BAB II
-
Upload
amille-rossalina -
Category
Documents
-
view
58 -
download
0
description
Transcript of BAB II
BAB II
KEPEMIMPINAN
A. Definisi Kepemimpinan
Kepemimpinan diadopsi dari bahasa Inggris yaitu leadership.
Leadership berasal dari akar kata to lead yaitu berupa kata kerja yang berarti
memimpin. Menurut Sulistiyani AT (2008) kepemimpinan juga merupakan the
capacity to be a leader yaitu lebih mempermasalahkan kapasitas seseorang
untuk menjadi pemimpin dan setara dengan kemampuan untuk memimpin
(ability to lead). Stephen Robbins, misalnya mendefinisikan kepemimpinan
sebagai “ ... the ability to influence a group toward the achievement of goals.
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok guna
mencapai serangkaian tujuan. Kata “kemampuan”, “pengaruh” dan
“kelompok” adalah konsep kunci dari definisi Robbins.
Laurie J. Mullins, menyebutkan kepemimpinan adalah “ ... a
relationship through which one person influences the behaviour or actions of
other people.” Definisi Mullins menekankan pada konsep “hubungan” yang
melaluinya seseorang mempengaruhi perilaku atau tindakan orang lain.
Kepemimpinan dalam definisi yang demikian dapat berlaku baik di organisasi
formal, informal, ataupun non formal. Asalkan terbentuk kelompok, maka
kepemimpinan hadir guna mengarahkan kelompok tersebut. Sedangkan
menurut Ordway Tead dalam Kartono (2005), kepemimpinan adalah kegiatan
mempengaruhi orang-orang agar mereka suka berusaha mencapai tujuan-tujuan
kelompok tertentu.
Kartono (2005) menyatakan bahwa pemimpin adalah seorang pribadi
yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan dan kelebihan
dibidang tertentu, sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk
bersama-sama melakukan aktivitas–aktivitas tertentu, demi pencapaian satu
atau beberapa tujuan. Sedangkan menurut Sulistiyani AT (2008) pemimpin
adalah orang yang menjalankan kepemimpinan atau dapat dimengerti sebagai a
person who leads others a long way guidance. Sehingga dapat diambil
kesimpulan bahwa pemimpin atau leader adalah pribadi yang memiliki
kecakapan khusus, dengan atau tanpa pengangkatan resmi dapat
mempengaruhi kelompok atau organisasi yang dipimpinnya, untuk melakukan
usaha bersama-sama yang mengarah pada pencapaian sasaran tertentu.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan
merupakan kemampuan untuk mempengaruhi orang lain, mengarahkan
perilaku baik kepada bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau
keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk
mencapai tujuan organisasi atau kelompok.
Kepemimpinan mempunyai makna yang beragam. Para peneliti
umumnya mendefinisikan kepemimpinan berdasarkan perspektifnya dan
dimensi yang akan diteliti yang menarik perhatiannya. Stogdill (Yukl, 2006)
menyimpulkan bahwa banyaknya definisi kepemimpinan sama dengan jumlah
orang yang mendefinisikan konsep ini. Daft (2005) memperjelas bahwa
konsep kepemimpinan akan berevolusi secara kontinyu. Kepemimpinan
kemudian didefinisikan berdasarkan ciri-ciri, perilaku, pengaruh, pola
interaksi, hubungan peran, dan posisi jabatan adminstratif. (Yukl, 2006).
Berdasarkan berbagai definisi yang telah dibuat, secara umum makna
kepemimpinan dapat diambil inti sarinya sebagai kemampuan dan proses
mempengaruhi orang lain untuk mencapai suatu tujuan (Robbins, 2003; Daft,
2005; Yukl, 2006 ).
Menurut Obiwuru TC,dkk (2011) kepemimpinan memiliki dua teori
dasar yang sangat penting, yaitu teori transaksional dan teori transformasional.
Kepemimpinan transaksional didasarkan pada adanya pertukaran
konvensional antara pemimpin dan pengikutnya. Hal ini berarti bahwa
pengikut mendapatkan ganjaran dari kepatuhannya yang berupa usaha,
produktivitas, dan loyalitas, dipertukarkan untuk mendapatkan hadiah yang
diharapkan. Sedangkan pemimpin transformasional merupakan kepemimpinan
yang luar biasa karena sangat berperan dalam meningkatkan tingkat kesadaran
pengikutnya tentang pentingnya suatu proses untuk mencapai tujuan, cara
mencapainya, dan bagaimana cara mereka untuk menikmati hasil yang
diperoleh sehingga memotivasi mereka untuk selalu memberikan hasil yang
terbaik untuk kepentingan pribadi, organisasi, maupun masyarakat.
B. Syarat- syarat Menjadi Pemimpin
Kepemimpinan dapat berjalan dengan lancar dan berhasil apabila
didukung oleh kemampuan dari pemimpin itu sendiri. Kemampuan
merupakan modal utama yang perlu dipupuk dan dikembangkan dari waktu ke
waktu. Menurut Sulistiyani AT (2008) modal utama tersebut meliputi :
a. Ability (kemampuan), merupakan background yang dimiliki oleh
pemimpin mengenai tingkat kemampuan yang meliputi pengetahuan,
keahlian, dan ketrampilan baik yang diperoleh secara formal, non formal,
maupun yang bersumber dari pengalaman pribadi yang bermanfaat bagi
kepemimpinannya.
b. Capability (kesanggupan), merupakan kondisi mental psikologis seorang
pemimpin yang mencerminkan kemantapan dan kesanggupan penuh untuk
memikul segala konsekuensi jabatan dan kepemimpinannya.
c. Personality (kepribadian), merupakan pancaran dari karakter pemimpin itu
sendiri, yang menyangkut sifat atau watak yang menyangkut pada dirinya.
Kepribadian dapat terbentuk dari sifat-sifat genetis maupun lingkungan
pendidikan. Sifat genetis merupakan bawaan sejak lahir atau keturunan,
sedangkan watak terbentuk melalui pendidikan berasal dari lingkungan
keluarga, pendidikan masyarakat, maupun secara formal di bangku
sekolah.
Ada tiga hal penting dalam konsepsi kepemimpinan antara lain:
a. Kekuasaan
Kekuasaaan adalah otorisasi dan legalitas yang memberikan wewenang
kepada pemimpin untuk mempengaruhi dan menggerakkan bawahan
untuk berbuat sesuatu dalam rangka penyelesaian tugas tertentu.
b. Kewibawaan
Kewibawaan merupakan keunggulan, kelebihan, keutamaan sehingga
pemimpin mampu mengatur orang lain dan patuh padanya.
c. Kemampuan
Kemampuan adalah sumber daya kekuatan, kesanggupan dan kecakapan
secara teknis maupun sosial, yang melebihi dari anggota biasa.
Teori kepemimpinan umumnya dapat dikaji melalui lima pendekatan,
yaitu pendekatan ciri sifat (trait aprroach), perilaku (behavior approach),
kekuatan pengaruh (power-influence approach), situasional (situational
approach), dan pendekatan integratif (integrative approach).
a. Teori Sifat
Teori sifat ini mencoba memaparkan pemimpin dan kepemimpinan
dilihat dari sifat-sifat yang ada atau melekat pada diri seseorang. Dengan
kata lain, seseorang yang mempunyai sifat-sifat atau ciri-ciri sebagaimana
yang dimaksudkan dalam pendekatan teori sifat ini, dapat dikatakan pantas
dan layak disebut sebagai pemimpin. Aktivitasnya dalam melaksanakan
tugasnya sebagai pemimpin (melaksanakan kepemimpinan) dengan
sendirinya akan lekat dan terkait sekali dengan sifat-sifat yang dimilikinya.
Secara umum hasil penelitian yang telah ada memberikan suatu
kesimpulan bahwa sifat-sifat seorang pemimpin itu adalah sebagai
berikut :
1) Mempunyai dorongan yang kuat untuk bertanggung jawab atas tugas
yang dipercayakan kepadanya.
2) Teguh mempertahankan pekerjaan untuk memenuhi tujuan.
3) Mempunyai dorongan yang kuat untuk menguji beragam inisiatifnya
dalam situasi sosial.
4) Percaya diri dan mempunyai perhatian yang penuh terhadap identitas
pribadi anggota.
5) Dapat menerima pelbagai keputusan dan tindakan yang bahkan tidak
menguntungkan dirinya.
6) Dapat membawa dan menyerap semua hasrat dan keinginan anggota.
7) Dapat bersikap toleran terhadap kegagalan dan frustasi.
8) Mampu mempengaruhi perilaku anggota, mampu beradaptasi dengan
struktur sosial, serta sistem interaksi.
Menurut teori sifat, bakat seseorang yang pantas dan layak menjadi
seorang pemimpin adalah mereka yang mempunyai sifat yang dibawa
sejak dari kecil. Dengan kata lain, pemimpin di sini dilahirkan bukan
dipelajari atau diajarkan. Pandangan tentang siapa yang dapat menjadi
pemimpin, menurut pendekatan teori sifat ini adalah mereka yang
mempunyai sifat-sifat sebagaimana dijelaskan diatas, antara lain cerdas,
kekurangan pada pendekatan teori sifat tentang siapa pemimpin dan
kepemimpinan ini adalah (teori ini) tidak mampu menjelaskan bahwa ada
orang-orang yang lebih cerdas dibanding pemimpin, tetapi tidak menjadi
pemimpin.
b. Teori Tingkah Laku
Pembicaraan masalah kepemimpinan dilihat dari pendekatan tingkah-
laku ini sudah banyak dilakukan oleh para ahli, antara lain seperti apa yang
dilakukan oleh Warren A. Schmidt yang memandang bahwa
kepemimpinan ini sebagai suatu yang kontinum. Artinya, kepemimpinan
itumerupakan perpaduan antara situasi dengan gaya, antara kepribadian
pemimpin itu sendiri dengan struktur tugas yang diberikan kepadanya.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa pendekatan kepemimpinan
menurut teori singkah laku adalah pemimpin itu tidak akan bertindak atau
berkelakuan yang sama atau identik dalam setiap institusi atau lembaga
yang dipimpinnya. Artinya, sangat mungkin bahwa pemimpin yang sudah
cukup berpengalaman memimpin lembaga pendidikan, tidak akan bisa
bertindak yang sama sebagaimana ia memimpin pada lembaga atau
organisasi yang telah atau pernah dipimpinnya.
Menurut Stogdill ada tujuh perilaku pemimpin yang disukai, yakni
pemimpin yang:
1) menampilkan diri sebagai seorang yang miliki spesialisasi atau
keahlian dan teknik tertentu,
2) mengetahui anggotanya dan memperlihatkan pelbagai pertimbangan
terhadap mereka,
3) tahu kapanmelakukan komunikasi tertutup dan terbuka,
4) memiliki pribadi bertanggung jawab dan tahu situasi,
5) berinisiatif dan aktif langsung pada kegiatan,
6) dapat melatih anggota dalam sebuah tim, dan
7) mampu membuat keputusan.
c. Teori Situasional
Berbeda dengan teori-teori sebelumnya, kepemimpinan dilihat dari
teori situasional ini beranggapan bahwa jenis tindakan atau kebijakan apa
yang perlu dilakukan atau di ambil dalam rangka mencapai tujuan
organisasi perlu dilihat bagaimana kondisi bawahan atau anggota. Pada
situasi bawahan itu masihbelum tahu banyak dan pengalamannya masih
kurang, maka pemimpin dapat menerapkan pola pertama, yaitu
menekankan pelaksanaan tugas yang tinggi, sedangkan hubungan dengan
anggota dibatasi.
Dalam kondisi sebagaimana di atas, pemimpin perlu memberikan
penjelasan tentang tugas yangharus dikerjakan oleh anggota secara jelas,
terperinci, dan mudah dipahami. Jika hal ini tidak dilakukan (artinya
pemimpin membiarkan anggotanya untuk bekerja sendiri tanpa adanya
penjelasan tugas) maka tindakan yang dilakukan oleh anggota tidak bisa
terarah dan cenderung keluar dari tujuan yang telah ditetapkan. Tindakan
pemimpin yang seperti ini jelas membuang-buang tenaga, waktu, dan
biaya yang ada.
Apabila situasi atau kondisi anggota dalam keadaan cukup baik, sudah
terbiasa bekerja dalam organisasi, pemimpin masih tetap perlu
memberikan arahan kepada anggota tentang pekerjaan yangmenjadi
tanggung jawabnya. Hanya saja pemimpin perlu membangun hubungan
manusiawi yang lebih baik, dengan memberikan dorongan atau motivasi
kepadanya untuk bekerja dengan baik, teliti, dan tekun (misalnya dengan
memberi pujian atas hasil kerjanya atau sapaan setiap saat).
Lebih jauh Drucker dalam Fandy Tjiptono menjelaskan bahwa
pemimpin dalam suatu organisasimempunyai karakterikstik sebagai
berikut:
1) Menentukan dan mengungkapkan misi organisasi secara jelas.
2) Menetapkan tujuan, prioritas, dan standar
3) Kepemimpinan dipandang sebagai tanggung jawab daripada suatu hak
istimewa atau kedudukan
4) Dapat memberikan kontribusi kepada organisasi
5) Memperoleh kepercayaan, respek dan integritas.
Dari beberapa uraian di atas, dapatlah ditarik suatu kesimpulan bahwa,
faktor yang turut berpengaruh terhadap efektivitas kinerja kepemimpinan
meliputi:
1) Kemampuan memotivasi atau menggerakkan bawahan
2) Kemampuan melaksanakan komunikasi secara efektif
3) Kemampuan dalam mengambil keputusan dan pembuatan pedoman
kerja
4) Kemampuan dalam menghadapi suatu konflik yang muncul
5) Kemampuan melaksanakan supervisi dan kontrol
6) Kemampuan dalam menciptakan suasana yang humanis dan kondusif
Lebih jauh Winardi menyatakan bahwa sifat-sifat yang harus dimiliki
oleh seorang pemimpin adalah sebagai berikut.
1) Intelegensi
Tingkat intelegensi individu memberikan petunjuk tentang
kemungkinan-kemungkinan baginya untuk berhasil sebagai
pemimpin.
2) Inisiatif
Kemampuan inisiatif yang perlu dimiliki oleh pemimpin ini adalah :
a) kemampuan untuk bertindak sendiri dan mengatur tindakan-
tindakan,
b) kemampuan untuk “melihat” arah tindakan yang tidak“terlihat”
oleh pihak lain.
3) Energi atau rangsangan
Seseorang yang mempunyai energi banyak, kuat, dan sehat dianggap
dapat menjadi pemimpinkarena ia akan lebih bersemangat dan
berkemampuan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
4) Kedewasaan emosional
Sifat kedewasaan yang dimiliki oleh seseorang berupa; dapat
diandalkan (dependability), persistensi,dan objektivitas merupakan
sifat yang layak dimiliki oleh calon pemimpin. Ia bersedia untuk
bekerja lama dan menyebarluaskan sikap antusiasme diantara para
pengikutnya. Ia juga mengetahui apa yang ingin dicapainya hari ini,
tahun depan atau 5 tahun yang akan datang.
5) Persuasif
Sifat pandai melakukan persuasif ini diperlukan bagi pemimpin dalam
rangka mendapatkan persetujuan dengan anggota yang dipimpinnya.
6) Skill komunikatif
Seorang yang mempunyai kepandaian dan kecakapan dalam berbicara
dan menulis dengan tegasdan jelas dipandang mampu untuk
mengemukakan pendapat, ide, dan gagasan kepada orang lain.
7) Kepercayaan pada diri sendiri
Sifat ini dapat dinyatakan sebagai suatu kepercayaan dalam
kepemimpinannya. Pemimpin yang cukup matang dan tidak memiliki
sifat anti sosial dipandang mampu menghadapi segala tantangan
karena sikap percaya diri yang dimilikinya.
8) Perseptif
Sifat ini berhubungan dengan kemampuannya untuk mendalami ciri-
ciri dan kelakuan orang-orang lain, terutama bawahannya. Hal ini juga
mencakup kemampuannya dalam memproyeksikan diri sendiri secara
mental dan emosional ke dalam posisi orang lain.
9) Kreativitas
Sifat ini berupa kemampuan untuk bersifat orisinal, memikirkan
dengan cara-cara baru.
Sementara itu, syarat untuk menjadi pemimpin pendidikan adalah sebagai
berikut.
1) Berwatak yang baik.
2) Intelegensi yang tinggi.
3) Kesiapan lahir dan batin.
4) Sadar pada tanggung jawab.
5) Mempunyai sifat-sifat kepemimpinan yang menonjol.
6) Membimbing dirinya dengan asas dan prinsip kepemimpinan.
7) Melaksanakan kegiatan-kegiatan dan perintah-perintah dengan penuh
tanggung jawab serta mampu membimbing anak buahnya dengan baik
dan menggemblengnya menjadi satu kesatuan yang efektif.
8) Mengenal anak buahnya, memahami sepenuhnya pada sifat dan
tingkah-laku masing-masing dalam segala macam keadaan, suasana,
dan pengaruh.
9) Paham pada cara bagaimana seharusnya mengukur dan menilai
kepemimpinannya
Sifat-sifat sebagaimana di atas secara umum dapat dikatakan sebagai
sifat yang terkait dengan dirinya sendiri. Sifat lain yang juga penting dimiliki
oleh pemimpin pendidikan berkaitan dengan interaksinya dengan bawahannya
(dalam rangka menggerakkan dan memotivasi mereka untuk mau dan mampu
bekerja dengan baik) adalah sebagai berikut :
a) Memiliki intelegensi atau kecerdasan yang cukup baik.
b) Percaya pada diri sendiri.
c) Mampu berintegrasi dengan personil yang dipimpinnya atau memiliki sifat
membership.
d) Cakap bergaul dan ramah-tamah.
e) Kreatif, penuh inisiatif, dan memiliki kemauan untuk maju dan
berkembang menjadi lebih baik.
f) Berpengaruh dan mampu mewujudkan hubungan manusiawi yang
berwibawa sebagai organisatoris.
g) Memiliki pengetahuan, keahlian, dan keterampilan dalam bidang
administrasi dan pendidikan.
h) Suka menolong memberi petunjuk dan dapat menghukum secara
konsekuen dan bijaksana.
Selanjutnya Collons di dalam A.Dale Tempe (1993) berpendapat bahwa
sifat yang harus dimiliki pemimpin agar kepemimpinannya dapat
mengefektifkan organisasi adalah :
a) Kelancaran berbicara
b) Kemampuan memecahkan masalah
c) Pandangan kedalam masalah kelompok (organisasi)
d) Keluwesan
e) Kecerdasan
f) Kesediaan menerima tanggung jawab
g) Keterampilan sosial
h) Kesadaran akan diri sendiri dan lingkungannya
Pendapat lain dari Bennis di dalam Hersey dan Blanchar (1998) seperti
tersebut diatas menambahkan ada empat sifat umum yang harus dimiliki oleh
seorang pemimpin, terdiri dari :
1) Management of Attention
Kemampuan mengkomunikasikan tujuan atau arah yang dapat menarik
perhatian anggota organisasi.
2) Management of Meaning
Kemampuan menciptakan dan mengkomunikasikan makna tujuan secara
jelas dan dapat dipakai.
3) Management of Trust
Kemampuan untuk dipercaya dan konsisten sehingga orang-orang akan
memperhatikannya.
4) Management of Self
Kemampuan mengetahui/menguasai/mengendalikan diri sendiri dalam
batas kekuatan dan kelemahan diri.
Terakhir dengan tidak bermaksud mengurangi makna ajaran agama lain
tentang kepemimpinan ternyata di dalam agama Islam teori sifat atau cirri
kepribadian telah dikemukakan pada 15 abad yang lalu. Teori sifat dinyatakan
dalam kepribadian Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi dan Rasul dan
pemimpin yang patut diteladani oleh umatnya. Karakteristik yang dimaksud
adalah :
1) Siddiq (Benar)
Pemimpin selalu berkata, bersikap, berbuat/berperilaku benar, berpihak
pada kebenaran dan membela kebenaran.
2) Tabligh (Menyampaikan)
Mengkomunikasikan dan menyampaikan semua informasi yang perlu dan
harus diketahui umatnya tanpa ditutup-tutupi atau disembunyikan.
3) Amanah (Terpercaya)
Dapat dipercaya, mampu memelihara kepercayaan rahasia orang lain, tidak
menyembunyikan atau mengurangi segala sesuatu yang harus disampaikan
kepada umatnya.
4) Fatanah (Cerdas/Pandai)
Mampu memahami segala sesuatu secara bijaksana dan adil.
Walaupun belum ada kesatuan pendapat antara para ahli mengenai syarat-
syarat ideal yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, akan tetapi beberapa
di antaranya yang terpenting adalah sebagai berikut :
a) Pendidikan umum yang luas.
b) Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang genoralist yang baik juga.
c) Kemampuan berkembang secara mental
d) Ingin tahu
e) Kemampuan analistis
f) Memiliki daya ingat yang kuat
g) Mempunyai kapasitas integratif
h) Keterampilan berkomunikasi
i) Keterampilan mendidik
j) Personalitas dan objektivitas
k) Pragmatismo
l) Mempunyai naluri untuk prioritas
m) Sederhana
n) Berani
o) Tegas dan sebagainya.
C. Bagaimana Menjadi Pemimpin yang Sukses, Efektif dan Efisien
Seorang pemimpin yang baik senantiasa dihadapkan kepada
permasalahan yang kompleks sebagai konsekuensi logis dari dinamika
kehidupan organisasi. Seorang pemimpin disamping memimpin pelaksanaan
pekerjaan dan memegang sumber-sumber material yang tersedia juga
mempunyai tugas lain yaitu memimpin orang-orang atau bawahan yang
mempunyai perilaku individu yang berbeda satu sama lainnya. Dalam hal ini
menjadi tugas utama seorang pemimpin utnuk membina dan mengarahkan
bawahan, sehingga dalam dirinya akan tumbuh dan berkembang perilaku
organisasi sebagai arah dan landasan berpikir dan bertindak dalam setiap
melaksanakan tugas pekerjaannya. Berbicara mengenai tugas seorang
pemimpin.
Karena seorang pemimpin bertugas menggerakan orang-orang yang
dipimpinnya, maka sudah barang tentu ia harus memiliki sifat-sifat yang lebih
dari orang-orang yang dipimpinnya. Banyaknya sifat-sifat ideal yang dituntut
bagi seorang pemimpin berbeda-beda menurut bidang kegiatan, jenis atau tipe
kepemimpinan, tingkatan dan bahkan juga latar belakang budaya dan
kebangsaan.
Berikut pendapat beberapa orang tentang cara menjadi pemimpin yang
sukses:
1. Menurut Dann Sugandha (9 : 112) menegaskan bahwa tugas pokok
seorang pemimpin yang disebut trifungsi meliputi :
a. Tugas menilai situasi
Tugas menilai situasi, dimana seorang pemimpin mencoba membuat
analisa keadaan dengan teliti. Ia mengelompokan bahan-bahan
informasi yang diperoleh ke dalam kategori-kategori dan menyusun
beberapa kemungkinan penjelasan dan penyelesaiannya, selanjutnya
menyusun suatu rencana kerja.
b. Tugas menanggapi situasi
Tugas menanggapi situasi, dimana seorang pemimpin dituntut
memilki tingkat kepekaan yang tinggi dan siap setiap saat mengikuti
dan menanggapi permasalahan yang berkaitan dengan
pengembangan kehidupan organisasi melalui upaya mencari dan
mengumpulkan berbagai informasi yang diperlukan.
c. Tugas menentukan sikap tindakan terhadap situasi.
Tugas menentukan sikap atau tindakan terhadap situasi dimana
seseorang pemimpin menentukan sikap atau tindakan yang perlu
diambil dalam berbagai hal alternatif yang telah disesuaikan dan
ditetapkan sebelumnya dan kemudian melaksanakannya secara
konsekuen.
2. Presiden Soeharto yang dikutip oleh A.W Widjadja (10 ; 72)
Apabila dikaitkan dengan falsafah hidup bangsa Indonesia yaitu
Pancasila, sebagaimana yang diamanatkan bahwa sifat–sifat dan syarat-
syarat yang harus dimiliki oleh sorang pemimpin yang baik adalah :
a. Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, beriman dan bertaqwa kepada- Nya.
b. Ing Ngarso Sung tulodo, ialah ikut bergiat serta menggugah
semangat di tengah-tengah anak buah.
c. Ing Madya Mangun Karso, ialah ikut bergiat serta menggugah
semangat di tengah-tengah anak buah.
d. Tut Wuri Handayani, ialah mempengaruhi dan memberikan
dorongan dari belakang kepada anak buah.
e. Waspada Purba Wisesa, ialah selalu waspada mengawasi serta
sanggup dan berani memberi koreksi terhadap anak buah.
f. Ambeng Parama Arta, ialah dapat memilih dengan tepat mana yang
harus didahulukan.
g. Prasaja, ialah tingkah laku yang sederhana dan tidak berlebih-
lebihan.
h. Satya, ialah sikap loyal yang timbal balik dari atasan terhadap
bawahan.
i. Gemi Nastini, ialah kesadaran dan kemampuan untuk membatasi
penggunaan dan pengeluaran segala sesuatu kepada yang benar-
benar diperlukan.
j. Belaka, ialah kemauan, kerelaan, dan keberanian untuk bertanggung
jawab.
k. Legawa, ialah kemauan, kerelaan dan keikhlasan untuk pada saatnya
menyerahkan tanggung jawab dan kedudukan pada generasi
selanjutnya.
3. Menurut Dr. Roeslan Abdulgani
Seorang pemimpin harus memiliki kelebihan dalam 3 hal dari orang-
orang yang dipimpinnya :
a. Kelebihan dalam bidang ratio.
Artinya seseorang pemimpin harus memiliki pengetahuan tentang
tujuan dan asas organisasi yang dipimpinnya. Memiliki pengetahuan
tentang cara-cara untuk menjalankan organisasi secara efisien. Dan
dapat memberikan keyakinan kepada orang-orang yang dipimpin ke
arah berhasilnya tujuan.
b. Kelebihan dalam bidang rohaniah.
Artinya seorang pemimpin harus memiliki sifat-sifat yang
memancarkan keluhuran budi, ketinggian moral, dan kesederhanaan
watak.
c. Kelebihan dalam bidang lahiriah/jasmaniah.
Artinya dengan kelebihan ketahanan jasmaniah ini seorang
pemimpin akan mampu memberikan contoh semangat dan prestasi
kerja sehari-hari yang baik kepada orang-orang yang dipimpin.
4. Menurut Terry
Ia menyebutkan adanya 8 buah syarat yang harus dipenuhi oleh seorang
pemimpin yang baik, yaitu memiliki:
a. Kekuatan atau energy
Seorang pemimpin harus memiliki kekuatan lahiriah dan rokhaniah
sehingga mampu bekerja keras dan banyak berfikir untuk
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.
b. Penguasaan emosional
Seorang pemimpin harus dapat menguasai perasaannya dan tidak
mudah marah dan putus asa.
c. Pengetahuan mengenai hubungan kemanusiaan
Seorang pemimpin harus dapat mengadakan hubungan yang
manusiawi dengan bawahannya dan orang-orang lain, sehingga
mudah mendapatkan bantuan dalam setiap kesulitan yang
dihadapinya.
d. Motivasi dan dorongan pribadi, yang akan mampu menimbulkan
semangat, gairah, dan ketekunan dalam bekerja.
e. Kecakapan berkomunikasi
Kemampuan menyampaikan ide, pendapat serta keinginan dengan
baik kepada orang lain, serta dapat dengan mudah mengambil
intisari pembicaraan.
f. Kecakapan mengajar pemimpin yang baik adalah guru yang mampu
mengajar dan memberikan teladan dan petunjuk-petunjuk,
menerangkan yang belum dengan gambaran jelas serta memperbaiki
yang salah
g. Kecakapan bergaul
Dapat mengetahui sifat dan watak orang lain melalui pergaulan agar
dengan mudah dapat memperoleh kesetiaan dan kepercayaan.
Sebaiknya bawahan juga bersedia bekerja dengan senang hati dan
sukarela untuk mencapai tujuan.
Menjadi seorang pemimipin itu tidak mudah Seorang pemimpin
semestinya memiliki bekal-bekal minimal sebagai berikut:
1. Memiliki Kharisma
Menjadi pemimpin itu tidak mudah. Tidak semudah yang dibayangkan
orang. Ia harus siap secara intelektual dan moral. Karena ia akan menjadi
figur yang diharapkan banyak orang / bawahan. Perilakunya harus
menjadi teladan / patut diteladani. Seorang pemimpin adalah seseorang
yang mempunyai kemampuan diatas kemampuan rata-rata bawahannya.
Singkatnya: seorang pemimipin harus mempunyai karisma. Karakteristik
pemimpin yang punya karisma adalah:
a. Perilakunya terpuji
b. Jujur dan dapat dipercaya
c. Memegang komitmen
d. Konsisten dengan ucapan
e. Memiliki moral agama yang cukup.
2. Memiliki Keberanian
Minimal keberanian berbicara, mengemukakan pendapat, beradu
argumentasi dan berani membela kebenaran. Secara lebih khusus
keberanian itu ditunjukkan dalam komitmen berani membela yang benar,
memegang tegug pada pendirian yang benar, tidak takut gagal, berani
ambil resiko, dan berani bertanggungjawab.
3. Memiliki kemampuan mempengaruhi orang lain
Salah satu ciri bahwa seseorang memiliki jiwa kepemimpinan adalah
kemampuannya mempengaruhi seseorang untuk mencapai suatu tujuan
tertentu. Dengan kemampuannya berkomunikasi, ia dapat mempengaruhi
orang lain. Adapun cara-cara untuk mempengaruhi orang lain antara lain:
a. Membuat orang lain merasa penting
b. Membantu kesulitan orang lain
c. Mengemukakan wawasan dengan cara pandang yang positif
d. Tidak merendahkan orang lain
e. Memiliki kelebihan atau keahlian.
4. Mampu Membuat Strategi
Seorang pemimpin semestinya identik dengan seorang ahli strategi.
Maju-mundurnya perusahaan, gagal-berhasilnya suatu organisasi, banyak
ditentukan oleh strategi yang dirancang oleh pimpinan perusahaan atau
pimpinan organisasi. Adapun kriteria seorang pemimpin yang mampu
menyusun strategi:
a. Menguasai medan
b. Memiliki wawasan luas
c. Berpikir cerdas
d. Kreatif dan inovatif
e. Mampu melihat masalah secara komprehensif
f. Mampu menyusun skala prioritas
g. Mampu memprediksi masa depan.
5. Memiliki Moral yang Tinggi
Banyak orang berpendapat bahwa moralitas merupakan ukuran
berkualitas atau tidaknya hidup seseorang. Apalagi seorang pemimpin
yang akan menjadi panutan. Seorang pemimpin adalah seorang panutan
yang secara moral dapat dipertanggungjawabkan. Tanda-tanda seorang
pemimpin yang bermoral tinggi:
a. Tidak menyakiti orang lain
b. Menghargai siapa saja
c. Bersikap santun
d. Tidak suka konflik
e. Tidak gegabah
f. Tidak mau memiliki yang bukan haknya
g. Perkataannya terkendali dan penuh perhitungan
h. Perilakunya mampu dijadikan contoh.
6. Mampu menjadi Mediator
Seorang pemimpin yang bijak mampu bertindak adil dan berpikir
obyektif. Dua hal tersebut akan menunjang tugas pimpinan untuk
menjadi seorang mediator. Syarat seorang mediator meliputi beberapa
kriteria:
a. Berpikir positif
b. Setiap ada masalah selalu berada di tengah
c. Memiliki kemampuan melobi
d. Mampu mendudukkan masalah secara proporsional
e. Mampu membedakan kepentingan pribadi dan kepentingan umum.
7. Mampu menjadi Motivator
Hubungan seorang pemimpin dengan motivasi yaitu seorang pemimpin
adalah sekaligus seorang motivator. Demikianlah memang seharusnya.
Pimpinan adalah titik sentral dan titik awal sebuah langkah akan dimulai.
Motivasi akan lahir jika pimpinan menyadari fungsinya sebagai
motivator. Tanda-tanda seorang pemimpin menyadari fungsinya sebagai
motivator:
a. Memiliki kepedulian kepada orang lain
b. Mampu menjadi pendengar yang baik
c. Mengajak kepada kebaikan
d. Mampu meyakinkan oranglain
e. Berusaha mengerti keinginan orang lain.
8. Memiliki Rasa Humor
Akan lebih mudah seorang pemimpin melaksanakan tugas
kepemimpinannya - jika didukang sifat humoris pimpinan - memiliki
humor yang tinggi. Kata orang humor lebih penting dari kenaikan gaji.
Termasuk kategori pemimpin yang memiliki rasa humor adalah sebagai
berikut:
a. Murah senyum
b. Mampu memecahkan kebekuan suasana
c. Mampu menciptakan kalimat yang menyegarkan
d. Kaya akan cerita dan kisah-kisah lucu
e. Mampu menempatkan humor pada situasi yang tepat.
Dari uraian sifat-sifat kepemimpinan seperti diatas memberikan suatu
gambaran bahwa seorang pemimpin bukan hanya pandai memerintah tetapi
harus bisa mendidik, membimbing, mengarahkan dan memberi contoh serta
suri teladan memberi semangat, kesederhanaan, setia, penuh keikhlasan,
terbuka bagi setiap kepentingan bersama dan yang paling penting adalah
beriman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai landasan
bertindak, sehingga dapat mengetahui serta dapat membedakan tindakan-
tindakan mana yang baik dan tidak baik. Disamping itu seorang pemimpin
harus mempunyai pengetahuan yang luas dan teliti, sehingga di dalam segala
tindakan selalu diperhitungkan terlebih dahulu dengan baik dan tidak kalah
pentingnya adalah kemampuan dalam menjalin hubungan yang harmonis
dengan bawahan.
D. Macam-Macam Gaya Kepemimpinan
Berikut macam gaya kepemimpinan menurut beberapa orang:
1. Menurut Rivai,dkk (2012) ada tiga gaya kepemimpinan, antara lain :
a. Gaya Kepemimpinan Otoriter
Adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan
kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Pada gaya
kepemimpinan otokrasi ini, pemimpin mengendalikan semua aspek
kegiatan. Pemimpin memberitahukan sasaran apa saja yang ingin
dicapai dan cara untuk mencapai sasaran tersebut, baik itu sasaran
utama maupun sasaran minornya.
Pemimpin juga berperan sebagai pengawas terhadap semua aktivitas
anggotanya dan pemberi jalan keluar bila anggota mengalami
masalah. Dengan kata lain, anggota tidak perlu pusing memikirkan
apappun. Anggota cukup melaksanakan apa yang diputuskan
pemimpin.Kepemimpinan otokrasi cocok untuk anggota yang
memiliki kompetensi rendah tapi komitmennya tinggi.
Kelebihan :
1) Semua kebijakan ditentukan oleh pemimpin.
2) Teknik dan langkah-langkah kegiatannya didikte oleh atasan
setiap waktu, sehingga langkah-langkah yang akan datang
selalu tidak pasti untuk tingkatan yang luas.
3) Pemimpin biasanya membagi tugas kerja bagian dan kerjasama
setiap anggota.
Kelemahan :
1) Pemimpin kurang memperhatikan kebutuhan bawahan.
2) Komunikasi hanya satu arah yaitu kebawah saja.
3) Pemimpin cenderung menjadi pribadi dalam pujian dan
kecamannya terhadap kerja setiap anggota.
4) Pemimpin mengambil jarak dari partisipasi kelompok aktif
kecuali bila menunjukan keahliannya
b. Gaya Kepemimpinan Demokratis
Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya pemimpin yang
memberikan wewenang secara luas kepada para bawahan. Setiap ada
permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim
yang utuh. Dalam gaya kepemimpinan demokratis pemimpin
memberikan banyak informasi tentang tugas serta tanggung jawab
para bawahannya.
Pada kepemimpinan demokrasi, anggota memiliki peranan yang
lebih besar. Pada kepemimpinan ini seorang pemimpin hanya
menunjukkan sasaran yang ingin dicapai saja, tentang cara untuk
mencapai sasaran tersebut, anggota yang menentukan. Selain itu,
anggota juga diberi keleluasaan untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapinya.Kepemimpinan demokrasi cocok untuk anggota yang
memiliki kompetensi tinggi dengan komitmen yang bervariasi. Salah
satu Negara yang menganut sistem kepemimpinan demokratis adalah
Indonesia.
Kelebihan :
1) Lebih memperhatikan bawahan untuk mencapai tujuan
organisasi.
2) Semua kebijaksanaan terjadi pada kelompok diskusi dan
keputusan diambil dengan dorongan dan bantuan dari
pemimpin.
3) Kegiatan-kegiatan didiskusikan, langkah-langkah umum
untuk tujuan kelompok dibuat, dan jika dibutuhkan petunjuk-
petunjuk teknis pemimpin menyarankan dua atau lebih
alternatif prosedur yang dapat dipilih.
4) Para anggota bebas bekerja dengan siapa saja yang mereka
pilih dan pembagian tugas ditentukan oleh kelompok.
5) Menekankan dua hal yaitu bawahan dan tugas.
6) Pemimpin adalah obyektif atau fact-minded dalam pujian dan
kecamannya dan mencoba menjadi seorang anggota
kelompok biasa dalam jiwa dan semangat tanpa melakukan
banyak pekerjaan.
Kekurangan :
1) Keputusan serta tindakan kadang-kadang lamban
2) rasa tanggung jawab kurang
c. Gaya Kepemimpinan Bebas/ Laissez Faire
Pemimpin jenis ini hanya terlibat delam kuantitas yang kecil di mana
para bawahannya yang secara aktif menentukan tujuan dan
penyelesaian masalah yang dihadapi. Gaya kepemimpinan
demokratis kendali bebas merupakan model kepemimpinan yang
paling dinamis. Pada gaya kepemimpinan ini seorang pemimpin
hanya menunjukkan sasaran utama yang ingin dicapai saja. Tiap
divisi atau seksi diberi kepercayaan penuh untuk menentukan
sasaran minor, cara untuk mencapai sasaran, dan untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapinya sendiri-sendiri. Dengan
demikian, pemimpin hanya berperan sebagai pemantau saja.
Sementara itu, kepemimpinan kendali bebas cocok untuk angggota
yang memiliki kompetensi dan komitmen tinggi. Namun dewasa ini,
banyak para ahli yang menawarkan gaya kepemimpinan yang dapat
meningkatkan produktivitas kerja karyawan, dimulai dari yang
paling klasik yaitu teori sifat sampai kepada teori situasional.
Kelebihan :
1) Pemimpin akan menyerahkan keputusan kepada keinginan
kelompok sehingga keputusan yang dihasilkan menjadi
keputusan bersama .
2) Ada kemungkinan bawahan dapat mengembangkan
kemampuannya, daya kreativitasnya untuk memikirkan dan
memecahkahkan serta mengembangkan rasa tanggung jawab.
3) Bawahan lebih bebas untuk menunjukkan persoalan yang
dianggap penting sehingga proses penyelesaianya lebih cepat.
Kekurangan :
1) Tidak mampu melakukan koordinasi dan pengawasan yang baik
2) Tidak mempunyai wibawa sehingga ia tidak ditakuti apalagi
disegani
oleh bawahan
3) Bila bawahan terlalu bebas tanpa pengawasan, terjadi
penyimpangan dari peraturan yang berlaku dari bawahan serta
mengakibatkan salah tindak dan memaka bayak waktu bila
bawahan kurang pengalaman.
Gaya kepemimpinan Pendekatan
Otoriter Kekuasaan pada pemimpin
Kendali bebas Kekuasaan pada bawahan
Demokratis Kekuasaan pada bawahan
2. Tipe kepemimpinan menurut Siagian S.P (2003) dibagi menjadi 5 tipe
antara lain :
a. Tipe otokratis
Kepemimpinan otokratis itu mendasarkan diri pada kekuasaan dan
paksaan yang mutlak harus dipatuhi. Pemimpin otokratis adalah
seseorang yang sangat egois. Setiap perintah dan kebijakan
ditetapkan tanpa berkonsultasi dengan bawahannya. Sikap dan
prinsip-prinsipnya sangat konservatif/kuno dan kaku serta bernada
keras dalam memberikan perintah atau instruksi. Tipe kepemimpinan
ini biasanya diterapkan oleh mandor kepada para buruhnya.
Kelebihan dari tipe otokratis adalah pemimpin memiliki disiplin
kerja yang sangat tinggi serta mampu menyelenggarakan fungsi
kepemimpinanya dengan “baik” dalam arti tercapai tujuan dan
sasaran yang ditentukan. Namun tipe ini memiliki banyak
kelemahannya antara lain keberhasilan pencapaian tujuan hanya
semata-mata karena rasa takut bawahan pada pimpinannya dan
bukan berdasarkan kesetiaan serta keyakinan bahwa tujuan tersebut
layak untuk dicapai Selain itu disiplin kerja terwujud karena para
bawahan selalu dibayang-bayangi ancaman seperti pemecatan,
penurunan pangkat tanpa ada kesempatan untuk membela diri.
b. Tipe Paternalis
Tipe kepemimpinan paternalis memiliki sifat yang kebapakan.
Merupakan tipe kepemimpinan yang banyak terdapat pada
lingkungan masyarakat yang bersifat tradisional yaitu masih
memiliki rasa hormat yang tinggi ditujukan oleh anggota masyarakat
kepada orang tua atau seseorang yang dituakan, seperti tokoh
masyarakat, ulama, dan para guru. Tipe ini sering ditemui di daerah
pedalaman dimana kepala suku adat memiliki peran yang sangat
penting dan paling dihormati.
Kelebihan dari tipe kepemimpinan paternalis antara lain pemimpin
dapat dijadikan sebagai tempat bertanya dan memperoleh petunjuk
yang dapat dipercaya, pemimpin berusaha memperlakukan semua
orang dalam organisasinya seadil mungkin, mengutamakan
kebersamaan dalam organisasi dimana pemikiran yang strategis serta
kepemimpinan yang sedang berlangsung sangat mempengaruhi
keberhasilan suatu organisasi (Fairholm M.R, 2009). Sedangkan
kelemahannya antara lain pemimpin selalu menganggap bahwa
bawahannya belum dewasa dalam bertindak dan berpikir sehingga
memerlukan bimbingan dan tuntunan terus-menerus, terlalu
melindungi bawahan sehingga mereka takut bertindak karena takut
berbuat kesalahan, dan terjadi pemusatan pengambilan keputusan
hanya pada pimpinan sehingga bawahan hanya melaksanakannya
saja. (Siagian S.P, 2003)
c. Tipe Kharismatik
Tipe pemimpin kharismatik ini memiliki karakteristik yang khas
dimana adanya kekuatan dan daya tarik yang luar biasa untuk
mempengaruhi orang lain, sehingga memperoleh pengikut yang
kadang jumlahnya sangat besar. Para pengikut tersebut tidak selalu
dapat menjelaskan secara konkret mengapa orang tersebut dikagumi.
Dia dianggap memiliki kekuatan ghaib (supranatural power) dan
kemampuan-kemampuan superhuman, yang diperolehnya sebagai
karunia yang Maha Kuasa. Dia banyak memiliki inspirasi,
keberanian, dan berkeyakinan teguh pada pendirian diri sendiri.
Kelebihan tipe pemimpin ini adalah para pengikut tidak
memperhitungkan penampilan fisik, usia, dan jumlah harta dalam
memilih pemimpin tersebut. Namun kelemahannya adalah para
pengikut sangat setia dengan pemimpin meskipun beliau
menggunakan gaya yang otokratik atau diktatorial, padahal hal
tersebut sangat membatasi hak-hak mereka sebagai bawahan. Tipe
pemimpin karismatik sering ditemui pada pemilihan kepala daerah,
sebagai contoh Bapak Jokowi yang berasal dari Solo dapat terpilih
menjadi Gubernur DKI Jakarta karena karismanya sebagai pemimpin
yang sederhana dan tidak macam-macam.
d. Tipe Laissez Faire
Kepemimpinan tipe Laissez Faire merupakan seorang pemimpin
yang memiliki pandangan bahwa pada umumnya suatu organisasi
akan berjalan lancar dengan sendirinya karena para anggota
organisasi yang terdiri dari orang-orang dewasa yang sudah
mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran apa yang
ingin dicapai, tugas apa yang harus dilakukan oleh anggota, dan
pemimpin tidak perlu terlalu sering melakukan intervensi dalam
kehidupan organisasional. Pada hakikatnya pemimpin tipe ini
bukanlah seorang pemimpin dalam pengertian sebenarnya, sebab
bawahan dalam situasi kerja sedemikian itu sama sekali tidak
terpimpin, tidak terkontrol, dan tanpa adanya kedisiplinan kerja.
Kelebihan dari tipe Laissez Faire adalah antara pemimpin dan
bawahannya memiliki rasa solidaritas yang tinggi, kesetiaan
terhadap sesama dan organisasi, mempunyai tanggung jawab
bersama terhadap tugas yang harus diselesaikan, serta hubungan
tersebut disasarkan pada nilai saling mempercayai satu sama lain,
perkembangan kemampuan berpikir dan bertindak secara kreatif dan
inovatif diserahkan lansung kepada anggota organisasi yang
bersangkutan, selama anggota menunjukkan perilaku dan prestasi
kerja yang memadai maka intervensi pimpinan sangat sedikit.
Sedangkan kelemahannya antara lain peran pemimpin sangat pasif,
kurang adanya pengawasan dalam keberlangsungan suatu organisasi,
serta kurang adanya disiplin kerja karena bawahan merasa tidak ada
yang mengawasi dan mengontrol.
e. Tipe Demokratik
Pemimpin dengan tipe demokratik merupakan pemimpin yang
memperlakukan manusia secara manusiawi. Pemimpin berperan
sebagai koordinator dan integrator dari berbagai komponen dalam
organisasi sehingga terwujudnya suatu totalitas dalam mencapai
tujuan organisasi. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua
bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab pada diri
sendiri sehingga tercipta kerja sama yang baik. Kepemimpinan ini
menghargai potensi setiap individu. Contohnya adalah tipe
demokratik cocok diterapkan dalam organisasi di sekolah seperti
OSIS, dimana dalam penyusunan dan pelaksanaan program kerja
memerlukan kerja sama dari seluruh pengurus OSIS.
Kelebihan dari tipe demokratik antara lain keikutsertaan para
bawahan dalam proses pengambilan keputusan sehingga lebih
menjamin para bawahan tersebut memiliki tanggung jawab yang
lebih besar dalam pelaksanaan keputusan, otoritas sepenuhnya di
delegasikan ke bawah dan masing-masing orang menyadari tugas
serta kewajibannya sehingga mereka merasa senang dan puas,
adanya peringatan bagi bawahan yang melanggar disiplin organisasi
dan etika kerja namun pemimpin dapat memberikan jalan keluar atau
meluruskan masalah tersebut sehingga bawahan akan belajar dari
kesalahan dan menjadi lebih bertanggung jawab, pemimpin selalu
mendengarkan saran, pendapat dan kritik dari bawahan sehingga
dapat mengembangkan daya inovasi dan kreativitas bawahannya,
serta memberikan penghargaan bagi bawahan yang berprestasi. Hal
ini sesuai dengan pendapat dari Hurley T.J dan Brown J (2010)
bahwa sebagai seorang pemimpin harus dapat menjalin komunikasi
dengan bawahannya melalui penentuan tujuan dan program yang
strategis, melibatkan mereka dalam proses pengambilan keputusan,
serta mengembangkan kreativitas dan inovatif demi keberlangsungan
suatu organisasi.
Sedangkan kelemahan dari tipe ini adalah adanya keterlambatan
dalam bertindak dan mengambil keputusan sebagai konsekuensi dari
keterlibatan bawahan dalam pengambilan keputusan, akan timbul
kecenderungan di kalangan pejabat yang lebih rendah dan anggota
organisasi lainnya bahwa mereka memiliki peran yang penting
sehingga timbul persaingan yang tidak sehat, pemborosan sumber
daya dan dana yang terbatas, serta merusak suasana kebersamaan.
3. Menurut Kartono (2005) tipe kepemimpinan dibagi menjadi delapan tipe
dengan tambahan tipe-tipe sebagai berikut :
a. Tipe militeristis.
Tipe kepemimpinan ini pemimpin lebih banyak menggunakan sistem
perintah atau komando, komunikasi hanya berlangsung satu arah
saja, serta bersifat sangat otoriter terhadap bawahannya. Tipe ini
sangat menyukai formalitas, upacara-upacara ritual, serta dan tanda
kebesaran yang berlebihan.
b. Tipe Populistis.
Kepemimpinan populistis ini berpegang teguh pada nilai-nilai
masyarakat tradisional, kurang mempercayai dukungan kekuatan
serta bantuan-bantuan hutang luar negeri. Tipe ini bisa membangun
solidaritas rakyat.
c. Tipe Administratif atau Eksekutif.
Kepemimpinan tipe administratif ialah kepemimpinan yang mampu
menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif.
Sedangkan para pemimpinnya terdiri dari para tehnokrat dan
administrator yang mampu menggerakkan dinamika modernisasi dan
pembangunan.