KATA PENGANTAR -...

104
Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 1 KATA PENGANTAR Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat TA. 2014 sebagai salah satu bagian dari kegiatan diseminasi BPTP Jawa Barat kepada masyarakat yang dilandasi tugas pokok sebagai institusi pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi di Jawa Barat. Informasi berupa laporan hasil kegiatan pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi tersebut merupakan aset intlektual yang diharapkan dapat membantu masyarakat dalam mengembangkan kegiatan agribisnisnya. Dari semua aspek yang dilaporkan dalam Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat TA. 2014 me;iputi: 1) Aspek organisasi dan keragaan sumberdaya ketenagaan, sarana dan prasarana, keuangan, perpustakaan dan laboratorium; 2) Aspek Program penelitian/pengkajian dan diseminasi TA. 2013; dan 3) Ringkasan hasil pengkajian dan diseminasi, dapat memberikan gambaran secara komprehensif kepada berbagai pihak tentang capaian kinerja kegiatan pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasiyang dilaksanakan BPTP Jawa Barat pada TA. 2014. Kiranya, dari laporan ini dapat dipetik informasi dan manfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa yang akan datang, khususnya bagi pengembangan pembangunan pertanian di Jawa Barat. Ucapan terima kasih serta penghargaan kepada Tim Penyusun yang telah meluangkan waktu, sehingga laporan tahunan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya dan kepada seluruh pelaksana kegiatan dan pihak lain yang terlibat dalam kegiatan pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi diucapkan terima kasih. Semoga apa yang telah dilakukan dapat menjadi kebaikan bagi kita semua. Lembang, Maret 2015 Kepala BPTP Jawa Barat, Dr. Ir. Nandang Sunandar, MP. NIP. 19680907 199403 1002

Transcript of KATA PENGANTAR -...

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 1

KATA PENGANTAR

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat TA. 2014 sebagai salah satu bagian dari

kegiatan diseminasi BPTP Jawa Barat kepada masyarakat yang dilandasi tugas pokok sebagai institusi pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi di Jawa Barat. Informasi berupa laporan hasil kegiatan pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi tersebut merupakan aset intlektual yang diharapkan dapat membantu masyarakat dalam mengembangkan kegiatan agribisnisnya.

Dari semua aspek yang dilaporkan dalam Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat TA. 2014 me;iputi: 1) Aspek organisasi dan keragaan sumberdaya ketenagaan, sarana dan prasarana, keuangan, perpustakaan dan laboratorium; 2) Aspek Program penelitian/pengkajian dan diseminasi TA. 2013; dan 3) Ringkasan hasil pengkajian dan diseminasi, dapat memberikan gambaran secara komprehensif kepada berbagai pihak tentang capaian kinerja kegiatan pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasiyang dilaksanakan BPTP Jawa Barat pada TA. 2014.

Kiranya, dari laporan ini dapat dipetik informasi dan manfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa yang akan datang, khususnya bagi pengembangan pembangunan pertanian di Jawa Barat.

Ucapan terima kasih serta penghargaan kepada Tim Penyusun yang telah meluangkan waktu, sehingga laporan tahunan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya dan kepada seluruh pelaksana kegiatan dan pihak lain yang terlibat dalam kegiatan pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi diucapkan terima kasih. Semoga apa yang telah dilakukan dapat menjadi kebaikan bagi kita semua.

Lembang, Maret 2015 Kepala BPTP Jawa Barat,

Dr. Ir. Nandang Sunandar, MP. NIP. 19680907 199403 1002

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 2

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i DAFTAR ISI ................................................................................................. ii DAFTAR TABEL ............................................................................................ iv DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vi BAB-1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1 BAB -2 ORGANISASI DAN KERAGAAN SUMBERDAYA ................................ 3 2.1. Organisasi 2.1.1. Kedudukan, Tugas, dan Fungsi .......................... 3 2.1.2. Susunan Organisasi .......................................... 4 2.2 Sumberdaya ................................................................... 6 2.2.1 Sumberdaya Manusia ....................................... 6 2.2.2. Sumberdaya Prasarana dan Sarana ................... 15 2.2.3. Anggaran ......................................................... 23 2.2.4 Unit Pengelolaan Benih Sumber (UPBS) ............. 24 2.2.5. Perpustakaan ................................................... 27 2.2.6. Laboratorium ................................................... 30 BAB - 3 PROGRAM LITKAJI TAHUN 2014 .................................................. 32 3.1. Judul Kegiatan Pengkajian Dan Diseminasi ........................ 32 3.2. Ringkasan Hasil Pengkajian dan Diseminasi ....................... 34 3.2.1. Pengelolaan Kepegawaian Dan Rumah Tangga .. 34 3.2.2. Dukungan Operasional Penyusunan Laporan

Keuangan SAI Pada Sekretariat UAPPA/B-W ...... 35

3.2.3. Penyusunan Rencana Kegiatan dan Program ..... 36 3.2.4. Evaluasi dan Pelaporan .................................... 38 3.2.5. Panduan Kegiatan ............................................ 39 3.2.6. Pengelolaan Website, Database, dan

Perpustakaan ................................................... 40

3.2.7. Sistem Pengendalian Internal ............................ 41 3.2.8. Manajemen dan Penguatan UPBS BPTP Jawa

Barat ............................................................... 42

3.2.9. Kerja`Sama ..................................................... 44 3.2.10. Pengkajian Teknologi Pakan dan Reproduksi

Ternak Spesifik Lokasi di Jawa Barat .............. 44

3.2.11. Pengkajian Teknologi Spesifik Lokasi Mendukung Ketahanan Pangan di Jawa Barat .......................

47

3.2.12. Kajian Optimalisasi Sumberdaya Air di Lahan Sawah Pengairan Perdesaan .............................

48

3.2.13. Pewilayahan Komoditas Pertanian Berdasarkan 50

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 3

AEZ skala 1:50.000 Mendukung program P2BN di Provinsi Jawa Barat ..........................................

3.2.14. Pengelolaan Sumberdaya Genetik ..................... 51 3.2.1.5. Model Akselerasi Pembangunan Pertanian Ramah

Lingkungan (m-AP2RL) Dengan Pendekatan Analisis Modelling Mendukung Desentralisasi Rencana Aksi (Decentralized Action Plan/Dap) Peningkatan Produksi Beras Di Provinsi Jawa Barat ............................................................... 52

3.2.1.6. Pengkajian Sistem Usahatani Lahan Kering Di Jawa Barat .......................................................

54

3.2.1.7. Kajian Akselerasi Adopsi Teknologi Padi Sawah pada Petani Penerima Program SL-PTT ..............

55

3.2.18. Pengkajian Implementasi Komponen Teknologi PTT dalam Perbaikan Kesejahteraan Petani di Jawa Barat .......................................................

58

3.2.19. Analisis Dampak Kebijakan Pembangunan Pertanian di Jawa Barat ....................................

61

3.2.20. Penyusunan Rencana Strategis BPTP Jawa Barat, 2015-2019 .......................................................

61

3.2.21. Pendayagunaan Hasil Litkaji .............................. 64 3.2.22. Peningkatan Kapasitas Komunikasi Inovasi

Teknologi Pertanian di Jawa Barat ..................... 76

3.2.23. Pengembangan Sistem Informasi PTT PADI ........ 78 3.2.24. Pendampingan Teknologi Mendukung 4 Target

Sukses Kementan ............................................. 79

3.2.25. Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) Di Jawa Barat ...............................................................

88

3.2.26. Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-P3MI) Di Kabupaten Kuningan Dan Garut Jawa Barat .......................................

89

3.2.27. Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-P3MI) Integrasi Tanaman Jagung - Sapi Potong Di Kabupaten Majalengka Provinsi Jawa Barat ..........................................

91

3.2.28. Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-P3MI) Pada Agroekosistem Lahan Kering Di Kabupaten Bandung Jawa Barat

92

3.2.29. Pendampingan KATAM SLPTT Di Provinsi Jawa Barat ...............................................................

93

3.2.30. Perbanyakan Benih Sumber Padi ....................... 94 3.2.31. Perbanyakan Benih Sumber Kedelai .................. 96 BAB-4 PENUTUP .................................................................................... 98

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 4

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Sebaran Pegawai BPTP Jawa Barat per 31 Desember 2014........................................................................... 8

Tabel 2. Jumlah PNS Berdasarkan Golongan per 31 Desember 2014........................................................................... 8

Tabel 3. Perkembangan Jumlah PNS Berdasarkan Golongan, 2010-2014 .................................................................. 8

Tabel 4. Perkembangan PNS Berdasarkan Pendidikan, 2010-2014........................................................................... 10

Tabel 5. Jumlah PNS Berdasarkan Kelompok Jabatan Per 31 Desember 2014............................................................................ 10

Tabel 6. Jabatan Fungsional BPTP Jawa Barat, 2010-2014............................................................................ 11

Tabel 7. Pegawai BPTP Jawa Barat Berdasarkan Kelompok Umur, 2010-2014................................................................... 13

Tabel 8. Keragaan Peneliti Dan Penyuluh Pertanian Berdasarkan Disiplin Ilmu ................................................................ 14

Tabel 9. Realisasi Kenaikan Pangkat dan Tugas Belajar per Desember 2014 ........................................................... 15

Tabel 10. Pegawai yang Mutasi dan Memasuki Masa Purnabakti (Pensiun) 15

Tabel 11. PNS yang Mengikuti Pelatihan Jangka Pendek 2014.................................................................... 16

Tabel 12. Jenis Sarana/Prasarana BPTP Jawa Barat ...................... 17 Tabel 13. Prarasarana dan Sarana BPTP Jawa Barat di Lembang, 2009-

2014 .................................................................. 17 Tabel 14. Prarasarana dan Sarana BPTP Jawa Barat di Kebun

Cipaku, 2009-2014 ...................................................... 18 Tabel 15. Type, Jumlah dan Luasan Rumah Dinas BPTP Jawa Barat,

2014 ................................................................. 18 Tabel 16. Prarasarana dan Sarana UPBS BPTP Jawa Barat, 2009-2014

........................................................................... 19 Tabel 17. Jenis Kendaraan Bermotor Roda 4 BPTP Jawa Barat ....... 20 Tabel 18. Jumlah dan Jenis Kendaraan Bermotor Roda 2 BPTP Jawa

Barat ................................................................. 21 Tabel 19. Anggaran BPTP Jawa Barat, Tahun Anggaran, 2014..... 24 Tabel 20. Pekerjaan Belanja Barang Modal, 2014 ......................... 25 Tabel 21. Produksi Benih Sumber dan Benih Sebar Padi BPTP Jawa

Barat, 2012-2014 ........................................................ 26

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 5

Tabel 22. Target dan Realisasi Produksi Benih Sumber Kedelai, 2014 ........................................................................... 27

Tabel 23. Distribusi Benih Kedelai UPBS BPTP Jawa Barat, 2014 ...... 27 Tabel 24. Keragaan publikasi tercetak perpustakaan BPTP Jawa Barat

.......................................................................... 30 Tabel 25. Personil Penyelenggara Laboratorium BPTP Jawa Barat .. 32 Tabel 27. Periode Suplai Air, Volume Air dan Efisiensi Kebutuhan

Air di Lahan Sawah ..................................................... 50 Tabel 28. Perkembangan Populasi Ternak Domba ........................ 68 Tabel 29 Perkembangan Populasi pada Visitor Ternak Kelinci ... 69 Tabel 30. Kebutuhan Teknologi Komoditas Jagung ....................... 70 Tabel 31. Kebutuhan Teknologi Komoditas Kedelai .................. 71 Tabel 32. Kebutuhan Teknologi Komoditas Bawang Merah ........ 71 Tabel 33. Kebutuhan Teknologi Komoditas Pisang ................... 72 Tabel 34. Hasi Display Varietas pada kegiatan PKAH, 2014 ............ 86 Tabel 35. Produksi Tebu pada kegiatan P2T3, 2014 ...................... 88

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 6

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Struktur Organisasi BPTPJawa Barat ............................ 5

Gambar 2. Struktur Organisasi Internal BPTP Jawa Barat ................ 6

Gambar 3. Komposisi PNS Berdasarkan Golongan, 2010-2014 ......... 9

Gambar 4. Komposisi PNS Berdasarkan Tingkat Pendidikan ............ 9

Gambar 5. Perkembangan Jabatan Fungsional Peneliti, 2010-2014 .. 11

Gambar 6. Perkembangan Jabatan Fungsional Penyuluh, 2010-2014 12

Gambar 7. Persentase PNS Berdasarkan Kelompok Umur, 2014 ...... 13

Gambar 8. Proporsi Pagu Anggaran BPTP Jawa Barat, 2014 .......... 24

Gambar 9. Perkembangan Pagu Anggaran BPTP Jawa Barat, 2014 .. 25

Gambar 10. Produksi Benih Padi UPBS BPTP Jawa Barat .................. 26

Gambar 11. Distribusi Benih Padi UPBS BPTP Jawa Barat ................. 27

Gambar 12. Susunan Organisasi Laboratorium BPTP Jawa Barat ....... 32

Gambar 13. Aktivitas Pembuatan Pakan Suplemen Berbentuk Complete Feed ............................................................ 47

Gambar 14. Penampilan Pedet Kembar dan Aplikasi Pemberian Pakan Suplemen .................................................................. 47

Gambar 15. Kegiatan Pengembangan Pangan Alternatif Untuk Meningkatkan Nilai Tambah Ubikayu ............................. 49

Gambar 16. Produktivitas Enam Varietas Kedelai Pada Empat Unit Display (t/ha) ............................................................. 84

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 1

BAB - 1 PENDAHULUAN

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat didirikan pada tanggal

1 April 1994 ditetapkan dengan Keputusan Menteri Pertanian RI Nomor: 798/Kpts/OT.210/12/94. Pada waktu itu BPTP Jawa Barat disebut dengan nama BPTP Lembang dengan wilayah tugas meliputi Provinsi Jawa Barat dan Provinsi DKI Jakarta. Keputusan Menteri Pertanian RI Nomor: 798/Kpts/OT.210/12/94 tersebut telah mengalami beberapa kali perubahan, yaitu pertama kali melalui perubahannya Peraturan Menteri Pertanian RI No. 350/Kpts/OT.210/6/2001. Dengan Peraturan Menteri Pertanian RI No. 350/Kpts/OT.210/6/2001 nama BPTP lembang berubah menjadi BPTP Jawa Barat dan terakhir perubahan melalui Peraturan Menteri Pertanian RI No. 20/Permentan/OT.140/3/2013. Melalui Peraturan Menteri Pertanian RI No. 20/Permentan/OT.140/3/2013 fungsi BPTP Jawa Barat ditambah dengan fungsi pelaksanaan penyusunan program, rencana kerja, anggaran, evaluasi dan laporan pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi.

Sejak tahun 1994 yaitu pada saat BPTP Jawa Barat didirikan telah banyak yang dikerjakan dan diantara hasilnya telah banyak pula yang dimanfaatkan oleh peamngku kepentingan maupun petani. Namun demikian masih banyak pula masalah yang belum sepenuhnya tertangani dan oleh karenanya diperlukan upaya atau inovasi untuk mengantisipasi permasalahan tersebut yang mampu memberikan solusi bagi pembangunan pertanian di Jawa Barat.

BPTP Jawa Barat menyadari bahwa dinamika pembangunan pertanian yang begitu pesat diiringi dengan berbagai permasalahan seperti perubahan iklim yang dinamis, konversi sumber daya lahan pertanian ke non pertanian, pelarian tenaga kerja pertanian kepada lapangan pekerjaan lain, penguasaan lahan pertanian yang semakin sempit serta kurang responnya petani kepada inovasi yang diintroduksikan menuntut

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 2

BPTP Jawa Barat untuk lebih banyak lagi berupaya menghasilkan rakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi yang dibutuhkan oleh petani.

Disamping itu, sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian serta institusi terdepan Kementerian Pertanian di daerah, BPTP Jawa Barat dituntut lebih berperan dalam menyukseskan visi dan misi Kementerian Pertanian di daerah, tidak hanya melalui rakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi yang dihasilkan namun juga melalui peran kelembagaan yaitu sebagai intermediator kelembagaan lain dalam penerapan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi.

Peran sebagai intermediator kelembagaan diperlukan mengingat adanya peran kelembagaan lain dalam mendukung keberhasilan misi Kedaulatan Pangan. Kelembagaan lain tersebut sudah barang tentu memerlukan rujukan arah dan implementasi dalam penerapan teknologi pertanian tepat guna. Kondisi inilah yang harus diisi oleh BPTP Jawa Barat untuk menjadikan kelembagaan tersebut menjadi lembaga yang memiliki akselerasi yang sama cepatnya dalam penerapan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi.

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 3

BAB - 2 ORGANISASI DAN KERAGAAN

SUMBERDAYA

2.1. Organisasi 2.1.1. Kedudukan, Tugas, dan Fungsi

BPTP Jawa Barat adalah UPT di bidang pengkajian dan diseminasi teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi yang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya bertanggung jawab kepada Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dikoordinasikan oleh Kepala Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Kementerian Pertanian.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian RI No. 20/Permentan/OT.140/3/2013, BPTP Jawa Barat mempunyai tugas: “Melaksanakan pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi”. Dalam melaksanakan tugasnya tersebut, BPTP Jawa Barat menyelenggarakan fungsi : 1. pelaksanaan penyusunan program, rencana kerja, anggaran, evaluasi dan laporan

pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi;

2. pelaksanaan inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi;

3. pelaksanaan penelitian, pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi;

4. pelaksanaan pengembangan teknologi dan diseminasi hasil pengkajian serta perakitan materi penyuluhan;

5. penyiapan kerjasama, informasi, dokumentasi, serta penyebarluasan dan pendayagunaan hasil pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi;

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 4

6. pemberian pelayanan teknik pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi tepat guna spesifik lokasi; dan

7. pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan, rumah tangga dan perlengkapan BPTP.

2.1.2. Susunan Organisasi

Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 20/Permentan/ OT.140/3/2013 tanggal 11 Maret 2013, menetapkan bahwa susunan organisasi BPTP Jawa Barat terdiri atas : (a) Kepala; (b) Subbagian Tata Usaha; (c) Seksi Kerja Sama dan Pelayanan Pengkajian; (d) Kelompok Jabatan Fungsional, dan (e) Kebun Percobaan Cipaku, Bogor.

Gambar 1. Struktur Organisasi BPTPJawa Barat

Kepala BPTP Jawa Barat adalah jabatan struktural eselon III a dalam melaksanakan tugas dibantu oleh Kepala Subbagian Tata Usaha dan Kepala Seksi Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian dengan jabatan struktural eselon IV a. Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, surat menyurat dan rumah tangga. Sedangkan Seksi Kerja sama dan Pelayanan Pengkajian mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan program, rencana kerja, anggaran, pemantauan, evaluasi dan laporan serta penyebarluasan dan pendayagunaan hasil, serta pelayanan sarana teknis pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi.

SEKSI KERJASAMA DAN PELAYANAN

PENGKAJIAN

SUB BAGIAN TATA USAHA

KEBUN PERCOBAAN CIPAKU-BOGOR

KEPALA BALAI

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 5

Sesuai dengan kubutuhan kelembagaan internal, susunan organisasi BPTP Jawa Barat tersebut di atas dikembangkan dengan membentuk kelembagaan internal yang diperlukan untuk menunjang tugas dan fungsi serta kinerja Balai dalam pelaksanaan pengkajian dan diseminasi teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi.

Keputusan Kepala Balitbangtan Nomor: OT.130.95.2003 tanggal 31 Desember 2003 tentang Pembentukan Kelembagaan Internal pada Unit Kerja dan Unit Pelaksana Teknis di Lingkup Balitbangtan, menetapkan bahwa kinerja dan kebehasilan BPTP Jawa Barat disamping ditentukan oleh peneliti, juga sangat ditentukan oleh penyuluh. Untuk mewadahi tenaga fungsional peneliti dan penyuluh diperlukan lembaga kelompok fungsional peneliti dan penyuluh yang berdasarkan pada bidang kegiatan dan/atau disiplin ilmu. Kelompok fungsional peneliti dan penyuluh tersebut selanjutnya disebut sebagai Kelompok Pengkaji atau disingkat KELJI. Kelji di BPTP Jawa Barat terdiri atas : 1) Sumber Daya Pertanian, 2) Budidaya, 3) Sosial Ekonomi Pertanian (Sosek), dan 4) Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian (MTHP).

Gambar 2. Struktur Organisasi Internal BPTP Jawa Barat

Kepala Balai

Sub Bag Tata Usaha

Laboratorium

Pelayanan Pengkajian

Kerjasama

Budidaya Sumberdaya Sosek MTHP Arsiparis & Pustakawan

Keuangan

Rumah Tangga & Perlengkapan

Kepegawaian

Seksi Kerjasama & Pelayanan Pengkajian

Program UPBS Kebun Percobaan Kelompok Jabatan Fungsional/

Kelompok Pengkaji (Kelji)

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 6

Kelompok Jabatan Fungsional terdiri atas Jabatan Fungsional Peneliti, Penyuluh Pertanian, Teknisi Litkayasa, Pustakawan, dan Arsiparis. Kelompok Jabatan Fungsional Peneliti dan Penyuluh Pertanian mempunyai tugas: (a) melakukan inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi; (b) melakukan penelitian, pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi; (c) melakukan kegiatan fungsional lainnya sesuai dengan peraturan perundangan-perundangan yang berlaku.

Kelompok Jabatan Fungsional Penyuluh mempunyai tugas: (a) melakukan pengembangan teknologi dan diseminasi hasi pengkajian serta perakitan materi penyuluhan; (b) melakukan kegiatan fungsional lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Kelompok Jabatan Fungsional lainnya yang ada di BPTP Jawa Barat adalah Teknisi Litkayasa, Pustakawan, dan Arsiparis mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.2. Sumberdaya 2.2.1. Sumberdaya Manusia

Pegawai BPTP Jawa Barat keberadaannya tersebar di dua lokasi, yaitu Lembang, Bandung dan Cipaku, Bogor. Pada tahun 2013 Pegawai BPTP Jawa Barat, berjumlah 168 orang yang terdiri dari: Pegawai Negeri Sipil (PNS) 140 orang, dan tenaga kontrak 28 orang. Pada Desember 2014 pegawai BPTP Jawa Barat berjumlah 164 yaitu PNS sebanyak 136 orang, dan tenaga kontrak sebanyak 28 orang. Jumlah pegawai BPTP Jawa Barat tersebut menurun, hal ini dikarenakan adanya 2 orang PNS yang pensiun pada tahun 2014 dan 1 orang mutasi/alih tugas ke instansi di lingkup Balitbangtan.

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 7

Tabel 1. Sebaran Pegawai BPTP Jawa Barat per 31 Desember 2014.

No Unit Kerja Status Kepegawaian (orang) Jumlah (Orang) PNS CPNS Kontrak

1 BPTP Jawa Barat 126 - 27 153

2 KP. Cipaku 10 - 1 11

Jumlah 136 - 28 164 Berdasarkan golongan, PNS BPTP Jawa Barat pada tahun 2014 terdiri atas PNS

Golongan I sebanyak 8 orang (5.88%), Golongan II sebanyak 25 orang (18.38%), Golongan III sebanyak 79 orang (58.09%), dan Golongan IV sebanyak 24 orang (17.65%).

Tabel 2. Jumlah PNS Berdasarkan Golongan per 31 Desember 2014

No Unit Kerja Golongan (orang ) Jumlah (orang) IV III II I

1 BPTP Jawa Barat 24 74 23 5 126

2 KP. Cipaku - 5 2 3 10

Jumlah 24 79 25 8 136

Dilihat dari perkembangan jumlah PNS BPTP Jawa Barat tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 jumlahnya menurun dari 147 orang (2010) menjadi 136 orang (2014). PNS yang jumlahnya menurun yaitu PNS Golongan I, II, dan III. Sepertidisebutkan di atas menurunnya jumlah PNsS BPTP Jawa Barat tersebut disebabkan adanyan PNS yang pensiun dan mutasi/alih tugas.

Tabel 3. Perkembangan Jumlah PNS Berdasarkan Golongan, 2010-2014 Golongan Tahun

2010 2011 2012 2013 2014 Golongan (orang)

I 13 11 10 9 8 II 34 34 31 27 25 III 78 81 79 80 79 IV 22 22 21 24 24

Jumlah 147 148 141 140 136 Golongan (%)

I 8.84 7.43 7.09 6.43 5.88 II 23.13 22.97 21.99 19.29 18.38 III 53.06 54.73 56.03 57.14 58.09 IV 14.97 14.86 14.89 17.14 17.65

Jumlah 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 Sumber: SIMPEG BPTP Jawa Barat, 2010-2014

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 8

Berdasarkan golongan, komposisi PNS BPTP Jawa Barat terdiri atas PNS Golongan I, II, III, dan IV dan diantaranya yang paling banyak pada tahun 2014 adalah PNS golongan III dengan jumlah 79 orang (58,09%).

Sumber: SIMPEG BPTP Jawa Barat, 2010-2014

Gambar 3. Komposisi PNS Berdasarkan Golongan, 2010-2014

Berdasarkan pendidikan, PNS BPTP Jawa Barat terdiri atas PNS dengan pendidikan SD, SLTP, SLTA, D3, S1, S2, dan S3. PNS yang paling banyak adalah PNS dengan pendidikan S1 dan SLTA, dengan jumlah masing-masing S1 sebanyak: 45 orang (31%) dan SLTA sebanyak : 41 orang (31%). Komposisi PNS BPTP Jawa Barat tersebut akan terus dikembangkan mengingat kebutuhan pelayanan pengkajian dan diseminasi juga terus berkembang.

Sumber: SIMPEG BPTP Jawa Barat, 2010-2014 Gambar 4. Komposisi PNS Berdasarkan Tingkat Pendidikan

S35%

S216%

S133%

D41%

SM1%

D37%

SLTA30%

SLTP2% SD

5%

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 9

Tabel 4. Perkembangan PNS Berdasarkan Pendidikan, 2010-2014

No Pendidikan Akhir Tahun 2010 2011 2012 2013 2014

1 S3 6 4 5 6 7 2 S2 22 24 23 25 22 3 S1 44 46 45 47 45 4 D4 0 0 1 1 1 5 SM 2 3 1 1 1 6 D3 12 13 13 10 10 7 SLTA 45 44 42 41 41 8 SLTP 4 3 4 3 3 9 SD 11 10 7 7 7

Jumlah 146 147 141 141 137 Sumber: SIMPEG BPTP Jawa Barat, 2010-2014

Berdasarkan kelompok jabatan, pegawai BPTP Jawa Barat dibagi dalam

kelompok struktural dan kelompok fungsional. Kelompok struktural sebanyak : 3 orang (2,21%) dan tenaga administrasi/Fungsional Umum 79 Orang (55,88%) dan tenaga fungsional khusus sebanyak 57 orang (41,91%). Tenaga fungsional khusus terdiri atas: peneliti, penyuluh pertanian, teknisi litkayasa, pustakawan dan arsiparis. Tenaga administrasi dan kelompok jabatan fungsional peneliti merupakan kelompok jabatan yang memiliki jumlah anggota paling banyak dibandingkan kelompok jabatan lainnya.

Tabel 5. Jumlah PNS Berdasarkan Kelompok Jabatan Per 31 Desember 2014

No Jabatan Lokasi Jumlah (orang)

Jumlah (%) Lembang Cipaku Bogor

1 Struktural 3 - 3 2.21

2 Tenaga Fungsional Umum 68 8 76 55.88

3 Tenaga Fungsional Khusus 47 10 57 41.91

Jumlah 126 10 136 100.00

Sebagaimana disebutkan di atas, BPTP Jawa Barat adalah UPT Balitbangtan di daerah yang memiliki fungsi di bidang pengkajian dan diseminasi teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi. Oleh karenanya didalam struktur kepegawaiannya terdapat PNS dengan jabatan fungsional. Hingga saat ini BPTP Jawa Barat memiliki PNS dengan jabatan fungsional sebagai Peneliti, Penyuluh Pertanian, Teknisi Litkayasa, Pustakawan, dan Arsiparis.

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 10

Tabel 6. Jabatan Fungsional BPTP Jawa Barat, 2010-2014

No Nama Fungsional Tahun 2010 2011 2012 2013 2014

1 Peneliti 27 25 40 32 33 2 Pustakawan 1 1 1 1 2 3 Teknisi Litkayasa 4 4 20 4 4 4 Arsiparis 1 1 - - 1 5 Penyuluh Pertanian 14 17 19 20 20

Jumlah 47 48 80 57 60 Sumber: SIMPEG BPTP Jawa Barat, 2010-2014

Berdasarkan jenjangnya Jabatan Fungsional Peneliti terdiri atas Peneliti Utama,

Peneliti Madya, Peneliti Muda, Peneliti Pertama, Peneliti Non Klasifikasi. Jumlah antara Fungsional Peneliti Madya, Peneliti Muda, Peneliti Pertama cukup seimbang. Namun demikian jumlah jabatan fungsional peneliti tersebut tidak banyak berkembang sejak tahun 2010.

Sumber: SIMPEG BPTP Jawa Barat, 2010-2014 Gambar 5. Perkembangan Jabatan Fungsional Peneliti, 2010-2014

Jabatan lain yang tidak kalah penting peranannya dalam pelaksanaan tugas

dan fungsi BPTP Jawa Barat, adalah Jabatan Fungsional Penyuluh Pertanian. Penyuluh Pertanian BPTP adalah Penyuluh Pertanian dalam kelompok Penyuluh Pertanian Ahli. Berdasarkan jenjangnya Penyuluh Pertanian Ahli terdiri atas: 1) Penyuluh Pertanian

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 11

Utama, 2) Penyuluh Pertanian Madya, 3) Penyuluh Pertanian Muda, 4) Penyuluh Pertanian Pertama, dan 5) Penyuluh Non Klas.

Dari sejumlah jabatan fungsional penyuluh pertanian tersebut, PNS dengan Jabatan Fungsional Penyuluh Pertanian Madya adalah yang terbanyak yaitu berjumlah 10 orang. Jumlah jabatan fungsional penyuluh pertanian di BPTP Jawa Barat tersebut juga tidak banyak berkembang sejak tahun 2010 hingga tahun 2014.

Sumber: SIMPEG BPTP Jawa Barat, 2010-2014 Gambar 6. Perkembangan Jabatan Fungsional Penyuluh, 2010-2014

Berdasarkan kelompok umur, PNS BPTP Jawa Barat merupakan PNS pada

kelompok umur > 26 tahun s/d > 60 tahun dan juga tidak sedikit jumlahnya PNS BPTP Jawa Barat yang memiliki usia 51-55 tahun (22,79%) dan usia 56-60 (16,18%). Jumlah PNS dengan usia 56-60 tahun meningkat dari 2,72% (2010) menjadi 16,18% (2014). Jumlah pegawai yang memasuki masa pensiun sebanyak 22 orang (16,18%) tersebut perlu diperhitungkan mengingat dukungan pegawai BPTP akan semakin berkurang. Padahal disatu sisi dengan cakupan dan dinamika tugas dan fungsi BPTP Jawa Barat yang semakin meningkat dari tahun ke tahun akan memerlukan dukungan pegawai dengan jumlah yang memadai.

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 12

Tabel 7. Pegawai BPTP Jawa Barat Berdasarkan Kelompok Umur, 2010-2014

Kelompok Umur Tahun (orang) Tahun (%) 2010 2014 2010 2014

≤ 20 0 0 - - 21-25 5 0 3.40 - 26-30 11 6 7.48 4.41 31-35 20 16 13.61 11.76 36-40 18 16 12.24 11.76 41-45 22 23 14.97 16.91 46-50 32 21 21.77 15.44 51-55 35 31 23.81 22.79 56-60 4 22 2.72 16.18 > 60 0 1 - 0.74

Jumlah 147 136 100.00 100.00 Sumber: SIMPEG BPTP Jawa Barat, 2010-2014

Sumber: SIMPEG BPTP Jawa Barat, 2010-2014

Gambar 7. Persentase PNS Berdasarkan Kelompok Umur, 2014 Peneliti dan penyuluh Pertanian BPTP Jawa Barat memiliki gelar akademis dan

disiplin ilmu beragam. Jumlah Peneliti dan Penyuluh Pertanian sebanyak 50 orang terdiri dari 26 orang berpendidikan sarjana, 19 orang magister dan 5 orang Doktor. Keadaan ini pada setiap tahun terus dikembangkan dan disesuaikan melalui program pendidikan jangka panjang Magister dan Doktor. Keragaan peneliti dan Penyuluh pertanian berdasarkan disiplin ilmu disajikan pada tabel berikut ini.

≤ 20 th(0%)

21-25 th(0%)

26-30 th(4%) 31-35 th

(12%)

36-40 th(12%)

41-45 th(17%)

46-50 th(15%)

51-55 th(23%)

56-60 th(16%)

> 60 th(1%)

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 13

Tabel 8. Keragaan Peneliti Dan Penyuluh Pertanian Berdasarkan Disiplin Ilmu

No Disiplin Ilmu Tingkat Pendidikan (orang) Jumlah Sarjana Magister Doktor 1. Ilmu Tanaman - 2 - 2 2. Agribisnis - 3 - 3 3. Sosek Pertanian 9 2 1 12 4. Budidaya Pertanian 2 - - 2 5. Biologi 1 - - 1 6. Ilmu Pangan - 1 - 1 7. Teknologi Pasca Panen - 1 - 1 8. Teknik Industri Pertanian - 1 1 2 9. Teknologi Hasil Pertanian 1 - - 1 10. Ilmu Sosial - 2 - 2 11. Ekofisiologi Tanaman - 1 - 1 12. Sosiologi - - 1 1 13. Ilmu Keteknikan Pertanian - - 1 1 14. Agronomi - 1 1 2 15. Teknologi Benih - - 1 1 16. Hama Penyakit 3 - - 3 17. Agroklimat - 1 - 1 18. Pemuliaan Tanaman 2 1 - 3 19. Ilmu Ternak 5 1 - 6 20. Produksi Ternak 1 - 1 21. Komunikasi Pemb.Pertanian - 1 - 1 22. Penyuluh Pertanian 1 - - 1 23. Ilmu Penyuluhan - 1 - 1

Kenaikan pangkat regular dan fungsional dilaksanakan setiap bulan April dan Oktober. Pada April tahun 2014 PNS BPTP Jawa Barat sebanyak 12 orang yang tertdiri dari Kenaikan Pangkat Reguler 11 orang dan Kenaikan pangkat Fungsional sebanyak 1 orang sedangkan bulan Oktober kenaikan pangkat Fungsional sebanyak 5 orang. Sesuai dengan pasal 12 ayat 1 PP Nomor 3 tahun 1980, PNS yang menduduki jabatan fungsional kenaikan pangkatnya disamping harus memenuhi angka kredit juga harus memenuhi syarat lainnya sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Kenaikan Pangkat Reguler dan fungsional disajikan pada tabel berikut ini.

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 14

Tabel 9. Realisasi Kenaikan Pangkat dan Tugas Belajar per Desember 2014 No Kenaikan Pangkat Golongan Ruang Waktu Realisasi (orang) Jumlah

(orang) Lama Baru April Oktober 1. Reguler III/c III/d 2 - 2

III/a III/b 3 - 3 II/d III/a 3 - 3 II/c II/d 1 - 1 II/b II/c 1 - 1 I/d II/a 1 - 1

2. Penyesuaian Ijasah - - - - - 3. Fungsional IV/d IV/e - 1 1

IV/b IV/c - 1 1 IV/a IV/b 1 1 2 III/c III/d - 1 1 III/b III/c - 1 1

4. Struktural - - - - - 5. Tugas Belajar - - - - -

S2 ke S3 - - - - 2 S1 ke S2 - - - - 3 SLTA ke S1 - - - - 1 Pada tahun 2014 Pegawai Negeri Sipil yang telah memasuki purnabakti (pensiun)

sejumlah 2 orang dan mutasi/alih tugas sejumlah 4 orang.

Tabel 10 . Pegawai yang Mutasi dan Memasuki Masa Purnabakti (Pensiun)

No Nama Pegawai Golongan Ruang TMT Keterangan

1. Estie Estalita, S.Kom III/a 01-01-2014 Pindah 2. Wage, SP III/b 01-01-2014 Pindah 3. Dini Florina, SP III/a 01-01-2014 Pindah 4. Nia Rachmawati, SP, M.Si III/b 01-10-2014 Pindah 5. Dra. Indah Nurhati P IV/a 01-05-2014 Pensiun 6. Ir. Euis Rokayah, MP IV/b 01-10-2014 Pensiun

Pengembangan Sumberdaya Manusia (SDM) melalui pelatihan jangka pendek

tetap menjadi prioritas BPTP Jawa Barat. Kegiatan ini bertujuan: 1) meningkatkan keahlian, keterampilan atau profesionalisme pejabat fungsional dan staf administrasi; 2) meningkatkan eksistensi dan akuntabilitas BPTP Jawa Barat; serta 3) meningkatkan kualitas kerja individu maupun kerjasama tim. Kegiatan pengembangan SDM dilaksanakan dengan 2 (dua) metoda yaitu in house training dan pelatihan yang diselenggarakan oleh Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian maupun

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 15

pelatihan yang diselenggarakan institusi/lembaga lainnya yang kompeten dalam pengembangan SDM dan kinerja instansi.

Tabel 11. PNS yang Mengikuti Pelatihan Jangka Pendek 2014 No Nama Topik Pelatihan Tempat

Pelaksanaan Tanggal Pelaksanaan

1 Erwin Yuli K, SE Workshop Penyusunan Laporan Keuangan Semester II TA.2013

Bekasi 11-13 Januari 2014

2 Ir.Hasmi Bandjar, M.Si Workshop Penyusunan Laporan Keuangan Semester II TA.2013

Bekasi 11-13 Januari 2014

3 Mochamad Yunus, SE Workshop Penyusunan Laporan Keuangan Semester II TA.2013

Bekasi 11-13 Januari 2014

4 Neneng Martini, A.Md Diklat SIMAK BMN Bogor 23 sd.28 Pebruari 2014 5 Deni Sunardi Diklat SIMAK BMN Bogor 23 sd.28 Pebruari 2014 6 Mira Putri Utami, SE Temu Koordinasi Pengelolaan SAPK Bogor 29 s.d. 31 Januari 2014 7 Ir. Restu Desi D,

Ir. Hasmi Bandjar, Apikin, SE Dr.Nana Sutrisna Ir.Anna Sinaga Dr.Oswald Marbun

Workshop Optimalisasi Manajemen Sumberdaya Mendukung Peningkatan Kinerja BPTP dalam Percepatan Diseminasi Inovasi Pertanian

Bandung 21 s.d.23 Pebruari 2014

8 Yati Haryati, SP,MSc Diklat Jabatan Fungsional Tk. Lanjutan

Jakarta 16 s.d.21 Maret 2014

9 Erni Gustiani, SPt Diklat Jabatan Fungsional Tk. Lanjutan

Jakarta 16 s.d.21 Maret 2014

10 Ir.R.Siti Lia M Diklat Jabatan Fungsional Tk. Lanjutan

Jakarta 16 s.d.21 Maret 2014

11 Ir. Hasmi Bandjar,MSi Ir. Restu Desi D

Sosialisasi e-formasi pegawai secara elektronik dan penyelesaian kebutuhan pegawai BPTP Jabar

Jakarta 21 s.d. 22 Maret 2014

12 Iwan Suwandi Agus Rohimat G Asep Gunawan Wawan Wahyudin Ani Maryani

Diklat Teknis Litkayasa Bogor 1 s.d. 7 April 2014

13 Dr.Meksy Dianawati Reentry program bagi eks petugas belajar Badan Litbang

Bogor 14 s.d 17 April 2014

14 Ir. Restu Desi D Pertemuan Bakohumas Lembang 15 s.d.17 April 2014 15 Aep Suparman Diklat Teknisi Litkayasa Makasar 9 s.d. 16 Juni 2014 16 Ratna Sari, SP Diklat Fungsional Peneliti

Tk.Pertama Bogor 5 s.d. 25 Juni 2014

17 Neneng Ratna P, SP Predeparture Training Petugas Belajar Luar Negeri

Bogor 10 s.d.24 Juni 2014

18 Kiki Kusyaeri, SP Diklat Fungsional Peneliti Tk.Pertama

Bogor 31 Agus s.d. 20 Sept 2014

19. Nur Fajar, A.md Bintek Penyusutan Arsip Lembang 11 s.d. 13 Sept 2014 20. Nia Rachmawati,SP. MSi

Atang M Safei, SP Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Peneliti Sosek

Bogor 10 Okt s.d. 1 Nop 2014

21. Nur Fajar, A.Md Forum Arsiparis Kementerian Pertanian

Yogya 16 s.d. 18 Oktober 2014

2.2.2. Sumberdaya Prasarana dan Sarana Distribusi prasarana dan sarana BPTP Jawa Barat juga tersebar di dua lokasi

yaitu di Lembang dan KP. Cipaku, terdiri dari: 1) tanah/lahan; 2) bangunan; 3) kendaraan (alat angkut darat); 4) peralatan dan mesin; 5) alat rumah tangga kantor.

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 16

BPTP Jawa Barat memiliki tanah seluas 35,720 m2 berada di KP. Cipaku Bogor. Lahan di Lembang yang diperuntukkan sebagai gedung kantor, laboratorium, infrastruktur, rumah kaca, workshop dan guest house adalah pinjaman Pemda setempat. Sedangkan lahan di KP. Cipaku diperuntukkan sebagai gedung kantor dan kebun plasma nutfah buah buahan.

Tabel 12. Jenis Sarana/Prasarana BPTP Jawa Barat Jenis Sarana/Prasarana Lokasi (m2) Jumlah Lembang Cipaku

1. Bangunan Gudang 3.314 21 3.527 2. Emplasemen Kantor 6.686 3000 9.686 3. Rumah Dinas 5.605 - 5.605 4. Kebun Plasmanutfah - 32.507 32.507 5. Bangunan Prosesing Benih padi 174 - 174

Jumlah 15.779 35.720 51.499

Prarasarana dan Sarana BPTP Jawa Barat di Lembang terdiri atas: a) Bangunan Kantor, b) Mess, c) Perumahan Karyawan, d) Guest House, e) Laboratorium, f) Aula, g) Lantai Jemur, h) Kandang Ternak, i) Laboratorium Multimedia, j) Work Shop, k) Gudang, dan l) Kendaraan Dinas.

Tabel 13. Prarasarana dan Sarana BPTP Jawa Barat di Lembang, 2009-2014 No Sarana Dan Prasarana Tahun Keberadaan Keterangan 2009 2014 1 Bangunan Kantor (Ha) 3 3 - 2 Mess (Unit) 2 2 - 3 Perumahan Karyawan (Unit) 14 14 - 4 Guest House (Unit) 1 1 - 6 Laboratorium (Unit) 4 4 - 7 Aula (Unit) 1 1 - 8 Lantai Jemur (M2) 135 135 - 9 Kandang Ternak (Unit) - 1 Kandang koleksi 10 Laboratorium Multimedia (Unit) - 1 - 11 Work Shop (Unit) 1 1 - 12 Gudang (Unit) 1 1 - 13 Kendaraan

a. Mobil/roda 4 (unit) 5 10 *) 3 unit dlm kondisi kurang layak b. Motor/roda 2 (unit) 33 40 c. Pick Up (unit) - 1 Alat angkut bahan pengkajian lapang d. Mini bus (unit) - 3 - e. Mobil diseminasi - 1 - f. Meja kerja 115 153 - g. Lemari Data 30 80 - h. Peralatan Laboratorium (unit) 4 8 - i. Digitiser/Ploter 1 1 -

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 17

Sarana dan prarasarana BPTP Jawa Barat di Kebun Cipaku meliputi: a) Bangunan Kantor, b) Rumah Dinas, c) Gudang, d) Kebun Koleksi Plasma Nutfah, dan e) Alat dan peralatan. Prarasarana dan Sarana Kebun Cipaku terus dikembangkan dari tahun ke tahun mengingat fungsi Kebun Cipaku sebagai kebun plasma nutfah yang memerlukan dukungan prarasarana dan sarana yang memadai, agar fungsi Kebun Cipaku dapat berjalan secara maksimal.

Tabel 14. Prarasarana dan Sarana BPTP Jawa Barat di Kebun Cipaku, 2009-2014

No Sarana dan Prasarana Tahun Keberadaan Keterangan 2009 2014 1 Bangunan Kantor 1 unit 1 unit Rehabilitasi 2 Rumah Dinas - - - 3 Gudang 1 unit 1 unit - 4 Kebun Koleksi Plasma Nutfah 2,5 ha 2,5 ha - 6 Hand Tractor 2 unit 2 unit - 7 Jet Sprayer 2 unit 4 unit - 8 Mesin potong rumput 3 unit 1 unit - 9 Lemari Data - - - 10 Komputer 1 unit 1 unit -

Selain fasilitas tanah/lahan, BPTP Jawa Barat memiliki 10 buah rumah dinas

permanen terdiri dari: 1 buah rumah dinas type A , 5 buah rumah dinas type B, dan 4 buah rumah dinas type C.

Tabel 15. Type, Jumlah dan Luasan Rumah Dinas BPTP Jawa Barat, 2014 Rumah Dinas Jumlah (unit) Luas (m2)

Type A 1 105 Type B 5 315 Type C 4 192 Jumlah 10 612

Fasilitas lain yang dimiliki BPTP Jawa Barat adalah Prarasarana dan Sarana Unit

Pengelolaan Benih Sumber (UPBS) yang terletak di lokasi perkantoran BPTP Jawa Barat di Lembang

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 18

Tabel 16. Prarasarana dan Sarana UPBS BPTP Jawa Barat, 2009-2014 No Sarana Prasarana Spesifikasi Volume Kondisi

1 Gudang Penyimpanan Benih 2 Lantai Jemur 3 Ruang kantor UPBS 4 Sealer Kecil 5 Vacum sealer 6 Rak penyimpanan benih Rangka kayu 7 Separator benih Rangka besi 8 Lemari benih 50 x 200 x 200 9

Dehumidifier

Elektrik 1 Ph, 220 V Kapasitas Dehidrasi: 5,6 liter/jam pada temp. 30oC, 80% Air Flow Rate 23 mm3/min

10 Air Conditioner (AC) 2 unit 1 unit (rusak) 11 Pengering (Dryer) 1 unit 12 Trolley Roda 4, kapasitas 100 kg 1 unit 13 Mechanical Seed Divider 1 unit 14 Meja Kerja Kemurnian Benih 1 unit 15 Mesin Jahit Karung 2 unit 1 rusak 16 Hand Pallet Truck 1 unit 17 Timbangan elektrik 5 kg 1 unit 18 Timbangan elektrik 10 kg 1 unit 19 Timbangan elektrik 100 kg 2 unit

20

Air Screen Cleaner

Dimensi: 1445 x 1130 x 2165 (LxWxH) mm 1 unit Kapasitas : 300-400 kg/jam Motor untuk blower: 1 HP, 3 Phase, 2800 rpm Operasi voltage: 220 V/AC, 50 Hz

21

Rice Milling Unit Mini

Dimensi: 64 cm x 39 cm x 107 cm Kapasitas: 10 kg/jam, Daya 1500 watt, 220 V Kecepatan 1600 rpm Berat : 66 kg

22

Seed Blower

Kapasitas: 1.000 kg/jam 1 unit Daya 90 W, 220 V, Berat 18 Kg

23 Seed Blower Manual 1 unit

Jenis kendaraan bermotor yang dimiliki BPTP Jawa Barat yaitu jenis kendaraan bermotor roda 4 dan jenis kendaraan bermotor roda 2. Kendaraan bermotor roda 2 di BPTP Jawa Barat jumlahnya cukup banyak, namun sebagian kondisinya sudah kurang layak. Berikut daftar jenis kendaraan bermotor roda 4 dan jenis kendaraan bermotor roda 2 BPTP Jawa Barat Tahun 2014.

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 19

Tabel 17. Jenis Kendaraan Bermotor Roda 4 BPTP Jawa Barat

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 20

Tabel 18. Jumlah dan Jenis Kendaraan Bermotor Roda 2 BPTP Jawa Barat

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 21

Tabel 18. (Lanjutan)

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 22

Tabel 18. (Lanjutan)

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 23

2.2.3. Anggaran Anggaran BPTP Jawa Barat bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara (APBN) dan Kerja Sama. Anggaran BPTP Jawa Barat bersumber dari APBN, yang dialokasikan untuk anggaran Belanja Pegawai, Barang Rutin, Barang Non, dan Modal. Pada tahun 2014 anggaran BPTP Jawa Barat mencapai Rp. 22,761,085,000. Dari nilai pagu tersebut 41% anggaran masih digunakan untuk belanja pegawai.

Tabel 19. Anggaran BPTP Jawa Barat, Tahun Anggaran, 2014

Jenis Belanja Pagu (Rp) Realisasi (Rp) (%)

1. Pegawai 9,356,142,000 8,927,784,683 95.42 2. Barang Rutin 1,438,340,000 1,361,977,101 94.69 3. Barang Non Modal 11,432,528,000 10,359,239,747 90.61 4. Barang Modal 534,075,000 532,143,250 99.64

Jumlah 22,761,085,000 21,181,144,781 93.06

Gambar 8. Proporsi Pagu Anggaran BPTP Jawa Barat, 2014

Dilihat dari perkembangan anggaran BPTP Jawa Barat sejak tahun 2011-2014, nampak bahwa pada setiap tahun anggran pagu anggaran tersebut terus meningkat seiring dengan semakin berkembangnya kegiatan BPTP Jawa Barat. Peningkatan pagu anggran yang cukup tinggi terjadi antara tahun 2011 dan 2012 yaitu dari Rp. 17.783.289 menjadi Rp. 17.804.203 atau terjadi peningkatan pagu anggaran sekitar >Rp 4 milyar.

Pegawai41%

Barang Rutin6%

Barang Non50%

Modal3%

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 24

Gambar 9. Perkembangan Pagu Anggaran BPTP Jawa Barat, 2014

Belanja barang modal BPTP Jawa Barat pada tahun 2014 meliputi: 1) Pekerjaan Renovasi Gedung UPBS, 2) Pengadaan Alat Pengolah Data, 3) Pengadaan Peralatan Kantor-Meubelair, dan 4) Alat Pengolah Data dan Komunikasi Mendukung Lab. Diseminasi.

Tabel 20. Pekerjaan Belanja Barang Modal, 2014 No. Uraian Pekerjaan Pelaksana Pekerjaan Metode Lelang 1 Pekerjaan Renovasi Gedung UPBS CV. ALFIAN KARYA Pengadaan Langsung 2 Pengadaan Alat Pengolah Data CV. ORIZA Pengadaan Langsung 3 Pengadaan Peralatan Kantor-Meubelair CV. INDRA PRATAMA Pengadaan Langsung 4 Alat Pengolah Data dan Komunikasi

Mendukung Lab. Diseminasi CV. JELAJAH NUSANTARA BERSAMA

Pengadaan Langsung

2.2.4. Unit Pengelolaan Benih Sumber (UPBS) Peran BPTP Jawa Barat dalam perbanyakan benih sumber dan benih sebar

hasil penelitian Balitbangtan dilakukan melalui Unit Pengelolaan Benih Sumber (UPBS). Produksi benih sumber dan benih sebar padi yang dihasilkan UPBS BPTP Jawa Barat terus meningkat setiap tahunnya. Hal tersebut dikarenakan semakin tingginya preferensi benih sumber dan benih sebar padi yang diproduksi oleh UPBS BPTP Jawa Barat.

2011 2012 2013 2014

Pagu 13,783,289 17,804,203 19,740,582 22,761,085

Realisasi 12,823,130 16,226,016 18,930,226 21,181,144

-

5,000,000,000

10,000,000,000

15,000,000,000

20,000,000,000

25,000,000,000

(Rp)

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 25

Gambar 10. Produksi Benih Padi UPBS BPTP Jawa Barat

Dilihat dari jenis benih sumber dan benih sebar yang diproduksi nampak bahwa UPBS BPTP Jawa Barat berupaya untuk dapat memenuhi varietas-varietas benih padi bermutu dan spesifik lokasi yang disukai oleh petani.

Tabel 21. Produksi Benih Sumber dan Benih Sebar Padi BPTP Jawa Barat, 2012-2014 2012 2013 2014

Varietas Dihasilkan Benih (GKS) Varietas Dihasilkan Benih (GKS) Varietas Dihasilkan Benih (GKS) Inpari 4 FS 1,954 Inpari-4 FS 1,500 Inpari 27 SS 560 Inpari 10 FS 4,567 Mekongga FS 3,049 Inpari 19 SS 3,040 Inpara 5 FS 3,319 Sarinah FS 1,189 Inpari 20 SS 800 Sintanur SS 915 Inpari 16 FS 1,460 Inpari26 SS 707 Mekongga SS 6,834 Inpago 4 SS 1,500 Inpari 30 SS 4,180 Ciherang SS 3,016 Inpago 5 SS 1,330 Mekongga SS 28,400 Mekongga SS 3,405 Inpari 13 SS 1,190 Inpari 24 SS 1,935 Sarinah SS 1,273 Inpari 6 SS 3,850 Inpari 25 SS 4,315 Sintanur ES 312 Inpari 14 SS 1,237 Inpari 26 SS 1,174 Inpara 2 ES 2,166 Inpari 10 SS 1,679 Inpari 28 SS 3,020

Jumlah 27,761 Inpari 4 SS 2,916 Inpari 30 ES 3,000

Batutegi ES 1,120 Inpari 24 ES 1,280 Jumlah 22,020 Inpari 28 ES 2,150

Jumlah 56,101

Produk UPBS BPTP Jawa Barat selain benih padi adalah benih kedelai. Benih kedelai yang diproduksi meliputi benih sumber kedelai, seperti: Wilis, Kaba, Burangrang, Anjasmoro, Grobogan, dan Gema. Penyediaan benih kedelai melalui UPBS bagian dari penyebarluasan benih kedelai hasil penelitian Balitbangtan serta untuk memenuhi kebutuhan benih kedelai yang spesifik lokasi.

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 26

Tabel 22. Target dan Realisasi Produksi Benih Sumber Kedelai, 2014

Kelas Benih Produksi Benih (%) Target (ton) Realisasi (ton KKS) FS 10,30 14,92 144,85 SS 425,00 187,76 44,18

Jumlah 435,30 202,68 46,56 Ket : KKS = Kedelai Kering Simpan

Selain produksi yang terus meningkat, distribusi benih padi kepada konsumen

terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, yaitu dari 8,127 kg pada tahun 2012 menjadi 23,640 kg pada tahun 2014.

Gambar 11. Distribusi Benih Padi UPBS BPTP Jawa Barat

Distribusi benih kedelai ke konsumen dalam Provinsi Jawa Barat dan luar Provinsi Jawa Barat, yaitu ke Kota Bandung, Kab. Bandung Barat, Kab. Cianjur, Kab. Cirebon, Kab. Garut, Kab. Indramayu, Kab. Subang, Kab. Majalengka, dan Provinsi Banten.

Tabel 23. Distribusi Benih Kedelai UPBS BPTP Jawa Barat, 2014 Uraian Varietas Kedelai (Kg)

Jumlah Gema Kaba Wilis Anjasmoro Burangrang Grobogan Kaba Wilis Kelas Benih FS FS FS SS SS SS SS SS Produksi 960 9.600 4.360 45.971 25.226 87.053 3.700 25.810 202.680 Distribusi: Kota Bandung 5 5 2 4 - 407 - 2 425 Kab. Bandung Barat 105 105 105 - - - - - 315 Kab. Cianjur - - - 2.000 - - - - 2.000 Kab. Cirebon - - - - - 2.530 1.000 - 3.530 Kab. Garut - - - 500 - - - - 500 Kab. Indramayu 5 5 - 12.240 20.226 26.647 2.700 5 61.828 Kab. Subang - - - 4.000 - - - - 4.000 Kab. Majalengka - - - 11.000 5.000 16.600 - 15.550 48.150 Provinsi Banten - - - - - - - 200 200

Jumlah 115 115 107 29.744 25.226 46.184 3.700 15.757 120.948

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 27

2.2.5. Perpustakaan Pembentukan BPTP bertujuan untuk mempercepat alih teknologi pertanian,

mendukung pembangunan pertanian dan optimalisasi pemanfaatan sumberdaya pertanian wilayah, melalui: (1) akslerasi adopsi eknologi, (2) mendekatkan pelayanan pengkajian kepada masyarakat, dan (3) menjaga kesinambungan penelitian, pengkajian, dan penyuluhan.

Pada era globalisasi, informasi teknologi sangat berperan penting dalam upaya menghasilkan produk-produk pertanian yang berdaya saing tinggi di pasar nasional maupun internasional. Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) mutlak diperlukan agar dapat memenuhi berbagai standart kualitas produk-produk pertanian yang diinginkan konsumen, hal ini hanya dapat dilakukan apabila informasi dapat dihimpun secara lengkap, dikelola dan dikemas dengan baik, sehingga tersedia pada saat yang diperlukan. Perkembangan sistem teknologi informasi dan telekomunikasi ikut mempercepat arus informasi yang dapat disampaikan secara tepat dan akurat.

Perpustakaan merupakan salah satu dasar ilmu pengetahuan yang tak dapat dikesampingkan. Berbagai instansi yang berorientasi pada kemajuan IPTEK sejak lama telah melakukan banyak pembenahan pada pengelolaan informasi teknologi melalui sistem komputerisasi di perpustakaan, pengelolaan jaringan informasi pertanian dan penerbitan elektronik yang terhimpun dalam pangkalan data atau data base yang sudah saatnya dikembangkan di perpustakaan BPTP Jawa Barat.

Selain pemanfaatan IPTEK, maka pengembangan usaha peningkatan layanan jasa perpustakaan melalui pengembangan koleksi perpustakaan atau pengadaan bahan pustaka/informasi, terutama majalah atau jurnal ilmiah dan buku teks yang dapat mendukung program penelitian, pengkajian dan penyuluhan pertanian dari dalam dan luar negeri yang berkualitas dalam upaya mempercepat proses penelusuran dan pelayanan informasi. Bahan pustaka informasi diolah dengan menggunakan standart baku internasional, sehingga siap disajikan kepada pengguna melalui berbagai jenis jasa layanan perpustakaan yang dibutuhkan oleh para peneliti, penyuluh, mahasiswa dan pengguna jasa lainnya.

Pada saat ini di Perpustakaan BPTP Jawa Barat terdapat 20 jenis publikasi tercetak koleksi perpustakaan BPTP Jawa Barat seperti disajikan pada Tabel 24. Selain

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 28

itu, tersedia juga koleksi elektronik/digital (CD-Video dan CD-Rom) terbitan BPTP Jawa Barat dan Instansi lainnya. Koleksi semacam ini keragaannya diusahakan terus ditambah sehingga membantu wawasan IPTEK staf BPTP Jawa Barat dan menambah daya tarik dan minat pengunjung perpustakaan.

Sistem Layanan Perpustakaan Di samping melayani kalangan dalam peneliti dan penyuluh (intern),

perpustakaan juga melayani masyarakat umum (publik) terutama mahasiswa. Sistem layanan yang diterapkan adalah sistem terbuka (Open Acces) dengan pertimbangan pemakai akan lebih leluasa menjangkau informasi yang tersedia di perpustakaan. Semua pengguna perpustakaan baik peneliti/penyuluh dan karyawan BPTP Jawa Barat sebelum memasuki perpustakaan diharuskan mengisi buku tamu yang telah disediakan secara elektronis.

Jenis Layanan Perpustakaan Di samping melayani kalangan dalam peneliti dan penyuluh (internal),

perpustakaan juga melayani masyarakat umum (publik) termasuk mahasiswa. perpustakaan memberikan layanan sirkulasi dan layanan penelusuran informasi (Proquest, Science Direct, TEEAL dan Soovle (Alat penelusuran dengan menggunakan 7 mesin penelusuran) 3. Layanan Peminjaman (Pegawai BPTP Jawa Barat, Mahasiswa/Pelajar, Petani dll) 4. Layananan Photo Copy 5. Layanan Scan.

Koleksi Perpustakaan BPTP Jawa Barat memiliki koleksi perpustakaan dan dokumentasi, diantaranya

berupa: a) Buku Teks, terdiri dari buku dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, b) Jurnal, c) Artikel, d) Laporan terdiri dari Laporan Tahunan, Laporan seminar, dan lokakarya, e) Proposal Penelitian, f) Majalah, g) Buletin, h) Newsletter, dan i) News Release, j) Makalah, k) Prosiding hasil seminar, symposium dan lokakarya, l) Karya Ilmiah berupa : Skripsi, tesis, dan Disertasi, m) Buku Rujukan (Ensiklopedi, Kamus, Direktori, Bibliografi, Indeks, Peta dsb)., n) Koleksi Audio Visual Aids (AVA) berupa kaset, video, CD, foto, slide dan o) disket, dan lain sebagainya.

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 29

Tabel 24. Keragaan publikasi tercetak perpustakaan BPTP Jawa Barat

Jenis Publikasi Jumlah

1. Prosiding 265 2. Jurnal 56 3. Buletin 125 4. Monograf 236 5. Warta 201 6. Buku 2180 7. Paket Informasi 26 8. Majalah 148 9. Laporan 125 10. Panduan/Juknis 141 11. Brosur 55 12. Poster 28 13. Indeks 35 14. Abstrak 25 15. Forum 14 16. Info 23 17. Majalah 12 18. News Letter 2 19. Leaflet 21 20. Renstra 11 21. CD/ DVD 65

Layanan Data BASE CDS\ISIS CDS/ISIS adalah bentuk singkat dari Computerised Documentation Service /

Integrated Set of Information Systems. "Paket program ini disepakati oleh perpustakaan di negara berkembang sebagai sebuah program baku/standar untuk pengembangan sistem informasi".

CDS/ISIS adalah software database katalog untuk perpustakaan yang sangat sederhana tetapi mempunyai kinerja baik. Di Indonesia, sebagian besar perpustakaan baik besar maupun kecil telah lama menggunakan CDS/ISIS untuk mengelola database bibliografinya secara elektronik. Software CDS\ISIS dapat didownload pada situs http://unesco.org/webwold/isis. CDS\ISIS menyediakan fasilitas perancangan data base, untuk buku sudah ada standar pengeloaan data base dengan sistem penetuan ruas (TAG) mengacu pada formulir Indomarc (Indonesisan Machinery Readable Catalogue). Format ini sebagai implementasi dari International Standard Organization (ISO) Format ISO 2719 untuk Indonesia, sebuah format untuk tukar-menukar

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 30

informasi bibliografi melalui format digital yang terbacakan mesin (machine-readable) lainnya.

Layanan Perpustakaan Online Isis Online adalah sebuah software berbasis web yang berfungsi untuk

memudahkan publikasi data base katalog dan bibliografi yang berbasis CDS/ISIS ke internet, tanpa perlu melakukan konversi database dari format aslinya. Dengan demikian, akses ke database perpustakaan menjadi tidak terbatas baik ruang dan waktu. Isis Online dan dapat membantu perpustakaan yang sebagian besar data base bibliografinya menggunakan CDS/ISIS. Selain itu, diharapkan Isis Online menjadi salah satu sarana untuk membangun Indonesian Bibliographic Network berbasis data base elektronik. Tampilan Database online Perpustakaan BPTP Jabar dapat diakses dengan alamat: http://digilib.litbang.deptan.go.id/~jabar

2.2.6. Laboratorium Laboratorium BPTP Jawa Barat berdiri sejak bulan Agustus 2008, dan

dipersiapkan sebaga laboratorium terakreditasi. Laboratorium BPTP Jawa Barat mempunyai tugas melakukan pengujian tanah, mutu hasil pertanian, hama penyakit, dan pemuliaan tanaman. Sejak tahun 2003 laboratorium tersebut sudah dilengkapi dengan peralatan untuk kegiatan analisis laboratorium seperti analisis unsur hara tanah, analisis kadar protein, pembuatan insektisida nabati, dan pengamatan hama dan penyakit.

Organisasi Laboratorium BPTP Jawa Barat ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Kepala BPTP Jawa Barat Nomor: 893/Kpb/OT.220/I.10.10/8/2008 tanggal 11 Agustus 2008, dengan susunan organisasi terdiri atas: 1) Manajer Puncak, 2) Manajer Mutu, 3) Deputi Manajer Mutu, 4) Manajer Adiministrasi, 5) Deputi Manajer Administrasi, 6) Manajer Teknis, 7) Penyelia, dan 8) Analis.

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 31

Gambar 12. Susunan Organisasi Laboratorium BPTP Jawa Barat

Tabel 25. Personil Penyelenggara Laboratorium BPTP Jawa Barat

No. Nama Jabatan

1. Dr. Ir. Nandang Sunandar, MP Manajer Puncak 2. Drs. M. Iskandar Ishaq, MP Manajer Mutu 3. Bambang Susanto, SP Deputi Manajer Mutu/Manajer Teknis Uji Tanah 4. Nadimin, S.Si Manajer Administrasi 5. Setiawan, S.Sos Deputi Manajer Administrasi 6. Yaya Mulyasari Administrasi Keuangan 7. Ir. Dian Histifarina, MSi Manajer Teknis Uji Pengolahan Hasil 8. Susi Ramdhaniati, SP Manajer Teknis/Analis Uji Mutu Benih 9. Adetya Rachman, STP, MSi Penyelia Uji Pengolahan Hasil 10. Irma Noviana, SP Penyelia/Analis Uji Mutu Benih 11. Wawan Wahyudin Penanggung Jawab alat/Analisis 12. Didit Rahadian, STP Analis Uji Pengolahan Hasil 13. Aep Suparman Penyelia/Analis Uji Tanah 14. Yaya Sukarya, AMd Analis Uji Mutu Benih 15. Dika Kadarwati, AMd Analis Uji Pengolahan Hasil 16. Agus Rohimat Penanggung Jawab Kebersihan Ruangan dan Alat

Laboratorium

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 32

BAB - 3 PROGRAM LITKAJI TAHUN 2014

3.1. Judul Kegiatan Pengkajian Dan Diseminasi Program BPTP Jawa Barat termasuk dalam kelompokProgram Kementerian

Pertanian yaitu Program Penciptaan Teknologi dan Varietas Unggul Berdaya Saing 22,761,085,000 pada kelompok Program Badan Litbang Pertanian yaitu Program Pengkajian dan Percepatan Diseminasi Inovasi Teknologi Pertanian. Anggaran Program Pengkajian dan Percepatan Diseminasi Inovasi Teknologi Pertanian pada BPTP Jawa Barat yaitu sebesar Rp. 22,761,085,000, Meliputi kegiatan manajemen, pengkajian, diseminasi dan layanan perkantoran. Adapun judul kegiatan manajemen, pengkajian, diseminasi BPTP Jawa Barat TA. 2015, seperti pada tabel berikut ini.

Tabel 26. Kegiatan Manajemen, Pengkajian, Diseminasi BPTP Jawa Barat TA. 2015

No. Laporan Pengelolaan Satker Jumlah Anggaran (RP) Penaggung Jawab

1 Pengelolaan Administrasi Kegiatan Satker 648,818,000 Ir. Hasmi Banjar, MSi 2 Pengelolaan Keuangan Dan Perlengkapan 87,735,000 Ir. Hasmi Banjar, MSi 3 Pengelolaan Kepegawaian Dan Rumah Tangga 60,163,000 Ir. Hasmi Banjar, MSi 4 Dukungan Operasional Penyusunan Laporan

Keuangan SAI Pada Sekretariat UAPPA/B-W TA.2014

500,920,000 Ahmad Suarsa, S.Sos., MM.

5 Penyusunan Rencana Kegiatan Dan Program 110,855,000 Ir. Dian Histifarina, MP. 6 Evaluasi Dan Pelaporan 66,314,000 Dian Firdaus, SH, MEP. 7 Peningkatan Kapasitas SDM 83,000,000 Ir. Hasmi Banjar, MSi 8 Panduan Kegiatan 31,875,000 Dr. Ir. Nana Sutrina, MP. 9 Koordinasi Dan Sinkronisasi Pelaksanaan

Kegiatan 274,100,000 Dr. Ir. Nandang Sunandar,

MP. 10 Pengelolaan Website/Database/Perpustakaan 99,400,000 Dr. Ir. Nana Sutrina, MP. 11 Pengelolaan Instalasi Pengkajian (Rumah Kaca

Dan Laboratorium Mutu Hasil) Dan Laboratorium Diseminasi

31,900,000 Dr. Ir. Nana Sutrina, MP.

12 Peningkatan Mutu Managemen Satker (WBK, ISO 9001.2008)

30,000,000 Ir. Hasmi Banjar, MSi

13 Sistem Pengendalian Internal (SPI) 16,000,000 Ir. Hasmi Banjar, MSi 14 Manajemen Dan Penguatan UPBS 113,003,000 Ir. IGP. Alit Diratmaja, MP. 15 KERJASAMA (3 Paket Teknologi, 3 Kerjasama,

Berdayagunanya 60 Pengkaji) 36,200,000 Dr. Ir. Nana Sutrina, MP.

16 Pengkajian Pakan Dan Reproduksi Ternak Spesifik Lokasi Di Jawa Barat

119,150,000 Yayan Rismayanti,SPt.

17 Pengkajian Teknologi Spesifik Lokasi 168,750,000 Drs. Agus Nurawan, MP.

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 33

No. Laporan Pengelolaan Satker Jumlah Anggaran (RP) Penaggung Jawab

Mendukung Ketahanan Pangan Di Jawa Barat 18 Kajian Optimalisasi Sumber Daya Air Di Lahan

Sawah Pengairan Pedesaan 155,380,000 Ir. Eriawan Bekti, MP.

19 Pewilayahan Komoditas Pertanian Berdasarkan AEZ II Skala 1 : 50.000 Mendukung Program P2BN Di 2 (Dua) Kabupaten Jawa Barat

148,050,000 Dr. Ir. Darmawan, MP.

20 Pengelolaan Sumberdaya Genetik 219,527,000 Drs. M. Iskandar Ishaq, MP. 21 Model Akselerasi Pembangunan Pertanian

Ramah Lingkungan Lestari (M-AP2RLL) 149,675,000 Dr. Ir. Nana Sutrina, MP.

22 Pengkajian Sistem Usahatani Lahan Kering Di Jawa Barat

142,925,000 Ir. Enjang Sujitno, MP.

23 Kajian Akselerasi Adopsi Teknologi Padi Sawah Pada Petani Penerima Program SL-PTT Di Tiga Sentra Produksi Padi Di Jawa Barat

90,750,000 Dr. Nurnayetti

24 Pengkajian Implementasi Komponen Teknologi Ptt Dalam Perbaikan Kesejahteraan Petani

136,500,000 Ir. Ikin Sadikin

25 Kajian Analisis Kebijakan Pembangunan Pertanian

37,500,000 Ir. Arti Djatiharti, MS.

26 Penyusunan Renstra 2015-2019 33,575,000 Ir. Dian Histifarina, MP. 27 Pendayagunaan Hasil Litkaji 755,530,000 Dr. Ir. Nana Sutrina, MP. 28 Publikasi Pengkajian Dan Diseminasi Inovasi

Pertanian 34,825,000 Dr. Ir. Nana Sutrina, MP.

29 Siaran Layanan Masyarakat 100,000,000 Dr. Ir. Nana Sutrina, MP. 30 Seminar Bptp Jawa Barat 43,000,000 Dr. Ir. Nana Sutrina, MP. 31 Komisi Teknologi Pertanian (KOMTEK) 59,615,000 Dr. Ir. Nana Sutrina, MP. 32 Visitor Ternak Domba Prolifik 44,250,000 Dr. Ir. Nana Sutrina, MP. 33 Visitor Ternak Kelinci 32,500,000 Dr. Ir. Nana Sutrina, MP. 34 Visitor Ternak Ayam (KUB) 38,100,000 Dr. Ir. Nana Sutrina, MP. 35 Visitor Ternak Sapi 87,517,000 Dr. Ir. Nana Sutrina, MP. 36 Demplot/Showroom Teknologi Unggulan 41,400,000 Dr. Ir. Nana Sutrina, MP. 37 Kegiatan Yang Dibiayai PNBP 44,283,000 Dr. Ir. Nana Sutrina, MP. 38 Kegiatan Penas 55,615,000 Dr. Ir. Nana Sutrina, MP. 39 Kegiatan Hari Pangan Sedunia (HPS) 9,825,000 Dr. Ir. Nana Sutrina, MP. 40 Kegiatan Bulan Bakti Agro Inovasi Pertanian 117,050,000 Dr. Ir. Nana Sutrina, MP. 41 Peningkatan Kapasitas Komunikasi Inovasi

Teknologi Pertanian Di Jawa Barat 169,375,000 Ir. Sukmaya, MSi.

42 Percepatan Pendayagunaan Inovasi Pertanian 118,825,000 Ir. Sukmaya, MSi. 43 Peningkatan Kapasitas Penjaringan Pelaku

Inovasi 50,550,000 Dra. Sri Murtiani

44 Pengembangan Sistem Iformasi PTT Padi 66,215,000 Dr. Ir. Oswald Marbun, MSc. 45 Pendampingan Teknologi Mendukung 4 Target

Sukses Kementan 1,174,901,000 Ir. Anna Sinaga, MSi.

46 Pendampingan Teknologi Mendukung PTT Padi 618,581,000 Ir. Anna Sinaga, MSi. 47 Pendampingan Teknologi PTT Kedelai 47,387,000 Tri Hastini, SP., MSi 48 Pendampingan Teknologi Mendukung PTT

Jagung 46,207,000 Yati Haryati, SP, MSc

49 Pendampingan Teknologi Mendukung Swasembada Daging Sapi

136,950,000 Ir. Eriawan Bekti, MP.

50 Pendampingan Teknologi Mendukung Kawasan Hortikultura

186,201,000 Ir. Dian Histifarina, MP.

51 Pendampingan Swasembada Gula Melalui Penerapan Teknologi Budidaya Tebu Terpadu

139,575,000 Dr. Ir. Yanto Surdiyanto, MP.

52 Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) Di 841,875,000 Ir. Susi Mindarti, MP.

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 34

No. Laporan Pengelolaan Satker Jumlah Anggaran (RP) Penaggung Jawab

Jawa Barat 53 Pendampingan Kawasan Rumah Pangan Lestari

(KRPL)) 391,875,000 Ir. Susi Mindarti, MP.

54 Pengembangan Kebun Bibit Induk (KBI) 50,000,000 Ir. Susi Mindarti, MP. 55 Pemeliharaan Kebun Bibit Desa (KBD) ; (35

Unit) 400,000,000 Ir. Susi Mindarti, MP.

56 Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (MP3MI)

203,536,000 Dr. Meksy Dianawati, SP., MSi

57 Pendampingan Katam SL-PTT Di Provinsi Jawa Barat

101,350,000 Ir. Hendi Supridai, MSi.

58 Koordinasi Pendampingan Puap 80,000,000 Drs. Alan Rahmat, S. MSi 59 Perbanyakan Benih Sumber Padi; (6 Ton FS,

15 Ton SS, 32,78ES Benih Padi, 10.000 Stek Krisan)

602,599,000 Ir. IGP Alit Diratmaja, MP.

60 Perbanyakan Benih Sumber Kedelai (Produksi Benih Kedelai Kelas FS (10,3 Ton), SS (425 Ton)

4,400,550,000 Ir. IGP Alit Diratmaja, MP.

3.2. Ringkasan Hasil Pengkajian dan Diseminasi 3.2.1. Pengelolaan Kepegawaian Dan Rumah Tangga (Penanggung

Jawab: Ir. Hasmi Banjar, MSi)

Sesuai dengan Surat Keputusan Kepala Badan Litbang Pertanian No. 31/Kpts.210.044.2002, tentang rincian tugas pekerjaan unit kerja eselon IV, maka Pengelolaan Kepegawaian dan Rumah Tangga dilaksanakan sebagai upaya untuk mencapai salah satu tupoksi Tata Usaha sehingga setiap kegiatan dapat dilaksanakan dengan tertib, teratur dan terarah serta memperoleh keluaran seperti yang diharapkan sebelumnya. Adapun Tugas pokok dan fungsi kepegawaian dan rumah tangga antara lain, adalah: 1) Melakukan urusan ketatausahaan pegawai; 2) Melakukan urusan mutasi pegawai; 3) Melakukan urusan pengembangan pegawai; 4) Melakukan urusan kesejahteraan pegawai; 5) Melakukan penyiapan bahan pendayagunaan jabatan fungsional; 6) Melaksanakan urusan rumahtangga, a.l meliputi: surat menyurat, agendaris, pemeliharaan kantor, pengamanan kantor dll. Kegiatan ini bertujuan melaksanakan seluruh tugas dan fungsi kepegawaian dan rumah tangga dengan Ruang Lingkup, sebagai berikut: 1) Melaksanakan pelayanan kepegawaian (kenaikan jabatan fungsional, kenaikan pangkat, cuti); 2) Melaksanakan SIMPEG dan SAPK; 3) Menyusun Sasaran Kerja Pegawai (SKP); 4) Penyusunan Bezetting Pegawai, Peta Jabatan; 5) Menyusun daftar absen pegawai, data pemangku jabatan dan rencana anggaran tunjangan kinerja; 6) Pembuatan STNK Roda 2 dan Roda 4; dan 7) Pemeliharaan inventaris kantor dan penatausahaan BMN. Hasil kegiatan ini diketahui bahwa : 1) pada tahun 2013 jumlah pegawai BPTP Jawa Barat sebanyak 168 orang yang terdiri dari 140 orang PNS dan 28 orang tenaga honor sedangkan pada tahun

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 35

2014 jumlah pegawai BPTP Jawa Barat berkurang menjadi 164 orang yang terdiri dari 136 orang PNS dan 28 orang Tenaga Honor, hal ini karena 2 orang PNS pensiun dan 2 orang mutasi; 2) 4.2. Tenaga Administrasi/ Fungsional Umum pegawai BPTP Jawa Barat sebanyak 76 orang (55%) sedangkan pejabat fungsional tertentu sebanyak 57 orang (41%); 3) Untuk tahun 2015 s/d 2017 pegawai BPTP Jawa Barat yang akan pensiun sebanyak 15 orang sehingga diperlukan perencanaan kebutuhan pegawai pada BPTPJawa Barat sesuai tupoksi Balai; dan 4) Penyusunan SKP BPTP Jawa Barat sampai dengan Desember 2014 sebanyak 136 SKP.

3.2.2. Dukungan Operasional Penyusunan Laporan Keuangan SAI

Pada Sekretariat UAPPA/B-W (Penanggung Jawab: Ahmad Suarsa, S.Sos., MM.)

Kegiatan Penyusunan Laporan Keuangan (Unaudited) BPTP Jawa Barat atau

Unit Akuntansi Pemabntu Pengguna Anggaran Barang-Wilayah, bertujuan untuk mengumpulkan data akuntansi Keuangan dan Barang Milik Negara yang terintegrasi dalam Sistem Akuntansi Instansi (SAI) meliputi tiga aspek Program, Keuangan dan Barang. Aplikasi yang digunakan yaitu aplikasi SAKPA (Sistem Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran), adalah aplikasi untuk melakukan kegiatan akuntansi dan pelaporan tingkat satuan kerja. Dengan aplikasi SAKPA satuan kerja membuat laporan keuangan dan catatan atas laporan Keuangan di tingkat masing-masing satuan kerja. Laporan SAKPA tersebut selanjutnya dikirim ke tingkat Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Barang-Wilayah (UAPPA/B-W) untuk penggabungan laporan baik laporan keuangan maupun laporan barang yang berada dalam wilayah Provinsi Jawa Barat dengan anggaran 018 (Kementeran Pertanian). Tujuan kegiatan ini adalah: a. Untuk mepertahankan Opini LK Kementerian Pertanian Dengan Wajar Tanpa

Pengecualiaan (WTP) b. Tersusunnya Laporan Keuangan Tingkat SatuanKerja (Satker) dan Wilayah sesuai

dengan Peraturan dan Perundang-undangan yang berlaku. c. Tersusunnya Laporan Keuangan (SAK dan SIMAK-BMN) dari tingkat Satker yang

terdiri dari atas Kantor Daerah (KD), Dekonsentrasi (DK), dan Tugas Pembantuan (TP) dari Satker Kabupaten/Kota/Provinsi.

d. Tersusunnya Laporan Keuangan Tingkat Wilayah (UAPPA/B-W). e. Penyusunan Laporan Keuangan konsolidasi dari satuan kerja yang menerima

alokasi anggaran dari Kementerian Pertanian di Jawa Barat (018) antara Vertikal (KD) Dana Dekonsentrasi (DK) dan Tugas Pembantuan (TP).

f. Menghimpun data ADK, penyesuaian data-data dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca SAKPA Tahunan, Catatan Atas Laporan Keuangan (CaLK), Neraca Barang Milik Negara, Catatan atas Laporan Barang Milik Negara (BMN).

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 36

g. Kualitas Laporan satuan kerja dalam rangka memenuhi kewajiban untuk membuat dan mengirim laporan.

3.2.3. Penyusunan Rencana Kegiatan dan Program (Penanggung

Jawab: Ir. Dian Histifarina, MSi.)

Perencanaan Program lingkup Badan Litbang Pertanian merupakan siklus yang secara rutinitas berjalan pada setiap tahun dengan sasaran untuk menyusun program penelitian, pengkajian, diseminasi, serta penetapan anggaran, dengan dukungan sumberdaya dan informasi (data) kinerja masing-masing UPT, seperti tertuang pada Permentan no. 44 Tahun 2011 yaitu tentang Pedoman Umum Peencanaan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. Oleh karena itu kegiatan Perencanaan Program BPTP Jawa Barat harus ditetapkan secara sinergis dan terpadu dengan antara kegiatan satu dengan kegiatan lainnya untuk menjawab tuntutan paradigma Research for Development dan mandat utama Badan Litbang Pertanian sebagai institusi penelitian, pengkajian, dan pengembangan untuk menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mampu mendukung kinerja pembangunan pertanian. BPTP Jawa Barat menyusun perencanaan dan program dengan menjabarkan kegiatan tahunan sesuai dengan koridor Renstra dan mengakomodasi program strategis nasional Kemeterian Pertanian yang dalam pelaksanaannya memerlukan fasilitasi dan koordinasi beberapa kegiatan seperti: penyusunan dan pembahasan Matriks, Tor/Project Digest, Proposal, dan Perencanaan anggaran/RKA-KL dan mengkoordinasikan pelaksanaan dan perbaikan/revisi RKA-KL sesuai dengan perkembangan isue yang terkini terkait dengan pencapaian swasembada pangan.

Pada tahun 2014 kegiatan BPTP Jawa Barat telah disusun berdasarkan Program Utama yaitu Program Penciptaan Teknologi dan Varietas Unggul Berdaya Saing, dan Percepatan Diseminasi Inovasi Teknologi Pertanian. Kegiatan pada tahun 2014 merupakan kegiatan yang mendukung 4 target sukses Kementan yaitu : 1. Mendukung swasembada pangan berkelanjutan; 2) mendukung diversifikasi pangan; 3) meningkatkan ilai tambah dan daya saing dan 4) Mendukung pencapaian kesejahteraan petani. Sebanyak 22 kegiatan melalui acara Penajaman Program Badan Litbang Pertanian telah disetujui untuk dibiayai.

Kegiatan BPTP Jawa Barat yang tercakup dalam program utama Badan Litbang Pertanian untuk menunjang 4 sukses kementan (swasembada pangan beerkelanjutan, diversifikasi pangan, peningkatan nilai tambah dan daya saing, serta peningkatan kesejahteraan petani), meliputi pendampingan inovasi pertanian dan program strategis nasional meliputi 4 kegiatan yaitu Pendampingan Teknologi Mendukung SLPTT, Pendampingan Teknologi Mendukung Swasembada Daging (PSDS), Pendampingan Pengembangan Kawasan Hortikultura dan P2T3 (Pendampingan Penerapan Teknologi Tebu Terpadu), Pendampingan KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari) Pendampingan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 37

KATAM (Kalender Tanam) dan MP3MI (Model Pembangunan Pertanian Pedesaan melalui Inovasi). Keempat kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang menjadi fokus utama Badan Litbang Pertanian.

Untuk kegiatan SL-PTT Padi dilakukan pada 10 lokasi yaitu di kabupaten Cianjur, Sukabumi, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Majalengka, Karawang, Subang, Kuningan, dan Indramayu. Sedangkan kegiatan PSDS dilakukan di kabupaten Subang dan Ciamis. Kegiatan Pengembangan Kawasan Hortikultura dilakukan di kabupaten Sukabumi, Cirebon dan Ciamis. Kegiatan P2T3 (Pendampingan Pengelolaan Tebu Terpadu) dilakukan di kabupaten Majalengka. Kegiatan KRPL dilakukan di 26 Kabupaten/Kota. Kegiatan MP3MI dilakukan di kabupaten Kuningan, Garut dan Bandung. Kegiatan Pendampingan KATAM SL-PTT juga dilakukan di 26 Kabupaten/Kota.

Selain ke tujuh kegiatan tersebut di atas, Kegiatan lain di BPTP Jawa Barat tahun 2014 meliputi: 1) Perbanyakan Benih Sumber Padi dan kedelai, 2) Analisis Kebijakan Pembangunan Pertanian dengan IKU 2 rekomendasi kebijakan Pertanian yaitu irigasi dan jajar legowo, 3) Pengelolaan Sumber Daya Genetik, 4) Pengelolaan Instalasi Pengkajian/Lab.Kebun KP Cipaku, 5) Katam SL-PTT, 6) Penyusunan Program dan Rencana Kerja/Teknis/Program, 7) AEZ, 8) Evaluasi/Laporan Kegiatan, 9), PUAP, 10), Pengkajian Teknologi Spesifik Lokasi terdiri dari Pengkajian pakan dan reproduksi ternak spesifik lokasi di Jawa Baarat; Pengkajian teknologi spesifik lokasi mendukung ketahanan pangan di Jawa Barat; Pengelolaan Sumberdaya Genetik (SDG); Model Akselerasi Pembangunan Pertanian Ramah Lingkungan Lestari (m-AP2RLL); Pengkajian Sistem Usahatani Lahsn Kering di jawa Barat; Kajian optimalisasi sumber daya air di lahan sawah pengairan pedesaan; Pewilayahan komoditas pertanian berdasarkan AEZ II skala 1:50.000 mendukung program P2BN di 2 (dua) Kabuapten Jawa Barat; Kajian akselerasi adopsi teknologi padi sawah pada petani penerima program SL-PTT di tiga sentra produksipadindi Jawa Barat; Pengkajian implementasi komponen teknologi PTT dalam perbaikan kesejahteraan petani.

Selain itu, beberapa kegiatan penunjang adalah Peningkatan Kemampuan SDM, Peningkatan Mutu Manajemen Satker, Sistim Pengendalian Internal (SPI), Kerjasama, Pengelolaan website Database/kepustakaan, Pembinaan dan Pengembangan Organisasi dan Ketatausahaan, Dukungan Operasional Penyusunan Laporan Keuangan SAI pada Sekretariat UAPPA/B-W TA.2014, dan Pelaksanaan Sertifikasi Sistem Mutu dan Personil (ISO ).

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 38

3.2.4. Evaluasi dan Pelaporan (Penanggung Jawab: Dian Firdaus, SH., MEP)

Pembentukan BPTP bertujuan untuk mempercepat alih teknologi pertanian,

mendukung pembangunan pertanian dan optimalisasi pemanfaatan sumberdaya pertanian wilayah, melalui: (1) Akslerasi Adopsi Teknologi, (2) Mendekatkan Pelayanan Pengkajian kepada Masyarakat, dan (3) Menjaga kesinambungan penelitian, pengkajian, dan penyuluhan. Dalam mengemban tugas melaksanakan pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi, BPTP Jawa Barat melaksanakan kegiatan pengkajian dan diseminasi sesuai tahapan-tahapan kegiatan yang yang ditetapkan Badan Litbang Pertanian. Tahapan-tahapan tersebut yang dituangkan dalam proposal dan laporan-laporan serta pelaksanaan pengkajian dan diseminasi di lapangan. Sudah berang tentu dalam setiap tahapan pengkajian dan diseminasi diperlukan monitoring dan evaluasi (Monev). Kegiatan Monev pada dasarnya adalah untuk mendeterminasi apa yang akan dilaksanakan, kemudian mengevaluasi pelaksanaannya untuk mendapatkan langkah-langkah perbaikan atau penyempurnaan terhadap perencanaan dan pelaksanaan/capaian yang diperoleh suatu kegiatan, sehingga tujuan yang diharapkan bisa tercapai.

Monev diperlukan sebagai instrumen untuk pengawasan dan pengendalian atas pelaksanaan pengkajian dan diseminasi agar tetap berjalan dan dapat mencapai target sasaran sesuai dengan yang telah direncanakan, sekaligus untuk mempertajam serta meningkatkan kualitas perencanaan dan pelaksanaan pengkajian dan diseminasi pada tahun mendatang dan dibutuhkan sebagai bahan untuk penentuan keputusan mengenai keberlanjutan, modifikasi/penyempurnaan atau perbaikan manajemen maupun pelaksanaan pengkajian dan diseminasi. Selain itu, hasil monev diharapkan dapat memfasilitasi keterbukaan dan penyediaan informasi penting yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan kebijakan untuk memperbaiki program pengkajian dan diseminasi di BPTP Jawa Barat. Salah satu kewajiban BPTP Jawa Barat sebagai Unit Pelayanan Teknis (UPT) Badan Litbang Pertanian di daerah yaitu menyampaikan atau melaporkan kinerja kegiatannya sebagai akuntabilitas terhadap penggunaan anggaran negara maupun sebagai pertanggungjawaban tugas dan fungsinya.

Kegiatan ini bertujuan: 1) Memonitoring dan mengevaluasi konsistensi antara perencanaan dan pelaksanaan pada awal, tengah, dan akhir kegiatan pengkajian dan diseminasi dan 2) Memfasilitasi pembuatan laporan balai terdiri atas: a) Laporan Tahunan Balai, b) Laporan Tengah Tahunan Pengkajian, dan Diseminasi, c) Laporan Akhir Penelitian, Pengkajian, dan Diseminasi, d) LAKIP, dan e) SIMONEV.

Dari kegiatan Evaluasi dan pelaporan diketahui bahwa: 1) Sebagian besar Outline RPTP/RDHP/ROPP/RODHP sudah sesuai dengan Outline yang ditetapkan Permentan No. 44/2011; 2) Secara substansi masih terdapat Latar Belakang dan Dasar Pertimbangan pada RPTP/RDHP/ROPP/RODHP yang kurang focus pada

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 39

substansi kegiatan; 3) Pada Tinjauan Pustaka masih terdapat cara penulisan pustaka dan cara penulisan huruf latin belum sesuai dan tidak mencantumkan hasil pengkajian/diseminasi terkait; 4) Pada Metodologi masih terdapat penulisan kurang sistematis, kurang terstruktur dan tidak jelas pendekatannya. Pada implemntasi kegiatan di lapangan didapati: 1) Koordinasi pada umumnya dilakukan oleh LO dan PJ pada Dinas Lingkup Pertanian/BP4K dan BP3K, 2) Sebagian besar PJ menyampaikan Informasi/penjelasan kegiatan Pengkajian/Diseminasi kepada Dinas Lingkup Pertanian/BP4K dan BP3K sebelum kegiatan dimulai; 3) Sebagian besar bahan infromasi tentang teknologi yang dikaji/didiseminasikan kurang disampaikan Dinas/badan; 4) Dukungan Dinas/badan sebagaian besar kepada pelibatan petugas; 5) Pemenuhan laporan bulanan dan laporan tengah tahun belum direspon secara tepat waktu; dan 6) Pagu DIPA BPTP Jawa Barat 2014 setiap tahun meningkat dari Pagu DIPA BPTP Jawa Barat tahun-tahun sebelumnya. Realisasi penarikan anggaran meningkat pada bulan Mei 2014 hingga Agustus 2014. Saran yang diberikan untuk perbaikan dan perlu ditingkatkan pada tahun-tahun berikutnya dalam hal koordinasi dengan Dinas/Badan Lingkup Pertanian Kabupaten/Kota yaitu: 1) penyampaian bahan infromasi tentang teknologi yang dikaji/didiseminasikan disampaikan kepada Dinas/Badan, 2) Laporan perkembagaan (progres) pengkajian/diseminasi, dan 3) Dukungan Dinas/Badan dalam kegiatan. Dua hal yang penting untuk diperhatikan dan ditingkatkan dalam kegiatan pengkajian dan diseminasi kedepan, adalah tentang: 1) Penyampaian informasi dan penjelasan kegiatan Pengkajian/Diseminasi oleh PJ kepada PPL, dan oleh PPL kepada Ketua kelompok dan 2) Penyampaian Bahan infromasi tentang teknologi yang dikaji/didiseminasikan kepada PPL.

3.2.5. Panduan Kegiatan (Penanggung Jawab: Dr. Ir. Nana Sutrina,

MP.)

Pembentukan BPTP bertujuan untuk mempercepat alih teknologi pertanian, mendukung pembangunan pertanian dan optimalisasi pemanfaatan sumberdaya pertanian wilayah, melalui: 1) akselerasi adopsi teknologi, 2) mendekatkan pelayanan pengkajian kepada masyarakat, dan 3) menjaga kesinambungan penelitian, pengkajian, dan penyuluhan. Atas dasar itu, keberadaan BPTP sangat strategis dalam mendukung pengembangan pertanian berorientasi pemanfaatan sumberdaya pertanian secara optimal di Jawa Barat. Keberadaan BPTP Juga sangat mendukung dalam menghasilkan teknologi pertanian spesifik lokasi, model pengembangan teknololgi pertanian spesifik lokasi, dan melaksanakan pendampingan penerapan model pengembangan teknologi pertanian spesifik lokasi skala agribisnis dalam rangka mendukung peningkatan produktivitas dan pendapatan petani. Namun demikian, dalam mendiseminasikan hasil pengkajian (rekomendasi teknologi) BPTP masih menghadapi berbagai permasalahan antara lain yaitu SDM peneliti/penyuluh dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 40

pendanaan yang sangat terbatas, teknologi yang sebagian besar masih perlu diadaptasikan, akses penyaluran informasi dan komunikasi teknologi masinh sangat kurang dengan stakeholders, serta kreativitas dan kemampuan SDM untuk bersaing pada tataran lebih tinggi masih sangat lemah. Untuk mengatasi masalah‐masalah tersebut diperlukan panduan kegiatan dan panduan teknis. Diharapkan dengan dibuatnya panduan tersebut akan mempercepat arus informasi teknologi sehingga proses diseminasi teknologi akan berjalan dengan cepat. Tujuan kegiatan ini adalah

menyusun buku panduan kegiatan dan petunjuk teknis untuk meningkatkan kemampuan peneliti, penyuluh dan teknisi litkaya dalam menyusun perencanaan dan pelaksanaan kegiatan, melakukan pendampingan teknologi pada program strategis, dan mempercepat penyebaran (diseminasi) informasi teknologi kepada petani.

Hasil kegiatan ini berupa: 1) Panduan Kegiatan Bulan Bakti Agro Inovasi, 2) Panduan Umum Pelaksanaan Penelitian, Pengkajian, dan Diseminasi Teknologi Pertanian, 3) Panduan Perbanyakan Benih Sumber Padi dan Kedelai.

3.2.6. Pengelolaan Website, Database, dan Perpustakaan (Penanggung Jawab: Dr. Ir. Nana Sutrina, MP.)

Instruksi Presiden No. 3 tahun 2003 tentang kebijakan dan strategi nasional

pengembangan e-government mengamanatkan lembaga/instansi pemerintah termasuk BPTP Jawa Barat untuk segera memenuhi upaya untuk mengembangkan penyelenggaraan kepemerintahan yang berbasis (menggunakan) elektronik dalam rangka meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif dan efisien yang dilakukan melalui 2 (dua) aktivitas yang berkaitan satu sama lainnya yaitu: (1) pengolahan database, pengelolaan informasi, sistem manajemen dan proses kerja secara elektronis dan (2) pemanfaatan kemajuan teknologi informasi website agar pelayanan publik dapat diakses secara mudah dan cepat oleh masyarakat. Disamping melalui 2 (dua) aktivitas tersebut, untuk meningkatkan kualitas layanan publik akan dilakukan melalui pengelolaan perpustakaan secara digital (digital library). Sebagai Unit Pelayanan Teknis (UPT) Badan Litbang Pertanian di daerah, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat mengemban mandat tugas dan fungsi dalam penyebarluasan informasi hasil pengkajian dan diseminasi teknologi pertanian spesifik lokasi. Melalui mandat tersebut BPTP Jawa Barat merasa perlu untuk memfasilitasi dan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 41

mempersiapkan semua informasi hasil pengkajian spesifik lokasi sebagai materi elektronik yang akan dituangkan ke dalam media website, database, dan digital library sebagai wujud dari pro aktif BPTP Jawa Barat dalam: (1) Implementasi kebijakan dan strategi nasional pengembangan e-government, (2) Percepatan diseminasi teknologi pertanian spesifik lokasi, dan (3) Meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif dan efisien. Tujuan kegiatan ini adalah : 1) Mengelola Website, 2) Mengelola Database, dan 3) Mengelola Perpustakaan. Hasil kegiatan ini adalah: 1) Kegiatan pengelolaan website, database, dan perpustakaan sudah dilaksanakan dan terus berjalan sesuai dengan rencana kegiatan. Kegiatan tersebut bersifat rutin dan selalu berusaha melakukan perbaikan; dan 2) Pengelolaan website, database, dan perpustakaan BPTP Jawa Barat saat ini menujukkan kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang ditunjukkan dengan indikator (1) Updating isi content Website dalam dua bahasa (Indonesia, Inggris) 1 x dalam 1 minggu, (2) Updating database pertanian dan hasil pengkajian secara stainalone dan online, dan (3) Updating koleksi perpustakaan pelayanan secara online. 3.2.7. Sistem Pengendalian Internal (Penanggung Jawab: Ir. Hasmi

Bandjar, M.Si)

Dasar hukum pelaksanan kegiatan ini adalah Peraturan Pemerintah No. 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Untuk mencapai pengelolaan kegiatan BPTP yang efektif, efisien, ekonomis dan tertib dalam penyelenggaraan tugas pokoknya, maka perlu dibentuk Sistem Pengendalian Internal (SPI) yang memberikan keyakinan memadai berkaitan dengan pencapaian efektifitas kegiatan, keandalan pelaporan keuangan, dan ketaatan pada peraturan dan ketentuan yang berlaku. Dengan adanya SPI maka dapat meminimalkan terjadinya temuan auditor (BPK, ITJENTAN , BPKP). Tujuan kegiatan ini adalah: 1) Melaksanakan seluruh proses kegiatan audit, review, evaluasi, pemantauan dan kegiatan pengawasan lain yang merupakan bagian dari tugas pimpinan dalam melaksanakan Sistem Pengendalian Intern (SPI) dan 2) Meminimalisir terjadinya penyimpangan atau temuan oleh Auditor yang dapat merugikan negara.

Kegiatan yang telah dilakukan oleh Tim SPI BPTP Jawa Barat sesuai program kerja, antara lain: 1) Pengawalan secara intensif terhadap disiplin pegawai, yaitu dengan sosialisasi Permentan No. 45/Permentan/OT.140/4/2014 dan PP No. 53 Tahun 2010, 2) Menindaklanjuti LHP yang berkaitan langsung dengan Tupoksi, 3) Pengawalan secara intensif pengelolaan perjalanan dinas yaitu dengan pertemuan tentang pengelolaan perjalanan dinas, 4) Pengawalan penertiban penggunaan rumah negara, 5) Evaluasi dan revisi SOP, 6) Melakukan pengendalian intern, pemeriksaan kas dan penutupan kas, 7) Mengikuti dan berpartisipasi dalam forum SPI yang diadakan oleh Balai Besar Pengkajian dan Inspektorat Jenderal Kementan, dan 8) Penandatangan Pakta Integritas bagi pegawai BPTP Jawa Barat. Saran yang diberikan dari kegiatan ini

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 42

adalah: 1) Satlak PI bersama Tim Monev agar saling bekerja sama terhadap kewajiban menyajikan laporan realisasi penggunaan anggaran dan kemajuan fisik kegiatan secara berkala (mingguan, bulanan, triwulan, semester dan tahunan), sesuai dengan jenis pelaporan dan media pelaporan (i-monev, PMK 249 Tahun 2011 dan e-monev); 2) Diperlukan komitmen bersama dari pimpinan unit kerja dan Satlak PI dalam menyelenggarakan dan memberdayakan Satlak PI dengan harapan SPI yang diterapkan untuk mendukung kinerja organisasi ke arah yang lebih baik dan dapat meminimalisir konflik; 3) BPTP Jawa Barat masih perlu ditingkatkan dalam kegiatan SPI dengan langkah-langkah operasional SATLAK SPI. Direncanakan tim Satlak SPI akan mengadakan rapat koordinasi Satlak PI (minimal 3 bulan sekali) untuk membahas program kerja tahunan Satlak PI, mengidentifikasi dan menyusun prioritas pengendalian kegiatan, membahas hasil pemantauan, hasil pengendalian, hasil tinjauan manajemen, hasil evaluasi terpisah atau temuan, tindak lanjut LHP, dll. Kemudian menyimpulkan temuannya dan menyusun rekomendasi untuk disampaikan kepada pimpinan agar ditindaklanjuti untuk penentuan langkah perbaikannya; 4) Dokumen ISO 9001:2008 BPTP Jawa Barat agar diperbaiki sesuai perkembangan peraturan-peraturan yang berlaku, antara lain: a) Profile, Struktur Organisasi dan Deskripsi Tugas, b) Kondisi Sumberdaya Manusia, c) Sarana dan prasarana, d) Manajemen Sumberdaya Manusia, dan e) Pelayanan Laboratorium; dan 5) Dokumen SOP BPTP Jawa Barat agar disempurnakan kembali setiap tahunnya.

3.2.8. Manajemen dan Penguatan UPBS BPTP Jawa Barat

(Penanggung Jawab: Dr. Ir. Nandang Sunandar, MP.)

Sebagaimana tertuang di dalam Surat Keputusan Kepala Badan Litbang Pertanian No.OT.130.95.2003 tentang Pembentukan Kelembagaan Internal Pada UK dan UPT di Lingkungan Badan Litbang Pertanian, maka dalam rangka penyediaan benih sumber, Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat membentuk Unit Pengelola Benih Sumber (UPBS) Tanaman yang bersifat fasilitatif dan akan melaksanakan fungsinya. Dalam Workshop Peningkatan Kinerja UPBS UK/UPT Lingkup Badan Litbang Pertanian yang diselenggarakan di Denpasar 21–23 November 2012, diperoleh rumusan antara lain: UPBS mempunyai tugas ganda, yaitu (a) memproduksi benih sumber dari varietas unggul yang baru dilepas dan belum dikenal petani, dan benih varietas unggul komersial yang ketersediaannya terbatas, untuk mendukung Sektor Perbenihan Formal/Komersial, serta (b) diseminasi varietas unggul spesifik lokasi untuk agroekosistem sub-optimum, seperti lahan sawah tadah hujan, ladang, dan rawa untuk mendukung Sektor Perbenihan Informal. Untuk mencapai kinerja UPBS yang diharapkan, beberapa tindak lanjut diperlukan, yaitu: 1) Pengembangan sistem manajemen mutu (SMM) UPBS sesuai dengan persyaratan SNI ISO 9001:2008; 2) Pengembangan data-based management perbenihan; 3) Pembinaan implementasi SMM dalam produksi benih di UPBS; 4) Pemantauan, analisis,

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 43

dan peningkatan efektivitas penerapan SMM di UPBS dan kesesuaiannya dengan persyaratan regulasi; serta 5) Komunikasi internal dan sinkronisasi program UPBS secara berkala (misal 1 – 2 kali setahun) untuk membahas progress, masalah, dan action plan untuk perbaikan. Tujuan kegiatan ini adalah: Mendukung aktivitas produksi dan distribusi benih sumber di UPBS BPTP Jawa Barat.

Hasil kegiatan ini adalah: 1) Diperoloeh benih sumber kedelai sebanyak 202,680 ton, terdiri dari kelas benih FS sebanyak 14,920 ton (Gema = 0,96 ton, Kaba = 9,6 ton, Wilis = 4,36 ton) dan kelas benih SS sebanyak 187,76 ton (Anjasmoro = 45,971 ton, Burangrang = 25,226 ton, Grobogan = 87,053 ton, Kaba = 3,7 ton, Wilis = 25,81 ton); 2) Diperoleh benih sumber padi sebanyak 55,301 ton, terdiri dari Benih Dasar (BD/FS) sebanyak 1,540 ton (varietas Inpari 26), Benih Pokok (BP/SS) sebanyak 47,331 ton (varietas Inpari 19, Inpari 24, Inpari 25, Inpari 26, Inpari 27, Inpari 28, Inpari 30 dan Mekongga), dan Benih Sebar (BR/ES) sebanyak 6,430 ton (Inpari 24, Inpari 28 dan Inpari 30); 3) Diperoleh 16.950 stek bibit krisan varietas Sakuntala, Pasopati, Puspita Nusantara dan Salzieta; 4) Telah terdistribusi benih sumber kedelai sebanyak 120.948 kg; 5) Telah terdistribusi benih sumber padi hasil produksi tahun 2013 sebanyak 14.818,5 kg dan hasil produksi tahun 2014 sebanyak 25.913,0 kg; 6) Telah terdistribusi bibit krisan sebanyak 14.000 stek ke Kabupaten Bandung, yaitu varietas Sakuntala, Pasopati dan Puspita Nusantara; dan 7) Total setoran PNBP dari komoditas kedelai, padi dan krisan sampai Desember 2014 mencapai Rp. 672.961.500,-.

Tabel 26. Setoran PNBP dari Komersialisasi Benih, 2014

No Bulan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP)

Padi Kedelai Krisan Total 1 Januari 45.482.500 - - 45.482.500 2 Februari 10.170.000 - - 10.170.000 3 Maret 17.860.000 30.000 - 17.890.000 4 April 11.955.000 - - 11.955.000 5 Mei 7.122.500 1.140.000 - 8.262.500 6 Juni 26.145.000 - - 26.145.000 7 Juli 41.402.000 - - 41.402.000 8 Agustus 3.528.750 - - 3.528.750 9 September 16.687.750 264.290.000 - 280.977.750 10 Oktober 15.420.000 126.000.000 1.400.000 142.820.000 11 Nopember 5.558.000 2.800.000 - 8.358.000 12 Desember 5.970.000 70.000.000 - 75.970.000

Jumlah 207.301.500 464.260.000 1.400.000 672.961.500

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 44

3.2.9. Kerja`Sama (Penanggung Jawab: Dr. Ir. Nana Sutrisna, MP.)

Dalam rangka meningkatkan kapasitas sumberdaya penelitian dan percepatan penyebarluasan ilmu pengetahuan dan teknologi serta asas manfaat hasil penelitian dan pengembangan pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian perlu mengupayakan kerja sama dengan berbagai pihak (pemerintah daerah, perguruan tinggi, dan swasta) baik dalam maupun luar negeri. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat merupakan salah satu unit pelaksana teknis Badan Penelitian dan Pengambangan Pertanian, Kementerian Pertanian. Tugas pokok BPTP adalah: Melaksanakan pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi di wilayah Jawa Barat. Oleh karena itu kerjasama diperlukan sebagai salah satu upaya untuk pendayagunaan hasil pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi di wilayah Jawa Barat

Kegiatan kerjasama pada tahun 2014 dilakukan dengan instansi pemerintah dan lembaga perguruan tinggi. Instansi pemerintah yang telah bekerjasama adalah Pemda (Pemda) Kabupaten Ciamis dan Badan Penelitian Pengembangan dan Penerapan (BP3) IPTEK Provinsi Jawa Barat. Lembaga perguruan tinggi yang telah bekerjasama adalah Universitas Padjadjaran (UNPAD) Bandung. Kerjasama dengan

pihak instansi pemerintah dan lembaga perguruan tinggi lebih diarahkan untuk mendayagunakan pengkaji. Bentuk kerjasama dengan Pemda Kabupaten Ciamis adalah Kajian Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Sementara itu, kegiatan kerja sama dengan UNPAD adalah seminar nasional. Kerja sama dengan UNPAD dan perguruan tinggi lainnya adalah membimbing mahasiswa yang melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dan

Kuliah Kerja Lapangan (KKL). Kegiatan tersebut dapat mendayagunakan peneliti dan penyuluh sebanyak 15 orang.

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 45

3.2.10. Pengkajian Teknologi Pakan dan Reproduksi Ternak Spesifik Lokasi di Jawa Barat (Penanggung Jawab: Yayan Rismayanti, SPt.)

Permintaan produk peternakan cenderung terus meningkat sejalan dengan

pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi masyarakat, perbaikan tingkat pendidikan, serta perubahan gaya hidup sebagai akibat arus globalisasi dan urbanisasi. Pada saat ini, kebutuhan konsumsi daging Jawa Barat belum dapat dipenuhi oleh produksi domestik. Kemampuan domestik Jawa Barat dalam penyediaan daging sapi, baru mencapai sekitar 20% dari total kebutuhan, sementara sisanya disediakan melalui impor ternak hidup dan daging antar provinsi dan antar negara. Salah satu upaya terobosan dalam rangka mengakselerasi peningkatan populasi sapi potong adalah melalui peningkatan persentase/frekuensi beranak kembar (twinning birth rate).

Kelahiran kembar pada sapi potong terjadi secara alami baik melalui kawin alam maupun inseminasi buatan (IB). Akan tetapi, peluang terjadinya kelahiran pedet kembar secara alamiah masih sangat kecil, karena sebagian besar induk sapi memiliki sifat hanya melahirkan satu ekor pedet. Kondisi aktual di lapangan juga menunjukkan bahwa sebagian besar pedet yang dihasilkan dari kelahiran kembar memiliki berat lahir yang lebih rendah dibandingkan dengan pedet yang dilahirkan tunggal. Selain itu, pertambahan berat badan harian (PBBH) yang dihasilkan pedet kembar prasapih lebih rendah daripada pedet keturunan tunggal.

Pengkajian bertujuan untuk: 1) optimalisasi teknologi pemanfaatan pakan suplemen lokal untuk meningkatkan produktivitas pedet kembar prasapih, dan 2) optimalisasi teknologi reproduksi untuk meningkatkan peluang terjadinya kelahiran pedet kembar. Keluaran yang diharapkan adalah: 1) teknologi pakan spesifik lokasi yang memiliki tingkat efisiensi teknis dan ekonomis untuk meningkatkan produktivitas pedet kembar prasapih yang termanfaatkan secara optimal, dan 2) teknologi reproduksi yang dapat meningkatkan peluang terjadinya kelahiran pedet kembar. Pengkajian dilaksanakan dari bulan Januari sampai dengan Desember 2014 di kelompoktani ternak sapi potong di Kabupaten Subang dan Sumedang. Rancangan pengkajian pakan suplemen terdiri dari dua perlakuan (dua formulasi complete feed), dimana masing-masing perlakuan diujicobakan terhadap empat ekor pedet kembar prasapih. Parameter yang diamati adalah kualitas pakan, konsumsi pakan, kecernaan bahan kering, PBBH, efisiensi penggunaan pakan, dan perhitungan biaya pembuatan complete feed. Kajian perbaikan manajemen reproduksi dilakukan terhadap 40 ekor induk dengan dua perlakuan yaitu pola IB superovulasi minimum dosis dan teknik IB cornua uteri kanan dan kiri. Variabel yang diamati adalah service per conception (S/C), tipe kelahiran, berat lahir pedet, jenis kelamin pedet, dan estrus post partus (EPP).

Hasil pengkajian menunjukkan bahwa: 1) PBBH pedet kembar prasapih yang mendapatkan perlakuan pakan suplemen dengan bahan baku jerami padi sebesar

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 46

957,50 g/ekor/hari, lebih tinggi dibandingkan dengan PBBH pedet kembar prasapih yang mendapatkan perlakuan pakan suplemen berbahan baku jerami padi serta daun dan pucuk tebu sebesar 662,50 g/ekor/hari, 2) nilai feed cost per gain pakan suplemen berbentuk complete feed dengan bahan baku jerami padi lebih rendah dibandingkan pakan suplemen berbahan baku jerami padi serta daun dan pucuk tebu, 3) penggunaan hormon superovulasi (PMSG dan PGF2α) telah berhasil mensinkronisasi estrus seluruh induk sapi yang mendapatkan perlakuan, dan 4) Rata-rata nilai S/C untuk induk objek perlakuan pola IB superovulasi sebesar 1,11; tidak berbeda dengan nilai S/C untuk induk dengan perlakuan teknik IB pada cornua uteri kanan dan kiri yaitu sebesar 1,05.

Gambar 13. Aktivitas Pembuatan Pakan Suplemen Berbentuk Complete Feed

Gambar 14. Penampilan Pedet Kembar dan Aplikasi Pemberian Pakan Suplemen

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 47

3.2.11. Pengkajian Teknologi Spesifik Lokasi Mendukung Ketahanan Pangan di Jawa Barat (Penaggung Jawab: Drs. Agus Nurawan, MP.)

Peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya dan ketergantungan

masyarakat terhadap produk pangan impor sumber karbohidrat terutama terigu, merupakan hal penting yang harus dipertimbangkan untuk menjaga kestabilan ketahanan pangan. Selain ketergantungan terhadap produk impor, produksi beras nasional sebagai sumber pangan utama tiap tahunnya berkurang karena adanya konversi lahan pertanian dan ancaman kegagalan panen karena serangan organisme pengganggu tanaman (OPT). Oleh sebab itu perlu dilakukan kajian pemenuhan kebutuhan pangan dalam rangka mendukung ketahanan pangan melalui pengembangan pangan alternatif dan pengamanan produksi beras nasional dengan penggunaan teknologi biorasional dalam pengendalian serangan OPT di lahan sawah irigasi. Tujuan pengkajian yaitu mengembangkan dan menyempurnakan teknologi pengolahan tepung ubi kayu dan ganyong melalui peningkatan skala produksi; mendapatkan teknologi pengemasan yang dapat memperpanjang umur simpan produk olahan ubi kayu dan ganyong; mengetahui preferensi konsumen mengenai produk olahan pangan lokal berbahan baku ubi kayu dan ganyong; mengkaji teknologi pengendalian OPT biorasional pestisida untuk mengendalikan penyakit hawar daun bakteri (HDB) pada beberapa varietas padi sawah; menganalisis dampak residu pestisida pada lahan dan mutu beras di lokasi pengkajian; diseminasi teknologi hasil pengkajian pengendalian OPT ramah lingkungan kepada petani dan petugas lapang. Kegiatan dilaksanakan di lokasi sentra produksi ubi kayu, ganyong dan padi di Jawa Barat. Lokasi pengkajian di 3 Kabupaten yaitu Garut, Ciamis dan Cianjur pada bulan Januari – Desember 2014. Kegiatan operasional di tingkat lapangan meliputi : 1) Persiapan, 2) Koordinasi dan sosialisasi, 3) implementasi teknologi spesifik lokasi), 4) Pengumpulan data dan informasi, 5) Analisis dan pengolahan data, serta 6) Penulisan pelaporan. Kegiatan dilakukan dengan pendekatan participatory on farm research dengan metode eksperimen, survey dan deskriptif.

Hasil kegiatan menunjukkan peningkatan skala produksi tepung kasava dan tepung ganyong berpengaruh negatif terhadap mutu fisik dan kimia, tetapi tidak berpengaruh terhadap sifat fungsional tepung. Skala produksi optimum pada pengolahan tepung kasava dan ganyong yaitu pada skala produksi 100 kg. Jenis kemasan berpengaruh terhadap umur simpan tepung, kemasan standing pouch mampu memperpanjang umur simpan dibandingkan dengan kemasan plastik biasa (pp) dengan umur simpan 22,4 bulan untuk tepung kasava dan 14 bulan untuk tepung ganyong. Preferensi konsumen untuk pembelian tepung kasava dipengaruhi oleh atribut warna, tekstur dan jenis kemasan, sedangkan untuk tepung ganyong dipengaruhi oleh atribut tekstur dan tempat pembelian. Preferensi penggunaan tepung

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 48

kasava untuk pengolahan aneka produk pangan dipengaruhi oleh pengganti terigu, kemudahan pengolahan, kualitas produk olahan dan biaya pengolahan, sedangkan preferensi penggunaan tepung ganyong dipengaruhi oleh pengganti terigu, kemudahan pengolahan dan biaya pengolahan. Hasil pengkajian pengendalian OPT ramah lingkungan menunjukkan biorasional pestisida dapat menekan serangan penyakit hawar daun bakteri. Varietas Sintanur lebih tahan terhadap penyakit HDB diikuti Inpari 14 dan Mekongga.

Gambar 15. Kegiatan Pengembangan Pangan Alternatif Untuk Meningkatkan Nilai Tambah Ubikayu

3.2.12. Kajian Optimalisasi Sumberdaya Air di Lahan Sawah Pengairan

Perdesaan (Penaggung Jawab: Ir. Eriawan Bekti, MP.)

Usaha yang dapat dilakukan pemerintah untuk mempertahankan swasembada pangan adalah peningkatan mutu program itensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi dan rehabilitasi lahan pertanian. Hal ini penting dilakukan, untuk mengantisipasi kebutuhan pangan khususnya beras yang terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan penciutan lahan sawah khususnya di Jawa Barat. Oleh karena itu, dituntut perlu adanya optimalisasi seluruh sumber daya pertanian. Disamping faktor tanah, produktivitas pertanian sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air, dan berbagai unsur iklim. Anomali dan perubahan iklim global sangat mempengaruhi kondisi iklim secara global, regional, maupun lokal. Hal ini merupakan tantangan dalam

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 49

mewujudkan ketahanan pangan secara berkelanjutan salah satunya dengan teknologi pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya air yang lebih efisien sebagai strategi adaptasi menghadapi perubahan iklim (BPPP, 2007). Tujuan pengkajian adalah : (1) Mengoptimalkan penggunaan sumberdaya air irigasi efisien untuk perluasan areal tanam padi pada MK-1 di lahan sawah pengairan perdesaan dan (2) Meningkatkan produksi padi pada MK-2 di lahan sawah pengairan perdesaan melalui perluasan areal tanam. Kegiatan pengkajian dilaksanakan melalui pendekatan “ Participatory on farm research” di lahan milik petani. Pelaksanaan pengkajian dilakukan dengan metode eksperimen lapangan.

Kegiatan operasional di tingkat lapangan meliputi: (1) Identifikasi dan karakterisasi calon lokasi pengkajian, dan (2) Kegiatan lapangan (pengkajian pengairan intermitten dan percepatan tanam di lahan sawah berpengairan perdesaan). Lokasi pengkajian adalah lahan sawah pengairan perdesaan di Desa Neglasari, Kecamatan Purabaya, Kabupaten Sukabumi. Waktu pelaksanaan kegiatan adalah mulai Bulan Januari sampai dengan bulan Desember 2014. Percobaan Pengairan Berselang disusun mengikuti rancangan acak kelompok dengan 4 perlakuan dan 9 ulangan. Perlakuan pengairan intermitten, yaitu (1) pemberian air berdasarkan permukaan air mencapai 5 cm di bawah permukaan tanah (2) pemberian air berdasarkan permukaan air mencapai 10 cm di bawah permukaan tanah dan (3) pemberian air berdasarkan permukaan air mencapai 15 cm di bawah permukaan tanah (4) Penggenangan (control). Pengkajian Sistem Pengolahan Tanah untuk Mempercepat Waktu Tanam bertujuan untuk mempercepat waktu tanam dengan mempersingkat waktu pengolahan tanah. Pengolahan tanah yang diperlakukan adalah: (a) tanpa olah tanah dengan penambahan bio-dekomposer; dan (b) olah tanah minimum (minimum tillage) yaitu lahan hanya dirotari dan ditambah bahan bio-dekomposer, dan (c) olah tanah sempurna yang dilakukan dengan sekali bajak dan dua kali dilumpurkan (cara petani). Hasil kegiatan pengukuran kebutuhan air tanaman padi dengan metoda sederhana yang dapat diaplikasikan oleh petani yaitu metoda pengukuran dengan menggunakan field water tube (diperkenalkan oleh IRRI) atau Alat Indikasi Air Sumuran disingkat AIRSUR. Metoda ini tetap berpegang pada prinsip bahwasannya air yang hilang sama dengan air yang dibutuhkan tanaman. Air yang hilang tersebut terjadi terutama karena peristiwa evaporasi, transpirasi, perkolasi dan seepage atau rembesan. Nilai kehilangan air rata-rata diareal persawahan adalah 11,85 mm / hari.

Pada kondisi air 2 cm diatas permukaan tanah akan mencapai jenuh 80 % berturut-turut pada hari ke-5,6 pada perlakuan 5 cm, hari ke-7 pada perlakuan 10 cm dan hari ke-8,4 pada perlakuan 15 cm. Dimana genangan air diatas permukaan tanah berlangsung selama ± 2 hari. Sehingga terbentuk pola intermitten 2 : 5,6, 2: 7, dan 2 ; 8,4 yang berarti suplai air 2 cm untuk 5,6, 7 dan 8,4 hari). Volume air yang digunakan untuk satu musim tanam pada masing-masing perlakuaan berturut-turut mencapai 12.309 m3, 11.744 m3, dan 11,368 m3. Sehingga terjadi efisiensi penggunaan air masing-masing sebesar 47,5%, 49,9% dan 51,5% dibandingkan dengan kontrol. Pada perlakuan penggenangan sebagai kontrol, tinggi genangan dibuat sesuai dengan kebiasaan petani yakni sekitar 10 cm, dan genangan dipertahankan sampai umur 80 HST, air yang masuk kedalam petakan sawah mencapai 23.423 m3. Berdasarkan hasil analisis menujukkan bahwa perlakuan pemberian air irigasi yang terbaik adalah berdasarkan kondisi air 10 cm dibawah

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 50

permukaan tanah menghasilkan padi sebanyak 4,85 t/ha lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan lainya. Tabel 27. Periode Suplai Air, Volume Air dan Efisiensi Kebutuhan Air di Lahan Sawah Perlakuan tAs-1 tAg-1 tLj AP tAh Hn 80% PS VA (m3) efisiensi

Air bawah permukaan 5 cm

-0.05 0.02 0.15 0.33 0.01185 5.6 14 12,309 47.5

Air bawah permukaan 10 cm

-0.1 0.02 0.15 0.33 0.01185 7.0 11 11,744 49.9

Air bawah permukaan 15 cm

-0.15 0.02 0.15 0.33 0.01185 8.4 10 11,368 51.5

Tergenang (control) 0.05 0.05 0.15 0.33 0.01185 2.8 28 23,423

3.2.13. Pewilayahan Komoditas Pertanian Berdasarkan AEZ skala 1:50.000 Mendukung program P2BN di Provinsi Jawa Barat (Penaggung Jawab: Dr. Ir. Darmawan, MP.)

BPTP Jawa Barat dalam merespon seluruh

masalah dan tuntutan percepatan evaluasi lahan sawah mendukung swasembada beras berkelanjutan, sejak tahun 1997 telah menyusun peta AEZ provinsi Jawa Barat pada skala 1:250.000, dilanjutkan Tahun 1998-1999 menyusun peta AEZ I skala 1:100.000 di wilayah Kab. Indramayu, Subang, Karawang, Bandung, Pandeglang, Sukabumi, Cianjur, Sumedang, Majalengka. Tahun 2000-2005 menyusun peta AEZ skala 1:35.000 di Kec. Ciwiday Kab. Bandung, dan AEZ I skala 1:50.000 di 3 (tiga) wilayah kecamatan Kab. Garut, Kab. Tasikmalaya 14 kecamatan dan Kab. Ciamis wilayah Utara. AEZ II skala 1:50.000 merupakan terobosan baru Balitbangtan dengan pembaharuan pendekatan percepatan dengan program baru, selain ArcView dan ALES, digunakan program ArcGIS, Google Map, SAGA, dan SPKL (evaluasi lahan digital). Dokumen peta AEZ II skala 1:50.000 yang telah disusun pada tahun 2013 di wilayah Kab. Subang mendukung program P2BN Jawa Barat. Sedangkan tahun 2014 akan dilakukan penyusunan peta AEZ II di wilayah Kab. Bekasi dan Indramayu. Kegiatan ini bertujuan: 1) Membuat peta pewilayahan komoditas Pertanian berdasarkan AEZ II skala 1:50.000 mendukung program P2BN spesfik lokasi di wilayah Kabupaten Bekasi dan Indramayu dan 2) Membuat arahan rekomendasi kebijakan pengembangan sistem

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 51

dan usahatani padi spesfik lokasi berbasis AEZ II skala 1:50.000 di wilayah Kabupaten Bekasi dan Indramayu.

Hasil kegiatan menyatakan bahwa 1) Peta pewilayahan komoditas Pertanian berdasarkan AEZ II skala 1:50.000 mendukung Agribisnis komoditas unggul komparatif di wilayah Kabupaten Bekasi Utara, terdiri : (a) 9 satuan lahan (SL) yang tersusun dari beberapa unsur satuan lahan, yaitu landform, lereng, bahan induk jenis tanah dan penggunaan lahan; (b) sedangkan wilayah Kabupaten Indramayu seluruhnya ada 21 SPT. Demikian juga kondisi wilayah lahan sawahnya yang terjadi intrusi air laut seluas 27.333,55 Ha di 8 kecamatan, sedangkan wilayah kecamatan yang terkena pasang surut rendah maupun tinggi ada 12.685,92 Ha di 21 kecamatan atau total yang termasuk wilayah yang terkendala kualitas airnya seluas 40.019,47 Ha dan 2) Arahan rekomendasi kebijakan penggunaan lahan sawah di wilayah Kabupaten Bekasi dan Indramayu dapat diharapkan mampu program P2BN secara optimal dengan catatan melakukan inovasi teknologi padi sawah PTT dengan komponen lengkap terutama pemilihan varietas disesuaikan dengan kondisi actual di lapangan seperti intrusi air laut, pasang surut rendah-tinggi, jaringan irigasi, optimasi penggunaan ALSINTAN berdasarkan daya dukung tanah-air serta SDM Pertanian terintegrasi.

3.2.14. Pengelolaan Sumberdaya Genetik (Penaggung Jawab: Drs. M.

Iskandar Ishaq, MP.)

Jawa Barat memiliki potensi sumberdaya genetik yang sangat besar. Provinsi ini merupakan Provinsi terluas kedua di Pulau Jawa setelah Jawa Timur dengan luas wilayah 35.377,76 km2 dan kontribusi luas wilayah untuk Negara Indonesia sebesar 1.85% (BPS Jabar, 2012). Potensi wilayah menjadi indikator terdapatnya kekayaan alam yang berlimpah termasuk kekayaan sumberdaya genetik. Jawa Barat memiliki sumbangan sumberdaya genetik yang sudah komersial seperti Talas Bogor, Beras Cianjur dan Rojolele, Mangga Gedonggincu, Mangga Indramayu, Nanas Simadu, manggis, dan lain-lain. Jawa Barat meyakini bahwa dari provinsi ini masih memiliki sumbangan sumberdaya genetik yang lebih banyak lagi yang belum tereksplorasi. Oleh sebab itu kegiataan pengelolaan sumberdaya genetik harus intensif dan kontinu dilaksanakan oleh instansi terkait guna tereksplorasi dan terpelihara sumberdaya genetik yang sudah terdata maupun yang belum terdata. Tujuan kegiatan tahun 2014, yaitu: 1) Melengkapi data karakteristik tanaman buah pada 10 aksesi koleksi yang sudah ada di Kebun Percobaan (KP) Cipaku, Bogor (Kapulasan, Campedak, Kupa, Kweni, Langsat, Kepel, Menteng, Sukun, Jengkol dan Petai), 2) Menginisiasi pembentukkan Komisi Daerah (KOMDA) Sumberdaya Genetik Provinsi Jawa Barat, dan 3) Melakukan eksplorasi, koleksi, dan konservasi ex-situ material hasil koleksi tanaman buah langka spesifik Jawa Barat (Kecapi, Kemang, Lobi-lobi, Bisbool, Bembem, Bacang, Menteng, Langsat, Gandaria, Jambu Bol).

Pendekatan yang digunakan yaitu on farm participatory research assessment, desk study, dan on station research. Hasil kegitan ini adalah: 1) Karakterisasi sifat morfologis dan agronomis telah dilakukan pada sepuluh jenis tanaman buah sebagai

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 52

koleksi sumberdaya genetik di KP Cipaku, Bogor dan tanaman yang tumbuh pada lahan petani di sekitarnya. Sumberdaya genetik tanaman buah ini tergolong jenis tanaman buah spesifik lokasi wilayah Jawa Barat dan belum mendapat perhatian secara khusus, diantaranya adalah Cempedak, Jengkol, Kapulasan, Kepel, Kupa/Gohok/Gowok, Kuweni, Langsat, Menteng, Sukun, dan Petai, 2) Komda Sumberdaya Genetik Provinsi Jawa Barat telah terbentuk melalui Keputusan Gubernur Nomor 520/Kep.1408-BPLHD/2014, tanggal 6 Oktober 2014 tentang Komisi Daerah Sumberdaya Genetik, 3) Eksplorasi dan koleksi sumberdaya genetik tanaman buah terutama jenis tanaman buah yang sudah langka atau terancam mengalami kepunahan, diperoleh sebanyak 110 aksesi meliputi 23 jenis serta padi lokal sebanyak 22 aksesi. Eksplorasi tanaman buah dilakukan di Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Karawang, sedangkan eksplorasi padi lokal dilakukan di Kabupaten Tasikmalaya. Koleksi sumberdaya genetik tanaman buah hasil eksplorasi tersebut ditanam di dalam polibeg/pot/drum terawat dengan baik di Kebun Percobaan (KP) Cipaku, Bogor dan di Rumah Kasa BPTP Jawa Barat, sedangkan koleksi benih padi lokal tersimpan pada ruang penyimpanan di BPTP Jawa Barat, dan 4) Beberapa instansi yang berada di Provinsi Jawa Barat memiliki koleksi sumberdaya genetik, diantaranya tanaman pangan (padi), tanaman buah, tanaman rempah dan obat, ternak (unggas, kecil dan besar) dan ikan.

3.2.15. Model Akselerasi Pembangunan Pertanian Ramah Lingkungan

(m-AP2RL) Dengan Pendekatan Analisis Modelling Mendukung Desentralisasi Rencana Aksi (Decentralized Action Plan/Dap) Peningkatan Produksi Beras Di Provinsi Jawa Barat (Penaggung Jawab: Dr. Ir. Nana Sutrisna, MP.)

Jawa Barat memiliki peran strategis sebagai salah satu provinsi penopang

pemenuhan kebutuhan bahan pangan nasional khususnya beras. Kontribusi Jawa Barat terhadap pemenuhan kebutuhan beras nasional setiap tahun lebih dari 17%. Penyediaan beras tidak hanya ditentukan oleh peningkatan produktivitas dan luas tanam, tetapi juga sangat ditentukan oleh luas panen dan kinerja usahatani. Perubahan iklim global yang terjadi saat ini juga sangat berpengaruh terhadap kinerja usahatani dan luas panen padi. Perubahan iklim global mengakibatkan munculnya hama secara sporadis dalam waktu singkat seperti hama wereng coklat dan mengakibatkan terjadinya kemarau panjang seperti yang terjadi pada tahun 2011. Akibat kejadian tersebut berdampak pada penurunan produktivitas dan luas panen, sehingga sangat diperlukan upaya-upaya implementatif. Fenomena tersebut di atas menunjukkan bahwa permasalahan perberasan di Jawa Barat di masa yang akan datang semakin berat dan kompleks. BPTP Jawa Barat merupakan sumber inovasi teknologi spesifik lokasi, sehingga harus menghasilkan teknologi yang dapat mendorong pencapaian tujuan dan sasaran peningkatan produksi beras nasional. Pada tahun 2013 BPTP Jawa Barat telah berhasil merancang “Model Dinamik Rencana Aksi Peningkatan Produksi Beras Ramah Lingkungan di Jawa Barat”. Model Dinamik tersebut diverifikasi pada tahun 2014 dengan demikian diharapkan model tersebut dapat diimplementasikan di lapang dan dapat mengatasi permasalahan perberasan dan perubahan iklim serta lingkungan sehingga berkelanjutan dan dapat dijadikan sebagai

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 53

alternatif kebijakan Pemda Provinsi Jawa Barat, dalam upaya penyediaan pangan khususnya beras secara berkelanjutan. Penelitian menggunakan pendekatan On Farm Client Oriented Adaptive Research (OFCOAR) atau Penelitian Adaptif di Lahan Petani berorientasi Pengguna (PAOP). PAOP adalah penelitian yang dirancang untuk merakit teknologi adaptif yang dapat memenuhi kebutuhan petani pengguna yang mempunyai keperluan spesifik, dilakukan secara partisipatif antara peneliti-penyuluh-petani. Penelitian dilaksanakan di Desa Karyamukti, Kecamatan Panyingkiran, Kabupaten Majalengka. Berdasarkan hasil analisis statistik melaporkan bahwa perlakuan jerami dan varietas tidak berpengaruh nyata terhadap bobot gabah isi 1000 butir tetapi berpengaruh nyata terhadap hasil padi. Hasil padi meningkat secara nyata baik perlakuan J1 maupun J2. Pada perlakuan jerami J1 hasil padi meningkat sebesar 9,78% dibanding pada perlakuan J0, sedangkan pada perlakuan J2 hasil padi meningkat sebesar 15,77%.

Hasil tertinggi diperoleh pada perlakuan Vi yaitu varietas Inpari 4 sebanyak 9,43 t/ha atau terjadi peningkatan hasil padi sebanyal 16% dibanding perlakuan V3 (Mekongga). Peningkatan hasil padi pada perlakuan jerami karena konsentrasi hara N, P, dan K dalam tanah meningkat, sehingga jumlah anakan produktif, jumlah gabah isi per malai meningkat sedangkan % gabah hampa menurun. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara varietas dan penggunaan jerami padi terhadap emisi CH4 baik pada umur 21, 42, dan 87 hst. Pada umur 42 hst perlakuan jerami padi berpengaruh nyata terhadap emisi CH4. Pada umur 87 hst varietas dan perlakuan jerami masing-masing berpengaruh nyata terhadap emisi CH4. Pada umur 110 hst justru varietas berpengaruh nyata terhadap emisi CH4. Pemberian jerami padi berpengaruh nyata terhadap emisi gas CH4 pada umur 42 dan 87 hst. Pemberian jerami dengan cara di gelebeg masih memberikan pengaruh terhadap emisi gas CH4 hingga tanaman padi berumur 87 hst. Varietas dan perlakuan jerami padi hanya berpengaruh nyata terhadap emisi gas N2O pada umur 21 hst dan terjadi interaksi antara kedua perlakuan tersebut. Perlakuan jerami pada varietas yang sama tidak berbeda nyata terhadap emisi gas N2O. Perlakuan varietas pada sistem pemberian jerami di komposkan dan tanpa jerami berpengaruh nyata terhadap emisi gas N2O. Varietas Inpari 4 menghasilkan emisi gas N2O paling tinggi dibandingan dengan varietas Inpari 14 dan Mekongga pada perlakuan tanpa Jerami. Hasil lain menunjukkan bahwa terjadi perbedaan yang nyata pada perlakuan jerami di gelebeg, tanpa olah jerami, jerami di bakar, dan jerami dikomposkan. Hal ini menunjukkan bahwa petani sudah mulai mengomposkan jerami, tetapi dengan perhitungan biaya, para petani masih cenderung membakar jerami, dengan berbagai asumsi, seperti membakar jerami meskipun memberikan pengaruh terhadap emisi GRK: menghemat tenaga daripada mengkomposkan jerami, abunya dapat menyuburkan tanah, pengolahan tanah lebih cepat.

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 54

3.2.16. Pengkajian Sistem Usahatani Lahan Kering di Jawa Barat (Penanggung Jawab: Ir. Enjang Sujitno, MP.)

Jawa Barat mempunyai lahan kering yang cocok untuk pertanian seluas 797.087 ha, yang terdiri dari 563.015 ha tegalan dan 234.072 ha ladang atau huma (BPS Jawa Barat, 2010). Secara umum pengelolaan lahan kering masih belum optimal. Fenomena yang terjadi di lapangan tersebut karena petani di lahan kering belum mampu mengoptimalkan potensi lahan kering yang cukup besar, petani biasanya hanya mengusahakan komoditas yang sudah biasa diusahakan secara tradisional tanpa dibarengi dengan upaya penganekaragaman komoditas dan penerapan teknologi yang sesuai, sehingga produksi yang dihasilkan tidak optimal serta menyebabkan terjadinya degradasi lahan. Kondisi ini sangat dimungkinkan terjadi karena dengan keberadaan lahan kering yang sangat luas dan potensial tersebut belum dapat dimanfaatkan secara optimal bagi pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan masyarakat di pedesaan. Keberadaan lahan kering cenderung terpinggirkan dan terbiaskan oleh program pembangunan pertanian yang terlalu fokus pada padi sawah, perkebunan, dan sayuran dataran tinggi. Usahatani lahan kering sebenarnya sudah dilaksanakan para petani sejak lama, namun yang menjadi kendala sampai saat ini adalah mahal dan sulitnya memperoleh sarana produksi, seperti benih bermutu varietas unggul baru, pupuk dan pertisida dan kurangnya aliran informasi teknologi kepada para petani, sehingga perlu suatu upaya pendekatan yang komprehensif

melalui pengkajian dan diseminasi inovasi sistem usahatani lahan kering (SUT) yang memepertimbangkan kepentingan jangka pendek yaitu produksi pertanian dan jangka panjang adalah konservasi tanah untuk menjaga dan meningkatkan kualitas lahan usahatani untuk mendukung pertanian berkelanjutan. Tujuan kegiatan tahun 2014, adalah: 1) Memantapkan teknologi dan manajemen budidaya komoditas padi gogo, jagung dan kacang tanah melalui pendekatan

PTT, 2) Menumbuhkan kelembagaan perbenihan (jabalsim) komoditas padi gogo, jagung dan kacang tanah pada tingkat kelompok tani, 3) Memperluas penataan konservasi lahan untuk mengurangi erosi, dan 4) Merancang pola pengembangan sistem usahatani lahan kering. Pengkajian ini dilaksanakan melalui pendekatan Participatory On Farm Research: dan dilaksanakan di Kab. Garut dan atau di Kab. Bandung, dimulai dari Bulan Januari sampai dengan Desember 2014. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa: 1) Komoditas utama yang dikembangkan petani lahan kering terutama di lokasi pengkajian adalah jagung kemudian untuk komoditas lain cukup bervariasi seperti padi gogo dan kacang tanah, 2) Penerapan PTT jagung budidaya jagung mampu meningkatkan produksi yang diperoleh, 3) Penerapan beberapa

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 55

komponen PTT kacang tanah, mampu meningkatkan produksi dibanding dengan budidaya kacang tanah tanpa penerapan komponen PTT. Pelaksanaan penangkaran benih telah berhasil mendukung penerapan PTT spesifik lokasi dengan menyebarluaskan VUB hasil penelitian Badan Litbang Pertanian, 4) Terjadi peningkatan penerapan teknologi konservasi lahan terutama dalam penerapan teknik konservasi mekanik berupa pembuatan teras, hal ini dimungkinkan karena dalam 2 tahun terakhir penerapan teknik konservasi tersebut dapat memberikan dampak yang positif bagi petani diantaranya adalah dapat mengurangi penggunaan pupuk karena pupuk yang diaplikasikan tidak dengan mudah terseret oleh air hujan, dan 5) Hasil kajian bukan hanya dikembangkan di wilayah kecamatan Cikelet melainkan telah direplikasi ke luar wilayah Kecamatan Cikelet yaitu Kecamatan Mekarmukti dan Caringin. Minat petani dalam pengembangan komoditas jagung komposit meningkat karena memiliki keunggulan harga benih lebih murah, dan dapat diperbanyak oleh petani sendiri. 3.2.17. Kajian Akselerasi Adopsi Teknologi Padi Sawah pada Petani

Penerima Program SL-PTT (Penanggung Jawab: Dr. Ir. Nurnayetti, MSi)

Dalam upaya mencapai sasaran P2BN beberapa strategi yang perlu dilakukan

adalah: (1) peningkatan produktivitas, antara lain melalui pendekatan pengelolaan tanaman terpadu (PTT) padi sawah yang merupakan suatu pendekatan inovatif dan dinamis dalam upaya meningkatkan produksi dan pendapatan petani melalui perakitan komponen teknologi secara partisipatif bersama petani (Badan Litbang, 2009). Menurut Kartaatmadja dan Fagi (1999), PTT merupakan suatu upaya untuk melumintukan (melestarikan) produksi tanaman padi. Selain menjaga kelestarian tingkat produksi, pendekatan PTT juga mampu meningkatkan produktivitas tanaman dengan biaya produksi yang lebih efisien, sehingga berpeluang untuk meningkatkan pendapatan petani. Selanjutnya, PTT padi sawah juga diartikan suatu pendekatan inovatif dan dinamis dalam upaya meningkatkan produksi dan pendapatan petani melalui perakitan komponen teknologi secara partisipatif bersama petani. Kajian akselerasi adopsi teknologi padi sawah pada petani penerima program SL-PTT di tiga kabupaten sentra produksi padi di Jawa Barat, dapat dipakai untuk melihat sejauh mana tingkat adopsi oleh petani penerima program pada saat pelaksanaan dan setelah pelaksanaan program, serta komponen teknologi apa yang paling banyak diserap oleh masyarakat.

Berdasarkan hasil yang dicapai sampai saat ini, secara umum dapat disimpulkan bahwa pemahaman petani terhadap beberapa komponen teknologi PTT padi sawah sudah relative tinggi, tapi keberlanjutan implementasi dan aplikasi teknologi dilapangan cenderung menurun yang disebabkan beberapa factor baik teknis, budidaya maupun social, ekonomi dan budaya. Secara khusus dapat dilihat pada uraian dibawah ini:

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 56

1. Tingkat penerapan teknologi PTT pada saat pelaksanaan program belum maksimal, tidak mencapai seratus persen, walaupun begitu apabila kita bandingkan antara penerapan saat program dengan setelah program terjadi penurunan yang cukup tajam. Hal ini dipengaruhi oleh faktor teknis, sosial, ekonomi dan budaya. Pada hal apabila kita lihat penilaian petani terhadap komponen teknologi tersebut secara umum bagus, hal tersebut mencerminkan bahwa petani pelaksana PTT mengerti dengan komponen teknologi tersebut.

2. Kemudian apabila dihubungkan dengan teknologi eksisting, menggambarkan bahwa lebih banyak lagi komponen teknologi yang tidak diterapkan, terutama sekali penggunaan VUB, sistem tanam jajar legowo, penanaman bibit muda dan jumlah bibit per rumpun.

3. Komponen teknologi yang dinilai kurang bagus dan kurang diterapkan setelah program beragam untuk ketiga lokasi, yang umum rendah nilainya untuk ketiga lokasi adalah efisiensi pemupukan dengan menggunakan alat PUTS dan BWD. Sementara komponen teknologi lainnya yang dinilai kurang bagus di Kabupaten Subang adalah pertanaman bibit muda, hal ini disebabkan karena langkanya tenaga kerja olah tanah, untuk Kabupaten Tasikmalaya adalah penanganan pascapanen disebabkan karena petani biasa jual basah pada saat panen. Kemudian untuk Kabupaten Bandung adalah sistem tanam jajar legowo, karena tenaga kerja keberatan melaksanakan, juga karena menurut mereka hasilnya sama saja dengan tegel. Tetapi ada juga yang menyatakan bahwa mereka belum memahami apa keunggulan legowo dibanding tegel.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan teknologi secara teknis adalah sehubungan dengan agroekosistem, iklim dan teknologi. Sementara dari faktor sosial adalah sehubungan dengan manusianya seperti kurangnya pengetahuan petani karena kurangnya penyuluhan, sifat malas petani itu sendiri dalam mendapatkan informasi maupun pengetahuan dan juga permasalahan tenaga kerja/langkanya tenaga kerja. Kalau dari faktor ekonomi sehubungan dengan modal dari petani, dan dari segi budaya adalah sulitnya petani merubah pola pikir dengan kebiasaan lama ke teknologi baru.

5. Lokasi pengkajian Kabupaten Subang, Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Bandung merupakan daerah penghasil padi sawah yang turut berkontribusi pada produksi padi Jawa Barat, karena mempunyai lahan sawah yang cukup luas.

6. Pada ketiga lokasi sudah dilaksanakan program SL-PTT dari tahun 2007 dan sudah meningkatkan produktivitas, oleh sebab itu pelaksanaan program lebih banyak pada tahap pemantapan, walaupun masih ada dilaksanakan tahap pengembangan, tetapi dalam jumlah yang kecil, terutama sekali di daerah yang bermasalah dengan lingkungan seperti air irigasi.

7. Penggunaan varitas unggul baru masih sangat sedikit persentasenya, perlu dikaji dimana mandegnya, sebab BPTP setiap tahunnya selalu melaksanakan demplot

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 57

atau display varitas disemua kabupaten. Hal ini perlu mendapat perhatian dan perlu menyusun strategi baru misalnya kerjasama dengan dinas atau BP4K dalam menentukan pemilihan varitas untuk pelaksanaan SL-PTT (lahan SL dan LL).

8. Produktivitas di lokasi pelaksanaan SL-PTT (SL dan LL) memperlihatkan perbedaan yang cukup besar dengan lokasi sekitar, hal ini menggambarkan bahwa inovasi teknologi PTT dapat meningkatkan produktivitas dan produksi.

Saran teknis dan kebijakan dari kegiatan kajian akselerasi adopsi teknologi padi sawah pada petani penerima program SL-PTT: 1) Strategi percepatan penerapan komponen teknologi PTT padi sawah disarankan dilakukan secara spesifik lokasi (utara, tengah, dan selatan), agar penerimaan teknologi oleh petani efektif. Karena masing-masing daerah mempunyai pola social, ekonomi dan budaya yang berbeda pula dalam berusahatani; 2) Rendahnya penggunaan VUB pada umumnya karena petani tidak tau cara mendapatkannya, karena kios saprodi juga tidak menyediakan benih VUB, untuk itu disarankan pembinaan 1-2 orang penangkar benih untuk tiap kelompok tani, untuk memenuhi kebutuhan kelompok dan petani sekitar dengan sumber VUB. Untuk modal awal benih VUB tersebut bisa difasilitasi oleh BPTP Jabar; 3) Melihat petani cukup memahami tentang persepsi masing-masing komponen teknologi, tetapi kurang ditingkat penerapan karena adanya factor-faktor pembatas terutama sekali teknis, social dan budaya, untuk itu disarankan pendampingan terus menerus oleh penyuluh lapangan dalam mengawal penerapan teknologi tersebut sampai petani merasakan keuntungan menggunakan teknologi tersebut; 4) Mengenai keterbatasan dari factor ekonomi seperti tidak tersedianya alat caplak untuk tanam jajar legowo, tidak tahunya cara mendapatkan alat PUTS dan BWD, disarankan keterlibatan pemerintah daerah (Dinas Pertanian) dalam memfasilitasi sarana tersebut sampai masyarakat petani menyadari akan fungsi dari alat tersebut; 5) Pada daerah yang dominan dipengaruhi oleh factor teknis, strategi penyuluhan dan diseminasi hanya pada teknologi yang tepat, disamping itu juga mencari umpan balik dari teknologi yang dianggap tidak cocok secara teknis tersebut untuk perbaikan untuk penggunaan dimasa dating.

Kemudian pada factor dominannya aspek social adalah focus pada manusianya, seperti pendekatan pada kelompok jasa tanam, memperbaiki sistem pengadaan benih VUB, intensif mendampingi petani sampai memahami keuntungan menggunakan teknologi tersebut, dll. Kemudian untuk pembatasnya factor ekonomi adalah keterlibatan pemerintah daerah untuk mendukung sarana prasarana yang dibutuhkan petani, kemudian juga penguatan kelompok dengan modal kelompok. Selanjutnya untuk factor budaya perlu penyuluhan dan pemberian contoh yang intensif untuk merobah pola fikir dan kebiasaan petani; 6) Jumlah tenaga petugas pertanian (Penyuluh, POPT, PBT) dibandingkan dengan luas lahan sawah, jumlah desa dan jumlah petani belum memadai. Untuk itu disarankan agar diadakannya penambahan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 58

jumlah tenaga petugas pertanian tersebut; dan 7) Etode pembelajaran; LL dilakukan lebih awal dibandingkan dengan SL-nya itu sendiri, pendekatan top-down yang lebih bersifat instruktif dan perintah bahkan cenderung pemaksaan dari petugas penyuluh pertanian lapangan harus dikurangi dan beralih kepada pendekatan partisipatif yang lebih mengedepankan proses pemberdayaan bagi petani dan kelompok tani sehingga petugas pertanian lapangan bersikap sebagai fasilitator proses pembelajaran dan pemberdayaan masyarakat petani.

3.2.18. Pengkajian Implementasi Komponen Teknologi PTT dalam

Perbaikan Kesejahteraan Petani di Jawa Barat. (Penanggung Jawab: Ir. Ikin Sadikin)

Pangan, khususnya beras adalah barang strategis yang penting bagi Negara,

karena disamping menguasai hajat hidup orang banyak, juga konstitusi mengamanatkan, bahwa: produksi, distribusi dan harganya dikuasai/dikendalikan oleh negara. Oleh sebab itu dalam mendorong perekonomian nasional dan meringankan beban ekonomi rakyat, pemerintah membantu petani melalui subsidi sarana produksi dan harga padi/beras di pasar dalam negeri secara konsisten, sehingga harga beras yang dibayar oleh masyarakat secara tidak langsung disubsidi oleh pemerintah yang pendanaannya dibebankan dalam APBN. Di sisi lain, tidak dapat dipungkiri bahwa usaha pemerintah melalui berbagai kebijakan pembangunan selama ini, telah membuahkan hasil yang cukup menggembirakan, sehingga dicapai swasembada beras pada tahun 1984 dan tahun 2008. Banyak faktor ikut andil dalam mencapai keberhasilan tersebut diantaranya adalah faktor penerapan inovasi teknologi pertanian oleh petani.

Menyimak dinamika perkembangan kebijakan fenomena alam dengan beragam persoalan internal dan ekternal petani; usaha untuk meningkatkan produksi pangan, pendapatan/kesejahteraan petani, bukan perkara mudah. Sebab kuantitas dan kualitas tantangan ke depan semakin berat: laju pertumbuhan penduduk yang melampaui laju peningkatan pasokan pangan (beras); meningkatnya lahan subur yang beralih fungsi ke sektor non pertanian, terbatasnya dana pemerintah untuk pencetakan sawah baru, pembangunan sarana/prasarana irigasi, subsidi masukan agrokimia dan benih; perubahan tatanan ekonomi dan sosial (UU No.12/1992: tentang sistem budidaya tanaman), UU No. 32/2004 tentang otonomi daerah, serta liberalisasi perdagangan dunia dan lainnya. Di samping persoalan tersebut, ada persoalan daya beli/posisi tawar petani yang sulit terangkat secara ajeg yang berpengaruh negatif terhadap tingkat pendapatan riil masyarakat. Sebagai upaya untuk meningkatkan pendapatan/kesejahteraan petani adalah meningkatkan produktivitas usaha pertanian melalui inovasi dan implementasi teknologi yang optimal.

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 59

Diantara inovasi teknologi pertanian hasil rekayasa sosial dan ekonomi yang telah dirakit oleh Badan LITBANG Pertanian, dan telah menjadi andalan untuk meningkatan produksi komoditas tanaman pangan, adalah metode Pengelolaan Tanaman dan sumber daya Terpadu (PTT). Oleh sebab itu, kebijakan pemerintah dalam peningkatan produksi dengan pengembangan teknologi PTT patut didukung. Di pihak lain, disadari ada persoalan keterkaitan pengaruh faktor internal dan eksternal petani, sebagai penentu rasionalitas petani untuk menentukan pilihan: mengapa sebagian petani mengadopsi teknologi PTT dalam pengembangan usahataninya. Persoalan tersebut perlu dipahami dan menjadi hipotesis yang harus dikaji/dianalisis dengan metode ekonometrik dengan model penduga yang sesuai dan efisien.

Tanpa menapikkan hasil-hasil kajian/penelitian sebelumnya. Dipandang penting dengan melengkapi data/informasi sosial ekonomi tentang keterkaitan atau pengaruh komponen teknologi PTT terhadap peningkatan produksi pertanian: tanaman pangan utama (TPU: padi, palawija, hotikultura/sayuran) dan pendapatan petani di Jawa Barat. Tanpa mengurangi hasil-hasil penelitian terdahulu. Nampaknya akan lebih baik bila dilengkapi dengan data/informasi tentang keterkaitan pengaruh PTT terhadap pendapatan/kesejahteraan petani, sebab berkaitan dengan berbagai variabel teknis dan sosial ekonomi, baik yang berasal dari internal, maupun ekternal petani. Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami kinerja dinamika (peningkatan/penurunan) pendapatan, kesejahteraan petani dalam kaitannya dengan perspektif aplikasi teknologi PTT komoditas tanaman pangan utama (padi, palawija, dan hortikultura) oleh petani. Penelitian ini dilakukan di lima lokasi kabupaten, yakni: Kabupaten Garut, Indramayu, Bandung, Cirebon, dan Cianjur. Pada setiap lokasi kabupaten dipilih 1-2 kecamatan, dan pada setiap kecamatan sampel dipilih 1-2 lokasi desa sampel. Hasil kegiatan ini adalah: 1) Belum seluruh komponen teknologi yang direkomendasikan bisa diadopsi oleh petani di lima kabupaten sampel, terutama dalam komponen teknologi: a) Intermiten karena rusaknya saluran irigasi dan air pada MK terbatas. b) Penggunaan pupuk organik karena kesediaannya masih terbatas dan memerlukan biaya tinggi untuk sampai ke lokasi, dan c) Penerapan tanam jajar legowo sulit diterapkan, terutama di Cirebon dan Indramayu, karena terbatasnya tenagakerja terampil; 2) Meskipun belum seluruhnya teknologi PTT dilaksanakan, tetapi dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan bagi petani; 3) Secara umum kinerja usahatani padi sawah oleh responden petani PTT di lokasi sampel, secara finansial menguntungkan, sehingga memperbaiki tingkat kesejahteraan petani; 4) Usahatani padi sawah di lokasi sampel secara teknis menguntungkan. Tapi secara ekonomi belum mencapai tingkat efisiensi. Untuk mencapai tingkat optimal perlu di-reorganisasi tingkat implementasi komponen teknologi PTT; dan 5) Tingkat pendapatan petani PTT padi berkorelasi positif dengan dayabeli/Niali Tukar Subsisten, yakni dengan nilai NTS rerata mencapai 2,70. Artinya pendapatan keluarga petani surplus untuk pengeluaran biaya konsumsi dan biaya usahatani.

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 60

3.2.19. Analisis Dampak Kebijakan Pembangunan Pertanian di Jawa Barat (Penanggung Jawab: Dr. Ir. Nandang Sunandar, MP.)

Jawa Barat sebagai salah satu sentra produksi padi di Indonesia dan lebih dari

95 persen produksi padi tersebut dihasilkan dari lahan sawah dan sisanya dihasilkan dari lahan kering (Irawan, 2010). Menurut Karmana et. al. (2010) produktivitas tanaman padi di beberapa sentra produksi padi di wilayah Jawa Barat sebenarnya cenderung stagnan bahkan ada yang menurun. Menurunnya produktivitas padi ini justru terjadi di sentra produksi padi seperti di Kabupaten Indramayu, sejak tahun 2001 – 2008 pada wilayah ini terjadi penurunan rata-rata sebesar 1 juta ton per tahun, bahkan di tahun 2006, penurunannya sangat tajam, dan baru di tahun 2007 produktivitasnya merangkak kembali walaupun kenaikannya tidak melebihi angka di tahun 2002.

Demikian juga di Kabupaten Subang dan Kabupaten Karawang angka produktivitas padi di dua wilayah ini berfluktuasi. Penurunan yang signifikan terjadi di tahun 2004, 2005 dan 2007. Peningkatan baru terjadi di tahun 2008, dengan angka kenaikan yang melebihi dari angka tertinggi di tahun-tahun sebelumnya. Untuk meningkatkan produktivitas tanaman padi di wilayah Jawa Barat diperlukan suatu terobosan tidak hanya sebatas pada pemenuhan inovasi teknologi namun lebih dari itu adalah diperlukan dukungan kebijakan agar pelaksanaan atau adopsi inovasi teknologi dapat diterapkan secara meluas untuk mencapai target yang sudah ditetapkan. Berbagai faktor yang diduga dapat mempengaruhi lambatnya proses adopsi teknologi Badan Litbang Pertanian, antara lain: (1) design inovasi teknologi masih lebih banyak diwarnai oleh keinginan peneliti, belum banyak mengakomodasi keinginan pengguna dan keunggulan sumberdaya setempat, (2) pemanfaatan spektrum diseminasi multi channel belum berjalan dalam kegiatan diseminasi dan promosi, termasuk untuk teknoogi atau produk baru yang dilepas (launching) ke pasar, sehingga tingkat adopsi masih terbatas pada beberapa pengguna saja, (3) belum dimanfaatkannya signal pasar dalam perencanaan penelitian dan pengembangan terutama preferensi penggunaan akhir (petani dan konsumen) yang bersifat spesifik lokasi dan pasar, dan (4) dalam mendisain inovasi teknologi pada umumnya hanya diarahkan pada peningkatan produktivitas, dan kurang memperhatikan aspek-aspek lainnya.

Di sisi lain, lambannya adopsi teknologi selain dipengaruhi oleh kinerja teknologi itu sendiri, juga dipengaruhi oleh kondisi petani dan stakeholder sebagai pengguna akhir dari teknologi itu sendiri, baik terkait dengan aspek sosial, ekonomi, maupun lingkungan. kegiatan ini bertujuan: 1) Mengidentifikasi masalah penerapan sistem tanam jajar Legowo; 2) Mengidentifkasi sumber daya air permukaan yang berpotensi untuk digunakan sebagai sumber pengairan lahan sawah tadah hujan; dan 3) Menyusun rumusan kebijakan penerapan sistem tanam Jajar Legowo dan pengelolaan sumber daya air pengairan lahan sawah tadah hujan.

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 61

Hasil kegiatan menunjukan bahwa:

1) Hasil identifikasi penerapan sistem tanam jajar legowo menunjukkan bahwa, terdapat tingkat kesulitan serta permasalahan antara lain : a) tenaga kerja tanam sulit diatur, susah didapat karena tidak biasa dan rumit b) petani tidak mempunyai modal untuk membeli alat caplak c) Produksi lebih rendah dari cara tegel d) Boros benih e) Kondisi lahan juga mempengaruhi petani tersebut seperti lahan yang

bergelombang, lembab, luasan lahan yang sempit f) Sebagian petani sebagai penggarap g) Modal kurang tersedia h) Mencari informasi hanya kadang-kadang; dan i). tidak mempunyai alat caplak.

2) Hasil identifikasi terhadap sumber daya air permukaan yang berpotensi untuk

digunakan sebagai sumber pengairan lahan sawah tadah hujan, bahwa: a) potensi air yang berasal dari sungai cukup tersedia, namun dalam

pemanfaatannya memerlukan pompa dan biaya operasional yang cukup tinggi. b) Permasalahan yang dihadapi terutama pada MK akan kekurangan air karena

debit air berkurang (tidak ada embung dan DAM), saluran irigasi banyak yang rusak dan bocor. Untuk pengelolaan dilakukan oleh petugas Mitra Cai dengan cara membagi air secara bergiliran dan jasa pompanisasi;

c) Hasil Analisis dengan Metode SWOT menunjukkan bahwa : 1. Lahan pertanian milik sendiri, 2. keinginan untuk mengetahui teknologi tanam jajar legowo cukup tinggi, 3. sumber ilmu pengetahuan dari PPL, dan Ketua Kelompok Tani;

Rumusan Kebijakan:

a) Sistem tanam jajar legowo masuk ke dalam program utama tahunan Provinsi Jawa Barat dan bantuan anggaran untuk pelaksanaannya,

b) Pendampingan khusus berupa : praktek, dan teori cara tanam jajar legowo melalui PPL, dan instansi terkait kepada pengguna, dan jasa tanam, dan

c) Instansi terkait yang berkepentingan melakukan perbaikan saluran irigasi dan membuat saluran irigasi yang baru untuk dialirkan ke lahan tadah hujan.

3.2.20. Penyusunan Rencana Strategis BPTP Jawa Barat, 2015-2019 (Penanggung Jawab: Ir. Dian Histifarina, MSi.)

BPTP Jawa Barat menyadari bahwa dinamika pembangunan pertanian yang

begitu pesat diiringi dengan berbagai permasalahan seperti perubahan iklim yang dinamis, konversi sumber daya lahan pertanian ke non pertanian, pelarian tenaga kerja

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 62

pertanian kepada lapangan pekerjaan lain, penguasaan lahan pertanian yang semakin sempit serta kurang responnya petani kepada inovasi yang diintroduksikan menuntut BPTP Jawa Barat untuk lebih banyak lagi berupaya menghasilkan rakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi yang dibutuhkan oleh petani. Disamping itu, sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian dan ujung tombak Kementerian Pertanian di daerah, BPTP Jawa Barat harus lebih berperan dalam menyukseskan visi dan misi Kementerian Pertanian di daerah, tidak hanya melalui rakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi yang dihasilkan namun juga melalui peran kelembagaan yaitu sebagai intermediator kelembagaan lain dalam penerapan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi.

Peran sebagai intermediator kelembagaan diperlukan mengingat adanya peran kelembagaan lain dalam mendukung keberhasilan misi Kedaulatan Pangan. Kelembagaan lain tersebut sudah barang tentu memerlukan rujukan arah dan implementasi dalam penerapan teknologi pertanian tepat guna. Kondisi inilah yang harus diisi oleh BPTP Jawa Barat untuk menjadikan kelembagaan tersebut menjadi lembaga yang memiliki akselerasi yang sama cepatnya dalam penerapan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi.

Renstra BPTP Jawa Barat 2015-2019 disusun selain untuk menjamin kontinuitas dan konsistensi program pengkajian BPTP juga menjaga fokus sasaran yang akan dicapai dalam lima tahun ke depan, menetapkan sasaran yang akan dicapai dengan indikator keberhasilan yang dapat diukur dan diversifikasi. Renstra BPTP Jawa Barat 2015-2019 sebagai kelanjutan dari Renstra BPTP Jawa Barat 2010-2014 Renstra ini diharapkan bisa menjadi skenario jangka menengah BPTP Jawa Barat dalam menyusun Rencana Kerja Tahunan yang meliputi manajemen organisasi, pembinaan SDM, peningkatan sarana dan prasarana, dan pendanaan. Maksud dari disusunnya Renstra BPTP Jawa Barat 2015-2019, adalah: untuk memberikan pedoman/landasan serta arah pembangunan di bidang penyelenggaraan penelitian, pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kurun waktu 2015-2019. Sedangkan tujuannya adalah: 1) sebagai acuan BPTP Jawa Barat dalam menyusun Rencana Kerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dalam rangka mencapai visi jangka menengah daerah. Dan 2) terwujudnya sibergitas antar unit kerja di lingkungan BPTP Jawa Barat 2015-2019 Jawa Barat dan pemangku kepentingan lainnya tentang program dan kegiatan pengkajian dan diseminasi teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi.

Program BPTP Jawa Barat didasarkan pada analisis visi dan misi serta program dan kegiatan Balibangtan, BBP2TP, serta visi dan misi serta program Pemda Provinsi Jawa Barat. Rumusan ADIK BPTP Jawa Barat 2015-2019 ditujukan pada Outcome yaitu “Meningkatnya penguasaan inovasi teknologi mendukung terwujudnya kedaulatan pangan dan kesejahteraan petani” dengan indikator, sebagai berikut: 1) Jumlah varietas unggul/galur unggul ternak yang dihasilkan (varietas/galur), 2) Jumlah teknologi yang tersedia (teknologi), 3) Jumlah Benih sumber yang didistribusikan (ton), 4) Jumlah rekomendasi kebijakan yang dihasilkan (rekomendasi), 5) Jumlah teknologi yang didiseminasikan (teknologi) 018, 019, dan 027, dan 6) Jumlah ASP dan ATP 019

Outcomenya adalah “Meningkatnya penguasaan inovasi teknologi mendukung terwujudnya kedaulatan pangan dan kesejahteraan petani” tersebut diterjemahkan ke dalam program (output) dan kegiatan sebagai berikut:

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 63

1. Pengkajian Teknologi Spesifik Lokasi a. Penyusunan Rencana Kegiatan dan Program b. Paket Teknologi Budidaya Tanaman Pangan Spesifik Lokasi c. Paket Teknologi Budidaya Perkebunan Spesifik Lokasi d. Paket Teknologi Budidaya Hortikultura Spesifik Lokasi e. Paket Teknologi Pascapanen Spesifik Lokasi f. Paket Teknologi Peternakan Spesifik Lokasi g. Teknologi Kelembagaan Spesifik Lokasi h. Paket Teknologi Sumberdaya Lahan i. Paket Teknologi AEZ Spesifik Lokasi j. Paket Teknologi Plasma Nutfah dan Sumberdaya Genetik Spesifik Lokasi k. Paket Teknologi Mekanisasi Spesifik Lokasi l. Teknologi Pertanian Ramah Lingkungan Lestari m. Paket Teknologi Pemupukan dan PHT

2. Produksi Benih

a. Produksi Benih sumber padi (UPBS) b. Produksi Benih sumber Jagung (UPBS) c. Produksi Benih sumber Kedelai (UPBS)

3. Rekomendasi Kebijakan Pembangunan Pertanian

a. Rekomendasi Kebijakan Pembangunan Pertanian Responsif dan Antisipatif b. Pengembangan Pertanian Perkotaan c. Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Karet d. Rekomendasi Peningkatan Produksi dan Produktivitas Padi Sawah e. Rekomendasi Kebijakan Pangan f. Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Ternak Kerbau

4. Teknologi yang Terdiseminasi ke Pengguna

a. Teknologi Tanaman Pangan b. Teknologi Hortikultura c. Teknologi Tanaman Perkebunan d. Teknologi peternakan e. Teknologi Pascapanen dan Pengolahan Hasil f. Teknologi Sumber Daya Genetik g. Peta AEZ h. Sumberdaya lahan i. Budidaya tanaman j. Teknologi Perbenihan/Pembibitan k. Teknologi Pemupukan l. Teknologi Pengendalian Hama Terpadu m. Teknologi Mekanisasi Spesifik Lokasi n. Teknologi KATAM o. Teknologi Tepat Guna p. Teknologi Rumah Pangan Lestari q. Teknologi Pertanian mendukung Bioindustri

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 64

r. Kelembagaan s. Model Bioindustri Tanaman Pangan t. Model Bioindustri Tanaman Hortikultura u. Model Bioindustri Tanaman Perkebunan v. Model Bioindustri Peternakan w. Model Bioindustri Agroekosistem lahan x. Model Bioindustri Sistem Usahatani y. Model Bioindustri Komoditas Unggulan Daerah

5. Agro Tekno Park (ATP) 6. Agro Scince Park (ASP)

3.2.21. Pendayagunaan Hasil Litkaji (Penanggung Jawab: Dr. Ir.

Nana Sutrisna, MP.)

Keberadaan BPTP memegang peran strategis dalam melakukan rekayasa teknologi pertanian spesifik lokasi sesuai dengan potensi setempat dalam mempercepat pembanguan pertanian di daerah. Sudah banyak rekayasa teknologi spesifik lokasi yang dihasilkan BPTP dalam upaya mempercapat proses pembangunan pertanian di daerah khususnya, dan nasional pada umumnya. Namun demikian, kenyataan di lapang menunjukkan bahwa masih sedikit hasil rekayasa teknologi yang belum sampai kepada pengguna atau diadopsi petani dibanding yang telah dihasilkan BPTP. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat adopsi teknologi di tingkat petani yaitu: (1) sistem distribusi yang tepat waktu dan jumlah, (2) materi yang disampaikan harus sesuai dengan kebutuhan petani, dan (3) intensitas bimbingan penyuluh yang lumintu. Selain ketiga faktor tersebut ilmu pengetahuan dan teknologi yang didiseminasikan menjadi bermanfaat bilamana dapat menjangkau dan diterapkan oleh pihak-pihak yang membutuhkan. Untuk itu diperlukan suatu sistem diseminasi yang efektif dan berkelanjutan melalui berbagai metode dan media agar informasi teknologi hasil pengkajian yang dibutuhkan dapat segera diadopsi oleh masyarakat petani (Suleiman, 1981), melalui aktivitas komunikasi yang penting diselenggarakan dalam mendorong terjadinya proses penyebaran teknologi dalam suatu sistem sosial petani.

BPTP Jawa Barat mempunyai tugas melaksanakan pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi. Dalam melaksanakan tugas BPTP menyelenggarakan fungsi, salah satunya adalah: pelaksanaan pengembangan teknologi dan diseminasi hasil pengkajian serta perakitan materi penyuluhan dan penyebarluasan serta pendayagunaan hasil pengkajian. Untuk mendukung fungsi BPTP tersebut diperlukan suatu kegiatan diseminasi yaitu berupa aktivitas-aktivitas yang dapat mendorong agar hasil pengkajian BPTP Jawa Barat dapat cepat sampai atau diadopsi oleh masyarakat petani. Kegiatan ini bertujuan: 1) Menetapkan rekomendasi teknologi spesifik lokasi berdasarkan hasil Litkaji; 2)

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 65

Menyusun materi informasi teknologi spesifik lokasi; dan 3) Menyebarluaskan hasil litkaji melalui beberapa media: a) Cetak (leaflet, brosur, buletin, poster, dll), b) Elektronik (siaran layanan masyarakat pada acara Televisi), c) Peragaan (pameran dan visitor), d) Seminar, e) Pekan Nasional Agro Inovasi, f) Hari Pangan Sedunia, dan g) Bulan Bakti Agroinovasi Pertanian. Hasil kegiatan ini sebagai berikut: a. Publikasi Pengkajian dan Diseminasi Inovasi Pertanian

Jenis publikasi yang dibuat pada tahun 2014 sama dengan tahun sebelumnya, yaitu Buletin Diseminora dan Hasil Kajian. Rubrik Diseminora terdiri atas: Fokus, Profil, Perlu anda tahu, Seputar kita, Klinik Konsultasi, Peluang usaha, dan Intermeso. Judul makalah Buletin Diseminora terdiri atas: (1) Penyebarluasan tanam jajar legowo 2:1 melalui penyuluh swadaya, (2) Dinamika kegiatan KRPL di KWT Mekarsari Kota Tasikmalaya, (3) Dari Tanaman Lokal Garut menuju Ketahanan Pangan Nasional, (4) Apa itu Kemiri Sunan, (5) Kawasan Bebek Mitra Gemilang, (6) Penggalian Informasi Implementasi Komponen PTT, (7) Caplak roda portable memutar unit usaha UPJA, (8) KRPL dalam pengembangan pertanian depok, (9) Peranan seorang Tomas dibalik keberlanjutan KRPL di Majalengka dan (10) Kemampuan dasar pengembangan system of rice intensification.

Materi pada Buletin Hasil Kajian terdiri atas 9 makalah, yaitu (1) Perubahan produktivitas dan pendapatan yang Menerapkan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT) Jagung, (2) Pewilyahan Agribisnis Komoditas Jagung Berdasarkan Agroekological Zone Skala 1:50.000 di Kabupaten Subang, (3) Motivasi Tenaga Penyuluh Pertanian (THL-BPPD) dan Faktor yang Mempengaruhinya di Kabupaten Bekasi, (4) Minat terhadap Beberapa Varietas Unggul Baru Berdasarkan Karakteristik Mutu Gabah, Beras, dan Nasi dari Strata Pegawai, (5) Studi Penerapan Hazard Analysis Critical Control Point (ACCP) pada Industri Kecil Manisan Buah Mangga, (6) Kajian Pengelolaam Mie dengan Bahan Baku Tepung Terigu yang Disubstitusi Tepung Cassava, (8) Pengaruh Pendampingan SL-PTT dalam Peningkatan Produksi Padi Respons Petani untuk Menunjang Program P2BN di Jawa Barat, (9) Tanggapan Petani terhadap Komponen Teknologi Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT) Padi Sawah di Kecamatan Cisalak, Kabupaten Subang, dan Rancangan Kelembagaan Penunjang Model Usahatani Integrasi Tanaman Sorgum dan Ternak Sapi di Lahan Suboptimal.

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 66

b. Siaran Layanan Masyarakat Siaran layanan masyarakat ada 2 kegiatan, yaitu (1) Iklan Legowo dan (2) Talk

Show dengan tema: “Pengambangan Pertanian Bioindustri Berbasis Sumbedaya Lokal”. Kegiatan Talk Show dilaksakana bersamaan dengan kegiatan Bulan Bakti Agroinovasi. Narasumber yang diundang Talk Show: (1) Prof. Dr. Ir. Tino Mutiawarti, M.Sc., dari Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran (2) Dr. Ir. Karden Mulya, M.Sc., dari Balai Besar Bioteknologi dan (3) Dr. Ir. Adang Agustian, MP., dari Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Kedua materi tersebut sudah disiarkan di TV, yaitu: 1) Iklan sistem tanam jajar legowo disiarkan di Kompas TV pada tanggal 24, 25, dan 26 Oktober 2014 sebanyak 3 kali dengan durasi 30 detik dan 2) Talk Show disiarkan di PJTV pada tanggal 15 Desember 2014.

a. Pameran

Kegiatan pameran yang sudah dilaksanakan pada tahun 2014 antara lain: 1) Pameran “KRPL” di Hotel Banana In pada acara Lokakarya Badan Ketahanan Pangan Nasional; penyajian KRPL di perkotaan dengan memperagakan jenis sayuran yang sesuai pada lahan sempit dan budidaya verti kultur, 2) Pameran pada acara “Bulan Bakti Agoinovasi”; Display model KRPL, dan 3) Pameran pada acara Pekan Nasional di Malang Jawa Timur; Menyajikan pemanfaatan lahan pekarangan untuk budidaya ikan dan tanaman sayuran.

b. Seminar BPTP Jawa Barat Kegiatan seminar Nasional dilaksanakan bekerjasama dengan Fakultas Teknologi

Industri Pertanian (FTIP) UNPAD, Fakultas Peternakan UNPAD, dan BPTP Jawa Barat, dengan tema “Agroinovasi Untuk Kesejahteraan Masyarakat Dan Petani”. Seminar dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 13 Agustus 2014. Kegiatan tersebut merupakan rangkaian kegiatan Bulan Bakti Agroinovasi. Tempat pelaksanaan di gedung Serba Guna Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) di Jalan Kayuambon, Bandung Barat. Pembicara Utama adalah (1) Rektor Universitas Padjadjaran dan (2) Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Hasil kegoatan ini adalah Prosiding Seminar Nasional “Agroinovasi Untuk Kesejahteraan Masyarakat Dan Petani”.

c. Visitor Ternak Sapi

Tujuan kegiatan adalah menyediakan percontohan sebagai tepat kunjungan bagi petani, pelajar, mahasiswa, swasta, stakeholders, dan pengguna teknologi lainnya yang berkunjung ke BPTP. Pemeliharaan sapi potong pada kegiatan “Visitor Ternak Sapi” diarahkan kepada produksi pedet (pembibitan) dengan jenis/bangsa yang terdiri dari Peranakan Ongole (PO), persilangan Limousine, persilangan Brahman, dan lokal. Populasi awal sapi potong terdiri dari empat ekor induk yang dilahirkan kembar, empat

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 67

ekor induk yang dilahirkan tunggal, dan satu ekor pejantan yang dilahirkan kembar. Materi/Muatan Teknologi Kegiatan Visitor Ternak Sapi, antara lain: 1) Teknologi fermentasi jerami padi. Teknologi ini dapat dijadikan alternatif penyediaan pakan untuk ternak sapi. Teknologi fermentasi jerami padi menggunakan bakteri anaerob sebagai upaya meningkatkan kecernaan dan gizi jerami padi. Teknologi fermentasi jerami yang dikembangkan di lokasi “Visitor Ternak Sapi” BPTP Jawa Barat telah dilengkapi dengan gudang/tempat pembuatan fermentasi jerami padi dan satu unit instalasi biostarter. Biostarter yang digunakan dalam pembuatan jerami padi fermentasi terdiri dari Trichoderma, air bersih, ZA, SP, KCl, tepung beras, molasses, dan mineral; 2) Pemberian Urea Molases Serbuk (UMS). Pemberian UMS merupakan pakan tambahan (suplemen) yang dapat diberikan kepada ternak untuk meningkatkan kualitas pakan. UMS dibuat untuk memenuhi kebutuhan protein, mineral, dan vitamin ternak dengan harga yang relatif murah dan dapat dibuat sendiri oleh peternak. Manfaat UMS bagi ternak antara lain: a) ternak terhindar dari kekurangan protein akibat rendahnya protein rumput yang diberikan, b) ternak terhindar dari kekurangan (defisiensi) mineral dan vitamin, dan c) dapat meningkatkan pertambahan bobot badan untuk ternak yang digemukkan. Komposisi UMS yang dibuat di lokasi “Visitor Ternak Sapi” terdiri dari molasses 30%, dedak halus 16%, bungkil kelapa 15%, onggok 11%, kapur 8%, garam 7%, tepung tulang 7%, urea 5%, dan mineral mix 1%. Mutu UMS yang baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut: warna coklat matang; memiliki aroma khas molasses; rasa asam, manis, dan gurih; serta bentuk

remah. Komposisi bahan-bahan UMS yang dibuat oleh peternak dapat disesuaikan dengan bahan baku lokal yang tersedia di lokasi; 3) Pakan Lengkap (Complete Feed). Teknologi complete feed pada kegiatan “Visitor Ternak Sapi” pada tahun 2014 dengan memanfaatkan bahan lokal dan memfungsikan peralatan yang telah tersedia. Complete feed dalam kegiatan “Visitor Ternak Sapi” terdiri dari jerami padi fermentasi, pucuk dan daun tebu fermentasi, tepung daun

gamal, dedak halus, dan mineral. Complete feed masih diujicobakan kepada ternak dan belum diberikan secara rutin, akan tetapi berdasasrkan pengamatan palatabilitas ternak terhadap pakan ini cukup bagus.

d. Visitor Ternak Domba

Visitor domba juga merupakan koleksi domba lokal yang keberadaannya semakin tersisih dengan jenis ternak lain. Produktivitas ternak domba di visitor plot BPTP Jawa Barat cukup baik, hal ini terlihat dari bobot lahir dan bobot sapih dari

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 68

ternak domba yang dipelihara. Limbah hasil peternakan berupa limbah padat dan limbah cair dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik bagi tanaman. Teknologi yang disajikan dan dapat dijadikan sebagai contoh antara lain: sistem perkandangan, penggunaan pakan, pemeliharaan ternak, dan pengolahan libah.

Perkembangan populasi merupakan salah satu indikator keberhasilan usahaternak, Secara normal ternak domba dapat beranak setiap 8 bulan sekali dengan jumlah anak sekelahiran dapat mencapai 1-2 ekor. Namun demikian, target tersebut tidak tercapai karena kualitas bibit ternak yang kurang baik dan terlambatan mengawinkan. Perkembangan populasi ternak domba pada tahun 2014 disajikan pada Tabel 28.

Tabel 28. Perkembangan Populasi Ternak Domba

No Jenis Jantan Betina Jumlah JD JM JA BD BM BA 1 Komposit Garut 2 - - - - - 2 2 Domba Garut 1 2 2 6 4 8 23 Jumlah Total Awal 2014 3 2 2 6 4 8 25 1 Komposit Garut - - - - - - 0 2 Domba Garut - 2 - 4 8 - 14 Jumlah Total akhir 2014 - 2 - 4 8 - 14

e. Visitor Ternak Kelinci

Ternak kelinci yang terdapat di kandang visitor plot BPTP Jawa Barat terdiri dari beberapa ras kelinci baik kelinci pedaging ataupun kelinci hias. Ras-ras kelinci tersebut diantaranya Nederland Dwarf (ND), Himalaya, Satin, Angora, Rex, Fuji Love, Flam, Demension, Gibas, dan California. Pada awal pelaksanaan visitor plot, jumlah kelinci yang dipelihara masing-masing ras adalah 1 induk dan 1 pejantan sehingga total jumlah kelinci yang dipelihara adalah sebanyak 20 ekor.

Sistem perkandangan yang digunakan menggunakan sistem batere 2 tingkat, dimana satu kandang diisi oleh 1 ekor kelinci. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan intensitas pemeliharaan, baik dalam pemberian pakan, pemeliharaan kesehatan maupun kontrol reproduksi untuk setiap kelinci terutama kelinci induk.

Sanitasi kandang, terutama untuk menjaga kebersihan kandang dari kotoran dan urine adalah dengan membuat penampungan di bawah kandang, kemudian dari setiap penampungan tersebut dialirkan ke dalam wadah khusus sebagai tempat penampungan kotoran dan urine yang kemudian akan diolah untuk menjadi pupuk organik.

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 69

Pakan yang diberikan terdiri dari 2 jenis pakan yaitu hijauan dan pakan

konsentrat dalam bentuk pellet. Jumlah pemberian pakan disesuaikan dengan kondisi fisiologis ternak, untuk hijauan diberikan 2 kali sehari sebanyak 1 – 2 kg hijauan per ekor per hari, sedangkan untuk pellet diberikan sebanyak 2 kali sehari dengan jumlah 50 – 200 gram per ekor per hari. Perkembangan populasi ternak kelinci sampai dengan bulan Desember 2014 disajikan pada Tabel berikut ini.

Tabel 26. Perkembangan Populasi pada Visitor Ternak Kelinci Ras Betina

Induk Jantan Induk Muda Anak Total

FLAM 1 1 2 SATIN 1 1 5 2 9 ANGORA 1 1 5 3 10 REX 1 1 2 GIBAS 1 1 10 3 15 DEMENSION 1 1 9 8 19 NEDERLAND DWARF 1 1 8 3 13 CALIFORNIA 1 1 6 2 10 HIMALAYA 1 1 9 11 FUJI LOVE 1 1 11 13 TEN SABLE 1 1 2 4 TOTAL 11 11 65 21 108

f. Visitor Ternak Ayam Kampung Unggul Balitnak (KUB)

Perkembangan pengelolaan ayam KUB menunjukkan kemajuan yang sangat pesat. Dengan pemberian pakan yang sesuai kebutuhan umur induk ayam < 4 bulan sudah belajar bertelur, hingga berumur 7 bulan jumlah induk ayam yang bertelur mendekati 100% (Gambar 5).

Telur yang dihasilkan saat ini, setiap hari berkisar 60-80 butir. Telur tersebut dijual dengan harga Rp. 2.000/butir, sehingga setiap hari mempeoleh pendapatan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 70

sekitar Rp. 120.000 s.d. Rp. 160.000. Hangga saat ini uang hasil penjualan telor sudah mencapai sekitar Rp. 10.000.000.

Secara finansial pengelolaan ayam KUB sebagai petelur sangat menjanjikan. Namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu (1) pemenuhan kebutuhab pakan dan air, (2) pemeliharaan (kesehatan) ternak, (3) harus disiapkan pasar untuk penjualan telur. Pemeliharaan juga dapat dilakukan dengan sistem pembibitan, namun memerlukan biaya yang lebih tinggi lagi. g. Komisi Teknologi

Kebutuhan Teknologi Salah satu fungsi BPTP Jawa Barat berdasarkan Permentan

No.16/Permentan/OT.140/3/2006 yaitu ”Pelaksanaan inventarisasi dan identifikasii kebutuhan teknologi tepat guna spesifik lokasi”. Selain atas dasar Permentan tersebut yaitu: 1) Permentan No. 03/Kpts/HK.060/1/2005 tentang Pedoman Penyiapan dan Penerapan Teknologi Pertanian dan 2) Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 431/Kp.835-BPEDA/2013 tentang Tim Advisori Ilmu Pengetahuan, Teknologi, Seni dan Budaya Jawa Barat, mengharuskan adanya pelaksanaan inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi tepat guna sebagai bagian dari rangkaian penyiapan dan penerapan teknologi pertanian.

Hasil identifikasi sementara kebutuhan teknologi spesifik lokasi untuk komoditas padi, jagung dan kedelai diuraikan sebagai berikut: 1. Komoditas Padi

Kegiatan usahatani yang dilaksanakan di Kecamatan Kaso Kandel Kabupaten Majalengka sudah tergolong baik. Sebagian besar petani sudah menerapkan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Hal ini diduga karena lokasi tersebut merupakan lokasi binaan BPTP dalam kegiatan SL-PTT.

2. Komoditas Jagung Komoditas jagung saat ini masih merupakan komoditas strategis kedua setelah padi. Kebutuhan teknologi pada komoditas jagung disajikan pada Tabel 30.

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 71

Tabel 30. Kebutuhan Teknologi Komoditas Jagung No Tahapan Usaha Tani Kebutuhan Teknologi 1 Varietas Bibit unggul (seragam) 2 Pengolahan tanah Teknologi Alsintan pengolah lahan 3 Penanaman Teknologi alat tanam sederhana 4 Pemeliharaan Teknologi pengomposan (pembuatan pupuk

organik) Teknologi pengendalian OPT

5 Perontokan Mesin Perontok/Alat pemipil 6. Pasca Panen Alat pengering

3. Komoditas Kedelai Propinsi Jawa Barat menetapkan kedelai sebagai komoditas unggulan daerah dan akan mengembangkan perbenihan kedelai pada Tahun 2014. Sentra produksi kedelai terdapat di kabupaten Garut, Cianjur, Indramayu, Sumedang, Ciamis, Tasikmalaya, Majalengka dan Sukabumi. Kebutuhan teknologi pada komoditas kedelai disajikan pada Tabel berikut ini.

Tabel 31. Kebutuhan Teknologi Komoditas Kedelai No Tahapan Usaha Tani Kebutuhan Teknologi

1 Varietas

VArietas unggul baru Teknologi penangkaran benih

2 Pengolahan tanah Teknologi alsintan pengolahan tanah 3 Penanaman Varietas berumur pendek, namun produksinya tinggi 4 Pengairan Pompanisasi/sumur pantek 5 Pemupukan Teknologi pemupukan dan pompanisasi 6 Pengendalian OPT Pelatihan tentang pengendalian OPT 7. Panen dan Pascapanen Mesin perontok

Alat pengering

4. Komoditas Bawang Merah Saat ini petani bawang merah di kabupaten Cirebon mayoritas menggunakan bibit /benih bawang merah varietas Bima lokal, varietas lainnya pernah dicoba seperti Ilokos, philipine, pholyshoot dan vietnam, namun walaupun potensi hasilnya lebih tinggi dari varietas Bima tetapi kurang diminati dipasaran karena ukurannya lebih besar, warnanya umbi ungu keputihan dan tidak wangi. Potensi hasil bawang merah varieats Bima mencapai 15 ton/ha. Hasil FGD kebutuhan teknologi pada komoditas bawang merah disajikan pada Tabel berikut ini.

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 72

Tabel 32. Kebutuhan Teknologi Komoditas Bawang Merah No Tahapan Usaha Tani Kebutuhan Teknologi

1. Varietas Teknologi varietas bawang merah spesifik lokasi yang memiliki potensi lebih tinggi dari varietas Bima

2. Pengolahan tanah Alsintan pengolahan tanah 3. Penanaman Teknologi alat tanam sederhana 4. Pemeliharaan Teknologi PHT 5. Pasca panen (Pengeringan) Teknologi pengeringan

5. Komoditas Pisang

Wilayah sentra produksi pisang ada di kabupaten Sukabumi, Cianjur, Garut, Tasikmalaya dan Bandung, dengan sentra produksi terbesar ada di Kabupaten Cianjur yang terkenal dengan pisang girang yang dihasilkan di kecamatan Cugenang. Hasil identifikasi kebutuhan teknologi untuk komoditas pisang di kecamatan Cugenang bahwa petani di kecamatan Cugenang umumnya menanam jenis pisang raja bulu, ambon lumut dan ambon kuning. Beberapa permasalahan terkait dengan varietas tersebut adalah untuk raja bulu sulit diterima di pasaran karena rasanya masam, sedangkan untuk pisang ambon adalah serangan penyakit layu fusarium yang hingga kini belum dapat diatasi dan dosis pupuk yang belum tepat sehingga menurunkan hasil dan kualitas buah. Namun demikian, mayoritas petani di Cugenang sudah melakukan SOP-GAP dan beberapa sudah mendapatkan registrasi kebun dan sertifikasi Prima. Kebutuhan teknologi pada komoditas pisang disajikan pada Tabel berikut ini.

Tabel 33. Kebutuhan Teknologi Komoditas Pisang

No Tahapan Usaha Tani Kebutuhan Teknologi

1. Varietas Varietas unggul (tahan layu fusarium)

2. Pemeliharaan Teknologi pemupukan spesifik lokasi dengan dosis yang tepat

Teknologi PHT Varietas yang tahan layu fusarium dan layu bakteri

3. Panen Varietas unggul Cara pemeliharaan dan pemupukan yang tepat

4. Pasca panen Teknologi pasca panen yang dapat meningkatkan nilai tambah dan nilai ekonomis

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 73

6. Komoditas Manggis Tanaman manggis merupakan komoditi buah-buahan yang banyak dibudidayakan oleh para petani di Kabupaten Purwakarta. Sentra produksi utama manggis di Purwakarta ada di 3 Kecamatan dengan luas potensi 924 ha yaitu di Kecamatan Wanayasa seluas 411 ha, Kecamatan Kiarapedes 326 ha, dan Kecamatan Bojong seluas 187 ha. Hasil indentifikasi dibutuhkan teknologi pengendalian penyakit jamur akar dan teknologi optimalisasi penanganan panen serta pasca panen.

7. Komoditas Mangga Komoditas mangga terutama mangga gedong gincu merupakan salah satu komodtas unggulan di Propinsi Jawa Barat. Sentra produksi mangga terdapat di kabupaten Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan dan Sumedang, dengan produksi buah tertinggi dihasilkan dari kabupaten Cirebon dan Majalengka. Produktivitas mangga gedong gincu yang dihasilkan masih belum optimal yaitu baru mencapai 40-50 kg/pohon, sementara potensi hasil bias mencapai 60-100 kw/pohon. Beberapa permasalahan yang masih dihadapi oleh petani diantaranya : a. Adanya musim penghujan yang tidak beraturan menyebabkan proses

pembungaan terganggu. b. Serangan OPT terutama penggerek batang yang menyebabkan

kematian ranting-ranting dan bahkan tanaman pokoknya. c. Serangan OPT lalat buah yang menyebabkan buah menjadi berlubang

dan akhirnya busuk. d. Serangan penyakit busuk buah dan embun jelaga, menyebabkan buah

menjadi hitam tertutup oleh miselium jamur. e. Masih dihasilkannya buah duduk akibat kekurangan air. f. Adanya gangguan akibat faktor cuaca yaitu pada saat musim kemarau,

buah yang dihasilkan kecil-kecil karena kekurangan air. g. Pada saat musim panen raya, tidak semua buah tertampung di pasar

sehingga petani sangat membutuhkan teknologi penyimpanan buah mangga segar yang dapat memperpanjang umur simpan buah hingga 2 – 3 bulan

h. Permodalan untuk biaya produksi, karena masih mengandalkan modal pribadi.

Berdasarkan identifikasi kebutuhan teknologi pengembangan mangga gedong gincu di kabupaten Cirebon, maka teknologi yang dibutuhkan adalah:

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 74

a. teknologi pengendalian hama dan penyakit buah eruta pengendalian lalat buah, hama ulat penggorok buah, hama putih dan dongkolan,

b. teknologi pemupukan untuk meningkatkan kualitas buah, c. teknologi pasca panen (SOP-GHP) dan d. teknologi off season untuk menghasilkan buah di luar musim.

Pembentukan Tim Kerja

Dalam rangka pelaksanaan Peraturan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 03/Kpts/HK.060/1/2005 tentang Pedoman Penyiapan dan Penerapan Teknologi Pertanian dan pelaksanaan tugas dan fungsi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 20/Permentan/OT.140/3/2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat, perlu membentuk Tim Kerja Komisi Teknologi (KOMTEK) Pertanian BPTP Jawa Barat.

Tim Kerja KOMTEK Pertanian mempunyai tugas membantu tugas Kepala BPTP Jawa Barat sebagai Ketua Tim Kerja Bidang Pertanian pada Tim Advisori Ilmu Pengetahuan, Teknologi, Seni dan Budaya Jawa Barat dan tugas Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat sebagai Ketua Pokja Bidang Pertanian dan Kelautan pada Tim Koordinasi Sistem Inovasi Daerah (SIDa).

Dalam melaksanakan tugas, Tim Kerja Komtek Pertanian mempunyai fungsi: a. Pelaksanaan inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi pertanian

spesifik lokasi; b. Penyiapan bahan rekomendasi teknologi pertanian spesifik lokasi; c. Pelaksanaan penataan, penguatan, dan pengembangan Sistem Inovasi

Daerah; d. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi terkait serta para pemangku

kepentingan penyiapan dan penerapan teknologi pertanian spesifik lokasi; e. Pelaporan kegiatan Tim Kerja Komtek.

Rekomendasi Teknologi Kegiatan Komisi Teknologi Pertanian BPTP Jawa Barat TA. 2014 yang

sudah dilaksanakan antara lain: pertemuan Tim Kerja KOMTEK Pertanian BPTP Jawa Barat untuk membahas Panduan Rekomendasi Teknologi Pertanian dan Bahan Rekomendasi Teknologi Pertanian. Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 7 April 2014 bertempat di Aula BPTP Jawa Barat, Jl. Kayuambon No. 80 Lembang.

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 75

Panduan Rekomendasi Teknologi Maksud disusunnya Panduan ini adalah untuk memberikan acuan bagi

pihak berwenang dalam menetapkan rekomendasi tepat guna spesifik lokasi. Sedangkan tujuan dari Panduan ini agar tahapan-tahapan dan prosedur dalam penyusunan rekomendasi, sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Ruang lingkup Panduan meliputi: 1) Identifikasi kebutuhan teknologi tepat guna; 2) Rekomendasi teknologi tepat guna dan, 3) Penyampaian umpan balik rekomendasi teknologi tepat guna. Adapun draf lengkap Panduan Rekomendasi Teknologi Tepat Guna Di Jawa Barat disajikan pada lampiran laporan ini.

h. Pekan Nasional (PENAS) Agroinovasi

Kegiatan PENAS telah dilaksanakan pada bulan Juni 2014 di Malang Jawa Timur. Parisipasi BPTP Jawa Barat selain sebagai pendamping peserta PENAS, juga membantu Pemeritah Daerah Provinsi Jawa Barat dalam pelaksanaan Pameran.

i. Showroom/Demplot Teknologi

Teknologi yang di gelarkan adalah biogas dan budidaya sayuran aeroponik. Biogas di buat dari kotoran ternak sapi (kegiatan visitor) dialirkan melalui paralon ke bak penampungan. Bak penampungan terbuat dari fiber yang sudah dirancang sedemikian rupa, ada bagian yang berfungsi untuk mengkomposkan kotoran ternak, ada yang berfungsi menampung pembuangan kompos yang sudah matang dan bisa di jadikan pupuk. Gas yang dihasilkan digunakan untuk kompor gas di Laboratorium Mutu Hasil dan sebagian lagi rencannya akan digunakan untuk mengerakkan pompa pengabutan.

Budidaya sayuran aeroponik dibuat untuk tanaman buah-buahan dan sayuran daun. Tanaman buah-buahan menggunakan strowbery sedangkan tanaman sayuran daun mengunakan Saladah/Letus.

j. Hari Pangan Sedunia

Kegiatan dilaksanakan di Makasar Provinsi Sulawesi Selatan pada tanggal 7 s.d. 15 November 2014. Partisipasi BPTP pada kegiatan tersebut adalah membantu Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Barat menyiapkan pameran dan mengisi materi pameran Badan Litbang Pertanian (aneka olahan pangan alternatif talas dan sorgum).

k. Bulan Bakti Agroinovasi Kegiatan sudah dilaksanakan selama 5 (lima) hari sejak tanggal 11 s.d. 15

Agustus 2014. Kegiatan bulan bakti agroinovasi bermaksud untuk mempercepat diseminasi teknologi spesifik lokasi. Selain itu memberikan peluang terjadinya interaksi, ada komunikasi timbal balik antara penghasil/penyedia dengan pengguna agroinovasi teknologi pertanian. Tujuan penyelenggaraan Bulan Bakti Agroinovasi adalah: 1)

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 76

Mensosialisasikan dan memasyarakatkan teknologi hasil penelitian dan pengkajian (Litkaji) Balitbangtan, khususnya Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat, baik kepada pengguna (petani) maupun pemangku kepentingan (Stakeholders) dan 2) Menghimpun umpan balik dari masyarakat pengguna terhadap teknologi spesifik lokasi yang telah dihasilkan.

Tema Bulan Bakti Agroinovasi “Agroinovasi Kreativitas Tiada Henti Untuk Kesejahteraan Masyarakat dan Petani”. Kegiatan meliputi: 1) Memasyakatkan inovasi teknologi yang telah dihasilkan kepada khalayak pengguna

melalui kunjungan petani/masyarakat melihat display teknologi spesifik lokasi dan visitor plots

2) Pelatihan dan praktek lapang teknologi yang sudah dihasilkan. 3) Pembagian logistik inovasi teknologi Badan Litbang Pertanian (benih unggul,

prototipe pupuk hayati, biopestisida, alsintan, jamu ternak, dll) 4) Talk Show, Seminar, Workshop, dan Saresehan 5) Penggalian umpan balik dari petani, KTNA dan stakeholders Bulan Bhakti Agro Inovasi Pertanian BPTP Jawa Barat ini melibatkan unsur petani sebagai pengguna teknologi, KTNA, unsur pendidikan, masyarakat, dan Stakeholder (Dinas Instansi terkait). berbagai rangkaian kegiatan seperti kunjungan petani melihat display teknologi, praktek lapang aplikasi inovasi teknologi, seminar dan temu informasi, dll. Dalam kegiatan bulan bakti 2014 ini kami mengundang beberapa formulator dan diharapkan untuk berparsipasi aktif sebagai pendukung dalam inovasi teknologi spesifik lokasi ini

3.2.22. Peningkatan Kapasitas Komunikasi Inovasi Teknologi

Pertanian di Jawa Barat (Penanggung Jawab: Ir. Sukmaya, MSi.)

Provinsi Jawa Barat telah menetapkan bahwa reorientasi pembangunan dengan

sistem dan usaha agribisnis merupakan salah satu program utama (core bussiness) yang harus dilaksanakan. Upaya ini dilakukan karena Jawa Barat memiliki kekayaan sumberdaya domestik yang meliputi sumberdaya lahan serta potensi sumberdaya manusia yang besar untuk pengembangan agribisnis dalam skala usaha kecil maupun menengah atau besar. Namun hal ini terkendala dengan beberapa hal, antara lain masih rendahnya penguasaan teknologi oleh para pelaku agribisnis tersebut (Wachyan, 2002).

Rendahnya penguasaan teknologi, menurut Soethama, dkk (2004) tidak terlepas dari pelayanan yang diberikan kepada pelaku-pelaku agribisnis (dalam hal ini para petani) oleh agen-agen perubahan pembangunan pertanian. Para agen-agen perubahan pembangunan di tingkat pedesaan lebih banyak berpijak kepada “penyelesaian tugas-tugas yang dibebankan secara vertikal” dan belum banyak mengarah kepada “pencapaian

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 77

perubahan secara horizontal” dengan petani sebagai penerima manfaat (benefeciary) dari program-program pembangunan pertanian, khususnya bidang penelitian pertanian.

Inovasi teknologi secara partisipatif yang dikembangkan oleh Badan Litbang Pertanian tampaknya cukup ampuh dalam mengatasi kendala di atas. Pendekatan ini dilakukan dengan cara berkomunikasi dan bekerjasama dengan penggunanya, sejak dari proses perencanaan sampai dengan adopsinya. Hal tersebut sesuai dengan paradigma Badan Litbang Pertanian, bahwa litbang berawal dari petani/ pengguna dan berakhir pada patani sebagai pengguna teknologi. Untuk memperkuat partisipasi pengguna/petani dalam proses litbang pertanian, maka di lingkungan Badan Litbang Pertanian telah dibentuk BPTP di setiap provinsi, termasuk BPTP Jawa Barat. BPTP memiliki kemampuan dalam bidang penyiapan materi untuk penyuluhan. Keberadaan BPTP di Provinsi Jawa Barat diharapkan akan memberi arti penting bagi program pembangunan pertanian di Jawa Barat. Hubungan sinergi antara BPTP, pemerintah daerah, instansi terkait dan masyarakat masih harus lebih dikembangkan pada waktu yang akan datang (Sudaryanto dan Adnyana, 2002).

Untuk memperoleh manfaat yang semaksimal mungkin dari kegiatan diseminasi, terutama dalam memenuhi kebutuhan pengguna yang semakin dinamis, diperlukan suatu strategi atau model yang mampu menjangkau pemangku kepentingan yang luas dengan memanfaatkan berbagai media dan saluran komunikasi yang sesuai dengan karakteristik masing-masing pemangku kepentingan. Strategi tersebut adalah Spectrum Diseminasi Multi Channel (SDMC) (Badan Litbang Pertanian, 2011).

Pendekatan SDMC merupakan terobosan Badan Litbang Pertanian yang diimplementasikan sejak tahun 2001, yaitu sebagai suatu pendekatan memanfaatkan berbagai saluran komunikasi dan pemangku kepentingan (stakeholders) yang terkait. Penyebaran teknologi tidak lagi dilakukan hanya pada satu pola diseminasi, tetapi dilakukan secara multi channel (Badan Litbang Pertanian, 2011).

Berangkat dari persoalan PTT padi yang sudah lama dipublikasikan, namum sebagian besar petani belum mengetahui apalagi memahaminya, maka kegiatan Peningkatan Kapasitas Penjaringan Pelaku Inovasikhalayak pengguna-antara sangat perlu dilakukan dengan pendekatan SDMC pada PTT padi dengan memanfaatkan berbagai saluran komunikasi dan pemangku kepentingan (stakeholders) yang terkait, sehingga informasi teknologi PTT diterima oleh petani dan diterapkan sebagai pendukung untuk peningkatan produksi dan produktifitas padi di lahan sawahnya.

Kesimpulan dari kegiatan ini adalah : 1) Kebijakan Pemerintah daerah dalam pendukungan terhadap keberadaan kelembagaan penyuluhan di tingkat Kecamatan masih bervariasi, hal ini menyebabkan adanya perbedaan dalam penyelenggaraan penyuluhan di lapangan, seperti keberadaan kelembagaan penyuluhan ada yang sudah sesuai dengan nomenklatur, kelembagaan ada tapi belum sesuai dengan nomenklatur dan belum ada kelembagaan penyuluhan; 2) Dengan semakin berkurangnya tenaga

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 78

penyuluh PNS disetiap Kabupaten menimbulkan semakin jauhnya pencapaian konsep satu desa satu penyuluh. Sedangkan tenaga yang ada (PNS, THL) banyak yang memerlukan penambahan pengetahuan dan keterampilan tentang komponen PTT, sehingga berpengaruh kepada masih rendahnya penerapan cara tanam legowo di beberapa Kabupaten; 3) Pelaksanaan Visitor plot/ demplot telah memberikan gambaran tentang peningkatan produktivitas padi disetiap daerah yang disesuaikan dengan kondisi lokalitanya dibandingkan dengan yang biasa mereka lakukan. Melalui kegiatan visior plot/ display varietas telah mampu memperkenalkan beberapa varietas baru yang telah dirilis Balitbangtan kepada masyarakat dan diharapkan bisa dijadikan pilihan bagi petani dalam menggunakan varietas pada pada musim yang akan datang; 4) Percepatan diseminasi inovasi teknologi melalui mengisi materi pada jadwal pelatihan di BP3K/ BPP, publikasi tercetak dan elektronik serta demplot telah mampu mempercepat sampainya inovasi teknologi kepada penyuluh lapangan, hal ini terlihat dari banyaknya materi yang digunakan sebagai materi penyuluhan oleh para penyuluh. Sedangkan penyampaian informasi kepada petani telah dilakukan melalui metoda temu informasi teknologi pertanian, rembug KTNA dan visitor plot yang terlihat dari respon yang sudah ditampilkan pada setiap kegiatan oleh para peserta; dan 5) Potensi untuk peningkatan kapasitas penjaringan pelaku Inovasi PTT Padi antara lain melalui: 1. Penyediaan benih VUB tepat waktu dan sesuai dengan permintaan 2. Harga benih disubsidi 3. Pelatihan untuk petani/jasa tanam tentang tandur jajar legowo 2:1, penggunaan

bibit 1-3 batang/lubang tanam dan penggunaan BWD, 4. Demplot untuk cara tanam jajar legowo 2:1 dan bantuan Caplak serta bimbingan

penggunaan caplak. Sedangkan media dan metoda penyuluhan yang dapat dilakukan oleh penyuluh pertanian adalah media berupa obyek yang dapat petani rasakan sendiri, seperti demplot, demfarm, atau gelar teknologi.

Saran yang disampaikan dari kegiatan ini adalah: 1) Diperlukan peningkatkan

pengetahuan teknologi PTT di lapangan dalam upaya penerapan teknologi PTT padi. Untuk itu diperlukan peningkatan Pengetahuan dan keterampilan bagi petugas lapangan tentang PTT padi yang lebih baik sehingga diharapkan mampu membimbing petani dengan lebih baik; 2) Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas kegiatan penyuluhan, perlu adanya keterlibatan berbagai stakeholder dalam pelaksanaan penyuluhan, seperti KTNA, HKTI, Penyuluh swadaya dan lainnya. Pemangku kebijakan perlu menyatukan berbagai pihak tersebut, sehingga akan terbentuk satu kesamaan dalam penyuluhan pertanian; 3) Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas kegiatan penyuluhan, perlu adanya keterlibatan berbagai stakeholder dalam pelaksanaan penyuluhan, seperti KTNA, HKTI, Perhipptani, Penyuluh swadaya dan lainnya. Pemerintah perlu menyatukan berbagai pihak tersebut sehingga akan terbentuk satu

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 79

kesamaan dalam penyuluhan pertanian. Hal ini dapat dilakukan dengan pelaksanaan lokakarya yang akan dilakukan pada tahap kegiatan pengkajian ini selanjutnya.

3.2.23. Pengembangan Sistem Informasi PTT PADI (Penanggung

Jawab: Dr. Ir. Oswald Marbun, MSc.)

Indonesia dengan jumlah penduduk yang banyak dan terus bertambah memerlukan produk pangan dalam jumlah yang terus meningkat. Laju peningkatan kebutuhan pangan nasional mencapai 1-2% per tahun untuk mencukupi 220 juta jiwa penduduk Indonesia pada saat ini. Namun upaya pemenuhan kebutuhan pangan nasional terkendala oleh laju penurunan produktivitas lahan yang dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Hasil kajian oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat (Puslitbangtanak) menunjukkan bahwa produktivitas lahan-lahan sawah di Jawa telah mengalami “leveling off”, untuk memperoleh tingkat produktivitas padi yang sama diperlukan input lebih banyak atau penambahan input yang banyak tidak diimbangi dengan penambahan hasil padi secara proporsional. Sejak pencapaian swasembada beras tahun 1984, produksi padi nasional sangat fluktuatif dan cenderung terus menurun hingga mencapai 2,7% tahun-1 pada periode 1985-1997. Untuk memperbaiki produktivitas tanah pertanian, meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk dan pendapatan petani, diperlukan terobosan teknologi yang ramah lingkungan melalui sistem pengelolaan. Pemupukan Hara Spesifik Lokasi (PHSL) merupakan pendekatan pemupukan yang mendasarkan pada ilmu pengetahuan untuk memandu penggunaan pupuk secara rasional dan efisien sesuai dengan kebutuhan tanaman yang diliuncurkan oleh Kementerian Pertanian RI tahun 2011. Panduan PHSL ini masih perlu dievaluasi secara luas di lapangan. Oleh karena itu perbaikan dan pengembangan PHSL perlu dilakukan (PTTweb). Tujuan dari pengkajian ini adalah untuk : 1) mengevaluasi dan mendemonstrasikan hasil padi yang dapat dicapai melalui anjuran pemupukan menurut acuan PTTweb dibandingkan dengan hasil yang dicapai berdasarkan cara pemupukan yang dipraktekkan oleh petani, 2) mengamati dampak PTTweb terhadap produktivitas dan keuntungan bagi petani. Hasil pengkajian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan hasil antara PHSL dan perlakuan petani, dosis pemupukan PHSL lebih sedikit dari cara petani/ ini menunjukkan bahwa PHSL dapat bermanfaat untuk membantu petani padi sawah di Jawa Barat dalam menentukan dosis pupuk secara tepat, rasional dan berimbang sesuai dengan kebutuhan tanaman, meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk, memperbaiki pengelolaan lainnya seperti PHT, varietas, dan pengaturan air, serta meningkatkan pendapatan petani tanpa adanya kerusakan lingkungan. 3.2.24. Pendampingan Teknologi Mendukung 4 Target Sukses

Kementan (Penanggung Jawab: Ir. Anna Sinaga, MSi.)

DPR RI mengharapkan Pemerintah mencapai target swasembada 5 komoditas pangan utama yaitu padi, Jagung, kedelai, gula dan daging, sesuai dengan yang direncanakan. Dalam struktur perekonomian Jawa Barat sektor pertanian menempati

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 80

posisi ketiga terbesar setelah sektor industri dan perdagangan (BPS Jawa Barat, 2009), meskipun demikian Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi padi yang memberikan kontribusi terbesar terhadap produksi beras nasional dengan kontribusi produksi rata-rata 17,6 % selama kurun waktu delapan tahun terakhir (2001-2008) atau kontribusi produksi rata-rata 17,3 % pada tiga tahun terakhir (2006-2008) (BPS Jawa Barat, 2009; Disperta Provinsi Jawa Barat, 2008). Disamping sentra produksi padi, maka provinsi Jawa Barat juga sebagai sentra produksi palawija diantaranya kedelai, meskipun bukan senta produksi utama di Indonesia dengan produksi 60.257 ton atau 6,2% dari total produksi Indonesia (974.512 ton) pada tahun 2009 (BPS, 2009).

Selanjutnya peningkatan populasi sapi potong yang terjadi saat ini tidak seimbang dengan peningkatan konsumsi daging sapi yang terus meningkat. Secara nasional kebutuhan daging sapi sebesar 385 juta ton dapat dipenuhi oleh ternak lokal sebesar 249,9 ribu ton dan sisanya dipenuhi dari ternak impor (135,1 juta ton). Demikian pula halnya dengan kebutuhan daging sapi di Jawa Barat kurang lebih 113,8 ribu ton daging sapi setara dengan 574 ribu ekor, baru dapat dipenuhi secara internal sebesar 45.744 ekor, import 94.072 ekor dan import lokal sebesar 157.100 ekor. Salah satu penyebab terjadinya kesenjangan tersebut adalah lahan untuk HMT yang semakin berkurang, kondisi ternak kurang baik, SDM peternak dan petugas yang kurang menunjang.

Hal lain yang menjadi persoalan adalah pencapaian swasembada gula. Produksi gula dalam negeri semakin tidak mampu memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri sejak tahun 1986, sehingga kekurangan tersebut harus ditutupi dengan gula impor yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini membuat pemerintah memiliki kekhawatiran besar atas impor gula pasir yang tinggi, yang dipandang sebagai ancaman terhadap kemandirian pangan.Untuk memenuhi kekurangan suplai gula tersebut maka pemerintah terpaksa melakukan impor raw sugar untuk menghasilkan gula rafinasi yang dikhususkan memenuhi kebutuhan industri nasional (Badan Litbang Pertanian, 2012).

Untuk pengembangan kawasan komoditas hortikultura, Jawa Barat memiliki kesesuaian lahan dan iklim yag cukup potensial. Secara umum produktivitas dan kualitas komoditi tersebut relatif masih rendah. Hal ini disebabkan antara lain kualitas bibit yang kurang baik, penerapan budidaya masih tradisional dengan skala usaha kecil dan untuk buah terpencar di lahan pekarangan, serangan hama dan penyakit, panen dan penanganan pasca panen yang kurang optimal sehingga mengakibatkan kehilangan/susut yang tinggi serta terbatasnya fasilitas pendukung pasca panen (alat panen, sortasi/grading dan gudang). Permasalahan lain, produk hortikultura umumnya mempunyai karakteristik yang mudah rusak (perishable) sehingga hal tersebut sangat berdampak terhadap harga dan pendapatan petani.

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 81

Pendekatan pengembangan hortikultura secara terpadu dan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, yang dikenal dengan 6 (enam) pilar pengembangan hortikultura, yaitu : 1). Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura, 2). Penataan Manajemen Rantai Pasokan (supply chain management), 3). Penerapan Budidaya Pertanian yang Baik (Good Agricultural Practices/GAP) dan Standard Operating Procedure (SOP), 4). Fasilitasi Terpadu Investasi Hortikultura, 5). Pengembangan Kelembagaan Usaha, dan 6). Peningkatan Konsumsi dan akselerasi ekspor. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka Kementerian Pertanian melalui Badan Litbang Pertanian mengembangkan program pencapaian swasembada pada 5 komoditas (padi, jagung, kedele, daging sapidan tebu) untuk mencapai empat target sukses Kementan melalui program pendampingan teknologi PTT, pendampingan swasembada gula, pendampingan PSDSK dan kawasan hortikultura untuk mencapai target peningkatan nilai tambah dan daya saing untuk produk hortikultura. Hasil kegiatan, sebagai berikut:

Pendampingan Teknologi PTT Padi:

1) Melalui pendampingan teknologi diketahui permasalahan dan saran pemecahan masalah pada penerapan PTT padi di setiap kabupaten; 2) Pelaksanaan pendampingan teknologi mendukung kawasan PTT melalui display varietas, pelatihan/bimbingan teknologi pasca panen, budidaya padi dan Katam,serta penyebaran media informasi dapat mempercepat penyebaran teknologi PTT padi dan mampu meningkatkan pemahaman petani dan petugas dalam menerapkan komponen PTT Padi; 3) Varietas padi yang dapat direkomendasikan berdasarkan hasil display VUB di Kabupaten Sukabumi, Indramayu, Karawang, Bekasi dan Subang, dengan produksi tertinggi dan produknya disukai khalayak pengguna adalah Inpari 30 (5,85 - 9,93 t/ha) GKP; dan 4) Rumusan rekomendasi per wilayah di Jawa Barat dapat digunakan sebagai acuan umum. Rekomendasi spesifik lokasi perlu dikaji secara rinci melalui kaji terap di setiap kecamatan (BP3K).

Pendampingan Teknologi PTT Jagung:

Jagung merupakan tanaman pangan penting kedua setelah padi dan perannya semakin meningkat setiap tahun sejalan dengan pertambahan penduduk, peningkatan usaha peternakan, dan berkembangnya industri pangan berbahan baku jagung. Produktivitas jagung secara nasional dan di sentra-sentra produksi pada umumnya masih relatif rendah. Menurut Ditjen Tanaman Pangan, salah satu penyebab produksi jagung dalam negeri rendah adalah tingkat penggunaan benih hibrida yang rendah. Potensi produktivitas jagung hibrida saat ini mencapai 7-12

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 82

t/ha dan jagung unggul komposit 5-7 t/ha. Produksi jagung terus meningkat namun karena permintaan masih tinggi, produksi dalam negeri belum mencukupi kebutuhan. Berbagai masalah yang terjadi dalam pengembangan jagung antara lain: lahan garapan petani sempit, penerapan teknologi belum optimal, lemahnya modal di tingkat petani, penerapan pupuk berimbang masih rendah, ketersediaan air yang berfluktuatif. Badan Litbang Pertanian sudah banyak melepas varietas unggul jagung komposit dan hibrida, namun vaietas tersebut belum banyak dikenal dan dimanfaatkan oleh petani. Varietas unggul baru, baik komposit maupun hibrida mempunyai daya hasil tinggi, umur genjah, tahan hama dan penyakit utama dan toleran terhadap lingkungan marjinal.

Produksi jagung di Jawa Barat pada tahun 2012 mencapai 1.028.653 ton pipilan kering meningkat sebesar 8,84%. Kab. Majalengka merupakan salah satu sentra produksi jagung di Jawa Barat dengan luas panen 19.738 ha dan produktivitasnya masih rendah yaitu rata-rata 4,17 t ha (BPS Jawa Barat, 2013). Upaya untuk meningkatkan produktivitas dan mendukung program SL-PTT perlu dilakukan pendampingan salah satunya melalui metode percepatan penyebaran inovasi teknologi PTT jagung.

Kegiatan dilaksanakan di dua lokasi, yaitu: 1) Kec. Talaga pada topografi dataran sampai pegunungan dengan kemiringan antara 15-20%, ketinggian tempat dari permukaan laut 563 - 870 m. Curah hujan rata-rata 3.439 mm/tahun dan 2) di Kec. Maja dengan topografi umumnya datar bergelombang dan berbukit, dengan kemiringan 5-30% serta ketinggian 250-800 mdpl. Keadaan iklim dan curah hujan pada umumnya sedang dengan kisaran suhu antara 18-28oC yang terdiri dari 6 bulan musim kering dan 6 bulan musim basah. Curah hujan rata-rata 208 mm/th dengan jumlah hari hujan 13 hari/bulan. Adapun jenis tanah terdiri dari latosol, regosol, alluvial dan grumosol. Kegiatan Pendampingan PTT bertujuan; (1) Mengetahui dan memberikan saran pemecahan masalah penerapan PTT jagung, (2) Mengawal penerapan pendekatan PTT jagung spesifik lokasi pada kegiatan SL-PTT jagung, (3) Merekomendasikan varietas unggul baru jagung spesifik lokasi, dan (4) Menyampaikan komponen teknologi PTT jagung sebagai bahan materi penyuluhan. Pendekatan yang digunakan yaitu: pendekatan yang menekankan pada keperluan pengguna inovasi (user oriented), yaitu: Partisipatif, Agroekosisten, Pendekatan wilayah, dan Implementasi teknologi. Hasil kegiatan pendampingan PTT Jagung: 1) Pemecahan masalah penerapan komponen PTT jagung dalam pemupukan berdasarkan status hara tanah dan kebutuhan tanaman yang masih rendah karena keterbatasan alat Perangkat Uji Tanah Lahan Sawah (PUTS) di masing-masing lokasi display, di Kecamatan Talaga yang belum menerapkan (50%), kadang-kadang (35,71%) dan selalu (14,29%), Maja, belum menerapkan (40%), kadang-kadang (60%) dan selalu (0%) dan Majalengka yang belum menerapkan (11,11%), kadang-kadang (55,56%) dan selalu (33,33%), dengan cara dilakukan pengukuran status hara menggunakan PUTS di masing-masing lokasi dan pembinaan yang rutin serta pendampingan yang intensif oleh petugas penyuluh di lapangan, 2) Pengawalan penerapan PTT jagung dilakukan melaui kegiatan display penerapan PTT jagung di Kelompoktani Sawah Datar, Desa Talaga Kulon, Kec. Talaga, Kelompoktani Mitra Sejahtera, Desa Wanahayu, Kec. Maja dan di lahan milik BP3K Kec. Majalengka yang dijadikan sebagai media

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 83

pelatihan bagi petani pelaksana dan petugas pendamping kegiatan SL-PTT jagung, dan pembinaan kepada anggota kelompoktani, 3) Rekomendasi varietas jagung hibrida dan komposit di Kecamatan Talaga Bima-18 (9,24 t/ha) dan Lamuru (7,80 t/ha), Maja Bima-18 (11,50 t/ha) dan Lamuru (9,17 t/ha) dan di Kecamatan Majalengka Bima-18 (9,25 t/ha) dan Sukmaraga (7,81 t/ha), dan 4) Penyampaian materi komponen teknologi PTT jagung dilakukan kepada petugas penyuluh di wilayah BP3K Kecamatan Talaga, Maja dan Majalengka sebagai bahan materi penyuluhan di kelompoktani pelaksana kegiatan SL-PTT jagung. Media informasi yang digunakan melalui pertemuan rutin, display varietas dan evaluasi hasil kegiatan.

Pendampingan Teknologi PTT Kedelai:

Kementerian Pertanian menargetkan peningkatan produksi kedelai sebesar 85,74% atau 1,5 juta ton biji kering pada tahun 2014, dimana pada tahun 2013 produksi yang dicapai sebesar 808 ribu ton biji kering. Target produktivitas yang akan dicapai sebesar 1,471 t/ha biji kering. Salah satu upaya pencapaian target produksi tersebut melalui pelaksanaan pendampingan SL-PTT kedelai di setiap kabupaten dan propinsi. Tujuan kegiatan adalah untuk: 1) mengetahui dan memberikan saran pemecahan masalah penerapan pendekatan PTT Kedelai di tiga kabupaten, yaitu Kab. Indramayu, Kab. Sumedang dan Kab. Garut, 2) merekomendasikan varietas unggul baru spesifik lokasi, 3) mengawal penerapan teknologi spesifik lokasi dan menyampaikan komponen teknologi PTT Kedelai melalui Badan/Lembaga Pelaksana Penyuluhan di Kab./Kota sebagai bahan materi penyuluhan pertanian. Kegiatan pendampingan PTT kedelai dilaksanakan di tiga lokasi yaitu di Desa Sanca Kec. Gantar, Kab. Indramayu, Desa Buah, Dua Kec. Buah Dua Kab. Sumedang dan Desa Wanaraja, Kec. Wanaraja, Kab. Garut. Kegiatan display swadaya dengan varietas yang sama juga dilakukan di Desa Bantarwaru Kec. Gantar, Kab. Indramayu. Benih varietas unggul yang digunakan meliputi yaitu: Anjasmoro, Argomulyo, Burangrang, Kaba, Gema dan Ijen. Metode kegiatan menggunakan pendekatan PTT kedelai dalam bentuk display penerapan teknologi seluas sekitar 1000 m2 per unit. Data agronomis dianalisis menggunakan analisis varians dan uji lanjut DMRT taraf 5%, data pendapat mengenai PTT kedelai dan preferensi varietas diolah sesuai skala likert dengan proporsi berupa persentase. Hasil analisis menunjukkan bahwa Bobot 100 biji pada enam varietas yang ditanam pada display menunjukkan perbedaan yang nyata. Varietas Anjasmoro, Argomulyo, Burangrang dan Gema tidak berbeda dalam bobot 100 biji, namun bobot 100 biji varietas Gema tidak berbeda juga dengan bobot 100 biji varietas Kaba. Sedangkan bobot 100 biji varietas Kaba dan Ijen tidak menunjukkan perbedaan. Rata-rata produktivitas pada enam varietas yang ditanam pada display tidak berbeda nyata menurut analisis varians. Namun demikian, varietas Ijen menunjukkan rata-rata produktivitas

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 84

tertinggi mencapai 1.92 t/ha, disusul oleh Burangrang (1.78 t/ha), Anjasmoro (1.74 t/ha) dan Kaba (1.70 t/ha).

Gambar 16. Produktivitas enam varietas kedelai pada empat unit display (t/ha)

Penilaian terhadap enam varietas unggul hasil display di Kab. Garut seluruh responden menyatakan sangat suka terhadap enam varietas hasil display terhadap tinggi tanaman dan jumlah polong. Ukuran biji, warna biji dan umur tanaman petani lebih menyukai Anjasmoro dan Argomulyo. Penilaian terhadap 6 varietas hasil display di Kab. Sumedang lebih beragam dibandingkan di Kab. Garut. Dalan hal tinggi tanaman petani lebih menyukai varietas Ijen dan Burangrang, sedangan jumlah polong lebih menyukai Ijen, Anjasmoro dan Burangrang. Ukuran biji seluruh petani menyukai biji varietas Ijen demikian juga untuk umur tanaman. Sedangkan warna biji petani menyukai varietas Ijen, Burangrang, Kaba dan Gema. Penilaian responden di Kab. Indramayu terhadap varietas Burangrang seluruhnya menyukai baik dari tinggi tanaman, jumlah polong, ukuran biji, warna biji dan umur tanaman. Responden seluruhnya menyukai tinggi tanaman varietas Anjasmoro, Kaba dan Gema. Jumlah polong seluruhnya menyukai Gema dan Burangrang. Ukuran biji llebih disukai varitas Anjasmoro, Gema dan Burangrang. Warna biji disukai varietas Anjasmoro, Kaba, Gema dan Burangrang, sedangkan umur tanaman responden lebih menyukai varietas Kaba, Gema dan Burangrang. Rekomendasi varietas unggul spesifik lokasi berdasarkan produktivitas display untuk Kab. Indramayu adalah Burangrang dan Gema, untuk Kab. Sumedang varietas Burangrang dan Argomulyo serta untuk Kab. Garut varietas Anjasmoro dan Kaba.

Pendampingan Teknologi mendukung Swasembada Daging Sapi (PSDS)

1) Pengetahuan dan keterampilan peternak dan petugas serta penyuluh pertanian meningkat dengan kegiatan aplikasi inovasi teknologi sapi potong dalam teknologi pakan (feeding), reproduksi (breeding), manajemen (cara pemeliharaan, veteriner, dan sanitasi lingkungan), dan pengolahan limbah kotoran sapi; 2) Pemberian pakan tambahan kepada induk sapi potong 2 bulan sebelum beranak dan 2 bulan setelah beranak, meningkatkan pertambahan berat badan harian (PBBH) induk sapi potong 0,49 kg/ekor/hari dan penurunan berat badan induk sapi

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

Anjasmoro Argomulyo Burangrang Gema Kaba Ijen

Produktivitas (t/ha)

Indramayu1

Indramayu2

Sumedang

Garut

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 85

potong menyusui 50 gr/ekor/hari. Penurunan bobot hidup yang lebih rendah ini, berdampak positif terhadap terjadinya birahi pertama setelah melahirkan (anestrus post partum, APP); 3) Pemberian pakan tambahan kepada induk sapi potong 2 bulan sebelum beranak dan 2 bulan setelah beranak, meningkat PBBH pedet prasapih 0,46 kg/ekor/hari; dan 4) Pemberian pakan tambahan pada anak sapi setelah sapih, meningkatkan PBBH 0,67 kg/ekor/hari.

Pendampingan Teknologi Mendukung Kawasan Hortikultura (PKAH):

Provinsi Jawa Barat, merupakan salah satu wilayah yang mempunyai potensi komoditas pertanian yang potensial dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Salah satunya adalah komoditas hortikultura. Subsektor ini memiliki kontribusi terhadap pembangunan sektor pertanian yang cenderung meningkat. Komoditas hortikultura yang memiliki potensi yaitu Bawang Merah, Cabe Merah, Cabe Rawit, dan Krisan. Menurut data BPS (2012), produksi bawang merah mencapai 115.896 t dengan produktivitas 10,13 t/ha; untuk cabai merah produksinya mencapai 201.384 t dengan produktivitas 12,55 t/ha. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan usaha tani pada kawasan pengembangan hortikultura adalah ketersediaan benih bermutu tinggi. Untuk mendapatkan benih tersebut, selain diperlukan benih sumber dengan mutu genetik tinggi, perlu diperhatikan juga cara budidaya tanaman yang optimal, pemeliharaan, panen, pasca panen, dan penyimpanan benih yang baik. Kegiatan pendampingan bertujuan, untuk: 1) Melakukan pendampingan percontohan (display varietas/teknologi perbenihan/teknologi pengendalian OPT) produk hortikultura (bawang merah, cabai dan krisan), 2) Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan akses penyuluh/petugas dan pelaku usahatani/petani dalam menerapkan teknologi perbenihan komoditas hortikultura (bawang merah dan cabai), dan 3) Melakukan pembinaan fungsi kelembagaan sarana produksi, pemasaran dan pelatihan pada komoditas krisan. Kegiatan dilasanakan dengan pendekatan partisipatif dalam suatu wilayah dengan menggunakan 5 pendekatan yaitu melalui pendekatan sumber daya alam (kesesuaian lahan agroklimat), sumber daya manusia, agribisnis, wilayah dan kelembagaan. Kegiatan pengembangan kawasan cabai merah dilakukan di Gapoktan Kisingasari, Desa Kawali Mukti, Kec. Kawali, Kab. Ciamis; Lokasi pengembangan kawasan bawang merah dilaksanakan di kelompoktani Cukang Akar, Desa Silih Asih, Kec. Pabedilan, Kab. Cirebon dan lokasi pengembangan kawasan bunga krisan dilaksanakan Kelompok Tani Asri Desa

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 86

Limbangan dan Kelompok Tani Tunas Bunga Desa Langensari, Kec. Sukaraja, Kab. Sukabumi.

Hasil keragaan teknis demplot inovasi teknologi perbenihan cabai di desa Kawali Mukti, kecamatan Kawali pertumbuhannya cukup baik, namun terdapat sekitar 20% tanaman terkena penyakit layu. Benih cabai varietas chiko yang dihasilkan sebanyak Sebanyak 2 kg benih sudah disebarkan dan ditanam oleh petani di lokasi pengembangan PKAH Kabupaten Ciamis yaitu, di Kecamatan Sukamantri, Panjalu dan Kawali. Keragaan teknis demplot inovasi perbenihan 4 varietas bawang merah di desa Silih Asih, kecamatan Pabedilan menghasilkan benih bawang merah dengan karakteristik sbb. : produksi varietas Bima 200 kg, varietas Mentes 250 kg, varietas katumi 200 kg dan varietas Pikatan 150 kg; varietas pancasona 180 kg dan maja 60 kg. Berat umbi per rumpun basah untuk varietas Bima 51,80 gram, Mentes 53,04 gram, Katumi 35,34 gram dan Pikatan 35,04 gram. Bibit tanaman yang dapat disebarkan kepada petani dari hasil pembibitan sebanyak 31.709 stek. Hasi display varietas yang dapat direkomendasikan diantaranya adalah varietas Marimar, Yulimar dan Lokon Putih. Tabel 34. Hasi display varietas PKAH, 2014

No Varietas Berat awal (kg) Produksi (kg)(kering) 1. Bima 50 200 2. Mentes 50 250 3. Katumi 50 200 4. Pikatan 50 150 5. Pancasona 100 180 6 Maja 50 60

Teknologi budidaya penangkaran

benih cabai rawit di Desa Kawali Mukti Kec. Kawali sebagian besar telah diterapkan dan realtif tidak banyak hambatan. Kekurangan yang masih dirasakan adalah alat pemisah biji untuk benih yang masih manual. Respon petani terhadap penerapan teknologi perbenihan cabai sebanyak 56,35% sudah memahami.

Varietas Bima, Mentes, dan Katumi yang paling dipilih oleh petani. Sedangkan varietas pikatan, pancasona dan maja tidak dipilih karena performancenya tidak disukai dan hasilnya juga rendah.Rata-rata petani sudah memahami komponen teknologi dalam budidaya perbenihan krisan (52,63-100%).

Sebanyak 54,2-91,7% petani telah memahami komponen teknologi budidaya dan pembibitan krisan. Teknologi yang diterapkan berdasarakan SOP

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 87

budidaya krisan seperti penggunaan screen house, instalasi irigasi dengan pipa dan nozel, pencahayaan dengan LED 10-12 watt warna kuning, pengolahan lahan, pemberian pupuk kompos/kandang, pupuk dasar dan fungisida. Alur pemasaran krisan diawali dengan agen pengumpul di tingkat desa, lalu ditampung agen pengumpul dikawasan/lintas kawasan, agen grosir dan baru dijual ke floris, outlet maupun depart store.

Varietas Krisan yang digunakan untuk pembibitan sebanyak 5 varietas yaitu: Marimar, Yulimar, Puspita Pelangi, Kusuma Swasti, dan Puspita Nusantara. Pada stek bibit pertama tidak terjadi perbedaan jumlah yang dihasilkan rata-rata berkisar 50-73 stek. Namun pada minggu ke-2 hingga minggu ke-10 jumlah stek masing-masing varietas menunjukkan perbedaan hasil stek. Rata stek terbanyak terjadi pada minggu ke-4 berkisar antara 149-215 stek. Rata-rata jumlah stek per tanaman untuk varietas Marimar lebih banyak dibandingkan dengan varietas lainnya yaitu 15,2 stek dikuti varietas Yulimar 14,4 stek berbeda dengan varietas Puspita Pelangi, Kusuma Swasti dan Puspita Nusantara.

Pendampingan Swasembada Gula Melalui Penerapan Teknologi Budidaya Tebu Terpadu (P2T3):

Tebu (Sacharum officinarum) merupakan tanaman penting yang bernilai ekonomi tinggi, karena merupakan tanaman penghasil gula dan menjadi salah satu komoditas pangan yang ditargetkan swasembada dengan target produksi sebanyak 3,1 juta ton gula kristal putih (GKP). Seiring dengan peningkatan konsumsi gula nasional yang diperkirakan mencapai 5,7 juta ton pada tahun 2014, maka akan terjadi gap suplai akibat kurang mencukupi produksi gula dalam negeri. Kondisi eksisting budidaya tebu pada perkebuan rakyat di Jawa Barat pada saat ini adalah, penerapan teknologi budidaya terutama penggunaan varietas unggul di tingkat petani yang masih rendah. Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya penerapan inovasi teknologi tebu pada petani tebu rakyat adalah minimnya jumlah penyuluh perkebunan di sentra produksi tebu, dan sulitnya petani mengakses

informasi teknologi tebu. Oleh sebab itu, selain diperlukan dukungan inovasi teknologi, seperti bahan tanaman unggul, penggunaan pupuk organik, sistem tanam juring ganda, salah satu pendukung lainnya yang tak kalah penting adalah dukungan penguatan kelembagaan yang sudah ada di wilayah pengembangan tebu.Pendampingan dilaksanakan di Kecamatan Kertajati yaitu pada dataran rendah dengan ketinggian tempat 0 – 100 mdpl. Tingkat kemasaman

tanah netral (6, - 7,5), dengan kemitringan tanah < 8%, tekstur tanah lempung berpasir, curah hujan tahunan antara 1.349 – 3.542 mm, dengan jumlah hari hujan rata-rata 122 hari. Drainase cukup baik dan pembentukan tanah abu vulkanik. Lokasi pendampingan yaitu di Desa Kertawinangun dan Desa Palasah. Rata-rata kepemilikan lahan tebu di kecamatan Kertajati adalah 5 ha untuk lahan dengan status sewa, dan 3 ha untuk lahan dengan status milik. Petani tebu didominasi oleh

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 88

laki-laki yaitu 98 % dan hanya 2 % saja petani tebu perempuan. Alasan utama berusaha tani tebu karena dianggap menguntungkan, cocok dengan iklim di daerah mereka, dan tanaman tebu mudah dipelihara. Hambatan yang muncul pada usaha tani tebu di Kecamatan Kertajati adalah, terbatasnya kesediaan modal, kesulitan tenaga kerja, bila curah hujan tinggi terjadi banjir, endemik hama tikus, sebagian kebun mempunyai akses jalan yang sulit, dan rendemen dan harga gula rendah. Hambatan tersebut timbul hampir setiap musim tanam setiap tahun dan setiap musim panen. tujuan pendampingan, yaitu: 1) Memperagakan secara visual teknologi budidaya tebu terpadu kepada petugas dan petani, 2) Meningkatkan pengetahuan/ keterampilan petani dalam menerapkan teknologi budidaya tebu terpadu, dan 3) Penguatan kelembagaan petani tebu dengan menggunakan skala prioritas untuk mendukung kesinambungan penggunaan inovasi teknologi. Demplot P2T3 terdiri atas 3 paket teknologi yaitu: PAKET-1 (bongkar ratoon dengan juring ganda); PAKET-2 (bongkar ratoon dengan juring tunggal); dan PAKET 3 (rawat ratoon). Pertumbuhan dan produktivitas tebu sistem tanam juring ganda dan juring tunggal di lokasi Demplot P2T3 di Kabupaten Cirebon dan Majalengka secara rinci masing-masing disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel. 35 Produksi Tebu pada P2T3, 2014

Perlakuan *Produksi tebu (ku/ha)

**Rendemen (%)

Produksi Real Tebu (ku/ha)

Pertanaman PC Juring Ganda 1.032,13 18,93 976,00 Juring tunggal 818,97 16,57 915,30 Juring tunggal Petani 923,00 14,87 793,00 Pertanaman RC Tek. P2T3 996,87 17,60 769,00 Tek. Petani 852,16 17,55 671,00

Keterangan: - * Produktivitas berdasarkan taksasi hasil dilapangan - **Brix rata-rata

Media leaflet yang disampaikan kepada petani efektif dalam menyampaikan pesan kepada petani tebu di Kecamatan Kertajati. Demikian halnya peranan penyuluhan sangat penting dan perlu didukung SDM Penyuluh/PPL yang memadai sehingga teknologi lebih cepat diadopsi oleh petani. Pada Demplot P2T3 Puslitbangbun, penerapan sistem tanam juring ganda mampu meningkatkan produktivitas tebu sebesar 83,8% dari sistem tanam juring tunggal sebagai akibat adanya peningkatan faktor juring pada juring ganda PKP rapat.

3.2.25. Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) Di Jawa Barat (Penanggung Jawab: Ir. Susi Mindarti, MP.)

Pola Pangan Harapan di Jawa Barat masih lebih rendah dari Pola Pangan

Nasinal yaitu 73,5. Hal ini disebabkan masih rendahnya konsumsi pangan heawni serta sayur dan buah. Bahkan kelompok padi-padian masih sangat besar dengan proporsi

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 89

diatas 50%. Kondisi tersebut terjadi karena pola konsumsi pangan masyarakat yang kurang beragam, bergizi, seimbang serta semakin meningkatnya konsumsi terhadap produk impor terigu dan gandum. Sementara konsumsi bahan pangan lainnya dinilai masih belum memenuhi komposisi yang dianjurkan, seperti pada kelompok umbi, pangan hewani, sayuran, dan aneka buah. Disamping itu belum optimalnya pemanfaatan bahan pangan lokal dalam mendukung penganekaragaman konsumsi pangan. Salah satu penyebabnya adalah adanya pergeseran pola konsumsi pangan di Indonesia yang mengalami pergeseran dari pola pangan berdasarkan daya dukung sumberdaya alam dan lingkungannya ke arah pola pangan beras, sebagai akibat kebijakan pemerintah yang bias pada beras baik di bidang produksi maupun konsumsi. Widyakarya Pangan dan Gizi tahun 2004 menganjurkan konsumsi energi penduduk Indonesia sebesar 2000 kkal/kapita/hari dan protein sebesar 52 gram/kapita/hari. Konsumsi beras secara nasional adalah 2,7 juta ton per bulan dan rata-rata per orang adalah 132 kg/tahun (Badan Ketahanan Pangan, 2010). Sedangkan di Jawa Barat rata – rata konsumsi kalori dan protein per kapita perhari di pedesaan dan perkotaan masing-masing 2.001,13 kkal berbanding 1.880,58 kkal untuk kalori dan 56,34 gram berbanding 56,08 gram untuk protein (Statistik Jawa Barat, 2010). Sementara itu, untuk perbaikan PPH, rekomendasi Widyakarya Pangan dan Gizi hanya menganjurkan sekitar 50 persen saja untuk pangan yang berasal dari padi-padian dan sisanya dapat dipenuhi dari umbi-umbian (Kementerian Pertanian, 2010).

Dengan kondisi di atas maka pengembangan diversifikasi pangan perlu digalakkan. Keberhasilan dalam peningkatan diversifikasi pangan secara langsung akan memberikan dua manfaat sekaligus, yaitu memperbaiki kualitas pangan dan gizi masyarakat (peningkatan PPH) dan menurunkan konsumsi perkapita beras yang berarti melonggarkan tekanan terhadap upaya peningkatan produksi beras yang semakin berat dalam pencapaiannya. Tujuan kegiatan pada tahun 2014, yaitu: 1) Menerapkan KRPL melalui pendampingan di 30 yang dikembangkan Program P2KP di Jawa Barat, 2) Memelihara dan menguatkan Kebun Bibit Induk (KBI) sebagai sumber benih/bibit untuk keberlanjutannya dan kelestarian Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) di Jawa Barat, dan 3) Memelihara 35 unit Kebun Bibit Desa/Kota (KBD/K) sebagai sumber benih/bibit untuk kelestarian Rumah Pangan Lestari (RPL) di wilayah Kabupaten/Kota di Jawa Barat. Melalui kegiatan pendampingan, sejumlah 30 KWT pelaksana program KRPL-P2KP di Jawa barat mulai mengelola lahan pekarangan secara optimal dengan menerapkan prinsip KRPL Kebun Bibit Induk (KBI) sudah berjalan sesuai dengan fungsinya, yaitu sebagai penyedia benih sumber untuk kebutuhan wilayah program pengembangan KRPL, dan juga memenuhi kebutuhan instansi/lembaga pemerintah, organisasi kemasyarakatan, kelompok tani, dan perorangan. Di setiap wilayah pengembangan KRPL, Kebun Bibit Desa dapat dipelihara dengan baik, sehingga dapat berfungsi sebagai penyedia benih/bibit untuk kebutuhan wilayahnya, bahkan memenuhi kebutuhan di luar wilayah yang memerlukan, khususnya yang mengembangkan RPL.

Beberapa indikator keberhasilan dalam program KRPL adalah: 1) Meningkatnya jumlah KRPL/RPL Diwilayah Jawa Barat Kawasan Rumah pangan Lestari sudah tersebar di 26 Kabupaten/Kota, ditambah dengan pendampingan KRPL melalui program KRPL- P2KP, 2) Tumbuh dan berkembangnya kelembagaan KBD: Kebun Bibit Desa atau Kebun Bibit Kelurahan yang dibangun disetiap unit KRPL sudah berjalan sesuai dengan

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 90

fungsinya, yaitu sebagai penyedia bibit/benih bagi wilayahnya, bahkan sudah dapat mensuplai wilayah yang berdekatan. 3.2.26. Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi

(m-P3MI) Di Kabupaten Kuningan Dan Garut Jawa Barat (Penanggyng Jawab: Dr. Meksy Dianawati, SP., MSi.)

Kabupaten Kuningan memiliki lahan sawah dengan pengairan yang cukup sepanjang tahun sehingga model percepatan tanam dapat diperoleh, sedangkan Kabupaten Garut merupakan sentra pengembangan kentang, sehingga model produksi benih lanjutan juga dapat diperoleh. Diharapkan kedua wilayah tersebut dapat menjadi laboratorium lapang untuk pengkajian dan diseminasi inovasi pertanian BPTP Jawa Barat dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat dan berkembangnya perekonomian pedesaan. Kegiatan ini dilaksanakan di Desa Cidahu, Kecamatan Pasawahan dan Desa Cisurupan, Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut, Jawa Barat dari bulan Januari hingga Desember 2014. Tujuan kegiatan ini Tahun 2014 adalah 1) memantapkan Model Percepatan Tanam Padi pada lahan sawah yang efektif dengan mengoptimalkan penggunaan sumberdaya pertanian di pedesaan di Kabupaten Kuningan. 2) mendapatkan teknologi perbenihan kentang spesifik lokasi sebagai pengungkit peningkatan produksi kentang berdasarkan identifikasi permasalahan yang ada di lahan kering Garut, 3) merekayasa sub model kelembagaan sistem dan usaha agribisnis berbasis pengetahuan dan teknologi inovatif pada lahan kering Garut. Tujuan Jangka Panjang adalah 1) Mendapatkan Model Percepatan Tanam Padi pada lahan sawah yang efektif dengan mengoptimalkan penggunaan sumberdaya pertanian di pedesaan di Kuningan, 2) Mendapatkan model produksi benih kentang pada lahan kering yang efektif dengan mengoptimalkan penggunaan sumberdaya pertanian di pedesaan di Kabupaten Garut. Kegiatan dilaksanakan dengan 6 pendekatan yaitu melalui: (1) agroekosistem, (2) sumber daya manusia, (3) agribisnis, (4) wilayah, (5) kelembagaan dan (6) berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan. Kegiatan pengkajian dilaksanakan melalui beberapa tahapan, yaitu: (1) Persiapan (desk study); (2) Identifikasi dan karakterisasi serta wawancara individu dan diskusi untuk pengambilan data sosial, ekonomi dan kelembagaan, (pelaksanaan RRA); (3) Perancangan model pengembangan pertanian pedesaan berbasis inovasi; (4) Verifikasi model untuk menyempurnakan beberapa komponen teknologi baik pada

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 91

tanaman padi maupun kentang dan sub model kelembagaan penunjang; (5) Pengumpulan data dan informasi, dan (6) Analisis data.

Hasil kegiatan M-P3MI Kuningan adalah sebagai berikut : 1) Inisiasi model percepatan tanam padi Kabupaten Kuningan telah terbentuk dan dapat dikembangkan pada daerah yang memiliki syarat teknis dan sosial yang sama. Tahun 2015, Pemda Kuningan akan mereplikasi model percepatan tanam pada 3 kecamatan potensial. 2) Model Percepatan Tanam Padi di desa Cidahu dapat meningkatkan IP 2,5 menjadi 3,5 dengan peningkatan produksi 20%. Model Percepatan Tanam padi pada lahan dengan sewa panen 3 kali tidak mendorong peningkatan IP. 3) TPT yang banyak diadopsi adalah varietas dan bibit muda. Kendala penerapan TPT adalah keterbatasan tenaga kerja dan traktor. Hasil kegiatan M-P3MI Garut adalah sebagai berikut : 1) Inovasi teknologi pengungkit produksi benih kentang adalah jarak tanam, jumlah baris, optimalisasi pemupukan organik dan kimia, dan penggunaan mulsa hitam perak. Modifikasi teknologi percepatan benih dapat dilakukan dengan menggunakan stek planlet hasil aklimatisasi langsung ke lapangan menjadi benih G2. 2) Benih Mandiri Kelompok (BMK) dapat dikembangkan dimana kelompoktani sebagai produsen benih kelompok dan anggota memperbanyak benih tersebut minimal satu generasi untuk kemudian dilepas ke daerah/kelompoktani lain. APBK sebagai wadah tukar menukar informasi teknologi dan pemasaran benih, sedangkan KPBK sebagai wadah bisnis dan penguatan modal usaha perbenihan. Strategi pengembangan model produksi kentang menggunakan 2 pendekatan yaitu bagi penangkar formal melalui peningkatan kinerja APBK dan KPBK dan bagi penangkar non formal berupa peningkatan jumlah penangkar formal. 3) Diseminasi teknologi kepada penangkar non formal berupa display teknologi, pembinaan kelompoktani, pelatihan penangkar benih, dan temu lapang. 3.2.27. Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi

(m-P3MI) Integrasi Tanaman Jagung - Sapi Potong Di Kabupaten Majalengka Provinsi Jawa Barat (Penanggung Jawab: Ir. Karsidi Permadi, MS.)

Sistem dan usaha agribisnis Terpadu Jagung-Sapi Potong merupakan salah satu

pilihan yang tepat dalam rangka optimalisasi pemanfaatan sumberdaya lokal. Keterpaduan dalam hal ini tidak bertujuan untuk memaksimalkan produksi jangka pendek, namun untuk mencapai tingkat produksi yang stabil dan memadai dalam jangka panjang. Kegiatan model pengembangan pertanian perdesaan melalui inovasi integrasi tanaman jagung - sapi potong, bertujuan: 1) Menentukan rancangan model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi Berbasis Integrasi di Agroekosistem Lahan Sawah di Jawa Barat dan 2) Meningkatkan produktivitas jagung dan sapi

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 92

potong melalui model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi Berbasis Integrasi di Agroekosistem Lahan Sawah di Jawa Barat. Kegiatan

dilakukan dengan pendekatan Participatory Research Assesment dimana kegiatan dilaksanakan di lahan petani dengan melibatkan petani dalam perencanaan sampai pelaksanaan. Implementasi kegiatan terdiri dari inovasi teknologi budidaya jagung melalui penerapan PTT jagung, peningkatan kinerja produktivitas sapi potong, pemanfaatan limbah jagung sebagai pakan ternak sapi potong melalui fermentasi jerami dan konsentrat dengan bahan baku limbah tongkol, batang, dan daun jagung, serta pemanfaatan kotoran sapi potong menjadi komos dan energi alternative terbarukan biogas, serta pupuk cair. Model pengembangan pertanian perdesaan melalui inovasi (mP3MI) berbasis intergrasi tanaman jagung-sapi potong dilaksanakan di Kabupaten Majalengka di dua kelurahan yaitu di Kelurahan Cicurug dan Sindangkasih.

Hasil kegiatan bahwa pengembangan rancangan Model kegiatan MP3MI Integrasi Jagung-Sapi Potong pada kegiatan Tahun 2014 pemanfaatan limbah ternak sebagai pupuk kompos sekitar 10 ton yang diaplikasikan pada 5 hektar tanaman jagung di kelurahan Sindangkasih. Kenaikan produksivitas jagung baik di Cicurug maupun di Sindangkasih masing-masing sekitar 1,0 t/ha (12,82%), dan 3,14 t/ha (56,07%). Begitu juga kenaikan pendapatan di Cicurug sebesar Rp5.640.000/ha (24,10%), dan di Sindangkasih sebesar Rp6.860.000/ha (37,15%). Sedangkan limbah limbah ternak dijadikan sebagai sumber energi alternatif yang terbarukan dengan satu unit digester ukuran 3000 liter dapat menghasilkan gas methana setiap hari sekitar 3 m3 untuk mengisi 10 tabung, setiap tabung 0,3 m3 gas methane dengan tekanan 8 bar.

3.2.28. Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi

(m-P3MI) Pada Agroekosistem Lahan Kering Di Kabupaten Bandung Jawa Barat (Penanggung Jawab: Dr. meksy Dianawati, SP., MSi.)

Kecamatan Pangalengan merupakan kecamatan di Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat yang memiliki komoditas unggulan kentang dan sapi perah dan perlu dioptimalisasikan di lahan kering dataran tinggi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan. Peningkatan populasi ternak sapi perah di Pangalengan ini berpeluang mencemari lingkungan karena limbah yang dihasilkan semakin meningkat pula, sedangkan tingkat kepadatan penduduk cukup tinggi. Peternak sapi perah masih terbatas dalam memanfaatkan limbah kotoran sapi, baik untuk bahan baku kompos, biogas, media

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 93

tumbuh cacing tanah, maupun untuk pemupukan kebun rumput. Pangalengan sebagai sentra kentang dan sentra sapi perah dapat diintegrasikan dalam rangka pemanfaatan limbah kotoran sapi perah sebagai pupuk organik tanaman sayuran, khususnya kentang. Dengan demikian diharapkan Kecamatan Pangalengan dapat menjadi laboratorium lapang untuk pengkajian dan diseminasi inovasi teknologi pertanian BPTP Jawa Barat baik teknologi produksi serta pengolahan kentang maupun sapi perah dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat dan berkembangnya perekonomian perdesaan. Kegiatan ini dilaksanakan di Desa Sukamanah dan Pangalengan, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat dari bulan Juni hingga Desember 2014. Tujuan kegiatan ini adalah mengidentifikasi inovasi teknologi kentang dan sapi perah sebagai pengungkit peningkatan produksi dan agribisnis berdasarkan identifikasi permasalahan yang ada di lahan kering dataran tinggi Jawa Barat, merancang sub model kelembagaan sistem dan usaha agribisnis berbasis pengetahuan dan teknologi inovatif pada lahan kering dataran tinggi Jawa Barat, dan merancang Diseminasi multi channel pada lahan kering dataran tinggi Jawa Barat. Kegiatan dilaksanakan dengan 6 pendekatan yaitu melalui: (1) agroekosistem, (2) sumber daya manusia, (3) agribisnis, (4) wilayah, (5) kelembagaan dan (6) berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan. Kegiatan pengkajian dilaksanakan melalui beberapa tahapan, yaitu: (1) Persiapan (desk study); (2) Identifikasi permasalahan dengan RRA, (3) Base line survei; (4) Perancangan model pengembangan pertanian pedesaan berbasis inovasi; (5) Advokasi kepada stakeholder; (6) Pengumpulan data dan informasi.

Hasil kegiatan adalah sebagai berikut : 1) Telah diperoleh Rancangan m-P3MI Integrasi Tanaman Ternak di Agroekosistem Lahan Kering Dataran Tinggi di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, berupa : rancangan inovasi teknologi (pengolahan limbah, pakan ternak, dan pengolahan pangan), rancangan inovasi kelembagaan (revitalisasi APBK, usaha pakan, pengomposan, pengolahan pangan, pengadaan biogas), serta rancangan diseminasi diseminasi multi channel. 2) Rancangan model memerlukan dukungan dari berbagai pihak baik pemerintah pusat, propinsi, dan daerah. 3) Revitalisasi APBK Kabupaten Bandung memiliki peran penting dalam meningkatkan ketersediaan benih kentang baik untuk daerah Pangalengan, maupun Jawa Barat dan nasional. 4) Titik temu model integrasi tanaman ternak terletak pada pemanfaatan limbah kotoran ternak untuk usahatani sayuran, baik sebagai pupuk organik, biogas, maupun media tanam cacing, sedangkan limbah sayuran dapat digunakan sebagai pakan ternak sapi perah. 5) Pembuatan pakan lengkap dapat menjadi titik ungkit peningkatan produktivitas ternak dan kinerja kelompokternak. 6) Peningkatan kualitas dan kuantitas instalasi bio gas dapat mengurangi subsidi bahan bakar dan ramah lingkungan.

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 94

3.2.29. Pendampingan KATAM SLPTT Di Provinsi Jawa Barat (Penanggung Jawab: Ir. Hendi Supriyadi, MSi.)

Pemerintah terus berupaya mengejar target surplus beras 10 juta ton pada tahun 2014. Salah satunya dengan menyiapkan Kalender Tanam (Katam) untuk masing-masing provinsi dan kabupaten serta kecamatan se-Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian meluncurkan Sistem Katam Terpadu yang menggambarkan potensi pola dan waktu tanam untuk tanaman pangan (padi dan palawija) yang disusun berdasarkan potensi dan dinamika sumber daya iklim dan ketersediaan air. Tujuannya adalah untuk memberikan informasi spasial dan tabular pola tanam dan potensi luas areal tanam pada tanaman pangan di lahan sawah berdasarkan variabilitas dan perubahan iklim sampai ke wilayah kecamatan. BPTP Jawa Barat dalam rangka mendukung Program Peningkatan Produksi Beras nasional (P2BN) dan program ketahanan pangan pada umumnya berkewajiban untuk mendiseminasikan Katam Terpadu ini di wilayah Jawa Barat, baik level provinsi, kabupaten/kota, maupun kecamatan. Sosialisasi dan distribusi dilakukan dengan 2 cara, yaitu melalui web BPTP dan pertemuan. Pada tahun 2014 dalam rangka pelaksanaan kegiatan Pendampingan Katam SLPTT untuk tingkat Provinsi Jawa Barat telah dilakukan sosialisasi Katam Terpadu MK I 2014, MK II 2014, dan MH 2014/2015. Sosialisasi Katam Terpadu MK I Tahun 2014 dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan persiapan program perencanaan tanam padi di Jawa Barat.

Sosialisasi Katam Terpadu MK II Tahun 2014 untuk tingkat provinsi dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan Temu Informasi Teknologi Pertanian (TITP) oleh BPTP Jawa Barat, yang dilaksanakan di Kec. Banjaran, Kab. Bandung. Kegiatan tersebut dimaksudkan untuk mengakselerasi adopsi inovasi pertanian kepada stakeholder (pengguna). Peserta TITP yaitu para KTNA Kabupaten Se Jawa Barat sebanyak 40 orang. KTNA ini nantinya diharapkan mampu membantu dalam menyebarluaskan inovasi teknologi (termasuk Katam Terpadu) yang didiseminasikan. Pada saat itu disampaikan materi Katam Terpadu yang bisa diakses via HP melalui sms center. Tanggapan positif diperoleh dari para KTNA tersebut akan pentingnya aplikasi Katam Terpadu dalam rangka peningkatan produksi tanaman khususnya padi di wilayahnya masing-masing.

Sosialisasi Katam Terpadu MH 2014/2015 tingkat provinsi dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN)

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 95

dilaksanakan empat kali sesuai dengan wilayah masing-masing, yaitu: (1) di Subang (untuk WKPP Purwakarta: meliputi: Kab. Subang, Karawang, Purwakarta, dan Bekasi), (2) di Cianjur (untuk WKPP Bogor, meliputi: Kab. Cianjur, Sukabumi, Bogor, dan Depok), (3) di Cirebon (untuk WKPP Cirebon, meliputi: Kab. Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan, dan (4) di Garut (untuk WKPP Priangan, meliputi: Kab. Sumedang, Bandung, Bandung Barat, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Banjar, dan Pangandaran). Sosialisasi Katam Terpadu di kab. /kota di Jawa Barat selain dilakukan oleh Penjab Katam juga dilakukan oleh LO Kabupaten/Kota masing-masing. Peserta sosialisasi di tingkat Kabupaten adalah para Kepala Cabang Dinas Pertanian dan Koordinator/Kepala Penyuluhan (BP3K) dari seluruh kecamatan. Selain kegiatan sosialisasi Katam Terpadu, telah dilakukan inventarisasi varietas, kebutuhan benih unggul padi, luas dan potensi lahan, rekomendasi kebutuhan pupuk, data iklim, serta organisme pengganggu tanaman (OPT) per kecamatan di setiap kabupaten/kota di Jawa Barat hasilnya sebagai Didapatkan 1 (satu) set database Katam Terpadu per kecamatan se kabupaten/kota di Jawa Barat tahun 2014.

3.2.30. Perbanyakan Benih Sumber Padi (Penanggung Jawab: Ir. IGP

Alit Diratmaja, MP.) Peningkatan produksi padi nasional

pasca tercapainya swasembada beras tahun 1984 belum dapat mengimbangi laju peningkatan jumlah penduduk dan tingkat konsumsi/kapita yang tetap tinggi, sehingga sebagian kebutuhan beras kembali dipenuhi dari impor. Pada tahun 2007 volume impor padi mencapai 3%. Untuk mewujudkan peningkatan produksi dalam rangka mengurangi volume impor dan kemandirian pangan secara nasional tersebut, maka salah satu upaya dari Badan Litbang Pertanian yang diharapkan mampu mendukung program peningkatan produksi beras nasional (P2BN) adalah penerapan benih unggul bermutu dari varietas unggul yang dikembangkan melalui Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT) mencakup program peningkatan komoditas padi dengan Swasembada Beras Lestari. Kontribusi varietas unggul terhadap peningkatan produksi padi telah terbukti sangat signifikan melalui keberhasilan pencapaian swasembada beras tahun 1984. Namun demikian, dampak varietas unggul terhadap peningkatan produksi dan kualitas produk hanya akan terasa bila varietas tersebut ditanam dalam skala luas yang ditentukan antara lain oleh kemampuan industri benih untuk mendistribusikan benih bermutu (pembawa potensi genetik) sampai ke petani secara efektif dan efisien. Tanpa sertifikasi sebagai sarana yang mampu menjamin keaslian varietas, maka keunggulan varietas baru yang dikembangkan oleh para pemulia tanaman (breeders) tidak akan dinikmati oleh petani. Selain itu, Konsumsi bunga dalam negeri cenderung meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk kota, peningkatan pendapatan masyarakat, pembangunan komplek perumahan dan perkantoran serta perkembangan pariwisata. Peningkatan permintaan konsumen tersebut tidak hanya pada kuantitas, tetapi juga kualitas, karena selera konsumen cepat berubah. Krisan merupakan salah satu komoditas tanaman hias yang potensial untuk dikembangkan mengingat nilai estetika

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 96

dan kemampuannya menunjang peningkatan pendapatan petani selain itu salah satu program revitalisasi hortikultura Kementrian Pertanian adalah pengembangan krisan.

Tujuan kegiatan, adalah: 1) Memperoleh benih beberapa VUB padi sebanyak 53,78 ton terdiri dari 6 ton kelas FS, 15 ton kelas SS dan 32,78 ton kelas ES, 2) Memperoleh 10.000 stek benih beberapa VUB krisan, dan 3) Mengenalkan dan menyebarkan benih VUB padi dan krisan. Pendekatan pengkajian komoditas padi dilaksanakan melalui pendekatan partisipatif (On-Farm Participatory Research/Assessment) dengan karakteristik: dilakukan pada lahan petani, petani terlibat secara aktif sejak perencanaan sampai dengan evaluasi, terdapat keterlibatan (partisipasi) berbagai pemangku kepentingan lain (stakeholders) seperti dinas pertanian, BPSBTPH dan pemerintah daerah setempat. Pengkajian komoditas krisan dilaksanakan melalui pendekatan On-Station Assessment.

Hasil kegiatan: 1) Produksi Benih Sumber Padi telah dilaksanakan di empat Kabupaten, yaitu Kabupaten Subang, Cianjur, Pangandaran dan Bandun, iperoleh benih sebanyak 55.301 kg, terdiri dari Benih Dasar (BD/FS) sebanyak 1.540 kg (varietas Inpari 26), Benih Pokok (BP/SS) sebanyak 47.331 kg (varietas Inpari 19, Inpari 24, Inpari 25, Inpari 26, Inpari 27, Inpari 28, Inpari 30 dan Mekongga), dan Benih Sebar (BR/ES) sebanyak 6.430 kg (Inpari 24, Inpari 28 dan Inpari 30). Hasil kegiatan perbenihan Krisan diperoleh 16.500 bibit krisan varietas Sakuntala, Pasopati dan Puspita Nusantara dan hasil produksi tahun 2014 sebanyak 450 stek terdiri dari varietas Salzieta, Sakuntala dan Pasopati. Dari kegiatan perbenihan padi dan Krisan telah terdistribusi benih sumber padi hasil produksi tahun 2013 sebanyak 14.818,5 kg dan hasil produksi tahun 2014 sebanyak 25.913 kg serta telah terdistribusi bibit krisan sebanyak 14.000 stek ke Kabupaten Bandung, yaitu varietas Sakuntala, Pasopati dan Puspita Nusantara. Total setoran PNBP dari komoditas padi dan krisan tahun 2014 mencapai Rp. Rp. 208.701.500,-

3.2.31. Perbanyakan Benih Sumber Kedelai (Penanggung Jawab: Ir. IGP Alit Diratmaja, MP.)

Pertumbuhan permintaan terhadap kedelai

selama 15 tahun terakhir cukup tinggi, namun tidak mampu diimbangi oleh produksi dalam negeri, sehingga harus dilakukan impor dalam jumlah yang cukup besar. Prospek pengembangan kedelai di dalam negeri untuk menekan impor cukup baik, mengingat ketersediaan sumberdaya lahan yang cukup luas, iklim yang cocok, teknologi yang telah dihasilkan, serta sumberdaya manusia yang cukup terampil dalam usahatani. Di samping itu, pasar komoditas

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 97

kedelai masih terbuka lebar. Upaya untuk menekan laju impor dapat ditempuh melalui strategi peningkatan produktivitas, perluasan areal tanam, peningkatan efisiensi produksi, penguatan kelembagaan petani, peningkatan kualitas produk, peningkatan nilai tambah, perbaikan akses pasar, perbaikan sistem permodalan, pengembangan infrastruktur, serta pengaturan tataniaga dan insentif usaha. Kontribusi varietas unggul terhadap peningkatan produksi kedelai telah terbukti sangat signifikan. Namun demikian, dampak varietas unggul terhadap peningkatan produksi dan kualitas produk hanya akan terasa bila varietas tersebut ditanam dalam skala luas yang ditentukan antara lain oleh kemampuan industri benih untuk mendistribusikan benih bermutu (pembawa potensi genetik) sampai ke petani secara efektif dan efisien. Strategi pengembangan sistem produksi kedelai yang dapat ditempuh antara lain melalui pemanfaatan VUB dan penerapan teknologi budidaya tepat guna. Varietas unggul kedelai yang telah dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian selama ini belum semuanya dikenal dan dibudidayakan oleh petani. Varietas Wilis masih mendominasi pertanaman kedelai di Jawa Barat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam penyebaran VUB kedelai adalah mendiseminasikan dan menyediakan benihnya sehingga pada saat petani membutuhkan, benih sudah tersedia. Tujuan kegiatan: 1) Memperoleh benih Varietas Unggul Baru Kedelai Kelas FS (10,3 ton), dan SS (425 ton) dan 2) Mengenalkan dan menyebarkan VUB kedelai di Jawa Barat dalam rangka peningkatan produktivitas dan produksi secara regional. Pengkajian dilaksanakan melalui pendekatan partisipatif (On-Farm Participatory Research/Assessment) dengan karakteristik: dilakukan pada lahan petani, petani terlibat secara aktif sejak perencanaan sampai dengan evaluasi, terdapat keterlibatan (partisipasi) berbagai pemangku kepentingan lain (stakeholders) seperti dinas pertanian, BPSBTPH dan pemerintah daerah setempat. Kegiatan perbanyakan benih sumber kedelai dilaksanakan secara partisipatif di lahan petani di Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Majalengka, dimulai pada bulan Januari sampai dengan Desember 2014. Hasil kegiatan, yaitu: 1) Kegiatan produksi benih sumber kedelai dilaksanakan di dua Kabupaten, yaitu Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Majalengka, 2) Varietas kedelai yang diperbanyak terdiri dari 6 varietas yaitu Wilis, Kaba, Burangrang, Anjasmoro, Grobogan, dan Gema, 3) Produksi benih yang dihasilkan adalah kelas benih FS sebanyak 14,920 ton (Gema = 0,96 ton, Kaba = 9,6 ton, Wilis = 4,36 ton) dan kelas benih SS sebanyak 187,76 ton (Anjasmoro = 45,971 ton, Burangrang = 25,226 ton, Grobogan = 87,053 ton, Kaba = 3,7 ton, Wilis = 25,81 ton), 4) Realisasi produksi benih kedelai kelas FS melebihi target yang telah ditetapkan yaitu 144,85% sedangkan untuk kelas benih SS hanya dapat memenuhi target sebesar 46,56%. Hal tersebut diakibatkan terutama oleh terjadinya kekeringan pada lahan produksi di Kabupaten Indramayu (200 ha) yang menyebabkan produksi tidak optimal, 5) Sebanyak 120,948 ton benih sumber kedelai terdistribusi ke beberapa kabupaten di Jawa Barat dan Provinsi Banten, baik secara komersial maupun non komersial, dan 6) Jumlah penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari komersialisasi benih sumber kedelai sampai dengan bulan Desember 2014 mencapai Rp. 467.260.000,-.

Laporan Tahunan BPTP Jawa Barat-2014| 98

BAB - 4 P E N U T U P

Uraian pada Bab-Bab sebelumnya menggambarkan banyak sekali yang dilakukan oleh BPTP Jawa Barat pada tahun 2014. Baik kelembagaannya sendiri maupun hasil pengkajian dan diseminasi dapat dimanfaatkan untuk didayagunakan menjadi suatu pendorong bagi pembangunan pertanian di Jawa Barat.

Tidak kurang dari 10 teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi yang dihasilkan oleh BPTP Jawa Barat dalam setahun, teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi yang dihasilkan tersebut akan bermanfaat bilamana para pihak yang berkepentingan turut serta dalam pengembangannya secara difusi maupun adopsi.

Upaya BPTP Jawa Barat tidak akan berhenti pada satusnya sebagai penghasil teknologi saja namun akan berperan lebih jauh sebagai intermediator dalam penerapan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi di lapangan. Hal ini dilakukan karena agar teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi yang dihasilkan benar-benar dikuasai oleh petani dan dapat dirasakan keuntungan serta menfaatnya.