BAB II deny fix

download BAB II deny fix

of 19

description

re

Transcript of BAB II deny fix

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TINJAUAN PUSTAKA2.1.1 Diagnosis dan Intervensi Komunitas Diagnosis dan intervensi komunitas adalah suatu kegiatan untuk menentukan adanya suatu masalah kesehatan di komunitas atau masyarakat dengan cara pengumpulan data di lapangan dan kemudian melakukan intervensi sesuai dengan permasalahan yang ada. Diagnosis dan intervensi komunitas merupakan suatu prosedur atau keterampilan dari ilmu kedokteran komunitas. Dalam melaksanakan kegiatan diagnosis dan intervensi komunitas perlu disadari bahwa yang menjadi sasaran adalah komunitas atau sekelompok orang sehingga dalam melaksanakan diagnosis komunitas sangat ditunjang oleh pengetahuan ilmu kesehatan masyarakat (epidemiologi, biostatistik, metode penelitian, manajemen kesehatan, promosi kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan gizi).2.1.2Teori Perilaku2.1.2.1Pengertian PerilakuPerilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan : berpikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan). Sesuai dengan batasan ini, perilaku kesehatan dapat dirumuskan sebagai bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan. Perilaku aktif dapat dilihat, sedangkan perilaku pasif tidak tampak, seperti pengetahuan, persepsi, atau motivasi. Beberapa ahli membedakan bentuk-bentuk perilaku ke dalam tiga domain yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan atau sering kita dengar dengan istilah knowledge, attitude, practice (Sarwono, 2004).Dari sudut biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan, yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Perilaku manusia adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri (Notoadmodjo, 2003). Ensiklopedi Amerika, perilaku diartikan sebagai suatu aksi-reaksi organisme terhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan. Berarti rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu (Notoadmodjo, 2003). Skiner (1983) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku terjadi melaui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori Skinner ini disebut teori S-O-R atau stimulus-organisme-respon. Skinner membedakan dua respon, yaitu :1. Respondent respon atau refleksif, yaitu respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut eliciting stimulation karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap, misalnya makanan yang lezat menimbulkan keinginan kita untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup dan sebagainya. Responden respons ini juga mencakup perilaku emosional, misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih atau menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraannya dengan mengadakan pesta, dan sebagainya.2. Operant respon instrumental respon, yaitu respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau rainforce, karena memperkuat respon. Misalnya apabila seorang petugas kesehatan melakukan tugasnya dengan baik kemudian mendapatkan penghargaan dari atasannya (stimulus baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam melakukan tugasnya.Menurut Notoatmodjo (2007) dilihat dari bentuk respon terhadap stimulusini, maka perilaku respon seseorang terhadap stimulus dapat dibedakanmenjadi 2, yaitu :1. Perilaku Tertutup (Covert Behaviour) Merupakan respon seseorang dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Oleh sebab itu disebut covert bahaviour atau unobservable behavior, misalnya seseorang ibu hamil tahu pentingnya periksa kehamilan, seorang pemuda tahu bahwa HIV/AIDS dapat menular melalui hubungan seksual, dan sebagainya.2. Perilaku Terbuka (Overt Behaviour)Merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata secara terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudahjelas dalam bentuk tindakan atau praktik (pratice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

2.1.2.2. Perilaku kesehatanBerdasarkan batasan perilaku dari Skinner tersebut, maka perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau obyek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan, makan dan minum, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok (Notoatmodjo, 2003).1. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan (Health Maintenance)Adat perilaku atau usaha-usaha untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bila mana sakit. Oleh sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan terdiri dari 3 aspek. Pertama adalah perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan bila mana telah sembuh dari penyakit. Kedua adalah perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat. Dan yang ketiga adalah perilaku gizi (makanan) dan minuman dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya makanan dan minuman dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan seseorang, bahkan dapat mendatangkan penyakit. Hal ini sangat tergantung pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut.2. Perilaku pencarian pengobatanUpaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan di luar negeri.3. Perilaku kesehatan lingkunganCara seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik atau pun sosial budaya dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Dengan perkataan ini bagaimana seseorang mengelola lingkungannya sehingga tidak merusak kesehatannya sendiri, keluarga dan masyarakat. Misalnya mengelola pembuangan tinja, air minum, tempat pembuangan sampah, pembuangan limbah dan sebagainya.

2.1.2.3. Determinan dan Perubahan PerilakuFaktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku merupakan resultasi dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal (lingkungan). Beberapa teori terungkap determinan perilaku dari analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain teori Lawrence Green (1980), Snehandu B. Kar (1983) dan WHO (1984).1. Teori Lawrence GreenTeori Lawrence Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor dari luar perilaku (non behavior causes). Selanjutnya perilaku itu terbentuk dari 3 faktor. Pertama, faktor-faktor presdiposisi (presdiposing factor) yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya. Kedua, faktor-faktor pendukung (enabling factor) yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidaknya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obatobatan, alat-alat kontrasepsi dan sebagainya. Ketiga, faktor-faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap atau perilaku petugas kesehatan atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku.2. Teori Snehandu B.KarTeori Snenhandu mencoba menganalisis perilaku kesehatan dengan bertitik tolak bahwa perilaku itu merupakan fungsi dari niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan (behavior intention), dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support), ada atau tidaknya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan (accessibility of information), otonomi pribadi yang bersangkutan dalam hal mengambil tindakan atau keputusan (personal autonomi) dan situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak (action situation).

3. Teori WHOTim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku tertentu adalah karena adanya 4 alasan pokok, yaitu pemikiran dan perasaan (pengetahuan, kepercayaan, dan sikap), orang penting sebagai referensi, sumber-sumber daya (resouces) dan kebudayaan (Notoatmodjo, 2003).

2.1. Teori Pembuangan Limbah Cair Rumah TanggaA. PengertianAir limbahatau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya, dan pada umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta menggangu lingkungan hidup. Sumber lain mengatakan bahwa air limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran dan industri, yang bercampur dengan air tanah, air permukaan dan air hujan. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa air limbah adalah air yang tersisa dari kegiatan manusia, baik kegiatan rumah tangga maupun kegiatan lain seperti industri, perhotelan dan sebagainya.Diantara dampak kegiatan yang sangat berpengaruh pada kualitas lingkungan adalah dihasilkannya limbah pada berbagai kegiatan diatas. Beberapa pengertian air limbah menurut beberapa pendapat antara lain:1) Menurut Azwar (1989), air limbah adalah air yang tidak bersih dan mengandung berbagai zat yang membahayakan kehidupan manusia atau hewan serta tumbuhan, merupakan kegiatan manusia seperti, limbah industri dan limbah rumah tangga.2) Sedangkan menurut Notoatmodjo (2003), air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat umum lainnya, dan pada umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta mengganggu lingkungan hidup.3) Pengertian lain menyebutkan bahwa air limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran dan industri, bersama-sama dengan air tanah, air permukaan dan air hujan yang mungkin ada.4) Menurut Sugiharto (1987), air limbah (wastewater) adalah kotoran dari manusia dan rumah tangga serta berasal dari industri, atau air permukaan serta buangan lainnya. Dengan demikian air buangan ini merupakan hal yang bersifat kotoran umum.B. Jenis-jenis Air LimbahAir limbah berasal dari dua jenis sumber yaitu air limbah rumah tangga dan air limbah industri. Secara umum didalam limbah rumah tangga tidak terkandung zat-zat berbahaya, sedangkan didalam limbah industri harus dibedakan antara limbah yang mengandung zat-zat yang berbahaya dan harus dilakukan penanganan khusus tahap awal sehingga kandungannya bisa di minimalisasi terlebih dahulu sebelum dialirkan ke sewage plant, karena zat-zat berbahaya itu bisa memetikan fungsi mikro organisme yang berfungsi menguraikan senyawa-senyawa di dalam air limbah. Sebagian zat-zat berbahaya bahkan kalau dialirkan ke sawage plant hanya melewatinya tanpa terjadi perubahan yang berarti, misalnya logam berat. Penanganan limbah industri tahap awal ini biasanya dilakukan secara kimiawin dengan menambahkan zat-zat kimia yang bisa mengeliminasi yang bersifat kotoran umum. zat-zat yang berbahaya.C. Efek Buruk LimbahSesuai dengan batasan air limbah yang merupakan benda sisa, maka sudah barang tentu bahwa air limbah merupakan benda yang sudah tidak dipergunakan lagi. Akan tetapi tidak berarti bahwa air limbah tersebut tidak perlu dilakukan pengelolaan, karena apabila limbah tersebut tidak dikelola secara baik akan dapat menimbulkan gangguan, baik terhadap lingkungan maupun terhadap kehidupan yang ada.a. Gangguan Terhadap Kesehatan VirusMenyebabkan penyakit polio myelitis dan hepatitis. Secara pasti modus penularannya masih belum diketahui dan banyak terdapat pada air hasil pengolahan (effluent) pengolahan air. Vibrio Cholera Menyebabkan penyakit kolera asiatika dengan penyebaran melalui air limbah yang telah tercemar oleh kotoran manusia yang mengandung vibrio cholera. Salmonella Typhosa a dan Salmonella Typhosa bMerupakan penyebab typhus abdomonalis dan para typhus yang banyak terdapat di dalam air limbah bila terjadi wabah. Prinsip penularannya adalah melalui air dan makanan yang telah tercemar oleh kotoran manusia yang banyak berpenyakit typhus. Salmonella SppDapat menyebabkan keracunan makanan dan jenis bakteri banyak terdapat pada air hasil pengolahan. Shigella SppAdalah penyebab disentri bacsillair dan banyak terdapat pada air yang tercemar. Adapun cara penularannya adalah melalui kontak langsung dengan kotoran manusia maupun perantaraan makanan, lalat dan tanah. Basillus AntraksisAdalah penyebab penyakit antrhak, terdapat pada air limbah dan sporanya tahan terhadap pengolahan. Brusella SppAdalah penyebab penyakit brusellosis, demam malta serta menyebabkan keguguran (aborsi) pada domba. Mycobacterium TuberculosaAdalah penyebab penyakit tuberculosis dan terutama terdapat pada air limbah yang berasal dari sanatorium. LeptospiraAdalah penyebab penyakit weii dengan penularan utama berasal dari tikus selokan . Entamuba HistolitikaDapat menyebabkan penyakit amuba disentri dengan penyebaran melalui Lumpur yang mengandung kista. Schistosoma SppPenyebab penyakit schistosomiasis, akan tetapi dapat dimatikan pada saat melewati pengolahan air limbah. Taenia SppAdalah penyebab penyakit cacing pita, dengan kondisi yang sangat tahan terhadap cuaca. Ascaris Spp. Enterobius Spp Menyebabkan penyakit cacingan dan banyak terdapat pada air hasil pengolahan dan lumpur serta sangat berbahaya terhadap kesehatan manusia.b. Gangguan Terhadap Kehidupan BiotikDengan banyaknya zat pencemar yang ada di dalam air limbah, maka akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen yang terlarut di dalam air limbah. Dengan demikian akan menyebabkan kehidupan di dalam air yang membutuhkan oksigen akan terganggu, dalam hal ini akan mengurangi perkembangannya. Selain kematian kehidupan di dalam air disebabkan karena kurangnya oksigen di dalam air dapat juga karena adanya zat beracun yang berada di dalam air limbah tersebut.c. Gangguan Terhadap KeindahanDengan semakin banyaknya zat organic yang dibuang oleh perusahaan yang memproduksi bahan organic seperti tapioca, maka setiap hari akan dihasilkan air limbah yang berupa bahan-bahan organic dalam jumlah yang sangat besar. Ampas yang berasal dari pabrik ini perlu dilakukan pengendapan terlebih dahulu sebelum dibuang ke saluran air limbah, akan tetapi memerlukan waktu yang sangat lama. Selama waktu tersebut maka air limbah mengalami proses pembusukan dari zat organic yang ada didalamnya. Sebagai akibat selanjutnya adalah timbulnya bau hasil pengurangan dari zat organic yang sangat menusuk hidung.

Pada bangunan pengolah air limbah sumber utama dari bau berasal dari :1. Tangki pembusuk air limbah yang berisikan hydrogen sulfida air dan bau-bau lain yang melewati bangunan pengolahan.2. Tempat pengumpulan buangna limbah industri.3. Bangunan penangkap pasir yang tidak dibersihkan.

d. Gangguan Terhadap Kerusakan BendaAdapun cara untuk mengatasi bau dapat ditempuh dengan beberapa macam cara antara lain :

1) Secara FisikDengan melakukan pembakaran, dimana gas dapar dikurangi melalui pembakaran pada suhu yang bervariasi antara 650-7500c. Untuk mengurangi kebutuhan suhu yang tinggi dapat dikurangi melalui katalisator. Penyerapan dan karbon aktif adalah juga bisa diterapkan dengan melewatkan udara ke dalam hamparan atau lapisan. Gas yang berkontak dengannya akan diserap sehingga bau akan dapat dikurangi, begitu juga halnya dengan penyerapan melalui pasir dan tanah. Pemasukan oksigen ke dalam limbah cair adalah salah satu cara yang bisa diterapkan untuk menjaga proses terjadinya pengolahan anaerobdapat dihindari sehingga gas yang ditimbulkan karena proses tersebut dapat dihindari.Penggunaan menara (tower) juga dapat dipergunakan untuk mengurangi pencemaran yang disebabkan oleh adanya bau melalui proses pengenceran di udra terbuka karena udara dari cerobong tidak mencapai langsung kedaerah pemukiman, dengan demikian bau yang ada dapat dicegah.

2) Secara KimiawiUntuk menghilangkan gas yang berbau dapat juga dilakukan dengan cara melewatkan gas pada cairan basa seperti kalsium dan sodium hidroksida untuk menghilangkan bau. Apabila kadar karbondioksidanya tinggi maka biaya pengolahannya juga menjadi sangat tinggi, sehingga biaya ini merupakan salah satu penghambat yang besar. Dengan melakukan oksidasi pada pengolahan air limbah merupakan cara yang baik agar bau klorin dan ozon dapat dihindari. Adapun bahan yang dipergunakan sebagai bahanm oksidator adalah hydrogen peroksida. Pengendapan dengan bahan kimia membuat terjadinya endapan dari sulfida dengan gram metal khususnya besi.

3) Secara BiologisAir limbah dilewatkan melalui penyaringan yang menetes (trickling filter) atau dimasukkan ke dalam tangki Lumpur aktif untuk menghilangkan komponen yang berbau. Penggunaan menara khusus dapat dipergunakan untuk menangkap bau, adapun jenis menara itu diisi dengan media plastik yang bervariasi sebagai tempat tumbuhnya bakteri.

D. Aspek Yang Mempengaruhi Pengelolaan Air Limbah

a. Demografi Menurut Pedoman Pengelolaan Air Limbah Perkotaan dari Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah (Direktorat Tata Perkotaan dan Tata Perdesaan, 2003), di perkotaan atau perdesaan mempunyai kawasan dalam bentuk cluster-cluster dengan kepadatan penduduk yang berbeda, kondisi sosial berbeda pula. Sehingga sekelompok orang dapat membuat sarana sanitasinya dengan septic tank tetapi sebagian lain hanya mampu dengan membuat cubluk, dan banyak masyarakat tidak mampu yang tidak mempunyai sarana untuk membuang hajat. Sedangkan secara teknis dan kesehatan untuk kepadatan tertentu yaitu > 50 orang/ha, penggunaan cubluk sudah mengakibatkan kontaminasi pada sumur-sumur tetangga. Di atas kepadatan 200 orang/ha penggunaan septic tank dengan bidang resapannya akan memberikan dampak kontaminasi bakteri koli dan pencemaran pada tanah dan air tanah. Pengelolaan air limbah ditinjau dari sudut demografi lebih melihat pada kategori perkotaan (urbanise area) dan perdesaan (remote area), bukan berdasarkan pembatasan administrasi. Regionalisasi sistem pengelolaan limbah lebih melihat pada sisi ekonomis pelayanan, sebagai contoh untuk Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yang melayani beberapa daerah administratif berdekatan, maka akan jauh lebih ekonomis daripada membuat sistem-sistem tersendiri secara skala kecil. Secara umum arahan strategi penanganan sistem off site adalah sebagai berikut: Berapa ppm BOD badan air akan diturunkan; Setiap ppm penurunan tersebut dikalikan 200 ribu jiwa = total jiwa yang hendak ditangani dengan sistem off site; Selanjutnya dipilihkan kawasan padat yang yang perlu diterapkan dengan sistem tersebut; Pilih skala penanganan berdasarkan pertimbangan ekonomis dan tetapkan kawasan yang sesuai untuk pengolahan air limbah skala lingkungan atau komunal, skala modul atau skala kawasan (sekitar 1000 KK).

b. Sosial Penduduk pada suatu kawasan mempunyai tingkat sosial-ekonomi yang berbeda, sehingga akan sangat terkait dengan kemampuan membayar retribusi air limbah, dan hal ini akan sangat mempengaruhi dan berdampak secara teknis terhadap konsep sanitasi yang akan diterapkan. Kondisi sosial ini akan menjadi kompleks karena dana yang mampu dialokasikan oleh pemerintah sangat terbatas, sedangkan penerapan sistem subsidi silang untuk konteks penanganan air limbah tidak layak diterapkan secara kawasan. Karena, jika seseorang dikenakan pungutan atas jasa melebihi dari nilai jasa yang dia terima, maka orang tersebut dapat menolak, sedangkan dalam halnya sanitasi, maka akan ada alternatif lain, misalnya hotel dapat membuat individual treatment sendiri.

Bila tingkat kesadaran pada masyarakat kurang mampu akan pentingnya sanitasi dan lingkungan bagi kesehatan, tentu akan mendorong mereka membentuk sistem sanitasi skala lingkungan atau komunal. Maka untuk membangun kesadaran ini sangat diperlukan dorongan motivasi yang antara lain dengan mengeluarkan insentif sebagai stimulan.

c. Lingkungan Aspek lingkungan juga merupakan hal yang akan menentukan dalam penentuan pemilihan sistem pengelolaan air limbah: Iklim tropis sangat menolong pengolahan secara anaerob seperti septic tank, kolam anaerobik dan sebagainya. Jadi pengolahan anaerob merupakan suatu tahap yang penting dari seluruh rangkaian serial pengolahan limbah;Intensitas hujan tropis yang tinggi akan memberikan run off yang sangat besar dibanding aliran air limbah, sehingga sistem saluran (sewer) terpisah antara air hujan dan air limbah permukiman akan relatif lebih ekonomis dan sehat, kecuali untuk kawasan-kawasan terbatas dapat diterapkan sistem interseptor; Posisi bangunan sanitasi kawasan pasang surut harus memperhatikan muka air tertinggi, untuk sanitasi on site penggunaan septic tank dengan upward flow yang disebut tangki septik vertikal dapat diterapkan; Kepadatan 100 orang/ha memberikan dampak pencemaran cukup besar terhadap lingkungan maka kawasan-kawasan tertentu dengan masyarakat mampu dapat menerapkan sistem off site pada kawasan tersebut; Untuk pengelolaan air limbah pada kawasan-kawasan dengan effluen yang dibuang ke danau dan waduk, selain harus memperhatikan kadar BOD/COD dan SS juga harus mengendalikan kadar nitrogen dan fosfor yang akan memicu pertumbuhan algea biru dan gulma yang akan menutupi permukaan air danau; Jika tidak ada penetapan kuota pencemaran maka penetapan kualitas effluan hasil pengolahan limbah harus memperhitungkan kemampuan badan air penerima untuk natural purification bagi berlangsungnya kehidupan akuatik secara keseluruhan.

d. Teknis dan Kesehatan Penanganan secara teknis air limbah dimaksud agar input bangunan, proses, output dan outcome memenuhi persyaratan kesehatan (Depkimpraswil, 2003), diantaranya: Jarak bidang resapan tangki septik dengan sumber air minum harus dijaga dengan jarak >10m untuk jenis tanah liat dan >15 m untuk tanah berpasir; Kepadatan 100 orang/ha dengan menggunakan sanitasi setempat memberikan dampak kontaminasi bakteri koli yang cukup besar terhadap tanah dan air tanah. Jadi bagi pengguna sanitasi individual pada kawasan dengan kepadatan tersebut, penerapan anaerobic filter sebagai pengganti bidang resapan dan effluennya dapat dibuang ke saluran terbuka, atau secara komunitas menggunakan sistem sanitasi off site; Air limbah dari toilet tidak boleh langsung dibuang ke perairan terbuka tanpa pengeraman (digesting) lebih dari 10 hari terlebih dahulu, dan lumpurnya harus ada pengeraman 3 minggu untuk digunakan di permukaan tanah (sebagai pupuk); Hasil pengolahan limbah cair harus dibebaskan dari bakteri koli dengan proses maturasi atau menggunakan desinfektan. Dengan demikian setiap Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) harus dilengkapi salah satu dari kedua jenis sarana tersebut; Sebaiknya alat-alat saniter (WC, urinoir, kitchen zink, wash-basin, dll) menggunakan water trap (leher angsa) untuk mencegah bau dan serangga keluar dari pipa buangan ke peralatan tersebut. Penggunaan pipa pembuang udara (vent) pada sistem plumbing harus mencapai ceiling (plafon) teratas.

Kerangka TeoriKonsep yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada teori WHO (1984), yang menyatakan bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku tertentu karena adanya 4 alasan pokok, yaitu:

Pemikiran dan Perasaan (Thought and Feelings)Pengetahuan KepercayaanSikap

Tokoh penting sebagai panutan (Personal Reference)

Sumber daya yang tersedia (Resource)EkonomiFasilitasWaktuTenaga kesehatanPendidikan, dll.

Perilaku

Kebudayaan (Culture) Perilaku NormalKebiasaanNilai-nilai

Kerangka Konsep

Pemikiran dan Perasaan (Thought and Feelings)Pengetahuan yang kurang diketahuiPandangan akan membuang limbah cair kurang dimengerti

Sumber daya yang tersedia (Resource)Pendapatan yang rendahKurangnya jumlah Tenaga kesehatanTidak tersedianya tempat pembuangan limbah cairPendidikan yang rendah

Perilaku pembuangan limbah cair

Tokoh penting sebagai panutanTokoh masyarakat yang hampir semuanya membuang limbah cair sembarangan

Kebudayaan (Culture) Kebiasaan membuang limbah cair di lingkungan sekitar secara sembarang

TABEL DEFINISI OPERASIONAL DIAGNOSIS DAN INTERVENSI KOMUNITAS AREA MASALAH PERILAKU PEMBUANGAN LIMBAH CAIR RUMAH TANGGA PADA KELUARGA BINAAN KAMPUNG GARAPAN RT 01/ RW 06 DESA TANJUNG PASIR, KECAMATAN TELUK NAGA, KABUPATEN TANGERANG, PROVINSI BANTEN 15510.NoNama VariableDefinisi OperasionalAlat ukurCara ukurHasilSkala

1.Perilaku Pembuangan Limbah cairKegiatan membuang limbah cair rumah tangga (air bekas masak, air bekas cuci, air bekas mandi ) secara sembarangan atau tanpa melalui Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL).KuesionerWawancaraMelakukan

Tidak melakukanNominal

2.PengetahuanSesuatu yang diketahui responden berkenaan dengan pengertianair limbah,kriteria SPAL yang sehat, dan dampak limbah cair KuesionerWawancaraPenilaianBaik = 6Kurang= 5

Nominal

3.Tingkat PendidikanJenjang pendidikan terakhir yang telah dijalani oleh responden. KuesionerWawancaraRendah 9 tahun,Menegah 9-12 th,Tinggi 12 tahun.Ordinal

4.PengalamanAda tidaknya pengalaman responden berkaitan dengan pembuatan SPALKuesionerWawancaraAda pengalaman

Tidak ada pengalamanNominal

5.Peran petugas kesehatanAda atau Tidaknya pengawasan perilaku responden membuang limbah cair rumah tangga sesuai standar kesehatan oleh petugas kesehatan.KuesionerWawancaraAda Peran Petugas Kesehatan

Tidak Ada Peran Petugas KesehatanNominal

6.Peran tokoh masyarakatAda tidaknya kunjungan, penyuluhan rumah sehat, dan ajakan kepada warga untuk kerja bakti oleh tokoh masyarakat KuesionerWawancaraAda peran Tokoh Masyarakat

Tidak Ada peran Tokoh MasyarakatNominal

7.PendapatanPenghasilan keluarga yang diukur berdasarkan Upah Minimun Regional Kota Tangerang . KuesionerWawancaraDiatas UMR : Rp. 2.442.000,00Dibawah UMR : < Rp. 2.442.000,00

Nominal

8. PrasaranaSeperangkat komponen yang berfungsi dalam menyokong suatu sistem pembuangan limbah cair dimana ketersediaannya harus lengkap untuk membuat system pembuangan limbah yang sesuai standar.KuesionerWawancaraLengkap

Tidak LengkapNominal

Aspek Perilaku Keluarga Binaan Dalam Membuang Limbah Cair Rumah TanggaPerilakuMelakukanTidak melakukan

Membuang air bekas masak melalui SPAL

Membuang air bekas mandi melalui SPAL

Membuang air bekas cuci melalui SPAL

Membuang air bekas masak sembarangan

Membuang air bekas mandi sembarangan

Membuang air bekas cuci sembarangan

Melakukan hal yang sama setiap hari

I. Aspek Pengetahuan Keluarga Binaan Dalam Membuang Limbah Cair Rumah Tangga1. Apakah anda mengetahui apa itu limbah cair rumah tangga ?a. Tahub. Tidak tahu2. Apakah saluran pembuangan limbah cair rumah tangga yang anda miliki sudah memenuhi kriteria SPAL yang sehat?a. Sudah, jelaskan.. b. Belum3. Apakah dampak yang dapat ditimbulkan jika membuang hasil limbah cair rumah tangga dengan sembarangan ?a. Cacingan, diare, penyakit tifus, Demam berdarahb. Banjirc. Tidak tahu4. Apakah memiliki SPAL rumah tangga dirumah sendiri itu penting ?a. Yab. Tidak a. II. Aspek Pendapatan Dalam Membuang Limbah Cair Rumah Tangga5. Berapa jumlah pendapatan anda dalam 1 bulan?a. Rp. 2.442.000,00b. < Rp. 2.442.000,00 III. Aspek Prasarana Dalam Membuang Limbah Cair Rumah TanggaApakah Saluran Pembuangan Limbah Cair Rumah Tangga di rumah anda terdiri atas berikut ini :No.PrasaranaAdaTidak

1.Kamar Mandi

2.Pipa Penyalur

3.Septik tank

4.Atap

5.Dinding

6.WC

7.Leher angsa

IV. Aspek Peran Petugas Kesehatan Dalam Membuang Limbah Cair Rumah Tangga6. Apakah petugas kesehatan pernah memberi penyuluhan tentang Saluran Pembuangan Limbah Cair Rumah Tangga yang baik?a. Ada b. Tidak ada7. Apakah pernah petugas kesehatan melakukan pengontrolan terhadap perilaku pembuangan limbah cair rumah tangga di rumah keluarga desa tanjung pasir ? a. Adab. Tidak ada8. Jika Ada, berapa kali petugas kesehatan melakukan pengontrolan pembuangan limbah cair rumah tangga ? V. Aspek Peran Tokoh Masyarakat Dalam Membuang Limbah Cair Rumah Tangga9. Apakah tokoh masyarakat pernah melakukan kunjungan dalam rangka pemantauan langsung tentang adanya saluran pembuangan limbah cair rumah tangga dirumah anda ? a. Adab. Tidak adaVI. Aspek Pengalaman Dalam Membuang Limbah Cair Rumah Tangga10. Apakah anda memiliki pengalaman melihat tentang Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) ?a. Ada pengalaman (lanjut pertanyaan nomer 2,3)b. Tidak ada pengalaman11. Jika ada pengalaman, anda melihat melalui media apa? Televisi Penyuluhan Majalah Koran Poster Internet12. Jika ada pengalaman, seperti apa yang anda lihat? Jelaskan13. Apakah anda memiliki pengalaman membuang limbah cair rumah tangga melalui SPAL?a. Ada pengalamanb. Tidak ada pengalaman14. Apakah Anda memiliki pengalaman membuat saluran pembuangan air limbah di rumah sebelumnya ? a. Ada pengalaman (lanjut ke pertanyaan no. 6)b. Tidak ada pengalaman (pertanyaan no. 6 nernilai 0)15. Jika ada pengalaman, apakah saluran pembuangan air limbah sebelumnya rusak sehingga tidak digunakan lagi ?a. Yab. Tidak

KuisionerPendidikan1. Apakah pendidikan terakhir Anda? Pengetahuan1. Apakah Anda tahu mengenai limbah cair?2. Apakah Anda tahu mengenai tempat pembuangan limbah cair?3. Seberapa besar Anda ingin tahu mengenai limbah cair?Sumber daya yang tersedia1. Apakah pendapatan bulanan keluarga dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari keluarga?2. Apakah pelayanan kesehatan di daerah Anda memuaskan?3. Apakah disekitar rumah Anda terdapat saluran pembuangan limbah cair rumah tangga? Apakah selain Anda, ada yang membuang limbah cair sembarangan juga?