BAB II - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/1580/3/3. BAB II.pdf · konstruksi umum yang...

13
5 Universitas Islam Nahdlatul Ulama BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Menurut pedoman Beton 1989, Draf konsesus (SKBI.1.4.53, 1989:4-5) beton didefinisikan sebagai campuran semen portland atau sembarang semen hidrolik yang lain, agregat halus, agregat kasar, dan air dengan atau tanpa menggunakan bahan tambahan. Macam dan jenis beton menurut bahan pembentukannya beton normal, bertulang, pra-cetak, pra-tekan, beton ringan, beton tanpa tulang, beton fiber dan lainnya. Proses awal terjadinya beton adalah pasta semen yaitu proses hidrasi antara air dengan semen, selanjutnya jika ditambahkan dengan agregat halus menjadi mortar, dan jika ditambahkan dengan agregat kasar menjadi beton. Penambahan material lain akan membedakan jenis beton, misalnya yang ditambahkan adalah tulang baja akan terbentuk beton bertulang. Bagan 2.1 Proses Terjadinya Beton (Tri Mulyono,2004:136) SEMEN PORLAND AIR PASTA SEMEN AGREGAT HALUS MORTAR AGREGAT KASAR KKKKKHHGAKKK BETON JENIS BETON DI TAMBAHKAN TULANGAN, SERAT, AGREGAT RINGAN, PRESTRESS, PRECAST, DLL DENGAN ATAU TIDAK MENGGUNAKAN BAHAN TAMBAH BETON BERTULANG, BETON SERAT, BETON RINGAN, BETON PRESTESS, BETON PRACETAK, DLL.

Transcript of BAB II - eprints.unisnu.ac.ideprints.unisnu.ac.id/1580/3/3. BAB II.pdf · konstruksi umum yang...

  • 5 Universitas Islam Nahdlatul Ulama

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Beton

    Menurut pedoman Beton 1989, Draf konsesus (SKBI.1.4.53, 1989:4-5)

    beton didefinisikan sebagai campuran semen portland atau sembarang semen

    hidrolik yang lain, agregat halus, agregat kasar, dan air dengan atau tanpa

    menggunakan bahan tambahan. Macam dan jenis beton menurut bahan

    pembentukannya beton normal, bertulang, pra-cetak, pra-tekan, beton ringan,

    beton tanpa tulang, beton fiber dan lainnya.

    Proses awal terjadinya beton adalah pasta semen yaitu proses hidrasi

    antara air dengan semen, selanjutnya jika ditambahkan dengan agregat halus

    menjadi mortar, dan jika ditambahkan dengan agregat kasar menjadi beton.

    Penambahan material lain akan membedakan jenis beton, misalnya yang

    ditambahkan adalah tulang baja akan terbentuk beton bertulang.

    Bagan 2.1 Proses Terjadinya Beton (Tri Mulyono,2004:136)

    SEMENPORLAND

    AIR

    PASTASEMEN

    AGREGATHALUS

    MORTAR

    AGREGAT KASARKKKKKHHGAKKKKKKASARKASAR

    HALUS

    BETON

    JENIS BETON

    DI TAMBAHKANTULANGAN,

    SERAT, AGREGATRINGAN,

    PRESTRESS,PRECAST, DLL

    DENGAN ATAU TIDAKMENGGUNAKAN BAHAN TAMBAH

    BETON BERTULANG,BETON SERAT, BETON

    RINGAN, BETONPRESTESS, BETONPRACETAK, DLL.

  • 6 Universitas Islam Nahdlatul Ulama

    2.2. Keat Tekan Beton (f’c)

    Kekuatan beton dianggap sifat yang paling penting dalam berbagai

    kasus. Beton baik dalam menahan tegangan tekan dari pada jenis tegangan

    lain, dan umumnya pada perencanaa nstruktur beton memanfaatkan sifatini

    (Antoni dan Nugraha, 2007).

    Kuat tekan beton adalah besarnya beban persatuan luas yang

    menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani denga ngaya tekan

    tertentu, yang dihasilkan oleh mesin tekan (SNI 03-1974-1990).

    Pengujian kekuatan tekan beton dilakukan dengan menggunakan Mesin

    tekan. Benda uji diletakkan pada bidang tekan pada mesin secara sentris.

    Pembebanan dilakukan secara perlahan sampai beton mengalami kehancuran.

    fc′ =

    Keterangan:

    Fc′ = Kuat tekan beton (Kg/cm2)

    P = Berat beban Maksimum (Kg)

    A =Luas permukaan benda uji (cm2)

    2.3. Kelebihan dan kekurangan beton

    Dalam keadaan yang mengeras, beton bagaikan batu karang dengan

    kekuatan tinggi. Dalam keadaan segar, beton dapat diberi bermacam bentuk,

    sehingga dapat digunakan untuk membentuk seni arsitektur atau semata-mata

    untuk tujuan dekoratif. Beton juga akan memberikan hasil akhir yang bagus

    jika pengolahan akhir dilakukan dengan cara khusus, umpamanya diekspose

    agregatnya (agregat yang mempunyai bentuk yang bertekstur seni tinggi

    diletakkan dibagian luar, sehingga nampak jelas pada permukaan betonnya).

    Selain tahan terhadap serangan api seperti yang telah disebutkan diatas, beton

    juga tahan terhadap pengrusakan yang disebabkan oleh reaksi kimia. Secara

    umum kelebihan dan kekurangan beton (sumber:Tri Mulyono,2004:4) adalah:

  • 7 Universitas Islam Nahdlatul Ulama

    1. Kelebihan beton :

    a. Dapat dengan mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan konstruksi

    b. Mampu memikul beban yang berat

    c. Tahan terhadap temperatur yang tinggi

    d. Biaya pemeliharaan yang kecil

    2. Kekurangan beton :

    a. Bentuk yang telah dibuat sulit diubah

    b. Pelaksanaan pekerjaan membutuhkan ketelitian yang tinggi

    c. Berat

    d. Daya pantul suara yang besar

    e. Kurang kuat terhadap gaya tarik

    2.4. Material Pembentukan Beton

    2.4.1. Semen

    Semen adalah bahan yang mempunyai sifat adhesif maupun

    kohesif, yaitu bahan pengikat. Menurut Standar Industri Indonesia, SII

    0013-1981, definisi semen portland adalah semen hidrolis yang

    dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker yang terutama terdiri

    dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidraulis bersama bahan-

    bahan yang biasa digunakan, yaitu gypsum.

    Semen Portland adalah bahan konstruksi yang paling banyak

    digunakan dalam pekerjaan beton. Menurut ASTM C-150,1985,

    semen portland didefinisikan sebagai semen hidrolik yang dihasilkan

    dengan menggiling klinker yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik,

    yang umumnya mengandung satu atau lebih bentuk kalsium sulfat

    sebagai bahan tambahan yang digiling bersama-sama dengan bahan

    utamanya.

  • 8 Universitas Islam Nahdlatul Ulama

    Tabel 2.1Komposisi Umum Oksida-Oksida Semen Portland Jenis I

    No Oksida NotasiPendek

    Nama Umum %Berat

    1 CaO C Kapur 632 SiO2 S Silika 223 Al2O3 A Alumina 64 Fe2O3 F Ferrit Oksida 2,55 MgO M Magnesia 2,66 K2O K Alkalis 0,67 Na2O N Disodium oksida 0,38 SO2 S Sulfur dioksida 2,09 CO2 C Karbon dioksida -10 H2O H Air -

    Sumber : Antoni dan Nugroho, 2007.

    Kandungan senyawa yang terdapat dalam semen akan

    membentuk karakter dan jenis semen. Semen memenuhi persyratan

    mutu portland Composite Cement SNI 15-7064-2004 yaitu:

    1. Tipe I, semen portland yang dalam penggunaannya tidak

    memerlukan persyaratan khusus seperti jenis-jenis lainnya.

    Fungsi semen portland type I digunakan untuk keperluan

    konstruksi umum yang tidak memakai persyaratan khusus

    terhadap panas hidrasi dan kekuatan tekan awal. Cocok dipakai

    pada tanah dan air yang mengandung sulfat 0, 0% – 0, 10 % dan

    dapat digunakan untuk bangunan rumah pemukiman, gedung-

    gedung bertingkat, perkerasan jalan, struktur rel, dan lain-lain.

    2. Tipe II, semen portland yang dalam penggunaannya

    memerlukan ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.

    Fungsi semen portland type II digunakan untuk konstruksi

    bangunan dari beton massa yang memerlukan ketahanan sulfat

    ( Pada lokasi tanah dan air yang mengandung sulfat antara 0, 10

    – 0, 20 % ) dan panas hidrasi sedang, misalnya bangunan

    dipinggir laut, bangunan dibekas tanah rawa, saluran irigasi,

    beton massa untuk dam-dam dan landasan jembatan.

  • 9 Universitas Islam Nahdlatul Ulama

    3. Tipe III, semen portland yang dalam penggunaannya

    memerlukan kekuatan awal yang tinggi dalam fase permulaan

    setelah pengikatan terjadi, misalnya untuk pembuatan jalan

    beton, bangunan-bangunan tingkat tinggi, bangunan-bangunan

    dalam air yang tidak memerlukan ketahanan terhadap serangan

    sulfat.

    4. Tipe IV, semen portland yang dalam penggunaannya

    memerlukan panas hidrasi yang rendah. Oleh karena itu semen

    jenis ini akan memperoleh tingkat kuat beton dengan lebih

    lambat ketimbang Portland tipe I. Tipe semen seperti ini

    digunakan untuk struktur beton masif seperti dam gravitasi besar

    yang mana kenaikan temperatur akibat panas yang dihasilkan

    selama proses curing merupakan faktor kritis.

    5. Tipe V, semen portland yang dalam penggunaannya

    memerlukan ketahanan yang tinggi terhadap sulfat. Fungsi

    semen portland type V dipakai untuk konstruksi bangunan-

    bangunan pada tanah/ air yang mengandung sulfat melebihi 0,

    20 % dan sangat cocok untuk instalasi pengolahan limbah

    pabrik, konstruksi dalam air, jembatan, terowongan, pelabuhan,

    dan pembangkit tenaga nuklir.

    2.4.2. Agregat

    Penjelasan didalam SNI-15-1991-03, agregat didefinisikan

    sebagai material granular, misalnya pasir, kerikil dan batu pecah yang

    dipakai bersama-sama dengan satu media pengikat untuk membentuk

    beton semen hidrolik atau adukan. Dalam struktur beton biasanya

    agregat biasa menempati kurang lebih 70 % – 75 % dari volume beton

    yang telah mengeras.

  • 10 Universitas Islam Nahdlatul Ulama

    Pada umumnya, semakin padat agregat-agregat tersebut

    tersusun, semakin kuat pula beton yang dihasilkannya, daya tahannya

    terhadap cuaca dan nilai ekonomis dari beton tersebut. Atas dasar

    inilah gradasi dari ukuran-ukuran partikel dalam agregat mempunyai

    peranan yang sangat penting untuk menghasilkan susunan beton yang

    padat.

    Faktor penting yang lainnya ialah bahwa permukaannya

    haruslah bebas dari kotoran seperti tanah liat, lumpur dan zat organik

    yang akan memperoleh ikatannya dengan adukan semen dan juga

    tidak boleh terjadi reaksi kimia yang tidak diinginkan diantara

    material tersebut dengan semen.

    Agregat yang digunakan untuk beton harus memenuhi

    persyaratan sebagai berikut:

    1. Ketentuan dan persyaratan dari SII 0052-80

    “Mutu dan Cara Uji Agregat Beton”. Bila tidak tercangkup dalam

    SII 0052-80 maka agregat harus memenuhi ASTM C33

    “Specification for Structural Concrete Agregates”.

    2. Ketentuan dari ASTM C330 “Specification for Light Weight

    Agregates for Structural Concrete” , untuk agregat dan struktur

    beton.

    Berdasarkan ukurannya, agregat dapat dibedakan menjadi:

    1. Agregat halus, diameter 0 – 5 mm disebut pasir, yang dibedakan

    Pasir halus : Ø 0 – 1 mm

    2. Pasir kasar : Ø 1 – 5 mm

    3. Agregat kasar, diameter ≥ 10 mm, biasanya berukuran antara 10 –

    20 mm yang disebut kerikil.

  • 11 Universitas Islam Nahdlatul Ulama

    2.4.3. Air

    Air yang dimaksud disini adalah air yang digunakan sebagai

    campuran bahan bangunan, harus berupa air bersih dan tidak

    mengandung bahan-bahan yang dapat menurunkan kualitas beton.

    Menurut PBI 1971, persyaratan dari air yang digunakan

    sebagai campuran bahan bangunan adalah sebagai berikut :

    1. Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung

    minyak, asam alkali, garam-garam, bahan-bahan organik atau

    bahan lain yang dapat merusak daripada beton.

    2. Apabila dipandang perlu maka contoh air dapat dibawa ke

    Laboratorium Penyelidikan Bahan untuk mendapatkan pengujian

    sebagaimana yang dipersyaratkan.

    3. Jumlah air yang digunakan adukan beton dapat ditentukan dengan

    ukuran berat dan harus dilakukan setepat-tepatnya.

    Air yang digunakan untuk proses pembuatan beton yang paling

    baik adalah air bersih yang memenuhi persyaratan air minum. Air

    yang digunakan dalam proses pembuatan beton jika terlalu sedikit

    maka akan menyebabkan beton akan sulit untuk dikerjakan, tetapi jika

    kadar air yang digunakan terlalu banyak maka kekuatan beton akan

    berkurang dan terjadi penyusutan setelah beton mengeras.

    Untuk memperoleh kepadatan beton dengan rasio air semen

    yang rendah sebaiknya menggunakan alat penggetar adukan

    (vibrator). Menjaga kelembaban dan panas agar dapat konstan

    sewaktu proses hidrasi berlangsung, misalnya dengan menutupi

    permukaan dengan karung basah.

  • 12 Universitas Islam Nahdlatul Ulama

    2.4.4. Pasir Sungai Bandungharjo

    Sungai Bandungharjo terletak di selatan Jalan Bandungharjo

    Desa Bandungharjo Kecamatan Donorojo Kabupaten Jepara dapat

    dilihat pada Gambar berikut:

    Lokasi Pengambilan Pasir

    Gambar 2.1Peta Lokasi Sungai Bandungharjo

  • 13 Universitas Islam Nahdlatul Ulama

    Gambar 2.2Lokasi Sungai Bandungharjo

    Titik pengambilan material diambil dari deposit pasir yang

    tersebar di wilayah aliran Sungai Bandung Harjo. Deposit pasir

    tersebut merupakan material endapan yang terbawa oleh aliran air

    ketika terjadi banjir. Proses pengambilan pasir Sungai Bandungharjo

    di lakukan oleh warga sekitar lokasi pengambilan pasir.

    2.4.5. Bottom ash unit 3 dan unit 4 PLTU Tanjung Jati B Jepara

    Bottom ash adalah limbah hasil pembakaran batu bara dimana

    jumlahnya akan terus menambah selama industri terus berproduksi.

    Penanganan limbah ini dilakukan dengan cara menimbunnya di lahan

    kosong sehingga apabila volume limbah se]makin bertambah maka

    semakin luas pula area yang diperlukan untuk menimbunnya. Selain

    itu penanganan limbah dengan cara penimbunan penimbunan dapat

    berpotensi bahaya bagi lingkungan dan masyarakat sekitar seperti,

    logam-logam dalam abu batu bara tertiup angin sehingga mengganggu

    pernafasan.

    LokasiPengambilanPasir

  • 14 Universitas Islam Nahdlatul Ulama

    Uji pendahuluan bertujuan untuk mengetahui karakteristik

    awal dari bahan yang akan dibuat beton sehingga bisa menjadi acuan

    dalam melakukan analisis. Pengujian karaktristik awal pada bottom

    ash batu bara meliputi kadar hasil pengujian berikut.

    (Indriyani,dkk,2015).

    Tabel 2.2Hasil Laboratorium bottom ash unit 3 dan 4 PLTU

    Tanjung Jati B JeparaNo Parameter Unit Test

    ResultTest Method

    1 SiO2 % wt 49.11 ASTM D 4326 - 112 Al2O3 % wt 25.62 ASTM D 4326 - 113 FE2O3 % wt 8.80 ASTM D 4326 - 114 TiO2 % wt 0.90 ASTM D 4326 - 115 CaO % wt 6.42 ASTM D 4326 - 116 MgO % wt 2.88 ASTM D 4326 - 117 K2O % wt 1.74 ASTM D 4326 - 118 Na2O % wt 3.16 ASTM D 4326 - 119 SO3 % wt 0.09 ASTM D 4326 - 1110 MnO2 % wt 0.04 ASTM D 4326 - 1111 P2O5 % wt 0.26 ASTM D 4326 - 1112 Moisture

    Content% wt 18.58 PO – MOM – 02

    13 L O I % wt 0.46 PO – MOM – 0314 Oil

    Content% wt 0.03 Destilation/Gravimetric

    15 UnbernedCarbon

    % wt 0.20 Infrared absorptiometricMethod

    Test Size Unit On Pass

    Manual /ASTM

    Mesh No. 100 (0.149mm)

    %wt73.88 26.12

    Mesh No. 200 (0.074mm)

    %wt78.52 21.48

    Mesh No. 325 (0.044mm)

    %wt81.56 18.44

    Sumber: Sertifikat Laboratorium Sucofindo No.17734/EOBOAI, 201

    Komposisi kimia dari Bottom Ash sebagian besar tersusun dari

    unsur-unsur Si, Al, Fe, Ca, serta Mg, S, Na dan unsur kimia yang lain.

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Moulton (1973), didapat

  • 15 Universitas Islam Nahdlatul Ulama

    bahwa kandungan garam dan pH yang rendah dari Bottom Ash

    dapat menimbulkan sifat korosi pada struktur baja yang bersentuhan

    dengan campuran yang mengandung Bottom Ash. Selain itu rendahnya

    nilai pH yang ditunjukkan oleh tingginya kandungan sulfat yang

    terlarut menunjukkan adanya kandungan pyrite (iron sulfide) yang

    besar.(Achmad,dkk,2014)

    2.4.6 Penelitian-Penelitian Terdahulu.

    A. Pengaruh campuran bottom ash dan lama perendaman air laut terhadap

    kuat tekan pada silinder beton (Achmad,dkk,2014)

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh campuran

    spesi semen dan bottom ash terhadap nilai kuat tekan beton dengan

    variasi camuran 0%, 10%, 20%, 25% dan direndam di air laut dengan

    dengan durasi waktu 7, 14, dan 28 hari.

    Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :

    1. Adanya pengaruh dari pemanfaatan bottom ash sebagai peganti

    semen terhadap kuat tekan beton silinder. Komposisi campuran

    bottom ash 10% terjadi kekuatan optimal pada kuat tekan beton

    silinder. Sedangkan kekuatan paling minimum terdapat pada

    kadar bottom ash 25 %.

    2. Lamanya perendaman dengan menggunakan air laut mempunyai

    pengaruh yang terlalu signifikan terhadap nilai kuat tekan pada

    silinder beton.

    B. Pengaruh beberapa jenis pasir terhadap kekuatan beton

    (Mukhlis,dkk,2013)

    Dalam penelitian ini akan diuji pengaruh jenis-jenis pasir terhadap

    kekuatan beton. Jenis pasir yang digunakan adalah pasir laut, pasir besi,

    dan pasir duku dengan umur 3,14 dan 28 hari. Perbandingan campuran

    yang digunakan adalah 1 pc : 2ps :3kr dan 1pc :2ps :4kr.

    Dari penelitian yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa :

  • 16 Universitas Islam Nahdlatul Ulama

    1. Kuat tekan beton dengan menggunakan komposisi campuran 1 : 2 : 3

    untuk bahan pasir besi dan pasir laut yang dimulai dari umur 3,14 dan

    28 hari, memberikan nilai yang semakin meningkat pada nilai kuat

    tekan beton seiring dengan bertambahnya umur beton. Sedangkan

    penggunaan pasir duku, nilai kuat tekan beton yang dihasilkan kurang

    memuaskan.

    2. Kuat tekan beton dengan menggunakan komposisi campuran 1 : 2 : 4

    untuk bahan pasir besi dan pasir laut yang dimulai dari umur 3,14 dan

    28 hari, semakin meningkat kuat tekan betonnya seiring dengan

    bertambahnya umur beton.

    3. Kuat tekan beton yang mutunya paling baik dipergunakan pada

    penggunaan komposisi 1 : 2 : 3 terhadap jenis pasir besi dan pasir laut.

    Sedangkan pada penggunaan komposisi 1:2:4 yaitu terhadap

    penggunaan bahan pasir duku.

    4. Pengaruh meningkatnya nilai kuat tekan beton yaitu dari nilai berat

    jenis yang dimiliki beberapa jenis pasir, kadar lumpur yang diperoleh

    setiap jenis pasir dan kekerasan permukaan atu ukuran jenis pasir dll.

    C. Pengaruh campuran kadar bottom ash dan lama perendaman air laut

    terhadap kapasitas lentur balok (Wisnu,dkk,2014)

    Penelitian tentang cara pemanfaatan limbah bottom ash sebagai

    pengganti semen dalam pencampuran beton. Penelitian ini dilakukan

    dengan pengujian kuat tekan silinder dan kuat tekan lentur pada balok,

    adapun perendaman dengan menggunakan air laut dengan perendaman

    7,14, dan 28 hari. Sedangkan variasi campuran bottom ash adalah 0%,

    10%, 20%, dan 25%.

    Dari hasil penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan sebagai

    berikut:

    1. Pengaruh penambahan bottom ash sebagai pengganti semen

    yang belum terencana secara sempurna menyebaban nilai kuat

    tekan beton tersebut belum mencapai nilai kuat tekan sesuai

    dengan yang direncanakan.

  • 17 Universitas Islam Nahdlatul Ulama

    Dari hasil pengujian didapat campuran bottom ash dengan

    kadar prosentase 10% memiliki nilai kapasitas lentur yang

    paling besar dan pada campuran bottom ash 25% memilikinilai

    kapasitas lentur yang paling rendah.

    2. Lama perendaman dengan menggunakan air laut pengaruhnya

    tidak terlalu signifikan terhadap nilai kapasitas lentur pada

    balok.