BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Kerangka...

43
14 BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Kerangka Konseptual Pemikiran konseptual dalam penelitian ini berdasarkan pada tantangan yang dihadapi oleh PT PERTAMINA (Persero) dalam rangka pengambilan keputusan yang berhubungan dengan proses kerja dan strategi yang akan dijalankan perusahaan. Salah satu keputusan tersebut meliputi upaya penentuan strategi yang tepat untuk perbaikan sistem supply dan distribusi BBM. Peta pemikiran konseptual yang dikembangkan berkaitan dengan pengambilan keputusan dalam proses penyaluran produk BBM oleh PT PERTAMINA (Persero) di Indonesia. Skema peta pemikiran konseptual tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.1. Transportation Competitive Strategy Supply Chain Strategy Facilities Pricing Sourcing Information Inventory Supply Chain Structure Efficiency Responsiveness Cross-Functional Drivers Logistical Drivers Gambar 2.1 Skema Peta Pemikiran Konseptual Sumber: Chopra dan Meindl, 2007

Transcript of BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Kerangka...

Page 1: BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Kerangka Konseptualdigilib.itb.ac.id/files/disk1/691/jbptitbpp-gdl-gilangsatr-34521-3... · EKSPLORASI ISU BISNIS . ... memiliki tingkat ketidakpastian

14

BAB II

EKSPLORASI ISU BISNIS

2.1 Kerangka Konseptual

Pemikiran konseptual dalam penelitian ini berdasarkan pada tantangan yang

dihadapi oleh PT PERTAMINA (Persero) dalam rangka pengambilan keputusan yang

berhubungan dengan proses kerja dan strategi yang akan dijalankan perusahaan. Salah

satu keputusan tersebut meliputi upaya penentuan strategi yang tepat untuk perbaikan

sistem supply dan distribusi BBM. Peta pemikiran konseptual yang dikembangkan

berkaitan dengan pengambilan keputusan dalam proses penyaluran produk BBM oleh

PT PERTAMINA (Persero) di Indonesia. Skema peta pemikiran konseptual tersebut

dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Transportation

Competitive Strategy

Supply Chain Strategy

Facilities

PricingSourcingInformation

Inventory

Supply Chain StructureEfficiency Responsiveness

Cross-Functional Drivers

Logistical Drivers

Gambar 2.1 Skema Peta Pemikiran Konseptual Sumber: Chopra dan Meindl, 2007

Page 2: BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Kerangka Konseptualdigilib.itb.ac.id/files/disk1/691/jbptitbpp-gdl-gilangsatr-34521-3... · EKSPLORASI ISU BISNIS . ... memiliki tingkat ketidakpastian

15

Tujuan utama strategi rantai penyaluran adalah menemukan kesesuaian antara

responsiveness dan efficiency yang diperlukan dalam strategi kompetitif. Untuk itu

diperlukan kombinasi yang sesuai antara logistical dan cross-functional drivers.

Inventory (persediaan) muncul pada rantai distribusi karena adanya ketidakpastian

demand. Peranan penting persediaan dalam rantai distribusi adalah untuk menjamin

adanya pemenuhan ketersediaan produk ketika konsumen membutuhkannya. Selain itu

persediaan dapat berguna untuk mengurangi biaya distribusi dan operasional dengan

adanya kebijakan economic of scale.

PT PERTAMINA (Persero) sebagai satu-satunya perusahaan minyak negara,

memiliki tingkat ketidakpastian yang cukup tinggi terhadap demand produk (uncertain

demand), untuk itu diperlukan adanya responsive supply chain yang sesuai dengan

kebutuhan bisnis. Tingginya tingkat persediaan pada sebuah depot akan memberikan

tingkat responsiveness yang tinggi terhadap demand konsumen, sedangkan tingkat

persediaan yang rendah dapat memberikan efisiensi namun dapat mengurangi tingkat

responsiveness terhadap pemenuhan demand yang mungkin terjadi.

Sourcing yang dimiliki PT PERTAMINA (Persero) berasal dari 6 kilang yang

tersebar di seluruh wilayah Indonesia, yaitu Kilang Dumai dan Kilang Plaju di

Sumatera, Kilang Balongan dan Kilang Cilacap di Jawa, Kilang Balikpapan di

Kalimantan Timur dan Kilang Kasim-Sorong di Irian Jaya.

Tanki timbun merupakan fasilitas distribusi yang dimiliki oleh PT

PERTAMINA (Persero) untuk memenuhi uncertain demand. Tanki timbun ini terdiri

dari terminal transit, depot utama, instalasi dan depot penyalur. Terminal transit, depot

utama, dan instalasi selain berfungsi untuk memenuhi demand lokal, juga berfungsi

untuk menyalurkan produk BBM ke depot-depot penyalur, untuk selanjutnya di

teruskan ke ritel-ritel lokal seperti SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) dan

agen-agen. Moda transportasi yang digunakan oleh PT PERTAMINA (Persero) adalah

kapal tanker, pipa dan RTW (Rail Tank Wagon). Sebagian besar distribusi BBM di

Indonesia dilakukan dengan menggunakan moda transportasi laut atau kapal tanker,

moda transportasi darat digunakan untuk mendistribusikan BBM ke inland depot

dengan moda pipa atau RTW.

Setiap moda transportasi yang digunakan memilki keunggulan dan kelemahan

tersendiri. Kapal tanker memiliki keunggulan dalam cost eficiency dengan volume

barang yang besar, sedangkan kelemahannya adalah kecepatan yang lambat dan adanya

ketidak pastian penjadwalan dalam loading atau unloading di dermaga. Moda distribusi

Page 3: BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Kerangka Konseptualdigilib.itb.ac.id/files/disk1/691/jbptitbpp-gdl-gilangsatr-34521-3... · EKSPLORASI ISU BISNIS . ... memiliki tingkat ketidakpastian

16

pipa mempunyai keunggulan dalam pemenuhan kontinuitas produk dengan tingkat

akurasi yang tinggi, sedangkan kelemahanya pada faktor keamanan dan biaya investasi

yang sangat tinggi. Rail Tank Wagon mempunyai keunggulan dalam cost eficiency dan

sangat efisien untuk memenuhi demand depot yang tidak terlalu besar, sedangkan

kelemahannya pada kontinuitas produk dan waktu loading atau unloading yang relatif

lambat.

Informasi yang akurat dan up to date akan menciptakan supply chain

effectivenes yang optimal. EDI (Elektronik Data Interchance) adalah salah satu sistem

informasi yang digunakan untuk mengatur dan mengontrol arus lalu lintas produk pada

sistem rantai pasok.

2.2 Lokasi Penyelesaian Masalah

Permasalahan yang dipecahkan dalam proyek akhir ini berada di kantor pusat PT

PERTAMINA (Persero) Jakarta yang berlokasi di Jalan Medan Merdeka Timur No. 1A,

Jakarta Pusat. Hal ini dilakukan karena penetapan kebijakan pengelolaan jaringan dan

sarana operasi distribusi BBM (Instalasi, Depot, Pipa, RTW (Rail Train Wagon) seperti

tanker, mobil tangki, truk, tongkang dan pipa) dilakukan di kantor pusat.

2.3 Latar Belakang Masalah

Daerah distribusi PT PERTAMINA (Persero) meliputi seluruh wilayah

Kepulauan Indonesia dari Sabang sampai Merauke yang ditunjang dengan sumber daya

fisik berupa 111 seafed dan inland depot, 6 kilang utama, dan 2 ship to ship transfer

(STS). Kondisi eksisting dalam supply dan distribusi dari kilang (1st tier), depot

utama/terminal transit/instalasi (2nd tier) sampai dengan depot penyalur (3rd

1. Kegiatan operasi supply dan distribusi dilakukan dengan full capacity sehingga bila

terjadi sesuatu akan rentan terhadap kondisi kritis.

tier) akan

dijelaskan pada akhir bab ini. Adapun garis besar permasalahan yang sedang dihadapi

PT PERTAMINA (Persero) pada Divisi Supply dan Distribusi adalah:

2. Tidak ada pembatasan (clustering) pergerakan produk ataupun kapal, akibatnya

sering terjadi pergerakan yang tidak efisien dari Indonesia Timur ke Indonesia

Barat dan sebaliknya.

Page 4: BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Kerangka Konseptualdigilib.itb.ac.id/files/disk1/691/jbptitbpp-gdl-gilangsatr-34521-3... · EKSPLORASI ISU BISNIS . ... memiliki tingkat ketidakpastian

17

3. Monitoring dan pengendalian menjadi sangat kompleks dikarenakan luas areal

pengamatan yang terlalu besar (menganggap Indonesia sebagai satu envelope atau

satu daerah pengamatan).

4. Pola supply dan distribusi yang kompleks disebabkan: kondisi geografis,

ketersediaan produk, jumlah kapal dan infrastruktur yang kurang handal.

5. Kegiatan supply dan distribusi terpola oleh perhitungan material balance yang

dihitung berdasarkan angka rencana produksi kilang yang sudah ditentukan untuk

memenuhi demand dengan biaya serendah mungkin, sehingga tidak ada antisipasi

atau barrier cadangan dalam jumlah yang cukup jika terjadi krisis BBM di depot-

depot penyalur.

6. Waktu Round Trip Days (RTD) lebih lama yang berakibat ongkos operasional

menjadi mahal. Rute kapal yang tidak tetap menyebabkan utilitas kapal menjadi

rendah.

7. Terjadinya penumpukan jalur distribusi di luar ketentuan-ketentuan alur material

(flow of material). Keadaan ini sering terjadi bila salah satu depot mengalami

kondisi krisis dan kritis, sehingga dilakukan pengambilan BBM dari depot atau

tempat lain yang masih memiliki persediaan berlebih untuk menutupi kekurangan

depot tersebut. Akan tetapi hal tersebut berakibat terganggunya sistem pemasaran

dan alur rantai pasok. (Contoh: Peristiwa kelangkaan premium di Bali dan Manado

pada bulan Maret 2008).

8. Ketidakpastian yang tinggi dalam pengiriman produk BBM dari kilang (1st tier) ke

depot utama/terminal transit/instalasi (2nd tier), dan dari depot utama/terminal

transit/instalasi (2nd tier) sampai depot penyalur (3rd

9. Biaya transportasi (freight cost) yang tinggi untuk pengiriman barang ke tempat

tujuan, contohnya pengiriman produk dari Indonesia Barat ke Indonesia Timur.

(Contoh: Pengiriman BBM dari Terminal Transit Tanjung Uban (Riau) ke Terminal

Transit Wayame (Ambon).

tier). Contoh: Tingkat RTD

tidak sesuai dengan KPI yang ditetapkan oleh PT PERTAMINA.

10. Terjadinya ketidaktersediaan barang (premium, kerosene, dan solar) di beberapa

depot sehinga depot mengalami kodisi kritis (safety stock <3hari) dan krisis (safety

stock <1 hari).

Page 5: BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Kerangka Konseptualdigilib.itb.ac.id/files/disk1/691/jbptitbpp-gdl-gilangsatr-34521-3... · EKSPLORASI ISU BISNIS . ... memiliki tingkat ketidakpastian

18

11. Terjadinya double handling (satu depot dilayani oleh dua sumber), hal ini

mengakibatkan antrian pada saat backloading/bongkar muat kapal di dermaga

depot tersebut.

2.3.1 Pemetaan Permasalahan

Pemetaan permasalahan dilakukan untuk memperjelas urutan masalah yang

terjadi di dalam tubuh PT PERTAMINA (Persero), dengan melakukan pendekatan ini

diharapkan akan memperjelas masalah-masalah yang sedang dihadapi perusahaan.

Permasalahan yang terjadi dalam rantai pasok di PT PERTAMINA (Persero)

dapat dibagi dalam lima bidang utama yaitu: sistem distribusi, produksi kilang, kondisi

perkapalan, management inventory dan BBM import. Kelima hal tersebut menyebabkan

terjadinya kondisi depot kritis dan depot krisis. Depot krisis adalah keadaan dimana

cadangan BBM yang tersedia di depot sudah kosong (< 1 hari) sehingga tidak dapat

memasok kebutuhan BBM di areal pemasaranya. Depot kritis adalah keadaan dimana

jumlah cadangan BBM yang tersedia di depot sudah sangat terbatas (< 3 hari) dan tidak

lama lagi dapat menahan demand.

DEPOT KRISIS& KRITIS

SISTEM DISTRIBUSI BBM IMPORT

PRODUKSI KILANG KAPAL TANKER

Tdk ada batasan wilayah dlm distribusiMenganggap indonesia 1 envelope

DOT tidak konstan dan akurat

Sistem Taksi

Cuaca

Sistem CNF yang mahal

Beli BBM diharga spot

Jadwal tidak jelas

Harga minyak naik

Administrasi yg rumit

Melibatkan BP MIGAS sebagai penentu kebijakan

Tdk Produktif / sudah tua

Minyak sisa kilang tdk bisa dijual

Tdk ada kepastian volume supply

Kilang sering Shut Down

Koefisen jarak tidak ada

Kecepatan kapal tdk sesuai spek

Budaya kerja

Volume tdk sesuai spek kapal

Kapal tdk bisa multiproduk

Sistem kompartemen

Kecepatan loading dan unloading

Komposisi TT tdk sesuai dengan demand

Kapasitas timbun kurang

Pompa untuk loading dan unloading rusak

INVENTORY MNGT

Gambar 2.2 Fish Bone Permasalahan yang Dihadapi PT PERTAMINA (Persero) Sumber: PT PERTAMINA (Persero), 2007

Page 6: BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Kerangka Konseptualdigilib.itb.ac.id/files/disk1/691/jbptitbpp-gdl-gilangsatr-34521-3... · EKSPLORASI ISU BISNIS . ... memiliki tingkat ketidakpastian

19

Pada sistem distribusi kendala utama yang dihadapi adalah tidak adanya

pembagian daerah distribusi yang jelas, sehingga terjadi lalu lintas produk dari

Indonesia Timur ke Indonesia Barat, begitu juga sebaliknya. BP Migas yang berfungsi

sebagai penentu kebijakan bersama pemerintah menjadi kendala dalam pendistribusian

BBM di Indonesia, karena kedua badan ini memberlakukan penjatahan volume BBM di

suatu daerah, padahal demand di suatu daerah tidak mungkin berjalan konstan. Sistem

distribusi taksi atau distribusi yang berdasarkan pada firing system akan

membingungkan dan membiaskan rute perjalanan kapal, selain itu sistem taksi tersebut

menyebabkan kegiatan scheduling menjadi rumit dan tidak teratur. Faktor cuaca seperti

pasang surut air laut, pola arus laut, hujan lokal, dan angin laut-darat sedikit banyak

berpengaruh dalam pendistribusian BBM, mengingat daerah Indonesia adalah daerah

tropis kepulauan, sehingga pengaruh cuaca lokal akan lebih berpengaruh, daripada

pengaruh cuaca regional dan global.

Jumlah produksi kilang yang tidak pasti mempengaruhi luas areal pemenuhan

demand yang dapat dicapai suatu titik supply. Jika terjadi kekurangan pasokan maka

dibutuhkan supply dari daerah lain, maka dari itu untuk mengatasi hal ini dibutuhkan

suatu lokasi buffer atau barrier dengan kapasitas timbun tertentu yang berfungsi untuk

menahan ketersediaan supply di masing-masing envelope. Salah satu kasus yang sering

terjadi adalah kilang shut down, sehingga kilang tidak dapat memproduksi BBM,

padahal kebutuhan BBM bersifat kontinu. Kejadian seperti ini dapat menyebabkan

bullwhip effect yang lebih besar dalam suatu sistem rantai pasok. Produk sisa hasil

pengolahan seringkali menjadi kendala, karena produk sisa ini dapat mengurangi

kapasitas timbun BBM di kilang, sehingga tanki timbun yang ada, dipakai menampung

produk sisa pengolahan.

Tanki timbun yang efektif dan efisien adalah tanki timbun yang sesuai dengan

karakteristik demand daerah pemasarannya. Selama ini belum ada penelitian yang

spesifik dan menyeluruh mengenai hubungan demand dengan volume kapasitas timbun

yang harus dimiliki suatu depot, tetapi sebelum melangkah pada tahapan ini diperlukan

kepastian rute dan sumber pasokan suatu depot dari suatu titik supply di sekitarnya,

dengan melakukan hal tersebut diharapkan perhitungan buffer stock, minimum

inventory dan jalur mitigasi akan menjadi lebih mudah dan akurat. Kondisi infrastruktur

dalam melakukan loading dan unloading produk kadang-kadang menjadi masalah

ketika proses penjadwalan berlangsung sangat padat. Kendala seperti kemacetan pipa

Page 7: BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Kerangka Konseptualdigilib.itb.ac.id/files/disk1/691/jbptitbpp-gdl-gilangsatr-34521-3... · EKSPLORASI ISU BISNIS . ... memiliki tingkat ketidakpastian

20

dapat mengakibatkan efek domino yang besar dan berdampak pada keterlambatan

distribusi produk.

Ketidakpastian produksi kilang sering menyebabkan kekurangan persediaan

BBM di suatu daerah supply. Kekurangan persediaan ini seringkali dipenuhi dengan

melakukan import dadakan dari Singapore dengan membeli produk diharga spot,

padahal pembelian produk BBM diharga spot jauh lebih mahal dibandingkan dengan

pembelian terencana yang dapat dilakukan 2-3 bulan sebelumnya. Keadaan ini

diperburuk dengan biaya sewa kapal asing yang tinggi untuk melakukan pengiriman

barang, karena proses sewa dilakukan dengan mendadak.

Berdasarkan hasil analisis permasalahan yang terdapat dalam sistem distribusi,

mekanisme BBM import, produksi kilang, kondisi kapal tanker dan sistem inventory

management, maka dapat disimpulkan bahwa masalah utama yang menyebabkan

kondisi depot krisis dan kritis adalah berawal dari pola sistem distribusi yang tidak

teratur. Proyek akhir ini bertujuan untuk meyelesaikan masalah tersebut yang

diharapkan membuat sistim distrubusi menjadi efektif dan efisien. Salah satu perbaikan

sitem distribusi ini adalah dengan memastikan sumber pasokan suatu depot penyalur

dari titik supply terdekatnya dan kepastian rute suatu kapal tanker.

2.4 Gambaran Umum dan Karakteristik Demand Envelope

Gambar 2.3 Pembagian Daerah Berdasarkan Konsep Envelope

Sumber: PT PERTAMINA (Persero), 2007

BITUN

KRUENG RAYA

LHOK SEUMAWE

UP. I - PKL. BRANDAN

LAB. DELI

UP. II - DUMAI

SIAK

MEULABOH

SIBOLGA

G. SITOLI

TT. TLK. KABUNG

BENGKULU

JAMBI

PANJANG

UP. III - PLAJU

P. NATUNA

P. BATAM

SEMARANG

SURABAYA

CAMPLONG

MENENG

TT. TLK MANGGIS

AMPENAN BIMA

BADUNG

REO

ENDE

WAINGAPU

MAUMERE

L. TUKA

KALABAHI

ATAPUPU

DILI

KUPANG

SAUMLAKI

DOBO TUAL

FAK - FAK

NABIRE

MERAUKE

JAYAPURA

BIAK

SERUI MANOKWARI

SORONG

BULA

MASOHI

NAMLEA

SANANA

PABUHA

UP. IV CILACAP

PONTIANAK

SINTANG

SAMPIT CILIK RIWUT

PKL.BUN P. PISANG

BANJARMASIN

BALIKPAPAN

SAMARINDA

TARAKAN

TOLI - TOLI

MOUTONG

DONGGALA

PARIGI

POSO

GORONTALO

KOLONDALE

PALOPO

TAHUNA

KOTA BARU

PARE - PARE

TJ.UBAN

TT. TG. GEREM/MERAK

BONTANG

PLUMPANG

LUWUK

KENDARI

KOLEKA

RAHA

BAU -BAU UJ. PANDANG

SUBUNG

TT. WAY AME

TOBELO

TERNATE

BANGGAI

T. SEMANGKA

SINGAPORE

P. SAMBU

STS KOTA BARU

STS KALBUT

ENVEPOPE 1

ENVEPOPE 2

ENVEPOPE 3

ENVEPOPE 4

ENVEPOPE 5

KAIMANA

Page 8: BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Kerangka Konseptualdigilib.itb.ac.id/files/disk1/691/jbptitbpp-gdl-gilangsatr-34521-3... · EKSPLORASI ISU BISNIS . ... memiliki tingkat ketidakpastian

21

Indonesia terbagi dalam 5 daerah envelope, pembagian ini dibuat berdasarkan

konsep klasterisasi (clusterisasi) yang telah di jelaskan pada sub bab 2.4. Envelope 1

meliputi wilayah Kalimantan Barat, Natuna dan Sumatera. Envelope 2 meliputi wilayah

Jawa Barat, Jawa Tengah, Bengkulu dan Lampung. Envelope 3 meliputi wilayah Jawa

Timur, Bali, Lombok, Sumbawa, Flores dan NTT. Envelope 4 meliputi wilayah

Kalimantan dan Sulawesi. Envelope 5 meliputi daerah Irian Jaya dan Kepulauan

Maluku.

AGREGAT RATA-RATA DEMAND PERBULAN DARI 2005-2007

7.0%

7.5%

8.0%

8.5%

9.0%

9.5%

JAN

FEBMAR

APRMAY

JUN

JUL

AUGSEP

OCTNOV

DEC

Premium Kerosene Solar

Gambar 2.4 Grafik Agregat Demand Rata-Rata Bulanan Sumber: Hasil Pengolahan

Produk premium, kerosene dan solar (PKS) merupakan produk utama yang

dipasarkan dan distribusikan oleh PT PERTAMINA (Persero), kolaborasi ketiga produk

ini mempunyai proporsi sekitar 70% dari produk yang dipasarkan. Berdasarkan

objective thruput dari tahun 2005 sampai 2007, dapat dilihat adanya peningkatan

demand pada pertengahan tahun sekitar bulan Juni dan Juli, diikuti dengan peningkatan

yang cukup besar di akhir tahun sekitar bulan Oktober dan November. Peningkatan

pada pertengahan tahun berhubungan dengan jadwal kegiatan libur panjang kegiatan

akademik, sehingga untuk mengisi liburan biasanya keluarga melakukan rekreasi keluar

kota dan belanja baik untuk liburan maupun untuk persiapan semester berikutnya, selain

alasan tersebut pada pertengahan tahun juga terjadi persiapan beberapa sektor industri

dalam menghadapai liburan akhir tahun yang bertepatan dengan hari besar keagamaan

yaitu Idul Fitri dan Natal. Kebutuhan premium dan solar yang meningkat pesat pada

Page 9: BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Kerangka Konseptualdigilib.itb.ac.id/files/disk1/691/jbptitbpp-gdl-gilangsatr-34521-3... · EKSPLORASI ISU BISNIS . ... memiliki tingkat ketidakpastian

22

bulan September sampai dengan Januari ini menunjukan volume dan intensitas kegiatan

yang sangat besar pada sesi akhir tahun yang diawali dari bulan September.

Berdasarkan prosentase kebutuhan BBM di Indonesia, envelope 2 mempunyai

demand terbesar sebanyak 39%, diikuti oleh envelope 1 sebanyak 26%, kemudian

envelope 3 sebesar 18%, envelope 4 sebesar 14% dan terakhir envelope 5 sebesar 3%.

Perbedaan prosentase konsumsi BBM antar envelope yang cukup besar ini

mencerminkan pertumbuhan perekonomian Indonesia lebih berpusat di Pulau Jawa dan

Sumatera (Indonesia Barat). Wilayah envelope 4 dan 5 atau wilayah Kalimantan,

Sulawesi dan Irian Jaya (Indonesia Timur) merupakan daerah yang perkembanganya

cenderung lambat. Ketidakseimbangan atau ketimpangan pembangunan di Indonesia ini

juga dapat terlihat di envelope 4 bagian utara, dimana letak lokasi depot-depot penyalur

yang sangat berdekatan dan disertai dengan demand yang jumlahnya tidak terlalu besar.

Depot-depot ini dibuat berdasarkan pertimbangan kurangnya sarana dan prasarana

transportasi di daerah tersebut.

DEMAND BBM PER-ENVELOPE RATA-RATA NASIONAL OKT - DES 2007

ENVELOPE 2, 1,565,161, 39%

ENVELOPE 3, 719,265, 18%

ENVELOPE 5, 117,834, 3% ENVELOPE 1,

1,041,546 , 26%

ENVELOPE 4, 575,640, 14%

Gambar 2.5 Grafik Demand BBM per-Envelope Rata-rata Nasional Oktober sampai

Desember 2007 Sumber: PT PERTAMINA (Persero), 2007

Page 10: BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Kerangka Konseptualdigilib.itb.ac.id/files/disk1/691/jbptitbpp-gdl-gilangsatr-34521-3... · EKSPLORASI ISU BISNIS . ... memiliki tingkat ketidakpastian

23

Berdasarkan klasifikasi jenis produk BBM yang paling banyak dikonsumsi,

maka produk solar dan premium merupakan produk utama yang dikonsumsi masyarakat

dengan jumlah prosentase yang cukup besar yaitu 42% (1.691,660 KL) untuk solar dan

38% (1.532,033 KL) untuk premium, sedangkan untuk kerosene hanya sebesar 20%

(795,754 KL), walaupun demikian jumlah demand yang besar dari ketiga produk ini

tidak dapat sepenuhnya dipenuhi oleh kilang-kilang di dalam negeri karena kapasitas

produksi yang terbatas, sehingga diperlukan tambahan BBM import untuk memenuhi

defisit permintaan. Kegiatan import BBM biasanya dikirim dari Singapore, mengacu

pada data realisasi kilang dan import tahun 2006 yang terdapat pada Table 1.1, maka

produk solar adalah produk yang paling banyak mendapatkan subsidi import, jumlah

subsidinya mencapai 41% dari kebutuhan solar nasional, premium menempati urutan

kedua dengan subsidi import sebesar 39%, sedangkan kerosene mendapatkan subsisdi

import sebesar 8%.

Konsumsi premium, kerosene dan solar di masing-masing envelope memiliki

karakteristik yang berbeda. Produk premium merupakan konsumsi utama di envelope 2

dan 3 (Pulau Jawa dan Bali), sedangkan solar merupakan konsumsi utama untuk

envelope 1, 4 dan 5. Besarnya volume demand premium di envelope 2 dan 3, sebanding

dengan percepatan laju pertambahan penduduk dan jumlah kendaraan bermotor yang

beroperasi di daerah tersebut. Prioritas produk solar di envelope 1, 4 dan 5 menunjukan

ramainya kegiatan industri, terutama industri pertambangan dan eksplorasi.

DEMAND PRODUK BBM RATA2 NASIONAL OKT - DES 2007

Premium, 1,532,033 ,

38%

Kerosine, 795,754 ,

20%

Solar, 1,691,660 ,

42%

Gambar 2.6 Grafik Demand BBM Produk Nasional Oktober sampai Desember 2007

Sumber: PT PERTAMINA (Persero), 2007

Page 11: BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Kerangka Konseptualdigilib.itb.ac.id/files/disk1/691/jbptitbpp-gdl-gilangsatr-34521-3... · EKSPLORASI ISU BISNIS . ... memiliki tingkat ketidakpastian

24

Kegiatan import BBM ini sebetulnya sangat menghawatirkan, jika dilihat dari

sudut pandang kemandirian suatu bangsa, karena kelangsungan ketersediaan supply

BBM Indonesia bergantungan pada bangsa lain. Mengingat cukup banyaknya

perusahaan-perusahaan minyak internasional dan multinasional yang melakukan

kegiatan eksplorasi secara besar-besaran di Indonesia. Masalah ini tidak dapat

diselesaikan semudah membalikkan telapak tangan, seperti yang disuarakan oleh para

aktivis mahasiswa dan masyarakat yang sering kita dengar sekarang ini, masalah ini

seharusnya menjadi tanggung jawab kita semua dan pihak PT PERTAMINA (Persero)

pada khususnya. Mungkin salah solusi yang terdekat adalah dengan mengurangi

penggunaan BBM untuk konsumsi pribadi.

2.5 Moda Distribusi Kapal Tanker

Indonesia adalah negara kepulauan maka dari itu sangat wajar jika moda

distribusi laut dengan kapal tanker adalah moda utama dalam pendistribusian BBM di

Indonesia. Moda distribusi dengan menggunakan kapal selain murah juga mempunyai

daya angkut yang besar, kelemahan moda distribusi ini adalah lambat dan sering terjadi

permasalahan ketika akan melakukan loading atau unloading.

Tabel 2.1 Perbandingan Moda Distribusi Laut, Pipa dan RTW

SEA PIPE RTW JML DEPOTEnvelope 1 19 2 6 27Envelope 2 5 8 4 17Envelope 3 17 0 2 19Envelope 4 26 1 0 27Envelope 5 21 0 0 21

SUM 88 11 12 111 Sumber: PT PERTAMINA (Persero), 2007

Dari 111 depot yang diteliti, pendistribusian BBM dengan menggunakan kapal

tanker mempunyai prosentase sekitar 79% (88 seafed depot), sedangkan pipa dan RTW

(Rail Tank Wagon) mempunyai prosentase yang hampir sama yaitu 10% dan 11%.

Envelope 2 merupakan wilayah yang lebih banyak menggunakan moda distribusi pipa

jika dibandingkan dengan envelope lainnya, hal ini dilakukan karena demand inland

depot-depot di wilayah ini jumlahnya besar dan memerlukan kontinuitas yang tinggi.

Penggunaan moda distribusi pipa di envelope lain biasanya dilakukan dari kilang ke

depot kilang. Depot kilang ini selain berfungsi sebagai depot penyalur di daerah

Page 12: BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Kerangka Konseptualdigilib.itb.ac.id/files/disk1/691/jbptitbpp-gdl-gilangsatr-34521-3... · EKSPLORASI ISU BISNIS . ... memiliki tingkat ketidakpastian

25

pemasarannya, juga berfungsi sebagai tanki timbun kilang sebelum produk

didistribusikan ke depot-depot penyalur lain.

Kapal tanker yang digunakan oleh PT PERTAMINA (Persero) berjumlah 100

kapal yang terdiri dari 13 kapal tipe MR (Medium Range), 11 kapal tipe GP (General

Purpose), 14 kapal tipe SMALL II, 28 kapal tipe SMALL I dan 34 LIGHTER. Tetapi

berdasarkan data yang diperoleh oleh penulis pada bulan Oktober sampai dengan

Desember 2007 tercatat 118 kapal tanker yang beroperasi di Indonesia, terdiri dari 8

kapal tipe MR (Medium Range), 22 kapal tipe GP (General Purpose), 22 kapal tipe

SMALL II, 50 kapal tipe SMALL I dan 16 LIGHTER.

Untuk memudahkan analisis dan penentuan solusi maka penulis menggunakan

data Oktober sampai Desember 2007, langkah tersebut diambil dengan alasan lebih

mendekati kondisi realisasi di lapangan. Pembagian jenis kapal dilakukan berdasarkan

jumlah volume produk yang dapat dibawa atau diangkut oleh satu kapal tanker seperti

pada Tabel 2.2. dan diasumsikan semua kapal dapat mengangkut 3 jenis produk BBM.

Tabel 2.2 Pembagian Jenis Kapal Berdasarkan Daya Angkut

JENIS KAPAL DAYA ANGKUT· Lighter < 1.250 dwt· Small tanker I < 3.500 dwt· Small tanker II < 6.500 dwt· General purpose I (GP I) < 16.500 dwt· General purpose ii (GP II) < 25.000 dwt· Medium range (MR) < 45.000 dwt· Large range I (LR I) < 80.000 dwt· Large range II (LR II) < 160.000 dwt· Very large carrying kargo (VLCC) < 250.000 dwt Keterangan: DWT: Death Weight Tonnage

Sumber: PT PERTAMINA (Persero), 2007

2.6 Kondisi Eksisting Supply dan Distribusi PT PERTAMINA (Persero)

Kondisi eksisting supply dan distribusi PT PERTAMINA (Persero) pada

dasarnya mengasumsikan bahwa seluruh wilayah Indonesia merupakan satu wilayah

distribusi atau satu wilayah envelope. Untuk mempermudah dan memperjelas analisis

kondisi eksisting maka dibuat distribusi eksisting dengan menggunakan sub daerah

pembagian envelope seperti yang dijelaskan pada pembahasan sub bab selanjutnya.

Page 13: BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Kerangka Konseptualdigilib.itb.ac.id/files/disk1/691/jbptitbpp-gdl-gilangsatr-34521-3... · EKSPLORASI ISU BISNIS . ... memiliki tingkat ketidakpastian

26

2.6.1 Supply dan Distribusi Envelope Satu (Sumatera - Kalimantan Barat)

Depot-depot yang termasuk di dalam envelope satu, merupakan depot-depot

yang sebelumnya berada di bawah pengawasan UPMS 1,2 dan 6. Daerah envelope satu

terdiri dari 28 titik observasi yang meliputi Kalimantan Barat, Kepulauan Natuna dan

Pulau Sumatera, kecuali Bengkulu dan Lampung.

Envelope satu terdiri dari 19 depot penyalur, 2 depot utama (Depot Kertapati dan

Depot Pontianak), 3 terminal transit (TT Tanjung Uban, TT Pulau Sambu, TT

Kabung/Bungus), 1 instalasi (Ins Belawan Medan), 1 jobber Tanjung Pandan (depot

yang dikelola pihak ke-3), dan 2 kilang (Kilang Dumai dan Kilang Plaju). 19 depot

penyalur yang dikelola oleh PT PERTAMINA (Persero) 6 buah depot diantaranya

merupakan inland depot yang letaknya terpisah di utara dan selatan Sumatera, depot-

depot darat tersebut yaitu: Depot Pematangsiantar, Depot Kisaran dan Depot Dumai di

utara Sumatera, sedangkan di selatan Sumatera yaitu: Depot Lubuklinggau, Depot Lahat

dan Depot Baturaja, ditambah dengan inland Depot Kertapati yang merupakan tanki

timbun Kilang Plaju.

TT, BUNGUS

Meulaboh

Kisaran

Siak

Lubuk Linggau

Natuna

LahatBaturaja

G Sitoli

Sibolga

Kruengraya

Sabang

Lhokseumawe

MEDAN

P. Siantar

DUMAI

Tembilahan

Jambi

Batam

Uban & Sambu

Pkl Balam

Tj Pandan

Sintang

Pontianak

PLAJU

Kilang

Ins Kilang

Depot Penyalur

Jobber

Depot Utama

Inland Depot

TT, BUNGUS

Meulaboh

Kisaran

Siak

Lubuk Linggau

Natuna

LahatBaturaja

G Sitoli

Sibolga

Kruengraya

Sabang

Lhokseumawe

MEDAN

P. Siantar

DUMAI

Tembilahan

Jambi

Batam

Uban & Sambu

Pkl Balam

Tj Pandan

Sintang

Pontianak

PLAJU

Kilang

Ins Kilang

Depot Penyalur

Jobber

Depot Utama

Inland Depot

Gambar 2.7 Lokasi Titik-titik Observasi Envelope Satu

Sumber: PT PERTAMINA (Persero), 2007

Page 14: BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Kerangka Konseptualdigilib.itb.ac.id/files/disk1/691/jbptitbpp-gdl-gilangsatr-34521-3... · EKSPLORASI ISU BISNIS . ... memiliki tingkat ketidakpastian

27

Enam buah supply point di dalam envelope satu yaitu: Terminal Transit

Kabung/Bungus, Terminal Transit Pulau Sambu, Terminal Transit Tanjung Uban,

Instalasi Belawan Medan, Depot Pontianak, dan inland Depot Kertapati. Enam buah

supply point tersebut berfungsi sebagai tanki timbun (second tier) yang memasok

permintaan depot-depot penyalur (third tier) di envelope satu.

Berdasarkan data material balance yang diperoleh dari bulan Oktober sampai

dengan Desember 2008, dapat dianalisis bahwa demand yang dibutuhkan envelope satu

adalah sebesar 1.041.546 KL per-bulan, jumlah ini memakan konsumsi sekitar 26% dari

demand BBM nasional. Demand 1.041.546 KL tersebut terdiri dari 329,773 Kl

premium (32%), kerosene 156,099 KL (15%) dan solar 555,674 KL (53%). Kebutuhan

solar di envelope satu mempunyai prosentase yang paling besar. Besarnya kebutuhan

solar di envelope satu menunjukan dominasi kebutuhan BBM di sektor industri yang

diperkirakan akan masih terus meningkat.

Tabel 2.3 Daftar Depot, Rata-rata Demand, Daftar Kilang, Produksi Rata-rata Kilang dan

Kapasitas Tanki Timbun Envelope Satu

P K S SUM P K S SUM1 SF DEPOT LHOK SEUMAWE Aceh UPMS 1 10,238 6,064 8,138 24,440 4,822 4,332 7,833 16,9872 SF DEPOT KRUENG RAYA Aceh UPMS 1 9,317 3,327 11,744 24,387 3,898 4,535 6,154 14,5873 SF DEPOT MEULABOH Aceh UPMS 1 4,633 1,398 8,299 14,331 987 1,313 1,123 3,4234 SF DEPOT SABANG Aceh UPMS 1 269 119 689 1,076 1,006 1,470 1,403 3,8785 INS INST. - LABUAN DELI Sumatera Utara UPMS 1 70,996 47,622 80,559 199,177 27,338 24,525 35,857 87,7196 INL DEPOT DUMAI Sumatera Utara UPMS 1 32,214 6,124 74,599 112,937 3,333 2,526 7,130 12,9897 SF DEPOT SIBOLGA Sumatera Utara UPMS 1 9,089 6,282 11,524 26,896 1,950 6,637 6,101 14,6888 INL DEPOT P.SIANTAR Sumatera Utara UPMS 1 5,205 0 3,650 8,856 922 1 1,041 1,9649 INL DEPOT KISARAN Sumatera Utara UPMS 1 3,469 0 3,252 6,721 258 1 928 1,18710 INL DEPOT PKL. BRANDAN Sumatera Utara UPMS 1 0 0 0 0 4,869 2,801 11,455 19,12511 SF DEPOT GUNUNG SITOLI Sumatera Utara UPMS 1 1,403 950 2,451 4,803 1,027 2,245 932 4,20412 TT T.T. TL KABUNG.BUNGUS Sumatera Barat UPMS 1 38,475 14,052 37,137 89,664 19,639 14,651 28,767 63,05713 SF DEPOT SEI SIAK/P.BARU. Riau UPMS 1 23,531 9,208 31,780 64,519 1,788 1,962 5,041 8,79014 SF DEPOT BATU AMPAR Riau UPMS 1 11,100 3,325 11,464 25,888 2,313 1,459 8,786 12,55815 SF DEPOT NATUNA Riau UPMS 1 393 376 1,238 2,007 2,870 2,818 5,527 11,21516 TT TANJUNG UBAN Sumatera Utara UPMS 1 6,204 3,099 66,370 75,673 10,356 17,840 74,078 102,27417 TT PULAU SAMBU Riau UPMS 1 557 714 22,393 23,664 1,862 10,773 32,780 45,41518 SF DEPOT TEMBILAHAN Riau UPMS 1 1,342 4,558 5,683 11,584 1,020 1,544 5,438 8,00219 SF DEPOT JAMBI Riau UPMS 2 18,203 6,789 28,444 53,437 3,715 2,559 7,542 13,81620 INL DEPOT KERTAPATI Sumatera Selatan UPMS 2 28,048 13,908 43,929 85,886 16,238 16,561 21,397 54,19621 SF DEPOT PONTIANAK Kalimantan Barat UPMS 6 19,857 14,416 50,679 84,952 7,588 9,681 17,729 34,99822 SF DEPOT SINTANG Kalimantan Barat UPMS 6 3,814 2,811 7,693 14,318 2,184 5,551 10,693 18,42823 SF DEPOT PKL.BALAM Bangka Belitung UPMS 2 11,333 2,515 24,333 38,181 2,029 1,771 7,978 11,77824 INL DEPOT BATURAJA Sumatera Selatan UPMS 2 5,744 3,306 4,590 13,640 721 625 1,198 2,54425 INL DEPOT LUBUK LINGGAU Sumatera Selatan UPMS 2 4,251 2,341 3,974 10,566 462 758 927 2,14726 INL DEPOT LAHAT Sumatera Selatan UPMS 2 7,482 1,914 5,452 14,847 704 813 1,202 2,71927 P3 JOBBER/TG.PANDAN Sumatera Selatan UPMS 2 2,605 882 5,610 9,097 858 469 1,962 3,289

329,773 156,099 555,674 1,041,546 124,757 140,219 311,000 575,977P K S SUM

1 KL KILANG P BRANDAN Aceh UPMS 12 KL KILANG DUMAI Sumatera Utara UPMS 1 99,799 94,849 181,234 375,8823 KL KILANG PLAJU Sumatera Selatan UPMS 2 104,993 74,818 75,260 255,071

SOURCE

ENVELOPE REGION 1Tanki Timbun P, K, SMat Balance okt - des 08PROV REG

DESTINATIONNO JL LOKASI

Sumber: Hasil Pengolahan

Page 15: BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Kerangka Konseptualdigilib.itb.ac.id/files/disk1/691/jbptitbpp-gdl-gilangsatr-34521-3... · EKSPLORASI ISU BISNIS . ... memiliki tingkat ketidakpastian

28

Kilang Dumai yang dikelola oleh Unit Pengolahan II (UP II) memproduksi

375,882 KL BBM per-bulan yang terdiri dari 99,799 KL premium, 94,849 KL kerosene,

dan 181,234 KL solar, sedangkan Kilang Plaju yang terletak di sungai Musi dan

dikelola oleh Unit Pengolahan III (UP III) memproduksi 255,071 KL BBM yang terdiri

dari 104,993 KL premium, 74,818 KL kerosene, dan 75,260 KL solar. Jumlah komulatif

kedua kilang ini hanya mencukupi 61% kebutuhan envelope satu, maka dari itu

diperlukan supply tambahan dari sumber lain yang dapat memenuhi defisit permintaan.

Untuk produk premium dan solar diperlukan tambahan import dari Singapore,

sedangkan untuk kerosene sudah dapat dipenuhi oleh supply dari kedua kilang. Kilang

Brandan yang berlokasi di Sumatera Utara dan dikelola oleh Unit Pengolahan I (UP I)

sudah tidak produktif, sehingga pada tahun 2006 kilang ini ditutup, untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Demand terbesar produk BBM (PKS) berturut-turut adalah Instalasi Belawan

Medan (199,177 KL), Depot Dumai (112,937 KL), TT. Kabung/Bungus (89,664 KL),

Depot Kertapati (85,886 KL) dan Depot Pontianak (84,952 KL). Kelima depot ini

mengkonsumsi sekitar 55% produk BBM di envelope satu.

Distribusi yang menggunakan moda RTW (Rail Tank Wagon) di Sumatera

bagian utara adalah Depot Pematang Siantar dan Depot Kisaran yang dipasok dari

Instalasi Belawan Medan, sedangkan Depot Lubuklinggau, Depot Lahat dan Depot

Baturaja dipasok dari Depot Kertapati di Sumatera bagian selatan. Produk premium,

kerosene dan solar di Depot Kertapati dikirim dengan pipa dari Kilang Plaju, begitu

juga dengan Depot Dumai yang mendapat pasokan dari Kilang Dumai.

Depot Tanjung Uban merupakan tanki timbun utama dengan kapasitas timbun

terbesar di Indonesia, tanki timbun ini berfungsi untuk menimbun produk BBM import

dari Singapore. Penimbunan ini dilakukan dengan dua alasan, pertama disebabkan oleh

ketidakpastian penjadwalan dari pelabuhan Singapore, karena antrian panjang ketika

melakukan loading BBM, alasan kedua disebabkan oleh ongkos sewa kapal asing yang

mahal. Sewa kapal asing ini dikenal dengan sistem CNF (Chartered and Freight). PT

PERTAMINA (Persero) pada watu dekat akan mengubah sistem distribusi BBM

import, yang semula menggunakan CNF menjadi FOB (Free on Board), atau dengan

kata lain menggunakan kapal milik PT PERTAMINA (Persero) sendiri, tetapi

perubahan ini masih terbentur oleh ketidak pastian penjadwalan di atas, sehingga

dikhawatirkan akan mengganggu sistem distribusi BBM di dalam negeri.

Page 16: BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Kerangka Konseptualdigilib.itb.ac.id/files/disk1/691/jbptitbpp-gdl-gilangsatr-34521-3... · EKSPLORASI ISU BISNIS . ... memiliki tingkat ketidakpastian

29

Berdasarkan data Oktober sampai Desmber 2008, tercatat 49 buah kapal tanker

yang beroperasi diwilayah envelope satu, terdiri dari 3 buah kapal tipe MR, 6 buah

kapal tipe GP, 8 buah kapal tipe SMALL II, 24 buah kapal tipe SMALL 1, dan 8 buah

kapal tipe LIGHTER, daftar kapal dapat dilihat pada Table 2.4.

Tabel 2.4 Daftar Kapal, Volume dan Jenis Kapal Envelope Satu

NO SHIP NAME VOLUME JENIS NO SHIP NAME VOLUME JENIS1 GANDARI 33000 MR 26 OB. JAMBORATA 2300 SMALL12 GANDINI 32000 MR 27 OB. TAISIR 2300 SMALL13 Sukses XI 32000 MR 28 Galuh Pusaka 2000 SMALL14 Fastron 18000 GP2 29 OB. SMS 1805 2000 SMALL15 Docomo 15000 GP1 30 PANCORAL 2000 SMALL16 Katomas 7900 GP1 31 WAREMBUNGAN 2000 SMALL17 Klasogun 7500 GP1 32 PRIMA TANKER 1800 SMALL18 Kerasak 7300 GP1 33 PUTERI DEWI 1800 SMALL19 BUMI INDONESIA 7000 GP1 34 PUTERI DUA 1800 SMALL110 LAJU PRAKARSA II 5300 SMALL2 35 SABRINA 1700 SMALL111 Calaguas 5200 SMALL2 36 TOWO ARYO 1600 SMALL112 KETALING 5000 SMALL2 37 TRIAKSA 15 1600 SMALL113 NAWA SAMUDRA 4000 SMALL2 38 BENUA RAYA V 1500 SMALL114 CAMAR MAS 3900 SMALL2 39 Krasak 1500 SMALL115 LAJU PRAKARSA IV 3900 SMALL2 40 KP BALI II 1500 SMALL116 KERTA DUA 3900 SMALL2 41 ANUGRAH PERDANA 17 1300 SMALL117 Melahin/P.36 3600 SMALL2 42 ANUGRAH PERDANA II 1100 LIGHT18 OB. HC 230 NO. 1 3300 SMALL1 43 Lautan I 1100 LIGHT19 OB.Putra Musi 3300 SMALL1 44 BONGAYA 02 1000 LIGHT20 DASA SAMUDRA 3000 SMALL1 45 OB. HANDARA VIII 800 LIGHT21 OB SENTANA 2800 SMALL1 46 TB.57 500 LIGHT22 OB. SENTANA MULIA 2800 SMALL1 47 TB.96 500 LIGHT23 CAMAR SAKTI 2600 SMALL1 48 TB.98 500 LIGHT24 OB. OSCO PETRO VIII 2500 SMALL1 49 TB.99 500 LIGHT25 TIRTA KARSA 2400 SMALL1

Sumber: PT PERTAMINA (Persero), 2007

Pasokan produk solar untuk daerah Instalasi Belawan, Pulau Sambu dan TT

Kabung/Bungus diperoleh dari Kilang Balongan di Jawa Barat, sedangkan supply

produk kerosene di TT Kabung/Bungus diperoleh dari Kilang Cilacap di Jawa Tengah.

Pasokan premium di TT Kabung/Bungus diperoleh langsung dari Singapore. Instalasi

Belawan Medan selain mendapat pasokan premium, keosine dan solar dari Kilang

Dumai, masih ditambah dengan pasokan premium dari TT Tanjung Uban dan solar dari

Kilang Balongan di Jawa Barat. Produk kerosene dari Kilang Dumai ditransfer ke Pulau

Sambu dan TT Tanjung Uban untuk memenuhi kebutuhan lokal di daerah tersebut.

Kebutuhan premium di TT Pulau Sambu dipasok dari TT Tanjung Uban.

Page 17: BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Kerangka Konseptualdigilib.itb.ac.id/files/disk1/691/jbptitbpp-gdl-gilangsatr-34521-3... · EKSPLORASI ISU BISNIS . ... memiliki tingkat ketidakpastian

30

SNG

CILACAPBALONGAN

TT, BUNGUS

Meulaboh

Kisaran

Siak

Lubuk Linggau

Natuna

LahatBaturaja

G Sitoli

Sibolga

Kruengraya

Sabang

Lhokseumawe

MEDAN

P. Siantar

DUMAI

Tembilahan

Jambi

Batam

Uban & Sambu

Pkl Balam

Tj Pandan

Sintang

Pontianak

PLAJU

PremiumSolarKerosinePKS

SNG

CILACAPBALONGAN

TT, BUNGUS

Meulaboh

Kisaran

Siak

Lubuk Linggau

Natuna

LahatBaturaja

G Sitoli

Sibolga

Kruengraya

Sabang

Lhokseumawe

MEDAN

P. Siantar

DUMAI

Tembilahan

Jambi

Batam

Uban & Sambu

Pkl Balam

Tj Pandan

Sintang

Pontianak

PLAJU

PremiumSolarKerosinePKS

Gambar 2.8 Distribusi Supply PKS Eksisting Depot Utama Envelope Satu

Sumber: PT PERTAMINA (Persero), 2007

TT, BUNGUS

Meulaboh

Kisaran

Siak

Lubuk Linggau

Natuna

LahatBaturaja

G Sitoli

Sibolga

Kruengraya

Sabang

Lhokseumawe

MEDAN

P. Siantar

DUMAI

Tembilahan

Jambi

Batam

Uban & Sambu

Pkl Balam

Tj Pandan

Sintang

Pontianak

PLAJU

PremiumSolarKerosinePKS

TT, BUNGUS

Meulaboh

Kisaran

Siak

Lubuk Linggau

Natuna

LahatBaturaja

G Sitoli

Sibolga

Kruengraya

Sabang

Lhokseumawe

MEDAN

P. Siantar

DUMAI

Tembilahan

Jambi

Batam

Uban & Sambu

Pkl Balam

Tj Pandan

Sintang

Pontianak

PLAJU

PremiumSolarKerosinePKS

Gambar 2.9 Distribusi Supply Premium Eksisting Envelope Satu

Sumber: PT PERTAMINA (Persero), 2007

Page 18: BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Kerangka Konseptualdigilib.itb.ac.id/files/disk1/691/jbptitbpp-gdl-gilangsatr-34521-3... · EKSPLORASI ISU BISNIS . ... memiliki tingkat ketidakpastian

31

TT, BUNGUS

Meulaboh

Kisaran

Siak

Lubuk Linggau

Natuna

LahatBaturaja

G Sitoli

Sibolga

Kruengraya

Sabang

Lhokseumawe

MEDAN

P. Siantar

DUMAI

Tembilahan

Jambi

Batam

Uban & Sambu

Pkl Balam

Tj Pandan

Sintang

Pontianak

PLAJU

PremiumSolarKerosinePKS

TT, BUNGUS

Meulaboh

Kisaran

Siak

Lubuk Linggau

Natuna

LahatBaturaja

G Sitoli

Sibolga

Kruengraya

Sabang

Lhokseumawe

MEDAN

P. Siantar

DUMAI

Tembilahan

Jambi

Batam

Uban & Sambu

Pkl Balam

Tj Pandan

Sintang

Pontianak

PLAJU

PremiumSolarKerosinePKS

Gambar 2.10 Distribusi Supply Kerosene Eksisting Envelope Satu

Sumber: PT PERTAMINA (Persero), 2007

TT, BUNGUS

Meulaboh

Kisaran

Siak

Lubuk Linggau

Natuna

LahatBaturaja

G Sitoli

Sibolga

Kruengraya

Sabang

Lhokseumawe

MEDAN

P. Siantar

DUMAI

Tembilahan

Jambi

Batam

Uban & Sambu

Pkl Balam

Tj Pandan

Sintang

Pontianak

PLAJU

PremiumSolarKerosinePKS

TT, BUNGUS

Meulaboh

Kisaran

Siak

Lubuk Linggau

Natuna

LahatBaturaja

G Sitoli

Sibolga

Kruengraya

Sabang

Lhokseumawe

MEDAN

P. Siantar

DUMAI

Tembilahan

Jambi

Batam

Uban & Sambu

Pkl Balam

Tj Pandan

Sintang

Pontianak

PLAJU

PremiumSolarKerosinePKS

Gambar 2.11 Distribusi Supply Solar Eksisting Envelope Satu

Sumber: PT PERTAMINA (Persero), 2007

Page 19: BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Kerangka Konseptualdigilib.itb.ac.id/files/disk1/691/jbptitbpp-gdl-gilangsatr-34521-3... · EKSPLORASI ISU BISNIS . ... memiliki tingkat ketidakpastian

32

Depot Meulaboh mendapat pasokan premium, kerosene dan solar dari TT

Kabung/Bungus ditambah pasokan produk premium dan solar dari Kilang Dumai. Tiga

depot penyalur yang terdapat di daerah Aceh yaitu Depot Sabang, Depot Kruengraya

dan Depot Lhokseumawe sebagian besar mendapat pasokan premium, kerosene dan

solar dari Kilang Dumai, tetapi karena masih mengalami defisit maka demand premium,

kerosene dan solar masih ditambah dari TT Tanjung Uban. Depot Siak mendapat supply

premium, kerosene dan solar dari Kilang Dumai ditambah dengan supply premium dari

TT Tanjung Uban. Depot Tembilahan mendapat 100% pasokan premium, kerosene dan

solar dari Tanjung Uban. Depot Batam yang letaknya berdekatan dengan TT Tanjung

Uban mendapat supply premium, kerosene dan solar dari TT Tanjung Uban ditambah

dengan pasokan supply solar dari Kilang Dumai. Jambi mendapat supply premium,

kerosene dan solar dari Kilang Plaju ditambah dengan pasokan solar dari TT Pulau

Sambu.

TT, BUNGUS

Meulaboh

Kisaran

Siak

Lubuk Linggau

Natuna

LahatBaturaja

G Sitoli

Sibolga

Kruengraya

Sabang

Lhokseumawe

MEDAN

P. Siantar

DUMAI

Tembilahan

Jambi

Batam

Uban & Sambu

Pkl Balam

Tj Pandan

Sintang

Pontianak

PLAJU

PremiumSolarKerosinePKS

TT, BUNGUS

Meulaboh

Kisaran

Siak

Lubuk Linggau

Natuna

LahatBaturaja

G Sitoli

Sibolga

Kruengraya

Sabang

Lhokseumawe

MEDAN

P. Siantar

DUMAI

Tembilahan

Jambi

Batam

Uban & Sambu

Pkl Balam

Tj Pandan

Sintang

Pontianak

PLAJU

PremiumSolarKerosinePKS

Gambar 2.12 Distribusi Supply PKS Eksisting Envelope Satu

Sumber: PT PERTAMINA (Persero), 2007

Pangkalan Balam yang berlokasi di Kepulauan Bangka-Belitung mendapat

pasokan premium, kerosene dan solar dari Kilang Plaju ditambah dengan pasokan

premium dan solar dari TT Tanjung Gerem di Merak Banten dan pasokan premium dan

Page 20: BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Kerangka Konseptualdigilib.itb.ac.id/files/disk1/691/jbptitbpp-gdl-gilangsatr-34521-3... · EKSPLORASI ISU BISNIS . ... memiliki tingkat ketidakpastian

33

solar dari TT Pulau Sambu, Jobber Tanjung Pandan 100% di pasok dari Kilang Plaju.

Selama bulan oktober 2007 tidak terdapat pemberangkatan produk kerosene ke Depot

Natuna, depot ini hanya mendapat pasokan premium dan solar dari TT Tanjung Uban.

Depot Pontianak yang memiliki demand 84,952 KL dan menempati peringkat

kelima terbesar di envelope satu, merupakan supply point untuk Depot Sintang yang

berlokasi di dalam Pulau Kalimantan. Moda kapal yang dapat digunakan untuk rute

Depot Pontianak-Depot Sintang hanya tipe LIGHTER saja, karena medan yang dilalui

berupa sungai, sehingga tidak bisa menggunakan tipe kapal yang lebih besar. Depot

Pontianak mendapat pasokan premium dan solar dari TT Tanjung Uban, pasokan

premium dan kerosene dari Kilang Plaju dan pasokan solar dari TT Tanjung Gerem.

2.6.2 Supply dan Distribusi Envelope Dua (Jawa Barat - Jawa Tengah)

Envelope dua terdiri dari 20 titik observasi yang meliputi wilayah Bengkulu,

Lampung, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Dua puluh titik observasi ini terbagi dari 13

depot penyalur, 1 buah instalasi (Ins Semarang), 2 buah terminal transit (TT Tanjung

Gerem dan TT Lomanis), 1 buah tanki timbun (TT Balongan), 1 buah tangki timbun

utama (TTU Balongan) dan 2 kilang (Kilang Cilacap dan Kilang Balongan). Kilang

Balongan berlokasi di daerah Kuningan, Jawa Barat bagian utara, sedangkan Kilang

Cilacap berlokasi di daerah selatan Jawa Tengah.

Empat supply point yang dikelola oleh PT PERTAMINA (Persero) merupakan

tanki timbun yang berfungsi memasok demand daerah envelope dua dan envelope

lainnya, 4 tanki timbun tersebut adalah TT Tanjung Gerem, Tanki Timbun Balongan,

TTU (Tanki Timbun Utama) Balongan dan TT Lomanis. 13 depot penyalur yang berada

dalam zona envelope dua, 10 depot diantaranya merupakan inland depot yang

menggunakan dua jenis moda distribusi yang berbeda. Empat inland depot yaitu Depot

Cepu, Depot Solo, Depot Madiun dan Depot Tegal menggunakan moda RTW (Rail

Tank Wagon) yang dipasok dari TT Lomanis dan 6 inland depot sisanya yaitu Depot

Padalarang, Depot Ujungberung, Depot Tasikmalaya, Depot Cilacap, Depot Maos dan

Depot Rewulu menggunakan moda pipa yang ditransfer dari Kilang Cilacap. Tiga sea

depot yang terdapat dalam envelope satu adalah Depot Plumpang, Depot Panjang dan

Depot Bengkulu/P.Baai.

Tanki Timbun Balongan berfungsi untuk menimbun produk BBM yang

dihasilkan oleh Kilang Balongan sebelum didistribusikan ke daerah lain, sedangkan

TTU (Tanki Timbun Utama) Balongan berfungsi untuk menimbun BBM Import dari

Page 21: BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Kerangka Konseptualdigilib.itb.ac.id/files/disk1/691/jbptitbpp-gdl-gilangsatr-34521-3... · EKSPLORASI ISU BISNIS . ... memiliki tingkat ketidakpastian

34

Singapore, jika tangki timbun pada di depot-depot sekitar TTU Balongan sedang berada

dalam kondisi full capacity. TTU Balongan pada dasarnya merupakan cadangan untuk

mengantisipasi kebutuhan BBM yang besar pada daerah Jawa dan sekitarnya.

TJ.GEREM

RewuluMaos

Ujung Berung

Padalarang

Solo

Tegal

TJ PRIOKTT/TTU Balongan

Semarang Cepu

Madiun

Bengkulu

Panjang

Tasikmalaya

Kilang

Ins Kilang

Depot Penyalur

Depot Utama

Inland Depot

TJ.GEREM

RewuluMaos

Ujung Berung

Padalarang

Solo

Tegal

TJ PRIOKTT/TTU Balongan

Semarang Cepu

Madiun

Bengkulu

Panjang

Tasikmalaya

Kilang

Ins Kilang

Depot Penyalur

Depot Utama

Inland Depot

Gambar 2.13 Lokasi Titik-titik Observasi Envelope Dua

Sumber: PT PERTAMINA (Persero), 2007

Depot Plumpang merupakan depot penyalur untuk daerah JABOTABEK, maka

tidaklah mengherankan jika depot ini mempunyai demand yang sangat besar. Demand

Depot Plumpang adalah yang terbesar di Indonesia, depot ini selain dipasok dari Kilang

Balongan dengan menggunakan pipa, juga ditambah dengan pasokan dengan moda

kapal tanker dari Kilang Cilacap dan Singapore. Depot-depot yang termasuk di dalam

envelope dua, merupakan depot-depot yang sebelumnya berada di bawah pengawasan

UPMS 2, 3, 4 dan 5, jumlah penggabungan UPMS ini adalah yang terbanyak

dibandingkan dengan envelope lainnya.

Moda distribusi laut dan darat mempunyai proporsi yang hampir seimbang di

wilayah envelope dua, hal ini dapat terjadi karena jumlah kendaraan bermotor yang

beroperasi di wilayah ini sangat besar. Besarnya jumlah kendaraan bermotor di wilayah

envelope dua, diikuti juga dengan jumlah SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar

Page 22: BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Kerangka Konseptualdigilib.itb.ac.id/files/disk1/691/jbptitbpp-gdl-gilangsatr-34521-3... · EKSPLORASI ISU BISNIS . ... memiliki tingkat ketidakpastian

35

Umum) yang banyak dan padat. Inland depot mempunyai karakteristik demand

premium yang lebih besar dibandingkan produk solar dan kerosene. Kebutuhan BBM

total envelope dua berkisar 1,5 juta KL perbulannya.

Berdasarkan data material balance yang diperoleh dari bulan Oktober sampai

dengan Desember 2008, dapat dilihat demand yang dibutuhkan envelope dua adalah

sebesar 1.565.161 KL per-bulan, jumlah ini mempunyai proporsi sekitar 39% dari

aggregat demand nasional, jumlah ini besarnya 2 kali lebih besar dari demand yang

dibutuhkan oleh envelope tiga. Demand BBM envelope dua merupakan demand terbesar

di Indonesia, terutama produk premium. Demand sebesar 1.565.161 KL tersebut terdiri

dari 721.804 KL premium (46%), kerosene 364,415 KL (23%) dan solar 478,943 KL

(31%).

Tabel 2.5 Daftar Depot, Rata-rata Demand, Daftar Kilang, Produksi Rata-rata Kilang dan

Kapasitas Tanki Timbun Envelope Dua

P K S SUM P K S SUM1 SF DEPOT PANJANG Lampung UPMS 2 41,127 19,786 49,667 110,580 10,896 9,716 27,886 48,4982 SF DEPOT P.BAAI/BENGKULU Bengkulu UPMS 2 10,220 3,346 9,017 22,583 3,315 3,866 8,716 15,8963 TT T.T. TG.GEREM Banten UPMS 3 24,455 13,114 35,281 72,849 12,841 10,214 27,750 50,8054 TT TT. BALONGAN Jawa Barat UPMS 3 0 0 6,255 6,255 69,800 32,280 54,228 156,3085 SF DEPOT PLUMPANG DKI Jakarta UPMS 3 307,167 117,121 201,695 625,983 65,575 50,540 83,203 199,3186 INL DEPOT PADALARANG Jawa Barat UPMS 3 40,717 30,457 15,270 86,444 15,211 12,948 20,683 48,8427 INL DEPOT UJUNGBERUNG Jawa Barat UPMS 3 43,747 34,212 20,342 98,301 28,820 31,376 26,409 86,6048 INL DEPOT TASIKMALAYA Jawa Barat UPMS 3 18,611 17,154 10,051 45,816 13,523 21,475 7,829 42,8279 TT T.T.LOMANIS Jawa Tengah UPMS 4 322 310 0 632 36,842 62,010 60,401 159,25410 INS INST.SEMARANG Jawa Tengah UPMS 4 57,008 34,492 38,185 129,685 17,112 17,967 17,012 52,09211 INL DEPOT REWULU Jogjakarta UPMS 4 78,806 36,805 39,199 154,811 21,422 26,601 27,911 75,93412 INL DEPOT CILACAP Jawa Tengah UPMS 4 0 0 555 555 1 1 636 63813 INL DEPOT MAOS Jawa Tengah UPMS 4 29,345 20,229 17,805 67,379 5,866 11,602 13,917 31,38514 INL DEPOT TEGAL Jawa Tengah UPMS 4 20,751 15,085 18,338 54,174 1,203 825 1,080 3,10815 INL DEPOT SOLO Jawa Tengah UPMS 4 17,723 0 0 17,723 3,515 0 0 3,51516 INL DEPOT CEPU Jawa Tengah UPMS 4 12,890 8,539 8,674 30,103 178 2,083 1,805 4,06617 INL DEPOT MADIUN Jawa Timur UPMS 5 18,917 13,765 8,608 41,290 3,107 2,178 2,214 7,499

721,804 364,415 478,943 1,565,161 309,227 295,681 381,680 986,589P K S SUM

1 KILANG P BALONGAN Jawa Barat 253,923 61,745 149,142 464,8102 KILANG P CILACAP Jawa Tengah 404,814 295,825 319,961 1,020,600

SOURCE

ENVELOPE REGION 2Tanki Timbun P, K, SMat Balance okt - des 08PROV REG

DESTINATIONNO JL LOKASI

Sumber: PT PERTAMINA (Persero), 2007

Kilang Cilacap yang dikelola oleh Unit Pengolahan IV (UP IV) mempunyai

peran yang sangat besar dalam memenuhi kebutuhan demand di envelope dua, jumlah

produksi di Kilang Cilacap sebesar 1.020.600 KL, yang terdiri dari 404, 814 KL

premium, 295,825 KL kerosene dan 319,961 KL solar. Jumlah produksi Kilang Cilacap

ini tidak sebanding dengan produksi Kilang Balongan yang hanya dapat memproduksi

BBM total sekitar 464,810 KL per-bulan. Walaupun demikian jumlah produksi kedua

kilang ini tetap tidak dapat memenuhi demand yang dibutuhkan oleh envelope dua yang

Page 23: BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Kerangka Konseptualdigilib.itb.ac.id/files/disk1/691/jbptitbpp-gdl-gilangsatr-34521-3... · EKSPLORASI ISU BISNIS . ... memiliki tingkat ketidakpastian

36

berjumlah sekitar 1,5 juta KL perbulan, maka berdasarkan perhitungan masih

dibutuhkan tambahan BBM sekitar 80.000 KL untuk dapat memenuhi demand daerah

ini, Kilang Balongan Dikelola oleh Unit Pengolahan VI (UP VI).

Demand terbesar produk BBM (PKS) berturut-turut adalah Depot Plumpang

(625,983 KL), Depot Rewulu (154,811 KL), Ins Semarang (129,685 KL), Depot

Panjang (110,580 KL) dan Depot Ujungberung (98,301 KL). Kelima depot ini

mengkonsumsi sekitar 72% produk BBM di envelope dua. Depot Plumpang adalah

depot yang paling bermasalah selama ini, selain selalu kekurangan pasokan BBM, depot

ini juga seringkali mengakibatkan pengiriman BBM ke daerah lain terhambat, karena

dipakai untuk memenuhi demand yang besar di depot ini.

Demand Premium, Kerosine dan Solar Rata2 Envelope Dua per-tahun 2005-2007

0

200,000

400,000

600,000

800,000

1,000,000

1,200,000

av 2005 av 2006 av 2007

PREMIUMKEROSINESOLAR

Gambar 2.14 Grafik Demand Produk BBM Rata-rata Envelope Dua

Sumber: PT PERTAMINA (Persero), 2007

Berdasarkan data objective thruput dari tahun 2003 sampai 2007 terlihat bahwa

terjadi peningkatan BBM yang cukup tajam pada tahun 2006 ke tahun 2007, dimana

produk premium merupakan produk yang paling cepat pertumbuhannya, untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.14.

Envelope dua mempunyai kebutuhan produk kerosene yang cukup besar,

proporsi kebutuhan kerosene pada wilayah ini mencapai 24% dari jumlah total BBM

yang dibutuhkan oleh daerah ini. Prosentase demand kerosene sebesar 24% tersebut

dianggap cukup besar karena berada di atas prosentase envelope lain yang tidak lebih

dari 20%, kecuali envelope tiga yang prosentasenya sama 24%. Hal ini menunjukan

kebutuhan kerosene sebagai bahan bakar dapur rumah tangga mempunyai peranan yang

Page 24: BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Kerangka Konseptualdigilib.itb.ac.id/files/disk1/691/jbptitbpp-gdl-gilangsatr-34521-3... · EKSPLORASI ISU BISNIS . ... memiliki tingkat ketidakpastian

37

sangat vital. Melihat prosentase kebutuhannya yang cukup besar, maka tidak

mengherankan jika konversi energi dari kerosene menjadi bahan bakar gas LPG (Liquid

Petroleum Gas) di daerah ini menimbulkan banyak masalah dan protes dari masyarakat,

apalagi ketika konversi ini dilakukan tidak terlihat adanya persiapan yang baik dalam

pendistribusian gas, terutama gas 15 kg yang sempat hilang di pasaran.

Data yang tercatat pada bulan Oktober 2008 terdapat 10 kapal tanker yang

beroperasi diwilayah ini, terdiri dari 1 kapal tipe MR, 6 kapal tipe GP, 2 kapal tipe

SMALL 1, dan 1 kapal tipe LIGHTER. Kapal-kapal yang terdapat pada envelope dua

sebagian besar memakai pola point-to-point dalam mendistribusikan BBM, karena

volume produk yang dibawa dan kapasitas tampung depot relatif besar. Daftar kapal

dapat dilihat pada Table 2.6.

Tabel 2.6 Daftar Kapal, Volume dan Jenis Kapal Envelope Dua

NO SHIP NAME VOLUME JENIS1 Brour Arthur 29000 MR2 SINAR EMAS 21969 GP23 GRIYA ASMAT 20400 GP24 PROVIDENCE 20400 GP25 KIRANA PRATAMA 15000 GP16 PRABUMENANG KADEPE 14600 GP17 MT PALU SIPAT 13200 GP18 SANDIKA 1300 SMALL19 Pandan 1300 SMALL110 DUTA SELATAN 1200 LIGHT

Sumber: PT PERTAMINA (Persero), 2007

BBM Import dipasok ke TT Tanjung Gerem, Depot Plumpang, Tangki Timbun

Utama Balongan dan Ins Semarang. Sebagian besar produk yang dipasok adalah produk

premium. Depot Bengkulu selain mendapat pasokan premium dan solar dari TT

Tanjung Gerem juga mendapat pasokan kerosene dan solar dari TT Kabung, Kilang

Plaju yang terletak di Sungai Musi ikut memasok kebutuhan kerosene Depot Bengkulu.

TT Tanjung Gerem memasok kebutuhan premium dan solar ke Depot Pangkalan

Balam.

Page 25: BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Kerangka Konseptualdigilib.itb.ac.id/files/disk1/691/jbptitbpp-gdl-gilangsatr-34521-3... · EKSPLORASI ISU BISNIS . ... memiliki tingkat ketidakpastian

38

SNG

TJ.GEREM

RewuluMaos

Ujung Berung

Padalarang

Solo

Tegal

TJ PRIOKTT/TTU Balongan

Semarang Cepu

Madiun

Bengkulu

Panjang

Tasikmalaya

PremiumSolarKerosinePKS

SNG

TJ.GEREM

RewuluMaos

Ujung Berung

Padalarang

Solo

Tegal

TJ PRIOKTT/TTU Balongan

Semarang Cepu

Madiun

Bengkulu

Panjang

Tasikmalaya

PremiumSolarKerosinePKS

Gambar 2.15 Distribusi Supply PKS Eksisting Depot Utama Envelope Dua

Sumber: PT PERTAMINA (Persero), 2007

TJ.GEREM

RewuluMaos

Ujung Berung

Padalarang

Solo

Tegal

TJ PRIOK

Semarang Cepu

Madiun

Panjang

Tasikmalaya

Bengkulu

PremiumSolarKerosinePKS

TT KABUNG

PKL BALAM MEDAN , POTIANAK

TJ MANGGIS

TJ.GEREM

RewuluMaos

Ujung Berung

Padalarang

Solo

Tegal

TJ PRIOK

Semarang Cepu

Madiun

Panjang

Tasikmalaya

Bengkulu

PremiumSolarKerosinePKS

TT KABUNG

PKL BALAM MEDAN , POTIANAK

TJ MANGGIS

Gambar 2.16 Distribusi Supply PKS Eksisting Envelope Dua

Sumber: PT PERTAMINA (Persero), 2007

Page 26: BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Kerangka Konseptualdigilib.itb.ac.id/files/disk1/691/jbptitbpp-gdl-gilangsatr-34521-3... · EKSPLORASI ISU BISNIS . ... memiliki tingkat ketidakpastian

39

Kilang Balongan selain memenuhi kebutuhan envelope satu juga memasok

Instalasi Belawan Medan, Depot Kabung/Bungus dan Depot Pontianak yang ketiganya

termasuk dalam areal envelope satu. Kilang Cilacap mempunyai peranan yang sangat

vital pada daerah ini karena kilang ini memberikan supply hampir seluruh depot yang

ada di envelope dua, terutama inland depot yang berada di Jawa Barat dan Jawa Tengah.

Selain memenuhi kebutuhan di dalam envelope dua, Kilang Cilacap mendistribusikan

solar dan premium ke TT Manggis yang terletak di Pulau Dewata Bali.

2.6.3 Supply dan Distribusi Envelope Tiga (Jawa Timur - Bali - Lombok -

Sumbawa - NTT)

Envelope tiga terdiri dari 20 titik observasi yang meliputi wilayah Jawa Timur,

Madura, Bali, Lombok, Sumbawa, Flores dan NTT. Kedua puluh titik observasi

tersebut terbagi dalam 13 buah seafed depot penyalur, 2 buah inland depot penyalur

(Depot Kediri dan Depot Malang), 2 buah depot utama (Depot Tanjungwangi dan Depot

Kupang), 1 buah terminal transit (TT Manggis), 1 buah instalasi (Ins Surabaya), dan 1

buah ship to ship (STS Kalbut).

Manggis

Ampenan

Badas Bima

Reo

Maumere

Larantuka Kalabahi

Atapupu

Dilli

Camplong

Tj.Wangi

STS KALBUTSBY

Waingapu

Ende

Kediri Malang

Kupang

Kilang

Depot Penyalur

Depot Utama

Inland Depot

Benoa

Manggis

Ampenan

Badas Bima

Reo

Maumere

Larantuka Kalabahi

Atapupu

Dilli

Camplong

Tj.Wangi

STS KALBUTSBY

Waingapu

Ende

Kediri Malang

Kupang

Kilang

Depot Penyalur

Depot Utama

Inland Depot

Benoa

Gambar 2.17 Lokasi Titik-titik Observasi Envelope Tiga

Sumber: PT PERTAMINA (Persero), 2007

Page 27: BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Kerangka Konseptualdigilib.itb.ac.id/files/disk1/691/jbptitbpp-gdl-gilangsatr-34521-3... · EKSPLORASI ISU BISNIS . ... memiliki tingkat ketidakpastian

40

Lima supply point yang dikelola oleh PT PERTAMINA (Persero) yaitu Depot

Tanjungwangi, Depot Kupang, TT Manggis, Instalasi Surabaya, dan STS Kalbut,

merupakan tanki timbun yang berfungsi sebagai sumber pasokan zona envelope tiga.

Kelima tanki timbun ini sebagian besar berada di sekitar Jawa Timur dan Bali.

Depot-depot yang termasuk dalam zona envelope tiga, merupakan depot-depot

yang sebelumnya berada di bawah pengawasan UPMS 5. Mayoritas moda yang

digunakan dalam pendistribusian BBM dalam envelope ini adalah moda kapal tanker,

hal ini menunjukkan bahwa distribusi laut mempunyai peranan yang sangat penting.

STS Kalbut yang terletak di sekitar Pulau Madura adalah kapal tanker tipe VLCC (Very

Large Crude Carrier) yang dapat menampung volume 250.000 DWT. Kapal ini selain

menjadi sumber supply untuk envelope tiga juga digunakan untuk mentransfer BBM ke

envelope lain seperti envelope empat dan envelope lima.

Tabel 2.7 Daftar Depot, Rata-rata Demand, Daftar Kilang, Produksi Rata-rata Kilang dan

Kapasitas Tanki Timbun Envelope Tiga

P K S SUM P K S SUM1 TT T.T. MANGGIS Bali UPMS 5 43,871 11,200 49,590 104,662 35,513 26,485 48,363 110,3612 INS TG.PERAK Jawa Timur UPMS 5 116,256 94,979 108,227 319,462 40,297 34,749 30,123 105,1693 SF DEPOT TANJUNG WANGI Jawa Timur UPMS 5 23,622 17,765 39,806 81,192 12,107 16,549 15,896 44,5524 SF DEPOT CAMPLONG Jawa Timur UPMS 5 11,768 7,326 6,051 25,145 7,412 10,986 8,130 26,5275 SF DEPOT BENOA/SANGGARAN Bali UPMS 5 1,142 0 8,285 9,427 13,013 6,771 9,645 29,4296 SF DEPOT AMPENAN NTB UPMS 5 13,803 9,610 14,928 38,341 6,932 5,892 8,830 21,6537 SF DEPOT BADAS NTB UPMS 5 2,619 1,535 4,549 8,703 938 1,258 1,840 4,0368 SF DEPOT BIMA NTB UPMS 5 2,735 1,525 4,522 8,782 558 683 1,520 2,7619 SF DEPOT REO NTT UPMS 5 1,063 1,285 1,875 4,223 503 637 774 1,91410 SF DEPOT MAUMERE NTT UPMS 5 1,092 715 1,374 3,181 1,118 1,095 2,192 4,40511 SF DEPOT WAINGAPU NTT UPMS 5 1,310 665 1,542 3,517 1,048 1,092 2,185 4,32512 SF DEPOT ENDE NTT UPMS 5 1,362 865 2,084 4,311 1,064 1,077 2,158 4,29913 SF DEPOT TENAU KUPANG NTT UPMS 5 5,261 2,316 7,839 15,416 5,221 8,058 10,816 24,09514 SF DEPOT ATAPUPU TIMOR LESTE UPMS 5 1,137 1,055 1,543 3,734 494 502 518 1,51415 SF DEPOT DILLI TIMOR LESTE UPMS 5 942 2 1,211 2,156 1,097 253 1,938 3,28816 SF DEPOT KALABAHI NTT UPMS 5 371 365 496 1,232 233 484 552 1,26917 SF DEPOT LARANTUKA NTT UPMS 5 740 635 1,352 2,727 295 436 552 1,28418 INL DEPOT KEDIRI Jawa Timur UPMS 5 25,291 9,068 12,894 47,253 1,809 748 1,291 3,84819 INL DEPOT MALANG Jawa Timur UPMS 5 22,524 5,075 8,204 35,803 2,583 741 1,344 4,668

276,908 165,986 276,371 719,265 132,236 118,496 148,664 399,397

DESTINATIONNO JL LOKASI

ENVELOPE REGION 3Tanki Timbun P, K, SMat Balance okt - des 08PROV REG

Sumber: Hasil Pengolahan

Berdasarkan data material balance yang diperoleh dari bulan Oktober sampai

dengan Desember 2008, dapat dilihat demand BBM envelope tiga adalah sebesar

719,265 KL per-bulan, jumlah ini mempunyai proporsi sekitar 18% dari aggregat

demand nasional. Demand sebesar 719,265 KL tersebut terdiri dari 276.908 KL

premium (38%), kerosene 165,986 KL (23%) dan solar 276,371 KL (38%). Jika

melihat kebutuhan solar dan premium yang hampir sama pada envelope tiga, maka

Page 28: BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Kerangka Konseptualdigilib.itb.ac.id/files/disk1/691/jbptitbpp-gdl-gilangsatr-34521-3... · EKSPLORASI ISU BISNIS . ... memiliki tingkat ketidakpastian

41

dapat disimpulkan bahwa jumlah kendaraan bermotor yang beroperasi sebanding

dengan laju perkembangan industri dalam wilayah ini. Kebutuhan premium sebagian

besar dikonsumsi oleh daerah Jawa Timur dan Bali.

Demand terbesar produk BBM (PKS) berturut-turut adalah Instalasi Surabaya

(319,462 KL), TT Manggis (104,662 KL), Depot Tanjungwangi (81,192 KL), Depot

Kediri (47,253 KL) dan Depot Ampenan (38,341 KL). Kelima depot ini mengkonsumsi

sekitar 82% produk BBM envelope tiga. Karakteristik demand premium yang lebih

besar dibandingkan kerosene dan solar dapat dilihat pada inland Depot Malang dan

Kediri, besarnya konsumsi premium tersebut menunjukkan volume dan intensitas

kendaraan bermotor yang cukup besar disekitar daerah Jawa Timur.

Envelope tiga mempunyai kebutuhan produk kerosene yang cukup besar,

proporsi kebutuhan kerosene pada wilayah ini mencapai 24% dari jumlah total BBM

yang dibutuhkan. Kebutuhan kerosene di envelope tiga sebanding dengan kebutuhan

kerosene di envelope dua. Demand sebesar 24% tersebut dianggap cukup besar karena

berada di atas rata-rata envelope lain yang tidak lebih dari 20%. Sebaian besar

kebutuhan kerosene dikonsumsi oleh daerah Jawa Timur.

Data yang tercatat pada bulan Oktober 2008, terdapat 11 kapal tanker yang

beroperasi diwilayah ini, terdiri dari 2 buah kapal tipe MR, 3 buah kapal tipe GP, 3 buah

kapal tipe SMALL II, dan 3 buah kapal tipe SMALL 1. Daftar kapal dapat dilihat pada

Tabel 2.8.

Tabel 2.8 Daftar Kapal, Volume dan Jenis Kapal Envelope Tiga

NO SHIP NAME VOLUME JENIS1 Serang Jaya/P.3011 33000 MR2 Sindang/P.3010 33000 MR3 OCEAN MERLIN 13500 GP14 Sengeti/P.3007 12000 GP15 O N T A R I 10000 GP16 ANDHIKA ASHURA 6000 SMALL27 Kurau/P.59 6000 SMALL28 Mundu 4000 SMALL29 PUTERI JELITA 2800 SMALL110 PELUMIN SATU 2300 SMALL111 PUTERI TIGA 1,705 SMALL1

Sumber: PT PERTAMINA (Persero), 2007

Pasokan BBM envelope tiga sebagian besar diperoleh dari sumber import,

produk import ini bisa didatangkan langsung dari Singapore atau melalui TT Tanjung

Uban atau Tanki Timbun Utama Balongan terlebih dahulu. Pasokan BBM lokal

Page 29: BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Kerangka Konseptualdigilib.itb.ac.id/files/disk1/691/jbptitbpp-gdl-gilangsatr-34521-3... · EKSPLORASI ISU BISNIS . ... memiliki tingkat ketidakpastian

42

envelope tiga berasal dari Kilang Balikpapan yang tidak didistribusikan ke daerah

Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya.

Depot Utama Kupang mendapat 100% pasokan premium, kerosene, solar dari

Kilang Balikpapan, supply ini cukup memenuhi demand yang dibutuhkan oleh wilayah

sub area Kupang yang menangani 8 depot di wilayah timur envelope tiga, walaupun

demikian untuk Depot Reo dan Maumere masih mendapat pasokan premium dari

Instalasi Surabaya dan solar dari TT Manggis. TT Manggis mendapat supply dari empat

sumber yang berbeda yaitu Kilang Balikpapan (kerosene dan solar), STS Kalbut (solar),

Kilang Cilacap (solar dan premium) dan Import dari Singapore (premium). Instalasi

Surabaya tidak mendapat pasokan solar langsung dari import tetapi melewati STS

Kalbut terlebih dahulu, hal ini terjadi karena tangki timbun di Instalasi Surabaya tidak

cukup untuk menampung persediaan yang dibutuhkan.

SNG

CILACAP

BALIKPAPANPremiumSolarKerosinePKS

Manggis

SNG

CILACAP

BALIKPAPANPremiumSolarKerosinePKS

Manggis

Gambar 2.18 Distribusi Supply PKS Eksisting Depot Utama Envelope Tiga

Sumber: PT PERTAMINA (Persero), 2007

Kapal tipe besar melayani kebutuhan BBM untuk depot-depot besar dan pola

distribusi yang dipakai adalah point-to-point, sedangkan kapal tipe kecil dipakai untuk

melayani depot-depot penyalur yang lebih kecil dan menggunakan pola campuran

antara point-to-point dan multy-port. Depot Ampenan, Depot Badas, Depot Bima selain

Page 30: BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Kerangka Konseptualdigilib.itb.ac.id/files/disk1/691/jbptitbpp-gdl-gilangsatr-34521-3... · EKSPLORASI ISU BISNIS . ... memiliki tingkat ketidakpastian

43

mendapat pasokan premium, kerosene dan solar dari TT Manggis, juga mendapat

pasokan solar dari STS Kalbut dan premium dari Instalasi Surabaya, khusus Depot

Badas yang berlokasi disekitar Pulau Lombok mendapat tambahan pasokan kerosene

dari Depot Tanjungwangi. Depot Atapupu, Depot Dilli, Depot Kalabahi, Depot

Larantuka, Depot Ende dan Depot Waingapu mendapat pasukan BBM 100% dari Depot

Utama Kupang. Depot Camplong mendapat pasokan premium dari Instalasi Surabaya,

pasokan kerosene dari Depot Tanjungwangi, dan pasokan kerosene, solar dari STS

Kalbut.

Depot Tanjungwangi dan STS Kalbut selain memasok BBM wilayah envelope

tiga, juga mentransfer produk solar ke Depot Utama Kotabaru, Instalasi Makassar di

envelope empat dan Terminal Transit Wayame di envelope lima.

Ampenan

Badas Bima Reo Maumere

Larantuka Kalabahi

Atapupu

DilliTj.Wangi

STS KALBUTSBY

Waingapu

Ende

PremiumSolarKerosinePKS

MakassarWAYAME

Kotabaru

Manggis

CILACAP

Ampenan

Badas Bima Reo Maumere

Larantuka Kalabahi

Atapupu

DilliTj.Wangi

STS KALBUTSBY

Waingapu

Ende

PremiumSolarKerosinePKS

MakassarWAYAME

Kotabaru

Manggis

CILACAP

Gambar 2.19 Distribusi Supply PKS Eksisting Envelope Tiga

Sumber: PT PERTAMINA (Persero), 2007

2.6.4 Supply dan Distribusi Envelope Empat (Kalimantan - Sulawesi)

Envelope empat terdiri dari 29 titik observasi yang meliputi wilayah Sulawesi

dan Kalimantan, kecuali Kalimantan Barat yang masuk dalam areal envelope satu. Dua

puluh sembilan titik observasi tersebut terdiri dari 24 buah depot penyalur, 2 buah depot

Page 31: BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Kerangka Konseptualdigilib.itb.ac.id/files/disk1/691/jbptitbpp-gdl-gilangsatr-34521-3... · EKSPLORASI ISU BISNIS . ... memiliki tingkat ketidakpastian

44

utama (Depot Kotabaru dan Depot Bitung), 1 buah kilang (Kilang Balikpapan), 1 buah

ship to ship transfer (STS Kotabaru), dan 1 buah instalasi (Ins Makassar).

Depot-depot yang termasuk di dalam zona envelope empat, merupakan depot-

depot yang sebelumnya berada dalam pengawasan UPMS 6 dan 7. Depot-depot ini

hampir seluruhnya merupakan seafed depot, kecuali Depot Balikpapan yang

menggunakan moda distribusi pipa dan ditransfer langsung dari Kilang Balikpapan.

Envelope empat merupakan zona envelope yang memiliki jumlah depot terbanyak dan

terumit yang kemudian diikuti oleh envelope satu dengan 28 titik observasi.

Pkl.Bun P. Pisau

Kotabaru

Tarakan Tahuna

Bitung

Gorontalo

Parigi

Banggai

LuwukAmpana

Poso

Bau Bau

Raha

Kolaka

Palopo

Sampit

SamarindaDonggala

Pare-pare

Makassar

Labuha

Ternate

Tobelo

Kendari

Bima Reo

STS KOTABARU

BALIKAPAPAN

Toli Toli

Kolonedale

Moutong

Banjarmasin

Kilang

Ins Kilang

Depot Penyalur

Jobber

Pkl.Bun P. Pisau

Kotabaru

Tarakan Tahuna

Bitung

Gorontalo

Parigi

Banggai

LuwukAmpana

Poso

Bau Bau

Raha

Kolaka

Palopo

Sampit

SamarindaDonggala

Pare-pare

Makassar

Labuha

Ternate

Tobelo

Kendari

Bima Reo

STS KOTABARU

BALIKAPAPAN

Toli Toli

Kolonedale

Moutong

Banjarmasin

Kilang

Ins Kilang

Depot Penyalur

Jobber

Gambar 2.20 Lokasi Titik-titik Observasi Envelope Empat Sumber: PT PERTAMINA (Persero), 2007

Depot Bitung di wilayah Sulawesi Utara, Depot Kotabaru di wilayah

Kalimantan Selatan dan Instalasi Makassar di wilayah Sulawesi Selatan berfungsi

sebagai supply point dan sekaligus sebagai tanki timbun di daerah sub region masing-

masing. STS Kotabaru yang beroperasi di sekitar perairan selatan Pulau Kalimantan,

mempunyai kapasitas tampung sekitar 80.000 KL (kapal tipe LR) yang seluruhnya diisi

dengan produk solar.

Page 32: BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Kerangka Konseptualdigilib.itb.ac.id/files/disk1/691/jbptitbpp-gdl-gilangsatr-34521-3... · EKSPLORASI ISU BISNIS . ... memiliki tingkat ketidakpastian

45

STS Kotabaru digunakan untuk mengatasi demand produk solar di Depot

Sampit, Depot Pulau Pisau, Depot Pangkalan Bun, Depot Banjarmasin dan Depot

Kotabaru. Karena medan yang harus dilalui berupa sungai, maka moda kapal tanker

yang dapat digunakan hanya tipe SMALL 1 atau LIGHTER saja. Lokasi STS Kotabaru

bisa berpindah-pindah sesuai dengan kebutuhan sumber supply dan demand.

Lokasi depot-depot yang letaknya berdekatan di sekitar Sulawesi bagian utara

dibuat dengan alasan tidak tersedianya sarana dan prasarana transportasi pada masa lalu.

Beberapa tahun kedepan PT PERTAMINA (Persero) berencana untuk menutup depot-

depot yang kurang efektif dikarenakan sarana dan prasarana transportasi di daerah

tersebut sudah cukup memadai. Walaupun demikian penutupan depot ini memerlukan

pertimbangan dari banyak faktor, karena penutupan depot akan menimbulkan dampak

sosial yang cukup besar.

Berdasarkan data material balance yang diperoleh dari bulan Oktober sampai

dengan Desember 2008, demand BBM yang dibutuhkan envelope empat adalah sebesar

575,640 KL per-bulan, jumlah ini memakan konsumsi sebesar 14% dari demand

nasional. Kebutuhan BBM sebesar 575,640 KL tersebut terdiri dari 176.620 KL

premium (31%), kerosene 91,132 KL (16%) dan solar 307,888 KL (53%). Konsumsi

solar yang cukup besar pada zona envelope empat menunjukkan bahwa daerah tersebut

sedang mengalami perkembangan industri yang cukup pesat, terutama industri tambang

dan eksplorasi.

Kilang Balikpapan yang dikelola oleh UP V (Unit Pengolahan V) memproduksi

866,391 KL BBM per-bulan yang terdiri dari premium 244,224 KL, kerosene 212,742

KL dan solar 409,425 Kl. Produksi Kilang Balikpapan sebetulnya cukup untuk

memenuhi kebutuhan demand di envelope empat. Untuk memperjelas kebutuhan

demand dan kapasitas tanki timbun di masing-masing depot dapat dilihat pada Tabel

2.9.

Demand terbesar produk BBM (PKS) berturut-turut adalah Depot Banjarmasin

(82,522 KL), Instalasi Makassar (76.306 KL), Depot Samarinda (65,306 KL), Depot

Balikpapan (54.954 KL) dan Depot Bitung (49,478 KL). Kelima depot ini

mengkonsumsi sekitar 57% produk BBM di envelope lima.

Page 33: BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Kerangka Konseptualdigilib.itb.ac.id/files/disk1/691/jbptitbpp-gdl-gilangsatr-34521-3... · EKSPLORASI ISU BISNIS . ... memiliki tingkat ketidakpastian

46

Tabel 2.9 Daftar Depot, Rata-rata Demand, Daftar Kilang, Produksi Rata-rata Kilang dan

Kapasitas Tanki Timbun Envelope Empat

P K S SUM P K S SUM1 INL DEPOT BALIKPAPAN Kalimantan Timur UPMS 6 11,230 4,571 39,152 54,954 1,269 1,547 4,340 7,1562 SF DEPOT BANJARMASIN Kal Selatan UPMS 6 26,463 13,747 42,312 82,522 5,140 4,932 9,548 19,6203 SF DEPOT SAMARINDA Kalimantan Timur UPMS 6 18,602 8,289 38,415 65,306 4,697 2,508 5,358 12,5644 SF DEPOT TARAKAN Kalimantan Timur UPMS 6 6,070 3,208 25,265 34,543 3,534 2,697 11,235 17,4665 SF DEPOT KOTA BARU Kal Selatan UPMS 6 2,731 2,633 24,317 29,681 9,663 9,795 11,960 31,4176 SF DEPOT PULANG PISAU Kalimantan Tengah UPMS 6 4,970 4,948 7,717 17,636 1,404 2,263 4,996 8,6637 SF DEPOT PKL.BUN Kalimantan Tengah UPMS 6 2,805 2,044 9,594 14,443 600 689 1,889 3,1788 SF DEPOT SAMPIT Kalimantan Tengah UPMS 6 3,814 2,811 7,693 14,318 1,940 5,937 3,243 11,1209 INS MAKASSAR Sulawesi Selatan UPMS 7 31,516 13,474 31,315 76,306 11,524 10,782 16,860 39,16610 SF DEPOT PARE PARE Sulawesi Selatan UPMS 7 14,369 5,820 9,453 29,641 6,694 3,391 3,003 13,08811 SF DEPOT PALOPO Sulawesi Selatan UPMS 7 6,949 3,106 7,305 17,360 2,756 2,048 3,298 8,10212 SF DEPOT KENDARI Sulawesi Tenggara UPMS 7 5,454 2,891 6,330 14,675 2,769 2,022 2,501 7,29313 SF DEPOT BAU-BAU Sulawesi Tenggara UPMS 7 1,278 1,392 2,889 5,559 1,409 1,416 1,313 4,13914 SF DEPOT RAHA Sulawesi Tenggara UPMS 7 1,204 610 1,310 3,124 903 509 654 2,06615 SF DEPOT KOLAKA Sulawesi Tenggara UPMS 7 2,208 1,314 3,553 7,076 1,201 1,325 1,092 3,61816 SF DEPOT BITUNG Sulawesi Utara UPMS 7 15,848 9,585 24,044 49,478 10,520 10,808 17,585 38,91317 SF DEPOT GORONTALO Sulawesi Utara UPMS 7 5,155 2,524 7,219 14,898 3,063 2,215 6,146 11,42318 SF DEPOT MOUTONG Sulawesi Tengah UPMS 7 719 550 1,203 2,473 511 656 863 2,03019 SF DEPOT TOLI - TOLI Sulawesi Tengah UPMS 7 1,492 836 2,093 4,421 1,458 1,563 2,551 5,57220 SF DEPOT DONGGALA / PALU Sulawesi Tengah UPMS 7 6,788 2,802 7,974 17,565 2,071 2,136 3,154 7,36121 SF DEPOT PARIGI Sulawesi Tengah UPMS 7 1,699 623 1,551 3,873 1,234 648 490 2,37222 SF DEPOT POSO Sulawesi Tengah UPMS 7 1,202 517 1,266 2,985 1,022 1,120 3,740 5,88123 SF DEPOT AMPANA Sulawesi Tengah UPMS 7 641 239 1,001 1,881 362 338 814 1,51424 SF DEPOT LUWUK Sulawesi Tengah UPMS 7 1,725 1,041 2,515 5,281 932 1,022 1,972 3,92625 SF DEPOT BANGGAI Sulawesi Tengah UPMS 7 343 427 409 1,179 521 506 609 1,63526 SF DEPOT KOLONADALE Sulawesi Tengah UPMS 7 708 477 1,091 2,276 626 524 482 1,63227 SF DEPOT TAHUNA Sulawesi Utara UPMS 7 636 653 898 2,187 384 388 855 1,628

176,620 91,132 307,888 575,640 78,207 73,784 120,551 272,542P K S SUM

1 KL KILANG P BALIKPAPAN Kalimantan Timur UP V 244,224 212,742 409,425 866,391

ENVELOPE REGION 4

SOURCE

Tanki Timbun P, K, SMat Balance okt - des 08PROV REG

DESTINATIONNO JL LOKASI

Sumber: Hasil Pengolahan

Kapal tanker yang beroperasi di envelope empat berjumlah 34 buah yang terdiri

dari 3 buah kapal tipe GP2, 2 buah kapal tipe GP1, 9 buah kapal tipe SMALL II, 15

buah kapal tipe SMALL 1, dan 5 buah kapal tipe LIGHTER. Kapal tipe SMALL 1 dan

2 sebagian besar beroperasi di Pulau Sulawesi bagian timur dan bagian selatan,

sedangkan tipe LIGHTER banyak beroperasi di Pulau Kalimantan bagian selatan. Kapal

tipe GP dipakai untuk mendistribusikan BBM ke Depot Bitung, Instalasi Makassar,

Depot Kotabaru dan Depot Samarinda, kapal besar ini menggunakan pola distribusi

point-to-point dan biasanya hanya membawa satu jenis produk BBM saja.

Kapal LIGHTER yang beroperasi di Kalimanatan Selatan hampir semuanya

dilakukan dengan pola point-to-point dan hanya membawa satu jenis produk BBM. Hal

ini disebabkan oleh: kondisi geografis yang tidak memungkinkan dilakukannya pola

multy-port, kecepatan loading produk di terminal loading dan kondisi teknis kapal yang

tidak bisa membawa multi produk..

Page 34: BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Kerangka Konseptualdigilib.itb.ac.id/files/disk1/691/jbptitbpp-gdl-gilangsatr-34521-3... · EKSPLORASI ISU BISNIS . ... memiliki tingkat ketidakpastian

47

Tabel 2.10 Daftar Kapal, Volume dan Jenis Kapal Envelope Empat

NO SHIP NAME VOLUME JENIS NO SHIP NAME VOLUME JENIS1 ASTA SAMUDRA 23500 GP2 18 UDJU BESAR 3000 SMALL12 Pematang/P.1021 23100 GP2 19 OB. KAPUAS 118 2900 SMALL13 DEWI SAWITRI 21500 GP2 20 ANGELIA 16 2520 SMALL14 OCEAN PURPOISE 14400 GP1 21 SRIKANDI 2500 SMALL15 GOLDEN PEARL XIV 7200 GP1 22 CHRISTINE VIII 2400 SMALL16 Karmila/P.58 6000 SMALL2 23 EASTERN BRIGHT VI 2200 SMALL17 SOECHI LESMANA 5425 SMALL2 24 PUTERI JUWITA 2000 SMALL18 ASIAN OIL II 5200 SMALL2 25 PUTERI ELOK 1900 SMALL19 LAJU PRAKARSA III 4200 SMALL2 26 A.Pallawa 1800 SMALL110 Alexandria 4000 SMALL2 27 BUMI KARUNIA 1700 SMALL111 PADANG MAS (27.03.07) 4000 SMALL2 28 KP BALI II 1500 SMALL112 Menggala/P.34 3720 SMALL2 29 STEPHANIE XVIII 1483 SMALL113 Mangun Jaya/P.33 3600 SMALL2 30 SERENA 1150 LIGHT14 TRIAKSA 35 3510 SMALL2 31 PRIORITY 1100 LIGHT15 Marbau/P.37 3200 SMALL1 32 ADHITAMA X 1000 LIGHT16 OB. MARINE 02 3000 SMALL1 33 HAI YIN III 1000 LIGHT17 SHINTA 3000 SMALL1 34 DL-83 600 LIGHT

Sumber: PT PERTAMINA (Persero), 2007

Kilang Balikpapan memasok kebutuhan BBM ke daerah Sulawesi, Kalimantan,

Irian Jaya dan NTT, maka dari itu kilang ini adalah kilang terpadat dan mempunyai luas

areal pelayanan terluas di Indonesia. Walaupun jumlah volume BBM yang dipenuhi

oleh kilang ini tidak terlalu besar jika dibandingkan Kilang Cilacap di Jawa Tengah,

jumlah kapal tanker yang melakukan loading di Kilang Balikpapan ini cukup banyak

dan padat, sehingga diperlukan pengaturan dan mitigasi yang baik agar tidak terjadi

permasalahan ketika melakukan loading produk.

Didalam envelope empat Kilang Balikpapan memasok kebutuhan BBM Depot

Banjarmasin, Depot Kotabaru, Depot Tarakan, Depot Toli-toli, Depot Samarinda, Depot

Palu/Donggala dan Instalasi Makassar. Sedangkan untuk di luar daerah envelope empat,

Kilang Balikpapan memasok TT Wayame (premium, kerosene dan solar), Instalasi

Surabaya (kerosene), Depot Tanjungwangi (kerosene dan premium), dan TT Manggis

(kerosene dan solar). Depot Toli-toli mendapat supply premium, kerosene dan solar dari

Kilang Balikpapan, walaupun demikian depot ini masih mendapat pasokan kerosene

dari Depot Bitung.

Instalasi Makassar mendapat pasokan premium, kerosene dan solar dari Kilang

Balikpapan, ditambah dengan solar dari STS KALBUT dan premium dari Depot

Tanjungwangi Bali. Instalasi Makassar mendistribusikan BBM untuk Depot Palopo,

Depot Kolaka, Depot Bau-bau, Depot Raha dan Depot Kendari. Depot Bitung mendapat

100% pasokan premium, kerosene dan solar dari Kilang Balikpapan. Depot Bitung

Page 35: BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Kerangka Konseptualdigilib.itb.ac.id/files/disk1/691/jbptitbpp-gdl-gilangsatr-34521-3... · EKSPLORASI ISU BISNIS . ... memiliki tingkat ketidakpastian

48

memasok BBM untuk Depot Tahuna, Depot Gorontalo, Depot Moutong, Depot Parigi,

Depot Poso, Depot Ampana, Depot Luwuk, Depot Banggai, dan Depot Kolonedale.

Pkl.Bun P. Pisau Kotabaru

Tarakan Tahuna

Bitung

Parigi

Banggai

LuwukAmpana

Poso

Bau BauRaha

Kolaka

Palopo

Sampit

SamarindaDonggala

Pare-pare

Makassar

Labuha

Ternate

Tobelo

Kendari

Bima Reo

BALIKAPAPAN

Toli Toli

Kolonedale

GorontaloMoutong

Banjarmasin

PremiumSolarKerosinePKS

Pkl.Bun P. Pisau Kotabaru

Tarakan Tahuna

Bitung

Parigi

Banggai

LuwukAmpana

Poso

Bau BauRaha

Kolaka

Palopo

Sampit

SamarindaDonggala

Pare-pare

Makassar

Labuha

Ternate

Tobelo

Kendari

Bima Reo

BALIKAPAPAN

Toli Toli

Kolonedale

GorontaloMoutong

Banjarmasin

PremiumSolarKerosinePKS

Gambar 2.21 Distribusi Supply PKS Eksisting Envelope Empat

Sumber: PT PERTAMINA (Persero), 2007

STS Kotabaru selain mendapat supply solar dari Kilang Balikpapan, juga

mendapat sumber pasokan solar dari STS KALBUT. STS Kotabaru menangani supply

produk solar untuk Depot Sampit, Depot Pulau Pisau, Depot Pangkalan Bun, Depot

Banjarmasin dan sebagian kecil ke Depot Kotabaru.

2.6.5 Supply dan Distribusi Envelope Lima (Irian Jaya)

Daerah envelope lima terdiri dari 22 titik observasi yang meliputi daerah Irian

Jaya dan Kepulauan Maluku. Dua puluh dua titik observasi ini terdiri dari 19 buah depot

penyalur, 1 buah terminal transit (TT Wayame), 1 buah kilang (Kilang Kasim-Sorong),

dan 1 buah Jobber Timika (depot yang dikelola pihak ke-3). Terminal Transit (TT)

Wayame merupakan tanki timbun yang berada di wilayah Ambon dan berfungsi sebagai

supply utama BBM zona envelope lima.

Page 36: BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Kerangka Konseptualdigilib.itb.ac.id/files/disk1/691/jbptitbpp-gdl-gilangsatr-34521-3... · EKSPLORASI ISU BISNIS . ... memiliki tingkat ketidakpastian

49

BulaMasohi

Namlea

Sanana

Labuha

Ternate

Tobelo

DoboTual

Saumlaki

Sorong

Manokwari

Nabire

Biak

Kaimana

Meraukei

Fak-fak Serui Jayapura

Jobber Timikai

Kilang

Depot Penyalur

Jobber

Depot Utama

WAYAME

KL KASIM

BulaMasohi

Namlea

Sanana

Labuha

Ternate

Tobelo

DoboTual

Saumlaki

Sorong

Manokwari

Nabire

Biak

Kaimana

Meraukei

Fak-fak Serui Jayapura

Jobber Timikai

Kilang

Depot Penyalur

Jobber

Depot Utama

WAYAME

KL KASIM

Gambar 2.22 Lokasi Titik-titik Observasi Envelope Lima

Sumber: PT PERTAMINA (Persero), 2007

Depot-depot yang termasuk di dalam zona envelope lima berada dalam

pengawasan UPMS 8 dan semuanya merupakan jenis seafed depot. Hal ini menunjukan

bahwa distribusi laut mempunyai peran yang sangat penting dalam pendistribusian

BBM di envelope ini.

Berdasarkan data material balance yang diperoleh dari bulan Oktober sampai

dengan Desember 2008, demand yang dibutuhkan envelope lima adalah sebesar

117,834 KL per-bulan, jumlah ini memakan konsumsi sekitar 3% dari demand nasional.

Demand 117,834 KL tersebut terdiri dari 26,927 premium (23%), kerosene 18,122 KL

(15%) dan solar 72,785 KL (62%). Kebutuhan solar untuk envelope lima mempunyai

prosentase yang paling besar.

Kilang Kasim-Sorong yang dikelola oleh Unit Pengolahan VII (UPVII)

memproduksi BBM sebanyak 17,895 KL per-bulan yang terdiri dari premium 5,713

KL, kerosene 3,278 KL dan solar 8,904 Kl. Produksi kilang ini hanya mencukupi 15%

kebutuhan BBM envelope lima, maka dari itu diperlukan supply tambahan dari sumber

kilang lain. Kilang Kasim-Sorong pada tahun 2009 merencanakan akan meningkatkan

jumlah produksi kilang, besarnya volume yang akan produksi masih berada dalam

pembahasan Direktorat Pengolahan.

Page 37: BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Kerangka Konseptualdigilib.itb.ac.id/files/disk1/691/jbptitbpp-gdl-gilangsatr-34521-3... · EKSPLORASI ISU BISNIS . ... memiliki tingkat ketidakpastian

50

Tabel 2.11 Daftar Depot, Rata-rata Demand, Daftar Kilang, Produksi Rata-rata Kilang dan

Kapasitas Tanki Timbun Envelope Lima

P K S SUM P K S SUM1 TT T.T. WAYAME Maluku UPMS 8 3,604 3,115 16,598 23,317 13,763 23,028 40,686 77,4772 SF DEPOT JAYAPURA Irian Jaya UPMS 8 5,766 2,409 8,769 16,944 2,991 1,375 2,720 7,0873 SF DEPOT BIAK Irian Jaya UPMS 8 1,096 522 2,966 4,584 2,736 13,994 7,385 24,1164 SF DEPOT SORONG Irian Jaya UPMS 8 2,671 1,847 12,495 17,013 1,613 3,406 14,093 19,1115 SF DEPOT MERAUKE Irian Jaya UPMS 8 1,670 1,024 4,768 7,463 2,045 1,369 2,945 6,3586 SF DEPOT MANOKWARI Irian Jaya UPMS 8 1,391 614 1,938 3,942 719 995 1,756 3,4707 SF DEPOT NABIRE Irian Jaya UPMS 8 1,391 540 1,537 3,469 326 335 1,208 1,8698 SF DEPOT SERUI Irian Jaya UPMS 8 774 361 569 1,704 845 405 756 2,0069 SF DEPOT TERNATE Maluku UPMS 8 2,429 2,276 7,977 12,682 1,751 1,721 4,146 7,61810 SF DEPOT TUAL Maluku UPMS 8 578 588 5,079 6,244 345 1,043 8,945 10,33211 SF DEPOT MASOHI Maluku UPMS 8 620 918 713 2,251 719 479 407 1,60512 SF DEPOT TOBELO Maluku UPMS 8 1,018 554 1,575 3,147 781 664 468 1,91213 SF DEPOT LABUHA Maluku UPMS 8 387 411 582 1,380 587 483 424 1,49314 SF DEPOT SAUMLAKI Maluku UPMS 8 278 483 1,160 1,921 197 447 1,716 2,36015 SF DEPOT BULA Maluku UPMS 8 201 309 310 820 620 309 311 1,24016 SF DEPOT SANANA Maluku UPMS 8 295 363 472 1,130 603 479 438 1,52017 SF DEPOT DOBO Maluku UPMS 8 185 414 1,386 1,985 130 518 732 1,38018 SF DEPOT NAMLEA Maluku UPMS 8 457 324 459 1,240 564 421 828 1,81319 SF DEPOT FAK - FAK Irian Jaya UPMS 8 443 383 579 1,405 446 393 1,760 2,59920 SF DEPOT KAIMANA Irian Jaya UPMS 8 478 149 1,143 1,770 318 309 1,063 1,69021 SF Jobber Timika Irian Jaya UPMS 8 1,195 518 1,711 3,424 765 1,003 739 2,507

26,927 18,122 72,785 117,834 32,861 53,176 93,526 179,563P K S SUM

1 KL Kilang Kasim-Sorong Irian Jaya UP VII 5,713 3,278 8,904 17,895

ENVELOPE REGION 5

SOURCE

Mat Balance okt - des 08 Tanki Timbun P, K, SPROV REG

DESTINATIONNO JL LOKASI

Sumber: Hasil Pengolahan

Demand terbesar produk BBM (PKS) berturut-turut adalah TT.Wayame (23,317

KL), Sorong (17,013 KL), Jayapura (16,944 KL), Ternate (12,682 KL) dan Merauke

(7,463 KL). Kelima depot ini memngkonsumsi sekitar 66% produk BBM di envelope

lima. Dari data yang tercatat terdapat 14 kapal tanker yang beroperasi diwilayah ini,

terdiri dari 2 buah kapal tipe MR, 2 buah kapal tipe GP, 2 buah kapal tipe SMALL II, 6

buah kapal tipe SMALL 1, dan 2 buah kapal tipe LIGHTER. Daftar kapal dapat dilihat

pada Table 2.12.

Tabel 2.12 Daftar Kapal, Volume dan Jenis Kapal Envelope Lima

NO SHIP NAME VOLUME JENIS1 VIJAYANTI 37800 MR2 PERGIWO 34000 MR3 JAYNE I 7500 GP14 Klawotong 7000 GP15 JULIA I 6100 SMALL26 Minas/P.35 3800 SMALL27 PATRIA 68 2775 SMALL18 LAYAR SAMUDRA 2700 SMALL19 PAN OIL 9 2650 SMALL110 PATRIA 88 2450 SMALL111 FILMA SATU 2200 SMALL112 SATRIA SATU 1650 SMALL113 Anugrah P-1 1100 LIGHT14 Anugrah P-9 1100 LIGHT

Sumber: PT PERTAMINA (Persero), 2007

Page 38: BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Kerangka Konseptualdigilib.itb.ac.id/files/disk1/691/jbptitbpp-gdl-gilangsatr-34521-3... · EKSPLORASI ISU BISNIS . ... memiliki tingkat ketidakpastian

51

Supply tambahan untuk envelope lima diperoleh dari STS KALBUT (solar),

Kilang Balikpapan (premium, kerosene dan solar) dan Kilang Cilacap (premium).

Produksi Kilang Kasim Sorong didistribusikan ke wilayah barat Irian Jaya, yaitu: Depot

Ternate, Depot Labuha, Depot Namlea dan Depot Sanana. Produk yang dipasok dari

Kilang Kasim - Sorong adalah produk solar dan kerosene, sedangkan untuk produk

premium hanya cukup untuk mengatasi kebutuhan di daerah lokal kilang. Hampir

semua depot penyalur di envelope lima mendapat supply premium, kerosene dan solar

dari TT Wayame, terutama daerah selatan Kepulauan Irian Jaya.

Pola distribusi yang dipakai zona envelope lima ini menggunakan pola gabungan

antara point-to-point dan multy-port, produk yang dibawa dalam kapal bisa terdiri dari

dua atau tiga jenis produk BBM.

BulaMasohi

Namlea

Sanana

Labuha

Ternate

Tobelo

DoboTual

Saumlaki

Sorong Manokwari

Nabire

Biak

Kaimana

Meraukei

Fak-fak Serui

Jayapura

BALIKPAPAN

Jobber TimikaiKALBUT

CILACAP

PremiumSolarKerosinePKS

BulaMasohi

Namlea

Sanana

Labuha

Ternate

Tobelo

DoboTual

Saumlaki

Sorong Manokwari

Nabire

Biak

Kaimana

Meraukei

Fak-fak Serui

Jayapura

BALIKPAPAN

Jobber TimikaiKALBUT

CILACAP

PremiumSolarKerosinePKS

Gambar 2.23 Distribusi Supply PKS Eksisting Envelope Lima

Sumber: PT PERTAMINA (Persero), 2007

Page 39: BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Kerangka Konseptualdigilib.itb.ac.id/files/disk1/691/jbptitbpp-gdl-gilangsatr-34521-3... · EKSPLORASI ISU BISNIS . ... memiliki tingkat ketidakpastian

52

2.7 Perumusan Masalah

PT PERTAMINA (Persero) merencanakan, mengevaluasi dan mengoptimasi

sistem rantai pasok terutama pada bagian distribusi dan transportasi produk serta kinerja

internal depot. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mengefisienkan dan

mengoptimalkan kinerja dari rantai pasok sehingga dapat menaikkan tingkat kepuasan

dari pelanggan dan meminimalisasi ongkos operasional. PT PERTAMINA (Persero)

dalam perubahannya membuat rencana kerja atau perbaikan khususnya di bidang supply

dan logistik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.24 Perbaikan Di Bidang Supply dan Logistik Sumber: PT PERTAMINA (Persero), 2007

Berdasarkan permasalahan yang diterangkan pada sub bab sebelumnya, PT

PERTAMINA (Persero) membuat alternatif pola distribusi baru yang dikenal dengan

konsep clustering atau envelope yang diharapkan akan membuat pola distribusi menjadi

efektif dan efisien. Kriteria pembuatan pola envelope tersebut adalah:

1. Membuat imaginary wall (batasan daerah distribusi) untuk mencegah

pergerakan produk dan kapal keluar dari envelope.

2. Envelope dibentuk berdasarkan kesamaan source of supply, jarak terdekat

terhadap supply point dan total volume pergerakan produk dalam tiap envelope.

Page 40: BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Kerangka Konseptualdigilib.itb.ac.id/files/disk1/691/jbptitbpp-gdl-gilangsatr-34521-3... · EKSPLORASI ISU BISNIS . ... memiliki tingkat ketidakpastian

53

3. Pembuatan konsep envelope melihat perkembangan industri, laju pertumbuhan

jumlah penduduk dan jumlah kendaraan bermotor yang terjadi pada suatu daerah

sebagai dasar clusterisasi.

4. Optimasi envelope harus dilakukan secara terintegrasi mulai dari perhitungan

demand forecast, rencana produksi kilang, rencana alokasi kapal hingga rencana

supply ke depot.

5. Dalam kondisi emergency bila terjadi kondisi kritis di salah satu envelope, dapat

dibantu atau di-supply oleh envelope terdekat, atau dengan membuat tanki

timbun yang memadai di masing-masing envelope.

Konsep clustering (envelope) merupakan salah satu alternatif solusi masalah

pada bagian kedua yaitu Supply Chain Optimalization, konsep ini sebelumnya telah

diteliti oleh Nova Triantoso (MBA Reguler 35). Hasil-hasil penelitian akhir tersebut

adalah berupa pembagian daerah envelope di Indonesia dan rute kapal di masing-masing

envelope. Walaupun demikian pembahasan konsep envelope yang telah dibuat oleh

penulis sebelumnya dirasakan kurang maksimal oleh PT PERTAMINA (Persero)

terutama pada rute jalur distribusi, oleh sebab itu diperlukan penelitian lebih lanjut pada

bahasan ini, kekurangan-kekurangan tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

1. Belum adanya perbandingan secara jelas antara pola eksisting dan pola envelope

dalam bentuk cost efficiency yang bisa dihasilkan.

2. Jalur kapal yang dibuat belum melihat seberapa besar volume ketersedian supply

di kilang, berapa frekuensi pengiriman yang harus dilakukan, berapa besar

komposisi produk yang bisa dibawa dalam satu kapal dan jenis moda tanker apa

yang akan dipakai.

3. Belum mempertimbangkan volume dan lokasi penempatan BBM cadangan

dimasing-masing envelope, sehingga jika terjadi kondisi kritis di salah satu

depot tidak perlu mengambil stok dari daerah envelope lain.

4. Belum melihat sistem kompartemen kapal tanker, sehingga dimungkinkan setiap

kapal dapat membawa 3 macam produk sekaligus.

Page 41: BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Kerangka Konseptualdigilib.itb.ac.id/files/disk1/691/jbptitbpp-gdl-gilangsatr-34521-3... · EKSPLORASI ISU BISNIS . ... memiliki tingkat ketidakpastian

54

Pola distribusi envelope menjadi master program PT PERTAMINA (Persero)

dan akan segera dijalankan dalam waktu dekat. Untuk melihat visibilitas konsep

envelope diperlukan suatu pendekatan dalam bentuk perbandingan ongkos distribusi

antara kondisi eksisting dengan konsep envelope yang akan diterapkan. Perbandingan

ini pada dasarnya dilakukan dengan tanpa adanya tambahan infrastruktur kapal tanker,

tanki timbun depot dan sarana backloading, walaupun demikian besar rekomendasi

perubahan tanki timbun di depot-depot akan tetap diberikan. Untuk memperjelas

maksud pemilihan masalah di atas dapat dilihat pada Gambar 2.25 di dalam sub bab

pembatatasan masalah dan asumsi.

2.8 Pembatasan Masalah dan Asumsi

Pembatasan masalah dilakukan untuk membatasi permasalahan yang akan

diselesaikan, dan asumsi diambil berdasarkan ketersediaan data dari PT PERTAMINA

(Persero). Dengan adanya pembatasan masalah dan asumsi-asumsi diharapkan

pendekatan solusi akan menjadi lebih mudah, walaupun pencapaian solusi masih kurang

detail terutama yang berkaitan dengan teknis distribusi di lapangan yang memerlukan

kelengkapan data yang cukup banyak.

Dari sekian banyak permasalahan yang sedang dihadapi PT PERTAMINA

(Persero) pada Divisi Supply dan Distribusi, proyek akhir ini dibatasi hanya membahas

masalah-masalah berikut:

1. Produk yang dianalisis adalah produk white oil, yang terdiri dari premium,

solar dan kerosene. Produk ini dipilih dikarenakan ketiga produk ini

merupakan produk utama dan konsumsi terbesar di Indonesia. Untuk produk

avtur tidak termasuk dalam proyek akhir ini sehingga jalur distribusi avtur dari

kilang sampai dengan DPPU (Depot Pengisisan Pesawat Udara) tidak

termasuk dalam areal proyek akhir.

2. Moda angkutan yang diteliti dan dianalisis adalah moda angkutan laut atau

kapal tanker, hal tersebut diambil karena moda tersebut dalam hal

pendistribusian BBM memiliki proporsi yang cukup besar sekitar 79%

dibandingkan moda distribusi lainnya. Untuk distribusi dengan pipa dan RTW

(Rail Tank Wagon) hanya dipakai untuk mengetahui jumlah demand dan

supply yang dibutuhkan. Pendistribusian menggunakan pipa dan RTW adalah

prioritas utama yang harus dipenuhi sebelum sisa supply didistribusikan

dengan menggunakan moda kapal tanker.

Page 42: BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Kerangka Konseptualdigilib.itb.ac.id/files/disk1/691/jbptitbpp-gdl-gilangsatr-34521-3... · EKSPLORASI ISU BISNIS . ... memiliki tingkat ketidakpastian

55

3. Proses alur distribusi yang dilihat pada proyek akhir ini berawal dari kilang

(first tier), depot utama/terminal transit/instalasi (second tier) sampai dengan

depot penyalur (third tier). Untuk distribusi dari depot penyalur sampai

dengan konsumsi ritel dan industri tidak termasuk dalam areal proyek akhir,

moda transportasi pada areal ini biasanya menggunakan moda darat (truk

tanki).

4. Semua kilang yang berfungsi sebagai source of supply diasumsikan beroperasi

dengan kapasitas normal (tidak ada kilang shutdown).

5. Biaya sewa satu jenis kapal (per-tahun) diwakili oleh 1 buah kapal yang

dianggap dapat menggambarkan populasi satu jenis kapal tersebut.

6. Jumlah titik observasi yang diteliti dan dianalisis berjumlah 119 buah titik

observasi yang terdiri dari 6 buah kilang, 2 ship to ship transfer (STS) dan

111 depot. Depot yang berjumlah 111 tersebut terbagi dari 72 buah sea depot,

18 inland depot (pipa dan RTW), 4 buah instalasi, 6 buah depot utama, 7 buah

terminal transit, 2 buah jobber dan 2 buah Tanki Timbun Balongan.

7. Sumber supply berasal dari 6 kilang, yaitu Kilang Dumai (Riau), Kilang Plaju

(Sumatera Selatan), Kilang Cilacap (Jawa Tengah), Kilang Balongan (Jawa

Barat), Kilang Balikpapan (Kalimantan Timur), dan Kilang Kasim-Sorong

(Irian Jaya).

8. Identifikasi kondisi eksisting sistem distribusi dan transportasi BBM di

Indonesia yang mengikuti peta pembagian daerah envelope. Hal ini dilakukan

untuk memudahkan analisis dan perbandingan.

9. Modifikasi rute dalam daerah envelope yang menggambarkan sistem distribusi

dan transportasi, dengan mempertimbangkan pola inventory depot.

10. Evaluasi perbandingan kondisi eksisting dan pola envelope yang merupakan

rantai pasok dari first tier (kilang) ke second tier (Instalasi/depot utama

/terminal transit) sampai third tier (depot-depot penyalur).

11. Optimasi yang dimaksud pada judul penelitian di atas adalah berupa perbaikan

rute distribusi kapal-kapal tanker, bukan mencari nilai yang paling optimal.

Nilai optimal dapat dilakukan, dicari atau diteliti dengan menggunakan metoda

lain, jika metoda penentuan standar rute telah ditetapkan dan dijalankan oleh

PT PERTAMINA (Persero) dengan baik.

Page 43: BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Kerangka Konseptualdigilib.itb.ac.id/files/disk1/691/jbptitbpp-gdl-gilangsatr-34521-3... · EKSPLORASI ISU BISNIS . ... memiliki tingkat ketidakpastian

56

Untuk lebih memperjelas pembatasan masalah proyek akhir ini dapat dilihat pada

Gambar 2.25.

Perubahan Regulasi UU No.22 thn 2001, tentang hal monopoli BBM bersubsidi

Perbaikan kinerja rantai pasokSUPPLY CHAIN OPTIMALIZATION

PEMBAGIAN DAERAH ENVELOPE/CLUSTERISASI

Uji kelayakan kondisi eksisting dan konsep envelope

Pembatasan masalah pada distribusi envelope

DISTRIBUSI ENVELOPEDISTRIBUSI EKSISTING

1. Jumlah kapal2. Jalur / rute kapal3. RTD4. Cost pola lama5. Inventory Mngt

1. Jumlah kapal2. Jalur / rute kapal3. RTD4. Cost pola envelope5. Inventory Mngt

EVALUASI KONSEP ENVELOPE

1 2

3

RUTE DISTRIBUSI ENVELOPE

RENCANA IMPLEMENTASI4

Gambar 2.25 Kerangka Pembatasan Permasalahan Proyek Akhir Sumber: Hasil Pengolahan