BAB I PENDAHULUAN -...

20
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan Industri biofuel yang terjadi lima tahun terakhir pada dasarnya dipicu oleh tiga hal penting, yaitu ketahanan energi, perubahan iklim dan pengembangan perdesaan. Pertumbuhan industri bahan bakar nabati tersebut ternyata membuka peluang bisnis sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1.1. Gambar 1.1. Pemicu Pertumbuhan Industri Biofuel Ketahanan energi menjadi perhatian penting terutama didorong oleh semakin mahalnya harga-harga energi akibat pertumbuhan ekonomi dunia dan menurunnya kemampuan pasok energi-energi konvensional. Perubahan iklim yang disebabkan oleh emisi gas rumah kaca, terutama karena penggunaan energi fosil mendorong penggunaan energi-energi hijau yang relatif lebih baik dalam hal dampak terhadap lingkungan. Pengembangan perdesaan mengacu kepada pembangunan pertanian yang banyak melibatkan kawasan dan penduduk perdesaan untuk perbaikan taraf ekonomi dan sosial. Meskipun demikian, pengembangan industri biofuel harus memperhatikan kesinambungan (sustainability) aspek-aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial dengan banyak variabel-variabel seperti diperlihatkan pada Gambar 1.2. Pemicu Pertumbuhan Biofuel Ketahanan Energi Perubahan Iklim Pengembangan Pedesaan Peluang Bisnis

Transcript of BAB I PENDAHULUAN -...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - repository.sb.ipb.ac.idrepository.sb.ipb.ac.id/1571/5/2DM-05-Hamdan-Pendahuluan.pdf · Pemicu Pertumbuhan Industri Biofuel Ketahanan energi menjadi perhatian penting

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan Industri biofuel yang terjadi lima tahun terakhir pada

dasarnya dipicu oleh tiga hal penting, yaitu ketahanan energi, perubahan iklim dan

pengembangan perdesaan. Pertumbuhan industri bahan bakar nabati tersebut

ternyata membuka peluang bisnis sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1. Pemicu Pertumbuhan Industri Biofuel Ketahanan energi menjadi perhatian penting terutama didorong oleh

semakin mahalnya harga-harga energi akibat pertumbuhan ekonomi dunia dan

menurunnya kemampuan pasok energi-energi konvensional. Perubahan iklim

yang disebabkan oleh emisi gas rumah kaca, terutama karena penggunaan energi

fosil mendorong penggunaan energi-energi hijau yang relatif lebih baik dalam

hal dampak terhadap lingkungan. Pengembangan perdesaan mengacu kepada

pembangunan pertanian yang banyak melibatkan kawasan dan penduduk

perdesaan untuk perbaikan taraf ekonomi dan sosial.

Meskipun demikian, pengembangan industri biofuel harus memperhatikan

kesinambungan (sustainability) aspek-aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial

dengan banyak variabel-variabel seperti diperlihatkan pada Gambar 1.2.

PemicuPertumbuhan

Biofuel

Ketahanan

Energi

Perubahan Iklim

Pengembangan

Pedesaan

Peluang Bisnis

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - repository.sb.ipb.ac.idrepository.sb.ipb.ac.id/1571/5/2DM-05-Hamdan-Pendahuluan.pdf · Pemicu Pertumbuhan Industri Biofuel Ketahanan energi menjadi perhatian penting

2

Gambar 1.2. Kesinambungan Industri

Pada aspek ketahanan energi, b

terhadap permasalahan pasokan energi pada satu sisi dan kebutuhan energi yang

terus meningkat pada sisi lainnya

harga energi semakin mahal.

Harga minyak bumi misalnya

2008, batubara untuk pembangkit listrik menyentuh harga $14

harga impor gas bumi mencapai $6/mmbtu,

Gambar 1.3, 1.4, dan 1.5.

Untuk konteks Indonesia misalnya,

minyak, gas bumi dan batubara masing

TSCF, dan 21 miliar ton. Dengan laju produksi sebesar

TSCF/tahun dan 254 juta ton/tahun, maka ketersediaan

alam dan batubara berturut-

2010). Oleh karena itu pemenuhan kebutuhan energi alternatif, antara lain

bakar nabati, termasuk biodiesel

Tabel 1.1.Cadangan

Sumber: Kementerian Energi dan Sumber Daya

2. Kesinambungan Industri Biofuel dan Aspek-aspek Sosial, Lingkungan dan Ekonomi

Pada aspek ketahanan energi, berbagai ragam faktor berkontribusi

terhadap permasalahan pasokan energi pada satu sisi dan kebutuhan energi yang

terus meningkat pada sisi lainnya. Resultan faktor-faktor tersebut mendorong

energi semakin mahal. Saat ini dunia sudah meninggalkan era energi murah.

Harga minyak bumi misalnya, pernah mencapai level US$135/barrel di akhir

2008, batubara untuk pembangkit listrik menyentuh harga $140/ton, sementara

harga impor gas bumi mencapai $6/mmbtu, sebagaimana ditunjukkan pada

Untuk konteks Indonesia misalnya, Tabel 1.1 memperlihatkan

dan batubara masing-masing adalah sebesar 8 miliar barrel,

miliar ton. Dengan laju produksi sebesar 346 juta barel/tahun, 2,9

ta ton/tahun, maka ketersediaan cadangan minyak, gas

-turut adalah 23, 55 dan 83 tahun (Kementerian ESDM,

itu pemenuhan kebutuhan energi alternatif, antara lain

biodiesel menjadi semakin relevan.

Cadangan dan Sisa Umur Energi Fosil Indonesia

Sumber: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2010

aspek Sosial,

erbagai ragam faktor berkontribusi

terhadap permasalahan pasokan energi pada satu sisi dan kebutuhan energi yang

faktor tersebut mendorong

aat ini dunia sudah meninggalkan era energi murah.

pernah mencapai level US$135/barrel di akhir

0/ton, sementara

unjukkan pada

1 memperlihatkan cadangan

masing adalah sebesar 8 miliar barrel, 160

346 juta barel/tahun, 2,9

cadangan minyak, gas

Kementerian ESDM,

itu pemenuhan kebutuhan energi alternatif, antara lain bahan

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - repository.sb.ipb.ac.idrepository.sb.ipb.ac.id/1571/5/2DM-05-Hamdan-Pendahuluan.pdf · Pemicu Pertumbuhan Industri Biofuel Ketahanan energi menjadi perhatian penting

3

Gambar 1.3. Harga Minyak Mentah Spot, $/Barrel Sumber: International Energy Agency (2010)

Gambar 1.4. Harga Batubara Pembangkit Listrik, $/ton

Sumber: International Energy Agency (2010)

Gambar 1.5. Harga Gas Alam, $/mmbtu Sumber: International Energy Agency (2010)

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - repository.sb.ipb.ac.idrepository.sb.ipb.ac.id/1571/5/2DM-05-Hamdan-Pendahuluan.pdf · Pemicu Pertumbuhan Industri Biofuel Ketahanan energi menjadi perhatian penting

4

Pada aspek lingkungan terdapat kesadaran yang semakin tinggi mengenai

adanya perubahan iklim (climate change) yang dapat menimbulkan dampak serius

terhadap pertumbuhan dan pembangunan. Banyak negara dan lembaga

internasional menyadari bahwa biaya untuk menstabilisasi iklim adalah

signifikan. Meskipun demikian aksi yang terlambat dalam mengatasi masalah ini

akan menimbulkan bahaya yang akan jauh lebih mahal. Program aksi untuk

mengatasi masalah perubahan iklim diperlukan secara global. Beberapa opsi

tersedia untuk mengurangi kadar emisi yang memerlukan kebijakan aksi untuk

menstimulasi dan mempercepat pelaksanaannya. Salah satu elemen adalah

perdagangan karbon (Stern, 2007). Perdagangan karbon tersebut diharapkan juga

dapat menstimulasi pengembangan industri bodiesel.

Meskipun demikian, terdapat juga banyak kritik terhadap keberadaan

bahan bakar nabati sebagai energi alternatif. Beberapa isu utama adalah masalah

kompetisi antara pangan (food) dan bahan bakar (fuel), isu pembukaan hutan

untuk memasok bahan baku biofuel, dan isu sustainability dan besaran

kemampuan kontribusi biofuel terhadap bauran energi secara keseluruhan. Isu

kompetisi antara pangan dan energi di tahun 2008 mendorong harga minyak

nabati ke level yang tinggi, misalnya harga CPO menembus level $1000/ton. Hal

tersebut dikaitkan permintaan bahan baku biodiesel, sehingga menyebabkan

kritikan dari industri pangan yang juga menggunakan CPO sebagai bahan baku

(industri minyak goreng, mentega, oleokimia dan lain-lain).

Isu pembukaan lahan hutan untuk perkebunan bahan baku biofuel juga

mendapatkan kritikan yang tajam dari para environmentalist dengan argumen

bagaimana mungkin biofuel diposisikan sebagai energi yang ramah lingkungan

tetapi untuk memproduksinya justru merusak lingkungan (Sanusi, 2009). Besaran

kontribusi biofuel terhadap bauran energi secara keseluruhan juga menjadi

pertanyaan mendasar. Besar kebutuhan lahan yang harus dibuka untuk membuat

perkebunan bahan baku biofuel perlu dikaji dan disiapkan. Pemilihan bahan baku

yang terbaik untuk biodiesel juga perlu dikaji. Selain itu, saat ini belum terdapat

peraturan yang dapat dijadikan acuan pembagian bahan baku yang akan

digunakan untuk biodiesel dan bahan makanan. Jika peraturan semacam di atas

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - repository.sb.ipb.ac.idrepository.sb.ipb.ac.id/1571/5/2DM-05-Hamdan-Pendahuluan.pdf · Pemicu Pertumbuhan Industri Biofuel Ketahanan energi menjadi perhatian penting

5

sudah ada, maka konflik mengenai isu lingkungan yang dapat menghambat

perkembangan industri biodiesel dapat diminimalkan.

Biodiesel, perdefinisi adalah mono alkyl ester dari asam lemak jenuh

berantai panjang yang dapat diproduksi dari minyak tumbuhan (vegetable oils),

lemak binatang (animal fats) atau minyak goreng bekas. Biodiesel juga dikenal

sebagai fatty acid methyl ester (FAME) yang diproduksi melalui proses

transesterifikasi, yaitu reaksi trigliserida dengan alkohol untuk membentuk esters

dan gliserol, biasanya dengan tambahan katalis (Frost & Sullivan, 2006).

Pada aspek pasar biodiesel, Uni Eropa merupakan pasar yang relatif paling

berkembang dibandingkan pasar lain. Beberapa hal pendorong utama pasar

(market driver) adalah dorongan untuk relatif menjadi lebih berkecukupan secara

energi (energy self sufficiency), biodiesel menghasilkan polutan yang lebih

rendah, peraturan perundang-undangan mempromosikan penggunaan biodiesel,

harga minyak yang tinggi mendorong industri biodiesel menjadi lebih kompetitif,

biodiesel dapat digunakan dengan infrastruktur dan teknologi kendaraan bermotor

yang ada sehingga penetrasi pasar dapat dilakukan dengan cepat. Meskipun

demikian, dari aspek ketersediaan bahan baku biodiesel, Uni Eropa memiliki

keterbatasan khususnya dalam aspek penyediaan bahan baku biodiesel untuk

mendukung target konsumsi biodiesel ke depan, sehingga kemungkinan besar

memerlukan impor dari kawasan lain, khususnya Asia Pasifik, yang memiliki

keunggulan kompetitif dalam memasok minyak nabati (Frost & Sullivan, 2006).

Negara-negara di Asia Pasifik memiliki peluang yang cukup menarik

untuk memainkan perannya di dalam industri pengolahan biodiesel ke depan.

Indonesia memiliki peluang besar, karena saat ini merupakan produsen CPO

terbesar di dunia dan juga memiliki banyak lahan potensial untuk perkebunan

jarak (Jatropha curcas), alternatif bahan baku biodiesel yang memiliki prospek

baik. Produksi minyak nabati yang terdiri dari kelapa sawit, kedelai, kanola,

bunga matahari, kelapa, dan lain-lainnya, selama dua dekade terakhir, yaitu pada

tahun 1993-2008, dapat dilihat pada Tabel 1.2. Bahkan, sejak tahun 1998,

produksi minyak kelapa sawit telah melampaui produksi minyak kedelai. Selain

itu, produksi minyak sawit selama periode tersebut mengalami pertumbuhan

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - repository.sb.ipb.ac.idrepository.sb.ipb.ac.id/1571/5/2DM-05-Hamdan-Pendahuluan.pdf · Pemicu Pertumbuhan Industri Biofuel Ketahanan energi menjadi perhatian penting

6

tercepat, yaitu sebesar 7,98 persen per tahun atau di atas pertumbuhan rata-rata

minyak nabati dunia sebesar 4,33 persen per tahun (Oil world, 2010).

Tabel 1.2. Pangsa Produksi dan Konsumsi Minyak Nabati Dunia Tahun 1993-2008

No Uraian 1993-1997 1998-2002 2003-2007 2008-2012

I Total Produksi (‘000 ton) 70.788 83.680 95.624 108.512

1 M. Sawit 15.500 20.752. 25.340 29.949

2 M.Kedelai 17.765 19.915. 22.376 25.174

3 M. Kanola 10.121 11.966 12.526 15.517

4 M. Bunga matahari 8.351 9.790 12.526 12.044

5 M. Lainnya 19.039 21.254 22.854 25.825

II Total Konsumsi (‘000 ton) 90.501 104.281 118.061 132.234

1 M. Sawit 15.385 20.021 25.973 29.752

2 M.Kedelai 17.828 20.126 22.313 25.124

3 M. Kanola 10.045 11.783 13.577 15.471

4 M. Bunga matahari 8.326 9.593 10.861 12.033

5 M. Lainnya 38.915 42.755 45.335 49.852

Sumber : diolah dari Oil World, 2010.

Konsumsi minyak sawit dunia yang pesat selama periode tahun 1993 –

2008, seperti ditunjukkan pada Tabel 1.2 dan Tabel 1.3 serta Gambar 1.6

disebabkan oleh beberapa faktor utama. Selain pertumbuhan populasi penduduk

dunia dan permintaan bahan bakar nabati (BBN) mengalami peningkatan, juga

terjadi perubahan perilaku pasar menggantikan minyak kedelai dengan minyak

sawit karena minyak sawit memiliki kelebihan dari segi kesehatan dan nutrisi

dibandingkan minyak non-tropik seperti minyak kedelai dan minyak bunga

matahari. Kelapa sawit dinyatakan memiliki kandungan asam lemak tidak jenuh

tunggal yang tinggi, yang dapat menurunkan total kolesterol dalam darah. Selain

itu minyak sawit memiliki kandungan karoten, vitamin E yang tinggi, antioksidan,

dan bebas dari asam lemak tidak jenuh (Tyson, 2006). Dengan beberapa

keunggulan tersebut maka terjadi peningkatan konsumsi minyak sawit yang pesat

terutama di Eropa. Di Eropa, minyak sawit juga mulai digunakan sebagai bahan

baku biodiesel selain rapeseed karena harganya yang lebih kompetitif (Oil World,

2010).

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - repository.sb.ipb.ac.idrepository.sb.ipb.ac.id/1571/5/2DM-05-Hamdan-Pendahuluan.pdf · Pemicu Pertumbuhan Industri Biofuel Ketahanan energi menjadi perhatian penting

7

Gambar 1.6. Konsumsi Minyak Sawit Dunia (Juta Ton) Sumber: Oil World, 2011

Tabel 1.3. Konsumsi Minyak Nabati dan Lemak Dunia Tahun 1997-2006

1997 17,833 21,446 11,666 9,371 3,092 37,409 100,8171998 17,662 23,602 12,286 8,565 3,167 37,813 103,0951999 19,837 24,480 13,209 9,176 2,707 39,280 108,6892000 21,771 25,135 14,471 9,404 2,962 39,689 113,4322001 23,869 27,508 13,952 8,765 3,467 40,444 118,0052002 25,595 29,964 13,489 7,721 3,291 41,472 121,5322003 28,201 31,246 12,716 8,921 3,322 41,287 125,6932004 30,050 31,163 14,829 9,583 3,054 42,421 131,1002005 33,156 32,879 15,914 9,546 3,047 43,666 138,2082006 36,192 34,670 18,196 10,946 3,047 43,666 146,717

Pertb % 8, 07 5, 28 5, 00 2, 71 0, 30 1, 75 4, 18

TahunKonsumsi Minyak Nabati (000 ton)

Sawit Kedelai RapeseedBunga

MatahariKelapa Lainnya Dunia

Sumber: Oil World (2008)

Menurut Tim Advokasi Minyak Sawit Indonesia-Dewan Minyak Sawit

Indonesisa (TAMSI-DMSI, 2010) kelapa sawit merupakan tanaman yang paling

produktif dalam menghasilkan minyak nabati dengan produksi lebih dari empat

ton minyak per hektar per tahun, dibandingkan dengan produktivitas tanaman-

tanaman minyak nabati lainnya seperti biji kapas (cottonseed), kacang tanah

(peanut), kedelai (soybean), bunga matahari (sunflowerseed), minyak rapak

(rapeseed), dan minyak kelapa (coconut oil) (Gambar 1.10). Hal tersebut dapat

berimplikasi terhadap biaya produksi minyak sawit yang lebih kompetitif

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - repository.sb.ipb.ac.idrepository.sb.ipb.ac.id/1571/5/2DM-05-Hamdan-Pendahuluan.pdf · Pemicu Pertumbuhan Industri Biofuel Ketahanan energi menjadi perhatian penting

8

dibandingkan dengan biaya produksi minyak nabati lainnya.

Gambar 1.7. Perbandingan Konsumsi Minyak Nabati Dunia di Berbagai

Gambar 1.8.

Produktivitas minyak sawit adalah 3,74 ton/ha/tahun

budidaya terbaik memiliki potensi sekitar 6

0,38 ton/ha/tahun, minyak bunga matahari 0,48 ton/ha/tahun dan m

sebesar 0,67 ton/ha/tahun (Oil Worl

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

2004 2005

dibandingkan dengan biaya produksi minyak nabati lainnya.

Perbandingan Konsumsi Minyak Nabati Dunia di Berbagai Sumber : USDA, 2006

Produksi Minyak Sawit Dunia (Juta Ton)

Produktivitas minyak sawit adalah 3,74 ton/ha/tahun, dengan pengelolaan

baik memiliki potensi sekitar 6 ton/ha/tahun. Minyak kedelai hanya

0,38 ton/ha/tahun, minyak bunga matahari 0,48 ton/ha/tahun dan minyak

Oil World, MAKSI, Pusat Data Infosawit, 2010)

27 Negara Eropa 11%

India 10%

Malaysia 9%

Pakistan 5%

Nigeria 3%

Bangladesh 2%

Mesir 3%

Negara lainnya 31%

China 14%

2006 2007 2008 2009 2010

Perbandingan Konsumsi Minyak Nabati Dunia di Berbagai Negara

dengan pengelolaan

ton/ha/tahun. Minyak kedelai hanya

inyak rapak

2010).

27 Negara Eropa 11%

Negara lainnya 31%

2010

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - repository.sb.ipb.ac.idrepository.sb.ipb.ac.id/1571/5/2DM-05-Hamdan-Pendahuluan.pdf · Pemicu Pertumbuhan Industri Biofuel Ketahanan energi menjadi perhatian penting

Gambar 1.9. Perbandingan Minyak

Sumber : Tim Advokasi Minyak Saw

Dari total luas

mencapai 231,9 juta ha, kelapa sawit hanya meliputi

(5,5%) dibandingkan dengan luas areal tanaman k

seperti ditunjukkan pada

Gambar 1.10. Penggunaan Luas Areal Penghasil MinyakNabati di

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

4

Minyak Sawit

3,74

13.29%

30,8 Juta Ha

10.09%

23,4 Juta Ha

9.30%

21,56 Juta Ha

5.52%

12,8 Juta Ha

. Perbandingan Produktivitas beberapa Tanaman inyak Nabati, menurut Produksi Rata-rata per Tahun.

Sumber : Tim Advokasi Minyak Sawit Indonesia-Dewan Minyak Sawit I

(TAMSI-DMSI), 2010

Dari total luas tanaman penghasil minyak nabati utama di dunia yang

231,9 juta ha, kelapa sawit hanya meliputi areal seluas 12,8 juta ha

%) dibandingkan dengan luas areal tanaman kedelai 102,7 juta

pada Gambar 1.10.

. Penggunaan Luas Areal Penghasil MinyakNabati di(TAMSI-DMSI, 2010)

Minyak Sawit Minyak Rapak Minyak Bunga

Matahari

Minyak Kedelai

0,67 0,45 0,38

44.30%

102,8Juta Ha

13.40%

30,8 Juta Ha

5.52%

12,8 Juta Ha

4.10%

9,5 Juta Ha

Kedelai

Rapak

Kapas

Bunga Matahari

Kacang Tanah

Kelapa Sawit

Kelapa

9

anaman Penghasil

ahun.

Dewan Minyak Sawit Indonesia

tanaman penghasil minyak nabati utama di dunia yang

areal seluas 12,8 juta ha

ai 102,7 juta ha (44,3 %)

. Penggunaan Luas Areal Penghasil MinyakNabati di Dunia

Minyak Kedelai

0,38

Kedelai

Rapak

Kapas

Bunga Matahari

Kacang Tanah

Kelapa Sawit

Kelapa

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - repository.sb.ipb.ac.idrepository.sb.ipb.ac.id/1571/5/2DM-05-Hamdan-Pendahuluan.pdf · Pemicu Pertumbuhan Industri Biofuel Ketahanan energi menjadi perhatian penting

10

Peningkatan produksi biodiesel di Indonesia cukup didukung dengan baik

oleh pemerintah. Hal tersebut sejalan dengan perubahan paradigma penyediaan

dan pemanfaatan energi nasional dari berbasis manajemen sisi penawaran saja ke

manajemen berbasis sisi permintaan seperti ditunjukkan pada Gambar 1.11 dan

1.12. Perubahan paradigma dari sebelumnya penyediaan energi fosil dengan biaya

berapapun, bahkan disubsidi dengan energi hijau sebagai alternatif menjadi

memaksimalkan pemakaian energi hijau dengan energi fosil sebagai

penyeimbang. Juga otoritas energi yang semula menjadi domain kementerian

Energi dan Sumber Daya Mineral kini juga bersifat lintas sektoral dengan

keterlibatan otoritas sumber daya air, pertanian, kehutanan, kelautan dan

dirgantara.

Gambar 1.11. Sistem Penyediaan dan Pemanfaatan Energi Nasional dengan Pendekatan Manajemen Sisi Penawaran

Sumber: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2011

Salah satu faktor pendorong untuk mengembangkan industri biodiesel bagi

Pemerintah adalah untuk mengurangi besarnya subsidi energi fosil. Selama kurun

waktu satu dekade terakhir, Pemerintah telah mengeluarkan dana sebesar Rp.889

triliun untuk subsidi energi fosil, bahkan pada tahun 2008 nilai subsidi mencapai

Rp.211 triliun (Gambar 1.13). Apabila subsidi tersebut dapat dikurangi atau

dialihkan untuk inovasi energi baru dan terbarukan, maka dana subsidi tersebut

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - repository.sb.ipb.ac.idrepository.sb.ipb.ac.id/1571/5/2DM-05-Hamdan-Pendahuluan.pdf · Pemicu Pertumbuhan Industri Biofuel Ketahanan energi menjadi perhatian penting

11

dapat lebih bermanfaat bagi masyarakat. Pangsa energi baru dan terbarukan yang

meliputi energi air, panas bumi, matahari, bahan bakar nabati, nuklir, laut dalam

bauran energi Indonesia per 2009 baru berkontribusi sebesar 4,07%.

Gambar 1.12. Sistem Penyediaan dan Pemanfaatan Energi Nasional dengan Pendekatan Manajemen Sisi Permintaan

Sumber: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2011

Peraturan Pemerintah No.5/2006 tentang Kebijakan Energi Naasional

(KEN) mentargetkan kontribusi bahan bakar nabati sebesar 5% (255 juta Setara

Barel Minyak) dari total kebutuhan energi primer Indonesia di tahun 2025 (5,1

miliar Setara Barel Minyak). Besaran 255 juta Setara Barel Minyak merupakan

angka yang besar untuk dicapai apalagi mempertimbangkan kemampuan pasokan

BBN yang sebelumnya hampir tidak pernah digunakan di Indonesia. Beberapa

kebijakan dan program telah dikeluarkan dan dijalankan oleh Pemerintah

Indonesia, mulai dengan Instruksi Presiden No. 1 tahun 2006 tentang Penyediaan

dan Pemanfaatan bahan Bakar Nabati sebagai bahan Bakar Lain, pembentukan

Tim Nasional Bahan Bakar nabati yang telah menyelesaikan cetak biru (blue

print) dan peta jalan (roadmap) Pengembangan Bahan Bakar Nabati, sampai

dengan kebijakan peraturan yang lebih teknis sifatnya.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - repository.sb.ipb.ac.idrepository.sb.ipb.ac.id/1571/5/2DM-05-Hamdan-Pendahuluan.pdf · Pemicu Pertumbuhan Industri Biofuel Ketahanan energi menjadi perhatian penting

12

Gambar 1.13. Perkembangan Pangsa Energi Primer dan Subsidi Energi Fosil Sumber: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2011

Sampai saat ini telah dikeluarkan beberapa peraturan pendukung Program

Aksi Energi Alternatif, antara lain: a) PP No.7/2007 tentang Pembebasan Pajak

Barang Modal (termasuk Biofuel), b) Permen ESDM No.051/2006 tentang Izin

Usaha Bahan Bakar Nabati,c) Permen ESDM N0.32/2008 tentang Pentahapan

Kewajiban Minimum Penggunaan Biodiesel, d) SK Menkeu No.117/ 2006

tentang Pemberian Keringanan Bunga Kredit Investasi untuk Bahan Baku Bahan

Bakar Energi, e) Kep. Dirjen Migas No.13483 K/24/DJM/2006 tentang Standar

dan Mutu BBM Jenis Biodiesel, dan f) Keputusan Kepala BSN No.

73/Kep.BSN/2/2006 Tentang Penetapan Standar Biodiesel (SNI No.

047182/2006).

Berdasarkan Peraturan Menteri ESDM 32/2008, pentahapan kewajiban

pemanfaatan biodiesel ditargetkan sebagaimana diperlihatan pada Tabel 1.4.

Target tersebut jelas akan menimbulkan permintaan biodiesel yang cukup

signifikan. Jika konsumsi solar di Indonesia pada tahun 2010 diperkirakan

sejumlah 50 juta kilo liter, maka dengan target rata-rata 3% campuran, maka akan

diperlukan 1,5 juta kilo liter biodiesel.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - repository.sb.ipb.ac.idrepository.sb.ipb.ac.id/1571/5/2DM-05-Hamdan-Pendahuluan.pdf · Pemicu Pertumbuhan Industri Biofuel Ketahanan energi menjadi perhatian penting

13

Tabel 1.4. Pentahapan Kewajiban Minimal Pemanfaatan Biodiesel

Jenis Sektor Okt.-Des.

2008

Januari

2009

Januari

2010

Januari

2015

Januari

2020

Januari

2025

Rumah Tangga - - - - - -

Transportasi PSO 1% 1% 2.5% 5% 10% 20%

Transportasi Non PSO - 1% 3% 7% 10% 20%

Industri dan Komersial 2.5% 2.5% 5% 10% 15% 20%

Pembangkit Listrik 0.1% 0.25% 1% 10% 15% 20%

Sumber: Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No.29/2008

Pada tataran teknis juga telah diatur spesifikasi standar dan mutu biodiesel

100 persen maupun standar dan mutu biosolar yang menggunakan campuran

biodiesel sejumlah 10%. Tabel 1.5 dan 1.6 memperlihatkan standar mutu

biodiesel tersebut.

Tabel 1.5.Standar dan Mutu (Spesifikasi) Biodiesel (B100)

No. Parameter Satuan Nilai Metode Uji

1 Massa jenis pada 40° C Kg/m3 850-890 ASTM D 1298

2 Viskositas kinematik pada 40° C Mm2/s 2,3-6,0 ASTM D 445

3 Angka setana Min. 51 ASTM D 613

4 Titik nyala (mangkok tertutup) ° C Min.100 ASTM D 93

5 Titik kabut ° C Maks. 18 ASTM D 2500

6 Korosi lempeng tembaga (3 jam pada 50° C)

Maks. No.3 ASTM D 130

7 Residu karbon dalam contoh asli, atau dalam 10% ampas distilasi

%-massa Maks. 0,05 Maks. 0,30

ASTM D 4530

8 Air dansedimen %-vol. Maks. 0,05 ASTM D 2709 atau ASTM D 1796

9 Suhu distilasi 90% ° C Maks. 360 ASTM D 1160

10 Abu tersulfatkan %-massa Maks. 0,02 ASTM D 5453 atau ASTM D 1266

11 Belerang mg/kg Maks. 100 AOCS Ca. 12-55

12 Fosfor mg/kg Maks. 10 AOCS Cd. 3d-63 atau ASTM D 664

13 Angka asam

mg KOH/g Maks. 0,8

14 Gliserol bebas %-massa Maks. 0,02 AOCS Ca. 14-56 atau ASTM D 6584

15 Gliserol total %-massa Maks. 0,24 AOCS Ca. 14-56 atau ASTM D 6584

16 Kadar ester alkil %-massa Min 96,5 AOCS Cd. 1-25

17 Angka lodium %-massa Maks. 115 AOCS Cd. 1-25

18 Uji Halphen negatif

Sumber: Keputusan Ketua Badan Standarisasi Nasional No. 04-7182-2006

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - repository.sb.ipb.ac.idrepository.sb.ipb.ac.id/1571/5/2DM-05-Hamdan-Pendahuluan.pdf · Pemicu Pertumbuhan Industri Biofuel Ketahanan energi menjadi perhatian penting

14

Tabel 1.6. Standar dan Mutu (Spesifikasi) Solar (B10)

Sumber: Keputusan Ketua Badan Standarisasi Nasional No. 04-71822006

Gambar 1.14 dan 1.15 menunjukkan road map pemanfaatan bahan bakar

nabati nasional 2005-2025 dan rencana strategis biodiesel dan biooil sampai

dengan tahun 2025. Target 4 juta hektar perkebunan sawit dan 3 juta hektar

perkebunan jarak pagar dengan produksi biodiesel dan biooil sebesar 25 juta ton

per tahun merupakan target yang besar dan memerlukan perencanaan dan

pelaksanaan yang baik. Khusus target produksi biodiesel direncanakan sebesar

10,22 kilo liter per tahun di tahun 2025, suatu angka yang besar untuk dapat

dicapai.

Gambar 1.14. Roadmap Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati 2006-2025 Sumber: Tim Nasional Pengembangan Bahan Bakar Nabati, 2006

No. Parameter Unit SOLAR 51 SOLAR 48 1 Cetane Number/Index > 51,0/48,0 > 48,0/45,0 2 Density @ 15 º C kg/m3 820 - 860 815 - 870 3 Viscosity @ 40 º C mm2/s 2,0 - 4,5 2,0 – 5,0 4 Kandungan Sulfur % m/m < 0,05 < 0,35 5 T90/95 ºC < 340 / < 360 - / < 370 ºC 6 Titik Didih Akhir ºC < 370 - 7 Flash Point ºC > 55,0 > 60,0 8 Pour Point ºC < 18 < 18 9 Carbon Residue % m/m < 0,30 < 0,1 10 Kandungan air mg/kg < 500 < 500 11 Stabilitas Oksidasi g/m3 < 25 - 12 Biological Growth - nihil nihil 13 Kandungan FAME % v/v < 10 < 10 14 Kand. Metanol & Etanol % v/v Non detectable Non detectable 15 Copper corrosion Merit < class 1 < class 1 16 Ash content % m/m < 0,01 < 0,01 17 Kandungan sedimen % m/m < 0,01 < 0,01 18 Bil. Asam Kuat mg KOH/g 0 0 19 Bil. Asam Total mg KOH/g < 0,3 < 0,6 20 Partikulat mg/l < 10 21 Lubrisitas (HFRR scar diameter @ 60 ºC) mikron < 460 - 22 Penampilan Visual Jernih dan terang Jernih dan terang 23 Warna No. ASTM < 1,0 < 3,0

2006-2010 2011-2015 2016-2025

PEMANFAATAN BBN NASIONAL 2006-2025

Pemanfaatan Biodiesel

SebesarKonsumsiSolar 10%

2,41 juta KL

Pemanfaatan Biodiesel

SebesarKonsumsi Solar 15%

4,52 juta KL

Pemanfaatan Biodiesel

SebesarKonsumsiSolar 20%

10,22 juta KL

Pemanfaatan Bioethanol

SebesarKonsumsiSolar 10%

1,48 juta KL

Pemanfaatan Bioethanol

SebesarKonsumsi Solar 10%

2,78 juta KL

Pemanfaatan Bioethanol

SebesarKonsumsiSolar 10%

6,28 juta KL

Pemanfaatan Biokerosene

1 juta KLPemanfaatan Biokerosene

1,8 juta KLPemanfaatan Biokerosene

4,07 juta KL

Pemanfaatan PPO

0,4 juta KLPemanfaatan PPO

0,74 juta KLPemanfaatan PPO

1,69 juta KL

Pemanfaatan Biofuel

Sebesar2% Energy Mix

5,29 juta KL

Pemanfaatan Biofuel

Sebesar 3% Energy Mix

9,84 juta KL

Pemanfaatan Biofuel

Sebesar 5% Energy Mix

22,26 juta KL

BioDIESEL

BioETHANOL

BioOIL

BioKEROSENE

PPOPembangkit Listrik

BioFUEL

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - repository.sb.ipb.ac.idrepository.sb.ipb.ac.id/1571/5/2DM-05-Hamdan-Pendahuluan.pdf · Pemicu Pertumbuhan Industri Biofuel Ketahanan energi menjadi perhatian penting

15

Gambar 1.15. Rencana Strategis Biodiesel dan Biooil 2006- 2025 Sumber: Tim Nasional Pengembangan Bahan Bakar Nabati, 2006

Kebijakan-kebijakan tersebut di atas cukup menarik investor untuk

menanamkan modalnya dalam industri biodiesel. Namun demikian, dalam

implementasinya perlu keseriusan dan komitmen yang tinggi dari pemerintah

sehingga dapat menjamin kesinambungan usaha. Berdasarkan data Asosiasi

Produsen Biofuel Indonesia (APROBI) terdapat 20 perusahaan yang telah

melakukan investasi pada pabrik bahan bakar nabati dengan perkiraan investasi

sebesar USD 2 miliar. Meskipun demikian pada awal tahun 2009, menurut data

APROBI terdapat 18 perusahaan yang menghentikan aktivitas produksinya

karena kombinasi harga bahan baku yang tinggi dan harga jual yang tidak

menguntungkan untuk menjalankan operasi pabrik. Kondisi tersebut menunjukkan

perkembangan yang tidak menggembirakan, sehingga perlu dikaji hal-hal apa

yang menyebabkan kondisi tersebut terjadi dan solusi-solusi apa yang perlu

dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Pada aspek lingkungan

biodiesel adalah produk ramah lingkungan, namun dari aspek ekonomi kurang

menguntungkan bagi pihak penjual, sehingga mengakibatkan produksi biodiesel

masih terbatas. Dengan demikian, perlu dikaji berbagai faktor yang berkaitan

BIODIESEL &

BIOOIL2006 2007 2008 2009 2010 2015 2020 2025

Pasar (% energi

mix nasional,

total BBN)

Ujicoba B5 dan E5

di Jakarta dan

Surabaya

Komersialisaisi

B5, O10 dan O50

B5, O10 dan O50

(1% energi mix)

B10, O10 – O100

(2% energi mix)

B15, O10 – O100

(2% energi mix)

B10, O10 – O100

(3% energi mix)

B10, O10 – O100

(4% energi mix)

B10, O10 – O100

(5% energi mix)

Penyediaan

Lahan (produksi,

ton)

� Inventarisasi

Lahan

� Pembangunan

Pilot Project

� Penetapan

Lahan

� Produksi2,38

jutaton

untuk

Biodiesel dan

Biooil

� 1 juta ha

Sawit dan 1

juta ha jarak

Pagar

� Produksi2,95

juta ton

� 1 juta ha

Sawit dan 1

jutaha jarak

Pagar

� Produksi14,4

jutaton

� 1,5 juta ha

Sawit dan 1,5

juta ha jarak

Pagar

� Produksi14,4

juta ton

� 4 juta ha

Sawit dan 3

juta ha jarak

Pagar

� Produksi16,5

juta ton

� 4 juta ha

Sawit dan 3

juta ha jarak

Pagar

� Produksi20

juta ton

� 4 juta ha

Sawit dan 3

juta ha jarak

Pagar

� Produksi25

juta ton

IndustriHilir

(lokasi)

Pilot Project 10 10 40 100 157 157 170 200

IndustriHulu

(lokasi)

Pilot Project 100 100 12.000 20.000 25.000 45.000 65.000 75.000

Tenaga Terampil

(kumulatif)

100 400 45.000 70.000 86.200 155.000 175.000 175.000

Tenaga Non-

Terampil

(kumulatif)

300 10.000 1.040.000 2.110.000 3.750.000 4.250.000 4.500.000 4.500.000

Program /

langkah

Strategis

� Inpres BBN

� Tim Nasional

� Sertifikasi Bibit

� Penerapan

Lahan

� Penetapan

Lahan

� LS Pro dan

Laboratorium

Uji

� Bibit Unggul

� Sosialisai

� DME

� Khawasan

Khusus BBN

� Sosialisasi

Pendanaan

(IDR, kumulatif)

DIPA

100 M

� DIPA

� Investor

� Green Energy

Fund

75 T 100 T 116,7 T 123,5 T

Regulasi � SNI Biodiesel

� Tata Niaga BBN

� SNI

Bioethanol

� RUU Energi

� SNI Biooil

� Mandatory

B5 untuk

Transportasi

� Mandatory

B10 (10%)

untuk

Transportasi

� Mandatory

B50 (50%)

untuk

Transportasi

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - repository.sb.ipb.ac.idrepository.sb.ipb.ac.id/1571/5/2DM-05-Hamdan-Pendahuluan.pdf · Pemicu Pertumbuhan Industri Biofuel Ketahanan energi menjadi perhatian penting

16

dengah lemahnya kinerja industri biodiesel tersebut untuk pengembangan dan

perbaikan kinerjanya.

Tabel 1.7. Produsen dan Kapasitas Industri Biodiesel Indonesia

No Nama Perusahaan Lokasi Kapasitas

(Ton/Tahun) 1 PT Alia Mada Perkasa Kosambi, Tangerang 11.000 2 PT Anugrah Inti Gemanusa Gresik 40.000

3 PT Bioenergi Pratama Jaya Kab Kutai Timur 6.000 Kab Berau 60.000

4 PT Cemerlang Energi Perkasa Dumai, Riau 400.000 5 PT Damai Sejahtera Sentosa Cooking Rungkut, Surabaya 120.000 6 PT Darmex Biofuel Bekasi 150.000 7 PT Energi Alternatif Jakarta Utara 7.000 8 PT Eternal Buana Chemical Industries Cikupa, Tangerang 40.000 9 PT Eterindo Nusa Graha Gresik 40.000 10 PT Indo Biofuels Energy Merak 60.000 11 PT Multikimia Intipelangi Bekasi 14.000

12 Musim Mas Group Kab Deli Serdang 70.000 Batam 350.000

13 PT Pasadena Biofuels Mandiri Cikarang 10.240 14 PT Pelita Agung Agrindustri Bengkalis, Riau 200.000 15 PT Petro Andalan Nusantara Dumai 150.000 16 PT Primanusa Palma Energi Jakarta Utara 24.000 17 PT Sintong Abadi Kab Asahan, Sumut 35.000 18 PT Sumi Asih Bekasi 100.000 19 PT Wahana Abdi Tritathnika Sejati Cileungsi, Bogor 132.200 20 PT Wilmar Bio Energi Indonesia Dumai 1.050.000 Total 3.069.440

Sumber: APROBI, Fakta Kelapa Sawit Indonesia, 2010

Kombinasi target kontribusi biodiesel sebesar 10,22 juta kilo liter per

tahun, utilisasi kapasitas pabrik-pabrik biodiesel yang rendah saat ini,

kesinambungan pasokan bahan baku biodiesel menimbulkan ketidakpastian yang

tinggi mengenai masa depan industri biodiesel Indonesia. Penelitian ini akan

mengkaji dinamika industri biodiesel Indonesia secara komprehensif dengan

pendekatan sistem dinamik, untuk memahami kondisi-kondisi tersebut dan

memperlihatkan interaksi variabel-variabel dalam sistem tersebut dan disain

intervensi kebijakan yang diperlukan untuk membangun industri biodiesel yang

sehat dan berkelanjutan.

1.2. Rumusan Masalah

Kondisi industri biodiesel di Indonesia yang tidak menentu selama periode

perkembangannya selama ini menggambarkan adanya kompleksitas sistem

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - repository.sb.ipb.ac.idrepository.sb.ipb.ac.id/1571/5/2DM-05-Hamdan-Pendahuluan.pdf · Pemicu Pertumbuhan Industri Biofuel Ketahanan energi menjadi perhatian penting

dinamis yang melibatkan banyak

sistem dan berbagai

mendeskripsikan industri biodiesel, sehing

yang layak secara ekonomis dan berkelanjutan.

kompleksitas mata rantai industri biodiesel dan rumusan masalah penelitian ini.

Dinamika industri biodiesel berbahan baku minyak sawit (

CPO) akan dikaji sebagai acuan dan pembanding dengan dukungan data empiris

terbukti, sementara dinamika industri biodiesel dengan bahan baku minyak jarak

(Crude Jatropha Oil

status aktual terkini.

Gambar Pertanyaan riset :

1. Bagaimana status terkini industri biodiesel Indonesia?

2. Bagaimana ketercapaian kontribusi biodiesel dalam target bauran energi

Indonesia tahun 2025?

dinamis yang melibatkan banyak variabel terkait. Oleh karena itu

sistem dan berbagai variabel yang terkait tersebut perlu dimodelkan untuk

mendeskripsikan industri biodiesel, sehingga dapat dirancang industri biodiesel

yang layak secara ekonomis dan berkelanjutan. Gambar 1.16

kompleksitas mata rantai industri biodiesel dan rumusan masalah penelitian ini.

Dinamika industri biodiesel berbahan baku minyak sawit (Crude

CPO) akan dikaji sebagai acuan dan pembanding dengan dukungan data empiris

terbukti, sementara dinamika industri biodiesel dengan bahan baku minyak jarak

– CJO) merupakan fokus penelitian ini sebagai riset primer

Gambar 1.16. Perumusan Masalah Penelitian

Bagaimana status terkini industri biodiesel Indonesia?

Bagaimana ketercapaian kontribusi biodiesel dalam target bauran energi

Indonesia tahun 2025?

17

terkait. Oleh karena itu kompleksitas

tersebut perlu dimodelkan untuk

ga dapat dirancang industri biodiesel

memperlihatkan

kompleksitas mata rantai industri biodiesel dan rumusan masalah penelitian ini.

Crude Palm Oil –

CPO) akan dikaji sebagai acuan dan pembanding dengan dukungan data empiris

terbukti, sementara dinamika industri biodiesel dengan bahan baku minyak jarak

CJO) merupakan fokus penelitian ini sebagai riset primer

Bagaimana ketercapaian kontribusi biodiesel dalam target bauran energi

Page 18: BAB I PENDAHULUAN - repository.sb.ipb.ac.idrepository.sb.ipb.ac.id/1571/5/2DM-05-Hamdan-Pendahuluan.pdf · Pemicu Pertumbuhan Industri Biofuel Ketahanan energi menjadi perhatian penting

18

3. Kebijakan-kebijakan apa yang seharusnya dilakukan oleh Pemerintah

untuk mencapai target kontribusi biodiesel dalam bauran energi Indonesia

tahun 2025 tersebut?

Dengan konteks tersebut di atas, pertanyaan mengenai masa depan industri

biodiesel di Indonesia menjadi persoalan yang penting untuk diperhatikan.

Penelitian ini berusaha melakukan investigasi status industri dan penggunaan

biodiesel di Indonesia. Kemudian, dengan menggunakan analisis simulasi dengan

sistem dinamik, dicoba untuk ‘memprediksi’ prospek industri biodiesel di

Indonesia ke depan. Dengan memahami kondisi saat ini dan perkiraan masa depan

industri biodiesel di Indonesia, hasil riset diharapkan dapat memberikan

kontribusi mengenai struktur dan perilaku industri biodiesel di Indonesia sehingga

dapat dirancang kebijakan energi terkait yang tepat.

1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini, adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi kondisi aktual (state of the art) industri biodiesel

Indonesia.

2. Membangun model industri biodiesel Indonesia berbahan baku Crude

Palm Oil (CPO) dan Crude Jatropha Oil (CJO) dengan menggunakan

pemodelan sistem dinamik.

3. Menganalisis potensi ketercapaian target kontribusi biodiesel dalam

bauran energi Indonesia 2025.

4. Merumuskan kebijakan-kebijakan yang dapat dilakukan untuk pencapaian

target kontribusi biodiesel dalam bauran energi Indonesia 2025.

1.4. Manfaat Penelitian

a. Merupakan kontribusi pemikiran aplikasi dan bahan akademis teori perumusan

kebijakan dengan menggunakan pendekatan sistem dalam pengembangan

industri biodiesel di Indonesia.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN - repository.sb.ipb.ac.idrepository.sb.ipb.ac.id/1571/5/2DM-05-Hamdan-Pendahuluan.pdf · Pemicu Pertumbuhan Industri Biofuel Ketahanan energi menjadi perhatian penting

19

b. Bagi para pelaku usaha dan institusi pembiayaan akan mendapatkan gambaran

kelayakan usaha biodiesel dengan dinamika variabel dan parameter yang

terlibat sehingga dapat mengembangkan usaha atau pembiayaan dengan

manajemen resiko yang terukur.

c. Bagi pengambil kebijakan akan memberikan masukan kualitatif dan kuantitatif

dalam aspek-aspek pemberian insentif berupa pajak, subsidi bunga kredit,

mekanisme pembentukan harga yang kompetitif, kewajiban penggunaan

biodiesel, pajak lingkungan dan lain-lain.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Meskipun terdapat beberapa jenis bahan bakar nabati, terutama biodiesel

dan bioetanol, penelitian dilakukan pada produksi biodiesel berbasis bahan baku

CPO dan CJO. Secara geografis dan batasan negara, ruang lingkup penelitian

difokuskan pada Indonesia, meskipun tetap memperhatikan lingkungan eksternal

secara regional dan global.

1.6.Kebaruan (Novelty)

Industri biodiesel merupakan sistem industri dengan mata rantai panjang.

Kebijakan pengembangan industri biodiesel yang lintas sektoral dengan

karakteristik variabel-variabel yang saling terkait, adanya umpan balik (feed-

back), faktor penundaan (delay) dan hubungan non-linier antar variabel,

memerlukan pendekatan pemikiran sistemuntuk menghasilkan kebijakan yang

dapat secara efektif mengubah struktur dan mempengaruhi perilaku industri

seperti yang ingin dicapai oleh pengambil kebijakan.

Model Dinamik Industri Biodiesel Indonesia (MDIBI) berbasis CPO dan

CJO yang dihasilkan dari penelitian ini merupakan klaim kebaruan dalam hal

model dan pendekatan pengambilan kebijakan pengembangan industri di

Indonesia. Kebaruan terutama difokuskan pada kondisi aktual perkembangan

bahan baku biodiesel berupa CJO sebagai perspektif bahan baku potensial di masa

depan.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN - repository.sb.ipb.ac.idrepository.sb.ipb.ac.id/1571/5/2DM-05-Hamdan-Pendahuluan.pdf · Pemicu Pertumbuhan Industri Biofuel Ketahanan energi menjadi perhatian penting

Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan MB-IPB