BAB I PENDAHULUAN Propinsi Jawa Baratptun-bandung.go.id/assets/dokumen/Laptah/Laporan Tahunan...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN Propinsi Jawa Baratptun-bandung.go.id/assets/dokumen/Laptah/Laporan Tahunan...
1
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam Laporan Tahunan ini akan diuraikan kegiatan yang terjadi dalam masa Tahun
Anggaran 2012 pada Pengadilan Tata Usaha Negara Bandung.
Adapun yang menjadi wilayah hukum Pengadilan Tata Usaha Negara Bandung sesuai
dengan lampiran Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor : 02.PK.02.th 1991 tanggal 14 Pebruari
1991 meliputi seluruh wilayah Propinsi Jawa Barat dan Propinsi Banten adalah sebagai berikut :
Propinsi Jawa Barat
1. Kota Bandung
2. Kabupaten Bandung
3. Kabupaten Bandung Barat
4. Kota Cimahi
5. Kota Depok
6. Kota Bogor
7. Kabupaten Bogor
8. Kota Sukabumi
9. Kabupaten Sukabumi
10. Kota Cirebon
11. Kabupaten Cirebon
12. Kota Bekasi
13. Kabupaten Bekasi
14. Kabupaten Cianjur
15. Kabupaten Garut
16. Kabupaten Karawang
17. Kabupaten Purwakarta
18. Kota Banjar
19. Kota Tasikmalaya
20. Kabupaten Tasikmalaya
21. Kabupaten Ciamis
22. Kabupaten Kuningan
23. Kabupaten Indramayu
24. Kabupaten Majalengka
25. Kabupaten Subang
26. Kabupaten Sumedang
Propinsi Banten
27. Kota Serang
28. Kota Tangerang
29. Kabupaten Tangerang
30. Kabupaten Pandeglang
31. Kabupaten Rangkas Bitung
32. Kabupaten Lebak
Sehubungan dengan itu maka Laporan tahunan ini kami sajikan secara singkat dan
sistematis sesuai Outline Pelaporan Tahunan Mahkamah Agung RI.
Laporan Tahunan ini kami susun dengan maksud untuk mengevaluasi seluruh kegiatan
Pengadilan Tata Usaha Negara Bandung dan sebagai Laporan pada Pengadilan Tinggi Tata Usaha
Negara Jakarta dan Mahkamah Agung RI agar dapat memberikan petunjuk dan pembenahan demi
kelangsungan kegiatan pada Satuan Kerja kami di tahun yang akan datang.
Walaupun dalam penyajian yang kami uraikan ini sangat singkat, untuk dapat lebih
menelaah setiap kegiatan, dengan ini kami lampirkan data-data yang merupakan uraiannya.
2
A. KEBIJAKAN UMUM PERADILAN
Keberadaan Peradilan Tata Usaha Negara di berbagai negara modern merupakan suatu
tonggak yang menjadi tumpuan harapan masyarakat atau warga negara untuk mempertahankan
hak-haknya yang dirugikan oleh perbuatan pejabat administrasi karena keputusan yang
dikeluarkannya.
Maksud pembentukan Peradilan Tata Usaha Negara adalah untuk memberikan
perlindungan hukum bagi warga masyarakat terhadap perbuatan pejabat administrasi yang
melanggar hak asasi dalam lapangan hukum administrasi negara. Kecuali itu, kehadiran Peradilan
TUN akan memberikan perlindungan hukum yang sama kepada pejabat administrasi yang
bertindak benar dan sesuai dengan hukum. Jadi fungsi dari Peradilan TUN adalah pertama, sebagai
lembaga kontrol (pengawas) terhadap tindakan pejabat administrasi supaya tetap berada dalam
rel hukum. Kedua, adalah sebagai wadah melindungi hak individu dan warga masyarakat dari
perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh pejabat administrasi.
Sebagai lembaga pengawas (judicial control), ciri - ciri yang melekat pada Peradilan TUN
adalah :
1. Pengawasan yang dilakukan bersifat “external control”, karena merupakan lembaga yang
berada di luar kekuasaan pemerintahan.
2. Pengawasan yang dilakukan lebih menekankan pada tindakan represif atau lazim disebut
“control a posteriori”, karena selalu dilakukan sesudah terjadinya perbuatan yang
dikontrol.
3. Pengawasan itu bertitik tolak pada segi “legalitas”, karena hanya menilai dari segi hukum
(rechmatigheid) - nya saja.
Pejabat administrasi didalam menjalankan tugas kewajibannya senantiasa melakukan
perbuatan, yakni suatu tindakan bersifat aktif atau pasif yang tidak lepas dari kekuasaan yang
melekat padanya karena inhaerent atau als zodanig dalam menunaikan tugas jabatannya.
Dalam melaksanakan kewajibannya tersebut pejabat administrasi harus mempunyai
kewenangan sebagai dasar hukumnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Mochtar Kusumaatmadja,
yang mengatakan bahwa:
Kekuasaan sering bersumber pada wewenang formal (formal authority) yang memberikan
wewenang atau kekuasaan kepada seseorang atau suatu pihak dalam suatu bidang tertentu.
Dalam hal demikian dapat kita katakan, bahwa kekuasaan itu bersumber pada hukum, yaitu
ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur pemberian wewenang tadi.
Berkenaan dengan kekuasaan ini, kita teringat akan pendapat John Emerick Edwed
Dalberg Acton atau lebih dikenal dengan Lord Acton yang menyatakan bahwa power tends to
corrupt and absolute power tends to corrupt absolutely.
3
Melihat kenyataan tersebut, dapat dipahami bahwa Peradilan TUN sangat diperlukan
keberadaannya sebagai salah satu jalur bagi para pencari keadilan yang merasa kepentingannya
dirugikan oleh pejabat administrasi karena dalam melaksanakan kekuasaannya itu ternyata yang
bersangkutan terbukti melanggar ketentuan hukum.
Terciptanya Peradilan TUN merupakan suatu tonggak yang menjadi tumpuan masyarakat
atau warga negara untuk mempertahankan hak-haknya yang dirugikan oleh suatu perbuatan
administrasi negara yang mengandung kekeliruan, kesalahan dan yang bertentangan dengan
undang - undang. Perbuatan pejabat administrasi yang demikian ini disebut sebagai suatu
perbuatan yang melanggar hukum dan bertentangan dengan asas - asas umum pemerintahan
yang baik.
Pada era informasi yang semakin deras, maka Pengadilan Tata Usaha Negara Bandung
pun tidak mau tertinggal dalam memperbaiki akses masyarakat terhadap informasi di Pengadilan,
baik itu biaya perkara, alur perkara, struktur organisasi serta informasi umum lainnya.
Dengan adanya Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor 144/VIII/2007 tentang
Keterbukaan Informasi, dimana point terpenting dari adanya SK KMA tersebut adalah kewajiban
tiap Pengadilan untuk memberikan keterbukaan informasi kepada masyarakat. Untuk itu
Pengadilan Tata Usaha Negara Bandung berkomitmen untuk dapat memberikan keterbukaan
informasi sebagai upaya tranparansi lembaga serta dalam upaya peningkatan kinerja lembaga.
Salah satu bentuk implementasi SK ini yang dilakukan oleh Pengadilan Tata Usaha Negara
Bandung adalah akses masyarakat terhadap informasi pengadilan melalui situs resmi Pengadilan
Tata Usaha Negara Bandung, yaitu www.ptun-bandung.go.id, dimana informasi-informasi yang
disajikan telah disesuaikan dengan jenis informasi yang harus diumumkan oleh Pengadilan
bedasarkan SK Ketua MA No. 144/KMA/SK/VIII/2007 tentang Keterbukaan Informasi.
B. VISI DAN MISI
Adapun Visi dan Misi Pengadilan Tata Usaha Negara Bandung sebagai Badan Pelayan
Masyarakat Pencari Keadilan di Bidang Hukum Administrasi Negara adalah sesuai dengan Visi
dan Misi Mahkamah Agung.
VISI
Visi Badan Peradilan yang berhasil dirumuskan oleh Pimpinan MA pada tanggal 10
September 2009 adalah :
“TERWUJUDNYA BADAN PERADILAN INDONESIA YANG AGUNG”
Visi Badan Peradilan tersebut di atas, dirumuskan dengan merujuk pada Pembukaan UUD
1945, terutama alinea kedua dan alinea keempat, sebagai tujuan Negara Republik Indonesia.
4
Dalam cetak biru ini dituangkan usaha-usaha perbaikan untuk mewujudkan badan
peradilan Indonesia yang agung. Badan Peradilan Indonesia yang Agung, secara ideal dapat
diwujudkan sebagai sebuah Badan Peradilan yang :
1. Melaksanakan fungsi kekuasaan kehakiman secara independen, efektif, dan berkeadilan.
2. Didukung pengelolaan anggaran berbasis kinerja secara mandiri yang dialokasikan secara
proporsional dalam APBN.
3. Memiliki struktur organisasi yang tepat dan manajemen organisasi yang jelas dan terukur.
4. Menyelenggarakan manajemen dan administrasi proses perkara yang sederhana, cepat,
tepat waktu, biaya ringan dan proporsional.
5. Mengelola sarana prasarana dalam rangka mendukung lingkungan kerja yang aman,
nyaman, dan kondusif bagi penyelenggaraan peradilan.
6. Mengelola dan membina sumber daya manusia yang kompeten dengan kriteria obyektif,
sehingga tercipta personil peradilan yang berintegritas dan profesional.
7. Didukung pengawasan secara efektif terhadap perilaku, administrasi, dan jalannya
peradilan.
8. Berorientasi pada pelayanan publik yang prima.
9. Memiliki manajemen informasi yang menjamin akuntabilitas, kredibilitas, dan
transparansi.
10. Modern dengan berbasis TI terpadu.
MISI
Misi Badan Peradilan dirumuskan dalam upaya mencapai visinya, mewujudkan badan
peradilan Indonesia yang agung. Seperti diuraikan sebelumnya, fokus pelaksanaan tugas
pokok dan fungsi badan peradilan adalah pelaksanaan fungsi kekuasaan kehakiman yang
efektif, yaitu :
Memutus suatu sengketa/menyelesaikan suatu masalah hukum guna menegakkan hukum
dan keadilan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, dengan didasari keagungan, keluhuran,
dan kemuliaan institusi. Misi Badan Peradilan 2010-2035, adalah :
1. Menjaga kemandirian badan peradilan.
2. Memberikan pelayanan hukum yang berkeadilan kepada pencari keadilan.
3. Meningkatkan kualitas kepemimpinan badan peradilan.
4. Meningkatkan kredibilitas dan transparansi badan peradilan.
Penjelasan keempat misi Badan Peradilan yang digagas, dalam rangka memastikan
“Terwujudnya Badan Peradilan Indonesia yang Agung” dua puluh lima tahun mendatang,
adalah sebagai berikut :
5
1. Menjaga Kemandirian Badan Peradilan
Syarat utama terselenggaranya suatu proses peradilan yang obyektif adalah adanya
kemandirian lembaga yang menyelenggarakan peradilan, yaitu kemandirian badan
peradilan sebagai sebuah lembaga (kemandirian institusional), serta kemandirian hakim
dalam menjalankan fungsinya (kemandirian individual/fungsional). Kemandirian menjadi
kata kunci dalam usaha melaksanakan tugas pokok dan fungsi badan peradilan secara
efektif.
Sebagai konsekuensi dari penyatuan atap, di mana badan peradilan telah
mendapatkan kewenangan atas urusan organisasi, administrasi dan finansial (konsep satu
atap), maka fungsi perencanaan, pelaksanaan, serta pengawasan organisasi, administrasi,
dan finansial seluruh badan peradilan di Indonesia harus dijalankan secara baik. Hal ini
dimaksudkan agar tidak mengganggu pelaksanaan tugas kekuasaan kehakiman yang
diembannya. Hal penting lain yang perlu diperjuangkan adalah kemandirian pengelolaan
anggaran berbasis kinerja dan penyediaan sarana pendukung dalam bentuk alokasi yang
pasti dari APBN. Kebutuhan adanya kepastian ini untuk memberikan jaminan
penyelenggaraan pengadilan di seluruh Indonesia.
Selain kemandirian institusional, kemandirian badan peradilan juga mengandung
aspek kemandirian hakim untuk memutus (kemandirian individual/fungsional) yang terkait
erat dengan tujuan penyelenggaraan pengadilan. Tujuan peyelenggaraan pengadilan yang
dimaksud adalah untuk menjamin adanya pengakuan, jaminan, perlindungan, dan
kepastian hukum yang adil bagi setiap manusia. Selain itu, juga perlu dibangun
pemahaman dan kemampuan yang setara di antara para hakim mengenai masalah-
masalah hukum yang berkembang.
2. Memberikan Pelayanan Hukum yang Berkeadilan kepada Pencari Keadilan
Tugas badan peradilan adalah menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum
dan keadilan. Menyadari hal ini, orientasi perbaikan yang dilakukan MA
mempertimbangkan kepentingan pencari keadilan dalam memperoleh keadilan. Adalah
keharusan bagi setiap badan peradilan untuk meningkatkan pelayanan publik dan
memberikan jaminan proses peradilan yang adil.
Keadilan, bagi para pencari keadilan pada dasarnya merupakan suatu nilai yang
subyektif, karena adil menurut satu pihak belum tentu adil bagi pihak lain.
Penyelenggaraan peradilan atau penegakan hukum harus dipahami sebagai sarana untuk
menjamin adanya suatu proses yang adil, dalam rangka menghasilkan putusan yang
mempertimbangkan kepentingan (keadilan menurut) kedua belah pihak.
Perbaikan yang akan dilakukan oleh MA, selain menyentuh aspek yudisial, yaitu
substansi putusan yang dapat dipertanggungjawabkan, juga akan meliputi peningkatan
6
pelayanan administratif sebagai penunjang berjalannya proses yang adil. Sebagai contoh
adalah adanya pengumuman jadwal sidang secara terbuka dan pemberian salinan
putusan, sebagai bentuk jaminan akses bagi pencari keadilan.
3. Meningkatkan Kualitas Kepemimpinan Badan Peradilan
Kualitas kepemimpinan badan peradilan akan menentukan kualitas dan kecepatan
gerak perubahan badan peradilan. Dalam sistem satu atap, peran pimpinan badan
peradilan, selain menguasai aspek teknis yudisial, diharuskan juga mampu merumuskan
kebijakan-kebijakan non-teknis (kepemimpinan dan manajerial). Terkait aspek yudisial,
seorang pimpinan pengadilan bertanggungjawab untuk menjaga adanya kesatuan hukum
di pengadilan yang dipimpinnya. Untuk area non-teknis, secara operasional, pimpinan
badan peradilan dibantu oleh pelaksana urusan administrasi. Dengan kata lain, pimpinan
badan peradilan harus memiliki kompetensi yudisial dan non-yudisial.
Demi terlaksananya upaya-upaya tersebut, MA menitikberatkan pada peningkatan
kualitas kepemimpinan badan peradilan dengan membangun dan mengembangkan
kompetensi teknis yudisial dan non-teknis yudisial (kepemimpinan dan manajerial).
4. Meningkatkan Kredibilitas dan Transparansi Badan Peradilan
Kredibilitas dan transparansi badan peradilan merupakan faktor penting untuk
mengembalikan kepercayaan pencari keadilan kepada badan peradilan. Upaya menjaga
kredibilitas akan dilakukan dengan mengefektifkan sistem pembinaan, pengawasan, serta
publikasi putusan-putusan yang dapat dipertanggungjawabkan. Selain sebagai bentuk
pertanggungjawaban publik, adanya pengelolaan organisasi yang terbuka, juga akan
membangun kepercayaan pengemban kepentingan di dalam badan peradilan itu sendiri.
Melalui keterbukaan informasi dan pelaporan internal, personil peradilan akan
mendapatkan kejelasan mengenai jenjang karir, kesempatan pengembangan diri dengan
pendidikan dan pelatihan, serta penghargaan ataupun hukuman yang mungkin mereka
dapatkan. Terlaksananya prinsip transparansi, pemberian perlakuan yang setara, serta
jaminan proses yang jujur dan adil, hanya dapat dicapai dengan usaha para personil
peradilan untuk bekerja secara profesional dan menjaga integritasnya.
C. RENSTRA
Berdasarkan visi dan misi di atas, dikembangkanlah rencana strategis dalam bentuk nilai-
nilai utama badan peradilan. Nilai-nilai inilah yang akan menjadi dasar perilaku seluruh warga
badan peradilan dalam upaya mencapai visinya. Pelaksanaan dari nilai-nilai ini pada akhirnya
akan membentuk budaya badan peradilan. Nilai-nilai yang dimaksud, adalah :
7
1. Kemandirian Kekuasaan Kehakiman (Pasal 24 ayat (1) UUD 1945)
a. Kemandirian Institusional :
Badan Peradilan adalah lembaga mandiri dan harus bebas dari intervensi oleh pihak
lain di luar kekuasaan kehakiman (Pasal 3 ayat (2) Undang-Undang No. 48 Tahun 2009
tentang Kekuasaan Kehakiman).
b. Kemandirian Fungsional :
Setiap hakim wajib menjaga kemandirian dalam menjalankan tugas dan fungsinya
(Pasal 3 ayat (2) Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman).
Artinya, seorang Hakim dalam memutus perkara harus didasarkan pada fakta dan
dasar hukum yang diketahuinya, serta bebas dari pengaruh, tekanan, atau ancaman,
baik langsung ataupun tak langsung, dari manapun dan dengan alasan apapun juga.
2. Integritas dan Kejujuran (Pasal 24A ayat (2) UUD 1945; Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang
No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman)
Perilaku hakim harus dapat menjadi teladan bagi masyarakatnya. Perilaku hakim yang
jujur dan adil dalam menjalankan tugasnya, akan menumbuhkan kepercayaan
masyarakat akan kredibilitas putusan yang kemudian dibuatnya. Integritas dan
kejujuran harus menjiwai pelaksanaan tugas aparatur peradilan.
3. Akuntabilitas (Pasal 52 dan Pasal 53 Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman)
Hakim harus mampu melaksanakan tugasnya menjalankan kekuasaan kehakiman
dengan profesional dan penuh tanggung jawab. Hal ini antara lain diwujudkan dengan
memperlakukan pihak-pihak yang berperkara secara profesional, membuat putusan
yang didasari dengan dasar alasan yang memadai, serta usaha untuk selalu mengikuti
perkembangan masalah-masalah hukum aktual. Begitu pula halnya dengan aparatur
peradilan, tugas-tugas yang diemban juga harus dilaksanakan dengan penuh tanggung
jawab dan profesional.
4. Responsibilitas (Pasal 4 ayat (2) dan Pasal 5 Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman)
Badan Peradilan harus tanggap atas kebutuhan pencari keadilan, serta berusaha
mengatasi segala hambatan dan rintangan untuk dapat mencapai peradilan yang
sederhana, cepat, dan biaya ringan. Selain itu, hakim juga harus menggali, mengikuti,
dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat.
5. Keterbukaan (Pasal 28D ayat (1) UUD 1945; Pasal 13 dan Pasal 52 Undang-Undang No. 48
Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman)
Salah satu upaya badan peradilan untuk menjamin adanya perlakuan sama di
hadapan hukum, perlindungan hukum, serta kepastian hukum yang adil, adalah
8
dengan memberikan akses kepada masyarakat untuk memperoleh informasi.
Informasi yang berkaitan dengan penanganan suatu perkara dan kejelasan mengenai
hukum yang berlaku dan penerapannya di Indonesia.
6. Ketidakberpihakan (Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman)
Ketidakberpihakan merupakan syarat utama terselenggaranya proses peradilan yang
jujur dan adil, serta dihasilkannya suatu putusan yang mempertimbangkan
pendapat/kepentingan para pihak terkait. Untuk itu, aparatur peradilan harus tidak
berpihak dalam memperlakukan pihak-pihak yang berperkara.
7. Perlakuan yang sama di hadapan hukum (Pasal 28D ayat (1) UUD 1945; Pasal 4 ayat (1) dan
Pasal 52 UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman)
Setiap warga negara, khususnya pencari keadilan, berhak mendapat perlakuan yang
sama dari Badan Peradilan untuk mendapatkan pengakuan, jaminan, perlindungan,
dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.
9
BAB II
STRUKTUR ORGANISASI
A. PENYUSUNAN ALUR TUPOKSI
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya Pengadilan Tata Usaha Negar
Bandung mempunyai struktur organisasi yang mengacu pada ketentuan dan peraturan
perundang-undangan sebagaimana berikut :
1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Kekuasaan Kehakiman sebagaimana
telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 1999 dan
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 serta terakhir dirubah dengan Undang-Undang
Nomor 48 Tahun 2009.
2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung Republik Indonseia
sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004
dan Perubahan Kedua Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009.
3. Undang-undang Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Perubahan kedua atas Undang-Undang R.I
No. 5 Tahun 1986 tentang Peradialn Tata Usaha Negara;
4. Keppres Nomor 21 Tahun 2004 Tentang Pengalihan Organisasi Administrasi, dan Finansial
dilingkungan Peradilan Umum, Peradilan Tata Usaha Negara dan Peradilan Agama ke
Mahkamah Agung.
5. Keppres Nomor 13 Tahun 2005 Tentang Kesekretariatan MARI.
6. Keppres Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Kepaniteraan MARI.
7. Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor KMA/018/SK/III/2006 Tanggal 14 Maret
2006 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik
Indonesia.
8. Keputusan Sekretaris Mahkamah Agung RI Nomor MA/SEK/07/SK/III/2006 Tanggal 13
Maret 2006 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Sekretariatan Mahkamah Agung
Republik Indonesia.
10
Jumlah pegawai pada Pengadilan Tata Usaha Negara Bandung pada Tahun 2012
sebanyak 61 orang. Dari seluruh struktur kepegawaian di Pengadilan Tata Usaha Negara Bandung
telah terisi namun untuk fungsional (jurusita) belum terisi. Adapun rinciannya sebagai berikut :
1. Jumlah Pegawai :
Golongan I : - orang
Golongan II : 2 orang
Golongan III : orang
Golongan IV : orang
Jumlah TOTAL : orang
2. Jumlah tenaga teknis Hakim dan Non Hakim / Pejabat Fungsional :
Ketua : 1 orang
Wakil Ketua : 1 orang
Hakim : 13 orang
Panitera/Sekretaris : 1 orang
Wakil Panitera : 1 orang
Panitera Muda Hukum : 1 orang
Panitera Muda Perkara : 1 orang
Panitera Pengganti : .. orang
Juru Sita Pengganti : .. orang
3. Jumlah Tenaga Non Teknis :
Wakil Sekretaris : 1 orang
Kasub Umum : 1 orang
Kasub Kepegawaian : 1 orang
Kasub Keuangan : 1 orang
Staf : 8 orang
Cakim : 9 orang
4. Jumlah Pegawai termasuk Hakim berdasarkan tingkat pendidikan :
Magister Hukum (S-2) : .. orang
Sarjana (S-1) : ... orang
Sarjana Muda : ... orang
SLTA : ... orang
SLTP : - orang
SD : - orang
5. Jumlah Tenaga Kontrak: ....... orang
11
Adapun Struktur Organisasi Pengadilan Tata Usaha Negara Bandung per 31 Desember
2012 dapat dilihat pada lampiran Laporan Tahunan ini .
B. PENYUSUNAN STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
Standar Operasional Prosedur adalah pedoman atau acuan untuk melaksanakan
tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja instansi berdasarkan
indikator-indikator teknis, administrasif dan prosedural sesuai dengan tata kerja, prosedur
kerja dan sistem kerja pada unit kerja yang bersangkutan. Tujuan adanya SOP antara lain
sebagai berikut :
1. Agar mengetahui dengan jelas tugas pokok dan fungsi masing-masing pegawai;
2. Memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari pegawai terkait.
3. Melindungi pegawai dari kesalahan administrasi lainnya.
4. Untuk menghindari kegagalan/kesalahan, keraguan, duplikasi dan inefisiensi
Standar operasional prosedur tidak saja bersifat internal tetapi juga eksternal,
karena SOP selain digunakan untuk mengukur kinerja instansi pemerintah yang berkaitan
dengan ketepatan program dan waktu, juga digunakan untuk menilai kinerja di mata
masyarakat berupa responsivitas, responsibilitas, dan akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah. Oleh karena itu Pengadilan Tata Usaha Negara Bandung telah menyusun
Standar Operasional Prosedur sebagai acuan dalam bertindak, agar akuntabilitas kinerja
dapat dievaluasi dan terukur.
12
BAB III
KEADAAN PERKARA
Sebagai Badan Peradilan yang menangani sengketa Administrasi Negara, keadaan perkara
pada Pengadilan Tata Usaha Negara Bandung pada Tahun 2012 adalah sebagai berikut :
Rekapitulasi Keadaan Perkara Tahun 2012
BulanSisa Bulan
LaluPerkaraMasuk
Diputus Dicabut Dismissal Sisa
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
JUMLAH
Data Perkara Dalam Tahun 2012
NO. K A S U SSisa
Tahun2011
MasukTahun2012
PutusTahun2012
SisaTahun2012
Banding Kasasi PK
1 Pertanahan
3 Kepegawaian
4 Pajak
5 Perijinan
6 Lelang
7 Tender
8 Merek
9 Badan Hukum
10 Kehutanan
11 Perumahan
12 Pilkada
13 Partai Politik
14 Lingkungan Hidup
15 Pendidikan
16 Kependudukan/Kewarganegaraan
17 Asuransi
18 Dan lain-lain
J U M L A H
13
BAB IV
PENGAWASAN INTERNAL
Pengawasan merupakan salah satu fungsi pokok manajemen untuk menjaga dan
mengendalikan agar tugas-tugas yang harus dilaksanakan dapat berjalan sebagaimana
mestinya sesuai dengan rencana dan peraturan yang berlaku. Pengadilan Tata Usaha Negara
Bandung dalam penerapan dan optimalisasi sistem pengawasan berdasarkan Undang-Undang
Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan kedua atas Undang-Undang R.I No. 5 Tahun 1986
tentang Peradilan Tata Usaha Negara dan Keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik
Indonesia Nomor : KMA/096/SK/X/2006 tanggal 19 Oktober 2006 tentang Tanggung Jawab
Pengadilan Tingkat Banding dan Pengadilan Tingkat Pertama Dalam Melaksanakan Pengawasan.
Tujuan dilaksanakannya pengawasan adalah untuk dapat mengetahui kenyataan yang
ada sebagai bahan evaluasi dan pertimbangan dalam menentukan kebijakan dan tindakan yang
dianggap perlu, menyangkut pelaksanaan tugas-tugas aparat, administrasi umum dan administrasi
perkara. Sedangkan fungsi pelaksanaan pengawasan meliputi :
a. Menjaga agar pelaksanaan tugas lembaga peradilan sesuai dengan rencana dan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Mengendalikan agar administrasi peradilan dikelola secara tertib sebagaimana mestinya, dan
aparat peradilan melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya.
c. Menjamin terwujudnya pelayanan publik yang baik bagi para pencari keadilan yang meliputi :
kualitas putusan, waktu penyelesaian perkara yang cepat dan biaya berperkara yang murah.
Dalam melaksanakan pengawasan, Pengadilan Tata Usaha Negara Bandung
menggunakan dua sistem pengawasan sebagai berikut :
1. Pengawasan Melekat
Adalah pengawasan yang bersifat pengendalian yang terus menerus, dilakukan oleh
atasan langsung terhadap bawahannya secara preventif represif, agar pelaksanaan tugas
bawahan tersebut berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan rencana kegiatan dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Pengawasan Fungsional
Adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawas yang khusus ditunjuk untuk
melaksanakan tugas tersebut dalam satuan kerja (Satker) tertentu dan diperuntukkan untuk hal
yang dimaksud. Di Pengadilan Tata Usaha Negara Bandung, pengawasan dilakukan oleh Hakim
Pembina dan Pengawas Bidang sebagaimana Surat Keputusan Ketua Pengadilan Tata Usaha
Negara Bandung Nomor : W2-TUN2/647/PS.00/V/2010 tanggal 24 Mei 2010, tentang
penunjukan Hakim Pembina dan Pengawaan Bidang untuk melakukan pengawasan yang meliputi
14
bidang-bidang sebagai berikut :
1. Sub Bagian Umum
2. Sub Bagian Keuangan
3. Kepaniteraan Perkara (Administrasi keuangan perkara)
4. Sub Bagian Kepegawaian
5. Kepaniteraan Perkara (Adminstrasi tehnis perkara)
6. Kepaniteraan Hukum
DAFTAR NAMA HAKIM PEMBINA DAN PENGAWAS BIDANG
PADA PENGADILAN TATA USAHA NEGARA BANDUNG TAHUN 2011
NO NAMA / NIP JABATANHAKIM PEMBINA DAN
PENGAWAS BIDANG
1. Disiplin F. Manao, S.H., MH./
196107121998031006
Wakil Ketua Koordinator
2. Setyobudi, S.H./
196306251992031003
Hakim Sub Bagian Umum
3. Irhamto, S.H. /
196502231986031004
Hakim Sub Bagian Keuangan
4. Nurakti, S.H. /
196310051989032003
Hakim Kepaniteraan Perkara
(Adminstrasi Keuangan
Perkara)
5. Andry Asani, SH., MH. /
197104091996031001
Hakim Sub Bagian Kepegawaian
6. Elizabeth I.E.H.L. Tobing, SH., M.Hum /
19760705200003002
Hakim Kepaniteraan Perkara
(Administrasi Tehnis Perkara)
7. Poppy Prastiany, SH. /
197910062006042001
Hakim Kepaniteraan Hukum
15
BAB V
PEMBINAAN DAN PENGELOLAAN
A. SUMBER DAYA MANUSIA
1. Sumber Daya Manusia Teknis Yudisial
Selama tahun 2012, Pengadilan Tata Usaha Negara Bandung telah mengirimkan
pelatihan yang diikuti oleh para Hakim, Pani tera /Sekretaris dan pegawai Pengadilan Tata
Usaha Negara Bandung dengan perincian :
1. Prajabatan Tk. II.
2. Diklat Pembekalan Mentor Magang bagi Cakim Terpadu.
3. Diklat Cakim Terpadu I dan Magang I Sebagai Adminstrator MARI.
4. Bimbingan Teknis Pengadaan Barang dan Jasa.
5. Bimbingan Teknis bagi para Hakim di Lingkungan Peratun.
6. Bimbingan Teknis Ketatalaksanaan Perkara Kasasi dan PK TUN.
7. BImbingan Teknis Panitera Muda Perakra Peratun.
8. Workshop Implementasi SEMA No. 14 Tahun 2010.
9. Diklat Sekretaris Pengadilan Tk. I.
10. TOT untuk Diklat Hakim berkelanjutan.
11. Pembinaan Teknis Pedoman Perilaku Hakim (PPH).
12. Diklat Pimpinan Tk. V.
13. Pelatihan Teknis Fungsional bagi Panitera/PP Peratun Wilayah Hukum PT. TUN
seluruh Indonesia.
14. Trainer Convention Penyusunan Diklat II Program PPC.
15. Pelatihan Teknis Fungsional Hakim Hukum Lingkungan.
16. Diklat II Cakim Terpadu lingkungan Peradilan Umum, Agama, Peratun.
17. Konsinyering pengumpulan/Pengiriman berkas perkara secara elektronik.
18. Seminar penyelesaian sengketa dan konflik pertanahan dalam prespektif
pembaharuan hukum pertanahan nasional.
19. Sosialisasi pembentukan sistem jaringan dokumentasi dan informasi hukum.
20. Pelatihan teknis fungsional bagi Hakim Tk. I.
21. Seminar nasional sosialisasi kritisi undang-undang bantuan hukum.
2. Sumber Daya Manusia Non Teknis Yudisial
Beberapa kegiatan yang menyangkut terhadap peningkatan sumber daya
manusia non teknis selama tahun 2010 adalah :
1. Akurasi data laporan SAI.
2. Bimbingan teknis Pengadaan Barang dan Jasa
16
3. Workshop Perencanaan Kas.
4. Monitoring dan Evaluasi atas pelaksanaan penyusunan laporan keuangan satauan
kerja
5. Rekonsiliasi BMN
3. Promosi dan Mutasi
Promosi :
1. Agus Priatna, NIP 195908051983021001, Penata Muda Tk. I (III/b), promosi menjadi
Kasubag Kepegawaian PTUN Serang.
2. Andreas Ases, SH., MH, NIP 197801272001041001, Penata Muda Tk. I (III/b) promosi
menjadi Kasubag Keuanga PTUN Serang.
Mutasi Keluar :
1. Diniart Mayaciptani, SE. NIP : 198209152006042005, Penata Muda Tk. I (III/b) mutasi
dari PTUN bandung ke PTUN Padang.
4. Pengisian Jabatan Struktural
Jabatan Struktural pada Pengadilan Tata Usaha Negara Bandung 2011 telah terisi
semuanya dengan rincian sebagai berikut :
Panitera.Sekretaris : 1 orang
Wakil Sekretaris : 1 orang
Wakil Panitera : 1 orang
Panitera Muda Hukum : 1 orang
Panitera Muda Perkara : 1 orang
Kasub Umum : 1 orang
Kasub Kepegawaian : 1 orang
Kasub Keuangan : 1 orang
17
B. PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA
Berdasarkan Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Keuangan Negara sarana
prasarana dikelola berdasarkan sistem yang disebut dengan SIMAK-BMN adalah suatu sistem
terpadu yang merupakan gabungan prosedur manual dan komputerisasi dalam rangka
menghasilkan data transaksi untuk mendukung penyusunan neraca, disamping itu SIMAK-BMN
juga didukung oleh Aplikasi Persediaan yang berguna untuk menunjang fungsi pengelolaan barang
milik negara.
Dalam pelaksanaan akuntansi barang milik negara dibantu dengan perangkat lunak
(software) yang memungkinkan penyederhanaan dalam proses manual dan mengurangi tingkat
kesalahan dalam pelaksanaannya.
1. Sarana dan Prasana Gedung
GEDUNG KANTOR
Gedung Pengadilan Tata Usaha Negara Bandung terletak di Jalan Diponegoro No. 34
Bandung, berdiri di atas tanah seluas 1792 M2. Pada tahun Anggara 2012 telah dilakukan
Rehabilitasi Tahap II dengan menghabiskan anggaran ± Rp. 5.250.000.000,- (Dua Milyar
Dua Ratus Lima Puluh Juta Rupiah) dan akan di lanjutkan dengan Rehabilitasi Tahap III
pada Tahun Anggaran 2013.
RUMAH DINAS
Rumah Dinas untuk para Hakim tersedia 8 (delapan) buah rumah dengan lokasi di 3 (tiga)
tempat yaitu :
1. Jl. Cijawura Girang No. 04 A, B, C RT/RW 03/01 Kel. Margasari Kec. Margacinta Kab.
Bandung (3 unit rumah).
2. Jl. Jupiter Selatan IV Komp. Margahayu Raya Bandung sejumlah (2 unit rumah).
3. Jl. Rancabolang Barat Kel. Sekejati Kec. Margacinta Bandung (3 unit rumah).
a) Pengadaan
- Tidak ada pengadaan sarana dan prasarana rumah dinas
b) Pemeliharaan
- Pemeliharaan gedung selalu dilakukan dalam rangka terpenuhinya kenyamanan
dalam melaksanakan kegiatan dan Tupoksi sesuai dengan DIPA tahun anggaran
2011.
c) Penghapusan
- Tidak ada penghapusan.
18
2. Sarana dan Prasana Fasilitas Gedung
a) Pengadaan
Selama tahun anggaran 2012 telah di lakukan pengadaan Sarana dan Prasana Peralatan
dan Mesin yaitu 4 Unit PC Unit
b) Pemeliharaan
- Pemeliharaan sarana dan prasrana fasilitas gedung selalu dilakukan dalam rangka
terpenuhinya kenyamanan dalam melaksanakan kegiatan dan Tupoksi sesuai dengan
DIPA tahun anggaran 2012.
c) Penghapusan
- Penghapusan Peralatan dan Mesin masih dalam proses.
POSISI BARANG MILIK NEGARA DI NERACA
POSISI PER TANGGAL 31 DESEMBER 2012
AKUN NERACAJUMLAH
KODE URAIAN
1 2 3
115111 Barang Konsumsi 398.800
131111 Tanah 16.965.000.000
131311 Peralatan dan Mesin 2.069.263.500
131511 Gedung dan Bangunan 5.010.187.000
131712 Irigasi 12.000.000
131921 Aset Tetap Lainnya 16.990.000
153151 Software 49.050.000
154112 Aset Tetap yang tidak digunakan dalamoperasi pemerintah
49.050.000
JUMLAH 24.167.639.300
C. PENGELOLAAN KEUANGAN
Salah satu upaya kongkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
keuangan negara khususnya di Pengadilan Tata Usaha Negara Bandung adalah penyampaian
laporan pertanggungjawaban keuangan yang memenuhi prinsip-prinsip tepat waktu dan sasaran
dengan mengikuti standar-standar akuntansi pemerintah yang telah diterima secara umum.
Laporan pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
disampaikan berupa laporan keuangan tentang realisasi anggaran.
Pada prinsipnya, pengelolaan anggaran yang dilakukan oleh Mahkamah Agung mengacu
pada asas-asas umum pengelolaan keuangan negara sebagaimana dijabarkan oleh Undang-undang
19
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara ke dalam asas-asas umum seperti asas tahunan,
universalitas, asas kesatuan dan asas spesialitas maupun asas-asas baru sebagai percerminan best
practices (penerapan landasan-landasan yang baik) dalam pengelolaan keuangan negara seperti:
akuntabilitas berorientasi hasil, profesionalitas, proporsionalitas, keterbukaan dalam pengelolaan
keuangan negara pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri.
Untuk alokasi anggaran yang diterima oleh Pengadilan Tata Usaha Negara Bandung pada
tahun 2012 ini berjumlah Rp. 6,003,247,000,- (Enam Milyar Tiga Juta Dua Ratus Empat Puluh Tujuh
Ribu Rupiah ), dengan rincian untuk belanja pegawai sebesar Rp. 2,995,098,000,- (Dua Milyar
Sembilan Ratus Sembilan Puluh Lima Juta Sembilan Puluh Delapan Ribu Rupiah). Belanja barang
sebesar Rp. 583,149,000,- (Lima Ratus Delapan Puluh Tiga Juta Seratus Empat Puluh Sembilan Ribu
Rupiah) dan pada belanja modal sebesar Rp. 2,425,000,000,- (Dua Milyar Dua Ratus Lima Juta
Rupiah.).
Untuk realisasi anggaran di tahun 2011 untuk Pengadilan Tata Usaha Negara Bandung
telah mencapai 102 % dari total anggaran di dalam DIPA Tahun 2011, yaitu senilai Rp.
6,003,247,000,- dengan rincian sebagai berikut :
1. Belanja Pegawai (matrik terlampir) :
a. Pagu
- Anggaran yang tersedia dalam DIPA belanja pegawai tahun anggaran 2012 sebesar
Rp. 2,995,098,000,-, dengan rincian sebagai berikut :
51 BELANJA PEGAWAI
511111 BELANJA GAJI POKOK PNS Rp. 1,767,897,000
511119 BELANJA PEMBULATAN GAJI PNS Rp. 44,000
511121 BELANJA TUNJANGAN SUAMI / ISTRI PNS Rp. 138,610,000
511122 BELANJA TUNJANGAN ANAK PNS Rp. 44,844,000
511123 BELANJA TUNJANGAN STRUKTURAL PNS Rp. 47,840,000
511124 BELANJATUNJANGAN FUNGSIONAL PNS Rp. 405,340,000
511125 BELANJA TUNJANGAN PPh PNS Rp. 79,195,000
511126 BELANJA TUNJANGAN BERAS PNS Rp. 84,315,000
511129 BELANJA UANG MAKAN PNS Rp. 322,080,000
511151 TUNJANGAN UMUM PNS Rp. 97,223,000
512211 BELANJA UANG LEMBUR Rp. 7,710,000
JUMLAH Rp. 2,995,098,000
b. Realisasi
- Pelaksanaan pembayaran belanja pegawai tahun anggaran 2011 sebesar Rp.
3,283,597,374,-. Dengan rincian sebagai berikut :
51 BELANJA PEGAWAI
511111 BELANJA GAJI POKOK PNS Rp. 2,074,297,060
511119 BELANJA PEMBULATAN GAJI PNS Rp. 61,978
20
511121 BELANJA TUNJANGAN SUAMI / ISTRI PNS Rp. 155,886,906
511122 BELANJA TUNJANGAN ANAK PNS Rp. 49,439,920
511123 BELANJA TUNJANGAN STRUKTURAL PNS Rp. 47,840,000
511124 BELANJATUNJANGAN FUNGSIONAL PNS Rp. 408,780,000
511125 BELANJA TUNJANGAN PPh PNS Rp. 81,140,600
511126 BELANJA TUNJANGAN BERAS PNS Rp. 140,550,910
511129 BELANJA UANG MAKAN PNS Rp. 277,770,000
511151 TUNJANGAN UMUM PNS Rp. 40,150,000
512211 BELANJA UANG LEMBUR Rp. 7,680,000
JUMLAH 3,283,597,374
c. Sisa
- Sisa belanja pegawai tahun Anggaran 2011 sebesar Rp. - 288,499,374,- dengan
rincian sebagai berikut :
51 BELANJA PEGAWAI
511111 BELANJA GAJI POKOK PNS Rp. (306,400,060)
511119 BELANJA PEMBULATAN GAJI PNS Rp. (17,978)
511121 BELANJA TUNJANGAN SUAMI / ISTRI PNS Rp. (17,276,906)
511122 BELANJA TUNJANGAN ANAK PNS Rp. (4,595,920)
511123 BELANJA TUNJANGAN STRUKTURAL PNS Rp. -
511124 BELANJATUNJANGAN FUNGSIONAL PNS Rp. (3,440,000)
511125 BELANJA TUNJANGAN PPh PNS Rp. (1,945,600)
511126 BELANJA TUNJANGAN BERAS PNS Rp. (56,235,910)
511129 BELANJA UANG MAKAN PNS Rp. 44,310,000
511151 TUNJANGAN UMUM PNS Rp. 57,073,000
512211 BELANJA UANG LEMBUR Rp. 30,000
JUMLAH (288,499,374)
2. Belanja Barang (matrik terlampir) :
a. Pagu
- Anggaran yang tersedia dalam DIPA belanja barang tahun anggaran 2011 sebesar
Rp. 583,149,000,- , dengan rincian sebagai berikut :
521119 BELANJA BARANG OPERASIONAL LAINNYA (OBAT-OBATAN) Rp. 1,500,000
521119 BELANJA BARANG OPERASIONAL LAINNYA (PELANTIKAN) Rp. 3,000,000
521119BELANJA BARANG OPRASIONAL LAINNYA (PAKAIAN DNSPEGAWAI)
Rp. 20,310,000
521119 BELANJA BARANG OPERASIONAL LAINNYA (PERPUSTAKAAN) Rp. 2,500,000
21
523111BELANJA BIAYA PEMELIHARAAN GDG&BGNAN LAINNYA(KANTOR)
Rp. 66,400,000
523119BELANJA BIAYA PEMELIHARAAN GDG&BGNAN LAINNYA(RMH DNS)
Rp. 20,000,000
523121BELANJA BIAYA PEMELIHARAAN PERALATAN&MESINLAINNYA RD 4
Rp. 56,000,000
523121BELANJA BIAYA PEMELIHARAAN PERALATAN&MESINLAINNYA RD 2
Rp. 30,000,000
523129BELANJA BIYA PEMELIHARAAN PERALATAN DAN MESINLAINNYA
Rp. 63,350,000
522111 BELANJA LANGGANAN DAYA DAN JASA Rp. 72,360,000
521114 BELANJA PENGIRIMAN SURAT DINAS POS PUSAT Rp. 5,000,000
521111 BELANJA KEPERLUAN SEHARI-HARI PERKANTORAN Rp. 160,200,000
521115 BELANJA HONOR OPERASIONAL SATUAN KERJA Rp. 33,840,000
524111 BELANJA PERJALANAN DINAS BIASA Rp. 48,689,000
JUMLAH PROGRAM 1066.01.002 Rp. 583,149,000
b. Realisasi
- Pelaksanaan pembayaran belanja barang tahun anggaran 2011 sebesar Rp.
570,960,199,-, dengan rincian sebagai berikut :
521119 BELANJA BARANG OPERASIONAL LAINNYA (OBAT-OBATAN) Rp. 1,500,000
521119 BELANJA BARANG OPERASIONAL LAINNYA (PELANTIKAN) Rp. 3,000,000
521119BELANJA BARANG OPRASIONAL LAINNYA (PAKAIAN DNSPEGAWAI)
Rp.20,250,000
521119 BELANJA BARANG OPERASIONAL LAINNYA (PERPUSTAKAAN) Rp. 2,500,000
523111BELANJA BIAYA PEMELIHARAAN GDG&BGNAN LAINNYA(KANTOR)
Rp.66,370,000
523119BELANJA BIAYA PEMELIHARAAN GDG&BGNAN LAINNYA(RMH DNS)
Rp.19,900,000
523121BELANJA BIAYA PEMELIHARAAN PERALATAN&MESINLAINNYA RD 4
Rp.55,999,850
523121BELANJA BIAYA PEMELIHARAAN PERALATAN&MESINLAINNYA RD 2
Rp.29,999,500
523129BELANJA BIYA PEMELIHARAAN PERALATAN DAN MESINLAINNYA
Rp.63,350,000
522111 BELANJA LANGGANAN DAYA DAN JASA Rp. 60,516,449
521114 BELANJA PENGIRIMAN SURAT DINAS POS PUSAT Rp. 5,000,000
521111 BELANJA KEPERLUAN SEHARI-HARI PERKANTORAN Rp. 160,174,400
521115 BELANJA HONOR OPERASIONAL SATUAN KERJA Rp. 33,840,000
524111 BELANJA PERJALANAN DINAS BIASA Rp. 48,560,000
JUMLAH Rp. 570,960,199
c. Sisa
- Sisa belanja barang tahun Anggaran 2011 sebesar Rp. 12,188,801,- dengan rincian
sebagai berikut :
521119 BELANJA BARANG OPERASIONAL LAINNYA (OBAT-OBATAN) Rp. -
521119 BELANJA BARANG OPERASIONAL LAINNYA (PELANTIKAN) Rp. -
521119 BELANJA BARANG OPRASIONAL LAINNYA (PAKAIAN DNSPEGAWAI)
Rp. 60,000
22
521119 BELANJA BARANG OPERASIONAL LAINNYA (PERPUSTAKAAN) Rp. -
523111 BELANJA BIAYA PEMELIHARAAN GDG&BGNAN LAINNYA(KANTOR)
Rp. 30,000
523119 BELANJA BIAYA PEMELIHARAAN GDG&BGNAN LAINNYA(RMH DNS)
Rp. 100,000
523121 BELANJA BIAYA PEMELIHARAAN PERALATAN&MESINLAINNYA RD 4
Rp. 150
523121 BELANJA BIAYA PEMELIHARAAN PERALATAN&MESINLAINNYA RD 2
Rp. 500
523129 BELANJA BIYA PEMELIHARAAN PERALATAN DAN MESINLAINNYA
Rp. -
522111 BELANJA LANGGANAN DAYA DAN JASA Rp. 11,843,551
521114 BELANJA PENGIRIMAN SURAT DINAS POS PUSAT Rp. -
521111 BELANJA KEPERLUAN SEHARI-HARI PERKANTORAN Rp. 25,600
521115 BELANJA HONOR OPERASIONAL SATUAN KERJA Rp. -
524111 BELANJA PERJALANAN DINAS BIASA Rp. 129,000
JUMLAH Rp. 12,188,801
3. Belanja Modal (matrik terlampir) :
a. Pagu
- Anggaran yang tersedia dalam DIPA belanja modal tahun anggaran 2011 sebesar Rp.
2,425,000,000,- , dengan rincian sebagai berikut :
53 BELANJA MODAL
533121 PENAMBAHAN NILAI GEDUNG Rp. 2,003,450,000
532111 PENGADAAN MEUBELAIR Rp. 58,160,000
532111 PENGADAAN KENDARAAN RODA 4 Rp. 176,190,000
532111 PENGADAAN ALAT PENGOLAH DATA Rp. 108,690,000
532111 PENGADAAN INVENTARIS KANTOR Rp. 78,510,000
JUMLAH RP. 2,425,000,000
b. Realisasi
- Pelaksanaan pembayaran belanja modal tahun anggaran 2011 sebesar Rp.
2,370,509,400,-, dengan rincian sebagai berikut :
53 BELANJA MODAL
533121 PENAMBAHAN NILAI GEDUNG Rp. 1,989,487,000
532111 PENGADAAN MEUBELAIR Rp. 56,700,000
532111 PENGADAAN KENDARAAN RODA 4 Rp. 142,182,400
532111 PENGADAAN ALAT PENGOLAH DATA Rp. 106,990,000
23
532111 PENGADAAN INVENTARIS KANTOR Rp. 75,150,000
JUMLAH RP. 2,370,509,400
c. Sisa
- Sisa belanja modal tahun Anggaran 2011 sebesar Rp. 40,527,600,- dengan rincian
sebagai berikut :
53 BELANJA MODAL
533121 PENAMBAHAN NILAI GEDUNG Rp. 13,963,000
532111 PENGADAAN MEUBELAIR Rp. 1,460,000
532111 PENGADAAN KENDARAAN RODA 4 Rp. 34,007,600
532111 PENGADAAN ALAT PENGOLAH DATA Rp. 1,700,000
532111 PENGADAAN INVENTARIS KANTOR (AC, CCTV.BOR) Rp. 3,360,000
JUMLAH RP. 40,527,600
D. PENGELOLAAN ADMINISTRASI
1. Administrasi Perkara
Administrasi perkara meliputi seluruh kegiatan yang dilakukan oleh aparat
pengadilan yang diberi tugas untuk mengelola penanganan perkara yang meliputi
prosedur penerimaan perkara, keuangan perkara, pemberkasan perkara, penyelesaian
perkara, dan pembuatan laporan perkara sesuai dengan pola yang sudah ditetapkan.
Pengelolaan administrasi peradilan di Pengadilan Tata Usaha Negara Bandung
diarahkan kepada Pengelolaan administrasi dua urusan :
1. Urusan Perkara administrasinya dilakukan oleh Panitera Muda Perkara
- Melaksanakan administrasi perkara, mempersiapkan persidangan perkara,
menyimpan berkas yang masih berjalan dan urusan lain yang berhubungan dengan
perkara.
- Memberi nomor registrasi pada setiap perkara yang diterima di Kepaniteraan
Perkara.
- Mencatat pada setiap perkara yang diterima ke dalam buku daftar disertai catatan
singkat tentang isinya.
- Menyerahkan arsip berkas perkara kepada Panitera Muda Hukum.
2. Urusan Hukum administrasinya dilakukan oleh Panitera Muda Hukum
- Mengumpulkan, mengolah dan mengkaji data, menyajikan statistik perkara,
menyusun laporan perkara, menyimpan arsip berkas perkara, dan melakukan
administrasi lain yang diatur dalam perundang-undangan.
24
2. Administrasi Kesekretariatan
a. Bidang Umum
1. Tertibnya Administrasi Persuratan
- Telah mencatat dan mengagendakan semua surat masuk dan surat keluar
tahun 2011, yaitu surat masuk sebanyak 1117 surat dan surat keluar
sebanyak 1358 surat.
- Mengarahkan surat masuk sesuai disposisi, dan mengirim surat keluar
sesuai dengan tujuan surat.
- Mengarsipkan surat masuk dan surat keluar.
- Menata arsip serta menyimpannya dalam box / filing cabinet dan lemari
arsip.
2. Tertibnya Pengelolaan Barang-barang Inventaris :
- Telah mengelola barang inventaris sesuai dengan Keputusan Sekretaris
MARI Nomor : MA/SEK/173a/XI/2005 tentang Penata Usahaan Barang
Milik Negara di lingkungan Mahkamah Agung dan Pengadilan di semua
lingkungan.
- Membuat laporan Barang Milik Negara semesteran, tahunan dan laporan
Kondisi Barang SIMAK.
- Telah membuat DIR, DIL dan KIB Tanah, Bangunan rumah dinas dan
kendaraan dinas.
- Telah memperpanjang STNK kendaraan roda dua dan roda empat.
- Melakukan pemeliharaan gedung kantor, rumah dinas, kendaraan dinas,
komputer dan meubelair.
3. Tersedianya Alat Tulis Kantor dan Perlengkapan kantor.
- Melaksanakan belanja ATK dan perlengkapan kantor.
- Mencatat penerimaan dan pengeluaran ATK dan perlengkapan lainnya.
- Mendistribusikan barang ATK dan perlengkapan kantor lainnya sesuai
dengan kebutuhan dan permintaan.
4. Pengelolaan Perpustakaan.
- Menerima, mencatat dan memberi nomor buku-buku yang diterima dengan
memberi catalog sesuai dengan klasifikasinya.
- Mencatat peminjaman dan pengembalian buku-buku perpustakaan.
- Menyediakan lemari kaca untuk penyimpanan buku-buku perpustakaan.
- Menyediakan ruang khusus untuk perpustakaan.
25
5. Pengurusan Rumah Tangga Kantor.
- Menjaga keaman kantor.
- Mengangkat tenaga honorer untuk kebersihan dan keamanan kantor.
- Melengkapi sarana kebersihan dan keamanan kantor.
- Melakukan pembangunan dan pengecetan pagar rumah dinas.
- Membuat spanduk dan memasang umbul-umbul jika diperlukan.
6. Mengkoordinir Protokoler.
- Mengkoordinir kegiatan seperti pelantikan, perpisahan, penyambutan
tamu, rapat dan lain-lain.
- Membuat dokumentasi pada setiap kegiatan.
- Mengadakan/mengikuti rapat dan pertemuan.
b. Bidang Administrasi Keuangan
Penataan Administrasi keuangan berada dalam file ditata dalam lemari oleh Kasub
Keuangan dan Bendahara pengeluaran adapun pengurusan administrasi di bidang
keuangan meliputi : melaksanakan program belanja pegawai, belanja barang dan belanja
modal.
- Telah dicairkan gaji pegawai dan pembayaran kepada pegawai setiap bulan serta
pencairan dan pembayaran rapel bila ada kepada pegawai yang bersangkutan.
- Telah dicairkan dan dibayarkan tunjangan kinerja (remunerasi) dan uang makan
kepada pegawai.
- Telah dicairkan dan dibayarkan honorarium kepada pegawai yang bersangkutan.
- Telah dicairkan dan dibayarkan kepada pegawai yang lembur.
- Telah dicairkan dan dibayarkan belanja barang kepada pihak ketiga.
- Telah dicairkan dan dibayarkan belanja modal kepada pihak ketiga.
c. Bidang Administrasi Kepegawaian
Penanganan administrasi di bidang kepegawaian sebagai berikut :
- Kepangkatan meliputi DUK, karpeg/karis/karsu/taspen /askes, KGB, kenaikan
pangkat telah dikelola dengan baik.
- Sarana adminitrasi seperti buku induk, file, buku kendali, statistik kepegawaian
telah ditertibkan.
26
- Jabatan struktural dan fungsional yang ada telah dilakukan pelantikan.
- DP3 telah diberikan kepada pejabat penilai / atasan langsung namun pengisiannya
belum seluruhnya didasarkan pada evaluasi pelaksanaan tugas.
- Jam kerja yang diterapkan sudah sesuai dengan ketentuan dan telah dilakukan
pengontrolan lewat absen.
- Data pegawai telah dibuat dan memuat semua tentang nama hakim, panitera
pengganti, dan pejabat struktural dan fungsional.
27
BAB VI
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Dengan dibuatnya Pelaporan Tahunan ini, dapat memberikan gambaran secara umum
kondisi dari Pengadilan Tata Usaha Negara Bandung dalam tahun 2011 dan dalam laporan ini juga
akan terungkap masalah-masalah yang belum dapat diatasi oleh Pengadilan Tata Usaha Negara
Bandung, sehingga kami membuat suatu kesimpulan dan rekomendari sebagai berikut:
A. Kesimpulan
1. Sumber Daya Manusia perlu ditingkatkan baik secara kuantitas melalui jalur penerimaan
Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dimana masih banyak kekurangan SDM dan secara
kualitas juga masih menjadi keluhan dikarenakan kurangnya pelatihan dalam pengelolaan
di bidang administrasi peradilan dan administrasi umum.
2. Dengan adanya pelatihan, temu karya, pendidikan yang dilaksanakan oleh Mahkamah
Agung RI maka kualitas penyelesaian administrasi, perkara dan putusan semakin
meningkat.
3. Pegawai pada Pengadilan Tata Usaha Negara Bandung masih terdapat kekurangan antara
lain Jurusita dan Tenaga Administrasi.
4. Realisasi anggaran juga telah berjalan dengan baik, hal ini ditandai dengan persentase
realisasi anggaran mencapai 102 %.
B. Rekomendasi
1. Perlu dilanjutkan pelatihan teknis yustisial/penataran/temu karya hakim, pejabat
kepaniteraan, jurusita dan administrasi dalam rangka meningkatkan tenaga peradilan yang
profesional.
2. Sarana gedung kantor Pengadilan Tata Usaha Negara Bandung masih perlu direhabilitasi,
dengan adanya pembangunan gedung tahap ke-2, diupayakan agar sesuai dengan standar
prototype Mahkamah Agung RI.
3. Alokasi jatah CPNS tahun anggaran 2012 untuk pengadilan Tata Usaha Negara Bandung
dapat lebih ditingkatkan mengingat masih kurangnya tenaga administrasi dan Juru Sita.
Demikian penyajian laporan pelaksanaan tugas Tata Usaha Negara Bandung tahun
2011 disusun untuk dijadikan informasi dan masukan sehingga pelaksanaan tugas-tugas pada
masa yang akan datang akan lebih meningkat dan berdaya guna serta berhasil guna.