Bab i Tasawuf

download Bab i Tasawuf

of 12

Transcript of Bab i Tasawuf

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR1DAFTAR ISI2BAB IPENDAHULUAN 3-4A. Latar Belakang 3B. Rumusan Masalah3C. Tujuan Pembahasan 4

BAB 2PEMBAHASAN 5-10 A. Pengertian Tasawuf Amali 5B. Ahwal7BAB 3PENUTUP 11-12 A. Kesimpulan 11B. Saran 12DAFTAR PUSTAKA13

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Islam diturunkan sebagai rahmat semesta alam. Misi risalah Islam yang diemban oleh Nabi Muhammad SAW adalah menyampaikan kepada dunia tentang keesaan Allah dan upaya memperbaiki kondisi kehidupan manusia dalam bingkai Islam.Tinjuan analisis terhadap tasawuf menunjukkan upaya para sufi dengan berbagai aliran yang di anutnya memiliki suatu konsepsi tentang jalan (thariqat) menuju Allah SWT .Jalan ini dimulai dengan latihan latihan rohaniah (riyadah),lalu secara bertahap menempuh berbagai fase ,yang dikenal dengan maqam (tingkatan)dan hal(keadaan), berakhir dengan mengenal (marifat) kepada Allah SWT .Tingkat pengenalan (maripat) menjadi jargon yang umumnya banyak dikejar oleh para sufi .Kerangka sikap dan prilaku sufi diwujudkan melalui amalan dan metode tertentu yang disebut thariqat atau jalan dalam rangka menemukan pengenalan(maripat)Allah SWT .Lingkup perjalanan menuju Allah SWT untuk memperoleh pengenalan (maripat )yang berlaku dikalangan sufi sering disebut sebagai kerangka irfani. Perjalanan menuju Allah SWT merupakan metode pengenalan (maripat) secara rasa atau (rohaniah) yang benar terhadap Allah SWT. Manusia tidak akan mengetahui banyak penciptanya selama belum melakukan perjalanan menuju Allah SWT.Walaupun ia adalah orang yang beriman secara aqliyah atau logis-teoritis dan iman secara rasa.B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang diatas, masalah yang akan dikaji dalam makalah ini adalah :1. Apa pengertian tasawuf amali?2. Apa yang dimaksud orang mutasawif ?3. Macam-macam Ahwal ?

C. Tujuan Pembahasan1. Agar memahami dan mengerti apa itu tasawuf amali2. Memahami apa yang dimaksud dengan orang mutasawif3. Mengetahui macam-macam Ahwal

BAB IIPEMBAHASAN

A. PENGERTIAN TASAWUF AMALITasawuf amali lebih menekankan pembinaan moral dalam upaya mendekatkan diri kepada Allah. Untuk mencapai hubungan yang dekat dengan Allah, seseorang harus mentaati dan melaksanakan syariat atau ketentuan ketentuan agama. Ketaatan pada ketentuan agama harus diikuti dengan amalan amalan lahir maupun batin yang disebut tariqah. Dalam amalan-amalan lahir batin itu orang akan mengalami tahap demi tahap perkembangan ruhani. Ketaatan pada syariah dan amalan-amalan lahir-batin akan mengantarkan seseorang pada kebenaran hakiki (haqiqah) sebagai inti syariat dan akhir tariqah. Kemampuan orang mengetahui haqiqah akan mengantarkan pada marifah, yakni mengetahui dan merasakan kedekatan dengan Tuhan melalui qalb. Pengalaman ini begitu jelas, sehingga jiwanya merasa satu dengan yang diketahuinya itu. Tasawuf Amali adalah tasawuf yang membahas tentang bagaimana cara mendekatkan diri kepada Allah.TENTANG TASAWUFSufi adalah sebuah nama yang diberikan, dan pernah diberikan, kepada wali-wali dan para ruhaniwan Muslim. Seorang Syeikh berkata:Man saffahu l-hubb fa-huwa safin wa-man saffahu l-habib fa-huwa Sufiyy, Dia yang telah dimurnikan oleh cinta adalah murni, dan dia yang telah terserap dalam Kekasih dan menyangkal selain Dia adalah seorang Sufi. Nama itu diberikan sebagai jawaban tetapi asal-muasalnya bukan demi keperluan etimologis, karena istilah Tasawuf ditujukan pada sekelompok orang yang menguasai (ilmu tersebut) dari mana nama itu berasal; disebabkan pengasalan sesuatu hal dari sesuatu hal yang lain memerlukan kesamaan jenis (mujanasat). Dalam kenyataannya yang muncul adalah bertentangan dengan kemurnian (safa), dan sesuatu hal yang benar tidaklah dapat diasalkan pada hal lain yang sebaliknya.Bagi para Sufi arti Tasawuf lebih jelas dari matahari dan tak memerlukan keterangan atau petunjuk. Karena Sufi tidak memerlukan keterangan, maka di seluruh dunia orang menjadi para penafsirnya saja, tidak peduli mereka itu mengtahui harkat dan martabat nama itu ataukah tidak mengetahuinya pada saat mereka mengkaji makna yang sebenarnya. Yang sempurna di antara mereka kemudian disebutSufi, dan calon yang lebih rendah peringkatnya (taliban) di antara mereka disebutMutasawwif; karenatasawwufberkaitan erat dengan bentuktafaul, yang artinya mencakup mengambil kesulitan (takalluf) dan merupakan cabang dari akar kata aslinya. Baik perbedaan makna maupun asal katanya bisa dibuktikan. Kemurnian (safa) adalah kewalian dengan sebuah rihayat (riwaya),danTasawuf (tasawwuf) adalah peniruan yang setia terhadap kemurnian (hikayatun lil-safa bila shikayat). Kemurnian lantas merupakan gagasan yang cemerlang dan nyata, dan Tasawuf adalah tiruan dari gagasan tersebut. Pengikut-pengikutnya dalam tingkatan ini terdiri dari tiga jenis:Sufi, MutasawwifdanMustaswif. Sufi ialah dia yang telah mematikan diri (nafsu rendahnya) dan dihidupi oleh Yang Maha Benar (al-Haqq); dia telah membebaskan diri dari tabiat manusia biasa dan benar-benar mencapai pengetahuan tentang-Nya (ma`rifa).Mutasawwifadalah dia yang berusaha mencapai tingkatan ini dengan jalan mati raga (mujahadat) dan dalam pencariannya itu dia mencuci amal perbuatannya dengan meneladani Sufi.Mustasswifadalah dia yang menciptakan dirinya seperti mereka(Sufi) dengan tujuan mendapat uang, kekayaan, kekuasaan dan keuntungan dunia, namun tak memiliki pengetahuan mengenai kemurnian (safa) dan tasawuf. Itulah sebabnya dikatakan: Al-mustaswif indal-Sufiyyat ka-ldhubab wainda ghayrihim ka-ldhiab, yang artinya (lebih kurang) Mustaswifdalam pandangan Sufi adalah hina dina seperti halnya lalat, dan tindakan-tindakannya melulu ketamakan; yang lain menyebutnya sebagai makhluk seperti serigala, dan ucapan-ucapannya tidak terkendalikan (be afsar), karena dia hanya menghendaki sesuap bangkai.Oleh karena ituSufiadalah seseorang yang menyatu (sahib wusul) dengan kehendak Allah,Mutasawwifadalah seseorang yang berpendirian seperti Sufi (sahib usul), danMustaswifadalah seseorang yang berlebih-lebihan (sahib fudul). Dia yang memiliki kekayaan bersatu, dirinya tidak lagi memiliki semua tujuan dan sasaran karena telah memperoleh tujuan dan mencapai sasarannya; dia yang memiliki kekayaan prinsip menjadi teguh dalam tahapan perjalanan mistik, dan karenanya meyakini rahasia-rahasia yang tersembunyi; dia yang berlebih-lebihan, kehilangan segala yang berharga, dan duduk di pintu formalitas (rasm), dan karenanya dia tertutup dari hakikat (maani), dan tirai itu menghalanginya dalam mencapai makrifat serta keyakinan yang tidak terlihat dalam pandangan matanya.

FATWA PARA SUFiAku mendengar Abu Hasan Muhammad bin Ahmad al-Farisi berkata: Unsur-unsur Tasawuf itu ada sepuluh jumlahnya.Pertama,Syuhud(menyangkal dunia) demi tercapainya penyatuan (dengan-Nya);Kedua, memahamisamaatau musik.Ketiga,berkumpul dalam majlis orang-orang budiman;Keempat, menentukan pilihan bagi kecenderungan hati (istidat) ;Kelima, pasrah terhadap pilihan pribadi;Keenam, tangkas mencapai ekstase mistis (wajd);Ketujuh, pikiran harus berlimpah ruah dengan ilham;Kedelapan, banyak mengembara;Kesembilan,tidak terlalu memilih jenis mata pencarian;Kesepuluh,menolak menimbun harta benda.B. AHWAL

1. Pengertian AhwalPendapat Syaikh Abu Nashar As Saraj bahwa hal ialah keadaan yang meliputi hati seseorang atau perasaan yang terkandung di dalamnya.Atau hal artinya keadaan suasana batiniah,yang bergantung bukan pada sang sufi melainkan kepada Tuhan.Ahwal merupakan bentuk jamak dari hal. Dari segi bahasa, ahwal berarti sifat atau keadaan sesuatu. Ahwal diterangkan sebagai penberian yang tercurah kepada seseorang dari tuhannya, baik sebagi buah dari amal shaleh yang menyucikan jiwa maupun datang dari tuhan sebagai pemberian semata. Menurut sufi al-ahwal jamak dari al-hal dalam bahasa inggris disebut state adalah situasi kejiwaan yang diperoleh seorang sufi sebagai karunia Allah, bukan dari hasil usahanya. Sedangkan menurut al- Qusyairi al-hal selalu bergerak setahap demi setahap ketingkat puncak kesempurnaan rohani. Yang paling penting dan paling banyak penganutnya adalah:a. Al-muraqabahAdanya kesadaran diri bahwa ia selalu berhadapan dengan Allah dalam keadaan diawasiNYAb. Al-khaufMenurut sufi berarti suatu sikap mental, merasa takut kepada Allah karena kurang sempurna pengabdiannya. Khauf timbul karena pengenalan dan kecintaan kepada Allah yang sudah mendalam.c. Al-rajaSuatu sikap mental optimisme dalam memperoleh karunia dan nikmat ilahi yang disediakan kepada hambanya yang sholeh.d. Al-syauqKondisi kejiwaan yang menyertai mahabbah yaitu rasa rindu yang memancar kalbu dengan gelora cinta yang murni. 2. Macam-macam hal (ahwal)Sebagaimana yang telah disinggung bahwa hal-hal yang sering dijumpai dalam perjalanan kaum sufi,antra lain waspada dan mawas diri (muhasabah dan muraqabah), kehampiran atau kedekatan (qarb), cinta (hubb), takut (khauf), harap (raja), rindu (syauq), intim (uns), tentram (thumaninah), penyaksian (musyahadah), dan yakin.1. Waspada dan mawas diri (Muhasabah dan Muraqabah)Waspada dan mawas diri merupakan dua hal yang saling berkaitan erat .Oleh karena itu ,ada sufi yang mengupasnya secara bersamaan.Waspada dan mawas diri merupakan dua sisi dari tugas yang sama dalam menundukkan perasaan jasmani yang berupa kombinasi dari pembawaan nafsu dan amarah .Waspada (muhasabah) dapat diartikan menyakini bahwa Allah SWT .Mengetahui segala pikiran,perbuatan ,rahasia dalam hati,yang membuat seseorang menjadi hormat,takut,dan tunduk kepada Allah SWT.Adapun mawas diri (muraqabah) adalah meneliti dengan cermat apakah segala perbuatannya sehari-hari telah sesuai atau malah menyimpang dari yang dikehendaki-Nya.2. Cinta (hubb)Dalam pandangan tasawuf,mahabbah (cinta) merupakan pijakan bagi segenap kemuliaan hal ,sama seperti tobat yang menjadi dasar bagi kemuliaan maqam.Karena mahabbah pada dasarnya adalah kecendrungan hati untuk memperhatikan keindahan atau kecantikan.Berkenaan dengan mahabbah,Suhrawardi mengatakan, sesungguhnya mahabbah(cinta) adalah mata rantai keselarasan yang mengikat sang pencipta kepada kekasihnya.Ketertarikan kepada kekasih ,yang menarik sang pencipta kepadanya ,dan melenyapkan sesuatu dari wujudnya sehingga ia menguasai seluruh sifat dalam dirinya,kemudian menangkap zatnya dalam genggam qudrat (Allah).3. Berharap dan takut (Raja dan Khauf)Bagi kalangan sufi ,raja dan khauf berjalan seimbang dan saling mempengaruhi.Rajaberarti berharap atau optimism .Raja atau optimisme adalah perasaan hati yang senang karena menanti sesuatu yang diinginkan dan disenangi.Raja atau optimism ini telah ditegaskan dalam Al-quran;(Q.S.Al-Baqarah(2)218).Artinya: Sesungguhnya orang orang yang beriman dan berhijrah dan berjihad dijalan Allah, mereka itulah orang-orang yang mengharapkan rahmat Allah. Allah maha pengampun lagi maha penyayang. Raja menuntut 3 perkara yaitu:a. cinta pada apa yang diharapkannyab. takut harapannya hilangc. berusaha untuk mencapainyaRaja yang tidak dibarengi dengan 3 perkara itu hanyalah ilusi atau khayalan.setiap orang yang berharap adalah orang yang takut (khauf). Orang yang berharap untuk sampai disuatu tempat tepat pada waktunya, tentu ia takut terlambat. Karena takut terlambat ,ia mempercepat jalannya. Begitu pula ,orang yang mengharap ridha atau ampunan Tuhan ,diiringi pula dengan rasa takut akan siksaa Tuhan. Ahmad faridh menegaskan bahwa khauf merupakan cambuk yang digunakan Allah SWT.untuk menggiring hamba-hamba-Nya menuju ilmu dan amal supaya dengan keduanya ,mereka dapat dekat kepada Allah SWT. Khauf adalah kesakitan hati karena membayangkan sesuatu yang ditakuti ,yang akan menimpa dirinya pada masa yang akan datang .Khauf dapat mencegah hamba berbuat maksiat dan mendorongnya untuk senantiasa berada dalam ketaatan. dan raja saling berhubungan.Kekurangan khauf akan menyebabkan seseorang lalai dan berani berbuat maksiat,sedangkan khauf yang berlebihan akan menjadikannya putus asa dan pesimis.Begitu juga sebaliknya ,terlalu besar sikap raja akan membuat seseorang sombong dan meremehkan amalan amalannya karena optimisnya yang berlebihan.4. Rindu(syauq)Selama masih ada cinta ,syauq tetap diperlukan dalam lubuk jiwa ,rasa rindu hidup dengan subur,yaitu rindu ingin segera bertemu dengan Tuhan.Ada orang yang mengatakan bahwa maut merupakan bukti cinta yang benar.Lupa kepada Allah SWT.Lebih berbahaya daripada maut .Bagi sufi yang rindu kepada Tuhan,mati dapat berarti bertemu dengan Tuhan.5. Intim(uns)Dalam pandangan kaum sufi ,sifat uns (intim )adalah sifat merasa selalu berteman, tak pernah merasa sepi .Ungkapan berikut ini melukiskan sifat uns: Ada orang yang merasa sepi dalam keramaian.ia adalah orang yang selalu memikirkan kekasihnya sebab sedang dimabuk cinta, seperti halnya sepasang pemuda dan pemudi. Adapula orang yang merasa bising dalam kesepian .Ia adalah orang yang selalu memikirkan atau merencanakan tugas pekerjaannya semata .Adapun engkau, selalu merasa berteman dimanapun berada. Alangkah mulianya engkau berteman dengan Allah SWT artinya, engkau selalu berada dalam pemeliharaan Allah SWT.Ungkapan ini melukiskan keakraban atau keintiman seorang sufi dengan Tuhannya.Sikap keintiman ini banyak dialami oleh kaum sufi.

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

Ahwal merupakan bentuk jamak dari hal. Dari segi bahasa, ahwal berarti sifat atau keadaan sesuatu. Ahwal diterangkan sebagai pemberian yang tercurah kepada seseorang dari tuhannya, baik sebagi buah dari amal shaleh yang menyucikan jiwa maupun datang dari tuhan sebagai pemberian semata.Macam-macam hal:a) Waspada dan mawasdiri( muhasabbah dan murakobbah)b) Cinta (hubb)c) Berharap dan takut (raja dan khauf )d) Rindu (syauq )e) Intim (uns ).

Tasawuf merupakan salah satu fenomena dalam Islam yang memusatkan perhatian pada pembersihan aspek rohani manusia, yang selanjutnya menimbulkan akhlak mulia. Melalui tasawuf ini seseorang dapat mengetahui tentang cara-cara melakukan pembersihan diri serta mengamalkan secara benar. Dari pengetahuan ini diharapkan ia akan tampil sebagai orang yang pandai mengendalikan dirinya pada saat ia berinteraksi dengan orang lain, atau pada saat melakukan berbagai aktivitas yang menuntut kejujuran, keikhlasan, tanggung jawab, kepercayaan dan lain-lain. Dari suasana yang demikian itu, tasawuf diharapkan dapat mengatasi berbagai penyimpangan moral seperti manipulasi, korupsi, kolusi, penyalahgunaan kekuasaan dan kesempatan, penindasan dan sebagainya.

B. SARAN

Semoga setelah membaca makalah ini kita bisa semakin mendekatkan diri kepada Alloh SWT, salah satunya dengan memperdalam ilmu tasawuf yang bertujuan untuk mensucikan diri, dan penulis banyak berharap para pembaca yang budiman bisa memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan kesempatan berikutnya. Penulis berharap makalah ini berguna bagi para pembaca yang budiman pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Jamil H M. Akhlak Tasawuf. Jakarta: Gaung Persada. 2013.Anwar Rosihon. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia. 2010.Ahmad Ibn Faris Ibn Zakariyya Abu al-Husain, Maqayis al-Lughah, Beirut: Dar al-Fikr.Al-Gazali, Ihya Ulumuddin, Dar al-Marifah: Beirut, tt.Al-Jailani Syekh Abdul Qadir, Rahasia Sufi Agung, penerj. Abdul Madjid, (Cet. I; DIVA press: Yogyakarta, 2008)Al-Qusyairiy, al-Risalah al-Qusyairiyah (CD al-Maktabah al-Syamilah)al-Turmudzi Abu Isa Muhammad Ibn Isa Ibn Saurah, Sunan al Turmudzi, Beirut: Dar al Fikr, 1994).Azra Azyumardi dkk, Ensiklopedi Islam, PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, 2005.Bagir Haidar, Buku Saku Tasawuf, (Cet. II; Mizan: Bandung), 2006.Basyuniy Ibrahim, Nasyah al-Taswuf al-Islamiy, Dar al-Maarif: Mesir, 1119 HRahman Fazlur, Islam, Terjemahan oleh Ahsin Muhammad dari Islam, (Bandung: Pustaka, 1984)Simuh, Tasawuf Dan Perkembangannya Dalam Islam, (Cet. II; Raja Grafindo Persada: Jakarta), 1997.Suhrawardi Syekh Syihabuddin Umar, Awarif al-Maarif., (ter. Edisi Indonesia Oleh Ilma Nugraha ni Ismail), Pustaka Hidayah, Bandung, 1998.Zainul Bahri Media, Menembus Tirai KesendirianNya: Mengurai Maqamat dan Ahwal Dalam Tradisi Sufi, (Cet. I; Prenada Media: Jakarta), 2005.

2