BAB II

34
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan dan kesejahteraan merupakan hal yang bertentangan. Negara yang miskin akan sangat sulit untuk menyejahterakan rakyatnya. Hal ini pula yang terjadi di Indonesia. Kemiskinan memiliki definisi yang berbeda di tiap negara jika dikaitkan dengan pendapatan perkapita suatu negara, namun ada juga definisi kemiskinan secara internasional yang menjadi batas standar setiap negara untuk menjadi kategori miskin atau tidak miskin. Begitu pula dengan kesejahteraan. Pendefinisian yang berbeda ini terkait dengan berbagai faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhinya cukup banyak, seperti, letak geografis, status negara, pendapatan penduduk, kesehatan, dan banyak hal lainnya. Jika kemiskinan menunjukan nilai yang kecil, maka untuk menyatakan kesejahteraan berarti memiliki nilai yang besar. Sehingga sering timbul kalimat peningkatan kesejahteraan yang tidak pernah lepas dari pasangannya pengentasan kemiskinan. Untuk meningkatkan kesejahteraan yang sekaligus berarti mengurangi tingkat kemiskinan, perlu dilakukan berbagai metode pendekatan. Karena hal ini 1

Transcript of BAB II

Page 1: BAB II

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemiskinan dan kesejahteraan merupakan hal yang bertentangan. Negara

yang miskin akan sangat sulit untuk menyejahterakan rakyatnya. Hal ini pula

yang terjadi di Indonesia. Kemiskinan memiliki definisi yang berbeda di tiap

negara jika dikaitkan dengan pendapatan perkapita suatu negara, namun ada

juga definisi kemiskinan secara internasional yang menjadi batas standar

setiap negara untuk menjadi kategori miskin atau tidak miskin. Begitu pula

dengan kesejahteraan. Pendefinisian yang berbeda ini terkait dengan berbagai

faktor.

Faktor-faktor yang mempengaruhinya cukup banyak, seperti, letak

geografis, status negara, pendapatan penduduk, kesehatan, dan banyak hal

lainnya. Jika kemiskinan menunjukan nilai yang kecil, maka untuk

menyatakan kesejahteraan berarti memiliki nilai yang besar. Sehingga sering

timbul kalimat peningkatan kesejahteraan yang tidak pernah lepas dari

pasangannya pengentasan kemiskinan.

Untuk meningkatkan kesejahteraan yang sekaligus berarti mengurangi

tingkat kemiskinan, perlu dilakukan berbagai metode pendekatan. Karena hal

ini sangat berkaitan erat dengan sosial masyarakat. Dimana akan sangat sulit

untuk memasukkan berbagai ide baru yang diharapkan dapat meningkat

kesejahteraan dan dapat mengurangi kemiskinan, jika cara penyampaian

idenya salah. Hal ini sudah dibuktikan dengan berbagai macam program

permerintah yang gagal.

Jika menghitung banyaknya biaya yang dikeluarkan pemerintah untuk

meningkatkan kesejahteraan mungkin masih sedikit jika dibandingkan dengan

yang dikorupsi para koruptor, namun setidaknya ada banyak program yang

dapat dinikmati masyarakat meski sebagian besarnya tidak membuahkan hasil

seperti yang diharapakan. Kita sebut saja BLT ( Bantuan langsung Tunai),

dimaksudkan untuk membantu masyarakat miskin, namun kebanyakan salah

1

Page 2: BAB II

sasaran. Namun ada beberapa yang cukup membuahkan hasil meski tidak

dapat dibilang sukses, seperti peningkatan kesejahteraan dibidang pendidikan.

Dengan adanya sekolah gratis, bantuan biaya sekolah, bahkan biaya kuliah

yang dibayar penuh bagi yang kurang mampu tapi berpotensi. Tapi, disisi lain

terutama bidang kesehatan, masyarakat miskin semakin sulit mendapat

pelayanan kesehatan yang memadai. Padahal, orang-orang yang bermasalah

dengan kesehatan kebanyakan orang-orang yang tidak mampu secara

finansial.

Indonesia adalah negara kaya, hanya saja masih terlalu banyak orang

individualis yang hanya memikirkan diri sendiri, sementara setaiap tahun

semakin banyak rakyat yang menderita.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas , maka kita dapat merumuskan masalah sebagai

berikut:

Apakah pengertian dari kemiskinan dan kesejahteraan dan apa saja batasan

antara kemiskinan dan kesejahteraan?

Apa saja faktor pendorong kesejahteraan dan penyebab kemiskinan?

Bagaimana cara pendekatan peningkatan kesejahteraan dan pengentasan

kemiskinan?

Adakah program pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat miskin?

1.3 Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui pengertian dari

kemiskinan dan kesejahteraan , batasan antara kemiskinana dan kesejahteraan,

hal-hal yang menjadi faktor pendorong kesejahteraan dan pengentasan

kemiskinan, serta mengetahui ada tidaknya program pemerintah untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin.

2

Page 3: BAB II

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian kemiskinan dan kesejahteraan

Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk

memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung,

pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan

alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan

dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang

memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang

lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi

memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan.

Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya

mencakup:

Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan

pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan.

Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-

barang dan pelayanan dasar.

Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial,

ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam

masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan

sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup

masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang

ekonomi.

Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang

memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi

bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.

3

Page 4: BAB II

Arthur Dunham dalam Dwi Heru Sukoco (1991) mendefinisikan

kesejahteraan sosial sebagai kegiatan-kegiatan yang terorganisasi dengan

tujuan meningkatkan kesejahteraan dari segi sosial melalui pemberian

bantuan kepada orang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan di dalam

beberapa bidang seperti kehidupan keluarga dan anak, kesehatan,penyesuaian

sosial, waktu senggang, standar-standar kehidupan, dan hubungan-hubungan

sosial. Pelayanan kesejahteraan sosial memberi perhatian utama terhadap

individu-individu, kelompok-kelompok, komunitas-komunitas, dan kesatuan-

kesatuan penduduk yang lebih luas; pelayanan ini mencakup pemeliharaan

atau perawatan, penyembuhan dan pencegahan.

Pendapat lain tentang kesejahteraan sosial diungkapkan pula oleh

Friedlander dalam Dwi Heru Sukoco (1991) :

“Social welfare Is the organized system of social services and

institutions,designed to aid individuals and grous to attain satisfying

standards of life and health, and personal and social relationships which

permit them to develop their full capacities and to promote their well-being in

harmony with the needs of their families and the community”

Yang diartikan bahwa kesejahteraan sosial merupakan suatu sistem yang

terorganisasi dari pelayanan-pelayanan sosial dan lembaga-lembaga, yang

bermaksud untuk membantu individu-individu dan kelompok agar mencapai

standar kehidupan dan kesehatan yang memuaskan, serta hubungan

perorangan dan sosial yang memungkinkan mereka mengembangkan segenap

kemampuan dan meningkatkan kesejahteraan mereka selaras dengan

kebutuhan-kebutuhan keluarga maupun masyarakat.

Definisi diatas menunjukkan konsep kesejahteraan sosial sebagai suatu

sistem yang berintikan lembaga-lembaga dan pelayanan sosial. Tujuan sistem

adalah untuk mencapai tingkat kehidupan yang sejahtera dalam arti tingkat

kebutuhan pokok dan juga relasi-relasi sosial dengan lingkungannya. Tujuan

tersebut dapat dicapai dengan cara meningkatkan kemampuan individu baik

dalam memecahkan masalah maupun dalam memenuhi kebutuhannya, untuk

itu pengertian kesejahteraan sosial adalah suatu aktifitas yang terorganisasi

4

Page 5: BAB II

yang ditujukan untuk membantu tercapainya suatu penyesuaian timbal balik

antara individu dengan lingkungan sosialnya. Pekerjaan sosial sendiri berada

diposisi sebagai profesi yang bertugas menyelenggarakan serta membantu

manusia menggunakan program-program/pelayanan-pelayanan kesejahteraan

sosial.

2.2 Batasan Kesejahteraan dan Kemiskinan

Kemiskinan dapat dibedakan menjadi tiga pengertian:

1. Kemiskinan absolut. Seseorang termasuk golongan miskin absolut

apabila hasil pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan, tidak

cukup untak memenuhi kebutuhan hidup minimum: pangan, sandang,

kesehatan, papan, pendidikan.

2. Kemiskinan relatif. Seseorang yang tergolong miskin relatif

sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan namun masih berada

di bawah kemampuan masyarakat sekitarnya.

3. Kemiskinan kultural. Sedang miskin kultural berkaitan erat dengan

sikap seseorang atau sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha

memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari fihak lain

yang membantunya.

Sesungguhnya kemiskinan bukan diukur dari pendapatan atau tingginya

angka pengangguran atau tidak bekerja sama sekali. Sebab orang yang

bekerja bukan berarti dia tidak miskin. Orang yang berpendapatan Rp

750.000,00/bulan bisa saja memenuhi kebutuhan minimalnya berupa

pembelian beras, makanan berprotein dan bergizi, membayar biaya sekolah,

sanitasi dan air bersih, membeli obat-obatan, sampai kepada kepemilikan

rumah dengan standar sehat.

Kemiskinan dan kesejahteraan ibarat dua sisi mata uang yang tidak

terlepas di mana pun diletakkan.

5

Page 6: BAB II

2.3 Faktor Pendorong Kesejahteraan dan Penyebab Kemiskinan

1. Faktor Pendorong Kesejahteraan

Kesejahteraan akan timbul ketika adanya upaya peningkatan kualitas

hidup, yaitu:

a. kependudukan,

b. kesehatan dan gizi,

c. pendidikan,

d. ketenagakerjaan,

e. taraf dan pola konsumsi,

f. perumahan, serta sosial lainnya.

2. Faktor Penyebab Kemiskinan

BPS melaporkan, faktor utama penyebab kemiskinan adalah :

1. Kemampuan penduduk dalam menyediakan makanan. Faktor

makanan berkontribusi 73,57 persen pada daya beli penduduk miskin.

Akibatnya, ketika harga besar stabil, garis kemiskinan pun tidak

bergerak signifikan.

2. Faktor pertumbuhan penduduk

3. Pengaruh faktor pendidikan yang rendah

4. Ketimpangan kepemilikan lahan dan modal pertanian

5. Ketidakmerataan investasi di sektor industri dan pertanian

6. Terbatasnya kemampuan dalam pengelolaan sumberdaya alam

7. Arus urbanisasi tinggi (mendorong orang desa ke kota), dll.

Petani Indonesia yang sebagian besar tergolong miskin, memiliki ciri-ciri

umum, yaitu:

(1) Penguasaan lahan garapan kurang dari 1 ha bahkan kurang dari 0,5 ha,

sehingga sering mereka disebut petani gurem,

(2) Lemah pengetahuan dan informasi tentang kemajuan pertanian,

(3) Lemah modal ketika mengawali proses produksi di lahan usahataninya,

(4) Lemah teknologi, karena kurangnya informasi dan modal,

6

Page 7: BAB II

(5) Lemah atau kurang akses kredit, karena jauhnya lembaga-lembaga

keuangan formal dari tempat tinggalnya, tiadanya agunan yang

dimiliki seperti dipersyaratkan oleh perbankan, dan awamnya terhadap

prosedur pengamprahan kredit,

(6) Kurangnya perhatian pemerintah terhadap mereka, apalagi di era

reformasi benar-benar petani dan pertanian Indonesia mengalami

stagnasi kalau tidak ingin disebut kemunduran, dan

(7) Harga-harga produk petani sangat fluktuatif dan tidak bernah beranjak

dari sekitar itu-itu saja.

Menurut Dawam Raharjo (1995) dalam kesimpulannya tentang penyebab

kemiskinan di Indonesia, menyebutkan ada tujuh faktor penyebab kemiskinan

di Indonesia;

Pertama, kemiskinan disebabkan oleh kesempatan kerja (miskin karena

menganggur atau tidak mempunyai kesempatan kerja);

Kedua, upah gaji dibawah standar minimum;

Ketiga, produktiitas kerja yang rendah;

Keempat, ketiadaan aset (misalnya petani miskin karena tidak memiliki

lahan, dan tidak mempunyai kesempatan untuk mengolah lahan);

Kelima, diskriminasi, misalnya diskriminasi karena jenis kelamin dan

kelas sosial masyarakat;

Keenam, tekanan harga (biasanya berlangsung pada petani kecil atau

pengrajin dalam industri rumah tangga; dan

Ketujuh, penjualan tanah (tanah yang potensi untuk masa depan kehidupan

keluarga telah habis dijual).

7

Page 8: BAB II

2.4 Empat Macam Kegiatan Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial 

Dalam Rancangan Undang-Undang (RUU) Kesejahteraan Sosial yang sedang

dibahas DPR RI disebutkan bahwa ada 4 (empat) macam penyelenggaraan

kesejahteraan sosial, yakni:

Rehabilitasi Sosial

Perlindungan Sosial

Pemberdayaan Sosial

Jaminan Sosial

1. Rehabilitasi Sosial

RUU Kesejahteraan sosial memberikan definisi Rehabilitasi Sosial

adalah proses refungsionalisasi dan pengembangan untuk memungkinkan

seseorang mampu melaksanakan fungsi sosialnya dalam kehidupan

masyarakat secara social.

Cara pelaksanaan rehabilitasi sosial:

1. persuasif

2. motivatif

3. koersif

Lingkup pelaksanaan rehabilitasi sosial:

1. keluarga

2. masyarakat

3. panti sosial

Bentuk rehabilitasi sosial:

1. motivasi dan diagnosis psikososial

2. perawatan dan pengasuhan

3. pelatihan vokasional dan pembinaan kewirausahaan

4. bimbingan mental spiritual

5. bimbingan fisik

6. bimbingan sosial dan konseling psikososial

8

Page 9: BAB II

7. pelayanan aksesibilitas

8. bantuan dan asistensi sosial

9. bimbingan resosialisasi

10. bimbingan lanjut

11. rujukan

2. Perlindungan Sosial

Perlindungan Sosial adalah salah satu dari 4 (empat) macam

kegiatan penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang dicantumkan dalam

UU Kesejahteraan Sosial.

Definisi perlindungan sosial adalah semua upaya yang diarahkan

untuk mencegah dan menangani risiko dari guncangan dan kerentanan

sosial.

Maksud perlindungan sosial adalah mencegah dan menangani risiko

dari guncangan dan kerentanan sosial seseorang, keluarga, kelompok atau

masyarakat agar kelangsungan hidupnya dapat dipenuhi sesuai dengan

kebutuhan dasar minimal.

Cara pelaksanaan perlindungan sosial:

1. Bantuan Sosial

2. Advokasi Sosial

3. Bantuan Hukum

Bantuan sosial adalah bantuan sementara atau berkelanjutan yang

diberikan agar seseorang, keluarga,kelompok, masyarakat yang

mengalami guncangan dan kerentanan sosial tetap dapat hidup wajar.

Bentuk bantuan sosial :

1. Bantuan langsung

2. Penyediaan aksesabilitas

3. Penguatan kelembagaan

9

Page 10: BAB II

Advokasi sosial adalah perlindungan sosial yang diberikan untuk

melindungi/membela seseorang, keluarga,kelompok, masyarakat yang

dilanggar haknya. Bentuk advokasi sosial berupa penyadaran hak dan

kewajiban, pembelaan dan pemenuhan hak.

Bantuan hukum adalah perlindungan sosial yang diselenggarakan

untuk mewakili kepentingan warga negara yang menghadapi masalah

hukum dalam pembelaan atas hak, baik di dalam maupun di luar

pengadilan.

3. Pemberdayaan Sosial

Pemberdayaan sosial adalah salah satu dari 4(empat) macam

kegiatan penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang dimaksud dalam

RUU Kesejahteraan Sosial.

Definisi pemberdayaan sosial menurut RUU Kesejahteraan Sosial

adalah semua upaya yang diarahkan untuk menjadikan warga negara yang

mengalami masalah sosial mempunyai daya, sehingga mampu memenuhi

kebutuhan dasarnya.

Maksud pemberdayaan sosial:

a. Meningkatkan kemandirian masyarakat, keluarga, kelompok,

perseorangan yang mengalami masalah sosial dalam memenuhi

kebutuhannya dengan cara memberdayakan perseorangan, keluarga,

kelompok dan masyarakat itu.

b. Meningkatkan peran serta perseorangan/lembaga sebagai potensi dan

sumber dalam penyelenggaraan pemberdayaan sosial.

Cara melakukan pemberdayaan sosial:

1. Peningkatan kemauan dan kemampuan

2. Penggalian potensi dan sumber daya

3. Penggalian nilai-nilai dasar

4. Pemberian akses

5. Pemberian bantuan usaha.

10

Page 11: BAB II

Bentuk-bentuk pemberdayaan sosial dalam meningkatkan kemandirian

sosial :

1. Diagnosis dan pemberian motivasi

2. Pelatihan keterampilan

3. Pendampingan

4. Pemberian stimulan modal, peralatan usaha, dan tempat usaha

5. Peningkatan akses pemasaran hasil usaha

6. Supervisi dan advokasi sosial

7. Penguatan keserasian sosial

8. Penataan lingkungan

9. Bimbingan lanjut

Bentuk-bentuk pemberdayaan sosial dalam meningkatkan peran serta

sosial:

1. Diagnosis dan pemberian motivasi

2. Penguatan kelembagaan masyarakat

3. Kemitraan dan penggalangan dana 

4. Pemberian stimulant

4. Jaminan Sosial

Jaminan Sosial adalah salah satu dari 4 (empat) macam kegiatan

penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang disebutkan dalam UU

Kesejahteraan Sosial.

Definisi Jaminan Sosial dalam RUU Kesejahteraan Sosial adalah

skema yang melembaga untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat

memenuhi kebutuhan dasarnya yang layak.

Maksud jaminan sosial:

a. Menjamin fakir miskin, anak yatim piatu terlantar, lanjut usia

terlantar, penyandang cacat dan eks penderita penyakit kronis yang

11

Page 12: BAB II

mengalami masalah ketidakmampuan sosioekonomis dalam

memenuhi kebutuhan dasarnya.

b. Menghargai pejuang,perintis kemerdekaan dan keluarganya.

Bentuk jaminan sosial:

a. Asuransi kesejahteraan sosial dalam bentuk bantuan iuran oleh

pemerintah kepada fakir miskin, orang terlantar, penyandang cacat

dan eks penderita penyakit kronis untuk melindungi warga negara

yang tidak mampu membayar premi agar mampu memelihara dan

mempertahankan taraf kesejahteraan sosialnya.

b. Bantuan langsung berkelanjutan bagi fakir miskin, orang terlantar,

penyandang cacat fisik dan mental dan eks penderita penyakit kronis.

c. Tunjangan berkelanjutan bagi pejuang, perintis kemerdekaan dan

keluarganya.

2.5 Pendekatan Peningkatan Kesejahteraan dan Pengentasan Kemiskinan

a) Pendekatan peningkatan kesejahteran

Menurut Midgley, terdapat empat pendekatan dalam

mengupayakan kesejahteraan sosial :

1. Filantropi sosial

2. Pekerja sosial

3. Administrasi sosial

4. Pembangunan sosial

b) Pendekatan Pengentasan Kemiskinan

Pemerintah Republik Indonesia telah menetapkan rencana jangka

panjang (Tahun 2004–2015) untuk mengatasi kemiskinan. Sesuai

dengan kebijakan pemerintah, Komite Penanggulangan Kemiskinan

(KPK) telah merumuskan dua cara pendekatan utama menuju

pengurangan kemiskinan, yaitu:

• Menambah pendapatan masyarakat miskin dengan cara meningkatkan

produktivitas dan kemampuan manajerialnya serta membantu

12

Page 13: BAB II

mereka memperoleh peluang dan perlindungan sosial yang lebih baik

agar dapat mencapai status sosial, ekonomi, dan politik yang lebih

baik; dan

• Mengurangi pembiayaan kebutuhan-kebutuhan dasar masyarakat

miskin—seperti pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur—agar

dapat menunjang kegiatan-kegiatan sosial dan ekonomi.

Suatu strategi atau paradigma baru pengentasan kemiskinan petani dan buruh

tani yang telah berhasil diimplementasikan oleh negara-negara yang sekarang

ini termasuk negara industri baru (New Industrial Country), seperti Korea

Selatan, Jepang, Taiwan, Israel,  melalui beberapa tahapan, yaitu:

(1) Reformasi agraria, dapat berupa pengalihan pemilikan (landreform)

ataupun pengalihan pengusahaan (sakap, sewa, gadai, pinjam,

kerjasama/kemitraan),  sehingga luas garapan petani memenuhi skala

usaha, misal untuk petani di Jawa 2 ha per kk dan luar Jawa 5 ha per kk.

Tahapan pertama dan utama Ini dimaksudkan untuk memeratakan

pemilikan atau pengusahaan aset-aset produktif yang paling dasar bagi

seorang petani;

(2) Meningkatkan produktivitas lahan pertanian. Hal ini dapat dilakukan

melalui: (a) Perubahan teknologi dan inovasi, yang meliputi: (i) Inovasi

kimia-biologis (penggunaan bibit atau benih unggul, penggunaan pupuk

buatan/alam, penggunaan pestisida/insektisida bila diperlukan), (ii)

Pengenalan mekanisasi pertanian sebagai pengganti TK manusia.

Misalnya, penggunaan traktor untuk mengolah lahan di sawah,

penggunaan  mesin potong rumput sebaga pengganti sabit, sistem irigasi

tetes atau springkler irigation, rumah plastik untuk menyiasati musim

sehingga dapat bertanam sepanjang tahun, dll, (iii) Konservasi lahan

pertanian, dimaksudkan agar lahan pertanian secara berkesinambungan

mampu mmpertahankan bahkan meningkatkan produktivitasnya; (b)

Kebijakan ekonomi, meliputi: (i) subsidi sarana produksi (bibit/benih,

pupuk, pestisida), (ii) perbaikan harga produksi pertanian melalui

13

Page 14: BAB II

kebijakan harga output pertanian, (iii) penyediaan kredit berbunga

rendah kepada petani lemah modal; (c) Perbaikan sistem kelembagaan,

meliputi: (i) kelembagaan ekonomi (pendirian dan pembenahan

koperasi,  perbankan dan pasar bagi komoditi pertanian), (ii)

Kelembagaan sosial, yakni pembentukan dan penyempurnaan kelompok-

kelompok tani sebagai media tukar-menukar informasi dan teknologi

pertanian  bagi para petani kecil.

(3) Investasi dalam sumberdaya manusia (human resources) melalui

pendidikan dan pelatihan untuk  meningkatkan pengetahuan  dan

keterampilan petani, sehingga lebih responsif terhadap kemajuan

teknologi pertanian. Jadi jika ingin memajukan pertanian dan

mengentaskan kemiskinan yang membelenggu petani, maka semua

tahapan ini harus diikuti secara berurut dan peniadaan salah satu tahapan

akan memiliki konsekuensi terhadap hasil pembangunan. Jika tahapan

pertama dihindari, walau pembangunan pertanian berhasil, maka

kemungkinan akan terjadi ketimpangan dalam distribusi pendapatan atau

sebagian pertumbuhan di sektor pertanian akan dinikmati oleh  tuan-tuan

tanah kaya.

2.6 Indikator Kesejahteraan vs Akar Kemiskinan

Adapun indikator tersebut diantaranya adalah :

1. Jumlah dan pemerataan pendapatan.

2. Pendidikan yang semakin mudah untuk dijangkau.

3. Kualitas kesehatan yang semakin meningkat dan merata.

Inilah tiga indikator tentang kesejahteraan rakyat. Inidikator ini akan

menjadi faktor penentu dalam usaha-usaha yang dilakukan oleh semua pihak

dalam mencapai kesejahteraan. Ketiga hal ini diyakini merupakan puncak

dari gunung es kesejahteraan yang didambakan oleh semua orang karena

sebenarnya indikator ini merupakan penghayatan dari akar kemiskinan.

14

Page 15: BAB II

2.7 Program Peningkatan Pendapatan Petani dan nelayan Kecil (P4K)

Pemerintah telah melaksanakan beberapa program dalam upaya

meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin, baik dari pedesaan maupun

perkotaan. Program penanggulangan kemiskinan telah menjangkau seluruh

plosok tanah air dan menghasilkan perkembangan positif. Namun demikian,

masih banyak penduduk miskin yang belum dapat di tetntaskan dari belenggu

kemiskinan. Hal ini antara lain karena terlalu banyaknya penduduk miskin

dan terbatas nya kemampuan pemerintah. Salah satu program pengentasan

kemiskinan yang telah cukup lama adalah Proyek Peningkatan Pendapatan

Petani dan Nelayan Kecil. Proyek ini di laksanakan sejak tahun 1979 dan

direncanakan berakhir tahun 2005. Sasaran proyek ini adalah petani dan

nelayan kecil (PNK) miskin yang tinggal di daerah pedesaan. Proyek ini

bertujuan mengembang sistem partisipatif dan bertujuan membantu keluarga

miskin pedesaan dan meningkatkan taraf hidup kesejahteraannya. Sistem ini

dimaksudkan untuk memberlakukan suatu mekanisme bagi upaya

pengentasan kemiskinan melalui pengembangan kelompok kelompok

swadaya dari rumah tangga-rumah tangga miskin di pedesaan dan usaha

usaha mikro yang mampu meningkatkan pendapatan keluarga.

Pendekatan yang diterapkan dalam pelaksanaan program P4K adalah

pemberdayaan masyarakat. Anggota masyarakat miskin didorong untuk

meningkatkan kemampuannya memperoleh penghasilan melaluai usaha

usaha yang produktif, akses terhadap informasi, pasar dan lembaga lembaga

keuangan baik bank maupun non bank. Progaran P4K di laksanakan oleh

managemen P4K tingkat kabupaten, Petugas pelaksana tingkat kabupaten

(PPTK), Kordinator Penyluh Pertanian (KPP), Penyuluh Pertanian (PP).

1. Pendampingan P4K

Sampai dengan tahun 2001 pelatihan pelatihan yang diselenggarakan

oleh P4K baik tingkat pusat maupun daerah masih belum menujukan hasil

yang diharapkan. Masih banyak Kelompok Petani Kecil (KPK) yang masih

15

Page 16: BAB II

belum mampu menyusun Rencana Usaha Bersama (RUB), masih lemah

dalam pengembangan kelompok dan belum memulai tabungan yang cukup

berarti untuk memulai usaha.

Hasil penelusuran tahun 2001 oleh tim MTR IFAD menunjukan bahwa

50 % pengurus KPK dan 72 % anggota KPK tidak mengetahui manfaat dari

berorganisasi, manfaat tabungan, manfaat cacatan, cara pengajuan kredit, dan

pengembangan usaha.

Atas dasar penemuan tersebut , tim MTR merekomendasikan agar

diadakan penguatan KPK melalui mekanisme internal dan melibatkan

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) pelibatan LSM sebagai mitra kerja

dalam pemberdayaan KPK di mulai sejak tahun 2002 dan berlanjut dalam

pendampingan P4K tahun 2004.

Tujuan Pendampingan P4K tahun 2004 adalah :

1. Membantu managemen P4K meningkatkan kemampuan Pertugas

Pelaksana Tingkat Kabupaten (PPTK), kordinator PP dan PP dalam

pengolahan teknis P4K yang mencakup aspek perencanaan ,

pelaksanaan , pengendalian serta monitoring dan evaluasi, penguatan

kapasitas KPK dan pengembangan usaha anggota KPK dan usaha

bersama Kelompok Petani Kecil (KPK). Kegiatan ini dapat diharapkan

meningkatkan kemampuan PPTK dan kordinator.

2. Meningkatkan kemampuan koordinator PP dan PP dalam memfasilitasi

penguatan kapasitas KPK.

3. Meningkatkan kemampuan PPTK, koordinator PP dan PP dalam

memfasilitasi pengembangan usaha anggota KPK dan Usaha Bersama

KPK.

Melalui program ini pada gilirannya diharapkan masyarakat ekonomi

lemah yang didampingi mampu meningkatkan pendapatan, mampu

mengakses permodalan, mampu mengembangkan kelompok dan mampu

mengatasi masalah yang di hadapi.

16

Page 17: BAB II

2. Metodologi P4K

Kegiatan pemberdayaan KPK dan PNK pada P4K mengacu kepada

Metodologi Pemberdayaan Proyek Peningkatan Pendapatan Petani-Nelayan

Kecil (selanjutnya disebut Metodologi P4K). Prinsip dasar Metodologi P4K

adalah :

(1) Pendekatan kelompok,

(2) Kemitraan (keserasian, kepemimpinan dari mereka sendiri),

(3) Keswadayaan,

(4) Kesatuan keluarga, dan

(5) Belajar menemukan sendiri (Discoveri learning).

Dalam metodologi tersebut, ruang lingkup penumbuhan dan pemberdayaan

KPK adalah:

(1) Pengembangan sumberdaya manusia yang berkualitas,

(2) Pengembangan sumber permodalan,

(3) Penumbuhan dan pengembangan kelembagaan PNK,

(4) Pengembangan pasar dan teknologi tepat guna (Widayati, 2002).

Memperhatikan lima prinsip dasar dan empat ruang lingkup

penumbuhan dan pemberdayaan, terlihat bahwa Metodologi P4K berupaya

mengubah paradigm pemberdayaan masyarakat yang bersifat top down

menjadi paradigma pemberdayaan partisipatif . Paradigma lama

menempatkan kelompok-kelompok petani dan masyarakat pedesaan hanya

sebagai obyek program-program pembangunan oleh aparatur pemerintahan.

Metodologi P4K telah menyadari bahwa kelompok bukanlah hanya sekedar

menjadi instrumen untuk implementasi kebijakan, tetapi merupakan wadah

pemberdayaan masyarakat perdesaan. Proses pembangunan sekarang ini telah

sampai pada kondisi yang mensyaratkan adanya partisipasi yang lebih besar

dari seluruh lapisan masyarakat agar tujuan pembangunan untuk

mensejahterakan kehidupan masyarakat dapat tercapai serta agar

pembangunan dapat berlangsung secara berkelanjutan (sustainability).

Paradigma baru pemberdayaan masyarakat tersebut sesuai dengan visi

17

Page 18: BAB II

Proyek P4K yaitu : “Petani kecil berdaya lepas dari lingkungan kemiskinan”.

Kelompok sasaran Proyek P4K adalah petani-nelayan kecil beserta

keluarganya yang pendapatannya di bawah garis kemiskinan yaitu di bawah

320 kg setara beras per orang per tahun. Mereka adalah para petani pemilik,

pengelola lahan sempit, penggarap/penyakap, buruh tani, buruh

nelayan/pendega, nelayan dengan peralatan sederhana, peternak kecik,

pengrajin kecil, dan sebagainya. Proyek P4K Fase III/RIGP secara tegas

menyatakan bahwa penerima manfaat proyek adalah bagian terbesar dari

penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan, yakni mereka yang

memerlukan pengembangan keterampilan yang sesuai, pelatihan dan

dukungan (termasuk pelayanan keuangan mikro) guna mengubah status

sosial ekonomi mereka secara berkelanjutan. Untuk menyediakan dukungan

yang diperlukan tersebut, P4K akan : (1) Menemukenali penduduk yang

hidup di bawah garis kemiskinan, (2) Membantu pembentukan kelompok

swadaya (KPK), (3) Menyediakan pengembangan keterampilan dan pelatihan

dalam berbagai aktivitas peningkatan pendapatan serta menemukenali

peluang-peluang usaha yang tersedia, khususnya bagi kaum perempuan, (4)

Membantu kelompok swadaya menyusun rencana usaha, (5) Menyediakan

akses kepada fasilitas-fasilitas tabungan dan kredit, dan (6) Menyediakan

nasehat, pelatihan, dan dukungan lainnya sesuai perkembangan kelompok

swadaya (Widayati, 2002). Pendampingan dan pemantauan penggunaan

kredit dilakukan oleh Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), Account Officer

BRI (AO BRI), dan Petugas Pengelola Proyek P4K Tingkat Kabupaten/Kota

(PPTK). Pendampingan dilakukan sejak penumbuhan dan pembinaan KPK,

penyusunan rencana usaha bersama (RUB) oleh PPL, PPTK dan pada saat

penilaian kelayakan RUB oleh AO BRI. Pemantauan selanjutnya dilakukan

melalui bimbingan pengelolaan usaha bersama dan monitoring pengembalian

kredit serta pembinaan-pembinaan lainnya sesuai dengan metodologi

pemberdayaan PNK (Melta, 2002).

18

Page 19: BAB II

3. Implementasi Metodologi P4K

Rangkaian kegiatan yang dilaksanakan Proyek P4K dimulai dengan

menentukan lokasi-lokasi proyek yang didasarkan atas kosentrasi masyarakat

miskin dan potensi sumberdaya lainnya. Kegiatan berikutnya adalah

menentukan calon warga binaan (PNK), yang kemudian difasilitasi untuk

membentuk kelompok yang disebut Kelompok Petani-nelayan Kecil (KPK),

dengan jumlah anggota 8-16 orang pada suatu lokasi yang berdekatan.

Setelah KPK terbentuk, dilakukan survey rumah tangga PNK anggota KPK

untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi keluarga PNK. Selanjutnya

difasilitasi kursus/bimbingan, baik mengenai penyusunan rencana usaha

bersama, pengelolaan usaha bersama (RUB), keterampilan, kerjasama antar

KPK, dan sebagainya. Dengan adanya RUB, maka KPK difasilitasi untuk

mendapatkan akses pelayanan perbankan (BRI). Selanjutnya KPK-KPK

diperkenalkan dengan fasilitas/kemudahan pembangunan yang ada di

sekitarnya untuk dapat dimanfaatkan, seperti bank, lembaga keuangan

(formal dan non formal), KUD, PPL, SPP, BIPP, BPP, LSM, Dinas/Instansi

teknis terkait, pengusaha dan sebagainya. Upaya-upaya pendampingan

tersebut dilaksanakan secara langsung dan terus-menerus oleh PPL sebagai

petugas pembina P4K di lapangan.

19

Page 20: BAB II

20

Page 21: BAB II

21

Page 22: BAB II

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk

memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung,

pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinandapat dibagi menjadi tiga bagian

yaitu kemiskinan absolut, relatif, dan kultural. Faktor pendorong

kesejahteraan diantaranya kependudukan, kesehatan dan gizi, pendidikan,

ketenagakerjaan, taraf dan pola konsumsi, dan penyebab kemiskinan

diantaranya faktor makanan, faktor pertumbuhan penduduk, pengaruh faktor

pendidikan yang rendah, ketimpangan kepemilikan lahan dan modal

pertanian, terbatasnya kemampuan dalam pengelolaan sumberdaya alam,

ketidakmerataan investasi di sektor industri dan pertanian, serta arus

urbanisasi tinggi , ada 4 (empat) macam penyelenggaraan kesejahteraan

sosial, yakni: rehabilitasi sosial, perlindungan sosial, pemberdayaan sosial,

dan jaminan sosial. Ada juga program untuk peningkatan kesejahteraan dari

pemerintah yaitu program peningkatan pendapatan petani dan nelayan kecil

(p4k) .

22

Page 23: BAB II

DAFTAR PUSTAKA

http://andist.wordpress.com/2008/03/21/pengertian-kemiskinan/

http://id.wikipedia.org/wiki/Kemiskinan

http://erfins.wordpress.com/category/5-kebijakan-penyebab-kemiskinan/

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/03/penyebab-kemiskinan-di-indonesia/

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/04/solusi-mengatasi-kemiskinan-di-

indonesia/

http://ichwanmuis.com/?p=210

http://wiki.ghobro.com/3/post/2011/12/4-empat-macam-kegiatan-

penyelenggaraan-kesejahteraan-sosial.html

23