BAB I2 AKL

20
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Keadaan lingkungan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat. Banyak aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak penyakit dapat dimulai, didukung, ditopang, atau dirangsang oleh faktor-faktor lingkungan. Contoh dramatis adalah keracunan Methyl Mercury yang terjadi pada penduduk sekitar Minamata (Jepang) akibat mengkonsumsi ikan yang berasal dari pantai yang tercemar mercury (air raksa). Dari bencana ini, 41 orang meninggal dan juga terjadi cacat tubuh dari bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang mengkonsumsi ikan yang terkontaminasi Mercury tersebut. Dengan alasan tersebut, interaksi antara manusia dengan lingkungannya merupakan komponen penting dari kesehatan masyarakat. 1

Transcript of BAB I2 AKL

Page 1: BAB I2 AKL

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Keadaan lingkungan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan

masyarakat. Banyak aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh

lingkungan, dan banyak penyakit dapat dimulai, didukung, ditopang, atau

dirangsang oleh faktor-faktor lingkungan. Contoh dramatis adalah

keracunan Methyl Mercury yang terjadi pada penduduk sekitar Minamata

(Jepang) akibat mengkonsumsi ikan yang berasal dari pantai yang

tercemar mercury (air raksa). Dari bencana ini, 41 orang meninggal dan

juga terjadi cacat tubuh dari bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang

mengkonsumsi ikan yang terkontaminasi Mercury tersebut. Dengan alasan

tersebut, interaksi antara manusia dengan lingkungannya merupakan

komponen penting dari kesehatan masyarakat.

Moeller (1992), menyatakan “In it broadsense, environmental

health is the segment of public health that is concerned with assessing,

understanding, and controlling the impacts of people on their environment

and the impacts of the environment on them”. Pernyataan tersebut

menunjukkan bahwa kesehatan lingkungan merupakan bagian dari

kesehatan masyarakat yang memberi perhatian pada penilaian,

pemahaman, dan pengendalian dampak manusia pada lingkungan dan

dampak lingkungan pada manusia.

1

Page 2: BAB I2 AKL

Ilmu kesehatan lingkungan adalah ilmu multidisipliner yang

mempelajari dinamika hubungan interaktif antara sekelompok manusia

atau masyarakat dengan berbagai perubahan komponen lingkungan hidup

manusia yang diduga dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada

masyarakat dan mempelajari upaya untuk penanggulangan dan

pencegahannya. Menurut Notoatmodjo (1996), kesehatan lingkungan pada

hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum

sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang

optimum pula.

Tujuan dan ruang lingkup kesehatan lingkungan dapat dibagi menjadi dua,

secara umum dan secara khusus. Tujuan dan ruang lingkup secara umum, antara

lain :

1. Melakukan koreksi atau perbaikan terhadap segala bahaya dan ancaman

pada kesehatan dan kesejahteraan hidup manusia.

2. Melakukan usaha pencegahan dengan cara mengatur sumber-sumber

lingkungan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan dan

kesejahteraan manusia.

3. Melakukan kerja sama dan menerapkan program terpadu di antara

masyarakat dan institusi pemerintah serta lembaga nonpemerintah dalam

menghadapi bencana alam atau wabah penyakit menular.

Adapun tujuan dan ruang lingkup secara khusus meliputi usaha-

usaha perbaikan atau pengendalian terhadap lingkungan hidup manusia,

yang diantaranya berupa :

2

Page 3: BAB I2 AKL

1. Penyediaan air bersih yang cukup dan memenuhi persyaratan kesehatan.

2. Makanan dan minuman yang diproduksi dalam skala besar dan

dikonsumsi secra luas oleh masyarakat.

3. Pencemaran udara akibat sisa pembakaran BBM, batubara, kebakaran

hutan, dan gas beracun yang berbahaya bagi kesehatan dan makhluk hidup

lain dan penyebab terjadinya perubahan ekosistem.

4. Limbah cair dan padat yang berasal dari rumah tangga, pertanian,

peternakan, industry, rumah sakit, dan lain-lain.

5. Kontrol terhadap arthropoda dan menjadi rodent yang menjadi vektor

penyakit dan cara memutuskan rantai penularan penyakitnya.

6. Perumahan dan bangunan yang layak huni dan memenuhi syarat

kesehatan.

7. Kebisingan, radiasi, dan kesehatan kerja.

8. Survei sanitasi untu perencanaan, pemantauan, dan evaluasi program

kesehatan lingkungan.

Salah satu tujuan kesehatan lingkungan yaitu kontrol terhadap

arthropoda. pengendalian terhadap arthropoda ini penting dilakukan

karena penularan penyakit pada manusia dapat terjadi melalui perantara

vektor penyakit. Sehingga perlu adanya kegiatan pengendalian dan

pemberantasan terhadap vektor penyakit.

B. Tujuan penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

3

Page 4: BAB I2 AKL

1. Mengetahui cara pengendalian dan pemberantasan vektor dan binatang

pengganggu.

C. Manfaat penulisan

Manfaat dari penulisan makalah ini adalah :

1. Menambah wawasan bagi penulis maupun pembaca tentang pengendalian

vektor penyakit dan binatang pengganggu.

2. Sebagai referensi bagi pembaca

4

Page 5: BAB I2 AKL

BAB II

PEMBAHASAN

A. Metode Pengendalian

`Pengendalian vektor dan binatang pengganggu adalah upaya untuk

mengurangi atau menurunkan populasi vektor atau binatang pengganggu

dengan maksud pencegahan atau pemberantasan penyakit yang ditularkan

atau gangguan (nuisance) oleh vektor dan binatang pengganggu tersebut.

Menurut WHO (Juli Soemirat,2009:180), pengendalian vektor penyakit

sangat diperlukan bagi beberapa macam penyakit karena berbagai alasan :

1. Penyakit tadi belum ada obatnya ataupun vaksinnya, seperti hamper semua

penyakit yang disebabkan oleh virus.

2. Bila ada obat ataupun vaksinnya sudah ada, tetapi kerja obat tadi belum

efektif, terutama untuk penyakit parasiter

3. Berbagai penyakit di dapat pada banyak hewan selain manusia, sehingga

sulit dikendalikan.

4. Sering menimbulkan cacat, seperti filariasis dan malaria.

5. Penyakit cepat menjalar, karena vektornya dapat bergerak cepat seperti

insekta yang bersayap.

Ada beberapa cara pengendalian vektor dan binatang pengganggu

diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Pengendalian kimiawi

5

Page 6: BAB I2 AKL

Cara ini lebih mengutamakan penggunaan pestisida/rodentisida

untuk peracunan. Penggunaan racun untuk memberantas vektor lebih

efektif namun berdampak masalah gangguan kesehatan karena penyebaran

racun tersebut menimbulkan keracunan bagi petugas penyemprot maupun

masyarakat dan hewan peliharaan. Sebagai ilustrasi, pada tahun 1960-an

yang menjadi titik tolak kegiatan kesehatan secara nasional (juga

merupakan tanggal ditetapkannya Hari Kesehatan Nasional), ditandai

dengan dimulainya kegiatan pemberantasan vektor nyamuk menggunakan

bahan kimia DDT atau Dieldrin untuk seluruh rumah penduduk pedesaan.

Hasilnya sangat baik karena terjadi penurunan densitas nyamuk secara

drastis, namun efek sampingnya sungguh luar biasa karena bukan hanya

nyamuk saja yang mati melainkan cicak juga ikut mati keracunan (karena

memakan nyamuk yang keracunan), cecak tersebut dimakan kucing dan

ayam, kemudian kucing dan ayam tersebut keracunan dan mati, bahkan

manusia jugs terjadi keracunan Karena menghirup atau kontak dengan

bahan kimia tersebut melalui makanan tercemar atau makan ayam yang

keracunan.

Selain itu penggunaan DDT/Dieldrin ini menimbulkan efek

kekebalan tubuh pada nyamuk sehingga pada penyemprotan selanjutnya

tidak banyak artinya. Selanjutnya bahan kimia tersebut dilarang

digunakan. Penggunaan bahan kimia pemberantas serangga tidak lagi

digunakan secara missal, yang masih dgunakan secra individual sampai

6

Page 7: BAB I2 AKL

saat ini adalah jenis Propoxur (Baygon). Pyrethrin atau dari ekstrak

tumbuhan/bunga-bungaan.

Untuk memberantas Nyamuk Aedes secara missal dilakukan

fogging bahan kimia jenis Malathion/Parathion, untuk jentik nyamuk

Aedes digunakan bahan larvasida jenis Abate yang dilarutkan dalam air.

Cara kimia untuk membunuh tikus dengan menggunakan bahan racun

arsenic dan asam sianida. Arsenik dicampur dalam umpan sedangkan

sianida biasa dilakukan pada gudang-gudang besar tanpa mencemai

makanan atau minuman, juga dilakukan pada kapal laut yang dikenal

dengan istilah fumigasi. Penggunaan kedua jenis racun ini harus sangat

berhati-hati dan harus menggunakan masker karena sangat toksik terhadap

tubuh manusia khususnya melalui saluran pernafasan.

Penggunaan bahan kimia lainnya yang tidak begitu berbahaya

adalah bahan attractant dan repellent. Bahan Attractant adalah bahan kimia

umpan untuk menarik serangga atau tikus masuk dalam perangkap.

Sedangkan repellent adalah bahan/cara untuk mengusir serangga atau tikus

tidak untuk membunuh. Contohnya bahan kimia penolak nyamuk yang

dioleskan ke tubuh manusia (Autan, Sari Puspa, dll) atau alat yang

menimbulkan getaran ultrasonic untuk mengusir tikus (fisika).

1. Pengendalian Fisika-Mekanika

Cara ini menitikberatkan kepada pemanfaatan iklim/musim dan

menggunakan alat penangkap mekanis antara lain :

7

Page 8: BAB I2 AKL

a. Pemasangan perangkap tikus atau perangkap serangga

b. Pemasangan jarring

c. Pemanfaatan sinar/cahaya untuk menarik atau menolak (to attrack and to

repeal)

d. Pemanfaatan kondisi panas dan dingin untuk membunuh vektor dan

binatang penganggu.

e. Pemanfaatan kondisi musim/iklim untuk memberantas jentik nyamuk.

f. Pemanfaatan suara untuk menarik atau menolak vektor dan binatang

pengganggu.

g. Pembunuhan vektor dan binatang pengganggu menggunakan alat

pembunuh (pemukul, jepretan dengan umpan, dll)

h. Pengasapan menggunakan belerang untuk mengeluarkan tikus dari

sarangnya sekaligus peracunan.

i. Pembalikan tanah sebelum ditanami.

j. Pemanfaatan arus listrik dengan umpan atau attracktant untuk membunuh

vektor dan binatang pengganggu (perangkap serangga dengan listrik daya

penarik menggunakan lampu neon).

3.Pengendalian Biologis

Pengendalian secara biologis dilakukan dengan dua cara, yakni :

a. Memelihara musuh alaminya

Musuh alami insekta dapat berupa pemangsanya ataupun mikroba

penyebab penyakitnya. Untuk ini perlu diteliti lebih lanjut pemangsa dan

8

Page 9: BAB I2 AKL

penyebab penyakit mana yang paling efektif dan efisien mengurangi

populasi insekta. Untuk ni perlu juga dicari bagaimana caranya untuk

melakukan pengendalian pertumbuhan pemangsa dan penyebab penyakit

ini apabila populasi vektor sudah terkendali jumlahnya.

b. Mengurangi fertilitas insekta

Untuk cara kedua ini pernah dilakukan dengan meradiasi insekta

jantan sehingga steril dan menyebarkannya di antara insekta betina.

Dengan demikian telur yang dibuahi tidak dapat menetas. Cara kedua ini

masih dianggapa terlalu mahal dan efisiensinya masih perlu dikaji.

B. Pemantauan

Pengendalian vektor penyakit ini merupakan konsep yang relative

baru. Pada awalnya orang berpikir tentang pembasmian vektor. Akan

tetapi kemudian tampak bahwa pembasmian itu sulit dicapai dan kurang

realistis dilihat dari sisi ekologis. Oleh karenanya pengendalian vektor saat

ini akan ditujukan untuk mengurangi dan mencegah penyakit bawaan

vektor sejauh dapat dicapai dengan keadaan social-ekonomi yang ada serta

keadaan endemic penyakit yang ada.

Oleh karenanya pemantauan keadaan populasi insekta secara

kontinu menjadi sangat penting.Pengendalian secara terpadu direncanakan

dan dilaksanakan untuk jangka panjang, ditunjang dengan pemantuan yang

kontinu. Untuk ini diperlukan berbagai parameter pemantauan dan

9

Page 10: BAB I2 AKL

pedoman tindakan yang perlu diambil apabila didapat tanda-tanda akan

terjadinya kejadian luar biasa/wabah.

Parameter vektor penyakit yang dipantau antara lain adalah :

1. Indeks lalat untuk kepadatan lalat

2. Indeks pinjal untuk kepadatan pinjal

3. Kepadatan nyamuk dapat dinyatakan sebagai Man Biting Rate (MBR),

indeks container, indeks rumah, dan/atau indeks Breteau

Tindakan khusus diambil apabila kepadatan insekta meningkat

cepat dan dikhawatirkan akan terjadi wabah karenanya. Tindakan

sedemikian dapat berupa :

1. Intensifikasi pemberantasan sarang seperti perbaikan saluran drainase,

kebersihan saluran dan reservoir air, menghilangkna genangan, mencegah

pembusukan sampah, dan lain-lain.

2. Mobilisasi masyarakat untuk berperan serta dalam pemberantasan dengan

memelihara kebersihan lingkungan masing-masing

3. Melakukan penyemprotan insektisida terhadap vektor dewasa didahului

dengan uji resistensi insekta terhadap insekta yang akan digunakan.

C.Tahap Persiapan

Alat-alat dan bahan :

1. Cidukan

2. Botol kecil

3. Pipit kecil

4. Senter

10

Page 11: BAB I2 AKL

5. Kertas Label

6. Formulir Survey Sentik Nyamuk

D. Pelaksanaan

Pengambilan Sampel Jentik nyamuk

Pada Hari : Kamis

Tanggal : 19 Mei 2016

Waktu Pengambilan : 14:30

Alamat : Tijue

Desa/ Gampong : Lampeudee Tunoeng

Tempat Pengambilan : Got dan Sumur di musalla

Tindakan dalam got

Got pertama Got kedua

- 1x cidukan = 16 1x cidukan = 5

- 2x cidukan = 10 2x cidukan = 12

- 3x cidukan = 7 3x cidukan = 18

KJ : 16 + 10 + 7 + 5 + 12 + 18 6

= 68 3

= 22,6

Jumlah cidukan dalam semur

- 1x cidukan = 8

- 2x cidukan = 7

- 3x cidukan = 3

KJ = 18

3

= 6

11

Page 12: BAB I2 AKL

Jumlah cidukan dalam bak penampungan

- 1x cidukan = 6

- 2x cidukan = 7

- 3x cidukan = 18

- 4x cidukan = 12

KJ = 43

4

= 10

12

Page 13: BAB I2 AKL

BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Pengendalian vektor dan binatang pengganggu adalah upaya untuk

mengurangi atau menurunkan populasi vektor atau binatang pengganggu

dengan maksud pencegahan atau pemberantasan penyakit yang ditularkan

atau gangguan (nuisance) oleh vektor dan binatang pengganggu tersebut.

Ada beberapa cara pengendalian vektor dan binatang pengganggu

diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Pengendalian kimiawi

2. Pengendalian Fisika-Mekanika

3. Pengendalian Biologis

Pengendalian vektor penyakit ini merupakan konsep yang relative

baru. Pada awalnya orang berpikir tentang pembasmian vektor. Akan

tetapi kemudian tampak bahwa pembasmian itu sulit dicapai dan kurang

realistis dilihat dari sisi ekologis. Oleh karenanya pengendalian vektor saat

ini akan ditujukan untuk mengurangi dan mencegah penyakit bawaan

vektor sejauh dapat dicapai dengan keadaan social-ekonomi yang ada serta

keadaan endemic penyakit yang ada. Oleh karenanya pemantauan keadaan

populasi insekta secara kontinu menjadi sangat penting.

B.Saran

Pengendalian harus dilakukan secara terpadu direncanakan dan

dilaksanakan untuk jangka panjang, ditunjang dengan pemantuan yang kontinu.

13

Page 14: BAB I2 AKL

DAFTAR PUSTAKA

http://files.buku-kedokteran.webnode.com/200000024

3716638102/Vektor%20Penyakit.pdf di akses pada tanggal 1 April 2011 8:51 pm

http://files.artikelkesehatan.webnode.com/200000024-11b8012b1b/Commnicable

%20Disease.pdf di akses pada tanggal 1 april 2011 8:40 pm

Budiman dan Suyono. 2010. Ilmu Kesehatan Masyarakat dalam Konteks

Kesehatan Lingkungan.Jakarta : EGC

Soemirat Slamet, Juli.2009.Kesehatan Lingkungan.Yogyakarta : Gadjah Mada

University Press

14