BAB I · Web viewLingkungan tersebut terbagi menjadi beberapa klasifikasi yaitu atmosfer, biosfer...

37
ATMØSFR Kimia & Polutan MAKALAH Dipresentasikan di jurusan Pendidikan Kimia semester III Dalam rangka melengkapi perkuliahan mata Kuliah Pengelolaan Lingkungan Yang dibina oleh Bapak Aang Mahyani S.Pd. Oleh: Nama : Rofa Yulia Azhar NIM : 204 208 137 UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

Transcript of BAB I · Web viewLingkungan tersebut terbagi menjadi beberapa klasifikasi yaitu atmosfer, biosfer...

BAB I

ATMOSFER

Kimia & Polutan

ATMØSF∑R

Kimia & Polutan

MAKALAH

Dipresentasikan di jurusan Pendidikan Kimia semester III

Dalam rangka melengkapi perkuliahan mata

Kuliah Pengelolaan Lingkungan

Yang dibina oleh Bapak Aang Mahyani S.Pd.

Oleh:

Nama: Rofa Yulia Azhar

NIM: 204 208 137

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2009 M / 1430 H

Kata Pengantar

Bismillahirohmanirohim,

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas nikmat iman dan islam-Nyalah kita masih merasakan nikmatnya kehidupan ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada jungjungan kita The Leader of Moeslim Muhammad saw, kepada keluarganya, sahabatnya dan kepada kita sekalian selaku umatnya yang setia sampai akhir zaman.

Manusia hidup di bumi ini tidaklah sendiri melainkan ditopang oleh lingkungan hidup yang mendukung kehidupan sehingga manusia masih tetap bertahan hidup. Lingkungan tersebut terbagi menjadi beberapa klasifikasi yaitu atmosfer, biosfer dan litosfer. Dalam makalah ini penyusun membahas masalah atmosfer dan polutannya. Atmosfer adalah lapisan terluar bumi ynag tersusun dari berbagai macam gas dan berfungsi untuk melindungi bumi dari berbagai sinar radiasi dan luncuran meteor yang jatuh ke bumi.

Dalam kesempatan ini penyusun ingin mengucapkan banyak terima kasih bagi pihak-pihak yang telah membantu penyusun dalam penyusunan makalah ini. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah SWT, yang telah memberikan taufik, rahmat dan hidayahnya kepada penyusun sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

2. Kedua orang tua Penyusun, yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil kepada penyusun.

3. Aang Mahyani, S.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dalam penyusunan makalah ini.

4. Dan semua pihak yang telah membantu penyusun dimulai dari penjaga perpustakaan, penjaga warnet, tukang fotokopi, narasumber dalam makalah ini serta pihak-pihak lainnya yang telah membantu penyusun yang tidak mungkin penyusun sebutkan satu-persatu

Gajah mati meninggalkan gading, Harimau mati meninggalkan belang. Itulah pribahasa yang kiranya dapat mewakili harapan penyusun dalam makalah ini. Secercah harapan yang penyusun siratkan dalam makalah ini adalah semoga makalah ini dapat berguna bagi semua pihak, manjadi amal baik bagi penyusun, menjadi motivator bagi mahasiswa lainnya untuk menyusun makalah yang lebih baik lagi serta semoga menjadi buah yang manis kelak.

Tidak ada gading yang tak retak, begitu pula dengan karya yang penyusun buat ini. Maka dari itu penyusun menantikan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak agar penyusun dapat mengoreksi kesalahan tersebut dan sebagai bahan pembelajaran bagi penyusun dimasa yang akan datang.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bandung, 29 September 2009

Penyusun

Daftar Isi

Kata Pengantar1

Daftar Isi3

BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Masalah4

2.2 Rumusan Masalah4

BAB II Ada Apa dengan Atmosfer?

2.1 Pengertian Atmosfer6

2.2 Struktur Atmosfer7

BAB III POLUTAN: Sebab dan Akibat

3.1 Pengertian Polutan10

3.2 Hujan Asam10

3.3 Pemanasan Global13

BAB IV Atmosfer dan Aspek-Aspek Lainnya

4.1 Kaitan Atmosfer dengan Aspek Ketuhanan21

4.2 Kaitan Atmosfer dengan Aspek Pendidikan22

BAB V Penutup

5.1 Simpulan23

5.2 Kritik dan Saran23

Daftar Pustaka24

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Setiap kita membahas tentang materi, maka secara tidak langsung kita juga telah ikut membahas mengenai ilmu kimia. Dalam makalah ini penyusun menyelami lebih jauh tentang kimia beserta polutannya yang mempengaruhi struktur lapisan atmosfer. Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali zat kimia yang kita gunakan, ternyata tanpa kita sadari telah menjadi polutan yang baik bagi lingkungan terutama bagi lapisan atmosfer. Mungkin untuk kaar yang relatif sedikit zat-zat kimia yang dilepaskan sebagai emisi tidaklah terlalu berbahaya. Tapi karena semakin banyaknya penggunaan zat kimia berbahaya ini, maka tumpukan racun lingkungan menjadi siap santap.

Ketakutan, kecemasan akan akhir dari dunia ini semakin tampak. Para ilmuwan pun mulai meramalkan kapan bumi ini akan hancur. Tidaklah salah akan intuisi yang disampaikan para ilmuwan ini, karena dampak dari berbagai polutan ini telah dirasakan oleh manusia.Banyak cara yang telah ditemukan para ilmuwan, untuk setidaknya memperpanjang usia kehidupan. Tapi pada hakikatnya, kesadaran masyarakatlah yang harus dibangkitkan. Kita tidak bisa bergantung dari kehebatan para ilmuwan, tetapi sudah saatnya kita ambil bagian dalam menjaga kehidupan di bumi ini agar tetap berlangsung.

2.2 Rumusan Masalah

Menurut salah seorang filosofi salah satu ciri manusia hidup adalah dengan adanya masalah. Bahn-bahan kimiawi selama ini telah mendatangkan banyak manfaat bagi kehidupan manusia tetapi ternyata penemuan pada dewasa ini telah membuktika adanya beberapa bahan kimia yang berbahaya bagi manusia dan telah menimbulkan pencemaran. Adapun rumusan masalah yang ingin penyusun sajikan dalam makalah ini adalah:

· Pengertian Atmosfer dan struktur penyusunnya

· Pengertian polutan dan jenis-jenisnya

· Sebab dan akibat yang ditimbulkan oleh polutan

· Hubungan antara atmosfer dan aspek kehidupan lainnya

BAB II

Ada Apa dengan Atmosfer?

2.1 Pengertian Atmosfer

A

tmosfer adalah lapisan gas yang melingkupi sebuah planet. Semua planet yang selama ini sudah diketahui oleh manusia memiliki atmosfer, yang membedakannya adalah susunan atmosfer, persentase materi (gas) penyusun materi dan materi penyusun atmosfer itu sendiri. Dalam pembahasan selanjutnya yang dimaksud atmosfer adalah lapisan gas yang melingkupi bumi. Jad janga alihkan pemkiran anda pada hal selain bumi. Kecuali jika anda ingin sedikit salah kaprah tentang arti atmosfer.

Di bumi, atmosfer terdapat dari ketinggian 0 km di atas permukaan tanah, sampai dengan sekitar 560 km dari atas permukaan bumi. Atmosfer tersusun atas beberapa lapisan. Seperti pada penamaan sebagian besar benda lainnya, setiap lapisan dinamai menurut fenomena yang terjadi di lapisan tersebut. Transisi antara lapisan yang satu dengan yang lain berlangsung bertahap. Studi tentang atmosfer mula-mula dilakukan untuk memecahkan masalah cuaca, fenomena pembiasan sinar matahari saat terbit dan tenggelam, serta kelap-kelipnya bintang.

2.2 Struktur Atmosfer

Atmosfer adalah rahmat Allah kepada umat manusia. Tanpa atmosfer hampir mustahil ada kehidupan di dunia ini. Atmosfer mempunyai struktur sebagai berikut:

1. Trofosfer

Merupakan lapisan terendah, kombinasi gasnya sangat cocok untuk kehidupan. Lapisan ini adalah lapisan paling tipis dan sangat aman dari pancaran radiasi. Dengan ketinggian 0 Km – 16 Km di atas permukaan laut., pada lapisan ini segala macam bentuk cuaca, suhu, kelembaban, tekanan dan angin yang kita rasakan berlangsung.

Ketinggian yang paling rendah adalah bagian yang paling hangat dari troposfer, karena permukaan bumi menyerap radiasi panas dari matahari dan menyalurkan panasnya ke udara. Biasanya, jika ketinggian bertambah, suhu udara akan berkurang secara tunak (steady), dari sekitar 17℃ sampai -52℃. Pada permukaan bumi yang tertentu, seperti daerah pegunungan dan dataran tinggi dapat menyebabkan anomali terhadap gradien suhu tersebut.

2. Stratosfer

Diantara stratosfer dan troposfer terdapat lapisan yang disebut lapisan Tropopouse. Terletak pada ketinggian 16 Km – 48 Km di atas permukaan laut, pada lapisan ini angin yang sangat kencang terjadi dengan pola aliran yang tertentu. Awan tinggi jenis cirrus kadang-kadang terjadi di lapisan paling bawah, namun tidak ada pola cuaca yang signifikan yang terjadi pada lapisan ini.

Dari bagian tengah stratosfer keatas, pola suhunya berubah menjadi semakin bertambah semakin naik, karena bertambahnya lapisan dengan konsentrasi ozon yang bertambah. Lapisan ozon ini menyerap radiasi sinar ultra ungu. Suhu pada lapisan ini bisa mencapai sekitar 18oC pada ketinggian sekitar 40 km. Lapisan stratopause memisahkan stratosfer dengan lapisan berikutnya.

3. Mesosfer

Terletak pada ketinggian 40 Km diatas permukaan bumi terdapat lapisan transisi menuju lapisan mesosfer. Pada lapisan ini, suhu kembali turun ketika ketinggian bertambah, sampai menjadi sekitar - 143oC di dekat bagian atas dari lapisan ini, yaitu kurang lebih 81 km diatas permukaan bumi. Suhu serendah ini memungkinkan terjadi awan noctilucent, yang terbentuk dari kristal es. Lapisan Mesosfer terletak pada ketinggian 48 Km – 80 Km di atas permukaan laut.

4. Termosfer

Berasal dari bahasa yunani termos, berarti panas. Dalam hal ini yang dimaksudkan bukanlah lapisan yang terpanas, melainkan dinamakan demikian karena terjadi kenaikan suhu yang sangat signifikan. Pada lapisan ini suhu memiliki suhu rata-rata 1982oC. Perubahan ini terjadi karena serapan radiasi sinar ultra ungu. Radiasi ini menyebabkan reaksi kimia sehingga membentuk lapisan bermuatan listrik yang dikenal dengan nama ionosfer, yang dapat memantulkan gelombang radio. Sebelum munculnya era satelit, lapisan ini berguna untuk membantu memancarkan gelombang radio jarak jauh. Lapisan ini terletak pada ketinggian 80 Km – 483 Km di atas permukaan laut.

5. Eksosfer

Eksosfer adalah lapisan terluar dari atmosfer. Terletak pada ketinggian diatas 483 Km di atas permukaan laut. Adanya refleksi cahaya matahari yang dipantulkan oleh partikel debu meteoritik. Cahaya matahari yang dipantulkan tersebut juga disebut sebagai cahaya Zodiakal.

BAB III

POLUTAN: Sebab dan Akibat

3.1 Pengertian Polutan

Karena hampir semua materi di dunia ini bisa menjadi pulutan atau zat yang menyebabkan polusi bagi lingkungan. Maka diperlukan pembatasan yang sangat logis mengenai materi mana yang dikategorikan sebagai polutan dan materi mana yang tidak dikategorikan sebagai polutan. Sungguh sangat sulit sekali jika semua bahan kita jauhi karena mereka adalah polutan. Polutan adalah segala jenis materi yang jika pada kadar tertentu dapat mengakibatkan kerusakan.

Jika kita memasukan setengah sendok teh pada semangkuk sup, merupakan hal yang wajar untuk menimbulkan rasa lezat serta memenuhi salah satu asupan gizi bagi tubuh anda. Berbeda halnya jika anda memasukan satu kilo garam pada semangkuk sup maka bukan hanya rasa yang kurang sedap yang akan anda dapatkan tetapi juga resiko terkena penyakit darah tinggipun semakin besar. Selain kadar, yang menjadi pusat permasalahan adalah situasi dan kondisi pemakaian materi sehingga menjadi polutan.

Untuk atmosfer, polutan yang menjadi musuh utama adalah polutan yang berbentuk gas (termasuk asap) dan sinar radiasi. Permasalahan utama yang sering menjadi topik hangat di media masa dan forum-forum kenegaraan adalah ancaman pemanasan global dan hujan asam. Serta terbentuknya lubang-lubang ozon di atmosfer yang dapat menyebabkan bumi menerima sinar radiasi yang berlebihan. Lubang ozon juga menyebabkan beberapa meteor sampai ke bumi dalam keadaan utuh (berbentuk batuan besar).

3.2 Hujan Asam

Hujan asam didefinisikan sebagai segala macam hujan dengan pH di bawah 5,6. Hujan secara alami bersifat asam (pH sedikit di bawah 6) karena karbondioksida (CO2) di udara yang larut dengan air hujan memiliki bentuk sebagai asam lemah. Jenis asam dalam hujan ini sangat bermanfaat karena membantu melarutkan mineral dalam tanah yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan binatang.

Proses terjadinya Hujan Asam:

Hujan asam disebabkan oleh belerang (sulfur) yang merupakan pengotor dalam bahan bakar fosil serta nitrogen di udara yang bereaksi dengan oksigen membentuk sulfur dioksida dan nitrogen oksida. Zat-zat ini berdifusi ke atmosfer dan bereaksi dengan air untuk membentuk asam sulfat dan asam nitrat yang mudah larut sehingga jatuh bersama air hujan. Air hujan yang asam tersebut akan meningkatkan kadar keasaman tanah dan air permukaan yang terbukti berbahaya bagi kehidupan ikan dan tanaman. Usaha untuk mengatasi hal ini saat ini sedang gencar dilaksanakan.

Penyebab Hujan Asam:

Secara alami hujan asam dapat terjadi akibat semburan dari gunung berapi dan dari proses biologis di tanah, rawa, dan laut. Akan tetapi, mayoritas hujan asam disebabkan oleh aktivitas manusia seperti industri, pembangkit tenaga listrik, kendaraan bermotor dan pabrik pengolahan pertanian (terutama amonia).

Reaksi Pembentukan Hujan Asam:

Akibat Hujan Asam:

Hujan asam dilaporkan pertama kali di Manchester, Inggris, yang menjadi kota penting dalam Revolusi Industri. Pada tahun 1852, Robert Angus Smith menemukan hubungan antara hujan asam dengan polusi udara. Istilah hujan asam tersebut mulai digunakannya pada tahun 1872. Ia mengamati bahwa hujan asam dapat mengarah pada kehancuran alam. Bukti terjadinya peningkatan hujan asam diperoleh dari analisa es kutub. Terlihat turunnya kadar pH sejak dimulainya Revolusi Industri dari 6 menjadi 4,5 atau 4. Informasi lain diperoleh dari organisme yang dikenal sebagai diatom yang menghuni kolam-kolam. Terdapat hubungan yang erat antara rendahnya pH dengan berkurangnya populasi ikan di danau-danau.

Tanaman dipengaruhi oleh hujan asam dalam berbagai macam cara. Lapisan lilin pada daun rusak sehingga nutrisi menghilang sehingga tanaman tidak tahan terhadap keadaan dingin, jamur dan serangga. Pertumbuhan akar menjadi lambat sehingga lebih sedikit nutrisi yang bisa diambil, dan mineral-mineral penting menjadi hilang. Ion-ion beracun yang terlepas akibat hujan asam menjadi ancaman yang besar bagi manusia. Tembaga di air berdampak pada timbulnya wabah diare pada anak dan air tercemar alumunium dapat menyebabkan penyakit Alzheimer.

Metode Pencegahan:

Di Amerika Serikat, banyak pembangkit tenaga listrik tenaga batu bara menggunakan Flue gas desulfurization (FGD) untuk menghilangkan gas yang mengandung belerang dari cerobong mereka. Sebagai contoh FGD adalah wet scrubber yang umum digunakan di Amerika Serikat dan negara-negara lainnya. Wet scrubber pada dasarnya adalah tower yang dilengkapi dengan kipas yang mengambil gas asap dari cerobong ke tower tersebut. Kapur atau batu kapur dalam bentuk bubur juga diinjeksikan ke ke dalam tower sehingga bercampur dengan gas cerobong serta bereaksi dengan sulfur dioksida yang ada, Kalsium karbonat dalam batu kapur menghasilkan kalsium sulfat ber pH netral yang secara fisik dapat dikeluarkan dari scrubber. Oleh karena itu, scrubber mengubah polusi menjadi sulfat industri. Di beberapa area, sulfat tersebut dijual ke pabrik kimia sebagai gipsum bila kadar kalsium sulfatnya tinggi. Di tempat lain, sulfat tersebut ditempatkan di land-fill.

3.3 Pemanasan Global

Pemanasan global adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi.Sehingga semuanya menjadi panas termasuk otak para ilmuwan yang terus berusaha mencari cara untuk mengatasi pemanasan global. Pemanasan global dalam bahasa trendnya disebut gelobal warming atau disebut juga sebagai efek rumah kaca. Karena proses yang berlangsung sama halnya dengan apa yang terjadi pada rumah kaca. Pada dewasa ini diketahui bahwa yang mempengaruhi pemanasan global tidak hanya seperti apa yang terjadi pada efek rumah kaca, tetapi disebkan juga oleh efek umpan balik, variasi matahari dan peternakan (ini yang mungkin membuat anda mengerutkan dahi ketika membacanya).

Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia"[footnoteRef:1] melalui efek rumah kaca. [1: Summary for Policymakers. (PDF) Climate Change 2007: The Physical Science Basis. Contribution of Working Group I to the Fourth Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change. Intergovernmental Panel on Climate Change.]

Proses terjadinya Pemanasan Global:

Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar energi tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini tiba permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat.

Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana gas dalam rumah kaca. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya.

Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan temperatur rata-rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F) dari temperaturnya semula, jika tidak ada efek rumah kaca suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah berlebihan di atmosfer, akan mengakibatkan pemanasan global.

Penyebab Pemanasan Global:

1. Efek Rumah Kaca

Seperti yang telah di bahas di atas. Pemanasan global diakibatan oleh menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi.

2. Efek Umpan Balik

Berdasarkan analisa, penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik yang dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya air yang menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara sampai tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih besar bila dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri. (Walaupun umpan balik ini meningkatkan kandungan air absolut di udara, kelembaban relatif udara hampir konstan atau bahkan agak menurun karena udara menjadi menghangat)[footnoteRef:2]. Umpan balik ini hanya berdampak secara perlahan-lahan karena CO2 memiliki usia yang panjang di atmosfer. [2: Soden, Brian J., Held, Isacc M. (01-11-2005). "An Assessment of Climate Feedbacks in Coupled Ocean-Atmosphere Models" (PDF). Journal of Climate 19 (14) Diakses pada 21 April 2007.]

Efek umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi objek penelitian saat ini. Bila dilihat dari bawah, awan akan memantulkan kembali radiasi infra merah ke permukaan, sehingga akan meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari atas, awan tersebut akan memantulkan sinar Matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek pendinginan. Apakah efek netto-nya menghasilkan pemanasan atau pendinginan tergantung pada beberapa detail-detail tertentu seperti tipe dan ketinggian awan tersebut. Detail-detail ini sulit direpresentasikan dalam model iklim, antara lain karena awan sangat kecil bila dibandingkan dengan jarak antara batas-batas komputasional dalam model iklim (sekitar 125 hingga 500 km untuk model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat). Walaupun demikian, umpan balik awan berada pada peringkat dua bila dibandingkan dengan umpan balik uap air dan dianggap positif (menambah pemanasan) dalam semua model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat[footnoteRef:3]. [3: Idem No.2]

Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo) oleh es[footnoteRef:4]. Ketika temperatur global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair dengan kecepatan yang terus meningkat. Bersamaan dengan melelehnya es tersebut, daratan atau air dibawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air memiliki kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi Matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus yang berkelanjutan. [4: Stocker, Thomas F.; et al. 7.5.2 Sea Ice. Climate Change 2001: The Scientific Basis. Contribution of Working Group I to the Third Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change. Intergovernmental Panel on Climate Change. Diakses pada 11 Februari 2007]

Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah beku (permafrost) adalah mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap pemanasan. Selain itu, es yang meleleh juga akan melepas CH4 yang juga menimbulkan umpan balik positif.

Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila ia menghangat, hal ini diakibatkan oleh menurunya tingkat nutrien pada zona mesopelagic sehingga membatasi pertumbuhan diatom daripada fitoplankton yang merupakan penyerap karbon yang rendah[footnoteRef:5]. [5: Buesseler, K.O., C.H. Lamborg, P.W. Boyd, P.J. Lam, T.W. Trull, R.R. Bidigare, J.K.B. Bishop, K.L. Casciotti, F. Dehairs, M. Elskens, M. Honda, D.M. Karl, D.A. Siegel, M.W. Silver, D.K. Steinberg, J. Valdes, B. Van Mooy, S. Wilson. (2007) "Revisiting carbon flux through the ocean's twilight zone." Science 316: 567-570.]

3. Variasi Matahari

Terdapat hipotesa yang menyatakan bahwa variasi dari Matahari, dengan kemungkinan diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat memberi kontribusi dalam pemanasan saat ini[footnoteRef:6]. Perbedaan antara mekanisme ini dengan pemanasan akibat efek rumah kaca adalah meningkatnya aktivitas Matahari akan memanaskan stratosfer sebaliknya efek rumah kaca akan mendinginkan stratosfer. Pendinginan stratosfer bagian bawah paling tidak telah diamati sejak tahun 1960[footnoteRef:7], yang tidak akan terjadi bila aktivitas Matahari menjadi kontributor utama pemanasan saat ini. (Penipisan lapisan ozon juga dapat memberikan efek pendinginan tersebut tetapi penipisan tersebut terjadi mulai akhir tahun 1970-an.) Fenomena variasi Matahari dikombinasikan dengan aktivitas gunung berapi mungkin telah memberikan efek pemanasan dari masa pra-industri hingga tahun 1950, serta efek pendinginan sejak tahun 1950[footnoteRef:8]. [6: Marsh, Nigel, Henrik, Svensmark (November 2000). "Cosmic Rays, Clouds, and Climate" (PDF). Space Science Reviews 94: 215-230. DOI:10.1023/A:1026723423896] [7: Climate Change 2001:Working Group I: The Scientific Basis (Fig. 2.12).] [8: Hegerl, Gabriele C.; et al. Understanding and Attributing Climate Change. (PDF) Climate Change 2007: The Physical Science Basis. Contribution of Working Group I to the Fourth Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change. Intergovernmental Panel on Climate Change.]

Ada beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa kontribusi Matahari mungkin telah diabaikan dalam pemanasan global. Dua ilmuan dari Duke University mengestimasikan bahwa Matahari mungkin telah berkontribusi terhadap 45-50% peningkatan temperatur rata-rata global selama periode 1900-2000, dan sekitar 25-35% antara tahun 1980 dan 2000.[10]

4. Peternakan (konsumsi Daging)

Dalam laporan terbaru, Fourth Assessment Report, yang dikeluarkan oleh Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), satu badan PBB yang terdiri dari 1.300 ilmuwan dari seluruh dunia, terungkap bahwa 90% aktivitas manusia selama 250 tahun terakhir inilah yang membuat planet kita semakin panas. Sejak Revolusi Industri, tingkat karbon dioksida beranjak naik mulai dari 280 ppm menjadi 379 ppm dalam 150 tahun terakhir. Tidak main-main, peningkatan konsentrasi CO2 di atmosfer Bumi itu tertinggi sejak 650.000 tahun terakhir.

IPCC juga menyimpulkan bahwa 90% gas rumah kaca yang dihasilkan manusia, seperti karbon dioksida, metana, dan dinitrogen oksida, khususnya selama 50 tahun ini, telah secara drastis menaikkan suhu Bumi. Sebelum masa industri, aktivitas manusia tidak banyak mengeluarkan gas rumah kaca, tetapi pertambahan penduduk, pembabatan hutan, industri peternakan, dan penggunaan bahan bakar fosil menyebabkan gas rumah kaca di atmosfer bertambah banyak dan menyumbang pada pemanasan global[footnoteRef:9]. [9: http://www.ipcc.ch/ipccreports/ar4-syr.htm]

Akibat Pemanasan Global:

Dampak yang ditimbulkan oleh pemanasan gelobal sangatlah kompleks dan tidak sesederhana yang kita kira. Bahkan, beberapa ilmuwan beranggapan bahwa pemanasan global adalah penyebab hancurnya manusia dan itu terjadi akibat ulah manusia sendiri. Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia akan menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies yang bermigrasi ke utara atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah.

Perubahan cuaca dan lautan dapat mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang berhubungan dengan panas (heat stroke) dan kematian. Temperatur yang panas juga dapat menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul kelaparan dan malnutrisi. Perubahan cuaca yang ekstrem dan peningkatan permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub utara dapat menyebabkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bencana alam (banjir, badai dan kebakaran) dan kematian akibat trauma.

Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit melalui air (Waterborne diseases) maupun penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne diseases). Seperti meningkatnya kejadian Demam Berdarah karena munculnya ruang (ekosistem) baru untuk nyamuk ini berkembang biak. Dengan adamya perubahan iklim ini maka ada beberapa spesies vektor penyakit (eq Aedes Agipty), Virus, bakteri, plasmodium menjadi lebih resisten terhadap obat tertentu yang targetnya adala organisme tersebut.

Metode Pencegahan:

Hal yang pertama yang hampir terpikirkan oleh semua orang adalah dengan cara mengendalikan pemanasan global. Jika ande berpikir seperti ini maka otak anda dipastikan hampir sama seperti para ilmuwan. Salah satu caranya adalah dengan mengurangi konsumsi bahan bakar fosil dunia. Cara lainnya adalah dengan mengurangi emisi karbon ke atmosfer. Cara yang paling mudah untuk menghilangkan karbon dioksida di udara adalah dengan memelihara pepohonan dan menanam pohon lebih banyak lagi. Pohon, terutama yang muda dan cepat pertumbuhannya, menyerap karbon dioksida yang sangat banyak, memecahnya melalui fotosintesis, dan menyimpan karbon dalam kayunya. Di seluruh dunia, tingkat perambahan hutan telah mencapai level yang mengkhawatirkan. Di banyak area, tanaman yang tumbuh kembali sedikit sekali karena tanah kehilangan kesuburannya ketika diubah untuk kegunaan yang lain, seperti untuk lahan pertanian atau pembangunan rumah tinggal. Langkah untuk mengatasi hal ini adalah dengan penghutanan kembali yang berperan dalam mengurangi semakin bertambahnya gas rumah kaca.

Gas karbon dioksida juga dapat dihilangkan secara langsung. Caranya dengan menyuntikkan (menginjeksikan) gas tersebut ke sumur-sumur minyak untuk mendorong agar minyak bumi keluar ke permukaan (lihat Enhanced Oil Recovery). Injeksi juga bisa dilakukan untuk mengisolasi gas ini di bawah tanah seperti dalam sumur minyak, lapisan batubara atau aquifer. Hal ini telah dilakukan di salah satu anjungan pengeboran lepas pantai Norwegia, di mana karbon dioksida yang terbawa ke permukaan bersama gas alam ditangkap dan diinjeksikan kembali ke aquifer sehingga tidak dapat kembali ke permukaan.

BAB IV

Atmosfer dan Aspek-Aspek Lainnya

4.1 Kaitan Atmosfer dengan Aspek Ketuhanan

Dalam Al-quran kata atmosfer disama maknakan dengan kata langit. Seperti tercantum dalam alquran surah Al-Baqarah ayat 29 :

“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Al Qur’an, 2:29)

Sudah sangat jelas sekali pada ayat diatas dicantumkan bahwa Allah menciptakan langit dengan tujuh lapisan. Seperti sekarang yang telah para ilmuwan dunia akui. Bahkan, yang lebih luar biasanya lagi. Al-quran telah memberitahu manusia sebelum adanya alat yang dapat memastikan kebenaran pernyataan diatas. Jika anda menganggap saya mengada-ngada akan hal ini anda dapat membuka al-quran. Sedangkan dalam surat Fushshilat ayat ke-12:

“Kemudian Dia menuju langit, dan langit itu masih merupakan asap. Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya.” (Al Qur’an, 41:11-12)

Keajaiban penting lain dalam hal ini disebutkan dalam surat Fushshilat ayat ke-12, “… Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya.” Dengan kata lain, Allah dalam ayat ini menyatakan bahwa Dia memberikan kepada setiap langit tugas atau fungsinya masing-masing. Sebagaimana dapat dipahami, tiap-tiap lapisan atmosfir ini memiliki fungsi penting yang bermanfaat bagi kehidupan umat manusia dan seluruh makhluk hidup lain di Bumi. Setiap lapisan memiliki fungsi khusus.

4.2 Kaitan Atmosfer dengan Aspek Pendidikan

Apa yang kita rasakan dewasa ini, dengan cuaca yang semakin tidak menentu. Tidak perlu jauh-jauh’ di daerah anda misalnya. Mungkin untuk beberapa wilayah terjadi penaikan suhu yang sangat signifikan. Sehingga di daerah puncak pun hawa panas sudah merasuk ke dalam tulang. Apa yang telah terjadi dan sedang kita rasakan sekarang memacu manusia untuk berpikir lebih keras lagi untuk menemukan cara bertahan hidup dan lepas dari kemusnahan.

Salah satu cara yang sedang diupayakan oleh para ilmuwan adalah dengan cara menemukan planet baru. Bahkan, mengenai hal yang satu ini banyak sekali media masa yang telah melaporkan proses pencarian planet baru tersebut. Suatu pertanyaan besar akn muncul. Apakah takdir bisa di lawan, mengenai adanya hari kiamat jika manusia terus berusaha?

BAB V

Penutup

5.1 Simpulan

Manusia dan lingkungan dimana manusia hidup saling memiliki keterkaitan satu sama lainnya. Saling mempengaruhi dan berkolaborasi untuk menciptakan keseimbangan di alam ini. Tetapi yang namanya kerusakan tidaklah dapat kita cegah dengan mudah. Akhir-akhir ini keseimbangan sudah semakin memburuk. Salah satunya dengan apa yang telah terjadi pada lapisan atmosfer bumi. Banyaknya polutan terutama yang berbentuk gas yang dilepaskan oleh benda-benda kimia telah menjadi sumber kehancuran dan malapetaka bagi umat manusia.

Hujan asam dan Pemanasan global hanyalah salah satu dampak yang dirasakan oleh manusia dewasa ini. Mungkin sudah terjadi semenjak tahun 1970-an , tetapi enanggulangan yang terlambat mengakibatkan kedua hal ini menjadi musibah yang paling ditakutkan oleh umat manusia. Hal yang paling kita perlukan untuk saat ini adalah kesadaran yang tinggi akan semua ini.

5.2 Kritik dan Saran

Berdasarkan pemahaman penyusun akan materi yang dibahas, penyusun memberikan kritik untuk pemerintah kita yang terlalu tidak menganggap penting isu lingkungan. Bahkan, undang-undang lingkungan yang kita punyai masih terlalu lemah. Sampai-sampai tidak mampu untuk memaksakan penjahat kelas kakap agar masuk penjara.Memang kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan pun diperlukan. Intinya harus ada kerjasama dari semua pihak. Pengawasan yang ketat dari pemerintah terhadap produk kimia akan mampu mereduksi dampak kehancuran dari polutan kimia berbahaya.

Daftar Pustaka

Bayong Tjasyono, Dr. 1999.Klimatologi Umum. Bandung: FMIPA - ITB.

Murdiyarso, Daniel. 2003.Konvesi Perubahan Iklim. Jakarta: Kompas.

Philip D. Thompson, Robert O’Brien. 1983. Weather. USA: Time Life Book Inc.

Brian J., Skinner. 1984. Sumber Daya Bumi. Yogyakarta: Gajah Mada University press.

http://www.ipcc.ch/ipccreports/ar4-syr.htm

http://www.fao.org/docrep/010/a0701e/a0701e00.HTM

http://news.bbc.co.uk/2/hi/science/nature/7600005.stm

http://www.wikipedia.com

24