BAB II

29
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi pasta gigi Pasta gigi adalah sejenis pasta yang digunakan untuk membersihkan gigi, biasa digunakan dengan sikat gigi. Di Indonesia, pasta gigi sering juga disebut Odol. Sebenarnya Odol adalah salah satu merek pasta gigi asal Jerman yang dibawa oleh para tentara Hindia Belanda. Walaupun merek ini sudah berpuluh-puluh tahun tidak beredar lagi di Indonesia, akhirnya nama Odol telah menjadi nama generik untuk pasta gigi. Pasta gigi merek Odol pertama kali diproduksi di Jerman oleh Dresden Chemical Laboratory Lingner, yang sekarang dikenal sebagai Lingner Werke AG pada tahun 1892 sebagai cairan pencuci mulut (mouthwash). Odol mouthwash pada tahun 1900-an adalah merk ternama dan yang paling luas penggunaannya di hampir seluruh daratan Eropa (www.wikipedia.com). 2.1.1 Fungsi pasta gigi Sesuai dengan kegunaannya, pasta gigi dapat dibagi menjadi : 1. Fungsi kosmetik. Pasta gigi ini tidak mengandung bahan obat-obatan. Efek penggunaan pasta gigi yang

Transcript of BAB II

Page 1: BAB II

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi pasta gigi

Pasta gigi adalah sejenis pasta yang digunakan untuk membersihkan gigi,

biasa digunakan dengan sikat gigi. Di Indonesia, pasta gigi sering juga

disebut Odol. Sebenarnya Odol adalah salah satu merek pasta gigi

asal Jerman yang dibawa oleh para tentara Hindia Belanda. Walaupun merek ini

sudah berpuluh-puluh tahun tidak beredar lagi di Indonesia, akhirnya nama Odol

telah menjadi nama generik untuk pasta gigi.

Pasta gigi merek Odol pertama kali diproduksi di Jerman oleh Dresden

Chemical Laboratory Lingner, yang sekarang dikenal sebagai Lingner Werke AG

pada tahun 1892 sebagai cairan pencuci mulut (mouthwash). Odol mouthwash

pada tahun 1900-an adalah merk ternama dan yang paling luas penggunaannya di

hampir seluruh daratan Eropa (www.wikipedia.com).

2.1.1 Fungsi pasta gigi

Sesuai dengan kegunaannya, pasta gigi dapat dibagi menjadi :

1. Fungsi kosmetik. Pasta gigi ini tidak mengandung bahan obat-obatan. Efek

penggunaan pasta gigi yang bersifat kosmetik ini adalah untuk membersihkan

dan mengkilatkan gigi dengan menyingkirkan materi alba, plak, sisa-sisa

makanan dan memberi kesegaran nafas.

2. Fungsi kosmetik terapeutik. Penggunaan pasta gigi ini adalah untuk

memelihara secara cermat dan menghilangkan plak secara fisis-mekanis. Efek

dari pasta gigi ini adalah sebagai bahan terapi untuk mencegah karies,

kalkulus dan menghambat penyakit gingiva.

3. Fungsi terapeutik. Pasta gigi ini mengandung obat-obatan. Fungsi pasta gigi

ini adalah membawa obat-obatan ke permukaan gigi atau ke sekitar gigi,

misalnya plak, saliva dan jaringan mukosa. Efek pasta gigi ini secara klinis

dapat mengurangi karies, kalkulus, plak dan penyakit gingiva, akan tetapi

Page 2: BAB II

5

pasta gigi akan berfungsi atau dapat memberikan efek jika obat-obatan

tersebut bereaksi secara kimiawi atau secara farmakologi dengan hidroksil

apatit. Pasta gigi terapeutik ada yang mengandung fluor dan ada yang tidak

mengandung fluor. Pasta gigi yang tidak mengandung fluor umumnya

mengandung bahan seperti ammonium, klorofil, antibiotika, antienzim,

oksidator dan enzim proteolitik. Fungsi pasta gigi yang tidak mengandung

fluor adalah untuk perawatan penyakit periodontal.

2.1.2 Komposisi pasta gigi

Hampir semua pasta gigi mengandung lebih dari satu bahan aktif dan

hampir semua dipromosikan dengan beberapa keuntungan bagi pengguna.

Umumnya pasta gigi yang beredar di pasaran saat ini adalah kombinasi dari bahan

abrasif, deterjen dan satu atau lebih bahan terapeutik.

a.  Bahan abrasif (20-50%)

Bahan abrasif yang terdapat dalam pasta gigi umumnya berbentuk bubuk

pembersih yang dapat memolish dan menghilangkan stain dan plak. Bentuk dan

jumlah bahan abrasif dalam pasta gigi membantu untuk menambah kekentalan

pasta gigi. Contoh bahan abrasif ini antara lain silica atau silica hydrat, sodium

bikarbonat, aluminium  oxide, dikalsium fosfat dan kalsium karbonat.

b.  Air  (20-40%)

Air dalam pasta gigi berfungsi sebagai pelarut.

c.  Humectant atau pelembab (20-35%)

Humectant adalah bahan penyerap air dari udara dan menjaga kelembaban.

Misalnya gliserin, alpha hydroxy acids (AHA) dan asam laktat. Bahan ini

digunakan untuk menjaga pasta gigi tetap lembab.

d.  Surfectan atau Deterjen (1-3%)

Bahan deterjen yang banyak terdapat dalam pasta gigi di pasaran adalah

Sodium Lauryl Sulfat (SLS) yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan,

mengemulsi (melarutkan lemak) dan memberikan busa sehingga pembuangan

plak, debris, material alba dan sisa makanan menjadi lebih mudah. SLS ini juga

memiliki efek antibakteri.

Page 3: BAB II

6

e.  Bahan penambah rasa. (0-2%)

Biasanya pasta gigi menggunakan pemanis buatan untuk memberikan cita

rasa yang beraneka ragam. Misalnya rasa mint, stroberi, kayu manis bahkan rasa

permen karet untuk pasta gigi anak. Tambahan rasa pada pasta gigi akan membuat

menyikat gigi menjadi menyenangkan. ADA tidak merekomendasikan pasta gigi

yang mengandung gula tetapi pasta gigi yang

f.  Bahan terapeutik (0-2%)

Bahan terapeutik yang terdapat dalam pasta gigi adalah sebagai berikut :

1.  Fluoride

Penambahan  fluoride pada pasta gigi dapat memperkuat enamel

dengan cara membuatnya resisten terhadap asam dan menghambat bakteri

untuk memproduksi asam. Adapun macam - macam fluoride yang terdapat

dalam pasta gigi adalah sebagai berikut:

-  Stannous fluoride

Tin fluor merupakan fluor yang pertama ditambahkan dalam pasta

gigi yang digunakan secara bersamaan dengan bahan abrasif (kalsium

fosfat). Fluor ini bersifat antibakterial namun kelemahanya dapat membuat

stein abu-abu pada gigi.

-  Sodium fluoride

NaF merupakan fluor yang paling sering ditambahkan dalam pasta

gigi, tapi tidak dapat digunakan bersamaan dengan bahan abrasif.

-  Sodium  monofluorafosfat

2.  Bahan desensitisasi

Bahan desensitisasi yang digunakan dalam pasta gigi adalah

sebagai berikut :

-  Potassium nitrat  dapat memblok transmisi nyeri di antar sel-sel syaraf.

-  Stronsium chloride dapat memblok tubulus dentin.

3.  Bahan antimikroba

Bahan ini digunakan untuk untuk membunuh dan menghambat

pertumbuhan bakteri. Contoh bahan ini adalah  Trikolsan (bakterisidal), 

Zinc citrate atau  Zinc phosphate  (bakteriostatik). Selain itu ada beberapa 

Page 4: BAB II

7

herbal yang ditambahkan sebagai anti mikroba dalam pasta gigi 

contohnya  ekstrak daun sirih dan siwak.

g.  Bahan pemutih (0,05-0,5%)

Ada macam-macam bahan pemutih yang digunakan antara lain  Sodium

carbonate, Hidrogen peroksida, Citroxane, dan Sodium hexametaphosphate.

h.  Bahan pengawet (0,05-0,5%)

Bahan pengawet berfungsi untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme dalam

pasta gigi. Umumya bahan pengawet yang ditambahkan dalam pasta gigi adalah 

Sodium benzoate, Methylparaben dan Ethylparaben (Midda M, 1986).

2.1.3 Jenis-jenis pasta gigi

Ada beberapa jenis pasta gigi yaitu pasta gigi anti karies, pasta gigi anti

plak, pasta gigi pemutih dan pasta gigi herbal.

2.1.3.1 Pasta gigi anti karies

Pasta gigi yang beredar dipasaran umumnya mengandung fluor dalam

bentuk Natrium fluoride (NaF), Stanium Fluoride (SnF) dan Sodium

monofluorofosfat (NaMNF). Pasta gigi fluoride efektif dalam mencegah dan

mengendalikan karies gigi. Fluor dapat menghambat demineralisasi enamel dan

meningkatkan remineralisasi. Flour sangat berperan penting terhadap peningkatan

kesehatan gigi. Contoh pasta gigi anti karies adalah Colgate, Pepsodent, dan

Fluorodine.

Page 5: BAB II

8

2.1.3.2 Pasta gigi anti plak

Selama dua dekade terakhir, banyak pasta gigi telah diformulasikan

mengandung senyawa antimikroba untuk mencegah atau mengurangi plak,

kalkulus, dan karies gigi. Salah satu senyawa tersebut adalah triklosan. Triklosan

(2,4’ trikloro-2’-hidroksi difenil eter) adalah suatu antimikroba anionik dengan

spektrum luas (dengan minimal inhibitory concentration atau konsentrasi

penghambat minimal terhadap banyak bakteri oral kurang dari 10 µg/g) terhadap

kebanyakan bakteri yang membentuk plak. Anti mikroba ini terabsorbsi ke

permukaan oral tetapi tidak menimbulkan stain. Contoh merek dagangnya adalah

Antiplaque, AP-24.

2.1.3.3 Pasta gigi pemutih

Pasta gigi untuk pemutih meliputi enzim, peroksida, surfaktan, sitrat,

pirofosfat dan hexametaphosphate. Contoh merek dagangnya adalah Diamond,

dan Opale.

2.1.3.4 Pasta gigi anti hipersensitivitas

Hipersensitivitas dentin merupakan suatu kondisi dari gigi yang sakit,

berupa rasa sakit yang singkat dan tajam, diakibatkan dentin yang tersingkap

dalam menerima stimulus yang berasal dari luar. Jenis bahan desensitisasi yang

Page 6: BAB II

9

digunakan dalam pasta gigi adalah Potassium citrate dan Stronsium chloride.

Contoh merek dagangnya adalah Colgate Sensitive, Sensodyne, Sensodyne-F.

2.1.3.5 Pasta gigi herbal

Pasta gigi herbal merupakan pasta gigi yang mengandung bahan-bahan

alami pilihan. Penelitian klinis tentang pasta gigi yang mengandung herbal telah

banyak dilakukan oleh para ahli

2.2 Definisi fluor

Fluor yang juga dikenal dengan nama fluorin merupakan unsur kimia yang

berupa gas pada suhu kamar (25 oC), bewarna kuning kehijauan dan merupakan

insur yang sangat reaktif juga dilambangkan dengan huruf F. Letaknya dalam

tabel periodik adalah pada golongan VIIA dan periode 2, jadi dapat dikatakan

bahwa terdapat pada kelompok unsur halogen. Nomor atomnya adalah 9, dengan

massa atom relatifnya adalah 19 gr/mol. Titik leburnya adalah pada suhu -219,6 oC, sedangkan titik didihnya adalah pada suhu -188,13 oC. Flour merupakan unsur

nonlogam yang paling elektronegatif, oleh sebab itu juga merupakan unsur yang

paling reaktif. Jika didekatkan dengan bahan-bahan yang terbuat dari minyak dan

gas maka akan dapat menimbulkan api. Fluor bersifat racun, korosif dan sangat

berbau. Fluor pertama kali diisolasi oleh ilmuwan prancis yang bernama henri

Moissan pada tahun 1886. Nama fluor pertama kali diambil dari kata fluo yang

berarti mengalir dalam bahasa Latin. Fluor sangat reaktif sehingga jarang

ditemukan dalam keadaan bebas, fluor biasa dijumpai berikatan dengan unsur atau

senyawa lain, sehingga biasanya berbentuk dalam senyawa seperti fluorit , kriolit,

dan apatit. Fluor yang berikatan dengan oksigen akan membentuk senyawa

Page 7: BAB II

10

fluorida, yang terdapat dalam mineral yang terlarut dalam air sungai dan air laut

(Ibnu, 2011).

Fluor seperti unsur halogen lainnya : chlor, iodium, dan brom yang didapat

dalam bentuk binary compound yang disebut fluoride. Sumber utama dari fluoride

adalah air, terutama air dari sumur-sumur yang dalam. Pada 1802 telah ditemukan

pertama kali fluoride ditemukan dalam jaringan tubuh binatang, dimana

menunjukkan adanya fluoride dalam fosil gigi gajah. Selain terdapat dalam gigi,

fluoride juga dijumpai dalam tulang (Dessy, 2009).

2.2.1 Peranan fluor

Banyak sekali peranan yang dapat diperoleh dari unsur fluor ini,

diantaranya adalah sebagai berikut.

2.2.1.1 Pada senyawa klorofluorkarbon (CFC)

Senyawa klorofluorokarbon atau yang lebih dikenal denagn nama Freon

ini, berupa cair ataupun gas dan tidak berbau ataupun beracun. Senyawa ini sering

digunakan sebagai pendorong dalam produk penyemprot aerosol dan juga sering

digunakan dalam pendingin pada lemari es atau pada AC. Namun sekarang ini

penelitian membuktikan bahwa senyawa ini dapat merusak lapisan ozon (O3) di

atmosfer, sehingga pengunaannya makin di kurangi (Ibnu, 2011).

2.2.1.2 Pada senyawa politetra Fluoretena (Teflon).

Politetra Flouretena adalah salah satu senyawa fluor dalam ikatan plastik

yang lebih sering disebut sebagai teflon. Senyawa ini banyak digunakan pada

industri automobil dan dapat digunakan sebagai pelapis pada bagian dalam panci

dan sebagai peralatan masak lainnya. Selain itu organik fluor juga banyak

berguna seperti pada cairan hidrokarbon yang mengandung fluor yang merupakan

turunan dari petroleum yang dimanfaatkan dalam sebagai minyak pelumas yang

sangat stabil. Selain itu senyawa Uranium heksafluorida berguna dalam proses

difusi gas untuk bahan bakar pada reaktor nuklir atau bom atom. Asam

hidrofluorida juga dapat digunakan untuk melukis kaca. Pemakaian senyawa fluor

dalam kuantitas kecil, dapat membantu kerusakan pada gigi, oleh karena itu

Page 8: BAB II

11

banyak pasta gigi yang ditambahkan senyawa ini. Namun apabila senyawa ini

digunakan terlalu banyak maka dapat menyebabkan kerusakan pada email gigi

(Ibnu, 2011).

2.2.1.3 Pada kedokteran gigi

Penambahan fluor pada permukaan gigi yang mengalami karies permulaan

atau karies dini dapat mempercepat proses remineralisasi. Tetapi walaupun fluor

mendorong proses remineralisasi, namun yang paling utama adalah permukaan

gigi secara teratur harus dibersihkan dari plak dengan menggunakan bahan yang

mengandung fluor.

Cara Kerja Fluor Dalam Manghambat Karies Gigi

Mekanisme fluor dapat mencegah karies gigi belum dapat ditemukan

secara jelas, namun pada intinya fluor dapat berikatan dengan enamel dengan

membentuk ikatan fluoroapatit yang lebih stabil dibandingkan dengan

hidroksiapatit yang kurang stabil terutama bila terpapar asam. Namun, dalam

penemuan terbaru, selain pembentukan fluoroapatit, ditemukan pula adanya

CaF2 setelah pemberian topikal aplikasi fluoride. CaF2 dapat menyediakan ion

bebas fluor yang dapat digunakan untuk membentuk ikatan fluoroapatit atau juga

untuk menghadapi proses kariogenik.

Terdapat tiga prinsip perlekatan Fluor dengan permukaan enamel yakni

sebagai berikut :

Perpindahan ion antara F- dengan OH- dalam apatit sehingga membentuk

lapisan fluorapatit

Adanya pertumbuhan pembentukan Kristal fluorapatit dari larutan

supersaturasi

Pelarutan apatit dengan pembentukan CaF2

Page 9: BAB II

12

Fluorapatit memiliki mekanisme pencegahan terhadap  karies, sebagai berikut:

1. Sistemik : Fluor bergabung dengan gigi pada waktu kalsifikasi, bila  sejumlah

besar fluor terdapat dalam air minum pada waktu kalsifikasi gigi, gigi tersebut

kandungan fluornya akan meningkat setelah erupsi.

2. Lokal / Topikal

Mencegah demineralisasi

Gigi yang diberi fluor memiliki penurunan daya larut enamel dalam asam rongga

mulut. Dengan cara mengurangi permeabilitas enamel maka mineral yang

terkandung dalam gigi tidak cepat terlarut dalam saliva, melainkan digantikan

oleh ion-ion F bebas pada permukaan enamel.

Memiliki sifat antibakteri

Pada keadaan ph rendah, fluoride akan berdifusi ke dalam Hydrofluoric Acid. Hal

ini menyebabkan fluoride menghambat metabolisme karbohidrat oleh bakteri

kariogenik sehingga menghalangi pembentukan asam dari karbohidrat oleh

mikroorganisme dalam mulut. Ini berlaku pula terhadap gigi yang mendapat fluor

secara sistemik.

Mempercepat remineralisasi

Dengan cara mengubah lingkungan permukaan enamel sehingga transfer ion

antara saliva dan enamel dipercepat ke arah enamel. Keadaan ini mengakibatkan

reionisasi pada permukaan yang terdemineralisasi menjadi lebih cepat.

2.2.2 Penggunaan fluor

Penggunaan fluoride dapat dibagi menjadi dua, yaitu secara sistemik dan

lokal. Penggunaan secara sistemik bisa berupa tablet, obat tetes, dan fluoridasi air

minum. Sedangkan pemberian secara lokal dapat berupa topikal aplikasi,

penggunaan pasta gigi yang mengandung fluor, dan obat kumur.

2.2.2.1 Pemberian Fluor Secara Sistemik

Fluoride sistemik adalah fluoride yang diperoleh tubuh melalui pencernaan

dan ikut membentuk struktur gigi. Fluoride sistemik juga memberikan

perlindungan topikal karena fluoride ada di dalam air liur yang terus membasahi

Page 10: BAB II

13

gigi. Fluoride sistemik ini meliputi fluoridasi air minum dan melalui pemberian

makanan tambahan fluoride yang berbentuk tablet, tetes atau tablet isap. Namun

di sisi lain, para ahli sudah mengembangkan berbagai metode penggunaan fluor,

yang kemudian dibedakan menjadi metode perorangan dan kolektif. Contoh

penggunaan kolektif yaitu fluoridasi air minum (biasa kita peroleh dari air

kemasan) dan fluoridasi garam dapur (Ars creation, 2010). Terdapat tiga cara

pemberian fluor secara sistemik, yaitu :

1. Fluoridasi Air Minum

Telah dibuktikan, apabila dalam air minum yang dikonsumsi oleh suatu

daerah, atau kota tertentu dibubuhi zat kimia fluor maka penduduk di situ akan

terlindung dari karies gigi. Pemberian fluor dalam air minum ini jumlahnya

bervariasi antara 1-1,2 ppm (part per million). Selain dapat mencegah karies, fluor

juga mempunyai efek samping yang tidak baik yaitu dengan adanya apa yang

disebut ‘mottled enamel’ pada mottled enamel gigi-gigi kelihatan kecoklat-

coklatan, berbintik-bintik permukaannya dan bila fluor yang masuk dalam tubuh

terlalu banyak, dapat menyebabkan gigi jadi rusak sekali (Zelvya P.R.D, 2003).

Konsentrasi optimum fluorida yang dianjurkan dalam air minum adalah

0,7–1,2 ppm.18 Menurut penelitian Murray and Rugg-gun cit. Linanof bahwa

fluoridasi air minum dapat menurunkan karies 40–50% pada gigi susu (Ami

Angela, 2005).

Gambar 4. . Kiri : Fluoridasi pada air minum publik (Charleshamel, 2008)

Kanan : Fluorosis (Charleshamel, 2008)

Page 11: BAB II

14

2. Pemberian fluor melalui makanan

Kadang-kadang makanan yang kita makan sudah mengandung fluor yang

cukup tinggi, hingga dengan makanan itu saja sudah mencegah terjadinya karies

gigi. Jadi harus diperhatikan bahwa sumber yang ada sehari-hari seperti di rumah,

contohnya di dalam air mineral, minuman ringan dan makanan sudah cukup

mengandung fluoride. Karena itu makanan fluoride harus diberikan dengan hati-

hati. Makanan tambahan fluoride hanya dianjurkan untuk mereka (terutama anak-

anak) yang tinggal di daerah yang sumber airnya rendah fluor atau tidak

difluoridasi. Fluoride dapat berbahaya jika dikonsumsi secara berlebihan. Apabila

pemakaian fluoride tidak terkontrol dan tidak disiplin, maka tidak akan mencapai

sasaran dan dapat menyebabkan kerusakan gigi. Contohnya adalah fluorosis. (Ars

creation, 2010).

Gambar 5. Fluoride Master Whole House Fluoride Water Filtration System, 2010

3. Pemberian fluor dalam bentuk obat-obatan

Pemberian fluor dapat juga dilakukan dengan tablet, baik itu

dikombinasikan dengan vitamin-vitamin lain maupun dengan tablet tersendiri.

Pemberian tablet fluor disarankan pada anak yang berisiko karies tinggi dengan

air minum yang tidak mempunyai konsentrasi fluor yang optimal (2,2 mg NaF,

yang akan menghasilkan fluor sebesar 1 mg per hari) (Ami Angela, 2005).

Tablet fluor dapat diberikan sejak bayi berumur 2 minggu hingga anak 16

tahun. Umur 2 minggu-2 tahun biasanya diberikan dosis 0,25 mg, 2-3 tahun

diberikan 0,5 mg, dan 3-16 tahun sebanyak 1 mg (Nova, 2010).

Page 12: BAB II

15

2.2.2.2 Pemberian Fluor Secara Lokal

Menurut Angela (2005), tujuan penggunaan fluor adalah untuk melindungi

gigi dari karies, fluor bekerja dengan cara menghambat metabolisme bakteri plak

yang dapat memfermentasi karbohidrat melalui perubahan hidroksil apatit pada

enamel menjadi fluor apatit yang lebih stabil dan lebih tahan terhadap pelarutan

asam. Reaksi kimia : Ca10(PO4)6(OH)2+F →Ca10(PO4)6(OHF) menghasilkan

enamel yang lebih tahan asam sehingga dapat menghambat proses demineralisasi

dan meningkatkan remineralisasi.

Remineralisasi adalah proses perbaikan kristal hidroksiapatit dengan cara

penempatan mineral anorganik pada permukaan gigi yang telah kehilangan

mineral tersebut (Kidd dan Bechal, 1991). Demineralisasi adalah proses pelarutan

kristal hidroksiapatit email gigi, yang terutama disusun oleh mineral anorganik

yaitu kalsium dan fosfat, karena penurunan pH plak sampai mencapai pH kritis

(pH 5) oleh bakteri yang menghasilkan asam (Rosen, 1991; Wolinsky, 1994).

Penggunaan fluor sebagai bahan topikal aplikasi telah dilakukan sejak

lama dan telah terbukti menghambat pembentukan asam dan pertumbuhan

mikroorganisme sehingga menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam

mempertahankan permukaan gigi dari proses karies. Penggunaan fluor secara

topikal untuk gigi yang sudah erupsi, dilakukan dengan beberapa cara (Yanti,

2002) :

1. Topikal aplikasi yang mengandung fluor

2. Kumur-kumur dengan larutan yang mengandung fluor

3. Menyikat gigi dengan pasta yang mengandung fluor

1. Topikal Aplikasi

Yang dimaksud dengan topikal aplikasi fluor adalah pengolesan langsung

fluor pada enamel. Setelah gigi dioleskan fluor lalu dibiarkan kering selama 5

menit, dan selama 1 jam tidak boleh makan, minum atau berkumur (Lubis, 2001).

Page 13: BAB II

16

Gambar 6. Topikal Aplikasi Fluor(2008)

Sediaan fluor dibuat dalam berbagai bentuk yaitu NaF, SnF, APF yang

memakainya diulaskan pada permukaan gigi dan pemberian varnish fluor. NaF

digunakan pertama kali sebagai bahan pencegah karies. NaF merupakan salah satu

yang sering digunakan karena dapat disimpan untuk waktu yang agak lama,

memiliki rasa yang cukup baik, tidak mewarnai gigi serta tidak mengiritasi

gingiva. Senyawa ini dianjurkan penggunaannnya dengan konsentrasi 2%,

dilarutkan dalam bentuk bubuk 0,2 gram dengan air destilasi 10 ml (Yanti, 2002).

Sekarang SnF jarang digunakan karena menimbulkan banyak kesukaran,

misalnya rasa tidak enak sebagai suatu zat astringent dan kecenderungannya

mengubah warna gigi karena beraksinya ion Sn dengan sulfida dari makanan,

serta mengiritasi gingiva. SnF juga akan segera dihidrolisa sehingga harus selalu

memakai sediaan yang masih baru (Kidd dan Bechal, 1991). Konsentrasi senyawa

ini yang dianjurkan adalah 8%. Konsentrasi ini diperoleh dengan melarutkan

bubuk SnF2 0,8 gramdengan air destilasi 10 ml. Larutan ini sedikit asam dengan

pH 2,4-2,8.

APF lebih sering digunakan karena memiliki sifat yang stabil, tersedia

dalam bermacam-macam rasa, tidak menyebabkan pewarnaan pada gigi dan tidak

mengiritasi gingiva. Bahan ini tersedia dalam bentuk larutan atau gel, siap pakai,

merupakan bahan topikal aplikasi yang banyak di pasaran dan dijual bebas. APF

dalam bentuk gel sering mempunyai tambahan rasaseperti rasa jeruk, anggur dan

jeruk nipis (Yanti, 2002).

Page 14: BAB II

17

Gambar 7. Fluor Topical Aplication Tray (2009)

Pemberian varnish fluor dianjurkan bila penggunaan pasta gigi

mengandung fluor, tablet fluor dan obat kumur tidak cukup untuk mencegah atau

menghambat perkembangan karies. Pemberian varnish fluor diberikan setiap

empat atau enam bulan sekali pada anak yang mempunyai resiko karies tinggi.

Salah satu varnish fluor adalah duraphat (colgate oral care) merupakan larutan

alkohol varnis alami yang berisi 50 mg NaF/ml (2,5 % sampai kira-kira 25.000

ppm fluor). Varnish dilakukan pada anak-anak umur 6 tahun ke atas karena anak

dibawah umur 6 tahun belum dapat menelan ludah dengan baik sehingga

Page 15: BAB II

18

dikhawatirkan varnish dapat tertelan dan dapat menyebabkan fluorosis enamel

(Angela, 2005).

Gambar 8. Kiri : varnish fluor Kanan : Gambaran ikatan Fluor dan Email (www.scielo.br/scielo.php)

2. Pasta gigi fluor

Penyikatan gigi dua kali sehari dengan menggunakan pasta gigi yang

mengandung fluor terbukti dapat menurunkan karies (Angela, 2005). Akan tetapi

pemakaiannya pada anak pra sekolah harus diawasi karena pada umunya mereka

masih belum mampu berkumur dengan baik sehingga sebagian pasta giginya bisa

tertelan. Kebanyakan pasta gigi yang kini terdapat di pasaran mengandung kira-

kira 1 mg F/g ( 1 gram setara dengan 12 mm pasta gigi pada sikat gigi) (Kidd dan

Bechal, 1991).

3. Obat kumur dengan fluor

Obat kumur yang mengandung fluor dapat menurunkan karies sebanyak

20-50%. Penggunaan obat kumur disarankan untuk anak yang berisiko karies

tinggi atau selama terjadi kenaikan karies (Angela, 2005). Berkumur fluor

diindikasikan untuk anak yang berumur diatas enam tahun karena telah mampu

berkumur dengan baik dan orang dewasa yang mudah terserang karies, serta bagi

pasien-pasien yang memakai alat ortho (Kidd dan Bechal, 1991).

Page 16: BAB II

19

Gambar 9. Obat Kumur dengan Fluor (www.dentist.net/colgate-phos-flur.asp)

2.2.3 Fluor dalam pasta gigi

Penambahan fluorida dalam pasta gigi yang beredar di Indonesia dimulai

pada tahun 1979 oleh salah satu pioneeer produsen pasta gigi indonesia, saat ini

seluruh pasta gigi yang diproduksi oleh produsen yang tergabung dalam Asosiasi

Industri Pasta Gigi Indonesia (AIPI) seluruhnya memiliki kandungan fluorida.

Menurut Standar Nasional Indonesia kadar fluor yang dipersyaratkan

dalam pasta gigi untuk orang dewasa adalah 800-1500 ppm (SNI 12-3524-1995)

sedangkan bagi pasta gigi anak adalah 500-1000 ppm (SNI 16-4767-1998).

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 445/Menkes/Per/V/1998 Lampiran

1#34 disebutkan bahwa batas maksimum garam fluorida dan turunannya dalam

sediaan higiene mulut adalah 0,15 % (setara dengan 1500 ppm), jumlah ini sesuai

dengan aturan Asean Cosmetic Directive 76/768/EEC Annex III Bagian 1, aturan

FDA Amerika Serikat, serta ISO 11609.

Penelitian yang dilakukan oleh Public Interest Research and Advocacy

Center Lembaga Konsumen Jakarta (KKJ PIRAC) pada 9 merek pasta gigi anak

menunjukan bahwa hanya 1 merek yang kandungan fluornya dibawah atau sama

dengan SNI (maksimal 1000 ppm), sisanya diatas standar. Oleh karena itu

disimpulkan bahwa kadar fluor dalam pasta gigi untuk anak di Indonesia

membahayakan karena di atas standar, lembaga ini menyarankan agar SNI

Page 17: BAB II

20

menurunkan syarat kandungan fluor dalam pasta gigi anak menjadi 250-500 ppm

(Rahadian, 2008).

Kadar penggunaannya memiliki ambang batas yang bisa membahayakan

dari efek paparan bila digunakan berlebihan dan tidak sesuai anjuran. Dari

literatur yang ada, fluoride dalam kadar berlebihan berakibat sebaliknya dan harus

diawasi terutama pemberian terhadap anak-anak yang cenderung menelan odol

pada waktu menyikat gigi karena rasa segar yang didapat apalagi bila ditambah

perasa tertentu. Bukan hanya dari pasta gigi, kandungan fluoride juga bisa didapat

dari konsumsi makanan tertentu dan tersedia dalam bentuk suplemen yang justru

sasaran pemberiannya anak-anak.

Pada dasarnya, pasta gigi mengandung berbagai jenis fluoride. Fluoride

yang banyak digunakan adalah jenis sodium monofluoro fosfat (MFP) dan sodium

fluoride (NaF). Menurut Iman Firmansyah, Tim Peneliti Lembaga Konsumen

Jakarta Public Interest Research and Advocacy Center (LKJ PIRAC), di

Indonesia, kandungan fluoride pada pasta gigi anak ternyata cukup besar, yaitu

antara 800-1500 ppm. Padahal di beberapa negara, batas maksimal kandungan

fluoride mulai dikurangi. Contohnya, di negara Eropa, Australia, dan New

Zealand kandungan fluoride berkisar 250-500 ppm.

Seorang pakar lainnya, Profesor Dirk Vanden Berghe, Mikrobiologist

Universitas Antwerp, Swedia, menyatakan, sekitar 30-40 persen pasta gigi ditelan

anak-anak pada saat mereka menyikat giginya atau melalui air ludah. Inilah yang

menyebabkan mereka mengalami overdosis fluoride. Apalagi, produsen umumnya

menambahkan aroma seperti rasa buah yang disukai anak-anak. Padahal semakin

besar kandungan fluoride dalam pasta gigi anak, maka makin besar pula risiko

kesehatan yang akan dideritanya kelak. kelebihan fluoride pada anak dapat dilihat

dari tanda-tanda fisik anak banyak mengeluarkan ludah, indera perasa jadi tumpul,

badan gemetar, pernapasan berat dan anak jadi cepat lelah.

Menurut ahli gigi India dari Maulana Azad Medical College (MAMC) Dr

Pakaj Goel, pasta gigi yang mengandung fluoride tidak cocok digunakan untuk

anak-anak di bawah umur empat tahun. Pakar menambahkan, jika pasta gigi

berfluoride sering tertelan dalam jumlah yang signifikan maka dapat

Page 18: BAB II

21

mengakibatkan fluorosis pada anak, kerapuhan tulang, dan pertumbuhannya

terhambat. Bahkan, Dr Mahesh Verma, Kepala Pusat Penelitian Gigi MAMC

menyebutkan, literatur medis melarang pemberian pasta gigi berfluoride kepada

anak-anak di bawah umur lima tahun.

Kebanyakan pasta gigi mengandung 0,1% fluor, oleh karena itu 1 g pasta

gigi mengandung 1 mg fluor. Jumlah rata-rata pasta gigi yang digunakan oleh

anak-anak di bawah usia 7 tahun berkisar dari 0,4-1,4 g dan porsi rata-rata yang

tertelan berkisar dari 14-35% (Barnhart et al, 1974). Jadi penyerapan flour dapat

diperkirakan berkisar dari 0,06-0,5 mg.

Perlu diperhatikan tertelannya pasta gigi oleh anak kecil yang tidak kumur

atau meludah dengan baik setelah menggosok gigi. Sebagian besar anak menyerap

kurang dari 0,025 g pasta gigi (Barnhart et al, 1974; Baxter, 1980), tetapi kadang-

kadang anak menelan sebanyak 1 g pasta yang mengandung 1 mg fluor

(Hargreaves, Ingram dan Wagg, 1972). Tertelannya pasta gigi yang berlebihan

jelas tidak diinginkan pada anak yang telah menerima fluor secara sistemik.

Orangtua harus diberitahu agar mengawasi anaknya dan membatasi jumlah pasta

yang diletakkan pada sikat gigi, kira-kira sebesar kacang polong kecil (Andlaw,

1992).

2.2.2.1 Kekurangan Fluor

Kekurangan Flour dapat menyebabkan kerusakan gigi yang berlebihan,

pada gigi akan mengakibatkan gigi menjadi rapuh. Bila kekurangan flour ini dapat

menyebabkan gigi mudah terserang karies atau gigi gigis (caries dentis), terjadi

perubahan warna pada gigi anak dan dapat terjadi penipisan tulang.

2.2.2.2 Kelebihan Flour

Tingginya kandungan fluor pada air minum mengakibatkan kerusakan

pada gigi. Semua zat bila digunakan tidak semestinya atau berlebihan maka akan

menyebabkan masalah atau berbahaya bagi kesehatan. Seperti juga fluor yang

akan menyebabkan kelebihan flour juga dapat mengakibatkan kelainan tulang dan

gigi. Flour dalam tubuh separuhnya akan disimpan dalam tulang dan terus

Page 19: BAB II

22

bertambah sesuai umur, akibatnya tulang menjadi mudah patah karena terjadi

flourosis pada tulang. Fluorosis sendiri adalah perubahan yang tampak pada gigi

akibat konsumsi fluor yang berlebihan pada awal masa anak-anak ketika giginya

sedang tumbuh. Dampak fluorosis ini bisa ringan dan bisa pula fatal, Flourosis

gigi ditandai dengan:

Noda coklat atau bintik-bintik kuning yang menyebar di permukaan gigi

akibat pembentukan email gigi yang tidak sempurna.

Email gigi yang tidak sempurna menyebabkan gigi menjadi mudah berlubang

Timbul bercak putih dan cokelat di gigi

Kasus ini banyak ditemukan di Indonesia. Walau berdampak ringan dan tidak

menimbulkan rasa nyeri pada gigi, namun bisa mengurangi penampilan akibat

gigi yang tidak sedap dipandang mata.

Gigi bisa berlubang yang akhirnya hancur atau tanggal.

(Khamidah, 2012)

Hasil penelitian Departemen Kesehatan Belgia menyimpulkan bahwa

penggunaan fluoride secara berlebihan dapat menyebabkan osteoporosis dan

kerusakan sistem syaraf. Ini mendorong pemerintah Belgia melarang beredarnya

segala jenis tablet dan permen yang mengandung fluoride. Pemerintah Belgia juga

sedang mempresentasikan hasil penelitiannya di depan anggota Uni Eropa untuk

memperoleh kesepakatan bersama pelarangan pasta gigi yang mengandung

fluoride.