BAB II

18
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Elektrokardiograf (EKG) Elektrokardiografi adalah ilmu yang mempelajari aktifitas listrik jantung. Elektrokardiogram (EKG) adalah suatu grafik yang menggambarkan rekaman listrik jantung. Aktifitas listrik jantung dicatat dan direkam melalui elektroda – elektroda yang dipasang pada permukaan tubuh. EKG adalah sebuah pembacaan dari aktivitas listrik jantung yang dicatat oleh elektroda yang ditempatkan pada dada. EKG dapat untuk mengetahui kelainan yang mungkin, atau mungkin juga tidak dapat untuk mendeteksi kelainan jantung. EKG digunakan untuk mempelajari denyut jantung yang tidak teratur, serangan jantung dan masalah lainnya. EKG juga digunakan sebelum beberapa jenis operasi, tetapi tidak ada studi yang telah meneliti apakah EKG membantu mencegah penyakit pada orang tanpa gejala. 3

Transcript of BAB II

Page 1: BAB II

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Elektrokardiograf (EKG)

Elektrokardiografi adalah ilmu yang mempelajari aktifitas listrik jantung.

Elektrokardiogram (EKG) adalah suatu grafik yang menggambarkan rekaman

listrik jantung. Aktifitas listrik jantung dicatat dan direkam melalui elektroda –

elektroda yang dipasang pada permukaan tubuh. EKG adalah sebuah pembacaan

dari aktivitas listrik jantung yang dicatat oleh elektroda yang ditempatkan pada

dada. EKG dapat untuk mengetahui kelainan yang mungkin, atau mungkin juga

tidak dapat untuk mendeteksi kelainan jantung.

EKG digunakan untuk mempelajari denyut jantung yang tidak teratur, serangan

jantung dan masalah lainnya. EKG juga digunakan sebelum beberapa jenis operasi,

tetapi tidak ada studi yang telah meneliti apakah EKG membantu mencegah

penyakit pada orang tanpa gejala.

B. Tujuan Dan Indikasi Pemasangan EKG

1. Tujuan

a. Untuk mengetahui adanya kelainan-kelainan irama jantung/disritmi

b. Kelainan-kelainan otot jantung

c. Pengaruh/efek obat-obat jantung

d. Ganguan -gangguan elektrolit

e. Memperkirakan adanya pembesaran jantung/hipertropi atrium dan ventrikel

3

Page 2: BAB II

f. Menilai fungsi pacu jantung.

2. Indikasi dari penggunaan EKG

Elektrokardiogram tidak menilai kontraktilitas jantung secara langsung.

Namun, EKG dapat memberikan indikasi menyeluruh atas naik-turunnya suatu

kontraktilitas. Analisis sejumlah gelombang dan vektor normal depolarisasi dan

repolarisasi menghasilkan informasi diagnostik yang penting.

a. Merupakan standar emas untuk diagnosis aritmia jantung

b. EKG memandu tingkatan terapi dan risiko untuk pasien yang dicurigai ada

infark otot jantung akut

c. EKG membantu menemukan gangguan elektrolit (mis. hiperkalemia dan

hipokalemia

d. EKG memungkinkan penemuan abnormalitas konduksi (mis. blok cabang

berkas kanan dan kiri)

e. EKG digunakan sebagai alat tapis penyakit jantung iskemik selama uji stres

jantung

f. EKG kadang-kadang berguna untuk mendeteksi penyakit bukan jantung (mis.

emboli paru atau hipotermia)

C. Gambaran EKG Yang Mengancam Jiwa

Gadar jantung yang mengancam nyawa dibagi menjadi 3 yaitu : Henti Jantung,

Tachicardi, dan Bradicardi. 4 irama henti jantung yg mengancam nyawa : VF,

VT(-), Asistol & PEA. 4 irama tachicardi yg mengancam nyawa : SVT, VT (+),

4

Page 3: BAB II

Atrial Flater dgn RVR, dan Atrial Fibrilasi dgn RVR. Irama bradicardi yg

mengancam nyawa : Sinus Bradi (HR<60x/mnt) dan AV Blok.

1. Gambaran EKG Henti Jantung yang mengancam nyawa

a. VF ( Ventrikel Fibrasi )

Adalah gambaran bergetarnya ventrikel. Hal ini disebabkan karena

banyaknya tempat di ventrikel yang memunculkan impuls, sehingga sel

jantung tidak sempat berdepolarisasi dan repolarisasi sempurna.

Kriteria :

1) Irama : Tidak teratur

2) Frekuensi ( HR ) : Tidak dapat dihitung

3) Gelombang P : Tidak ada

4) Interval PR : Tidak ada

5) Gelombang QRS : Tidak dapat dohitung, bergelombang & tidak

teratur

b. Ventricular Tachycardia (VT)

Adanya daerah miokard iskemik menyebabkan putaran balik konduksi

impuls sehingga terjadi depolarisasi ventrikel berulang secara cepat.

5

Page 4: BAB II

Takikardi ventrikel mempunyai karakteristik sebagai berikut: (Brunner &

Suddarth, 2002)

1) Frekuensi : 150-200 x/menit

2) Gelombang P: biasanya tenggelam dalam kompleks QRS; bila terlihat,

tidak selalu mempunyai pola yang sesuai dengan QRS. Kontraksi

ventrikel tidak berhubungan dengan kontraksi atrium.

3) Kompleks QRS: mempunyai konfigurasi yang sama dengan PVC-lebar

dan aneh, dengan gelombang T terbalik. Denyut ventrikel dapat

bergabung dengan QRS normal, menghasilkan denyut gabungan

4) Irama: biasanya regular, tetapi dapat juga terjadi takikardi ventrikel

irregular 

c. Asistol

Asistol adalah keadaan dimana tidak terdapatnya depolarisasi ventrikel

sehingga jantung tidak memiliki cardiac output. Asistol dapat dibagi menjadi 2

yaitu asistol primer (ketika sistem elektrik jantung gagal untuk mendepolarisasi

ventrikel) dan asistol sekunder (ketika sistem elektrik jantung gagal untuk

6

Page 5: BAB II

mendepolarisasi seluruh bagian jantung). Asistol primer dapat disebabkan iskemia

atau degenerasi (sklerosis) dari nodus sinoatrial (Nodus SA) atau sistem konduksi

atrioventrikular (AV system) (Caggiano, 2009).

Kriteria penentu berdasarkan EKG

1) Secara klasik asistol ditampilkan sebagai suatu “garis datar”; secara

virtual tidak ada kriteria penentu.

2) Kecepatan: tidak terlihat adanya aktivitas ventrikel atau ≤6 kompleks

permenit; apa yang dinamakan “asistol gelombang P” erjadi dengan

hanya terdapat impuls atrium (gelombang P).

3) Irama :tidak terlihat adanya aktivitas ventrikel atau ≤6 kompleks QRS

permenit

4) PR: tidak dapat ditetapkan; terkadang terlihat adanya gelombang P,

tetapi berdasarkan definisinya gelombang R harus tidak tampak.

5) Kompleks QRS: tidak terlihat defleksi yang konsisten dengan suatu

kompleks QRS

7

Page 6: BAB II

d. Pulseless Electrical Activity /PEA (aktivitas listrik tanpa denyut)

Suatu keadaan klinis tidak ada nadi sedangkan impuls konduksi jantung

masih ada dan dalam pola yang saharusnya dapat menghasilkan nadi.

Disebabkan aktivitas listrik jantung tidak menghasilkan kontraksi miokard

atau pengisian ventrikel yang tidak memadai saat diastol atau kontraksi

yang tidak efektif. Ventrikel masih berkontraksi namun tidak cukup kuat

menimbulkan pulsasi sampai ke pembuluh darah.

Kriteria Penentu berdasarkan EKG

1) Irama menunjukkan aktivitas listrik/depolarisasi ventrikel (tapi bukan

VF/VT tanpa dneyut)

2) Umumnya tidak seteratur irama sinus normal

3) Dapat sempit(QRS <0,10 mm) atauu lebar (QRS > 0,12 detik) cepat (>

100 per menit) atau lambat (60 permenit)

4) Dapat lambat (etiologi non jantung) atau lebar (seringkali etiologi

jantung) dan dapat lambat (etiologi jantung) atau cepat (seringkali

etiologi non jantung)

8

Page 7: BAB II

2. Gambaran EKG Tachicardi yang mengancam nyawa

a. Supraventrikular takikardi (SVT)

Supraventrikular takikardi (SVT) adalah detak jantung yang cepat dan

reguler berkisar antara 150-250 denyut per menit. SVT sering juga disebut

Paroxysmal Supraventrikular Takikardi (PSVT). Paroksismal disini artinya

adalah gangguan tiba-tiba dari denyut jantung yang menjadi cepat.

Kriteria :

1) Denyut jantung yang cepat, disebut takikardi yang artinya denyut

jantung melebihi > 100 denyut per menit. Pada SVT denyut jantung ini

berkisar antara 150-250 denyut per menit.

2) Denyut jantung yang reguler (dapat dilihat dari kompleks QRS yang

teratur) dengan gelombang P yang superimposed dengan komplek

QRS (tidak terlihat gelombang P).

3) Komplek QRS sempit (QRS < 0,12 detik atau 3 kotak kecil)

9

Page 8: BAB II

b. Atrial Flutter (AF)

Terjadi bila satu tempat di atrium memulai banyak impuls dengan frekuensi

yang sangat cepat. Impuls yang dihantarkan atrium sangat cepat sehingga

tidak dapat membentuk gelombang P yang sempurna tetapi membentuk

gelombang F yang kontinyu (member gambaran mata gergaji).

Atrial Flutter ditandai sbb (Brunner & Suddarth, 2002):

1) Frekuensi : 250-400/menit

2) Gelombang P : tidak ada, melainkan diganti oleh pola gigi gergaji yang

dihasilkan oleh focus di atriumyang melepaskan impuls dengan cepat

3) Kompleks QRS : konfigurasinya normal dan waktu hantarannya juga

normal

4) Irama : regular atau irregular, tergantung jenis penyekatnya (misal 2:1,

3:1, atau kombinasinya)

10

Page 9: BAB II

c. Atrial Fibrilasi

Fibrilasi atrium (atrial fibrillation) adalah kondisi di mana ruang atas

jantung (atrium) berdenyut terlalu cepat dan kacau. Karena darah tidak

sepenuhnya dipompa ke ventrikel, ruang jantung atas dan bawah tidak

bekerja sama dengan baik, mengakibatkan detak jantung secara

keseluruhan menjadi tidak teratur

Kriteria :

1) Rate     : Atrial: ≥ 350 x/mnt

2) Ventrikel : respon lambat /slow ventricular response (respon ventrikel <

60x/mnt), normal /  normal vantricular response(respon ventrikel 60-

100x/mnt) atau cepat / rapid ventricular response (respon ventrikel

>100x/mnt) [cara menentukannya, contoh  pada gambar diatas

panjangnya 6 kotak besar (6 detik) dimana terdapat 10 gelombang QRS

maka dalam 1 menitnya 100 x/mnt]

3) Rhythm       : tidak teratur

4) P Waves     : gelombang f (fibrilasi): gelombang-gelombang P yang tak

teratur

11

Page 10: BAB II

5) PR Interval   : Tidak ada

6) QRS           : Normal (0,06-0,10 detik)

3. Gambaran EKG Bradikardi yang mengancam jiwa

a. Sinus Bradikardia

Sinus bradikardia adalah Sinus Rhythm dengan heart rate < 60 x / menit.

Sinus Bradikardia merupakan suatu denyut jantung perlahan yang abnormal

karena malfungsi dari pemacu jantung alami, nodus sinus

Kriteria Gambaran Pada EKG

1) Perhatikan strip di atas, Terdapat gelombang P di tiap QRS dengan

irama yang regular

2) Aksis dan morfologi P normal

3) Interval PR konstan

4) Heart Rate < 60 x / menit

12

Page 11: BAB II

b. AV Blok

AV Block menggambarkam keterlambatan atau interupsi impuls

melalui AV junction karena penyakit pada area ini. Block patologis yang

disebabkan oleh iskemia, neksrosis, penyakit degeneratif sistem konduksi,

toksistas obat, berbeda dengan blok fisiologis yang disebabkan oleh A-

Flutter atau A-Fib. Semua strip EKG ini direkam pada Lead II.

1) AV Block derajat 1

Kriteria :

Irama : sinus

Heart Rate : biasanya 60-100 kali/menit

Gelombang P : normal (0,04 detik)

Interval PR : memanjang > 0,20 detik

Gelombang QRS : normal (0,04-0,08 detik)

2) AV blok derajat 2 tipe Mobitz 1 (Wenchenbach)

Kriteria :

Irama : sinus

13

Page 12: BAB II

Heart Rate : biasanya < 60 kali/menit

Gelombang P : normal, ada gelombang P yang tidak diikuti QRS

Interval PR : semakin lama semakin panjang kemudian blok

Gelombang QRS : normal

3) AV blok derajat 2 tipe Mobitz 2

Kriteria :

Irama : sinus

Heart Rate : biasanya < 60 kali/menit

Gelombang P : normal, ada gelombang P yang tidak diikuti QRS

Interval PR : normal atau memanjang secara konstan diikuti blok

Gelombang QRS : normal

14

Page 13: BAB II

4) Total AV blok

Kriteria :

Irama : sinus

Heart Rate : biasanya < 60 kali/menit, dibedakan heart rate gelombang

P dan

kompleks QRS

Gelombang P : normal, tapi gelombang P dan QRS berdiri sendiri

Interval PR : berubah-ubah/tidak ada

Gelombang QRS : normal dari bradikardi, yang biasanya menimbulkan

kegawatan adalah AV blok derajat 2 dan 3

15