BAB I1.docx

30
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Hampir segera setelah lahir, setelah bayi dan ibunya saling mengenal, bayi yang baru lahir dibawa untuk ditimbang, dibersihkan, dan diuji untuk melihat tanda-tanda masalah perkembangan yang mungkin memerlukan perhatian segera. Skala Apgar digunakan secara luas untuk mengukur kesehatan bayi yang baru lahir pada menit pertama dan kelima setelah kelahiran. Skala Apgar mengevaluasi detak jantung bayi, usaha pernafasan, kekuatan otot, warna tubuh, dan iritabilitas refleks. Skala Apgar secara khusus baik dalam mengukur kemampuan bayi untuk bereaksi terhadap stress saat lahir dan terhadap lingkungan baru. Skala apgar juga mengidentifikasikan bayi beresiko tinggi yang membutuhkan penyelamatan. 1.2 RUMUSAN MASALAH 1. Menjelaskan tentang permasalahan-permasalahan yang ada di skenario I “Bayiku Sayang Bayiku Malang”. 2. Menjelaskan tentang cara mengukur bayi baru lahir. 3. Menjelaskan tentang Asfiksia Neonatorum. 1.3 TUJUAN 1

description

laporan tutorial

Transcript of BAB I1.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Hampir segera setelah lahir, setelah bayi dan ibunya saling mengenal, bayi

yang baru lahir dibawa untuk ditimbang, dibersihkan, dan diuji untuk melihat tanda-

tanda masalah perkembangan yang mungkin memerlukan perhatian segera.

Skala Apgar digunakan secara luas untuk mengukur kesehatan bayi yang

baru lahir pada menit pertama dan kelima setelah kelahiran. Skala Apgar

mengevaluasi detak jantung bayi, usaha pernafasan, kekuatan otot, warna tubuh, dan

iritabilitas refleks.

Skala Apgar secara khusus baik dalam mengukur kemampuan bayi untuk

bereaksi terhadap stress saat lahir dan terhadap lingkungan baru. Skala apgar juga

mengidentifikasikan bayi beresiko tinggi yang membutuhkan penyelamatan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Menjelaskan tentang permasalahan-permasalahan yang ada di skenario I

“Bayiku Sayang Bayiku Malang”.

2. Menjelaskan tentang cara mengukur bayi baru lahir.

3. Menjelaskan tentang Asfiksia Neonatorum.

1.3 TUJUAN

Diharapkan agar mahasiswa/mahsiswi Fakultas Kedokteran Universitas

Islam Al-Azhar dapat mengerti tentang permasalahan-permasalahan yang ada di

skenario I “Bayiku Sayang Bayiku Malang” sehingga dapat mempermudah

mahasiswa/mahasiswi untuk mengikuti perkuliahan selanjutnya.

1

BAB II

PEMBAHASAN

SKENARIO I

“Bayiku Sayang Bayiku Malang”

Seorang bayi baru lahir di sebuah rumah sakit umum daerah dalam keadaan

hipoksia, hiperkarbia dan asidosis. Bayi tidak menangis saat di lahirkan, denyut jantung

40 kali permenit, warna kulit tubuh kemerahan dengan ekstrimitas berwarna biru, tonus

otot lemah serta tidak ada respon terhadap refleks rangsangan.

Bayi aterm lahir spontan di tolong dokter denga berat badan lahir 3200 gr,

plasenta lahir dengan kotiladon lengkap.

2.1 Terminologi :

hipoksia adalah penurunan tekanan PaO2 dalam darah atau suatu keadaan

dimana terjadi penurunan konsentrasi O2 dalam darah atreri (PaO2) atau saturasi

O2 arteri (SaO2) di bawah nilai normal (nilai normal PaO2 adalah 85-100

mmHg dan SaO2 sebesar 95%).

Hiperkarbia adalah penurunan kesadaran akibat peningkatan tekanan CO2 arteri

(PaCO2).

Asidosis adalah suatu keadaan pada saat darah terlalu banyak mengandung asam

atau terlalu sedikit basa yang menyebabkan penurunan pH darah.

2.2 Permasalahan :

1. Apa yang menyebabkan bayi tidak menangis saat dilahirkan?

2. Apa yang menyebabkan terjadinya hipoksemia, hipercarbia dan asidosis?

3. Apa yang menyebabkan denyut jantung 40 kali/menit, warna kulit tubuh

kemerahan dengan ekstremitas berwarna biru, tonus otot lemah dan tidak ada

respon refleks rangsangan?

2.3 Pembahasan :

1. Bayi yang tidak menganis saat dilahirkan dapat disebabkan karena :

2

a. Kondisi janin : bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) baik yang

cukup bulan (aterm) maupun bayi yang kurang bulan (preterm).

Utamanya bayi yang kurang bulan (preterm), cairan ketuban tertelan oleh

bayi.

b. Kondisi ibu : penyakit Diabetes Mellitus, panggul sempit, perdarahan

antepartum, anemia dan penyakit-penyakit infeksi, yang mengakibatkan

janin dalam kandungan menderita Retardasi Pertumbuhan dalam Rahim

(IUGR), ketuban hijau kental, dan ketuban bercampur mekoneum.

2. Penyebab :

a. Hipoksemia : bayi yang tidak menangis saat dilahirkan menunjukkan

tidak adanya usaha dari bayi untuk bernafas. Hal ini menyebabkan

terganggunya pertukaran gas atau pengangkutan O2. Akhirnya bayi akan

kekurangan O2 di dalam darah.

b. Hipercarbia : pertukaran gas yang terganggu menyebabkan kurangnya

suplai O2. Hal ini menyebabkan akumulasi kadar CO2 di dalam darah

menjadi meningkat.

c. Asidosis : hal ini disebabkan karena terjadinya ketidakseimbangan asam

dan basa. Bayi yang mengalami asfiksia kadar CO2 di dalam darahnya

meningkat. CO2 di dalam plasma darah akan membentuk ikatan dengan

air dan menghasilkan H2CO3. H2CO3 ini nantinya akan diurai kembali

menjadi HCO3- + H+. Kadar CO2 yang meningkat pada penderita asfiksia

akan menghasilkan ion H+ yang banyak pula.

d. Tonus otot : kontraksi otot yang ringan dan terus menerus pada otot-otot

rangka, membantu mempertahankan postur dan pengembalian darah ke

jantung. Keadaan tonus otot lemah (hypotonia) biasanya akibat

persyarafan yang kurang.

3. Penyebab :

a. DJJ 40 kali/menit : Bila keadaan janin kekurangan O2 dan kadar CO2

bertambah akan menyebabkan timbulnya rangsangan terhadap nervus

vagus. Rangsangan terhadap nervus vagus ini menyebabkana DJJ

(denyut jantung janin) menjadi lambat. Keadaan ini bila tidak cepat

ditangani dapat menyebabkan terjadi asidosis metabolis yang dapat

menimbulkan kelemahan otot jantung.

3

b. Warna kulit tubuh kemerahan dengan ekstremitas berwarna biru : hal

disebabkan akibat penumpukan deoksihemoglobin pada pembuluh darah

kecil pada area perifer/ ekstremitas. Penumpukan deoksihemoglobin

disebabkan oleh penurunan saturasi oksigen di dalam darah pada

penderita asfiksia. Hal ini khususnya terjadi di daerah perifer/ekstremitas

karena suplai O2 yang ada cenderung disalurkan ke organ-organ vital

untuk mempertahankan kelangsungan hidup penderita.

c. Tonus otot lemah dan tidak ada respon refleks rangsangan : kurangnya

O2 yang disuplai ke otak akan menyebabkan terjadinya kerusakan pada

sel otak yang dapat menimbulkan gangguan neurotransmitter yang

menyebabkan respons tonus neuromuskuler berkurang secara berangsur-

angsur.

2.4 SKOR APGAR PADA SKENARIO

Skor 0 1 2

Detak Jantung Tidak ada < 100 x/menit >100 -140 x/menit

Usaha Pernafasan Tidak bernafas

lebih dari 1 menit

Tidak teratur dan

lambat

Pernafasan yang baik

dengan tangisan yang

normal

Kekuatan Otot Lemas dan lunglai Lemah, tidak aktif,

hanya lengkungan

tangan dan kaki

Gerakan yang aktif

dan kuat

Warna Tubuh Biru dan pucat Tubuh merah jambu,

ekstremitas biru

Seluruh tubuh merah

jambu

Iritabilitas

Refleks

Tidak ada respon Kernyitan diwajah Batuk, bersin dan

menangis

Keterangan : 0 – 3 : Asfiksia Berat, 4 – 6 : Asfiksia sedang, 7 – 10 : Normal.

Pada Skenario :

Bayi tidak menangis saat dilahirkan

DJJ 40 x/menit

Warna kulit tubuh kemerahan, ekstremitas biru

4

Tonus otot lemah

Tidak ada respon refleks rangsangan

Skor 0 1 2

Detak Jantung +

Usaha Pernafasan +

Kekuatan Otot +

Warna Tubuh +

Iritabilitas

Refleks

+

Jumlah : 3 (0 – 3 : Asfiksia berat)

Jadi dapat disimpulkan bahwa pada scenario diagnosanya yaitu Asfiksia

Berat.

5

BAB III

PEMBAHASAN SKENARIO

3.1 DEFINISI

Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal

bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir (Hutchinson, 1967).

Keadaan ini disertai dengan hipoksia, hiperkapnia dan berakhir dengan asidosis.

Hipoksia yang terdapat pada penderita asfiksia ini merupakan faktor terpenting

yang dapat menghambat adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan

ekstrauterin (Gabriel Duc, 1971). Penilaian statistic dan pengalaman klinis atau

patologi anatomis menunjukan bahwa keadaan ini merupakan penyebab utama

mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir. Hal ini dibuktikan oleh Drage dan

Berendes (1966) yang mendapatkan bahwa skor Apgar yang rendah sebagai

manifestasi hipoksia berat pada bayi saat lahir akan memperlihatkan angka

kematian yang tinggi.

Haupt (1971) memperlihatkan bahwa frekuensi gangguan perdarahan

pada bayi sebagai akibat hipoksia sangat tinggi. Asidosis, gangguan

kerdiovaskular serta komplikasinya sebagai akibat langsung dari hipoksia

merupakan penyebab utama kegagalan adaptasi bayi baru lahir (James, 1958).

Kegagalan ini akan sering berlanjut menjadi sindrom gangguan pernafasan pada

hari-hari pertama setelah lahir (James, 1959). Penyelidikan patologi anatomis

yang dilakukan oleh Larrhoce dan Amakawa (1971) menunjukkan nekrosis berat

dan difus  pada jaringan otak bayi yang meninggal karena hipoksia. Karena itu

tidaklah mengherankan bahwa sekuele neurologis sering ditemukan pada

penderita asfiksia berat. Keadaan ini sangat menghambat pertumbuhan fisis dan

mental bayi di kemudian hari. Untuk menghindari atau mengurangi

kemungkinan tersebut diatas, perlu dipikirkan tindakan istimewa yang tepat dan

rasionil sesuai dengan perubahan yang mungkin terjadi pada penderita asfiksia.

3.2 ETIOLOGI

Pengembangan paru bayi baru lahir terjadi pada menit-menit pertama

kelahiran dan kemudian disusul dengan pernafasan teratur. Bila terdapat

gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen dari ibu ke janin, akan

terjadi asfiksia janin atau neonatus. Gangguan ini dapat timbul pada masa

6

kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir. Hampir sebagian besar asfiksia

bayi baru lahir ini merupakan kelanjutan asfiksia janin, karena itu penilaian

janin selama masa kehamilan, persalinan memegang peranan yang sangat

penting untuk keselamatan bayi. Gangguan yang timbul pada akhir kehamilan

atau persalinan hampir selalu disertai anoksia/hipoksia janin dan berakhir

dengan asfiksia neonatus dan bayi mendapat perawatan yang adekuat dan

maksimal pada saat lahir.

Penyebab kegagalan pernafasan pada bayi, adalah :

1.Faktor ibu

Hipoksia ibu dapat menimbulkan hipoksia janin dengan segala

akibatnya. Hipoksia ibu ini dapat terjadi kerena hipoventilasi akibat

pemberian obat analgetika atau anastesia dalam.

Gangguan aliran darah uterus dapat mengurangi aliran darah pada

uterus yang menyebabkan berkurangnya aliran oksigen ke plasenta dan janin.

Hal ini sering ditemukan pada keadaan ; gangguan kontraksi uterus, misalnya

hipertoni, hipotoni, atau tetani uterus akibat penyakit atau obat, hipotensi

mendadak pada ibu karna perdarahan, hipertensi pada penyakit eklamsi dan

lain-lain.

2. Faktor plasenta

Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi

plasenta. Asfiksi janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada

plasenta, misalnya solusio plasenta, perdarahan plasenta, dan lain-lain.

3.Faktor fetus

Kompresi umbilikus akan mengakibatkan gangguan aliran darah

dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu

dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat

menumbung, melilit leher, kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir dan

lain-lain.

7

4.Faktor neonatus

Depresi pusat pernafasan pada BBL dapat terjadi karena ; pemakaian

obat anastesi/analgetika yang berlebihan pada ibu secara langsung dapat

menimbulkan depresi pusat pernafasan janin, traoma yang terjadi pada

persalinan mosalnya perdarahan intra cranial, kelainan kongenital pada bayi

masalnya hernia diafragmatika, atresia atau stenosis saluran

pernafasan,hipoplasia paru dan lain-lain.

3.3 Patogenesis

a. Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah timbulah rangsangan

terhadap nesofagus sehingga jantung janin menjadi lambat. Bola

kekurangan O2 ini terus berlangsung, maka nesofagus tidak dapat

dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan dari nefo simfatikus. Djj

menjadi lebih cepat akhirnya irregular dan menghilang.

b. Kekurangan O2 juga merangsang usus, sehingga mekonium keluar sebagai

tanda janin dalam hipoksia :

* Jika Djj normal dan ada mekonium maka janin mulai hipoksia.

* Jika Djj > 160 x/ menit dan ada mekonium maka janin sedang hipoksia.

* Jika Djj < style > / menit dan ada mekonium maka janin dalam keadaan

gawat.

c. Janin akan mengadakan pernafasan intra uterine dan bila kita periksa

terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru. Bronfus tersumbat

dan terjadi atelekrasis bila janin lahir aveoli tidak berkembang.

Faktor predisposisi asfiksia neonaturum

-    Ibu :

1.    Gangguan his misalnya hipertoni dan tetani

2.    Hipotensi mendadak pada ibu karena pendarahan misalnya plasenta

previa

3.    Hipertensi pada eklamsi

8

4.    Gangguan mendadak pada plasenta seperti salutio plasenta

-    Janin :

1.    gangguan aliran darah dalam tali pusat karena tekanan tali pusat

2.    Depresi pernafasan karena obat-obat anastesi/analgesik yang diberikan

kepada ibu, pendarahan intrakranial dan kelainan bawaan

3.    Ketuban keruh/meconium

3.4 Macam-macam asfiksia neonatorum

1. Vigorus baby. Skor Apgar 7-10. Dalam hal ini bayi dianggap sehat tidak

memerlukan tindakan istimewa.

2. Mild-moderate asphyksia (asfiksia sedang). Skor APGAR 4-6 pada

pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung > 100x/menit, tonus otot

kurang baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.

3. a. Asfiksia berat skor APGAR 0-3. Pada pemeriksaan fisik ditemukan

frekuensi jantung kurang dari 100x / menit, tonus otot buruk, sianosis berat,

dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada.

3.5 Patofisiologi

Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada

masa kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkankan

asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia transien), proses ini

dianggap sangat perlu untuk merangsang kemoreseptor pusat pernafasan agar

lerjadi “Primarg gasping” yang kemudian akan berlanjut dengan pernafasan.

Bila terdapat gangguaan pertukaran gas/pengangkutan O2 selama kehamilan

persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan

mempengaruhi fugsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan

kematian. Kerusakan dan gangguan fungsi ini dapat reversibel/tidak tergantung

kepada berat dan lamanya asfiksia. Asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu

periode apnu (Primany apnea) disertai dengan penurunan frekuensi jantung

selanjutnya bayi akan memperlihatkan usaha bernafas (gasping) yang kemudian

diikuti oleh pernafasan teratur. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas ini

tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnu kedua (Secondary

9

apnea). Pada tingkat ini ditemukan bradikardi dan penurunan tekanan darah.

Disamping adanya perubahan klinis, akan terjadi pula G3 metabolisme dan

pemeriksaan keseimbangan asam basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama

dan pertukaran gas mungkin hanya menimbulkan asidoris respiratorik, bila G3

berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi metabolisme anaerobik yang berupa

glikolisis glikogen tubuh , sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan

hati akan berkuang.asam organik terjadi akibat metabolisme ini akan

menyebabkan tumbuhnya asidosis metabolik. Pada tingkat selanjutnya akan

terjadi perubahan kardiovaskuler yang disebabkan oleh beberapa keadaan

diantaranya hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi

fungsi jantung terjadinya asidosis metabolik akan mengakibatkan menurunnya

sel jaringan termasuk otot jantung sehinga menimbulkan kelemahan jantung dan

pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan menyebabkan akan

tingginya resistensinya pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru

dan kesistem tubuh lain akan mengalami gangguan. Asidosis dan gangguan

kardiovaskuler yang terjadi dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel otak.

Kerusakan sel otak yang terjadi menimbuikan kematian atau gejala sisa pada

kehidupan bayi selanjutnya.

10

3.6 Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala klinis

Pada asfiksia tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan yang disebabkan oleh

beberapa keadaan diantaranya :

1. Hilang sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi

jantung.

11

2. Terjadinya asidosis metabolic akan mengakibatkan menurunnya sel

jaringan termasuk otot jantung sehingga menimbulkan kelemahan jantung.

3. Pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan menyebabkan tetap

tingginya resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah

mengalami gangguan.

Gejala klinis

Bayi yang mengalami kekurangan O2 akan terjadi pernafasan yang cepat dalam

periode yang singkat apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan

berhenti, denyut jantung juga menurun, sedangkan tonus neuromuskular

berkurang secara barangsur-angsur dan memasuki periode apnue primer.

Gejala dan tanda asfiksia neonatorum yang khas antara lain meliputi

pernafasan cepat, pernafasan cuping hidung, sianosis, nadi cepat.

Gejala lanjut pada asfiksia :

1. Pernafasan megap-magap dalam

2. Denyut jantung terus menurun

3. Tekanan darah mulai menurun

4. Bayi terlihat lemas (flaccid)

5. Menurunnya tekanan O2 anaerob (PaO2)

6. Meningginya tekanan CO2 darah (PaO2)

7. Menurunnya PH (akibat acidosis respiratorik dan metabolik)

8. Dipakainya sumber glikogen tubuh anak metabolisme anaerob

9. Terjadinya perubahan sistem kardiovaskular

3.7 Diagnosis

cara mendiagnosis asfiksia dengan SKOR AFGAR

Skor Apgar atau nilai Apgar (bahasa Inggris: Apgar score) adalah sebuah

metode yang diperkenalkan pertama kali pada tahun 1952 oleh Dr. Virginia

Apgar sebagai sebuah metode sederhana untuk secara cepat menilai kondisi

kesehatan bayi baru lahir sesaat setelahkelahiran.

12

Apgar yang berprofesi sebagai ahli anestesiologi mengembangkan

metode skor ini untuk mengetahui dengan pasti bagaimana

pengaruh anestesi obstetrik terhadap bayi. Skor Apgar dihitung dengan

menilai kondisi bayi yang baru lahir menggunakan lima kriteria sederhana

dengan skala nilai nol, satu, dan dua. Kelima nilai kriteria tersebut kemudian

dijumlahkan untuk menghasilkan angka nol hingga 10.

Kata "Apgar" belakangan dibuatkan jembatan keledai sebagai

singkatandari Appearance, Pulse, Grimace, Activity, Respiration (warna kulit,

denyut jantung, respons refleks, tonus otot/keaktifan, dan pernapasan), untuk

mempermudah menghafal.

Kriteria

Lima kriteria Skor Apgar:

Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2 Akronim

Warna kulitseluruhnya

biru

warna kulit tubuh

normal merah

muda,

tetapi tangan dan

kaki kebiruan

(akrosianosis)

warna kulit tubuh,

tangan, dan kaki

normal merah muda,

tidak ada sianosis

A

ppearance

Denyut jantung tidak ada <100 kali/menit >100 kali/menit Pulse

Respons refleks

tidak ada

respons

terhadap

stimulasi

meringis/

menangis lemah

ketika distimulasi

meringis/bersin/batuk

saat stimulasi saluran

napas

Grimace

Tonus ototlemah/

tidak adasedikit gerakan bergerak aktif Activity

Pernapasan tidak adalemah atau tidak

teratur

menangis kuat,

pernapasan baik dan

teratur

R

espiration

13

Interpretasi Skor

Tes ini umumnya dilakukan pada waktu satu dan lima menit setelah kelahiran,

dan dapat diulangi jika skor masih rendah.

Jumlah skor Interpretasi Catatan[3]

7-10 Bayi normal

4-6 Agak rendah

Memerlukan tindakan medis segera seperti penyedotan

lendir yang menyumbat jalan napas, atau pemberian

oksigen untuk membantu bernapas.

0-3 Sangat rendah Memerlukan tindakan medis yang lebih intensif

Jumlah skor rendah pada tes menit pertama dapat menunjukkan bahwa bayi

yang baru lahir ini membutuhkan perhatian medis lebih lanjut [4] tetapi belum tentu

mengindikasikan akan terjadi masalah jangka panjang, khususnya jika terdapat

peningkatan skor pada tes menit kelima. Jika skor Apgar tetap dibawah 3 dalam tes

berikutnya (10, 15, atau 30 menit), maka ada risiko bahwa anak tersebut dapat

mengalami kerusakan syaraf jangka panjang. Juga ada risiko kecil tapi signifikan

akan kerusakan otak. Namun demikian, tujuan tes Apgar adalah untuk menentukan

dengan cepat apakah bayi yang baru lahir tersebut membutuhkan penanganan medis

segera; dantidak didisain untuk memberikan prediksi jangka panjang akan kesehatan

bayi tersebut.

Diagnosis hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-

tanda gawat janin. Tiga hal perlu mendapat perhatian:

1.    Denyut jantung janin

Frekuensi normal adalah antara 120 dan 160 denyut semenit, selama his frekuensi

ini bias turun, tetapi diluar his kembali lagi kepada keadaan semula. Peningkatan

kecepatan dnyut jantung umumnya tidak besar artinya, akan tetapi apabila frekuensi

turun sampai dibawah 100x semenit di luar his dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal

itu merupakan tanda bahaya.

2.    Mekanisme dalam air ketuban

Mekoneum pada presentasi-sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada presentasi

kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenasi dan harus menimbulkan

kewaspadaan. Asanya mekoneum dalam air ketuban pada presentasi-kepala dapat

14

merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan

dengan mudah.

3.    Pemeriksaan pH darah janin

Dengan menggunakan amnioskopi yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan

kecil pada kulit kepala janin dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa

pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu sampai turun

dibawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya oleh beberapa penulis.

3.8 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan bayi baru lahir dengan asfiksia sedang menurut Wiknjosastro

(2005) adalah sebagai berikut :

Tindakan Umum

1. Pengawasan suhu

Bayi baru lahir secara relatif kehilangan panas yang diikuti oleh

penurunan suhu tubuh, sehingga dapat mempertinggi metabolisme sel

jaringan sehingga kebutuhan oksigen meningkat, perlu diperhatikan

untuk menjaga kehangatan suhu BBL dengan :

Mengeringkan bayi dari cairan ketuban dan lemak.

Menggunakan sinar lampu untuk pemanasan luar.

Bungkus bayi dengan kain kering.

2. Pembersihan jalan nafas

Saluran nafas bagian atas segera dibersihkan dari lendir dan cairan

amnion, kepala bayi harus posisi lebih rendah sehingga memudahkan

keluarnya lendir.

3. Rangsangan untuk menimbulkan pernafasan

Rangsangan nyeri pada bayi dapat ditimbulkan dengan memukul kedua

telapak kaki bayi, menekan tendon achilles atau memberikan suntikan

vitamin K. Hal ini berfungsi memperbaiki ventilasi.

Tindakan Khusus

1. Asfiksia berat ( nilai apgar 0-3 )

Resusitasi aktif dalam hal ini harus segera dilakukan yaitu dengan :

15

Memperbaiki ventilasi paru-paru dengan memberikan O2 secara langsung

dan berulang atau dengan melakukan intubasi endotracheal dan

O2 dimasukkan dengan tekanan tidak lebih dari 30 ml. Hal ini mencegah

terjadinya iritasi paru berlebihan sehingga dapat terjadi ruptur aveoli.

Tekanan positif ini dilakukan dengan meniupkan udara ke dalam kateter

dari mulut ke pipa atau ventilasi kantong ke pipa.

Memberikan natrikus bikarbonat dengan dosis 2-4 mEQ/kg BB

Masase jantung dikerjakan dengan melakukan penekanan diatas tulang

dada secara teratur 80-100 x/mnt. Tindakan ini berselingan dengan nafas

buatan, yaitu setiap 5 x masase diikuti 1x pemberian nafas. Hal ini

bertujuan untuk menghindarkan kemungkinan timbulnya komplikasi

pneumotoracks jika  tindakan ini dilakukan bersamaan.

Memberikan obat-obatan 1/10.000 andrelin dengan dosis 0,5-   1 cc secara

intravena (sebegai obat inotropik) dan kalsium glukonat 50-100 mm/kg

BB secara intravena, untuk meningkatkan frekuensi jantung.

2. Asfiksia sedang (Nilai Apgar 4-6)

Dilakukan rangsangan untuk menimbulkan reflek pernafasan dengan :

Melakukan rangsangan 30-60 detik setelah penilaian APGAR   1 menit.

Melakukan nafas buatan dengan memasukkan pipa ke dalam hidung,

O2 dialirkan dengan kecepatan 1-2 liter/menit. Bayi diletakkan dengan

kepala dalam dorsofleksi, dilakukan dengan membuka dan menutup

lubang hidung dan mulut disertai dengan menggerakkan dagu ke atas dan

kebawah dalam frekuensi 20 x/ menit.

Melakukan pernafasan mulut ke mulut yag seharusnya dalam mulut bayi

dimasukkan pharingeal airway yang berfungsi mendorong pangkal lidah

ke depan, sebelum mulut penolong diisi O2 sebelum peniupan, peniupan

dilakukan secara teratur dengan frekuensi 20-30 x/menit.

16

Tindakan lain dalam resusitasi

Pengisapan cairan lambung dilakukan pada bayi-bayi tertentu yaitu pada

bayi prematur, sebelumnya bayi mengalami gawat janin, pada ibu yang

mendapatkan anastesia dalam persalinan.

Penggunaan obat Nalorphin diberikan pada bayi yang disebabkan oleh

penekanan pernafasan akibat morfin atau petidin yang diberikan selama

proses persalinan

Menurut Hidayat (2005), Cara pelaksanaan resusitasi sesuai tingkatan

asfiksia, antara lain

a. Asfiksi Ringan (Apgar score 7-10)

Caranya:

o Bayi dibungkus dengan kain hangat

o Bersihkan jalan napas dengan menghisap lendir pada hidung

kemudian mulut

o Bersihkan badan dan tali pusat.

o Lakukan observasi tanda vital dan apgar score dan masukan ke

dalam inkubator.

b. Asfiksia sedang (Apgar score 4-6)

Caranya :

o Bersihkan jalan napas.

o Berikan oksigen 2 liter per menit.

o Rangsang pernapasan dengan menepuk telapak kaki apabila belu ada

reaksi,bantu pernapasan dengan melalui masker (ambubag).

o Bila bayi sudah mulai bernapas tetapi masih sianosis berikan natrium

bikarbonat 7,5%sebanyak 6cc.Dextrosa 40% sebanyak 4cc

disuntikan melalui vena umbilikus secara perlahan-lahan, untuk

mencegah tekanan intra kranial meningkat.

c. Asfiksia berat (Apgar skor 0-3)

Caranya :

o Bersihkan jalan napas sambil pompa melalui ambubag.

o Berikan oksigen 4-5 liter per menit.

o Bila tidak berhasil lakukan ETT.

17

o Bersihkan jalan napas melalui ETT.

o Apabila bayi sudah mulai benapas tetapi masih sianosis berikan

natrium bikarbonat 7,5% sebanyak 6cc. Dextrosa 40% sebanyak 4cc.

18

Bagan Resusistasi neonatus

        

 

19

3.9 KOMPLIKASI

Meliputi berbagai organ yaitu :

1. Otak : hipoksis iskemik ensefalopati, edema serebri, palsi serebralis

2. Jantung dan paru-paru : hipertensi pulmonal persisten pada neonatus,

perdarahan paru, edema paru

3. Gastrointestinal : enterokolitis nekrotikans

4. Ginjal : tubular nekrosis akut

5. Hematologi : DIC

20

BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN

Dari pemgahasan di atas dapat di simpulkan bahwa bayi baru lahir (BBL)

dengan di temukan adanya hipoksia,hiperkarbia,asidosis, bayi tidak menangis, denyut

jantung 40 kalipermenit, warna kulit tubuh kemerahan dengan ekstrimitas

kebiruan,tonus otot lemah dan tidak ada respon terhadap refleks dapat di diagnosis

Asfiksia neonatorum

Skor apgar pada scenario adalah Bayi tidak menangis saat dilahirkan , DJJ 40

x/menit , Warna kulit tubuh kemerahan, ekstremitas biru , Tonus otot lemah ,Tidak ada

respon refleks rangsangan dengan Jumlah : 3 (0 – 3 : ASFIKSIA BERAT)

Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas

secara spontan dan teratur segera setelah lahir (Hutchinson, 1967). Keadaan ini disertai

dengan hipoksia, hiperkapnia dan berakhir dengan asidosis.

21