BAB II
Transcript of BAB II
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Pengertian Gagal Jantung
Gagal jantung adalah keadaan patofisiologi dimana jantung sebagai pompa
tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan. ( Faqih
Ruhyanudin, 2006).
Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa
darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi.
( Brunner & Suddarth.2001).
Congestif Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi ketidakcukupan
curah jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh, baik pada saat istirahat
maupun aktifitas. (T.M Marelli, 2007)
B. Anatomi dan Fisiologi
A. Jantung
Jantung merupakan sebuah organ muskuler berongga yang terdiri dari
otot-otot. Otot jantung merupakan jaringan istimewa karena jika dilihat dari
bentuk dan susunannya sama dengan otot serat lintang, dan cara kerjanya
dipengaruhi oleh susunan saraf otonom atau diluar kemauan kita. Bentuk
jantung menyerupai jantung pisang bagian atasnya tumpul (pangkal jantung)
yang disebut juga basis kordis, disebelah bawah agak runcing yang disebut
apeks cordis. Jantung terletak dirongga dada sebelah depan (cavum
mediastinum anterior), sebelah kiri bawah dari pertengahan rongga dada, diatas
diafragma, dan pangkalnya terdapat dibelakang kiri antara costa V dan VI, dua
6
7
jari dibawah papila mamae. Pada tempat ini teraba adanya denyutan jantung
yang disebut iktuscordis. Ukuran jantung + sebesar genggaman tangan kanan
dan beratnya kira-kira 250 – 300 gram.
Gambar 1.1 Letak Jantung
B. Lapisan
Jantung
(Menurut Syaifiuddin 2006 hal, 122) lapisan jantung terdiri dari 3 lapisan:
a. Perikardium
Lapisan ini merupakan lapisan terluar dari jantung yang merupakan selaput
pembungkus, yang terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan parietal dan viseral
yang bertemu di pangkal jantung membentuk kantung jantung.
b. Miokardium
Lapisan ini merupakan lapisan inti dari jantung yang terdiri dari otot-otot
jantung, otot jantung ini membentuk bundalan-bundalan otot yaitu :
1) Bundalan otot atria, yang terdapat dibagian kiri atau kanan dari basis
cordis yang membentuk serambi atau aurikula cordis.
8
2) Bundalan otot ventrikel, yang membentuk bilik jantung, yang dimulai
dari cincin atrio ventikuler sampai di apeks jantung.
3) Bundalan otot atrio ventrikuler, merupakan dinding pemisah antara
serambi dan bilik jantung.
c. Endokardium
Merupakan lapisan jantung yang terdapat disebelah dalam yang terdiri dari
jaringan endotel atau selaput lendir yang melapisi permukaan rongga
jantung.
C. Ruang Jantung
( Menurut John Gibson 2002 hal, 98), ruang jantung terbagi atas :
a. Atrium Kanan
Berfungsi sebagai penyimpan darah yang berasal dari vena cava superior dan
inferior dan penyalur darah dari vena-vena sirkulasi sistemik kedalam
ventrikel kanan kemudian ke paru-paru.
b. Ventrikel Kanan
Ventrikel kanan berbentuk bulan sabit yang unik guna menghasilkan
kontraksi bertekanan rendah yang cukup untuk mengalirkan darah kedalam
arteri pulmonalis.
c. Atrium Kiri
Atrium kiri menerima darah yang sudah dioksigenisasi dari paru-paru melalui
vena pulmonalis.
9
d. Ventrikel kiri
Ventrikel kiri meghasilkan tekanan yang tinggi untuk mengatasi tahanan
sirkulasi sistemik dan mempertahankan aliran darah ke jaringan perifer.
D. Katup-katup Jantung
Katup jantung berfungsi mempertahankan aliran darah searah melaui
bilik-bilik jantung. Ada 2 jenis katup jantung yaitu katup atrioventrikularis (katup
AV) yang memisahkan atrium dengan ventrikel, dan katup semilunaris yang
memisahkan arteri pulmonalis dan aorta dari ventrikel yang bersangkutan.
Katup-katup ini membuka dan menutup secara pasif, menanggapi perubahan
tekanan dan volume dalam bilik-bilik jantung dari pembuluh darah.
a. Katup Atrioventrikularis
Katup ini terbagai atas 2 katup yaitu :
1) Katup trikuspidalis
Terletak diantara atrium kanan dan ventrikel kanan, yang berfungsi sebagai
penerima suplai darah dari atrium kanan dan menyalurkan ke ventrikel
kanan.
2) Katup bikuspidalis atau mitral
Terletak antara atrium kiri dan ventrikel kiri, berfungsi sebagai penerima
suplai darah yang kaya O2 dari atrium kiri kemudian dialirkan ke ventrikel
kiri.
10
b. Katup Semilunaris
Terdiri dari 2 katup yaitu :
1) Katup pulmonalis
Terletak antara ventrikel kanan dan arteri pulmonalis, berfungsi
mengalirkan darah ke paru-paru.
2) Katup aorta
Terletak antara ventrikel kiri dan aorta, berfungsi mengalirkan darah ke
seluruh tubuh.
E. Pembuluh darah
Menurut Moore (2002), dalam sistem kardiovaskuler terdapat pembuluh darah,
yaitu:
a. Arteri koronariaia
Arteri koronaria membawa darah dari jantung dan mengedarkannya kedalam
seluruh tubuh
b. Arteri pulmonalis
Arteri pulmonalis yang membawa darah dari ventrikel kanan ke paru- paru
c. Vena pulmonalis
Vena pulmonalis adalah saluran yang membawa darah kaya oksigen dari
paru- paru ke atrium kiri
d. Vena cava superior
Vena cava superior merupakan satu dari dua vena utama yang membawa
darah rendah oksigen dari seluruh tubuh ke jantung
e. Vena cava inferior
11
Vena-vena dari kaki dan tubuh bagian bawah menuju vena cava yang berakhir
pada atrium kanan.
F. Sirkulasi darah Jantung
a. Peredaran darah besar
Darah meninggalkan ventrikel kiri jantung melalui aorta , aorta ini bercabang
menjadi arteri lebih kecil yang mengantarkan darah ke berbagai bagian tubuh.
b. Peredaran darah kecil
Darah masuk melalui vena kava inferior dan vena kava superior ke ventrikel
kanan yang berkontraksi dan memompo ke dalam arteri pulmonalis untuk
dihantarkan ke dalam paru-paru kiri dan kanan, didalam paru-paru setiap
arteri membelah menjadi arteriola dan akhirnya menjadi kapiler pulmonal
yang mengitari alveoli didalam jaringan paru-paru untuk memungut
oksigendan melepaskan karbondioksida, kemusian kapiler pulmonal
bergabung menjadi vena dan darah dikembalikan ke jantung oleh vena
pulmonalis.
Gambar 1.2 Anatomi Jantung
12
G. Curah Jantung
Jumlah yang dipompakan ventrikel dalam satu menit disebut curah
jantung dan jumlah darah yang dipompakan ventrikel pada setiap kali sistol
disebut isi sekuncup. Dengan demikian curah jantung sama dengan sekuncup
frekuensinya denyut jantung per menit. Secara normal pada setiap sistol ventrikel
tidak terjadi pengosongan total dari ventrikel, hanya sebagian dari isi ventrikel
yang dikeluarkan. Curah jantung pada pria dewasa dalam keadaan istirahat + 5
liter dan dapat turun atau naik pada berbagai keadaan.
H. Bunyi Jantung
(Menurut Jhon Gibson 2002, hal 108) bunyi jantung dibedakan atas :
a. Bunyi jantung pertama (S1)
Bunyi “lub” bunyi ini dihasilkan oleh tegangan mendadak katub mitralis
dan trikuspidalis pada permulaan sistole ventrikel.
b. Bunyi jantung kedua (S2)
Bunyi “dup” bunyi ini dihasilkan oleh getaran yang disebabkan oleh
penutupan katubaorta dan pulmonalis.
c. Bunyi jantung ketiga (S3)
Bunyi S3 terjadi bila pengisian darah ke ventrikel terhambat selama
diastolik, seperti terjadi pada berbagai keadaan penyakit, maka akan terjadi
getarana sementara pada saat diastolik, serupa dengan bunyi janung S1 dan
13
S2 meskipun halus. Maka bunyi jantung menjadi triplet dan menimbulkan
efek akustik seperti gallop kuda sehingga disebut gallop
d. Bunyi jantung ke empat (S4)
Bunyi S4 adalah bunyi berisik yang terdengar ketika terjadi tuberlensi dalam
darah yang mengalir kedalam jantung. Arus darah yang normal pada jantung
adalah jika tidak terdengar
C. Etiologi
1. Kelainan otot jantung
2. Aterosklerosis koroner
3. Hipertensi Sistemik atau pulmunal (peningkatan afterload)
4. Peradangan dan penyakit myocardium degeneratif
5. Penyakit jantung lain
6. Faktor sistemik
D. Patofisiologi
Jantung yang normal dapat berespon terhadap peningkatan kebutuhan
metabolisme dengan menggunakan mekanisme kompensasi yang bervariasi untuk
mempertahankan kardiak output, yaitu meliputi :
1. Respon system saraf simpatis terhadap barroreseptor atau kemoreseptor.
2. Pengencangan dan pelebaran otot jantung untuk menyesuaikan terhadap
peningkatan volume.
14
3. Vaskontriksi arteri renal dan aktivasi system rennin angiotensin
4. Respon terhadap serum sodium dan regulasi Anti Diuretik Hormon (ADH) dan
reabsorbsi terhadap cairan
Kegagalan mekanisme kompensasi dapat dipercepat oleh adanya volume
darah sirkulasi yang dipompakan untuk melawan peningkatan resistensi vaskuler
oleh pengencangan jantung.
E. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Doenges (1999), pemeriksaan diagnostik gagal jantung kongestif adalah:
1. EKG, hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia dan
kerusakan pola mungkin terlihat. Distrimia, misalnya takikardia, fibrasi atrial,
kenaikan segmen ST/T persisten 6 minggu atau lebih setelah infark miokard
menunjukan adanya aneurisme ventrikuler (dapat menyebabkan gagal/disfungsi
jantung)
2. Sonogram (ekokardiogram, ekokardiogram doople) : dapat menunjukan dimensi
pembesaran bilik, perubahan dalam fungsi/struktur katup, atau area penurunan
kontratilitas ventrikuler.
3. Scan jantung : tindakan penyuntikan fraksi dan mempekirakan gerakan dinding.
4. Katerisasi jantung : tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu
membedakan gagal jantung sisi kanan versus kiri, dan stenosis katup atau
insufisiensi. Juga mengkaji patensi arteri koroner. Zat kontras disuntikan
kedalam ventrikel menunjukan ukuran abnormal dan ejeksi fraksi/perubahan
kontraktilitas.
15
5. Rontgen dada : dapat menunjukan pembesaran jantung, bayangan mencerminkan
dilatasi/hipertorfi bilik atau perubahan dalam pembuluh darah mencerminkan
peningkatan tekanan pulmonal.
6. Enzim hepar : meningkatkan dalam gagal/kongesti hepar.
7. Elektrolit : mungkin berubah karena perpindahan cairan/penurunan fungsi ginjal,
terapi diuretik.
8. Oksimetri nadi : saturasi oksigen mungkin rendah, terutama GJK akut
memperbutuk PPOM atau GJK kronis.
9. AGD (Analisa Gas Darah) : gagal ventrikel kiri di tandai dengan alkalosis
respiratorik ringan (dini) atau hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir)
10. BUN, kreatinin : peningkatan BUN menandakan penurunan perfusi
ginjal. Kenaikan baik BUN dan kreatinin merupakan indikasi gagal ginja
11. Albumin/transferin serum : mungkin menurun sebagai akibat penurunan
pemasukan protein atau penurunan sintesis protein dalam hepar yang mengalami
kongesti.
12. Kecepatan sedimentasi (ESR) : mungkin meningkat, menandakan reaksi
inflamasi akut
13. Pemeriksaan tiroid : penigkatan aktifitas tiroid menunjukan hiperaktifitas
tiroid sebagai pre-pencetus GJK
F. Penatalaksanaan
Tujuan dasar penatalaksanaan pasien dengan gagal jantung kongestif adalah
sebagai berikut :
16
1. Dukung istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung.
2. Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraksi jantung dengan bahan-bahan
farmakologis.
3. Menghilangkan penimbunan cairan tubuh berlebihan dengan terapi diuretik, diet
dan istrirahat
Terapi Farmakologis :
1. Glikosida jantung digitalis, meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan
memperlambat frekuensi jantung.
2. Terapi diuretic diberikan untuk memacu ekskresi natrium dan air melalui ginjal.
3. Terapi vasodilator, obat-obat fasoaktif digunakan untuk mengurangi impadasi
tekanan terhadap penyemburan darah oleh ventrikel.
17
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
TEORITIS KLIEN GAGAL JANTUNG KONGESTIF
Untuk melaksanakan asuhan keperawatan secara teoritis penulis
menggunakan pendekatan proses keperawatan, teori dan konsep keperawatan di
implementasikan secara terpadu dalam tahapan yang terorganisir yang meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan perencanaan, tindakan dan evaluasi. (Doengoes,
1999, hal 52)
A. Pengkajian Keperawatan
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala : keletihan/kelelahan terus menerus sepanjang hari, insomnia, nyeri
dada dengan aktifitas, dispsnea pada istirahat atau pada pengerahan tenaga.
Tanda : gelisah, perubahan status mental, tanda vital berubah pada
aktivitas
b. Sirkulasi
Gejala : riwayat hipertensi, IM baru/akut, episode GJK sebelumnya,
penyakit katup jantung, bedah jantung, endokarditis, anemia, syok septik,
bengkak pada kaki, telapak kaki, abdomen, “sabuk terlalu ketat” (pada gagal
bagian kanan)
Tanda : TD : mungkin rendah (gagal pemompaan) normal (GJK tingan
atau kronis), atau tinggi (kelebihan beban cairan). Tekanan nadi: mungkin
sempit, menunjukan penurunan volume sekuncup. Frekuensi jantung :
takikardia (gagal jantung kiri). Irama jantung: distrimia, misalnya fibrilasi
18
atrium, kontraksi ventrikel prematur/takikardia, blok jantung. Bunyi jantung :
S3 (gallop) adalah diagnostik : S4 dapat terjadi : S1 dan S2 mungkin melemah.
Murmur sistolik dan diastolik dapat menandakan adanya stenosis katup atau
insufisiensi. Nadi : nadi perifer berkurang : perubahan dalam kekuatan
denyutan dapat terjadi : nadi sentral mungkin kuat misalnya nadi jugularis,
karotis, abdominal terlihat. Warna : kebiruan, pucat atau sianotik dengan
pengisian kapiler lambat. Hepar : pembesaran / dapat teraba reflek
hepatojugularis. Bunyi napas : krekels, ronchi. Edema : mungkin dependen,
umum, atau pitting khususnya pada ekstrimitas.
c. Integritas Ego
Gejala : ansietas, kuatir, takut, stres yang berhubungan dengan
penyakit/keprihatinan finansial (pekerjaan/biaya perawatan medis).
Tanda : berbagai manifestasi prilaku, misalnya ansietas, marah, ketakutan,
mudah tersinggung.
d. Eliminasi
Gejala : penurunan berkemih, urine berwarna gelap, berkemih malam hari
(nokturia), diare/konstipasi.
e. Makanan/Cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual/muntah, penambahan berat badan
signifikan, pembengkakan pada ekstrimitas bawah, pakaian/sepatu terasa sesak,
diet tinggi garam/makanan yang telah di proses, lemak, gula dan kafein,
penggunaan diuretik.
19
Tanda : penambahan berat badan cepat, distensi abdomen, (asites) edema
(umum, dependen, tekanan, pitting)
f. Hygiene
Gejala : keletihan/kelemahan, kelelahan selama aktifitas perawatan diri
Tanda : penampilan menandakan kelalian perawtan personal
g. Neurosensori
Gejala : kelemahan, pening, episode pingsan
Tanda : letargi, kusut pikir, disorientasi, perubahan prilaku, mudah
tersinggung
h. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan atas,
sakit
Tanda : tidak senang, gelisah, fokus menyempit (menarik diri), perilaku
melindungi diri
i. Pernapasan
Gejala : dispnea saat aktifitas, tidur sambil duduk, atau dengan beberapa
bantal, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat penyakit paru kronis,
penggunaan bantuan pernapasan, misalnya oksigen atau medikasi
Tanda : pernapasan : takipnea, napas dangkal, pernapasan labored,
penggunaan otot aksesori pernapasan, nasal flaring. Baruk :
kering/nyaring/nonproduktif atau mungkin batuk terus menerus dengan/tanpa
pembentukan sputum. Sputum : mungkin bersemu darah merah muda/berbuih
(edema pulmunal). Bunyi nafas : mungkin tidak terdengar, dengan krakles
20
basilar dan mengi. Fungsi mental : mungkin menurun letargi, kegelisahan.
Warna kulit : pucat atau sianosis.
j. Keamanan
Gejala : perubahan dalam fungsi mental, kehilangan kekuatan/tonus otot,
kulit lecet.
k. Interaksi sosial
Gejala : penurunan keikutsertaan dalam aktifitas sosial yang biasa di
lakukan.
l. Pembelajaran/pengajaran
Gejala : menggunakan/lupa menggunakan obat-obat jantung, misalnya
penyekat saluran kalsium
Tanda : bukti tentang ketidakberhasilan untuk meningkatkan
B. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas
miokardia/perubahan inotropik, perubahan frekuensi, irama, konduksi listrik,
perubahan struktural (mis, kelainan katup, aneurisme ventrikular)
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen/kebutuhan, kelemahan umum, tirah baring lama/immobilisasi.
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju filtrasi
glomerulus (menurunnya curah jantung) meningkatnya produksi ADH dan
retensi natrium/air.
21
4. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapier-
alviolus, contoh pengumpulan perpindahan cairan kedalam area
interstisial/alveoli
5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama,
edema, penurunan perfusi jaringan
6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, program pengobatan berhubungan
dengan kurang pemahaman/kesalahan persepsi tentang hubungan fungsi jantung.
C. Intervensi keperawatan
Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas
miokardia/perubahan inotropik, perubahan frekuensi, irama, konduksi listrik,
perubahan struktural (mis, kelainan katup, aneurisme ventrikular)
Tujuan tindakan keperawatan:
1) Menunjukkan tanda vital dalam batas yang dapat diterima
(disritmia terkontrol atau hilang)
2) Melaporkan penurunan episode dipsnea, angina.
3) Ikut serta dalam aktifitas yang dapat mengurangi beban
kerja jantung.
Intervensi keperawatan:
1) Auskultasi nadi apikal; kaji frekuensi, irama jantung, (dokumentasikan
disritmiabila terjadi telemetri).
2) Catat bunyi jantung
3) Palpasi nadi perifer
4) Pantau tekanan darah
22
5) Kaji kulit terhadap pucat dan sianosis
6) Pantau haluaran urine, catat pengeluaran haluaran dan kepekatan/
konsentrasi urine.
7) Kaji perubahan pada sensori, contoh letargi, bingung, disorientasi, cemas
dan depresi.
8) Berikan istirahat semi rekumben pada tempat tidur atau kursi. Kaji
pemeriksaan fisik sesuai indikasi.
9) Berikan istirahat psikologi dengan lingkungan tenang: menjelaskan
manajenen medik/keperawatan; membantu klien menghindari situasi stres,
mendengar/berespon terhadap ekspresi perasaan/takut.
10) Berikan pispot disamping tempat tidur. Hindari aktifitas respons valsava,
contoh mengejan selama defekasi, menahan napas selama perubahan posisi.
11) Tinggikan kaki, hindari tekanan pada bawah lutut. Dorong olah raga
aktif/pasif. Tingkatkan ambulasi/aktifitas sesuai toleransi.
12) Periksa nyeri tekan betis, menurunnya nadi pedal, pembengkakan,
kemerahan lokal atau pucat pada ekstrimitas.
13) Jangan beri preparat digitalis dan laporkan dokter bila perubahan nyata
terjadi pada frekuensi jantung atau irama atau tanda toksisitas digitalis.
14) Berikan oksigen tambahan dengan kanul nasal/masker sesuai indikasi
15) Berikan obat sesuai indikasi:
a) Diuretik, contoh furosemid (lasix) : asam elekrenik, contoh (edecrin);
bumetanid (burmex) ; spironolacton (aldacton)
23
b) .Vasodilator, contoh nitrat (nitro-dur, isodril) ; arteriodilator, contoh
hodrazalin (Apresolin) ; kombinasi obat, contoh prazosin(Minipres)
c) Digoksin( lanoxin)
d) Captopril (capoten); lisinopril (prinivil) ; elanapril (vasotec)
e) .Murfin sulfat
f) Tranquilizer/ sedatif
16) Antikoagulan, contoh heparin dosis rendah, warvarin (caumadin)
17) Pemberian cairan cairan IV, pembatasan jumlah total sesuai indikasi.
18) Pantau / ganti elektrolit
19) Pantau seri EKG dan perubahan foto dada
20) Pantau pemeriksaan laboratorium, contoh BUN, kreatinin
21) Pemeriksaan fungsi hati (AST,LDH)
22) Pemeriksaan koagulasi
23) Siapkan untuk insersi/ mempertahankan alat pacu jantung bila
diindikasikan.
24) Siapkan pembedahan sesuai indikasi
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen / kebutuhan, kelemahan umum, tirah baring lama / immobilisasi.
Tujuan tindakan keperawatan :
1) Berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan, memenuhi kebutuhan
perawatan
24
2) Mencapai peningkatan toleransi aktifitas yang dapat diukur, dibuktikan
oleh menurunnya kelemahan dan kelelahan dan tanda vital dibawah
normal selama aktifitas.
Intervensi keperawatan :
(1) Periksa tanda vitl sebelum dan segera setelah aktifitas, khususnya bila
pasien menggunakan vasodilator, diuretik, penyekat beta.
(2) Catat respon kardiopulmonal terhadap aktifitas, catat takikardi, disritmia,
dipsnea, berkeringat dan pucat.
(3) Kaji respiratorik/penyebab kelemahan contoh penbobatan, nyeri, obat
(4) Evaluasi peningkatan intoleransi aktifitas
(5) Berikan bantuan dalam aktifitas perawatan diri sesuai in dikasi. Selingi
periode aktifitas dengan periode istirahat.
(6) Implementasikan program rehabilitasi jantung/aktifitas.
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju filtrasi
glomerulus (menurunnya curah jantung) meningkatnya produksi ADH dan
retensi natrium / air.
Tujuan tindakan keperawatana:
1) Mendemonstrasikan volume cairan stabil dengan keseimbangan masukan dan
pengeluaran, bunyi nafas bersih/ jelas, tanda vital dalam rentang yang dapat
diterima, berat badan stabil, dan tidak ada edema.
2) Menyatakan pemahaman tentang/ pembatasan cairan individu
Intervensi Keperawatan :
25
(1) Pantau haluaran urine, catat jumlah dan warna saat hari dimana diurisis
terjadi
(2) Pantau / hitung keseimbangan pemasukan dan pengeluaran selama 24 jam
(3) Pertahankan duduk atau tirah baring, dengan posisi semi fowler selama
fase akut
(4) Buat jadwal pemasukan cairan, di gabung dengan keinginan minum bila
mungkin. Berikan perawatan mulut /es batu sebagai bagian dari kebutuhan
cairan.
(5) Timbang berat badan setiap hari.
(6) Kaji distensi leher dan pembuluh darah perifer. Lihat area tubuh dependen
untuk edema dengan / tanpa pitting, catat adanya edema tubuh umum
(anasarka).
(7) Ubah posisi dengan sering, tinggikan kaki bila duduk, lihat permukaan
kulit, pertahankan tetap kering dan berikan bantalan sesuai indikasi.
(8) Auskultasi bunyi napas, catat penurunan dan/atau bunyi tambahan, contoh
krekels, mengi. Catat adanya peningkatan dispnea, takipnea, ortopnea,
dispnea nokturnal paroksismal, batuk perresisten.
(9) Selidiki keluhan dipsnea ekstream tiba- tiba, kebutuhan untuk bangan dari
duduk, sensasi sulit bernapas, rasa panik atau ruangan sempit
(10)Pantau TD dan CVP (Central Vena Pressure) bila ada.
(11)Kaji bising usus, catat keluhan anoreksia, mual, distensi abdomen,
konstipasi.
(12)Berikan makanan mudah dicerna.
26
(13)Ukur lingkaran abdomen sesuai indikasi.
(14)Dorong untuk menyatakan perasaan sehungan dengan pembatasan.
(15)Palpasi hepatomegali. Catat keluhan nyeri abdomen kuadran kanan atas/
nyeri tekan.
(16)Catat peningkatan letergi, hipotensi, kram otot.
(17)Pemberian obat sesuai indikasi
(18)Mempertahankan cairan/ pembatasan natrium sesuai indikasi.
(19)Konsul dengan ahli diet.
(20)Pantau foto thorak.
(21)Kaji dengan tournikuet rotasi/ flebotomi, dialisis, dan ultrafiltrasi sesuai
indikasi.
m. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler-
alveolus, contoh pengumpulan perpindahan cairan ke dalam area interstisial/
alveoli.
Tujuan Tindakan keperawatan:
1) Mendemonstrasikan ventilasi dan oksigenisasi adekuat pada jaringan
ditunjukkan oleh GDA/ oksimetri dalam rentang normal dan bebas gejala
distres pernapasan.
2) Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam batas kemampuan/situasi.
Intervensi keperawatan :
1) Auskultasi bunyi napas, catat krekels, mengi.
2) Anjurkan pasien batuk efektif, napas dalam
3) Dorong perubahan posisi sering
27
4) Pertahankan duduk di kursi/tirah baring dengan kepala tempat tidur tinggi
20-30 derajat, posisi semi fowler. Sokong tangan dengan bantal
5) Pantau/gambaran seri GDA, nadi oksimetri
6) Berikan tanbahan oksigen sesuai indikasi
7) Berikan obat sesuai indikasi
28
n. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama,
edema; penurunan perfusi jaringan.
Tujuan tindakan keperawatan :
1) Mempertahankan integritas kulit
2) Mendenonstrasikan perilaku/teknik mencegah kerusakan kulit.
Intervensi keperawatan:
1) Lihat kulit, catat penonjolan tulang, adanya edema, area sirkulasinya
terganggu/pigmentasi atau kegemukan / kurus.
2) Pijat area kemerahan atau yang memutih.
3) Ubah posisi sering di tempat tidur/kursi, bantu latihan rentang gerak
aktif/pasif.
4) Berikan perawatan kulit sering, meminimalkan dengan
kelembaban/ekskresi.
5) Periksa sepatu kesempitan/sandal dan ubah sesuai kebutuhan.
6) Hindari obat intramuskuler.
7) Berikan tekanan altenatif/ kasur, kulit domba, perlindungan siku/tumit.
o. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, program pengobatan berhubungan
dengan kurang pemahaman/kesalahan persepsi tentang hubungan fungsi
jantung/penyakit/gagal.
Tujuan Intervensi keperawatan :
29
1) Mengindentifikasi hubungan terapi (program pengobatan) untuk
menurunkan episode berukang dan mencegah kompliksi.
2) Menyatakan tanda / gejala yang memerlukan intervensi yang cepat.
3) Mengindentifikasi strees pribadi / faktor risiko dan beberapa teknik untuk
menangani.
4) Melakukan perubahan pola hidup perilaku yang perlu.
Intervensi Keperawatan:
1) Diskusikan fungsi jantung normal.
2) Kuatkan rasional pengobatan
3) Diskusikan pentingnya menjadi seaktif mungkin tanpa menjadi kelelahan,
dan istirahat diantara aktifitas.
4) Diskusikan pentingnya pembatasan natrium. Berikan daftar kandungan
natrium pada makanan umum yang harus di hindari / batasi. Dorong untuk
membaca label makanan dan bungkus obat.
5) Diskusikan obat, tujuan dan efek samping. Berikan instruksi secara verbal
dan tertulis.
6) Anjurkan makanan diet pada pagi hari.
7) Anjurkan dan lakukan demonstrasi ulang kemampuang mengambil dan
mencatat nadi diatas/dibawah frekuensi yang telah di tentukan sebelumnya,
perubahan pada irama/regularitas.
8) Jelaskan dan diskusikan peran pasien dalam mengontrol faktor risiko
(contoh, merokok) dan faktor pencetus dasn pemberat (Contoh, diet tinggi
garam, tidak aktif/terlalu aktif, terpajan pada suhu ekstrem).
30
9) Bahas ulang tanda/gejala yang memerlukan prihatin medik cepat, contoh
peningkatan berat badan cepat, edema, napas pendek, peningkatan
kelelahan, batuk, hemoptisis, demam.
10) Berikan kesempatan pasien/orang terdekat untuk
menanyakan/mendiskusikan masalah dan membuat perubahan pola hidup
yang perlu.
11) Tekankan pentingnya melaporkan tanda/gejala toksisitas digitaslis, contoh
terjadinya gangguan pencernaan dan penglihatan, perubahan frekuensi
nadi/irama, memburuknya gagal jantung.
12) Rujuk pada sumber di masyarakat/kelompok pendukung sesuai indikasi.