BAB I - yankes.kemkes.go.idyankes.kemkes.go.id/app/lakip2/downloads/2015/KP/bukr/lakip... · Ruang...
Transcript of BAB I - yankes.kemkes.go.idyankes.kemkes.go.id/app/lakip2/downloads/2015/KP/bukr/lakip... · Ruang...
Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan Tahun 2015 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. PENJELASAN UMUM ORGANISASI
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1144/MENKES/PER/VIII/2010
tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan RI, Direktorat Bina
Upaya Kesehatan Rujukan mempunyai tugas Melaksanakan penyiapan bahan
perumusan kebijakan teknis, penyusunan norma, standar, prosedur, kriteria, bimbingan
teknis, evaluasi dan penyusunan laporan di bidang bina pelayanan kesehatan rujukan.
Dalam melaksanakan tugas tersebut Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan
menyelenggarakan fungsi:
1. Penyiapan perumusan kebijakan teknis di bidang bina pelayanan kesehatan
rujukan di rumah sakit umum publik, bina pelayanan kesehatan rujukan di rumah
sakit umum privat, bina pelayanan kesehatan rujukan di rumah sakit khusus, bina
pelayanan kesehatan rujukan di rumah sakit pendidikan dan bina akreditasi rumah
sakit dan fasilitas kesehatan lain;
2. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang bina
pelayanan kesehatan rujukan di rumah sakit umum publik, bina pelayanan
kesehatan rujukan di rumah sakit umum privat, bina pelayanan kesehatan rujukan
di rumah sakit khusus, bina pelayanan kesehatan rujukan di rumah sakit pendidikan
dan bina akreditasi rumah sakit dan fasilitas kesehatan lain;
3. pemberian bimbingan teknis di bidang bina pelayanan kesehatan rujukan di rumah
sakit umum publik, bina pelayanan kesehatan rujukan di rumah sakit umum privat,
bina pelayanan kesehatan rujukan di rumah sakit khusus, bina pelayanan
kesehatan rujukan di rumah sakit pendidikan dan bina akreditasi rumah sakit dan
fasilitas kesehatan lain;
4. evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan teknis di bidang bina
pelayanan kesehatan rujukan di rumah sakit umum publik, bina pelayanan
kesehatan rujukan di rumah sakit umum privat, bina pelayanan kesehatan rujukan
di rumah sakit khusus, bina pelayanan kesehatan rujukan di rumah sakit pendidikan
dan bina akreditasi rumah sakit dan fasilitas kesehatan lain;
5. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat.
Adapun susunan organisasi Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan terdiri dari:
1. Subdirektorat Bina Pelayanan Kesehatan Rujukan Di Rumah Sakit Umum Publik;
2. Subdirektorat Bina Pelayanan Kesehatan Rujukan Di Rumah Sakit Umum Privat;
Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan Tahun 2015 2
3. Subdirektorat Bina Pelayanan Kesehatan Rujukan Di Rumah Sakit Khusus dan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lain;
4. Subdirektorat Bina Pelayanan Kesehatan Rujukan Di Rumah Sakit Pendidikan;
5. Subdirektorat Bina Akreditasi Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Lain;
6. Subbagian Tata Usaha; dan
7. Kelompok Jabatan Fungsional.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang
Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan RI, Struktur Organisasi
Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan adalah sebagai-berikut:
Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan Tahun 2015 3
Gambar 1. Struktur Organisasi Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan Tahun 2015 4
B. ASPEK STARTEGIS ORGANISASI DAN ISU STRATEGIS YANG DIHADAPI
Pertumbuhan Rumah Sakit di Indonesia cukup berkembang. Jumlah total RS pada
Desember 2013 sebanyak 2228 sedangkan jumlah total RS per Desember 2015
sebanyak 2461 RS (Data RS online per 1 Desember 2015). Dari data diatas dapat
disimpulkan adanya pertumbuhan RS dalam dua tahun terakhir sebesar 233 RS atau
sebesar 10.5% jika dibandingkan jumlah RS pada tahun 2013.
Tabel 1. Pertumbuhan RS dalam dua tahun terakhir
REKAP RS 2013 2014 2015
Kategori Kepemilikan RS
Umum
Rs
Khusus Total
RS
Umum
RS
Khusus Total
RS
Umum
RS
Khusus Total
RS
PUBLIK
Pemerintah 749 89 838 771 93 864 801 85 886
Swasta Non
Profit 522 202 724 539 200 739 538 168 706
RS
Privat 447 219 666 545 262 807 592 277 869
TOTAL 1,718 510 2,228 1,855 555 2,410 1,931 530 2,461
Sedangkan untuk jumlah TT di RS sampai saat ini (RS Online 18 Februari 2016)
sebanyak 312.425 yang terdiri TT Kelas VVIP, Kelas VIP, Kelas I, Kelas II, Kelas III,
Ruang Intensive, Ruang IGD, Ruang Isolasi, Ruang Operasi, dan Kamar Bersalin. Jika
dilihat dari komposisinya, jumlah TT Kelas III merupakan komposisi paling besar
sebanyak 121.121 atau 39% dari total TT di RS.
Adapun tantangan strategis yang dihadapi oleh Direktorat Bina Upaya Kesehatan
Rujukan dalam meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan yang tertuang di
dalam Rencana Aksi Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan 2015-2019 adalah
sebagai berikut:
1. Perlunya penguatan pelayanan kesehatan rujukan
2. Perlunya penetapan sistem regionalisasi rujukan di seluruh provinsi
3. Perlunya penetapan dan pembangunan sistem rujukan nasional
4. Tidak meratanya jumlah, jenis dan kompetensi SDM Kesehatan
5. Kapasitas manajemen rumah sakit yang tidak merata, dan belum berbasiskan
sistem manajemen kinerja
6. Belum tersedianya sarana prasarana dan alkes pada RS Rujukan yang sesuai
standar
7. Belum terintegrasinya data dan sistem informasi di pusat, daerah dan rumah sakit.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan Tahun 2015 5
8. Kebijakan pemerintah daerah yang belum tersinkronisasi dengan kebijakan
pemerintah pusat.
Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan mempunyai tugas merumuskan serta
melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang pembinaan upaya
kesehatan. Dalam melaksanakan tugas tersebut Direktorat Bina Upaya Kesehatan
Rujukan menetapkan visi:
Untuk mewujudkan visinya, Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan menjalankan
misi sebagai berikut:
1. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya
kesehatan rujukan yang paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan
2. Menyelenggarakan tata kelola yang baik.
Sasaran strategis menggambarkan rincian dan penjabaran pencapaian Visi Direktorat
Bina Upaya Kesehatan Rujukan Tahun 2019, yang diperoleh dari tantangan
strategis dan analisis SWOT. Sasaran strategis Direktorat Jenderal Bina Upaya
Kesehatan 2015-2019 adalah:
1. Terwujudnya regionalisasi sistem rujukan yang terstruktur dan berjenjang
2. Terwujudnya sistem manajemen kinerja fasyankes rujukan se Indonesia
3. Terwujudnya media sosialisasi pelayanan kesehatan
4. Terwujudnya advokasi kepada Pemda dan K/L terkait
5. Terwujudnya kemitraan berjejaring
6. Terwujudnya Optimalisasi Peran UPT sebagai lembaga pembina
7. Terwujudnya organisasi dan mutu kelembagaan yang BUK yang ekselen
8. Terbangunnya informasi berbasis data dan pengalaman
9. Terwujudnya sistem perencanaan karyawan dan karir yang efektif
Dalam rangka pencapaian visi 2019, Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan
telah menetapkan suatu peta strategi yang menggambarkan hipotesis jalinan sebab
akibat dari 17 sasaran strategis (yang menggambarkan arah dan prioritas
strategis Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan yang diperlukan guna
“AKSES PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN YANG TERJANGKAU DAN
BERKUALITAS BAGI MASYARAKAT”
Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan Tahun 2015 6
memampukannya dalam mencapai target kinerja yang berkelanjutan di masa
yang akan datang). Peta strategi pencapaian visi tersebut disusun dengan
memperhatikan peta strategi pada Renstra Kementerian Kesehatan 2015-2019 dan
Renaksi Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan.
Gambar 2. Peta Strategis Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan
Tahun 2015-2019
Peta strategi disusun untuk mencapai visi Direktorat Bina Upaya Kesehatan 2019
menciptakan Akses pelayanan kesehatan rujukan yang terjangkau dan berkualitas
bagi masyarakat. Visi tersebut dapat dijabarkan dalam bentuk 1 (satu) tujuan
strategis (outcome), yaitu tersedianya fasyankes rujukan berkualitas yang dapat
dijangkau oleh masyarakat.
Tersedianya fasyankes rujukan berkualitas yang dapat dijangkau oleh masyarakat
dapat dicapai dengan memastikan proses-proses strategis berikut dikerjakan secara
excellent yakni: mewujudkan Regionalisasi Sistem Rujukan yang Terstruktur dan
Berjenjang, mewujudkan Sistem Manajemen Kinerja Fasyankes Rujukan se
Indonesia,mewujudkan Media Sosilisasi Pelayanan Kesehatan, melakukan advokasi
Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan Tahun 2015 7
Kepada Pemda dan K/L terkait, mewujudkan Kemitraan Berjenjang, mewujudkan
Peran UPT Sebagai lembaga pembina. Sasaran strategis terkait upaya strategis yang
harus dilakukan secara excellent dalam meningkatkan mutu kelembagaan organisasi
BUKR adalah:
1. Terwujudnya Organisasi dan Mutu Kelembagaan BUKR yang Excellent,
2. Terbangunnya Informasi Berbasis Data dan Pengalaman (Knowledge
management),
3. Terwujudnya Sistem Perencanaan Karyawan dan Karir yang Efektif.
Agar sasaran-sasaran strategis terkait perspektif upaya strategis dapat dicapai secara
berkelanjutan, maka sasaran strategis terkait dengan perspektif sumber daya harus
diwujudkan:
1. Sumber daya manusia yang kompeten dan berbudaya kinerja,
2. Dukungan regulasi pelayanan kesehatan rujukan,
3. Sarana prasarana alat obat dan perbekalan yang memadai,
4. Dana pada bidang pelayanan kesehatan rujukan.
C. SISTEMATIKA
Sistematika penulisan laporan akuntabilitas kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Bina
Upaya Kesehatan terdiri dari:
Bab I Pendahuluan
A. Penjelasan Umum Organisasi
B. Aspek Strategis Organisasi dan Isu Strategis yang Dihadapi Organisasi
C. Sistematika
Bab II Perencanaan Kinerja
A. Perencanaan Kinerja
B. Perjanjian Kinerja
Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan Tahun 2015 8
Bab III Akuntabilitas Kinerja
A. Capaian Kinerja Organisasi
B. Realisasi Anggaran
C. Sumber Daya Lainnya
Bab IV Penutup
Lampiran
Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan Tahun 2015 9
BAB II
PERENCANAAN KINERJA
A. PERENCANAAN KINERJA
Berdasarkan dokumen Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2015 – 2019 yang
telah ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
HK.02.02/MENKES/52/2015, sasaran kegiatan Pembinaan Upaya Kesehatan rujukan
adalah tersedianya fasyankes rujukan berkualitas yang dapat dijangkau oleh
masyarakat.
Sasaran strategis dan sasaran program/kegiatan yang ingin dicapai selama kurun
waktu 5 tahun sebagaimana ditetapkan dalam Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan Tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Sasaran Program Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan
Tahun 2015-2019
No Sasaran Program Indikator Target
2015 2016 2017 2018 2019
1
Tersedianya
Fasyankes rujukan
berkualitas yang
dapat dijangkau
oleh masyarakat
Jumlah RS Rujukan
Regional yang
memenuhi sarana
parasarana dan alat
(SPA) sesuai standar
125 125 125 125 125
Persentase
kabupaten/kota dengan
kesiapan akses layanan
rujukan
60% 70% 80% 90% 95%
Jumlah RS Rujukan
Nasional yang
ditingkatkan sarana
prasarananya
14 14 14 14 14
Jumlah dokumen tentang
kebutuhan kapal RS di
daerah kepulauan
1 1 0 0 0
Jumlah RS Daerah yang
memenuhi standar dan
dengan kriteria khusus
94 96 97 97 97
Jumlah RS pratama yang
dibangun (kumulatif)
24 34 44 54 64
Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan Tahun 2015 10
B. PERJANJIAN KINERJA
Perjanjian kinerja yang diwujudkan dalam penetapan kinerja merupakan dokumen
pernyataan kinerja atau kesepakatan kinerja atau perjanjian kinerja antara atasan dan
bawahan untuk mewujudkan target kinerja tertentu berdasarkan pada sumber daya
yang dimiliki. Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan menyusun perjanjian kinerja
tahun 2015 mengacu pada Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2015-
2019. Target kinerja ini menjadi komitmen bagi Direktorat Bina Upaya Kesehatan
Rujukan untuk mencapainya dalam tahun 2015.
Perjanjian Kinerja Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan tahun 2015 dapat dilihat
pada tabel 2 dibawah ini:
Tabel 3. Perjanjian Kinerja yang Berisi Sasaran Program, Indikator Kinerja dan
Target Tahun 2015 Ditjen Bina Upaya Kesehatan
Sasaran
Program
Indikator kinerja Target 2015
Tersedianya
Fasyankes
rujukan
berkualitas yang
dapat dijangkau
oleh masyarakat
1 Jumlah RS Rujukan Regional yang
memenuhi sarana parasarana dan alat
(SPA) sesuai standar
125
2 Persentase kabupaten/kota dengan
kesiapan akses layanan rujukan
60%
3 Jumlah RS Rujukan Nasional yang
ditingkatkan sarana prasarananya
14
4 Jumlah dokumen tentang kebutuhan
kapal RS di daerah kepulauan
1
5 Jumlah RS Daerah yang memenuhi
standar dan dengan kriteria khusus
94
6 Jumlah RS pratama yang dibangun
(kumulatif)
24
Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan Tahun 2015 11
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI
Untuk mengetahui capaian kinerja organisasi dilakukan pengukuran kinerja
dengan membandingkan tingkat kinerja yang dicapai dengan standar, rencana, atau
target dengan menggunakan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Pengukuran
kinerja diperlukan untuk mengetahui sampai sejauh mana realisasi atau capaian kinerja
yang berhasil dilakukan oleh Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan dalam kurun
waktu Januari sampai dengan Desember 2015.
Tahun 2015 merupakan tahun pertama pelaksanaan dari Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan Tahun 2015–2019. Pengukuran kinerja yang dilakukan adalah
dengan membandingkan realisasi capaian dengan rencana tingkat capaian (target)
pada setiap indikator sehingga diperoleh gambaran tingkat keberhasilan pencapaian
masing-masing indikator. Informasi Capaian dari masing-masing indikator berdasarkan
pengukuran kinerja tersebut ditindaklanjuti dalam perencanaan program/kegiatan di
masa yang akan datang agar setiap program/ kegiatan yang direncanakan dapat
dicapai secara optimal, selain itu informasi mengenai masing-masing indikator juga
dimaksudkan untuk mengetahui kinerja Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan
pada tahun 2015, antara lain untuk memberikan gambaran kepada pihak-pihak
internal dan eksternal tentang pelaksanaan misi organisasi dalam rangka mewujudkan
tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam dokumen Indikator Kinerja Utama
(IKU) dan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK).
Indikator Kinerja Kegiatan yang ditetapkan sebagai indikator yang akan dicapai
dalam Penetapan Kinerja (TAPJA) Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan
merupakan indikator kinerja terukur dalam kurun waktu 1 (satu) tahun.
Berdasarkan hasil pengukuran kinerja diketahui capaian kinerja tahun 2015 per
indikator sesuai dengan TAPJA Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan adalah
sebagai berikut:
Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan Tahun 2015 12
Jumlah RS Rujukan Regional yang memenuhi sarana prasarana dan alat (SPA)
sesuai standar
Tabel 4. Capaian Indikator Kinerja Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan
Tahun 2015
SASARAN
STRATEGIS INDIKATOR KINERJA
TARGET
2015
CAPAIAN
2015
Tersedianya
Fasyankes
rujukan
berkualitas yang
dapat dijangkau
oleh masyarakat
1 Jumlah RS Rujukan Regional yang
memenuhi sarana parasarana dan alat
(SPA) sesuai standar
125 120
2 Persentase kabupaten/kota dengan
kesiapan akses layanan rujukan
60% 54%
3 Jumlah RS Rujukan Nasional yang
ditingkatkan sarana prasarananya
14 14
4 Jumlah dokumen tentang kebutuhan kapal
RS di daerah kepulauan
1 1
5 Jumlah RS Daerah yang memenuhi standar
dan dengan kriteria khusus
94 94
6 Jumlah RS pratama yang dibangun
(kumulatif)
24 22
Uraian dari capaian masing-masing indikator kinerja Renstra Direktorat Bina Upaya
Kesehatan Rujukan Tahun 2015 adalah sebagai berikut:
1.
a. Sasaran Strategis
Tersedianya Fasyankes Rujukan berkualitas yang dapat dijangkau oleh
masyarakat.
b. Definisi Operasional
Definisi operasional dari Indikator ini adalah jumlah RS Rujukan Provinsi dan
RS Rujukan Regional yang mendapat bantuan pemenuhan sarana prasarana
dan alat Rumah Sakit. Jumlah Rujukan Regional sebanyak 110 RS dan 20 RS
Rujukan Provinsi yang telah direncanakan untuk mendapatkan alokasi
anggaran dalam upaya peningkatan sarana prasarana dan alat melalui dana
Tugas Pembantuan.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan Tahun 2015 13
c. Cara Perhitungan
Jumlah RS Rujukan Provinsi dan RS Rujukan Regional yang mendapatkan
alokasi anggaran melalui dana APBN Tugas Pembantuan tahun 2015.
d. Pencapaian Kinerja
Target pencapaian indikator adalah sebanyak 125 RS Rujukan Regional yang
memenuhi sarana prasarana dan alat (SPA) sesuai standar, namun pencapaian
indikator pada tahun 2015 adalah 120 RS Rujukan Regional atau 96% dari
target yang ditetapkan, sehingga indikator ini belum mencapai target.
Target indikator ini dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2019 adalah 125 rs
rujukan regional yang memenuhi sarana prasarana dan alat sesuai standar.
Sehingga diharapkan dalam jangka waktu 5 tahun, 125 rs rujukan regional tetap
terpenuhi sarana prasarana dan alat sesuai standar guna peningkatan
pelayanan kesehatannya.
e. Permasalahan
Terdapat beberapa kendala yang dihadapi dalam upaya pemenuhan capaian
indikator tersebut, antara lain adalah sebagai berikut:
1) Adanya keterlambatan proses realisasi pemenuhan sarana prasarana
dikarenakan DIPA satker penerima APBN TP ditetapkan akhir Juni 2015
2) 5 satker RSUD Rujukan Regional di DKI Jakarta tidak
mengambil/menggunakan dana APBN TP dikarenakan telah terpenuhi
melalui dana APBD
3) 2 satker RSUD Pirngadi Medan dan RS Al Ihsan Bandung tidak dapat
disahkan DIPA karena tidak melengkapi dokumen review anggaran
4) 2 satker RSUD Manokwari dan TC Hillers tidak mengambil/menggunakan
dana APBN TP
f. Usul Pemecahan Masalah
Terdapat beberapa upaya yang telah dilakukan guna mengatasi kendala dalam
pencapaian indikator, antara lain adalah sebagai berikut:
1) Melakukan kajian terhadap satker yang tidak mengambil dana TP
2) Melakukan Monitoring dan Evaluasi dana TP
3) Melakukan perencanaan bagi RS Rujukan Regional melalui dana DAK 2016
terutama satker yang belum mendapat TP 2015.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan Tahun 2015 14
Persentase kabupaten/kota dengan kesiapan akses layanan rujukan
g. Realisasi Anggaran
Alokasi Anggaran untuk melaksanakan indikator ini berasal dari APBN-TP
sebesar Rp1.847.777.005.000- dengan realisasi sampai dengan TW III
sebesar Rp1,440,782,916,944,- Atau 78 %.
2.
a. Sasaran Strategis
Tersedianya Fasyankes Rujukan berkualitas yang dapat dijangkau oleh
masyarakat.
b. Definisi Operasional
Definisi operasional dari indikator Persentase Kab/Kota dengan kesiapan
akses layanan rujukan adalah Persentase Kab/Kota yang memiliki:
Rasio TT di RS dibanding penduduk 1:1000
RS memiliki jumlah TT perawatan intensif 5% dari total TT RS
c. Cara Perhitungan
Formula perhitungan indikator ini adalah jumlah Kab/Kota dengan kesiapan
akses layanan rujukan dibagi total kab/kota pada tahun tersebut dikali 100 %.
d. Pencapaian Kinerja
Target pencapaian indikator ini adalah 60% Kabupaten/Kota dengan kesiapan
akses rujukan dari total jumlah Kab/Kota sebanyak 497. Pencapaian indikator
ini pada tahun 2015 ada sebanyak 267 Kab/Kota dengan kesiapan akses
layanan rujukan. Jika dibandingkan dengan keseluruhan jumlah Kab/Kota 497,
maka pencapaian indikator ini sebanyak 54 %, sehingga indikator ini belum
mencapai target.
Jika dibandingkan dengan target sampai tahun 2019 sebanyak 95% Kab/Kota
dengan kesiapan akses layanan rujukan, maka masih terdapat 205 Kab/Kota
yang harus dilakukan pembinaan agar memiliki kesiapan akses layanan
rujukan pada akhir tahun 2019. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Grafik
berikut ini:
Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan Tahun 2015 15
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
2015 2016 2017 2018 2019
54% 60%
70%
80%
90% 95%
Gambar 3. Grafik Realisasi dan Target Persentase Kab/Kota dengan Kesiapan
Akses Layanan Rujukan Tahun 2015 - 2019
Realisasi
Target
Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan Tahun 2015 16
Tabel 5. Data Kab/Kota dengan Kesiapan Akses Layanan Rujukan
1 Fakfak 41 Minahasa Tenggara 81 Kota Pare-pare
2 Kaimana 42 Bolaang Mongondow Selatan 82 Kota Palopo
3 Teluk Wondama 43 Kota Manado 83 Banggai Kepulauan
4 Teluk Bintuni 44 Kota Bitung 84 Banggai
5 Sorong Selatan 45 Kota Tomohon 85 Morowali
6 Sorong 46 Kota Kotamobagu 86 Poso
7 Raja Ampat 47 Kepulauan Mentawai 87 Buol
8 Tambrauw 48 Sijunjung 88 Parigi Moutong
9 Kota Sorong 49 Tanah Datar 89 Tojo Una-Una
10 Majene 50 Padang Pariaman 90 Kota Palu
11 Mamasa 51 Pasaman 91 Pelalawan
12 Mamuju 52 Kota Padang 92 Rokan Hulu
13 Nias 53 Kota Solok 93 Bengkalis
14 Tapanuli Selatan 54 Kota Sawah Lunto 94 Kota Pekanbaru
15 Tapanuli Utara 55 Kota Padang Panjang 95 Kota Dumai
16 Labuhan Batu 56 Kota Bukittinggi 96 Merauke
17 Asahan 57 Kota Payakumbuh 97 Jayawijaya
18 Karo 58 Kota Pariaman 98 Jayapura
19 Deli Serdang 59 WAKATOBI 99 Biak Numfor
20 Pakpak Bharat 60 BUTON UTARA 100 Mimika
21 Serdang Bedagai 61 KONAWE UTARA 101 Boven Digoel
22 Kota Sibolga 62 Kolaka Timur 102 Asmat
23 Kota Pematang Siantar 63 KONAWE KEPULAUAN 103 Pegunungan Bintang
24 Kota Tebing Tinggi 64 Kota KENDARI 104 Sarmi
25 Kota Medan 65 Kepulauan Selayar 105 Keerom
26 Kota Binjai 66 Bulukumba 106 Waropen
27 Kota Padang Sidempuan 67 Bantaeng 107 Supiori
28 Kota Gunungsitoli 68 Jeneponto 108 Mamberamo Raya
29 Ogan Komering Ulu 69 Takalar 109 Kota Jayapura
30 Kota Palembang 70 Sinjai 110 Sumba Barat
31 Kota Prabumulih 71 Bone 111 Sumba Timur
32 Kota Pagar Alam 72 Maros 112 Kupang
33 Kota Lubuk Linggau 73 Pangkajene Kepulauan 113 Timor Tengah Utara
34 Bolaang Mongondow 74 Sidenreng Rappang 114 Belu
35 Minahasa 75 Pinrang 115 Alor
36 Kepulauan Sangihe 76 Enrekang 116 Lembata
37 Kepulauan Talaud 77 Luwu 117 Flores Timur
38 Minahasa Selatan 78 Tana Toraja 118 Sikka
39 Bolaang Mongondow Utara 79 Luwu Timur 119 Ende
40 Kepulauan Siau Tagulandang Biaro 80 Kota Makassar 120 Ngada
No Kab/ Kota No Kab/ Kota No Kab/ Kota
Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan Tahun 2015 17
121 Manggarai 161 Lampung Barat 201 Kota Kediri 241 Kota Yogyakarta
122 Sumba Tengah 162 Kota Bandar Lampung 202 Kota Blitar 242 BENGKULU SELATAN
123 Kota Kupang 163 Kota Metro 203 Kota Malang 243 BENGKULU UTARA
124 Dompu 164 Bangka 204 Kota Probolinggo 244 MUKO-MUKO
125 Bima 165 Belitung 205 Kota Pasuruan 245 KOTA BENGKULU
126 Sumbawa Barat 166 Bangka Barat 206 Kota Mojokerto 246 KOTA CILEGON
127 Kota Mataram 167 Belitung Timur 207 Kota Madiun 247 KOTA TANGGERANG SELATAN
128 Kota Bima 168 Kota Pangkal Pinang 208 Kota Surabaya 248 Kota Tangerang
129 Simeulue 169 Paser 209 Kota Batu 249 JEMBRANA
130 Aceh Selatan 170 Kutai Barat 210 Banyumas 250 TABANAN
131 Aceh Tenggara 171 Kutai Timur 211 Purworejo 251 KLUNGKUNG
132 Aceh Tengah 172 Berau 212 Klaten 252 BANGLI
133 Aceh Barat 173 Malinau 213 Sragen 253 BULELENG
134 Aceh Besar 174 Nunukan 214 Kudus 254 KOTA DENPASAR
135 Pidie 175 Penajam Paser Utara 215 Kota Magelang 255 Kepulauan Seribu
136 Bireuen 176 Kota Balikpapan 216 Kota Surakarta 256 Jakarta Selatan
137 Aceh Barat Daya 177 Kota Samarinda 217 Kota Salatiga 257 Jakarta Timur
138 Gayo Lues 178 Kota Tarakan 218 Kota Semarang 258 Kota Jakarta Pusat
139 Aceh Tamiang 179 Kota Bontang 219 Kota Pekalongan 259 Jakarta Barat
140 Nagan Raya 180 Kotawaringin Barat 220 Kota Tegal 260 Jakarta Utara
141 Aceh Jaya 181 Barito Selatan 221 Purwakarta 261 Banjar
142 Bener Meriah 182 Barito Utara 222 Karawang 262 Barito Kuala
143 Kota Banda Aceh 183 Lamandau 223 Bekasi 263 Hulu Sungai Selatan
144 Kota Sabang 184 Katingan 224 Kota Bogor 264 Hulu Sungai Utara
145 Kota Langsa 185 Murung Raya 225 Kota Sukabumi 265 Balangan
146 Kota Lhokseumawe 186 Kota Palangka Raya 226 Kota Bandung 266 Kota Banjarmasin
147 Kota Subulussalam 187 Bengkayang 227 Kota Cirebon 267 Kota Banjar baru
148 Halmahera Barat 188 Ketapang 228 Kota Bekasi
149 Halmahera Tengah 189 Melawi 229 Kota Cimahi
150 Kepulauan Sula 190 Kota Pontianak 230 Batang Hari
151 Halmahera Utara 191 Kota Singkawang 231 Bungo
152 Halmahera Timur 192 Ponorogo 232 Kota Jambi
153 Kota Ternate 193 Trenggalek 233 Boalemo
154 Maluku Tenggara Barat 194 Tulungagung 234 Gorontalo
155 Maluku Tengah 195 Malang 235 Pohuwato
156 Kepulauan Aru 196 Situbondo 236 Gorontalo Utara
157 Seram Bagian Timur 197 Sidoarjo 237 Kota Gorontalo
158 Maluku Barat Daya 198 Mojokerto 238 Kulon Progo
159 Kota Ambon 199 Jombang 239 Bantul
160 Kota Tual 200 Gresik 240 Sleman
No Kab/ Kota Kab/ Kota No Kab/ Kota No Kab/ Kota No
Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan Tahun 2015 18
Jumlah RS Rujukan Nasional yang ditingkatkan sarana prasarananya
e. Permasalahan
Jika dibandingkan dengan target sebanyak 60%, seharusnya ada 298
Kab/Kota dengan kesiapan akses layanan rujukan. Namun saat ini
pencapaiannya baru 54%, dikarenakan terdapat beberapa kendala sebagai
berikut:
1) Realisasi dana DAK dan TP masih sedikit yang mengambil bangunan dan
TT kelas III dikarenakan alokasi digunakan untuk pengembangan pelayanan
unggulan di masing-masing RS.
2) Kurangnya pengawasan terhadap realisasi penggunaan anggaran.
f. Usul Pemecahan masalah
Guna mengatasi kendala, maka perlu dibentuk Tim terpadu antara tim Kemkes,
Bappenas dan Kemenkeu saat musrembang daerah dan nasional guna
melakukan pengawasan terhadap realisasi penggunaan anggaran.
g. Realisasi Anggaran
Alokasi Anggaran untuk melaksanakan indikator ini berasal dari dana DAK
2015 sebesar Rp350.272.060.277,- dengan realisasi sampai dengan TW III
sebesar Rp74.436.748.211 atau 21%.
3.
a. Sasaran Strategis
Tersedianya Fasyankes Rujukan berkualitas yang dapat dijangkau oleh
masyarakat.
b. Definisi Operasional
Definisi Operasional dari indikator Jumlah RS Rujukan Nasional yang
ditingkatkan sarana prasarananya adalah jumlah RS Rujukan Nasional yang
mendapat bantuan pemenuhan sarana prasarana dan alat Rumah Sakit.
c. Cara Perhitungan
Jumlah RS Rujukan Nasional yang mendapatkan alokasi dana yang
bersumber dari Tugas Pembantuan (TP) dan belanja rutin UPT Vertikal.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan Tahun 2015 19
d. Pencapaian Kinerja
Target pencapaian indikator ini di tahun 2015 adalah sebanyak 14 Rumah
Sakit Rujukan Nasional. Jika dibandingkan dengan target sebanyak 14 RS,
pencapaian indikator ini sudah sesuai dengan target yang ditetapkan. Terdapat
14 RS Rujukan Nasional yang ditingkatkan sarana prasarananya atau 100%
dari target yang ditetapkan. Sehingga indikator ini mencapai target.
Dalam upaya meningkatkan sarana prasarana di RS Rujukan Nasional, alokasi
dana ada yang bersumber dari Tugas Pembantuan (TP) dan belanja rutin UPT
Vertikal.
RS Rujukan Nasional yang merupakan RS dengan kepemilikan Pemerintah
Daerah mendapatkan alokasi anggaran penguatan sarana prasarana dan alat
melalui dana Tugas Pembantuan (TP), sebanyak 4 RS. Sedangkan 10 RS
Rujukan nasional yang merupakan UPT vertikal Kementerian Kesehatan
mendapatkan alokasi dana melalui belanja rutin UPT vertikal. Diharapkan
dengan pengalokasian anggaran dapat memenuhi standar sarana, prasarana
dan peralatan RS secara bertahap.
Indikator ini memiliki target yang sama selama 5 tahun sampai dengan tahun
2019, artinya setiap tahunnya ditargetkan ada 14 RS Rujukan Nasional yang
ditingkatkan sarana prasarananya. Sehingga dalam jangka waktu 5 tahun, 14
RS Rujukan Nasional dapat ditingkatkan sarana prasarananya guna
peningkatan pelayanan kesehatannya.
e. Permasalahan
Walaupun target pada indikator ini sudah terpenuhi, namun masih terdapat
kendala dalam pencapaiannya. Kendala tersebut yaitu adanya keterlambatan
proses realisasi pemenuhan sarana prasarana dikarenakan DIPA satker
penerima APBN TP ditetapkan akhir Juni 2015. Hal tersebut menyebabkan
jangka waktu penyerapan dana guna peningkatan sarana dan prasarana RS
menjadi lebih singkat.
f. Usul Pemecahan Masalah
Salah satu upaya yang dilakukan guna melaksanakan indikator ini adalah
dengan melakukan monitoring dan evaluasi dana TP.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan Tahun 2015 20
Jumlah Dokumen Tentang Kebutuhan Kapal RS di Daerah Kepulauan
g. Realisasi Anggaran
Alokasi Anggaran dari belanja rutin UPT Vertikal sebesar
Rp7,279,850,787,000,- dengan realisasi sebesar Rp5.657.098.296.519,- atau
77,7%. Sedangkan alokasi dari dana TP sebesar Rp83.200.000.000,- dengan
realisasi sebesar Rp49.512.271.611,- atau 59,5% . Sehingga total alokasi
anggaran untuk indikator ini sebesar Rp7.363.050.787.000,- dengan realisasi
Rp5.706.610.568.130,- atau sekitar 78%.
4.
a. Sasaran Strategis
Tersedianya Fasyankes Rujukan berkualitas yang dapat dijangkau oleh
masyarakat.
b. Definisi Operasional
Definisi operasional dari indikator jumlah dokumen tentang kebutuhan kapal
RS di daerah kepulauan yaitu adanya data kebutuhan kapal Rumah Sakit di
Kabupaten kepulauan.
c. Cara Perhitungan
Jumlah dokumen yang terkait dengan pedoman penyelenggaraan rumah sakit
bergerak di perairan.
d. Pencapaian Kinerja
Target indikator jumlah dokumen tentang kebutuhan kapal RS di Daerah
Kepulauan adalah 1 dokumen, dan telah diselesaikan Draft Pedoman
Penyelenggaraan Rumah Sakit Bergerak di Perairan tahun 2015.
Indikator ini memiliki target pada tahun 2015 dan 2016, masing-masing 1
dokumen tentang kebutuhan kapal rs di daerah kepulauan. Sehingga, ditahun
2016 terdapat 1 dokumen lagi yang harus dicapai mengenai pedoman
penyelenggaraan rumah sakit kapal.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan Tahun 2015 21
Jumlah RS Daerah yang Memenuhi Standar dan Dengan Kriteria Khusus
e. Permasalahan
Hambatan yang dihadapi dalam rangka pencapaian indikator ini yaitu
kurangnya dukungan Kementerian Perhubungan pada saat koordinasi dalam
penyusunan pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Kapal.
f. Usul Pemecahan Masalah
Dengan meningkatkan koordinasi antara Kementerian Kesehatan dan
Kementerian Perhubungan terkait penyusunan Pedoman Penyelenggaraan
Rumah Sakit Kapal.
g. Realisasi Anggaran
Alokasi anggaran yang terkait dengan indikator ini sebesar Rp234,928,000,-
dengan realisasi sebesar Rp32,834,950,- atau sebesar 14%.
5.
a. Sasaran Strategis
Tersedianya Fasyankes Rujukan berkualitas yang dapat dijangkau oleh
masyarakat.
b. Definisi Operasional
Definisi operasional pada indikator Jumlah RS Daerah yang memenuhi
Standar dan Dengan Kriteria Khusus adalah Jumlah RS milik Pemerintah
Daerah (Umum dan Khusus) yang tidak termasuk RS Rujukan (RS Rujukan
Nasional, Provinsi dan Regional) yang mendapat bantuan pemenuhan
infrastruktur agar RS memenuhi standar akreditasi melalui program khusus.
c. Cara Perhitungan
Jumlah rs daerah diluar RS Rujukan Nasional, Provinsi, Regional di 69
Kab/Kota MDGs dan 122 DTPK yang mendapatkan Dana Alokasi Khusus
(DAK) untuk pemenuhan standar pelayanannya.
d. Pencapaian Kinerja
RS dengan kriteria khusus adalah RS daerah diluar RS Rujukan Nasional,
Provinisi, Regional di 69 Kab/Kota MDGs dan 122 DTPK. Dari target 94 RS,
Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan Tahun 2015 22
Jumlah RS Pratama yang Dibangun (Kumulatif)
pada tahun 2015 sudah tercapai 94 RS yang terpenuhi standard pelayanan
melalui Dana Alokasi Khusus (DAK), atau 100% sehinggat target indikator ini
tercapai.
Indikator ini memiliki target yang berbeda setiap tahunnya dalam jangka waktu
5 tahun. Sampai tahun 2019 ditargetkan 481 jumlah rumah sakit daerah yang
memenuhi standard dan dengan kriteria khusus. Jika dibandingkan dengan
pencapaian tahun 2015, maka masih terdapat 387 rs daerah yang harus
dipenuhi standard dan dengan kriteria khusus.
e. Permasalahan
Masih terdapat 47 satker belum melaporkan realisasi penggunaan anggaran
DAK dikarenakan proses pelaporan untuk TW IV dilakukan paling lambat satu
bulan setelah tahun anggaran berjalan.
f. Usul Pemecahan Masalah
Melakukan pemantauan terhadap penggunaan dana DAK bersama dengan
Biro Perencanaan.
g. Realisasi Anggaran
Alokasi anggaran sebesar Rp279.857.890.147,- dengan alokasi sementara
sebesar Rp44.682.526.177,- atau sekitar 16% karena masih ada 47 satuan
kerja yang belum melaporkan realisasinya.
6.
a. Sasaran Strategis
Tersedianya Fasyankes Rujukan berkualitas yang dapat dijangkau oleh
masyarakat.
b. Definisi Operasional
Definisi operasional dari Jumlah RS Pratama yang dibangun adalah
tersedianya RS Pratama yang dibangun pada tahun berjalan. Target yang
ditetapkan pada RPJMN adalah sebanyak 24 Rumah Sakit.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan Tahun 2015 23
c. Cara Perhitungan
Jumlah RS Pratama yang telah selesai dibangun pada tahun berjalan.
d. Pencapaian Kinerja
Pada tahun 2015, lokus pembangunan RS Pratama di 26 lokasi, dimana 14
lokasi dilaksanakan Kementerian Kesehatan (Kantor Pusat) dan 12 lokasi
dilaksanakan oleh daerah melalui dana APBN Tugas Pembantuan.
Pencapaian indikator jumlah RS Pratama yang dibangun (kumulatif) adalah
sebanyak 22 RS dari 24 RS yang ditargetkan di RPJMN atau 92%.
Target sampai dengan tahun 2019, terdapat 64 rumah sakit pratama yang
dibangun. Jika dibandingkan antara pencapaian tahun 2015, maka masih
terdapat 42 rs pratama lagi yang harus dibangun.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Grafik berikut ini:
Daftar nama RS Pratama yang dibangun beserta status pembangunannya
dapat dilihat pada Tabel Daftar RS Pada Proses Pembangunan RS Pratama
Tahun 2015, baik itu yang bersumber melalui dana Kantor Pusat Kementerian
Kesehatan dan melalui APBN-TP.
0
10
20
30
40
50
60
70
2015 2016 2017 2018 2019
22 24
34
44
54
64
Gambar 4. Grafik Target dan Realisasi Jumlah RS Pratama yang Dibangun (Kumulatif)
Tahun 2015 - 2019
Realisasi
Target
Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan Tahun 2015 24
Tabel 6. Daftar RS Proses Pembangunan RS Pratama Tahun 2015
NO NAMA RS KABUPATEN PROVINSI KETERANGAN
Proses Pembangunan RS Pratama Pengadaan Tugas Pembantuan Tahun 2015
1 RS Pratama Intan Jaya Intan Jaya Papua Selesai
2 RS Pratama Banggai Banggai Sulawesi
Tengah
Selesai
3 RS Pratama Parigi
Moutong
Parigi
Moutong
Sulawesi
Tengah
Selesai
4 RS Pratama Banggai
Kepulauan
Banggai
Kepulauan
Sulawesi
Tengah
Selesai
5 RS Pratama Toraja
Utara
Toraja Utara Sulawesi
Selatan
Selesai
6 RS Pratama Hulu
Sungai Selatan
Hulu Sungai
Selatan
Kalimantan
Selatan
Selesai
7 RS Pratama
Kotawaringin Timur
Kotawaringin
Timur
Kalimantan
Tengah
Selesai
8 RS Pratama Buleleng Buleleng Bali Selesai
9 RS Pratama Nduga Nduga Papua Dalam proses
penyelesaian
10 RS Pratama Morowali Morowali Sulawesi
Tengah
Dalam proses
penyelesaian
11 RS Pratama Klungkung Klungkung Bali DIPA sudah
diterbitkan, namun
Dinkes Klungkung
tidak bersedia
melakukan
pembangunan karena
kekhawatiran
pembangunan tidak
dapat selesai.
12 RS Pratama Ogan
Komering Ilir
Ogan
Komering Ilir
Sumatera
Selatan
DIPA tidak bisa
disahkan, karena
Dinkes Ogan
Komering Ilir tidak
bisa melengkapi data
dukung saat review
Itjen.
Proses Pembangunan RS Pratama Pengadaan di Kementerian Kesehatan 2015
1 RS Pratama Warmare Manokwari Papua Barat Selesai
2 RS Pratama Alor Alor Nusa Tenggara
Timur
Selesai
3 RS Pratama Manggarai
Barat
Manggarai
Barat
Nusa Tenggara
Timur
Selesai
Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan Tahun 2015 25
4 RS Pratama Lombok
Barat
Lombok Barat Nusa Tenggara
Barat
Selesai
5 RS Pratama Tojo Una-
Una
Tojo Una-Una Sulawesi
Tengah
Selesai
6 RS Pratama Donggala Donggala Selesai
7 RS Pratama Mesuji Mesuji Lampung Selesai
8 RS Pratama Pesisir
Selatan
Pesisir
Selatan
Sumatera Barat Selesai
9 RS Pratama Aceh Barat Aceh Barat Aceh Selesai
10 RS Pratama Sarmi Sarmi Papua Sampai dengan 31
Desember 2015,
proses pengerjaan
belum selesai dan
dilanjutkan ke T.A
2016 selama 50 hari
kalender berdasarkan
Permenkeu No
194/2014
11 RS Pratama Merauke Merauke Papua
12 RS Pratama Ngonggi Sumba Timur Nusa Tenggara
Timur
13 RS Pratama Sumba
Barat Daya
Sumba Barat
Daya
Nusa Tenggara
Timur
Pekerjaan dibatalkan
karena adanya
permintaan Bupati
Sumba Barat Daya
agar pembangunan di
pindah ke lokasi yang
baru
14 RS Pratama Mahakam
Ulu
Mahakam Ulu Kalimantan
Timur
Dilakukan
wanprestasi dan
pemutusan kontrak
pertanggal 19
November 2015
karena penyedia
ingkar / cidera janji,
dan tidak dapat
memperbaiki serta
melaksanakan
pekerjaan sesuai
dengan yang telah
ditetapkan pada saat
Show Case Meeting
(SCM) II.
e. Permasalahan
Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan indikator jumlah rs pratama yang
dibangun (kumulatif) antara lain:
Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan Tahun 2015 26
1) Pembangunan RS Pratama/Bergerak dengan APBN kantor pusat di 14
lokasi dengan kendala yang dihadapi:
2 lokasi (Sumba Barat daya dan Mahakan Hulu) tidak dapat
dilaksanakan karena:
- Permintaan Bupati Sumba barat Daya agar pembangunan di pindah
ke lokasi yang baru, sementara kegiatan pembangunan RS Pratama
merupakan lanjutan pembangunan RS Pratama Tahun 2012.
- Pada lokasi Mahakam Ulu terjadi wanprestasi dan Pemutusan
Kontrak pertanggal 19 November 2015 karena Penyedia
ingkar/cidera janji, dan tidak dapat memperbaiki serta melaksanakan
pekerjaan tidak sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam kontrak.
3 lokasi (Nggogi, Merauke, Sarmi) belum selesai pengerjaannya
dikarenakan :
- Kurangnya komitmen kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan
sesuai dengan yang telah di sepakati dalam kontrak seperti
keterlambatan mulainya pekerjaan ,pengiriman material dan jumlah
tenaga yang kurang,
- Kondisi geografis sulit dijangkau transportasi dan sebagian besar
material didatangkan dari luar Pulau khususnya
- Adanya blokir lahan oleh warga setempat terkait ganti rugi lahan
yang belum selesai, kurang lebih 2 minggu, sehingga pekerjaaan
terhenti
2) Pembangunan RS Pratama/Bergerak bersumber APBN TP 10 lokasi, 2
lokasi (Morowali dan Nduga) masih dalam proses penyelesaian.
f. Usul Pemecahan Masalah
Beberapa usulan pemecahan masalah yang dilakukan dalam menangani
kendala pencapaian indikator jumlah rs pratama yang dibangun (kumulatif)
adalah sebagai berikut:
1) Penerapan Permenkeu No 194/2014 dan Perdirjen Perbendaharaan No
24/2015 untuk penyelesaian pekerjaan tiga lokasi RS Bergerak/Pratama
(Sarmi, Merauke, dan Sumbawa Timur) dilanjutkan dengan penambahan 50
hari kerja di TA 2016 agar pembangunan RS Pratama dapat diselesaikan.
2) Pengenaan denda keterlambatan pada kontraktor yang tidak tepat waktu.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan Tahun 2015 27
g. Realisasi Anggaran
Alokasi anggaran sebesar Rp527.662.768.000,- dengan realisasi
Rp391.269.281.978,- atau 74%.
B. REALISASI ANGGGARAN
1) Pencapaian Realisasi Anggaran Direktorat Bina Upaya Kesehatan
Rujukan
Pencapaian realisasi anggaran Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan
tahun 2015 adalah sebesar 39.89% dari total alokasi anggaran
Rp340.236.728.000,- dan realisasi sebesar Rp135.722.802.911,- sehingga sisa
alokasi anggaran sebesar Rp204.513.925.089,- Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel 18 dibawah ini:
Tabel 7. Realisasi Anggaran untuk Pencapaian Indikator Tahun 2015
Sumber Dana ALOKASI REALISASI ANGGARAN
ANGKA %
Kantor Pusat 340,236,728,000 135,722,802,911 40
Dekon 10,019,237,000 8,172,361,905 82
TP 2,412,173,316,000 1,896,630,969,171 79
UPT Vertikal Rujukan
Nasional
7,279,850,787,000 5,657,098,296,519 78
DAK 630,129,950,424 119,119,274,388 21
TOTAL 10,674,274,218,424 7,816,743,704,894 73
2) Alokasi Dan Realisasi Anggaran Per Subdit Buk Rujukan
Realisasi anggaran di Sub Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan tahun
2015 dengan rata-rata realisasi sebesar 57% dari alokasi anggaran tupoksi,
dapat dilihat pada tabel 19 dibawah ini:
Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan Tahun 2015 28
Tabel 8. Realisasi Anggaran Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan
Tahun 2015
3) Alokasi Anggaran per Indikator Kegiatan
Tabel 9. Alokasi dan Realisasi Anggaran Dit. BUKR Yang Mendukung
Langsung Pencapaian Indikator Kinerja Tahun 2015
N
o Indikator Alokasi Realisasi %
1 Jumlah RS Rujukan
Regional yang memenuhi
sarana parasarana dan alat
(SPA) sesuai standar
1,847,777,005,000 1,440,782,916,944 78
2 Persentase kabupaten/kota
dengan kesiapan akses
layanan rujukan
350,272,060,277 74,436,748,211 21
NO URAIAN PAGU REALISASI SISA PAGU %
1 SUBDIT RS
PENDIDIKAN
3,556,146,000 2,458,105,062 1,098,040,938 69.12
2 SUBDIT RS PRIVAT 5,748,035,000 1,486,787,851 4,261,247,149 25.87
3 SUBDIT RS KHUSUS 2,539,630,000 1,357,917,703 1,181,712,297 53.47
4 SUBDIT RS PUBLIK 2,632,055,000 1,110,403,848 1,521,651,152 42.19
5 SUBDIT BINA
AKREDITASI RS DAN
FASYANKES
LAINNYA
3,628,300,000 2,259,009,183 1,369,290,817 62.26
6 SUB BAGIAN TATA
USAHA
5,016,841,000 4,366,861,408 649,979,592 87.04
7 BELANJA MODAL
DAN OUTPUT
CADANGAN
317,115,721,000 122,683,717,856 194,432,003,144 38,69
TOTAL 340,236,728,000 135,722,802,911 204,513,925,089 39,89
Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan Tahun 2015 29
3 Jumlah RS Rujukan
Nasional yang ditingkatkan
sarana prasarananya
7,363,050,787,000
5,706,610,568,130
78
4 Jumlah dokumen tentang
kebutuhan kapal RS di
daerah kepulauan
234,928,000 32,834,950 14
5 Jumlah RS Daerah yang
memenuhi standar dan
dengan kriteria khusus
279,857,890,147 44,682,526,177 16
6 Jumlah RS pratama yang
dibangun (kumulatif)
527,662,768,000 391,269,281,978 74
TOTAL 10,368,855,438,424 7,657,814,876,390 74
4) Masalah dalam Realisasi Anggaran
Masalah dan hambatan dari realisasi anggaran Direktorat Bina Upaya
Kesehatan Rujukan adalah sebagian berikut :
a. Hambatan internal
1. Adanya revisi efisiensi dan refocusing anggaran
2. Terdapat dana APBN TP yg tidak terdistribusi ke satker daerah sebesar
Rp129.182.202.000 karena satker menolak, dan atau satker Daerah tidak
mengikuti proses penelaahan/review dan atau satker tidak dapat
melengkapi data dukung revisi
3. Perpanjangan waktu penyelesaian pekerjaan Pembangunan RS
Bergerak 50 hari melewati akhir tahun sebesar Rp13.894.284.000
4. Ditundanya pengiriman dan uji fungsi Alkes RS Bergerak dan RS
Pratama sebesar Rp12.294.918.000,- karena pembangunan RS belum
selesai
5. Pembatalan pembangunan RS Bergerak Tambulaka Kab. Sumba Barat
Daya sebesar Rp7.726.949.000,-
6. Pemutusan kontrak Pembangunan RS Bergerak Kab. Mahakan Ulu
sebesar Rp9.523.302.000,- karena cedera janji
7. Tertundanya pembayaran prestasi pekerjaan bangunan RS Pratama
tahun 2012 menunggu incraht dari pengadilan sebesar
Rp15.339.290.000,-
Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan Tahun 2015 30
b. Hambatan eksternal
1. Satker di DKI Jakarta tidak bersedia/menolak anggaran TP karena
kebutuhan yang sudah tercukupi dari APBD
2. Satker penerima TP tidak dapat melengkapi data dukung
3. Lokasi geografis pembangunan RS Pratama/Bergerak yang sulit, dan
sebagian besar material didatangkan dari luar Pulau
4. Adanya pemblokiran lahan pembangunan RS Pratama/RS Bergerak oleh
warga setempat terkait ganti rugi lahan yang belum selesai terutama di
Papua
5. Kurang komitmennya kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan RS
bergerak/Pratama yang kurang seperti keterlambatan memulai
pekerjaan, mobilisasi tenaga dan material yang terlambat dan jumlah
tenaga kerja yang kurang
6. Permintaan Bupati Kab. Sumba Barat Daya untuk memindahkan
pembangunan RS Bergerak ke lokasi yang baru
7. Penyedia konstruksi RS Bergerak di Kab. Mahakam Hulu cidera janji dan
tidak dapat melaksanakan pekerjaan sesuai kontrak sehingga dilakukan
wanprestasi dan putus kontrak pada 19 November 2015
C. SUMBER DAYA LAINNYA
1. Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia di Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan terdiri dari :
Direktur Bina Upaya Kesehatan Rujukan : 1 orang
Sub Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Rujukan di
Rumah Sakit Pendidikan
: 11 orang
Sub Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Rujukan di
Rumah Sakit Umum Publik
: 14 orang
Sub Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Rujukan di
Rumah Sakit Khusus dan Fasyankes Lain
: 11 orang
Sub Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Rujukan di
RSU Privat
: 13 orang
Sub Direktorat Bina Akreditasi RS dan Fasyankes Lain : 11 orang
Sub Bagian TU : 30 orang
Tabel 10. Jumlah Pegawai Berdasarkan Status Kepegawaian
Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan Tahun 2015 31
Pada Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan Tahun 2015
No Status Kepegawaian Jumlah
1 Pegawai Negeri Sipil 85
2 Honorer / Pramubakti 6
Total 91
Tabel 11. Jumlah PNS Berdasarkan jenis Kelamin
Pada Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan Tahun 2015
No Jenis Kelamin Jumlah
1 Perempuan 50
2 Laki-laki 35
Total 85
Tabel 12. Jumlah PNS Berdasarkan Jenis Pendidikan
Pada Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan Tahun 2015
No Jenis Pendidikan Jumlah
1 S3 1
2 S2 44
3 Spesialis 2
3 S1 21
4 D3 5
5 Akademi 1
6 SMA 11
Total 85
Tabel 13. Tabel Jumlah PNS Berdasarkan Golongan
Pada Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan Tahun 2015
No Golongan Jumlah
1 Gol II 1
2 Gol III 69
3 Gol IV 15
Total 85
Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan Tahun 2015 32
2. Barang Milik Negara
a. Laporan Perkembangan BMN
Pengelolaan Barang Milik Negara Ditjen Bina Upaya Kesehatan selama
periode 1 Januari s/d 31 Desember 2015, dapat dilaporkan dalam bentuk
Intrakomtable, Ekstrakomtable, Gabungan Intrakomtable dan Ekstrakomtable
dan Konstruksi dalam pengerjaaan.
Adapun laporan perkembangan masing-masing Barang Milik Negara adalah
sebagai berikut :
1) BMN INTRAKOMTABLE
Posisi Awal ( 1 Januari 2015 ) : Rp. 629.674.990.034,-
Penambahan : Rp. 13.610.000.474,-
Pengurangan : Rp. 206.106.051.016,-
Posisi Akhir ( 31 Desember 2015 ) : Rp. 437.178.939.492,-
2) BMN EKSTRAKOMTABEL
Posisi Awal ( 1 Januari 2015 ) : Rp. 222.605.436,-
Penambahan : Rp. 1.992.250,-
Pengurangan : RP. 3.984.500,-
Posisi Akhir ( 31 Desember 2015) : Rp. 220.613.186,-
3) BMN GABUNGAN INTRA & EKSTRA
Posisi Awal ( 1 Januari 2015) : Rp. 629.897.595.470,-
Penambahan : Rp. 13.611.992.724,-
Pengurangan : Rp. 206.110.035.516,-
Posisi Akhir ( 31 Desember 2015) : Rp. 437.399.552.678,-
4) KONTRUKSI DALAM PENGERJAAN
Posisi Awal ( 1 Januari 2015 ) : Rp. 1.538.679.144,-
Penambahan : Rp. 110.293.099.610,-
Pengurangan : Rp. 0
Posisi Akhir ( 31 Desember 2015) : Rp. 111.831.778.754,-
Berdasarkan hasil laporan Posisi Barang Milik Negara Direktorat Bina Upaya
Kesehatan Rujukan berdasarkan Neraca sampai dengan 31 Desember 2015
tercatat bruto sebesar Rp. 549.141.538.246,- dengan angka penyusutan
sebesar Rp. 355.219.588.407,-, sehingga tercatat netto sebesar Rp
193.921.949.839,-. (Sumber : SIMAKBMN UAPPBE1 Dit BUKR).
Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan Tahun 2015 33
b. Inventaris Kantor Dit BUKR
Tabel 14. Kondisi Sarana dan Prasarana
No Jenis barang Kondisi
Jumlah Baik Rusak
1 Mobil dinas 3 3
2 Sepeda Motor 1 1
3 Laptop 18 11 29
3 LCD Proyektor 7 7
4 Meja Direktur 1 1
5 Meja Kasubdit 5 5
6 Meja Kasie 10 10
7 Meja Staf 82 82
8 Kursi putar 100 100
11 Meja Rapat 6 6
12 Kursi Rapat 55 55
13 Kursi Tamu 5 5
14 Filling Cabinet 46 10 56
15 Lemari Besi 25 17 42
16 Brankas 1 1 2
17 Komputer 71 71
18 Printer 85 85
19 Mesin Tik Elektrik 7 7
20 Scanner 8 8
21 MesinFotocopy 1 1
22 AC 18 18
23 White Board Elektrik 1 1
24 Kulkas 1 pintu 1 1
25 Kulkas kecil 1 1
Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan Tahun 2015 34
BAB IV
PENUTUP
Laporan Akuntabilitas Kinerja ini merupakan media untuk menyampaikan
pertanggungjawaban kinerja yang dilaksanakan Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan
kepada Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan, dan seluruh pemangku kepentingan baik
yang terkait langsung maupun tidak langsung selama periode 1 Januari sampai dengan 31
Desember 2015.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan
telah dapat mencapai target dan merealisasikan program dan kegiatan tahun 2015,
khususnya yang ditetapkan dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun
2015-2019.
Pencapaian kinerja kegiatan-kegiatan yang mendukung program tidak selalu dapat
tergambarkan dalam keberhasilan atau hambatan pencapaian indikator per sasaran
program, karena masih dipengaruhi oleh pencapaian kinerja kegiatan dan program dari
sektor lain, meskipun demikian, diharapkan seluruh capaian indikator Direktorat Bina
Upaya Kesehatan Tahun 2015 dapat memberikan kontribusi dalam pencapaian Program
Upaya Kesehatan pada Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Jenderal Bina Upaya
Kesehatan sesuai dengan Rencana Strategis dan dokumen perencanaan lainnya.
Laporan akuntabilitas kinerja Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan juga
diharapkan dapat digunakan sebagai alat informasi kinerja untuk peningkatan kinerja
dimasa yang akan datang.