BAB I (punya genie)

43
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Mata manusia mempunyai lensa yang translusen didalam. Lensa ini memfokuskan cahaya sinar yang masuk ke mata lalu meneruskan ke retina seperti cahaya matahari yang difokuskan pada sebuah kaca. Retina mengkonversikan cahaya menjadi pesan saraf yang mana nanti akan ditransmisikan ke otak melalui saraf optikus. Bila lensa optikal ini berkabut , ini yang disebut dengan katarak. Sinar masuk yang difokuskan ke retina tidak lagi difokuskan dengan tajam, dan penglihatan pasien akan menjadi kabur. Katarak dapat mempunyai gejala, seperti silau pada cahaya terang (sulit mengendarai kendaraan pada malam hari), sulit menentukan warna dengan tepat, atau distorsi dari bayangan visual. 1 Katarak merupakan salah satu penyebab kebutaan utama di seluruh dunia. Di Indonesia, prevalensi kebutaan mencapai 1,47 % dari jumlah penduduk. Setengah dari angka tersebut adalah penderita buta katarak yang beum dioperasi. Menurut survey kesehatan indera penglihatan dan pendengaran tahun 1993-1996, prevalensi kebutaan oleh karena katarak adalah 1,02%. 2,3 Penyebab katarak yang paling sering adalah proses degenerasi yang terkait dengan usia (age-related cataract) atau disebut katarak senilis. Terdapat 3 tipe utama katarak senilis 1

Transcript of BAB I (punya genie)

Page 1: BAB I (punya genie)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Mata manusia mempunyai lensa yang translusen didalam. Lensa ini memfokuskan

cahaya sinar yang masuk ke mata lalu meneruskan ke retina seperti cahaya matahari yang

difokuskan pada sebuah kaca. Retina mengkonversikan cahaya menjadi pesan saraf yang

mana nanti akan ditransmisikan ke otak melalui saraf optikus. Bila lensa optikal ini berkabut ,

ini yang disebut dengan katarak. Sinar masuk yang difokuskan ke retina tidak lagi

difokuskan dengan tajam, dan penglihatan pasien akan menjadi kabur. Katarak dapat

mempunyai gejala, seperti silau pada cahaya terang (sulit mengendarai kendaraan pada

malam hari), sulit menentukan warna dengan tepat, atau distorsi dari bayangan visual.1

Katarak merupakan salah satu penyebab kebutaan utama di seluruh dunia. Di

Indonesia, prevalensi kebutaan mencapai 1,47 % dari jumlah penduduk. Setengah dari angka

tersebut adalah penderita buta katarak yang beum dioperasi. Menurut survey kesehatan indera

penglihatan dan pendengaran tahun 1993-1996, prevalensi kebutaan oleh karena katarak

adalah 1,02%.2,3

Penyebab katarak yang paling sering adalah proses degenerasi yang terkait dengan

usia (age-related cataract) atau disebut katarak senilis. Terdapat 3 tipe utama katarak senilis

berdasarkan letak kekeruhannya yaitu nuklear, kortikalm dan subkapsularis posterior. Pada

beberapa pasien dapat dijumpai kombinasi dari ketiganya. Pada katarak tipe kortikal terjadi

proses hidrasi yang menyebabkan lensa membengkak sehingga mendorong diafragma iris ke

depan dan sudut bilik depan mata secara progresif menjadi lebih dangkal.4,5

Lensa katarak memiliki ciri berupa edema lensa, perubahan protein, dan kerusakan

kontinuitas normal serat-serat lensa. Secara umum, edema lensa bervariasi sesuai stadium

perkembangan katarak. Katarak imatur (insipien) hanya sedikit opak, katarak matur yang

keruh total (tahap menengah lanjut) mengalami edema. Apabila kandungan air maksimal dan

kapsul lensa teregang, katarak disebut mengalami intumesensi (membengkak). Pada katarak

1

Page 2: BAB I (punya genie)

hipermatur (sangat lanjut), air telah keluar dari lensa dan meniggalkan lensa yang sangat

keruh, relatif mengalami dehidrasi, dengan kapsul berkeriput. 14

Sampai saat ini satu-satunya penanganan untuk pasien katarak adalah pmebedahan.6

Tindakan pembedahan terhadap katarak dapat berupa Ekstraksi Katarak Intra Kapsular

(EKIK) dan Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular (EKEK). Tindakan EKIK saat ini sudah

ditinggalkan kecuali pada kondisi-kondisi tertentu. Tindakan EKEK meliputi EKEK dengan

insisi lebar dan fakoemulsifikasi. EKEK dengan insisi lebar, yaitu EKEK dengan lebar insisi

korneosklera 8-12 mm, sedangkan fakoemulsifikasi merupakan tindakan EKEK dengan insisi

kecil dan menggunakan energi ultrasonik sehingga nukleus lensa teremulsifikasi kemudian

diaspirasi dari mata. Tindakan EKEK dengan insisi lebar disertai pemasangan lensa tanam

amsih banyak dilakukan hingga saat ini. 4,7

Komplikasi katarak dapat terjadi sebelum operasi, selama operasi maupun setelah

operasi. Komplikasi sebelum operasi dapat berupa; glaukoma sekunder, uveitis dan

subluksasi lensa. Komplikasi selama operasi dapat terjadi; hifema, ridodialisis, prolaps

korvus vitreus, perdarahan eksplusif. Komplikasi pasca operasi adalah : udema kornea,

kekeruhan kapsul posterior, residual lens material, prolaps iris, astigmatisme, hifema,

glukoma sekunder, endoftalmitis,ablasi retina, edema macula kistoid, retinal light toxicity.8,9

1.2. Tujuan Penulisan

Penulisan referat ini bertujuan untuk mengetahui diagnosis dan penatalaksanaan

komplikasi katarak senilis.

1.3. Batasan Masalah

Referat ini membahas secara ringkas tentang diagnosis dan penatalaksanaan

komplikasi katarak senilis.

1.4. Metode Penulisan

Referat ini disusun berdasarkan tinjauan kepustakaan yang merujuk kepada beberapa

literatur.

2

Page 3: BAB I (punya genie)

Gambar 1.konsep mata normal dan mata dengan katarak

Gambar 2. Tipe-tipe Katarak1

3

Page 4: BAB I (punya genie)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 ANATOMI LENSA

Lensa adalah suatu struktur bikonvek, avaskular, tak berwarna dan hampir transparan

sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Dibelakang iris, lensa digantung

oleh zonula, yang menghubungkan dengan korpus siliaris. Disebelah anterior lensa terdapat

humor aqueous; di sebelah posteriornya, vitreus. Kapsul lensa adalah suatu membran yang

semipermiabel yang akan memperbolehkan air dan elektrolit masuk.¹

Di sebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus lensa lebih keras

daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat lamellar subepitel terus

diproduksi, sehingga lensa lama-kelamaan menjadi lebih besar dan kurang elastik. Nukleus

dan korteks terbentuk dari lamella ini ujung ke ujung berbentuk Y bila dilihat dengan

slitlamp. Bentuk Y ini tegak dianterior dan terbalik diposterior. Masing-masing serat lamellar

mengandung sebuah inti gepeng. Pada pemeriksaan mikroskop, inti ini jelas dibagian perifer

lensa di dekat ekuator dan bersambung dengan lapisan epitel subkapsul. ¹

Lensa ditahan ditempatnya oleh ligamentum yang dikenal sebagai zonula (zonula

zinii) yang tersusun dari banyak fibril dari permukaan korpus siliaris dan menyisip ke dalam

ekuator lensa. Lensa terdiri dari 65% air, 35% protein, dan sedikit sekali mineral yang biasa

ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada di

kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi

maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah atau pun saraf di lensa.¹

Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk

memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi, menegangkan serat

zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukurannya yang terkecil, daya

refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya paralel atau terfokus ke retina. Untuk

memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula

berkurang. Kapsul lensa yang elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis

diiringi oleh peningkatan daya biasnya. Kerjasama fisiologik tersebut antara korpus siliaris,

zonula, dan lensa untuk memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi.

Seiring dengan pertambahan usia, kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan berkurang.¹

4

Page 5: BAB I (punya genie)

II.2 Definisi Katarak

Katarak berasal dari bahasa Yunani “ katarrhakies”, Inggris “cataract” dan Latin “

cataracta” yang brarti airterjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular, dimana penglihatan

seperti tertutup air terjun. Kelainan pada lensa berupa kekeruhan lensa disebut katarak, dapat

terjadi pada embrio di dalam kandungan yang sudah terlihat sejak lahir yang disebut katarak

kongenital karena secara biologik serat lensa masih dalam perkembangan nya. Sedangkan

pada usia lanjut (diatas 50 tahun) dimana katarak terjadi akibat proses penuaan atau

degenerative disebut katarak senilis.10,11 Kekeruhan lensa dapat juga terjadi akibat penyakit

lain yang disebut katarak komplikata atau akibat ruda paksa yang disebut trauma .3

II.3 Epidemiologi

Katarak senilis terjadi akibat proses degenerasi penuaan, jumlahnya hingga 90% dari

seluruh kasus katarak. Katarak senilis masih menjadi penyebab kebutaan utama diseluruh

dunia. Setidaknya ada 5-10 juta kebutaan akibat katarak setiap tahunnya .11

Penelitian-penelitian di Amerika Serikat mengidentifikasi adanya katarak pada sekitar

10% orang Amerika Serikat, dan prevalensi ini meningkat sampai sekitar 50% untuk mereka

yang berusia antara 65-74 dan sampai sekitar 70% untuk mereka yang berusia lebih dari 75

tahun. Sebagian besar kasus bersifat bilateral, walaupun kecepatannya pada masing-masing

mata jarang sama .15

Sperduto dan Hiller menyatakan bahwa katarak ditemukan lebih sering pada wanita

disbanding pria. Pada penelitian lain oleh Nishikori dan Yamamoto, rasio pria dan wanita

adalah 1: 8 dengan dominasi pasien wanita yang berusia lebih dari 65 tahun yang menjalani

operasi karatak .11

Di Negara berkembang katarak merupakan 50-70% dari penyebab kebutaan, selain

kasusnya banyak dan munculnya lebih awal. Di Indonesia tahun 1991 didapatkan prevalensi

kebutaan 1,2% dengan kebutaan katarak sebesar o,67% dan tahun 1996 anka kebutaan

meningkat 1,47%. Dengan bertambahnya usia harapan hidup dan populasi usia lanjut,

diperkirakan katarak meningkat dua kali lipat 12.

II.4 Etiologi

Penyebab katarak senilis belum diketahui dengan pasti, namun diduga penyebabnya : 11

5

Page 6: BAB I (punya genie)

1. Proses pada nukleus

Seiring dengan berjalannya waktu, pertumbuhan serat-serat lensa yang bermula

dari nuclear arch termampatkan di tengah-tengah lensa sehingga terbentuklah

nucleus (bagian tengah lensa yang lebih padat). Hal tersebut terjadi karena lensa

diliputi oleh kapsul yang tidak dapat membuang serat-serat tersebut dan lensa

selalu mempertahankan bentuk bikonveksnya, kemudian nucleus juga mengalami

dehidrasi, penimbunan ion Ca dan terjadi penimbunan pigmen

2. Proses pada korteks

Terjadinya perubahan struktur pada lensa, menimbulkan timbulnya celah-celah

diantara serat-serat lensa yang berisi air dan penimbunan Ca. Hal ini

menyebabkan lensa menjadi tebal, lebih cembung dan membengkak.

Perubahan lensa pada usia lanjut : 14

1. Kapsul

Menebal dank rang elastic (1/4 dibanding anak)

Mulai presbiopia

Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur

Terlihat bahan granular

2. Epitel

Sel epitel (germinatif) pada equator bertambah besar dan berat

Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata

3. Serat lensa

Lebih irregular

Pada korteks jelas kerusakan serat sel

6

Page 7: BAB I (punya genie)

Brown sclerotic nucleus, sinar ultraviolet lama-kelamaan merubah protein

nukleus (histidin, triptofan, metionin, sistein, tirosin) lensa, sedang warna

coklat protein lensa nukleus mengandung histidin dan triptopan disbanding

normal.

Korteks tidak berwarna karena:

Kadar asam askorbat tinggi menghalangi fotooksidasi

Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda

Beberapa penelitian mengatakan, bahwa katarak senilis dipercepat oleh beberapa faktor

antara lain : 12

Penyakit diabetes melitus, hipertensi dengan sistole naik 20 mmHg

Paparan sinar ultraviolet B dengan panjang gelombang antara 280-315 µm lebih

dari 12 jam.

Health sector priorities review mendapatkan bahwa katarak juga dipengaruhi

oleh lamanya terpapar sinar matahari. The Nepal eye survey menyatakan bahwa

banyaknya paparan sinar matahari pada masing-masing individu selain

dipengaruhi oleh lamaya terpapar matahari (lebih dari 12 jam), juga dipengaruhi

oleh faktor ketinggian dan keadaan yang dapat menutup matahari misalnya awan,

selain itu juga bergantung pada pekerjaan serta perlindungan diri dengan

memakai topi, kacamata. Taylor dkk mengatakan bahwa pemaparan sinar

matahari yang dapat menimbulkan katarak terutama adalah sinar ultraviolet. Jenis

pekerjaan yang banyak berhubungan dengan sinar ultraviolet seperti petani,

pekerja lapangan, orang yang senang berjemur pada siang hari serta operator

sinar radiasi.

Indeks massa tubuh lebih dari 27

Tingginya indeks massa tubuh dapat menyebabkan naiknya konsentrasi serum

asam urat dan berisiko menderita penyakit gout dan salah satu obat gout

(allopurinol) terbukti menyebabkan katarak. Indeks massa tubuh tinggi

cenderung menaikkan tekanan darah, dan juga diduga berpengaruh terjadinya

7

Page 8: BAB I (punya genie)

katarak. Glynn dkk dengan penelitian kohort didapatkan laki-laki sehat dengan

indeks massa tubuh yang tinggi mempunyai kecenderungan menderita katarak,

namun demikian mekanismenya tidak dijelaskan dengan pasti

Asap rokok lebih dari 10 batang/hari baik perokok aktif atau pasif

Menurut Sheila merokok perokok aktif ataupun pasif lebih dari 10 batang setiap

hari dapat menimbulkan kekeruhan lensa

Penelitian yang dilakukan Leske juga mendapatkan bahwa, kadar asam urat serum juga

berperan dalam menimbulkan katarak berbagai jenis. Asam urat merupakan hasil

metabolisme purin dan hampir dapat ditemukan dalam seluruh jaringan, terutama yang tidak

ada atau sedikit aliran darahnya. Asam urat mudah terionisasi sehingga membentuk garam

monosodium urat, disodium urat dan postasium urat dan apabila kemampuan larut garam di

dalm cairan terlampaui mudah membentuk kristal monosodium urat monohidrat yang sangat

tajam. Bentuk kristal dapat ditemukan pada kornea, lensa, sclera, tarsus dan tendi muskulus

ekstraokuler.

II.5 Faktor risiko 16

1. Keturunan

Keturunan memainkan peranan utama terjadinya katarak senilis, onset usia dan maturitas

katarak.

2. Radiasi ultra violet

Dalam kebanyakan penelitian epidemiologi, paparan sinar UV dari matahari menyebabkan

onset awal dan maturitas katarak senilis.

3. Diet

Kekurangan beberapa protein, asam amino, vitamin (riboflavin, vitamin E, vitamin C) turut

mengakibatkan katarak senilis

4. Dehidrasi

Dehidrasi berat seperti diare dan kolera pada usia tua turut menjadi factor penyebab.

5. Merokok

8

Page 9: BAB I (punya genie)

Merokok telah dilaporkan memberikan dampak pada usia onset katarak senilis. Merokok

meyebabkan penumpukan pigmen iaitu kromofores dan 3-hidroksinurinin yang

mengakibatkan kekuningan. Sianat dalam rokok menyebabkan karbamilasi dan denaturasi

protein.

II.6 Patofisiologi 16

Meksanisme kehilangan transparansi secara umum berbeda pada katarak senilis

nuclear dan kortikal.

1. Katarak senilis kortikal

Perobahan biokimia yang terlibat ialah penurunan total protein, asam animo dan kalium

bersama peningkatan kepekatan natrium dan hidrasi lensa diikuti koagulasi protein.

2. Katarak senilis nuclear

Pada katarak ini, perubahan degeneratif berkait erat dengan sklerosis nuclear bersama

dehidrasi dan pemadatan nucleus yang menghasilkan katarak yang keras. Terdapat

peningkatan protein tidak larut air, namun total protein dan distribusi kation tetap normal.

Deposit pigmen urokrom atau melanin dari asam amino di lensa mungkin terjadi pada

beberapa kasus.

9

Peningkatan usia (senilis)

Penurunan fungsi mekanismetransport aktif lensa penurunan reaksi okidatif

Perobahan ratio Na / K penurunan asam amino

Hidrasi serabut lensa penurunan sintesis protein dalam serabut lensa

Denaturasi protein lensa

Opaksitas serabut lensa kortikal

Page 10: BAB I (punya genie)

Tahap maturitas

1. Maturitas pada katarak senilis tipe kortikal

Pertama, tahap pemisahan lamellar. Pada saat awal terjadi perobahan pada demarkasi

serabut kortikal karena perpisahan yang diakibatkan oleh cairan. Fenomena ini bias

didemonstrasi melalui pemeriksaan slit lamp saja dan perobahan ini revesible.

Kedua, tahap permulaan katarak. Pada tahap ini, opaksitas bias kelihatan dan area

yang jernih diantarnya.

Tahap imatur katarak senilis (IKS) terbentuk dengan opaksitas yang berlanjutan.

Corak kunifom atau kupulifom bias diidentifikasi sehingga tahap lanjut IKS apabila opaksitas

menjadi lebih difus dan irregular. Lensa kelihatan abu-abu keputihan, namun korteks tetap

jernih dan bayangan iris tetap kelihatan.

Pada beberapa kasus, lensa bias membengkak karena hidrasi yang berterusan. Kondisi

ini dikenali dengan inumenscent cataract. Kondisi ini tetap kelihatan pada tahap maturitas

yang berikutnya.

Gambar 3. Katarak senilis tipe kortikal

10

Page 11: BAB I (punya genie)

Pada tahap katarak senilis matur (KSM), opaksitas menjadi komplit iaitu, melibatkan

keseluruhan korteks. Lensa berwarna putih mutiara dan katarak ini turut dikenali dengan

karatak masak.

Gambar 4. Katarak senilis matur

Pada katarak senilis hipermatur (KSH), pembentukannya bisa dibagi dua iaitu:

I) Katarak hipermatur Morgagnian

Pada beberapa kasus, setelah maturitas seluruh korteks mencair lensa menjadi tas

berisi cairan berbentuk susu. Nucleus yang berwarna coklat berada di dasar dan berobah

posisi dengan gerakan kepala. Adakalanya deposit kalsium bisa kelihatan pada kapsul lensa.

Gambar 5. Katarak hipermatur morgagnian

11

Page 12: BAB I (punya genie)

Gambar 6. Katarak hipermatur morgagnian, terliahat nukles berada di

bawah.

II) Katarak hipermatur tipe sklerotik

Setelah tahap maturitas, lensa bisa mengecut karena kebocoran. Kapsul anterior

menjadi kedut dan menebal karena proliferasi sel anterior. Kamar anterior menjadi lebih

dalam dan iris menjadi iridodonesis akibat pengecilan lensa.

2. Maturitas katarak senilis nuclear

Di dalam lensa terjadi proses sklerotik lensa yang menurunkan kemampuan untuk

mengakomodasi dan menghalangi sinar cahaya. Perubahan ini berawal dari sentral

dan perlahan-lahan menyebar ke perifer sampai mengahampiri kapsul ketika

menjadi matur. Namun , kejernihan lapisan yang sangat tipis pada korteks

mungkin tidak terpengaruh.

Nukleus tersebut bisa menjadi difus keabu-abuan atau berwarna (kuning sampai

hitam) karena pengendapan pigmen. Seringkali , yang biasa terlihat adalah

nukleus katarak yang berpigmen kuning baik, coklat (cataracta brunescens) atau

hitam (cataracta nigra) dan jarang sekali kemerahan (cataracta rubra).

(cataracta brunescens) (cataracta nigra) (cataracta rubra)

12

Page 13: BAB I (punya genie)

Gambar 7. Katarak senilis nuclear

II.7 Klasifikasi katarak ²

Secara Umum katarak di klasifikasikan menjadi :

Katarak developmental/ katarak kongenital

Kekeruhan pada lensa yang timbul pada saat lensa dibentuk

arteri hialoidea yang persisten

katarak polaris anterior

katarak polaris posterior

katarak aksilaris

katarak zonularis

katarak stelata

katarak totalis

katarak kongenital membranasea

I. Katarak degeneratif

Katarak primer

- Menurut umur

katarak yuvenilis (umur kurang dari 20 tahun)

katarak presenilis (umur sampai 50 tahun)

katarak senilis (umur lebih dari 50 tahun)

- Menurut stadium ³

stadium insipien

13

Page 14: BAB I (punya genie)

Pada stadium ini akan terlihat kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji

menuju korteks anterior dan posterior ( katarak kortikal ). Vakuol mulai terlihat di

dalam korteks. Celah terbentuk antara serat lensa dan korteks berisi jaringan

degenerative (benda morgagni). Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh

karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-

kadang menetap untuk waktu yang lama.

stadium imatur

Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau

belum mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih

pada lensa. Pada stadium ini terjadi hidrasi kortek yang mengakibatkan lensa menjadi

bertambah cembung. Pencembungan lensa akan memberikan perubahan indeks

refraksi dimana mata akan menjadi mioptik. Kecembungan ini akan mengakibatkan

pendorongan iris kedepan sehingga bilik mata depan akan lebih sempit

stadium matur

Kekeruhan telah mengenai seluruh lensa (lensa berwarna sangat putih), ini terjadi

akibat deposit kalsium (Ca). Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi

pengeluaran air bersama-sama hasil desintegrasi melalui kapsul sehingga lensa

kembali pada ukuran yang normal. Iris tidak terdorong ke depan dan bilik mata depan

akan mempunyai kedalaman normal kembali. Bila dilakukan uji bayangan iris akan

terlihat negatif.

stadium hipermatur (katarak morgagni)

Katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras atau lembek

dan mencair. Masa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa

menjadi mengecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata

dalam dan lipatan kapsul lensa. Kadang pengerutan berjalan terus sehingga hubungan

dengan zonula zinii menjadi kendor. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai

dengan kapsul yang tebal maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat

keluar, maka korteks akan memperlihatkan bentu sekantong susu disertai dengan

nukleus yang terbenam didalam korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini disebut

katarak Morgagni.

14

Page 15: BAB I (punya genie)

Tabel 1. Perbedaan stadium katarak senilis

Katarak komplikata

Terjadi sekunder atau sebagai penyulit dari penyakit lain. Penyebabnya :

Penyakit mata (menyebabkan katarak monokuler) seperti : uveitis,

glaukoma, miopia maligna, ablasio retina yang sudah lama

Penyakit sistemik (menyebabkan katarak bilateral) yang tersering

menyebabkan katarak yuvenil adalah galaktosemia dimana

metabolisme galaktosa terganggu. Kadar yang meninggi di darah dan

urin, 70% menimbulkan katarak

Diabetes melitus³

Katarak pada pasien diabetes mellitus dapat terjadi dalam 3 bentuk:

Pasien dengan dehidrasi berat, asidosis dan hiperglikemia nyata, pada lensa akan

terlihat kekeruhan berupa garis akibat kapsul lensa berkerut. Bila dehidrasi

lama akan terjadi kekeruhan lensa, kekeruhan akan hilang bila tejadi

rehidrasi dan kadar gula normal kembali.

Pasien diabetes juvenile dan tua tidak terkontrol, dimana terjadi katarak

serentak pada kedua mata dalam 48 jam, bentuk dapat snow flake atau

bentuk piring subkapsular.

15

Page 16: BAB I (punya genie)

Katarak pada pasien diabetes dewasa dimana gambaran secara histopatologi dan

biokimia sama dengan katarak pasien nondiabetik.

Beberapa pendapat menyatakan bahwa pada keadaan hiperglikemia terdapat

penimbunan sorbitol dan fruktosa di dalam lensa. Pada mata terlihat

peningkatkan insidens maturasi katarak yang lebih pada pasien diabetes. Jarang

ditemukan “true diabetic” katarak. Pada lensa akan terlihat kekeruhan tebaran

salju subkapsular yang sebagian jernih dengan pengobatan.n Diperlukan

pemeriksaan tes urine dan pengukuran darah gula puasa.

Trauma (menyebabkan katarak monokuler)¹

Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh cedera benda asing di lensa atau

trauma tumpul terhadap bola mata. Sebagian besar katarak traumatik dapat dicegah.

Lensa menjadi putih segera setelah masuknya benda asing, karena lubang pada kapsul

lensa menyebabkan humor aqueus dan kadang-kadang korpus vitreum masuk dalam

struktur lensa. Pasien mengeluh penglihatan kabur secara mendadak. Mata jadi merah,

lensa opak, dan mungkin disertai terjadinya perdarahan intraokular. Apabila humor

aqueus atau korpus vitreum keluar dari mata, mata menjadi sangat lunak. Penyulit

adalah infeksi, uveitis, ablasio retina dan glaukoma.

II.8 Diagnosis9,14,15

1. Riwayat penyakit/ anamnesis

Pengambilan anamnesis yang baik pada pasien katarak merupakan hal yang penting

dalam menentukan progresifitas dan penurunan penglihatan yang disebabakan oleh katarak,

serta mengidentifikasi kemungkinan penyebab dari kekeruhan lensa.

Penurunan tajam penglihatan

Penurunan tajam penglihatan merupakan keluahan yang sering dirasakan pasien

katarak senilis. Akibat kekeruhan lensa mkaa penglihatan secara berangsur-angsur

akan berkurang. Mulai dari penglihatan kabur sampai hanya dapat mengenal cahaya

yang dating. Gejala pada katarak senilis berupa distorsi penglihatan dan penglihatan

yang semakin kabur. Penglihatan malam atau pada penerangan kurang sangat

menurun

Rasa silau

16

Page 17: BAB I (punya genie)

Peningkatan rasa silau merupakan keluahan yang sering juga pada pasien katarak

senilis. Pada penerangan yang kuat atau sinar matahari akan sangat sukar akibat

adanya rasa silau

Miopisasi

Miopisasi biasanya terjadi pada katark senilis pada stadium inutmesen. Pada stadium

ini terjadi pncembungan lensa, sehingga pasien menyatakan tidak perlu kaca mata

sewaktu membaca dekat.

2. Pemeriksaan fisik

Setelah melakukan anamnesis, selanjutnya melakukan pemeriksaan fisik. Sebelum

melakkukan pemeriksaaan mata, sebaiknya kita melakuka pemeriksaaan umum.hal ini

brtujuan untuk menentukan adanya kelainan sistemik yang berefek pada mata dan

perkembangan katarak. Pemeriksaan fisik mata yang lengkap harus dilakukan, dimulai

dengan tajam penglihatan. Pemeriksaan pada adneksa mata dan struktur dalam bola mata

akan memberikan tanda tentang penyakit pasien dan prognosis penglihatan pasien.

Uji bayangan iris

Bertujuan untuk mengetahui derajat kekeruhan lensa. Sentolop disinarkan pada pupil

dengan membuat sudut 450 dengan dataran iris. Dengan loupe dilihat bayangna iris

pada lensa. Bila bayangan iris pada lensa besar berarti letak kekeruhan jauh atau lensa

belum keruh seluruhnya atau disebut uji bayangan iris positif. Bila bayangan iris kecil

atau dekat pada pupil maka disebut sebagai uji bayangan iris negative.

Slit Lamp

Pemeriksaan dengan menggunakan Slit Lamp tidak hanya bertujuan untuk menilai

kekeruahan lensa, tetapi juga menilai bagian mata yang lain seperti, konjungtiva,

kornea, iris, bilik mata depan.Penebalan kornea dan kekeruhan kornea seperti

infiltrate pada kornea harus diperiksa secara hati-hati.Pemeriksaan lensa dilakukan

setelah pelebran pupil. Pada pupil akan terlihat gambaran kekeruhan lensa yang

biasanya berwarna putih. Katarak pada stadium dini, dapat diketahui melalui pupil

yang dilatasi maksimum dengan oftalmoskop, kaca pembesar atau slit lamp

Oftalmoskop

17

Page 18: BAB I (punya genie)

Kegunaan pemeriksaan oftalmoskop secara langsung dan tidak langsung untuk

menilai bagian posterior bola mata harus ditekankan. Kelainan saraf optic dan retina

mungkin penyebab dari gangguan penglihatan yang dirasakan pasien. Fundus okuli

menjadi semakin sulit dilihat seiring dengan semakin padatnya kekeruhan lensa,

hingga reaksi fundus hilang.

3. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium

Diagnosis katarak senilis secara mendasar ditentukan dengan anamnesis dan

pemeriksaan fisik yang dilakukan. Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk

skrining atau mendeteksi adanya penyakit penyerta seperti, diabetes mellitus,

hipertensi, kelainan jantung.

Pemeriksaan radiologis

Pemeriksaan radiologi seperti, USG, CT scan, MRI dilakukan ketika dicurigai adanya

kelainan pada bagian posterior bola mata dan tampilan pada bagian belakang bola

mata dihalangi oleh ketebalan katarak. Pemeriksaan radiologi ini berguna dalam

membuat rencana terpi bedah dan prognosis post operasi untuk perbaikan penglihatan

pasien.

4. Diagnosis banding

Katarak traumatik

Katarak sekunder

Katarak komplikata

II.9 Penatalaksanaan

Pengangkatan lensa

Ada 2 macam pengangkatan yang bisa digunakan untuk mengangkat lensa

18

Page 19: BAB I (punya genie)

A. ICCE (Intra Capsular Cataract Extraction) atau EKIK

Ekstrasi intrakapsular merupakan teknik bedah katarak yang digunakan sebelum adanya

bedah katarak ekstrakapsular. Dengan teknik tersebut di lakukan pengeluaran lensa den-

gan kapsul lensa secara keseluruhan.

Indikasi

EKIK terutama bermamfaat pada luksasio lensa dan katarak hiper matur. Bila zonula zinii

tidak cukup adekwat untuk dilalukan EKEK maka lebih baik dilakukan EKIK.

Kontra Indikasi

Kontra indikasi Absolut meliputi katarak pada anak – anak dan dewasa muda serta rup-

ture kapsular traumatic. Kontra indikasi Relatif meliputi Miop tinggi, sindrom marfan,

katarak Morgagni, dcan adanya korpus vitreum di kamera Okuli anterior. ( American

Academy Ophthalmology. Lens and clinical Science Course, Section san fransisco ,

1997-1998) : the foundation Of American Academy Ophthalmology; 2001

Ekstrasi katarak Ekstrakapsular (EKEK)

Ekstrasi katarak Ekstrakapsular (EKEK) merupakan teknik operasi katak dengan

melakukan pengangkatan nucleus lensa dan kortek lensa melalui pembukaan kapsul ante-

rior dan meninggalkan kapsul posterior. EKEK merupakan kontra indikasi pada katarak

sdengan Zonula ziniiyang tidak adekwat.

19

Page 20: BAB I (punya genie)

Kapsul posterior yang yang masih intak pada EKEK mempunyaai kelebihan antara lain:

1. Mengurangi risiko CV prolaps

2. Untuk mendapatkan posisi anatomi yang lebih baik untuk fiksasi IOL

3. Mengurangi mobilitas iris dan vitreus yang terjadi pada gerakan saccadic

( endophthalmiodonesis)

4. Sebagai barier yang membatasi pertukaran molekul antara vitreus dan humour akuos.

5. Mengurangi kemungkinan masuknya bakteri ke vitreus yang dapat menyebabkan

endoftalmitis.

6. Mengurangi komplikasi yang berhubungan dengan menempelnya dengan vitreus

dengan iris, kornea dan luka incise.

20

Page 21: BAB I (punya genie)

Fakoemulsifikasi

Fakoemulsifikasi merupakan salah satu teknik Ekstrasi katarak ekstrakapsular yang

berbeda dengan ekstrasi katarak ekstrakapsular standar ( dengan ekspresi pengangkatan

nucleus dengan insisi yang lebar). Sedangkan pada fekoemulsiikasi menggunakan insisi

kecil, fragmentasi nucleus secara Ultrasonik dan aspirasi kortek lensa dengan menggu-

nakan Alat fekoemulsifikasi.

Secara teori operasi katarak dengan fakoemulsifikasi mengalami perkembangan yang

cepat dan tgelah mencapai taraf bedah refraktif oleh karena mempunyai beberapa kelebi-

han yaitu rehablitasi visus yang cepat, komplikasi setelah operasi yang ringan, astigmat

akibat operasi minimal dan penyembuhan luka yang cepat.

21

Page 22: BAB I (punya genie)

II.10. Komplikasi

Komplikasi sebelum operasi8,9

1. Glaukoma

Glaukoma merupakan komplikasi katarak yang tersering. Glaukoma dapat terjadi

karena proses fakolitik, fakotopik, fakotoksik.

Fakolitik

- Pada lensa yang keruh terdapat lerusakan maka substansi lensa akan keluar

yang akan menumpuk di sudut kamera okuli anterior terutama bagian kapsul

lensa.

- Dengan keluarnya substansi lensa maka pada kamera okuli anterior akan

bertumpuk pula serbukan fagosit atau makrofag yang berfungsi merabsorbsi

substansi lensa tersebut.

- Tumpukan akan menutup sudut kamera okuli anterior sehingga timbul

glaukoma.

Fakotopik

- Berdasarkan posisi lensa

- Oleh karena proses intumesensi, iris, terdorong ke depan sudut kamera okuli

anterior menjadi sempit sehingga aliran humor aqueaous tidak lancar

sedangkan produksi berjalan terus, akibatnya tekanan intraokuler akan

meningkat dan timbul glaukoma

Fakotoksik

- Substansi lensa di kamera okuli anterior merupakan zat toksik bagi mata

sendiri (auto toksik)

- Terjadi reaksi antigen-antibodi sehingga timbul uveitis, yang kemudian akan

menjadi glaukoma.

2. Uveitis

3. Subluksasi atau Dislokasi Lensa

Kompkikasi selama operasi

22

Page 23: BAB I (punya genie)

Hifema

Perdarahan bias terjadi dari insisi korneoskleral, korpus siliaris atau

vaskularisasi iris abnormal. Bila perdarahan berasal dari luka harus dilakukan

kauterisasi. Perdarahan dari iris yang normal jarang terjadi, biasanya timbul

bila terdapat rubeosis iridis, uvietis heterocromik dan iridosiklitis. Komplikasi

utama akibat hifema yang berlangsung lama adalah peningkatan TIO dan

corneal blood staining.4

Iridodialisis

Iridodialisis dapat terjadi pada waktu memperlebar luka operasi, iri-

dektomi, atau ekstrasi lensa. Iridodialisi yang kecil tidak menimbulkan ganng-

guan visus dan bisa berfungsi sebagai irisektomi perifer, tetapi iridodialisi

yang parah dapat menimbulkan gangguan visus dan kosmetik. Perbaikan harus

segera dilakukan dengan menjahit iris pada luka.4

Prolaps korpus vitreus

Prolaps korpus vitreus merupakam komplikasi yang serius pada op-

erasi katarak, keadaan ini dapat menyebabkan keratopati bulosa, Epithelial

dan stromal downgrowth, prolap iris, uveitis, glaukoma, ablasi retina,

edama macula kistoid, kekeruhan korpus vitreus, endoftalmitis dan neuritis

optic. Untuk menghindari hal tersebut, harus dilakukan vitrektomi anterior

sampai segmen anterior bebas dari korpus vitreus.4

Perdarahan ekspulsif

Perdarahan ekspulsif jarang terjadi, tetapi merupakan masalah serius

yang dapat menimbulkan eksplusi dari lensa, vitreus, uvea. Penanganan segera

dilakukam tamponade dengan jalan penekanan pada bola mata dan luka

ditutup dengan rapat.4

Komplikasi pasca operasi

Edema kornea

Edema kornea merupakan komplikasi katarak yang serius, bisa terjadi

pada epitel atau stroma yang diakibatkan trauma mekanik, aspirasi irigasi

yang cukup lama, inflamasi dan peningkatan TIO. Biasanya akan teresobsi

4-6 minggu setelah operasi. Jika masih ditemukan edema kornea sentral

setgelah 3 bulan pasca operasi, peru dipertimbangkan keratoplasti.4

Kekeruhan kapsul posterior

23

Page 24: BAB I (punya genie)

Kekeruhan kapsul posterior merupakan penyebab tersering penurunan

visus setelah EKEK. Sel-sel epitel lensa yang masih viable dan tersisa pada

saat operasi akan mengalami proliferasi. Lokasi di mana kapsul anterior dan

posterior menempel membentuk wedl cells yang kemudian membentuk

soemmering’s ring. Jika sel-sel epitel tersebut migrasi ke arah luar, sel-sel

tersebut membentuk Elschnig’s pear di kapsul posterior. Faktor-faktor yang

mempengaruhi timbulnya kekeruhan kapsul posterior sangat bervariasi antara

lain usia, riwayat inflamasi intra okuler, pseudoexfoliasi, betuk lensa tanam,

material lensa tanam, modifikasi permukaan lensa dan waktu operasi.4

Residual lensa material

Timbulnya residual lensa material disebabkan EKEK yang tidak

adekuat. Bila material yang tertinggal sedikit, akan diresorbsi secara spontan,

sedangkan bila jumlahnya banyak, perlu dilakukan aspirasi karena bisa

menimbulkan uveitis anterior kronis dan glaucoma sekunder. Apabila yang

tertinggal potongan nucleus yang besar dan keras, dapat merusak endotel

kornea, penanganannya dengan ekspresi atau irigasi nucleus.4

Prolaps Iris

Iris paling sering terjadi satu sampai 5 hari setelah operasi dan

penyebab tersering adalah jahitan yang longgar, dapat juga terjadi karena

komplikasi prolap vitreus selama operasi. Keaadaan ini memerlukan

penanganan (jahit ulang) untuk menghindari timbulnya komplikasi seperti

penyembuhan luka lama, epithelial downgrowth, konjungtivitis kronis,

endoftalmitis edema macula kistoid dan kadang – kadang Ophthalmia

simpatik.4

Astigmatisme

Astigmatisme pasca bedah katarak dapat terjadi karean jahitan yang

terlalu kencang maupun jahitan yang terlalu longgar. Jahitan yang terlalu

kencang akan mengakibatkan Steepen corneal daerah yang searah jahitan

( with the rule. Sedangakan jahitan yang terlalu longgar akan menyebabkan

againt the rule astigmatisma. With the rule astigmatisma setelah operasi

katarak yang kurang dari 2 dioptri akan berkurang dengan sendirinya sehingga

mengurangi kemungkinan untuk melepas jahitan yang terlalu kencang.4

Hifema

24

Page 25: BAB I (punya genie)

Hifema bisa terjadi 1-3 hari setelah operasi, biasanya hilang spontan

dalam waktu 7-10 hari. Perdarahan berasal dari pembuluh darah kecil pada

luka. Bila perdarahan cukup banyak dapat menimbulkan glaucoma sekunder

dan corneal staining blood dan TIO harus diturunkan dengan pemberian

asetazolamid 250 mg 4 kali sehari. Serta parasintesis hifema dengan aspirasi

irigasi.4

Glukoma sekunder

Glaukoma sekunder dengan peningkatan TIO yang ringan bisa timbul

24-48 jam setelah operasi, umumnya dapat hilang dengan sendirinya dcan

tidak memerlukan terapi antiglaukoma. Peningkatan TIO yang berlangsung

lana dapatdi sebabkan oleh Hifema, blok pupil, sinekia anterior perifer karena

pendangkalan COA, epithelial ingrowth, blok siliar, endoftalmitis, sisa

material lensa, pelepasan pigmen iris, preexisting glaucoma.4

Endoftalmitis

Endoftalmitis dalam bentuk akut atau kronik, dimana bentuk kronik

disebabkan rendahnya pathogenesis organisme penyebabnya. Secara umum

endoftalmitis ditandai dengan rasa nyeri yang ringan sampai berat, penurunan

visus, injeksi siliar, kemosis dan hipopion. Endoftalmitis akut biasanya timbul

2-5 hari pasca operasi, sedangkan bentuk kronis dapat timbul beberapa

minggu atau bulan atau lebih setelah operasi.Endoftalmitis kronis ditandai

dengan reaksi inflamasi ringan atau uveitis (granulomatus) dan penurunan

visus. Penyebab endoftalmitis akut terbanyak adalah staphylococcus

epidermidis (gram positif) dan staphylococcus coagulase negative yang lain.

Kuman gram positif merupakan penyebab terbanyak endoftalmitis akut bila

dibandingkan gram negatif. Untuk gram negatif , kuman penyebab terbanyak

adalah pseudomonas aeruginosa. Umumnya organisme dapat menyebabkan

endoftalmitis bila jumlahnya cukup banyak untuk inokulasi, atau system

pertahanan mata terganggu oleh obat-obat imunosupresan, penyakit atau

trauma. Organisme penyebab endoftalmitis kronis mempunyai virulensi yang

rendah , penyebab tersering adalah propiobacterium acnes, S. epidermidis dan

candida. Organisme tersebut menstimulasi reaksi imunologik yang

manifestasinya adalah inflamasi yang menetap.4

Ablasi retina

25

Page 26: BAB I (punya genie)

Mekanisme pasti timbulnya ablasi retina masih belum diketahui.

Factor predisposisinya meliputi myopia aksilis (> 25 mm), lattice

degeneration, prolaps vitreus, riwayat robekan atau ablasio retina yang

dioperasi, riwayat ablasio pada mata kontralateral dan riwayat keluarga

dengan ablasio retina. Ablsio retina terjadi sekitar 2-3% pasca EKIK dan 0,5-2

% pasca EKEK. Kapsul posterior yang masih intak mengurangi kemungkinan

terjadinya ablsio retina pasca bedah, sedangkan operasi dengan komplikasi

seperti rupture kapsul posterior dan vitreus loss meningkatkan kemungkinan

ablasio retina.4

Edema Makula Kistoid

Edema macula kistoid merupakan penyebab penurunan visus setelah

operasi katarak, yang dapat terjadi pada operasi katarak dengan maupun tanpa

komplikasi. Patogenesisnya tidak diketahui, kemungkinan karena

permeabilitas vaskuler perifoveal yang meningkat. Factor-faktor lain yang

mempengaruhi adalah inflamasi yang terjadi karena prostaglandin relase,

vitreomacular traction dan hipotoni. Edema macula kistoid ditemukan pada

keadaan penurunan tajam penglihatan pasca operasi yang tidak diketahui

sebabnya atau di ketahui dengan penampakan yang karakteristik pada macula

dengan pemeriksaan oftalmoskop maupun fluorescein angiography, di mana

didapatkan gambaran macula yang khas ( flower petal pattern).4

Retinal light toxicity

Retinal light toxicity diakibatkan karena paparan sinar operating

microscope yang lama dan dapat menyebabkan terbakarnya epitel pigmen

retina. Jika yang terbakar daerah fovea maka akan terjadi penurunan tajam

penglihatan pasca bedah. Sedangkan jika yang terbakar didaerah parafovea

maka penderita akan mengeluh adanya skotoma parasentral.4

BAB III

26

Page 27: BAB I (punya genie)

PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Katarak adalah kekeruhan lensa. Katarak memiliki derajat keparahan yang sangat bervariasi

dan dapat disebabkan oleh berbagai hal dan salah satunya adalah penuaan atau penambahan

usia dan disebut sebagai katarak senilis. Pembentukan katarak senilis adalah adanya pengaruh

penurunan total protein, asam animo dan kalium bersama peningkatan kepekatan natrium dan

hidrasi lensa diikuti koagulasi protein sehingga kejernihan lensa terganggu.

Penyebab katarak senilis belum diketahui secara pasti namun ada beberapa faktor

risiko

1. Radiasi ultra violet

2. Diet

3. Dehidrasi

Merokok

Diagnosis katarak senilis ditegakan dengan

Riwayat penyakit/ anamnesis

Penurunan tajam penglihatan

Rasa silau

Miopisasi

Pemeriksaan fisik

Uji bayangan iris

Slit Lamp

Oftalmoskop

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan radiologis

27

Page 28: BAB I (punya genie)

Penatalaksanaan

Bedah

EKIK

EKEK

Fakoemulsifikasi

Komplikasi

Komplikasi sebelum operasi

Glaukoma

Uvetis

Kompkikasi selama operasi

Hifema

Iridodialisis

Prolaps korvus vitreus

Perdarahan eksplusif

Komplikasi pasca operasi

Udema kornea

Kekeruhan kapsul posterior

Residual lens material

Prolaps Iris

Astigmatisme

Hifema

Glukoma sekunder

Endoftalmitis

Ablasi retina

Edema macula kistoid

Retinal light toxicity

28

Page 29: BAB I (punya genie)

29

Page 30: BAB I (punya genie)

DAFTAR PUSTAKA

1. Diunduh dari : http:\www.davidspalton.com/cataract.htm. what is a cataract.

2. Departemen Kesehatan RI. Ditjen Pembinaan Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina

Upaya Kesehatan Puskesmas. Hasil Survey kesehatan indra penglihatan dan

pendengaran 1993-1996. Jakarta. 1998.

3. Indonesia second country in South-East Asia region to launch national vision 2020

programme. Available from : URL: HYPERLINK

http://w3.whosea.org/prsrles/seapr1298.htm

4. Liesegang TJ, Deutsch TA, Grand MG. Basic and clinical science course lens and

cataract section 11 2001-2002. USA: The Foundation of American Academy of

Ophtalmology;2001.

5. Luntz MH. Clinical tyoes of cataract. In: Duane TD, editor. Clinical Ophtalmology

vol 1. Philadelphia: Harper&Row Publisher;1986.p.9-11.

6. Ocampo V, Foster CS. Cataract, senile. Available from : URL:

http//www.emedicine.com/oph/topic49.htm.

7. Lawrence MG> Extracapsular cataract extraction. In: Jacobiec A, editor. Principles

and practice of Ophtalmology. USA: W.B. Saunders Company;1994.p.621-624.

8. Wijana, Nana, dr., Ilmu Penyakit Mata. Bandung.

9. Victor V. Cataract Senile (Diambil tanggal 19 mei 2006). Tersedia di :

http://www.emedicine.com

10. Ilyas Sidarta. Penglihatan Turun Perlahan Tanpa Mata Merah. Dalam : Ilmu Penyakit

Mata. Ed ketiga. Jakarta. Balai penerbit FKUI. 2005. Hal 200-210

11. Akmam. Katarak dan Perkembangan Operasinya. Dalam : Cermin Dunia Kedokteran

no.21. Hal 26-28

12. Cahyani, Enni. Kadar Asam Urat Serum pada Penderita Katarak. Penelitian kasus

control.

13. Ilyas, Sidarta. 2002. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter dan Mahasiswa Kedokteran.

Edisi ke 2. Jakarta : CV. Sagung Seto

30

Page 31: BAB I (punya genie)

14. 5. Ilyas, Sidarta. 2005. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. 3rd edisi. Jakarta : Balai

Penerbit FKUI, hlm : 128-136

15. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. Oftamologi Umum. Edisi 14. Jakarta : Widya

Medika.

16. Comprehensive opththalmology 4th edition by AK, Khurana

31