BAB II

18
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Anatomi Fisiologi Ileus Tipe usus ada usus obstruktif dan ada juga usus paralytic. Macam Usus terdiri dari usus halus dan usus besar 2.2 Definisi Obstruksi ileus adalah Suatu Penyumbatan Mekanis Pada Usus merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau mengganggu jalannya isi usus. (medicastore.com). Obstruksi ileus adalah kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang disebabkan oleh sumbatan mekanik. (medlinux.com). Obstruksi ileus adalah kerusakan komplet atau parsial aliran ke depan dari usus. Kebanyakan terjadi pada usus halus khususnya di ileum, segmen paling sempit. (wordpress.com). Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun penyebabnya) aliran normal isi usus sepanjang saluran usus. Obstruksi usus dapat akut dengan kronik, partial atau total. Obstruksi usus biasanya mengenai kolon sebagai akibat karsinoma dan perkembangannya lambat. Sebagian dasar dari obstruksi justru mengenai usus halus.Obstruksi total usus halus merupakan keadaan gawat yang memerlukan diagnosis dini dan tindakan pembedahan darurat bila penderita ingin tetap hidup. Beberapa pengertian obstruksi usus dan ileus obstruksi menurut para ahli, yaitu:

description

ghg

Transcript of BAB II

Page 1: BAB II

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Anatomi Fisiologi Ileus

Tipe usus ada usus obstruktif dan ada juga usus paralytic.

Macam Usus terdiri dari usus halus dan usus besar

2.2 Definisi

Obstruksi ileus adalah Suatu Penyumbatan Mekanis Pada Usus merupakan penyumbatan

yang sama sekali menutup atau mengganggu jalannya isi usus. (medicastore.com).

Obstruksi ileus adalah kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang disebabkan oleh

sumbatan mekanik. (medlinux.com).

Obstruksi ileus adalah kerusakan komplet atau parsial aliran ke depan dari usus.

Kebanyakan terjadi pada usus halus khususnya di ileum, segmen paling sempit.

(wordpress.com).

Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun penyebabnya) aliran

normal isi usus sepanjang saluran usus. Obstruksi usus dapat akut dengan kronik, partial atau

total. Obstruksi usus biasanya mengenai kolon sebagai akibat karsinoma dan perkembangannya

lambat. Sebagian dasar dari obstruksi justru mengenai usus halus.Obstruksi total usus halus

merupakan keadaan gawat yang memerlukan diagnosis dini dan tindakan pembedahan darurat

bila penderita ingin tetap hidup.

Beberapa pengertian obstruksi usus dan ileus obstruksi menurut para ahli, yaitu:

1)      Obstruksi usus adalah sumbatan total atau parsial yang mencegah aliran normal melalui saluran

pencernaan. (Brunner and Suddarth, 2001).

2)      Obstruksi usus adalah gangguan isi usus disepanjang saluran usus (Patofisiologi vol 4, hal 403).

3)      Obstruksi usus adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus intestinal

(Nettina, 2001).

4)      Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran isi usus ke depan

tetapi peristaltiknya normal (Reeves, 2001).

5)      Obstruksi usus merupakan suatu blok saluran usus yang menghambat pasase cairan, flatus dan

makanan dapat secara mekanis atau fungsional (Tucker, 1998).

Page 2: BAB II

6)      Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana merupakan penyumbatan

yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya isi usus (Sabara, 2007).

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa obstruksi usus adalah sumbatan total atau

parsial yang menghalangi aliran normal melalui saluran pencernaan atau gangguan usus

disepanjang usus. Sedangkan Ileus obstruktif adalah kerusakan atau hilangnya pasase isi usus

yang disebabkan oleh sumbatan mekanik

2.3 Etiologi

Adapun penyebab dari obstruksi usus dibagi menjadi dua bagian menurut jenis obstruksi usus,

yaitu:

1. Mekanis: Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh peristaltic.

misalnya: intussusepsi, tumor dan neoplasma, stenosis, striktur, perlekatan, hernia dan

abses.

2.      Fungsional/non-mekanis: Terjadi karena suplai saraf otonom mengalami paralisis dan peristaltik

usus terhenti sehingga tidak mampu mendorong isi sepanjang usus. Misalnya: amiloidosis,

distropi otot, gangguan endokrin seperti diabetes mellitus, atau gangguan neurologis seperti

penyakit Parkinson.

2.4 Patofisiologi

Peristiwa patofisiologi yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa memandang

apakah obstruksi usus tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau fungsional. Perbedaan

utamanya adalah obstruksi paralitik, paralitik dihambat dari permulaan, sedangkan pada

obstruksi mekanis peristaltik mula-mula diperkuat kemudian intermiten akhirnya hilang. Limen

usus yang tersumbat profesif akan terenggang oleh cairan dan gas. Akumulasi gas dan cairan

didalam lumen usus sebelah proksimal dari letak obstruksi mengakibatkan distensi dan

kehilangan H2O dan elektrolit dengan peningkatan distensi maka tekanan intralumen meningkat,

menyebabkan penurunan tekanan vena dan kapiler arteri sehingga terjadi iskemia dinding usus

dan kehilangan cairan menuju ruang peritonium akibatnya terjadi pelepasan bakteri dan toksin

dari usus, bakteri yang berlangsung cepat menimbulkan peritonitis septik ketika terjadi

kehilangan cairan yang akut maka kemungkinan terjadi syok hipovolemik. Keterlambatan dalam

melakukan pembedahan atau jika terjadi stranggulasi akan menyebabkan kematian. (Pice and

Wilson, hal 404)

Page 3: BAB II

2.4.1 Pathway

Obstruksi IleusFaktor fungsionalAkumulasi gas dan cairan di dalam lumen sebelah proksimal dari letak obstruksidistensiTekanan intralumen Tekanan vena, kapiler&arteri ¯Refluk usus Mual, MuntahKehilangan H2O cairan dan elektrolitGangguan Keseimbangan cairan dan elektrolitFaktor Mekanis 

Nutrisi Kurang dari Kebutuhan

Pelepasan bakteri dan toksin dari usus yang nekrotik ke dalam peritoneum dan sirkulasi sistemikPeritonitis septikemiaResiko infeksiIskemia dinding ususKehilangan cairan menuju ruang peritoniumNyeri kolik

Page 4: BAB II

Ganggua rasa nyaman(nyeri)komplikasi 

2.4.2 Komplikasi

1.      Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritonium sehinnga terjadi peradangan atau

infeksi yang hebat pada intra abdomen.

2.      Perforasi dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi selalu lama pada organ intra abdomen.

3.       Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik dan cepat.

4.      Syok hipovolemik terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma.

(Brunner and Suddarth, 2001, hal 1122)

2.5  Manifestasi Klinis

1.      Nyeri tekan pada abdomen

2.      Muntah

3.      Konstipasi (sulit BAB).

4.      Distensi abdomen.

5.      BAB darah dan lendir tapi tidak ada feces dan flatus (Kapita Selekta, 2000, hal 318).

2.6 Pemeriksaan Diagnostik

Adapun pemeriksaan diagnostik yang bisa dilakukan antara lain:

1.      Rontgen toraks: diafragma meninggi akibat distensi abdomen

Page 5: BAB II

2.      Rontgen abdomen dalam posisi telentang: mencari penyebab (batu empedu, volvulus, hernia)

3.      Pemeriksaan sinar x: Untuk menunjukan kuantitas abnormal dari gas atau cairan dalam usus.

4.      Pemeriksaan laboratorium (misalnya pemeriksaan elektrolit dan jumlah darah lengkap) akan

menunjukan gambaran dehidrasi dan kehilangan volume plasma dan kemungkinan infeksi.

5.      Pemeriksaan radiogram abdomen sangat penting untuk menegakkan diagnosa obstruksi usus.

(Doenges, Marilyn E, 2000)

2.7 Penatalaksanaan Medis

Dasar pengobatan obstruksi usus adalah koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit,

menghilangkan peregangan dan muntah dengan intubasi dan kompresi, memperbaiki peritonitis

dan syok bila ada, serta menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi

usus kembali normal.

1.      Perawatan :koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit, menghilangkan peregangan dan

muntah dengan intubasi dan kompresi, memperbaiki peritonitis dan syok bila ada, serta

menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.

2.      Farmakologi :Obat antibiotik dapat diberikan untuk membantu mengobati atau mencegah

infeksi dalam perut, obat analgesic untuk mengurangi rasa nyeri.

3.      Paracentesis :Prosedur ini juga disebut tekan perut atau peritoneum atau dimasukkan obat

khusus di dalam perut. Menghapus cairan tambahan dapat membantu bernafas lebih mudah dan

merasa lebih nyaman. Cairan dapat dikirim ke laboratorium dan diperiksa untuk tanda-tanda

infeksi atau masalah lainnya

4.      Tindakan Bedah :

Dengan laparoskopi, sayatan kecil (pemotongan) akan dilakukan pada perut.

a. Kolostomi: kolostomi adalah prosedur untuk membuat stoma (pembukaan) antara

usus dan dinding perut. Ini mungkin dilakukan sebelum memiliki operasi untuk

menghapus usus yang tersumbat. Kolostomi dapat digunakan untuk

menghilangkan udara atau cairan dari usus. Hal ini juga dapat membantu

memeriksa kondisi perawatan sebelum operasi. Dengan kolostomi, tinja keluar

Page 6: BAB II

dari stoma ke dalam kantong tertutup. Tinja mungkin berair, tergantung pada

bagian mana dari usus besar digunakan untuk kolostomi tersebut. Stoma mungkin

ditutup beberapa hari setelah operasi usus setelah sembuh.

b. Stent: stent adalah suatu tabung logam kecil yang memperluas daerah usus yang

tersumbat. Dengan Menyisipkan stent ke dalam usus menggunakan ruang lingkup

(tabung, panjang ditekuk tipis). Stent dapat membuka usus untuk membiarkan

udara dan makanan lewat. Menggunakan stent juga untuk membantu mengurangi

gejala sebelum operasi.

2.8. Asuhan Keperawatan Pada obstruksi Ileus

2.8.1        Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan upaya untuk

pengumpulan data secara lengkap dan sistematis mulai dari pengumpulan data, identitas dan

evaluasi status kesehatan klien. (Nursalam, 2001).

a.         Identitas :Nama, umur, alamat, pekerjaan, status perkawinan (Umumnya terjadi

pada semua umur, terutama dewasa laki – laki maupun perempuan)

b.      Keluhan Utama : nyeri pada perutc.       Riwayat Penyakit Sekarang : nyeri pada perut, muntah, konstipasi (tidak dapat

BAB dan flatus dalam beberapa hari)

d.      Riwayat Penyakit Dahulu : Biasanya klien sebelumnya menderita penyakit

hernia, divertikulum.

e.       Riwayat Penyakit Keluarga : Ada keluarga dengan riwayat atresia illeum dan

yeyenum.

f.       Activity Daily Life

Nutrisi :Nutrisi terganggu karena adanya mual dan muntah.

Eliminasi :Klien mengalami konstipasi dan tidak bisa flatus karena peristaltik

usus menurun/ berhenti.

Istirahat :Tidak bisa tidur karena nyeri hebat, kembung dan muntah.

Aktivitas :Badan lemah dan klien dianjurkan untuk istirahat dengan tirah baring

sehingga terjadi keterbatasan aktivitas.

Personal Hygiene : klien tidak mampu merawat dirinya.

Page 7: BAB II

g.   Pemeriksaan

a)      Keadaan umum: Lemah, kesadaran menurun sampai syok hipovolemia suhu meningkat(39o C),

pernapasan meningkat(24x/mnt), nadi meningkat(110x/mnt) tekanan darah(130/90 mmHg)

b)      Pemeriksaan fisik ROS (Review Of System)

1.      Sistem kardiovaskular: tidak ada distensi vena jugularis, tidak ada oedema, tekanan darah 130/90

mmHg, BJ I dan BJ II terdengar normal

2.      Sistem respirasi: pernapasan meningkat 24x/mnt, bentuk dada normal, dada simetris, sonor

(kanan kiri), tidak ada wheezing dan tidak ada ronchi

3.      Sistem hematologi: terjadi peningkatan leukosit yang merupakan tanda adanya infeksi.

4.      Sistem perkemihan: produksi urin menurun BAK < 500 cc

5.      Sistem muskuloskeletal: badan lemah, tidak bisa melakukan aktivitas secara mandiri

6.      Sistem integumen: tidak ada oedema, turgor kulit menurun, tidak ada sianosis, pucat

7.      Sistem gastrointestinal: tampak mengembang atau buncit, teraba keras, adanya nyeri tekan,

hipertimpani, bising usus > 12x/mnt, distensi abdomen.

2.8.2        Analisa Data

No. Data penunjang Etiologi Problem

1 DS: Klien mengatakan

sakit pada abdomen

DO:

1.      Wajah nampak meringis

2.      Bising usus >12x/mnt

3.      TTV meningkat: (TD

>120/80 mmHg,

N:>100x/mnt, S: >38oC,

RR:>20x/mnt)

4.      P: nyeri karena tekanan

intralumen

5.      Q: nyeri seperti tertusuk

6.      R: nyeri di bagian kuadran

kanan bawah

7.      S: skala nyeri 7

Tekanan intralumen

meningkat

Gangguan rasa nyaman

(nyeri)

Page 8: BAB II

8.      T: nyeri kolik (hilang

timbul)

2 DS: pasien mengatakan

sering haus

DO:

1.     TTV tidak stabil (TD

>120/80 mmHg,

N:>100x/mnt, S: >38oC,

RR:>20x/mnt)

2.     Mata cowong

3.     Turgor kulit turun

4.     Membran mukosa bibir

kering

Kehilangan cairan berlebih Gangguan

keseimbangan cairan

dan elektrolit

3 DS: klien mengatakan tidak

nafsu untuk makan

DO:1.      BB klien turun2.      A: BB<45 kg, TB 165 cm

3.      B: Hb<124.      C: konjungtiva anemis

5.      D: Diet tinggi serat

Mual, muntah nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

4 DS: --

DO:

1.      Suhu tubuh >38oC

2.      Leukosit >11.000 µml

Komplikasi peritonitis

septikemia

Resiko Infeksi

2.8.3 Diagnosa keperawatan :

1.      Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d peningkatan tekanan intralumen

2.      Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d kehilangan cairan berlebih

3.      Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual, muntah

4.      Resiko infeksi b/d komplikasi peritonitis septikemia

Page 9: BAB II

2.8.4 Perencanaan

Diagnosa 1

Tujuan: setelah di lakukan tindakan perawatan 1x24jam di harapkan gangguan rasa nyaman

(nyeri) dapat teratasi.

KH:

1.      Tidak ada tanda-tanda nyeri

2.      Skala nyeri (0-3).

3.      Ekspresi wajah rileks.

4.      TTV dalam batas normal (TD: 110/70-120/80 mmHg, N: 80-100x/mnt, RR: 16-20x/mnt, S:

36,5-37,5 oC)

5.      Bising Usus normal (5-12x/menit)

No.D

x

INTERVENSI RASIONAL

1 1.      Observasi tingkat nyeri

2.      Pantau status abdomen tiap 4 jam

3.      Dorong ambulasi dini dan hindari duduk

yang lama

4.      Pertahankan klien pada posisi semi fowler

5.      Pertahankan puasa sampai bising usus

kembali, distensi abdomen berkurang dan

flatus keluar

6.      Ajarkan teknik relaxasi dan distraksi

1.      Memudahkan perawat dalam

menentukan tingkat nyeri

2.      Diduga inflamasi peritoneal,

memerlukan intervensi medis yang

cepat.

3.      Menurunkan kekakuan otot dan sendi

ambulasi atau perubahan posisi sering

menurunkan tekanan perianal

4.      Menurunkan tekanan diafragma yang

terdorong oleh organ visceral

5.      Memungkinkan makanan peroral

dengan tidak ada bising usus akan

meningkatkan distensi dan

ketidaknyamanan

6.      Mengurangi nyeri dengan mengalihkan

perhatian klien ke hal yang lain

7.      Menurunkan ambang nyeri dan

meningkatkan kenyamanan

Page 10: BAB II

7.      Kolaborasi: Berikan analgesik sesuai indikasi

dan evaluasi keefektifannya

Diagnosa 2

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam kebutuhan cairan dan

elektrolit dapat dipertahankan secara maksimal

KH:

1.      TTV dalam batas normal.

-          TD: 110/70-120/80 mmHg

-          N: 80-100x/mnt

-          RR: 16-20x /mnt

-          S: 36,5-37,5oC

2.      Turgor kulit normal (<2 detik)

3.      Membran mukosa bibir basah

4.      Mata tidak cowong

No. Dx INTERVENSI RASIONAL

2 1.      Observasi TTV

2.      kaji turgor kulit,kelembaban membran

mukosa (bibir, lidah)

3.      Observasi intake dan output

4.      Berikan cairan tambahan intravena sesuai

indikasi

5.      Kolaborasi: pemberian cairan parenteral,

transfusi sesuai indikasi

1.      Peningkatan suhu/memanjangnya

demam meningkatkan laju metabolik, TD

ortostatik berubah dan peningkatan

takikardia menunjukkan kekurangan

cairan sistemik

2.      Indikator langsung keadekuatan volume

cairan

3.      Indikator keseimbangan cairan

terutama kehilangan cairan

4.      Mengurangi sekresi lambung dan

mencuci elektrolit

5.      Pemenuhan kebutuhan dasar cairan,

menurunkan risiko dehidrasi

Page 11: BAB II

Diagnosa 3

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5x24 jam nutrisi optimal

KH :         

1.      BB meningkat atau normal sesuai umur

2.      Nafsu makan meningkat

3.      Px tidak mengalami mual, muntah

No. Dx INTERVENSI RASIONAL

3 1.      Anjurkan pembatasan aktivitas selama fase

akut

2.      Anjurkan istirahat sebelum makan

3.      Tingkatkan diet oral baik cairan maupun

makanan rendah residu

4.      Konsultasi dengan ahli gizi

Kolaborasi:

5.      Berikan obat sesuai indikasi: Antimetik,

mis: proklorperazin (Compazine).

1.      Menurunkan kebutuhan metabolik untuk

mencegah penurunan kalori dan

simpanan energi

2.      Menurunkan kebutuhan metabolik untuk

mencegah penurunan kalori dan

simpanan energi

3.      Diet rendah residu dapat dipertahankan 6

– 8 minggu untuk memberikan waktu

yang adekuat untuk penyembuhan usus

4.      Mengkaji kebutuhan nutrisi dalam

perubahan pencernaan dan fungsi usus

5.      Untuk mencegah mual dan muntah

Diagnosa 4

Tujuan : setelah dilakukan tindakan 2x24 jam klien tidak menunjukkkan tanda dan gejala infeksi.

Page 12: BAB II

KH:

1.      Suhu tubuh normal (36,5-37,5 oC)

2.      Leukosit normal 4.000-11000 µml

No. Dx INTERVENSI RASIONAL

4 1.      Pantau kualitas&intensitas nyeri, observasi

TTV, distensi abdomen

2.      Beri tahu segera bila nyeri abdomen, suhu,

lingkaran abdomen terus meningkat.

3.      Siapkan pasien untuk pembedahan bila

direncanakan

4.      Ikuti kewaspadan umum (Cuci tangan

sebelum dan sesudah perawatan

5.      Kolaborasi : Berikan obat antibiotik sesuai

indikasi

1.      deteksi dini terhadap potensial masalah

2.      peningkatan suhu indikasi

perkembangan infeksi, peningkatan

lingkar abdomen memungkinan penyakit

bertambah parah menjadi peritonitis

sehingga dapat memperlambat

pemulihan.

3.      Obstruksi vaskuler atau mekanis

umumnya memerlukan intervensi bedah

4.      Menghindari dan melindungi klien dari

infeksi nosokomial.

5.      Untuk membantu mengobati atau

mencegah infeksi dalam perut