BAB I - Selamat datang di Situs Resmi Bapppeda...

25
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu dari 189 negara yang menandatangani Deklarasi Tujuan Pembangunan Millenium (MDG`s) dan sejak tahun 2000 telah berkomitmen mewujudkan delapan tujuan MDG`s sebagai perwujudan peningkatan kualitas sumber daya manusia, kesetaraan gender, peningkatan kualitas hidup dan peningkatan lingkungan hidup yang lebih baik. Komitmen tersebut dituangkan dalam beberapa dokumen perencanaan pembangunan, antara lain : (1) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2004 – 2009, kemudian dipertegas pada (2) RPJMN 2010 – 2014 dan (3) Inpres No. 3 tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan. Meskipun hambatan dan tantangan pencapaian tujuan tersebut cukup banyak, namun berbagai prestasi pembangunan diketahui dapat melampaui target MDGs, seperti masalah penanggulangan kemiskinan dan pengurangan jumlah penduduk yang mengalami kelaparan berat, peningkatan pendidikan untuk semua (education for all) dan pemberdayaan perempuan. Beberapa capaian hasil-hasil pembangunan yang masih memprihatinkan belum sejalan dengan semangat pencapaian MDG`s, antara lain (1) peningkatan pelayanan air bersih yang layak, sanitasi yang baik dan kesehatan lingkungan serta pemukiman kumuh sesuai target MDGs secara nasional baru akan dapat dipenuhi pada tahun 2020 (Nina Sardjunani, 2010). Secara nasional capaian target MDG`s belum merata di seluruh provinsi karena kesenjangan perkembangan daerah yang masih tinggi, antara Pulau Jawa-Bali dan provinsi lain di luar Jawa-Bali. Laporan Capaian MDG`s tahun 2010 menyebutkan sebanyak provinsi yaitu 20 dari 33 provinsi (60,60%) Hal I- 1

Transcript of BAB I - Selamat datang di Situs Resmi Bapppeda...

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangIndonesia sebagai salah satu dari 189 negara yang menandatangani Deklarasi

Tujuan Pembangunan Millenium (MDG`s) dan sejak tahun 2000 telah berkomitmen

mewujudkan delapan tujuan MDG`s sebagai perwujudan peningkatan kualitas sumber

daya manusia, kesetaraan gender, peningkatan kualitas hidup dan peningkatan lingkungan

hidup yang lebih baik. Komitmen tersebut dituangkan dalam beberapa dokumen

perencanaan pembangunan, antara lain : (1) Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional (RPJMN) tahun 2004 – 2009, kemudian dipertegas pada (2) RPJMN 2010 – 2014

dan (3) Inpres No. 3 tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan.

Meskipun hambatan dan tantangan pencapaian tujuan tersebut cukup banyak, namun

berbagai prestasi pembangunan diketahui dapat melampaui target MDGs, seperti masalah

penanggulangan kemiskinan dan pengurangan jumlah penduduk yang mengalami kelaparan

berat, peningkatan pendidikan untuk semua (education for all) dan pemberdayaan

perempuan.

Beberapa capaian hasil-hasil pembangunan yang masih memprihatinkan belum

sejalan dengan semangat pencapaian MDG`s, antara lain (1) peningkatan pelayanan air

bersih yang layak, sanitasi yang baik dan kesehatan lingkungan serta pemukiman kumuh

sesuai target MDGs secara nasional baru akan dapat dipenuhi pada tahun 2020 (Nina

Sardjunani, 2010). Secara nasional capaian target MDG`s belum merata di seluruh provinsi

karena kesenjangan perkembangan daerah yang masih tinggi, antara Pulau Jawa-Bali dan

provinsi lain di luar Jawa-Bali. Laporan Capaian MDG`s tahun 2010 menyebutkan sebanyak

provinsi yaitu 20 dari 33 provinsi (60,60%) belum dapat mencapai target-target MDGs

sesuai dengan rata-rata nasional. Hal ini menjadi tantangan pembangunan yang harus

dapat diselesaikan secara nasional dalam waktu lima tahun terakhir pencapaian MDGs,

termasuk pencapaian target ke 11 perbaikan pemukiman kumuh yang ditunda sampai

dengan 2020.

Dalam rangka pencapaian target-target MDG`s di daerah, maka Kota Surakarta

mendukung Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium (MDGs) sebagaimana

telah dituangkan dalam RAD Percepatan Pencapaian Target MDg`s Kota Surakarta yang

disusun pada tahun 2012 dan telah menjadi acuan kebijakan bagi setiap SKPD untuk

mencapai target MDG`s sebagaimana telah direncanakan.

Pelaksanaan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Aksi Daerah Percepatan Target

Tujuan Pembangunan Millenium (RAD MDGs) Kota Surakarta bersifat strategis terkait

Hal I- 1

dengan upaya peningkatan kinerja kegiatan pembangunan daerah dalam rangka

pencapaian amanat yang telah disepakati bersama oleh pemerintah. Berdasarkan hasil

evaluasi pelaksanaan RAD MDGs Kota Surakarta Tahun 2013 diketahui masih ada

beberapa indikator yang belum bisa memenuhi target yang diharapkan. Oleh karena itu

pelaksanaan evaluasi RAD MDGs masih sangat dibutuhkan guna mengawal upaya

pencapaian target MDGs.

B. Dasar Hukum Dasar hukum yang menjadi acuan kebijakan dan dasar peraturan perundang-

undangan pelaksanaan RAD MDG`s Kota Surakarta, sebagai berikut :

1. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

2. Undang-Undang No. 15 tahun 2005 tentang Ratifikasi Hak-Hak Ekonomi dan

Sosial (Ekosob).

3. Undang-Undang No. 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial.

4. Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

5. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup.

6. Undang-Undang Nomor 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan

Pemukiman.

7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Kewenangan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan

Kabupaten/Kota.

8. Peraturan Presiden No. 5 tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional 2010 – 2014.

9. Inpres No. 9 tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender Dalam

pembangunan Nasional.

10. Inpres No. 3 tahun 2010 tentang Program Pembangunan Yang Berkeadilan.

11. Perpres No. 15 tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.

12. Perda Jawa Tengah No. 4 tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah Jawa Tengah 2008 – 2013.

13. Pergub Jawa Tengah No. 20 tahun 2011 tentang RAD Percepatan Pencapain

Target Millenium Development Goals Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 – 2015.

14. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 2 tahun 2010 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Kota Surakarta Tahun 2010 – 2015.

15. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 01 tahun 2012 tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Kota Surakarta Tahun 2011-2031.

Hal I- 2

C. Maksud, Tujuan dan Manfaat1) Maksud

Evaluasi Pelaksanaan RAD MDG`s Kota Surakarta dimaksudkan sebagai tindak

lanjut dari pelaksanaan rencana aksi daerah untuk mengkur kinerja, capaian

keberhasilan dan konsisten pelaksanaan kegiatan sampai dengan tahun 2015.

2) TujuanTujuan dari kegiatan evaluasi pelaksanaan RAD MDG`s Kota Surakarta

dikemukakan sebagai berikut :

a. Menghitung capaian hasil dari setiap target capaian MDG`s Kota Surakarta

sampai dengan tahun 2014.

b. Mengidentifikasi permasalahan dan kendala dalam pencapaian target sampai

dengan tahun 2014.

c. Menyusun rekomendasi penyelesaian permasalahan dalam pelaksanaan

pencapaian target capaian MDG`s Kota Surakarta.

3) ManfaatPenyusunan laporan hasil evaluasi capaian target-target MDG`s Kota Surakarta

tahun 2014 diharapkan dapat memberikan manfaat, sebagai berikut :

a. Memberikan gambaran hasil capaian target MDG`s Kota Surakarta sampai

dengan tahun 2014.

b. Memberikan pedoman dalam upaya SKPD meningkatkan kinerja bagi rangka

pencapaian target MDG`s untuk tahun 2015.

c. Tersusunya laporan capaian hasil target capaian MDG`s sampai dengan tahun

2014. Hal ini berguna bagi segenap pemangku kepentingan untuk

berpartisipasi dalam peningkatan kinerja di tahun-tahun mendatang.

D. Kajian Pustaka 1. Monitoring

Monitoring adalah proses rutin pengumpulan data dan pengukuran

kemajuan atas objektif program./ Memantau perubahan, yang focus pada proses dan

keluaran, monitoring melibatkan perhitungan atas apa yang kita lakukan dan

monitoring melibatkan pengamatan atas kualitas dari layanan yang kita berian.

Monitoring bertujuan mendapatkan umpan balik bagi kebutuhan program

yang sedang berjalan, dengan mengetahui kebutuhan ini pelaksanaan program akan

Hal I- 3

segera mempersiapkan kebutuhan tersebut. Kebutuhan bisa berupa biaya, waktu,

personel, dan alat. Pelaksanaan program akan mengetahui berapa biaya yang

dibutuhkan, berapa lama waktu yang tersedia untuk kegiatan tersebut. Dengan

demikian akan diketahui pula berapa jumlah tenaga yang dibutuhkan, serta alat apa

yang harus disediakan untuk melaksanakan program tersebut. Evaluasi bertujuan

memperoleh informasi yang tepat sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil

keputusan tentang perencanaan program, keputusan tentang komponen input pada

program, implementasi program yang mengarah kepada kegiatan dan keputusan

tentang output menyangkut hasil dan dampak dari program kegiatan. Secara lebih

terperinci monitoring bertujuan untuk:

1. Mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan;

2. Memberikan masukan tentang kebutuhan dalam melaksanakan program;

3. Mendapatkan gambaran ketercapaian tujuan setelah adanya kegiatan;

4. Memberikan informasi tentang metode yang tepat untuk melaksanakan

5. kegiatan;

6. Mendapatkan informasi tentang adanya kesulitan-kesulitan dan

hambatanhambatan

7. selama kegiatan;

8. Memberikan umpan balik bagi sistem penilaian program;

9. Memberikan pernyataan yang bersifat penandaan berupa fakta dan nilai.

Selanjutnya prinsip-prinsip yang menjadi landasan dalam melakukan

monitoring antara lain : 1) Monitoring harus dilakukan secara terus-menerus, 2)

Monitoring harus menjadi umpan terhadap perbaikan kegiatan program organisasi,

3) Monitoring harus memberi manfaat baik terhadap organisasi maupun terhadap

pengguna produk atau layanan, 4) Monitoring harus dapat memotifasi staf dan

sumber daya lainnya untuk berprestasi, 5) Monitoring harus berorientasi pada

peraturan yang berlak, 7) Monitoring harus obyektif, 8) Monitoring harus berorientasi

pada tujuan program.

Proses dasar dalam monitoring ini meliputi tiga tahap yaitu: (1)

menetapkan standar pelaksanaan; (2) pengukuran pelaksanaan; (3) menentukan

kesenjangan (deviasi) antara pelaksanaan dengan standar dan rencana. Menurut

Dunn (1981), monitoring mempunya empat fungsi, yaitu:

1. Ketaatan (compliance). Monitoring menentukan apakah tindakan administrator, staf, dan semua yang terlibat mengikuti standar dan prosedur yang telah ditetapkan.

Hal I- 4

2. Pemeriksaan (auditing). Monitoring menetapkan apakah sumber dan layanan yang diperuntukkan bagi pihak tertentu bagi pihak tertentu (target) telah mencapai mereka.

3. Laporan (accounting). Monitoring menghasilkan informasi yang membantu “menghitung” hasil perubahan sosial dan masyarakat sebagai akibat implementasi kebijaksanaan sesudah periode waktu tertentu.

4. Penjelasan (explanation). Monitoring menghasilkan informasi yang membantu menjelaskan bagaimana akibat kebijaksanaan dan mengapa antara perencanaan dan pelaksanaannya tidak cocok. 1

Dengan uraian di atas fungsi monitoring yang pokok adalah: mengukur

hasil yang sudah dicapai dalam melaksanakan program dengan alat ukur rencana

yang sudah dibuat dan disepakati; menganalisa semua hasil pemantauan

(monitoring) untuk dijadikan bahan dalam mempertimbangkan keputusan serta

usaha perbaikan dan penyempurnaan (Soewardji Lazaruth : 1994).2

Dalam kaitannya dengan capaian target MDGs, monitoring dilakukan

terhadap aktivitas yang dilaksanakan oleh SKPD dalam mencapai target yang telah

ditetapkan. Monitoring ini dapat dilakukan oleh internal SKPD maupun stakeholder

yang lain.

2. EvaluasiEvaluasi merupakan salah satu tahapan penting dalam proses kebijakan

publik, namun seringkali tahapan ini diabaikan dan hanya berakhir pada tahap

implementasi. Evaluasi adalah kegiatan untuk menilai tingkat kinerja suatu kebijakan.

Evaluasi kebijakan digunakan untuk mengukur keberhasilan dan kegagalan

pelaksanaan suatu kebijakan publik. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur

Negara no Per / 15 / M.Pan / 7 / 2008 tentang Pedoman Umum Reformasi Birokrasi

menyebutkan bahwa ”evaluasi adalah suatu kegiatan menilai hasil suatu kegiatan

yang sedang atau sudah dilaksanakan.

Evaluasi adalah proses penilaian yang sistematis, pemberian nilai, atribut,

apresiasi dan pengenalan permasalahan serta pemberian solusi atas permasalahan

yang ditemukan. Muhadjir dalam Widodo mengemukakan “Evaluasi kebijakan publik

merupakan suatu proses untuk menilai seberapa jauh suatu kebijakan publik dapat

“membuahkan hasil”, yaitu dengan membandingkan antara hasil yang diperoleh

dengan tujuan dan/atau target kebijakan publik yang ditentukan”.3

Suharsimi Arikunto menyebutkan bahwa evalusi program adalah proses

penetapan secara sistematis tentang nilai, tujuan, efektivitas atau kecocokan sesuatu

1 William N Dunn , (2003), Pengantar Analisis Kebijakan Publik (terjemahan), Yogyakarta, Gajahmada University press2 Soewardi Lazaruth, (1994), Kepala Sekolah Dan Tanggung Jawab, Salatiga, Kanisius Yogyakarta.3 Joko Widodo, Analisis Kebijakan Publik, Jakarta: Bayumedia, 2008, hal 112.

Hal I- 5

sesuai dengan kriteria dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Proses

penetapan keputusan itu didasarkan atas perbandingan secara hati-hati terhadap

data yang diobservasi dengan menggunakan standar tertentu yang telah di lakukan.4

Sedangkan menurut Surat Keputusan Kepala Bappenas nomor

178/K/07/2000 tentang Evaluasi Kinerja Proyek Pembangunan, evaluasi kinerja

proyek adalah bagian dari kegiatan manajemen pembangunan yang secara

sistematis mengumpulkan dan menganalisis data dan informasi untuk menilai

kelayakan serta pencapaian sasaran dan tujuan pembangunan, baik pada tahap

perencanaan, pelaksanaan maupun pasca proyek. (Bappenas, 2000). Evaluasi

kinerja proyek pembangunan dilaksanakan dengan menggunakan indikator dan

sasaran kinerja yang disepakati bersama antara pihak-pihak terkait atau

dilaksanakan dengan menggunakan hasil kajian lengkap melalui melalui suatu studi

evaluasi kinerja dengan mengacu pada indikator dan sasaran kinerja yang telah

disepakati bersama.

Evaluasi dapat dilakukan secara internal dan eksternal. Evaluasi internal

adalah evaluasi yang dilakukan oleh satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yang

bersangkutan. Evaluasi eksternal adalah evaluasi yang dilakukan oleh lembaga atau

orang di luar instansi yang bersangkutan. Dalam hal ini evaluasi eksternal adalah

evaluasi yang dilakukan oleh lembaga di luar birokrasi Pemerintah Kota Salatiga.

Evaluator eksternal ini diharapkan akan memberikan informasi atau hasil penilaian

yang lebih obyektif. Obyektivitas evaluasi ini sangat diperlukan bagi pengambilan

kebijakan selanjutnya, terutama untuk penyusunan rencana program/ kegiatan pada

tahun anggaran berikutnya.

Kegiatan evaluasi dapat dilaksanakan dengan berbagai tujuan dan dilihat

dari berbagai aspek. Berdasarkan fokus evaluasi kinerja peroyek atau kegiatan terdiri

dari lima variabel yaitu evaluasi terhadap input, output, outcome, benefit dan impact.

Semua variabel tersebut digunakan untuk mengevaluasi kinerja kegiatan untuk

kegiatan yang telah selesai dilaksanakan. Untuk evaluasi kinerja kegiatan yang

sedang dilaksanakan (on going evaluation) tidak semua variabel tersebut

digunakan. Variabel yang digunakan hanya variabel input yang di dalamnya

mengandung proses. Sedangkan untuk kegiatan yang baru saja selesai

dilaksanakan di menggunakan variabel input, output, outcome dan benefit.

Menurut Endang Mulyatiningsih, evaluasi program dilakukan dengan tujuan

untuk:

a) Menunjukkan sumbangan program terhadap pencapaian tujuan organisasi. Hasil evaluasi ini penting untuk mengembangkan program yang sama ditempat lain.

4 Arikunto, Suharsimi. 2004. Prosedur Penelitian: Suatu pendekatan Praktek. Bandung: Rineka Cipta, hal. 14.

Hal I- 6

b) Mengambil keputusan tentang keberlanjutan sebuah program, apakah program perlu diteruskan, diperbaiki atau dihentikan.5

Beberapa ahli juga mengemukakan tentang tujuan-tujuan dari evaluasi,

Subarsono merinci beberapa tujuan dari evaluasi antara lain sebagai berikut :

1. Menentukan tingkat kinerja suatu kebijakan. Melalui evaluasi maka dapat diketahui derajat pencapaian tujuan dan sasaran kebijakan.

2. Mengukur tingkat efisiensi suatu kebijakan. Dengan evaluasi juga dapat diketahui derajad diketahui berapa biaya dan manfaat suatu kebijakan.

3. Mengukur tingkat keluaran (outcome) suatu kebijakan. Salah satu tujuan evaluasi adalah mengukur berapa besar dan kualitas pengeluaran atau output dari suatu kebijakan.

4. Mengukur dampak suatu kebijakan. Pada tahap lebih lanjut, evaluasi ditujukan untuk melihat dampak dari suatu kebijakan, baik dampak positif maupun negatif.

5. Untuk mengetahui apabila ada penyimpangan. Evaluasi juga bertujuan untuk mengetahui adanya penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi, dengan cara membandingkan antara tujuan dan sasaran dengan pencapaian target.

6. Sebagai bahan masukan (input) unutk kebijakan yang akan datang. Tujuan akhir evaluasi adalah untuk memberikan masukan bagi proses kebijakan ke depan agar dihasilkan kebijakan yang lebih baik.6

Oleh karena itu evaluasi kebijakan, pada prinsipinya digunakan untuk

mengevaluasi empat aspek dalam proses kebijakan publik, yaitu “1) proses

pembuatan kebijakan; 2) proses implementasi; 3) konsekuensi kebijakan; 4)

efektifitas dampak kebijakan”.

Berdasarkan aspek waktu melakukan evaluasi, evaluasi dapat dilaksanakan

pada saat kegiatan sedang direncanakan (pre evaluation), Kegiatan sedang

dilaksanakan (on going evaluation) dan kegiatan telah selesai dilaksanakan (post

evaluation). Masing-masing jenis evaluasi ini memiliki tujuan dan instrumen yang

berbeda-beda. Pre-evaluation bertujuan untuk mengetahui apakah pada tahap

perencanaan sudah sesuai dengan yang diharapkan. Instrumen yang digunakan

adalah pertanyaan yang berkaitan dengan persiapan dan perencanaan kegiatan. On

Going evaluation bertujuan untuk mengetahui apakah pelaksanaan kegiatan sudah

sesuai dengan rencana. Instrumen yang digunakan adalah pertanyaan yang

berkaitan dengan proses pelaksanaan kegiatan. Sedangkan post evaluation

bertujuan untuk mengetahui apakah hasil kegiatan sudah sesuai dengan yang telah

direncanakan atau tidak. Instrumen yang digunakan adalah pertanyaan yang

berkaitan dengan hasil, manfaat dan dampak.

Selanjutnya Patton dan Sawicki (1991) mengklasifikasikan metoda

pendekatan yang dapat dilakukan dalam penelitian evaluasi menjadi 6 (enam) yaitu :

5 Endang Mulyatiningsih. 2011. Riset Terapan Bidang Pendidikan dan Teknik.Yogyakarta. UNY Press. Hal 114.6 A.G. Subarsono, Analisis Kebijakan Publik, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2008, hal. 120.

Hal I- 7

a) Before and after comparisons, metode ini mengkaji suatu objek penelitian dengan membandingkan antara kondisi sebelum dan kondisi sesudahnya suatu kebijakan atau program diimplementasikan.

b) With and without comparisons, metode ini mengkaji suatu objek penelitian dengan menggunakan pembandingan kondisi antara yang tidak mendapat dan yang mendapat kebijakan atau program, yang telah di modifikasi dengan memasukan perbandingan kriteria-kriteria yang relevan di tempat kejadian peristiwa (TKP) dengan program terhadap suatu TKP tanpa program.

c) Actual versus planed performance comparisons, metode ini mengkaji suatu objek penelitian dengan membandingkan kondisi yang ada (actual) dengan ketetapan-ketetapan perencanaan yang ada (planned).

d) Experimental (controlled) models, metode ini mengkaji suatu objek penelitian dengan melakukan percobaan yang terkontrol/dikendalikan untuk mengetahui kondisi yang diteliti.

e) Quasi experimental models, metode ini mengkaji suatu objek penelitian dengan melakukan percobaan tanpa melakukan pengontrolan/pengendalian terhadap kondisi yang diteliti.

f) Cost oriented models, metode ini mengkaji suatu objek penelitian yang hanya didasarkan pada penelitian biaya terhadap suatu rencana.7

Dari beberapa pengertian dan pendapat di atas maka dapat diambil

kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan evaluasi program adalah kegiatan untuk

mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu program pemerintah yang

selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif atau pilihan

yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan. Tujuannnya adalah dapat

ditemukannya fakta pelaksanaan program/kegiatan dilapangan yang hasilnya bisa

positif ataupun negatif.

Pasal 46 Peraturan Pemerintah nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata

Cara Penyusunan, Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana

Pembangunan Daerah menyebutkan bahwa Bupati/Walikota melakukan evaluasi

terhadap perencanaan pembangunan daerah lingkup kabupaten/kota. Selanjutnya

pada pasal 47 disebutkan bahwa evaluasi tersebut meliputi :

a. kebijakan perencanaan pembangunan daerah;

b. pelaksanaan rencana pembangunan daerah; dan

c. hasil rencana pembangunan daerah.

Pasal tersebut mewajibkan Kepala Daerah Kabupaten/Kota untuk

melakukan evaluasi terhadap kebijakan perencanaan pembangunan daerah,

pelaksanaan dan hasil perencanan pembangunan daerah. Kegiatan evaluasi ini

dilaksanakan oleh lembaga (Satuan Kerja Perangkat Daerah) yang telah ditunjuk

melalui Surat Keputusan (SK) Kepala Daerah. Evaluasi diterapkan pada seluruh

program dan kegiatan yang diampu oleh seluruh SKPD. Evaluasi ini memiliki tujuan

membandingkan hasil pelaksanaan program dan kegiatan dengan rencana yang

7 Patton, Sawicki, 1991, Basic Methods of Policy Analysis and Planning, Prentice Hall.

Hal I- 8

telah disusun. Evaluasi juga bertujuan untuk menilai efektivitas dan efisiensi suatu

kegiatan. Dalam melaksanakan evaluasi, evaluator membandingkan antara hasil

kegiatan dengan indkator capaian yang telah ditetapkan atau membandingkan

antara rencana dengan realisasi atau rencana dengan pelaksanaannya.

Melalui evaluasi ini pemerintah Kota Surakarta memperoleh informasi apakah

pelaksanaan program dan kegiatan oleh SKPD seperti yang termuat dalam RAD

MDGs sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

E. Evaluasi Pencapaian Target MDGs Kota SurakartaEvaluasi program Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) Kota

Surakarta dilakukan terhadap tingkat pencapaian 7 (tujuh) indikator target MDGs

sampai dengan tahun 2013. Kegiatan evaluasi ini bertujuan menilai apakah target yang

telah ditetapkan telah tercapai atau belum. Evaluasi juga dilaksanakan terhadap

program-program dan kegiatan yang disusun dalam rangka upaya pencapaian target

MDGs tahun 2013.

Berdasarkan waktu melaksanakan evaluasi, maka kegiatan Evaluasi

Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (MDG`s) Kota Surakarta masuk dalam

kategori On Going Evaluation, yaitu evaluasi dilaksanakan pada saat kegiatan sedang

dilaksanakan. Hal tersebut sangat sesuai karena dalam kegiatan Pengumpulan

Updating dan Analisis Data Informasi Capaian Target Kinerja Program dan Kegiatan

model evaluasi yang dipergunakan adalah on going evaluation yaitu evaluasi pada saat

kegiatan sedang dilaksanakan. Melalui kegiatan ini diharapkan dapat diketahui

implementasi kegiatan dan hambatan atau kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan

serta upaya-upaya yang telah dilakukan oleh masing-masing SKPD dalam

menanggulangi permasalahan tersebut. Berdasarkan hasil analsisis tersebut maka

dapat dirumuskan rekomendasi atau saran tindak yang dapat dipergunakan bagi SKPD

untuk mencegah terjadinya hambatan atau permasalahan sejenis sehingga telah dapat

diantisipasi sebelumnya. Dengan demikian hasil evaluasi pada saat pelaksanaan

program akan dapat menghindarkan kerugian yang lebih besar di kemudian hari.

Pengumpulan updating dan analisis data informasi capaian target kinerja

program dan kegiatan memiliki peran strategis dalam rangka pengendalian operasional

proyek. Kegiatan ini diselenggarakan dengan tujuan agar pelaksanaan program dan

kegiatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan tujuan yang telah ditetapkan

tercapai. Setiap kegiatan selalu memiliki tujuan namun demikian sering terjadi bahwa

dalam pelaksanaannya menyimpang dari tujuan yang ditetapkan semula. Pengendalian

perlu dilakukan agar pelaksanaan kegiatan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.

Hal I- 9

Untuk menjamin bahwa pelaksanaan percepatan pencapaian target indikator

Tujuan Pembangunan Millenium (MDG’s) sesuai dengan rencana diperlukan upaya

pemantauan dan evaluasi yang intensif. Pemantauan dan evaluasi terhadap target

capaian MDGs dilakukan oleh seluruh stakeholder yang terlibat. Tugas pemantauan

dan evaluasi yang utama adalah SKPD pengampu masing-masing tujuan.

SKPD dalam melakukan pemantauan dan evaluasi tidak hanya pada

penghimpunan dan pencatatan data outcome saja, namun juga harus melakukan

pemantauan dan evaluasi apakah kegiatan-kegiatan yang mengarah pada pencapaian

target tersebut sudah secara efektif sesuai dengan tujuan yang direncanakan atau tidak.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam kerangka mencapai target MDGs harus

dapat dipastikan efektif dan memang berdampak langsung pada pencapaian target

MDGs.

Pemantauan dan evaluasi memiliki tujuan untuk mengetahui sampai sejauh

mana kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan telah sesuai atau menyimpang dari

rencana yang telah ditetapkan. Pemantuan dan evaluasi juga bertujuan untuk

mengetahui tingkat kesenjangan antara keadaan yang telah dicapai dengan keadaan

yang dikehendaki atau seharusnya dapat dicapai, sehingga dengan demikian akan

dapat diketahui tingkat efektivitas dan efisiensi kegiatan yang telah dilaksanakan.

Dengan mengetahui adanya kesenjangan tersebut selanjutnya dapat diambil langkah-

langkah strategis guna meningkatkan tingkat efektivitas dan efisiensi kegiatan seperti

yang dikehendaki.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemantauan dan

evaluasi. Pertama, yang bertugas melakukan pemantauan dan evaluasi adalah semua

pelaku/stakeholders yang berkepentingan terhadap pencapaian target MDG’s.

Stakeholders atau semua pelaku melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap

kebijakan, program dan kegiatan Pencapaian target MDG’s bagi dirinya sendiri dan

bagi pelaku lain. Pemantaun dan evaluasi ini diharapkan dapat mendorong

terlaksananya prinsip-prinsip transaparansi, akuntabilitas dan partisipasi dalam

pelaksanaan pencapaian target MDG’s; kedua, pemantauan dan evaluasi dilaksanakan

terhadap semua kebijakan dan program yang terkait dengan upaya pencapaian Target

MDG’s. Waktu dilaksanakannya pemantauan dan evaluasi adalah mulai dari proses

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program terkait, dan dilakukan oleh seluruh

stakeholder; Ketiga, Sarana pemantauan dan evaluasi kebijakan, program dan kegiatan

percepatan pencapaian target MDG’s adalah segenap sarana yang dimiliki oleh masing-

masing stakeholders. Mereka diharapkan dapat mempergunakan metode dan alat

mereka sendiri untuk dikompilasikan hasilnya dan dikaji bersama sebagai dasar

perbaikan dan program percepatan pencapaian target MDG’s selanjutnya; Keempat,

Hal I- 10

Metode pemantauan dan evaluasi terhadap kebijakan, program dan kegiatan

pencapaian target MDG’s ditentukan oleh masing-masing pihak, sesuai dengan

kapasitas dan mekanisme kerja masing-masing dengan semangat memperbaiki

kebijakan, program dan kegiatan percepatan pencapaian target MDG’s yang sedang

berjalan.

Prinsip-prinsip pemantauan dan evaluasi yang dikemukakan di atas harus

diperhatikan dan menjadi pedoman bagi seluruh stakeholders dalam melakukan

pemantauan dan evaluasi. Kelompok kerja (Pokja) I sampai dengan IV yang telah

dibentuk selain bertugas menyusun dokumen Program Percepatan Pencapaian Target

MDG’s, juga diberikan tugas untuk melakukan pemantauan dan evaluasi pencapaian

target MDG’s.

Pemantauan dan evaluasi dilaksanakan pada tahap program dan kegiatan

sedang dilaksanakan dan pada tahap akhir pelaksanaan suatu program dan kegiatan.

Kegiatan pemantauan dan evaluasi dilaksanakan untuk menilai apakah program dan

kegiatan percepatan pencapaian target MDG’s yang sedang dan telah dilaksanakan

dapat mencapai tujuan yang diharapkan atau tidak. Kegiatan Pemantauan evaluasi

percepatan pencapaian target-target MDG’s ini dapat dibagi menurut waktu

pelaksanaannya sebagai berikut:

1. Pemantauan pada saat program berjalan (on going evaluation / Monitoring),

kegiatan ini dilakukan setiap 3 (tiga) bulan sekali.

2. Evaluasi tahunan (annual Evaluation) , dilakukan setiap akhir tahun anggaran untuk

mengetahui pencapaian target-target tahunan yang telah disusun.

3. Evaluasi akhir (summative evaluation), dilakukan pada akhir periode rencana aksi

ini yaitu tahun 2015.

Pemantauan dan evaluasi merupakan tindakan yang dilakukan secara

kontinyu dan periodik, selama kurun waktu percepatan pencapaian target MDG’s. Oleh

karena itu strategi dan metode serta jadwal waktu monitoring perlu disusun sedemikian

rupa sehingga seluruh kegiatan pencapaian target MDG’s dapat terpantau dan

terevaluasi.

Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi dilaksanakan berdasarkan kriteria

atau indikator kinerja baik indikator masukan, proses, keluaran dan manfaat maupun

dampak. Tujuan pelaksanaan pemantauan dan evaluasi adalah :

1. Menghitung capaian hasil dari setiap target capaian MDG`s Kota Surakarta sampai

dengan tahun 2013.

2. Mengidentifikasi permasalahan dalam pencapaian target sampai dengan tahun

2013.

Hal I- 11

Bagan Kerangka Pikir

F. Metode Pelaksanaan Pekerjaan1. Rincian Variabel dan Indikator

Variabel dan indikator kinerja upaya pencapaian target MDG’s merupakan

indikator proses dari setiap langkah program percepatan pencapaian target MDG’s

secara lintas sektor yang dilakukan oleh instansi-instansi di Kota Surakarta.

Dengan demikian diharapkan terjadi sinkronisasi dan sinergi untuk mencapai

sasaran pokok. Variabel dan indikator kinerja upaya percepatan pencapaian target

MDG’s meliputi :

Hal I- 12

RAD MDGs

7 Tujuan MDGs

Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan

Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua

Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan

Menurunkan Angka Kematian Anak

Meningkatkan Kesehatan Ibu

Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya

Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup

Target dan Indikator capaian

RPJMD RENSTRA SKPD

RKPD RENJA SKPD

RKA

DPAHasil yang telah

dicapai

GAPProgram kegiatan

Baru/program kegiatan percepatan

Program dan Kegiatan

EVALUASI

Tujuan 1Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan

No IndikatorTarget 1A:Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk dengan tingkat pendapatan kurang dari USD 1 (PPP) per hari dalam kurun waktu 1990-20151.1 Tingkat kemiskinan berdasarkan garis kemiskinan nasional1.2 Indeks Kedalaman KemiskinanTarget 1B: Mewujudkan kesempatan kerja penuh dan produktif dan pekerjaan yang layak untuk semua, termasuk perempuan dan kaum muda1.4 Laju PDRB per tenaga kerja1.5 Rasio kesempatan kerja terhadap penduduk usia 15 tahun ke atas 1.7 Proporsi tenaga kerja yang berusaha sendiri dan pekerja bebas keluarga

terhadap total kesempatan kerja 1.8 Prevalensi balita dengan berat badan rendah / kekurangan gizi1.8a Prevalensi balita gizi buruk1.8b Prevalensi balita gizi kurang1.9 Proporsi penduduk dengan asupan kalori di

bawah tingkat konsumsi minimum:  - 1.400 Kkal/kapita/ hari- 2.000 Kkal/kapita/ hari

Tujuan 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua

No IndikatorTarget 2A: Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki maupun perempuan dimanapun dapat menyelesaikan pendidikan dasar

2.1 Pendidikan Dasar2.2 Proporsi murid kelas 1 yang berhasil menamatkan SD/MI/Paket A 2.3 Angka Melek Huruf penduduk usia 15-24 tahun perempuan dan laki-laki

- Laki – laki- Perempuan

Hal I- 13

Tujuan 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan

No Indikator

Target 3A: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005, dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 2015

3.1. Rasio perempuan thdp laki2 di tingkat pendidikan dasar, menengah dan tinggi:

- Rasio APM prp/laki2 di SD

- Rasio APM prp/laki2 di SMP

- Rasio APM prp/laki2 di SMA

- Rasio APM prp/laki2 di Perguruan Tinggi

3.2 Rasio Melek huruf Prp thdp laki2 klp usia 15-24 tahun

3.3 Kontribusi prp dlm pekerjaan upahan di sektor non pertanian

3.4 Proporsi kursi yang diduduki perempuan di DPRD

Tujuan 4. Menurunkan Angka Kematian Anak

No Indikator MDGs

Target 4 A : Mengurangi 2/3 angka kematian balita dalam kurun waktu 1990 dan 20154.1 Angka Kematian Balita (AKBa) /1.000 penduduk 4.2 Angka Kematian Bayi (AKB)/ 1.000 kh 4.3 Persentase anak usia 1 th yg di imunisasi campak

Hal I- 14

Tujuan 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu

No Indikator MDGs

Target 5 A : Menurunkan Angka Kematian Ibu hingga tiga perempat dalam kurun waktu 1990 – 20155.1 Angka kematian ibu (AKI) per 100.000 kelahiran hidup

5.2 Proporsi kelahiran yang ditolong tenaga kesehatan terlatih (PN) Target 5B : Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun 20155.3 Angka pemakaian kontrasepsi/Contraceptive Prevalence Rate (CPR) pada

perempuan menikah usia 15-49 tahun 5.4 Angka kelahiran remaja (perempuan usia 15-19 tahun) 5.5 Cakupan pelayanan antenatal (K4) 5.6 Unmet Need (kebutuhan keluarga berencana/KB) yang tidak terpenuhi

Tujuan 6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya

No Indikator MDGs

Target 6 A : Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru HIV/AIDS pada tahun 2015 yang membutuhkan sampai dengan tahun 20156.1. Prevalensi HIV pada penduduk usia 15-24 tahun6.2. Penggunaan kondom pada hubungan seks terakhir6.3 Proporsi penduduk usia 15-24 tahun yang memiliki pengetahuan

komprehensif tentang HIV dan AIDS Target 6 B : Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV / AIDS bagi semua 6.4 Proporsi penduduk yg terinfeksi HIV lanjut yang memiliki akses pd obat

antiretroviral Target 6 C : Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru Malaria dan penyakit utama lainnya (Tuberculosis) hingga tahun 20156.5 Angka kejadian tuberkulosis (insiden semua kasus/ 100.000 penduduk/

tahun)6.6 Tingkat prevalensi tuberkulosis (per 100.000 penduduk)

Tingkat kematian karena tuberkulosis (per 100.000 penduduk) Proporsi jumlah kasus Tuberkulosis yang terdeteksi dalam program DOTS (CDR)Proporsi kasus Tuberkulosis yang berhasil diobati dalam program DOTS

Hal I- 15

No Indikator MDGs

(success rate)Angka penemuan kasus Malaria per 1.000 penduduk Penyakit LainnyaAngka Kesakita DBD per 100.000 pendudukAngka Kematian DBD (%)

Tujuan 7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup

No Indikator

Target 7A: memadukan prinsip-prinsip pembangunan yang berkesinambungan dengan kebijakan dan program nasional serta mengembalikan sumberdaya lingkungan yang hilang7.1 Ratio luas kawasan tertutup pepohonan

berdasarkan hasil pemotretan citra satelit dan survei foto udara terhadap luas daratan

7.2 Jumlah emisi karbon dioksida (CO2e)7.3 Jumlah konsumsi bahan perusak ozon (BPO) dalam metrik ton7.4 Proporsi tangkapan ikan yang berada

dalam batasan biologis yang amanTarget 7B : menanggulangi kerusakan keanekaragaman hayati dan mencapai penurunan tingkat kerusakan yang siginfikan pada tahun 20107.5 Rasio kawasan lindung untuk menjaga kelestarian keanekaragaman hayati

terhadap total luas kawasan hutan7.6 Ratio luas kawasan lindung perairan

terhadap total luas perairan teritorialTarget 7C : menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi dasar hingga tahun 2015.7.7 Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap air minum

layakPerkotaanPerdesaan

7.8 Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap sanitasi dasar yang layak

Target 7D : Mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 20207.9  Proporsi rumah tangga kumuh perkotaan

Hal I- 16

Indikator dipergunakan sebagai tolok ukur untuk menilai kemajuan,

keseluruhan kinerja dan dampak program percepatan pencapaian target MDG’s.

Indikator merupakan kunci sistem pemantauan dan evaluasi sehingga indikator-

indikator kinerja yang ada harus dapat diverifikasi secara obyektif.

2. Jenis dan sumber Jenis data yang dipergunakan untuk penyusunan Pengumpulan Updating dan

analisa data informasi capaian target MDGs di Kota Surakarta adalah data sekunder

Sumber data berasal dari dokumen, publikasi, data statistik yang terpublikasi maupun yang tidak terpublikasi.

3. Metode Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam kegiatan monitoring dan evaluasi

pencapaian target MDGa di Kota Surakarta sampai dengan tahun 2014 ini adalah

data sekunder. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari berbagai sumber yang

telah terdokumentasikan melalui publikasi data dari SKPD, studi pustaka terhadap

dokumen-dokumen, buku-buku dan bentuk-bentuk lain yang dapat memberikan

informasi yang berkaitan dengan evaluasi, baik yang telah dipublikasikan (published)

maupun yang tidak dipublikasikan (nonpublished). Adapun teknik pengumpulan data

yaitu melalui teknik dokumentasi, yaitu pengumpulan data dengan cara mencatat dan

mengumpulkan data sekunder yang telah dipublikasikan oleh pihak yang berwenang

maupun data yang tidak dipublikasikan secara luas, misalnya laporan bulanan

dinas/instansi/lembaga.

4. Metode Analisis data Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis evaluatif, yaitu analisa

yang sifatnya mengevaluasi suatu kegiatan/ program yang bertujuan untuk mengukur

keberhasilan suatu kegiatan/ program dan menentukan keberhasilan/

kebermanfaatan suatu program dan apakah telah sesuai dengan yang diharapkan.

Evaluasi terhadap pencapaian target MDGs Kota Surakarta tahun 2014

menggunakan format dari Bappenas dalam pedoman teknis Pemantauan Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Aksi Daerah (RAD) MDGs (Revisi 2013).

Hal I- 17

Hal I-18