Bab ii

43
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kesehatan Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini bersifat pasif (tanpa tindakan: berpikir,berpendapat,bersikap)maupun aktif (melakukan tindakan). Sesuai dengan batasannya perilaku kesehatan dapat dirumuskan sebagai segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dan lingkungannya, khususnya yang 12

Transcript of Bab ii

Page 1: Bab ii

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perilaku Kesehatan

Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme

(makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis

semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan

manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing.

Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi

manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan

tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang

terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini

bersifat pasif (tanpa tindakan: berpikir,berpendapat,bersikap)maupun aktif

(melakukan tindakan). Sesuai dengan batasannya perilaku kesehatan dapat

dirumuskan sebagai segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dan

lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan, sikap tentang

kesehatannya serta tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan.

Menurut L.W. Green, faktor penyebab masalah kesehatan adalah faktor

perilaku dan non perilaku. Faktor perilaku khususnya perilaku kesehatan dipengaruhi

oleh 3 faktor yaitu :

1. Faktor-faktor predisposisi (Predisposing factors),

adalah faktor yang terwujud dalam kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan juga

variasi demografi seperti status ekonomi, umur, jenis kelamin, dan susunan

keluarga. Faktor ini lebih bersifat dari dalam diri individu tersebut.

12

Page 2: Bab ii

13

2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors), adalah

faktor pendukung yang terwujud dalam lingkungan fisik, yang termasuk di

dalamnya adalah berbagai macam sarana dan prasarana, misal : dana,

transportasi, fasilitas, kebijakan pemerintah dan sebagainya.

3. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors), adalah

faktor-faktor yang meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh

agama, sikap dan perilaku petugas termasuk petugas kesehatan, termasuk juga

disini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah

daerah yang terkait dengan kesehatan.

Perilaku dapat dibatasi sebagian jiwa (berpendapat, berfikir, bersikap dan

sebagainya) (Notoadmojo, 1999). Untuk memberikan respon terhadap situasi diluar

objek tersebut. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan).

Bentuk operasional dari perilaku dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu :

1. Perilaku dalam bentuk pengetahuan, yaitu dengan mengetahui situasi dan

rangsangan.

2. Perilaku dalam bentuk sikap, yaitu tanggapan perasaan terhadap keadaan atau

rangsangan dari luar diri si subjek sehingga alam itu sendiri akan mencetak

perilaku manusia yang hidup di dalamnya, sesuai dengan sifat keadaan alam

tersebut (lingkungan fisik) dan keadaan lingkungan sosial budaya yang bersifat

non fisik tetapi mempunyai pengaruh kuat terhadap pembentukan perilaku

manusia. Lingkungan ini adalah merupakan keadaan masyarakat dan segala budi

daya masyarakat itu lahir dan mengembangkan perilakunya.

Page 3: Bab ii

14

3. Perilaku dalam bentuk tindakan, yang sudah konkrit berupa perbuatan terahadap

situasi dan rangsangan dari luar.

2.1.1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi

melalui panca indera manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan

raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu indra penglihatan,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan merupakan domain yang

sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (ever behavior). Pada dasarnya

pengetahuan terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang

dapat memahami sesuatu gejala dan memecahkan masalah yang dihadapi.

Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman langsung ataupun melalui

pengalaman orang lain. Pengetahuan dapat ditingkatkan melalui penyuluhan baik

secara individu maupun kelompok untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan yang

bertujuan untuk tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat

dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan optimal.

Menurut Notoatmodjo (1993), pengetahuan mempunyai enam tingkatan yaitu:

1. Tahu (know)

Diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya,

termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap

sesuatu yang spesifik dari seluruh bagian yang dipelajari atau rangsangan yang telah

Page 4: Bab ii

15

diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

antara lain : menyebutkan, mendefenisikan, mengatakan.

2. Pemahaman (Comprehension)

Diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek

yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang

telah memahami terhadap objek atau materi atau harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyampaikan, meramalkan terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat

diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan buku, rumus, metode, prinsip dalam

konteks, atau situasi lain. Misalnya adalah dapat menggunakan rumus statistik dalam

perhitungan-perhitungan hasil penelitian dan dapat menggunakan prinsip-prinsip

siklus pemecahan masalah kesehatan dari kasus-kasus yang diberikan.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi, dan masih ada

kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata

kerja seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan

dan sebagainya.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk menghubungkan

bagian-bagian kedalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sistesis

Page 5: Bab ii

16

adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dan formulasi-formulasi

yang ada. Misalnya: dapat menyusun, merencanakan, meringkas, menyesuaikan dan

sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan-kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini

berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria

yang ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.

Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan

dengan tingkatan-tingkatan di atas (Notoadmojo, 2003).

2.1.2. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap

suatu stimulus atau objek. Sikap tidak langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan

terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi

adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-

hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial

(Notoadmojo, 1993).

Secara umum sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk merespon

(secara positif atau negatif) terhadap orang, objek atau situasi tertentu. Sikap

mengandung suatu penelitian emosional/afektif (senang, benci, sedih dan

sebagainya). Selain bersifat positif dan negatif, sikap memiliki tingkat kedalaman

Page 6: Bab ii

17

yang berbeda-beda (sangat benci, agak benci, dan sebagainya). Sikap itu tidaklah

sama dengan perilaku dan perilaku tidaklah selalu mencerminkan sikap seseorang.

Sebab sering kali terjadi bahwa seseorang dapat berubah dengan memperlihatkan

tindakan yang bertentangan dengan sikapnya. Sikap sesorang dapat berubah dengan

diperolehnya tambahan informasi tentang objek tersebut melalui persuasi serta

tekanan dari kelompok sosialnya.

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau obyek. Manifestasi sikap itu tidak langsung dapat dilihat,

tetapi dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.

Allport (1954) dalam Soekijo (1993), menjelaskan bahwa sikap itu

mempunyai tiga komponen pokok yaitu :

a. Kepercayaan (kenyakinan), ide dan konsep terhadap suatu obyek.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu obyek.

c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)

Sikap ini terdiri dari 4 (empat) tingkatan yaitu :

1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperlihatkan stimulus

yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari

kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang gizi.

2. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya. Mengerjakan dan menyelesaikan tugas

yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk

Page 7: Bab ii

18

menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan

itu benar atau salah, adalah berarti orang menerima ide tersebut.

3. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah

adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya: seorang ibu yang mengajak ibu

yang lain untuk pergi menimbangkan anaknya ke posyandu, atau mendiskusikan

tentang gizi, adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap positif

terhadap gizi anak.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala

resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

Ciri-ciri sikap adalah :

1. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang

perkembangan orang itu dalam hubungan dengan objeknya. Sifat ini

membedakannya dengan sifat motif-motif biogenetis seperti lapar, haus atau

kebutuhan akan istirahat.

2. Sikap dapat berubah-ubah karena sikap dapat dipelajari dan karena itu pula

sikap dapat berubah-ubah pada orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-

syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.

3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu

terhadap suatu objek. Dengan kata lain sikap itu terbentuk, dipelajari atau

berubah senantiasa.

Page 8: Bab ii

19

4. Objek sikap itu dapat merupakan satu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan

kumpulan dari hal-hal tersebut.

5. Sikap mempunyai segi motivasi dari segi-segi perasaan. Sifat ilmiah yang

membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan

yang dimiliki orang (Purwanto, 1999).

Fungsi sikap dibagi menjadi empat golongan, yakni :

1. Sebagai alat untuk menyesuaikan diri. Sikap adalah sesuatu yang bersifat

communicable artinya sesuatu yang mudah menjalar sehingga mudah pula

menjadi milik bersama.

2. Sebagai alat pengatur tingkah laku. Kita tahu bahwa tingkah laku anak kecil atau

binatang umumnya merupakan aksi-aksi yang spontan terhadap sekitarnya.

Antara perangsang dan reaksi tidak ada pertimbangan tetapi pada orang dewasa

dan yang sudah lanjut usianya, perangsang itu pada umumnya tidak diberi reaksi

secara spontan akan tetapi terdapat adanya proses secara sadar untuk menilai

perangsang-perangsang itu. Jadi antara perangsang dan reaksi terhadap sesuatu

yang disisipkannya yaitu sesuatu yang berwujud pertimbangan-pertimbangan

atau penilaian-penilaian terhadap perangsang itu. Jadi antara perangsang dan

reaksi terhadap sesuatu yang disisipkannya yaitu sesuatu yang berwujud

pertimbangan-pertimbangan atau penilaian-penilaian terhadap perangsang itu

sebenarnya bukan hal yang berdiri sendiri tetapi merupakan sesuatu yang erat

hubungannya dengan cita-cita orang, tujuan hidup orang, peraturan-peraturan

kesusilaan yang ada dalam bendera, keinginan-keinginan pada orang itu dan

sebagainya.

Page 9: Bab ii

20

3. Sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman. Dalam hal ini perlu

dikemukakan bahwa manusia di dalam menerima pengalaman-pengalaman dari

dunia luar sikapnya tidak pasif tetapi diterima secara aktif artinya semua

pengalaman yang berasal dari luar itu tidak semuanya dilayani oleh manusia

tetapi juga manusia memilih mana-mana yang perlu dan mana yang tidak perlu

dilayani. Jadi semua pengalaman ini diberi penilaian lalu dipilih.

4. Sebagai pernyataan kepribadian. Sikap sering mencerminkan kepribadian

seseorang. Ini sebabnya karena sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang

mendukungnya. Oleh karena itu dengan melihat sikap-sikap pada obyek-obyek

tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi orang tersebut. Jadi sikap

sebagai pernyataan pribadi. Apabila kita akan mengubah sikap sesorang kita

harus mengetahui keadaan sesungguhnya dari sikap orang tersebut dengan

mengetahui keadaan sikap itu kita akan mengetahui pula mungkin tidaknya sikap

tersebut dapat diubah dan bagaimana cara mengubah sikap-sikap tersebut

(Purwanto, 1999).

2.1.3. Tindakan

Suatu sikap belum optimis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk terwujudnya

sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung/suatu kondisi yang

memungkinkan (Notoadmojo, 1993).

Tindakan terdiri dari empat tindakan, yaitu :

1. Persepsi (Perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang

akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

Page 10: Bab ii

21

2. Respon Terpimpin (guided response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan

contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.

3. Mekanisme (mechanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara optimis,

atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat

tiga.

4. Adopsi (adoption)

Adaptasi adalah praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.

Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan

tersebut.

2.2. Ibu Nifas

Menurut Prawiharjo (2002), masa nifas (Pueporium) adalah dimulai setelah

plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan

sebelum hamil. Menurut Obstetri Wiliam, masa nifas adalah masa segera setelah

kelahiran sampai 6 minggu. Selama masa ini, saluran reproduktif anatominya kembali

ke keadaan tidak hamil yang normal (Yeyeh A R, 2010).

Selama masa nifas, tubuh mengeluarkan darah nifas yang mengandung

trombosit, sel-sel generatif, sel-sel nekrosis atau sel mati dan sel endometrium sisa.

Ada yang darah nifasnya cepat berhenti, ada pula yang darah nifasnya masih keluar

melewati masa 40 hari. Cepat atau lambat, darah nifas harus lancar mengalir keluar.

Bila tidak, misal, karena tertutupnya mulut rahim sehingga bisa terjadi infeksi.

Page 11: Bab ii

22

Defenisi lainnya masa nifas adalah masa pembersihan rahim, ketika jaringan sisa-sisa

plasenta dan dinding rahim dikeluarkan oleh tubuh.

Meskipun perdarahan nifas berlangsung singkat, sebaiknya tetap menganggap

masa nifas belum selesai. Masa nifas tetap saja sebaiknya berlangsung selama 40

hari, baik ibu yang melahirkan normal atau sesar. Sebab, meskipun gejala nifasnya

sudah berlalu, belum tentu rahimnya sudah kembali ke posisi semula.

Masa nifas merupakan rangkaian setelah proses persalinan yang dilalui oleh

seorang wanita, beberapa tahapan masa nifas yang harus difahami antara lain:

1. Puerperium dini, yaitu pemulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan

berjalan-jalan.

2. Puerperium intermedial, yaitu pemulihan menyeluruh alat-alat genital yang

lamanya 6-8 minggu .

3. Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat dan

terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.

2.2.1 Asuhan Nifas Normal

Pelayanan pasca persalinan harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi

kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dini, pengobatan

komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi serta penyediaan pelayanan pemberian

ASI, cara menjarangkan kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi ibu (Sarwono, 2011).

Periode pascapersalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu ,bayi dan

keluarganya secara fisiologis,emosional dan sosial. Baik di Negara maju maupun di

Negara berkembang perhatian utama bagi ibu dan bayi terlalu banyak tertuju pada

masa kehamilan dan persalinan, sementara keadaan justru kebalikannya, oleh karena

Page 12: Bab ii

23

risiko kesakitan dan kematian ibu serta bayi lebih sering terjadi pada masa pasca

persalinan.

Pada masa pascapersalinan, seorang ibu memerlukan

- Nutrisi

- Pemberian ASI dan perawatan bayi

- Kesehatan pribadi, higiene dan masa penyembuhan

- Kontrasepsi dan kehidupan seksual

2.2.2 Kebijakan Nasional Program Nifas

Selama ibu berada dalam masa nifas, paling sedikit 4 kali bidan harus

melakukan kunjungan, dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir,

untuk mencegah, mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang

terjadi (Ai Yeyeh R, 2010).

Seorang bidan pada saat memberikan asuhan kepada seorang ibu dalam masa

nifas harus melakukan beberapa hal yang bergantung dari kondisi ibu sesuai dengan

tahapan perkembangan antara lain dalam literature Saifuddin (2006) :

a) Kunjungan ke-1 (6-8 jam setelah persalinan): Mencegah perdarahan masa nifas

karena atonia uteri; Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota

keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atoni uteri;

Pemberian ASI awal; Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir;

Memberikan kapsul vitamin A setelah 24 jam persalinan.

b) Kunjungan ke-2 (6 hari setelah persalinan): Memastikan involunsi berjalan

normal; Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat;

Memastikan ibu menyusui dengan baik.

Page 13: Bab ii

24

c) Kunjungan ke-3 (2 minggu setelah persalinan),sama seperti diatas

d) Kunjungan ke-4 (6 minggu setelah persalinan): Menanyakan pada ibu penyulit

yang ia atau bayi alami; Memberikan konseling untuk KB dini.

2.2.3. Kebutuhan Nutrisi

Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan

metabolismenya. Kebutuhan gizi pasa masa nifas terutama bila menyusui akan

meningkat 25 %, karena berguna untuk proses kesembuhan karena sehabis

melahirkan dan untuk memproduksi air susu yang cukup untuk menyehatkan bayi.

Semua itu akan meningkat tiga kali dari kebutuhan biasa.

Makanan yang dikonsumsi berguna untuk melakukan aktivitas, metabolisme,

cadangan dalam tubuh, proses memproduksi ASI. Ibu nifas memerlukan nutrisi dan

cairan untuk pemulihan kondisi kesehatan setelah melahirkan, cadangan tenaga serta

untuk memenuhi produksi air susu. Ibu nifas dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan

akan gizi sebagai berikut:

1. Mengkonsumsi makanan tambahan, kurang lebih 500 kalori tiap hari

2. Makan dengan diet gizi seimbang untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat,

protein, lemak, vitamin, dan mineral

3. Minum sedikitnya 3 liter setiap hari

4. Mengkonsumsi tablet besi selama 40 hari post partum

5. Mengkonsumsi 2 kali kapsul vitamin A 200.000 .

Seorang ibu dalam masa nifas akan mempersiapkan dirinya untuk masa menyusui

selama 6 bulan kedepan. Kebutuhan nutrisi ibu yang akan memberikan ASI lebih

tinggi dari kebutuhan ibu selama masa pregnancy (kehamilan). Intake akan

Page 14: Bab ii

25

digunakan untuk sekresi susu, energy, protein dan sintesis susu. Jika nutrisi kurang

pada masa laktasi maka volume ASI pun menjadi menurun, komposisi nutrisi dan

imunitas substances juga akan berkurang (Mitayani, 2010).

2.2.4 Air Susu Ibu (ASI)

Pemberian ASI pada bayi baru lahir akan memberikan banyak manfaat, baik

untuk ibu dan bayi. ASI merupakan makanan paling sesuai untuk bayi baru lahir,

termasuk bayi premature. ASI memiliki keuntungan-keuntungan zat gizi yang tinggi,

imunologi dan fisiologi dibandingkan dengan susu formula komersial ataupun susu

lainnya. Komposisi Air Susu Ibu masing-masing berbeda, colostrums berbeda dengan

susu matang, susu premature berbeda dengan susu ibu. Kandungan gizi paling

sempurna untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi.

Air Susu Ibu (ASI ) mengandung 280 internasional unit (UI) vitamin A dan

colostrums mengandung sejumlah dua kali. Susu sapi mengandung hanya 18 UI yang

memiliki banyak manfaat bagi bayi.Selain vitamin A, ASI juga mengandung berbagai

macam vitamin dan zat mikronukrien (Yeyeh A R, 2010).

2.3. Pengertian Vitamin A

Vitamin Adalah sekelompok  senyawa organik amina yang sangat penting

dan sangat dibutuhkan oleh tubuh, karena vitamin berfungsi untuk membantu

pengaturan atau proses kegiatan tubuh (vitamin mempunyai peran sangat penting

dalam metabolisme tubuh), karena vitamin tidak dapat dihasilkan oleh tubuh. Jika

manusia, hewan dan ataupun makhluk hidup lain tanpa asupan vitamin tidak akan

dapat melakukan aktivitas hidup dengan baik, kekurangan vitamin menyebabkan

tubuh kita mudah terkena penyakit. Vitamin A adalah suatu kristal alkohol berwarna

Page 15: Bab ii

26

kuning dan larut dalam lemak atau pelarut lemak.Dalam makanan vitami n A

biasanya terdapat dalam bentuk ester retinil,yaitu terikat pada asam lemak rantai

panjang. ( Almatsier, 2003 ).

Menurut Krauses’s (1992) dalam Hadju ( 1997) , vitamin A adalah istilah

yang digunakan untuk menerangkan seluruh retinal yang mempunyai aktivitas biologi

dari all-trans retinal. Vitamin A, suatu alkohol kristal yang berwarna kuning muda,

dinamakan retinal berdasarkan fungsi spesifiknya dalam retina mata. Bentuk yang

aktif secara biologi dari vitamin A adalah yang berhubungan dengan aldehyde

(retinal) dan asam (asam retinoat). Vitamin A merupakan vitamin yang larut dalam

lemak adalah istilah umum bagi beberapa campuran kimia yang sejenis. Campuran

tersebut terdapat kalau bukan sebagai vitamin A dalam bentuk retinal, adalah sebagai

provitamin dalam zat warna karotenoid tanaman. Oleh karena bahan tesebut dapat

dirubah menjadi vitamin A dalam tubuh, jumlah pendahuluannya atau provitamin A

dalam pangan dinyatakan sebagai nilai vitamin A.

2.3.1. Sumber Vitamin A

Sumber vitamin A dapat diperoleh dalam dua bentuk yaitu preformed vitamin

A atau retinal yang hanya terkandung dalam bahan makanan hewani serta merupakan

vitamin A yang aktif. Dan prekursor vitamin A atau vitamin A yang dalam tubuh

diubah menjadi vitamin A aktif yang terkandung dalam bahan makanan nabati

(Sedioetama, 1999).

Dalam bahan makanan terdapat vitamin A dalam bentuk karoten sebagai ester

dari vitamin A dan vitamin A bebas. Keaktifan biologis karoten jauh lebih rendah

dibandingkan dengan vitamin A bagi masyarakat di negara sedang berkembang, maka

Page 16: Bab ii

27

absorpsi dan ketersediaan karoten perlu diketahui. Vitamin A tidak dapat disintesa

dalam tubuh. vitamin A biasanya didapatkan dari makanan sehari-hari sebagai

vitamin A (Preformed vitamin A). atau sebagai karoten (provitamin A) atau

campuran dari keduanya. Sumber-sumber vitamin A dalam makanan terdiri dari :

a. Nabati

Provitamin A biasanya dalam bentuk beta karoten ditemukan dalam pangan

seperti jagung kuning, wortel, labu, semangka, tomat, sayuran berdaun hijau tua,

beberapa jenis ceri dan berbagi buah yang dagingnya berwarna kuning dan jingga.

Beberapa buah yang terdapat di Asia Tenggara yang menyediakan vitamin A adalah

mangga dan pepaya. Sayuran berdaun hijau tua merupakan sumber Vitamin A yang

lebih baik daripada sayuran berwarna muda (Suhardjo dkk, 1986).

Pada sayuran hijau yang berwarna tua, warna kuning atau jingga pigmen

karotenoid tidak dapat dilihat karena pigmen tersebut diliputi hijau daun pada

tanaman tersebut. Daun hijau tua dari banyak tanaman yang biasanya tidak dimakan

teratur seperti akar dan buahnya, merupakan sumber yang kaya akan nilai Vitamin A.

Penggunaan lebih banyak daun yang empuk seperti daun singkong, kacang polong,

labu, semangka, ubi jalar dan daun pepaya harus digalakkan.

b. Hewani

Dalam bahan makanan hewani sumber vitamin A biasanya terdapat dalam

bentuk retinal seperti susu, mentega, keju, kuning telur dan hati serta berbagai jenis

ikan yang tinggi kandungan lemaknya. Lemak binatang dan lemak jenuh mempunyai

kemampuan lebih besar untuk melarutkan vitamin A daripada lemak tidak jenuh atau

lemak nabati.

Page 17: Bab ii

28

c. Makanan Hasil fortifikasi

Sumber vitamin A dari hasil fortifikasi adalah margarine, susu, kental manis,

susu bubuk, makanan bayi (bubur).

Tabel 2.1. Nilai Vitamin A berbagai bahan makanan (Retinol Ekivalen (RE) /100g)

No Bahan Makanan RE No Bahan Makanan RE

1 Hati Sapi 13170 15 Daun Katuk 3111

2 Kuning Telur Bebek 861 16 Sawi 1940

3 Kuning Telur ayam 600 17 Kangkung 1890

4 Ayam 243 18 Bayam 1827

5 Ginjal 345 19 Ubi Jalar 2310

6 Ikan sarden (kaleng) 250 20 Mentega 1287

7 Minyak Ikan 24000 21 Margarin 600

8 Minyak Hati ikan 1800 22 Susu bubuk 471

9 Wortel 3600 23 Keju 225

10 Daun Singkong 3300 24 Susu Kental Manis 153

11 Daun Pepaya 5475 25 Semangka 177

12 Daun Lamtoro 5340 26 Mangga 1900

13 Daun Tales 3118 27 Pisang raja 285

14 Daun Melinjo 3000 28 Tomat 450

Sumber. Daftar Analisi Bahan Makanan,FKUI,1992 (Almatsier, 2003)

2.3.2. Fungsi vitamin A

Page 18: Bab ii

29

Vitamin A yang disebut juga Retinol sangat banyak fungsinya, yaitu:

membantu mata menyesuaikan diri terhadap perubahan cahaya dari terang ke

gelap, mencegah kekeringan selaput lendir mata yang disebut xerosis konjungtiva,

mencegah terjadinya kerusakan mata berlanjut yang akan menjadi bercak bitot

sampai kebutaan, menjaga kesehatan kulit dan selaput lendir saluran pernafasan,

saluran kemih dan saluran pencernaan terhadap masuknya bakteri dan virus,

membantu pertumbuhan tulang dan sistem reproduksi, membantu pertumbuhan dan

perkembangan janin dalam kandungan, pembelahan sel, diferensiasi sel,

meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan bersifat antioksidan yang dapat

menetralisir radikal bebas penyebab kerusakan sel dan jaringan.

2.3.3 Angka Kecukupan Vitamin A

Kekurangan maupun kelebihan dalam asupan vitamin A dapat memunculkan

resiko yang merugikan kesehatan. Karenanya angka kecukupan vitamin A yang

ditetapkan adalah vitamin A yang harus didapatkan setiap hari untuk

mempertahankan status vitamin A pada level atau tingkat yang memuaskan atau

cukup, tingkat konsentrasi vitamin A yang cukup dalam hati adalah 20 µg/berat

basah. Tanda-tanda klinis dari defesiensi vitamin A akan muncul jika cadangannya

tak berarti lagi. Hal itu hanya terjadi bilamana rata-rata asupan harian vitamin A

sangat rendah untuk jangka waktu lama. Orang yang mempunyai tingkat vitamin A

yang cukup dalam hatinya, tidak akan menunjukkan tanda-tanda difesiensi walaupun

mereka tidak mempunyai asupan vitamin A untuk jangka waktu sekitar tiga bulan .

Page 19: Bab ii

30

Tabel 2.2.Kecukupan Vitamin A Yang Dianjurkan (orang/hari)

No Golongan umur Vitamin A (RE)

No Golongan umur Vitamin A (RE)

ANAK-ANAK IBU HAMIL

1 0-6 bulan 375 9 Tri sem I 300

2 7-12 bulan 400 10 Tri semester II-III 300

3 1-5 tahun 400- 450 IBU MELAHIRKAN

4 6-9 tahun 450-500 11 6 bln pertama +350

WANITA 12 6 bln kedua +350

6 10-18 tahun 600 PRIA

7 19-64 tahun 500 13 10-64 tahun 600

8 65+ tahun 500 14 65+ tahun 600

Sumber: Widya Nasional Pangan dan Gizi (Almatsier, 2003)

2.3.4 Epidemiologi Defisiensi Vitamin A

Penyebab defisiensi vitamin A bisa sangat kompleks, dan tergantung pada

jenis serta jumlah vitamin dan provitamin yang dicerna dan tergantung pada

penyerapan, pengangkutan dan kapasitas penyimpanan dan kebutuhan metabolik

individu. Nampaknya keadaan penyakit yang tidak saling berkaitan dapat mengubah

setiap faktor ini secara dramatis dan pada gilirannya mengubah keseimbangan

vitamin A pada individu.

Penyebab dan kontribusi setiap faktor ini dapat bervariasi dari suatu

masyarakat ke masyarakat lainnya menyebabkan pola epidemiologi yang berbeda

dalam hal usia, jenis kelamin, musim, jumlah orang yang terkena dan proporsi relatif

kasus dengan dan tanpa xeropthalmia serta keterlibatan kornea. Namun pada

umumnya defisiensi vitamin A yang penting secara klinis yang menyebabkan

Page 20: Bab ii

31

peningkatan mortalitas atau kebutaan adalah terutama merupakan penyakit anak-anak

kecil, kebanyakan dari mereka berasal dari masyarakat pedesaan yang miskin dan

perkampungan kumuh di kota.

1. Usia

Anak-anak dilahirkan dengan cadangan vitamin A yang terbatas, dan bila

seorang ibu kekurangan vitamin A maka simpanan pada bayi yang baru lahir akan

lebih sedikit lagi. Kolostrum dan air susu ibu yang awal adalah sumber vitamin A

pekat. Selama 0-6 bulan pertama kehidupan, kebanyakan bayi hampir sepenuhnya

tergantung pada vitamin A yang terdapat pada air susu ibu yang siap diserap. Bila

seorang ibu menderita defisiensi vitamin A maka jumlah vitamin A yang terdapat

dalam air susunya juga turun. Anak yang disapih sering kurang beruntung terutama

bila anak tersebut menerima susu formula tidak difortifikasi yang memang rendah

vitamin A atau susu murni yang terlalu diencerkan dengan air. Setelah 4-6 bulan

kehidupan, seorang anak memerlukan makanan tambahan dengan makanan kaya

vitamin atau provitamin A. Karena berbagai macam alasan terutama karena

ketidaktahuan,pilihan,biaya, atau tidak tersedia maka makanan ini tidak dikonsumsi

dalam jumlah yang cukup.

Walaupun rata-rata mortalitas untuk anak pra-sekolah yang lebih besar dan

anak usia sekolah yang lebih muda adalah rendah dibandingkan dengan rata-rata

untuk tahun pertama atau tahun kedua kehidupan, status vitamin A dapat mempunyai

pengaruh lebih besar terhadap angka mortalitas anak yang lebih tua dibanding anak

yang lebih muda.

Page 21: Bab ii

32

2. Jenis kelamin

Anak laki-laki sering lebih beresiko lebih tinggi terhadap xeropthalmia (rabun

senja dan bercak bitot) dibanding anak perempuan. Namun, pada kebanyakan

masyarakat atau kebudayaan, risiko kebutaan, risiko kebutaan xeropthalmia yang

berat (ulserasi kornea dan keratomalasia) sama pada kedua jenis kelamin; perbaikan

status vitamin A umumnya sama-sama menurunkan mortalitas kedua jenis kelamin.

3. Musim.

Xeropthalmia terjadi lebih merata pada waktu-waktu tertentu sepanjang tahun,

pola ini ditentukan oleh keparahan dan keterkaitan bersama macam-macam faktor

yang mengganggu status vitamin A. sebagai contoh, pada banyak daerah di dunia,

sumber vitamin A dan makanan keseluruhan cadangannya sedikit pada musim panas

dan kering, dan campak serta diare sering terjadi. Campak adalah faktor musiman

yang penting, mencetuskan sebanyak 25-50 % kasus kebutaan xeropthalmia di Asia

dan bahkan lebih banyak di Afrika. Campak dikatakan penyakit yang paling sering

menyebabkan kebutaan pada masa anak-anak, sebagian besar kebutaan masa anak-

anak disebabkan dekompensasi status vitamin A yang diinduksi oleh campak .

2.4. Pemberian Kapsul Vitamin A

Suplementasi Vitamin A adalah program intervensi pemberian kapsul vitamin

A bagi anak usia 6-59 bulan dan ibu nifas yang bertujuan selain untuk mencegah

kebutaan juga untuk menanggulangi kekurangan vitamin A (KVA) yang masih cukup

tinggi. Suplementasi Vitamin A dapat diperoleh di sarana pelayanan kesehatan

seperti: Rumah sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu (Pustu), Poskesdes, Polindes,

Posyandu, dokter, bidan praktek swasta, dukun bersalin terlatih.

Page 22: Bab ii

33

Pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 SI) terbukti efektif untuk

mengatasi masalah KVA pada masyarakat apabila cakupannya tinggi (minimal 80

%). Pemberian vitamin A akan memberikan perbaikan nyata dalam satu sampai dua

minggu. Cakupan tersebut dapat tercapai apabila seluruh jajaran kesehatan dan

sektor-sektor terkait dapat menjalankan peranannya masing-masing dengan baik.

Adapun sasaran pemberian kapsul vitamin A yaitu :

1. Anak-anak umur 1-5 tahun (anak Balita)

Diberikan kapsul vitamin A tiap 6 bulan dalam setahun dengan dosis 200.000

SI secara oral yaitu pada Bulan Februari dan Agustus.

2. Ibu nifas

Ibu nifas juga diberikan kapsul vitamin A dengan dosis 200.000 SI sehingga

bayinya akan memperoleh vitamin A yang cukup melalui ASI. Untuk keamanan

kapsul diberikan paling lambat 30 hari setelah melahirkan. Adapun yang harus

diperhatikan dalam pemberian kapsul vitamin A dosis 200.000 SI yaitu tidak

diberikan kepada bayi umur 0-12 bulan dan ibu hamil, karena merupakan

kontraindikasi. Jika setelah 24 jam ibu nifas belum memperoleh kapsul Vitamin A,

maka dapat diberikan pada:

Kunjungan nifas yang pertama (KN1) yaitu 6-48 jam setelah persalinan.

Kunjungan nifas yang kedua (KN2) pada 3-7 hari setelah persalinan.

Kunjungan nifas yang ketiga (KN3) pada 8-28 hari setelah persalinan.

Departemen Kesehatan RI, melalui program suplementasi kapsul vitamin A,

menyediakan kapsul vitamin A dosis tinggi 200.000 IU bewarna merah untuk ibu

Page 23: Bab ii

34

nifas. 1 (satu) kapsul lagi diberikan dengan selang waktu minimal 24 jam. ditambah

pemberian makanan yang mengandung vitamin A setiap hari akan menjamin

kecukupan vitamin A ibu nifas selama menyusui dan bayinya. Upaya peningkatan

konsumsi makanan kaya vitamin A ternyata merupakan cara yang paling sesuai untuk

jangka panjang. Sekarang ini, pemberian kapsul vitamin A dipilih sebagai cara yang

mudah, murah dan cepat untuk menjamin agar ibu nifas di Indonesia tidak menderita

kekurangan vitamin A.

Program nasional pemberian suplemen vitamin A adalah upaya penting untuk

mencegah kekurangan vitamin A di antara anak-anak Indonesia. Tujuan Program ini

adalah untuk mendistribusikan kapsul vitamin A pada semua anak di seluruh wilayah

Indonesia dua kali dalam satu tahun. Setiap Februari dan Agustus, kapsul vitamin A

didistribusikan secara gratis kepada semua anak yang mengunjungi Posyandu dan

Puskesmas. Vitamin A yang terdapat dalam kapsul tersebut cukup untuk membantu

melindungi anak-anak dari timbulnya beberapa penyakit yang pada gilirannya akan

membantu menyelamatkan penglihatan dan kehidupan mereka ( Maryam, 2000 ).

Periode pemberian kapsul vitamin A diberikan dalam bulan Februari dan

Agustus. Pemberian secara bersamaan ini mempunyai beberapa keuntungan :

a. Memudahkan dalam memantau kegiatan pemberian kapsul, termasuk pencatatan

dan pelaporannya, karena semua anak mempunyai jadwal pemberian yang sama.

b. Memudahkan dalam upaya penggerakan masyarakat karena kampanye dapat

dilakukan secara nasional disamping secara spesifik daerah.

Page 24: Bab ii

35

c. Memudahkan dalam pembuatan materi-materi penyuluhan (spot TV, spot radio,

barang-barang cetak) terutama yang dikembangkan, diproduksi dan

disebarluaskan oleh tingkat pusat.

d. Dalam rangka hari proklamasi RI (Agustus) biasanya banyak kegiatan yang dapat

digunakan untuk mempromosikan vitamin A, termasuk pemberian kapsul vitamin

A dosis tinggi (Depkes RI, 1996).

2.4.1 Efek Samping dari Penggunaan Kapsul Vitamin A

Pemberian vitamin A dengan dosis yang terlalu tinggi dan terjadi dalam waktu

yang lama dapat menjadi toksin (racun) bagi tubuh. Hipervitaminosis A banyak

dijumpai pada anak-anak dengan tanda-tanda cengeng, bengkak disekitar tulang-

tulang yang panjang, kulit kering dan gatal. Hipervitaminosis A dapat terjadi dalam 2

tingkat :

a. Hipervitaminosis A akut, yaitu jika anak usia 1 tahun – 5 tahun mengkonsumsi

lebih tinggi (300.000 IU) dosis tunggal, mungkin akan menderita mual, sakit kepala

dan anoreksia (tidak nafsu makan). Penonjolan ubun-ubun juga dapat terjadi pada

balita < 1 tahun dan akan hilang dalam waktu 1 hari – 2 hari.

1) Terjadi akibat pemberian dosis tunggal vitamin A yang sangat besar atau

pemberian berulang dosis tunggal yang lebih kecil tetapi masih termasuk dosis besar

karena di konsumsi dalam periode 1 hari – 2 hari.

2) Pengobatannya dilakukan dengan cara pemberian vitamin A dan pengobatan

simptomatis.

Page 25: Bab ii

36

b. Hipervitaminosis A kronis, yaitu jika bayi dan balita mengkonsumsi > 25.000 IU

tiap hari selama > 3 bulan atau beberapa tahun baik yang berasal dari makanan

maupun dari pemberian vitamin A dosis tinggi. Biasanya hanya terjadi pada orang

dewasa. Pada anak usia muda dan bayi biasanya dapat menyebabkan anoreksia, kulit

kering, gatal-gatal serta kemerahan di kulit, peningkatan intracranial, bibir pecah-

pecah, tungkai dan lengan lemah dan bengkak.Pengobatannya sama dengan

hipervitaminosis A akut.

Page 26: Bab ii

37

2.5. Kerangka Konsep

Keterangan

Untuk mengungkap gambaran perilaku ibu nifas, maka kerangka konsep yang

digunakan adalah menurut teori Green (1980), bahwa faktor predisposing yang

meliputi umur ibu, paritas, pekerjaan ibu, pendidikan ibu, pengetahuan ibu, sikap ibu

dan juga faktor enabling meliputi tempat pelayanan kesehatan, akses pelayanan

kesehatan serta faktor reinforsing dimana petugas kesehatan, keluarga juga teman

responden akan dapat mempengaruhi tindakan ibu nifas dalam mengkonsumsi kapsul

vitamin A.

1.Predisposing

-Umur

-Paritas

-Pekerjaan

-Pendidikan

-Pengetahuan

-Sikap

Tindakan ibu nifas

Dalam mengkonsumsi

kapsul vitamin A

2.Enabling

-Ketersediaan Kapsul vitamin

A

-Akses pelayanan kesehatan

3.Reinforcing

- Petugas kesehatan

- Keluarga

-Teman