BAB I.docx laporan praktikum biokimia
-
Upload
rahmiattazkiyah -
Category
Documents
-
view
14 -
download
2
description
Transcript of BAB I.docx laporan praktikum biokimia
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Analisis kuantitatif terhadap bahan-bahan atau obat yang sering
digunakan dalam bidang farmasi dimaksudkan untuk menentukan kadar
dan mutu dari obat-obatan dan senyawa-senyawa kimia seperti yang
telah tercantum dalam farmakope dan buku resmi lainnya. Analisa
kuantitatif dapat dibagi menjadi empat, yaitu secara volumetri,
gravimetri, gasometri dan instrument. Metode volumetri ada yang dapat
dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.
Salah satu sumbangan nyata ilmu kimia kepada ilmu farmasi ialah
bidang pengobatan. Sintesis obat sangat memerlukan peranan ilmu kimia,
kini telah banyak obat- obatan yang dibuat secara sintesis, baik berupa
senyawa organik maupun senyawa anorganik. Di antara banyak obat yang
kini telah dikenal, ada beberapa obat yang mempunyai fungsi sama,
tetapi pula mempunyai fungsi berbeda, demikian pula dengan efek
samping atau pengaruh samping obat yang merugikan kesehatan.
Antibiotik merupakan obat yang sangat penting dan digunakan
untuk memberantas berbagai penyakit infeksi. Zat kimia ini
dihasilkan oleh mikroorganism, terutama jamur dan bakteri yang
mempunyai khasiat bakteriostatik atau bakterisid terhadap satu atau
beberapa mikroorganisme lain yang rentan terhadap antibiotik.
I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan I.2.1 Maksud Percobaan
Untuk mengetahui cara menganalisa dan menentukan kadar suatu
obat antibiotik I.2.2 Tujuan Percobaan
1. Mengetahui cara menganalisa kadar Amoksisilin dalam sediaan tablet
2. Menentukan kadar obat Amoksisilin dalam sediaan tablet
I.3 Prinsip Percobaan
Berdasarkan reaksi cincin β-laktam dalam sampel amoksisilin
yang bereaksi dengan I2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKAII.1. Teori Umum
Iodometri merupakan titrasi tidak langsung dan digunakan untuk
menetapkan senyawa-senyawa yang mempunyai oksidasi lebih besar dari
sistem iodium-iodida atau senyawa-senyawa yang bersifat oksidator. Pada
Iodometri, sampel yang bersifat oksidator direduksi dengan kalium iodida
berlebih dan akan menghasilkan iodium yang selanjutnya dititrasi dengan
larutan baku tiosulfat. Banyaknya volume tiosulfat yang digunakan
sebagai titran setara dengan iod yang dihasilkan dan setara dengan
banyaknya sampel. Prinsip penetapannya yaitu bila zat uji (oksidator)
mula-mula direaksikan dengan ion iodida berlebih, kemudian iodium yang
terjadi dititrasi dengan larutan tiosulfat.
Reaksinya : oksidator + KI → I2
I2 + 2 Na2S2O3 → 2NaI + Na2S4O6
Metode titrasi langsung (iodimetri) mengacu kepada titrasi dengan suatu
larutan iod standar. Metode titrasi tak langsung (iodometri) adalah
berkenaan dengan titrasi dari iod yang dibebaskan dalam reaksi
kimia. (1.)
Antibiotik merupakan senyawa khas yang dihasilkan atau
diturunkan oleh organisme hidup termasuk struktur analognya yang
dibuat sintetik yang dalam kadar rendah mampu menghambat proses
penting dalam kehidupan satu spesies atau lebih mikroorganisme.
Penisilin merupakan salah satu antibiotik yang mempunyai cincin tazolidin
(A) dan cincin β-laktam.(2.)
Antibiotik adalah senyawa organik yang dihasilkan oleh berbagai
spesies mikroorganisme dan bersifat toksik terhadap spesies
mikoorganisme lain. Sifat toksik senyawa-senyawa yang
terbentuk mempunyai kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri
(efek bakteriostatik) dan bahkan ada yang langsung membunuh bakteri
(efek bakterisid) yang kontak dengan antibiotik tersebut.
Struktur kimia antibiotik yang diketahui telah banyak, dengan
perkecualian yang termasuk antibiotik polipeptida. Srukturnya ada yang
kompleks dan ada yang sederhana. Banyak struktur sederhana telah
dapat dibuat secara sintetis. Secara semisintetik, turunan antibiotik yang
mempunyai struktur kimia kompleks juga telah banyak diperoleh. (3)
Mekanisme kerja antibakterial yang menghambat pertumbuhan
atau penghancuran mikroorganisme adalah : penghambatan sintesis
dinding sel bakteri, penghambatan sintesis protein, pengubahan
permeabilitas kapiler, mengganggu metabolisme di dalam sel bakteri. (4)
Mekanisme kerja yang menghambat atau inhibitor dinding sel
bakteri adalah obat-obat antibiotik β-laktam. Obat-obat antibiotik
golongan β-laktam meliputi penisilin, sefalosporin dan asam klavulanat
yang semuanya memiliki cincin β-laktam di dalam rumus bangun
kimianya. Golongan antibiotik ini akan menyekat reaksi ikatan silang yang
penting dalam pembentukan peptidoglikan. Penyekatan ini akan
melemahkan dinding tersebut sehingga sel bakteri mengalami
lisis (pecah) dan mati. Penisilin G (benzoil penisilin) hanya bekerja aktif
terhadap bakteri gram positif, kendati penisilin semisintetik yang baru
seperti ampisilin memiliki spektrum yang lebih luas dan meliputi beberapa
spesies bakteri gram negatif. (5)
Ampisilin dan amoksisilin merupakan golongan penisilin spektrum
luas yang aktif melawan bakteri gram positif yang tidak menghasilkan β-
laktamase dan karena obat tersebut berdifusi ke dalam bakteri gram
negatif lebih mudah daripada benzilpenisilin. (6)
Struktur amoksisilin :
Amoksisilin adalah aminopenisilin yang perbedaan strukturnya
dengan ampisilin hanya terletak pada penambahan gugus hidroksil pada
cincin fenil. (7)
II.2 Uraian Bahan
1. Aquadest (FI edisi III hal. 96)
Nama resmi : Aqua Destillata
Nama lain : Air suling, Aquadest
RM/BM : H2O/18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berasa,tidak mempunyai bau
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Pelarut
2. Amoksisilin (FI edisi IV)
Nama resmi : AMOKSISILIN
Rumus molekul : C16H19N3O5S. 3H2O
Berat molekul : 419,45
Pemerian : Serbuk hablur putih, praktis tidak berbau.
Kelarutan : Sukar larut dalam air dan metanol, tidak larut dalam benzen, dalam
karbon tetraklorida dan dalam kloroform.
3. Iodium (FI edisi IIII hal.316)
Nama resmi : IODUM
Rumus molekul : I
Berat molekul : 126,91
Pemerian : Keping atau butir, berat, mengkilat, seperti logam, hitam kelabu bau
khas.
Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 3500 bagian air, dalam 13 bagian etanol
(95%) P dalam lebih kurang 80 bagian gliserol P dan dalam lebih kurang 4
bagian karbondisulfida P larut dalam kloroform P dan dalam
karbontetraklorida P.
Kegunaan : antiseptikum ekstern, anti jamur
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat
4. Natrium hidroksida (FI edisi III, 421)
Nama resmi : NATRII HIDROXYDUM
Nama lain : Natrium Hidroksida
Rumus kimia : Na(OH)
Berat molekul : 40
Pemerian : Bentuk batang massa hablur air keping-keping, keras dan rapuh dan
menunjukkan susunan hablur putih mudah meleleh basa sangat katalis
dan korosif segera menyerap karbondioksida.
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air
Kegunaan : sebagai zat tambahan.
5. Asam klorida (Ditjen POM, 1979 : 53)
Nama resmi : ACIDUM HYDROCHLORIDUM
Nama Lain : Asam klorida
RM/BM : HCl/36,46
Pemerian : Cairan tidak berwarna, berasap, bau merangsang, jika diencerkan
dengan 2 bagian air, uap dan bau hilang.
Kegunaan : Zat tambahan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
6. Natrium tiosulfat
Nama resmi : NATRII THIOSULFAS
Nama lain : Hipo, natrium tiosulfat
RM/ BM : Na2S2O3. 5H2O/ 248, 17
Pemerian : Hablur besar tidak berwarna atau serbuk hablur kasar. Dalam udara
lembab meleleh basah, dalam hampa udara pada suhu di atas 33oC
merapuh.
Kelarutan : Larut dalam 0,5 bagian air, praktis tidak larut dalam etanol (95%) P.
Kegunaan : Antidotum sianida
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
7. Indikator kanji (FI edisi III hal.694)
Pati dilarutkan dalam 5 ml air dicukupkan hingga 100 ml kemudian diaduk
sambil dididihkan kemudian didinginkan lalu disaring.
BAB III
METODE KERJA
III.I Alat dan Bahan
III.1. Alat-alat yang digunakan yaitu
Buret, corong , gelas ukur, erlenmeyer, kertas perkamen, pipet
tetes, pipet skala, statif, timbangan analitik, lap halus. III.2. Bahan-bahan yang digunakan yaitu:
Bahan yang digunakan yaitu amoksilin, natrium hidroksida, asam
klorida, larutan dapar, iodium, indikator kanji dan natrium tiosulfat.
III.2 Cara Kerja
1. Ditimbang dengan seksama 68,8 mg amoksilin.
2. Dilarutkan dalam 100 ml aquadest
3. Disaring larutan kemudian dipipet sebanyak 5 ml dari larutan tersebut
dimasukkan ke dalam erlenmeyer.
4. Ditambahkan NaOH 0,1 N sebanyak 5 ml kemudian didiamkan selama
kurang lebih 20 menit
5. Ditambahkan larutan dapar sebanyak 5 ml
6. Ditambahkan asam klorida sebanyak 1 ml
7. Ditambahkan larutan iodium 0,069 N sebanyak 10 ml
8. Ditambahkan indikator kanji 2-3 tetes hingga larutan berwarna biru
9. Dititrasi dengan larutan baku Na2S2O3 0,1 N hingga larutan yang
berwarna biru menjadi bening.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV. HASIL PENGAMATAN
No
.sampel
volume
titrasi (ml)
Perubahan
warna
1 Amoksilin 7, 15 ml Biru - bening
IV.2. PERHITUNGAN
Bahan yang ditimbang =
=
= 68,8 mg
Ditimbang 68,8 mg setara dengan 50 mg amoksilin
A = V. N. BE sampel
= 7,15 ml x 0,1 N x 85,8
= 61, 37
% praktek =
=
= 89,17 % % Teori =
=
= 726, 53 %
% Kadar Sampel =
= = 12, 27 %
IV.3. REAKSI
1. + I2
2. I2 + 2 Na2S2O3 → 2NaI + Na2S4O6
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada percobaan ini antibiotik yang digunakan sebagai sampel
adalah amoksisilin dalam bentuk sediaan tablet. Metode yang digunakan
adalah metode Iodometri. Iodometri yaitu salah satu titrasi redoks yang
melibatkan iodium. Titrasi iodometri termasuk jenis titrasi tidak langsung
yang dapat digunakan untuk menetapkan senyawa-senyawa yang
mempunyai potensial oksidasi yang lebih besar daripada sistem iodium-
iodida atau senyawa-senyawa yang bersifat oksidator.
Untuk penetapan kadar amoksisilin pertama-tama sampel dalam
bentuk tablet digerus hingga menjadi serbuk kemudian ditimbang
sebangak 68,8 mg yang setara dengan 50 mg amoksisilin, kemudian
dilarutkan dalam 100 ml aquadest kemudian disaring larutan dan dipipet
sebanyak 5 ml dari larutan tersebut dimasukkan ke dalam erlenmeyer.
Ditambahkan NaOH 0,1 N sebanyak 5 ml kemudian didiamkan selama
kurang lebih 20 menit ditempat gelap atau tidak terkena sinar hal ini
disebabkan sifat dari larutan iodium sangat peka terhadap oksigen
apabila dibiarkan terkena sinar akan menyebabkan pH asamnya terus
naik dan itu sangat sulit untuk dilakukan titrasi dengan larutan thiosulfat
karena untuk melakukan titrasi keadaan pH larutan iodium harus dalam
keadaan sedikit basa (pH<8) tetapi apabila terlalu basa juga tidak bagus
karena akan terjadi endapan iodium, maka dari itu ditambahkan larutan
dapar sebanyak 5 ml, ditambahkan asam klorida sebanyak 1 ml lalu
ditambahkan larutan iodium 0,069 N sebanyak 10 ml, ditambahkan
indikator kanji 2-3 tetes, warna yang terjadi dalam larutan tersebut akan
lebih sensitif dengan menggunakan larutan kanji sebagai katalisatornya
karena kanji dengan I2 dalam larutan akan bereaksi menjadi suatu
kompleks iodium yang berwarna biru, meskipun konsentrasi
I2 kecil.Dititrasi dengan larutan baku Na2S2O3 0,1 N I2, larutan bereaksi
dengan titran sehingga I2terurai sempurna menyebabkan larutan yang
berwarna biru berubah menjadi bening.
Dari percobaan yang dilakukan, diperoleh volume titrasi yaitu 7,15
ml. Titran yang digunakan adalah Na2S2O3 yang telah mengalami
pembakuan dengan konsentrasi 0,1 N. Hasil penetapan kadar yang
didapatkan pada sampel amoksisilin adalah 12,27%. Hal ini tidak sesuai
dengan persyaratan persen kadar yang terdapat dalam literatur
Farmakope Indonesia edisi IV kadar amoksisilin yaitu tidak kurang dari
90% dan tidak lebih dari 110%. Hal ini terjadi karena tujuan utama dari
percobaan ini adalah agar praktikan dapat memahami dan mengetahui
cara menganalisa sampel amoksisilin, bukan hanya untuk
mendapatkan kadar yang sesuai dalam Farmakope Indonesia.
BAB V
PENUTUP
V. 1. Kesimpulan
1. Dari hasil percobaan diperoleh titik akhir titrasi adalah 7,15 ml
2. Kadar yang didapatkan pada sampel amoksisilin adalah 12, 27 % Hal ini
tidak sesuai dengan persyaratan persen kadar yang terdapat dalam
literatur Farmakope Indonesia edisi IV kadar amoksisilin, yaitu tidak
kurang dari 90% dan tidak lebih dari 110%. %.
V. 2. Saran
Sebagai praktikan kami sangat mengharapkan bimbingan dan
arahan dari asisten baiksaat praktikum maupum pembuatan laporan yang
benar dan sistematis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. (http://graciez-pharmacy.blogspot.com/2012/11/titrasi-iodo-
iodimetri.html)
2. Tim Asisten. Penuntun Praktikum Kimia Analisis Farmasi. Makassar:
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Kebangsaan. 2013
3. Damin, Sumardjo. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran. EGC. Jakarta. 2009
4. Joyce L. Kee, Evelyn R. Hayes. Farmakologi. EGC. Jakarta. 1996
5. Anggota IKAPI. Farmakologi Kebidanan. EGC. Jakarta. 2002
6. Michael J. Neal. At a glance Farmakologi Medis edisi 5. Airlangga.
Jakarta. 2006
7. Anonim
(http://dinkes.tasikmalayakota.go.id/index.php/informasi-obat/211-
amoksisilin.html)
8. Dirjen POM. Farmakope Indonesia Edisi III, Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. 1979.