BAB II DATA DAN ANALISA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-2-00143-DS BAB...

39
3 BAB II DATA DAN ANALISA 2.1 Data Data dan informasi yang digunakan untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini, diperoleh dari berbagai sumber, diantaranya: - Literatur : 1. Buku Mengenal Candi-candi Nusantara Mengenal Candi Wisata Murah Jogja 2. Internet Artikel-artikel dari Wikipedia.com Artikel dari candi.pnri.co.id Artikel dari web PT. Taman Wisata Candi Artikel dari forum Majapahit - Wawancara: 1. Anak-anak SD kelas 1-6 - Survey: 1. Candi-candi di DIY Jogjakarta

Transcript of BAB II DATA DAN ANALISA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-2-00143-DS BAB...

3

BAB II

DATA DAN ANALISA

2.1 Data

Data dan informasi yang digunakan untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini,

diperoleh dari berbagai sumber, diantaranya:

- Literatur :

1. Buku

• Mengenal Candi-candi Nusantara

• Mengenal Candi

• Wisata Murah Jogja

2. Internet

• Artikel-artikel dari Wikipedia.com

• Artikel dari candi.pnri.co.id

• Artikel dari web PT. Taman Wisata Candi

• Artikel dari forum Majapahit

- Wawancara:

1. Anak-anak SD kelas 1-6

- Survey:

1. Candi-candi di DIY Jogjakarta

4

Setelah data-data tersebut dikumpulkan dan diolah, maka diperoleh hal-hal yang

dapat dijadikan informasi untuk membantu perancangan buku ini. Hal-hal tersebut

adalah:

2.1.1 Artikel Pendukung

Menurut artikel yang penulis dapatkan dari forum Majapahit.com yang

dikutip dari Koran Kompas,Rabu,14 Januari 2009, berjudul “Arkeologi, Jembatan

Masa Lalu” mengungkapkan bahwa peninggalan-peninggalan sejarah dalam bentuk

artefak maupun benda-benda arkeologi masa lalu sudah semakin dilupakan orang,

banyak kasus perusakan yang terjadi dan hal ini menyayat hati para arkeolog. Dari

kasus-kasus yang terjadi, baru disadari kalau arkeologi sudah dipinggirkan,

ditinggalkan generasi muda, dan sistem masyarakat masa kini sudah melupakan

masa lalu. Padahal barang-barang peninggalan tersebut bukan seonggok materi

yang bisu. Dari barang peninggalan tersebutlah kita dapat mengetahui masa lalu

Nusantara, seperti kata arkeolog Bambang Budi Utomo dari Pusat Penelitian dan

Pengembangan Arkeologi Nasional, Jakarta, ia mengatakan bahwa Hasil penelitian

arkeologi bukan sekadar rekomendasi pariwisata. Arkeologi bisa menentukan

identitas kebangsaan kita, bahkan arkeologi bisa mengubah sejarah. Namun

sayangnya komunikasi antara peneliti arkeolog dengan masyarakat dan juga

kebijakan pembangunan sering tidak sejalan. Misalnya pembangunan jalan

harusnya ada analisis mengenai dampak lingkungan yang berkaitan dengan

arkeolog, namun sering kali arkeolog tidak diikut sertakan dalam perundingan

tersebut. Akibatnya, atas nama pembangunan, kepentingan arkeolog jadi

5

terlupakan. Ketamakan pembangunan dengan sengaja telah meruntuhkan satu-

satunya jembatan untuk berkomunikasi dengan masa lalu Indonesia. Dan sangat

disayangkan generasi muda malah seolah-olah tidak perduli sama sekali dengan

peninggalan-peninggalan tersebut.

2.1.2 Candi

Candi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti bangunan kuno

yang dibuat dari batu (sebagai tempat pemujaan, penyimpanan abu jenazah raja-

raja, pendeta-pendeta Hindu atau Buddha pd zaman dulu); Sedangkan menurut

situs Wikipedia.org Candi adalah sebuah bangunan tempat ibadah dari

peninggalan masa lampau yang berasal dari agama Hindu-Buddha. Digunakan

sebagai tempat pemujaan dewa-dewa. Namun demikian, istilah 'candi' tidak hanya

digunakan oleh masyarakat untuk menyebut tempat ibadah saja. Banyak situs-situs

purbakala lain dari masa Hindu-Budha atau Klasik Indonesia, baik sebagai istana,

pemandian/petirtaan, gapura, dan sebagainya, disebut dengan istilah candi. Candi

juga berasal dari kata “Candika” yang berarti nama salah satu Dewa kematian

(Durga). Karenanya candi selalu dihubungkan dengan monumen untuk memuliakan

Raja yang meninggal contohnya candi Kidal untuk memuliakan Raja Anusapati,

selain itu candi pula berfungsi sebagai:

• Candi Stupa: didirikan sebagai lambang Budha, contoh candi Borobudur

• Candi Pintu Gerbang: didirikan sebagai gapura atau pintu masuk, contohnya

candi Bajang Ratu

6

• Candi Balai Kambang / Tirta: didirikan didekat / di tengah kolam, contoh

candi Belahan

• Candi Pertapaan: didirikan di lereng – lereng tempat Raja bertapa, contohnya

candi Jalatunda

• Candi Vihara: didirikan untuk tempat para pendeta bersemedhi contohnya

candi Sari

Struktur bangunan candi terdiri dari 3 bagian:

• Kaki candi adalah bagian dasar sekaligus membentuk denahnya (berbentuk

segi empat, ujur sangkar atau segi 20)

• Tubuh candi. Terdapat kamar – kamar tempat arca atau patung

• Atap candi: berbentuk limasan, bermahkota stupa, lingga, ratna atau

amalaka

Bangunan candi ada yang berdiri sendiri ada pula yang kelompok. Ada dua system

dalam pengelempokan candi, yaitu:

• Sistem Konsentris (hasil pengaruh dari India) yaitu induk candi berada di

tengah – tengah anak – anak candi, contohnya kelompok candi

Lorojongrang dan prambanan

• System membelakangi (hasil kreasi asli Indonesia )yaitu induk candi berada

di belakang anak – anak candi, contohnya candi Penataran

7

Suatu candi di masa lampau biasanya berfungsi dan digunakan masyarakat dari

latar belakang agamanya, yaitu Hindu-Saiwa, Budha Mahayana, Siwa Buddha dan

Rsi.

Bangunan candi terbagi menjadi:

1. Candi Kerajaan, yaitu yang digunakan oleh seluruh warga kerajaan.

Contoh: C.Borobudur, C.Prambanan, C.Sewu, C.Plaosan (Jawa Tengah),

C.Panataran di Jawa Timur.

2. Candi Wanua/watak,yaitu candi yang digunakan oleh seluruh masyarakat

pada daerah tertentu pada suatu kerajaan. Contoh: candi yang berasal dari

masa Majapahit, C.Sanggrahandi (Tulung Agung, Jawa Tengah), C.Gebang

(Yogya),C.Pringapus (tulung Agung, Jawa Tengah).

3. Candi pribadi, yaitu candi yang digunakan untuk mendharmakan seorang

tokoh. Contoh: C.Kidal (pendharmaan Anusapati,raja Singhasari),

C.Jajaghu (Pendharmaan Wisnuwardhana,raja Singhasari), C.Ngrimbi

(pendharmaan Tribuanatunggadewi, ibu Hayam Wuruk),C. Tegawangi

(pendharmaan Bhre Matahun), dan C. Surawana (pendharmaan Bhre

Wengker).

2.1.2.1 Arsitektur Candi

Pembangunan candi dibuat berdasarkan beberapa ketentuan yang

terdapat dalam suatu kitab Vastusastra atau Silpasastra yang dikerjakan

oleh silpin yaitu seniman yang membuat candi (arsitek zaman dahulu).

8

Salah satu bagian dari kitab Vastusastra adalah Manasara yang berasal dari

India Selatan, yang tidak hanya berisi patokan-patokan membuat kuil

beserta seluruh komponennya saja, melainkan juga arsitektur profan, bentuk

kota, desa, benteng, penempatan kuil-kuil di kompleks kota/desa, dll.

Beberapa ketentuan dari kitab selain Manasara namun sangat penting di

Indonesia adalah syarat bahwa bangunan suci sebaiknya didirikan di dekat

air, baik air sungai (terutama di dekat pertemuan 2 buah sungai, danau, laut,

bahkan kalau tidak ada harus dibuat kolam buatan atau meletakkan sebuah

jambangan berisi air di dekat pintu masuk bangunan suci tersebut. Selain di

dekat air, tempat terbaik mendirikan sebuah candi yaitu di puncak bukit, di

lereng gunung, di hutan, di lembah,dsb. Seperti kita ketahui, candi-candi

pada umumnya didirikan di dekat sungai, bahkan candi Borobudur terletak

di dekat pertemuan sungai Opak dan sungai Progo.

Bahan-bahan untuk membuat candi:

• Batu kali (andesit)

• Batu putih, seperti di C.Ratu Boko, Jateng

• Batu bata kuno (keras, berbeda dengan bata pada saat ini)

Macam-macam denah candi:

• denah bujur sangkar

• denah persegi panjang

• denah lingkaran

9

2.1.2.2 Candi- candi di Indonesia

Deskripsi mengenai candi di Indonesia dikelompokkan ke dalam:

candi di Jawa Tengah dan Yogyakarta, candi di Jawa Timur candi di Bali

dan candi di Sumatra. Walaupun pada masa sekarang Jawa Tengah dan

Yogyakarta merupakan dua provinsi yang berbeda, namun dalam

sejarahnya kedua wilayah tersebut dapat dikatakan berada di bawah

kekuasaan Kerajaan Mataram Hindu, yang sangat besar peranannya dalam

pembangunan candi di kedua provinsi tersebut. Pengelompokan candi di

Jawa Tengah dan Yogyakarta berdasarkan wilayah administratifnya saat ini

sulit dilakukan, namun, berdasarkan ciri-cirinya, candi-candi tersebut dapat

dikelompokkan dalam candi-candi di wilayah utara dan candi-candi di

wilayah selatan.

Candi-candi yang terletak di wilayah utara, yang umumnya

dibangun oleh Wangsa Sanjaya, merupakan candi Hindu dengan bentuk

bangunan yang sederhana, batur tanpa hiasan, dan dibangun dalam

kelompok namun masing-masing berdiri sendiri serta tidak beraturan

beraturan letaknya. Yang termasuk dalam kelompok ini, di antaranya: Candi

Dieng dan Candi Gedongsanga. Candi di wilayah selatan, yang umumnya

dibangun oleh Wangsa Syailendra, merupakan candi Buddha dengan bentuk

bangunan yang indah dan sarat dengan hiasan. Candi di wilayah utara ini

umumnya dibangun dalam kelompok dengan pola yang sama, yaitu candi

10

induk yang terletak di tengah dikelilingi oleh barisan candi perwara. Yang

termasuk dalam kelompok ini, di antaranya: Candi Prambanan, Candi

Mendut, Candi Kalasan, Candi Sewu, dan Candi Borobudur.

Candi-candi di Jawa Timur umumnya usianya lebih muda

dibandingkan yang terdapat di Jawa Tengah dan Yogyakarta, karena

pembangunannya dilakukan di bawah pemerintahan kerajaan-kerajaan

penerus kerajaan Mataram Hindu, seperti Kerajaan Kahuripan, Singasari,

Kediri dan Majapahit. Bahan dasar, gaya bangunan, corak dan isi cerita

relief candi-candi di Jawa Timur sangat beragam, tergantung pada masa

pembangunannya. Misalnya, candi-candi yang dibangun pada masa

Kerajaan Singasari umumnya dibuat dari batu andesit dan diwarnai oleh

ajaran Tantrayana (Hindu-Buddha), sedangkan yang dibangun pada masa

Kerajaan Majapahit umumnya dibuat dari bata merah dan lebih diwarnai

oleh ajaran Buddha.

Candi-candi di Bali umumnya merupakan candi Hindu dan sebagian

besar masih digunakan untuk pelaksanaan upacara keagamaan hingga saat

ini. Di Pulau Sumatra terdapat 2 candi Buddha yang masih dapat ditemui,

yaitu Candi Portibi di Provinsi Sumatra Utara dan Candi Muara Takus di

Provinsi Riau.

Berikut beberapa candi yang akan dibahas pada buku panduan ini

adalah:

11

1. Candi Borobudur

Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur,

Magelang, Jawa Tengah. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di

sebelah barat daya Semarang dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta.

Candi ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar

tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. Dalam

etnis Tionghoa, candi ini disebut juga 婆羅浮屠 (Hanyu Pinyin: pó luó fú

tú) dalam bahasa Mandarin.

Nama Borobudur

Banyak teori yang berusaha menjelaskan nama candi ini. Salah

satunya menyatakan bahwa nama ini kemungkinan berasal dari kata

Sambharabhudhara, yaitu artinya "gunung" (bhudara) di mana di

lereng-lerengnya terletak teras-teras. Selain itu terdapat beberapa

etimologi rakyat lainnya. Misalkan kata borobudur berasal dari

ucapan "para Buddha" yang karena pergeseran bunyi menjadi

borobudur. Penjelasan lain ialah bahwa nama ini berasal dari dua

kata "bara" dan "beduhur". Kata bara konon berasal dari kata

vihara, sementara ada pula penjelasan lain di mana bara berasal dari

bahasa Sansekerta yang artinya kompleks candi atau biara dan

beduhur artinya ialah "tinggi", atau mengingatkan dalam bahasa

Bali yang berarti "di atas". Jadi maksudnya ialah sebuah biara atau

asrama yang berada di tanah tinggi.

12

Sejarawan J.G. de Casparis dalam disertasinya untuk mendapatkan

gelar doktor pada 1950 berpendapat bahwa Borobudur adalah

tempat pemujaan. Berdasarkan prasasti Karangtengah dan

Kahulunan, Casparis memperkirakan pendiri Borobudur adalah raja

mataram dinasti Syailendra bernama Samaratungga, yang

melakukan pembangunan sekitar tahun 824 M. Bangunan raksasa itu

baru dapat diselesaikan pada masa putrinya, Ratu Pramudawardhani.

Pembangunan Borobudur diperkirakan memakan waktu setengah

abad. Dalam prasasti Karangtengah pula disebutkan mengenai

penganugerahan tanah sima (tanah bebas pajak) oleh Çrī Kahulunan

(Pramudawardhani) untuk memelihara Kamūlān yang disebut

Bhūmisambhāra. Istilah Kamūlān sendiri berasal dari kata mula

yang berarti tempat asal muasal, bangunan suci untuk memuliakan

leluhur, kemungkinan leluhur dari wangsa Sailendra. Casparis

memperkirakan bahwa Bhūmi Sambhāra Bhudhāra dalam bahasa

sansekerta yang berarti "Bukit himpunan kebajikan sepuluh

tingkatan boddhisattwa", adalah nama asli Borobudur.

2. Candi Prambanan

Candi Rara Jonggrang atau Lara Jonggrang yang terletak di

Prambanan adalah kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia. Candi ini

terletak di pulau Jawa, kurang lebih 20 km timur Yogyakarta, 40 km barat

13

Surakarta dan 120 km selatan Semarang, persis di perbatasan antara

provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Candi Rara

Jonggrang terletak di desa Prambanan yang wilayahnya dibagi antara

kabupaten Sleman dan Klaten.

Candi ini dibangun pada sekitar tahun 850 Masehi oleh salah

seorang dari kedua orang ini, yakni: Rakai Pikatan, raja kedua wangsa

Mataram I atau Balitung Maha Sambu, semasa wangsa Sanjaya. Tidak lama

setelah dibangun, candi ini ditinggalkan dan mulai rusak.

Candi Prambanan merupakan candi Hindu terbesar di Indonesia,

berketinggian 47 meter, dibangun pada abad 9. Letaknya berada 17 km arah

timur Yogyakarta di tepi jalan raya menuju Solo. Candi yang utama yaitu

Candi Siwa (tengah), Candi Brahma (selatan), Candi Wisnu (utara).

Didepannya terletak Candi Wahana (kendaraan) sebagai kendaraan

Trimurti; Candi Angkasa adalah kendaraan Brahma (Dewa Penjaga), Candi

Nandi (Kerbau) adalah kendaraan Siwa (Dewa Perusak) dan Candi Garuda

adalah kendaraan Wisnu (Dewa Pencipta).

Pada dinding pagar langkan candi Siwa dan candi Brahma dipahatkan relief

cerita Ramayana , sedangkan pada pagar langkah candi Wisnu dipahatkan

relief Krisnayana. masuk candi Siwa dari arah timur belok ke kiri akan anda

temukan relief cerita Ramayana tersebut searah jarum jam, relief cerita

selanjutnya bersambung di candi Brahma.

Candi Prambanan dikenal kembai saat seorang Belanda bernama

C.A.Lons mengunjungi Jawa pada tahun 1733 dan melaporkan tentang

14

adanya reruntuhan candi yang ditumbuhi semak belukar. Usaha pertama

kali untuk menyelamatkan Candi Prambanan dilakukan oleh Ijzerman pada

tahun 1885 dengan membersihkan bilik-bilik candi dari reruntuhan batu.

Pada tahun 1902 baru dimulai pekerjaan pembinaan yang dipimpin oleh

Van Erp untuk candi Siwa, candi Wisnu dan candi Brahma. Perhatian

terhadap candi Prambanan terus berkembang. Pada tahun 1933 berhasil

disusun percobaan Candi Brahma dan Wisnu. Setelah mengalami berbagai

hambatan, pada tanggal 23 Desember 1953 candi Siwa selesai dipugar.

Candi Brahma mulai dipugar tahun 1978 dan diresmikan 1987. Candi

Wisnu mulai dipugar tahun 1982 dan selesai tahun 1991. Kegiatan

pemugaran berikutnya dilakukan terhadap 3 buah candi perwara yang

berada di depan candi Siwa, Wisnu dan Brahma besarta 4 candi kelir dan 4

candi disudut / patok.

Kompleks candi Prambanan dibangun oleh Raja-raja Wamca

(Dinasty) Sanjaya pada abad ke-9. Candi Prambanan merupakan kompleks

percandian dengan candi induk menghadap ke timur, dengan bentuk secara

keseluruhan menyerupai gunungan pada wayang kulit setinggi 47 meter.

Agama Hindu mengenal Tri Murti yang terdiri dari Dewa Brahma sebagai

Sang Pencipta, Dewa Wisnu sebagai Sang Pemelihara, Dewa Shiwa sebagai

Sang Perusak. Bilik utama dari candi induk ditempati Dewa Shiwa sebagai

Maha Dewa sehingga dapat disimpulkan candi Prambanan merupakan candi

Shiwa. Candi Prambanan atau candi Shiwa ini juga sering disebut sebagai

candi Loro Jonggrang berkaitan dengan legenda yang menceritakan tentang

15

seorang dara yang jonggrang atau gadis yang jangkung, putri Prabu Boko,

yang membangun kerajaannya diatas bukit di sebelah selatan kompleks

candi Prambanan.

Bagian tepi candi dibatasi dengan pagar langkan, yang dihiasi

dengan relief Ramayana yang dapat dinikmati bilamana kita berperadaksina

(berjalan mengelilingi candi dengan pusat cansi selalu di sebelah kanan

kita) melalui lorong itu. Cerita itu berlanjut pada pagar langkan candi

Brahma yang terletak di sebelah kiri (sebelah selatan) candi induk. Sedang

pada pagar langkan candi Wishnu yang terletak di sebelah kanan (sebelah

utara) candi induk, terpahat relief cerita Kresnadipayana yang

menggambarkan kisah masa kecil Prabu Kresna sebagai penjelmaan Dewa

Wishnu dalam membasmi keangkaramurkaan yang hendak melanda dunia.

Bilik candi induk yang menghadap ke arah utara berisi parung

Durga, permaisuri Dewa Shiwa, tetapi umumnya masyarakat menyebutnya

sebagai patung Roro Jonggrang, yang menurut legenda, patung batu itu

sebelumnya adalah tubuh hidup dari putri cantik itu, yang dikutuk oleh

ksatria Bandung Bondowoso, untuk melengkapi kesanggupannya

menciptakan seribu buah patung dalam waktu satu malam.

Candi Brahma dan candi Wishnu masing-masing memiliki satu buah

bilik yang ditempati oleh patung dewa-dewa yang bersangkutan.

Dihadapan ketiga candi dari Dewa Trimurti itu terdapat tiga buah

candi yang berisi wahana (kendaraan) ketiga dewa tersebut. Ketiga candi itu

kini sudah dipugar dan hanya candi yang ditengah ( di depan candi Shiwa)

16

yang masih berisi patung seekor lembu yang bernama Nandi, kendaraan

Dewa Shiwa.

Patung angsa sebagai kendaraan Brahma dan patung garuda sebagai

kendaraan Wishnu yang diperkirakan dahulu mengisi bilik-bilik candi yang

terletak di hadapan candi kedua dewa itu kini telah dipugar.

Keenam candi itu merupakan 2 kelompok yang saling berhadapan,

terletak pada sebuah halaman berbentuk bujur sangkar, dengan sisi

sepanjang 110 meter.

Didalam halaman masih berdiri candi-candi lain, yaitu 2 buah candi

pengapit dengan ketinggian 16 meter yang saling berhadapan, yang sebuah

berdiri di sebelah utara dan yang lain berdiri di sebelah selatan, 4 buah

candi kelir dan 4 buah candi sedut.

Halaman dalam yang dianggap masyarakat Hindu sebagai halaman

paling sacral ini, terletak di tengah halaman tengah yang mempunyai sisi

222 meter, dan pada mulanya berisi candi-candi perwara sebanyak 224 buah

berderet-deret mengelilingi halaman dalam 3 baris.

3. Candi Mendut

• Candi Mendut adalah sebuah candi berlatar belakang agama

Buddha. Candi ini terletak di desa Mendut, kecamatan Mungkid,

Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, beberapa kilometer dari candi

Borobudur.

17

• Masa pembuatan

Candi Mendut didirikan semasa pemerintahan Raja Indra dari

dinasti Syailendra. Di dalam prasasti Karangtengah yang bertarikh

824 Masehi, disebutkan bahwa raja Indra telah membangun

bangunan suci bernama veluvana yang artinya adalah hutan bambu.

Oleh seorang ahli arkeologi Belanda bernama J.G. de Casparis, kata

ini dihubungkan dengan Candi Mendut.

• Arsitektur candi

Bahan bangunan candi sebenarnya adalah batu bata yang ditutupi

dengan batu alam. Bangunan ini terletak pada sebuah basement yang

tinggi, sehingga tampak lebih anggun dan kokoh. Tangga naik dan

pintu masuk menghadap ke barat-daya. Di atas basement terdapat

lorong yang mengelilingi tubuh candi. Atapnya bertingkat tiga dan

dihiasi dengan stupa-stupa kecil. Jumlah stupa-stupa kecil yang

terpasang sekarang adalah 48 buah. Tinggi bangunan adalah 26,4

meter.

• Hiasan pada candi Mendut

Hiasan yang terdapat pada candi Mendut berupa hiasan yang

berselang-seling. Dihiasi dengan ukiran makhluk-makhluk

kahyangan berupa bidadara dan bidadari, dua ekor kera dan seekor

garuda. Pada kedua tepi tangga terdapat relief-relief cerita

Pancatantra dan jataka. Dinding candi dihiasi relief Boddhisatwa di

antaranya Awalokiteśwara, Maitreya, Wajrapā�i dan Manjuśri.

18

Pada dinding tubuh candi terdapat relief kalpataru, dua bidadari,

Harītī (seorang yaksi yang bertobat dan lalu mengikuti Buddha) dan

Āţawaka. Di dalam induk candi terdapat arca Buddha besar

berjumlah tiga: yaitu Dhyani Buddha Wairocana dengan sikap

tangan (mudra) dharmacakramudra. Di depan arca Buddha terdapat

relief berbentuk roda dan diapit sepasang rusa, lambang Buddha. Di

sebelah kiri terdapat arca Awalokiteśwara (Padmapāņi) dan sebelah

kanan arca Wajrapāņi. Sekarang di depan arca Buddha diletakkan

hio-hio dan keranjang untuk menyumbang. Para pengunjung bisa

menyulut sebuah hio dan berdoa di sini.

4. Situs Ratu boko

Ratu boko adalah situs purbakala yang merupakan kompleks

sejumlah sisa bangunan yang berada kira-kira 3 km di sebelah selatan dari

komplek Candi Prambanan, 18 km sebelah timur Kota Yogyakarta atau 50

km barat daya Kota Surakarta. Luas keseluruhan komplek adalah sekitar 25

ha.

Situs ini menampilkan atribut sebagai tempat berkegiatan atau situs

pemukiman, namun fungsi tepatnya belum diketahui dengan jelas. Ratu

Boko diperkirakan sudah dipergunakan orang pada abad ke-8 pada masa

Wangsa Sailendra (Rakai Panangkaran) dari Kerajaan Medang (Mataram

Hindu). Dilihat dari pola peletakan sisa-sisa bangunan, diduga kuat situs ini

19

merupakan bekas keraton (istana raja). Pendapat ini berdasarkan pada

kenyataan bahwa kompleks ini bukan candi atau bangunan dengan sifat

religius, melainkan sebuah istana berbenteng dengan bukti adanya sisa

dinding benteng dan parit kering sebagai struktur pertahanan. Sisa-sisa

permukiman penduduk juga ditemukan di sekitar lokasi situs ini.

Nama "Ratu Boko" berasal dari legenda masyarakat setempat. Ratu

Boko (Bahasa Jawa, arti harafiah: "raja bangau") adalah ayah dari Loro

Jonggrang, yang juga menjadi menjadi nama candi utama pada komplek

Candi Prambanan.

Secara administratif, situs ini berada di wilayah Kecamatan

Prambanan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta dan terletak pada ketinggian

hampir 200 m di atas permukaan laut.

• Riwayat

Situs Ratu Boko pertama kali dilaporkan oleh Van

Boeckholzt pada tahun 1790, yang menyatakan terdapat reruntuhan

kepurbakalaan di atas bukit Ratu Boko. Bukit ini sendiri merupakan

cabang dari sistem Pegunungan Sewu, yang membentang dari

selatan Yogyakarta hingga daerah Tulungagung. Seratus tahun

kemudian baru dilakukan penelitian yang dipimpin oleh FDK

Bosch, yang dilaporkan dalam Keraton van Ratoe Boko. Dari sinilah

disimpulkan bahwa reruntuhan itu merupakan sisa-sisa keraton.

20

Prasasti yang dikeluarkan oleh Rakai Panangkaran (746-

784M) menyebut suatu kawasan wihara di atas bukit yang

dinamakan Abhyagiri Wihara ("wihara di bukit yang damai").

Tampaknya, komplek itu kemudian diubah menjadi keraton bagi

raja bawahan (vazal) yang bernama Rakai Walaing Pu Kumbayoni.

Di dalam kompleks ini terdapat bekas gapura, ruang

Paseban, kolam, Pendopo, Pringgitan, keputren, dan dua ceruk gua

untuk bermeditasi.

• Keistimewaan Situs Ratu Boko

Berbeda dengan peninggalan purbakala lain dari zaman Jawa

Kuno yang umumnya berbentuk bangunan keagamaan, situs Ratu

Boko merupakan kompleks profan, lengkap dengan gerbang masuk,

pendopo, tempat tinggal, kolam pemandian, hingga pagar pelindung.

Berbeda pula dengan keraton lain di Jawa yang umumnya

didirikan di daerah yang relatif landai, situs Ratu Boko terletak di

atas bukit yang lumayan tinggi. Ini membuat kompleks bangunan ini

relatif lebih sulit dibangun dari sudut pengadaan tenaga kerja dan

bahan bangunan. Terkecuali tentu apabila bahan bangunan

utamanya, yaitu batu, diambil dari wilayah bukit ini sendiri. Ini

tentunya mensyaratkan terlatihnya para pekerja di dalam mengolah

21

bukit batu menjadi bongkahan yang bisa digunakan sebagai bahan

bangunan.

Kedudukan di atas bukit ini juga mensyaratkan adanya mata

air dan adanya sistem pengaturan air yang bisa memenuhi kebutuhan

sehari-hari. Kolam pemandian merupakan peninggalan dari sistem

pengaturan ini; sisanya merupakan tantangan bagi para arkeolog

untuk merekonstruksinya.

Posisi di atas bukit juga memberikan udara sejuk dan

pemandangan alam yang indah bagi para penghuninya, selain tentu

saja membuat kompleks ini lebih sulit untuk diserang lawan.

Keistimewaan lain dari situs ini adalah adanya tempat di

sebelah kiri gapura yang sekarang biasa disebut "tempat kremasi".

Mengingat ukuran dan posisinya, tidak pelak lagi ini merupakan

tempat untuk memperlihatkan sesuatu atau suatu kegiatan.

Pemberian nama "tempat kremasi" menyiratkan harus adanya

kegiatan kremasi rutin di tempat ini yang perlu diteliti lebih lanjut.

Sangat boleh jadi perlu dipertimbangkan untuk menyelidiki tempat

ini sebagai semacam altar atau tempat sesajen.

22

2.1.3 Wisata

Wisata atau pariwisata menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti

bepergian bersama-sama (untuk memperluas pengetahuan, bersenang-senang, dsb);

bertamasya; 2 piknik; (ber·wi·sa·ta v melakukan perjalanan wisata); Sedangkan dari

situs Wikipedia.org Pariwisata atau turisme adalah suatu perjalanan yang dilakukan

untuk rekreasi atau liburan, dan juga persiapan yang dilakukan untuk aktivitas ini.

Seorang wisatawan atau turis adalah seseorang yang melakukan perjalanan paling tidak

sejauh 80 km (50 mil) dari rumahnya dengan tujuan rekreasi, merupakan definisi oleh

Organisasi Pariwisata Dunia.

Definisi yang lebih lengkap, turisme adalah industri jasa. Mereka menangani jasa

mulai dari transportasi; jasa keramahan - tempat tinggal, makanan, minuman; dan jasa

bersangkutan lainnya seperti bank, asuransi, keamanan, dll. Dan juga menawarkan

tempat istrihat, budaya, pelarian, petualangan, dan pengalaman baru dan berbeda

lainnya.

Banyak negara, bergantung banyak dari industri pariwisata ini sebagai sumber

pajak dan pendapatan untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh

karena itu pengembangan industri pariwisata ini adalah salah satu strategi yang dipakai

oleh Organisasi Non-Pemerintah untuk mempromosikan wilayah tertentu sebagai

daerah wisata untuk meningkatkan perdagangan melalui penjualan barang dan jasa

kepada orang non-lokal.

Indonesia kaya dengan beragam wisata budaya dan keindahan wisata alam, serta

berbagai masakan yang mengandung nilai cita rasa tinggi dalam wisata kulinernya. Tak

23

hanya masakan, Indonesia juga memiliki beragam peninggalan sejarah yang tersebar

diseluruh Nusantara. Keindahan itu semua yang akhirnya membuat Indonesia dikenal

sebagai salah satu negara tempat wisata yang populer.

Jadi dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa wisata adalah kegiatan

bepergian bersama ke tempat-tempat yang menawarkan hiburan, kesenian,

kebudayaan, dsb. Untuk bersenang-senang sekaligus menambah pengetahuan untuk

mengisi waktu liburan keluarga ataupun sendiri.

2.1.3.1 Wisata Candi

Dari dua pengertian diatas, dapat disimpulkan Wisata Candi adalah, suatu

kegiatan bepergian bersama-sama ataupun sendiri ke tempat-tempat peninggalan

sejarah, berupa bangunan kuno yang terbuat dari batu peninggalan masa lampau

yang berasal dari agama Hindu-Buddha guna mengisi waktu liburan sekaligus

menambah pengetahuan tentang peninggalan purbakala.

2.1.4 Wisata dan Anak-anak

Menurut artikel yang saya dapatkan dari blog (http://ayo-

berlibur.blogspot.com) di Internet tentang wisata dan anak-anak, saat waktu

liburan tiba, eski tak berencana pergi ke mana-mana, menikmati liburan bersama

keluarga tetap memiliki manfaat bagi perkembangan anak. Banyak orang, setiap

habis berlibur bersama keluarga, oleh-oleh yang paling banyak dibawa adalah

24

cerita dan foto-foto kenangan di tempat tujuan liburan. Kegembiraan yang

dialami bersama-sama, membuat para anggota keluarga merasa lebih dekat dan

semakin kuat satu sama lain, sebagai sebuah keluarga.

Pengalaman perjalanan yang dialami bersama, baik suka maupun duka, juga

menambah kedekatan setiap anggota keluarga di dalam kehidupan mereka.

Mungkin saja anak-anak tidak selalu mampu mengingat setiap liburan yang

mereka alami. Namun, secara keseluruhan liburan mampu membentuk diri setiap

anggota keluarga, baik secara individu maupun sebagai bagian dari keluarga

besar.

Liburan juga dapat menetapkan siapa diri kita, di dalam sebuah keluarga.

Semakin banyak waktu yang orang tua habiskan bersama anak-anak, semakin

dekatlah hubungan emosi orang tua dan anak yang tercipta. Liburan juga

mendekatkan keluarga, di mana hal ini sangat jarang bisa terjadi di dalam

kehidupan sehari-hari, sebab semua anggota keluarga disibukkan dengan kegiatan

dan rutinitasnya masing-masing sehari-hari.

Dengan liburan, orang tua menjadi terikat satu sama lain dan saling

mengandalkan. Peran keluarga pun menjadi berubah. Dan sebagai bagian dari

anggota keluarga, semuanya menjadi lebih dari sekadar berada di posisi sejajar.

Sebab, ketika berlibur, setiap orang memiliki tanggung jawab yang berbeda

dari yang biasa mereka lakukan di rumah. Orangtua dan anak-anak akan

mempelajari peta, menyusun rencana perjalanan, dan mengatasi masalah

bersama-sama. Mereka semua terlibat dalam sebuah kerjasama, sebagai tim yang

akan memperkuat ikatan batin.

25

Berdasarkan pengalaman, hubungan kakak beradik pun biasanya akan

menjadi lebih baik seusai berlibur bersama. Tempat bermain di tempat tujuan

berlibur pun pada akhirnya tak hanya diperuntukkan bagi anak-anak saja, tetapi

juga cocok bagi para orangtua. Anak-anak maupun orangtua, sangat bahagia

karena mereka bisa saling mengandalkan satu sama lainnya.

2.1.4.1 Belajar Mandiri

Saat terbaik bagi sebuah keluarga untuk memulai berpergian bersama-

sama adalah pada saat anak-anak masih kecil. Orang dewasa yang tidak pernah

berpergian pada saat ia masih berusia anak-anak, cenderung memiliki perasaan

lebih takut ketika harus melakukan suatu perjalanan. Mereka mungkin khawatir

akan melakukan kebodohan, atau merasa tak nyaman menggunakan telepon atau

kamar mandi yang berbeda dari yang mereka miliki di rumah.

Anak-anak yang biasa berpergian cenderung akan belajar meningkatkan

tanggung jawab pada dirinya. Bahkan, di usia 4, 6 dan 8 tahun, mereka dapat

memegang tanggung jawab yang lebih nyata. Anak usia 8 tahun, misalnya, akan

belajar menjaga adik kecilnya dan memastikan adiknya selalu berpegangan

tangan dengannya agar tak terpisah dari rombongan dan orangtuanya.

Pada saat akan check out dari hotel, orang tua dapat meminta salah satu

anak untuk memeriksa seluruh ruangan dan memastikan tidak ada satu pun

barang yang tertinggal di kamar hotel. Dan anak lainnya, dapat berinisiatif

membereskan kopor adiknya. Mereka juga akan belajar, "Jika jaket adik

26

ketinggalan, dia akan kedinginan." Dengan latihan secara praktis seperti ini,

anak-anak akan belajar langsung bagaimana cara mengorganisir dengan baik.

2.1.4.2 Melalui “Mata” Anak

Ketika akan berlibur, orangtua selayaknya harus menanyakan pendapat

anak-anaknya mengenai tempat tujuan, serta apa yang sangat ingin mereka

lakukan. Orangtua pun harus serta sungguh-sungguh mendengarkan keinginan

mereka. Dengan demikian, mereka juga akan belajar dan menyadari, pendapat

mereka diperhatikan, merasa mendapat wewenang, dan ikut terlibat dalam

pengambilan keputusan.

Sebagai bagian dari keluarga, orang tua dan anak-anak bisa bersama-sama

membicarakan rute perjalanan liburan lalu menegosiasikannya. Hasilnya,

perjalanan akan memiliki jadwal yang padat tapi bermanfaat, dengan terlebih

dulu melihat tujuan liburan melalui "mata" anak-anak.

Akan tetapi, membawa anak-anak keluar dari lingkungan kesehariannya,

sama halnya dengan kita sebagai orang dewasa telah membuka wawasan baru

kepada mereka, mengenai dunia luar. Melalui perjalanan antarpulau atau

provinsi, anak-anak akan belajar adanya perbedaan suku dan budaya, serta bahasa

yang digunakan orang-orang setempat.

Kita dapat membantu anak-anak untuk mengerti sejarah setiap tempat,

sesuai usia anak. Pelajaran budaya yang mereka dapat secara langsung ini niscaya

27

tidak akan pernah mereka lupakan. Hal ini dapat pula dikatakan, kita telah

membawa kesadaran budaya kembali ke akarnya kepada anak-anak.

Selain itu, anak-anak juga akan belajar, dunia bukan hanya lingkungan

tempat mereka tinggal saja. Mereka pun belajar, manusia hidup secara berbeda

dan memiliki nilai budaya yang berbeda pula. Di beberapa Negara yang sempat

dikunjunginya saat liburan, anak-anak akan melihat penduduk aslinya yang

ramah dan suka menolong.

Di samping itu, dengan berada langsung di daerah yang berbudaya asing,

anak-anak akan belajar menghargai musik yang tak lazim mereka dengar, ataupun

masakan yang belum pernah mereka cicipi sebelumnya.

Hal ini akan membuat mereka lebih terbuka untuk mencoba sesuatu yang

baru. Dengan dukungan orangtua, mereka bahkan dapat mengerti manusia secara

lebih luas, belajar bertoleransi dan menjadi lebih menghargai apa yang mereka

miliki di rumah.

Ketika anak-anak mengunjungi suatu daerah atau negara yang

menggunakan bahasa aslinya, mereka jadi merasakan bagaimana menjadi orang

asing, dan ketika mereka mengunjungi negara yang cantik tetapi miskin, mereka

akan mensyukuri berkah yang telah diberikan Tuhan kepada kehidupan mereka.

Mungkin, mereka akan lebih menghargai para imigran, dan tidak sembarangan

menghakimi orang yang berbicara dengan aksen atau bahasa berbeda.

Satu hal lagi, di saat berpergian, sejarah kehidupan ini akan terasa

menjadi lebih hidup, dan pada saat yang bersamaan, anak-anak pun akan

28

langsung belajar ilmu pengetahuan, ilmu bumi, ilmu budaya, dan pemerintahan

atau kenegaraan sekaligus.

2.1.5 Data Hasil Survey

2.1.5.1 Kuesioner

Kuesioner adalah suatu teknik pengumpulan informasi yang

memungkinkan analis mempelajari sikap-sikap, keyakinan, perilaku, dan

karakteristik beberapa orang utama di dalam organisasi yang bisa terpengaruh

oleh sistem yang diajukan atau oleh sistem yang sudah ada. (sumber :

www.ilkom.unsri.ac.id/dosen/hartini/materi/VI_Kuesioner.pdf)

Jadi kuisioner adalah alat riset yang berisi serangkaian pertanyaan tertulis

untuk mendapatkan informasi atau tanggapan dari sekelompok tertentu, yang

biasanya disebarkan kepada 100 orang koresponden secara acak, sesuai dengan

target audience yang ingin kita tuju. Untuk buku panduan ini target audience

primer berkisar dari usia 6-12 tahun, yaitu kelas 1-6 SD. Kuisioner kali ini

dibagikan kepada 120 anak secara acak di Sekolah SD Pelita Hati dari kelas 1-6.

Berikut data hasil kuisioner dari SD Pelita Hati;

29

Pertanyaan Pilihan pertanyaan

Kelas Hasil 1 2 3 4 5 6

Apakah kamu suka membaca buku?

Suka 16 15 18 20 17 13 82.5 %

Tidak suka 4 5 2 - 3 7 17.5%

Kamu suka buku seperti apa?

Tulisan semua - - - 1 2 2 4.17%

Banyak tulisan sedikit gambar

- - 1 1 2 3 5.83%

Banyak gambar sedikit tulisan

20 20 19 18 16 15 90%

Apa kamu suka berpetualang

Ya 19 17 19 18 14 17 86.67%

Tidak 1 3 1 2 6 3 13.33%

Kalau liburan lebih suka kemana?

Mall 4 5 5 6 5 9 28.33%

Taman hiburan 13 14 15 12 14 9 64.17%

Museum 2 1 - 2 1 2 6.67%

Tempat kebudayaan

1 - - - - 0.83%

Kalau liburan lebih suka keluar kota atau dalam kota?

Luar kota 7 9 14 11 9 12 51.67%

Dalam kota 13 11 6 9 11 8 48.33%

Kamu suka warna yang seperti apa?

Cerah 16 12 15 11 8 13 62.5%

Gelap 4 8 5 9 12 7 37.5%

Kamu tahu tentang candi?

Tahu 5 7 11 15 18 20 63.3% Tidak tahu tapi tertarik

7 10 7 3 2 - 25%

Tidak tahu dan tidak tertarik

8 3 2 2 - - 12.5%

Jika tahu, Kamu tahu candi.....?

Borobudur 5 7 11 15 18 20 63.33% Prambanan 5 7 9 15 18 20 61.67% Mendut 1 - 1 3 2 7 11.67 Plaosan - - - - 1 - 0.83% Pawon - - - 1 1 1 2.5%

30

Kesimpulan

1. Sebanyak 82.5% responden menggemari kegiatan membaca. Sementara

sisanya, 17.5 % tidak menyukai kegiatan membaca. Berdasarkan hasil yang

diperoleh, hal ini membuktikan bahwa minat baca dari target audience

sangatlah tinggi.

2. Jenis buku yang disukai oleh responden adalah buku yang banyak gambar dan

sedikit tulisan sebanyak 90%, untuk buku yang banyak tulisan sedikit gambar

sebanyak 5.83%, sedangkan 4.17%nya memilih buku dengan tulisan semua.

Hal ini membuktikan bahwa target audience lebih menyukai penyampaian

melalui visual dibandingkan verbal.

3. Sebanyak 86.67% responden memilih senang bertualang. Sedangkan 13.33%

resonden tidak menyukai berpetualang. Hal ini membuktikan bahwa

kebanyakan anak-anak senang untuk berpetualang.

4. Tempat liburan yang paling banyak digemari oleh anak-anak adalah taman

hiburan dengan 64.17%, yang kedua adalah ke mall dengan 28.33%, yang

ketiga adalah museum dengan 6.67% dan terakhir ke tempat kebudayaan

sebanyak 0.83%. Hal ini membuktikan bahwa anak lebih menyukai pergi

ketempat hiburan bermain yang ramai dibanding pergi ke tempat seperti

museum dan tempat kebudayaan, ini membuktikan pengetahuan mereka masih

sangat minim akan daya tarik dari tempat tersebut, sehingga diperlukan suatu

dorongan agar anak lebih tertarik untuk mengunjungi tempat-tempat tersebut.

5. Sebanyak 51.67% responden lebih menyukai pergi keluar kota dibanding dalam

kota dengan hasil 48.33%. Hal ini membuktikan ketertarikan mereka untuk tahu

31

mengenai dunia diluar kehidupan mereka sehari-hari dan memperoleh

pengetahuan lebih dari perjalanan tersebut.

6. Dari pertanyaan mengenai warna, anak-anak lebih memilih warna cerah dengan

presentase sebanyak 62.5%, dibanding dengan warna gelap dengan presentase

sebanyak 37.5%. Hal ini membuktikan anak-anak lebih menyukai visual

dengan warna-warna cerah.

7. Sebanyak 63.3% responden mengetahui tentang candi, dan sebanyak 25% tidak

tahu tetapi tertarik, dan sisanya 12.5% tidak tahu dan tidak tertarik sama sekali,

dari hasil diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa responden sudah lumayan

banyak yang mengetahui tentang candi namun setelah ditanya lebih lanjut

pengetahuan mereka masih sangat minim akan candi tersebut dan tampaknya

mereka memiliki ketertarikan setelah diceritakan tentang candi-candi lebih

lanjut.

8. Dari responden yang mengatahui tentang candi, sebagian besar dari mereka

mengetahui tentang candi Borobudur dan candi Prambanan, namun

pengetahuan yang mereka ketahui masih minim. Selain itu kebanyakan dari

mereka hanya mengenal candi-candi yang memang namanya sudah terkenal.

Padahal masih banyak candi-candi lainnya yang juga menarik dan seindah

Borobudur dan Prambanan.

32

2.2 Struktur Buku

Karena buku ini merupakan buku panduan wisata untuk anak-anak maka buku

dibuat agar mudah dibawa kemana-mana dan terkesan ringan. Namun tetap berisi

informasi lengkap sehingga buku ini akan tetap dibawa saat anak-anak melakukan

perjalanan untuk memenuhi misi yang ada didalam buku ini sekaligus sebagai panduan

perjalanannya.

Judul buku ini adalah Seri Wisata Candi: ”Mari Bertualang ke Candi-candi di ....”,

dari judul buku ini sudah jelas untuk mengajak anak agar mau berpetualang ke candi-candi

di Indonesia. Di dalam buku ini pun akan diberikan sejarah dan berbagai informasi

mengenai tentang candi-candi yang dituju disertai misi-misi yang harus diselesaikan si

anak agar ia tidak bosan saat melakukan perjalanan tersebut. Buku ini akan dihias dengan

berbagai illustrasi menarik agar anak tertarik karena sebagian besar anak-anak lebih

menyukai buku yang lebih banyak gambar daripada buku yang berisi teks. Di dalam buku

ini juga akan diberikan buku saku kecil untuk orang tua agar mudah memandu anak-

anaknya dalam petualangan candinya.

Berikut kriteria buku tersebut:

• Buku ukuran 20 x 25.5 cm

• Daftar isi:

‐ Cover depan

‐ Pengantar tentang candi…….1-2

‐ Petunjuk berwisata…………..3

33

‐ Perlengkapan berwisata……...4

‐ Candi Mendut dan Pawon…...5-6

‐ Candi Borobudur……………7-8

‐ Candi prambanan……………9-10

‐ Situs Ratu Boko..……………11-12

‐ Daftar candi menarik lainnya..13-14

‐ Penutup beserta lampiran2…...15-16

‐ Cover belakang

Lampiran berupa peta besar jogja, buku saku orang tua

Daftar isi buku saku orang tua

‐ Pengantar

‐ Tips-tips perjalanan

‐ Daftar hotel

• Daftar hotel murah

• Hotel berbintang

‐ Transportasi

• Travel agent

• Kereta api

• Pesawat

- penutup

- Cover belakang

34

Berikut alasan pemilihan candi-candi yang akan dibahas pada buku ini:

Alasan pemilihan candi diatas telah disesuaikan dengan rute perjalanan yang telah

ditentukan, alasan lainnya adalah:

1. Mendut

Candi mendut dipilih karena searah dengan candi Borobudur, dan merupakan

candi yang namanya juga dikenal selain Borobudur dan prambanan, selain itu

candi ini memiliki relief yang memiliki cerita yang berisikan pesan moral yang

dapat diteladani untuk sang anak.

2. Borobudur

Candi Borobudur dipilih karena namanya yang sudah sangat terkenal, yang

merupakan salah satu dari tujuh keajaiban dunia yang pastinya disana akan

menambah banyak pengetahuan anak-anak tentang kemegahan peninggalan

negaranya.

3. Prambanan

Merupakan candi kedua yang paling terkenal setelah candi Borobudur, yang

merupakan candi Hindu terbesar didunia.

4. Ratu Boko

Situs ini merupakan situs istimewa karena merupakan bangunan kuno yang

diduga bekas keraton yang masih ada hubungannya dengan Candi Prambanan.

Dengan informasi dan keterangan yang diberikan selain memberikan pengetahuan

lebih untuk anak-anak juga untuk memudahkan anak memenuhi misi-misinya. Didukung

pula dengan buku panduan untuk orang tua agar memudahkan perjalanan dan petualangan

35

si kecil. Dengan gaya penyampaian kata-kata yang mudah dimengerti untuk anak,

didukung dengan visual yang menarik, menghilangkan kesan kaku dan formal sehingga

membuat anak-anak tidak bosan.

2.3 Data Penerbit

Untuk bagian penerbit dipilih Gramedia Pustaka Utama, karena penerbit ini juga

sudah banyak menerbitkan buku-buku wisata sejenis, selain itu penerbit juga banyak

menerbitkan buku-buku untuk anak-anak. Gramedia Pustaka Utama adalah anak

perusahaan dari Kelompok Kompas Gramedia yang bergerak di bidang penerbitan buku

yang mulai menerbitkan buku sejak tahun 1974. Jadi bisa dipastikan penerbit ini sudah

memiliki nama yang cukup besar. Buku fiksi pertama yang diterbitkan penerbit ini adalah

novel Karmila, karya Marga T, yang disusul dengan buku seri anak-anak seperti Cerita

dari Lima Benua, Album Cerita Ternama, dll. Terbitan buku non-fiksi pertama Gramedia

adalah Hanya Satu Bumi karya Barbara Ward dan René Dubois dengan bekerjasama

dengan Yayasan Obor.

Gramedia Pustaka Utama selalu menerbitkan buku-buku bermutu baik

terjemahan maupun karya asli dalam negeri, diantaranya untuk jenis fiksi adalah Harry

Potter karya JK. Rowling, novel2 karya Sidney Sheldon, Agatha Christie, Marry Higgins

Clark, Sandara Brown, novel2 Mira W, Maria A. Sardjono, Hilman, dan masih banyak

lagi. Untuk nonfiksi ada karya2 Robert Kiyosaki, Stephen Covey, Vincent Gasperz, Tung

Desem Waringin, Rhenald Kasali, Adi Gunawan, dan lain-lain. Sehingga pasti penerbit ini

menjaga kualitas dengan baik.

36

2.3.1 Visi dan Misi

Visi:

Meningkatkan kepuasan pelanggan untuk buku-buku yang lebih berkualitas.

Misi:

Dengan misi “Ikut mencerdaskan dan memajukan kehidupan bangsa serta

masyarakat Indonesia” , Gramedia Pustaka Utama berusaha keras untuk menjadi agen

pembaruan bagi bangsa ini dengan memilih dan memproduksi buku-buku yang

berkualitas, yang memperluas wawasan, memberikan pencerahan, dan merangsang

kreativitas berpikir.

Tujuan Utama:

Memberikan informasi yang lengkap dan akurat serta wawasan dari buku-buku

yang telah diterbitkan.

Target Market:

Kelas menengah ke atas, segala usia yang membutuhkan buku berkualitas dan

berinformasi lengkap.

37

2.4. Daftar buku pembanding

Sampai saat ini belum ada kompetitor buku panduan sejenis, karena buku panduan

wisata pada umumnya ditujukan untuk yang berusia diatas 15 tahun, jadi buku ini akan

dibandingkan dengan buku interaktif anak, berikut buku-buku pembanding tersebut:

‐ Seri Pop-up Petualangan

Buku ini berkonsep petualangan tentang binatang dengan metode pop-up, buku ini

menarik karena didukung dengan illustrasi binatang yang lucu dan menggemaskan

namun tetap terlihat seperti binatang aslinya, pop-upnya pun diletakkan ditempat-

tempat yang tepat yang membuat jalan cerita dari buku tersebut semakin menarik

dan tidak bosan untuk dibaca berulang-ulang.

38

‐ Return to Fairyopolis

Buku ini berceritakan tentang dunia peri-peri, yang menyatakan bahwa mereka

sesungguhnya benar-benar ada, yang membuat buku ini menarik selain buku ini

berkonsep petualangan, buku ini menggunakan metode seperti buku diary dari

penulisnya, sehingga pembaca melihatnya seolah-olah nyata, karena didukung

dengan permainan flip flap book dan pop up di akhir halamannya yang dapat

bersuara dan dapat digunakan untuk bermain.

2.5 Target Audience

2.5.1 Demografi Primer

• Anak-anak

• Jenis kelamin laki-laki dan perempuan

• Usia 6-8 tahun

• Jenjang pendidikan SD kelas 1-3

• Status Ekonomi Sosial B-A+

39

2.5.2 Demografi Sekunder

• Anak-anak

• Jenis kelamin laki-laki dan perempuan

• Usia 8-12 tahun

• Jenjang pendidikan SD kelas 3-6

• Status Ekonomi Sosial B-A+

2.5.3 Demografi Tertier

• Orang Tua, orang dewasa terkait

• Jenis kelamin pria dan wanita

• Usia 25-45 tahun

• Jenjang pendidikan SMP, SMA, Universitas (S1, S2, S3)

• Status Ekonomi Sosial B-A+

2.5.4 Geografi

Berdomisili di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, dll

2.5.5 Psikografi

Aktif, Dinamis, Senang bertualang, Serba ingin tahu, senang membaca, suka tantangan

dan mau terbuka untuk hal-hal baru terutama tentang peninggalan purbakala, senang

berwisata.

40

2.6 TOWS Buku Panduan Wisata Candi

2.6.1 Threat

a) Karena teknologi yang berkembang, anak-anak jaman sekarang sudah dapat

mengoperasikan internet dengan baik, hal ini menyebabkan mereka lebih menyukai

mencari data melalui internet daripada membeli buku.

b) Karena gempa ditahun 2006 yang menimpa kota Yogyakarta dan sekitarnya,

banyak candi-candi yang rusak dan harus direnovasi, sehingga buku yang dibuat

tidak sesuai dengan struktur candi yang ada sekarang karena pada buku yang dibuat

menggunakan struktur candi asli sebelum terjadinya gempa.

2.6.2 Opportunity

a) Tidak adanya kompetitor sejenis karena biasanya buku panduan wisata

diperuntukkan untuk yang berusia diatas 15 tahun.

b) Sedikitnya jumlah buku yang membahas tentang candi di pasaran.

c) Masyarakat sekarang sudah lebih mau terbuka untuk lebih tau tentang

kebudayaan bangsanya sendiri.

d) Orang tua peduli dan membutuhkan buku yang bermutu untuk bacaan anaknya.

2.6.3 Weakness

a) Karena diterangkan dengan bahasa yang sederhana dan singkat agar mudah

dipahami oleh target audiencenya, data yang disampaikan tidak selengkap

ensiklopedia pada umumnya.

41

b) Tingginya biaya produksi menyebabkan tingginya harga buku dan jumlah yang

relatif lebih sedikit dipasaran.

2.6.4 Strength

a) Memberikan informasi sekaligus panduan lengkap untuk melakukan perjalanan.

b) Didukung illustrasi dan pewarnaan yang menarik sesuai dengan tema bertualang.

c) Menggunakan bahasa yang sederhana sehingga anak cepat mengerti informasi yang

disampaikan.

d) Didukung dengan permainan seperti pop-up sederhana dan flip flap book.

e) Memberikan buku saku panduan untuk orang tua agar lebih mudah memandu anak-

anaknya dalam petualangan candinya.