BAB II
-
Upload
dendy-cahya -
Category
Documents
-
view
74 -
download
8
description
Transcript of BAB II
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sistem Pelayanan Gizi Rumah Sakit
Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS) adalah pelayanan gizi yang
disesuaikan dengan keadaan pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status
gizi, dan status metabolism tubuhnya. keadaan gizi pasien sangat berpengaruh
pada proses penyembuhan penyakit, sebaliknya proses perjalanan penyakit
dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien (Depkes RI, 2003).
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor:
1333/Menkes/SK/XII/1999, menyebutkan bahwa Pelayanan Gizi Rumah Sakit
(PGRS) adalah salah satu dari 20 pelayanan wajib RS. Instalasi gizi
merupakan organ fungsional dalam jajaran direktorat penunjang dan
pendidikan dengan kegiatan pokok umum meliputi:
a. Penyelenggaraan makanan
b. Asuhan gizi rawat inap dan rawat jalan
c. Penelitian dan pengembangan gizi terapan
Pelayanan gizi diberikan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat
rumah sakit baik rawat inap maupun rawat jalan, untuk keperluan
metabolisme tubuh, peningkatan kesehatan, maupun mengoreksi kelainan
metabolisme, dalam rangka upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Tujuan umum pelayanan gizi rumah sakit adalah terciptanya sistem pelayanan
gizi di rumah sakit dengan memperhatikan berbagai aspek gizi dan penyakit,
serta merupakan bagian dari pelayanan kesehatan secara menyeluruh untuk
meningkatkan dan mengembangkan mutu pelayanan gizi di rumah sakit
(Depkes RI, 2003).
Penyelenggaraan makanan rumah sakit adalah suatu rangkaian
kegiatan mulai dari perencanaan menu sampai dengan pendistribusian
makanan kepada konsumen dalam rangka pencapaian status kesehatan yang
optimal melalui pemberian diet yang tepat. Dalam hal ini termasuk kegiatan
pencatatan, pelaporan dan evaluasi (Depkes RI, 2003).
Secara khusus, penyelenggaraan makanan dituntut untuk :
a. Menghasilkan makanan yang berkualitas baik, dipersiapkan dan dimasak
dengan layak
b. Pelayanan yang cepat, tepat dan ramah
c. Menu seimbang dan bervariasi
d. Standar kebersihan dan sanitasi yang tinggi (Mukrie, 1996).
B. Standar Porsi
1. Standar Porsi
Standar porsi adalah rincian macam dan jumlah bahan makanan
dalam berat bersih untuk setiap hidangan. Porsi yang standar harus
disesuaikan untuk semua jenis makanan. Untuk dapat memperoleh porsi
yang sesuai dengan standar maka peralatan yang digunakan harus
diperhatikan seperti sendok sayur, sendok nasi (centong), sendok
pembagi, pencetak nasi. Peralatan ini dapat distandardisasi terlebih dulu
untuk mengukur porsi standar (Mukrie, 1990).
2. Besar Porsi
Makanan yang disajikan harus sesuai dengan jumlah atau porsi
yang telah ditentukan. Besar porsi makanan menjadi sangat penting
terutama pada penyelenggaraan makanan bagi orang sakit yang sedang
melakukan diet.
Angka-angka yang tertera dalam “Daftar Kecukupan Makanan
yang Dianjurkan” sudah dalam bentuk edible portion, jadi tanpa bagian
yang tidak dapat dimakan (kulit, tulang, biji, dan sebagainya), sehingga
untuk menghitung kebutuhan bahan makanan yang diperlukan untuk
diolah harus ditambah dengan berat bagian yang tidak dapat dimakan
tersebut.
Dengan berpedoman pada kecukupan makanan, dan persentase
edible protion untuk tiap jenis bahan makanan, serta pembagian porsi
makan untuk tiap kali makan, maka besar porsi baku makan dapat
ditentukan dalam penyelenggaraan makanan. Sedangkan apabila tidak
ditetapkan secara tepat maka hal tersebut akan mempengaruhi asupan zat
gizi yang berdampak lebih lanjut pada status gizi.
3. Kesesuaian Pemorsian
Kegiatan pemorsian merupakan kegiatan memasukkan makanan ke
alat makan konsumen sesuai yang dibutuhkan, sedangkan waktu
pemorsian adalah waktu yang dibutuhkan untuk membagikan makanan
per porsi ke alat makan konsumen sesuai dengan kebutuhannya sampai
makanan siap untuk didistribusikan ke konsumen.
Dalam kegiatan pemorsian terdapat pengawasan standar porsi.
Pengawasan porsi mempunyai peranan yang sangat penting untuk
kepuasan konsumen. Pengawasan bahan makanan padat dilakukan dengan
cara penimbangan. Bahan makanan yang cair atau setengah cair seperti
susu dan bumbu dipakai gelas ukur (litter matt), sendok ukuran atau alat
ukur lain yang sudah distandarisasi atau apabila perlu dapat ditimbang.
Untuk pemotongan bentuk bahan makanan yang sesuai dengan jenis
hidangan dapat dipakai alat-alat pemotong atau dipotong sesuai petunjuk.
Untuk memudahkan persiapan bahan makanan sayuran dapat diukur
dengan container/panci yang standard dan bentuk sama. Sedangkan untuk
memperoleh porsi yang tetap, tidak berubah harus digunakan standar porsi
dan standar resep (Depkes RI, 2003).
C. Standar Resep
1. Definisi
Standar resep merupakan resep yang sudah dibakukan oleh
manajemen sistem penyelenggaraan di rumah sakit. Standar resep
merupakan suatu keharusan dalam manjalankan sebuah sistem kontrol
yang solid dalam suatu instansi,hal ini disebabkan karena standar resep
dapat mengontrol baik secara kualitas dan kuantitas dari bahan-bahan yang
di gunakan untuk menghasilkan suat makanan serta dapat juga mengontrol
jumlah porsi yang akan disajikan. Selain itu standar resep juga berfungsi
sebagai patokan dalam menentukan patokan perhitungan biaya. Segala
penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan standar resep dapat
menyebabkan berkurangnya kualitas dan kuantitas dari bahan makanan
yang disajikan.
Standar resep dapat dikatakan sebagai suatu aturan, langkah-
langkah serta jadwal secara tertulis untuk memproduksi jenis makanan
tertentu. Menentukan nama dan kuantitas makanan yang di produksi,
memilih bahan-bahan yang diperlukan untuk produksi tersebut dan metode
memasak dan persiapannya. (Bartono PH dan Ruffino, 2005:218 )
Menurut (Bartono PH dan Ruffino, 2005:218)
2. Keuntungan menggunakan standar resep
Menggunakan standar resep dalam mengolah makanan, akan
diperoleh keuntungan- keuntungan diantaranya, ialah :
a. Biaya dapat ditetapkan secara akurat untuk setiap jenis makanan, dan
dari biaya tersebut dapat dihitung pula biaya per-porsi makanan.
Untuk keperluan menentukan harga jual makanan (food cost), hal
tersebut juga untuk mendapatkan tingkat keuntungan kotor (gross
profit) yang diminta. Untuk beberapa jenis makanan adalah tidak
mungkin untuk membuat keuntungan kotor, misalnya sebesar 65%,
sementara itu untuk jenis makanan yang lain keuntungan kotor yang
dibuat mungkin dapat lebih tinggi. Melalui informasi semacam ini,
bagian makanan dan minuman (Food and Beverage Dept.) mampu
menyeimbangkan harga makanan sehingga keseluruhan keuntungan
kotor yang diinginkan dapat diperoleh dari menu.
b. Standar resep juga membantu pelaksanaan pembelian bahan
makanan, juga dalam memenuhi permintaan-permintaan internal.
Dengan memperhitungkan perkiraan produksi untuk beberapa hari
berikutnya, maka menuntut kemampuan Chef Cook menggunakan
standar resep untuk menghitung jumlah bahan makanan yang
diperlukan untuk beberapa hari berikutnya.
c. Standar resep sangat berguna bagi bagian dapur terutama sewaktu
mempersiapkan makanan untuk dimasak. Pertama, standar resep
mengingatkan kepada juru masak tentang bahan-bahan yang harus
dipersiapkan serta langkah-langkah didalam memasak. Kedua,
standar resep juga sebagai alat untuk melaksanakan pelatihan dan
pembinaan ketrampilan dalam memasak. Lebih penting lagi bahwa
standar resep dapat menjamin standarisasi produk makanan yang
disajikan kepada pasien.
d. Standar resep dapat digunakan untuk membantu dalam merencanakan
menu. Penambahan jenis makanan ke dalam menu, memang harus
dihitung biayanya secara akurat dan seimbang dengan jenis makanan
yang lain, sekalipun demikian, tidak hanya yang berkaitan dengan
harga saja, tetapi juga dalam penampilan, rasa, warna, porsi, dsb.
e. Standar resep digunakan sebagai dasar penyusunan atau pembuatan
standar porsi, yang mana bila standar resep dan standar hasil
pengolahan (standard yield) digunakan secara bersamaan, makan
akan dapat membentuk dan digunakan sebagai suatu sistem
pengendalian produksi yang efektif.
D. Susu
1. Definisi
Susu adalah cairan bergizi berwarna putih yang dihasilkan oleh kelenjar
susu mamalia dan manusia. Susu adalah sumber gizi utama bagi bayi
sebelum mereka dapat mencerna makanan padat. Susu binatang (biasanya
sapi) juga diolah menjadi berbagai produk seperti mentega, yogurt, es
krim, keju, susu kental manis, susu bubuk dan lain-lainnya untuk
konsumsi manusia.
Dewasa ini, susu memiliki banyak fungsi dan manfaat. Untuk umur
produktif, susu membantu pertumbuhan mereka. Sementara itu, untuk
orang lanjut usia, susu membantu menopang tulang agar tidak keropos.
Susu secara alami mengandung nutrisi penting, seperti bermacam-macam
vitamin, protein, kalsium, magnesium, fosfor, dan zinc, pendapat lain
menambahkan bahwa susu mengandung mineral dan lemak. Oleh karena
itu, setiap orang dianjurkan minum susu. Sekarang banyak susu yang
dikemas dalam bentuk yang unik. Tujuan dari ini agar orang tertarik untuk
membeli dan minum susu. Ada juga susu yang berbentuk fermentasi.
3. Syarat susu yang baik
Saat masih berada di dalam kelenjar susu, susu dinyatakan steril.
Namun, apabila sudah terkena udara, susu sudah tidak bisa dijamin
kesterilannya. Adapun syarat susu yang baik meliputi banyak faktor,
seperti warna, rasa, bau, berat jenis, kekentalan, titik beku, titik didih, dan
tingkat keasaman.
Warna susu bergantung pada beberapa faktor seperti jenis ternak
dan pakannya. Warna susu normal biasanya berkisar dari putih kebiruan
hingga kuning keemasan. Warna putihnya merupakan hasil dispersi cahaya
dari butiran-butiran lemak, protein, dan mineral yang ada di dalam susu.
Lemak dan beta karoten yang larut menciptakan warna kuning, sedangkan
apabila kandungan lemak dalam susu diambil, warna biru akan muncul.
Susu terasa sedikit manis dan asin (gurih) yang disebabkan adanya
kandungan gula laktosa dan garam mineral di dalam susu. Rasa susu
sendiri mudah sekali berubah bila terkena benda-benda tertentu, misalnya
makanan ternak penghasil susu, kerja enzim dalam tubuh ternak, bahkan
wadah tempat menampung susu yang dihasilkan nantinya. Bau susu
umumnya sedap, namun juga sangat mudah berubah bila terkena faktor di
atas.
Berat jenis air susu adalah 1,028 kg/L. Penetapan berat jenis susu
harus dilakukan 3 jam setelah susu diperah, sebab berat jenis ini dapat
berubah, dipengaruhi oleh perubahan kondisi lemak susu ataupun karena
gas di dalam susu. Viskositas susu biasanya berkisar antara 1,5 sampai 2
cP, yang dipengaruhi oleh bahan padat susu, lemak, serta temperatur susu.
Titik beku susu di Indonesia adalah -0,520 °C, sedangkan titik
didihnya adalah 100,16 °C. Titik didih dan titik beku ini akan mengalami
perubahan apabila dilakukan pemalsuan susu dengan penambahan air yang
terlalu banyak karena titik didih dan titik beku air yang berbeda.
Susu segar mempunyai sifat amfoter, artinya dapat berada di antara
sifat asam dan sifat basa. Secara alami pH susu segar berkisar 6,5–6,7.
Bila pH susu lebih rendah dari 6,5, berarti terdapat kolostrum ataupun
aktivitas bakteri.
2. Jenis produk susu
Berdasarkan kandungan lemak yang terdapat di dalamnya, produk
susu dapat dibedakan menjadi beberapa tipe yaitu susu murni (whole milk),
susu kurang lemak (reduced fat milk), susu rendah lemak (low fat milk),
dan susu bebas lemak (free-fat Milk) atau susu skim (skim milk).
Susu murni harus mengandung sekurang-kurangnya 3,25% dari
lemak susu dan 8,25% padatan susu bukan lemak (protein, karbohidrat,
vitamin larut air, dan mineral). Penambahan vitamin A dan D pada susu ini
bersifat fakultatif.
Susu kurang lemak banyak dipilih orang orang-orang yang ingin
mengurangi konsumsi lemak di dalam susu. Sesuai dengan namanya,
kadar lemak pada susu ini telah dikurangi hingga tersisa 2%. Untuk
konsumen yang menginginkan konsumsi lemak lebih sedikit lagi,
diciptakanlah susu rendah lemak. Kadar lemak pada susu ini telah
dikurangi hingga tersisa 1%.
Pada susu skim, kadar lemaknya dikurangi hingga hampir tidak ada
sama sekali (0,1%), namun residu dari lemak susunya boleh tersisa hingga
maksimum 0,5%. Karena vitamin A dan D yang larut dalam lemak ikut
hilang pada proses penghilangan lemak, pada susu kurang lemak, susu
rendah lemak, dan susu skim umumnya ditambahkan kedua vitamin
tersebut.
Susu murni yang dipanaskan selama beberapa waktu akan terubah
menjadi evaporated milk. Susu ini terbentuk melalui pemanasan susu
dengan menggunakan pompa vakum untuk menghilangkan kira-kira 60%
kadar airnya. Selain penghilangan air, dalam pembuatan evaporated milk
ini juga dilakukan penambahan vitamin D serta standardisasi nutrisi.
Selanjutnya susu ini akan dipanaskan pada suhu 115,5-118,5 °C selama 15
menit untuk sterilisasi. Hasilnya, evaporated milk akan berstruktur lebih
pekat dibandingkan susu murni, dan mengandung kira-kira 25% padatan
susu bukan lemak.
Tabel 1. Nilai Gizi Susu Sapi Per 100 Gram
Sumber: DKBM 2008
Nilai Gizi Nasi
Kalori (Kkal) 61
Protein (g) 3,2
Karbohidrat (g) 4,3
Lemak (g) 3,5
Vitamin A (SI) 45
Thiamin (mg) 0
Vitamin C (mg) 1
Kalsium (mg) 143
Fe (mg) 1,7
Phosphor (mg) 60