BAB II DASAR TEORI · 2015. 4. 23. · GSM Evolution). Suatu protokol yang mengatur cara kerja...

23
7 BAB II DASAR TEORI Bab dua ini akan membahas tentang dasar teori. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perkembangan telekomunikasi yang berupa penjelasan mengenai Jaringan generasi ke-3 (3G), Jaringan LTE dan jaringan generasi ke-4 (4G). Kemudian penjelasan dasar mengenai OFDM yang merupakan sistem yang dipakai pada sebagian besar jaringan telekomunikasi, serta penjelasan mengenai PAPR. Seperti yang telah diutarakan pada bab sebelumnya bahwa pada paper-paper yang telah dipublikasikan masih belum didapatkan penjelasan secara mendetail baik mengenai DFTS-OFDM maupun nilai PAPR pada DFTS-OFDM yang membuat DFTS-OFDM menjadi yang paling tepat untuk digunakan untuk proses uplink pada jaringan 4G. Pada paper [1] dijelaskan tentang garis besar skema OFDM serta SC-FDMA (DFTS- OFDM) namun tidak dijelaskan secara detail mengapa DFTS-OFDM yang baik digunakan dalam transmisi uplink pada LTE, namun hanya mengatakan bahwa pada DFTS-OFDM nilai PAPR akan lebih kecil dibandingkan pada OFDM tanpa menyertakan keterangan lebih lanjut detail dari pernyataan tersebut. Kemudian pada paper berikutnya [2] menuliskan secara umum perbedaan DFTS- OFDM dengan OFDMA pada proses uplink. Pada paper tersebut juga menuliskan tentang perbandingan nilai PAPR antara keduanya berupa grafik tanpa ada penjelasan yang mendetail.

Transcript of BAB II DASAR TEORI · 2015. 4. 23. · GSM Evolution). Suatu protokol yang mengatur cara kerja...

  • 7

    BAB II

    DASAR TEORI

    Bab dua ini akan membahas tentang dasar teori. Pada bab ini akan dijelaskan

    mengenai perkembangan telekomunikasi yang berupa penjelasan mengenai Jaringan generasi

    ke-3 (3G), Jaringan LTE dan jaringan generasi ke-4 (4G). Kemudian penjelasan dasar

    mengenai OFDM yang merupakan sistem yang dipakai pada sebagian besar jaringan

    telekomunikasi, serta penjelasan mengenai PAPR.

    Seperti yang telah diutarakan pada bab sebelumnya bahwa pada paper-paper yang

    telah dipublikasikan masih belum didapatkan penjelasan secara mendetail baik mengenai

    DFTS-OFDM maupun nilai PAPR pada DFTS-OFDM yang membuat DFTS-OFDM menjadi

    yang paling tepat untuk digunakan untuk proses uplink pada jaringan 4G.

    Pada paper[1] dijelaskan tentang garis besar skema OFDM serta SC-FDMA (DFTS-

    OFDM) namun tidak dijelaskan secara detail mengapa DFTS-OFDM yang baik digunakan

    dalam transmisi uplink pada LTE, namun hanya mengatakan bahwa pada DFTS-OFDM nilai

    PAPR akan lebih kecil dibandingkan pada OFDM tanpa menyertakan keterangan lebih lanjut

    detail dari pernyataan tersebut.

    Kemudian pada paper berikutnya[2] menuliskan secara umum perbedaan DFTS-

    OFDM dengan OFDMA pada proses uplink. Pada paper tersebut juga menuliskan tentang

    perbandingan nilai PAPR antara keduanya berupa grafik tanpa ada penjelasan yang

    mendetail.

  • 8

    2.1 Perkembangan Telekomunikasi

    Teknologi telekomunikasi telah menjadi kebutuhan harian. Dalam satu dekade

    terakhir, teknologi telekomunikasi telah berevolusi dari teknologi mahal yang hanya

    dapat dinikmati oleh sebagian kecil pengguna menjadi sebuah sistem yang dapat

    digunakan oleh sebagian besar populasi dunia. Untuk memahami kerumitan sistem

    komunikasi mobile, sangatlah penting untuk memahami dari mana mereka datang dan

    bagaimana sistem selular berkembang.

    Dalam kurun waktu 10 tahun terjadi perkembangan yang sangat pesat dengan

    berbagai penemuan atau inovasi teknologi komunikasi dan pada akhir tahun 90-an

    muncul teknologi 2G (Generasi Kedua). Perbedaan utama dari teknologi 1G dan 2G

    adalah 1G masih menggunakan sistem analog sedangkan 2G sudah menggunakan sistem

    digital. Dengan adanya teknologi Generasi Kedua, maka munculah teknologi selular

    yang baru yakni GSM, yang merupakan suatu sistem komunikasi wireless.

    Pada awal tahun 2000-an munculah teknologi generasi 2.5 (2.5 G) yang

    mempunyai kemampuan transfer data yang lebih cepat. Yang terkenal dari generasi ini

    adalah GPRS (General Packet Radio Service) dan EDGE (Enhanced Data rates for

    GSM Evolution). Suatu protokol yang mengatur cara kerja transfer data pada sistem

    wireless GSM. Dalam teorinya, kecepatan transfer data EDGE dapat mencapai 384 kbps.

    Selanjutnya setelah teknologi 3G pengembangan akan jaringan dan berbagai peralatan

    pendukungnya terus dilakukan hingga saat ini lahirlah teknologi LTE (Long Term

    Evolution).

  • 9

    2.1.1 Proses uplink pada Jaringan 3G

    Saat ini standard dari 3G UMTS menyediakan kecepatan maksimum dalam

    mengunduh data yaitu sebesar 384 kbps. Namun dengan banyaknya pengguna

    maka akan membutuhkan kecepatan transfer data yang lebih tinggi untuk

    mendukung layanan data yang membutuhkan laju data yang lebih tinggi. Oleh

    sebab itu permintaan akan kenaikan kecepatan data menjadi penting. Hal ini

    menghasilkan perkembangan dari teknologi 3G HSPA.

    Dengan peningkatan pada trafik data, para operator ingin membawa

    peningkatan pendapatan dari transmisi data. Keunggulan lain dari pengenalan 3G

    HSPA adalah dapat memasukkan pembaruan perangkat lunak ke dalam sistem.

    Jaringan 3G HSPA menggunakan dua protokol, yaitu untuk proses downlink

    menggunakan HSDPA (High Speed Downlink Packet Access) dan untuk proses

    uplink menggunakan HSUPA (High Speed Uplink Packet Access) yang dapat

    diperoleh dari 3G UMTS (Universal Mobile Telecommunication System), agar

    dapat menghasilkan kecepatan transfer data yang lebih tinggi.

    HSDPA adalah suatu teknologi terbaru dalam sistem telekomunikasi bergerak

    yang dikeluarkan oleh 3GPP. HSDPA mempunyai layanan berbasis paket data di

    WCDMA downlink data rate mencapai 14.4 Mbps dan bandwidth 5MHz.

    HSUPA adalah pasangan teknologi dari HSDPA, namun diaplikasikan pada

    proses uplink dari UE (user equipment) ke stasiun pusat (NodeB). HSUPA juga

    menyediakan peningkatan kecepatan yang cukup bagi para penggunanya di proses

    uplink. Namun HSUPA tidak menyediakan kapasitas yang sama pada proses

    uplink dibandingkan dengan proses downlink dikarenakan karena secara umum

    sebagian besar data mengalir dalam arah downlink, atau menuju UE.

  • 10

    Pada intinya HSUPA merupakan teknologi yang mirip dengan HSDPA.

    Namun tetap ada perbedaan mendasar yang membedakan keduanya,

    Diantaranya[3]:

    1. Proses uplink pada UMTS bersifat non-orthogonal karena ortogonalitas

    yang sempurna tidak dapat dilakukan pada setiap UE. Sebagai akibatnya,

    akan banyak gangguan antara transmisi uplink pada sel-sel yang sama.

    2. Pada downlink, proses buffering dialokasikan pada NodeB tunggal,

    sedangkan pada uplink didistribusikan dengan beberapa UE.

    3. Sumber penyebaran data proses downlink adalah pada energi transmisi.

    Pada proses uplink, sumbernya terbatas pada level gangguan yang masih

    bisa ditoleransi dan ini tergantung pada energi transmisi dari berbagai UE.

    HSUPA terdiri dari 2 teknologi dasar yang juga dipakai oleh HSDPA, yaitu

    scheduling dan hybrid ARQ[4] :

    1. Scheduling

    Proses scheduling pada HSUPA sangat diperlukan untuk dapat

    mengatur kapan dan di laju data manakah UE diperbolehkan untuk

    memancarkan.

    Semakin tinggi laju data yang digunakan oleh terminal, maka harus

    semakin tinggi energi terminal yang diterima di NodeB agar dapat

    mempertahankan Eb/N0 yang diperlukan untuk kesuksesan proses

    demodulasi. Dengan meningkatan energi pancaran, UE akan dapat

    memancarkan laju data yang lebih tinggi. Namun dikarenakan uplink pada

    3G bersifat non-orthogonal, energi yang diterima dari satu UE

    menghadirkan pula gangguan untuk terminal lain. Oleh karena itu, sumber

    daya yang dipakai bersama untuk HSUPA adalah jumlah gangguan yang

  • 11

    masih dapat ditoleransi. Bila level gangguan terlalu tinggi, beberapa proses

    pengiriman data di sel tertentu, kanal pengaturan dan pengiriman pada

    proses uplink yang tidak terjadwal mungkin tidak dapat diterima

    semestinya. Sebaliknya, level gangguan yang terlalu rendah

    mengindikasikan jika UE dan kapasitas sistem tidak dimanfaatkan dengan

    baik. Oleh sebab itu, HSUPA bergantung pada scheduler untuk

    memberikan data dengan izin pengiriman kepada pengguna untuk dipakai

    sebagai laju data tinggi tanpa melebihi batas toleransi maksimum level

    gangguan dalam sel.

    Pada HSUPA, data yang akan dikirim bertempat di UE. Di saat yang

    sama, scheduler yang terletak di NodeB mengatur aktivitas pengiriman

    yang berbeda-beda dalam sel. Oleh karena itu, mekanisme komunikasi

    antara keputusan scheduling untuk UE dan untuk menyediakan informasi

    balik dari UE ke scheduler sangat dibutuhkan.

    Kerangka scheduling dalam HSUPA terdiri dari dua bagian penting,

    yaitu scheduling grants yang dikirim oleh NodeB scheduler untuk

    mengatur pengiriman data pada UE dan scheduling request yang dikirim

    oleh UE ke sumber yang meminta.

    Scheduling grant mengatur batas maksimum yang diperbolehkan untuk

    dipakai terminal E-DCH ke pilot power ratio, pemberian yang besar

    mengizinkan terminal memakai laju data yang lebih tinggi, namun juga

    membawa lebih banyak gangguan dalam sel. Berdasarkan pengukuran level

    gangguan, scheduler mengatur scheduling di masing-msing terminal untuk

    mempertahankan level gangguan sesuai target yang diinginkan.

  • 12

    Di HSDPA, pengguna tunggal akan dialamatkan pada masing-masing

    TTI. Namun untuk HSUPA strategi scheduling mengatur beberapa

    pengguna yang dialamatkan secara paralel, alasannya adalah terminal

    tunggal tidak dapat memanfaatkan kapasitasnya secara penuh.

    Selain permasalahan pada terminal, gangguan antar sel juga harus

    dapat ditanggulangi. Walaupun scheduler memperbolehkan UE untuk

    mengirim data pada laju data tinggi berdasarkan level gangguan dalam sel

    yang dapat diterima, hal ini dapat menyebabkan gangguan yang tidak dapat

    diterima oleh sel-sel tetangga. Oleh karena itu dalam soft handover, serving

    cells bertanggung jawab dalam proses scheduling. Kemudian UE bertugas

    mengawasi informasi scheduling dari seluruh sel.

    Keuntungan dalam menggunakan Fast scheduling adalah ia

    mengizinkan pengisian koneksi yang lebih mudah. Sejumlah besar

    pengguna dapat dimasukkan dalam sistem serta mekanisme scheduling

    dapat menangani beberapa pengguna yang membutuhkan pengiriman data

    secara bersamaan. Namun bila hal ini menimbulkan level gangguan yang

    tidak dapat ditoleransi oleh sistem, maka scheduler akan secara cepat

    bertindak dan membatasi laju data yang mungkin dipakai. Tanpa fast

    scheduling kendali pengisian harus lebih dapat menjaga batas dalam sistem

    bilamana beberapa pengguna mengirimkan data secara terus menerus.

    2. Hybrid ARQ dengan perpaduan lunak

    Penggunaan Hybrid ARQ dengan perpaduan lunak digunakan untuk

    menahan kemungkinan kesalahan pengiriman data. Untuk setiap blok

    pengiriman yang diterima pada proses uplink, bit tunggal dikirim dari

  • 13

    NodeB menuju UE untuk mengindikasikan kesuksesan decoding atau untuk

    meminta pengiriman ulang dari kesalahan yang diterima oleh blok

    pengiriman.

    Hybrid ARQ dapat dimanfaatkan tidak hanya sebagai penahan terhadap

    gangguan yang tiba-tiba, namun juga untuk meningkatkan efisiensi

    jaringan, kapasitas dan jangkauan.

    2.1.2 Jaringan Long Term Evolution (LTE)

    Perkembangan teknologi telekomunikasi sangat pesat. Teknologi

    telekomunikasi seluler saat ini mulai bergerak secara kolektif dari 3G menuju

    4G. LTE (Long Term Evolution) adalah sebuah nama baru dari layanan yang

    mempunyai kemampuan tinggi dalam sistem komunikasi bergerak (mobile). Hal

    ini merupakan langkah menuju generasi ke-4 (4G) dari teknologi radio yang

    dirancang untuk meningkatkan kapasitas dan kecepatan jaringan telepon

    mobile, hal tersebut dapat terlihat dari arsitektur LTE yang lebih sederhana dari

    teknologi sebelumnya, penggunaan OFDM, antena cerdas (MIMO), serta

    beberapa teknologi pendukung lainnya.

    Banyak yang menyebut LTE sebagai “4G”, namun tak sedikit pula yang

    menyebut LTE Release 10 atau LTE-Advance sebagai 4G, dengan peluncuran

    perdana LTE Release 8 yang lebih dikenal dengan “3.9G”.

    2.1.2.1 LTE sebagai kandidat 4G

    Teknologi LTE biasanya disebut sebagai teknologi 4G, namun

    kenyataannya LTE yang direalisasikan saat ini belum memenuhi standar

    dari teknologi 4G yang sesungguhnya, itulah sebabnya LTE yang ada saat

  • 14

    ini masih disebut sebagai generasi 3.9G. Meskipun begitu, pada teknologi

    ini telah terdapat beberapa perubahan dibandingkan dari teknologi

    sebelumnya, baik dalam hal teknis maupun aplikasinya. Dari sisi teknis,

    perubahan yang dapat dilihat adalah adanya arsitektur yang lebih sederhana

    dari teknologi sebelumnya, penggunaan antena cerdas (MIMO), OFDM,

    dan lain-lain. Dari sisi aplikasi, user dapat menikmati layanan LTE baik

    voice maupun data, semua komunikasi telah full IP, sehingga dapat

    menguntungkan user dari segi harga.

    Jaringan LTE mampu mentransformasikan pengalaman pengguna

    telekomunikasi, memperbarui layanan mobile broadband ke tingkatan baru

    sehingga kegiatan mobile seperti browsing internet, mengirim email, video

    sharing, serta aplikasi lain akan sangat mudah diakses tanpa ada

    interverensi atau keterlambatan.

    LTE memiliki Radio Access Network sendiri yang bernama E-

    UTRAN. Jaringan intinya disebut Evolved Packet Core (EPC). EPC bersifat

    all-IP dan mudah berinterkoneksi dengan jaringan IP lainnya, termasuk

    WiFi, WiMAX, dan XDSL. Untuk menghubungkan UE dengan E-UTRAN

    digunakan eNB (e-NodeB). Pada GSM eNB ini adalah NodeB atau BTS,

    namun pada LTE eNB terdapat penambahan fungsi dimana beberapa fungsi

    BSC (Base Station Controller) juga dilakukan oleh eNB tersebut.

  • 15

    Dalam rangka memenuhi persyaratan dari IMT Advanced tentang 4G,

    maka LTE mempunyai beberapa persyaratan seperti di bawah ini[1] :

    1. Peak data rate LTE diharapkan untuk memiliki data rate sebesar 100

    Mbps untuk downlink, dan 50 Mbps untuk uplink dengan alokasi

    spectrum bandwidth 20 Mbps.

    Pada standard 4G, 100 Mbps adalah data rate untuk suatu handset yang

    bergerak terhadap base station.

    2. Mobilitas E-UTRAN harus dioptimalkan untuk kecepatan rendah

    dari 0-15km/jam.

    3. Spektrum E-UTRA dapat beroperasi pada alokasi spektrum yang

    berbeda-beda, termasuk diantaranya adalah 1.25 MHz, 1.6 MHz, 2.5

    MHz, 5 MHz,10 MHz, 15 MHz, dan 20 MHz baik pada uplink maupun

    downlink.

    4. Dapat mencapai 200 pengguna aktif dalam 1 sel (5 MHz).

    5. User-plane latency kurang dari 5ms.

    6. Pilihan spektrum frekuensi yang dapat disesuaikan dengan jaringan saat

    ini yaitu band GSM, CDMA, UMTS (450, 700, 850, 900, 1700, 1800,

    1900, 2100, 2500 MHz)

    7. Mendukung operasi FDD (Frequency Division Duplex) maupun TDD

    (Time Division Duplex).

    8. Antena MIMO (Multiple In Multiple Out) sudah terstandarisasi.

  • 16

    2.1.2.2 Proses uplink pada LTE

    Proses uplink berdasar pada transmisi OFDM yang berbeda dengan

    proses downlink dimana pada saat uplink memungkinkan efisiensi penguat

    terminal yang lebih tinggi.

    Penggunaan DFTS-OFDM pada LTE uplink adalah karena pada

    DFTS-OFDM memungkinkan terjadinya pemisahan orthogonal pada

    pengiriman data. Pemisahan orthogonal itu sendiri berguna untuk

    menanggulangi gangguan antara pengiriman data dari terminal yang

    berbeda dalam satu sel.

    Pada proses uplink bila mengalokasikan bandwidth yang amat besar

    untuk proses transmisi dari terminal tunggal bukanlah merupakan cara

    yang efisien. Dalam situasi ini, terminal dapat dialokasikan dari sebagian

    spectrum yang tersedia hanya dan terminal lain dapat dijadwalkan untuk

    mengirimkan data secara parallel dari bagian spectrum yang tersisa.

    Dengan kata lain pengiriman data pada proses uplink memungkinkan

    bekerja pada TDMA maupun FDMA.

    2.1.3 Proses uplink pada Jaringan 4G

    Discrete Fourier Transform-spread OFDM (DFTS-OFDM) adalah suatu

    teknik multiple access baru yang digunakan untuk uplink pada LTE juga pada

    jaringan 4G. Teknik ini dapat pula dikatakan sebagai pengembangan dari OFDM

    yang telah ada sebelumnya. Hanya saja pada DFTS-OFDM terdapat penambahan

    proses DFT pada transmitter.

    Seperti yang telah diketahui bahwa untuk memperoleh kapasitas yang besar,

    maka kondisi kanal-kanal yang ada harus selalu dicatat dalam setiap keputusan

  • 17

    scheduling, atau yang sering disebut channel-dependent scheduling. Dalam

    penggunaan DFTS-OFDM pada tujuan pengiriman uplink, scheduler memiliki

    akses baik dalam domain waktu maupun domain frekuensi. Atau dengan kata lain

    scheduler dapat memilih pengguna dengan kondisi kanal yang terbaik.

    Kemungkinan channel-dependent scheduler dapat bekerja maksimal adalah saat

    kanal berubah secara perlahan dalam waktu. Pada Jaringan 4G, keputusan

    scheduling diambil sekali dalam 1 ms dan akan mengatur terminal mana yang

    diperbolehkan untuk mengirimkan informasi selama interval waktu yang diberikan

    serta sumber frekuensi mana proses pengiriman akan terjadi, termasuk laju data

    yang dipakai.

    2.2 Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM)

    Dalam bab-bab sebelumnya telah dituliskan bahwa pada proses downlink Jaringan

    Generasi Ke-4 (4G) digunakan sebuah teknik transmisi yand bernama Orthogonal

    Frequency Division Multiplexing (OFDM). Pada subbab ini akan diterangkan secara

    garis besar prinsip dasar dari OFDM, sistematika OFDM serta OFDM sebagai teknik

    yang diterapkan pada proses downlink Jaringan 4G.

    2.2.1 Prinsip Dasar OFDM

    OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing) adalah sebuah teknik

    transmisi yang menggunakan beberapa buah frekuensi (multicarrier) yang saling

    tegak lurus (orthogonal).

  • Gambar 2.

    Dari Gambar 2.

    pengirim maupun penerima.

    Pada proses pengiriman terdiri dari blok

    IFFT dan parallel-to

    bit-bit serial dikonversikan ke dalam bentuk paralel oleh

    Converter, sehingga bil

    adalah R/N dimana N adalah jumlah jalur paralel atau jumlah

    konversi bit serial ke paralel

    Gambar 2.1 Blok diagram OFDM[1]

    Dari Gambar 2.1 dapat dilihat secara jelas proses dari OFDM baik pada

    pengirim maupun penerima.

    Pada proses pengiriman terdiri dari blok-blok serial-to-paralel,

    to-serial. Deretan data yang akan ditransmisikan yaitu deretan

    bit serial dikonversikan ke dalam bentuk paralel oleh

    sehingga bila bit rate semula adalah R maka bit rate di tiap jalur paralel

    adalah R/N dimana N adalah jumlah jalur paralel atau jumlah subcarrier.

    konversi bit serial ke paralel akan ditunjukkan pada Gambar 2.2.

    Gambar 2.2 Modulasi OFDM[3]

    18

    dapat dilihat secara jelas proses dari OFDM baik pada

    paralel, modulator,

    Deretan data yang akan ditransmisikan yaitu deretan

    bit serial dikonversikan ke dalam bentuk paralel oleh serial-to-paralel

    a bit rate semula adalah R maka bit rate di tiap jalur paralel

    subcarrier. Prinsip

    .

  • 19

    Sinyal hasil modulasi tersebut terdiri dari Nc yang merupakan modulator

    kompleks, dimana setiap modulator berinteraksi dengan satu OFDM subcarrier.

    Sehingga sinyal modulasi x(t) pada OFDM dengan interval waktu mTu ≤ t ≤

    (m+1)Tu adalah :

    …(2.1)

    Dimana xk(t) adalah nilai k yang termodulasi oleh subcarrier dengan

    frekuensi fk = k.∆f dan ak(m) adalah simbol modulasi yang dipakai pada subcarrier

    ke-k selama simbol OFDM ke-m dengan interval waktu mTu ≤ t ≤ (m+1)Tu .

    Gambar 2.2 menunjukkan bahwa pada setiap interval simbol OFDM, modulasi Nc

    akan ditransmisikan secara paralel.

    Jumlah dari subcarrier OFDM berkisar antara kurang dari ratusan hingga

    ribuan, dengan range subcarrier spacing antara ratusan kHz turun hingga beberapa

    Hz saja. Penggunaan subcarrier spacing ini tergantung pada keadaan lingkungan

    dimana sistem itu bekerja, termasuk pemilihan frekuensi saluran radio secara

    maksimal dan variasi laju kanal.

    Sinyal OFDM hasil modulasi kemudian dialirkan ke dalam Inverse Fast

    Fourier Transform (IFFT) untuk mengubah sinyal dari domain frekuensi ke dalam

    sinyal domain waktu dengan cara mencuplik sinyal x(t) dengan laju Tss/N. Sinyal

    OFDM yang telah diaplikasikan ke dalam IFFT ini kemudian dikonversikan lagi ke

    dalam bentuk serial. Setelah disisipi cyclic prefix dengan cara menyalin bagian

    akhir simbol sepanjang periode CP (yang digunakan dan ditempatkan pada awal

    simbol), barulah data dikirim.

    Saat proses penerima, setelah melalui kanal maka sinyal informasi akan

    diterima oleh penerima. Pada gambar blok penerima teridiri dari blok-blok serial-

    to-paralel , FFT, demodulasi dan paralel-to-serial. Penerima sinyal yang telah

  • 20

    dialirkan ke FFT kemudian didemodulasikan dan dikonversikan ke dalam bentuk

    serial oleh paralel-to-serial Converter dan akhirnya kembali menjadi bentuk data

    informasi.

    Pengertian dari Orthogonal Frequency-Division Multiplex adalah dimana dua

    subcarrier OFDM yang termodulasi xk1 dan xk2 yang saling tegak lurus pada

    interval waktu mTu ≤ t ≤ (m+1)Tu , yaitu :

    � ��������

    ������

    � ���� � � �����������

    ��������∆�������∆���� � 0 …(2.2)

    dengan k1 ≠k2

    2.2.2 Sistematika OFDM

    Pada subbab ini akan diterangkan lebuh lanjut mengenai sistematika OFDM

    yang meliputi demodulasi OFDM yang terjadi saat proses penerimaan data,

    penggunaan IFFT pada modulator begitu pula penggunaan FFT pada demodulator,

    serta proses penyisipan cyclic prefix.

    2.2.2.1 Demodulasi OFDM

    Pada Gambar 2.3 memperlihatkan bahwa proses demodulasi pada

    OFDM memiliki sejumlah penghubung untuk tiap-tiap subcarrier.

    Orthogonalitas antara dua subcarrier seperti yang dijabarkan pada

    persamaan 2.2 terlihat jelas bahwa idealnya dua subcarrier OFDM tidak

    akan menyebabkan gangguan terhadap masing-masing subcarrier setelah

    proses demodulasi.

  • Pada demodulasi OFDM, penanggulangan gangguan antara

    subcarrier-subcarrier

    subcarrier yang ada. Namun orthogonalitas

    tersebut berlangsung saat struktur spesifik domain frekuensi dari tiap

    subcarrier

    spacing ∆f

    subcarrier (1/

    2.2.2.2 Implementasi OFDM menggunakan IFFT/FFT

    Pada subbab sebelumnya telah dibahas mengenai modulator (Gambar

    2.2) serta demodulator (Gambar 2.

    dari prinsip dasar OFDM. Proses modulasi OFDM dapat diimplementasikan

    dengan proses I

    pada Gambar 2.

    sama dengan 2

    efisien pada proses implementasi radix

    Transform) .

    Gambar 2.3 Demodulasi OFDM[3]

    Pada demodulasi OFDM, penanggulangan gangguan antara

    subcarrier OFDM tidak terjadi saat pemisahan

    yang ada. Namun orthogonalitas subcarrier-

    tersebut berlangsung saat struktur spesifik domain frekuensi dari tiap

    subcarrier dikombinasikan dengan pemilihan secara teliti

    ∆f bernilai sama dengan masing-masing laju simbol pada

    (1/Tu).

    2.2.2.2 Implementasi OFDM menggunakan IFFT/FFT

    Pada subbab sebelumnya telah dibahas mengenai modulator (Gambar

    serta demodulator (Gambar 2.3) yang dapat digunakan sebagai ilustrasi

    dari prinsip dasar OFDM. Proses modulasi OFDM dapat diimplementasikan

    dengan proses IFFT yang diikuti dengan konversi digital

    pada Gambar 2.2. Secara umum, dengan memilih IFFT ukuran

    sama dengan 2m untuk beberapa integer m, modulasi OFDM

    pada proses implementasi radix-2 IFFT (Inverse Fast Fourier

    .

    21

    Pada demodulasi OFDM, penanggulangan gangguan antara

    OFDM tidak terjadi saat pemisahan spektrum dari

    -subcarrier OFDM

    tersebut berlangsung saat struktur spesifik domain frekuensi dari tiap-tiap

    dikombinasikan dengan pemilihan secara teliti subcarrier

    masing laju simbol pada

    Pada subbab sebelumnya telah dibahas mengenai modulator (Gambar

    digunakan sebagai ilustrasi

    dari prinsip dasar OFDM. Proses modulasi OFDM dapat diimplementasikan

    digital-to-analog, seperti

    FT ukuran N yang

    modulasi OFDM akan menjadi

    Inverse Fast Fourier

  • Gambar 2.

    Perlu diingat bahwa IDFT/IFFT sebagai implementasi dari modulator

    OFDM adalah salah satu pilihan dalam implementasi

    bukanlah suatu keharusan untuk digunakan di setiap spesifikasi

    access.

    2.2.2.3 Penyisipan Cyclic Prefix

    Pada siste

    simbol dengan pengulangan simbol terakhir itu sendiri. Walaupun biasanya

    penerima akan membuang sampel dari

    prefix memiliki 2 tujuan yaitu, untuk menghilangkan ISI

    sebelumnya dan sebagai pengulangan simbol

    proses sederhana dalam domain frekuensi, seperti equalisasi dan estimasi

    kanal. Agar

    prefix harus minimal s

    Dalam memahami orthogonalitas dari

    mengetahui bahwa

    terdiri dari jumlah integer dari eksponensial kompleks selama interval

    proses demodul

    Gambar 2.4 Modulasi OFDM dengan proses IFFT[3]

    Perlu diingat bahwa IDFT/IFFT sebagai implementasi dari modulator

    OFDM adalah salah satu pilihan dalam implementasi

    bukanlah suatu keharusan untuk digunakan di setiap spesifikasi

    Cyclic Prefix

    Pada sistem komunikasi, cyclic prefix memiliki definisi mengawali

    simbol dengan pengulangan simbol terakhir itu sendiri. Walaupun biasanya

    penerima akan membuang sampel dari cyclic prefix tersebut, namun

    memiliki 2 tujuan yaitu, untuk menghilangkan ISI

    sebelumnya dan sebagai pengulangan simbol yang dapat digunakan untuk

    proses sederhana dalam domain frekuensi, seperti equalisasi dan estimasi

    kanal. Agar cyclic prefix dapat beroperasi secara efektif, panjang dari

    harus minimal sama dengan panjang dari kanal multipath.

    Dalam memahami orthogonalitas dari subcarrier

    mengetahui bahwa subcarrier yang termodulasi xk(t) pada persamaan 2.1

    terdiri dari jumlah integer dari eksponensial kompleks selama interval

    proses demodulasi terintegrasi yaitu . Namun, dalam kasus kanal

    22

    Perlu diingat bahwa IDFT/IFFT sebagai implementasi dari modulator

    OFDM adalah salah satu pilihan dalam implementasi transmitter dan

    bukanlah suatu keharusan untuk digunakan di setiap spesifikasi radio-

    memiliki definisi mengawali

    simbol dengan pengulangan simbol terakhir itu sendiri. Walaupun biasanya

    tersebut, namun cyclic

    memiliki 2 tujuan yaitu, untuk menghilangkan ISI dari simbol

    dapat digunakan untuk

    proses sederhana dalam domain frekuensi, seperti equalisasi dan estimasi

    dapat beroperasi secara efektif, panjang dari cyclic

    multipath.

    subcarrier adalah dengan

    pada persamaan 2.1

    terdiri dari jumlah integer dari eksponensial kompleks selama interval

    . Namun, dalam kasus kanal

  • time-dispersive

    hilangnya orthogonalitas pada

    antara jeda demodulator pada satu lintasan akan

    simbol dari lintasan yang berbeda seperti pada Gambar 2.

    pada saat kanal

    subcarrier tetapi juga diantara

    Untuk mengatasi masalah ini dan me

    sensitif terhadap penyebaran waktu pada kanal radio, maka proses transmisi

    OFDM menggunakan penyisipan

    Pada Gambar 2.6

    dikopi dan dimasukkan ke bagian awal dari simbol OFDM tersebut.

    Penyisipan cyclic prefix

    menjadi Tu

    pengurangan dari

    bawah, orthogonalitas

    diwujudkan bila pada penerima hanya membawa simbol OFDM dengan

    interval waktu

    lebih pendek dari panjang

    pada ketidakmunculan ISI pad

    dispersive orthogonalitas tiap subcarrier akan hilang. Alasan dari

    orthogonalitas pada subcarrier tersebut adalah korelasi waktu

    jeda demodulator pada satu lintasan akan overlap

    simbol dari lintasan yang berbeda seperti pada Gambar 2.

    pada saat kanal time-dispersive tidak hanya akan terjadi ISI dalam

    tetapi juga diantara subcarrier.

    Gambar 2.5 Perkiraan penerimaan sinyal[5]

    Untuk mengatasi masalah ini dan membuat sinyal OFDM tidak

    terhadap penyebaran waktu pada kanal radio, maka proses transmisi

    OFDM menggunakan penyisipan cyclic prefix.

    Pada Gambar 2.6 tampak bahwa bagian terakhir dari simbol OFDM

    dikopi dan dimasukkan ke bagian awal dari simbol OFDM tersebut.

    cyclic prefix akan meningkatkan panjang simbol OFDM dari

    u+TCP, dimana TCP adalah panjang cyclic prefix

    pengurangan dari simbol OFDM itu sendiri. Dalam Gambar 2.

    bawah, orthogonalitas subcarrier pada kanal time-dispersive

    diwujudkan bila pada penerima hanya membawa simbol OFDM dengan

    interval waktu dan tergantung pada rentang penyebaran waktu

    pendek dari panjang cyclic prefix. Hal ini juga membawa penga

    pada ketidakmunculan ISI pada proses penyisipan cyclic prefix.

    23

    akan hilang. Alasan dari

    tersebut adalah korelasi waktu

    overlap dengan batasan

    simbol dari lintasan yang berbeda seperti pada Gambar 2.5. Oleh karena itu,

    tidak hanya akan terjadi ISI dalam

    [5]

    mbuat sinyal OFDM tidak

    terhadap penyebaran waktu pada kanal radio, maka proses transmisi

    bahwa bagian terakhir dari simbol OFDM

    dikopi dan dimasukkan ke bagian awal dari simbol OFDM tersebut.

    gkatkan panjang simbol OFDM dari Tu

    cyclic prefix dengan

    simbol OFDM itu sendiri. Dalam Gambar 2.6 bagian

    dispersive dapat

    diwujudkan bila pada penerima hanya membawa simbol OFDM dengan

    dan tergantung pada rentang penyebaran waktu

    Hal ini juga membawa pengaruh

    cyclic prefix.

  • Gambar 2.

    Penyisipan

    pengirim IFFT.

    panjang N akan dikopi dan dimasukkan ke dalam blok awal, menambah

    panjang blok dari N menjadi N+N

    Pada sisi penerima,

    OFDM, sebagai contoh : proses DFT/FFT.

    Kekurangan dari penyisipan

    dari energi sinyal penerima yang dimanfaatkan oleh demodulator

    OFDM, sehingga mengisyaratkan adanya energi yang hilang pada proses

    demodulasi.

    2.2.3 OFDM untuk downlink

    Sinyal yang dikirim dalam setiap slot pada saat proses

    oleh sebuah resource grid

    OFDM, dengan

    Gambar 2.6 Penyisipan Cyclic Prefix

    Penyisipan cyclic prefix ini dibawa di keluaran waktu diskrit pada

    pengirim IFFT. Sample terakhir NCP dari blok keluaran IFFT dengan

    panjang N akan dikopi dan dimasukkan ke dalam blok awal, menambah

    panjang blok dari N menjadi N+NCP.

    Pada sisi penerima, sample yang bersesuaian dibuang sebelum demodulasi

    OFDM, sebagai contoh : proses DFT/FFT.

    Kekurangan dari penyisipan cyclic prefix hanyalah sebagian kecil

    dari energi sinyal penerima yang dimanfaatkan oleh demodulator

    OFDM, sehingga mengisyaratkan adanya energi yang hilang pada proses

    demodulasi.

    downlink pada Jaringan 4G

    Sinyal yang dikirim dalam setiap slot pada saat proses downlink

    resource grid yang terdiri dari subcarrier

    = 6 dan = 110.

    24

    ini dibawa di keluaran waktu diskrit pada

    dari blok keluaran IFFT dengan

    panjang N akan dikopi dan dimasukkan ke dalam blok awal, menambah

    yang bersesuaian dibuang sebelum demodulasi

    hanyalah sebagian kecil

    dari energi sinyal penerima yang dimanfaatkan oleh demodulator

    OFDM, sehingga mengisyaratkan adanya energi yang hilang pada proses

    downlink digambarkan

    subcarrier dan simbol

  • 25

    Jumlah simbol OFDM tergantung pada panjang cyclic prefix dan jarak

    subcarrier yang dapat dilihat pada Tabel 2.1.

    Setiap elemen dalam resource grid disebut resource element dengan

    indeks (k,l) dalam suatu slot, dimana � � 0, … , �� !"�#$

    � % 1 dan ' �

    0, … , �#(�)!" % 1. Resource block digunakan untuk mendeskripsikan pemetaan

    dari kanal fisik tertentu ke resource element (RE).

    Tabel 2.1 Parameter resource block untuk downlink[1]

  • 26

    Gambar 2.7 Downlink Resource Grid

    Pada Gambar 2.7 dapat dilihat bahwa setiap resource block (RB) terdiri

    dari 12 subcarrier (dalam ranah frekuensi) dan 7 simbol OFDM (dalam ranah

    waktu) jika menggunakan cyclic prefix normal. Bandwidth subcarrier dalam

    ranah frekuensi adalah 15 KHz, sehingga bandwidth satu PRB adalah 180 KHz.

    Struktur frame diatas menggunakan struktur frame tipe 1 yaitu untuk

    operasi band berpasangan (FDD) dimana transmisi downlink dan uplink

    beroperasi pada frekuensi berbeda.

  • Gambar 2.

    Pada Gambar 2.

    menjadi 20 slot sama sebesar 0.5 ms. Masing

    slot berturut-turut, sehingga satu radio frame terdiri dari 10 subframe

    Jaringan 4G juga mendukung u

    struktur frame tipe 2 dengan struktur dasar RB dan RE tetap sama, namun dalam

    satu PRB sebagian subframe digunakan untuk

    uplink atau sebagai

    downlink).

    Untuk struk

    dengan panjang masing

    subframe dengan panjang masing

    bukan merupakan

    tiap subframe. Special subframe

    GP (Guard Period

    panjang masing-

    Gambar 2.8 Struktur Frame Tipe 1[6]

    Pada Gambar 2.8 struktur frame tipe 1 ini radio frame 10 ms dibagi

    menjadi 20 slot sama sebesar 0.5 ms. Masing-masing subframe terdiri dari dua

    turut, sehingga satu radio frame terdiri dari 10 subframe

    Jaringan 4G juga mendukung untuk operasi TDD yang m

    struktur frame tipe 2 dengan struktur dasar RB dan RE tetap sama, namun dalam

    satu PRB sebagian subframe digunakan untuk downlink

    atau sebagai special frame (untuk beralih antara transmisi

    Untuk struktur frame tipe 2, radio frame 10 ms terdiri dari 2.5 frame

    dengan panjang masing-masing 5 ms. Setiap setengah frame dibagi menjadi 5

    subframe dengan panjang masing-masing 1 ms. Pada Gambar 2.9 frame yang

    bukan merupakan special frame dibagi menjadi 2 slot dengan panjang 0.5 ms

    Special subframe terdiri dari DwPTS (Downlink Pilot Timeslot

    Guard Period), UpPTS (Uplink Pilot Timeslot). Ketiganya memiliki

    -masing dengan total panjang 1 ms.

    27

    struktur frame tipe 1 ini radio frame 10 ms dibagi

    masing subframe terdiri dari dua

    turut, sehingga satu radio frame terdiri dari 10 subframe[7].

    tuk operasi TDD yang merupakan

    struktur frame tipe 2 dengan struktur dasar RB dan RE tetap sama, namun dalam

    downlink dan sisanya untuk

    (untuk beralih antara transmisi uplink dan

    tur frame tipe 2, radio frame 10 ms terdiri dari 2.5 frame

    masing 5 ms. Setiap setengah frame dibagi menjadi 5

    masing 1 ms. Pada Gambar 2.9 frame yang

    dengan panjang 0.5 ms

    Downlink Pilot Timeslot),

    ). Ketiganya memiliki

  • 28

    Gambar 2.9 Struktur Frame Tipe 2[6]

    2.3 Peak-to-Average Power Ratio (PAPR)

    Salah satu permasalahan yang penting dalam tugas akhir ini adalah mengenai

    Peak-to-Average Power Ratio (PAPR), dimana PAPR merupakan salah satu sebab

    dipilihnya sebuah sistem baru pengganti OFDM yang digunakan dalam proses uplink

    Jaringan 4G. Pada subbab berikut akan dijelaskan mengenai definisi PAPR secara umum

    dan garis besar PAPR pada OFDM.

    2.3.1 Definisi PAPR

    PAPR adalah perbandingan antara daya puncak sinyal dengan daya rata-

    ratanya. PAPR dapat terjadi sebagai hasil superposisi dari dua atau lebih subcarrier

    sehingga menghasilkan nilai puncak sinyal yang sangat besar. Hal ini biasanya

    disebabkan oleh modulasi masing-masing subcarrier yang dilakukan dengan

    frekuensi yang berbeda sehingga menyebabkan beberapa subcarrier mempunyai

    fase koheren yang pada akhirnya akan muncul amplitude dengan level jauh lebih

    besar dari daya sinyalnya.

  • 29

    2.3.2 PAPR pada OFDM

    Nilai PAPR yang besar akan menyebabkan sistem membutuhkan komponen

    sistem yang memiliki daerah linier yang besar untuk mengakomodasi amplitudo

    sinyal. Sedangkan Power Amplifier (PA) adalah salah satu komponen sistem yang

    tidak linear. PA yang tidak linear akan menyebabkan distorsi yang sifatnya non-

    linear sehingga akan muncul intermodulasi, yaitu frekuensi baru pada sinyal yang

    akan ditransmisikan. Intermodulasi menyebabkan terjadinya interferensi di antara

    subcarrier dan menyebabkan terjadinya pelebaran spektral dari sinyal keseluruhan.

    Secara matematis nilai PAPR dapat dirumuskan dengan[7] :

    *+*, �-

    -� � atau *+*,��. � 10log �� …(2.3)

    Dimana N adalah jumlah subcarrier.

    Dari persamaan 2.3 dapat dikatakan bahwa nilai PAPR pada sistem OFDM

    bersifat linear dengan jumlah subcarrier-nya. Saat N sinyal ditambahkan dengan

    fase sama, sinyal tersebut akan menghasilkan nilai puncak yang besarnya N kali

    dari daya rata-ratanya, sehingga nilai PAPR akan bertambah besar jika jumlah N

    diperbesar.