BAB I1

download BAB I1

of 9

description

bab 2

Transcript of BAB I1

BAB IPENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Osteoporosis adalah penyakit sistem skeletal yang banyak dikenal sebagai silent disease dimana timbul pada saat terjadi komplikasi oleh fraktur. Fraktur yang terjadi diawali dengan trauma minimal (NOF, 2013). Tiap tahun diseluruh dunia osteoporosis menyebabkan 8.9 juta fraktur. Sedangkan pada Asia Selatan dan Asia Timur sendiri WHO mencatat sebanyak 17,4% mengalami fraktur osteoporotik (WHO, 2004). Fraktur osteoporotik dapat terjadi pada banyak tempat diantaranya adalah tulang torakal, lumbal spinal, distal radius, proximal femur. Hal ini bukan berarti bahwa semua fraktur pada tempat tersebut berhubungan dengan osteoporosis. Interaksi antara geometri tulang dan kejadian trauma, terjadi dalam suatu lingkungan tertentu juga merupakan faktor penting penyebab fraktur yang terjadi karena rendahnya densitas tulang (NOF, 2013). Osteoporosis menjadi lebih penting karena fraktur bukan merupakan satu-satunya komplikasi dari penyakit ini. akan tetapi juga menjadi penyakit yang menimbulkan keterbatasan dalam kehidupan sehari hari bahkan dapat menjadi ancaman hidup pada orang lanjut usia, di Amerika dan Eropa, fraktur osteoporotik terhitung 2.8 juta mengalami disability-adjust life years (DALYs) tiap tahun, sedikit terhitung lebih besar dibandingkan rheumatoid arthritis, asma, hipertensi (Rainer dan Bertha 2009). I.2. Tujuan PenelitianTujuan penulisan referat ini adalah untuk membahas segala hal yang berhubungan dengan Ileus Obstruktif serta sebagai syarat mengikuti ujian kepaniteraan klinik stase bedah di Rumah Sakit Wijaya Kusuma Purwokerto.II.1. Anatomi tulang

II.2. Fisiologi tulang II.3. Histologi tulang II.4 Definisi osteoporosis Osteoporosis adalah penyakit sistemik skeletal dengan karakteristik rendahnya massa tulang dan kerusakan mikroarsitektur jaringan tulang, disertai peningkatan kerapuhan tulang (Rizzoli, 2013). Bersifat kronik dan progresif disebabkan oleh banyak hal, paling banyak disebabkan oleh penyakit metabolisme tulang. Osteoporosis leih banyak menyerang wanita lanjut usia berkulit putih, walaupun demikian penyakit ini juga terjadi pada semua jenis kelamin, semua ras, dan segala usia. Penderita akan merasakan nyeri, disability, dan berkurangnya kualitas hidup yang dihasilkan oleh penyakit tersebut.II.5. Epidemiologi osteoporosis Osteoporosis dapat menyerang pria maupun wanita. Kondisi ini berkaitan dan khusus pada wanita umumnya karena menapouse. Satu dari tiga wanita dari 12 pria berusaia diatas 50 tahun aka menderita fraktuk osteoporosis, hasil uji sekitar 200.000 wanita dan 40.000 pria di skotlandia (SIGN, 2013). Saat ini DEPKES RI tengah mengupayakan penurunan prevalensi penyakit degeneratif akibat meningkatnya usia harapan hidup dan perubahan gaya hidup serta merokok, kurang aktivitas, dan pola makan yang tidak sehat. Penyakit yang dimaksud adalah jantung koronerm stroke, kanker, diabetes mellitus dan osteoporosis. Berdasarkan hasil Analisa Data Risiko Osteoporosis oleh Puslitbang Gizi Depkes bekerja sama dengan Forenterra Brands Indonesia tahun 2006 menyatakan, 2 dari 5 orang Indonesia memiliki risiko osteoporosis. Angka ini lebih tinggi dari prevalensi duunia, dimana 1 dari 3 orang berisiko osteoporosis. Hal ini juga didukung oleh Indonesia White Paper yang dikeluarkan Perhimpunan Osteoporosis Indonesia (Perosi) tahun 2007, osteoporosis pada wanita diatas 50 tahun mencapai 32,3%, sementara pada pria diatas 50 tahun mencapai 28,8%. Selain itu data yang dikeluarkan International Osteoporosis Fondation (IOF), diprediksikan pada tahun 2050 sebanyak 50% kasus patah tulang panggul akan terjadi di Asia (Depkes RI,2009). II.6. Etiologi osteoporosisOsteoporosis telah terbagi menjadi beberapa klasifikasi mencangkup etiologi dan lokalisasi pada tulang. Pada mulanya osteoporosis terbagi kedalam klasifikasi lokal dan general, dan terdapat 2 klasifikasi lanjut osteoporosis primer dan sekunder.Osteoporosis postmenopause teutama terjadi karena defisiensi esterogen, osteoporosis senilis terutama terjadi pada penuaan tulang dan defisiensi tulang. Osteoporosis primer Pasien mengatakan untuk mempunyai osteoporosis primer ketika penyebab sekunder tidak diidentifikasi, termasuk juvenile dan idiopatik. Osteoporosis idiopatik dapat lebih lanjut terbagi lagi kedalam osteoporosis postmenopause (tipe 1) dan osteoporosis senilis (tipe 2). Tipe osteoporosis primerkarakteristik

Osteoporosis juvenile Biasanya terjadi pada anak-anak atau remaja pada semua jenis kelamin. Fungsi gonad normal Umur : biasanya 8-14 tahun Karakteristik Hallmark : tiba-tiba nyeri tulang / fraktur

Osteoporosis idiopatik

Osteoporosis post menopause (tipe 1) Terjadi pada wanita berusia 50-65 tahun Berkarakteristik oleh fase akselerasi penurunan massa tulang, berawal dari tulang trabekular Fraktur pada lengan bawah dan vertebrae

Osteoporosis senilis (tipe 2) Terjadi pada wanita dan pria lebih dari 70 tahun Kehilangan massa tulang berhubungan dengan penuaan Terjadi fraktur pada kortikal dan tulang trabekular Fraktur pergelangan tangan, vertebrae, panggul

Osteoporosis sekunder Osteoporosis sekunder terjadi ketika penyakit yang mendasari, defisiensi, atau obat yang menyebabkan osteoporosis. Hingga sepertiga wanita maupun pria dan wanita premenopause memiliki penyebab sama yaitu kehilanggan massa tulang dimana hiperkalsiuri ginjal merupakan salah satu penyebab sekunder yang paling penting dari osteoporosis dan dapat diobati dengan diuretik tiazide. PenyebabContoh

Genetik/kongenital Hiperkalsiuri ginjal Kistik fibrosa Ehlers-danlos syndrome Penyakit penyimpanan glikogen Penyakit Gaucher Sindrom marfan Menkes steely hair syndrome Riley day syndrome Imperfekta osteogenesis Hemochromatosis Homocystinuria Hypophosphatasia Hiperkalsiuri idiopatik Porphirya Status Hypogonadal

Status hypogonadal Insensitivity androgen Anorexia nervosa Female athlete triad Hyperprolactinemia Panhypopituistarisme Menoupause premature Sindrom turner Sindrom klinefelter

Penyakit endokrin Sindrom cushing Diabetes miletus Akromegali Insufiensi adrenal Defisiensi esterogen Hiperparatiroidisme Hipertiroidisme Hipogonadisme Kehamilan Prolaktinoma

Status defisiensi Defisiensi kalsium Defisiensi kalsium Defisiensi protein Defisiensi vitamin D Operasi Bariatrik Penyakit celiac Gastrektomi Malabsorption Malnutrisi Nutrisi parenteral Sirosis biliaris primer

Penyakit inflamasi Inflammatory bowel disease Ankilosis spondilitis Rematoid arthritis Systemic lupus erythematosus

Penyakit hematologi dan neoplastik Hemochromatosis Hemophilia Leukemia Lymphoma Multiple myeloma Anemia sel sabit Systemis mastocystosis Thalasemia Metastatic disease

Medication Antikonvulsan : phenytoin, barbiturate, karbamazepin (menginduksi defisiensi vitamin D) Obat antipsikotik Obat antiretroviral Inhibitor aromatose : exemestane, anastrazole Obat kemoterapi : siklosporin, tacrolimus, siklophospamid, ifosfaamid, dosis tinggi methotrexe Furosemid Glukokortikoid dan kortikotropin : (prednisone > 5mg/ hari Heparin (pemakaian jangka panjang) Terapi hormonal : agonis GnRH, analog LHRH, depomedroxyprogesteron, tiroksin. Lithium Selective serotonin reuptake inhibitors(SSRIs)

Lain lain Alkoholisme Amilodosis Asidosis metabolic kronik Gagal jantung kongestif Depresi Emfisema Penyakit ginjal kronik/stadium akhir Penyakit hati kronik HIV/AIDS Skoliosis idiopatik Imobilisasi Sklerosis multiple Ochronosis Transplantasi organ Kehamilan/ meyusui Sarkoidosis Kurus

Faktor resikoUsia lanjut dan berkurangnya densitas mineral tulang berdasarkan hubungan langsung dengan kejadian patah tulang. Walaupun, banyak faktor lain menjadi faktor resiko osteoporosis. Diantaranya adalah : Usia lanjut (> 50 tahun) Wanita Berkulit putih / etnik asia Faktor genetic, Kurus/ pendek Amenorea Menarche terlambat Menapouse dini Status postmenapouse Penggunaan obat ; antikonvulsan, steroid, suplemen tiroid, heparin, kemoterapi, insulin Minum alcohol dan merokok Kekurangan androgen / esterogen Defisiensi kalsium Faktor resiko berat yang termasuk dalam 10 tahun model faktor resiko WHO. Faktor faktor ini meningkatkan resiko fraktur secara independen dari BMD dan bisa dikombinasikan dengan pengukuran BMD untuk menilai resiko individual pada pasien Tabel 3 faktor resiko yang termasuk dalam WHO penilaian model resiko fraktur Faktor resiko termasuk dalam FRAX Tool

Usia Rheumatoid arthritis

Jenis kelaminSecondary osteoporosis : DM tipe 1, osteogenesis imperfekta, hipogonadism/premature menopause ( 50 tahun), jenis kelamin (wanita) dan ras ( putih / asia). Riwayat osteoporosis dalam keluarga, khususnya riwayat fraktu pada ibu. Fraktor reproduksi, (menopause dini, terapi pengganti esterogen, wanita postmenopause, wanita yang telah melakukan hysterektomi dan oophorectomy.

b. Pemeriksaan fisik c.