BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi pasta gigi
Pasta gigi adalah sejenis pasta yang digunakan untuk membersihkan gigi,
biasa digunakan dengan sikat gigi. Di Indonesia, pasta gigi sering juga
disebut Odol. Sebenarnya Odol adalah salah satu merek pasta gigi
asal Jerman yang dibawa oleh para tentara Hindia Belanda. Walaupun merek ini
sudah berpuluh-puluh tahun tidak beredar lagi di Indonesia, akhirnya nama Odol
telah menjadi nama generik untuk pasta gigi.
Pasta gigi merek Odol pertama kali diproduksi di Jerman oleh Dresden
Chemical Laboratory Lingner, yang sekarang dikenal sebagai Lingner Werke AG
pada tahun 1892 sebagai cairan pencuci mulut (mouthwash). Odol mouthwash
pada tahun 1900-an adalah merk ternama dan yang paling luas penggunaannya di
hampir seluruh daratan Eropa (www.wikipedia.com).
2.1.1 Fungsi pasta gigi
Sesuai dengan kegunaannya, pasta gigi dapat dibagi menjadi :
1. Fungsi kosmetik. Pasta gigi ini tidak mengandung bahan obat-obatan. Efek
penggunaan pasta gigi yang bersifat kosmetik ini adalah untuk membersihkan
dan mengkilatkan gigi dengan menyingkirkan materi alba, plak, sisa-sisa
makanan dan memberi kesegaran nafas.
2. Fungsi kosmetik terapeutik. Penggunaan pasta gigi ini adalah untuk
memelihara secara cermat dan menghilangkan plak secara fisis-mekanis. Efek
dari pasta gigi ini adalah sebagai bahan terapi untuk mencegah karies,
kalkulus dan menghambat penyakit gingiva.
3. Fungsi terapeutik. Pasta gigi ini mengandung obat-obatan. Fungsi pasta gigi
ini adalah membawa obat-obatan ke permukaan gigi atau ke sekitar gigi,
misalnya plak, saliva dan jaringan mukosa. Efek pasta gigi ini secara klinis
dapat mengurangi karies, kalkulus, plak dan penyakit gingiva, akan tetapi
5
pasta gigi akan berfungsi atau dapat memberikan efek jika obat-obatan
tersebut bereaksi secara kimiawi atau secara farmakologi dengan hidroksil
apatit. Pasta gigi terapeutik ada yang mengandung fluor dan ada yang tidak
mengandung fluor. Pasta gigi yang tidak mengandung fluor umumnya
mengandung bahan seperti ammonium, klorofil, antibiotika, antienzim,
oksidator dan enzim proteolitik. Fungsi pasta gigi yang tidak mengandung
fluor adalah untuk perawatan penyakit periodontal.
2.1.2 Komposisi pasta gigi
Hampir semua pasta gigi mengandung lebih dari satu bahan aktif dan
hampir semua dipromosikan dengan beberapa keuntungan bagi pengguna.
Umumnya pasta gigi yang beredar di pasaran saat ini adalah kombinasi dari bahan
abrasif, deterjen dan satu atau lebih bahan terapeutik.
a. Bahan abrasif (20-50%)
Bahan abrasif yang terdapat dalam pasta gigi umumnya berbentuk bubuk
pembersih yang dapat memolish dan menghilangkan stain dan plak. Bentuk dan
jumlah bahan abrasif dalam pasta gigi membantu untuk menambah kekentalan
pasta gigi. Contoh bahan abrasif ini antara lain silica atau silica hydrat, sodium
bikarbonat, aluminium oxide, dikalsium fosfat dan kalsium karbonat.
b. Air (20-40%)
Air dalam pasta gigi berfungsi sebagai pelarut.
c. Humectant atau pelembab (20-35%)
Humectant adalah bahan penyerap air dari udara dan menjaga kelembaban.
Misalnya gliserin, alpha hydroxy acids (AHA) dan asam laktat. Bahan ini
digunakan untuk menjaga pasta gigi tetap lembab.
d. Surfectan atau Deterjen (1-3%)
Bahan deterjen yang banyak terdapat dalam pasta gigi di pasaran adalah
Sodium Lauryl Sulfat (SLS) yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan,
mengemulsi (melarutkan lemak) dan memberikan busa sehingga pembuangan
plak, debris, material alba dan sisa makanan menjadi lebih mudah. SLS ini juga
memiliki efek antibakteri.
6
e. Bahan penambah rasa. (0-2%)
Biasanya pasta gigi menggunakan pemanis buatan untuk memberikan cita
rasa yang beraneka ragam. Misalnya rasa mint, stroberi, kayu manis bahkan rasa
permen karet untuk pasta gigi anak. Tambahan rasa pada pasta gigi akan membuat
menyikat gigi menjadi menyenangkan. ADA tidak merekomendasikan pasta gigi
yang mengandung gula tetapi pasta gigi yang
f. Bahan terapeutik (0-2%)
Bahan terapeutik yang terdapat dalam pasta gigi adalah sebagai berikut :
1. Fluoride
Penambahan fluoride pada pasta gigi dapat memperkuat enamel
dengan cara membuatnya resisten terhadap asam dan menghambat bakteri
untuk memproduksi asam. Adapun macam - macam fluoride yang terdapat
dalam pasta gigi adalah sebagai berikut:
- Stannous fluoride
Tin fluor merupakan fluor yang pertama ditambahkan dalam pasta
gigi yang digunakan secara bersamaan dengan bahan abrasif (kalsium
fosfat). Fluor ini bersifat antibakterial namun kelemahanya dapat membuat
stein abu-abu pada gigi.
- Sodium fluoride
NaF merupakan fluor yang paling sering ditambahkan dalam pasta
gigi, tapi tidak dapat digunakan bersamaan dengan bahan abrasif.
- Sodium monofluorafosfat
2. Bahan desensitisasi
Bahan desensitisasi yang digunakan dalam pasta gigi adalah
sebagai berikut :
- Potassium nitrat dapat memblok transmisi nyeri di antar sel-sel syaraf.
- Stronsium chloride dapat memblok tubulus dentin.
3. Bahan antimikroba
Bahan ini digunakan untuk untuk membunuh dan menghambat
pertumbuhan bakteri. Contoh bahan ini adalah Trikolsan (bakterisidal),
Zinc citrate atau Zinc phosphate (bakteriostatik). Selain itu ada beberapa
7
herbal yang ditambahkan sebagai anti mikroba dalam pasta gigi
contohnya ekstrak daun sirih dan siwak.
g. Bahan pemutih (0,05-0,5%)
Ada macam-macam bahan pemutih yang digunakan antara lain Sodium
carbonate, Hidrogen peroksida, Citroxane, dan Sodium hexametaphosphate.
h. Bahan pengawet (0,05-0,5%)
Bahan pengawet berfungsi untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme dalam
pasta gigi. Umumya bahan pengawet yang ditambahkan dalam pasta gigi adalah
Sodium benzoate, Methylparaben dan Ethylparaben (Midda M, 1986).
2.1.3 Jenis-jenis pasta gigi
Ada beberapa jenis pasta gigi yaitu pasta gigi anti karies, pasta gigi anti
plak, pasta gigi pemutih dan pasta gigi herbal.
2.1.3.1 Pasta gigi anti karies
Pasta gigi yang beredar dipasaran umumnya mengandung fluor dalam
bentuk Natrium fluoride (NaF), Stanium Fluoride (SnF) dan Sodium
monofluorofosfat (NaMNF). Pasta gigi fluoride efektif dalam mencegah dan
mengendalikan karies gigi. Fluor dapat menghambat demineralisasi enamel dan
meningkatkan remineralisasi. Flour sangat berperan penting terhadap peningkatan
kesehatan gigi. Contoh pasta gigi anti karies adalah Colgate, Pepsodent, dan
Fluorodine.
8
2.1.3.2 Pasta gigi anti plak
Selama dua dekade terakhir, banyak pasta gigi telah diformulasikan
mengandung senyawa antimikroba untuk mencegah atau mengurangi plak,
kalkulus, dan karies gigi. Salah satu senyawa tersebut adalah triklosan. Triklosan
(2,4’ trikloro-2’-hidroksi difenil eter) adalah suatu antimikroba anionik dengan
spektrum luas (dengan minimal inhibitory concentration atau konsentrasi
penghambat minimal terhadap banyak bakteri oral kurang dari 10 µg/g) terhadap
kebanyakan bakteri yang membentuk plak. Anti mikroba ini terabsorbsi ke
permukaan oral tetapi tidak menimbulkan stain. Contoh merek dagangnya adalah
Antiplaque, AP-24.
2.1.3.3 Pasta gigi pemutih
Pasta gigi untuk pemutih meliputi enzim, peroksida, surfaktan, sitrat,
pirofosfat dan hexametaphosphate. Contoh merek dagangnya adalah Diamond,
dan Opale.
2.1.3.4 Pasta gigi anti hipersensitivitas
Hipersensitivitas dentin merupakan suatu kondisi dari gigi yang sakit,
berupa rasa sakit yang singkat dan tajam, diakibatkan dentin yang tersingkap
dalam menerima stimulus yang berasal dari luar. Jenis bahan desensitisasi yang
9
digunakan dalam pasta gigi adalah Potassium citrate dan Stronsium chloride.
Contoh merek dagangnya adalah Colgate Sensitive, Sensodyne, Sensodyne-F.
2.1.3.5 Pasta gigi herbal
Pasta gigi herbal merupakan pasta gigi yang mengandung bahan-bahan
alami pilihan. Penelitian klinis tentang pasta gigi yang mengandung herbal telah
banyak dilakukan oleh para ahli
2.2 Definisi fluor
Fluor yang juga dikenal dengan nama fluorin merupakan unsur kimia yang
berupa gas pada suhu kamar (25 oC), bewarna kuning kehijauan dan merupakan
insur yang sangat reaktif juga dilambangkan dengan huruf F. Letaknya dalam
tabel periodik adalah pada golongan VIIA dan periode 2, jadi dapat dikatakan
bahwa terdapat pada kelompok unsur halogen. Nomor atomnya adalah 9, dengan
massa atom relatifnya adalah 19 gr/mol. Titik leburnya adalah pada suhu -219,6 oC, sedangkan titik didihnya adalah pada suhu -188,13 oC. Flour merupakan unsur
nonlogam yang paling elektronegatif, oleh sebab itu juga merupakan unsur yang
paling reaktif. Jika didekatkan dengan bahan-bahan yang terbuat dari minyak dan
gas maka akan dapat menimbulkan api. Fluor bersifat racun, korosif dan sangat
berbau. Fluor pertama kali diisolasi oleh ilmuwan prancis yang bernama henri
Moissan pada tahun 1886. Nama fluor pertama kali diambil dari kata fluo yang
berarti mengalir dalam bahasa Latin. Fluor sangat reaktif sehingga jarang
ditemukan dalam keadaan bebas, fluor biasa dijumpai berikatan dengan unsur atau
senyawa lain, sehingga biasanya berbentuk dalam senyawa seperti fluorit , kriolit,
dan apatit. Fluor yang berikatan dengan oksigen akan membentuk senyawa
10
fluorida, yang terdapat dalam mineral yang terlarut dalam air sungai dan air laut
(Ibnu, 2011).
Fluor seperti unsur halogen lainnya : chlor, iodium, dan brom yang didapat
dalam bentuk binary compound yang disebut fluoride. Sumber utama dari fluoride
adalah air, terutama air dari sumur-sumur yang dalam. Pada 1802 telah ditemukan
pertama kali fluoride ditemukan dalam jaringan tubuh binatang, dimana
menunjukkan adanya fluoride dalam fosil gigi gajah. Selain terdapat dalam gigi,
fluoride juga dijumpai dalam tulang (Dessy, 2009).
2.2.1 Peranan fluor
Banyak sekali peranan yang dapat diperoleh dari unsur fluor ini,
diantaranya adalah sebagai berikut.
2.2.1.1 Pada senyawa klorofluorkarbon (CFC)
Senyawa klorofluorokarbon atau yang lebih dikenal denagn nama Freon
ini, berupa cair ataupun gas dan tidak berbau ataupun beracun. Senyawa ini sering
digunakan sebagai pendorong dalam produk penyemprot aerosol dan juga sering
digunakan dalam pendingin pada lemari es atau pada AC. Namun sekarang ini
penelitian membuktikan bahwa senyawa ini dapat merusak lapisan ozon (O3) di
atmosfer, sehingga pengunaannya makin di kurangi (Ibnu, 2011).
2.2.1.2 Pada senyawa politetra Fluoretena (Teflon).
Politetra Flouretena adalah salah satu senyawa fluor dalam ikatan plastik
yang lebih sering disebut sebagai teflon. Senyawa ini banyak digunakan pada
industri automobil dan dapat digunakan sebagai pelapis pada bagian dalam panci
dan sebagai peralatan masak lainnya. Selain itu organik fluor juga banyak
berguna seperti pada cairan hidrokarbon yang mengandung fluor yang merupakan
turunan dari petroleum yang dimanfaatkan dalam sebagai minyak pelumas yang
sangat stabil. Selain itu senyawa Uranium heksafluorida berguna dalam proses
difusi gas untuk bahan bakar pada reaktor nuklir atau bom atom. Asam
hidrofluorida juga dapat digunakan untuk melukis kaca. Pemakaian senyawa fluor
dalam kuantitas kecil, dapat membantu kerusakan pada gigi, oleh karena itu
11
banyak pasta gigi yang ditambahkan senyawa ini. Namun apabila senyawa ini
digunakan terlalu banyak maka dapat menyebabkan kerusakan pada email gigi
(Ibnu, 2011).
2.2.1.3 Pada kedokteran gigi
Penambahan fluor pada permukaan gigi yang mengalami karies permulaan
atau karies dini dapat mempercepat proses remineralisasi. Tetapi walaupun fluor
mendorong proses remineralisasi, namun yang paling utama adalah permukaan
gigi secara teratur harus dibersihkan dari plak dengan menggunakan bahan yang
mengandung fluor.
Cara Kerja Fluor Dalam Manghambat Karies Gigi
Mekanisme fluor dapat mencegah karies gigi belum dapat ditemukan
secara jelas, namun pada intinya fluor dapat berikatan dengan enamel dengan
membentuk ikatan fluoroapatit yang lebih stabil dibandingkan dengan
hidroksiapatit yang kurang stabil terutama bila terpapar asam. Namun, dalam
penemuan terbaru, selain pembentukan fluoroapatit, ditemukan pula adanya
CaF2 setelah pemberian topikal aplikasi fluoride. CaF2 dapat menyediakan ion
bebas fluor yang dapat digunakan untuk membentuk ikatan fluoroapatit atau juga
untuk menghadapi proses kariogenik.
Terdapat tiga prinsip perlekatan Fluor dengan permukaan enamel yakni
sebagai berikut :
Perpindahan ion antara F- dengan OH- dalam apatit sehingga membentuk
lapisan fluorapatit
Adanya pertumbuhan pembentukan Kristal fluorapatit dari larutan
supersaturasi
Pelarutan apatit dengan pembentukan CaF2
12
Fluorapatit memiliki mekanisme pencegahan terhadap karies, sebagai berikut:
1. Sistemik : Fluor bergabung dengan gigi pada waktu kalsifikasi, bila sejumlah
besar fluor terdapat dalam air minum pada waktu kalsifikasi gigi, gigi tersebut
kandungan fluornya akan meningkat setelah erupsi.
2. Lokal / Topikal
Mencegah demineralisasi
Gigi yang diberi fluor memiliki penurunan daya larut enamel dalam asam rongga
mulut. Dengan cara mengurangi permeabilitas enamel maka mineral yang
terkandung dalam gigi tidak cepat terlarut dalam saliva, melainkan digantikan
oleh ion-ion F bebas pada permukaan enamel.
Memiliki sifat antibakteri
Pada keadaan ph rendah, fluoride akan berdifusi ke dalam Hydrofluoric Acid. Hal
ini menyebabkan fluoride menghambat metabolisme karbohidrat oleh bakteri
kariogenik sehingga menghalangi pembentukan asam dari karbohidrat oleh
mikroorganisme dalam mulut. Ini berlaku pula terhadap gigi yang mendapat fluor
secara sistemik.
Mempercepat remineralisasi
Dengan cara mengubah lingkungan permukaan enamel sehingga transfer ion
antara saliva dan enamel dipercepat ke arah enamel. Keadaan ini mengakibatkan
reionisasi pada permukaan yang terdemineralisasi menjadi lebih cepat.
2.2.2 Penggunaan fluor
Penggunaan fluoride dapat dibagi menjadi dua, yaitu secara sistemik dan
lokal. Penggunaan secara sistemik bisa berupa tablet, obat tetes, dan fluoridasi air
minum. Sedangkan pemberian secara lokal dapat berupa topikal aplikasi,
penggunaan pasta gigi yang mengandung fluor, dan obat kumur.
2.2.2.1 Pemberian Fluor Secara Sistemik
Fluoride sistemik adalah fluoride yang diperoleh tubuh melalui pencernaan
dan ikut membentuk struktur gigi. Fluoride sistemik juga memberikan
perlindungan topikal karena fluoride ada di dalam air liur yang terus membasahi
13
gigi. Fluoride sistemik ini meliputi fluoridasi air minum dan melalui pemberian
makanan tambahan fluoride yang berbentuk tablet, tetes atau tablet isap. Namun
di sisi lain, para ahli sudah mengembangkan berbagai metode penggunaan fluor,
yang kemudian dibedakan menjadi metode perorangan dan kolektif. Contoh
penggunaan kolektif yaitu fluoridasi air minum (biasa kita peroleh dari air
kemasan) dan fluoridasi garam dapur (Ars creation, 2010). Terdapat tiga cara
pemberian fluor secara sistemik, yaitu :
1. Fluoridasi Air Minum
Telah dibuktikan, apabila dalam air minum yang dikonsumsi oleh suatu
daerah, atau kota tertentu dibubuhi zat kimia fluor maka penduduk di situ akan
terlindung dari karies gigi. Pemberian fluor dalam air minum ini jumlahnya
bervariasi antara 1-1,2 ppm (part per million). Selain dapat mencegah karies, fluor
juga mempunyai efek samping yang tidak baik yaitu dengan adanya apa yang
disebut ‘mottled enamel’ pada mottled enamel gigi-gigi kelihatan kecoklat-
coklatan, berbintik-bintik permukaannya dan bila fluor yang masuk dalam tubuh
terlalu banyak, dapat menyebabkan gigi jadi rusak sekali (Zelvya P.R.D, 2003).
Konsentrasi optimum fluorida yang dianjurkan dalam air minum adalah
0,7–1,2 ppm.18 Menurut penelitian Murray and Rugg-gun cit. Linanof bahwa
fluoridasi air minum dapat menurunkan karies 40–50% pada gigi susu (Ami
Angela, 2005).
Gambar 4. . Kiri : Fluoridasi pada air minum publik (Charleshamel, 2008)
Kanan : Fluorosis (Charleshamel, 2008)
14
2. Pemberian fluor melalui makanan
Kadang-kadang makanan yang kita makan sudah mengandung fluor yang
cukup tinggi, hingga dengan makanan itu saja sudah mencegah terjadinya karies
gigi. Jadi harus diperhatikan bahwa sumber yang ada sehari-hari seperti di rumah,
contohnya di dalam air mineral, minuman ringan dan makanan sudah cukup
mengandung fluoride. Karena itu makanan fluoride harus diberikan dengan hati-
hati. Makanan tambahan fluoride hanya dianjurkan untuk mereka (terutama anak-
anak) yang tinggal di daerah yang sumber airnya rendah fluor atau tidak
difluoridasi. Fluoride dapat berbahaya jika dikonsumsi secara berlebihan. Apabila
pemakaian fluoride tidak terkontrol dan tidak disiplin, maka tidak akan mencapai
sasaran dan dapat menyebabkan kerusakan gigi. Contohnya adalah fluorosis. (Ars
creation, 2010).
Gambar 5. Fluoride Master Whole House Fluoride Water Filtration System, 2010
3. Pemberian fluor dalam bentuk obat-obatan
Pemberian fluor dapat juga dilakukan dengan tablet, baik itu
dikombinasikan dengan vitamin-vitamin lain maupun dengan tablet tersendiri.
Pemberian tablet fluor disarankan pada anak yang berisiko karies tinggi dengan
air minum yang tidak mempunyai konsentrasi fluor yang optimal (2,2 mg NaF,
yang akan menghasilkan fluor sebesar 1 mg per hari) (Ami Angela, 2005).
Tablet fluor dapat diberikan sejak bayi berumur 2 minggu hingga anak 16
tahun. Umur 2 minggu-2 tahun biasanya diberikan dosis 0,25 mg, 2-3 tahun
diberikan 0,5 mg, dan 3-16 tahun sebanyak 1 mg (Nova, 2010).
15
2.2.2.2 Pemberian Fluor Secara Lokal
Menurut Angela (2005), tujuan penggunaan fluor adalah untuk melindungi
gigi dari karies, fluor bekerja dengan cara menghambat metabolisme bakteri plak
yang dapat memfermentasi karbohidrat melalui perubahan hidroksil apatit pada
enamel menjadi fluor apatit yang lebih stabil dan lebih tahan terhadap pelarutan
asam. Reaksi kimia : Ca10(PO4)6(OH)2+F →Ca10(PO4)6(OHF) menghasilkan
enamel yang lebih tahan asam sehingga dapat menghambat proses demineralisasi
dan meningkatkan remineralisasi.
Remineralisasi adalah proses perbaikan kristal hidroksiapatit dengan cara
penempatan mineral anorganik pada permukaan gigi yang telah kehilangan
mineral tersebut (Kidd dan Bechal, 1991). Demineralisasi adalah proses pelarutan
kristal hidroksiapatit email gigi, yang terutama disusun oleh mineral anorganik
yaitu kalsium dan fosfat, karena penurunan pH plak sampai mencapai pH kritis
(pH 5) oleh bakteri yang menghasilkan asam (Rosen, 1991; Wolinsky, 1994).
Penggunaan fluor sebagai bahan topikal aplikasi telah dilakukan sejak
lama dan telah terbukti menghambat pembentukan asam dan pertumbuhan
mikroorganisme sehingga menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam
mempertahankan permukaan gigi dari proses karies. Penggunaan fluor secara
topikal untuk gigi yang sudah erupsi, dilakukan dengan beberapa cara (Yanti,
2002) :
1. Topikal aplikasi yang mengandung fluor
2. Kumur-kumur dengan larutan yang mengandung fluor
3. Menyikat gigi dengan pasta yang mengandung fluor
1. Topikal Aplikasi
Yang dimaksud dengan topikal aplikasi fluor adalah pengolesan langsung
fluor pada enamel. Setelah gigi dioleskan fluor lalu dibiarkan kering selama 5
menit, dan selama 1 jam tidak boleh makan, minum atau berkumur (Lubis, 2001).
16
Gambar 6. Topikal Aplikasi Fluor(2008)
Sediaan fluor dibuat dalam berbagai bentuk yaitu NaF, SnF, APF yang
memakainya diulaskan pada permukaan gigi dan pemberian varnish fluor. NaF
digunakan pertama kali sebagai bahan pencegah karies. NaF merupakan salah satu
yang sering digunakan karena dapat disimpan untuk waktu yang agak lama,
memiliki rasa yang cukup baik, tidak mewarnai gigi serta tidak mengiritasi
gingiva. Senyawa ini dianjurkan penggunaannnya dengan konsentrasi 2%,
dilarutkan dalam bentuk bubuk 0,2 gram dengan air destilasi 10 ml (Yanti, 2002).
Sekarang SnF jarang digunakan karena menimbulkan banyak kesukaran,
misalnya rasa tidak enak sebagai suatu zat astringent dan kecenderungannya
mengubah warna gigi karena beraksinya ion Sn dengan sulfida dari makanan,
serta mengiritasi gingiva. SnF juga akan segera dihidrolisa sehingga harus selalu
memakai sediaan yang masih baru (Kidd dan Bechal, 1991). Konsentrasi senyawa
ini yang dianjurkan adalah 8%. Konsentrasi ini diperoleh dengan melarutkan
bubuk SnF2 0,8 gramdengan air destilasi 10 ml. Larutan ini sedikit asam dengan
pH 2,4-2,8.
APF lebih sering digunakan karena memiliki sifat yang stabil, tersedia
dalam bermacam-macam rasa, tidak menyebabkan pewarnaan pada gigi dan tidak
mengiritasi gingiva. Bahan ini tersedia dalam bentuk larutan atau gel, siap pakai,
merupakan bahan topikal aplikasi yang banyak di pasaran dan dijual bebas. APF
dalam bentuk gel sering mempunyai tambahan rasaseperti rasa jeruk, anggur dan
jeruk nipis (Yanti, 2002).
17
Gambar 7. Fluor Topical Aplication Tray (2009)
Pemberian varnish fluor dianjurkan bila penggunaan pasta gigi
mengandung fluor, tablet fluor dan obat kumur tidak cukup untuk mencegah atau
menghambat perkembangan karies. Pemberian varnish fluor diberikan setiap
empat atau enam bulan sekali pada anak yang mempunyai resiko karies tinggi.
Salah satu varnish fluor adalah duraphat (colgate oral care) merupakan larutan
alkohol varnis alami yang berisi 50 mg NaF/ml (2,5 % sampai kira-kira 25.000
ppm fluor). Varnish dilakukan pada anak-anak umur 6 tahun ke atas karena anak
dibawah umur 6 tahun belum dapat menelan ludah dengan baik sehingga
18
dikhawatirkan varnish dapat tertelan dan dapat menyebabkan fluorosis enamel
(Angela, 2005).
Gambar 8. Kiri : varnish fluor Kanan : Gambaran ikatan Fluor dan Email (www.scielo.br/scielo.php)
2. Pasta gigi fluor
Penyikatan gigi dua kali sehari dengan menggunakan pasta gigi yang
mengandung fluor terbukti dapat menurunkan karies (Angela, 2005). Akan tetapi
pemakaiannya pada anak pra sekolah harus diawasi karena pada umunya mereka
masih belum mampu berkumur dengan baik sehingga sebagian pasta giginya bisa
tertelan. Kebanyakan pasta gigi yang kini terdapat di pasaran mengandung kira-
kira 1 mg F/g ( 1 gram setara dengan 12 mm pasta gigi pada sikat gigi) (Kidd dan
Bechal, 1991).
3. Obat kumur dengan fluor
Obat kumur yang mengandung fluor dapat menurunkan karies sebanyak
20-50%. Penggunaan obat kumur disarankan untuk anak yang berisiko karies
tinggi atau selama terjadi kenaikan karies (Angela, 2005). Berkumur fluor
diindikasikan untuk anak yang berumur diatas enam tahun karena telah mampu
berkumur dengan baik dan orang dewasa yang mudah terserang karies, serta bagi
pasien-pasien yang memakai alat ortho (Kidd dan Bechal, 1991).
19
Gambar 9. Obat Kumur dengan Fluor (www.dentist.net/colgate-phos-flur.asp)
2.2.3 Fluor dalam pasta gigi
Penambahan fluorida dalam pasta gigi yang beredar di Indonesia dimulai
pada tahun 1979 oleh salah satu pioneeer produsen pasta gigi indonesia, saat ini
seluruh pasta gigi yang diproduksi oleh produsen yang tergabung dalam Asosiasi
Industri Pasta Gigi Indonesia (AIPI) seluruhnya memiliki kandungan fluorida.
Menurut Standar Nasional Indonesia kadar fluor yang dipersyaratkan
dalam pasta gigi untuk orang dewasa adalah 800-1500 ppm (SNI 12-3524-1995)
sedangkan bagi pasta gigi anak adalah 500-1000 ppm (SNI 16-4767-1998).
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 445/Menkes/Per/V/1998 Lampiran
1#34 disebutkan bahwa batas maksimum garam fluorida dan turunannya dalam
sediaan higiene mulut adalah 0,15 % (setara dengan 1500 ppm), jumlah ini sesuai
dengan aturan Asean Cosmetic Directive 76/768/EEC Annex III Bagian 1, aturan
FDA Amerika Serikat, serta ISO 11609.
Penelitian yang dilakukan oleh Public Interest Research and Advocacy
Center Lembaga Konsumen Jakarta (KKJ PIRAC) pada 9 merek pasta gigi anak
menunjukan bahwa hanya 1 merek yang kandungan fluornya dibawah atau sama
dengan SNI (maksimal 1000 ppm), sisanya diatas standar. Oleh karena itu
disimpulkan bahwa kadar fluor dalam pasta gigi untuk anak di Indonesia
membahayakan karena di atas standar, lembaga ini menyarankan agar SNI
20
menurunkan syarat kandungan fluor dalam pasta gigi anak menjadi 250-500 ppm
(Rahadian, 2008).
Kadar penggunaannya memiliki ambang batas yang bisa membahayakan
dari efek paparan bila digunakan berlebihan dan tidak sesuai anjuran. Dari
literatur yang ada, fluoride dalam kadar berlebihan berakibat sebaliknya dan harus
diawasi terutama pemberian terhadap anak-anak yang cenderung menelan odol
pada waktu menyikat gigi karena rasa segar yang didapat apalagi bila ditambah
perasa tertentu. Bukan hanya dari pasta gigi, kandungan fluoride juga bisa didapat
dari konsumsi makanan tertentu dan tersedia dalam bentuk suplemen yang justru
sasaran pemberiannya anak-anak.
Pada dasarnya, pasta gigi mengandung berbagai jenis fluoride. Fluoride
yang banyak digunakan adalah jenis sodium monofluoro fosfat (MFP) dan sodium
fluoride (NaF). Menurut Iman Firmansyah, Tim Peneliti Lembaga Konsumen
Jakarta Public Interest Research and Advocacy Center (LKJ PIRAC), di
Indonesia, kandungan fluoride pada pasta gigi anak ternyata cukup besar, yaitu
antara 800-1500 ppm. Padahal di beberapa negara, batas maksimal kandungan
fluoride mulai dikurangi. Contohnya, di negara Eropa, Australia, dan New
Zealand kandungan fluoride berkisar 250-500 ppm.
Seorang pakar lainnya, Profesor Dirk Vanden Berghe, Mikrobiologist
Universitas Antwerp, Swedia, menyatakan, sekitar 30-40 persen pasta gigi ditelan
anak-anak pada saat mereka menyikat giginya atau melalui air ludah. Inilah yang
menyebabkan mereka mengalami overdosis fluoride. Apalagi, produsen umumnya
menambahkan aroma seperti rasa buah yang disukai anak-anak. Padahal semakin
besar kandungan fluoride dalam pasta gigi anak, maka makin besar pula risiko
kesehatan yang akan dideritanya kelak. kelebihan fluoride pada anak dapat dilihat
dari tanda-tanda fisik anak banyak mengeluarkan ludah, indera perasa jadi tumpul,
badan gemetar, pernapasan berat dan anak jadi cepat lelah.
Menurut ahli gigi India dari Maulana Azad Medical College (MAMC) Dr
Pakaj Goel, pasta gigi yang mengandung fluoride tidak cocok digunakan untuk
anak-anak di bawah umur empat tahun. Pakar menambahkan, jika pasta gigi
berfluoride sering tertelan dalam jumlah yang signifikan maka dapat
21
mengakibatkan fluorosis pada anak, kerapuhan tulang, dan pertumbuhannya
terhambat. Bahkan, Dr Mahesh Verma, Kepala Pusat Penelitian Gigi MAMC
menyebutkan, literatur medis melarang pemberian pasta gigi berfluoride kepada
anak-anak di bawah umur lima tahun.
Kebanyakan pasta gigi mengandung 0,1% fluor, oleh karena itu 1 g pasta
gigi mengandung 1 mg fluor. Jumlah rata-rata pasta gigi yang digunakan oleh
anak-anak di bawah usia 7 tahun berkisar dari 0,4-1,4 g dan porsi rata-rata yang
tertelan berkisar dari 14-35% (Barnhart et al, 1974). Jadi penyerapan flour dapat
diperkirakan berkisar dari 0,06-0,5 mg.
Perlu diperhatikan tertelannya pasta gigi oleh anak kecil yang tidak kumur
atau meludah dengan baik setelah menggosok gigi. Sebagian besar anak menyerap
kurang dari 0,025 g pasta gigi (Barnhart et al, 1974; Baxter, 1980), tetapi kadang-
kadang anak menelan sebanyak 1 g pasta yang mengandung 1 mg fluor
(Hargreaves, Ingram dan Wagg, 1972). Tertelannya pasta gigi yang berlebihan
jelas tidak diinginkan pada anak yang telah menerima fluor secara sistemik.
Orangtua harus diberitahu agar mengawasi anaknya dan membatasi jumlah pasta
yang diletakkan pada sikat gigi, kira-kira sebesar kacang polong kecil (Andlaw,
1992).
2.2.2.1 Kekurangan Fluor
Kekurangan Flour dapat menyebabkan kerusakan gigi yang berlebihan,
pada gigi akan mengakibatkan gigi menjadi rapuh. Bila kekurangan flour ini dapat
menyebabkan gigi mudah terserang karies atau gigi gigis (caries dentis), terjadi
perubahan warna pada gigi anak dan dapat terjadi penipisan tulang.
2.2.2.2 Kelebihan Flour
Tingginya kandungan fluor pada air minum mengakibatkan kerusakan
pada gigi. Semua zat bila digunakan tidak semestinya atau berlebihan maka akan
menyebabkan masalah atau berbahaya bagi kesehatan. Seperti juga fluor yang
akan menyebabkan kelebihan flour juga dapat mengakibatkan kelainan tulang dan
gigi. Flour dalam tubuh separuhnya akan disimpan dalam tulang dan terus
22
bertambah sesuai umur, akibatnya tulang menjadi mudah patah karena terjadi
flourosis pada tulang. Fluorosis sendiri adalah perubahan yang tampak pada gigi
akibat konsumsi fluor yang berlebihan pada awal masa anak-anak ketika giginya
sedang tumbuh. Dampak fluorosis ini bisa ringan dan bisa pula fatal, Flourosis
gigi ditandai dengan:
Noda coklat atau bintik-bintik kuning yang menyebar di permukaan gigi
akibat pembentukan email gigi yang tidak sempurna.
Email gigi yang tidak sempurna menyebabkan gigi menjadi mudah berlubang
Timbul bercak putih dan cokelat di gigi
Kasus ini banyak ditemukan di Indonesia. Walau berdampak ringan dan tidak
menimbulkan rasa nyeri pada gigi, namun bisa mengurangi penampilan akibat
gigi yang tidak sedap dipandang mata.
Gigi bisa berlubang yang akhirnya hancur atau tanggal.
(Khamidah, 2012)
Hasil penelitian Departemen Kesehatan Belgia menyimpulkan bahwa
penggunaan fluoride secara berlebihan dapat menyebabkan osteoporosis dan
kerusakan sistem syaraf. Ini mendorong pemerintah Belgia melarang beredarnya
segala jenis tablet dan permen yang mengandung fluoride. Pemerintah Belgia juga
sedang mempresentasikan hasil penelitiannya di depan anggota Uni Eropa untuk
memperoleh kesepakatan bersama pelarangan pasta gigi yang mengandung
fluoride.