BAB I · Web viewWaves merupakan hasil olahan data angin jam-jaman berupa tinggi, periode dan...
Transcript of BAB I · Web viewWaves merupakan hasil olahan data angin jam-jaman berupa tinggi, periode dan...
BAB III
METODOLOGI
BAB III
METODOLOGI
3.1 Tinjauan Umum
Dalam penulisan laporan Tugas Akhir memerlukan metode atau
tahapan/tata cara penulisan untuk mendapatkan hasil yang baik dan optimal
mengenai pengendalian banjir sungai Silandak yang terdapat disekitar Bandara
Ahmad Yani di Kota Semarang yang sesuai dengan kondisi saat sekarang.
Adapun data pendukung yang diperlukan dalam pengendalian banjir sungai
Silandak ini adalah berupa data primer dan data sekunder, yang akan dianalisis
untuk perencanaan pengendalian banjir tersebut. Diagram Alir metodologi
penyusunan laporan Tugas Akhir ini dapat dilihat pada Gambar 3.1.
3.2 Tahapan Persiapan
Dalam tahap persiapan ini ada beberapa hal yang penting untuk dilakukan
dengan tujuan mengefektifkan waktu dan pelaksanaan penyusunan Laporan Tugas
Akhir. Tahap persiapan ini meliputi sebagai berikut :
1. Menentukan kebutuhan data.
2. Studi pustaka terhadap landasan teori yang akan dipergunakan dalam
penyelesaian dengan permasalahan yang terjadi saat sekarang.
3. Mendata instansi terkait yang dapat dijadikan narasumber data.
4. Survei lokasi untuk mendapatkan gambaran umum kondisi wilayah
studi.
5. Pengamatan secara mendetail pada kondisi wilayah studi
TUGAS AKHIR
DETAIL DESAIN MUARA SUNGAI SILANDAK GLORY BAKTI UTOMO L2A306018
WIRA APRIADI L2A605059
III - 1
BAB III
METODOLOGI
TUGAS AKHIR
DETAIL DESAIN MUARA SUNGAI SILANDAK GLORY BAKTI UTOMO L2A306018
WIRA APRIADI L2A605059
III - 2
Survey Lapangan
Pengumpulan DataData Primer :- Wawancara dengan
masyarakat sekitar- Dokumentasi
Analisis Hidrologi
Data Sekunder Sungai :- Data curah hujan- Data topografi- Peta tataguna lahan- Data morfologi sungai (penampang
melintang dan memanjang)- Data tanahData Sekunder Laut :- Data angin- Data pasang surut- Peta bathimetri
Pembuatan Floodway
Stabilitas Alur
RAB dan RKS
Gambar Perencanaan
Metode Pelaksanaan : Time schedule, Kurva S, Net Work Planning
Mulai
Analisis Data
Pembuatan Jetty
Selesai
Analisa hidrolika(Kondisi Exsisting)
Stabilitras Tanggul
Pembangunan Jetty dikombinasikan
dengan bangunan lain
Chek
Chek
Chek
TidakYa
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Chek
Ya
Tidak
Gambar 3.1 Diagram Alir Metodologi Penyusunan Laporan Tugas Akhir
Tidak
Pengecekan Data-data
Memenuhi syarat &Lengkap
BAB III
METODOLOGI
3.3 Pengumpulan Data
Metodologi mengenai data-data yang diperlukan untuk penyelesaian studi
Detal Desain Muara Sungai Silandak dapat dilihat pada Gambar 3.3 dibawah ini:
.
Gambar 3.3 Diagram Alir Metodologi Pengumpulan Data Tugas Akhir
TUGAS AKHIR
DETAIL DESAIN MUARA SUNGAI SILANDAK GLORY BAKTI UTOMO L2A306018
WIRA APRIADI L2A605059
III - 3
Jenis Data Berdasarkan SifatJenis Data berdasarkan Fungsinya
Data Primer :- Interview dengan
masyarakat sekitar- Observasi- Literateut- Instrumen
Data Sekunder Sungai :- Data curah hujan- Data topografi- Peta tataguna lahan- Data morfologi
sungai (penampang melintang dan memanjang)
- Data tanah
Mulai
Selesai
Data Teknis Data Non Teknis
TidakTidak
Ya
- Analisis Data - Evaluasi Data- Pemilihan Alternatif- Analisi Perancangan Teknis Detail (DED)
Klasifikasii DanIdentifikasi Data
Klasifikasi danIdentifikasi Data
Penentuan Jenis Data Yang Diperlukan
Pengumpulan data keseluruhan
BAB III
METODOLOGI
Data yang diperlukan untuk penyelesaian studi Detail Desain Muara
Sungai Silandak dibedakan menjadi dua, yaitu :
3.3.1 Pengumpulan data berdasarkan fungsinya
Berdasarkan fungsinya data dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
a. Pengumpulan Data Teknis
Adalah data-data yang berhubungan langsung dengan upaya
pengendalian banjir pada wilayah Semarang Timur, seperti data curah
hujan, peta topografi, peta tata guna lahan, peta saluran drainase, data
tanah, dan sebagainya.
b. Pengumpulan Data Non Teknis
Adalah data-data yang berfungsi sebagai penunjang untuk
mempertimbangkan upaya pengendalian banjir pada wilayah
Semarang Timur, misalnya data jumlah penduduk di wilayah studi,
data industri di wilayah studi, dan sebagainya.
3.3.2 Pengumpulan data berdasarkan Sifatnya
Berdasarkan sifatnya data dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Pengumpulan Data Primer
Data Primer, adalah data yang diperoleh melalui survei langsung di
lapangan. Data primer digunakan untuk mengetahui kondisi yang
sebenarnya di lapangan atau lokasi proyek yang akan dilaksanakan.
Adapun metode pengumpulan data tersebut dapat dilakukan melalui
wawancara, isian angket, observasi pengukuran, dokumentasi dsb.
Dengan mengetahui kondisi sebenarnya maka diharapkan akan
diperoleh desain rencana yang tepat sasaran sesuai dengan kebutuhan
di lapangan. Data tersebut disajikan pada Tabel 3.3.2.a
b. Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder, adalah data yang diperoleh dari instansi terkait. Data
sekunder dapat berupa rekaman foto, laporan tertulis maupun data
digital. Data tersebut disajikan pada Tabel 3.2.2.b
TUGAS AKHIR
DETAIL DESAIN MUARA SUNGAI SILANDAK GLORY BAKTI UTOMO L2A306018
WIRA APRIADI L2A605059
III - 4
BAB III
METODOLOGI
Tabel 3.3.2.a : Data Primer
DATA MACAM DATA SUMBER DATA KEGUNAAN
Hasil Interview Primer
Masyarakat setempatPSDA Propinsi
PSDA Daerah SemarangBBWS Pemali-JuanaBAPPEDA PropinsiBAPPEDA Daerah
Semarang
Mengetahui muka air banjir maksimum yang pernah terjadi di sungai
Hasil Observasi Primer Survey lapangan
Mengetahui situasi dan kondisi DPS Silandak dan Bandara Ahmad
YaniHasil
Instrument PrimerKamera digitalBejana Ukur
Dokumentasi lokasi yang akuarat dan untuk mendapatkan data yang
lebih spesifikStudy
LiteraturPrimer Buku-buku yang
mendukung Study tersebut
Untuk mendapatkan acuan dalam analisis data perhitungan dalam
perencanaan
TUGAS AKHIR
DETAIL DESAIN MUARA SUNGAI SILANDAK GLORY BAKTI UTOMO L2A306018
WIRA APRIADI L2A605059
III - 5
BAB III
METODOLOGI
Tabel 3.3.2.b : Data Sekunder
DATA MACAM DATA SUMBER DATA KEGUNAAN
Peta Topografi Sekunder Dinas PSDA Semarang
Mengetahui luas DAS Sengkarang atau daerah
tangkapan hujan (catchment area)
Peta Daerah Genangan Sekunder BBWS
Pemali-Juana
Mengetahui Daerah yang terkena banjir pada DAS
Bremi dan MeduriData curah hujan dan stasiun hujan Sekunder Dinas PSDA
Semarang Untuk analisis hidrologi
Data Tata guna lahan Sekunder BBWS
Pemali-Juana Untuk analisis hidrologi
Data Morfologi Sungai Sekunder BBWS
Pemali-JuanaMengetahui data muka air banjir, analisis hidrolika.
Data Sedimentasi Sungai Sekunder BBWS
Pemali-Juana Untuk analisis stabilitas alur
Data tanah Sekunder BBWS Pemali-Juana
Untuk analisis stabilitas tanggul
Data Bahan &Tenaga Sekunder BBWS
Pemali-Juana
Menentukan bahan dan Rencana Anggaran Biaya
(RAB)
Data angin Sekunder
Badan Meteorologi
Maritim Semarang
Menentukan arah angin dominan
Pasang surut air laut Sekunder
Badan Meteorologi
Maritim Semarang
Menentukan muka air : HWL, MWL, LWL
Peta Bathimetri Sekunder BBWS Pemali-Juana
Mengetahui kemiringan pantai
3.4 Analisis Data
Pada tahap melakukan analisis data sekunder diperoleh dengan cara
menghubungi instansi yang terkait. Perencanaan pengendalian banjir pada Sungai
Silandak di Kota Semarang memerlukan analisis data secara lengkap antara lain:
analisis hidrologi, analisis hidrolika, analisis stabilitas alur dan analisis stabilitas
tanggul.
TUGAS AKHIR
DETAIL DESAIN MUARA SUNGAI SILANDAK GLORY BAKTI UTOMO L2A306018
WIRA APRIADI L2A605059
III - 6
BAB III
METODOLOGI
3.4.1 Analisis Hidrologi
Sebelum melakukan analisis hidrologi, terlebih dahulu menentukan stasiun
hujan, data hujan dan luas catchment area. Dalam analisis hidrologi akan di bahas
beberapa tahapan untuk menentukan debit banjir rencana. Beberapa
tahapan/langkah untuk menentukan debit banjir rencana adalah menghitung curah
hujan rata – rata daerah, curah hujan rencana, melakukan uji keselarasan untuk
menentukan metode yang memenuhi uji sebaran, menghitung intensitas hujan dan
debit banjir rencana. Tahapan/langkah tesebut dapat dilihat pada gambar 3.4.1
Diagram Alir Analisis Hidrologi
A. Perhitungan Curah Hujan Rata – Rata Daerah
Terdapat 3 (tiga) Stasiun curah hujan yang digunakan untuk menganalisis
perhitungan curah hujan rata-rata pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai
Silandak. Ada 3 (tiga) metode perhitungan curah hujan rata-rata yaitu metode
Rata-rata Aljabar Metode Poligon Thiessen dan Metode Isohyet. Dasar
pertimbangan menggunakan metode Poligon Thiessen adalah memberikan
proporsi luasan daerah pengaruh stasiun hujan untuk mengakomodasi
ketidakseragaman jarak dan daerah pengaruh tersebut dibentuk dengan
menggambarkan garis-garis sumbu tegak lurus terhadap garis penghubung antara
dua stasiun hujan terdekat. Dasar pertimbangan metode Isoyet adalah cocok untuk
daerah berbukit dan tidak teratur serta cara yang paling teliti untuk mendapatkan
hujan areal rata-rata jika stasiun hujannya relatif lebih rapat yang memungkinkan
untuk membuat garis isohyet, tetapi memerlukan analis yang berpengalaman.
B. Perhitungan Curah Hujan Rencana
Perhitungan curah hujan rencana menggunakan metode :
Metode Log Pearson Type III
Metode Log Normal
Metode Gumbel
C. Uji Keselarasan
Ada beberapa untuk metode Uji Keselaran :
Uji kecocokan dengan Uji Sebaran Chi Kwadrat
Uji Smirnov – Kolmogorov .
TUGAS AKHIR
DETAIL DESAIN MUARA SUNGAI SILANDAK GLORY BAKTI UTOMO L2A306018
WIRA APRIADI L2A605059
III - 7
BAB III
METODOLOGI
D. Perhitungan debit Banjir Rencana
Metode yang digunakan untuk perhitungan debit banjir rencana adalah:
Metode Rasional
Metode Harpers
Metode Hidrograf Satuan Sintetik (HSS) Gama I
3.4.2 Analisis Hidrolika
Pada analisis hidrolika terdiri dari analisis penampang eksisting dengan
menggunakan HEC-RAS bertujuan untuk mengetahui kondisi dari Sungai
Silandak saat ini (eksisting). Dengan menggunakan program HEC-RAS maka
TUGAS AKHIR
DETAIL DESAIN MUARA SUNGAI SILANDAK GLORY BAKTI UTOMO L2A306018
WIRA APRIADI L2A605059
III - 8
Gambar 3.4.1 Diagram Alir Analisis Hidrologi
BAB III
METODOLOGI
dapat diketahui profil dari muka air saat terjadi banjir. HEC-RAS akan
menampilkan model dari Sungai Silandak sesuai dengan input data yang
diberikan. Dalam perencanaan dimensi dengan normalisasi sungai disini
menggunakan rumus Manning, diperlukan untuk mengetahui kapasitas alur
sungai dan saluran terhadap banjir rencana dan untuk menggambarkan profil
muka air banjir rencana sepanjang sungai dan muara yang akan ditinjau dari
Sungai Silandak. Profil muka air yang dihasilkan merupakan dasar untuk
menentukan elevasi bangunan pengendali banjir. Diagram Alir Analisis Hidrolika
dapat dilihat pada Gambar 3.4.2
TUGAS AKHIR
DETAIL DESAIN MUARA SUNGAI SILANDAK GLORY BAKTI UTOMO L2A306018
WIRA APRIADI L2A605059
III - 9
Gambar 3.4.2 . Diagram Alir Analisis Hidrolika dan normalisasi Sungai
BAB III
METODOLOGI
3.4.3 Analisis Debit Banjir Rencana dan Dimensi Saluran Drainase
Analisis debit banjir rencana pada Sungai Silandak digunakan untuk
menganalisis dimensi saluran drainase dengan merencanakan bentuk penampang
pada saluran sekunder dan saluran primer Sungai Silandak, sehingga didapatkan
dimensi saluran ( lebar dan tinggi saluran ) serta slope minimum saluran.
Analisis dimensi saluran drainase terdiri dari analisis perencanaan dimensi
saluran aliran uniform (seragam) pada kondisi MSL serta analisis non uniform
(tidak seragam) pada kondisi High Water Level (HWL), dalam hal ini adalah
adanya pengaruh backwater (air balik). Diagram Alir analisis debit banjir rencana
dan dimensi saluran drainase dapat dilihat pada Gambar 3.4.3
Gambar 3.4.3 Diagram Alir Analisis Debit Banjir Rencana
Dan Dimensi Saluran Drainase
TUGAS AKHIR
DETAIL DESAIN MUARA SUNGAI SILANDAK GLORY BAKTI UTOMO L2A306018
WIRA APRIADI L2A605059
III - 10
ChekTidak
Ya
ChekTidak
Ya
Input Data:A, C, Cs, to, n, Vmin, L, M, H dan persamaan lengkung intensitas hujan
td = L / 60*Vmin
tc = to + td
Persamaan Lengkung Intensitas Hujan (I)
Q = 0,00278*C*Cs*I*A
Q = (1/n)*R2/3*S1/2*F
F = Q / Vmin
Diperoleh nilai B atau H dan R
Didapat Smin / Smax
Mulai
Selesai
BAB III
METODOLOGI
3.4.4 Analisis Stabilitas Alur
Sungai akan stabil apabila tidak terjadi erosi pada dasar maupun tebing
sungai. Tegangan geser yang terjadi di dasar maupun tebing sungai disebabkan
oleh aliran sungai. Apabila tegangan geser yang terjadi di dasar sungai (τb) lebih
besar dari tegangan kritis (τc), maka akan terjadi erosi. Tegangan geser kritis yaitu
tegangan geser yang terjadi pada saat butiran dasar /tebing sungai mulai bergerak.
Besarnya tegangan geser kritis (τc) tergantung dari diameter material
dasar /tebing sungai. Kecepatan aliran yang menimbulkan terjadinya tegangan
geser kritis disebut kecepatan kritis (Vcr). Apabila diameter butiran dasar /tebing
sungai diketahui, maka tegangan geser kritis (τc) dapat dilihat melalui diagram
Shield’s. diagram alir analisis stabilitas alur dapat dilihat pada Gambar.3.4.4.
Gambar 3.4.4 : Diagram Alir Analisis Stabilitas Alur
TUGAS AKHIR
DETAIL DESAIN MUARA SUNGAI SILANDAK GLORY BAKTI UTOMO L2A306018
WIRA APRIADI L2A605059
III - 11
BAB III
METODOLOGI
Perhitungan stabilitas lereng sungai bertujuan untuk mengetahui kestabilan
lereng sungai. Untuk mengetahui besarnya angka keamanan lereng sungai di
lokasi longsoran, pada penelitian ini menggunakan program Geo Studio 2004
Slope/W Analysis.
3.4.5 Analisis Stabilitas Tanggul
Pada analisis stabilitas tanggul biasanya terdiri dari material geoteknik,
untuk menahan banjir supaya tidak meluap. Beberapa analisis kestabilan tanggul
diantaranya adalah analisis terhadap bahaya kelongsoran, kuat dukung dan geser.
Bentuk penampang tanggul pada dasarnya harus aman terhadap limpasan dan
aman terhadap gaya yang bekerja, maka bentuk tanggul perlu mempertimbangkan
terhadap muka air banjir, kondisi topografi, kondisi tanah dasar asli, bahan
timbunan tanggul, dan pelindung lereng tanggul. Diagram alir analisis stabilitas
tanggul dapat dilihat pada Gambar 3.4.5.
Gambar 3.4.5. Diagram Alir Analisis Stabilitas Tanggul
TUGAS AKHIR
DETAIL DESAIN MUARA SUNGAI SILANDAK GLORY BAKTI UTOMO L2A306018
WIRA APRIADI L2A605059
III - 12
ChekTidak
Ya
Input : Nilai kohesi (c)Sudut geser dalam (φ)Berat volume (γ)Ketebalan lapisan tanah
Menentukan :Elevasi tanggulLebar puncak tanggulKemiringan tanggul (1 : m)
Geo Studio 2004 Slope/WAnalysis
Fk min > 1
Mulai
Selesai
BAB III
METODOLOGI
3.3.1 Analisis Perubahan Garis Pantai
Pemakaian software Genesis digunakan untuk mendapatkan data –
data yang nantinya dapat digunakan untuk kegiatan perencanaan analisis
perubahan garis pantai, Hal yang menjadi perhatian dalam penggunaan software
adalah mendapatkan data dan pengecekan terhadap perubahan garis pantai akibat
pembangunan On Shore (Jetty, Groin, Rip-Rap, dll) dan Off Shore (Breakwater).
Data-data yang benar sangat diperlukan sebagai input dari model yang dibuat.
Program GENESIS dimanfaatkan untuk memprediksi perubahan
garis pantai yang disebabkan oleh erosi dan sedimentasi pada periode tertentu.
Perubahan garis pantai diprediksikan selama beberapa tahun mendatang dengan
kondisi eksisting. Data-data yang harus dikonversi sebagai masukan pada program
GENESIS yaitu :
a. DEPTH :
DEPTH berisi kedalaman air laut sepanjang pantai yang disimulasi
dan akan menyebabkan gelombang pecah di mana nilainya sudah disediakan
oleh Program GENESIS dalam NSWAV sebagai input model gelombang
eksternal. Program GENESIS dalam NSWAV meskipun sudah tersedia , akan
tetapi dalam tugas akhir ini input gelombang menggunakan Program
GENESIS file WAVES di mungkinkan sudah lengkap dan akan terbaca
sebagai data gelombang laut dalam, sehingga input model gelombang
eksternal oleh Program GENESIS dalam NSWAV tidak dipergunakan,
apabila program GENESIS dalam NSWAV dan Program GENESIS file
WAVES dioperasionalkan secara bersamaan, maka DEPTH tidak akan bisa
terbaca hasilnya atau terjadi kerancuan data
b. SHOR L :
Merupakan masukan ordinat garis pantai awal. Cara mendapatkan
ordinat ini adalah dengan memplotkan garis pantai pada peta dengan bantuan
program Auto Cad. Membuat grid-grid pada jarak tertentu, di mana jarak
antar grid yang digunakan dalam analisis ini sebesar 25 m dengan jumlah grid
99.
TUGAS AKHIR
DETAIL DESAIN MUARA SUNGAI SILANDAK GLORY BAKTI UTOMO L2A306018
WIRA APRIADI L2A605059
III - 13
BAB III
METODOLOGI
c. SHORC
Merupakan hasil running dari program berupa perubahan ordinat (Y)
garis pantai.
d. SHORM
Merupakan koordinat pengikat garis pantai yang nilainya sama
dengan koordinat SHORL. SHORM berfungsi untuk membandingkan
perubahan garis pantai pada jangka waktu sepuluh tahun dengan garis pantai
awal.
e. Koordinat Seawall
Perencanaan posisi seawall berdasarkan dari prediksi garis pantai
yang terabrasi. Cara yang digunakan untuk mendapatkan koordinat seawall
sama seperti cara untuk mendapatkan koordinat garis pantai awal sebelum
terjadi abrasi. Jika tidak ada seawall maka file ini akan dikosongkan dan tidak
akan dibaca oleh GENESIS.
f. WAVES
WAVES merupakan hasil olahan data angin jam-jaman berupa tinggi,
periode dan arah datang gelombang dalam satu tahun. Data WAVES yang
digunakan sebagai input GENESIS adalah data gelombang yang dihasilkan
pada perhitungan tinggi, periode dan arah datang gelombang hasil olahan data
angin jam-jaman, dengan merubah beberapa sudut datang gelombang sesuai
dengan yang disyaratkan sebagai input GENESIS yaitu:
Sudut datang gelombang.
Sistem koordinat garis pantai diasosiasikan dengan sudut datang
gelombang, di mana arah y (positif) dikonversikan sebagai arah utara dan
arah datangnya gelombang menuju sumbu x sebagai baseline pada
GENESIS. Dalam program GENESIS besar sudut datang gelombang antara
-90o sampai dengan 90o, di mana sudut datang gelombang 0o dapat
menggambarkan penyebaran gelombang normal tegak lurus menuju
baseline GENESIS (sumbu absis (x)). Semakin ke arah kiri sudut datang
gelombang akan semakin negatif dan semakin ke arah kanan sudut datang
gelombang akan semakin positif. Konversi dilakukan jika terdapat data
TUGAS AKHIR
DETAIL DESAIN MUARA SUNGAI SILANDAK GLORY BAKTI UTOMO L2A306018
WIRA APRIADI L2A605059
III - 14
BAB III
METODOLOGI
yang tidak diketahui sudut gelombangnya maka pada kolom arah diberi
nilai 999. Konversi sudut datang gelombang dapat dilihat pada Gambar
3.3.1
(Manual GENESIS, 1991)
Gambar 3.3.1 Konversi Sudut Gelombang Datang Pada GENESIS
Kalibrasi sudut datang gelombang.
Kalibrasi dilakukan untuk menyesuaikan antara input data arah gelombang
pada file WAVES dengan sistem koordinat grid hasil pemodelan. Hal ini
dilakukan jika terdapat perbedaan dalam penentuan arah Utara. Pada data
input gelombang, arah utara ditentukan berdasarkan arah mata angin,
sedangkan GENESIS akan membaca arah Utara sesuai dengan tegak lurus
dengan sumbu x.
Setelah semua data input yang dibutuhkan untuk prediksi perubahan garis
pantai tersedia maka selanjutnya dilakukan running program melalui file START.
Selanjutnya akan diketahui perubahan garis pantai sesuai dengan periode waktu
yang diinginkan. Perubahan garis pantai ini akan sangat membantu dalam
pemilihan bangunan pengaman pantai yang tepat.
3.4.6 Alternatif Penanganan Permasalahan Muara Sungai
TUGAS AKHIR
DETAIL DESAIN MUARA SUNGAI SILANDAK GLORY BAKTI UTOMO L2A306018
WIRA APRIADI L2A605059
III - 15
BAB III
METODOLOGI
Dengan menganalisis terlebih dahulu permasalahan tertutupnya muara
Sungai Silandak, maka dipilih alternatif penanganan muara sungai Silandak.
Penanganan tersebut bisa berupa pembangunan Jetty, Groin, atau sudetan.
Pemilihan alternatif penanganan Muara Silandak dilakukan dengan cara
mentabelkan masing – masing alternatif kemudian diuraikan kelebihan dan
kekurangannya.
Tabel 3.4.6. Pemilihan alternatif penanganan Muara
No Alternatif Penanganan
Kelebihan Kekurangan
1 Jetty
-Mengurangi pendangkalan
alur
oleh sedimen pantai,
-Menanggulangi banjir akibat
pendangkalan di muara,
-Biaya cukup
mahal,
2 Groin
- Menahan transpor sedimen
sepanjang pantai
- Mengurangi /menghentikan
erosi pantai
-Kurang cocok untuk
perlindungan
muara sungai
3 Sudetan
-Biaya konstruksi murah
-Memperlancar laju air
sungai.
3.5 Gambar Perencanaan
TUGAS AKHIR
DETAIL DESAIN MUARA SUNGAI SILANDAK GLORY BAKTI UTOMO L2A306018
WIRA APRIADI L2A605059
III - 16
-Tidak dapat menahan
sedimen yang berasal
dari
BAB III
METODOLOGI
Untuk membantu proses pelaksanaan pekerjaan drainase tersebut perlu
dibantu dengan gambar desain konstruksi yang benar dan jelas. Proses ini
tergantung dari perhitungan/perencanaan konstruksi yang telah dicek
keamanannya terhadap beberapa gaya maupun dari konstruksi itu sendiri. Adapun
proses menggambar desain konstruksi pada penyusunan tugas akhir ini dapat
dijelaskan dalam bentuk diagram alir sebagai berikut :
Gambar 3.5. Diagram alir Gambar Perencanaan
3.6 Rencana Kerja dan Syarat (RKS)
TUGAS AKHIR
DETAIL DESAIN MUARA SUNGAI SILANDAK GLORY BAKTI UTOMO L2A306018
WIRA APRIADI L2A605059
III - 17
Gambar Desain
Ya
Tidak
Hasil perhitungan Perencanaan Konstruksi
Pengajuan ke Dosen Pembimbing
Memenuhi syarat
Gambar kerja
Selesai
Mulai
BAB III
METODOLOGI
RKS digunakan sebagai dasar atau syarat–syarat umum dan teknis dalam
pelaksanaan pembuatan struktur. Isi dari RKS adalah:
1. Instruksi kepada peserta lelang ( dari data sekunder ).
2. Syarat–syarat kontrak ( dari data sekunder ).
3. Gambar Perencanaan ( dari Analisa Data dan Kriteria Perencanaan ).
4. Syarat-syarat teknis ( dari daftar volume pekerjaan )
5. Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Metodologi penyusunan RKS dapat dilihat pada Gambar 3.6.
Gambar 3.6 Diagram Alir Rencana Kerja Syarat (RKS)
TUGAS AKHIR
DETAIL DESAIN MUARA SUNGAI SILANDAK GLORY BAKTI UTOMO L2A306018
WIRA APRIADI L2A605059
III - 18
BAB III
METODOLOGI
3.7 Metode Pelaksanaan
Metodologi penyusunan metode pelaksanaan dapat dilihat pada
Gambar3.7
TUGAS AKHIR
DETAIL DESAIN MUARA SUNGAI SILANDAK GLORY BAKTI UTOMO L2A306018
WIRA APRIADI L2A605059
III - 19
BAB III
METODOLOGI
Gambar 4.7 Diagram Alir Metode Pelaksanaa
3.8 Rencana Anggaran Biaya
Rencana Anggaran Biaya bertujuan untuk mendapatkan nilai dalam rupiah
dari suatu pekerjaan. Secara umum RAB (Rencana Anggaran Biaya) merupakan
rincian biaya dari setiap komponen pekerjaan yang akan berlaku di lokasi
pekerjaan, analisa harga suatu pekerjaan dan volume pekerjaan dapat dijelaskan
dalam bentuk diagram alir sebagai berikut :
TUGAS AKHIR
DETAIL DESAIN MUARA SUNGAI SILANDAK GLORY BAKTI UTOMO L2A306018
WIRA APRIADI L2A605059
III - 20
Mulai
Daftar Harga Upah dan Bahan
Daftar Harga Satuan Pekerjaan
Analisis Harga Satuan
Selesai
Volume Satuan Pekerjaan
Rencana Anggaran Biaya
Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya
ChekTidak
Ya
Selesai
BAB III
METODOLOGI
Gambar 4.8 Diagram alir Rencana Anggaran Biaya
3.9 Time Schedule Dan Network Planning
Time Schedule adalah suatu pembagian waktu secara terperinci yang
disediakan untuk masing-masing pekerjaan, mulai pekerjaan awal sampai
pekerjaan selesai, serta sebagai sarana koordinasi suatu jenis pekerjaan. Network
Planning adalah gambar yang memperlihatkan urutan pekerjaan dan logika
ketergantungan antara suatu kegiatan yang satu dengan yang lain beserta waktu
pelaksanaannya. Adapun proses pembuatan Time Schedule dan Network Planning
pada penyusunan tugas akhir ini dapat disajikan dalam bentuk diagram alir
sebagai berikut :
Gambar 3.9 Diagram alir Time Schedule dan Network Planning
TUGAS AKHIR
DETAIL DESAIN MUARA SUNGAI SILANDAK GLORY BAKTI UTOMO L2A306018
WIRA APRIADI L2A605059
III - 21
Mulai
- Hasil perhitungan Perencanaan Konstruksi- Gambar Desain
- Jenis Pekerjaan - RAB
Penyusunan Time Schedule dan Network Planning
ChekTidak
Ya
BAB III
METODOLOGI
TUGAS AKHIR
DETAIL DESAIN MUARA SUNGAI SILANDAK GLORY BAKTI UTOMO L2A306018
WIRA APRIADI L2A605059
III - 22