kasar/ agak kasar 6,802.04

Dystropepts halus/halus 40,546.88

Eutrandepts Agak halus/halus 6,930.53

Eutrandepts halus/halus 6,350.93

Eutropepts 3.25

Eutropepts Agak halus/halus 189.90

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 12

Eutropepts halus/halus 10,294.80

Humitropepts Sedang/agak

halus

10,146.30

Sulfaquents halus/halus 1,109.69

Tropalquepts agak halus/agak

halus

1,272.24

Tropaquepts halus/halus 876.76

Tropopsamments halus/halus 110.66

Tropudalfs halus/halus 5,775.36

Sumber : Peta Repprot

Menurut karakteristik tanahnya wilayah Kabupaten Minahasa

Selatan mempunyai tingkat kerentanan erosi mulai dari sangat rendah

hingga tinggi. Adapun Peta tanah dapat dilihat pada Gambar 2.6

Gambar 2.6

Peta Jenis Tanah Kabupaten Minahasa Selatan

Sumber : Data RTRW Kab. Minahasa Selatan 20ll – 203l

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 13

2.1.1.5 Hidrologi

Sebagian besar kondisi hidrologi dipengaruhi juga oleh :

a. Air permukaan

b. Air tanah

c. Sumber daya mineral/bahan galian

d. Bencana alam

Di Minahasa Selatan, keadaan hidrologi dipengaruhi oleh

beberapa hal antara lain curah hujan, kandungan air tanah, dan

keadaan sungai. Untuk curah hujan terbanyak di Amurang terjadi

pada bulan bulan Desember, Januari, februari dan Maret. Memang

terdapat korelasi yang positif antara curah hujan, kecepatan angin,

kecepatan arus permukaan dan tinggi gelombang.

Kondisi Sungai

Selain curah hujan, karakteristik hidrologi di pengaruhi oleh

keberadaan beberapa sungai yang melintasi wilayahnya. Untuk

kawasan perkotaan amurang dilintasi oleh sungai Ranoyapo, sungai

Ranowangko, sungai Ranomea dan Sungai Alar. Khusus untuk

kecamatan Tumpaan dilintasi oleh sungai Ranotana dan waleimbang.

Sungai-sungai yang melintasi ini digunakan sebagai drainage dan

sewerage, akan tetapi apabila tiba musim penghujan kadang-kadang

mengakibatkan ada beberapa daerah yang tergenang karena luapan air

dari sungai.

Sungai besar adalah sungai Ranoyapo dengan karakteristik

sebagai berikut ( Pokaton dkk, 2013, Perencanaan Jetty di Muara

Sungai Ranoyapo Amurang, Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.6, Mei 2013

(434-443) Berdasarkan survey yang dilakukan, dapat diketahui

bahwa permasalahan yang terjadi di sekitar muara sungai Ranoyapo

adalah sering mengalami pengendapan pasir. Karena lokasi penelitian

termasuk pantai berpasir, penutupan muara mengakibatkan terjadinya

lidah pasir (sand spit) di muara. Dari hasil perhitungan yang diperoleh

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 14

besarnya angkutan sedimen sejajar pantai adalah sebesar 205837,7

m3/tahun dengan laju angkutan sedimen tegak lurus pantai adalah

sebesar 677915,27 m3/tahun.

Untuk sempadan sungai mencakup dataran sepanjang tepian

sungai selebar 50 meter di kanan-kiri sungai besar dan kawasan

selebar 25 meter di kanan-kiri sungai kecil. Sempadan sungai ini

terdapat di kanan dan di kiri sungai-sungai dalam DAS Ranoyapo, DAS

Poigar, DAS Ranowangko, Sub DAS Nimanga, Sub DAS Pentu, Sub

DAS Ranotuana, Sub DAS Sendowan, Sub DAS Molinow, Sub DAS

Sidate, Sub DAS Sosogian, Sub DAS Ranomea, Sub DAS Worotican

dengan luas keseluruhan ± 1790 hektar.

Biota-biota yang hidup di sungai yang ada di Sungai - Sungai

Minahasa Selatan, tidak terlalu bervariasi, yang terdiri dari beberapa

jenis ikan dan kepiting serta udang.

Kondisi air tanah di Minahasa Selatan masih sangat bagus

kualitas airnya dan menjadi sumber air yang digunakan penduduk

sebagai MCK dan memasak. Penduduk menggunakan sumber air

tanah untuk memenuhi kebutuhan airnya disamping PDAM.

Kondisi Sekitar Danau

Kawasan sekitar danau meliputi dataran sekeliling danau yang

lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisiknya minimal 50

m dari titik pasang tertinggi kearah darat. Kawasan sekitar danau ini

meliputi Danau Mokobang (11,01 Ha), danau Moat (15,19 Ha) dan

Danau Iloloy (2,02 Ha) semuanya Di Kecamatan Modoinding dengan

luas keseluruhan ± 28,02 hektar.

Kondisi Sekitar Sempadan pantai

Sempadan pantai yang dimaksud meliputi dataran sepanjang

tepian laut yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik

pantai, minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi kearah darat.

Kawasan sempadan pantai adalah kawasan tertentu sepanjang pantai

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 15

yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian

fungsi pantai dari usikan kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi

pantai. Kawasan ini terletak di sepanjang pantai Utara Kabupaten

Minahasa Selatan, dengan luas keseluruhan + 1027,29 Ha. (lebih jelas

lihat Tabel berikut)

Tabel 2.5

Kawasan Sempadan Pantai

Kecamatan Luas (Ha)

Tatapaan 29,414

Amurang 32,686

Amurang Barat 158,211

Amurang Timur 46,622

Ranoyapo 0

Sinonsayang 245,098

Tatapaan 273,82

Tenga 187,139

Tumpaan 54,306

1027,296

Sumber : Data RTRW Kab. Minahasa Selatan 20ll – 203l

Kondisi kawasan resapan Air

Kawasan resapan air, didefinisikan sebagai kawasan yang

mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan, sehingga

merupakan tempat pengisian air bumi (akuifer) yang berguna untuk

keperluan penyediaan kebutuhan air tanah dan penanggulangan

banjir, baik untuk kawasan bawahnya maupun kawasan yang

bersangkutan. Kriteria dari kawasan resapan air ini adalah curah

hujan yang tinggi, struktur tanah yang mudah meresapkan air dan

bentuk geomorfologi yang mampu meresapkan air hujan secara besar-

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 16

besaran. Penetapan kawasan resapan air ditetapkan sebagai ruang

hijau kota atau hutan kota.

Kawasan resapan air berfungsi untuk memberikan ruang yang

cukup bagi resapan air hujan pada daerah tertentu untuk keperluan

penyedian kebutuhan air tanah dan penanggulangan banjir, baik

untuk kawasan bawahannya maupan kawasan yang bersangkutan.

Kawasan Resapan Air ini tersebar di beberapa Kecamatan (lihat tabel

berikut) dengan luas keseluruhan ± 25.613,9 hektar;

Tabel 2.6 Kawasan Resapan Air

Kecamatan Luas (Ha)

Tatapaan 1123,332

Tumpaan 142,356

Amurang 912,812

Amurang Timur 8288,335

Sulta 921,776

Tareran 3183,31

Motoling Barat 838,284

Sinonsayang 1019,044

Motoling 0,029

Kumelembuai 37,842

Motoling 275,686

Motoling Barat 2174,246

Sinonsayang 936,877

Tenga 605,223

Tenga 760,484

Maesaan 1285,762

Maesaan 0,017

Motoling Barat 20,769

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 17

Ranoyapo 22,29

Tompaso Baru 1474,207

Ranoyapo 931,179

Tompaso Baru 173,411

Amurang Barat 327,695

Kumelembuai 24,705

Motoling Timur 134,237

Total 25613,908

Sumber : Data RTRW Kab. Minahasa Selatan 20ll – 203l

2.1.1.6 Klimatologi

Jumlah hari hujan tertinggi adalah pada bulan Januari

(sebanyak 29 hari hujan) dengan curah hujan terbesar 866 mm.

Menurut data hasil pengukuran, diperoleh angka suhu udara rata-rata

minimum bervariasi antara 17 s/d 23 derajat celcius, sedangkan suhu

rata-rata maksimum berkisar antara 29 s/d 35 derajat celcius. Hal ini

menunjukkan bahwa di Kota Amurang (Kab. Minahasa Selatan) suhu

udara cenderung lebih panas dari kawasan perkotaan lainnya. Tekanan

udara rata- rata berkisar antara 1000 s/d 1012 mb. Kelembaban rata-

rata per bulan adalah berkisar antara 50 s/d 90 %. Kecepatan angin

rata-rata bulanan berkisar antara 1.0 s/d 9.0 m/s, dengan angka

maksimum terjadi pada bulan Agustus (30.00 m/s). Angka kecepatan

angin tersebut dipadukan dengan keadaan suhu rata – rata, dari segi

kenyamanan, belum dapat memberi angka kenyamanan fisiologis

manusia pada posisi “netral” atau “nyaman”, tetapi masih cenderung

terasa panas. Hal ini disebabkan karena wilayah Kabupaten Minahasa

Selatan berada pada daerah pesisir pantai. Tingkat penyinaran

matahari berkisar antara 20 s/d 89 %, dimana keadaan penyinaran

minimum terjadi pada bulan Maret, sedangkan keadaan maksimum

terjadi pada bulan Juli. (sumber: RTRW Kab. Minsel 2011-2031)

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 18

Untuk kondisi angin secara rata rata, bulan Juli, Agustus dan

September adalah bulan-bulan dengan tiupan angin rata-rata yang

lebih kencang dibanding bulan lainnya. Namun kecepatan angin

maksimum berada di bulan Maret, Agustus, Januari dan November.

Sedangkan untuk curah hujan terbesar di bulan Desember, Januari,

Pebruari.

Kondisi Arus dan Gelombang laut di Teluk Amurang

Untuk kondisi arus dan gelombang laut oleh BMKG Stasiun

Meteorologi Maritim Bitung dengan menggunakan analisis model

Windwaves-05 diperoleh data arus (arah dan kecepatan) dan gelombang

/ ombak (tinggi rata rata dan tinggi maksimum gelombang/ombak).

Untuk kecepatan arus laut di Amurang, tertinggi pada bulan

bulan Desember, Januari, Pebruari dan Maret. Walaupun statusnya

belum sangat membahayakan bagi dunia pelayaran (moderat/

menengah). Demikian juga dengan tinggi gelombang, belum mencapai

>2.5 meter (catatan biasanya BMKG akan mengeluarkan peringatan

dini jika ombak >2.5 meter) namun pada bulan bulan Desember,

Januari, Pebruari dan Maret, ombak cukup tinggi untuk kapal kapal

tradisional, sedangkan kapal besar, tidak terlalu signifikan untuk

ombak dan arus. Ini menunjukkan laut Amurang sangat baik untuk

lalu lintas pelayaran.

Dari kombinasi aspek klimatologi maka daerah Minahasa

Selatan, cukup nyaman untuk tempat hunian. Juga dengan kondisi

laut yang relatif tenang maka komoditas laut dapat dioptimalkan

penangkapannya. Cuma masalah utama adalah pada alat tangkap

nelayan yang masih tradisional yang tidak sanggup untuk gelombang

diatas 2 meter serta untuk kedalaman laut yang lebih dalam.

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 19

2.1.1.7 Penggunaan Lahan

a. Kawasan Lindung

Kawasan hutan lindung yang dimaksud ialah yang memiliki sifat

mampu mencegah terjadinya erosi, bencana banjir, sedimentasi dan

menjaga fungsi hidrologi tanah untuk menjamin ketersedian unsur

hara, air tanah dan air permukaan.

Kawasan Lindung Nasional yang berada di kawasan Kabupaten

Minahasa Selatan adalah Taman Nasional Laut Bunaken (Kecamatan

Tumpaan dan Tatapaan). Kawasan Lindung Provinsi yang berada di

Kabupaten Minahasa Selatan adalah Hutan Lindung Gunung Soputan,

Gunung Poopotelu-Gunung Tapawanga, Gunung Lolombulan, Gunung

Using-using. Kawasan hutan lindung di Kabupaten Minahasa Selatan

terdiri atas : Hutan Lindung Gunung Lolombulan (Sinonsayang, Tenga,

Kemelembuai dan Motoling) luas 1200 Ha, gunung Simbalang

(Modoinding dan Tompaso Baru) luas 3793 Ha, gunung poopotelu

(Sinonsayang) luas 412, 82 Ha, gunung Torout (Tompaso Baru) luas

557 Ha, Gunung Soputan (Kota Menara Kecamatan Amurang Timur )

luas 10650 Ha.

Kebijakan Menyangkut Kawasan Lindung

Berdasarkan RTRW Minahasa Selatan maka kebijakan

pengelolaan kawasan Lindung adalah :

a. Pemantapan kawasan lindung berdasarkan Keppres No.32 Th.1990

melalui pemetaan, pengukuhan dan penataan batas di lapangan

untuk memudahkan pengendaliannya;

b. Pengendalian kegiatan budidaya yang telah berlangsung lama

dalam kawasan hutan lindung;

c. Pengembalian fungsi hidrologis kawasan hutan yang telah

mengalami kerusakan dengan reboisasi;

d. Percepatan rehabilitasi hutan lindung dengan tanaman yang sesuai

dengan fungsi lindung;

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 20

e. Pelestarian ekosistem yang merupakan ciri khas kawasan melalui

tindakan pencegahan pengrusakan dan upaya pengembalian pada

rona awal sesuai ekosistem yang pernah ada;

f. Pemantauan kegiatan yang diperbolehkan di kawasan hutan

lindung agar tidak mengganggu hutan lindung.

Secara detail pola pengelolaan kawasan lindung bertujuan untuk

mencegah kerusakan fungsi lingkungan. Berikut ini arahan

pengelolaan masing-masing kawasan lindung yang ada di Kabupaten

Minahasa Selatan.

Arahan pengelolaan Kawasan yang Memberikan Perlindungan

Kawasan Bawahannya

Arahan pengelolaan kawasan yang memberikan perlindungan

kawasan bawahannya yaitu :

a. Mencegah timbulnya erosi, bencana banjir, sedimentasi, dan

menjaga fungsi hidrologis tanah di kawasan hutan lindung sehingga

ketersediaan unsur hara tanah, air tanah dan air permukaan dapat

terjamin.

b. Memberikan ruang yang cukup bagi resapan air hujan pada

kawasan resapan air untuk keperluan penyediaan kebutuhan air

tanah dan penanggulangan banjir, baik untuk kawasan

bawahannya maupun kawasan yang bersangkutan.

Pengembangan Kawasan Hutan Lindung terkait dengan kebutuhan

kawasan resapan air, yang diarahkan pada wilayah yang mempunyai

kemiringan lereng > 15 %, sehingga dapat difungsikan sebagai kawasan

lindung untuk daerah tangkapan air dan pensuplai air permukaan

sebagai sumber air baku.

Penetapan kawasan resapan air yang kondisinya belum difungsikan

sebagai hutan lindung ditetapkan sebagai ruang hijau kota atau hutan

kota. Lingkup area dibuat dengan jarak 1.000 meter dari sempadan

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 21

danau / waduk di luar kawasan sempadan danau / waduk. Fungsi

kawasan resapan air yang merupakan kawasan penyangga waduk, dan

diantaranya sebagai daerah resapan air / tangkapan air hujan untuk di

salurkan dan diendapkan di kolam penampung sebelum disalurkan ke

danau / waduk, sehingga menghindari terjadinya sedimentasi di danau

/ waduk akibat terkikisnya lapisan tanah oleh air hujan. Kolam-kolam

penampung ini dimaksudkan untuk menyaring lumpur / limbah agar

dapat dicegah terjadinya sedimentasi di danau / waduk yang ada

dijadikan sebagai sumber air baku.

Khusus pada daerah-daerah resapan air yang telah berkembang

menjadi kawasan budidaya, upaya perlindungan dapat dilakukan

dengan menyesuaikan kawasan sempadan waduk pada daerah yang

belum terbangun sedangkan daerah yang sudah terbangun dan

memiliki ijin tetap diijinkan berdiri hingga habis masa ijinnya dan diberi

kewajiban untuk ikut menjaga sempadan waduk yang ada di

sekitarnya, atau dengan mengembalikan fungsi kawasan sempadan

waduk pada daerah terbangun yang tidak memiliki ijin untuk

difungsikan kembali sebagai hutan lindung. Ini dikarenakan kawasan

sempadan waduk merupakan daerah tertutup bagi segala kegiatan

dengan jarak 100 meter dari pinggir waduk pada saat air pasang. Di

daerah ini tidak diperbolehkan ada tanah terbuka tanpa tumbuhan

penutup. Daerah sempadan waduk diberi batas yang jelas, misalnya

dengan jenis tanaman pembatas tertentu. Jenis tanaman yang dipilih

berupa tanaman tahunan yang cepat tumbuh serta memiliki

karakteristik akar yang kuat sehingga sulit tergerus, dapat tumbuh

saling berdekatan, berbatang keras, serta tahan terhadap genangan dan

kekeringan.

Arahan pengelolaan Kawasan yang Memberikan Perlindungan

Arahan pengelolaan kawasan yang memberikan perlindungan

kawasan bawahannya yaitu :

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 22

1) Arahan Pengelolaan Kawasan Perlindungan Setempat

a. Menjaga sempadan pantai untuk melindungi wilayah pantai dari

kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai.

b. Menjaga sempadan sungai untuk melindungi sungai dari kegiatan

manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai,

kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta mengamankan aliran

sungai.

c. Menjaga kawasan sekitar danau/waduk untuk melindungi

danau/waduk dari berbagai usaha dan/atau kegiatan yang dapat

mengganggu kelestarian fungsi waduk/danau

d. Menjaga kawasan sekitar mata air untuk melindungi mata air dari

dari berbagai usaha dan/atau kegiatan yang dapat merusak

kualitas air dan kondisi fisik kawasan sekitarnya.

e. Menjaga kawasan terbuka hijau kota termasuk di dalamnya hutan

kota untuk melindungi kota dari polusi udara dan kegiatan

manusia yang dapat mengganggu kelestarian lingkungan kota, serta

mengendalikan tata air, meningkatkan upaya pelestarian habitat

flora dan fauna, meningkatkan nilai estetika lingkungan perkotaan

dan kenyamanan kehidupan di kota.

2) Arahan Pengelolaan Kawasan Suaka dan Cagar / Pelestarian

Alam

Arahan pengelolaan Kawasan Suaka Alam yaitu memberi

perlindungan terhadap keanekaragaman biota, tipe ekosistem,

gejala keunikan alam di kawasan suaka alam dan kawasan suaka

alam laut dan perairan lainnya untuk kepentingan plasma nutfah,

keperluan pariwisata, ilmu pengetahuan dan pembangunan pada

umumnya.

Arahan pengelolaan Kawasan Pelestarian Alam yaitu

melestarikan fungsi lindung dan tatanan lingkungan kawasan

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 23

pelestarian alam yang terdiri dari taman nasional, taman hutan

raya, dan taman wisata alam untuk pengembangan pendidikan,

rekreasi dan pariwisata, serta peningkatan kualitas lingkungan

sekitarnya dan perlindungan dari pencemaran.

Pemantapan fungsi lindung dari kawasan suaka alam, harus

memperhatikan wilayah jelajah atau sebaran vegetasi dan satwa

yang akan dilindungi. Arahan pengelolaan Kawasan Suaka Alam

yaitu memberi perlindungan terhadap keanekaragaman biota, tipe

ekosistem, gejala keunikan alam di kawasan suaka alam dan

kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya untuk kepentingan

plasma nutfah, keperluan pariwisata, ilmu pengetahuan dan

pembangunan pada umumnya.

Pemantapan suaka alam bertujuan untuk melestarikan

lingkungan dan melindungi ekosistem lingkungan, sehingga

perlunya upaya-upaya :

a. Pemantapan kawasan suaka alam (cagar alam, suaka

margasatwa, hutan wisata) sesuai dengan tujuan

perlindungannya masing-masing;

b. Peningkatan pengelolaan suaka alam yang telah ada, serta

melakukan pelarangan kegiatan budidaya di kawasan tersebut,

kecuali kegiatan yang berkaitan dengan fungsinya dan tidak

mengubah bentang alam, kondisi penggunaan lahan serta

ekosistem alami yang ada;

c. Pelestarian hutan-hutan suaka alam dan hutan bakau;

d. Pengawasan dan pengendalian yang ketat terhadap kegiatan

budidaya yang telah ada di dalam kawasan suaka alam dan

hutan bakau agar tidak mengganggu akan fungsi suaka alam

tersebut;

e. Pengembangan dan pengelolaan Taman Nasional maupun yang

dicalonkan.

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 24

Rincian Kawasan Suaka Alam dan Cagar Alam ialah :

Kawasan suaka alam dan cagar alam sebagaimana yang

dimaksudkan di wilayah Kabupaten Minahasa Selatan meliputi :

1. Suaka margasatwa;

2. Kawasan pantai berhutan bakau;

3. Cagar alam;

4. Taman nasional dan taman nasional laut;

a. Kawasan Suaka Margasatwa

Pemantapan fungsi lindung dari kawasan suaka margasatwa,

harus memperhatikan wilayah jelajah atau sebaran vegetasi dan

satwa yang akan dilindungi. Arahan pengelolaan Kawasan Suaka

margasatwa yaitu memberi perlindungan terhadap keanekaragaman

biota, tipe ekosistem, gejala keunikan alam di kawasan suaka

margasatwa dan kawasan suaka margasatwa laut dan perairan

lainnya untuk kepentingan plasma nutfah, keperluan pariwisata,

ilmu pengetahuan dan pembangunan pada umumnya.

Kawasan suaka margasatwa yang dimaksud berada di desa

Popareng, Paslaten, Sondaken, Bajo, Wawontulap, Sulu, Wawona

dan Rap Rap Kecamatan Tatapaan luas 4543,60 Ha dan desa Munte

dan Desa Lelema di Kecamatan Tumpaan luas 850,92 Ha dengan

luas keseluruhan diperkirakan 5394,52 hektar.

Rencana pengelolaan kawasan suaka margasatwa adalah

sebagai berikut :

a. Pemantapan kawasan suaka margasatwa sesuai dengan tujuan

perlindungannya;

b. Peningkatan pengelolaan suaka margasatwa yang telah ada, serta

melakukan pelarangan kegiatan budidaya di kawasan tersebut,

kecuali kegiatan yang berkaitan dengan fungsinya dan tidak

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 25

mengubah bentang alam, kondisi penggunaan lahan serta

ekosistem alami yang ada;

c. Pelestarian hutan-hutan suaka margasatwa;

d. Pengawasan dan pengendalian yang ketat terhadap kegiatan

budidaya yang telah ada di dalam kawasan suaka margasatwa

dan hutan bakau agar tidak mengganggu akan fungsi suaka

margasatwa tersebut;

b. Kawasan Pantai Berhutan Bakau

Kawasan Pantai Berhutan Bakau yang dimaksud adalah

kawasan pesisir laut yang merupakan habitat alami hutan bakau

yang berfungsi memberi perlindungan kepada perikehidupan pantai

dan lautan, sebagai pembentuk ekosistem hutan bakau, tempat

berkembang biaknya berbagai biota laut, pelindung pantai dan

pengikisan air laut. Kriteria kawasan pantai berhutan bakau adalah

koridor dengan lebar paling sedikit 130 (seratus tiga puluh) kali nilai

rata-rata perbedaan air pasang tertinggi dan terendah tahunan,

diukur dari garis air surut terendah ke arah darat. Pantai berhutan

bakau berada di Rap-rap, Sondaken, Wawontulap, Bajo, Popareng,

Paslaten di Kecamatan Tatapaan dan Kelurahan Kawangkoan

Bawah, Desa Teep dan Desa Kapitu di Kecamatan Amurang Barat,

kemudian desa Sapa, Radey di Kecamatan Tenga, kemudian desa

Blongko dan desa Boyong pante, desa Ongkaw 2, desa aergale dan

desa Tanamon di Kecamatan Sinonsayang, dengan luas

keseluruhan ± 1.682,2 hektar;

Rencana pengelolaan pantai berhutan bakau dapat berupa

sebuah penetapan daerah perlindungan pantai dan laut (DPPL)

yang mencakup perlindungan dan pengawasan hutan bakau serta

perlindungan terhadap komunitas terumbu karang yang berada

disekitarnya. Selain perlindungan juga dapat dilakukan usaha

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 26

penanaman kembali mangrove pada lokasi-lokasi yang telah

mengalami penurunan luas hutan mangrove-nya.

c. Kawasan cagar Alam

Kawasan Cagar Alam yang dimaksud berada di desa Mokobang

(Modoinding), Raraatean (Tompaso Baru) dan Temboan (Maesaan)

dengan luas keseluruhan diperkirakan + 3271,38 hektar. Rencana

pengelolaan kawasan cagar alam adalah sebagai berikut :

a. Melestarikan dan melindungi kawasan cagar alam dan kawasan

historis dari alih fungsi.

b. Melestarikan dan merevitalisasi kawasan waruga, bangunan tua,

bangunan bernilai sejarah dan/atau bernilai arsitektur tinggi, serta

potensi sosial budaya masyarakat yang memiliki nilai sejarah.

c. Melakukan Perlindungan Kawasan Bersejarah dan Budaya Kota

(Historical District and Cultural Heritage).

d. Pengalian Benda – benda bersejarah harus seijin pemerintah daerah.

d. Kawasan Taman Nasional (Laut) Bunaken;

Taman Nasional (Laut) Bunaken yang dimaksud adalah

pelestarian alam yang dikelola dengan sistem zonasi yang

dimanfaatkan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan,

pendidikan, pariwisata dan rekreasi. Taman Nasional (Laut) Bunaken

berada di Kecamatan Tatapaan dan sekitarnya (desa Rap Rap,

Sondaken, Wawontulap dan Popareng) dengan luas keseluruhan ±

8.554,96 ha (Keputusan Menteri Kehutanan No. 730/Kpts-II/1991

tanggal 15 Oktober 1991). Rencana pengelolaan Taman Nasional (Laut)

Bunaken adalah :

a. Mengoptimalkan sumber daya alam dan kondisi alam yang ada

sebagai areal wisata (ecoturism), kawasan penelitian dan

pendidikan.

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 27

b. Meningkatkan kualitas lingkungan dan perlindungan dari

pencemaran.

c. Melengkapi prasarana dan sarana yang memadai untuk

mendukung fungsinya.

d. Pemberdayaan masyarakat di lingkungan kawasan Taman

Nasional (Laut) Bunaken.

e. Kawasan Budidaya

Kawasan budidaya meliputi kawasan permukiman, perdagangan,

sawah, kebun, resapan air, dan kawasan untuk prasarana dan sarana

wilayah. Ruang kegiatan budidaya adalah ruang yang disediakan

bukan untuk kawasan lindung. Namun demikian didalam ruang

budidaya terdapat ruang-ruang hijau seperti RTH. Ruang fungsi

lindung di Kabupaten Minahasa Selatan adalah seluas 43.135,42 Ha

Atau sebesar 29 % terhadap keseluruhan luas wilayah kota. Sehingga

daya tampung global untuk fungsi budidaya adalah 106.528,25 Ha

atau 71 % dari total luas kota. Pemanfaatan ruang pada kawasan ini

didasarkan pada tujuan utama pengembangan kawasan budidaya,

yaitu mengembangkan areal (kawasan budidaya) sesuai dengan potensi

yang ada.

2.1.2 Potensi Pengembangan Wilayah

Berdasarkan deskripsi karakteristik wilayah dapat diidentifikasi

wilayah yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan

budidaya seperti perikanan, pertanian, pariwisata, industri, pertambangan

dan lain-lain dengan berpedoman pada rencana tata ruang wilayah.

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 28

Gambar 2.7

Peta Rencana Kawasan Strategis Ekonomi Kabupaten Minahasa Selatan

Sumber : Data RTRW Kab. Minahasa Selatan 20ll – 203l

Gambar 2.8

Pola Ruang Kabupaten Minahasa Selatan

Jasa, Perdagangan & Perkantoran

0,03%

Industri dan pergudangan

1%

Ruang Hijau: Taman Kota, Pemakaman, Hutan

Kota, Jalur Hijau, Lapangan Olah Raga

2%

Sawah (Pertanian)

2%

Perkebunan Rakyat

37%

Permukiman (Perumahan dan Fasos:

Pendidikan, Kesehatan, Peribadatan)

5%

Pariwisata

5%

Hutan Produksi

12%

Hutan Produksi terbatas

0,40%

Non Budidaya

26%

Fungsi Lindung

10%

Sumber : Data RTRW Kab. Minahasa Selatan 20ll – 203l

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 29

Gambar 2.9

Peta Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Minahasa Selatan

Sumber : Data RTRW Kab. Minahasa Selatan 20ll – 203l

Kawasan-kawasan tersebut diatas memiliki potensi pengembangan

dan penggunaan yang sangat besar. Untuk itu pemerintah Minahasa

Selatan berusaha untuk mengoptimalkan penggunaan kawasan-kawasan

ini dengan berpatokan pada RTRW Minahasa Selatan dan peraturan

peraturan yang mendukung pada pembangunan yang berkelanjutan,

ramah lingkungan dan berdaya saing tinggi.

Saat ini Pemerintah Daerah Minahasa Selatan sementara

membentuk Rancangan Peraturan Daerah tentang Investasi Daerah yang

nantinya akan menjadi payung utama dalam pengembangan iklim

investasi yang kondusif di Kabupaten Minahasa Selatan.

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 30

Tabel 2.7

Potensi Pengembangan Wilayah di Kab. Minahasa Selatan

No. Potensi Lokasi

1 Kawasan Perindustrian & Pergudangan Kel. Kawangkoan Bawah, Desa Teep & Desa Kapitu Kec.

Ambar, Desa Tawaang, Desa radey & Desa Sapa Kec.

Tenga

2 Kawasan Pelabuhan Ferry, Laut, Umum &

Perikanan

Kel. Kawangkoan Bawah Kec. Amurang Barat

3 Kawasan Tumbuh Cepat TUANGTIBA Kec. Tumpaan, Kec. Amg, Kec. Amg Timur & Kec. Ambar

4 Kawasan Agropolitan Kec. Tenga & Kec. Modoinding, Kec. Motoling, Kec. Tenga

& Kec. Sinonsayang

5 Kawasan Minapolitan Kec. Tatapaan & Kec. Ambar

6 Kawasan Rencana Bandar Udara skala

Pengumpul Primer

Desa Rap-Rap Kec. Tatapaan & Alternatif di Kec. Tenga

7 Kawasan Rencana Terminal dan Pasar Desa Kapitu Kec. Ambar

8 Kawasan Pasar Tradisional Kec. Tumpaan & Kec. Amg

9 Kawasan Pertokoan Modern Kec. Tumpaan & Kec. Amg

10 Rencana Kawasan Kuliner Kel. Ranoyapo, Kec. Amg & Kel. Pondang Kec. Amg Timur

11 Kawasan Benteng Portugis Amurang Kel. Uwuran Satu Kec. Amg

12 Kawasan yang memiliki potensi panas Kec. Modoinding & Kec. Tompaso Baru

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 31

bumi untuk kepentingan Pembangkit

Listrik Tenaga Uap (PLTU)

13 Kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Air

(PLTA) Poigar II

Desa Mokobang Kec. Modoinding

14 Kawasan Konservasi Hutan Lindung Hutan Lindung Lolongbulan (Kec. Sinonsayang, Tenga,

Kumelembuai & Motoling), Gunung Simbalang (Kec.

Modoinding & Tompaso Baru), Gunung Poopotelu (Kec.

Sinonsayang), Gunung Torout (Kec. Tompaso Baru),

Gunung Manembo-Nembo (Kec. Tatapaan & Tumpaan)

15 Daerah Perlindungan Laut (DPL) Blongko Desa Blongko Kec. Sinonsayang

16 Kawasan Konservasi Laut Daerah Desa Tanamon & Desa Ongkaw Kec. Sinonsayang

17 Taman Nasional Bunaken Bagian Selatan Desa Wawontulap, desa Sondaken & Desa Rap-Rap di Kec.

Tatapaan

18 Kawasan Banjir, Abrasi Pantai & Tsunami Kel.Ranoyapo & Kel. Buyungon, Kel. Uwuran Satu &

Uwuran Dua di Kec. Amg, Kel. Bitung, Ranomea &

Pondang sepanjang Teluk Amurang

19 Kawasan Sesar/Patahan Minahasa

Selatan

Kel. Ranoyapo & Kel. Buyungon di Kec. Amurang

20 Kawasan Pemerintahan Kel. Pondang Kec. Amg Timur & Sub Pusat Pemerintahan

di Desa Teep & Desa Teep Trans Kecamatan Ambar

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 32

21 Kawasan Pariwisata Semua Potensi Kawasan Pariwisata di Kab. Minahasa

Selatan

22 Kawasan Pendidikan Desa Tumpaan Kec. Tumpaan, Desa Tawaang Kec. Tenga

& Desa Lopana Kec. Amg Timur

23 Kawasan Rencana Jalan Lingkar Amurang

By Pass Kapitu-Tumpaan

Tumpaan – Worotican

24 Kawasan Resting Area meliputi Area

Rencana Jalan Lingkar Amurang By Pass

Kapitu-Tumpaan

(Tumpaan-Worotican), Kec. Sinonsayang & Kec. Tenga

25 Kawasan Batas Wilayah Desa Munte di Kab. Minahasa Selatan & Desa Senduk di

Kab. Minsel, Desa Durian di Kab. Minahasa Selatan &

Desa Poigar di Kab. Bolmong, Desa Lansot di Kab.

Minahasa Selatan & Desa Tombasian Bawah di Kab.

Minahasa Selatan, Desa Ranoketang Tua di Kab. Minahasa

Selatan & Desa Lobu di Kab. Mitra, Desa Sinisir &

Kakenturan di Kab. Minahasa Selatan & Goan di Kab.

Bolmong & Kab. Boltim, Desa Rap-Rap di Kab. Minahasa

Selatan & Desa Pinasungkulan di Kab. Minahasa Selatan

Sumber: Data RTRW Kab. Minahasa Selatan 20ll – 2031

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 33

2.1.2.1 Kawasan Hutan Produksi

Kawasan yang diperuntukkan bagi hutan produksi terbatas

dimana eksploitasinya dilakukan dengan sistem tebang pilih dan

tanam. Ditinjau dari kegiatan eksploitasi yang dapat dilakukan,

kawasan hutan produksi terdiri dari hutan produksi terbatas (HPT),

hutan produksi biasa (HPB) dan hutan produksi konversi (HPK). Hutan

produksi terbatas hanya dapat dieksploitasi dengan cara tebang habis,

serta dalam bentuk hutan tanaman industri (HTI). Hutan produksi

konversi, pada dasarnya dapat dikembangkan untuk kegiatan-kegiatan

lain di luar sektor kehutanan.

Kawasan peruntukan hutan produksi di wilayah Kabupaten

Minahasa Selatan adalah kawasan hutan produksi Biasa yang terdapat

di Kecamatan Amurang Barat (1014,13 Ha), Kecamatan Maesaan

(2686,92 Ha), Kecamatan Modoinding (169,07 Ha), Kec. Motoling barat

(2.773,33 Ha), Kec. Motoling Timur (2334,77 Ha), Kec. Ranoyapo

(1799,74 Ha), Kec. Sinonsayang (63,37 Ha) dan Kec. Tompaso Baru

(3081,97 Ha) dengan Luas ± 13.923,31 Ha, dan Hutan Produksi

Terbatas pada Kecamatan Amurang Barat (701,22 Ha), Kec.

Kumelembuai (216,38 Ha), Kec. Maesaan (2816,55 Ha), Kec.

Modoinding (127,06 Ha), Kec. Motoling (352,05 Ha), Kec. Motoling barat

(3468,92 Ha), Kec. Ranoyapo (2488,14 Ha), Kec. Tenga (1214,02 Ha),

Kec. Tompaso Baru (4259,63 Ha) dan Kec. Tumpaan (718,64 Ha)

dengan luas keseluruhan ± 16.362,61 hektar.

2.1.2.2 Kawasan Peruntukan Pertanian

Kawasan peruntukkan pertanian sebagaimana dimaksud di

wilayah Kabupaten adalah kawasan yang secara teknis dapat

dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya pertanian dalam arti luas.

Jenis kegiatan budidaya perdesaan non terbangun berupa kegiatan

pertanian dalam arti luas, yang berdasar SK Mentan No

683/Kpts/Um/8/1981 dan 837/Kpts/Um/11/1980, meliputi kegiatan

pertanian yang difungsikan sebagai kawasan penyangga, kegiatan

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 34

pertanian lahan kering (palawija) kegiatan pertanian tanaman tahunan

atau perkebunan, dan kegiatan pertanian tanaman hias, peternakan,

dan perikanan.

Berdasarkan fungsi pemanfaatan ruang Kabupaten Minahasa

Selatan terdapat lahan yang sesuai bagi pengembangan pertanian dan

secara operasional, strategi pengembangannya adalah memanfaatkan

secara optimal kawasan budidaya untuk pengembangan pertanian

yang didasarkan pada kesesuaian lahan. Dalam tata ruang Kabupaten

Minahasa Selatan lokasi atau penyebaran kawasan budidaya pertanian

tidak dijelaskan secara eksplisit mengingat terjadinya tumpang tindih

lokasi untuk masing-masing usaha pertanian.

Pengembangan kawasan budidaya pertanian secara keseluruhan

diarahkan untuk budidaya tanaman pangan lahan basah, tanaman

pangan lahan kering, perkebunan/ tanaman tahunan, holtikultura,

peternakan dan perikanan.

Secara garis besar penggunaan areal pertanian di Kabupaten Minahasa

Selatan dialokasikan bagi kegiatan :

Ekstensifikasi

Areal ekstensifikasi umumnya bukan termasuk dalam kriteria

fungsi mintakat/ zona kawasan hutan dan areal yang telah

diperuntukan bagi pembangunan serta lokasi transmigrasi.

Penggunaan lahan di wilayah ini pada umumnya adalah hutan atau

semak belukar dengan kemiringan tanahnya <40%. Pada areal yang

pada kemiringan tanahnya <15% diarahkan untuk tanaman pangan

sedangkan pada areal kemiringan antara 15-40% diarahkan untuk

perkebunan dengan syarat-syarat kultur teknis tertentu untuk

mencegah kerusakan sumberdaya tanah dan air.

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 35

Intensifikasi

Pemanfaatan lahan di Kabupaten Minahasa Selatan relatif masih

belum intensif. Masalah utama pengembangan sawah di daerah ini

adalah sistem irigasi dan drainase. Namun, untuk pengembangan

lahan kering berupa umbi-umbian mempunyai potensi untuk

dikembangkan secara lebih intensif. Oleh karena itu untuk

peningkatan produksi dan pendapatan masyarakat, upaya yang harus

ditempuh adalah intensifikasi, peremajaan karet-karet rakyat yang

sudah tua dan perbaikan drainase. Khusus untuk kegiatan

intensifikasi terutama dilakukan pada pertanian sawah, karena sisipan

tanah yang ada dominasinya merupakan jenis tanah podzolik merah

kuning dan sangat jelek dalam menahan air lebih lama, tergenang,

kurang subur dan bersifat masam.

Rehabilitasi Tanaman Tahunan

Sebagian besar tanaman tahunan yang ada merupakan tanaman

karet berumur tua. Tanaman tersebut kurang produktif atau sama

sekali tidak produktif lagi atau yang dikenal dengan lahan tidur. Selain

itu penanaman karet di daerah ini umumnya masih tradisional dan

belum mengenal kultur teknis yang baik yaitu tanaman dipaksa untuk

memberi produksi tanpa memperhitungkan kemampuan dan

kesehatan tanaman karet sehingga banyak tanaman yang rusak. Untuk

meningkatkan produktivitas tanah tersebut akan ditempuh upaya-

upaya rehabilitasi tanaman karet tua dengan tanaman baru dan

dengan menggunakan bibit unggul.

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 36

Tabel 2.8 Sasaran Produksi Padi Sawah Tahun 2016 Kabupaten Minahasa Selatan

No Kecamatan

Total Padi Sawah

LT LP Prov Prod

(Ha) (Ha) (Ton/Ha) (Ton)

1 Tareran 864 753 5,137 3.868,2

2 Suluun Tareran 81 89 5,015 446,3

3 Tumpaan 903 811 5,365 4.351,0

4 Tatapaan 1.119 1.074 5,365 5.762,0

5 Amurang Timur 470 451 5,000 2.255,0

6 Amurang 78 60 5,000 300,0

7 Amurang Barat 42 34 5,000 170,0

8 Tenga 1.687 1.447 5,365 7.763,2

9 Sinonsayang 599 484 5,365 2.596,7

10 Kumelembuai 92 66 5,001 330,1

11 Motoling 259 220 5,006 1.101,3

12 Motoling Timur 0 0 5,006 0,0

13 Motoling Barat 264 199 5,006 996,2

14 Ranoyapo 2.838 2.641 5,365 14.169,0

15 Tompaso Baru 2.140 2.165 5,365 11.615,2

16 Maesaan 2.082 1.938 5,410 10.484,6

17 Modoinding 0 0 - 0,0

Jumlah 13.518 12.432 5,326 66.209

Sumber: Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Minahasa Selatan Tahun 2016

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 37

Tabel 2.9 Sasaran Produksi Komoditi Padi Ladang Tahun 2016 Kabupaten Minahasa

Selatan

No Kecamatan

Total Padi Ladang

LT LP Prov Prod

(Ha) (Ha) (Ton/Ha) (Ton)

1 Tareran 20 0 2,612 0,0

2 Suluun Tareran 0 0 -

3 Tumpaan 0 0 2,612 0,0

4 Tatapaan 630 403 2,612 1.052,6

5 Amurang Timur 22 39 - 0,0

6 Amurang 0 0 - 0,0

7 Amurang Barat 150 0 - 0,0

8 Tenga 630 323 2,612 843,7

9 Sinonsayang 180 66 2,612 172,4

10 Kumelembuai 25 0 - 0,0

11 Motoling 0 0 - 0,0

12 Motoling Timur 0 0 - 0,0

13 Motoling Barat 0 0 - 0,0

14 Ranoyapo 0 0 - 0,0

15 Tompaso Baru 25 0 - 0,0

16 Maesaan 25 0 - 0,0

17 Modoinding 0 0 - 0,0

Jumlah 1.707 831 2,489 2.069

Sumber: Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Minahasa Selatan Tahun 2016

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 38

Tabel 2.10 Sasaran Produksi Komoditi Jagung Tahun 2016

Kabupaten Minahasa Selatan

No Kecamatan

Total Jagung

LT LP Prov Prod

(Ha) (Ha) (Ton/Ha) (Ton)

1 Tareran 715 698 3,931 2.743,8

2 Suluun Tareran 624 597 3,931 2.346,8

3 Tumpaan 711 634 3,938 2.496,7

4 Tatapaan 1.720 1.487 3,945 5.866,2

5 Amurang Timur 776 643 3,930 2.527,0

6 Amurang 900 657 3,921 2.576,1

7 Amurang Barat 2.515 2.030 3,935 7.988,1

8 Tenga 1.925 1.911 3,952 7.552,3

9 Sinonsayang 1.525 1.555 3,947 6.137,6

10 Kumelembuai 765 515 3,935 2.026,5

11 Motoling 980 685 3,935 2.695,5

12 Motoling Timur 685 562 3,935 2.211,5

13 Motoling Barat 1.115 859 3,935 3.380,2

14 Ranoyapo 2.345 1.733 3,942 6.831,5

15 Tompaso Baru 2.435 2.164 3,956 8.560,8

16 Maesaan 2.251 2.073 3,956 8.200,8

17 Modoinding 480 355 3,955 1.404,0

Jumlah 22.467 19.158 3,943 75.545,3

Sumber: Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Minahasa Selatan Tahun 2016

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 39

Tabel 2.11 Sasaran Produksi komoditi kedelai tahun 2016

Kabupaten Minahasa Selatan

No Kecamatan

Total Kedelai

LT LP Prov Prod

(Ha) (Ha) (Ton/Ha) (Ton)

1 Tareran 160 107 1,462 156,43

2 SuluunTareran 200 136 1,462 198,83

3 Tumpaan 100 74 1,462 108,19

4 Tatapaan 120 88 1,462 128,66

5 Amurang Timur 110 86 1,462 125,73

6 Amurang 140 99 1,462 144,74

7 Amurang Barat 150 99 1,462 144,74

8 Tenga 200 136 1,462 198,83

9 Sinonsayang 150 99 1,462 144,74

10 Kumelembuai 110 82 1,462 119,88

11 Motoling 190 133 1,462 194,45

12 Motoling Timur - - 1,462 -

13 Motoling Barat 190 130 1,462 190,06

14 Ranoyapo 260 172 1,462 251,46

15 Tompaso Baru 400 275 1,462 402,05

16 Maesaan 520 303 1,462 442,99

17 Modoinding - - 1,462 -

Jumlah 3.000 2.019 1,462 2.951,78

Sumber: Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Minahasa Selatan Tahun 2016

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 40

Tabel 2.12 Sasaran Produksi Komoditi Kacang Tanah Tahun 2016

Kabupaten Minahasa Selatan

No Kecamatan

Total Kacang Tanah

LT LP Prov Prod

(Ha) (Ha) (Ton/Ha) (Ton)

1 Tareran 15 9 1,400 12,6

2 Suluun Tareran 7 7 1,400 9,8

3 Tumpaan 16 10 1,396 14,0

4 Tatapaan 39 35 1,496 52,4

5 Amurang Timur 73 99 1,435 142,1

6 Amurang 16 6 1,400 8,4

7 Amurang Barat 18 14 1,400 19,6

8 Tenga 22 19 1,400 26,6

9 Sinonsayang 20 15 1,405 21,1

10 Kumelembuai 7 5 1,380 6,9

11 Motoling 6 7 1,380 9,7

12 Motoling Timur 5 3 1,380 4,1

13 Motoling Barat 9 6 1,380 8,3

14 Ranoyapo 28 19 1,400 26,6

15 Tompaso Baru 29 20 1,425 28,5

16 Maesaan 135 88 1,433 126,1

17 Modoinding 31 23 1,415 32,5

Jumlah 476 385 1,426 549,2

Sumber: Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Minahasa Selatan Tahun 2016

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 41

Tabel 2.13 Sasaran Produksi Komoditi Kacang Hijau Tahun 2016

Kabupaten Minahasa Selatan

No Kecamatan

Total Kacang Hijau

LT LP Prov Prod

(Ha) (Ha) (Ton/Ha) (Ton)

1 Tareran

-

-

- -

2 Suluun Tareran

-

-

- -

3 Tumpaan

-

-

- -

4 Tatapaan

-

-

- -

5 Amurang Timur

-

-

- -

6 Amurang

-

-

- -

7 Amurang Barat 18 15 1,304 19,56

8 Tenga 9 5 1,305 6,53

9 Sinonsayang 11 7 1,305 9,14

10 Kumelembuai - - - -

11 Motoling - - - -

12 Motoling Timur - - - -

13 Motoling Barat - - - -

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 42

14 Ranoyapo - - - -

15 Tompaso Baru - - - -

16 Maesaan 9 4 1,304 5,22

17 Modoinding - -

-

Jumlah 47 31 1,304 40,44

Sumber: Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Minahasa Selatan Tahun 2016

Tabel 2.14 Sasaran Produksi Komoditi Ubi Kayu Tahun 2016

Kabupaten Minahasa Selatan

No Kecamatan

Total Ubi Kayu

LT LP Prov Prod

(Ha) (Ha) (Ton/Ha) (Ton)

1 Tareran 15 9 13,12 118,1

2 Suluun Tareran 12 10 13,17 131,7

3 Tumpaan 21 10 13,19 131,9

4 Tatapaan 26 13 13,29 172,8

5 Amurang Timur 18 12 13,29 159,5

6 Amurang 14 9 13,29 119,6

7 Amurang Barat 22 16 13,29 212,6

8 Tenga 26 14 13,38 187,3

9 Sinonsayang 22 14 13,38 187,3

10 Kumelembuai 10 4 13,28 53,1

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 43

11 Motoling 14 10 13,29 132,9

12 Motoling Timur 8 4 13,27 53,1

13 Motoling Barat 10 6 13,27 79,6

14 Ranoyapo 5 1 13,27 13,3

15 Tompaso Baru 20 13 13,39 174,1

16 Maesaan 26 13 13,39 174,1

17 Modoinding - - - -

Jumlah 269 158 13,30 2.101,0

Sumber: Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Minahasa Selatan Tahun 2016

Tabel 2.15

Sasaran Produksi Komoditi Ubi Jalar Tahun 2016 Kabupaten Minahasa Selatan

No Kecamatan

Total Ubi Jalar

LT LP Prov Prod

(Ha) (Ha) (Ton/Ha) (Ton)

1 Tareran 12 6 9,736 58,4

2 Suluun

Tareran 7 4 9,735 38,9

3 Tumpaan 12 6 9,735 58,4

4 Tatapaan 15 8 9,735 77,9

5 Amurang

Timur 6 7 9,735 68,1

6 Amurang 12 7 9,735 68,1

7 Amurang Barat 17 7 9,730 68,1

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 44

8 Tenga 13 9 9,730 87,6

9 Sinonsayang 10 6 9,725 58,4

10 Kumelembuai 7 5 9,725 48,6

11 Motoling 8 4 9,725 38,9

12 Motoling Timur 11 8 9,730 77,8

13 Motoling Barat 8 7 9,730 68,1

14 Ranoyapo 7 5 9,732 48,7

15 Tompaso Baru 14 10 9,732 97,3

16 Maesaan 13 10 9,732 97,3

17 Modoinding 28 22 9,733 214,1

Jumlah 200 131 9,732 1.274,9

Sumber: Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Minahasa Selatan Tahun 2016

Tabel 2.16

Sasaran Produksi Komoditi Hortikultura Sayuran Tahun 2016 Kabupaten Minahasa Selatan

No Komoditi LT LP Prov Prod

1. Bawang Merah 12 11 8 88

2. Bawang Daun 2.850 2.825 20 56.500

3. Kentang 3.750 3.726 20 74.520

4. Kubis 1140 1139 30 34.170

5. Petsay/Sawi 800 790 18 14.220

6. Wortel 1201 989 18 17.802

7. Kacang Merah 300 292 2 584

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 45

8. Kacang

Panjang 30 28 2 56

9. Cabe Besar 65 179 3 537

10. Cabe Rawit 300 580 3 1.740

11. Tomat 1.486 1.473 18 26.514

12. Terung 33 31 20 620

13. Buncis 80 78 15 1.170

14. Ketimun 90 97 20 1.940

15. Labu Siam 55 52 20 1.040

16. Kangkung 36 87 14 1.218

17. Bayam 15 13 2 26

18. Labu Kuning 340 336 20 6.720

Sumber: Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Minahasa Selatan Tahun 2016

2.1.2.3 Kawasan Pertanian Lahan Basah

Lokasi pertanian tanaman pangan terdiri dari pertanian tanaman

lahan basah dan pertanian tanaman lahan kering. Areal tanaman

lahan basah merupakan areal pertanian yang memerlukan air terus-

menerus sepanjang tahun musiman atau bergilir dengan tanaman

utama padi, terutama pada areal sawah. Sedangkan pada lahan basah

yang bukan merupakan sawah seyogyanya diarahkan bagi

perkembangan perikanan air tawar atau perairan umum.

Permanfaatan ruang pertanian lahan basah bertujuan untuk

mendukung perekonomian lokal di kawasan sekitarnya dan

pengembangan perekonomian wilayah.

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 46

2.1.2.4 Kawasan Perkebunan

Kawasan pertanian tanaman tahunan / perkebunan merupakan

kawasan yang diperuntukkan bagi kegiatan pertanian tanaman

tahunan / perkebunan dengan jenis komoditi utama berupa aneka

buah-buahan dan hasil perkebunan lain yang memiliki nilai ekonomis

tinggi dan pangsa pasar yang baik, yang dikembangkan terutama pada

daerah-daerah yang masih kosong sebagai kegiatan sambilan. Pada

tanaman areal tahunan ini diutamakan tanaman buah-buahan,

perkebunan besar dan perkebunan rakyat. Agar jenis tanaman ini

mempunyai nilai ekonomis tinggi perlu dilakukan upaya penguasaan

teknologi pertanian, baik melalui pelatihan, bimbingan atau studi

banding.

Kawasan perkebunan/tanaman tahunan sebagaimana dimaksud

di wilayah Kabupaten adalah kawasan yang secara teknis dapat

dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya perkebunan/tanaman

tahunan, tersebar di seluruh wilayah Kecamatan dengan luas

keseluruhan ± 89.817,4 hektar.

Tabel 2.17

Produksi Tanaman Perkebunan Kabupaten Minahasa Selatan

No Komoditi 2016 2017 2018 2019 2020

(ribu) ton

1 Kelapa 51.798,49 51.898,49 52.098,49 52.348,49 52.648,49

2 Cengkih 55,35 57,00 60,52 65,80 70,15

3 Kopi 28,30 33,75 42,00 49,40 58,50

4 Kakao 1.139,17 1.144,30 1.156,75 1.178,10 1.202,50

5 Pala 55,29 55,52 56,08 56,73 57,30

6 Aren 1.394,84 1.405,30 1.419,21 1.431,75 1.453,88

Sumber: Dinas Perkebunan Kab. Minahasa Selatan Tahun 2016

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 47

2.1.2.5 Kawasan Perikanan

Kegiatan perikanan di Kabupaten Minahasa Selatan selama ini

didominasi oleh perikanan laut dibandingkan perikanan darat.

Aktivitas kegiatan ini mempunyai prospek cukup baik. Secara umum

kondisi perairan dan laut hampir sebagian besar berpotensi sebagai

kawasan pemanfaatan ikan tangkap. Berdasarkan potensi yang

dimiliki, maka batasan aktivitas yang tidak diperbolehkan di kawasan

penangkapan ikan adalah tidak boleh menggunakan cara-cara yang

dapat merusak lingkungan (peledakan karang, pukat harimau, dan

lain-lain) serta tidak dilakukan pada saat-saat ikan memijah/matang

kelamin.

Untuk meningkatkan produksi perikanan, maka kegiatan

penangkapan ikan yang dilakukan oleh masyarakat nelayan sebaiknya

menggunakan peralatan yang lebih baik, dengan memanfaatkan

teknologi maju yang menunjang pengembangan perikanan, dengan

jenis ikan yang mempunyai harga jual tinggi. Ikan-ikan tangkapan

yang terlalu kecil dapat dibudidayakan dengan menggunakan keramba.

Agar tingkat penangkapan ikan yang dilakukan oleh para nelayan

dapat mencapai daya jelajah yang cukup jauh dengan produksi tinggi,

maka harus didukung peralatan yang memadai, seperti besarnya kapal

motor yang digunakan serta pemanfaatan teknologi maju yang

menunjang pengembangan usaha perikanan.

Selain kegiatan penangkapan ikan, pengembangan kegiatan

perikanan dapat juga dilakukan melalui kegiatan pembudidayaan ikan

laut. Rencana pengembangan kawasan budidaya perikanan laut

bertujuan untuk :

a. Mengembangkan dan melestarikan jenis ekosistem laut dan pesisir

yang sifatnya berkelanjutan

b. Menjamin ketersediaan stok perikanan dan sumberdaya lainnya

secara berkelanjutan yang berbasis budidaya

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 48

c. Sebagai alternatif usaha bagi masyarakat selain mata pencaharian

pokok seperti sebagai nelayan atau petani.

Usaha budidaya ikan laut yang berkembang saat ini masih relatif

rendah tingkat pengelolaan dan produktifitasnya karena masih belum

dikuasainya teknologi budidayanya serta adanya kebiasaan

penangkapan ikan secara langsung di lautan. Untuk pengembangan

kegiatan budidaya perikanan laut di masa mendatang, terutama yang

dilakukan oleh masyarakat dapat lebih diarahkan dengan melalui cara

pembudidayaan perikanan air laut yang mempunyai nilai jual tinggi.

Adapun kawasan pengembangan kegiatan budidaya perikanan

diarahkan pengalokasiannya pada kawasan-kawasan yang tidak dilalui

jalur pelayaran, perairan sekitar pulau-pulau kecil yang berada di luar

jalur pelayaran, di perairan yang belum tercemar atau di perairan yang

sesuai untuk perikanan yang merupakan habitat berkembangbiaknya

ikan, serta di perairan yang diidentifikasi memiliki potensi

pengembangan, yaitu di daerah sekitar pulau-pulau yang memiliki

pantai berhutan bakau. Pengembangan kegiatan budidaya perikanan

skala besar oleh pihak swasta sebaiknya pihak swasta diharuskan

untuk bermitra dengan masyarakat nelayan setempat, terutama dalam

hal pengembangan teknologi budidaya ikan guna meningkatkan

produksi perikanan, pemodalan dan distribusi pemasarannya.

Rincian kawasan peruntukan Perikanan :

Kawasan peruntukkan perikanan adalah kawasan yang secara

teknis dapat dimanfaatkan untuk pengembangan kegiatan :

a. Perikanan darat;

b. Perikanan air payau;

c. Perikanan air laut; dan

d. Budi daya perikanan.

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 49

a. Perikanan darat

Kawasan perikanan darat adalah kawasan yang secara teknis sesuai

untuk pengembangan budidaya perikanan air tawar di sawah, kolam dan

perairan umum, tersebar di Kecamatan dengan luas keseluruhan ±

1.416,55 Ha;

b. Perikanan air payau

Kawasan perikanan air payau sebagaimana yang dimaksud adalah

kawasan yang secara teknis sesuai untuk pengembangan budi daya

perikanan air payau di tambak sepanjang pantai tersebar di Desa Bajo dan

Desa Poparen Kecamatan Tatapaan dengan luas keseluruhan + 391,8 Ha

c. Perikanan air laut

Kawasan peruntukkan perikanan air laut sebagaimana di wilayah

Kabupaten adalah kawasan yang secara teknis dapat dimanfaatkan untuk

pengembangan kegiatan :

a. Perikanan tangkap;

b. Perikanan budidaya;

c. Perikanan sentra pengolahan; dan

Kawasan perikanan laut sebagaimana yang dimaksud adalah kawasan

yang secara teknis sesuai untuk pengembangan kegiatan budi daya

perikanan laut maupun untuk kegiatan perikanan tangkap. Kawasan ini

terdapat di kecamatan Tatapaan, dan di Amurang. Rencana pengembangan

kawasan peruntukan perikanan adalah sebagai berikut :

a. Ketentuan pokok tentang wilayah pengelolaan perikanan mengacu

kepada UU No.31 Tahun 2004 tentang Perikanan dan UU No. 27 Tahun

2007 tentang Pengelolaan wilayah pesisir dan Pulau – pulau kecil;

b. Membuat suatu aturan/hukum termasuk di dalamnya peraturan daerah

(Perda) yang mengatur wilayah pesisir dan laut dalam hal pengelolaan

dan pemanfaatannya, pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan

yang berbasis ramah lingkungan;

c. Penetapan sentra-sentra pendaratan hasil perikanan (PPI), pengelolaan,

budidaya air tawar, laut dan payau;

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 50

d. Penetapan daerah perlindungan pantai dan laut (DPL), daerah

perlindungan mangrove (DPM) dan kawasan konservasi ikan langka.

d. Budidaya perikanan

Budidaya perikanan terdapat dan diarahkan di Kecamatan Tatapaan.

Rencana pengembangan kawasan peruntukan perikanan adalah sebagai

berikut :

a. Ketentuan pokok tentang wilayah pengelolaan perikanan; pengelolaan

perikanan; dan usaha perikanan mengacu kepada UU No.31 Tahun 2004

tentang Perikanan;

b. Membuat suatu aturan/hukum termasuk di dalamnya peraturan daerah

(Perda) yang mengatur berbagai aktivitas di daerah pesisir dan laut yang

berhubungan dengan pengelolaan/pemanfaatan sumberdaya hayati dan

nir hayati di lingkungan tersebut secara terpadu dan berkelanjutan.

Termasuk di dalamnya yang mengatur/mengelola/ mengawasi

penggunaan/pengoperasian alat tangkap yang tidak ramah lingkungan,

pengeboman, pembiusan, dan kegiatan lain yang merugikan, serta

kerjasama yang bersifat regional maupun internasional;

c. Penetapan sentra-sentra PKNT dan SBP. PKNT (Pusat Kegiatan Nelayan

Tangkap) meliputi wilayah yang berhubungan dengan spesifikasi /

karakteristik sumberdaya ikan dan SBP (Sentra Budidaya Perikanan)

dengan pertimbangan kesesuaian lingkungan untuk budidaya perikanan;

d. Penetapan daerah perlindungan pantai dan laut (DPL) mencakup

perlindungan dan pengawasan hutan bakau yang tersebar Dengan

demikian hal ini akan merupakan suatu komitmen ekologis untuk

memelihara, melindungi dan melestarikan ekosistem wilayah pesisir dan

laut yang dikelola secara berkelanjutan.

Kawasan peruntukan hutan produksi sebagaimana dimaksud di

wilayah Kabupaten Minahasa Selatan adalah kawasan hutan produksi

biasa yang terdapat di Kecamatan Amurang Barat (1014,13 Ha),

Kecamatan Maesaan (2686,92 Ha), Kecamatan Modoinding (169,07 Ha),

Kec. Motoling barat (2.773,33 Ha), Kec. Motoling Timur (2334,77 Ha), Kec.

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 51

Ranoyapo (1799,74 Ha), Kec. Sinonsayang (63,37 Ha) dan Kec. Tompaso

Baru (3081,97 Ha) dengan Luas ± 13.923,31 Ha, dan Hutan Produksi

Terbatas pada Kecamatan Amurang Barat (701,22 Ha), Kec. Kumelembuai

(216,38 Ha), Kec. Maesaan (2816,55 Ha), Kec. Modoinding (127,06 Ha),

Kec. Motoling (352,05 Ha), Kec. Motoling barat (3468,92 Ha), Kec.

Ranoyapo (2488,14 Ha), Kec. Tenga (1214,02 Ha), Kec. Tompaso Baru

(4259,63 Ha) dan Kec. Tumpaan (718,64 Ha) dengan luas keseluruhan ±

16.362,61 hektar.

Kawasan pertanian tanaman pangan lahan basah sebagaimana

dimaksud di wilayah Kabupaten adalah kawasan yang secara teknis sesuai

dan dapat dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya tanaman pangan lahan

basah yang didukung prasarana irigasi, tersebar di beberapa Kecamatan,

dengan luas keseluruhan ± 10.363,68 hektar. (lebih jelas lihat tabel

berikut).

Tabel 2.18

Kawasan Pertanian Lahan Basah

Kecamatan Luas (Ha)

Amurang Barat 465,76

Amurang 125,37

Amurang Timur 506,367

Maesaan 0,354

Motoling Barat 52,715

Ranoyapo 1672,34

Sinonsayang 738,629

Tatapaan 2249,788

Tenga 2936,338

Tompaso Baru 574,503

Tumpaan 1041,513

Total 10363,68

Sumber : Data RTRW Kab. Minahasa Selatan 20ll – 203l

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 52

Kawasan pertanian tanaman pangan lahan kering sebagaimana

dimaksud di wilayah Kabupaten adalah kawasan yang secara teknis

dapat dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya tanaman pangan lahan

kering/hortikultura, tersebar di seluruh wilayah kecamatan dengan luas

keseluruhan ± 27.879,94 hektar. (lebih jelas lihat tabel berikut).

Tabel 2.19 Kawasan Pertanian Lahan Kering

Kecamatan Luas (Ha)

Amurang 2110,969

Amurang Barat 3191,81

Amurang Timur 3188,602

Kumelembuai 1282,985

Maesaan 327,51

Modoinding 368,458

Motoling 1084,678

Motoling Barat 1347,068

Motoling Timur 1329,743

Ranoyapo 1768,883

Sinonsayang 1260,581

Sulta 2225,277

Tareran 2163,163

Tatapaan 1010,092

Tenga 2202,597

Tompaso Baru 710,143

Tumpaan 2307,378

Total 27879,94

Sumber : Data RTRW Kab. Minahasa Selatan 20ll – 203l

Kawasan perkebunan/tanaman tahunan sebagaimana dimaksud di

wilayah Kabupaten adalah kawasan yang secara teknis dapat

dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya perkebunan/tanaman tahunan,

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 53

tersebar di seluruh wilayah Kecamatan dengan luas keseluruhan ±

89.817,4 hektar. (lebih jelas lihat tabel berikut)

Tabel 2.20 Kawasan Peruntukan Perkebunan

Kecamatan Luas (Ha)

Amurang 4629,371

Amurang Barat 8439,725

Amurang Timur 10509,137

Kumelembuai 2612,881

Maesaan 3783,312

Motoling 2193,904

Motoling Barat 6917,03

Motoling Timur 4977,926

Ranoyapo 5058,444

Sinonsayang 6943,659

Sulta 2879,919

Tareran 5565,688

Tatapaan 6571,85

Tenga 9851,483

Tompaso Baru 2175,956

Tumpaan 6707,118

Total 89817,4

Sumber : Data RTRW Kab. Minahasa Selatan 20ll – 203l

Kawasan peternakan sebagaimana dimaksud di wilayah Kabupaten

adalah kawasan yang secara teknis dapat di manfaatkan untuk

pengembangan kegiatan peternakan dengan meminimalisir dampak

pencemaraan yaitu minimal 500 meter dari lokasi pemukiman terdekat,

tersebar di seluruh wilayah kecamatan dengan luas keseluruhan sama

dengan kawasan pertanian tanaman pangan lahan kering yaitu ±

27.879,94 hektar.

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 54

Kawasan pertambangan adalah kawasan yang secara teknis-geologis

memiliki potensi deposit bahan tambang, atau area kontrak karya

pertambangan/kuasa pertambangan/izin pertambangan daerah/tambang

rakyat baik yang sudah di lakukan kegiatan pertambangan ataupun

belum, yang berada di luar kawasan lindung, untuk emas tersebar di

wilayah Kecamatan Motoling (+ 2000 Ha), Tompaso Baru (+ 3500 Ha),

Tatapaan (1450 Ha), Ranoyapo (+ 2000 Ha), Kumelembuai (+ 3500 Ha),

Amurang Barat (+ 1500 Ha), unutk Belerang Tompaso Baru dan

Kumelembuai (3714375 M3), Tenga (250 ha), Untuk Batu Kapur di

Kecamatan Sinonsayang (50 Ha), untuk pasir Besi di Kecamatan

Sinonsayang (3978000 M2), Kecamatan Tenga (4127000 M2), untuk batu

pasir terdapat dikecamatan Sinosayang (225 Ha), Tenga (250 Ha),

Amurang (2000 Ha), Amurang Timur (50 Ha) dan Tumpaan (750 Ha).

Kawasan peruntukkan industri di wilayah Kabupaten Minahasa

Selatan adalah kawasan yang diperuntukkan pengembangannya bagi

pemusatan kegiatan industri pengolahan hasil pertanian maupun

industri manufaktur yang terletak di wilayah Kecamatan Amurang Barat,

Tenga dan Kecamatan Modoinding. Kegiatan pergudangan terbatas dan

terkendali terletak di Kecamatan Amurang Barat dan di kawasan yang

diperuntukkan untuk kegiatan industri dengan luas keseluruhan +

1148,07 hektar.

Ruang fasilitas perniagaan meliputi ruang untuk kegiatan

perdagangan dan jasa-jasa yang berhubungan dengan perniagaan.

Kebutuhan ruang untuk fasilitas pertokoan, pusat perbelanjaan (shoping

center), pasar, maupun pusat perkantoran swasta, adalah yang termasuk

dalam kelompok ini. Kebutuhan ruang untuk fasilitas tersebut perlu

dipertimbangkan untuk dipersiapkan menghadapi kebutuhan sampai 20

tahun kedepan. Kondisi eksiting tahun 2010, di Kabupaten Minahasa

Selatan menunjukkan adanya pusat pertokoan dan pusat perbelanjaan

yang dilengkapi pasar lingkungan di Kecamatan Tumpaan (Desa

Tumpaan), Amurang (Kelurahan Ranoyapo) dan Amurang Timur

(Kelurahan Lewet). Kawasan tersebut menjadi pusat tujuan belanja bagu

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 55

penduduk di seluruh wilayah Kecamatan, sehingga di Kabupaten

Minahasa Selatan hanya terjadi satu titik pemusatan pertumbuhan dan

keramaian Kabupaten. Keadaan inilah yang menyebabkan resiko

kemacetan lalu lintas dan berdampak pada ketidakseimbangan

perkembangan Kabupaten, karena tidak ada pusat-pusat sejenis di

Kecamatan lainnya. Menuju pembangunan ruang Kabupaten sampai

tahun 2030, dialokasikan penyebaran pusat-pusat pertumbuhan dan

perdagangan di pusat-pusat Kecamatan dan Kelurahan. Perhitungan

kebutuhan jumlah dan luasan mengacu pada standar yang berlaku, yang

khususnya berdasarkan acuan jumlah penduduk yang berkembang

sampai tahun 2030 dan tersebar di kecamatan-kecamatan. Tabel-tabel di

halaman berikut, menunjukkan hasil perhitungan kebutuhan jenis dan

angka luasan fasilitas perniagaan dan jasa di wilayah kota

Kawasan pariwisata sebagaimana dimaksud di wilayah Kabupaten

Minahasa Selatan adalah kawasan yang memiliki potensi objek dan daya

tarik wisata alam, wisata budaya, wisata agro dan wisata lainnya baik

yang sudah berkembang maupun yang belum berkembang. Potensi dan

objek wisata alam terdapat di Tatapaan, Amurang Timur, Tenga dan

Tumpaan. Potensi dan objek wisata budaya terdapat di Kawasan

bersejarah benteng Portugis Kecamatan Amurang Kelurahan Ranoyapo.

Potensi dan objek wisata agro terdapat di Bukit Kuntung Ramoy

Kecamatan Modoinding. Potensi dan objek wisata lainnya terdapat

Kecamatan Sinonsayang, dan Amurang Timur. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel berikut :

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 56

Tabel 2.21

Sebaran Atraksi wisata di Kabupaten Minahasa Selatan

No Objek Wisata Daya Tarik Kegiatan Lokasi

Desa/Kelurahan Lokasi Kecamatan

1 Taman Nasional Laut Bunaken

Bagian Selatan Keindahan Terumbu Karang

Diving/menyelam

dan rekreasi

Desa Wawontulap,

Desa Sondaken dan

Desa Rap-rap

Tatapaan

2 Gua Taruna Kapitu Peninggalan sejarah

Austronesia Wisata sejarah Desa Kapitu Amurang

3 Makam Penginjil IZG-KARL

Tragot Herman Nilai budaya Wisata sejarah Kelurahan Ranoyapo Amurang

4 Gereja GMIM Syalom Sentrum

Amurang Nilai sejarah Wisata sejarah Kelurahan Uwuran I Amurang

5 Daerah Perlindungan laut

Blongko

Keindahan Terumbu Karang

dan pemandangan alam Diving/menyelam Desa Blongko Sinonsayang

6 Pantai Moinit Pemandangan alam, air

panas di perairan laut Rekreasi dan mandi Desa Tawaang Tenga

7 Sungai Maruasey Arus Sungai Arung jeram Desa Tangkuney Tumpaan

8 Batu Dinding batu yang curam (ketinggian

70 m) Panjat Tebing Kilometer Tiga Amurang

9 Danau Iloloy Pemandangan Alam Rekreasi Desa Temboan Modoinding

10 Bukit Doa Kakenturan Pemandangan alam dan

sentuhan religius Rekreasi Desa Kakenturan Modoinding

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 57

11 Bukit Doa Pinaling Pemandangan alam dan

12sentuhan religius Rekreasi Desa Pinaling Amurang Timur

12 Agro Modoinding dan bukit doa

Kuntung Ramoy

Ha13mparan Tanaman

Holtikultura dan danau moat Rekreasi Desa Mokobang Modoinding

13 Pantai Alar Pemandangan alam dan

rataan Terumbu Rekreasi Desa Lopana Amurang Timur

14 Benteng Portugis Benteng Peninggalan

portugis Wisata pendidikan Kelurahan Uwuran I Amurang

15 Pantai Ben-ben Pemandangan alam Rekreasi dan mandi Desa Wawontulap Tatapaan

16 Wisata Bajo Pemandangan alam Rekreasi Desa Bajo Tatapaan

17 Watu Tumotowa (Menhir) Nilai budaya Wisata sejarah Desa Kapoya Suluun Tareran

18 Pantai popareng Pemandangan alam Rekreasi dan mandi Desa Popareng Tatapaan

19 Air Terjun Popontolen Air terjun dan pemandangan

alam Rekreasi dan mandi Desa Popontolen Tumpaan

20 Watu Konimpis Nilai budaya Wisata sejarah Desa Wiau Lapi Tareran

21 Mata Air Masalosat Mata air dan pemandangan Wisata alam Desa Kumelembuai

Satu Kumelembuai

22 Makam Penginjil NZG-Sibold

Ulvers Nilai budaya Wisata sejarah

Desa Kumelembuai

Satu Kumelembuai

23 Makam Penginjil NZG-SDE

VELDEN Cappellen Nilai budaya Wisata sejarah Desa Lansot Tareran

24 Pusat Budaya Desa Pontak Nilai Budaya Wisata purbakala Desa Pontak Ranoyapo

25 Taman Purbakala Niatakan Nilai Budaya Wisata purbakala Desa Pinaesaan Tompaso Baru

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 58

26 Lumpang Batu Nilai Budaya Wisata purbakala Desa Tondey Motoling Barat

27 Lumpang Batu dan Batu Datar Nilai Budaya Wisata purbakala Desa Motoling Mawale Motoling

28 Veilbox Bangunan sejarah Wisata sejarah Desa Tumpaan Satu Tumpaan

29 Waruga & Watu Tumotowa Nilai budaya Wisata Waruga Desa Lelema Tumpaan

30 Watu Tumotowa (Menhir) Nilai budaya Wisata sejarah Kelurahan Rumoong

Bawah Amurang Barat

31 Watu Tumotowa (Menhir) Nilai budaya Wisata sejarah Desa Lelema Tumpaan

32 Air Terjun Sendowan Air terjun dan pemandangan

alam Rekreasi dan mandi Desa Lopana Amurang Timur

33 Batu Kapal Pemandangan Alam Rekreasi Desa Sapa Tenga

34 Pantai Teletabies Pemandangan Alam Rekreasi Desa Boyong Pante Sinonsayang

35 Pantai Paser Putih Wawontulap Pemandangan Alam Rekreasi Desa Wawontulap Tatapaan

36 Pantai Tambelang Pemandangan Alam Rekreasi Desa Popareng Tatapaan

37 Air Terjun Lelema Air terjun dan pemandangan

alam Rekreasi dan mandi Desa Lelema Tumpaan

38 Objek Wisata Bukit Sasayaban Pemandangan Wisata Rohani Kelurahan Buyungon Amurang

Sumber: RIPPDA Minahasa Selatan 2015-2025

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 59

Arahan Neraca Lahan

Berdasarkan penataan keseimbangan antara pemanfaatan ruang

untuk kawasan budidaya dengan kawasan non budidaya, sebagai

perwujudan dari arah pengembangan yang telah dinyatakan sebelumnya

bahawa merencanakan pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan

kelestarian lingkungan, maka disusunlah program necara lahan.

Tabel 2.22 Neraca penggunaan Lahan di Minahasa Selatan

Pemanfaatan Ha %

Budidaya 106.528,25 71,18%

Jasa, Perdagangan & Perkantoran

44,39 0,03%

Industri dan pergudangan

978,51 0,65%

Ruang Hijau: Taman Kota, Pemakaman,

Hutan Kota, Jalur Hijau, Lapangan

Olah Raga

2.622,07 1,75%

Sawah (Pertanian)

3.659,28 2,45%

Perkebunan Rakyat

62.042,59 41,45%

Permukiman (Perumahan dan Fasos:

Pendidikan, Kesehatan, Peribadatan)

7.717,34 5,16%

Pariwisata

8.569,96 5,73%

Hutan Produksi

20.298,19 13,56%

Hutan Produksi terbatas

595,91 0,40%

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 60

Non Budidaya

43.135,42 28,82%

Fungsi Lindung

17.616,30 11,77%

Lindung Lainnya

25.519,12 17,05%

Jumlah

149.663,67 100%

Sumber : Data RTRW Kab. Minahasa Selatan 20ll – 203l

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa penggunaan atau

pemanfaatan lahan yang paling dominan di wilayah Kabupaten Minahasa

Selatan adalah perkebunan (perkebunan campuran). Hal ini sejalan

dengan kenyataan dimana saat ini lebih dari 50% penduduknya bekerja

di sektor tersebut, yang akan bertahan sampai sekitar 30% pada akhir

tahun perencanaan. Penyediaan ruang bagi pengembangan sektor ini

cukup penting dilakukan mengingat sektor inilah yang selama ini menjadi

ciri budaya penduduk. Namun untuk kebutuhan perkembangan

mendatang, maka sektor ini akan didorong untuk dikembangkan dalam

peran menuju sektor sekunder yakni industri pertanian untuk membantu

mendorong pertumbuhan ekonomi sehingga sasaran pembangunan di

Kabupaten ini dapat dicapai. Kebutuhan keberadaan sawah sebagai

neraca lingkungan cadangan air di areal cekungan juga patut

dipertahankan, sekaligus sebagai areal pengendali banjir.

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa penggunaan atau

pemanfaatan lahan yang paling dominan di wilayah Kabupaten Minahasa

Selatan adalah sektor produktif yang terdiri dari perkebunan rakyat dan

kawasan lindung. Penyediaan ruang bagi pengembangan sektor ini

penting dilakukan mengingat sektor inilah yang akan mendorong

pertumbuhan ekonomi sehingga sasaran pembangunan di Kabupaten ini

dapat dicapai.

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 61

Tabel 2.23

Kawasan Strategis bagi Kabupaten Minahasa Selatan Jenis Kawasan

Strategis Peran dan Fungsi Lokasi

Kawasan yang

memiliki nilai

strategis dari

sudut

kepentingan

ekonomi

Kawasan Strategis

perindustrian dan

pergudangan

1. Kelurahan Kawangkoan bawah Kecamatan

Amurang Barat

2. Desa Teep dan Desa Kapitu Kecamatan

Amurang Barat

Kawasan Pelabuhan

Ferry, Laut umum dan

Perikanan

1. Desa Kawangkoan Bawah Kecamatan Amurang

Barat

Kawasan Tumbuh cepat

TUANGTIBA

1. Tumpaan – Amurang – Amurang Timur -

Amurang Barat

Kawasan Agropolitan

1. Kecamatan Modoinding

2. Kecamatam Tenga

3. Kecamatan Sinonsayang

4. Kecamatan Motoling

Kawasan Minapolitan

1. Kecamatan Tatapaan

Kawasan yang

memiliki nilai

strategis dari

sudut

kepentingan sosial

budaya

Benteng Peninggalan

Portugis

2. Kelurahan Ranoyapo Kecamatan Amurang

Kawasan yang

memiliki nilai

strategis

pendayagunaan

sumber daya alam

dan/atau

teknologi tinggi di

wilayah

Kabupaten

Area potensi panas

bumi, untuk

kepentingan PLTU

dengan sektor strategis

energi dan kelistrikan

1. Desa Tawaang, Kecamatan Tenga

Kawasan yang

memiliki nilai

strategis dari

Hutan Lindung Gunung Lolombulan

(Sinonsayang, Tenga, Kemelembuai dan Motoling),

gunung Simbalang (Modoinding dan Tompaso

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 62

sudut

kepentingan

fungsi dan daya

dukung

lingkungan hidup

Daerah konservasi

hutan lindung

Baru), gunung poopotelu (Sinonsayang), gunung

Torout (Tompaso Baru), gunung Manembo-nembo

(Tumpaan).

Daerah Perlindungan

laut Blongko Desa Blongko kecamatan Sinonsayang

Taman Nasional Laut

Bunaken Bagian

Selatan

Desa Wawontulap, Desa Sondaken dan Desa Rap-

rap (Kecamatam Tatapaan)

Kawasan Rawan Banjir,

Abrasi Pantai dan

Tsunami

Kelurahan Ranoyapo dan kelurahan Buyungon di

Kecamatan Amurang

Kawasan Strategis

Sesar/Patahan

Minahasa Selatan

Kelurahan Ranoyapo dan kelurahan Buyungon di

Kecamatan Amurang Timur

Kawasan Strategis

Pemerintahan

(Strategis lainnya)

Sebagai kawasan Pusat

Pemerintahan

1. Pusat Utama di Kelurahan Pondang

Kecamatan Amurang Timur

2. Sub Pusat di Desa Teep Kecamatan

Amurang Barat

Kawasan Strategis

Pariwisata

(Strategis lainnya)

Pantai Moinit Desa Tawaang, Kecamatan Tenga

Sungai Maruasey Desa Tangkuney, Kecamatan Tumpaan

Batu Dinding Desa Kilometer Tiga, Kecamatan Amurang

Bukit Doa Pinaling Desa Pinaling, Kecamatan Amurang Timur

Agro Modoinding dan

bukit doa Kuntung

Ramoy Desa Mokobang, Kecamatan Modoinding

Pantai Alar Desa Lopana, Kecamatan Amurang Timur

Pantai Ben-ben Desa Wawontulap, Kecamatan Tatapaan

Wisata Bajo Desa Bajo, Kecamatan Tatapaan

Pantai popareng Desa Popareng, Kecamatan Tatapaan

Air Terjun Popontolen Desa Popontolen, Kecamatan Tumpaan

Kawasan Strategis

Pendidikan

(Strategis lainnya)

Sebagai pusat

pendidikan tinggi Desa Tumpaan Kecamatan Tumpaan

Sumber : Data RTRW Kab. Minahasa Selatan 20ll – 203l

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 63

Kawasan-kawasan strategis perlu didukung oleh rencana

penataan ruang agar dapat mengakomodasikan perkembangan sektor

strategis yang diharapkan dapat memacu perkembangan wilayah yang

lebih luas.

Tabel 2.24 Potensi Desa Wisata Kabupaten Minahasa Selatan

NO DESA KECAMATAN POTENSI KET

1 Mokobang Modoinding Agrowisata /

Ekowisata

2 Wulurmaatus Modoinding Agrowisata /

Ekowisata

3 Palelon Modoinding Agrowisata /

Ekowisata

4 Makaaroyen Modoinding Agrowisata /

Ekowisata

5 Pinasungkulan Utara Modoinding Agrowisata /

Ekowisata

6 Pinasungkulan Modoinding Agrowisata /

Ekowisata

7 Sinisir Modoinding Agrowisata /

Ekowisata

8 Kakenturan Barat Modoinding Agrowisata /

Ekowisata

9 Kakenturan Modoinding Agrowisata /

Ekowisata

10 Linelean Modoinding Agrowisata /

Ekowisata

11 Kilometer Tiga Amurang Wisata Alam Batu

Dinding

12 Tawaang Timur Tenga Wisata Bahari

13 Sapa Barat Tenga Wisata Alam Batu

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 64

Kapal / Bahari

14 Wawontulap Tatapaan Wisata Bahari

15 Bajo Tatapaan Wisata Bahari

16 Pinaesaan Tompaso Baru Wisata Alam /

Budaya Rumah

Batu

17 Temboan Maesaan Wisata Alam

18 Lowian Maesaan Wisata Alam Air

Terjun / Air

Panas

19 Toyopon Motoling Barat Wisata Air Terjun

20 Talaitad Suluun Tareran Wisata Air Terjun

21 Pinaling Amurang Timur Wisata Air Terjun

22 Lopana Amurang Timur Wisata Air Terjun

23 Tumpaan Dua Tumpaan Wisata Bahari

24 Kapitu Amurang Barat Wisata Kuliner

25 Tangkuney Tumpaan Wisata Minat

Khusus Arung

Jeram

26 Blongko Sinonsayang Wisata Bahari /

Hutan Bakau

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, 2016

Tabel 2.25

Hotel dan Penginapan di Kabupaten Minahasa Selatan

No Nama Alamat

1 Prince hotel amurang Jl. Trans sulawesi, kelurahan pondang, kec.

Amurang timur, telp. 0430-22297

2 Sierra villa & restaurant Kelurahan bitung, kec. Amurang (belakang SMP

N 1

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 65

amurang) telp. 0430-23113

3 Kambiow beach hotel Amurang

Kelurahan bitung, kec. Amurang (belakang SMP N 1

amurang)

4 Amurang indah hotel Kelurahan ranoyapo, kec. Amurang

5 Hossana cottage Kelurahan bitung, kec. Amurang

6 Penginapan

anggrek/sumampow inn

Kelurahan bitung, kec. Amurang, telp. 0430-

21355

7 Penginapan mcm

pinaling

Desa pinaling, kec. Amurang timur

8 Penginapan gusnar Jl. Trans sulawesi, kelurahan kawangkoan bawah,

kec. Amurang barat (mobongo) telp.

085395666207

9 Sutan raja hotel Jl. Trans sulawesi, kelurahan pondang, kec.

Amurang timur

Sumber: RIPPDA Minahasa Selatan 2015-2025

Tabel 2.26 Restaurant/Rumah Makan

Di Minahasa Selatan

No Nama Alamat

1 Texas chicken amurang Jl. Trans sulawesi, kelurahan buyungon, lt. 3 sakuramart

amurang

2 R.M turangga Jl. Trans sulawesi, desa matani, kec. Tumpaan

3 Moniq boulevard

restaurant

Jl. Boulevard pantai alar, kelurahan pondang,

kec. Amurang Timur

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 66

Amurang timur

4 R.M pondok nathan Jl. Trans sulawesi, desa lelema, kec. Tumpaan

5 R.M kemurahan Jl. Trans sulawesi, desa tumpaan, kec.

Tumpaan

6 R.M bintang timur Jl. Trans sulawesi, desa tumpaan, kec.

Tumpaan

7 R.M pondok bambu Batik

Jl. Trans sulawesi, desa lopana, kec. Amurang

timur

8 R.M libra Jl. Boulevard pantai alar, kelurahan pondang,

kec. Amurang timur

9 R.M triple r Jl. Trans sulawesi, kelurahan pondang, kec.

Amurang timur

Sumber: RIPPDA Minahasa Selatan 2015-2025

2.1.2.6 Wilayah Rawan Bencana

a. Kawasan rawan bencana pada jalur sesar;

Kawasan rawan bencana jalur sesar dan amblesan yang

dimaksud adalah berada di sepanjang garis sesar desa Matani,

Popontolen, Lelema dan Munte (Kecamatan Tumpaan) dan Kelurahan

Buyungon, Lewet, Rumoong Bawah dan Ranoketang Tua (Kecamatan

Amurang) kemudian desa Tondey 1, Ranaan Baru 1 dan desa Toyopon

(Kecamatan Motoling Barat), Desa Mokobang (Modoinding), desa

Temboan (Maesaan), desa Raraatean, Sion, Pinaesaan (Tompaso Baru)

dengan luas keseluruhan ± 2094,21 hektar.

b. Kawasan rawan gerakan tanah/longsor ;

Kawasan rawan gerakan tanah/longsor yang dimaksud

ditetapkan dengan kriteria kawasan berbentuk lereng yang rawan

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 67

terhadap perpindahan material berupa batuan, bahan rombakan,

tanah, atau material campuran. Lahan yang memiliki kemiringan

lereng > 40% sangat berpotensi untuk terjadinya longsor. Kawasan

rawan longsor di Kabupaten Minahasa Selatan tersebar pada

kecamatan Tatapaan (Desa Rap-rap, Sondaken, Wawona, Popareng,

Wawontulap dan Paslaten), Kecamatan Tumpaan (Desa Munte, Lelema

dan Tangkuney), Kecamatam Tareran (wiau Lapi dan Lansot),

Kecamatan Amurang (Buyungon, dan Ranoketang Tua), Kecamatan

Amurang Barat (Rumoong Bawah, Elusan, Wakan dan Tewasen),

Kecamatan Motoling Timur, Kecamatan Tenga, Kecamatan

Kumelembuai, Kecamatan Sinonsayang, Kecamatan Motoling Barat,

Kecamatan Motoling, Kecamatan Tompaso Baru, Kecamatan Ranoyapo,

Kecamatan Maesaan, Kecamatan Modoinding totalnya + 35593 Ha

c. Kawasan rawan gelombang pasang/tsunami;

Kawasan rawan gelombang pasang/tsunami yang dimaksud adalah

kawasan di pesisir pantai yang mengalami hempasan gelombang laut

yang besar secara tiba-tiba. Kawasan ini berada di pesisir pantai di

Kecamatan Tatapaan, Kecamatan Amurang, Kecamatan Amurang

Barat, kecamatan Amurang Timur, Kecamatan Amurang, Kecamatan

Tenga dan Kecamatan Sinonsayang dengan luas keseluruhan ± 17.598

hektar. Untuk Sarana Evakuasi terletak di Desa Kapitu Kecamatan

Amurang Barat.

d. Kawasan rawan banjir;

Kawasan rawan banjir yang dimaksud adalah banjir yang dapat

terjadi selama atau setelah hujan lebat. Kawasan rawan banjir tersebar

di dataran rendah di muara sungai di Desa Poigar (Kecamatan

Sinonsayang), Buyungon (Kec. Amurang) dan Pondang, Ranomea,

Bitung, Uwuran satu (Kecamatan Amurang Timur), Desa Kawangkoan

Bawah (Kec. Amurang Barat), Desa Popontolen dan Bajo (Kec. Tatapan)

dengan luas keseluruhan diperkirakan ± 591,65 hektar;

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 68

2.1.3 Aspek Demografi

2.1.4.1 Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Minahasa Selatan pada tahun 2015

sebanyak 204.983 jiwa, jumlah ini mencakup tempat tinggal tetap maupun

sementara.

Berdasarkan dari data komposisi penduduk menurut jenis kelamin

per kecamatan, maka jumlah penduduk terbanyak adalah kecamatan

Amurang dan paling sedikit Kecamatan Kumelembuai, sedangkan jumlah

penduduk Laki-laki lebih besar dibandingkan penduduk perempuan

dengan perkembangannya pada Tahun 2011 penduduk laki-laki sebanyak

51,83% dan perempuan 48,17%, pada tahun 2012 penduduk laki-laki

sebanyak 51,42% dan perempuan 48,58%, pada tahun 2013 penduduk

laki-laki sebanyak 51,10% dan perempuan 48,90%, pada tahun 2014

penduduk laki-laki sebanyak 51,37% dan perempuan 48,63%.

Demikian juga halnya dengan jumlah Kepala Keluarga, setiap tahun

bertambah, dimana pada tahun 2011 sebanyak 62.895 KK dengan jumlah

terbesar di Kecamatan Tenga dan terkecil di Kecamatan Motoling, pada

tahun 2012 sebanyak 69.175 KK dengan jumlah terbesar di Kecamatan

Tenga dan terkecil di Kecamatan Kumelembuai, pada tahun 2013

sebanyak 79.067 KK dengan jumlah terbesar di Kecamatan Tenga dan

terkecil di Kecamatan Kumelembuai, pada tahun 2014 sebanyak 80.675

KK dengan jumlah terbesar di Kecamatan Tenga dan terkecil di Kecamatan

Kumelembuai.

Tabel 2.27 Data Kependudukan

Uraian 2013 2014

Jumlah penduduk (jiwa) 200.072 203.317

Kepadatan penduduk

(jiwa/km2)

134,78 136,96

Sex rasio (L/P) % 106,69 106,59

Prosentase penduduk menurut

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 69

kelompok umur

0 - 14 tahun 26,45 26,18

15 – 64 tahun 66,38 66,51

> 65 tahun 7,17 7,31

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Minahasa Selatan 2016

2.2. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

2.2.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

2.2.1.1 Pertumbuhan PDRB

Nilai PDRB Kabupaten Minahasa Selatan terus meningkat seiring

dengan semakin berkembangnya kegiatan perekonomian di Kabupaten

ini. Pada tahun 2010 nilai PDRB baik atas dasar harga berlaku sama

dengan harga konstannya yaitu sebesar 3,65 triliun rupiah.

Berdasarkan harga berlaku nilai PDRB tersebut meningkat menjadi

6,07 triliun rupiah pada tahun 2015. Sementara itu, PDRB atas dasar

harga konstan tahun 2010 yang secara umum menggambarkan

dinamika produksi seluruh aktifitas perekonomian di Kabupaten

Minahasa Selatan, pada tahun 2015 bernilai 4,86 triliun rupiah. Nilai

tersebut lebih tinggi 6,21 persen dibanding tahun sebelumnya yang

mencapai 4,58 triliun rupiah.

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 70

Tabel 2.28

Nilai Pertumbuhan Sektor dalam PDRB Tahun 2011-2015 atas Dasar Harga Konstan Tahun 2010

Juta (Rp) % Juta (Rp) % Juta (Rp) % Juta (Rp) % Juta (Rp) %

A

Pertanian, Kehutanan dan

Perikanan 1.389.267,0 1.369.084,50 (1,45)

1.449.116,10 5,85 1.526.568,00 5,34 1.586.512,30 3,93 1.641.844,90 3,49

B Pertambangan dan Penggalian 333.281,4 353.408,40 6,04 368.895,90 4,38 387.915,40 5,16 408.560,20 5,32 437.853,80 7,17

C Industri Pengolahan 409.722,4 441.426,90 7,74 476.414,70 7,93 515.359,70 8,17 563.535,70 9,35 603.772,80 7,14

D Pengadaan Listrik dan Gas 3.195,2 2.958,20 (7,42) 3.104,70 4,95 3.362,10 8,29 3.554,00 5,71 3.844,10 8,16

E

Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah 2.691,9 2.797,403,92

2.908,70 3,98 3.064,20 5,35 3.193,00 4,20 3.398,60 6,44

F Konstruksi 457.340,1 487.583,40 6,61 522.784,70 7,22 566.610,10 8,38 624.094,40 10,15 678.678,70 8,75

G

Perdagaangan Besar dan Eceran:

Reparasi Motor 281.145,7 301.509,907,24

314678,6 4,37 336.328,10 6,88 360.150,80 7,08 387.238,30 7,52

H Transportasi dan Pergudangan 254.915,4 273.814,90 7,41 287.574,90 5,03 305.383,30 6,19 334.630,40 9,58 362.102,00 8,21

I

Penyediaan Akomodasi dan

Makanan dan Minuman 12.861,8 13.803,907,32

14.918,00 8,07 15.903,20 6,60 16.845,60 5,93 17.985,80 6,77

J Informasi dan Komunikasi 60.774,5 65.824,80 8,31 71.337,10 8,37 77.455,10 8,58 82.238,40 6,18 88.339,50 7,42

K Jasa Keuangan dan Asuransi 35.008,2 37.263,30 6,44 39.110,50 4,96 41.798,40 6,87 43.717,90 4,59 45.187,10 3,36

L Real Estate 116.854,5 125.554,30 7,44 133.431,90 6,27 143.053,00 7,21 151415,8 5,85 159.511,80 5,35

M,N Jasa Perusahaan 542,8 582,8 7,37 626,90 7,57 666,6 6,33 712 6,81 764,2 7,33

O

Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Keamanan 140.015,0 149.970,107,11

160.885,50 7,28 173.077,20 7,58 188.371,50 8,84 203.767,70 8,17

P Jasa Pendidikan 42.919,7 45.239,50 5,40 46.175,60 2,07 48.951,70 6,01 52.567,10 7,39 56.746,20 7,95

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 95.727,4 104.431,50 9,09 114.694,40 9,83 125.355,20 9,29 137.179,30 9,43 149.115,70 8,70

R,S,T,U Jasa Lainnya 13.678,1 14.502,80 6,03 15.426,70 6,37 16.942,00 9,82 17.592,80 3,84 18.834,50 7,06

PDRB 3.649.941,1 3.789.756,70 3,83 4.022.084,80 6,13 4.287.793,60 6,61 4.574.871,20 6,70 4.858.985,50 6,21

PDRB TANPA MIGAS 3.649.941,1 3.789.756,70 3,83 4.022.084,80 6,13 4.287.793,60 6,61 4.574.871,20 6,70 4.858.985,50 6,21

2014 2015No Sektor 2010

2011 2012 2013

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Minahasa Selatan Tahun 2016

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 71

Tabel 2.29

Nilai Pertumbuhan Sektor dalam PDRB Tahun 2011-2015 atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2010

No. Sektor 2011 2012 2013 2014 2015

Juta (Rp) % Juta (Rp) % Juta (Rp) % Juta (Rp) % Juta (Rp) %

A Pertanian, Kehutanan dan

Perikanan 1.378.412,5

(0,8) 1.515.541,3

9,95

1.683.986,2 11,11

1.857.248,0

10,29

2.116.039,8

13,93

B Pertambangan dan

Penggalian 353.910,2 6,19 368,962,2

4,25

422.209,0 14,43

470.327,5

11,40

525.624,7 11,76

C Industri Pengolahan 453.942,3 10,79 494.938,9 9,03

545.887,4

10,29

604.340,9 10,71

691.258,8 14,38

D Pengadaan Listrik dan Gas 2.984,8 -6,58 2.988,2 0,11 3.164,1 5,89 3.476,9 9,89 4.123,0 18,58

E Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah 2.891,0 7,40 3.097,8 7,15 3.379,0 9,08 3.659,3 8,30

4.087,6 11,70

F Konstruksi 508.872,2 11,27 571.013,4 12,21 632.382,9 10,75 659.899,4 4,35 773.099,6 17,15

G

Perdagaangan Besar dan

Eceran: Reparasi Motor 310.574,9 10,47 340,366,1 9,59 373.887,1 9,85 412.638,1 10,36

476.615,1 15,50

H Transportasi dan

Pergudangan 280.047,6 9,86 311,911,4 11,38 360.452,6 15,56 436.143,6 21,00

528.957,4 21,28

I Penyediaan Akomodasi dan

Makanan dan Minuman 14.229,1 10,63 16.032,5 12,67 17.492,2 9,10 19.349,7 10,62

22.178,5 14,62

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 72

J Informasi dan Komunikasi 67.858,9 11,66 75.911,5 11,87 82.601,3 8,81 90.401,4 9,44

100.014,5

10,63

K Jasa Keuangan dan

Asuransi 39.992,5 14,24 45.611,0 14,05 50.132,8 9,91 54.498,0 8,71

58.781,0 7,86

L Real Estate 129.488,4 10,81 144.697,2 11,75 160.197,4 10,71 177.591,2 10,86 194.088,0 9,29

M,N Jasa Perusahaan 615,8 13,45 701,0 13,84 781,1 11,43 863,6 10,56 985,4 14,10

O Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Keamanan 161.833,5 15,58 187.425,6 15,81 219.917,6 17,34 262.758,0 19,48

298.113,2 13,46

P Jasa Pendidikan 45.811,3 6,74 50.341,6 9,89 56.849,9 12,93 67.136,9 18,10 76.405,7 13,81

Q Jasa Kesehatan dan

Kegiatan Sosial 108.983,2 13,85 123.033,1 12,89 140.564,6 14,25 159.001,0 13,12

176.064,1 10,73

R,S,T,U Jasa Lainnya 15.015,0 9,77 16.636,8 10,80 19.329,6 16,19 20.830,8 7,77 23291,6 11,81

PDRB 3.875.463,1 6,18 4.269.209,7 10,16 4.773.214,7 11,81 5.300.164,3 11,04 6.069.728,0 14,52

PDRB TANPA MIGAS 3.875.463,1 6,18 4.269.209,7 10,16 4.773.214,7 11,81 5.300.164,3 11,04 6.069.728,0 14,52

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Minahasa Selatan Tahun 2016

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 73

Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan merupakan sektor

yang memberi kontribusi terbesar terhadap PDRB Kabupaten Minahasa

Selatan. Nilai Kontribusinya tahun 2011 sebesar 35.57 persen atas

dasar harga konstan dan pada tahun 2015 sebesar 34,86 persen.

Sektor Konstruksi adalah sektor yang memberi kontribusi

terbesar kedua setelah sektor pertanian, kehutanan dan perikanan.

Nilai kontribusi sektor Konstruksi tahun 2011 sebesar 13,13 persen

dan sepanjang tahun 2012 s.d 2015 kontribusi sektor konstruksi

terhadap PDRB Kabupaten Minahasa Selatan cenderung stabil dimana

pada tahun 2015 nilai kontrbusinya meningkat sebesar 12,74 persen.

Sektor Industri Pengolahan merupakan sektor yang memberi

kontribusi terbesar ke tiga setelah sektor pertanian, kehutan , perikanan

dan sektor konstruksi. Nilai kontribusi sektor industri pengolahan

tahun 2011 sebesar 11,71 persen. Kontribusi sektor industri

pengolahan selama tahun 2012 s.d tahun 2015 cenderung stabil

dengan kontribusi tahun 2015 sebesar 11,39 persen.

Sektor Pertambangan dan Penggalian merupakan sektor yang

memberi kontribusi terbesar keempat setelah sektor pertanian,

kehutanan, perikanan, konstruksi, industri pengolahan. Tahun 2011

Sektor ini memberi kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Minahasa

Selatan sebesar 9,13 persen sampai akhir 2015 cenderung stabil dengan

kotribusi sebesar 8,66 persen

Sektor Perdagangan besar, eceran dan reparasi motor merupakan

sektor yang memberi kontribusi terbesar kelima setelah sektor

pertanian, kehutanan , perikanan, sektor konstruksi dan sektor industri

pengolahan Nilai kontribusi sektor perdagangan, eceran dan reparasi

motor tahun 2011 sebesar 8,01 persen. Kontribusi sektor ini selama

tahun 2012 s.d tahun 2015 cukup stabil dengan kontribusi tahun

2015 sebesar 7,85 persen.

Sektor yang memberi kontribusi terbesar keenam adalah sektor

Transportasi dan Pergudangan. Sektor ini tahun 2011 memberi

kontribusi sebesar 7,23 persen yang terus meningkat setiap tahun

sampai tahun 2015 sebesar 8,71 persen.

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 74

Tabel 2.30

Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2011 s/d 2015 Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk)

Kabupaten Minahasa Selatan

No Sektor 2011 2012 2013 2014 2015

Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk

% % % % % % % % % %

A Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 35,57 36,13 35,50 36,03

35,28

35,60

35,04

34,68

34,86

33,79

B Pertambangan dan Penggalian 9,13 9,33 8,64 9,17

8,85

9,05

8,87

8,93

8,66

9,01

C Industri Pengolahan 11,71 11,65 11,59

11,84 11,44 12,02 11,40 12,32 11,39 12,43

D Pengadaan Listrik dan Gas 0,08 0,08 0,07 0,08 0,07 0,08 0,07 0,08 0,07 0,08

E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah

0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07

F Konstruksi 13,13 12,87 13,38

13,00 13,25 13,21 12,45 13,64 12,74 13,97

G

Perdagangan Besar dan Eceran:

Reparasi Motor 8,01 7,96

7,97

7,82 7,83 7,84 7,79 7,87 7,85 7,97

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 75

H Transportasi dan Pergudangan 7,23 7,23 7,31 7,15 7,55 7,12 8,23 7,31 8,71 7,45

I Penyediaan Akomodasi dan Makanan

dan Minuman

0,37 0,36 0,38 0,37 0,37 0,37 0,37 0,37 0,37 0,37

J Informasi dan Komunikasi 1,75 1,74 1,78 1,77 1,73 1,81 1,71 1,80 1,65 1,82

K Jasa Keuangan dan Asuransi 1,03 0,98 1,07 0,97 1,05 0,97 1,03 0,96 0,97 0,93

L Real Estate 3,34 3,31 3,39 3,32 3,36 3,34 3,35 3,31 3,20 3,28

M,N Jasa Perusahaan 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02

O Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Keamanan

4,18 3,96 4,39 4,00 4,61 4,04 4,96 4,12 4,91 4,19

P Jasa Pendidikan 1,18 1,19 1,18 1,15 1,19 1,14 1,27 1,15 1,26 1,17

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 2,81 2,76 2,88 2,85 2,94 2,92 3,00 3,00 2,90 3,07

R,S,T,U Jasa Lainnya 0,39 0,38 0,39 0,38 0,40 0,40 0,39 0,38 0,38 0,39

PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Minahasa Selatan Tahun 2016

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 76

Sektor-sektor yang memberi kontribusi terhadap PDRB

Minahasa Selatan dibawah 5 persen pada tahun 2015 antara lain sektor

administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Keamanan (4,91), sektor

real estate (3,20), sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial (2,90),

sektor Informasi dan Komunikasi (1,65) sektor Jasa Pendidikan (1,26),

Jasa Keuangan dan Asuransi (0,97), sektor jasa lainnya (0,38), sektor

Penyediaan Akomodasi dan Makanan dan Minuman (0,37), Pengadaan

Listrik dan Gas (0,07), Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah

(0,07) dan sektor jasa perusahaan (0,02).

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 77

Tabel 2.31

Pertumbuhan Kontribusi Sektor dan PDRB atas Dasa Harga Berlaku (Hb) Dan Harga Konstan (Hk) Tahun 2011 sampai dengan Tahun 2015

Kabupaten Minahasa Selatan

No Sektor Pertumbuhan

Hb Hk

% %

A Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 8,90 3,43

B Pertambangan dan Penggalian 9,61 5,61

C Industri Pengolahan 11,04 8,07

D Pengadaan Listrik dan Gas 5,58 3,94

E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 8,73 4,78

F Konstruksi 11,15 8,22

G Perdagangan Besar dan Eceran: Reparasi Motor 11,16 6,62

H Transportasi dan Pergudangan 15,82 7,28

I Penyediaan Akomodasi dan Makanan dan Minuman 11,53 6,94

J Informasi dan Komunikasi 10,48 7,77

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 78

K Jasa Keuangan dan Asuransi 10,95 5,24

L Real Estate 10,68 6,42

M,N Jasa Perusahaan 12,68 7,08

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Keamanan 16,33 7,80

P Jasa Pendidikan 12,29 5,76

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 12,97 9,27

R,S,T,U Jasa Lainnya 11,27 6,62

PDRB 10,74 5,89

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Minahasa Selatan Tahun 2016

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 79

Perekonomian Minahasa Selatan pada tahun 2015 sebesar 6,21

persen, mengalami sedikit penurunan dibanding tahun 2014 sebesar

6,70 persen. Walaupun mengalami penurunan tetapi ada beberapa

sektor mencatat pertumbuhan yang positif di tahun 2015. Adapun

sektor yang mempengaruhi penurunan yaitu sektor pertanian,

perikanan dan kehutanan, sektor pertambangan dan penggalian, sektor

pangadaan air, pengelolaan sampah, limbah, sektor transportasi dan

pergudangan, sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor real estate,

sektor administrasi, pemerintahan, pertahanan dan keamanan serta

sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial.

Besarnya sumbangan masing-masing kategori lapangan usaha

setiap sektor dalam laju pertumbuhan ekonomi selama tahun 2015

menarik pula dicermati. Lapangan usaha yang nilai nominal PDRB atas

dasar harga konstannya besar tetap akan menjadi penyumbang terbesar

bagi laju pertumbuhan ekonomi, walaupun laju pertumbuhan lapangan

usaha tersebut bukan yang terbesar.

Kategori pertanian, kehutanan dan perikanan misalnya, walaupun

bukan merupakan kategori yang mengalami pertumbuhan terbesar yaitu

sebesar 3,87 persen namun mampu memberikan kontribusi laju

pertumbuhan terbesar yaitu 1,38 persen terhadap total pertumbuhan.

Sebaliknya kategori konstruksi walupun laju pertumbuhannya tertinggi

yaitu sebesar 10,15 persen, namun hanya mampu memberikan

konstribusi pertumbuhan ekonomi sebesar 1,34 persen. Penyumbang

terbesar terhadap laju pertumbuhan ekonomi Minahasa Selatan tahun

2014 selain kategori pertanian, kehutunan dan perikanan adalah

kategori konstruksi sebesar 1,34 persen, kemudian diikuti oleh kategori

industri pengolahan sebesar 1,12 persen dan kategori transportasi dan

pergudangan sebesar 0,68 persen.

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 80

Tabel 2.32

PDRB Perkapita Minahasa Selatan Tahun 2014 Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan

Uraian ADHB ADHK

Nilai (juta) 25,99 22,50

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Minahasa Selatan Tahun 2016

2.2.1.2 Laju Inflasi

Secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga -

harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau

dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu

meluas (mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Kebalikan

dari inflasi disebut deflasi. Indikator yang sering digunakan untuk

mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK).

Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga

dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat.

Sejak Juli 2008, paket barang dan jasa dalam keranjang IHK telah

dilakukan atas dasar Survei Biaya Hidup (SBH) Tahun 2007 yang

dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Kemudian, BPS akan

memonitor perkembangan harga dari barang dan jasa tersebut secara

bulanan di beberapa kota, di pasar tradisional dan modern terhadap

beberapa jenis barang/jasa di setiap kota. Inflasi yang diukur dengan

IHK di Indonesia dikelompokan ke dalam 6 kelompok pengeluaran

(berdasarkan The Classification of Individual Consumption by Purpose -

COICOP), yaitu :

1. Kelompok Bahan Makanan

2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, dan Tembakau

3. Kelompok Perumahan

4. Kelompok Sandang

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 81

5. Kelompok Kesehatan

6. Kelompok Pendidikan dan Olah Raga

Inflasi di Kabupaten Minahasa Selatan tahun 2011 – 2015 mengalami

fluktuasi. Faktor penyebab perubahan inflasi antara lain disebabkan

oleh adanya kebijakan pemerintah pusat terkait dengan kenaikan harga

kebutuhan pokok, kenaikan BBM/Gas dan kenaikan tarif dasar listrik

serta kondisi perekonomian nasional secara global. Perkembangan

tingkat inflasi yang terjadi di Kabupaten Minahasa Selatan dalam kurun

waktu tahun 2011 - 2015 sebagai berikut :

Gambar 2.10 Tingkat Inflasi di Kabupaten Minahasa Selatan Tahun 2010 - 2015

Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Minahasa Selatan Tahun 2016.

Perkembangan harga berbagai komoditas pada tahun 2015 secara

umum menunjukkan adanya kenaikan terutama pada bulan Desember.

Kota Manado adalah salah satu kota yang dijadikan patokan dalam

pengukuran inflasi bagi Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Sulawesi

Utara karena sebagai ibukota Provinsi Sulawesi Utara dimana arus

barang dan jasa terpusat di Kota Manado. Pada tahun 2015 inflasi

sebesar 1,74% atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari

123,06 pada bulan November 2015 menjadi 125,20 pada bulan

Desember 2015. Inflasi tahun kalender (Desember 2015 terhadap

Desember 2014) nilainya sama dengan inflasi “year on year” (Desember

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 82

2015 terhadap Desember 2014) yaitu sebesar 5,56%. Inflasi terjadi

karena adanya kenaikan indeks pada semua kelompok pengeluaran

yaitu kelompok bahan makanan sebesar 5,93% kelompok makanan jadi,

minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,79%; kelompok perumahan,

air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,40%, kelompok sandang

sebesar 0,38%; kelompok kesehatan sebesar 0,30%; kelompok

pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,35%; dan kelompok

transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,29%.

Komoditas yang mengalami kenaikan harga antara lain cabai rawit,

bawang merah, beras, tomat sayur, minuman ringan, pisang, tarif listrik,

telur ayam ras, semen, lemon dan lain - lain. Sedangkan komoditas yang

mengalami penurunan harga antara lain tindarung, cakalang/sisik, ekor

kuning, daun bawang, anggur, apel, minyak goreng, sawi hijau,

selada/daun selada, ketimun dan lain-lain.

Sumbangan/andil inflasi masing - masing kelompok pengeluaran

pada bulan Desember 2015 yaitu kelompok bahan makanan sebesar

1,3981%; kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau

sebesar 0,1268%; kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan

bakar sebesar 0,1143%, kelompok sandang sebesar 0,0201%; kelompok

kesehatan sebesar 0,0119%; kelompok pendidikan, rekreasi dan

olahraga sebesar 0,0225%; dan kelompok transportasi, komunikasi dan

jasa keuangan sebesar 0,0457%. Pada tahun 2011 inflasi tertinggi pada

kelompok bahan makanan sebesar 22,02%; dan terendah pada

kelompok kesehatan sebesar 0,60%. Pada tahun 2011 inflasi tertinggi

pada kelompok bahan sandang sebesar 5,63%; dan pada tahun 2012

inflasi tertinggi pada kelompok bahan makanan sebesar 7,07% dan

terendah pada kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan

sebesar 1,18%. Pada tahun 2013 inflasi tertinggi pada kelompok bahan

makanan sebesar 12,89% dan terendah pada kelompok sandang sebesar

0,33% Pada tahun 2015 indeks harga konsumen mengalami inflasi

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 83

tertinggi di bahan makanan sebesar 13,91% selengkapnya pada tabel

berikut :

Tabel 2.33

Inflasi Kabupaten Minahasa Selatan Menurut Kelompok Pengeluaran Tahun 2010 – 2015

No Kelompok Pengeluaran

Tingkat Inflasi (%)

2010 2011 2012 2013 2014 2015

1 Bahan Makanan 22,02 1,97 7,07 12,89 7,85 13,91

2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau

6,50 5,19 6,72 8,48 4,35 5,03

3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar

6,23 3,02 3,90 5,41 6,16 2,22

4 Sandang 5,84 5,63 2,63 0,33 3,11 2,19

5 Kesehatan 0,60 5,58 1,44 2,24 3,50 3,12

6 Pendidikan, Rekreasi, dan

Olah Raga

3,63 0,94 1,32 1,20 2,16 3,78

7 Transportasi, jasa dan

Komunikasi

2,26 2,12 1,18 12,09 8,41 2,77

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kab.Minahasa Selatan, Tahun 2015

2.2.1.3 Pertumbuhan Ekonomi

Kemajuan pembangunan baik ditingkat nasional maupun daerah

senantiasa berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Salah

satu strategi penting dalam rangka proses pembangunan adalah berupaya

meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dengan memacu pertumbuhan

sektor-sektor dominan. Hal ini dilakukan dengan asumsi “proses perembesan

kebawah “(trickle down effect)” akan terjadi, sehingga kesejahteraan

masyarakat dengan sendirinya akan tercapai. Kemajuan ekonomi secara

makro seringkali banyak dilihat dari besaran Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB) dan laju pertumbuhan ekonominya. Secara konsepsi, PDRB

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 84

menggambarkan seberapa besar proses kegiatan ekonomi (tingkat

produktifitas ekonomi) di suatu wilayah, yang di hitung sebagai akumulasi

dari pencapaian nilai transaksi dari berbagai sektor ekonomi dalam

kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, PDRB merupakan gambaran nyata

hasil aktifitas pelaku ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa.

Indikator ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi perkembangan

ekonomi dan sebagai landasan penyusunan perencanaan pembangunan

ekonomi.

Perhitungan pertumbuhan ekonomi mengalami perubahan tahun dasar,

yang sebelumnya dihitung menggunakan tahun dasar 2000 dan Klasifikasi

Lapangan Usaha Indonesia (KLUI)1990 sekarang sudah menggunakan tahun

dasar 2010 dan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha (KBLI) 2009. Jika

sebelumnya menggunakan tahun dasar 2000 perekonomian Minahasa

Selatan tumbuh dikisaran tujuh persen, namun dengan menggunakan tahun

dasar 2010 pertumbuhan ekonomi Minahasa Selatan pada kisaran enam

persen.

2.2.1.4 Kemiskinan

Salah satu aspek penting untuk mendukung Strategi Penanggulangan

Kemiskinan adalah tersedianya data kemiskinan yang akurat dan tepat

sasaran. Pengukuran kemiskinan yang dapat dipercaya dapat menjadi

instrumen tangguh bagi pengambil kebijakan dalam memfokuskan

perhatian pada kondisi hidup orang miskin. Kemiskinan merupakan

suatu fenomena masyarakat yang sudah lama terjadi dan dapat terjadi di

mana saja tanpa memperhatikan lokasi, sehingga sifatnya global.

Kemiskinan di suatu wilayah mempunyai hubungan dengan kondisi

wilayah dan pembangunan ekonomi wilayah.

Data kemiskinan yang baik dapat digunakan untuk mengevaluasi

kebijakan pemerintah terhadap kemiskinan, membandingkan kemiskinan

antar waktu dan daerah, serta menentukan target penduduk miskin

dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas hidup mereka. Secara umum

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 85

kemiskinan didefinisikan sebagai kondisi dimana seseorang atau

sekelompok orang tidak mampu memenuhi hak‐hak dasarnya untuk

mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat.

Tabel 2.34

Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Minahasa Selatan Tahun 2010-2015

No Tahun Jumlah Penduduk

Miskin

Persesntase

(%)

1. 2010 21.970 10,74

2. 2011 18.855 9,48

3. 2012 17.300 8,61

4. 2013 20.400 10,08

5. 2014 20.027 9,85

6. 2015 19.719 9,62

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Minahasa Selatan 2016

Berdasarkan Tabel 2.32, persentase penduduk miskin Kabupaten

Minahasa Selatan terus berfluktuatif selama lima tahun terakhir. Tetapi

di tahun 2013 mencapai 10,08 persen atau sekitar 20.400 jiwa terjadi

kenaikan oleh karena dampak kenaikan BBM sehingga mempengaruhi

kenaikan angka kemiskinan.

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 86

Gambar 2.11

Sumber : Badan Pusat Statistik Prov. Sulut Tahun 2016

2.2.2 Fokus Kesejahteraan Sosial

2.2.2.1 Indeks Pembangunan Manusia

Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Minahasa

Selatan menunjukan peningkatan dari tahun ke tahun. Berdasar

penghitungan IPM dengan metode baru, pada tahun 2010 angka IPM

Minahasa Selatan adalah 66,11 kemudian meningkat menjadi 66,61

tahun 2011, 67,26 di tahun 2012 67,68 di tahun 2013 dan pada tahun

2014 IPM Minahasa Selatan kembali meningkat menjadi 68,36.

Hal ini mengindikasikan bahwa kualitas hidup manusia yang di

ukur dari tiga pendekatan yaitu:

1. Umur panjang dan sehat

2. Pengetahuan yang memadai

3. Kehidupan yang layak di Minahasa Selatan mengalami perubahan

ke arah yang lebih baik.

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 87

IPM yang meningkat ternyata juga diimbangi oleh jumlah

penduduk miskin yang semakin berkurang di tahun 2014.

Penduduk miskin di Minahasa Selatan telah turun dibanding tahun

sebelumnya baik secara jumlah maupun persentase. Jumlah

penduduk miskin tercatat sebanyak 20 ribu jiwa di tahun 2014

dengan persentase sebesar 9,83 persen dari total penduduk

Minahasa Selatan.

Tabel 2.35 IPM Kabupaten Minahasa Selatan Tahun 2010-2015

Provinsi/Kabupaten IPM

2010 2011 2012 2013 2014 2015

Sulawesi Utara 67,83 68,31 69,04 69,49 69,96 70,39

Minahasa Selatan 66,11 66,61 67,26 67,68 68,36 69,18

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Minahasa Selatan 2016

Komponen Indeks Pembangunan Manusia:

a. Angka Harapan Hidup.

Angka Harapan Hidup (AHH) pada waktu lahir merupakan rata-rata

perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang selama

hidup.

b. Angka Melek Huruf

Angka Melek Huruf adalah persentase penduduk usia 15 tahun keatas

yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan atau huruf lainnya

c. Rata-rata Lama Sekolah

Rata-rata Lama Sekolah menggambarkan jumlah tahun yang digunakan

oleh penduduk usia 15 tahun keatas dalam menjalani pendidikan formal

d. Pengeluaran Riil Per kapita Yang disesuaikan

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 88

2.2.2 Fokus Seni Budaya dan Olahraga

2.2.3.1 Seni Budaya

Penyelenggaraan festifal seni dan budaya untuk Kabupaten Minahasa

Selatan yang diselenggarakan masih sangat minim karena masalah biaya

(dana). Dan sarana penyelenggaraan seni dan budaya belum dimiliki di

Minahasa Selatan. Untuk bidang olah raga, fasilitas olah raga masih sedikit

berupa lapangan olah raga yang masih tidak lengkap fasilitasnya.

Tabel 2.36

Perkembangan Seni Budaya dan Olahraga Tahun 2011 s/d 2015

No. Capaian Pembangunan 2011 2012 2013 2014 2015

1 Jumlah Grup Kesenian

per 10.000 penduduk

0.0084 0.0101 0.0118 0.0135 0.0152

2 Jumlah Gedung

Kesenian per 10.000

penduduk

0.0024 0.0024 0.0029 0.0029 0.0032

3 Jumlah Club Olahraga

per 10.000 penduduk

0.0153 0.0153 0.0170 0.0170 0.0187

4 Jumlah Gedung

Olahraga per 10.000

penduduk

0.0026 0.0026 0.0028 0.0028 0.003

Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Minahasa Selatan, 2016.

Budaya lokal yang ada di Kabupaten Minahasa Selatan mempunyai

kontribusi dalam pembangunan kepariwisataan. Kesenian daerah yang ada di

Kabupaten Minahasa Selatan dapat dikelompokkan menjadi:

a. Tari Kabasaran

Tari Kabasaran adalah tari khas masyarakat Minahasa. Tari

Kabasaran adalah tarian perang yang menggambarkan masyarakat

Minahasa dengan gagah berani melakukan peperangan melawan

musuh. Saat ini tari kabasaran ditampilkan sebagai tari

penyambutan pada tamu-tamu kenegaraan atau acara budaya.

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 89

b. Tari Maengket

Tari Maengket adalah tari leluhur masyarakat Minahasa yang

terdiri dari perpaduan antara tari dan suara penyanyinya. Tari

Maengket terdiri dari 3 bagian yaitu: 1) Maowey Kamberu atau

syukutan atas hasil panen, 2) Marambak atau syukuran atas

menempati rumah baru, 3) Lalayaan menceritakan tentang

pergaulan muda-mudi Minahasa. Tari Maengket biasanya

ditampilkan dalam acara resmi atau dalam kegiatan seni budaya

lainnya.

c. Tari Wolay/Wolay

Ma’wolay atau wolay berarti monyet, kera, yaki. Tari Mawolay

berasal dari desa Poopo Kecamatan Ranoyapo. Tarian ini

menceritakan bagaimana masyarakat yang tinggal di Ranoyapo

berusaha mencegah atau mengusir kera atau wolay yang mencuri

hasil pertanian masyarakat di perkebunan.

d. Tari Dodol

Tari Dodol adalah tarian kreasi baru yang menggambarkan proses

pembuatan dodol yang merupakan makanan khas Kabupaten

Minahasa Selatan

e. Tari Katrili

Masuknya bangsa Spanyol di Amurang sekitar tahun 1522

membawa pengaruh sosial budaya di masyarakat Minahasa

Selatan. Tarian Katrili adalah tarian dansa muda-mudi dengan

irama yang menyenangkan dengan busana ala Eropa turut menjadi

bagian bagi masyarakat Minahasa Selatan. Tari ini juga disebut

sebagai tarian pergaulan muda-mudi.

f. Tari Pete Padi

Tari Pete Padi adalah tarian kreasi baru yang menceritakan

proses penanaman padi sampai pada panennya. Tari ini biasa

ditampilkan dalam acara resmi atau pertunjukan budaya.

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 90

g. Tari Kipas

Tari Kipas adalah tarian kreasi baru yang menceritakan

tentang pergaulan nona-nona di Minahasa Selatan. Tari ini biasa

ditampilkan dalam acara-acara resmi di Minahasa Selatan dan tarian

kreasi baru ini diciptakan oleh Ny. Vivi Kumaat, S.Pd.

2.2.3.2 Olah Raga

Salah satu bagian dari Pembinaan Pemuda yaitu melalui olahraga.

Prestasi olahraga dalam berbagai event sudah cukup baik, namun

masih perlu peningkatan kesadaran berolahraga dikalangan

masyarakat luas, pembibitan olahraga, dan peningkatan jumlah ruang

publik untuk olahraga yang bisa dimanfaatkan oleh lembaga

pendidikan masyarakat luas. Diharapkan dengan peningkatan ruang

publik untuk olahraga, pembibitan, dan penemuan bibit unggul daerah

dibidang olahraga bisa membudayakan olahraga dimasyarakat. Adapun

permasalahan yang masih dihadapi dibidang olahraga masih

rendahnya budaya berolahraga dikalangan masyarakat, serta

kurangnya pembibitan olahraga dan penyediaan ruang publik untuk

berolahraga.

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 91

Tabel 2.37

Perkembangan Seni Budaya dan Olahraga Tahun 2015

No. Kecamatan

Jumlah

Grup

Kesenian

per 10.000

penduduk

Jumlah

Gedung

Kesenian

per 10.000

penduduk

Jumlah

Club

Olahraga

per 10.000

penduduk

Jumlah

Gedung

Olahraga

per 10.000

penduduk

1. MODOINDING 0.0008 0.0001 0.0008 0.0001

2. MAESAAN 0.0009 0.0001 0.0009 0.0001

3. TOMPASO

BARU

0.001 0.0001 0.001 0.0001

4. RANOYAPO 0.0011 0.0001 0.0011 0.0001

5. MOTOLING 0.0007 0.0001 0.0007 0.0001

6. MOTOLING

BARAT

0.0007 0.0001 0.0007 0.0001

7. MOTOLING

TIMUR

0.0008 0.0001 0.0008 0.0001

8. KUMELEMBUAI 0.0007 0.0001 0.0007 0.0001

9. TENGA 0.0014 0.0002 0.0014 0.0001

10. SINONSAYANG 0.001 0.0002 0.001 0.0001

11. AMURANG

BARAT

0.0008 0.0002 0.0015 0.0001

12. AMURANG 0.0008 0.0004 0.002 0.0001

13. AMURANG

TIMUR

0.0008 0.0003 0.0018 0.0001

14. TUMPAAN 0.001 0.0002 0.0016 0.0001

15. TATAPAAN 0.0011 0.0002 0.0011 0.0001

16. SULUUN

TARERAN

0.0007 0.0004 0.0007 0.0001

17 TARERAN 0.0009 0.0003 0.0009 0.0001

Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Minahasa Selatan, 2016.

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 92

2.3. Aspek Pelayanan Umum

2.3.1. Fokus Layanan Urusan Wajib

2.3.1.1 Pendidikan

Pendidikan merupakan tanggungjawab semua pihak meski secara

khusus Pemerintah mendapatkan mandat untuk menyelenggarakan

pendidikan. Oleh karena itu, peran institusi swasta baik BUMN, pihak

swasta, maupun organisasi sosial sangat dibutuhkan untuk memajukan

pendidikan di Minahasa Selatan. Dengan peran serta lembaga-lembaga

terkait, diharapkan dapat membantu meringankan beban pemerintah

guna memajukan pendidikan di wilayah ini. Angka Partisipasi Sekolah

a. Angka Partisipasi Sekolah

Angka Partisipasi Sekolah SD/MI jenjang pendidikan rata-rata dari tahun

2011 sebesar 94,60 dan pada tahun 2015 meningkat menjadi 99,35

sementara angka partisipasi sekolah SMP/MTs pada Tahun 2011 adalah

murid 90,15 dan pada tahun 2015 meningkat menjadi 101,96.

Tabel 2.38 Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2011 s/d 2015

NO. JENJANG PENDIDIKAN 2011 2012 2013 2014 2015

1 SD/MI

1.1. Jumlah murid usia 7-12

tahun

26,003 26,263 24,289 22,061 23,024

1.2. Jumlah penduduk

kelompok usia 7-12 tahun

27,488 27,731 25,615 23,095 23,174

1.3. APS SD/MI Jenjang

pendidikan

94,60 94,71 94,82 95,52 99,35

2 SMP/MTs

2.1. Jumlah murid usia 13-15

thn

10,419 10,389 10,971 11,167 10,894

2.2. Jumlah penduduk

kelompok usia 13-15

11,558 11,457 11,108 11,107 10,685

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 93

NO. JENJANG PENDIDIKAN 2011 2012 2013 2014 2015

tahun

2.3. APS SMP/MTs Jenjang

pendidikan 90,15 90,68 98,77 100,54

101,96

Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Minahasa

Selatan, Tahun 2016

Angka Partisipasi Sekolah (APS) tahun 2015 menurut kecamatan

untuk SD/MI sebesar 99,77. Ada 8 kecamatan yang memiliki APS di

atas 100 yaitu Kecamatan Modoinding, Ranoyapo,Motoling Barat,

Tengah, Amurang dan Amurang Timur, Tumpaan dan Tapapaan, sisanya

sekitar 9 kecamatan memiliki APS SD/MI di bawah 100.

Angka Partisipasi Sekolah (APS) tahun 2015 menurut kecamatan

untuk SMP/MTs sebesar 99,34. Dari 17 Kecamatan di Kabupaten

Minahasa Selatan hanya Kecamatan Amurang yang meiliki APS di atss

100 sedangkan sisanya sebanyak 16 kecamatan memilki APS SMP/MTs

di bawah seratus.

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 94

Tabel 2.39

Angka Partisipasi Sekolah (APS) Tahun 2015 Menurut Kecamatan

NO. Kecamatan

SD/MI SMP/MTs

Jumlah

murid

Usia 7-12

thn

Jumlah

penduduk

usia 7-12 th

APS

Jumlah

murid usia

13-15 thn

Jumlah

penduduk usia

13-15 th

APS

1 MODOINDING 1,396 1,392 100,29 681 689 98,84

2 MAESAAN 1,181 1,209 97,68 522 532 98,12

3 TOMPASO BARU 1.456 1,475 98,71 587 607 96,71

4 RANOYAPO 1,486 1,482 100,27 684 687 99,56

5 MOTOLING 1,017 1,041 97,69 632 634 99,68

6 MOTOLING BARAT 972 958 101,46 278 288 96,53

7 MOTOLING TIMUR 971 1,001 97,00 389 392 99,23

8 KUMELEMBUAI 753 778 96,79 394 396 99,49

9 TENGA 2,130 2,071 102,85 930 943 98,62

10 SINONSAYANG 1,812 1,857 97,58 886 912 97,15

11 AMURANG BARAT 1,625 1,663 97,71 392 399 98,25

12 AMURANG 1,835 1,793 102,34 1,619 1,543 104,93

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 95

13 AMURANG TIMUR 1,478 1,455 101,58 382 393 97,20

14 TUMPAAN 1,885 1,854 101,67 863 865 99,77

15 TATAPAAN 1,115 1,102 101,46 278 288 96,54

16 SULUUN TARERAN 510 515 99,03 389 392 99,23

17 TARERAN 1,498 1,528 98,04 573 577 99,77

Jumlah Total 23,120 23,174 99,77 10,614 10,685 99,34

Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Minahasa Selatan, Tahun 2016.

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 96

b. Rasio Ketersediaan Sekolah/Penduduk Usia Sekolah

Jumlah gedung sekolah SD/MI di Kabupaten Minahasa Selatan pada

tahun 2011 sebanyak 234 gedung, sedangkan jumlah penduduk

kelompok usia 7 -12 tahun yaitu 27.488 jiwa, dengan demikian diperoleh

rasio jumlah gedung terhadap rasio penduduk usia 70-12 tahun

sebesar 85,18. Tahun 2015 jumlah gedung sekolah meningkat menjadi

238, sementara jumlah penduduk usia sekolah 7-12 tahun menurun

menjadi 23.174 dari 27.488 di tahun 2011.

Jumlah gedung sekolah SMP/MTs di Kabupaten Minahasa Selatan

tahun 2011 berjumlah 79 sekolah dan jumlah penduduk kelompok umur

13-15 tahun sebesar 11.558 orang dan rasio jumlah gedung SMP/MTs

terhadap jumlah penduduk usia 13 – 15 tahun adalah sebesar 68,35.

Pada tahun 2015 jumlah gedung sekolah SMP/MTs adalah sebanyak 86

gedung sekolah dengan jumlah penduduk Usia 13-15 tahun sebanyak

10.685 meningkat dari 11.558 di tahun 2011. Dengan demikian rasio

antara jumlah gedung sekolah terhadap jumlah penduduk usia 13-15

tahun sebesar 78,61.

Tabel 2.40

Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah Tahun 2011 s/d 2015

No Jenjang Pendidikan 2011 2012 2013 2014 2015

1 SD/MI

1.1. Jumlah gedung

sekolah 234 234 235 237 238

1.2. jumlah penduduk

kelompok usia 7-12

tahun

27,488 27,731 26,615 23,095 23,174

1.3. Rasio 85,13 84,38 91,74 102,62 102,70

2 SMP/MTs

2.1. Jumlah gedung 79 81 82 84 86

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 97

sekolah

2.2. jumlah penduduk

kelompok usia 13-15

tahun

11,558 11,457 11,108 11,107 10,685

2.3. Rasio 68,35 70,70 73,82 75,68 78,61

Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Minahasa

Selatan, Tahun 2016

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 98

Tabel 2.41

Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah Tahun 2015 Menurut Kecamatan

NO. KECAMATAN

SD/MI SMP/MTs

Jumlah

gedung

sekolah

jumlah

penduduk

usia 7-12 th

Rasio

Jumlah

gedung

sekolah

jumlah

penduduk

usia 13-15 th

Rasio

(1) (2) (3) (4) (5=3/4) (6) (7) (8=6/7)

1 MODOINDING 16 1,392 114,98 4 689 58,06

2 MAESAAN 16 1,209 132,34 6 532 112,78

3 TOMPASO BARU 16 1,475 108,47 6 607 98,85

4 RANOYAPO 15 1,482 101,21 5 687 72,78

5 MOTOLING 16 1,041 153,70 6 634 94,64

6 MOTOLING BARAT 11 958 114,82 4 288 138,89

7 MOTOLING TIMUR 19 1,001 189,81 7 421 166,27

8 KUMELEMBUAI 19 778 244,22 7 396 176,77

9 TENGA 9 2,071 43,46 4 943 42,42

10 SINONSAYANG 11 1,857 59,24 3 912 32,89

11 AMURANG BARAT 15 1,663 90,20 6 399 150,38

12 AMURANG 10 1,793 55,74 4 1,543 25,92

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 99

13 AMURANG TIMUR 15 1,455 103,09 4 393 101,78

14 TUMPAAN 8 1,854 43,15 3 865 34,68

15 TATAPAAN 14 1,102 127,04 5 407 122,85

16 SULUUN TARERAN 11 515 213,59 4 392 102,04

17 TARERAN 17 1,528 111,26 6 577 103,99

Jumlah 238 23,174 102,70 84 10,685 78,61

Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Minahasa Selatan, Tahun 2016

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 100

b. Rasio Guru / Murid

Rasio jumlah guru dan murid tahun 2011 s.d 2015 berada pada

kisaran 7,2 s.d 7,5 untuk tingkat SD/MI. Sedangkan rasio jumlah guru

dan murid tahun 2011 s,d 2015 berada pada kisaran 7,0 s.d 8,2.

Tabel 2.42 Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar

Tahun 2011 s/d 2015

NO Jenjang

Pendidikan 2011 2012 2013 2014 2015

1 SD/MI

1.1. Jumlah Guru 2,034 1,961 1,892 1,989 1,804

1.2. Jumlah Murid 26,831 27,004 26,604 24,077 24,713

1.3. Rasio 7,5808 7,2619 7,1117 8,2610 7,2998

2 SMP/MTs

2.1. Jumlah Guru 833 797 885 917 954

2.2. Jumlah Murid 11,153 11,269 11,563 11,561 11,600

2.3. Rasio 7,4688 7,0725 7,6537 7,9318 8,2241

Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Minahasa

Selatan, 2016

Rasio jumlah Guru terhadap jumlah murid di Minahasa Selatan

selama tahun 2011 s.d tahun 2015 cenderung menurun dari tahun ke

tahun . Pada tahun 2011 rasio jumlah guru terhadap jumlah murid

SD/MI sebesar 7,58 persen dan menurun menjadi 7,29 persen. Angka

ini menunjukkan rasio guru terhadap murid berada pada kondisi

ideal.

Selanjutnya rasio jumlah Guru terhadap jumlah murid pada

jenjang pendudukan SMP/MTs di Minahasa Selatan selama tahun 2011

s.d tahun 2015 cenderung menaik dari tahun ke tahun . Pada tahun

2011 rasio jumlah guru terhadap jumlah murid SM/MTs sebesar 7,47

persen dan meningkat menjadi 8,22 persen di tahun 2015. Angka ini

menunjukkan rasio guru terhadap murid SMP/MTs di Minahasa

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 101

Selatan masih berada pada kondisi ideal. Sungguhpun demikian

kondisi yang ada saat ini menunjukkan bahwa distribusi penempatan

tenaga guru di tingkat SD/MI dan tingkat SMP/MTs relatif belum

merata sehingga menyebabkan beberapa sekolah di kecamatan tertentu

masih kurang tenaga pengajarnya.

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 102

Tabel 2.43

Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar Menurut Kecamatan Tahun 2015

NO. KECAMATAN

SD/MI SMP/MTs SMA/MA/SMK

Jumlah

gedung

sekolah

jumlah

penduduk

usia 7-12

th

Rasio

Jumlah

gedung

sekolah

jumlah

penduduk

usia 13-15

th

Rasio

Jumlah

gedung

sekolah

jumlah

penduduk

usia 13-15

th

Rasio

(1) (2) (3) (4) (5=3/4) (6) (7) (8=6/7) (9) (10) (11=9/10)

1 MODOINDING 111 1,416 783,90 48 772 621,76 29 511 567,51

2 MAESAAN 98 1,259 778,40 53 602 880,40 31 362 856,35

3 TOMPASO BARU 110 1,526 720,84 48 724 662,98 9 498 180,72

4 RANOYAPO 124 1,557 796,40 71 703 1.009,96 4 61 655,74

5 MOTOLING 89 1,070 831,78 49 707 693,07 40 559 715,56

6 MOTOLING

BARAT 68 1,015 669,95 25 298 838,93 22 185 1.189,19

7 MOTOLING

TIMUR 89 1,014 877,71 48 481 997,92 39 422 924,17

8 KUMELEMBUAI 74 760 973,68 38 413 920,10 14 197 710,66

9 TENGA 154 2,243 686,58 79 973 811,92 31 494 627,53

10 SINONSAYANG 125 2,128 587,41 65 932 697,42 25 517 483,56

11 AMURANG 118 1,703 692,89 65 454 1.471,72 24 227 1.057,27

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 103

BARAT

12 AMURANG 105 2,155 487,24 108 1,781 606,40 77 2,780 276,98

13 AMURANG

TIMUR 127 1,526 832,24 40 390 1.024,64 21 145 1.448,28

14 TUMPAAN 108 1,989 542,99 73 908 805,74 48 620 774,19

15 TATAPAAN 69 1,178 585,74 33 434 760,47 19 150 1.266,67

16 SULUUN

TARERAN 74 608 1.217,11 35 408 857,84 14 88 1.590,91

17 TARERAN 161 1,566 1.028,10 76 622 1.221,86 71 578 1.228,37

Jumlah 1,804 24,713 729,98 954 11,600 822,41 518 8,394 617,11

Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Minahasa Selatan, 2016

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 104

2.3.2 Fokus Layanan Urusan Pilihan

2.3.2.1 Jumlah Investor Berskala Nasional (PMDN/PMA)

Tabel 2.44 Jumlah Investor PMDN/PMA

Di Kabupaten Minahasa Selatan

Tahun Uraian PMDN PMA Total

2011 Jumlah Investor 10 3 13

2012 Jumlah Investor 10 3 13

2013 Jumlah Investor 10 3 13

2014 Jumlah Investor 11 3 14

2015 Jumlah Investor 11 3 14

Sumber : Kantor Penanaman Modal Kabupaten Minahasa Selatan, 2016

2.3.2.2 Jumlah Nilai Investasi Berskala Nasional (PMDN/PMA)

Pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh investasi yang terealisasi

baik dalam rangka PMDN maupun PMA. Diharapakan dengan

meningkatnya investasi akan mendorong meningkatkan pertumbuhan

ekonomi. Dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi diharapkan

dapat memperluas lapangan kerja di semua sektor ekonomi sehingga

angka pengangguran dapat di turunkan dan kemiskinan dapat

dikurangi.

Jumlah investasi PMDN/PMA yang telah disetujui dan terealisasi di

kabupaten Minahasa Selatan tahun 2011 sebesar 189,276 miliar rupiah.

Kemudian pada tahun 2015 telah megalami kenaikan yang signifikan

dan tercatat sebesar 1,964 triliun dengan jumlah proyek tahun 2015

sebanyak 14 proyek.

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 105

Tabel 2.45

Jumlah Investasi PMDN/PMA Tahun 2011 s/d 2015 menurut Kecamatan

Tahun

Persetujuan Realisasi

Jumlah

Proyek Nilai Investasi

Jumlah

Proyek Nilai Investasi

2011 13 189.276.218.000 13 189.276.218.000

2012 13 189.276.218.000 13 189.276.218.000

2013 13 326.997.664.000 13 326.997.664.000

2014 14 1.884.997.664.000 14 1.884.997.664.000

2015 14 1.964.541.611.000 14 1.964.541.611.000

Sumber : Kantor Penanaman Modal Kabupaten Minahasa Selatan, 2016

2.3.2.3 Rasio Daya Serap Tenaga Kerja

Jumlah tenaga kerja yang bekerja pada perusahaan PMA dan PMDN

di Kabupaten Minahasa Selatan dari tahun 2011-2015 cenderung

meningkat dari tahun ke tahun. Tahun 2011 jumlah tenaga kerja

sebesar 1569 dan pada tahun 2015 meningkat menjadi 2242 atau

meningkat sebanyak 673 orang. Dengan meningkatnya pencari kerja di

Kabupaten Minahasa Selatan baik lulusan dari Perguruan Tinggi

maupun lulusan SMA/SMK maka pemerintah daerah perlu terus

menggalang iklim investasi daerah agar para investor baik dalam negeri

maupun luar negeri dapat tertarik untuk menanamkan modalnya di

Kabupaten Minahasa Selatan.

Tabel 2.46

Rasio Daya Serap Tenaga Kerja Tahun 2011 s/d 2015

No. Uraian 2011 2012 2013 2014 2015

1. Jumlah Tenaga Kerja yang

Bekerja pada Perusahaan

PMA/PMDN

1569 1569 1622 1837 2242

2. Jumlah seluruh PMA/PMDN 13 13 13 14 14

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 106

3. Rasio Daya Serap Tenaga

Kerja 120 120 124 131 160

Sumber : Kantor Penanaman Modal Kabupaten Minahasa Selatan, 2016

2.4. Aspek Daya Saing Daerah

2.4.1.Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah

a. Nilai Tukar Petani (NTP)

Sesuai tabel dibawah ini menunjukan kecenderungan

menurunnya NTP setiap tahun yang mengakibatkan berkurangnya

insentif petani dalam meningkatkan produktifitas pertanian secara

optimal dalam jangka waktu panjang. Kondisi ini dapat mempengaruhi

laju peningkatan konsumsi daerah sehingga swasembada pangan

terutama beras akan mengalami penurunan.

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 107

Tabel 2.47

Indeks yang Diterima, Indeks yang Dibayarkan dan Nilai Tukar Petani menurut Bulan 2012-2015

Bulan 2012 2013 2014 2015

Lt Lb NTP lt lb NTP lt lb NTP lt lb NTP

Januari 135,7 131,42 103,26 139,26 138,11 100,83 108,36 110,13 93,39 114,66 116,94 98,04

Februari 135,76 131,18 102,71 139,5 138,33 100,84 109,12 110 99,2 115,17 116,91 98,51

Maret 135,65 132,73 102,21 140,22 138,68 101,11 109,88 110,46 99,48 114,64 117,6 97,49

April 135,84 133,57 101,7 140,82 139,37 101,5 110,76 111,2 99,6 113,2 117,24 96,55

Mei 135,62 133,96 101,24 141,74 139,57 101,56 111,23 111,29 99,95 112,68 117,63 95,79

Juni 135,96 134,66 100,97 141,45 139,3 101,84 111,5 111,51 99,99 112,34 118,64 94,7

Juli 135,91 135,42 100,36 145,09 142,89 101,53 111,92 112,22 99,73 113,68 119,14 95,42

Agustus 136,55 136,03 100,38 145,03 145,13 99,93 111,56 111,84 99,75 114,36 120,25 95,11

September 137,3 135,76 101,14 144,06 145,57 98,96 112,01 112,16 99,87 116,33 121,32 95,89

Oktober 138,29 136,54 101,28 143,97 145,13 99,2 112,46 113,2 99,51 114,55 117,66 97,35

November 138,54 136,74 101,31 145,16 145,94 99,46 114,01 114,46 99,62 114,01 114,45 99,62

Desember 138,81 137,38 101,04 107,24 109,2 98,21 114,55 117,66 97,35 119,35 123,24 96,85

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Minahasa Selatan Tahun 2016

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 108

b. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga per Kapita (angka konsumsi

RT per kapita)

Pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita tahun 2011

sebesar Rp. 2.118 .000. Pengeluaran konsumsi RT per Kapita tahun

2012 s.d tahun 2015 mengalami penurunan. Tahun 2015 konsumsi

per kapita rumah tangga di Minahasa Selatan sebesar Rp, 1.191,000.

Tabel 2.48 Angka Konsumsi RT per Kapita Tahun 2011 s/d 2015

No. Uraian 2011 2012 2013 2014 2015

1. Pengeluaran

Per Kapita

Perbulan

Makanan

290.313 307.532 320.735 345.009 360.337

2. Pengeluaran

Per Kapita

Perbulan Non

Makanan

226.264 222.577 235.779 224.688 286.501

3. Pengeluaran

Per Kapita 516.578 530.108 556.514 569.697 646.837

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Minahasa Selatan, 2016

Rasio pengeluaran RT per Kapita terhadap jumlah rumah tangga

tahun 2011 sebesar 3,603 persen. Selama tahun 2012-2015 rasio

pengeluaran RT per kapita cenderung menurun dimana tahun 2015

rasio pengeluaran per kapita RT hanya sebesar 1,90 persen. Penurunan

rasio ini dapat menunjukan rata-rata tingkat kesejahteraan Rumah

tangga yang diukur dari besarnya pengeluaran per kapita di

Minahasa Selatan mengalami penurunan yang signifikan. Kondisi ini

perlu mendapat perhatian dan penanganan yang serius dari pemerintah

daerah.

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 109

Tabel 2.49

Konsumsi RT Non Pangan Tahun 2011 s/d 2015

No. Tahun Pengeluaran Rata-

rata Non Makanan

Pengeluaran Rata-

rata RT Ket

1 2011 846.670 1.933.007

2 2012 814.043 1.938.798

3 2013 854.849 2.017.715

4 2014 838.816 2.126.818

5 2015 996.334 2.126.818

Sumber : Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Minahasa Selatan, 2016

c. Pengeluaran Konsumsi Non Pangan Per Kapita (Persentase Konsumsi RT

untuk Non Pangan)

Tabel 2.50 Persentase Konsumsi RT Non Pangan Tahun 2011 s/d 2015

No. Uraian 2011 2012 2013 2014 2015

1. Total

Pengeluaran RT

Non Pangan

846.670 814.043 854.849 838.816 996.334

2. Total

Pengeluaran

1.933.00

7

1.938.79

8

2.017.715 2.126.818 2.249.439

3. Rasio 0,44 0,42 0,42 0.39 0,44

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Minahasa Selatan, 2016

2.4.2. Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur

2.4.2.1Ketaatan terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah

a. Luas Wilayah Produktif

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 110

Tabel 2.51

Persentase Luas Wilayah Produktif Tahun 2011 s/d 2015

No. Uraian 2011 2012 2013 2014 2015

1. Luas Wilayah

Produktif 2911 2831 2745 2354 2273

2.

Luas Seluruh

Wilayah \

Budidaya

155.148 154.217 152.467 150.354 149.666

3. Rasio 0.0187 0.0183 0.01180 0.0156 0.0151

Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Minahasa Selatan, 2016

Tabel 2.52 Persentase Luas Wilayah Produktif Tahun 2015 Menurut Kecamatan

No. Kecamatan Luas Wilayah

Produktif (Ha)

Luas Seluruh

Wilayah

Budidaya (Ha)

Rasio

1 MODOINDING 214 7.169 0,0299

2 MAESAAN 134 15.185 0,0088

3 TOMPASO BARU 135 11.160 0,0121

4 RANOYAPO 121 3.101 0,0390

5 MOTOLING 80 13.991 0,0057

6 MOTOLING

BARAT 100 2.590 0,0386

7 MOTOLING

TIMUR 92 12.099 0,0076

8 KUMELEMBUAI 81 4.877 0,0166

9 TENGA 213 10.264 0,0208

10 SINONSAYANG 165 5.233 0,0315

11 AMURANG 181 2.967 0,0610

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 111

BARAT

12 AMURANG 173 10.466 0,0165

13 AMURANG

TIMUR 151 5.762 0,0262

14 TUMPAAN 141 13.423 0,0105

15 TATAPAAN 85 7.812 0,0109

16 SULUUN

TARERAN 74 12.564 0,0059

17 TARERAN 133 11.003 0,0121

Sumber : Buku RTRW dan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Minahasa

Selatan, 2016

2.4.3. Fokus Iklim Berinvestasi

2.4.3.1 Angka Kriminalitas

Kriminalitas merupakan salah satu indikator yang

menentukan tingkat keamanan dan ketertipan masyarakat. Angka

kriminalitas dapat dideteksi dari jumlah kasus narkoba, kasus

pembunuhan, kejahatan seksual, penganiayaan, pencurian,

penipuan, pemalsuan uang ,tindak kriminal. Tahun 2011 angka

kriminalitas sebesar 0,23 persen.Artinya sepanjang tahun 2011

telah terjadi sekitar 0,23 persen jumlah tindak kriminalitas dari

jumlah penduduk Kabupaten Minahasa Selatan yang sebesar

208.349 jiwa. Pada tahun 2015 angka kriminalitas mengalami

peningkatan sebesar 0,24 persen. Artinya sepanjang tahun 2015

telah terjadi 0,24 persen tindak kriminalitas dari jumlah penduduk

Kabupaten Minahasa Selatan yang sebesar 242.675 jiwa. Dapat

disimpulkan jumlah tindak kriminalitas di Minahasa selatan antara

tahun 2011 – 2015 meningkat hanya sebesar 0,02 persen.

Jumlah Kasus kriminalitas di Kabupaten Minahasa Selatan tertinggi

adalah kasus penganiayaan. Angka kasus kriminalitas sejak tahun

2011 s.d 2015 cenderung meningkat. Kasus kedua tertinggi adalah

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 112

kasus pencurian dimana tahun 2011 sebanyak 120 kasus. Tahun

2015 kasus pencurian mengalami penurunan menjadi 99 kasus.

Jumlah kasus penipuan di Kabupaten Minahasa Selatan tahun

2011 sebanyak 62 kasus dan kasus penipuan merupakan jumlah

kasus ketiga tertinggi setelah kasus penganiayaan dan pencurian

dan pada tahun 2015 kasus penipuan telah berkurang menjadi 53

kasus. Kasus kejahatan seksual menempati urutan ke empat

dengan jumlah kasus pada tahun 2011 sebanyak 46 kasus dan

tahun 2015 kasus ini telah menurun menjadi 8 kasus.

Tabel 2.53 Angka Kriminalitas Tahun 2011 s/d 2015

No. Uraian 2011 2012 2013 2014 2015

1. Jumlah kasus

narkoba 0 0 0 0 0

2. Jumlah kasus

pembunuhan 4 4 6 9 6

3. Jumlah kejahatan

seksual 46 35 20 28 8

4. Jumlah kasus

penganiayaan 235 215 420 414 424

5. Jumlah kasus

pencurian 120 125 111 72 99

6. Jumlah kasus

penipuan 62 68 70 48 53

7. Jumlah kasus

pemalsuan uang 0 0 0 0 0

8. Jumlah tindak

kriminal selama 1

tahun

476 447 627 562 590

9. Jumlah penduduk 208.349 219.653 235.231 241.862 242.675

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 113

10. Angka kriminalitas

(8/9) 22,84 20,35 26,65 23,23 24,31

Sumber : Badan Kesbangpol & Linmas Kabupaten Minahasa Selatan, 2016

b. Jumlah Demonstrasi

Jumlah demonstrasi yang terjadi di Minahasa Selatan sepanjang tahun

2011 s.d 2015 cenderung kecil. Jumlah demo tertinggi terjadi pada

tahun 2012 sebanyak 6 kegiatan demo unjuk rasa. Kasus demo

dibidang politik menduduki urutan ke dua.

Relatif kecilnya jumlah demonstrasi warga masyarakat kepada

Pemerintah daerah menunjukkan bahwa pelayanan pemerintah daerah

kepada warga masyarakat relatif baik.

Tabel 2.54

Jumlah Demo Tahun 2011 s/d 2015

No. Uraian 2011 2012 2013 2014 2015

1. Bidang Politik 1 5 0 1 3

2. Ekonomi 0 1 2 0 0

3. Kasus pemogokan kerja 0 0 0 0 0

4. Jumlah unjuk rasa 1 6 2 1 3

Sumber : Badan Kesbangpol & Linmas Kabupaten Minahasa Selatan, 2016

2.4.4. Fokus Sumber Daya Manusia

a. Kualitas Tenaga Kerja (Rasio Lulusan S1/S2/S3)

Tabel 2.55

Rasio Lulusan S1/S2/S3 Tahun 2011 s/d 2015

No. Uraian 2011 2012 2013 2014 2015

1. Jumlah lulusan

S1/S2/S3 3.206 3.794 3.938 4.221 4.472

2. Jumlah 198.109 199.875 201.668 203.317 204.983

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 114

penduduk

3. Rasio lulusan

S1/S2/S3 (4/5) 61,79 52,68 51,21 0,021 0,022

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Minahasa Selatan, 2016 &

Dinsosnakertrans Kab. Minahasa Selatan, 2016, Sumber : Dinas

Pendidikan & Olahraga Kabupaten Minahasa Selatan, 2016

Jumlah lulusan sarjana S1,S2 dan S3 di Kabupaten Minahasa

Selatan sampai tahun 2015 sebanyak 4.472 orang. Rasio lulusan

Sarjana S1 s.d S3 tahun 2011 sebesar 1,618 persen dan meningkat

menjadi 3,798 persen pada tahun 2012, kemudian menurun kembali di

tahun 2013 menjadi 2,076 persen dan meningkat kembali di tahun 2015

sebear 2,182 persen. Hal ini menunjukkan bahwa faktor biaya pendidikan

tinggi kemungkinan merupakan salah satu faktor yang menjadi kendala

bagi para lulusan SMA/SMK untuk melanjutkan sekolah sampai ke

jenjang perguruan tinggi. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten

Minahasa Selatan perlu mengalokasikan bantuan pendidikan bagi para

lulusan SMA yang memiliki prestasi untuk dapat melanjutkan

pendidikan ke jenjang Perguruan Tinggi.

b. Tingkat Ketergantungan (Rasio Ketergantungan)

Jumlah Penduduk usia produktif di Kabupaten Minahasa Selatan

tahun 2015 sebesar 136.528 jiwa sedangkan jumlah penduduk usia

tidak produktif sebesar 68.455 jiwa. Artinya bahwa penduduk produktif

di Kabupaten Minahasa Selatan lebih besar dari penduduk usia tidak

produktif yaitu penduduk usia 0-14 tahun 22,59 persen dan > 65 tahun

tahun yang sebesar 8,16 persen.

Dari data tersebut terlihat bahwa ratio ketergantungan

(dependency ratio) penduduk produktif dengan penduduk tidak produktif

adalah 51 persen. Artinya setiap 100 penduduk berusia kerja (penduduk

produktif) mempunyai tanggungan sebesar 51 orang penduduk yang

belum produktif (usia 0-14 tahun) dan dianggap tidak produktif lagi (>

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 115

65 tahun). Dengan demikian Kabupaten Minahasa selatan telah

mengalami bonus demografi. Bonus demografi adalah keuntungan

yang diperoleh suatu negara atau daerah karena mempunyai jumlah

penduduk produktif yang jika masuk dalam pasar kerja dan bekerja

maka akan memberikan pendapatan. Dengan demikian pertumbuhan

ekonomi Kabupaten Minahasa Selatan akan semakin meningkat yang

pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Tabel 2.56 Rasio Ketergantungan Tahun 2011 s/d 2015

No. Uraian 2011 2012 2013 2014 2015

1. Jumlah

penduduk usia

< 15 tahun

53.462 53.416 53.346 53.228 53.097

2. Jumlah

penduduk usia

> 64 tahun

13.873 14.123 14.456 14.856 15.358

3. Jumlah

penduduk usia

tidak produktif

(1) & (2)

67.335 67.539 67.802 68.084 68.455

4. Jumlah

penduduk usia

15-64 tahun

130.774 132.336 133.866 135.233 136.528

5. Rasio

ketergantungan

(3)/(4)

0,51 0,51 0,51 0,50 0,50

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Minahasa Selatan, 2016naga

Kerja & Transmigrasi Kabupaten Minahasa Selatan, 2016

[RPJMD Kab. Minahasa Selatan 2016-2021]

BAB II| GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 116