BAB II bariroh -...

32
5 BAB II KERANGKA TEORI POLA ASUH ORANG TUA A. PENGERTIAN POLA ASUH ORANG TUA 1. Pengertian Orang Tua Yang dimaksud orang tua adalah pendidik atas dasar hubungan darah. 1 Fungsi dan peran orang adalah sebagai pelindung setiap anggota keluarga, orang tua merupakan kepala keluarga. Keluarga adalah sebagai persekutuan hidup terkecil dari masyarakat negara yang luas. Pangkal ketentraman dan kedamaian hidup terletak dalam keluarga mengingat pentingnya hidup keluarga itu maka Islam memandang keluarga bukan hanya sebagai persekutuan hidup terkecil saja, tetapi lebih dari itu yakni sebagai lembaga hidup manusia yang dapat memberi kemungkinan celaka dan bahagianya anggota-anggota keluarga tersebut dunia dan akherat. 2 Jadi dapat penulis simpulkan bahwa orang tua adalah orang yang usianya lebih tua dan mampu memberikan perlindungan serta bimbingan. Orang tua mempunyai fungsi pendidik karena seorang anak pertama kali memperoleh pengetahuan dari orang tuanya terutama ibu, ayah serta anggota lainnya. Dengan demikian kepribadian seseorang terbentuk sebagai hasil perpaduan antara warisan sifat-sifat, bakat orang tua dan lingkungan di mana ia berada berkembang. Lingkungan pertama yang mula-mula memberikan pengaruh yang mendalam adalah keluarga sendiri. 2. Pengertian Pola Asuh Orang Tua Pola asuh merupakan pola sikap mendidik dan memberikan pelakuan terhadap anak. 3 Yulia Singgih D. Gunarso mengemukakan 1 Soegarda Poerbakawatja, Harahap, Ensiklopedi Pendidikan, (Jakarta : Gunung Agung, 1982), hlm. 263 2 Arifin, Hubungan Timbal Balik Hubungan Agama Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan Keluarga, (Jakarta : Bulan Bintang, 1978), hlm 79 3 Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung : Remaja Rosda Karya: 2000), hlm 48

Transcript of BAB II bariroh -...

Page 1: BAB II bariroh - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · KERANGKA TEORI POLA ASUH ORANG TUA A. PENGERTIAN POLA ASUH ORANG TUA ...

5

BAB II

KERANGKA TEORI POLA ASUH ORANG TUA

A. PENGERTIAN POLA ASUH ORANG TUA

1. Pengertian Orang Tua

Yang dimaksud orang tua adalah pendidik atas dasar hubungan

darah.1 Fungsi dan peran orang adalah sebagai pelindung setiap anggota

keluarga, orang tua merupakan kepala keluarga. Keluarga adalah sebagai

persekutuan hidup terkecil dari masyarakat negara yang luas. Pangkal

ketentraman dan kedamaian hidup terletak dalam keluarga mengingat

pentingnya hidup keluarga itu maka Islam memandang keluarga bukan

hanya sebagai persekutuan hidup terkecil saja, tetapi lebih dari itu yakni

sebagai lembaga hidup manusia yang dapat memberi kemungkinan celaka

dan bahagianya anggota-anggota keluarga tersebut dunia dan akherat.2

Jadi dapat penulis simpulkan bahwa orang tua adalah orang yang

usianya lebih tua dan mampu memberikan perlindungan serta bimbingan.

Orang tua mempunyai fungsi pendidik karena seorang anak pertama kali

memperoleh pengetahuan dari orang tuanya terutama ibu, ayah serta

anggota lainnya. Dengan demikian kepribadian seseorang terbentuk

sebagai hasil perpaduan antara warisan sifat-sifat, bakat orang tua dan

lingkungan di mana ia berada berkembang. Lingkungan pertama yang

mula-mula memberikan pengaruh yang mendalam adalah keluarga sendiri.

2. Pengertian Pola Asuh Orang Tua

Pola asuh merupakan pola sikap mendidik dan memberikan

pelakuan terhadap anak.3 Yulia Singgih D. Gunarso mengemukakan

1 Soegarda Poerbakawatja, Harahap, Ensiklopedi Pendidikan, (Jakarta : Gunung Agung,

1982), hlm. 263 2 Arifin, Hubungan Timbal Balik Hubungan Agama Pendidikan Agama di Lingkungan

Sekolah dan Keluarga, (Jakarta : Bulan Bintang, 1978), hlm 79 3 Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung : Remaja Rosda

Karya: 2000), hlm 48

Page 2: BAB II bariroh - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · KERANGKA TEORI POLA ASUH ORANG TUA A. PENGERTIAN POLA ASUH ORANG TUA ...

6

bahwa “Pola Asuh” tidak lain merupakan metode atau cara yang dipilih

pendidik dalam mendidik anak-anaknya yang meliputi bagaimana

pendidik memperlakukan anak didiknya.4 Jadi yang dimaksud pendidik

adalah orang tua terutama ayah dan ibu.

Sedangkan secara etimologi pendidikan oleh Jhon Dewey diartikan

sebagai berikut “Etymologically the word education means just a process

of leading or bringing up, wen have th out come of the process in mind we

speak of education as shopping, forming, molding, activity.5

“Secara etimologi kata pendidikan maksudnya adalah suatu proses

memimpin atau mengasuh, jika kita renungkan inti proses itu maka kita

akan berbicara tentang pentingnya pendidikan itu sebagai pembentuk

perbuatan, pembinaan dan mengarahkan aktivitas”.

Menurut Chabib Thoha “Pola Asuh orang tua adalah merupakan

suatu cara terbaik yang dapat ditempuh orang tua dalam mendidik anak

sebagai perwujudan dari rasa tanggung jawab kepada anak.6 Menurut

Kohn (1971) yang dikutib oleh Chabib Thoha; mengemukakan pola asuh

merupakan sikap orang tua dalam berhubungan dengan anaknya. Sikap

ini dapat dilihat dari berbagai segi, antara lain dari cara orang tua

memberikan pengaturan kepada anak, cara memberikan hadiah dan

hukuman, cara orang tua menunjukkan otoritas dan cara orang tua

memberikan perhatian, tanggapan terhadap keinginan anak. Dengan

demikian yang dimaksud dengan Pola Asuh Orang Tua adalah bagaimana

cara mendidik anak baik secara langsung maupun tidakl langsung.7

Cara mendidik secara langsung bentuk-bentuk asuhan orang tua

yang berkaitan dengan pembentukan kepribadian, kecerdasan, ketrampilan

yang dilakukan secara sengaja baik berupa perintah, larangan, hukuman,

penciptaan situasi, pemberian hadiah sebagai alat pendidikan. Dalam

4 Yulia Singgih D. Gunarso, Azas psikologi Keluarga Idaman, (Jakarta; BPR Gunung

Mulia : 2000), hlm 44 5 Jhon Dewey, Demokrasi and Education, The Macmilan Companya, (New York : 1964). 6 Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996),

hlm 109 7 Ibid, hlm 110

Page 3: BAB II bariroh - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · KERANGKA TEORI POLA ASUH ORANG TUA A. PENGERTIAN POLA ASUH ORANG TUA ...

7

situasi seperti ini yang diharapkan muncul dari anak adalah efek

intruksional yakni respon-respon anak terhadap pendidikan itu.

Pendidikan secara tidak langsung adalah berupa contoh kehidupan sehari-

hari baik tutur kata sampai kepada adat kebiasaan pola hidup, hubungan

antara orang tua dan keluarga, masyarakat, hubungan suami istri, semua

ini secara tidak sengaja membentuk situasi dimana anak selalu bercermin

terhadap kehidupan sehari-hari dari orang tuanya.8

Dalam pembentukan Akhlak anak, peranan orang tua sangatlah

besar, oleh karena itu sikap dan tingkah laku orang tua dapat mendukung

agar tujuan tercapai, sikap orang tua seharusnya menerima keberadaan

anak, sehingga anak merasa aman. Anak yang merasa dirinya aman dan

mencurahkan kesulitan yang dihadapinya, karena merasa bahwa orang

tuanya akan membantu memecahkan masalah yang dihadapi anak

tersebut. Dengan demikian anak akan berani menghadapi masalah bukan

menghindari.

Dari pendapat-pendapat di atas, penulis memberikan batasan

tentang pengertian Pola Asuh Orang Tua yaitu suatu cara/model

bimbingan jasmani dan rohani menuju terbentuknya manusia yang

berkepribadian yang dilandasi dengan kesadaran yang berlangsung dalam

lingkungan yang ditetapkan orang tua.

3. Fungsi dan Peran Orang Tua

Dalam keluarga orang tua merupakan orang tua pertama yang

bertanggung jawab terhadap proses hubungan dalam keluarga, antara lain

sebagai tauladan bagi anak, mengarahkan tata cara bergaul dan pendidikan

bagi anak-anaknya.9 Dan untuk melaksanakan semua itu orang tua harus

memerankan fungsi sebagai pelindung, pemelihara dan juga sebagai

pendidik.

8 Ibid, hlm 111 9 Achmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan (Jogyakarta : Aditya Media,

1999), hlm 90

Page 4: BAB II bariroh - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · KERANGKA TEORI POLA ASUH ORANG TUA A. PENGERTIAN POLA ASUH ORANG TUA ...

8

Fungsi ini terwujud secara langsung diberikan oleh Allah sendiri

sebagai hal yang tergambar dalam firmannya sebagai berikut:

يايهاالذ ينامنواقواانفسكم واهليكمنارا ( مرح ت لا : ٦) “Hai orang-orang yang beriman pelihara dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka (Q.S At-Tahrim : 6).10

Dari kewajiban yang dipikulkan oleh ayat tersebut atas pundak orang tua

dapat dibedakan dua macam tugas yaitu :

a. Orang tua berfungsi sebagai pendidik anak.

Melatih anak suatu hal yang sangat penting sekali karena anak

sebagai amanat orang tuanya. Hati anak suci bagaikan mutiara

cemerlang bersih dari segala ukiran serta gambaran ia dapat mampu

menerima segala yang diukirkan atasnya dan condong kepada segala

yang dicondongkan kepadanya. Maka bila ia dibiasakan kearah

kebaikan dan diajarkan kebaikan jadialah ia baik dan berbahagia dunia

akhirat, tetapi bila dibiasakan jelek dan dibiarkan tanpa adanya

pengawasan maka celaka dan rusaklah ia. Untuk itu wajiblah orang

tua menjaga anak dari perbuatan dosa dari mendidik dan mengajar

berakhlak bagus, menjaga dari teman-temannya yang jahat dan tak

boleh membiarkan anak dengan bernikmat-nikmat.11

Ayah dan ibu merupakan dwi tunggal yang bersama-sama

dalam keluarga yang dijalin dengan kerjasama dan saling pengertian

dan sebaik-bainya, agar timbul keserasian dalam menunaikan tugas

tersebut baik yang bersifat paedagogis atau psikologis dalam

pembentukan watak/sikap seorang anak.12

10 Soenaryo, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang : Toha Putra, 1997), hlm 90 11 Arifin, Op.cit, hlm 80 12 Ibid, hlm 88

Page 5: BAB II bariroh - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · KERANGKA TEORI POLA ASUH ORANG TUA A. PENGERTIAN POLA ASUH ORANG TUA ...

9

b. Orang tua berfungsi sebagai pelindung dan pemelihara keluarga

Disamping orang tua memiliki kekuasaan pendidikan, juga

mempunyai tugas melindungi keluarga yakni orang tua harus

memelihara keselamatan kehidupan keluarganya baik moril maupn

materiilnya. Setiap orang tua mempunyai tanggung jawab dan anak

merupakan amanat yang harus dijaga dan dipelihara, karena dihadapan

Allah akan dimintai pertanggung jawaban atas amanat itu

sebagaimana sabda rasulullah SAW :

كلكم راع وكلكم مسئولعن رعيته 13

“Semua kamu adalah pemimpin dan semua kamu akan dimintai pertanggung jawaban atas yang kamu pimpin”

Dilihat dari hubungan dan tanggung jawab orang tua terhadap

anak, maka tanggung jawab pendidikan itu pada dasarnya tidak bisa

dipikulkan kepada orang lain sebab guru dan pemimpin umat umumnya

dalam memikul tanggung jawab pendidikan hanyalah keikutsertaan.

Dengan kata lain yang karena satu dengan yang lain tidak mungkin

melaksanakan pendidikan anaknya secara sempurna.

Orang tua bertanggung jawab dalam kelangsungan keluarga.

Salah satu tugas utama orang tua mendidik keturunnanya, dengan kata lain

dalam relasi antara anak dan orang tua itu secara kodrati tercakup unsur-

unsur pendidikan guna membangun kepribadian anak dan

mendewasakannya14.

Yulia Singgih D. Gunarsa mengemukakan bahwa orang tua

memiliki peranan penting dalam perkembangan anak, peranan tersebut

diantaranya :

13 Shohih Bukhori, Juz III, (Semarang : Maktabatul Munawaroh), hlm. 257

14 Kartini Kartono, Tinjauan Holistik Mengenai Tujuan Nasional, (Jakarta : PT. Pranya Paramita, 1997), hlm 59

Page 6: BAB II bariroh - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · KERANGKA TEORI POLA ASUH ORANG TUA A. PENGERTIAN POLA ASUH ORANG TUA ...

10

1) Sebagai orang tua (mereka membesarkan, merawat, memelihara dan

memberikan kesempatan berkembang).

2) Sebagai guru (mengajarkan ketangkasan motorik, keterampilan

melalui latihan-latihan mengajarkan peraturan-peraturan, tata cara

keluarga, tata lingkungan, masyarakat, menanamkan pedoman hidup

bermasyarakat).

3) Sebagai tokoh teladan, orang tua menjadi tokoh yang ditiru pola

tingkah lakunya, cara berekspresi, cara berbicara dan sebagainya.

4) Sebagai pengawas, orang tua memperhatikan, mengamati tingkah laku

anak, mereka mengawasi anak agar tidak melanggar peraturan

dirumah diluar lingkungan keluarga (tidak – jangan – stop).15

Kartini Kartono mengemukakan bahwa tugas orang tua ialah

mendidik keturunannya. Dengan kata lain, dalam relasi dalam anak

dengan orang tua secara kodrati tercakup unsur pendidikan untuk

membangun kepribadian anak dan mendewasakannya. Ditambah dengan

adanya kemungkinan untuk dapat dididik pada diri anak, maka orang tua

menjadi agen pertama dan terutama yang mampu dan berhak menolong

keturunanny, serta mendidik anak-anaknya.16

Pernyataan ini sesuai dengan sabda Nabi, sebagai berikut:

عنأبي هريرة أنه كان يقول قال رسولاهللاعليه وسلم

مامن مولودااليولدعلىالفطرة فأبواه يهودانه و ينصرانه و يمجسانه (رواه مسلم) 17

”Sesungguhnya Nabi SAW bersabda tidaklah anak yang baru lahir adalah fitrah (suci), kecuali bapaknya yang menjadikan anaknya yahudi nasrani atau majusi”.

15 Yulia Singgih D. Gunarsa, Op cit hlm 45 16 Kartini Kartono, Quo Vadis Tujuan PEndidikan, (Bandung : Mandar Maju, 1991), hlm 63 17 Shohih Muslim, Juz 2, (Bandung : Dahlan), hlm. 458

Page 7: BAB II bariroh - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · KERANGKA TEORI POLA ASUH ORANG TUA A. PENGERTIAN POLA ASUH ORANG TUA ...

11

Hadits ini mengemukakan bahwa pendidikan agama islam itu

merupakan tanggung jawab orang tua dan bersifat keharusan, dan

pengertian fitrah adalah sikap tauhid kepada Allah SWT, yakni untuk

beribadah kepada-Nya. Oleh karena itu orang tua memiliki tanggung

jawab atas fitrah tersebut, berbagai macam asuhan (cara mendidik) yang

dilaksanakan orang tua tidaklah satu dengan dengan yang lainnya sebab

sesuai dengan prinsip mereka masing-masing.

4. Jenis-jenis Pola Asuh Orang Tua

Pola asuh adalah sikap atau cara orang tua mendidik dan

mempengaruhi anak dalam mencapai suatu tujuan yang ditujukan oleh

sikap perubahan tingkah laku pada anak, cara pendidikan dalam keluarga

yang berjalan dengan baik akan menumbuhkan perkembangan

kepribadian anak menjadi pribadi yang kuat dan memiliki sikap positif

jasmani dan rohani serta intelektual yang berkembang secara optimal.

Dengan kata lain bahwa anak-anak itu merupakan tanggung jawab

orang tua, karena itu ayah dan ibu memberikan bekal dan memberikan

perhatian yang cukup kepada anaknya itu sejak dari masa mengandung

hingga sampai kepada masa dapat dilepaskan terjun dalam gelombang

masyarakat.18

Cara mendidik anak menurut Syamsu Yusuf LN. terdapat tiga pola

asuh (gaya perlakuan) orang tua yaitu:

1. Authoritarian : (sikap “aceptance” , suka menghukum, memaksa,

kaku/keras dan bersikap menolak)

2. Authoritative : (sikap “aceptance” dan controlnya tinggi, responsif

terhadap kebutuhan anak, mendorong serta

memberikan penjelasan tentang dampak perbuatan

yang baik dan buruk)

18 Muhammad Rifa’I, Pembina Pribadi Muslim, ( Semarang : CV. Wicaksana, 1993), Cet

1, hlm 188

Page 8: BAB II bariroh - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · KERANGKA TEORI POLA ASUH ORANG TUA A. PENGERTIAN POLA ASUH ORANG TUA ...

12

3. Permisive : (sikap “aceptance” nya tinggi, kontrolnya rendah

memberi kebebasan anak untuk menyatakan

dorongan atau keinginannya.19

Chabib Thoha mengemukakan ada tiga pola asuh orang tua yaitu:

demokratis, otoriter, dan permissive.20

a. Demokratis

Pola asuh demokratis ditandai dengan adanya pengakuan orang

tua terhadap kemampuan anak, anak diberi kesempatan untuk tidak

selalu tergantung kepada orang tua. Orang tua sedikit memberi

kebebasan kepada anak untuk memilih apa yang terbaik bagi dirinya,

anak didengar pendapatnya, dilibatkan dalam pembicaraan terutama

yang menyangkut dengan kehidupan anak itu sendiri. Anak diberi

kesempatan untuk mengembangkan kontrol internalnya sehingga

sedikit demi sedikit berlatih untuk bertanggung jawab kepada diri

sendiri. Anak dilibatkan dan diberi kesempatan untuk berpartisipasi

dalam mengatur hidupnya.21

Jadi dapat disimpulkan, bahwa pola asuh demokratis adalah

pola pendidikan, dimana anak diberi kebebasan dan kesempatan luas

dalam mendiskusikan segala permasalahannya dengan orang tua, dan

orang tua mendengarkan, memberi tanggapan, pandangan serta

menghargai pendapat anak, keputusan dari orang tua selalu

dipertimbangkan dengan anak-anaknya. Namun orang tua tetap

menentukan dalam segala pengambilaln keputusan.

Jadi ciri-ciri pola asuh demokratis menurut Chabib Thoha

antara lain mendorong anak untuk menyatakan pendapatnya, anak

diberi kebebasan untuk menentukan apa yang terbaik buat dirinya

tetapi masih ada kontrol dari pihak orang tua, hubungan antar keluarga

harmonis. Sedangkan kondisi pola asuh demikian menyebabkan anak

19 Syamsu Yusuf, Op. Cit. hlm. 51 20 Chabib Thoha, Op.Cit, hlm. 111 21 Ibid, hlm. 111

Page 9: BAB II bariroh - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · KERANGKA TEORI POLA ASUH ORANG TUA A. PENGERTIAN POLA ASUH ORANG TUA ...

13

memiliki sikap sahabat, percaya diri, sopan, berani berpendapat,

sedang menurut Yulia Singgih dan Syamsu Yusuf antara lain :

1. Kebebasan anak tidak mutlak

2. Menghargai dengan penuh pengertian

3. Keterangan yang rasional terhadap yang boleh dan tidak boleh

dilakukan22

4. Bersikap responsif terhadap kebutuhan anak

5. Mendorong anak untuk menyatakan pendapat atau pertanyaan

6. selalu menggunakan cara musyawarah dan kesepakatan

7. Hubungan antar keluarga sangat harmonis dan akrab.

8. Orang tua selalu memberikan kesempatan kepada anak untuk

berkreatifitas23

Dan kondisi pola asuh demikian menyebabkan anak memiliki

ciri-ciri sebagai berikut:

a. Bersikap bersahabat

b. Memiliki percaya diri

c. Mampu mengendalikan (self control)

d. Sikap sopan

e. Mau bekerjasama

f. Memiliki rasa ingin tahunya tinggi

g. Mempunyai tujuan atau arah yang jelas

h. Berorientasi terhadap prestasi

i. Berani berpendapat24

Dari apa yang telah diuraikan diatas dapat ditarik kesimpulan

bahwa pola asuh demokratis itu ditandai oleh adanya dorongan dari

orang tua untuk anaknya memberi pengertian, dan diskusi. Biasanya

menempatkan anak pada posisi yang sama pada mereka, anak

22 Yulia Singgih D. Gunarsa, Op. Cit, hlm 46 23 Syamsu Yusuf. Op. Cit, hlm 52 24 Ibid, hlm 53

Page 10: BAB II bariroh - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · KERANGKA TEORI POLA ASUH ORANG TUA A. PENGERTIAN POLA ASUH ORANG TUA ...

14

diberikan kesempatan untuk memberikan saran atau usul-usul yang

berhubungan dengan masalah anak dengan demikian akan tumbuh

rasa tanggung jawab pada anak dan akan memupuk kepercayaan diri

anak.

b. Pola Asuh Otoriter

Pola asuh otoriter ditandai dengan cara mengasuh anak dengan

aturan-aturan yang ketat seringkali memaksa anak untuk berperilaku

seperti dirinya (orang tua), kebebasan untuk bertindak atas nama

dirinya sendiri dibatasi. Anak jarang diajak berkomunikasi dan

bertukar pikiran dengan orang tua. Orang tua menganggap bahwa

semua sikapnya sudah benar sehingga tidak perlu dipertimbangkan

dengan anak.25 Sedangkan menurut Yulia Singgih D. Gunarsa Pola

Asuh Otoriter adalah “orang tua menentukan aturan dan batasan

mutlak yang harus ditaati anak, apabila dilanggar anak dihukum.26

Pola asuh otoriter merupakan sikap orang tua yang keras,

biasanya memberikan batasan yang jelas antara tingkah laku yang

diperbolehkan dengan tingkah laku yang dilarang. Namun dalam

mempertahankannya mereka sering mengabaikan kehangatan dan

moral memberikan dukungan serta semangat diperlukan oleh seorang

anak.27

Pola asuh “otoriter” adalah suatu sikap mau menang sendiri,

main bentak, main pukul, anak serba salah, orang tua serba benar.

Dengan kata lain orang tua menerapkan pola asuh otoriter membatasi

anak, berorientasi pada hukuman (fisik maupun verbal) mendesak

anak untuk bertanya mengapa ia harus melakukan hal-hal tersebut

mekispun sesungguhnya tidak ingin melakukan sesuatu kegiatan yang

25 Chabib Thoha, Op. Cit, hlm 111 26 Yulia Singgih D. Gunarsa, Op.Cit, hlm 46 27 Alex Sobur, Butir-butir Mutiara Rumah Tangga, (Kumpulan Tulisan Mengenai

Pendidikan Anak Cit. 2) (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1997), hlm. 57

Page 11: BAB II bariroh - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · KERANGKA TEORI POLA ASUH ORANG TUA A. PENGERTIAN POLA ASUH ORANG TUA ...

15

diperintah oleh orang tuanya, ia harus tetap melakukan kegiatan

tersebut disisi lain ia tidak ingin melakukannya.

Disisi lain orang tua melarang anaknya melakukan sesuatu

kegiatan meskipun kegiatan tersebut mungkin sangat disenangi atau

diinginkan oleh sang anak, maka anak harus tetap rela untuk tidak

melakukannya.

Ciri-ciri pola asuh otoriter sebagai berikut :

1. Sikap “Aceptance” rendah namun kontrolnya tinggi

2. Suka menghukum secara fisik

3. bersikap mengomando (mengharuskan anak untuk melakukan

sesuatu tanpa kompromi).

4. Bersikap kaku (keras)

5. Cenderung emosional dan bersikap menolak

6. Harus mematuhi peraturan-peraturan orang tua dan tidak boleh

membantah

Akibat dari pola asuh yang otoriter anak akan cenderung

memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Mudah tersinggung

b. Penakut

c. Pemurung tidak bahagia

d. Mudah terpengaruh dan mudah stres

e. Tidak mempunyai arah masa depan yang jelas

f. Tidak bersahabat

g. Gagap (stuttering) serta rendah diri29

Sedangkan menurut Monty P. Satria Darma mengemukakan

akan dampak dari perlakuan orang tua yang selalu menyakiti

(memberi hukuman) adalah rasa sakit, secara fisik rasa sakit dapat

langsung hanya sesaat saja akan tetapi secara psikologi rasa sakit

29 Syamsu Yusuf, Op. Cit., hlm 51

Page 12: BAB II bariroh - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · KERANGKA TEORI POLA ASUH ORANG TUA A. PENGERTIAN POLA ASUH ORANG TUA ...

16

secara fisik tidak seberapa itu bisa dirasakan berkepanjangan dan

menahun, atau biasa dikenal dengan istilah trauma. Contoh jika

seorang anak dipukul orang tuanya pada saat tertentu, ia cenderung

akan mengingat terus peristiwa tersebut sebagai peristiwa yang

menyakitkan didalam hidupnya. Inilah yang disebut trauma.30

Dari apa yang diuraikan diatas dapat penulis simpulkan bahwa

dengan cara otoriter ditambah dengan sikap keras, menghukum,

mengancam anak menjadikan anak patuh dihadapan orang tua, tetapi

dibelakangnya ia memperlihatkan reaksi-reaksi, misalnya menentang

atau melawan, bisa ditampilkan dalam bentuk tingkah laku yang

melanggar norma-norma dan menimbulkan persoalan dan kesulitan

baik pada dirinya, lingkungan rumah, sekolah maupun pergaulannya.

c. Pola Asuh Permissive

Pola asuh permissive ditandai dengan orang tua mendidik anak

secara bebas, anak dianggap sebagai orang dewasa (muda), ia diberi

kelonggaran seluas-luasnya untuk melakukan apa saja yang

dikehendaki. Kontrol orang tua terhadap anak sangat lemah, juga tidak

memberikan bimbingan yang cukup berarti bagi anaknya, semua yang

telah dilakukan anak adalah benar dan tidak perlu mendapatkan

teguran, arahan (bimbingan).31 Kekurangan-kekurangan dalam pola

asuh ini antara lain :

- Anak cenderung melakukan segala sesuatunya “semua gue”

- Tidak atau kurang memperhatikan akibat dari perbuatannya baik

bagi dirinya sendiri maupun orang lain.

- Orang tua hampir tidak pernah campur tangan baik dalam memilih

tempat sekolah mengatur waktu ibadah teman bergaul dan

sebagainya.

30 Monty P. Satria Darma, Persepsi Orang Tua Membentuk Perilaku Anak (Dampak

Pigmalion didalam Keluarga), (Jakarta : Pustaka Populer, 2001), hlm 74 31 Chabib Thoha, Op.Cit., hlm 112

Page 13: BAB II bariroh - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · KERANGKA TEORI POLA ASUH ORANG TUA A. PENGERTIAN POLA ASUH ORANG TUA ...

17

Pola asuh permissive menurut Yulia Singgih adalah : anak

mencari sendiri batasan perilaku baik dan yang tidak baik tanpa

dituntut kewajiban dan tanggung jawab, kurang kontrol terhadap

perilaku anak dan hanya berperan sebagai pemberi fasilitasi serta

kurang berkomunikasi dengan anak.32

Pola asuh ditandai dengan cara orang tua mendidik anak secara

bebas, anak dianggap sebagai orang dewasa/muda, ia diberi

kelonggaran seluas-luasnya untuk melakukan apa saja yang

dikehendaki. Kontrol orang tua terhadap anak sangat lemah, juga tidak

memberikan bimbingan yang cukup berarti bagi anaknya. Semua apa

yang telah dilakukan oleh anak adalah benar dan tidak perlu mendapat

teguran, aturan atau bimbingan.33

Syamsu Yusuf mengemukakan bahwa pola asuh permissive

memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Sikap “Acceptance” nya tinggi namun kontrolnya rendah.

2. Memberi kebebasan kepada anak untuk menyatakan dorongan/

keinginannya

3. Anak diperbolehkan melakukan sesuatu yang dianggap benar oleh

anak.

4. Hukuman tidak diberikan karena tidak ada aturan yang mengikat

5. Kurang membimbing.

6. Anak lebih berperan dari pada orang tua

7. kurang tegas dan kurang komunikasi.

Kondisi permissive ini cenderung mengakibatkan anak

memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Bersikap impulsif dan ogresif

b. Suka bersikap memberontak

c. Kurang memiliki rasa percaya diri

32 Yulia Singgih, Op.Cit., hlm 46 33 Chabib Thoha, Op.Cit., hlm 112

Page 14: BAB II bariroh - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · KERANGKA TEORI POLA ASUH ORANG TUA A. PENGERTIAN POLA ASUH ORANG TUA ...

18

d. Suka mendominasi

e. Tidak jelas arahnya

f. Prestasinya rendah28

Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pola

asuh permissive merupakan pola asuh yang memperlakukan anak secara

bebas untuk berbuat apa saja yang dikehendakinya dan tanpa dituntut oleh

kewajiban dan tanggung jawab.

Dari uraian diatas, dapat penulis simpulkan bahwa ada tiga bentuk

pola asuh yaitu pola asuh otoriter dan pola asuh permissive. Dan ternyata

pola asuh demokratis dinilai paling baik buat pendidikan anak

dibandingkan dengan pola asuh yang lain. Hal ini disebabkan pola asuh

demokratis dapat membentuk anak yang baik, memiliki hubungan sosial

yang baik, cenderung mempengaruhi anak menjadi dewasa dalam

bersikap serta membentuk akhlak anak.

Dalam penulisan ini penulis menggunakan tiga macam pola asuh

sebagaimana yang dikemukakan oleh (Chabib Thoha, 1996) yakni pola

asuh demokratis, pola asuh otoriter dan pola asuh permissive. Pemilihan

ketiga jenis pola asuh ini secara umum diterapkan oleh orang tua dalam

mendidik dan mengasuh anaknya baik secara terpisah maupun secara

bersama-sama, ada orang tua yang melaksanakan pola asuh demokratis

tetapi kadang juga menerapkan pola asuh otoriter dan pola asuh

permisive. Bahkan sangat sulit menemukanorang tua yang melaksanakan

satu pola asuh murni tetapi orang tua cenderung menggabungkan ketiga

pola asuh tersebut.

Berdasarkan uraian tersebut diatas maka indikator pola asuh dari

orang tua terhadap anaknya dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1) Pola asuh demokratis, antara lain mempunyai indikator hubungan

orang tua – anak hangat, hubungan orang tua – anak bersifat fleksibel

28 Syamsu Yusuf, Op. Cit, hlm 52

Page 15: BAB II bariroh - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · KERANGKA TEORI POLA ASUH ORANG TUA A. PENGERTIAN POLA ASUH ORANG TUA ...

19

dan pemberian tanggung jawab dari orang tua kepada anak yang

disertai tanggung jawab anak kepada orang tua.

2) Pola asuh Otoriter, antara lain mempunyai indikator hubungan orang

tua – anak kurang hangat, orang tua sering merasa berkuasa, dan

hubungan orang tua dan anak kaku serta penuh formalitas.

3) Pola asuh permisive, antara lain mempunyai indikator hubungan orang

tua dan anak kurang terkontrol, orang tua memberikan kebebasan

kepada anak, dan hubungan orang tua dan anak cenderung acuh tak

acuh.

B. AKHLAK

1. Pengertian Akhlak

Anak merupakan amanah dari Allah yang diberikan kepada orang

tua dan sebagai orang tua berkewajiban mempesiapkan tubuh, jiwa dan

akhlak anak-anaknya untuk menghadapi pergaulan masyarakat. Kewajiban

ini merupakan tugas yang ditekankan agama. Jadi dapat dipahami bahwa

orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik anak-anaknya agar

berakhlak baik dan pengertian dari akhlak adalah :

Dari segi bahasa (etimology), perkataan akhlak merupakan bentuk

jamak dari kata khulk yang dalam kamus Al-Munjid berarti budi pekerti,

perangai, tingkah laku, atau tabiat. Di dalam Da’iratul Ma’arif dikatakan :

االخال ق هيصفاتاال نساناال د بيه

“Akhlak ialah sifat-sifat manusia yang terdidik”.29

Rahmat Djatnika mengungkapkan kata Akhlak berasal dari bahasa

arab ( اخال ق ) bentuk jamak mufradnya khuluq ( خلق ) yang berarti

budi pekerti, sinonimnya etika dan moral. Etika berasal dari bahasa latin

29 Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1992), hlm. 1

Page 16: BAB II bariroh - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · KERANGKA TEORI POLA ASUH ORANG TUA A. PENGERTIAN POLA ASUH ORANG TUA ...

20

etos yang berarti kebiasaan. Moral berasal dari bahasa latin juga mores

juga bearti kebiasaannya.

Secara terminologi kata “budi pekerti” yang terdiri dari budi dan

pekerti, “budi” ialah yang ada pada manusia yang berhubungan dengan

kesadaran, yang didorong oleh pemikiran, ratio, yang disebut karakter.

“Pekerti” ialah apa yang terlihat pada manusia karena didorong oleh

perasaan hati yang disebut behaviour, jadi “budi pekerti” adalah

merupakan perpaduan dari hasil ratio dan cara yang bermanifestasi pada

karsa dan tingkah laku manusia.30

Akhlak berarti suatu kemantapan (jiwa) yang menghasilkan

perbuatan atau pengamalan dengan mudah, tanpa harus direnungkan dan

disengaja. Jika kemantapan itu sedemikian, sehingga menghasilkan amal-

amal yang baik – yaitu amal yang terpuji menurut akal dan syari’ah –

maka ini disebut akhlak yang baik. Jika amal-amal yang tercela yang

muncul dari keadaan (kemantapan) itu, maka itu dinamakan akhlak yang

buruk.31

2. Sumber dan Tujuan Akhlak

a. Sumber Akhlak

Sumber dari akhlak dalam Islam tidak lain adalah Al-Qur’an

dan Al-Hadits Nabi SAW, firman Allah SWT :

وانكلعلىخلقعظيم“Sesungguhnya engkau ya Muhammad seorang yang berbudi tinggi berakhlak utama”.32

Sabda Rasulullah SAW

انما بعثتال ت مم مكا رم اال خال ق

30 Rahmad Djatnika, Sistem Etika Islam (Akhlak Mulia), (Jakarta : Panjimas, 1996), hlm. 26

31 Abul Quasem, Etika Al-Ghazali, (Bandung : Pustaka, 1998), hlm 81 32 Barmawie Umari, Materi Akhlak, (Solo : Ramandani), hlm. 1

Page 17: BAB II bariroh - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · KERANGKA TEORI POLA ASUH ORANG TUA A. PENGERTIAN POLA ASUH ORANG TUA ...

21

“Bahwasanya aku diutus untuk menyempurnakan Akhlak yang utama, budi yang tinggi”.33

Berdasarkan uraian singkat di atas, dapat dipahami bahwa

sumber dari akhlak dalam Islam adalah Al-Qur’an dan Al-Hadits.

b. Tujuan Akhlak

Tujuan adanya akhlak tidak berbeda dengan utjuan agama

yaitu untuk mengatur manusia yang memperoleh kebahagiaan di dunia

dan akhirat, kesempurnaan individu dan menciptakan kebahagiaan,

kemajuan, kekuatan dan keteguhan bagi masyarakat.34 Yang ujung-

ujungnya mengharapkan ridha dari Allah semata.35

3. Macam-macam Akhlak

Pada dasarnya aktivitas hidup sehari-hari manusia senantiasa

terkait dengan tiga buah kewajiban, yakni kewajiban kepada diri sendiri,

kewajiban kepada Allah, dan kewajiban kepada orang tua (keluarga)

maupun kewajiban terhadap lingkungan.

Sehubungan dengan hal itu, penulis akan menguraikan beberapa macam

akhlak ditinjau dari dasar kewajiban yang harus dilakukan oleh manusia

dalam kehidupan sehari-hari. Terutama yang berkaitan langsung dengan

skripsi ini :

a. Akhlak Manusia kepada Allah

Yang dimaksud kewajiban manusia kepada khaliqnya adalah

bagian dari rangkaian hak dan kewajiban manusia dalam hidupnya

sebagai suatu yang wujud dan maujud artinya hubungan manusia

dengan Allah adalah hubungan makhluk dengan khaliqnya

33 Muhammad Al Ghozali, Akhlak Seorang Muslim, (Semarang : Wicaksana, 1981), hlm.

10 34 Mohammad Al-Taomi Al Syaibani, Falsafat at Tarbiyah Al-Islamiyah, atau Falsafat

Pendidikan Islam, terjemahan Hasan Langgulang, (Jakarta; Bulan Bintang, 1997) hlm. 346 35 Hamzah Yakub, Etika Islam, (Bandung : Diponegoro, 1983), hlm. 53

Page 18: BAB II bariroh - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · KERANGKA TEORI POLA ASUH ORANG TUA A. PENGERTIAN POLA ASUH ORANG TUA ...

22

sebagaimana hidup manusia selalu mempunyai ketergantungan kepada

orang lain.36

1. Salat

Pada dasarnya salat menurut bahasa adalah do’a, Allah

berfirman :

انصلواتك سكنلهم ﴿ةبوتلا:١٠٣﴾ “Dan sesungguhnya do’a kamu itu (menjadi) ketentraman bagi mereka”. (Q.S. At-Taubah : 103).37

Sedang pengertiannya dalam agama dan syari’at adalah

ibadah yang kita kenal selama ini, dimana dituntut kesucian

padanya, yang mengandung ucapan-ucapan dan perbuatan

perbuatan khusus, dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan

salam.38

Salat merupakan tiang agama sehingga salatlah yang menopang

sendi keislaman kita, sebab segala hal amal perbuatan kita tidak

sempurna bila salat kita tidak baik. Pada dasarnya salat adalah

pendidikan bagi rohani dan akal manusia yang

menghubungkannya dengan sang Khalik, salat mendidik manusia

untuk taat, berkemauan keras, terbiasa sabar, dan mengekang

hawa nafsu dari perbuata keji dan mungkar.

Sebagaimana yang difirmankan Allah dalam surat Al-

Angkabut ayat 45 yang artinya : “Sesungguhnya salat itu

mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya

mengingat Allah (salat) adalah ibadah lebih besar (keutamaannya

dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang

kamu kerjakan”.

Dalam menjalankan salat telah ditentukan waktunya,

dengan ditentukannya waktu salat tersebut mengandung hikmah

36 Rahmat Djatnika, Op. Cit. hlm. 173 37 Depag. RI., Al-Aliyy, Op. Cit., hlm. 38 M. Jawwad Mughniyah, Figh Ja fari. (Jakarta : Lentera, 1995). Hlm. 117

Page 19: BAB II bariroh - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · KERANGKA TEORI POLA ASUH ORANG TUA A. PENGERTIAN POLA ASUH ORANG TUA ...

23

yang sangat besar, diantaranya melatih diri dan membiasakan

hidup secara teratur dan penuh kedisiplinan sehingga dalam

mengarungi kehidupan ini akan lebih terarah dan terencana.

Di samping itu dalam melaksanakan salat dianjurkanuntuk

melaksanakannya dengan berjama’ah, 27 kali lipat pahalnya bagi

mereka yang mau melaksanakannya. Bahkan salat berjama’ah

diwajibkan melaksanakan sekali dalam seminggu, yaitu pada salat

Jum’at. Dari sini Islam berusaha mendidik umatnya untuk

bermasyarakat dan mempererat ukhuwah islamiyah antar sesama

muslim. Salat berjama’ah juga menumbuhkan rasa solidaritas

dengan yang kaya. Rakyat jelata duduk bersisian dengan para

pejabat, tak ada tempat yang diisimewakan. Semuanya melakukan

satu gerakan yang sama dan seirama dan disiplin atas komando

dari sang imam. Akhirnya salat ditutup dengan salam, maksudnya

saling menyatakan selamat sejahtera dan damai, sesudah itu

dimanifestasikan dengan saling berjabat tangan yang menandakan

ikatan perdamaian dan persaudaraan, sama-sama menyatakan diri

sebagai hamba Allah yang bersaudara, tak ada permusuhan dan

satu tujuan mengabdi kepada Allah SWT.39

2. Puasa

Puasa menurut bahasa menahan diri dari sesuatu, seperti

makan, minum, nafsu dan menahan dari berbicara yang tidak

bermanfaat. Sedangkan menurut syar’i puasa digambarkan dalam

Al-Qur’an dalam surat Al-Baqarah (ayat : 187) sebagai menahan

hawa nafsu dari makan, minum dan hubungan seksual dari terbit

fajar sampai terbenam matahari.40

39 Nasiruddin Rozak, Dienul Islam, (Bandung : PT. Al-Ma’arif, 1996), hlm. 184 40 Murni Djamal, Ilmu Fiqh, (Jakarta : Direktorat Pembinaan Tinggi Agama Islam, 1983),

hlm. 274

Page 20: BAB II bariroh - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · KERANGKA TEORI POLA ASUH ORANG TUA A. PENGERTIAN POLA ASUH ORANG TUA ...

24

Puasa merupakan salah satu yang telah disyari’atkan Islam

yakni sesudah turunnya perintah salat dan zakat, firman Allah

SWT :

يايهاالذينامنواكتبعليکمالصيام كما كتبعلىالذ ين

من قبلکم لعلکم تتقون. (ةرق بلا : ١٨٣) “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana, diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”. (Q.S. Al-Baqarah : 183)41

Dalam ayat diatas dapat dijelaskan bahwa tujuan puasa

adalah membentuk manusia yang bertaqwa, dan taqwa

sesungguhnya merupakan sikap mental yang tumbuh atas dasar

jiwa tauhid dan mengaktualisasikan dalam bentuk ibadah-ibadah

yang dilakukan semata-mata untuk Allah.

Dari pengertian yang telah dipaparkan diatas penulis

menyimpulkan bahwa puasa selain menahan lapar, minum, dan

menahan dari berbicara yang tidak bermanfaat dari terbit fajar

sodiq hingga terbenamnya matahari, disini puasa merupakan

sarana yang dapat menahan dari hawa nafsu, dengan puasa hawa

nafsu kita melemah, kecenderung kepada kejahatan pun menjadi

melemah dan kemampuan beramal baik akan meningkat, karena

nilai saum (puasa) dinamakan landasan bagi kebiasaan beribadah

dan kunci amal soleh, kalau jiwa dimurnikan dengan lapar ia

menjadi mampu mengingat Allah dan merenungkannya, dzikir

kepada Allah dalam keadaan begini menciptakan pengaruh besar

kepada jiwa.42

Puasa melatih kita untuk berjiwa besar, sanggup mengatasi

segala kesulitan dan cobaan hidup. Puasa juga melatih kita untuk

41 Soenarjo dkk, Op. Cit. hlm. 44 42 M. Abul Quasem, Op.Cit. hl. 233

Page 21: BAB II bariroh - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · KERANGKA TEORI POLA ASUH ORANG TUA A. PENGERTIAN POLA ASUH ORANG TUA ...

25

berakhlak teguh memegang amanah, jujur, disiplin serta

menumbuhkan jiwa sosial kita terhadap orang-orang yang

bernasib kurang beruntung.

b. Akhlak Manusia Kepada Dirinya Sendiri

1. Membina sifat jujur

Jujur atau benar ialah : “memberitahukan, menuturkan

sesuatu dengan sebenarnya.43 Kejujuran merupakan salah satu

untuk mencapai keselamatan, keberuntungan dan kebahagiaan.

Kejujuran akan menentukan status dan kemajuan masyarakat dan

baik kemajuan diri sendiri maupun kemajuan masyarakat,

kejujuran juga akan menimbulkan ketenangan dan rasa percaya

serta menimbulkan keberanian.

Islam menganjurkan bahkan menekankan, agar segi-segi

dan unsur-unsur kejujuran ditanamkan kepada anak-anak sejak

kecil agar mereka terbiasa melakukan kejujuran dimana pun

berada. Rasulullah SAW bersabda :

من قاللصبى : تعالهاك ثم لم يعظه فهي کذ بة. ﴿رواهاحمد﴾

“Barang siapa yang berkata kepada anak kecil, mari kemari, saya beri ini, kemudian tidak memberi, maka itu bohong”. (H.R. Ahmad)44

Hadits diatas menjelaskan bahwa kejujuran itu harus selalu

ditanamkan orang tua terhadap anaknya sejak kecil dan selain itu

orang tua harus selalu bersikap jujur terhadap anaknya dalam hal

apapun, terutama dalam pendidikan anaknya. Karena jika prinsip

kebenaran dan kejujuran ini telah membudaya maka akan tegaklah

suatu masyarakat yang harmonis, aman dan sentosa sebagaimana

43 Muhammad Al-Ghazali, Op.Cit., (Semarang : Wicaksana, 1986), hlm 74 44 Ibid, hlm. 81

Page 22: BAB II bariroh - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · KERANGKA TEORI POLA ASUH ORANG TUA A. PENGERTIAN POLA ASUH ORANG TUA ...

26

pribadi mu’min yang hatinya selalu merasa aman dan tenang

karena selalu berkata dan bertingkah laku yang benar dan jujur.

2. Membina sifat disiplin

Disiplin dapat diartikan sebagai suatu ketaatan atau

kepatuhan pada aturan dan tata tertib. Pribadi yang memiliki

dasar-dasar dan mampu mengembangkan disiplin diri, berarti

memiliki peraturan diri berdasarkan acuan nilai moral, sehubungan

dengan itu disiplin diri dibangun dari asimilasi dan penggabungan

nilai-nilai moral untuk diinternalisasi oleh subjek didik sebagai

dasar untuk mengarahkan perilakunya. Untuk mengupayakan hal

itu orang tua dituntut untuk memiliki keterampilan paedagogis dan

proses pembelajaran pada tataran tertinggi.45 Disiplin erat

hubungannya dengan pembagian waktu, hal itu dapat kita temukan

dalam ayat-ayat Al-Qur’an yang didahului dengan sumpah Allah

yang berhubungan dengan waktu, misalnya demi waktu Dhuha,

demi masa dan lain-lain yang secara tidak langsung mengingatkan

manusia agar dapat membagi dan memanfaatkan waktu sebaik-

baiknya.

Untuk membina disiplin diri, pelatihan dan pembinaan

disiplin diri agar lebih efektif dapat dilakukan secara kolektif,

misalnya di sekolah, di masyarakat, dan yang paling penting

adalah di lingkungan keluarga yakni orang tua.

3. Membina sifat sabar

Sabar merupakan sikap jiwa yang berupa penerimaan

terhadap sesuatu baik berkenaan dengan penerimaan tugas dalam

bentuk suruhan maupun dalam bentuk penerimaan terhadap

perlakuan orang lain. Sabar yang dimaksudkan adalah sabar atas

45 Muhammad Shochib, Pola Asuh Orang tua Untuk Membantu Anak Mengembangkan

Disiplin Diri, (Jakarta : Rineka Cipta, 1997), hlm. 3

Page 23: BAB II bariroh - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · KERANGKA TEORI POLA ASUH ORANG TUA A. PENGERTIAN POLA ASUH ORANG TUA ...

27

panjangnya jalan perjuangan, banyak onak dan durinya, banyak

penghambat karena ketakutan atau karena keuntungan pribadi.

Semua ini harus dihadapi dengan sabar dan tabah tanpa

memperdulikan pemboikotan manusia, penghinaannya,

pelecehannya maupun penganiayaan dan tekanannya.46

Ibnu Abas r.a mengatakan : “Sabar dalam Al-Qur’an terdiri atas

tiga arah yaitu :

a) Sabar atas menunaikan segala amalan fardu, sebagai hamba

berarti manusia harus menyerahkan segenap jiwa dan raga

kepada kehendak Allah dan patuh serta taat terhadap segala

amalan fardu Allah.

b) Sabar terhadap larangan atau yang diharamkan Allah atau

mengendalikan diri dari hawa nafsu yang mendorong untuk

melanggar larangan-Nya. Nafsu sesuai dengan sifatnya

merupakan kekuatan besar yang mendorong manusia untuk

mencari kenikmatan dan kepuasan semata yang cenderung

kepada hal-hal buruk. Jadi sabar disini berarti mengendalikan

diri dan menekan perasaan dan keinginan yang buruk itu,

sehingga dapat menyikapi setiap larangan Allah sebagai

sesuatu yang wajar dan harus ditinggalkan.

c) Sabar atas musibah. Segala sesuatu yang terjadi di dunia ini

merupakan sesuatu yang sudah dikehendaki Allah

(sunnatullah) baik musibah yang disebabkan oleh alam

maupun kelalaian manusia itu sendiri.47

c. Akhlak Terhadap Kedua Orang Tua

Ibu dan ayah adalah kedua orang tua yang sangat besar jasanya

kepada anaknya, dan mereka mempunyai tangung jawab yang besar

terhadap anaknya tersebut, jasa mereka tidak bisa dihitung dan

46 Yusuf Al-Qordlowy, Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan Al-Bannah, (Jakarta : Bulan Bintang, 1980), hlm. 52

47 Ismail Yakup, Terjemahan Ihya’ Al-Ghazali Jilid III, (Jakarta : Faizan, 1987), hlm. 302

Page 24: BAB II bariroh - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · KERANGKA TEORI POLA ASUH ORANG TUA A. PENGERTIAN POLA ASUH ORANG TUA ...

28

dibandingkan dengan harta, kecuali mengembalikan menjadi orang

merdeka sebagai manusia mempunyai hak kemanusiaan yang penuh

setelah menjadi budak/hamba sahaya karena suatu keadaan yang tidak

diinginkan.

Kalau ibu merawat jasmani dan rohaninya sejak kecil secara

langsung, maka bapak pun merawat, mencari nafkahnya,

membesarkannya, mendidiknya dan menyekolahkannya, disamping

itu usaha ibu mulai mengandung sampai masa muhariq (masa dapat

membedakan baik dan buruk). Seorang ibu sangat berperan, maka

setelah memasuki masa belajar, ayah lebih tampak kewajibannya,

mendidiknya dan mempertumbuhkannya menjadi dewasa. Namun

apabila dibandingkan antara berat tugas ibu dengan ayah, mulai

mengandung sampai dewasa, dan sebagaimana perasaan ibu dan ayah

terhadap putranya, maka secara perbandingan tidaklah keliru apabila

dikatakan lebih berat tugas ibu daripada tugas ayah.

Menurut hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhori Muslim

dari Abu Hurairah : seorang sahabat bertanya kepada Rosulullah : “Ya

Rosulullah, siapakah yang harus saya perbuat baik? (sampai tiga kali)

“Rosulullah menjawab : “Kepada ibumu”, dan yang keempat kalinya

sahabat bertanya, kemudian siapa lagi? Rosul menjawab kepada

ayahmu.48

Adapun bentuk-bentuk bakti atau berbuat baik terhadap orang

tua itu antara lain :

1) Tata terhadap yang diperintahkan dan meinggalkan segala yang

dilarang mereka sepanjang tidak bertentangan dengan ajaran

agama. Namun jika bertentangan dengan ajaran agama kita tidak

boleh tidak mentaatinya, tetapi tetap bersikap baik terhadap

keduanya.

2) Menghormatinya, merendahkan diri kepadanya. Berkata halus

baik, tidak membentak dan tidak bersuara melebihi suaranya, tidak

48 Rahmad Djatnika, Op. Cit. hlm. 203

Page 25: BAB II bariroh - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · KERANGKA TEORI POLA ASUH ORANG TUA A. PENGERTIAN POLA ASUH ORANG TUA ...

29

bejalan didepannya, memanggil dengan ayah, ibu dan tidak pergi

kecuali seizinnya.

3) Memberi penghidupan, pakaian, mengobati sakitnya dan

menyelamatkannya dari suatu yang membahayakannya.49

d. Akhlak terhadap Alam

Manusia tidak lepas dari alam, maka hendaknya manusia

berbuat baik terhadap alam. Adapun bentuk akhlak terhadap alam

adalah :

1) Menyayangi binatang

Sebagian dari binatang merupakan karunia Allah yg boleh

kita makan dagingnya, tetapi kita harus menyembelihnya terlebih

dahulu. Jangan sampai kita menghambat kematiannya atau

menyiksanya sedikit demi sedikit. Berbuatlah sesuatu yang

membuat binatang itu senang.50 Firman Allah dalam surat al-

An’am ayat 38 :

وما من دابة فى اال رض وال طئر يطير بجنا حيهاال امم

امثا لكمقلى ما فرطنا فى الكتب من شيء ثم إلى

ربهم يحشرون (ماعنألا : ٣٨) Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya melainkan umat-umat (juga) seperti kamu. Tiadalah kami alpakan seuatupun di dalam al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpun. (QS. Al An’am : 38)51

49 Asmaran As, Op. Cit. hlm 179-180 50 Hamzah Ya’qub, Op.Cit., hlm. 17 51 Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Penafsir Al-Qur’an, op. cit., hlm 192

Page 26: BAB II bariroh - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · KERANGKA TEORI POLA ASUH ORANG TUA A. PENGERTIAN POLA ASUH ORANG TUA ...

30

2) Menyayangi tumbuh-tumbuhan

Tumbuhan yang menghiujau di muka bumi ini sungguh

memberikan kemanfaatan yang besar bagi kehidupan manusia.

Sebagian dari buah-buahnya memberikan manfaat untuk kita

makan, kayunya memberikan manfaat untuk kita jadikan aneka

macam bangunan dan kita jadikan sebagian obat-obatan dari daun

dan akar-akarnya. Semua itu wajib kita pelihara dan kita syukuri.52

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak

Para ahli etika bahwa pembentukan akhlak dipengaruhi oleh dua

faktor, yaitu faktor dari luar dan dari dalam. Faktor-faktor dari dalam

meliputi instink dan akal, adat kebiasaan, keinginan dan hati nurani.

Sedangkan faktor dari luar meliputi keturunan, lingkungan keluarga.53

Berikut ini akan penulis bahas secara singkat beberapa faktor yang

mempengaruhi pembentukan akhlak tersebut.

a. Instink dan Akal

Instink ialah suatu sifat yang dapat menimbulkan perbuatan

yang menyampaikan pada tujuan dengan tidak berfikir lebih dahulu

kearah tujuan itu dan tiada didahului latihan perbuatan itu.54 Instink itu

dapat tetap tumbuh karena proses pendidikan, sebagaimana ia dapat

lemah bahkan jika diabaikan. Instink merupakan sifat jiwa yang

pertama yang membentuk akhlak, akan tetapi suatu sifat yang

permitive, yang tidak dapat diabaikan dan dibiarkan begitu saja, tetapi

wajib dididik dan diasuh dengan baik.55

b. Adat Kebiasaan

Sikap dan perbuatan manusia yang menjadi akhlak sangat erat

kaitannya dengan kebiasaan. Sebagaimana pengertian akhlak yang

52 Asmaran, As, Op.Cit., hlm. 179 53 Muslim Nurdin, dkk. Moral dan Koqnisi Islam, (Bandung : Alftika, 1995), hlm. 270 54 Rahmat Djatnika, Op. Cit. hlm. 73 55 Ahmad Amin, Etika, (Ilmu Akhlak), (Jakarta : Bulan Bintang, 1995), hlm. 17

Page 27: BAB II bariroh - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · KERANGKA TEORI POLA ASUH ORANG TUA A. PENGERTIAN POLA ASUH ORANG TUA ...

31

dikemukakan oleh Prof. Dr. Ahmad Amin bahwa akhlak adalah

membiasakan kehendak.

Banyak sebab yang menjadikan adat kebiasaan antara lain :

adat kebiasaan warisan nenek moyang dan dilestarikan turun temurun,

sebab lingkungan tempat bergaul yang memberi pengaruh yang kuat

dalam kehidupan sehari-hari. Adapun proses pembentukan kebiasaan

sebagai berikut : pertama, ada kecenderungan hati yang melakukan

perbuatan itu dan merasa senang untuk meniru dan melakukan

perbuatan itu. Kedua, diperturutkannya keinginan itu untuk

dipraktikan dan berulang-ulang sehingga menjadi suatu kebiasaan.56

Orang yang sudah menerima suatu perbuatan sebagai

kebiasaan atau adat pada dirinya, maka perbuatan itu sukar

ditinggalkan karena telah mengakar kuat di dalam dirinya. Kebiasaan

inilah yang menjadi salah satu cikal bakal pembentukan akhlak pada

diri manusia.

c. Keinginan

Sebagaimana telah disebutkan dalam pengertian akhlak

menurut Ahmad Amin diatas, kehendak merupakan faktor yang sangat

penting dalam pembentukan akhlak. Keinginan merupakan

kecenderungan yang dimenangkan atau dipilih diantara keinginan atau

kecenderungan yang banyak setelah bimbang.57

Keinginan merupakan salah satu kekuatan besar yang

tersimpan dalam diri manusia. Keinginanlah yang menggerakkan

manusia berbuat yang sungguh-sungguh.58 Seseorang dapat bekerja

sampai larut malam atau dapat melakukan sesuatu perbuatan yang

berat dan hebat menurut orang lain karena digerakkan oleh

keinginannya. Hanya orang-orang keinginannya yang akan dapat

mencapai setiap tujuan yang dikehendakinya.

56 Rahmad Djatnika, Op. Cit. hlm. 48 57 Ibid, hlm. 42 58 Hamzah Yakub, Op. Cit. hlm 73

Page 28: BAB II bariroh - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · KERANGKA TEORI POLA ASUH ORANG TUA A. PENGERTIAN POLA ASUH ORANG TUA ...

32

d. Hati Nurani

Dalam diri manusia terdapat suatu kekuatan yang sewaktu-

waktu dapat memberi peringatan atau isyarat jika tingkah laku

manusia diambang bahaya dan keburukan suara tersebut yang disebut

suaru hati (hati nurani).59 Jika seseorang berhasil dari panggilan hati

nuraninya, maka ia akan merasa gembira dan puas karena merasa

menemukan kemuliaan. Jadi hati nurani berperan sebagai salah satu

kontrol perbuatan manusia.

e. Keturunan

Sudah menjadi sunnatullah bahwa makhluk hidup ini

mempunyai keturunan yang menyerupai indukny. Hal ini dapat dilihat

pada beberapa makhluk, misalnya tumbuhan, hewan dan manusia itu

sendiri.

Dalam dunia manusia dapat dilihat anak-anak yang

menyerupai orang tuanya bahkan nenek moyangnya sekalipun yang

sudah jauh, sejumlah warisan, fisik dan mental masih terus diturunkan

kepada cucu-cucunya. Adapun yang diturunkan itu bukanlah sifat

yang dimiliki yang telah tumbuh dengan matang karena pengaruh

lingkungan, adat maupun pendidikan, melainkan sifat-sifat bawaan

sejak lahir.60

f. Lingkungan Keluarga

Keluarga merupakan arena yang dihadapi oleh anak. Dimana

anak mendapat pengaruh tingkah laku dan pendidikan. Dalam

lingkungan keluarga ayah dan ibu berkewajiban mempesiapkan tubuh,

jiwa dan akhlak anak-anaknya menghadapi pergaulan masyarakat.61

59 Ahmad Amin, Op. Cit. hlm. 68 60 Ibid, hlm 68 61 Muhammad Rifa’i, Pembinaan Pribadi Muslim, (Semarang : CV. Wicaksana, 1993),

hlm. 188

Page 29: BAB II bariroh - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · KERANGKA TEORI POLA ASUH ORANG TUA A. PENGERTIAN POLA ASUH ORANG TUA ...

33

Dengan demikian, keluarga mempunyai fungsi yang tidak

hanya terbatas selaku penerus keturunan saja. Dalam bidang

pendidikan keluarga merupakan pendidik utama, karena segala

pengetahuan dan kecerdasan intelektual manusia diperoleh pertama

kali dari orang tua dan anggota keluarganya sendiri.

C. PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP AKHLAK

ANAK

Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa salah satu

faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak adalah faktor lingkungan,

termasuk dalam kategori lingkungan ini adalah keluarga yang mana ayah dan

ibu merupakan pendidik dwi tunggal yang bersama-sama menjalankan tugas

pendidikan dalam keluarga yang dijalin dengan kerjasama dan saling

pengertian sebaik-baiknya agar timbul keserasian dalam menunaikan tugas

tersebut dengan bersifat paedagogis ataupun psikologis dalam pembentukan

wata katau sikap seseorang anak.

Dalam mendidik anak biasanya orang tua mengasuh anaknya dengan

berbagai cara ada yang menggunakan pola asuh demokratis, otoriter,

permissive, akan tetapi ada pula orang tua yang tidak hanya menerapkan satu

pola asuh saja. Dan dari pola asuh yang diterapkan tersebut memiliki

kelebihan dan kekurangan, dan akibat dari pola asuh tersebut.

Di dalam suatu keluarga biasanya terjadi proses internalisasi nilai.

Terutama nilai yang dianut dan dijunjung tinggi oleh orang tua kepada setiap

anak, sehingga orang tua yang menjunjung tinggi nilai-nilai luhur akhlak

alkarimah akan berusaha agar nilai-nilai terinternalisasi kepada anak-anaknya,

baik melalui pengajaran (nasehat) maupun melalui contoh-contoh (teladan)

dari pihak orang tua.

Dari sekelumit penjelasan diatas ada beberapa hal yang perlu

ditekankan disini. Pertama sebagai orang tua dalam membina akhlak anak

akan berusaha membiasakan anak-anaknya untuk bertingkah laku sesuai

tuntutan akhlakul karimah, sehingga perbuatan yang dibiasakan itu akan

Page 30: BAB II bariroh - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · KERANGKA TEORI POLA ASUH ORANG TUA A. PENGERTIAN POLA ASUH ORANG TUA ...

34

menjadi bagian dari kepribadiannya. Kedua, sehebat apapun orang tua

membina akhlak anaknya tidak akan berarti apa-apa jika tidak dibarengi

dengan teladan ataupun contoh dari pihak orang tua sendiri dan juga sebagai

orang tua harus dapat menerapkan pola asuh yang tepat dalam membina

akhlak anak. Jadi pola asuh (cara mendidik anak) akan berpengaruh besar

pada terbentuknya akhlak anak atau dengan bahasa yang lebih bagus orang tua

yang lebih bisa menerapkan pola asuh yang tepat (sesuai dengan karakteristik

anak) akan memperoleh hasil yang diinginkan yakni anak yang ber-Akhlak

Karimah.

D. KAJIAN PENELITIAN YANG RELEVAN

Pendidikan akhlak terhadap anak adalah persoalan dan pembahsan

yang sudah selayaknya dilakukan oleh orang tua ataupun guru. Sehingga

orang tua yang mempunyai peran besar dalam mencetak karakter anak. Untuk

mengungkap konsep pengaruh pola asuh (cara mendidik) orang tua dalam

membentuk akhlak anak, penulis berusaha untuk obyektif. Sebenarnya

penelitian tema tersebut sudah banyak dilakukan oleh para penulis terdahulu.

Diantaranya adalah sebagai berikut :

1) Peneliian yang dilakukan oleh Eni Mufti, Pengaruh Pola Pendidikan

Orang Tua Pada Anak Terhadap Kedisiplinan Belajar Anak di MTs.N

Uswah Bergas Kabupaten Semarang, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

Semarang 2001. Dalam penelitiannya lebih menekankan pada pengaruh

pendidikan orang tua terhadap kedisiplinan belajar anak, yang mana

bahwa pendidikan orang tua akan mempengaruhi sikap anak yang disiplin

dan taat pada tata tertib atau peraturan. Cara demokratis atau otoriter dapat

diterapkan selama masih proporsional. Dalam mendidik anak sikap

demokratis sangat diperlukan, namun kadang-kadang sikap otoriter orang

tua juga diperlukan dalam hal-hal tertentu.

Dengan demikian pola pendidikan orang tua sangat membantu

anak mencapai kedisiplinan dalam belajarnya, sehingga tujuan pendidikan

itu akan tercapai. Dan sebagaimana pengaruh Pola Asuh Orang Tua

Page 31: BAB II bariroh - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · KERANGKA TEORI POLA ASUH ORANG TUA A. PENGERTIAN POLA ASUH ORANG TUA ...

35

terhadap akhlak anak kurang disentuh. Karena fokus dari penelitian lebih

pada kedisiplinan belajar anak.

2) Pengaruh Pendidikan Agama Dalam Keluarga Terhadap Perilaku

Beragama Siswa SLTP NU Hasanudin 6 Semarang tahun 2003/2004,

penelitian ini dilakukan oleh Fathiyaturrohmah (3198211) Fakultas

Tarbiyah PAI 2004. Adapun yang dibahas dalam tesis tersebut adalah

pendidikan agama dalam keluarga seperti apakah yang dapat membentuk

sikap ketaqwaan kepada Allah bagi anak. Pola asuh yang seperti apakah

yang sesuai dengan prinsip-prinsip pendidikan Islam, dan pengaruhnya

terhadap perilaku agama anak. Dalam penelitiannya Fathiyaturrohmah

menjelaskan bahwa sebagai realisasi terhadap tanggung jawab orang tua

dalam mendidik anaknya, dan ada beberapa aspek yang harus diperhatikan

dalam pendidikan antara lain pendidikan ibadah, mengajarkan pokok-

pokok ajaran Islam dan melatih salat, pendidikan akhlak, juga pendidikan

aqidah Islamiyah sebagai tiang pendidikan Islam.

3) Dalam penelitian kwalitatif yang dilakukan oleh Abdul Ghofur yang

berjudul “Pengaruh Kepedulian Orang Tua terhadap Perilaku Keagamaan

Anak”. Dimana orang tua-lah yang pertama memberikan pendidikan

kepada anaknya dengan melalui pembinaan latihan fisik, latihan mental,

dan bahasa serta keterampilannya. Dan perilaku tersebut melalui

pembiasaan untuk bertingkah laku baik, pengarahan dan bimbingan dan

juga pemilihan tempat pendidikan untuk anaknya oleh orang tua. Dengan

demikian orang tua sangatlah diharapkan dalam pembentukan tingkah laku

atau perilaku dalam keagamaan seperti halnya salat, puasa dan lain

sebagainya.

4) Penelitian yang dilakukan oleh Windarti (1314990009) Mahasiswa

UNNES Jurusan BK/2004 dengan tema Hubungan Antara Pola Asuh

Orang Tua Dengan Perilaku Menyimpang Remaja Kelas II di SMU Santo

Page 32: BAB II bariroh - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1... · KERANGKA TEORI POLA ASUH ORANG TUA A. PENGERTIAN POLA ASUH ORANG TUA ...

36

Bernadus Pekalongan Tahun Pelajaran 2003/2004 penelitian tersebut lebih

menekankan pada hubungan pola asuh orang tua terhadap/dengan perilaku

menyimpang dilakukan oleh para remaja. Dimana orang tua merupakan

pendidik yang utama dan pertama, dan sebagai orang tua yang memiliki

anak usai remaja harus dapat menentukan sikap dan memberikan teladan

yang baik bagi anaknya. Karena dengan sikap dan teladan yang baik

tersebut seorang anak/remaja akan menjadikan orang tua mereka sebagai

figur yang patut ditiru.

Pada umumnya penelitian tentang pendidikan (pola asuh) orang tua

sudah banyak dikaji, namun dalam penelitian kali ini penulis mencoba

mencari hubungan dari pola asuh orang tua dengan akhlak anak, dan apakah

pola asuh yang diterapkan orang tua dengan cara otoriter, demokratis,

permissive yang diberikan kepada anak akan mempengaruhi akhlak anak.

E. PENGAJUAN HIPOTESIS

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian

sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Hipotesis ada ketika peneliti

telah mendalami masalah penelitian serta menetapkan anggapan dasar dan

membuat teori yang bersifat sementara dan perlu diuji kebenarannya.

Berdasarkan kajian teori yang tersebut diatas, peneliti mengajukan

hipotesis sebagai berikut perbedaan “Pola asuh orang tua mempunyai

pengaruh terhadap siswa MTs Taqwal Ilah Meteseh Kec. Tembalang”, dengan

kata lain perbedaan pola asuh yang diterapkan orang tua terhadap anaknya

akan berbeda pula akhlak anak tersebut.