BAB II

17
BAB II PELAKSANAAN A. Pengertian Formularium adalah himpunan obat yang diterima/ disetujui oleh Panitia Farmasi dan Terapi untuk digunakan di Rumah Sakit pada batas waktu tertentu. Formularium adalah dokumen yang selalu diperbaharui secara terus menerus, yang berisi sediaan-sediaan obat yang terpilih dan informasi tambahan penting lainnya yang merefleksikan pertimbangan klinik mutakhir staf medik rumah sakit. Formularium adalah suatu metode yang digunakan staf medik dari suatu Rumah Sakit yang bekerja melalui Panitia Farmasi dan Terapi, mengevaluasi, menilai dan memilih dari berbagai zat aktif obat dan produk obat yang tersedia, yang dianggap paling berguna dalam perawatan penderita. Produk sistem formularium antara lain standar terapi, formulary list, formularium manual. Standar terapi merupakan standar untuk mendiagnosis dan memberi terapi yang tepat. Formulary list berisi daftar obat yang direkomendasikan di Rumah Sakit. Obat dalam formulary list ini harus memenuhi persyaratan memiliki efikasi yang baik, tingkat keamanan (safety) yang tinggi, berkualitas dan cost effective. Sedangkan Formularium manual berisi info lengkap yang dibutuhkan untuk pemakaian suatu obat. B. Formularium Rumah Sakit Formularium rumah sakit adalah dokumen yang selalu diperbaharui secara terus menerus, yang berisi sediaan- sediaan obat yang terpilih dan informasi tambahan penting lainnya yang merefleksikan pertimbangan klinik mutakhir staf medik rumah sakit. Formularium rumah sakit merupakan penerapan konsep obat esensial di rumah sakit yang berisi daftar obat dan informasi penggunaannya. Obat yang termasuk dalam daftar formularium merupakan obat pilihan utama (drug of choice) dan obat-obat alternatifnya. Dasar-dasar pemilihan obat-obat alternative tetap harus mengindahkan prinsip manajemen dan kriteria mayor yaitu berdasarkan pada : pola

description

Formularium Rumah Sakit

Transcript of BAB II

Page 1: BAB II

BAB IIPELAKSANAAN

A. PengertianFormularium adalah himpunan obat yang diterima/ disetujui oleh Panitia Farmasi dan Terapi untuk digunakan di Rumah Sakit pada batas waktu tertentu. Formularium adalah dokumen yang selalu diperbaharui secara terus menerus, yang berisi sediaan-sediaan obat yang terpilih dan informasi tambahan penting lainnya yang merefleksikan pertimbangan klinik mutakhir staf medik rumah sakit. Formularium adalah suatu metode yang digunakan staf medik dari suatu Rumah Sakit yang bekerja melalui Panitia Farmasi dan Terapi, mengevaluasi, menilai dan memilih dari berbagai zat aktif obat dan produk obat yang tersedia, yang dianggap paling berguna dalam perawatan penderita. Produk sistem formularium antara lain standar terapi, formulary list, formularium manual. Standar terapi merupakan standar untuk mendiagnosis dan memberi terapi yang tepat. Formulary list berisi daftar obat yang direkomendasikan di Rumah Sakit. Obat dalam formulary list ini harus memenuhi persyaratan memiliki efikasi yang baik, tingkat keamanan (safety) yang tinggi, berkualitas dan cost effective. Sedangkan Formularium manual berisi info lengkap yang dibutuhkan untuk pemakaian suatu obat.

B. Formularium Rumah SakitFormularium rumah sakit adalah dokumen yang selalu diperbaharui secara terus menerus, yang berisi sediaan-sediaan obat yang terpilih dan informasi tambahan penting lainnya yang merefleksikan pertimbangan klinik mutakhir staf medik rumah sakit. Formularium rumah sakit merupakan penerapan konsep obat esensial di rumah sakit yang berisi daftar obat dan informasi penggunaannya. Obat yang termasuk dalam daftar formularium merupakan obat pilihan utama (drug of choice) dan obat-obat alternatifnya. Dasar-dasar pemilihan obat-obat alternative tetap harus mengindahkan prinsip manajemen dan kriteria mayor yaitu berdasarkan pada : pola penyakit yang berkembang didaerah tersebut, efficacy, efektivitas, keamanan, kualitas, biaya, dan dapat dikelola oleh sumber daya dan keuangan rumah sakit. Formularium harus terdiri dari 3 bagian pokok:1. Bagian I adalah informasi tentang kebijakan dan prosedur rumah sakit mengenai

masalah obat-obatan. Hal yang termasuk dalam bagian ini bervariasi pada tiap rumah sakit, pada umumnya meliputi hal-hal berikut:a. Kategori obat-obatan berdasarkan daftar dan pertimbangan yang relevan mengenai

penggunaan masing-masing obat, selanjutnya meliputi pembatasan dalam penggunaan dan prosedur untuk mengajukan permohonan memasukkan suatu obat kedalam formularium;

b. Uraian singkat tentang Panitia Farmasi dan Terapi, termasuk keanggotaannya, tanggung jawab dan cara kerjanya;

c. Peraturan rumah sakit yang mengatur peresepan, penyediaan dan pemberian obat untuk pasien yang meliputi cara penulisan pesanan obat dan resep, menentukan bahan-bahan obat yang penggunaannya dibawah pengawasan, kebijakan tentang pengobatan dan obat generik, dan lainnya;

d. Prosedur cara kerja farmasi;

Page 2: BAB II

e. Informasi megenai penggunaan formularium.2. Bagian II adalah daftar produk obat.

Daftar produk obat merupakan bagian inti dari formularium, memuat data yang deskriptif untuk setiap obat ditambah lebih banyak indeks-indeks untuk memudahkan penggunaan daftar. Cara memasukkan data obat kedalam formularium dapat menggunakan beberapa cara :a. Berdasarkan abjad dengan nama generik, dengan catatan nama-nama yang sama

(sinonim) dan nama-nama merk yang hanya tertulis notasi;b. Berdasarkan abjad dengan kelas terapinya;c. Kombinasi dari kedua sistem tersebut dimana sebagian besar obat dimuat sesuai

dengan urutan abjad dibagian “umum” ditambah dengan bagian “khusus” seperti misalnya obat-obatan untuk mata, untuk kulit, dan obat-obat diagnostik.

Jenis-jenis informasi yang harus ditulis pada tiap data bervariasi pada tiap formularium, tetapi paling sedikit setiap data harus meliputi:a. Nama generik dari produk obat dasar, produk obat gabungan dapat ditulis dengan

nama generik atau nama paten;b. Sinonim yang biasa dan merek, harus ada catatan dibagian ‘petunjuk penggunaan’

dalam daftar tersebutbukan menyatakan tersedia atau tidaknya obat tersebut di farmasi;

c. Bentuk obat, kekuatan daya obat, pengemasan dan ukuran obat yang tersedia di farmasi;

d. Formulasi (bahan-bahan aktif) dari produk yang telah dicampur.3. Bagian III adalah informasi khusus.

Informasi khusus pada tiap rumah sakit bervariasi. Contoh data yang sering ada dalam bagian informasi khusus adalah daftar singkatan yang diakui oleh rumah sakit, peralatan penghitung dosis pediatrik, tabel isi sodium dalam antasida, tabel interaksi obat, dan lainnya.

Menurut Kepmenkes Republik Indonesia nomor 1197/MENKES/SK/X/2004 dan Seto tentang Standar Pelayanan Farmasi Di Rumah Sakit dalam buku yang berbeda, formularium memiliki komposisi sebagai berikut:1. Halaman judul ;2. Daftar nama anggota Panitia Farmasi dan Terapi ;3. Daftar isi ;4. Informasi mengenai kebijakan rumah Sakit dan Prosedur menganai obat-obatan:

a. Tujuan dan pelaksanaan system formulariumb. Peraturan rumah sakit dan prosedur untuk menulis resep serta penyediaan obatc. Pelayanan farmasi rumah sakit dan prosedurnyad. Bagaimana penggunaan formularium

5. Produk obat yang diterima untuk digunakan ;6. Produk yang ditambahkan dan dihapuskan sejak edisi yang sebelumnya ;7. Daftar referensi campuran nama merek generik ;8. Indeks farmakologi/terapi dengan kode biaya relatif ;9. Uraian tentang produk obat yang ada pada daftar berdasarkan pada golongan/terapi ;10. Lampiran :

Page 3: BAB II

a. Peraturan untuk menghitung dosis pediatrik ;b. Jadwal waktu pemberian obat ;c. Formulir atau lampiran untuk permohonan untuk memasukkan obat kedalam

daftar obat.Dalam formularium nama generik dari obat harus tertera dalam formularium rumah sakit, walaupun obat dengan nama paten lebih sering digunakan di rumah sakit. Sehingga dokter harus dianjurkan untuk menulis obat dengan nama generik. Dalam hal ini apoteker bertanggung jawab dalam pemilihan obat yang tersedia dengan obat generik yang diresepkan dokter untuk di-dispensing.

C. Tinjauan tentang Panitia Farmasi dan Terapi1. Definisi Panitia Farmasi dan Terapi

Panitia  Farmasi dan Terapi (PFT) adalah organisasi yang mewakili hubungan komunikasi antara para staf medis dengan staf farmasi, sehingga anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili spesialisasi yang ada di rumah sakit dan apoteker wakil dari Farmasi rumah sakit, serta tenaga kesehatan lainnya. Tujuan dibentuknya PFT antara lain untuk menerbitkan kebijakan-kebijakan mengenai pemilihan obat, penggunaan obat serta evaluasinya, dan melengkapi staf profesional dibidang kesehatan dengan pengetahuan terbaru tentang obat sesuai dengan kebutuhan (MenKes RI, 2004).

2. Fungsi Panitia Farmasi dan TerapiMenurut KEPMENKES RI nomor 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, PFT di rumah sakit memiliki fungsi sebagai berikut:a. Mengembangkan formularium di rumah sakit dan merevisinya. Pemilihan obat

yang dimasukkan dalam formularium harus didasarkan pada evaluasi secara objektif terhadap efek terapi, keamanan serta harga obat dan harus meminimalkan duplikasi dalam tipe obat, kelompok dan produk obat yang sama

b. Mengevaluasi untuk menyetujui atau menolak produk obat baru atau dosis obat yang diusulkan oleh anggota staf medis

c. Menetapkan pengelolaan obat yang digunakan di rumah sakit dan yang termasuk dalam kategori khusus

d. Membantu instalasi farmasi dalam mengembangkan tinjauan terhadap kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan mengenai penggunaan obat di rumah sakit sesuai peraturan yang berlaku secara lokal maupun nasional

e. Meninjauan terhadap penggunaan obat di rumah sakit dengan mengkaji medical record dibandingkan dengan standar diagnosa dan terapi yang dimaksudkan untuk meningkatkan penggunaan obat secara rasional dan terus menerus

f. Mengumpulkan dan meninjau laporan tentang efek samping obat.g. Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat kepada staf medis dan

perawat.3. Peran PFT dalam Keamanan Obat

Tingginya keragaman obat yang beredar di Indonesia berpotensi terhadap pemberian obat yang tidak efektif dan tidak efisien, maka apoteker memiliki kewajiban dalam

Page 4: BAB II

menjamin keamanan dalam penanganan dan pemberian obat yang rasional. Oleh karena itu salah satu fungsi PFT adalah menjamin kemanan obat yang beredar dirumah sakit. Berbagai faktor yang mempengaruhi keamanan obat/perbekalan farmasi yang beredar dirumah sakit harus selalu dipantau, diases, dan diaudit oleh PFT sehingga keamanan obat dirumah sakit dapat terjamin.

 4. Peran Apoteker dalam Panitia Farmasi dan Terapi

Apoteker memiliki peran yang strategis dan penting dalam PFT, karena semua kebijakan dan peraturan tentang pengelolaan dan penggunaan obat di seluruh unit rumah sakit ditentukan dalam PFT. Untuk memperlancar hubungan profesional apoteker dengan para petugas kesehatan lain di rumah sakit, maka apoteker harus dibekali dengan ilmu-ilmu farmakologi, farmakologi klinik, farmakoepidemologi, dan farmakoekonomi. Peran apoteker dalam Panitia ini antara lain adalah untuk menunjang pembuatan pedoman diagnosis dan terapi, pedoman penggunaan antibiotika dan pedoman penggunaan obat dalam kelas terapi lain serta membuat formularium rumah sakit berdasarkan hasil kesepakatan PFT.

 D. Tinjauan tentang Pelayanan Kefarmasian

Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan telah mengucapkan sumpah berdasarkan perundangan yang berlaku dan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker. Pelayanan Kefarmasian merupakan tanggung jawab secara langsung seorang apoteker dalam menyediakan pelayanan terkait terapi obat yang bertujuan untuk memperoleh kepastian tujuan terapi, sehingga dapat meningkatkan kondisi kesehatan dan kualitas hidup pasien. Pelayanan kefarmasian merupakan sebuah pelayanan profesional yang telah dikembangkan di dalam profesi kefarmasian. Pelayanan farmasi komprehensif meliputi keterlibatan dalam kegiatan pengamanan kesehatan sebaik mungkin dan mencegah terjadinya sakit dalam suatu populasi. Pengobatan dilakukan dengan proses yang berkualitas, dimana penggunaan obat pada setiap masing-masing pasien harus dijamin sehingga mendapatkan efek terapetik yang maksimal, dan terhindar dari efek samping yang tidak diinginkan.Keberadaan pelayanan farmasi tidak ditujukan untuk mengambil alih peran dokter atau praktisi lainnya, tetapi lebih ditujukan kepada pasien atau keluarganya untuk memenuhi kebutuhan terkait terapi obat dan peralatan penunjang kesehatan dalam upaya untuk mempercepat proses penyembuhan pasien. Fasilitas pelayanan kefarmasian adalah sarana yang digunakan untuk menyelenggarakan pelayanan kefarmasian, yaitu apotek, instalasi farmasi rumah sakit, puskesmas, klinik, toko obat, atau praktek bersama.Pada buku Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI, standar pelayanan minimal untuk farmasi dapat dilihat menggunakan indikator berikut:1. Waktu tunggu pelayanan

a. Obat JadiWaktu tunggu pelayanan obat jadi adalah tenggang waktu mulai pasien menyerahkan resep sampai dengan menerima obat jadi. Standar minimal yang ditetapkan adalah  ≤ 30 menit.

Page 5: BAB II

b. Obat RacikanWaktu tunggu pelayanan obat racikan adalah tenggang waktu mulai pasien menyerahkan resep sampai dengan menerima obat racikan. Standar minimal yang ditetapkan adalah ≤ 60 menit.

2. Tidak adanya kesalahan pemberian obatKesalahan pemberian obat meliputi: kesalahan dalam memberikan jenis obat, salah dalam memberikan dosis, salah orang, dan salah jumlah. Standar minimal yang ditetapkan adalah (100% ).

3. Kepuasan pelangganStandar minimal yang ditetapkan adalah ≥ 80%.

4. Peresepan sesuai formulariumStandar minimal yang ditetapkan adalah 100% (MenKes RI, 2008).

 E. Tinjauan Resep

1. Definisi ResepResep adalah surat permintaan dari dokter, dokter gigi, dokter hewan dan tenaga kesehatan berlisensi yang lain kepada apoteker agar membuatkan obat dalam bentuk sediaan tertentu untuk pasien tertentu dengan kondisi penyakit tertentu pada waktu tertentu, serta menyerahkan kepada pasien. Menurut undang-undang yang boleh menuliskan resep adalah dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter hewan yang memiliki SIP.

2. Isi ResepResep harus ditulis dengan lengkap agar dapat memenuhi syarat untuk dibuatkan obat yang diresepkan di apotek. Resep yang lengkap terdiri atas :a. Nama dan alamat dokter serta nomor surat izin praktek, dan dapat pula dilengkapi

dengan nomor telepon, jam, dan hari praktek,b. Nama kota serta tanggal resep itu ditulis oleh dokter,c. Tanda R/, singkatan dari recipe yang berarti “ambilah”,d. Nama setiap jenis/bahan obat yang diberikan serta jumlahnya,e. Cara pembuatan atau bentuk sediaan yang dikehendaki,f. Aturan pemakaian obat oleh penderita,g. Nama penderita sebaiknya dilengkapi dengan alamat,h. Tanda tangan atau paraf dari dokter/dokter gigi/dokter hewan yang menuliskan

resep tersebut yang menjadikan resep tersebut otentik.Pelayanan obat dengan resep meliputi skrining resep, penyiapan obat, penyerahan obat, pemberian informasi dan konseling obat serta monitoring penggunaan obat. 

F. Tinjauan tentang Obat1. Definisi Obat2. Obat merupakan bahan yang ditujukan untuk penyembuhan atau

pencegahan suatu penyakit, menghilangkan penyakit dan gejalanya, serta kegunaan lain pada manusia maupun hewan. Menurut Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, obat adalah bahan atau panduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan

Page 6: BAB II

patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan, dan kontrasepsi, untuk manusia. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Menurut Zaman-Joenoes, obat juga dapat digunakan untuk memperelok atau mempemerindah badan atau bagian badan manusia.

3. Penamaan ObatMenurut Shargel 2005 dalam bukunya Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan, beberapa penamaan obat terbagi sebagai berikut:a. Nama Paten

Nama paten adalah nama yang hanya dimiliki oleh inovator obat (single-source drug products).

b. Nama DagangNama dagang adalah nama yang secara khusus dimiliki oleh pabrik distributor dan digunakan untuk membedakan produk obat tertentu dari produk penyaing.

c. Nama Kimia Nama kimia adalah nama yang digunakan ahli kimia organik untuk menunjukkan struktur kimia obat.

d. Nama GenerikNama Generik adalah nama resmi Internasional Non Propietary Names (INN) yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia atau buku standar lain untuk zat berkhasiat yang dikandungnya (MenKes RI, 2010).

 4. Bentuk Sediaan Obat

Bentuk sediaan obat dibagi dalam empat kelompok besar, yaitu bentuk padat, bentuk cair, bentuk setengah padat, dan bentuk khusus.a. Sediaan obat bentuk padat

Obat yang digunakan pasien umumnya berupa sediaan padat, yang sebagaian besar memiliki efek sistemik, dan sebagian lain memiliki efek lokal. Berikut ini adalah berbagai macam bentuk sediaan padat:1) Serbuk

Serbuk adalah sediaan yang terdiri atas bahan tunggal atau campuran bahan obat yang halus dan kering, dapat digunakan untuk pemakaian dalam maupun pemakaian luar.

2) GranulGranul adalah sediaan untuk pemakaina oral dengan diameter 0,5-2 mm, baik untuk pemakaian di bawah lidah maupun dilarutkan dalam air sebelum digunakan, seperti granul effervescent.

3) KapsulKapsul adalah sediaan yang mengandung bahan obat yang dimasukkan dalam cangkang yang terbuat dari gelatin. Berdasarkan komposisi gelatin, kapsul digolongkan menjadi kapsul gelatin lunak dan kapsul gelatin keras. Kapsul

Page 7: BAB II

gelatin lunak dengan kandungan bahan obat berbentuk cair, sedangkan kapsul gelatin keras berisi bahan obat berbentuk padat.

4) TabletTablet adalah sediaan yang mengandung bahan obat dan bahan-bahan tambahan yang merupakan hasil kempa. Terdapat berbagai jenis tablet yang beredar, antara lain tablet kompresi, tablet kompresi ganda, tablet salut gula, tablet salut selaput, tabet salut enterik, tablet sublingual dan buccal, tablet kunyah, tablet efferfescent, tablet tritura, tablet hipodermik, tablet pembagi dan tablet lepas kendali.

Lozenges atau troches obat hisap adalah sediaan yang mengandung bahan obat yang dimaksudkan untuk melarut perlahan dalam rongga mutuk untuk memberikan efek lokal seperti untuk pengobatan saluran cerna atau saluran nafas. Lozenges dengan konsistensi yang lebih lunak disebut pastiles. Pil ialah sediaan berbentuk bulat, mengandung satu atau lebih bahan obat yang terdispersi dalam pembawa. Pessaries atau ovula adalah sediaan yang dirancang untuk pemakaian pada vagina, yang memberikan efek lokal maupun sistemik. Supositorian adalah sediaan yang digunakan pada rectum untuk memberikan efek lokal atau sistemik.

b. Sediaan obat bentuk cairSediaan obat bentuk cair dibagi menjadi:1) Larutan dan Sirup

Larutan adalah sediaan yang mengandung satu atau lebih bahan yang terlarut. Larutan dapat memberikan efek sistemik maupun lokal. Contoh larutan adalah drops, gargles, mounthwashes, collodions, liniment, enema. Sirup adalah larutan yang mengandung kadar gula yang tinggi.

2) Emulsi dan SuspensiEmulsi dan suspensi merupakan sediaan yang terdiri atas atas bahan yang tidak dapat campur atau larut dalam pembawanya yang cair. Jika bahan berbentuk cairan maka disebut emulsi. Sedangkan untuk bahan padat yang tidak larut dalam cairan pembawanya disebut suspensi. Sediaan emulsi dan suspensi dapat berbentuk drops, lotions, collodions, liniment atau enema.

3) DropsDrops adalah sediaan yang digunakan dengan cara meneteskan, baik pada mata, telinga maupun hidung. Sediaan drops dapat berupa larutan, suspensi, dan emulsi.

4) Gargles dan MounthwashGargles adalah sediaan yang digunakan untuk melindungi atau mengobati infeksi tenggorokan. Biasanya dibuat dengan konsentrasi yang tinggi dan perlu diencerkan saat penggunaan. Mounthwash digunakan untuk menjaga kesehatan mulut atau mencegah dari infeksi mulut.

5) Collodions dan LinimentCollodions adalah cairan yang ditujukan untuk pemakaian dikulit dan digunakan untuk memperpanjang kontak dengan kulit dan obat. Liniment merupakan collodions yang memiliki efek analgesik, dan biasanya berbentuk emulsi. Keduanya digunakan pada kulit yang luka.

Page 8: BAB II

6) EnemaEnema adalah cairan, baik larutan, emulsi atau suspensi yang dipakai pada rektum untuk memberikan efek lokal.

c. Sediaan obat bentuk setengah padatSediaan obat bentuk setengah padat adalah sediaan yang ditujukan untuk memberikan efek lokal pada kulit, atau biasa disebut rute pemakaian topikal. Contoh dari obat yang digunakan secara topikal adalah salep, krim, jel, pasta, dan balsam.Salep merupakan sediaan yang berlemak sehingga tidak dapat campur dengan air atau tidak tercucikan dengan air. Fungsi pemberian salep pada kulit adalah untuk menjaga kelembaban kulit atau mempertahankan agar kontak obat dengan permukaan kulit lebih lama.Krim adalah sediaan emulsi yang berbentuk setengah padat, yang dapat berupa emulsi minyak dalam air maupun emulsi air dalam minyak. Sediaan yang transparan disebut jeli. Pasta ialah sediaan setengah padat yang menandung bahan padat dalam jumlah besar.

d. Sediaan obat bentuk khususSediaan obat bentuk khusus seperti aerosol, inhaler dan semprot hidung biasanya digunakan untuk pengobata saluran napas. Contoh lainnya seperti patch transdermal, yang merupakan sediaan yang penggunaannya untuk ditempel dikulit.1) Aerosol

Aerosol merupakan sediaan semprot yang digunakan dengan cara disemprotkan atau dihirup.

2) InhalerInhaler adalah sediaan cair yang mengandung bahan yang mudah menguap, digunakan untuk melonggarkan saluran napas dan pembengkakan saluran cerna.

3) Semprot hidungSemprot hidung merupakan sediaan cair yang digunakan dengan cara menyemprotkan dihidung.

 G. Tinjauan tentang Antiinfeksi

Obat antiinfeksi adalah senyawa yang digunakan untuk pengobatan penyakit infeksi yang disebabkan oleh spesies tertentu. Yang termasuk dalam golongan antiinfeksi adalah antimikroba, antimikobakterium, antivirus, antifungi serta anti protozoa dan cacing.1. Antimikroba (Antibiotika)

Antibiotika adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh bakteri, yang memiliki kasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan bakteri, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Turunan dari zat ini yang dibuat secara semi-sintetis juga termasuk kelompok antibiotika, begitu juga dengan senyawa sintetik yang berkasiat sebagai antibakteri. Antibiotik dapat bersifat sebagai bakteriostatik atau bakterisid. Antibiotik yang bersifat bakteriostatik tidak langsung membunuh mikroorganisme tersebut tapi menghambat pertumbuhan dan multiplikasinya secara reversibel. Hal ini

Page 9: BAB II

membantu sistem pertahanan tubuh untuk melawannya. Antibiotik yang bersifat bakterisid menyebabkan kerusakan yang irreversibel dan membunuh mikroorganisme yang rentan. Pada umumnya antibiotik yang bekerja pada dinding sel atau membran plasma bersifat bakterisid. Sifat bakteriostatik atau bakterisid suatu antibiotik dibedakan berdasarkan pada uji in vitro melawan mikroorganisme yang rentan, dimana konsentrasinya disesuaikan dengan konsentrasi dalam darah atau jaringan. Bakterisid dapat berubah menjadi bakteriostatik pada konsentrasi yang lebih rendah.Antibiotik dapat digolongankan berdasarkan kelas terapinya, antara lain a. β-Laktam

Antibiotik β-laktam dibagi menjadi tiga kelompok yaitu turunan penisilin, sefalosporin dan β-laktam nonklasik. Semua penisilin mengalami hidrolisis oleh β-laktamase dan tidak efektif terhadap bahan isolasi yang dihasilkan oleh enzim ini, sehingga dikembangkan lagi menjadi aminopenisilin (ampisilin dan amoksisilin) untuk terapi pada gram negatif. Selanjutnya dikembangkan penisilin yang aktif terhadap anterobacteriaceae dan Pseudomonas aeruginosa yaitu karboksipenisilin. Akhirnya, dikembangkan kombinasi β-laktamase inhibitor (asam klavulanat dan sulbaktam) dan aminopenisilin atau tikarsilin yang mempunyai spektrum antibiotik yang lebih luas. Antibiotik golongan β-laktam lain adalah sefalosporin yang terdiri dari empat generasi, yaitu generasi pertama, kedua, ketiga, dan keempat.1) Sefalosporin generasi pertama aktif terhadap cocci gram positif, tidak aktif

terhadap gonococci, H. influenzae, bakteroides, dan pseudomonas serta pada umumnya tidak tahan terhadap laktamase, contohnya seperti sefalotin, sefazolin, sefadrin, sefaleksin, dan sefadroksil.

2) Sefalosporin generasi kedua lebih aktif terhadap terhadap kuman gram negatif, termasuk H. influenzae, proteus, kebsiella, gonococci, dan kuman-kuman yang resisten terhadap amoxysilin, contohnya seperti sefachlor, sefamandole, sefmetazole, dan sefuroxim.

3) Sefalosporin generasi ketiga lebih aktif terhadap kuman gram negatif lebih kuat dan spektrumnya lebih luas lagi meliputi pseudomonas dan bakteroides, contohnya seperti sefoperazon, sefotaxime, seftizoxime, seftriaxon, sefixime, dan sefprozoxil.

4) Sefalosporin generasi keempat yaitu cefepim dan cefpirome sangat resisten terhadap laktamase, sedangkan sefepim juga aktif sekali terhadap pseudomonas.

b. AminoglikosidaAminoglikosida adalah antibiotik yang spectrum kerjanya meliputi bacilli gram negatif (E. Coli, H. Influenzae, klebsiella, proteus, anterobacter, dan shigella), gonococci dan sejumlah kuman gram positif (staphylococcus aureus, S. Epidimidis). Semua turunan semi-sintetisnya mengandung dua-tiga gula-amino di dalam molekulnya yang saling terikat secara glukosidis. Penggolongan aminoglikosida berdasarkan rumus kimianya, sebagai berikut:1) Streptomisin yang mengandung satu molekil gula-amino.

Page 10: BAB II

2) Kanamisin dengan turunan amikasin, dibekasin, gentamisin dan turunannya netilmisin dan tobramisin, yang semuanya memiliki dua gula-amino yang dihubungkan oleh sikloheksan.

3) Neomisin, framisetin dan paromomisin dengan tiga gula-amino.c. Tetrasiklin

Tetrasiklin efektif digunakan pada terapi untuk infeksi oleh Chlamydia, Mycoplasma pneumoniae dan rickettsia serta pada infeksi gonococcal pada pasien yang sensitif terhadap penisilin.

d. Makrolida dan LinkomisinKelompok antibiotik ini terdiri dari eritromisin dengan derivatnya klaritromisin, roksitromisin, azitromisin dan diritromisin.

e. PolipeptidaKelompok ini terdiri dari polimiksin B, polimiksin E (kolistin), basitrasin dan gramisidin yang bercirikan struktur polipeptida siklik dengan gugus amino bebas. Antibiotik ini diperoleh dari sejenis bakteri.

f. Antibiotika lain yaitu kloramfenikol Kloramfenikol berkhasiat terhadap hampir semua kuman gram positif dan sejumlah kuman gram negatif, tidak aktif terhadap pseudomonas, proteus, dan enterobacter. Antibiotik ini bersifat bakteriostatik terhadap enterobacter dan S. aureus dan bersifat bakterisid terhadap S. Pneumoniae, N. Meningitides, dan H. Influenzae.

g. Vankomisin Vankomisin adalah antibiotik yang aktif terhadap staphylococcus dan bakteri gram positif lainnya. Antibiotik ini merupakan pilihan untuk infeksi karena MRSA, Corynebacterium jeikeium dan Streptococcus pneumoniae. Vankomisin merupakan terapi alternatif untuk infeksi serius karena staphylococcus dan streptococcus bila pasien alergi terhadap penisilin dan sefalosporin.

h. SpektinomisinSpektinomisin adalah antibiotika yang aktif pada spectrum luas yang berasiat sebagai bakterisid terhadap sejumlah kuman Gram-posotif dan kuman Gram-negatif.

i. LinezolidLinezolid merupakan golongan pertama lain kelompok antibiotika terbaru oxazolidion. Antibiotika ini penggunaannya pada pneumonia dan infeksi rumit dari kulit.

j. Asam sulfidatAsam sulfidat merupakan antibiotika dengan rumus kimia yang mirip dengan struktur asam empedu yang dihasilkan dari jamur Fusidium coccineum. Spectrum kerja dari antibiotika ini sempit, yakni terbatas hanya pada kuman Gram-positif.

2.  AntimikobakteriumObat antimikobakteri adalah senyawa yang digunakan untuk pengobatan penyakit parasit yang disebabkan oleh mikobaterium. Ada dua spesies mikobakteri yang sangat penting di klinik yaitu Mycobacterium tuberkulosis dan Mycobacterium leprae. Obat antituberkulosis, adalah obat yangdigunakan untuk mengobati infeksi yang diebabkan

Page 11: BAB II

oleh Mycobacterium tuberkulosis suatu basil Gram-positif. Obat antilepra, adalah senyawa yang digunakan untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae.

3. AntivirusVirus adalah jasad biologis, tanpa struktur sel dan tidak berdaya untuk hidup dan memperbanyak diri secara mandiri. Mikroorganisme ini harus menggunakan enzim dari sel tuan rumah untuk sintesis asam nukleat, proteinnya dan perkembangbiakannya. Berdasarkan struktur kimianya antivirus dibagi dalam tiga kelompok yaitu turunan adamantan amin, analog nukleosida dan turunan interferon.Turunan Adamantan Amin : amantadin HCL, tromantadin HCL, metisoprinol. Analog Nukleosida : zidovudin, asiklovir, idoksuridin, ribavirin dan vidarabin. Turunan Interferon : interveron alfa-n1, interveron alfa-a2 dan interveron alfa-2b.

4.  AntifungiAntifungi merupakan obat yang digunakan untuk menghentikan pertumbuhan atau mematikan jamur yang menghinggapi manusia. Yang dapat digunakan sebagai antifungi adalah golongan sebagai berikut:a. Antibiotika : grisefulvin dan senyawa polyen (amfoterisin B, nistatin) yang

umumnya bekerja sebagai fungistatis. Gisefulvin akhir-akhir ini arang digunakan karena adanya antifungi lain yang lebih efektif.

b. Derivat-imidazol : mikonazol, ketokonazol, kotrimoksazol, bifonazol, ekonazol, isokonazol dan tiokonazol. Obat ini terutama digunakan sebagai topikal, kecuali ketokonazol yang juga dapat digunakan secara sistemik.

c. Derivat-triazol : flukonazol dan itrakonazol. Obat goliongan ini khusus digunakan untuk penggunaan sistemik.

d. Asam-asam organis : asam benzoat, asam salisilat, asam propionat, asam kapilat dan undesilinat.

e. Lainnya : terbinafin, flusitosin, tolnaftat, haloprogin, naftifin, siklopiroks, selensulfida dan pirition.

5.  AntelmintikaAntelmintika adalah obat yang digunakan untuk menghambat berbagai penyakit yang disebabkan oleh cacing. Berdasarkan aktivitas biologinya antelmintika dibagi dalam tiga kelompok yaitu antelmintika yang aktif terhadap nematoda, cestoda dan trematoda.