BAB I trauma anak

59
BAB II ISI Tumbuh Kembang A. Definisi pertumbuhan Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran tubuh yang mengikuti BB, TB, LK,LD,dll, atau bertambahnya jumlah dan ukuran sel-sel pada semua sistem organ tubuh. B. Definisi perkembangan Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan atau fungsi semua system organ tubuh sebagai akibat bertambahnya kematanngan fungsi-fungsi system organ tubuh. 1. Factor-faktor yang berperan dalam perkembangan seorang anak: a. Keturunan genetic terutama orang tua, ayah, ibu, nenek, dan kakek. Lingkungan(fisiko-bio-psiko-sosial) yang terdiri atas beberapa hal berikut. Nutrisi Paparan toksin / zat kimia Infeksi janin pasca natal Kebersihan dan sanitasi Social ekonomi Obat-obatan Lingkungan pengasuhan Pemberian sitmulasi atau rangsangan Kualitas pengasuh Teman serta sekolah 2. Apa yang dibutuhkan anak? a. Kubutuhan fisik dan biomedis. 1

description

trauma anak

Transcript of BAB I trauma anak

Page 1: BAB I trauma anak

BAB II

ISI

Tumbuh Kembang

A. Definisi pertumbuhan

Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran tubuh yang mengikuti BB, TB, LK,LD,dll, atau bertambahnya jumlah dan ukuran sel-sel pada semua sistem organ tubuh.

B. Definisi perkembangan

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan atau fungsi semua system organ tubuh sebagai akibat bertambahnya kematanngan fungsi-fungsi system organ tubuh.

1. Factor-faktor yang berperan dalam perkembangan seorang anak:a. Keturunan genetic terutama orang tua, ayah, ibu, nenek, dan kakek.

Lingkungan(fisiko-bio-psiko-sosial) yang terdiri atas beberapa hal berikut. Nutrisi Paparan toksin / zat kimia Infeksi janin pasca natal Kebersihan dan sanitasi Social ekonomi Obat-obatan Lingkungan pengasuhan Pemberian sitmulasi atau rangsangan Kualitas pengasuh Teman serta sekolah

2. Apa yang dibutuhkan anak?a. Kubutuhan fisik dan biomedis.

Nutrisi yang ade kuat dan seimbangh atau gizi seimbang (4 sehat 5 sempurna) yang dibutuhkan bayi adalah asi eklusif,MP-ASI dan makanan anak.pemberian makan pada anak selai untuk mencukupin kenutuhan fisikya juga untk mendidik makan anak.

b. Nutrient yang penting Zat pembangun terdiri atas protein hewani dan nabati.

Protenin mengandung asam amino ensensia,antara lain lisin,leusin,isoleusin,metionin,fenilalanin,treonin,triptofan,falin,danistidin.zat ini berfungsi untuk menganti jaringan yang rusak.

Zat sumber tenaga atau energi.

1

Page 2: BAB I trauma anak

Zat penunjang membrane sel yang bersumber dari lemak(susu,keju,kuning telur,dll).lemak merupakan sumber energy utama bagi bayi

Zat pelindung yang terdiri atas vitamin dan mineral.vitamin yang larut dalam lemak(A,D,E,K).

Air memiliki porsi terbesar dalam tubuh Butrisiyang dibutuhkan otak,seperti

glukosa,vitamin,mineral dan zat gizi esensial.

3. Periode krisisa. Jika bayi lahir dengan lingkar kepala 75% orang dewasab. Perkembngan lingkar kepala didua tahun pertama adalah sebagai berikut

6 bulan pertama:1 cm perbulan. 6 bulan kedua: 0,5 cm perbulan 12 bulan kedua: 2 cm pertahun

c. Usia 18 tahun Lingkar kepala anak perempuan : 52-57,5 cm Lingkar kepala laki-laki: 52-59 cm

4. Kebutuhan dasar untuk tumbuh kembang optimal.Tumbuh kembang optimal dipengaruhin hal berikuta. Ada ya kesulitan makan

Nafsu makan dipengaruhi:1. Penyakit seperti sistemik,mulut gigi,gusi,tengorokan,usus dll2. Perhatian pada mainan atau bermain dengan emosi

Makanan yang meliputi bentuk warna,baud an rasa.b. Suplemen yang bergantung pada kebutuhan anak,masukan tiap anak

maslah tiap anak,dan tumbuh kembangc. Sandang atau pakaian

Berikan pakain sesuai dengan anak. Perhatikan jenis bahan pakaian.

d. Perawatan kesehatan dasar yang meliputi imunisasi pengobatan dini setara tepat,serta mencegah kecacatan.

e. Perhatikan kelayakan dan kebersihan tempat anak yang melipuuti ade kuatnya ventasasi dan pecahayaan

f. Keutuhan tempat tinggal minimal 7m perorangg. Kesegaran jasmain yang meliputi olahraga dan rekreasih. Kebersihan

Kebersihan badan dapat dicapai dengan mencuuci tangan,mempotong kuku,mandi,mencuci rambut,dll

Kebersiahn makanan dalam sayur,buah,jajanan,air,peralatan makan,dan peralatan minum

Kebersihan lingkungan dari asap rokok,asap mobil,debu,sampah,dll

2

Page 3: BAB I trauma anak

` I bermain atau aktifitas fisikJ tidur atau istirahat

Brguna dalam rangsang pertumbuhan anak. Kebutuhan istirahat berbeda dengan usia lain

Contoh,anak usia 5 tahun memiliki kebutuhan tidur sekitar 11 jam perhari,

k. memlalui tempat pelayanan kesehatan,orang tua dapat melakukan pencegahan penyakit melalui KIE dan imunisasi memantau tumbuh kembang anak serta mendeteksi dini penyaik,sesegera mungkin diberikan intervensi

5. Kebutuhan emosi dan kasih sayinga. Terjadi sejak kehamilan berusia 6 bulan.b. Kasih saying orang tua dapat meberikan rasa amanc. Abak diberikan contoh,dibantu,didorong,dan dihargai,bukan dipaksad. Ciptakan susasana kegembiraane. Kemandirianf. Dorongan dari seorang sekelilingyag. Mendapatkan kesempatan dan pengalamanh. Menubuhkan rasa memilikii. Kempimpinan dan kerjasama

6. Kebutuhabn atas stimulasia. Sitimulasi merupakan sikal cikalbbakal proses pembelajaraan anak terdiri

atas pendidikan dan penelitianb. Stimulasi dini berasal dari rangsangan yang ada dilingkungan anak seperti

bermain,berdiskusi,dllc. Bila ada rangsangan,maka akan tebentuk hubungand. Kpan stimulasi dilakukan?

Stimulasi dapat dilakukan sejak janin berusia 23 minggu pada masa-masa ini merupakan awal terjadinya sinaptogenisi stimulasi dilanjutkan sampai anak bberusia 3 tahun ketika sinaptogenisi berhakhir dan usia 14 tahun yang merupakan akhir ptunning

Semakinj dini dan semakin lam stimulasi diberikan,maka akan semakin besar dan lama manfaatnya

1) 0-6bulan:penyusaian dan presepsi ibu2) 0-36bulan:intelektual dan perilaku3) 0-48 bulan: kognitif4) 0-96 bulan: ,membaca dan menghitung

Prinsip-prinsip tumbuh kembang anak  1. Tumbuh kembang adalah proses yang kontinyu

3

Page 4: BAB I trauma anak

2. Tumbuh kembang tergantung maturasi dan myelinisasi susunan saraf  3. Pola perkembangan selalu sama, tetapi kecepatannya berbeda 4. Refleks primitif akan hilang digantikan dengan gerak volunter  5. Arah perkembangan chepalo caudal, proksimodistal 6. Diawali dengan gerak motorik kasar baru diikuti dengan gerakan motorik halus 7. Aktifitas general diganti dengan respon individu yang khas.

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak I.Faktor Internal

1. Perbedaaan ras etnik atau suku bangsaTinggi badan tiap bangsa berlainan, pada umumnya ras kulit putih mempunyai ukurantungkai yang lebih panjang daripada ras mongol2. Umur Kecepatan pertumbuhan yang cepat adalah masa prenatal, tahun pertama kehidupan dan masaremaja.3. Jenis kelaminWanita lebih cepat dewasa dibandingkan laki-laki, pubertas wanita lebih cepat dari laki-laki.

  4. Kelainan kromosomKelainan kromosom disertai kegagalan pertumbuhan sepertiSyndrom Downdan SyndromTurner.

II.Faktor Eksternal1.Faktor Prenatal

a. Gizi Nutrisi ibu hamil dalam trimester akhir mempengaruhi pertumbuhan janin 

b. MekanisPosisi fetus abnormal menyebabkan kelainan congenital seperti Club Foot

c. Toksin/Zat kimiaMasa organogenesis sangat peka terhadap zat-zat teratogen ( obat anti kanker ), obatkontrasepsi menyebabkan kelainan congenital seperti palatoskisis.

d. EndokrinDM menyebabkan bayi lahir dengan makrosomia, kardiomegali, hyperplasia adrenal.e. RadiasiPaparan Radium dan sinar rontgen menyebabkan kelainan pada janin seperti mikrosefali,spina bifida, ratardasi mental, dan deformitas anggota gerak, kelainan congenital mata dan jantung.f. InfeksiInfeksi pada trimester pertama dan Kedua oleh TORCH dan penyakit virus lainnyamenyebabkan kelainan pada janin seperti katarak, bisu-tuli, mikrosefali, retardasi mental dankelainan jantung congenitalg. Kelainan ImunologiRhesus atau Inkompatibilitas ABO menyebabkan abortus, hidrosefalus, Kern Ikterus ataulahir mati.

4

Page 5: BAB I trauma anak

h. Anoksia EmbrioMenurunnya oksigenasi janin melalui gangguan plasenta menyebabkan BBLRi. Psikologis IbuKehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah/kekerasa mental pada Ibu Hamil dapatmenyebabkan cacat bawaan pada janin.

2. Faktor PersalinanKomplikasi Persalinan pada bayi seperti Trauma Kepala dan Asfiksia dapat menyebabkanKerusakan jaringan otak.

  3. Pasca-Natal:.

a. GiziUntuk tumbuh Kembang Bayi diperlukan asupan nutrisi yang adekuat b. Penyakit Kronis/kelainan congenitalTuberculosis, Anemia, Kelainan jantung bawaan mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani.c. Lingkungan Fisis dan kimiaSanitasi lingkungan kurang baik,kurang sinar matahari mempunyai dampak pada pertumbuhan anak.d. PsikologiAnak yang tidak dikehendaki orangtua atau anak yang tertekan mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangannya.e. EndokrinGrowth-Hormone mempengaruhi pertumbuhan tulang, Tiroid mempengaruhi fungsimetabolisme protein, karbohidrat dan lemak. Gonadotropin berperan dalam Reproduksi danFertilitasf. Sosial EkonomiKemiskinan berkaitan dengan Kekurangan Nutrisi, kesehatan lingkungan yang jelek yangakan menghambat pertumbuhang. Lingkungan PengasuhInteraksi Ibu-Anak sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak h. StimulasiAnak yang mendapatkan stimulasi terarah dan teratur akan lebih cepat berkembangdibandingkan dengan anak yang kurang atau tidak mendapatkan stimulasii. Obat-obatanObat Kortikosteroid jangka lama akan menghambat pertumbuhan, demikian dengan pemakaian obat perangsang pada susunan saraf pusat menyebabkan terhambatnya produksihormone pertumbuhan.

Tanda -tanda vital seorang manusia antara lain:1. Tekanan darah2. Nadi / pols3. Suhu Tubuh / temperatur4. PernapasanTEKANAN DARAHJumlah tekanan darah yang normal berdasarkan usia seseorang adalah:- Bayi usia di bawah 1 bulan : 85/15 mmHg- Usia 1 - 6 bulan : 90/60 mmHg

5

Page 6: BAB I trauma anak

- Usia 6 - 12 bulan : 96/65 mmHg- Usia 1 - 4 tahun : 99/65 mmHg- Usia 4 - 6 tahun : 160/60 mmHg- Usia 6 - 8 tahun : 185/60 mmHg- Usia 8 - 10 tahun : 110/60 mmHg- Usia 10 - 12 tahun : 115/60 mmHg- Usia 12 - 14 tahun : 118/60 mmHg- Usia 14 - 16 tahun : 120/65 mmHg- Usia 16 tahun ke atas : 130/75 mmHg- Usia lanjut : 130-139/85-89 mmHg

Seseorang dikategorikan hypertensi berdasarkan tekanan darahnya adalah:* Hypertensi rendah : 140 - 159/ 90-99 mmHg* Hypertensi sedang : 160 - 169/100-109 mmHg* Hypertensi berat : 180 - 209/110-119 mmHg

Seseorang dikatakan hypotensi jika tekanan darahnya lebih kecil dari 110/70 mmHg

Tempat untuk mengukur tekanan darah seseorang adalah:- Lengan atas- Pergelangan kaki

NADINadi adalah denyut nadi yang teraba pada dinding pembuluh darah arteri

yang berdasarkan systol dan gystole dari jantung.

Jumlah denyut nadi yang normal berdasarkan usia seseorang adalah:- Bayi baru lahir : 140 kali per menit- Umur di bawah umur 1 bulan : 110 kali per menit- Umur 1 - 6 bulan : 130 kali per menit- Umur 6 - 12 bulan : 115 kali per menit- Umur 1 - 2 tahun : 110 kali per menit- Umur 2 - 6 tahun : 105 kali per menit

6

Page 7: BAB I trauma anak

- Umur 6 - 10 tahun : 95 kali per menit- Umur 10 - 14 tahun : 85 kali per menit- Umur 14 - 18 tahun : 82 kali per menit- Umur di atas 18 tahun : 60 - 100 kali per menit- Usia Lanjut : 60 -70 kali per menit

Jika jumlah denyut nadi di bawah kondisi normal, maka disebut pradicardi.Jika jumlah denyut nadi di atas kondisi normal, maka disebut tachicardi.

Tujuan mengetahui jumlah denyut nadi seseorang adalah:* Untuk mengetahui kerja jantung* Untuk menentukan diagnosa* Untuk segera mengetahui adanya kelainan-kelainan pada seseorang

Tempat-tempat menghitung denyut nadi adalah:- Ateri radalis : Pada pergelangan tangan- Arteri temporalis : Pada tulang pelipis- Arteri caratis : Pada leher- Arteri femoralis : Pada lipatan paha- Arteri dorsalis pedis : Pada punggung kaki- Arteri politela : pada lipatan lutut- Arteri bracialis : Pada lipatan siku- Ictus cordis : pada dinding iga, 5 - 7

SUHUTempat untuk mengukur suhu badan seseorang adalah:- Ketiak/ axilea, pada area ini termometer didiamkan sekitar 10 - 15 menit- Anus/ dubur/ rectal, pada area ini termometer didiamkan sekitar 3 - 5 menit- Mulut/oral, pada area ini termometer didiamkan sekitar 2 - 3 menit

Seseorang dikatakan bersuhu tubuh normal, jika suhu tubuhnya berada pada 36oC - 37,5oCSeseorang dikatakan bersuhu tubuh rendah (hypopirexia/hypopermia), jiak suhu tubuhnya < 36oCSeseorang dikatakan bersuhu tubuh tinggi/panas jika:

7

Page 8: BAB I trauma anak

- Demam : Jika bersuhu 37,5 oC - 38oC- Febris : Jika bersuhu 38oC - 39oC - Hypertermia : Jika bersuhu > 40oC

PERNAPASANPola pernapasan adalah:- Pernapasan normal (euphea)- Pernapasan cepat (tachypnea)- Pernapasan lambat (bradypnea)- Sulit/sukar bernapas (oypnea)

Jumlah pernapasan seseorang adalah:- Bayi : 30 - 40 kali per menit- Anak : 20 - 50 kali per menit- Dewasa : 16 - 24 kali per menit

Hidung dan mulutNormalnya, manusia akan berusaha bernapas melalui hidung, dan pada keadaan tertentu akan bernapas melalui mulut. Udara yang masuk akan mengalami proses penghangatan dan pelembapan. Pada korban yang tidak sadar, lidah akan terjatuh kebelakang rongga mulut. hal ini dapat menyebabkan gangguan pada airway. Lidah pada bayi lebih besar secara relatif sehingga lebih mudah menyumbat airway.

Faring Kalau kita membuka mulut lebar-lebar, maka akan terlihat suatu ruangan pada dinding belakang, yang dikenal sebagai faring. Udara dari hidung dan mulut, serta makanan dari mulut harus melalui faring ini.

Udara dari mulut masuk melalui lubang mulut ke faring yang dikenal sebagai orofaring. Udara yang masuk melalui hidung akan ke bagian faring yang dinamakan nasofaring. Pada bagian bawah, faring terbagi menjadi dua saluran. Saluran pertama disebut sebagai esofagus (kerongkongan) yang merupakan jalur masuk makanan ke lambung. Saluran kedua disebut sebagai laring (tenggorokan), yang merupakan jalur pernapasan dan akan bersambungan dengan paru.

EpiglotisTrakea dilindungi oleh sebuah flap berbentuk daun yang berukuran kecil yang dinamakan

8

Page 9: BAB I trauma anak

epiglotis. Normalnya, epiglotis menutup laring pada saat makanan atau minuman masuk melalui mulut, sehingga akan diteruskan ke esofagus. Tetapi, pada keadaan tertentu seperti trauma atau penyakit, refleks ini tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya, sehingga dapat terjadi masuknya benda padat atau cair ke laring yang dapat mengakibatkan tersedak.

Laring dan trakeaLaring adalah bagian paling pertama dari saluran pernapasan. Pada bagian ini terletak pita suara. Setelah melalui laring, udara kana melalui trakea. Pada bayi, trakea berukuran lebih kecil, sehingga tindakan mendongakan kepala secara berlebihan (hiperekstensi) akan menyebabkan sumbatan pada airway.

Bronkus dan paru

Ujung bawah trakea akan bercabang menjadi dua, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Setiap bronkus akan terbagi-bagi lagi menjadi bagian yang lebih kecil yang disebut bronkiolus. Dapat dibayangkan seperti ranting-ranting dan cabang-cabangnya pada sebuah pohon. Pada ujung terakhir, ada yang disebut alveolus. Pada alveolus akan terjadi pertukaran oksigen dengan karbondioksida.

Penilaian jalan napas pada korbanMembuka jalan napasLidah merupakan penyebab utama tertutupnya jalan napas pada korban tidak sadar. Pada korban yang tidak sadar, lidah akan kehilangan kekuatan ototnya sehingga akan terjatuh kebelakang rongga mulut. Hal ini mengakibatkan tertutupnya trakea sebagai jalan napas. Pada kasus-kasus tertentu, korban membutuhkan bantuan pernapasan. Sebelum diberikan bantuan pernapasan, jalan napas korban harus terbuka. Ada dua manuver yang lazim digunakan untuk membuka jalan napas, yaitu head tilt / Chin lift dan jaw trust.

Head tilt / Chin liftTehnik ini hanya dapat digunakan pada korban tanpa cedera kepala, leher, dan tulang belakang. Tahap-tahap untuk melakukan tehnik ini adalah :

1. Letakkan tangan pada dahi korban (gunakan tangan yang paling dekat dengan dahi korban).

2. Pelan-pelan tengadahkan kepala pasien dengan mendorong dahi kearah belakang.

3. Letakkan ujung-ujung jari tangan yang satunya pada bagian tulang dari dagu korban. Jika korban anak-anak, gunakan hanya jari telunjuk dan diletakkan dibawah dagu.

9

Page 10: BAB I trauma anak

4. Angkat dagu bersamaan dengan menengadahkan kepala. Jangan samapi mulut korban tertutup. Jika korban anak-anak, jangan terlalu menengadahkan kepala.

5. Pertahankan posisi ini.

Jaw trust Tehnik ini dapat digunakan selain tehnik diatas. Walaupun tehnik ini menguras tenaga, namun merupakan yang paling sesuai untuk korban dengan cedera tulang belakang. Tahap-tahap untuk melakukan tehnik ini adalah :

1. Berlutut diatas kepala korban. Letakkan siku pada lantai di kedua sisi kepala korban. Letakkan tangan di kedua sisi kepala korban.

2. Cengkeram rahang bawah korban pada kedua sisinya.jika korban anak-anak, gunakan dua atau tiga jari dan letakkan pada sudut rahang.

3. Gunakan gerakan mengangkat untuk mendorong rahang bawah korban keatas. Hal ini menarik lidah menjauhi tenggorokan.

4. Tetap pertahankan mulut korban sedikit terbuka. Jika perlu, tarik bibir bagian bawah dengan kedua ibu jari

Penilaian jalan napasPatensi (tetap mepertahankan) jalan napas sangat diperlukan untuk pernapasan yang adekuat. Jika korban sadar dan dapat berbicara dengan baik, maka dapat disimpulkan bahwa jalan napasnya paten (tidak ada sumbatan). Jika korban mengalami penurunan kesadaran, maka perlu diperhatikan lebih lanjut mengenai patensi jalan napasnya. Biasanya korban dengan penurunan kesadaran terdapat darah, muntahan, atau air liur yang berlebihan pada jalan napasnya. Apabila jalan nafas sudah baik dan yakin tidak ada sumbatan maka diteruskan ke prosedur selanjutnya yaitu breathing (pernapasan).

Pernapasan (Breathing)DefenisiBernapas adalah usaha seseorang secara tidak sadar/otomatis untuk melakukan pernafasan. Tindakan ini merupakan salah satu dari prosedur resusitasi jantung paru (RJP).

Untuk menilai seseorang bernafas secara normal dapat dilihat dari berapa kali seseorang bernapas dalam satu menit, secara umum;

Frekuensi/jumlah pernapasan 12-20x/menit (dewasa), anak (20-30x/menit), bayi (30-40x/menit)

Dada sampai mengembang

10

Page 11: BAB I trauma anak

Pernapasan dikatakan tidak baik/tidak normal jika terdapat keadaan berikut ini:

Ada tanda-tanda sesak napas : peningkatan frekuensi napas dalam satu menit Ada napas cuping hidung (cuping hidung ikut bergerak saat bernafas) Ada penggunaan otot-otot bantu pernapasan (otot sela iga, otot leher, otot

perut) Warna kebiruan pada sekitar bibir dan ujung-ujung jari tangan Tidak ada gerakan dada Tidak ada suara napas Tidak dirasakan hembusan napas Pasien tidak sadar dan tidak bernapas

Tindakan-tindakan ini dapat dilakukan bila pernapasan seseorang terganggu:

Cek pernapasan dengan melihat dada pasien dan mendekatkan pipi dan telinga ke hidung dan mulut korban dengan mata memandang ke arah dada korban (max 10 detik)

Bila korban masih bernapas namun tidak sadar maka posisikan korban ke posisi mantap (posisikan tubuh korban miring ke arah kiri) dan pastikan jalan napas tetap terbuka; segera minta bantuan dan pastikan secara berkala (tiap 2 menit) di cek pernapasannya apakah korban masih bernapas atau tidak

Jika korban bernapas tidak efektif (bernapas satu-satu, ngap-ngap, atau tidak bernapas) :

Aktifkan sistem gawat darurat (bila ada orang lain minta orang lain untuk mencari/menghubungi gawat darurat)

Buka jalan napas dengan menengadahkan kepala korban dan menopang dagu korban (head tilt dan chin lift)

Pastikan tidak ada sumbatan dalam mulut korban; bila ada sumbatan dapat dibersihkan dengan sapuan jari-balut dua jari anda dengan kain dan usap dari sudut bibir sapu ke dalam dan ke arah luar

Berikan napas buatan dengan menarik napas biasa lalu tempelkan bibir anda ke bibir korban dengan perantaraan alat pelindung diri (face mask, face shield) lalu hembuskan perlahan >1 detik sambil jari tangan anda menutup hidung korban dan mata anda melihat ke arah dada korban untuk menilai pernapasan buatan yang anda berikan efektif atau tidak (dengan naiknya dada korban maka pernapasan buatan dikatakan efektif)

11

Page 12: BAB I trauma anak

Berikan nafas buatan 2x lalu periksa denyut nadi korban (menggunakan jari telunjuk dan jari tengah raba bagian tengah jakun, lalu geser ke arah samping hingga teraba lekukan di pinggir jakun tersebut) didaerah leher seperti pada gambar; bila tidak ada denyut maka masuk ke langkah CPR

Bila ada denyut nadi maka berikan napas buatan dengan frekuensi 12x/menit/1 tiap 5 detik sampai korban sadar dan bernapas kembali atau tenaga paramedis datang; dan selalu periksa denyut nadi korban apakah masih ada atau tidak setiap 2 menit

SirkulasiDefenisiSistem sirkulasi atau pompa darah pada tubuh manusia dilakukan oleh jantung. Jantung terdiri dari empat ruangan, yaitu atrium kanan, atrium kiri, bilik kanan dan bilik kiri. Jantung berfungsi memompa darah ke seluruh tubuh.

Pada keadaan henti jantung dimana jantung berhenti berdenyut dan berhenti memompakan darah ke seluruh tubuh, maka organ-organ tubuh akan kekurangan oksigen. Organ yang paling rentan untuk terjadi kerusakan akibat kekurangan oksigen adalah otak. Hal ini disebabkan karena sel-sel otak mengkonsumsi energi yang berasal dari oksigen saja. Tanpa oksigen, proses hidup sel otak akan terganggu. Dalam waktu 4-6 menit tanpa oksigen, sel-sel otak akan mulai mengalami kerusakan. Setelah 8-10 menit sel otak akan rusak permanen.

Tindakan resusitasi jantung paru diharapkan dapat membantu mengalirkan darah ke seluruh tubuh walaupun tidak seoptimal kerja jantung. Untuk membantu sirkulasi dapat dilakukan kompresi jantung atau kompresi dada.

Tanda-tanda henti jantung

Pada korban yang dicurigai terjadi henti jantung harus diperiksa terlebih dahulu sebelum dilakukan kompresi jantung. Korban yang mengalami henti jantung sudah pasti dalam keadaan tidak sadarkan diri. Periksa segera jalan nafas dan apakah ada usaha bernafas (Breathing). Setelah itu kita periksa denyut jantung dengan meraba denyut arteri karotis. Dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah raba bagian tengah jakun, lalu geser ke arah samping hingga teraba lekukan di pinggir jakun tersebut. Rasakan denyut hingga 10 detik. Bila tidak dirasakan sama sekali denyut jantung lakukan kompresi dada.

Langkah-langkah kompresi jantung :

12

Page 13: BAB I trauma anak

1. Letakkan korban di tempat yang datar dan keras2. Bebaskan dada korban dari baju yang dikenakan korban3. Perlu diingat sebelum melakukan kompresi dada jalan nafas harus dipastikan

tetap bebas4. Letakkan punggung telapak tangan kanan atau tangan yang dominan tepat di

tengah-tengah tulang dada diantara kedua puting susu.5. Letakkan tangan yang satu lagi diatas tangan yang dominan tad

6. Pastikan kedua tangan dapat saling terkait dengan stabil7. Arahkan bahu agar tepat berada diatas kedua telapak tangan tersebut hingga

lengan menjadi lurus8. Dengan menggunakan bantuan berat badan, lakukan penekanan ke dada

korban hingga kedalaman 4-5 cm9. Lakukan kompresi ini sebanyak 30 kali kemudian diselingi dengan nafas

buatan sebanyak 2 kali. Ini merupakan satu siklus. 10. Setelah lima siklus, dapat diperiksa kembali apakah sudah ada denyut

jantung. Bila belum ada, ulangi kembali siklus

KONSEP DASAR MEDIS

TRAUMA KEPALA

A. PENGERTIAN

Trauma kepala yaitu adanya deformasi berupa penyimpangan bentuk

atau penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan dan perlambatan

(accelerasi - decelerasi ) yang merupakan perubahan bentuk dipengaruhi oleh

perubahan peningkatan pada percepatan faktor dan penurunan kecepatan, serta

13

Page 14: BAB I trauma anak

notasi yaitu pergerakan pada kepala dirasakan juga oleh otak sebagai akibat

perputaran pada tindakan pencegahan.

Comutio cerebri (Trauma Kepala) adalah luka yang terjadi pada kulit

kepala, tulang kepala atau otak (Billing dan Stokes, 1982).

Trauma kepala dapat mempengaruhi perubahan fisik maupun

psikologis bagi klien dan keluarganya (Siahaan, 1994).

B. PATOFISIOLOGI

Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa

dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel-sel saraf hampir

seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan oksigen,

jadi kekurangan aliran darah ke otak walaupun sebentar akan menyebabkan

gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan oksigen sebagai bahan

bakar metabolisme otak tidak boleh kurang dari 20 mg %, karena akan

menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari seluruh

kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai

70 % akan terjadi gejala-gejala permulaan disfungsi cerebral.

Pada saat otak mengalami hipoksia, tubuh berusaha memenuhi

kebutuhan oksigen melalui proses metabolik anaerob yang dapat

menyebabkan dilatasi pembuluh darah. Pada kontusio berat, hipoksia atau

kerusakan otak akan terjadi penimbunan asam laktat akibat metabolisme

anaerob. Hal ini akan menyebabkan asidosis metabolik.

Dalam keadaan normal cerebral blood flow (CBF) adalah 50 - 60 ml /

menit / 100 gr. jaringan otak, yang merupakan 15 % dari cardiac output.

Trauma kepala meyebabkan perubahan fungsi jantung sekuncup

aktivitas atypical-myocardial, perubahan tekanan vaskuler dan udem paru.

Perubahan otonom pada fungsi ventrikel adalah perubahan gelombang T dan

P dan disritmia, fibrilasi atrium dan vebtrikel, takikardia.

14

Page 15: BAB I trauma anak

Akibat adanya perdarahan otak akan mempengaruhi tekanan vaskuler,

dimana penurunan tekanan vaskuler menyebabkan pembuluh darah arteriol

akan berkontraksi . Pengaruh persarafan simpatik dan parasimpatik pada

pembuluh darah arteri dan arteriol otak tidak begitu besar.

C. MANIFESTASI KLINIS

CEDERA KEPALA PRIMER

Akibat langsung pada mekanisme dinamik (acelerasi -

decelerasi rotasi ) yang menyebabkan gangguan pada jaringan.

Pada cedera primer dapat terjadi :

1. Gegar kepala ringaN.

2. Memar otak

3. Laserasi

CEDERA KEPALA SEKUNDER

Pada cedera kepala sekunder akan timbul gejala, seperti :

1. Hipotensi sistemik

2. Hipoksia

3. Hiperkapnea

4. Udema otak

5. Komplikasi pernapasan

D. TANDA DAN GEJALA

a. Epidural Hematoma

Terdapat pengumpulan darah di antara tulang tengkorak dan duramater

akibat pecahnya pembuluh darah / cabang - cabang arteri meningeal media

yang terdapat di duramater, pembuluh darah ini tidak dapat menutup

sendiri  karena itu sangat berbahaya. Dapat terjadi dalam beberapa jam

15

Page 16: BAB I trauma anak

sampai 1-2 hari. Lokasi yang paling sering yaitu di lobus temporalis dan

parietalis.

Gejala-gejala yang terjadi :

Penurunan tingkat kesadaran

Nyeri kepala

Muntah

Hemiparesis

Dilatasi pupil ipsilateral

Pernapasan dalam cepat kemudian dangkal irregular

Penurunan nadi

Peningkatan suhu

b. Subdural Hematoma

Terkumpulnya darah antara duramater dan jaringan otak, dapat terjadi

akut dan kronik. Terjadi akibat pecahnya pembuluh darah vena / jembatan

vena yang biasanya terdapat diantara duramater, perdarahan lambat dan

sedikit. Periode akut terjadi dalam 48 jam - 2 hari atau 2 minggu dan

kronik dapat terjadi dalam 2 minggu atau beberapa bulan.

Tanda-tanda dan gejalanya adalah :

Nyeri kepala

Bingung

Mengantuk

Menarik diri

Berfikir lambat

Kejang

Udem pupil

Perdarahan intracerebral berupa perdarahan di jaringan otak

karena pecahnya pembuluh darah arteri; kapiler; vena.

Tanda dan gejalanya :

·         Nyeri kepala

16

Page 17: BAB I trauma anak

·         Penurunan kesadaran

·         Komplikasi pernapasan

·         Hemiplegia kontra lateral

·         Dilatasi pupil

·         Perubahan tanda-tanda vital

c. Perdarahan Subarachnoid

Perdarahan di dalam rongga subarachnoid akibat robeknya pembuluh

darah  dan permukaan otak, hampir selalu ada pad cedera kepala yang

hebat.

Tanda dan gejala :

Nyeri kepala

Penurunan kesadaran

Hemiparese

Dilatasi pupil ipsilateral

Kaku kuduk

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium darah rutin: Hb, hematokrit, lekosit, trombosit,

elektrolit, ureum, kreatinin, glukosa, golongan darah, analisa gas darah

bila perlu.

Foto kepala: AP, Lateral, Towne.

Foto sevical bila ada tanda-tanda frakturt servical.

CT- Scan

Arteriografi kalau perlu.

Burr Holes: dilakukan bila keadaan pasien cepat memburuk disertai 

dengan penurunan kesadaran

17

Page 18: BAB I trauma anak

F. PENATALAKSANAAN

Obat-obatan: Dexamethason/Kalmethason sebagai pengobatan anti

edema serebral, dosis sesuai dengan berat ringannya trauma.

Terapi hiperventilasi (trauma kepala berat). Untuk mengurangi

vasodilatasi.

Pemberian analgetika.

Pengobatan anti edema dengan larutan hipertonis yaitu manitol 20%

atau glukosa 40% atau gliserol 10%.

Antibiotika yang mengandung barier darah otak (penisilin) atau untuk

infeksi anaerob diberikan metronidazole.

Makanan atau cairan. Pada trauma ringan bila muntah-muntah tidak

dapat diberikan apa-apa, hanya cairan infus dektrose 5%, aminofisin,

aminofel (18 jam pertama dari terjadinya kecelakaan), 2-3 hari

kemudian diberikan makanan lunak.

Pembedahan.

Pada trauma berat. Karena hari-hari pertyama didapat penderita

mengalami penurunan kesadaran dan cenderung terjadi retensi natrium

dan elektrolit, maka hari-hari [ertama (2-3 hari), tidak terlalu banyak

cairan. Dekstrose 5% 8 jam pertama, Ringe dekstrose 8 jam kedua dan

Dekstrose 5% 8 jam ketiga. Pada hari selanjutnya bila kesadaran

rendah, makanan diberikan melalui nasogastric tube (2500-3000 cc

TKTP). Pemberian protein tergantung nilai urea N.

18

Page 19: BAB I trauma anak

1. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Pengumpulan data klien baik subyektif atau obyektif pada gangguan

sistem persarafan sehubungan dengan cedera kepala tergantung pada

bentuk, lokasi, jenis injuri dan adanya komplikasi pada organ vital

lainnya. Data yang perlu didapati adalah sebagai berikut :

2. Identitas klien dan keluarga (penanggung jawab): nama, umur, jenis

kelamin, agama, suku bangsa, status perkawinan, alamat, golongan darah,

pengahasilan, hubungan klien dengan penanggung jawab.

3. Riwayat kesehatan :

Tingkat kesadaran / GCS ( < 15 ), Confulsi, Muntah ,Dispnea /

takipnea, Sakit kepala, Wajah simetris / tidak, Lemah, Luka di kepala,

Paralise, Akumulasi sekret pada saluran napas, Ada nya liquor dari

hidung dan telinga, Kejang

Riwayat penyakit dahulu haruslah diketahui baik yang berhubungan

dengan sistem persarafan maupun penyakit sistem sistemik lainnya.

demikian pula riwayat penyakit keluarga terutama yang mempunyai

penyakit menular.

Riwayat kesehatan tersebut dapat dikaji dari klien atau keluarga

sebagai data subyektif. Data-data ini sangat berarti karena dapat

mempengaruhi prognosa klien.

4. Pemeriksaan Fisik

Aspek neurologis yang dikaji adalah tingkat kesadaran, biasanya GCS

< 15, disorientasi orang, tempat dan waktu. Adanya refleks babinski yang

positif, perubahan nilai tanda-tanda vital kaku kuduk, hemipareseS.

19

Page 20: BAB I trauma anak

Nervus cranialis dapat terganggu bila cedera kepala meluas sampai

batang otak karena udema otak atau perdarahan otak juga mengkaji nervus

I, II, III, V, VII, IX, XII.

Prioritas Perawatan:

1. Maksimalkan perfusi / fungsi otak

2. Mencegah komplikasi

3. Pengaturan fungsi secara optimal / mengembalikan ke fungsi normal

4. Mendukung proses pemulihan koping klien / keluarga

5. Pemberian informasi tentang proses penyakit, prognosis, rencana

pengobatan, dan rehabilitasi.

Tujuan:

1. Fungsi otak membaik : defisit neurologis berkurang/tetap

2. Complikasi tidak terjadi

3. Kebutuhan sehari-hari dapat dipenuhi sendiri atau dibantu orang lain

4. Keluarga dapat menerima kenyataan dan berpartisipasi dalam perawatan

5. Proses penyakit, prognosis, program pengobatan dapat dimengerti oleh

keluarga sebagai sumber informasi.

B. DIAGNOSA

1. Tidak efektifnya pola napas sehubungan dengan depresi pada pusat

napas di otak.

2. Tidakefektifnya kebersihan jalan napas sehubungan dengan

penumpukan sputum.

3. Gangguan perfusi jaringan otak sehubungan dengan udem otak

4. Keterbatasan aktifitas sehubungan dengan penurunan kesadaran

(soporos - coma )   

20

Page 21: BAB I trauma anak

5. Potensial gangguan integritas kulit sehubungan dengan immobilisasi,

tidak adekuatnya sirkulasi perifer.

6. Kecemasan keluarga sehubungan keadaan yang kritis pada pasien.

I. TRAUMA DADA

1. KONSEP DASAR MEDIS

A. DEFINISI

Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau

emosional (Dorland, 2002).

Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa

kurang dari 44 tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor

implikasi pada trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau

tidak disengaja (Smeltzer, 2001).

Trauma dada adalah trauma tajam atau tembus thoraks yang dapat

menyebabkan tamponade jantung, perdarahan, pneumothoraks,

hematothoraks, hematompneumothoraks (FKUI, 1995).

B. ETIOLOGI

1.      Trauma tembus

a.       Luka Tembak

b.      Luka Tikam / Tusuk

2.      Trauma tumpul

a.       Kecelakaan kendaraan bermotor

b.      Jatuh

21

Page 22: BAB I trauma anak

c.       Pukulan pada dada

C. KLASIFIKASI

1. Tamponade jantung : disebabkan luka tusuk dada yang tembus ke

mediastinum/daerah jantung.

2. Hematotoraks : disebabkan luka tembus toraks oleh benda tajam,

traumatik atau spontan.

3. Pneumothoraks : spontan (bula yang pecah) ; trauma (penyedotan luka

rongga dada) ; iatrogenik (“pleural tap”, biopsi paaru-paru, insersi CVP,

ventilasi dengan tekanan positif) (FKUI, 1995).

D. PATOFISIOLOGI

Dada merupakan organ besar yang membuka bagian dari tubuh yang

sangat mudah terkena tumbukan luka. Karena dada merupakan tempat

jantung, paru dan pembuluh darah besar. Trauma dada sering menyebabkan

gangguan ancaman kehidupan. Luka pada rongga thorak dan isinya dapat

membatasi kemampuan jantung untuk memompa darah atau kemampuan paru

untuk pertukaran udara dan osigen darah. Bahaya utama berhubungan dengan

luka dada biasanya berupa perdarahan dalam dan tusukan terhadap organ.

Luka dada dapat meluas dari benjolan yang relatif kecil dan goresan yang

dapat mengancurkan atau terjadi trauma penetrasi. Luka dada dapat berupa

penetrasi atau non penetrasi ( tumpul ). Luka dada penetrasi mungkin

disebabkan oleh luka dada yang terbuka, memberi keempatan bagi udara

atmosfir masuk ke dalam permukaan pleura dan mengganggua mekanisme

22

Page 23: BAB I trauma anak

ventilasi normal. Luka dada penetrasi dapat menjadi kerusakan serius bagi

paru, kantung dan struktur thorak lain.

E. TANDA DAN GEJALA

Tanda-tanda dan gejala pada trauma thorak :

1.      Ada jejas pada thorak

2.      Nyeri pada tempat trauma, bertambah saat inspirasi, pembengkakan

lokal

3.      dadanya dan bernafas pendek

4.      Dispnea, hemoptisis, batuk dan emfisema subkutan

5.      Penurunan tekanan darah

F. MANIFESTASI KLINIS

1. Tamponade jantung :

a. Trauma tajam didaerah perikardium atau yang diperkirakan menembus

jantung.

b. Gelisah.

c. Pucat, keringat dingin.

d. Peninggian TVJ (tekanan vena jugularis).

e. Pekak jantung melebar

f. Bunyi jantung melemah.

g. Terdapat tanda-tanda paradoxical pulse pressure.

h. ECG terdapat low voltage seluruh lead.

23

Page 24: BAB I trauma anak

i. Perikardiosentesis keluar darah (FKUI, 1995).

2. Hematotoraks :

a. Pada WSD darah yang keluar cukup banyak dari WSD

b. Gangguan pernapasan (FKUI, 1995).

3. Pneumothoraks :

a. Nyeri dada mendadak dan sesak napas.

b. Gagal pernapasan dengan sianosis.

c. Kolaps sirkulasi.

d. Dada atau sisi yang terkena lebih resonan pada perkusi dan suara

napas yang terdengar jauh atau tidak terdengar sama sekali.

e. Pada auskultasi terdengar bunyi klik (Ovedoff, 2002).

G. KOMPLIKASI

1. Iga : fraktur multiple dapat menyebabkan kelumpuhan rongga dada.

2. Pleura, paru-paru, bronkhi : hemo/hemopneumothoraks-emfisema

pembedahan.

3. Jantung : tamponade jantung ; ruptur jantung ; ruptur otot papilar ; ruptur

klep jantung.

4. Pembuluh darah besar : hematothoraks.

5. Esofagus : mediastinitis.

6. Diafragma : herniasi visera dan perlukaan hati, limpa dan ginjal

(Mowschenson, 1990).

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Radiologi : foto thorax (AP).

24

Page 25: BAB I trauma anak

2. Gas darah arteri (GDA), mungkin normal atau menurun.

3. Torasentesis : menyatakan darah/cairan serosanguinosa.

4. Hemoglobin : mungkin menurun.

5. Pa Co2 kadang-kadang menurun.

6. Pa O2 normal / menurun.

7. Saturasi O2 menurun (biasanya).

8. Oraksentesis : menyatakan darah/cairan

G. PENATALAKSANAAN

1. Darurat

a. Anamnesa yang lengkap dan cepat. Anamnesa termasuk pengantar

yang mungkin melihat kejadian. yang ditanyakan :

Waktu kejadian

Tempat kejadian

Jenis senjata

Arah masuk keluar perlukaan

Bagaimana keadaan penderita selama dalam transportasi.

b. Pemeriksaan harus lengkap dan cepat, baju penderita harus dibuka,

kalau perlu seluruhnya.

Inspeksi

o Kalau mungkin penderita duduk, kalau tidak mungkin

tidur. Tentukan luka masuk dan keluar.

o Gerakkan dan posisi pada akhir inspirasi.

o Akhir dari ekspirasi.

Palpasi

o Diraba ada/tidak krepitasi

o Nyeri tekan anteroposterior dan laterolateral.

25

Page 26: BAB I trauma anak

o Fremitus kanan dan kiri dan dibandingkan

Perkusi

o Adanya sonor, timpanis, atau hipersonor.

o Adanya pekak dan batas antara yang pekak dan sonor

seperti garis lurus atau garis miring.

Auskultasi

o Bising napas kanan dan kiri dan dibandingkan.

o Bising napas melemah atau tidak.

o Bising napas yang hilang atau tidak.

o Batas antara bising napas melemah atau menghilang

dengan yang normal.

o Bising napas abnormal dan sebutkan bila ada.

2. Therapy

Chest tube / drainase udara (pneumothorax).

WSD (hematotoraks).

Pungsi.

Torakotomi.

Pemberian oksigen.

2. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

Pengkajian pasien dengan trauma thoraks (Doenges, 2000) meliputi :

a. Aktivitas / istirahat

Gejala : dipnea dengan aktivitas ataupun istirahat.

b. Sirkulasi

26

Page 27: BAB I trauma anak

Tanda : Takikardia ; disritmia ; irama jantunng gallops, nadi apical berpindah,

tanda Homman ; TD : hipotensi/hipertensi ; DVJ

c. Integritas ego

Tanda : ketakutan atau gelisah.

d. Makanan dan cairan

Tanda : adanya pemasangan IV vena sentral/infuse tekanan.

e. Nyeri/ketidaknyamanan

Gejala : nyeri uni laterl, timbul tiba-tiba selama batuk atau regangan, tajam

dan nyeri, menusuk-nusuk yang diperberat oleh napas dalam, kemungkinan

menyebar ke leher, bahu dan abdomen.

Tanda : berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, mengkerutkan

wajah.

f. Pernapasan

Gejala : kesulitan bernapas ; batuk ; riwayat bedah dada/trauma, penyakit paru

kronis, inflamasi,/infeksi paaru, penyakit interstitial menyebar, keganasan ;

pneumothoraks spontan sebelumnya, PPOM.

Tanda : Takipnea ; peningkatan kerja napas ; bunyi napas turun atau tak ada ;

fremitus menurun ; perkusi dada hipersonan ; gerakkkan dada tidak sama ;

kulit pucat, sianosis, berkeringat, krepitasi subkutan ; mental ansietas,

bingung, gelisah, pingsan ; penggunaan ventilasi mekanik tekanan positif.

g. Keamanan

Geajala : adanya trauma dada ; radiasi/kemoterapi untuk keganasan.

h. Penyuluhan/pembelajaran

Gejala : riwayat factor risiko keluarga, TBC, kanker ; adanya bedah

intratorakal/biopsy paru.

27

Page 28: BAB I trauma anak

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru yang tidak

maksimal karena trauma.

2. Inefektif bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan sekresi

sekret dan penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan.

3. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek spasme otot

sekunder.

4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik terpasang

bullow drainage.

5. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakcukupan kekuatan

dan ketahanan untuk ambulasi dengan alat eksternal.

6. Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme

sekunder terhadap trauma

II. TRAUMA ABDOMEN

1. KONSEP DASAR MEDIS

A. PENGERTIAN

Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma

tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja

(Smeltzer, 2001).

Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi

dengan atau tanpa tembusnya dinding perut dimana pada

28

Page 29: BAB I trauma anak

penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat kedaruratan dapat pula

dilakukan tindakan laparatomi (FKUI, 1995).

B. ETIOLOGI DAN KLASIFIKASI

1. Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga

peritonium).

Disebabkan oleh : luka tusuk, luka tembak.

2. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga

peritonium)

Disebabkan oleh : pukulan, benturan, ledakan, deselerasi, kompresi

atau sabuk pengaman (set-belt) (FKUI, 1995).

C. PATOFISIOLOGI

Tusukan/tembakan ; pukulan, benturan, ledakan, deselerasi, kompresi

atau sabuk pengaman (set-belt)-Trauma abdomen- :

1. Trauma tumpul abdomen

Kehilangan darah

Memar/jejas pada dinding perut

Kerusakan organ-organ.

Nyeri

Iritasi cairan usus

2. Trauma tembus abdomen

Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ

Respon stres simpatis

Perdarahan dan pembekuan darah

Kontaminasi bakteri

Kematian sel

1 & 2 menyebabkan :

29

Page 30: BAB I trauma anak

Kerusakan integritas kulit

Syok dan perdarahan

Kerusakan pertukaran gas

Risiko tinggi terhadap infeksi

Nyeri akut (FKUI, 1995).

D. TANDA DAN GEJALA

1. Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga

peritonium) :

Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ

Respon stres simpatis

Perdarahan dan pembekuan darah

Kontaminasi bakteri

Kematian sel

2. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga

peritonium).

Kehilangan darah.

Memar/jejas pada dinding perut.

Kerusakan organ-organ.

Nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas dan kekakuan (rigidity) dinding

perut.

Iritasi cairan usus (FKUI, 1995).

E. KOMPLIKASI

Segera : hemoragi, syok, dan cedera.

30

Page 31: BAB I trauma anak

Lambat : infeksi (Smeltzer, 2001).

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pemeriksaan rektum : adanya darah menunjukkan kelainan pada

usus besar ; kuldosentesi, kemungkinan adanya darah dalam

lambung ; dan kateterisasi, adanya darah menunjukkan adanya lesi

pada saluran kencing.

Laboratorium : hemoglobin, hematokrit, leukosit dan analisis

urine.

Radiologik : bila diindikasikan untuk melakukan laparatomi.

IVP/sistogram : hanya dilakukan bila ada kecurigaan terhadap

trauma saluran kencing.

Parasentesis perut : tindakan ini dilakukan pada trauma tumpul

perut yang diragukan adanya kelainan dalam rongga perut atau

trauma tumpul perut yang disertai dengan trauma kepala yang

berat, dilakukan dengan menggunakan jarum pungsi no 18 atau 20

yang ditusukkan melalui dinding perut didaerah kuadran bawah

atau digaris tengah dibawah pusat dengan menggosokkan buli-buli

terlebih dahulu.

Lavase peritoneal : pungsi dan aspirasi/bilasan rongga perut

dengan memasukkan cairan garam fisiologis melalui kanula yang

dimasukkan kedalam rongga peritonium (FKUI, 1995).

G. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan kedaruratan ; ABCDE.

Pemasangan NGT untuk pengosongan isi lambung dan mencegah aspirasi.

31

Page 32: BAB I trauma anak

Kateter dipasang untuk mengosongkan kandung kencing dan menilai urin

yang keluar (perdarahan). Pembedahan/laparatomi (untuk trauma tembus

dan trauma tumpul jika terjadi rangsangan peritoneal : syok ; bising usus

tidak terdengar ; prolaps visera melalui luka tusuk ; darah dalam lambung,

buli-buli, rektum ; udara bebas intraperitoneal ; lavase peritoneal positif ;

cairan bebas dalam rongga perut) (FKUI, 1995).

2. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara

menyeluruh (Boedihartono, 1994).

Pengkajian pasien trauma abdomen (Smeltzer, 2001) adalah meliputi :

1. Trauma Tembus abdomen

Dapatkan riwayat mekanisme cedera ; kekuatan tusukan/tembakan,

kekuatan tumpul (pukulan).

Inspeksi abdomen untuk tanda cedera sebelumnya : cedera

tusuk, memar, dan tempat keluarnya peluru.

Auskultasi ada/tidaknya bising usus dan catat data dasar

sehingga perubahan dapat dideteksi. Adanya bising usus adalah

tanda awal keterlibatan intraperitoneal ; jika ada tanda iritasi

peritonium, biasanya dilakukan laparatomi (insisi pembedahan

kedalam rongga abdomen).

Kaji pasien untuk progresi distensi abdomen, gerakkan

melindungi, nyeri tekan, kekakuan otot atau nyeri lepas,

penurunan bising usus, hipotensi dan syok.

Kaji cedera dada yang sering mengikuti cedera intra-abdomen,

observasi cedera yang berkaitan.

Catat semua tanda fisik selama pemeriksaan pasien.

32

Page 33: BAB I trauma anak

2. Trauma tumpul abdomen

Dapatkan riwayat detil jika mungkin (sering tidak bisa didapatkan,

tidak akurat, atau salah). dapatkan semua data yang mungkin tentang hal-

hal sebagai berikut :

- Metode cedera.

- Waktu awitan gejala.

- Lokasi penumpang jika kecelakaan lalu lintas (sopir sering

menderita ruptur limpa atau hati). Sabuk keselamatan

digunakan/tidak, tipe restrain yang digunakan.

- Waktu makan atau minum terakhir.

- Kecenderungan perdarahan.

- Penyakit danmedikasi terbaru.

- Riwayat immunisasi, dengan perhatian pada tetanus.

- Alergi.

Lakukan pemeriksaan cepat pada seluruh tubuh pasienuntuk

mendeteksi masalah yang mengancam kehidupan.

B. PENATALAKSANAAN KEDARURATAN

1. Mulai prosedur resusitasi (memperbaiki jalan napas, pernapasan,

sirkulasi) sesuai indikasi.

2. Pertahankan pasien pada brankar atau tandu papan ; gerakkan

dapat menyebabkan fragmentasi bekuan pada pada pembuluh

darah besar dan menimbulkan hemoragi masif.

a. Pastikan kepatenan jalan napas dan kestabilan pernapasan serta

sistem saraf.

33

Page 34: BAB I trauma anak

b. Jika pasien koma, bebat leher sampai setelah sinar x leher

didapatkan.

c. Gunting baju dari luka.

d. Hitung jumlah luka.

e. Tentukan lokasi luka masuk dan keluar.

3. Kaji tanda dan gejala hemoragi. Hemoragi sering menyertai cedera

abdomen, khususnya hati dan limpa mengalami trauma.

4. Kontrol perdarahan dan pertahanan volume darah sampai

pembedahan dilakukan.

a. Berikan kompresi pada luka perdarahan eksternal dan

bendungan luka dada.

b. Pasang kateter IV diameter besar untuk penggantian cairan

cepat dan memperbaiki dinamika sirkulasi.

c. Perhatikan kejadian syoksetelah respons awal terjadi terhadap

transfusi ; ini sering merupakan tanda adanya perdarrahan

internal.

d. Dokter dapat melakukan parasentesis untuk mengidentifikasi

tempat perdarahan.

5. Aspirasi lambung dengan selang nasogastrik. Prosedur ini

membantu mendeteksi luka lambung, mengurangi kontaminasi

terhadap rongga peritonium, dan mencegah komplikasi paru

karena aspirasi.

6. Tutupi visera abdomen yang keluar dengan balutan steril, balutan

salin basah untuk mencegah nkekeringan visera.

a. Fleksikan lutut pasien ; posisi ini mencegah protusi lanjut.

b. Tunda pemberian cairan oral untuk mencegah meningkatnya

peristaltik dan muntah.

7. Pasang kateter uretra menetap untuk mendapatkan kepastian

adanya hematuria dan pantau haluaran urine.

34

Page 35: BAB I trauma anak

8. Pertahankan lembar alur terus menerus tentang tanda vital,

haluaran urine, pembacaan tekanan vena sentral pasien (bila

diindikasikan), nilai hematokrit, dan status neurologik.

9. Siapkan untuk parasentesis atau lavase peritonium ketika terdapat

ketidakpastian mengenai perdarahan intraperitonium.

10. Siapkan sinografi untuk menentukan apakah terdapat penetrasi

peritonium pada kasus luka tusuk.

a. Jahitan dilakukan disekeliling luka.

b. Kateter kecil dimasukkan ke dalam luka.

c. Agens kontras dimasukkan melalui kateter ; sinar x

menunjukkan apakah penetrasi peritonium telah dilakukan.

11. Berikan profilaksis tetanus sesuai ketentuan.

12. Berikan antibiotik spektrum luas untuk mencegah infeksi. trauma

dapat menyebabkan infeksi akibat karena kerusakan barier

mekanis, bakteri eksogen dari lingkungan pada waktu cedera dan

manuver diagnostik dan terapeutik (infeksi nosokomial).

13. Siapkan pasien untuk pembedahan jika terdapat bukti adanya syok,

kehilangan darah, adanya udara bebas dibawah diafragma,

eviserasi, atau hematuria.

35

Page 36: BAB I trauma anak

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien

yang nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan

(Boedihartono, 1994).

Diagnosa keperawatan pada pasien dengan trauma abdomen

(Wilkinson, 2006) adalah :

1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan cedera tusuk.

2. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan gangguan

integritas kulit.

3. Nyeri akut berhubungan dengan trauma/diskontinuitas jaringan.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.

5. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidak

nyamanan, terapi pembatasan aktivitas, dan penurunan

kekuatan/tahanan.

Penatalaksanaan Trauma Pada Anak

1. Airway

Tujuan utama dari resusitasi awal adalah pemberian oksigenasi yang

adekuat kejaringan secepat mungkin. Jalan napas yang paten atau

baik harus dipastikan dan dipertahankan dengan saksyen, maneuver

36

Page 37: BAB I trauma anak

manual,dan alat-alat dengan proteksi tulang belakang. Sama seperti

pada orang dewasa penanggulangan awal termasuk stabilisasi tulang

belakang. Posisi kepala anak dalam keadaan lurus, atau dalam

keadaan menghirup. Masukkan oroparingeal juga tidak dimasukkan

secara terbalik dengan catatan anak tersebut tidak mengalami gag

reflex. Bila dilakukan pemasangan intubasi lebih disukai dengan

visualisasi oro tracheal intubasi.

2. Breating

Menit volume dan ventilasi harus di evaluasi dengan hati-hati, karena

perubahan yang cepat dari hipoksia kepernapasan terhenti. Ventilasi

harus dibantu, jika dyspnea dan ventilasi meningkat. BVM dengan

ukuran yang tepat dengan reservoir dan oksigen dengan konsentrasi

tinggi untuk memberikan konsentrasi 85% dan 100% harus digunakan

pulseoksimetri secara terus-menerus sebagai alat monitoring. SpO2

harus selalu 95%.

3. Sirkulasi

Bila perdarahan luar telah teratasi atau terkontrol, perkusi juga harus

dievaluasi. Untuk anak yang mengalami kasus trauma yang

memperlihatkan tanda-tanda syok karena perdarahan factor kuncinya

adalah pergantian darah dan transfer ke fasilitas RS yang tepat.

4. Disability

Pada anak dalam pengukuran gcs, berbeda dengan orang dewasa,

pada poin verbalnya. Dan penghitungan gcs ini sangat berguna

bilamana diaplikasikan pada kelompok umur anak. Walaupun

demikian komponen skor”verbal” harus dimodifikasi untuk anak-anak

kurang dari 4 tahun. Karena sering kali terdapat perkembangan

37

Page 38: BAB I trauma anak

tekanan intrakanial harus dilakukan secara dini pada saat resusitasi

bila ditemukan:

a. Skor GCS<8 atau skor motorik 1-2

b. Cidera multiple yang membutuhkan resusitasi cairan nassib,

tindakan oprasi toraks dan abdomen dengan penyelamatan

jiwa atau bila stabilisasi penilaian penderita berlangsung lama.

Anak-anak lebih sering mengalami cidera saraf spinal tanpa

kelainan radiologis dibandingkan orang dewasa. Gambaran tulang

belakang yang normal ditemukan sampai 2/3 kasus anak-anak

yang mendrita kasus cidera saraf spinal. Karenanya bila dicurigai

cidera spinal berdasarkan pemeriksaan neurologis, gambara

radiologis tulang belakang yang normal tidak menyingkirkan

cidera saraf spinal yang siknifikan. Bila terdapat kegaruguan dari

integritas tulang leher, harus selalu dianggap terdapat cedera yang

tidak stabil, pertahankan imobilisasi kepala dan leher anak dan

mengusahakan konsultasai dengan dokter spesialis yang tepat

untuk obat dan penanganan lanjut.

38

Page 39: BAB I trauma anak

BAB III

KESIMPULAN

39

Page 40: BAB I trauma anak

DAFTAR PUSTAKA

http://vhychocolatenurse.blogspot.com/2012/04/askep-gadar-dengan-kondisi-

trauma-dada.html

http://belajaraskep.blogspot.com/2012/04/askep-cidera-kepala.html#ixzz27ITyHgXf

Boedihartono, 1994, Proses Keperawatan di Rumah Sakit, Jakarta.

Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan Ed.31. EGC : Jakarta.

Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. EGC : Jakarta.

FKUI. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu bedah. Binarupa Aksara : Jakarta

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and Suddarth Ed.8

Vol.3. EGC : Jakarta.

http://asuhan-keperawatan-patriani.blogspot.com/2008/07/askep-trauma-

abdomen.html

Dewi,Vivian nanny lia tahun 2010,asuhan neonatus bayi dan anak balita.Salemba

medika: Jakarta

Diklat Ambulance Gawat Darurat. 2007. Basic Trauma and Cardiac Life Support

Program Untuk Perawat. Ambulance Gawat Darurat 118. Jakarta.

40