BAB I PENDAHULUAN · Manual adalah Wilayah Kliring dimana penyampaian DKE Debet ... penyelenggaraan...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN · Manual adalah Wilayah Kliring dimana penyampaian DKE Debet ... penyelenggaraan...
Lampiran 7
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana
telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009, Bank Indonesia
mempunyai tugas untuk mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran dalam rangka
mendukung terwujudnya sistem pembayaran yang efisien, cepat, aman dan andal. Adanya
sistem pembayaran yang efisien, cepat, aman, dan andal dimaksudkan untuk mendukung
stabilitas sistem keuangan.
Sehubungan dengan tugas Bank Indonesia dalam bidang sistem pembayaran, Bank Indonesia
telah menyediakan fasilitas Kliring yang merupakan pertukaran data keuangan elektronik
dan/atau warkat antar peserta Kliring baik atas nama peserta maupun atas nama nasabah
yang perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu. Transaksi yang diproses melalui
fasilitas Kliring meliputi transfer debet dan transfer kredit yang disertai dengan pertukaran fisik
warkat, baik Warkat Debet (cek, bilyet giro, nota debet dan lain-lain) maupun warkat kredit
(nota kredit).
Pada perkembangan selanjutnya, sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan sistem
pembayaran yang efisien, cepat, aman dan handal, Bank Indonesia merasa perlu untuk
meningkatkan kualitas penyelenggaraan Kliring melalui pengembangan Sistem Kliring Nasional
Bank Indonesia (SKNBI). Beberapa faktor yang melatarbelakangi perlunya pengembangan
SKNBI adalah sebagai berikut:
1. Transfer Kredit Tanpa Warkat
Saat ini transaksi yang diproses melalui sistem Kliring meliputi transfer debet dan
transfer kredit yang disertai dengan pertukaran fisik warkat, baik warkat debet (cek,
bilyet giro, nota debet dan lain-lain) maupun warkat kredit (nota kredit).
Dalam perkembangannya penggunaan nota kredit untuk transfer dana antar Bank
melalui Kliring dipandang sudah tidak efisien, khususnya terkait dengan biaya
pencetakan warkat dan prosedur pemrosesan warkat itu sendiri. Sementara transfer
dana antar Bank melalui Sistem Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (Sistem BI-
RTGS) yang nilainya lebih besar, telah dilakukan secara paperless. Oleh karena itu perlu
dikembangkan sistem Kliring yang mengakomodir transfer dana antar Bank melalui
Kliring tanpa kewajiban melakukan pertukaran fisik warkat (paperless).
110
Lampiran 7
Dengan adanya pengembangan tersebut, maka mekanisme penyelenggaraan Kliring
yang semula menggabungkan proses antara transfer debet dan transfer kredit perlu
dipisahkan antara Kliring untuk transfer debet (Kliring Debet) yang masih bersifat paper-
based dan Kliring untuk transfer kredit (Kliring Kredit) yang sudah paperless.
2. Kliring Kredit Nasional
Bersamaan dengan penerapan transfer kredit tanpa warkat, penyelenggaraan Kliring
Kredit telah dapat dan akan dilakukan secara nasional yang memungkinkan Peserta
mengirimkan transfer kredit untuk tujuan kantor Bank di seluruh wilayah Indonesia.
3. Kliring Debet
Dalam upaya untuk menghilangkan semaksimal mungkin risiko kredit dalam
penyelenggaraan kliring, maka dalam mekanisme kliring debet, penyelenggara hanya
akan memproses data keuangan elektronik debet yang telah didukung oleh prefund
yang cukup. Dengan demikian, tidak dimungkinkan lagi terjadinya saldo debet peserta
kliring, kecuali untuk Wilayah Kliring yang jadwal Kliring Pengembaliannya dilakukan
pada H+1, masih terdapat potensi terjadinya risiko kredit meskipun sangat kecil.
4. Manajemen Risiko
Berkenaan dengan upaya untuk menerapkan prinsip-prinsip manajemen risiko dalam
penyelenggaraan Kliring yang bersifat multilateral netting sesuai dengan Core Principles
yang dikeluarkan oleh Bank for International Settlement, maka untuk mengantisipasi
kemungkinan kegagalan Peserta dalam memenuhi kewajibannya dalam Penyelesaian
Akhir, telah diterapkan suatu kebijakan baru yang mengharuskan Bank untuk
menyediakan pendanaan awal (prefund) pada setiap awal hari sebelum Kliring Debet
dan Kliring Kredit dimulai. Konsekuensi atas tidak dipenuhinya penyediaan pendanaan
awal (prefund) pada salah satu atau kedua penyelenggaraan Kliring tersebut
menyebabkan seluruh kantor Bank yang menjadi Peserta tidak dapat mengikuti
kegiatan Kliring Debet dan Kliring Kredit pada hari tersebut. Sehubungan dengan
penerapan prinsip-prinsip manajemen risiko ini, maka proses perhitungan dan
Penyelesaian Akhir Kliring Debet dan Kliring Kredit dilakukan secara nasional.
5. Perlindungan Konsumen
Berkenaan dengan upaya menerapkan prinsip-prinsip perlindungan konsumen, maka
perlu diatur mengenai kewajiban dan tanggung jawab Peserta pengirim dan Peserta
penerima dalam mengkliringkan instruksi transfer debet dan transfer kredit yang
111
Lampiran 7
diterima dari nasabahnya serta kewajiban dan tanggung jawab Peserta pengirim dan
Peserta penerima untuk meneruskan dana kepada nasabahnya.
B. Komponen SKNBI
Dengan pengembangan SKNBI, penyelenggaraan Kliring terdiri dari dua sub sistem Kliring
sebagai berikut :
1. Kiring Debet, yang meliputi kegiatan Kliring penyerahan dan Kliring pengembalian, untuk
transfer debet antar Bank yang disertai dengan penyampaian Warkat Debet (cek, bilyet
giro, nota debet dan lain-lain); dan
2. Kliring Kredit untuk transfer kredit antar Bank tanpa disertai penyampaian fisik warkat
(paperless).
Sedangkan secara teknis, SKNBI terdiri dari 3 (tiga) komponen utama sebagai berikut:
1. Sistem Sentral Kliring (SSK) merupakan komponen perangkat keras dan perangkat lunak
yang digunakan oleh Penyelenggara Kliring Nasional (PKN).
2. Komputer Penyelenggara Kliring (KPK) merupakan komponen perangkat keras dan
perangkat lunak yang digunakan oleh Penyelenggara Kliring Lokal (PKL).
3. Terminal Peserta Kliring (TPK) merupakan komponen perangkat keras dan perangkat
lunak yang digunakan oleh Peserta.
C. Implementasi SKNBI
Implementasi perubahan aplikasi SKNBI di seluruh Wilayah Kliring dapat dilakukan secara
bertahap.
D. Pengertian Umum
Dalam ketentuan ini, selain mengacu pada ketentuan umum sebagaimana telah diatur pada
PBI Nomor 7/18/PBI/2005 tanggal 22 Juli 2005 tentang Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia
sebagaimana telah diubah dengan PBI Nomor 12/5/PBI/2010 tanggal 12 Maret 2010 (PBI
SKNBI), pada ketentuan ini yang dimaksud dengan:
1. Kliring adalah pertukaran data keuangan elektronik dan/atau warkat antar peserta
kliring baik atas nama peserta maupun atas nama nasabah yang perhitungannya
diselesaikan pada waktu tertentu.
2. Wilayah Kliring On-line Otomasi adalah Wilayah Kliring dimana penyampaian DKE Debet
dari TPK ke KPK dilakukan secara on-line dan pemilahan Warkat Debet dilakukan secara
otomasi.
112
Lampiran 7
3. Wilayah Kliring Off-line Otomasi adalah Wilayah Kliring dimana penyampaian DKE Debet
dari TPK ke KPK dilakukan secara off-line dan pemilahan Warkat Debet dilakukan secara
otomasi.
4. Wilayah Kliring Off-line Manual adalah Wilayah Kliring dimana penyampaian DKE Debet
dari TPK ke KPK dilakukan secara off-line dan pemilahan Warkat Debet dilakukan secara
manual.
5. Wilayah Kliring On-line Manual adalah Wilayah Kliring dimana penyampaian DKE Debet
dari TPK ke KPK dilakukan secara on-line dan pemilahan Warkat Debet dilakukan secara
manual.
6. Petugas Kliring adalah petugas Peserta yang dapat merupakan petugas internal Peserta
atau petugas Perusahaan Jasa Kurir yang diberi kuasa atau wewenang tertentu oleh
Peserta untuk mewakili Peserta yang bersangkutan dalam melaksanakan kegiatan
SKNBI.
7. Petugas Internal Peserta adalah pegawai Peserta yang ditunjuk oleh Peserta untuk
mewakili Peserta yang bersangkutan dalam penyelenggaraan SKNBI.
8. Petugas Jasa Kurir adalah pegawai Perusahaan Jasa Kurir yang ditunjuk oleh Perusahaan
Jasa Kurir yang diberi kuasa oleh Peserta untuk mewakili Peserta yang bersangkutan
dalam penyelenggaraan SKNBI di Wilayah Kliring On-line Otomasi, Off-line Otomasi, On-
line Manual dan Off -line Manual.
9. Perusahaan Jasa Kurir adalah badan hukum yang memberikan jasa di bidang
penyampaian barang dan atau dokumen.
10. Tanda Pengenal Petugas Kliring, yang selanjutnya disebut TPPK, adalah suatu identitas
yang harus digunakan oleh Petugas Kliring selama mengikuti kegiatan penyelenggaraan
Kliring Debet dan Kliring Kredit di lokasi PKL.
11. Penyelesaian Akhir (settlement) yang selanjutnya disebut Penyelesaian Akhir, adalah
kegiatan pendebetan dan pengkreditan rekening giro Bank di Bank Indonesia yang
dilakukan berdasarkan perhitungan hak dan kewajiban masing-masing Bank yang timbul
dalam penyelenggaraan SKNBI.
12. Penyelesaian Akhir Secara Periodik Kliring Kredit yang selanjutnya disebut Penyelesaian
Akhir Secara Periodik adalah Penyelesaian Akhir yang dilakukan dalam rentang waktu
siklus Kliring Kredit.
113
Lampiran 7
BAB II
PENYELENGGARA
SKNBI diselenggarakan oleh PKN dan PKL. PKN adalah unit kerja yang berada di Kantor Pusat Bank
Indonesia yang bertugas mengelola dan menyelenggarakan SKNBI secara nasional, sementara PKL
adalah unit kerja di Bank Indonesia dan Bank yang memperoleh persetujuan Bank Indonesia untuk
mengelola dan menyelenggarakan SKNBI di suatu Wilayah Kliring tertentu.
A. Tanggung Jawab PKN
Dalam penyelenggaraan SKNBI, PKN melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Menyediakan SSK Utama dan SSK Back-up.
SSK merupakan sistem komputer yang terdiri dari perangkat keras dan perangkat lunak
yang digunakan untuk menyelenggarakan SKNBI secara nasional.
2. Menjamin SSK Utama dan SSK Back-up berfungsi dengan baik.
SSK Utama dan SSK Back-up dikatakan berfungsi dengan baik apabila perangkat keras
dan perangkat lunak di dalamnya dapat digunakan untuk melakukan seluruh fungsi
penyelenggaraan SKNBI secara nasional sepanjang jam operasional penyelenggaraan
SKNBI.
3. Menyediakan JKD Utama dan JKD Back-up dari SSK ke KPK.
Penggunaan JKD dari SSK ke KPK diatur sebagai berikut:
a. JKD yang digunakan dari SSK ke KPK dapat menggunakan jenis koneksi leased line
atau dial-up.
b. Biaya komunikasi atas penggunaan JKD oleh PKL-BI merupakan beban biaya Bank
Indonesia.
4. Menyediakan aplikasi SSK, KPK dan TPK, serta perubahannya.
Dalam hal terjadi perubahan aplikasi KPK dan/atau TPK maka PKN akan memberikan
release aplikasi terbaru beserta pedoman instalasinya kepada seluruh PKL dan Peserta.
5. Memberikan pelayanan kepada Peserta dan PKL dalam penyelenggaraan SKNBI berupa
penyediaan help-desk untuk membantu Peserta dan PKL dalam mengatasi gangguan
teknis dan operasional melalui saluran telepon khusus sepanjang jam operasional SKNBI
dan/atau melalui sarana lainnya. Selain itu, PKN juga memberikan pelayanan kepada
PKL dan Peserta antara lain berupa:
a. registrasi kode mesin KPK dan TPK;
b. pendaftaran user id dan password KPK dan TPK on-line untuk mengakses jaringan
ekstranet Bank Indonesia; dan
114
Lampiran 7
c. mengumumkan informasi penyelenggaraan SKNBI yang mencakup antara lain
pengumuman perubahan jadwal, hari libur bersama dan peniadaan kegiatan
SKNBI.
6. Memiliki Disaster Recovery Plan (DRP) atau Business Continuity Plan (BCP) atas
penyelenggaraan SKNBI dalam kondisi gangguan dan Keadaan Darurat dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Penyusunan DRP atau BCP atas penyelenggaraan SKNBI dalam kondisi gangguan
dan/atau Keadaan Darurat ini dilakukan dengan mengacu pada Bab XII.
b. Dalam penentuan langkah-langkah sebagaimana dimaksud pada huruf a, PKN
memperhatikan situasi dan kondisi spesifik yang terdapat pada penyelenggaraan
SKNBI dengan sejauh mungkin menghindari alternatif penghentian untuk
sementara kegiatan penyelenggaraan SKNBI.
7. Mengetahui adanya potensi risiko SKNBI di sisi PKL dan Peserta, serta memastikan
kepatuhan PKL, Peserta dan calon Peserta terhadap ketentuan yang ditetapkan oleh
PKN dan/atau Perjanjian Penggunaan SKNBI antara PKN dan Peserta.
Dalam rangka untuk mengetahui adanya potensi risiko dan memastikan kepatuhan PKL,
Peserta, dan calon Peserta sebagaimana tersebut di atas, PKN melakukan member
certification yang mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Meminta data kepada PKL, Peserta, dan calon Peserta dengan ketentuan sebagai
berikut:
1) Permintaan data kepada PKL dan Peserta dilakukan dalam rangka
mengetahui informasi antara lain mengenai:
a) potensi risiko operasional yang dapat diketahui antara lain dari
ringkasan hasil pemeriksaan internal Peserta, dan ringkasan hasil
security audit Peserta; dan
b) kepatuhan PKL dan Peserta terhadap ketentuan yang ditetapkan PKN
dan Perjanjian Penggunaan SKNBI.
2) Permintaan data kepada calon Peserta dilakukan dalam rangka
mendapatkan informasi antara lain mengenai kesiapan operasional untuk
menjadi Peserta SKNBI.
3) Permintaan data antara lain dilakukan melalui kuesioner, wawancara,
kunjungan ke lokasi PKL, Peserta atau calon Peserta, dan/atau permintaan
penyampaian laporan hasil pemeriksaan internal PKL atau Peserta dan
security audit PKL atau Peserta.
115
Lampiran 7
Kunjungan ke lokasi PKL, Peserta, dan calon Peserta dapat dilakukan oleh
pihak yang ditunjuk oleh PKN.
b. Melakukan analisis atas:
1) Data yang telah disampaikan oleh PKL, Peserta, dan calon Peserta
sebagaimana dimaksud dalam butir a.1); dan
2) Kebijakan dan Prosedur Tertulis (KPT) yang disampaikan oleh PKL Selain BI
dan Peserta.
8. Menyediakan fasilitas lainnya yang ditetapkan Bank Indonesia yang mendukung
kelancaran penyelenggaraan SKNBI.
9. Menyusun KPT dan melakukan security audit terhadap SKNBI dan jaringan terkait.
10. Menyampaikan KPT, Laporan Hasil security audit, Laporan Hasil Pemeriksaan Internal,
dan Laporan Penyelenggaraan SKNBI lainnya kepada unit kerja Pengawasan Sistem
Pembayaran di Bank Indonesia.
B. Tanggung Jawab PKL
Dalam penyelenggaraan SKNBI, PKL melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Menyediakan perangkat keras KPK untuk KPK Utama dan KPK Back-up.
KPK merupakan sistem komputer yang terdiri dari perangkat keras dan perangkat lunak
yang terhubung dengan SSK secara on-line dan digunakan oleh PKL untuk
menyelenggarakan SKNBI di suatu Wilayah Kliring. Pengadaan KPK diatur sebagai
berikut:
a. Pengadaan perangkat keras dan operating system KPK Utama dan KPK Back-up
untuk PKL Selain BI dilakukan oleh dan atas beban biaya PKL Selain BI tersebut.
Spesifikasi minimum perangkat keras dan operating system untuk KPK
sebagaimana tercantum dalam Lampiran 2.1.
b. Pengadaan perangkat lunak aplikasi KPK disediakan oleh Bank Indonesia.
2. Menyediakan fasilitas penyelenggaraan SKNBI.
Fasilitas penyelenggaraan SKNBI yang harus disediakan oleh PKL meliputi:
a. printer dengan spesifikasi paling rendah sebagaimana tercantum dalam Lampiran
2.1;
b. mesin penera waktu (time stamp machine);
c. jaringan dan peralatan komunikasi berupa pesawat telepon dan faksimili serta
JKD Utama dan JKD Back-up dari KPK ke SSK. Khusus untuk PKL selain BI,
penetapan jenis koneksi JKD di suatu Wilayah Kliring dilakukan dengan
pertimbangan sebagai berikut:
116
Lampiran 7
1) jumlah Peserta;
2) volume transaksi; dan
3) ketersediaan infrastruktur penyedia JKD;
d. fasilitas penyelenggaraan SKNBI lainnya, khusus untuk Wilayah Kliring On-line
Otomasi dan Wilayah Kliring Off-line Otomasi, antara lain meliputi:
1) mesin baca pilah (reader sorter);
2) terminal reject re-entry;
3) mesin reader endoser dan aplikasi pay in slip;
4) loket penerimaan Warkat Debet; dan
5) sarana pengarsipan;
6) Dihapus;
e. fasilitas penyelenggaraan SKNBI lainnya, khusus untuk Wilayah Kliring On-line
Manual dan Off-line Manual, antara lain meliputi:
1) ruangan dan fasilitas pendukung untuk pertemuan Peserta antara lain
berupa meja dan kursi;
2) daftar hadir;
3) papan nama Peserta; dan
4) sarana pengarsipan.
3. Sebelum mengoperasikan KPK, PKL harus melakukan aktivasi KPK dengan tata cara
sebagai berikut:
a. melakukan instalasi aplikasi KPK dengan mengisi serial number aplikasi KPK.
Setelah dilakukan instalasi, secara otomatis aplikasi KPK akan mengeluarkan kode
mesin untuk masing-masing KPK yang di-install. Instalasi aplikasi KPK dilakukan
untuk sekurang-kurangnya 1 (satu) KPK Utama dan 1 (satu) KPK Back-up;
b. menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada PKN mengenai kode mesin
dari hasil instalasi aplikasi pada setiap KPK sebagaimana dimaksud pada huruf a
untuk dilakukan registrasi oleh PKN;
c. menerima dari PKN hal-hal sebagai berikut:
1) kode registrasi;
2) master key;
3) security key;
4) sandi terminal;
5) password untuk login ke SSK (hanya diberikan kepada calon Peserta yang
d. fasilitas …
117
Lampiran 7
akan menggunakan TPK on-line);
6) alamat URL;
7) user id dan password untuk mengakses jaringan ekstranet Bank Indonesia,
hanya diberikan kepada calon Peserta yang akan menggunakan TPK on-
line melalui Virtual Private Network (VPN) Dial; dan
8) password default admin1 dan admin2;
d. melakukan setting konfigurasi pada KPK sesuai dengan Buku Pedoman KPK
setelah menerima pemberitahuan tertulis dari PKN sebagaimana dimaksud pada
huruf c;
e. mengelola user aplikasi KPK meliputi pendaftaran, perubahan dan penghapusan
petugas-petugas yang ditunjuk dan menentukan kewenangan untuk
mengoperasikan berbagai fungsi di aplikasi KPK. Apabila password admin1 dan
admin2 tidak dapat digunakan maka PKL harus melakukan reset password dengan
ketentuan sebagai berikut:
1) Mengajukan permohonan reset password secara tertulis kepada PKN
dengan mengiformasikan hal-hal sebagai berikut:
a) sandi terminal Kliring;
b) sandi Kliring;
c) master key; dan
d) nama pejabat yang melakukan reset password, yang disampaikan
melalui faksimili dan ditandatangani oleh pejabat yang berwenang.
2) Berdasarkan permohonan reset password sebagaimana dimaksud pada
angka 1), Helpdesk PKN akan memberitahukan langkah-langkah untuk
melakukan reset password melalui telepon kepada pejabat yang namanya
tercantum dalam surat permohonan.
4. Menjamin KPK Utama dan KPK Back-up serta sarana fasilitas pendukung
penyelenggaraan SKNBI lainnya berfungsi dengan baik.
KPK Utama dan KPK Back-up dikatakan berfungsi dengan baik apabila perangkat keras
dan perangkat lunak di dalamnya dapat digunakan untuk melakukan seluruh fungsi
penyelenggaraan SKNBI dalam rentang waktu jam operasional penyelenggaraan SKNBI.
5. Dalam rangka menjamin KPK Utama dan KPK Back-up agar berfungsi dengan baik
sebagaimana dimaksud pada angka 4, PKL melakukan back-up dan penghapusan data
KPK dengan tata cara sebagai berikut:
a. melakukan back-up data KPK ke dalam media rekam data elektronis paling lambat
118
Lampiran 7
5 (lima) hari kerja setiap awal bulan berikutnya;
b. menyimpan media rekam data elektronis sebagaimana dimaksud pada huruf a
dalam tempat yang aman, terjaga kebersihannya, serta jauh dari peralatan yang
mengandung magnet; dan
c. melakukan penghapusan data KPK yang telah melewati jadwal retensi, yaitu 3
(tiga) bulan.
Kegiatan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf c mengacu pada Buku
Pedoman KPK.
6. Memberikan pelayanan kepada Peserta dalam penyelenggaraan SKNBI di Wilayah
Kliring yang bersangkutan antara lain untuk membantu Peserta dalam mengatasi
gangguan teknis dan operasional melalui saluran telepon khusus sepanjang jam
operasional SKNBI dan/atau melalui sarana lainnya.
7. Melakukan pengamanan dalam penyelenggaraan SKNBI untuk mencegah terjadinya
manipulasi.
Pengamanan tersebut antara lain meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. menggunakan KPK sesuai dengan Buku Pedoman Operasional KPK yang
dikeluarkan oleh Bank Indonesia secara terpisah dari Surat Edaran Bank
Indonesia ini;
b. tidak meng-install aplikasi selain aplikasi KPK dan aplikasi pendukung pada KPK
Utama dan KPK Back-up;
c. tidak melakukan perubahan dalam bentuk dan cara apapun terhadap aplikasi
KPK;
d. menggunakan kode registrasi, user id dan password aplikasi KPK, user id dan
password untuk mengakses jaringan ekstranet Bank Indonesia (khusus JKD yang
menggunakan VPN dial), sandi terminal, password log in SSK, private key dan
master key dalam mengoperasikan KPK secara benar dan bertanggung jawab;
e. User id dan password aplikasi KPK, user id dan password untuk mengakses
jaringan ekstranet Bank Indonesia (khusus JKD yang menggunakan VPN dial),
password login SSK, dalam mengoperasikan KPK hanya diberikan kepada petugas
yang berwenang;
f. menempatkan server KPK Utama dan KPK Back-up pada ruangan khusus yang
terpisah dengan ruang operasional SKNBI. Ruangan khusus tersebut harus
dilengkapi pengamanan yang memadai antara lain meliputi:
1) akses masuk harus dibatasi;
119
Lampiran 7
2) temperatur, kelembaban, dan tegangan listrik yang memenuhi spesifikasi
server KPK Utama dan KPK Back-up;
3) peralatan Uninterrupted Power Supply (UPS); dan
4) perlengkapan pemadam kebakaran;
g. menatausahakan dokumen penting KPK seperti serial number aplikasi KPK,
master key, private key, sandi terminal, kode registrasi, serta user id dan
password VPN Dial di tempat yang terkunci dan hanya dapat diakses oleh pihak
yang berwenang.
8. Menjaga kerahasiaan data yang berkaitan dengan penyelenggaraan SKNBI. Dalam hal
ini data yang wajib dijaga kerahasiaannya meliputi seluruh data transaksi Kliring Debet
dan Kliring Kredit serta laporan-laporan hasil perhitungan Kliring Debet dan Kliring
Kredit.
9. Memiliki DRP atau BCP atas penyelenggaraan SKNBI dalam kondisi gangguan dan/atau
Keadaan Darurat dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Penyusunan DRP atau BCP atas penyelenggaraan SKNBI dalam kondisi gangguan
dan/atau Keadaan Darurat ini dilakukan dengan mengacu pada ketentuan Bank
Indonesia yang mengatur mengenai SKNBI.
b. Dalam penentuan langkah-langkah DRP dan BCP, PKL memperhatikan situasi dan
kondisi spesifik di Wilayah Kliring yang bersangkutan dengan sejauh mungkin
menghindari alternatif penghentian sementara kegiatan SKNBI di Wilayah Kliring
yang bersangkutan.
10. Menyampaikan laporan terkait dengan penyelenggaraan SKNBI kepada PKN dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Laporan yang disampaikan kepada PKN, antara lain dalam hal terjadi hal-hal
sebagai berikut:
1) peniadaan penyelenggaraan SKNBI di Wilayah Kliring yang bersangkutan
karena adanya kondisi gangguan dan Keadaan Darurat atau hari libur yang
berlaku setempat;
2) adanya perubahan jadwal Kliring Debet di Wilayah Kliring yang
bersangkutan;
3) adanya perselisihan antar Peserta yang berkaitan dengan perhitungan DKE
Debet atau Warkat Debet; dan/atau
4) adanya kasus pidana atau perdata yang berkaitan dengan
penyelenggaraan SKNBI di Wilayah Kliring yang bersangkutan yang
120
Lampiran 7
diketahui PKL.
b. Laporan sebagaimana dimaksud pada huruf a disampaikan secara tertulis oleh
PKL kepada Bagian Penyelenggaraan Setelmen c.q. PKN – Direktorat Akunting
dan Sistem Pembayaran, Bank Indonesia, Gedung D Lantai 3, Jalan MH. Thamrin
No. 2 Jakarta 10350, dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Untuk peniadaan penyelenggaraan SKNBI, laporan disampaikan segera
setelah adanya kondisi gangguan dan Keadaan Darurat atau paling lambat
3 (tiga) hari kerja sebelum hari libur yang berlaku setempat.
2) Untuk perubahan jadwal Kliring Debet, laporan disampaikan paling lambat
5 (lima) hari kerja sebelum berlakunya perubahan jadwal.
3) Untuk perselisihan antar Peserta, laporan disampaikan segera setelah
diketahuinya perselisihan yang berkaitan dengan perhitungan DKE Debet
atau Warkat Debet.
4) Untuk kasus pidana atau perdata, laporan disampaikan segera setelah
diketahuinya adanya kasus pidana atau perdata.
c. Untuk PKL Selain BI, tembusan laporan sebagaimana dimaksud pada huruf b
disampaikan kepada Kantor Bank Indonesia yang mewilayahi.
11. Melakukan hal-hal lain yang dapat mendukung kelancaran penyelenggaraan SKNBI.
C. Kewajiban dan Tanggung Jawab Lainnya PKL Selain BI
Selain hal-hal sebagaimana dimaksud pada huruf B, PKL Selain BI wajib melakukan hal-hal
sebagai berikut:
1. Menyusun KPT mengenai penyelenggaraan SKNBI dengan mengacu pada ketentuan
Surat Edaran ini yang paling kurang memuat materi sesuai “Pedoman Penyusunan
Kebijakan dan Prosedur Tertulis oleh PKL Selain BI” sebagaimana tercantum dalam
Lampiran 2.2.
2. KPT mengenai penyelenggaraan SKNBI adalah aturan tertulis yang ditetapkan direksi
atau pejabat yang berwenang, yang antara lain mengatur pembagian tugas dan
wewenang, mekanisme kerja, pengendalian risiko, responsibilitas, dan akuntabilitas dari
PKL Selain BI sebagai pedoman penyelenggaraan SKNBI.
3. Dalam hal Bank memiliki beberapa kantor yang menjadi PKL Selain BI, penyusunan
KPT harus mencakup kebijakan dan prosedur yang berlaku di seluruh kantornya yang
menjadi PKL Selain BI.
4. Menyampaikan KPT mengenai penyelenggaraan SKNBI sebagaimana dimaksud pada
angka 1 dan setiap perubahannya kepada PKN.
121
Lampiran 7
5. Laporan mengenai KPT oleh PKL Selain BI dimaksudkan sebagai sarana bagi PKN dalam
rangka pelaksanaan member certification.
6. Dalam hal Bank memiliki beberapa kantor yang menjadi PKL Selain BI, maka KPT yang
disampaikan kepada PKN hanya 1 (satu) laporan KPT yang berlaku di seluruh kantor
yang menjadi PKL Selain BI.
7. Menyampaikan KPT paling lambat 1 (satu) tahun sejak tanggal persetujuan sebagai
PKL Selain BI.
8. Menyampaikan setiap perubahan KPT paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak
terjadinya perubahan. Perubahan yang wajib disampaikan adalah perubahan yang
mendasar terhadap operasional PKL Selain BI dalam penyelenggaraan SKNBI.
9. Menyampaikan KPT serta perubahannya dengan surat pengantar yang ditandatangani
oleh Direktur Kepatuhan Bank dan disampaikan kepada Bagian Penyelenggaraan
Setelmen c.q. PKN – Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran, Bank Indonesia,
Gedung D Lantai 3, Jalan MH. Thamrin No. 2 Jakarta 10350.
10. Melakukan pemeriksaan internal paling kurang 1 (satu) kali setiap tahun dan
menyampaikan hasil pemeriksaan internal kepada PKN pada saat diminta oleh PKN
bersamaan dengan kegiatan member certification dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Pemeriksaan internal dilakukan oleh satuan kerja audit intern PKL Selain BI
terhadap kepatuhan PKL Selain BI dalam memenuhi ketentuan Bank Indonesia dan
ketentuan internal PKL Selain BI. untuk menjamin kelancaran serta keamanan
pelaksanaan sistem dan prosedur operasional SKNBI oleh PKL Selain BI.
b. Dalam hal Bank memiliki beberapa kantor yang menjadi PKL Selain BI, maka
pemeriksaan internal dilakukan terhadap seluruh kantor Bank yang menjadi PKL
Selain BI.
c. Pemeriksaan internal untuk pertama kali dilakukan paling lambat 1 (satu) tahun
sejak tanggal persetujuan sebagai PKL Selain BI.
d. Pemeriksaan internal wajib dilakukan dengan mengacu pada dan tidak
bertentangan dengan Surat Edaran ini, dan paling kurang mencakup ruang lingkup
pemeriksaan internal sebagaimana diatur dalam Lampiran 2.3.
e. Laporan hasil pemeriksaan internal yang disampaikan kepada PKN merupakan
ringkasan hasil pemeriksaan internal yang dilakukan oleh PKL Selain BI, antara lain
berupa temuan, tanggapan auditee dan rekomendasi hasil pemeriksaan internal.
Penyampaian laporan hasil pemeriksaan internal dilakukan dengan surat pengantar
yang ditandatangani oleh Direktur Kepatuhan kepada:
122
Lampiran 7
Bagian Penyelenggaraan Setelmen
c.q. PKN - Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran
Bank Indonesia
Gedung D Lantai 3
Jalan MH. Thamrin No. 2
Jakarta 10350.
f. Laporan hasil pemeriksaan internal PKL Selain BI sebagaimana dimaksud pada huruf
e, sebagai sarana bagi:
1) manajemen PKL Selain BI, untuk mendapatkan informasi mengenai kualitas
tingkat kepatuhan dalam memenuhi ketentuan, keamanan operasional PKL
Selain BI; dan
2) PKN, untuk mendapatkan informasi dalam rangka pelaksanaan member
certification.
11. Melakukan security audit paling kurang 1 (satu) kali selama menjadi PKL Selain BI, dan
setiap terjadi perubahan dalam sistem teknologi internal PKL Selain BI yang terkait
dengan SKNBI, serta menyampaikan hasil security audit tersebut kepada PKN pada saat
diminta oleh PKN bersamaan dengan kegiatan member certification.
Security audit dilakukan melalui pemeriksaan terhadap keamanan teknologi informasi
internal PKL Selain BI, hubungan (interface) antara aplikasi KPK dengan sistem internal
PKL Selain BI serta kondisi lingkungan PKL Selain BI dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Pelaksanaan security audit dapat dilakukan oleh auditor internal Bank yang
kantornya menjadi PKL Selain BI atau auditor eksternal.
b. Dalam hal Bank memiliki beberapa kantor yang menjadi PKL Selain BI, security
audit dilakukan terhadap seluruh kantornya yang menjadi PKL Selain BI.
c. Pelaksanaan security audit untuk pertama kali dilakukan paling lambat 1 (satu)
tahun sejak tanggal persetujuan sebagai PKL Selain BI. Pemeriksaan selanjutnya
dilakukan apabila terjadi perubahan dalam sistem teknologi informasi internal PKL
Selain BI yang terkait dengan operasional penyelenggaraan SKNBI.
d. Security audit wajib dilakukan dengan mengacu pada dan tidak bertentangan
dengan Surat Edaran ini dan paling kurang mencakup ruang lingkup security audit
sebagaimana diatur dalam Lampiran 2.4.
e. Laporan hasil security audit yang disampaikan kepada PKN merupakan ringkasan
hasil security audit yang dilakukan oleh PKL Selain BI, antara lain berupa temuan,
123
Lampiran 7
tanggapan auditee dan rekomendasi hasil security audit. Penyampaian laporan
hasil security audit dilakukan dengan surat pengantar yang ditandatangani oleh
Direktur Kepatuhan kepada Bagian Penyelenggaraan Setelmen, c.q. PKN -
Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran, Bank Indonesia, Gedung D Lantai 3,
Jalan MH. Thamrin No. 2, Jakarta 10350.
f. Laporan hasil security audit sebagaimana dimaksud pada huruf e, sebagai sarana
bagi:
1) Manajemen PKL Selain BI, untuk mendapatkan informasi mengenai kualitas
tingkat kepatuhan dalam memenuhi ketentuan, keamanan operasional PKL
Selain BI; dan
2) PKN, untuk mendapatkan informasi dalam rangka pelaksanaan member
certification.
124
Lampiran 7
BAB III
KEPESERTAAN
Setiap Bank dapat menjadi Peserta dalam penyelenggaraan SKNBI di suatu Wilayah Kliring.
A. Persyaratan Menjadi Peserta
Persyaratan untuk menjadi Peserta diatur sebagai berikut:
1. Izin dan Status Kantor Bank
Kantor Bank yang dapat menjadi Peserta di suatu Wilayah Kliring adalah kantor Bank
yang telah memperoleh izin usaha atau izin pembukaan kantor dari Bank Indonesia
sebagai berikut:
a. kantor pusat Bank;
b. kantor cabang dan kantor di bawah kantor cabang sampai dengan kantor kas,
baik konvensional maupun syariah, dari suatu Bank yang kantor pusatnya
berkedudukan di dalam negeri; dan
c. kantor cabang dan kantor di bawah kantor cabang sampai dengan kantor kas,
baik konvensional maupun syariah, dari suatu Bank yang kantor pusatnya
berkedudukan di luar negeri.
2. Lokasi Kantor Bank
Lokasi kantor Bank memungkinkan kantor Bank tersebut untuk mengikuti
penyelenggaraan SKNBI di lokasi PKL secara tertib sesuai jadwal yang ditetapkan.
Berdasarkan lokasi kantor Bank terhadap lokasi PKL, Bank dapat memilih keikutsertaan
salah satu kantornya sebagaimana dimaksud dalam angka 1 di Wilayah Kliring yang
terdekat. Dalam hal ini kantor di bawah kantor cabang dapat menjadi Peserta di
Wilayah Kliring yang berbeda dengan Wilayah Kliring kantor cabang induknya.
3. Perjanjian Penggunaan SKNBI
Bank telah menandatangani perjanjian penggunaan SKNBI antara Bank Indonesia
dengan Bank sebagai Peserta.
4. Perangkat Kliring
Kantor Bank yang akan menjadi Peserta menyediakan perangkat Kliring sebagai berikut:
a. perangkat keras untuk TPK Utama dan TPK Back-up, yang sekurang-kurangnya
memenuhi spesifikasi sebagaimana tercantum dalam Lampiran 3.1;
b. JKD Utama dan JKD Back-up, bagi kantor Bank yang akan menggunakan TPK on-
line; dan
c. Stempel Kliring dan Stempel Kliring Dibatalkan sesuai dengan contoh format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran 3.2.
125
Lampiran 7
Persyaratan penyediaan perangkat Kliring sebagaimana dimaksud pada huruf a dan
huruf b wajib dipenuhi sesuai dengan ketentuan dalam butir A.1 dan butir A.2 pada Bab
IV mengenai Kewajiban dan Tanggung Jawab Bank sebagai Peserta.
B. Ketentuan Umum Pendaftaran Menjadi Peserta
1. Pendaftaran untuk menjadi Peserta meliputi:
a. pendaftaran untuk pertama kali bagi Bank baru yang belum terdaftar sebagai
Peserta;
b. pendaftaran untuk penambahan kantor Bank sebagai Peserta; dan
2. Pendaftaran baik untuk pertama kali bagi Bank baru atau penambahan kantor Bank
untuk menjadi Peserta sebagaimana dimaksud dalam angka 1 diatur sebagai berikut:
a. Untuk Bank Konvensional atau Bank yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah yang kantor pusatnya berkedudukan di dalam negeri,
pendaftaran dilakukan oleh kantor pusat Bank.
b. Untuk Bank yang kantor pusatnya berkedudukan di dalam negeri yang
menjalankan kegiatan usaha secara konvensional dan berdasarkan prinsip syariah
secara bersamaan:
1) pendaftaran untuk seluruh kantor Bank yang menjalankan kegiatan usaha
secara konvensional dilakukan oleh kantor pusat; dan
2) pendaftaran untuk seluruh kantor cabang syariah dan/atau unit syariah
dilakukan oleh UUS.
c. Untuk Bank Konvensional yang kantor pusatnya berkedudukan di luar negeri,
pendaftaran dilakukan oleh kantor cabang.
d. Untuk Bank yang kantor pusatnya berkedudukan di luar negeri yang menjalankan
kegiatan usaha secara konvensional dan berdasarkan prinsip syariah secara
bersamaan:
1) pendaftaran untuk seluruh kantor Bank yang menjalankan kegiatan usaha
secara konvensional dilakukan oleh kantor cabang; dan
2) pendaftaran untuk seluruh kantor cabang pembantu syariah dan/atau unit
syariah dilakukan oleh UUS.
3. Pendaftaran untuk menjadi Peserta sebagaimana dimaksud dalam angka 1 dapat
diajukan untuk kepesertaan satu kantor atau beberapa kantor sekaligus.
C. Tata Cara Pendaftaran Menjadi Peserta
Pendaftaran untuk menjadi Peserta baik untuk pertama kali maupun penambahan kantor
Bank untuk menjadi Peserta di suatu Wilayah Kliring, dilakukan sebagai berikut:
126
Lampiran 7
1. Kantor Bank yang berwenang melakukan pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam
butir B.2 (selanjutnya disebut Bank Pemohon) mengajukan surat permohonan
pendaftaran sesuai dengan contoh surat sebagaimana tercantum dalam Lampiran 3.3
kepada Bagian Penyelenggaraan Setelmen c.q. PKN - Direktorat Akunting dan Sistem
Pembayaran, Bank Indonesia, Gedung D Lantai 3, Jalan MH. Thamrin No. 2 Jakarta
10350, dengan melampirkan dokumen sebagai berikut:
a. daftar nama kantor Bank serta Wilayah Kliring dimana kantor Bank tersebut
didaftarkan sebagai Peserta, dengan contoh format daftar nama kantor Bank
sebagaimana tercantum dalam Lampiran 3.4;
b. fotokopi surat izin usaha Bank dan/atau surat izin pembukaan kantor Bank yang
didaftarkan sebagai Peserta;
c. khusus Bank yang baru pertama kali melakukan pendaftaran kantor Bank sebagai
Peserta, dokumen lainnya yang harus dilampirkan adalah sebagai berikut:
1) formulir data keanggotaan SKNBI yang telah diisi secara lengkap, sesuai
contoh formulir sebagaimana tercantum dalam Lampiran 3.5;
2) daftar nama kantor Bank selain yang didaftarkan sebagai Peserta, yang
dapat menerima transfer masuk (incoming) DKE dalam Kliring Kredit (jika
ada), sesuai dengan contoh format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran 3.6. Penambahan daftar kantor Bank selain Peserta yang dapat
menerima transfer masuk (incoming) DKE kredit dapat dilakukan oleh Bank
setiap saat dengan menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada
PKN dengan melampirkan daftar kantor Bank dimaksud;
3) fotokopi akte pendirian/anggaran dasar Bank dan perubahannya (jika ada)
yang memuat kewenangan dan nama direksi yang berwenang mewakili
Bank;
4) fotokopi surat kuasa (power of attorney) dari kantor pusat Bank, untuk
Bank yang kantor pusatnya berkedudukan di luar negeri;
5) surat kuasa dari direksi yang berwenang kepada pejabat yang mewakili
Bank, jika penandatangan perjanjian tidak dilakukan oleh direksi yang
berwenang;
6) fotokopi surat persetujuan penggunaan Warkat Debet dan Dokumen
Kliring. Berkaitan dengan hal tersebut, terhadap Bank baru yang telah
memperoleh izin prinsip dalam rangka pendirian Bank dapat segera
mengajukan permohonan persetujuan pencetakan Warkat Debet dan
127
Lampiran 7
Dokumen Kliring kepada Bank Indonesia dengan tata cara sebagaimana
diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Warkat
Debet dan Dokumen Kliring serta Pencetakannya pada Perusahaan
Percetakan Warkat dan Dokumen Kliring dalam penyelenggaraan SKNBI.
Pengajuan pencetakan Warkat Debet dan Dokumen Kliring tersebut
dimaksudkan sebagai persiapan, dan baru dapat dimanfaatkan setelah
Bank yang bersangkutan telah memperoleh izin operasional sebagai Bank
dari Bank Indonesia, dan telah terdaftar sebagai Peserta; dan
7) fotokopi surat persetujuan dari Bank Indonesia mengenai pengefektifan
rekening giro Bank di Bank Indonesia, khusus untuk Bank yang baru
pertama kali berdiri.
8) Fotokopi surat pemberitahuan sandi Pelaporan Laporan Bank Umum (LBU)
kantor Bank yang didaftarkan sebagai Peserta. Khusus untuk kantor
dibawah kantor cabang sampai dengan kantor kas, sandi LBU yang
digunakan adalah sandi LBU kantor induknya.
2. Tembusan surat permohonan sebagaimana dimaksud pada angka 1, disampaikan juga
kepada masing-masing PKL dimana kantor Bank didaftarkan sebagai Peserta.
3. Bagian Penyelenggaraan Setelmen c.q. PKN memberitahukan secara tertulis mengenai
keputusan untuk menyetujui atau menolak permohonan kepesertaan kepada Bank
Pemohon dengan tembusan kepada PKL dimana kantor Bank didaftarkan sebagai
Peserta, paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah surat permohonan sebagaimana
dimaksud pada angka 1 diterima secara lengkap.
4. Apabila Bagian Penyelenggaraan Setelmen c.q. PKN menyetujui permohonan
kepesertaan, pemberitahuan secara tertulis sebagaimana dimaksud pada angka 3
antara lain berisikan informasi sebagai berikut:
a. Sandi Kliring untuk masing-masing kantor Bank yang didaftarkan sebagai Peserta;
dan
b. Pemberitahuan kepada Bank Pemohon untuk mengambil:
1) CD Installer, yang berisi aplikasi TPK dan softcopy Buku Pedoman TPK; dan
2) serial number aplikasi, untuk masing-masing kantor Bank yang didaftarkan
sebagai Peserta yang memiliki TPK.
Pengambilan CD installer dan serial number sebagaimana dimaksud pada angka
1) dan 2) hanya dapat dilakukan oleh pimpinan kantor Bank yang bersangkutan.
Dalam hal pimpinan kantor Bank berhalangan, maka pengambilan tersebut dapat
128
Lampiran 7
dilakukan oleh pejabat atau pegawai Bank yang ditunjuk dengan menggunakan
surat kuasa bermeterai cukup dan menggunakan kertas berlogo Bank yang
bersangkutan. Dalam hal Bank Pemohon berkedudukan di luar Jakarta,
pengambilan dapat dilakukan melalui PKL BI di Wilayah Kliring dimana Bank
Pemohon berada.
5. Bank Pemohon selanjutnya melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Melakukan instalasi aplikasi TPK dengan mengisi serial number aplikasi
sebagaimana dimaksud pada butir 4.b.2) untuk seluruh kantor Bank calon
Peserta yang akan menggunakan TPK. Setelah dilakukan instalasi, secara
otomatis aplikasi TPK akan mengeluarkan kode mesin untuk masing-masing TPK
yang di-install. Bagi kantor Bank calon Peserta yang akan menggunakan TPK,
instalasi aplikasi TPK dilakukan untuk sekurang-kurangnya 1 (satu) TPK Utama
dan 1 (satu) TPK Back-up.
b. Memberitahukan secara tertulis kepada Bagian Penyelenggaraan Setelmen c.q.
PKN mengenai:
1) kode mesin dari hasil instalasi aplikasi pada setiap TPK sebagaimana
dimaksud pada huruf a; dan
2) jenis koneksi TPK ke SSK (TPK on-line atau TPK off-line).
Contoh surat pemberitahuan kepada Bagian Penyelenggaraan Setelmen c.q PKN
sebagaimana tercantum dalam Lampiran 3.7.a dan 3.7.b.
6. Berdasarkan informasi tertulis dari Bank Pemohon sebagaimana dimaksud pada butir
5.b, Bagian Penyelenggaraan Setelmen c.q. PKN melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. mendaftarkan kode mesin pada SSK;
b. memberitahukan Bank Pemohon untuk mengambil dokumen sebagai berikut:
1) kode registrasi;
2) master key;
3) security key;
4) sandi terminal;
5) password untuk login ke SSK (hanya diberikan kepada calon Peserta yang
akan menggunakan TPK on-line);
6) alamat URL;
7) user id dan password untuk mengakses jaringan ekstranet Bank Indonesia
(hanya diberikan kepada calon Peserta yang akan menggunakan TPK on-
line melalui VPN Dial); dan
129
Lampiran 7
8) password default admin1 dan admin2
Pengambilan dokumen sebagaimana dimaksud pada huruf b hanya dapat dilakukan
oleh pimpinan kantor Bank yang bersangkutan. Dalam hal pimpinan kantor Bank
berhalangan, maka pengambilan tersebut dapat dilakukan oleh pejabat atau pegawai
Bank yang ditunjuk dengan menggunakan surat kuasa bermeterai cukup dan
menggunakan kertas berlogo Bank yang bersangkutan. Dalam hal Bank Pemohon
berkedudukan di luar Jakarta, pengambilan dapat dilakukan melalui PKL BI di Wilayah
Kliring dimana Bank Pemohon berada.
7. Setelah menerima informasi dari Bagian Penyelenggaraan Setelmen c.q. PKN
sebagaimana dimaksud pada butir 6.b, kantor Bank calon Peserta harus melakukan hal-
hal sebagai berikut:
a. Melakukan setting konfigurasi pada TPK sesuai Buku Pedoman TPK yang
dikeluarkan oleh Bank Indonesia secara terpisah dari Surat Edaran ini.
b. Mengelola user aplikasi TPK meliputi pendaftaran, perubahan dan penghapusan
petugas-petugas yang ditunjuk dan menentukan kewenangan untuk
mengoperasikan berbagai fungsi di aplikasi TPK. Apabila password admin1 dan
admin2 tidak dapat digunakan maka Peserta harus melakukan reset password
dengan sebagai berikut:
1) Mengajukan permohonan reset password secara tertulis kepada PKN dengan
mengiformasikan hal-hal sebagai berikut :
a) Sandi Terminal Kliring;
b) Sandi Kliring;
c) Master Key; dan
d) Nama Pejabat yang melakukan reset password,
yang disampaikan melalui faksimili dan ditandatangani oleh pejabat yang
berwenang.
2) Berdasarkan permohonan reset password sebagaimana dimaksud pada
angka 1), Helpdesk PKN akan memberitahukan langkah-langkah untuk
melakukan reset password melalui telepon kepada Pejabat yang namanya
tercantum dalam surat permohonan.
c. Memberitahukan secara tertulis kepada PKL di Wilayah Kliring yang bersangkutan
mengenai kesiapannya untuk mengikuti kegiatan SKNBI serta permohonan
permintaan Tanda Pengenal Petugas Kliring (TPPK), sesuai dengan contoh surat
sebagaimana tercantum dalam Lampiran 3.8. Pemberitahuan kepada PKL
130
Lampiran 7
tersebut disertai dengan penyampaian contoh Stempel Kliring dan Stempel
Kliring Dibatalkan yang dibubuhkan di atas kertas HVS putih secara jelas.
d. Khusus Bank baru yang belum pernah mendaftar sebagai Peserta,
memberitahukan secara tertulis kepada seluruh Peserta di Wilayah Kliring yang
bersangkutan mengenai spesimen Warkat Debet yang telah memperoleh
persetujuan Bank Indonesia dengan tembusan kepada PKL yang mewilayahi.
8. Setelah menerima pemberitahuan secara tertulis dari kantor Bank calon Peserta
mengenai kesiapan untuk mengikuti kegiatan SKNBI sebagaimana dimaksud dalam butir
7.b, PKL melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Menyiapkan TPPK, sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud pada butir B.2
sampai dengan butir B.5 Bab XI mengenai Perusahaan Jasa Kurir dan Tanda
Pengenal Petugas Kliring.
b. Menetapkan tanggal efektif kepesertaan kantor Bank sebagai Peserta.
c. Memberitahukan secara tertulis kepada kantor Bank calon Peserta dan kepada
Bagian Penyelenggaraan Setelmen c.q. PKN mengenai:
1) tanggal efektif keikutsertaan sebagai Peserta kepada kantor Bank calon
Peserta dan PKN; dan
2) permintaan kepada kantor Bank calon Peserta untuk mengambil TPPK.
Contoh surat pemberitahuan kepada kantor Bank calon Peserta dan PKN
sebagaimana tercantum dalam Lampiran 3.9 dan Lampiran 3.9.a.
9. Peserta mengambil TPPK paling lambat 1 (satu) hari kerja sebelum tanggal efektif
kepesertaan.
10. PKL mengumumkan kepada seluruh Peserta lainnya mengenai keikutsertaan kantor
Bank sebagai Peserta paling lambat 2 (dua) hari kerja sebelum tanggal efektif yang
bersangkutan sebagai Peserta dengan disertai contoh format Stempel Kliring dan
Stempel Kliring Dibatalkan. Pengumuman kepada seluruh Peserta dapat dilakukan
secara tertulis sesuai dengan contoh sebagaimana tercantum dalam Lampiran 3.10 atau
melalui sarana lainnya.
11. Pada tanggal efektif keikutsertaan kantor Bank sebagaimana dimaksud pada angka 10,
Peserta yang menggunakan TPK off-line harus melakukan penyesuaian (updating) tabel
referensi pada aplikasi TPK masing-masing sebelum kegiatan Kliring Debet dan Kliring
Kredit dimulai. Proses updating dilakukan melalui up-load data tabel referensi dari
media rekam data elektronis yang diperoleh dari PKL atau up-load data tabel referensi
melalui kantornya yang menggunakan TPK on-line.
131
Lampiran 7
12. Penandatanganan perjanjian penggunaan SKNBI sebagaimana dimaksud dalam butir
A.3 harus sudah dipenuhi sebelum tanggal efektif sebagai Peserta, dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Kantor yang berwenang melakukan penandatanganan perjanjian adalah sebagai
berikut:
1) Untuk Bank Konvensional, Bank yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah atau Bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional dan berdasarkan prinsip syariah secara bersamaan
yang kantor pusatnya berkedudukan di dalam negeri, penandatanganan
perjanjian dilakukan oleh kantor pusat Bank.
2) Untuk Bank Konvensional atau Bank yang menjalankan kegiatan usaha
secara konvensional dan berdasarkan prinsip syariah secara bersamaan
yang kantor pusatnya berkedudukan di luar negeri, penandatanganan
perjanjian dilakukan oleh kantor cabang.
b. Perjanjian sebagaimana dimaksud pada huruf a ditandatangani oleh:
1) direksi Bank atau pejabat yang berwenang mewakili Bank berdasarkan
akte pendirian/anggaran dasar Bank atau surat kuasa dari direksi, untuk
Bank yang kantor pusatnya berkedudukan di dalam negeri; atau
2) pimpinan kantor cabang yang berwenang mewakili Bank berdasarkan surat
kuasa (power of attorney) dari kantor pusat Bank, untuk Bank yang kantor
pusatnya berkedudukan di luar negeri.
13. Penandatanganan perjanjian penggunaan SKNBI antara Bank Indonesia dengan Bank
Peserta sebagaimana dimaksud dalam angka 12 hanya dilakukan 1 (satu) kali selama
Bank menjadi Peserta SKNBI.
D. Tata Cara Perubahan yang Terkait Dengan Kepesertaan
1. Perubahan Nama Bank
Dalam hal terjadi perubahan nama Bank, diatur ketentuan sebagai berikut:
a. Kantor pusat Bank, atau kantor cabang bagi Bank yang kantor pusatnya
berkedudukan di luar negeri, memberitahukan secara tertulis kepada Bagian
Penyelenggaraan Setelmen c.q. PKN - Direktorat Akunting dan Sistem
Pembayaran, Bank Indonesia, Gedung D Lantai 3, Jalan MH. Thamrin No. 2
Jakarta 10350, segera setelah mendapat surat persetujuan perubahan nama
Bank, dengan melampirkan dokumen sebagai berikut:
1) fotokopi Keputusan Gubernur Bank Indonesia tentang perubahan nama
132
Lampiran 7
Bank; dan
2) daftar kantor Bank dan Wilayah Kliring dimana kantor Bank tersebut
terdaftar sebagai Peserta.
b. Tembusan surat pemberitahuan dan lampiran sebagaimana dimaksud dalam
huruf a, disampaikan juga kepada masing-masing PKL dimana kantor Bank
tersebut terdaftar sebagai Peserta.
c. Bagian Penyelenggaraan Setelmen c.q. PKN menyampaikan pemberitahuan
mengenai tanggal efektif berlakunya nama baru dalam penyelenggaraan SKNBI,
dengan tata cara sebagai berikut:
1) pemberitahuan secara tertulis kepada kantor pusat Bank atau kantor
cabang bagi Bank yang kantor pusatnya berkedudukan di luar negeri, yang
melaporkan perubahan nama sebagaimana dimaksud pada huruf a; dan
2) pemberitahuan melalui sarana lainnya kepada seluruh PKL di Wilayah
Kliring dimana kantor Bank tersebut terdaftar sebagai Peserta,
paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah pemberitahuan tertulis dari Bank
sebagaimana dimaksud dalam huruf a diterima oleh Bagian Penyelenggaraan
Setelmen c.q. PKN secara lengkap dan benar.
d. Seluruh kantor dari Bank yang mengalami perubahan nama dan terdaftar sebagai
Peserta menyampaikan kepada PKL di Wilayah Kliring yang bersangkutan
dokumen-dokumen sebagai berikut:
1) surat permohonan penggantian TPPK; dan
2) contoh Stempel Kliring dan Stempel Kliring Dibatalkan dengan nama baru,
yang dibubuhkan di atas kertas HVS putih secara jelas,
paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sebelum tanggal efektif berlakunya nama baru
dalam penyelenggaraan SKNBI sebagaimana dimaksud pada huruf c.
e. Setelah menerima surat permohonan penggantian TPPK serta contoh Stempel
Kliring dan Stempel Kliring Dibatalkan dari Peserta sebagaimana dimaksud pada
huruf d, PKL melakukan hal-hal sebagai berikut:
1) Menyiapkan TPPK, sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada
butir B.2 sampai dengan B.5 Bab XI mengenai Perusahaan Jasa Kurir dan
Tanda Pengenal Petugas Kliring.
2) Memberitahukan secara tertulis kepada Peserta untuk mengambil TPPK
yang baru serta mengembalikan TPPK yang lama, paling lambat 2 (dua)
hari kerja setelah menerima surat permohonan penggantian TPPK
133
Lampiran 7
sebagaimana dimaksud dalam butir d.1).
f. Peserta mengambil TPPK yang baru paling lambat 1 (satu) hari kerja sebelum
tanggal efektif berlakunya nama baru dalam penyelenggaraan SKNBI dan
mengembalikan TPPK yang lama kepada PKL.
g. Selama PKL belum dapat memberikan TPPK baru, Peserta dapat menggunakan:
1) TPPK lama; dan
2) fotokopi surat permohonan penggantian TPPK yang dilegalisir oleh PKL.
Legalisasi tersebut dilakukan dengan cara membubuhkan stempel PKL dan
tanda tangan pejabat PKL.
h. PKL mengumumkan kepada seluruh Peserta lainnya di Wilayah Kliring yang
bersangkutan mengenai adanya perubahan nama Peserta, paling lambat 2 (dua)
hari kerja sebelum tanggal efektif berlakunya nama baru dalam penyelenggaraan
SKNBI, beserta contoh perubahan Stempel Kliring dan Stempel Kliring Dibatalkan.
Pengumuman tersebut dapat dilakukan secara tertulis atau melalui sarana
lainnya.
i. Pada tanggal efektif perubahan nama Bank sebagaimana dimaksud pada huruf h,
Peserta yang menggunakan TPK off-line harus melakukan penyesuaian (updating)
tabel referensi pada aplikasi TPK masing-masing sebelum kegiatan Kliring Debet
dan Kliring Kredit dimulai. Proses updating dilakukan melalui up-load data tabel
referensi dari media rekam data elektronis yang diperoleh dari PKL atau up-load
data tabel referensi melalui kantornya yang menggunakan TPK on-line.
2. Perubahan Sebutan Nama Kantor Peserta
Yang dimaksud dengan perubahan sebutan nama kantor Peserta adalah perubahan
sebutan nama kantor Bank yang menjadi Peserta di suatu Wilayah Kliring dan hanya
berlaku bagi Peserta yang bersangkutan saja. Dalam hal ini, perubahan sebutan nama
kantor Peserta bukan dikarenakan pemindahan alamat atau perubahan status kantor.
Sebagai contoh, kantor Bank ABC yang menjadi Peserta di Wilayah Kliring Jakarta,
semula dikenal dengan sebutan nama “Bank ABC Cabang Sarinah” kemudian oleh Bank
yang bersangkutan diubah sebutan nama kantornya menjadi “Bank ABC Cabang Wahid
Hasyim”.
Dalam hal Peserta mengubah sebutan nama kantor, diatur ketentuan sebagai berikut:
a. Peserta yang mengalami perubahan sebutan nama kantor menyampaikan kepada
PKL di Wilayah Kliring yang bersangkutan, dokumen-dokumen sebagai berikut:
1) surat pemberitahuan perubahan sebutan nama kantor sekaligus
134
Lampiran 7
permohonan penggantian TPPK; dan
2) contoh Stempel Kliring dan Stempel Kliring Dibatalkan dengan sebutan
nama kantor Peserta yang baru, yang dibubuhkan di atas kertas HVS putih
secara jelas.
b. Setelah menerima surat pemberitahuan dari Peserta sebagaimana dimaksud
pada huruf a, PKL melakukan hal-hal sebagai berikut:
1) Menyiapkan TPPK, sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada
butir B.2 sampai dengan butir B.5 Bab XI mengenai Perusahaan Jasa Kurir
dan Tanda Pengenal Petugas Kliring.
2) Menetapkan tanggal efektif perubahan sebutan nama kantor Peserta
dalam penyelenggaraan SKNBI. Penetapan tanggal efektif harus dilakukan
pada tanggal yang jatuh pada hari Senin atau hari kerja berikutnya apabila
tanggal yang jatuh pada hari Senin merupakan hari libur.
3) Memberitahukan secara tertulis kepada Peserta dengan tembusan kepada
Bagian Penyelenggaraan Setelmen c.q. PKN mengenai:
a) tanggal efektif berlakunya sebutan nama kantor Peserta yang baru
dalam penyelenggaraaan SKNBI; dan
b) permintaan kepada Peserta untuk mengambil TPPK yang baru serta
mengembalikan TPPK yang lama,
paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah menerima pemberitahuan tertulis
dari Peserta.
4) Melalui KPK, melakukan perubahan sebutan nama kantor Peserta pada
tabel referensi paling lambat 1 (satu) hari kerja sebelum tanggal efektif
yang ditetapkan, sebagaimana dimaksud pada angka 2).
c. Peserta mengambil TPPK yang baru paling lambat 1 (satu) hari kerja sebelum
tanggal efektif berlakunya nama baru dalam penyelenggaraan SKNBI dan
mengembalikan TPPK yang lama kepada PKL paling lambat pada tanggal efektif
berlakunya nama baru dalam penyelenggaraan SKNBI.
d. Selama PKL belum dapat memberikan TPPK baru, Peserta dapat menggunakan:
1) TPPK lama; dan
2) fotokopi surat permohonan penggantian TPPK yang dilegalisir oleh PKL.
Legalisasi tersebut dilakukan dengan cara membubuhkan stempel PKL dan
tanda tangan pejabat PKL.
e. PKL mengumumkan kepada seluruh Peserta lainnya di Wilayah Kliring yang
135
Lampiran 7
bersangkutan mengenai adanya perubahan sebutan nama kantor Peserta, paling
lambat 2 (dua) hari kerja sebelum tanggal efektif berlakunya sebutan nama
kantor Peserta yang baru disertai contoh Stempel Kliring dan Stempel Kliring
Dibatalkan dengan sebutan nama kantor Peserta yang baru.
Pengumuman tersebut dapat dilakukan secara tertulis atau melalui sarana
lainnya.
f. Pada tanggal efektif berlakunya perubahan sebutan nama kantor Peserta
sebagaimana dimaksud pada huruf e, Peserta yang menggunakan TPK off-line
harus melakukan penyesuaian (updating) tabel referensi pada aplikasi TPK
masing-masing sebelum kegiatan Kliring Debet dan Kliring Kredit dimulai. Proses
updating dilakukan melalui up-load data tabel referensi dari media rekam data
elektronis yang diperoleh dari PKL atau up-load data tabel referensi melalui
kantornya yang menggunakan TPK on-line.
3. Perubahan Alamat Peserta
Yang dimaksud dengan perubahan alamat adalah apabila kantor Bank yang menjadi
Peserta di suatu Wilayah Kliring pindah ke alamat lain di Wilayah Kliring yang sama.
Terkait dengan hal tersebut, diatur ketentuan sebagai berikut:
a. Peserta menyampaikan dokumen kepada PKL di Wilayah Kliring yang
bersangkutan yang terdiri dari:
1) surat pemberitahuan perubahan alamat, apabila perubahan alamat
mengakibatkan perubahan sebutan nama kantor Peserta, surat
pemberitahuan tersebut sekaligus berisikan permohonan penggantian
TPPK;
2) fotokopi surat Bank Indonesia mengenai persetujuan/ konfirmasi
pemindahan alamat; dan
3) contoh Stempel Kliring dan Stempel Kliring Dibatalkan dengan sebutan
nama kantor Peserta yang baru yang dibubuhkan di atas kertas HVS putih
secara jelas, apabila pemindahan alamat tersebut mengakibatkan
perubahan sebutan nama kantor Peserta,
segera setelah mendapat surat persetujuan pemindahan alamat.
b. Dalam hal pemindahan alamat tidak mengakibatkan perubahan sebutan nama
kantor Peserta, maka setelah menerima surat pemberitahuan dari Peserta
sebagaimana dimaksud pada huruf a, PKL melakukan hal-hal sebagai berikut:
1) Melalui KPK, melakukan perubahan alamat Peserta pada tabel referensi
136
Lampiran 7
paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah menerima pemberitahuan tertulis
dari Peserta.
2) Mengumumkan secara tertulis kepada seluruh Peserta lainnya di Wilayah
Kliring yang bersangkutan mengenai perubahan alamat Peserta tersebut,
paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah menerima pemberitahuan tertulis
dari Peserta yang pindah alamat sebagaimana dimaksud dalam huruf a.
Pengumuman tersebut dapat dilakukan secara tertulis atau melalui sarana
lainnya.
c. Dalam hal pemindahan alamat mengakibatkan perubahan sebutan nama kantor
Peserta, maka setelah menerima surat pemberitahuan dari Peserta sebagaimana
dimaksud pada huruf a, PKL melakukan hal-hal sebagai berikut:
1) Menyiapkan TPPK, sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada
butir B.2 sampai dengan B.5 Bab XI mengenai Perusahaan Jasa Kurir dan
Tanda Pengenal Petugas Kliring.
2) Menetapkan tanggal efektif perubahan sebutan nama kantor Peserta
dalam penyelenggaraan SKNBI. Penetapan tanggal efektif harus dilakukan
pada tanggal yang jatuh pada hari Senin atau hari kerja berikutnya apabila
tanggal yang jatuh pada hari Senin merupakan hari libur.
3) Memberitahukan secara tertulis kepada Peserta yang bersangkutan
dengan tembusan kepada Bagian Penyelenggaraan Setelmen c.q. PKN
mengenai:
a) tanggal efektif berlakunya sebutan nama kantor Peserta yang baru
dalam penyelenggaraaan SKNBI; dan
b) permintaan kepada Peserta untuk mengambil TPPK yang baru serta
mengembalikan TPPK yang lama,
paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah menerima pemberitahuan tertulis
dari Peserta.
4) Melalui KPK, melakukan perubahan sebutan nama kantor Peserta pada
tabel referensi paling lambat 1 (satu) hari kerja sebelum tanggal efektif
yang ditetapkan, sebagaimana dimaksud pada angka 2).
d. Peserta mengambil TPPK yang baru paling lambat 1 (satu) hari kerja sebelum
tanggal efektif berlakunya nama baru dalam penyelenggaraan SKNBI dan
mengembalikan TPPK yang lama kepada PKL paling lambat pada tanggal efektif
berlakunya nama baru dalam penyelenggaraan SKNBI.
di …
137
Lampiran 7
e. Selama PKL belum dapat memberikan TPPK baru, Peserta dapat menggunakan:
1) TPPK lama; dan
2) fotokopi surat permohonan penggantian TPPK yang dilegalisir oleh PKL.
Legalisasi tersebut dilakukan dengan cara membubuhkan stempel PKL dan
tanda tangan pejabat PKL.
f. PKL mengumumkan kepada seluruh Peserta lainnya di Wilayah Kliring yang
bersangkutan mengenai adanya perubahan alamat dan perubahan sebutan nama
kantor Peserta disertai contoh Stempel Kliring dan Stempel Kliring Dibatalkan
dengan sebutan nama kantor Peserta yang baru, paling lambat 2 (dua) hari kerja
sebelum tanggal efektif berlakunya sebutan nama kantor Peserta yang baru.
Pengumuman tersebut dapat dilakukan secara tertulis atau melalui sarana
lainnya.
g. Pada tanggal efektif berlakunya perubahan sebutan nama kantor Peserta
sebagaimana dimaksud pada angka 7), Peserta yang menggunakan TPK off-line
harus melakukan penyesuaian (updating) tabel referensi pada aplikasi TPK
masing-masing sebelum kegiatan Kliring Debet dan Kliring Kredit dimulai. Proses
updating dilakukan melalui up-load data tabel referensi dari media rekam data
elektronis yang diperoleh dari PKL atau up-load data tabel referensi melalui
kantornya yang menggunakan TPK on-line.
4. Penggabungan Usaha (Merger) dan Peleburan Usaha (Konsolidasi)
a. Penggabungan Usaha (Merger)
Dalam hal beberapa Bank yang terdaftar sebagai Peserta melakukan merger,
diatur ketentuan sebagai berikut:
1) Setelah memperoleh keputusan legal merger dari instansi yang
berwenang, Kantor Pusat dari Bank peserta merger yang menjadi
koordinator (Bank koordinator) menyampaikan pemberitahuan secara
tertulis kepada Bagian Penyelenggaraan Setelmen c.q. PKN - Direktorat
Akunting dan Sistem Pembayaran, Bank Indonesia, Gedung D Lantai 3,
Jalan MH. Thamrin No. 2 Jakarta 10350, yang berisi hal-hal sebagai berikut:
a) Tanggal operasional merger, yaitu tanggal efektif pengalihan hak
dan kewajiban Bank peserta merger lainnya kepada rekening giro
Bank koordinator di Bank Indonesia.
b) Daftar Wilayah Kliring dan kantor Bank peserta merger yang telah
menjadi Peserta di Wilayah Kliring tersebut, sekaligus berisi
138
Lampiran 7
penegasan mengenai status kepesertaan kantor-kantor Bank
tersebut pada tanggal operasional merger. Status kepesertaan
kantor dalam hal ini adalah dipertahankan atau dihentikan sebagai
Peserta.
c) Permohonan perubahan identitas kantor-kantor Bank yang bukan
berasal dari kantor Bank koordinator namun masih dipertahankan
sebagai Peserta, menjadi identitas yang sama dengan Bank
koordinator pada tanggal operasional merger.
2) Surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada angka 1) disampaikan
paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sebelum tanggal operasional
merger disertai dengan fotokopi surat keputusan izin merger dari Bank
Indonesia dan fotokopi keputusan legal merger dari instansi yang
berwenang.
3) Bagian Penyelenggaraan Setelmen c.q. PKN memberitahukan secara
tertulis kepada Bank koordinator paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah
surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada angka 2) diterima
secara lengkap, mengenai :
a) sandi Kliring untuk kantor-kantor Bank yang bukan berasal dari
kantor Bank koordinator namun masih dipertahankan sebagai
Peserta; dan
b) pemberitahuan kepada Bank koordinator untuk mengambil serial
number aplikasi, untuk masing-masing kantor Bank yang bukan
berasal dari kantor Bank koordinator namun masih dipertahankan
sebagai Peserta, dengan ketentuan sebagai berikut:
(1) Pengambilan serial number hanya dapat dilakukan oleh
pimpinan kantor Bank koordinator yang bersangkutan.
(2) Dalam hal pimpinan kantor Bank koordinator berhalangan,
maka pengambilan serial number tersebut dapat dilakukan oleh
pejabat atau pegawai Bank yang ditunjuk dengan menggunakan
surat kuasa bermeterai cukup dan menggunakan kertas berlogo
Bank yang bersangkutan.
(3) Dalam hal Bank koordinator berkedudukan di luar Jakarta,
pengambilan dapat dilakukan melalui PKL BI di Wilayah Kliring
dimana Bank koordinator berada.
139
Lampiran 7
4) Bank koordinator selanjutnya melakukan hal-hal sebagai berikut:
a) Melakukan instalasi aplikasi TPK dengan mengisi serial number
aplikasi sebagaimana dimaksud pada butir 3)b) untuk seluruh kantor
Bank yang bukan berasal dari kantor Bank koordinator namun masih
dipertahankan sebagai Peserta yang akan menggunakan TPK.
Setelah dilakukan instalasi, secara otomatis aplikasi TPK akan
mengeluarkan kode mesin untuk masing-masing TPK yang di-install.
Bagi kantor Bank yang bukan berasal dari kantor Bank koordinator
namun masih dipertahankan sebagai Peserta yang akan
menggunakan TPK, instalasi aplikasi TPK dilakukan untuk sekurang-
kurangnya 1 (satu) TPK Utama dan 1 (satu) TPK Back-up.
b) Memberitahukan secara tertulis kepada Bagian Penyelenggaraan
Setelmen c.q. PKN mengenai:
(1) kode mesin dari hasil instalasi aplikasi pada setiap TPK
sebagaimana dimaksud pada huruf a); dan
(2) jenis koneksi TPK ke SSK (TPK on-line atau TPK off-line).
Contoh surat pemberitahuan kepada Bagian Penyelenggaraan
Setelmen c.q PKN sebagaimana tercantum dalam Lampiran 3.7.a
dan 3.7.b.
5) Berdasarkan informasi tertulis dari Bank koordinator sebagaimana
dimaksud pada angka 4), Bagian Penyelenggaraan Setelmen c.q. PKN
melakukan hal-hal sebagai berikut:
a) mendaftarkan kode mesin pada SSK;
b) memberitahukan Bank Pemohon untuk mengambil dokumen
sebagai berikut:
(1) kode registrasi;
(2) master key;
(3) security key;
(4) sandi terminal;
(5) password untuk login ke SSK (hanya diberikan kepada calon
Peserta yang akan menggunakan TPK on-line);
(6) alamat URL; dan
(7) user id dan password untuk mengakses jaringan ekstranet
Bank Indonesia (hanya diberikan kepada calon Peserta yang
140
Lampiran 7
akan menggunakan TPK on-line melalui VPN dial).
Pengambilan dokumen sebagaimana dimaksud pada huruf b) hanya dapat
dilakukan oleh pimpinan kantor Bank koordinator. Dalam hal pimpinan
kantor Bank koordinator berhalangan, maka pengambilan dokumen
tersebut dapat dilakukan oleh pejabat atau pegawai Bank koordinator
yang ditunjuk dengan menggunakan surat kuasa bermeterai cukup dan
menggunakan kertas berlogo Bank yang bersangkutan. Dalam hal Bank
koordinator berkedudukan di luar Jakarta, pengambilan dapat dilakukan
melalui PKL BI di Wilayah Kliring dimana Bank koordinator berada.
6) Setelah menerima informasi dari Bagian Penyelenggaraan Setelmen c.q.
PKN sebagaimana dimaksud pada angka 5), Bank koordinator melakukan
hal-hal sebagai berikut:
a) melakukan setting konfigurasi pada TPK sesuai Buku Pedoman TPK
yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia secara terpisah dari Surat
Edaran ini; dan
b) memberitahukan secara tertulis kepada PKN mengenai kesiapannya
untuk mengikuti kegiatan SKNBI.
7) Setelah menerima pemberitahuan secara tertulis dari Bank koordinator
mengenai kesiapan untuk mengikuti kegiatan SKNBI sebagaimana
dimaksud pada butir 6)b), Bagian Penyelenggaraan Setelmen c.q. PKN
memberitahukan kepada seluruh PKL di Wilayah Kliring dimana kantor-
kantor Bank peserta merger terdaftar sebagai Peserta, mengenai hal-hal
sebagai berikut:
a) Pelaksanaan merger beberapa Bank serta tanggal operasional
merger.
b) Daftar Wilayah Kliring dan kantor Bank peserta merger yang telah
menjadi Peserta di Wilayah Kliring tersebut serta status
kepesertaannya pada tanggal operasional merger. Status
kepesertaan kantor dalam hal ini adalah dipertahankan atau
dihentikan sebagai Peserta.
c) Perubahan identitas kantor-kantor Bank peserta merger yang bukan
berasal dari kantor Bank koordinator namun masih dipertahankan
sebagai Peserta, menjadi identitas yang sama dengan Bank
koordinator pada tanggal operasional merger.
141
Lampiran 7
Pemberitahuan kepada PKL dapat dilakukan secara tertulis atau melalui
sarana lain, paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja sebelum tanggal
operasional merger.
8) Kantor-kantor Bank peserta merger yang bukan berasal dari kantor Bank
koordinator dan masih dipertahankan sebagai Peserta, harus
menyampaikan kepada PKL di Wilayah Kliring yang bersangkutan hal-hal
sebagai berikut:
a) surat permohonan penggantian TPPK; dan
b) contoh Stempel Kliring dan Stempel Kliring Dibatalkan dengan
identitas baru, yang dibubuhkan diatas kertas HVS putih secara jelas,
paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sebelum tanggal efektif operasional
merger.
9) Setelah menerima surat permohonan dari Peserta sebagaimana dimaksud
pada butir 4).a), PKL melakukan hal-hal sebagai berikut:
a) Menyiapkan TPPK, sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud
pada butir B.2 sampai dengan B.5 Bab XI mengenai Perusahaan Jasa
Kurir dan Tanda Pengenal Petugas Kliring.
b) Memberitahukan secara tertulis kepada Peserta untuk mengambil
TPPK yang baru serta mengembalikan TPPK yang lama, paling
lambat 2 (dua) hari kerja setelah menerima surat permohonan
penggantian TPPK sebagaimana dimaksud dalam butir 4).a).
10) Peserta mengambil TPPK yang baru kepada PKL di Wilayah Kliring yang
bersangkutan paling lambat 1 (satu) hari kerja sebelum tanggal operasional
merger dan mengembalikan TPPK yang lama kepada PKL.
11) Selama PKL belum dapat memberikan TPPK baru, Peserta dapat
menggunakan:
a) TPPK lama; dan
b) fotokopi surat permohonan penggantian TPPK yang dilegalisir oleh
PKL. Legalisasi tersebut dilakukan dengan cara membubuhkan
stempel PKL dan tanda tangan pejabat PKL.
12) PKL mengumumkan kepada seluruh Peserta lainnya di Wilayah Kliring yang
bersangkutan mengenai perubahan identitas Peserta terkait dengan
pelaksanaan merger, paling lambat 2 (dua) hari kerja sebelum tanggal
operasional merger, beserta contoh Stempel Kliring dan Stempel Kliring
142
Lampiran 7
Dibatalkan dengan identitas baru. Pengumuman tersebut dapat dilakukan
secara tertulis atau melalui sarana lainnya.
13) Pada tanggal operasional merger sebagaimana dimaksud pada angka 8),
Peserta yang menggunakan TPK off-line harus melakukan penyesuaian
(updating) tabel referensi pada aplikasi TPK masing-masing sebelum
kegiatan Kliring Debet dan Kliring Kredit dimulai. Proses updating dilakukan
melalui up-load data tabel referensi dari media rekam data elektronis yang
diperoleh dari PKL atau up-load data tabel referensi melalui kantornya
yang menggunakan TPK on-line.
b. Peleburan Usaha (Konsolidasi)
Dalam hal beberapa Bank yang terdaftar sebagai Peserta melakukan konsolidasi,
diatur ketentuan sebagai berikut:
1) Setelah memperoleh keputusan konsolidasi dari instansi yang berwenang,
kantor pusat dari Bank hasil konsolidasi menyampaikan pemberitahuan
secara tertulis kepada Bagian Penyelenggaraan Setelmen c.q. PKN -
Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran, Bank Indonesia, Gedung D
Lantai 3, Jalan MH. Thamrin No. 2 Jakarta 10350, yang berisi hal-hal
sebagai berikut:
a) Tanggal operasional konsolidasi, yaitu tanggal efektif pengalihan hak
dan kewajiban Bank peserta konsolidasi lainnya kepada rekening
giro Bank baru hasil konsolidasi di Bank Indonesia.
b) Daftar Wilayah Kliring dan kantor Bank peserta konsolidasi yang
telah menjadi Peserta di Wilayah Kliring tersebut, sekaligus berisi
penegasan mengenai status kepesertaan kantor-kantor Bank
tersebut pada tanggal operasional konsolidasi. Status kepesertaan
kantor dalam hal ini adalah dipertahankan atau dihentikan sebagai
Peserta.
c) Permohonan perubahan identitas kantor-kantor Bank yang
dipertahankan sebagai Peserta menjadi identitas baru Bank hasil
konsolidasi, pada tanggal operasional konsolidasi.
2) Surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada angka 1) disampaikan
paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sebelum tanggal operasional
konsolidasi disertai dengan fotokopi surat keputusan izin konsolidasi dari
Bank Indonesia dan fotokopi keputusan konsolidasi dari instansi yang
143
Lampiran 7
berwenang.
3) Bagian Penyelenggaraan Setelmen c.q. PKN memberitahukan kepada
kantor pusat Bank hasil konsolidasi 7 (tujuh) hari kerja setelah surat
permohonan sebagaimana dimaksud pada angka 2) diterima secara
lengkap, mengenai :
a) sandi Kliring untuk kantor-kantor Bank yang masih dipertahankan
sebagai Peserta; dan
b) pemberitahuan kepada kantor pusat Bank hasil konsolidasi untuk
mengambil serial number aplikasi, untuk masing-masing kantor Bank
yang masih dipertahankan sebagai Peserta, dengan ketentuan
sebagai berikut:
(1) Pengambilan serial number hanya dapat dilakukan oleh
pimpinan kantor pusat Bank hasil konsolidasi.
(2) Dalam hal pimpinan kantor pusat hasil konsolidasi berhalangan,
maka pengambilan serial number tersebut dapat dilakukan oleh
pejabat atau pegawai Bank yang ditunjuk dengan menggunakan
surat kuasa bermeterai cukup dan menggunakan kertas berlogo
Bank yang bersangkutan.
(3) Dalam hal kantor pusat Bank hasil konsolidasi berkedudukan di
luar Jakarta, pengambilan dapat dilakukan melalui PKL BI di
Wilayah Kliring dimana kantor pusat hasil konsolidasi berada.
4) Kantor pusat Bank hasil konsolidasi selanjutnya melakukan hal-hal sebagai
berikut:
a) Melakukan instalasi aplikasi TPK dengan mengisi serial number
aplikasi sebagaimana dimaksud pada butir 3)b) untuk seluruh kantor
Bank yang masih dipertahankan sebagai Peserta yang akan
menggunakan TPK. Setelah dilakukan instalasi, secara otomatis
aplikasi TPK akan mengeluarkan kode mesin untuk masing-masing
TPK yang di-install. Bagi kantor Bank masih dipertahankan sebagai
Peserta yang akan menggunakan TPK, instalasi aplikasi TPK
dilakukan untuk sekurang-kurangnya 1 (satu) TPK Utama dan 1
(satu) TPK Back-up.
b) Memberitahukan secara tertulis kepada Bagian Penyelenggaraan
Setelmen c.q. PKN mengenai:
144
Lampiran 7
(1) kode mesin dari hasil instalasi aplikasi pada setiap TPK
sebagaimana dimaksud pada huruf a); dan
(2) jenis koneksi TPK ke SSK (TPK on-line atau TPK off-line).
Contoh surat pemberitahuan kepada Bagian Penyelenggaraan
Setelmen c.q PKN sebagaimana tercantum dalam Lampiran 3.7.a
dan 3.7.b.
5) Berdasarkan informasi tertulis dari kantor pusat Bank hasil konsolidasi
sebagaimana dimaksud pada butir 4)b), Bagian Penyelenggaraan Setelmen
c.q. PKN melakukan hal-hal sebagai berikut:
a) mendaftarkan kode mesin pada SSK;
b) memberitahukan Bank Pemohon untuk mengambil dokumen
sebagai berikut:
(1) kode registrasi;
(2) master key;
(3) security key;
(4) sandi terminal;
(5) password untuk login ke SSK (hanya diberikan kepada calon
Peserta yang akan menggunakan TPK on-line);
(6) alamat URL; dan
(7) user id dan password untuk mengakses jaringan ekstranet
Bank Indonesia (hanya diberikan kepada calon Peserta yang
akan menggunakan TPK on-line melalui VPN dial).
Pengambilan dokumen sebagaimana dimaksud pada huruf b) hanya dapat
dilakukan oleh pimpinan kantor pusat Bank hasil konsolidasi. Dalam hal
pimpinan kantor pusat Bank hasil konsolidasi berhalangan, maka
pengambilan dokumen tersebut dapat dilakukan oleh pejabat atau
pegawai kantor pusat Bank konsolidasi yang ditunjuk dengan
menggunakan surat kuasa bermeterai cukup dan menggunakan kertas
berlogo Bank yang bersangkutan. Dalam hal kantor pusat Bank hasil
konsolidasi berkedudukan di luar Jakarta, pengambilan dapat dilakukan
melalui PKL BI di Wilayah Kliring dimana kantor pusat Bank hasil
konsolidasi berada.
6) Setelah menerima informasi dari Bagian Penyelenggaraan Setelmen c.q.
PKN sebagaimana dimaksud pada butir 5)b), kantor pusat Bank hasil
145
Lampiran 7
konsolidasi melakukan hal-hal sebagai berikut:
a) melakukan setting konfigurasi pada TPK sesuai Buku Pedoman TPK
yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia secara terpisah dari Surat
Edaran ini; dan
b) memberitahukan secara tertulis kepada PKN mengenai kesiapannya
untuk mengikuti kegiatan SKNBI.
7) Setelah menerima pemberitahuan secara tertulis dari kantor pusat Bank
hasil konsolidasi mengenai kesiapan untuk mengikuti kegiatan SKNBI
sebagaimana dimaksud pada butir 6)b), Bagian Penyelenggaraan Setelmen
c.q. PKN memberitahukan kepada seluruh PKL di Wilayah Kliring dimana
kantor-kantor Bank peserta konsolidasi terdaftar sebagai Peserta,
mengenai hal-hal sebagai berikut:
a) Pelaksanaan konsolidasi beberapa Bank serta tanggal operasional
konsolidasi.
b) Daftar Wilayah Kliring dan kantor Bank peserta konsolidasi yang
telah menjadi Peserta di Wilayah Kliring tersebut serta status
kepesertaannya pada tanggal operasional konsolidasi. Status
kepesertaan kantor dalam hal ini adalah dipertahankan atau
dihentikan sebagai Peserta.
c) Perubahan identitas kantor-kantor Bank sebagaimana dimaksud
pada huruf b) yang dipertahankan sebagai Peserta menjadi identitas
baru Bank hasil konsolidasi, pada tanggal operasional konsolidasi.
Pemberitahuan kepada PKL dapat dilakukan secara tertulis atau melalui
sarana lain paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja sebelum tanggal
operasional konsolidasi.
8) Kantor-kantor Bank peserta konsolidasi yang dipertahankan sebagai
Peserta, harus menyampaikan kepada PKL di Wilayah Kliring yang
bersangkutan hal-hal sebagai berikut:
a) surat permohonan penggantian TPPK; dan
b) contoh Stempel Kliring dan Stempel Kliring Dibatalkan dengan
identitas baru, yang dibubuhkan diatas kertas HVS putih secara jelas,
paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sebelum tanggal operasional konsolidasi.
9) Setelah menerima surat permohonan dari Peserta sebagaimana dimaksud
pada butir 8)a), PKL melakukan hal-hal sebagai berikut:
146
Lampiran 7
a) Menyiapkan TPPK, sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud
pada butir B.2 sampai dengan B.5 Bab XI mengenai Perusahaan Jasa
Kurir dan Tanda Pengenal Petugas Kliring.
b) Memberitahukan secara tertulis kepada Peserta untuk mengambil
TPPK yang baru serta mengembalikan TPPK yang lama, paling
lambat 2 (dua) hari kerja setelah menerima surat permohonan
penggantian TPPK sebagaimana dimaksud dalam butir 8) a).
10) Peserta mengambil TPPK yang baru kepada PKL di Wilayah Kliring yang
bersangkutan paling lambat 1 (satu) hari kerja sebelum tanggal operasional
konsolidasi dan mengembalikan TPPK yang lama kepada PKL.
11) Selama PKL belum dapat memberikan TPPK baru, Peserta dapat
menggunakan:
a) TPPK lama; dan
b) fotokopi surat permohonan penggantian TPPK yang dilegalisir oleh
PKL. Legalisasi tersebut dilakukan dengan cara membubuhkan
stempel PKL dan tanda tangan pejabat PKL.
12) PKL mengumumkan kepada seluruh Peserta lainnya di Wilayah Kliring yang
bersangkutan mengenai perubahan identitas Peserta terkait pelaksanaan
konsolidasi, paling lambat 2 (dua) hari kerja sebelum tanggal operasional
konsolidasi, beserta contoh Stempel Kliring dan Stempel Kliring Dibatalkan
dengan identitas baru. Pengumuman tersebut dapat dilakukan secara
tertulis atau melalui sarana lainnya.
13) Pada tanggal operasional konsolidasi sebagaimana dimaksud pada angka
12), Peserta yang menggunakan TPK off-line harus melakukan penyesuaian
(updating) tabel referensi pada aplikasi TPK masing-masing sebelum
kegiatan Kliring Debet dan Kliring Kredit dimulai. Proses updating dilakukan
melalui up-load data tabel referensi dari media rekam data elektronis yang
diperoleh dari PKL atau up-load data tabel referensi melalui kantornya
yang menggunakan TPK on-line.
5. Perubahan Bank Konvensional menjadi Bank yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah
Dalam hal Bank Peserta yang merupakan Bank Konvensional melakukan perubahan
menjadi Bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, maka
diatur ketentuan sebagai berikut:
147
Lampiran 7
a. Kantor pusat Bank memberitahukan secara tertulis kepada Bagian
Penyelenggaraan Setelmen c.q. PKN - Direktorat Akunting dan Sistem
Pembayaran, Bank Indonesia, Gedung D Lantai 3, Jalan M.H. Thamrin No. 2
Jakarta 10350 paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sebelum tanggal efektif
perubahan izin usaha, dengan melampirkan dokumen sebagai berikut:
1) fotokopi Keputusan Gubernur Bank Indonesia tentang izin usaha sebagai
Bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah;
2) fotokopi Keputusan Gubernur Bank Indonesia tentang perubahan nama
(jika ada); dan
3) daftar kantor Bank dan Wilayah Kliring dimana kantor Bank tersebut
terdaftar sebagai Peserta.
b. Tembusan surat pemberitahuan dan lampiran sebagaimana dimaksud dalam
huruf a, disampaikan juga kepada masing-masing PKL dimana kantor
Bank tersebut terdaftar sebagai Peserta.
c. Dalam hal perubahan izin usaha Bank dari Bank Konvensional menjadi Bank yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah diikuti dengan
perubahan nama Bank, maka Bagian Penyelenggaraan Setelmen c.q. PKN
menyampaikan pemberitahuan secara tertulis mengenai tanggal efektif
berlakunya kepesertaan Bank dengan identitas yang baru dalam
penyelenggaraan SKNBI, kepada:
1) kantor pusat Bank, atau kantor cabang bagi Bank yang kantor pusatnya
berkedudukan di luar negeri; dan
2) seluruh PKL di Wilayah Kliring dimana kantor Bank tersebut terdaftar
sebagai Peserta,
paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah pemberitahuan tertulis sebagaimana
dimaksud dalam huruf a diterima secara lengkap dan benar.
d. Seluruh kantor Bank yang mengalami perubahan izin usaha dan terdaftar sebagai
Peserta menyampaikan dokumen sebagai berikut kepada PKL di Wilayah Kliring
yang bersangkutan:
1) surat permohonan penggantian TPPK; dan
2) contoh Stempel Kliring dan Stempel Kliring Dibatalkan dengan identitas
yang baru yang dibubuhkan pada kertas HVS putih secara jelas,
paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sebelum tanggal efektif berlakunya perubahan
izin usaha dalam penyelenggaraan SKNBI sebagaimana dimaksud pada huruf c.
148
Lampiran 7
e. Setelah menerima surat permohonan dari Peserta sebagaimana dimaksud pada
butir d.1), PKL melakukan hal-hal sebagai berikut:
1) Menyiapkan TPPK, sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada
butir B.2 sampai dengan B.5 Bab XI mengenai Perusahaan Jasa Kurir dan
Tanda Pengenal Petugas Kliring.
2) Memberitahukan secara tertulis kepada Peserta untuk mengambil TPPK
yang baru serta mengembalikan TPPK yang lama paling lambat 2 (dua) hari
kerja setelah menerima surat permohonan penggantian TPPK sebagaimana
dimaksud pada butir d.1).
f. Peserta mengambil TPPK yang baru paling lambat 1 (satu) hari kerja sebelum
tanggal efektif berlakunya perubahan izin usaha dalam penyelenggaraan SKNBI
dan mengembalikan TPPK yang lama kepada PKL.
g. Selama PKL belum dapat memberikan TPPK baru, Peserta dapat menggunakan:
1) TPPK lama; dan
2) fotokopi surat permohonan penggantian yang dilegalisir oleh PKL.
Legalisasi tersebut dilakukan dengan cara membubuhkan stempel PKL dan
tanda tangan pejabat PKL.
h. PKL mengumumkan kepada seluruh Peserta lainnya di Wilayah Kliring yang
bersangkutan mengenai adanya perubahan izin usaha Peserta, paling lambat 2
(dua) hari kerja sebelum tanggal efektif berlakunya perubahan tersebut dalam
penyelenggaraan SKNBI, beserta contoh Stempel Kliring dan Stempel Kliring
Dibatalkan dengan identitas yang baru. Pengumuman tersebut dapat dilakukan
secara tertulis atau melalui sarana lainnya.
i. Pada tanggal efektif perubahan izin usaha sebagaimana dimaksud pada huruf h,
Peserta yang menggunakan TPK off-line harus melakukan penyesuaian (updating)
tabel referensi pada aplikasi TPK masing-masing sebelum kegiatan Kliring Debet
dan Kliring Kredit dimulai. Proses updating dilakukan melalui up-load data tabel
referensi dari media rekam data elektronis yang diperoleh dari PKL atau up-load
data tabel referensi melalui kantornya yang menggunakan TPK on-line.
6. Perubahan Kepesertaan karena Pemisahan
Dalam hal terdapat Peserta yang akan melakukan pemisahan dan berpengaruh
terhadap kepesertaan SKNBI yang bersangkutan, berlaku tata cara sebagai berikut:
a. Peserta yang akan melakukan pemisahan menyampaikan surat pemberitahuan
kepada Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran c.q. Bagian Penyelenggaraan
149
Lampiran 7
Setelmen, Bank Indonesia, Gedung D Lt. 3, Jl. MH. Thamrin No. 2, Jakarta 10350.
b. Surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada huruf a berisi penjelasan
mengenai rencana pelaksanaan pemisahan, antara lain tanggal pelaksanaan
pemisahan.
c. Dalam hal Bank hasil pemisahan bermaksud untuk menjadi Peserta SKNBI, maka
Bank tersebut harus mengikuti tata cara kepesertaan sebagaimana diatur pada
huruf C.
E. Implikasi Perubahan Kepesertaan Terkait dengan Penggunaan Warkat Debet dan Dokumen
Kliring serta Konversi Sandi Peserta
1. Sehubungan dengan perubahan kepesertaan karena perubahan nama Bank, perubahan
kegiatan usaha dari Bank Konvensional menjadi Bank yang melaksanakan kegiatan
usaha berdasarkan prinsip syariah, serta merger dan konsolidasi yang mengakibatkan
perubahan nama Bank, Bank wajib menyesuaikan Warkat Debet dan Dokumen Kliring
sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia mengenai Warkat Debet dan Dokumen Kliring
serta Pencetakannya pada Perusahaan Percetakan Warkat dan Dokumen Kliring
(PPWDK) dalam Penyelenggaraan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia.
2. Dalam hal perubahan kepesertaan mengakibatkan perubahan sandi Peserta, Peserta
lainnya masih dapat mengkliringkan Warkat Debet dengan sandi Peserta yang lama
sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia mengenai Warkat Debet dan Dokumen Kliring
serta Pencetakannya pada Perusahaan Percetakan Warkat dan Dokumen Kliring
(PPWDK) dalam Penyelenggaraan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia.
150
Lampiran 7
BAB IV
KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB BANK SEBAGAI PESERTA
A. Kewajiban dan Tanggung Jawab Bank sebagai Peserta dalam Penyelenggaraan SKNBI
Dalam penyelenggaraan SKNBI, Bank sebagai Peserta mempunyai kewajiban dan tanggung
jawab sebagai berikut:
1. Menyediakan TPK Utama dan TPK Back-up serta sarana pendukung yang ditetapkan
Bank Indonesia, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Dalam hal di suatu Wilayah Kliring Bank memiliki beberapa kantor yang menjadi
Peserta, Bank wajib menyediakan TPK Utama dan TPK Back-up sekurang-
kurangnya untuk 1 (satu) kantor Bank yang menjadi Peserta. Dalam hal ini,
Peserta yang tidak memiliki TPK dapat melakukan kegiatan SKNBI melalui Peserta
lainnya yang memiliki TPK dengan memanfaatkan sistem internal Peserta. Segala
konsekuensi jika terjadi gangguan pada sistem internal Peserta merupakan
tanggung jawab Peserta yang bersangkutan.
b. Jenis dan spesifikasi minimum TPK serta sarana pendukungnya sebagaimana
tercantum dalam Lampiran 3.1.
c. Berdasarkan konfigurasi sistem back-up dan proses up-dating data, TPK Back-up
dapat dibedakan sebagai berikut:
1) Hot back-up
Hot back-up adalah sistem teknologi informasi cadangan dengan
karakteristik sebagai berikut:
a) sudah di-install dengan aplikasi yang sama dengan aplikasi pada TPK
Utama;
b) langsung terhubung dengan TPK Utama; dan
c) updating data dilakukan setiap saat bersamaan dengan updating data
pada TPK Utama (synchronised).
2) Warm back-up
Warm back-up adalah sistem teknologi informasi cadangan dengan
karakteristik sebagai berikut:
a) sudah di-install dengan aplikasi yang sama dengan aplikasi pada TPK
Utama;
b) terhubung langsung dengan TPK Utama; dan
c) updating data dan aplikasi dilakukan secara periodik, sehingga
kepindahan ke TPK Back-up mensyaratkan adanya proses restore
151
Lampiran 7
untuk menyamakan data di TPK Back-up dengan posisi terakhir di TPK
Utama.
3) Cold back-up
Cold back-up adalah sistem teknologi informasi cadangan yang tidak
terhubung langsung dengan TPK Utama, sehingga pada saat akan
menggunakan TPK Back-up diperlukan tahapan untuk mengaktifkan TPK
Back-up dan restore data untuk menyamakan data di TPK Back-up dengan
TPK Utama. Untuk menjamin kesiapan TPK Back-up, Peserta wajib
melakukan proses updating data sekurang-kurangnya 1 (satu) kali sehari
pada setiap akhir hari.
d. Pemilihan konfigurasi TPK Back-up diserahkan kepada setiap Peserta berdasarkan
pertimbangan tingkat urgensi TPK bagi Peserta yang bersangkutan. Namun
demikian, khusus untuk TPK on-line disarankan agar menggunakan “Hot back-
up”, sehingga tidak terdapat penundaan transaksi jika TPK Utama tidak dapat
berfungsi.
e. TPK Back-up dapat diletakkan pada lokasi yang sama dengan TPK Utama (on-site
back-up) ataupun diletakkan di lokasi yang berbeda dengan TPK Utama (off-site
back-up). Untuk menjamin kelangsungan operasional Peserta dalam
penyelenggaraan SKNBI, untuk TPK on-line dianjurkan memiliki off-site back-up,
agar lebih aman karena berada pada lokasi yang berbeda.
f. Melakukan back-up data dan penghapusan data sesuai dengan jadwal retensi
yang ditetapkan oleh Peserta.
2. Menyediakan JKD Utama dan JKD Back-up untuk TPK on-line.
Penyediaan JKD dari TPK ke SSK diatur sebagai berikut:
a. Penyediaan JKD hanya untuk Peserta yang menggunakan TPK on-line.
b. JKD yang digunakan dari TPK on-line ke SSK dapat menggunakan jenis koneksi
sebagai berikut:
1) TPK terhubung secara langsung ke SSK secara leased line atau dial up
(physical connection); atau
2) TPK terhubung ke SSK melalui TPK lain yang terhubung secara langsung ke
SSK dengan physical connection (virtual/logical connection).
c. Penetapan penggunaan jenis koneksi JKD sebagaimana dimaksud pada huruf a
diserahkan pada kebutuhan masing-masing Bank.
d. Biaya komunikasi atas penggunaan JKD oleh Peserta merupakan beban biaya
152
Lampiran 7
masing-masing Bank.
3. Menyusun kebijakan dan prosedur tertulis mengenai operasional SKNBI.
a. Kebijakan dan prosedur tertulis mengenai operasional SKNBI adalah aturan
tertulis yang ditetapkan direksi atau pejabat yang berwenang, yang antara lain
mengatur pembagian tugas, mekanisme kerja, pengendalian risiko,
responsibilitas, dan akuntabilitas satuan kerja yang menangani SKNBI. Kebijakan
dan prosedur tertulis digunakan sebagai pedoman pelaksanaan operasional oleh
Peserta. Termasuk dalam cakupan kebijakan dan prosedur tertulis adalah DRP
atau BCP dalam kondisi gangguan dan Keadaan Darurat.
b. Dalam hal Bank memiliki beberapa kantor yang menjadi Peserta, maka
penyusunan kebijakan dan prosedur tertulis harus mencakup kebijakan dan
prosedur yang berlaku di seluruh kantor Bank yang menjadi Peserta.
c. Penyusunan kebijakan dan prosedur tertulis wajib dilakukan dengan mengacu
pada ketentuan Bank Indonesia mengenai SKNBI, perjanjian penggunaan SKNBI
antara Bank Indonesia dengan Bank serta kesepakatan tertulis antar Peserta
(Bye-Laws), dan sekurang-kurangnya memuat materi sesuai “Pedoman
Penyusunan Kebijakan dan Prosedur Tertulis oleh Bank sebagai Peserta”
sebagaimana tercantum dalam Lampiran 4.1.
4. Menyampaikan kebijakan dan prosedur tertulis mengenai operasional SKNBI
sebagaimana dimaksud pada angka 3 dan setiap perubahannya kepada PKN.
a. Penyampaian kebijakan dan prosedur tertulis mengenai operasional SKNBI oleh
Bank dimaksudkan sebagai sarana bagi Bank Indonesia selaku PKN untuk
mendapatkan informasi mengenai prosedur operasional seluruh kantor Bank
yang menjadi Peserta dan sebagai bahan melakukan pembinaan apabila
diperlukan.
b. Dalam hal Bank memiliki beberapa kantor yang menjadi Peserta maka kebijakan
dan prosedur tertulis yang disampaikan kepada Bank Indonesia selaku PKN hanya
1 (satu) laporan yang mencakup kebijakan dan prosedur tertulis yang berlaku di
seluruh kantor Bank yang menjadi Peserta.
c. Kebijakan dan prosedur tertulis disampaikan paling lambat 1 (satu) tahun sejak
kepesertaan salah satu kantor Bank untuk pertama kali dalam penyelenggaraan
SKNBI.
d. Setiap perubahan kebijakan dan prosedur tertulis disampaikan paling lambat 3
(tiga) bulan terhitung sejak terjadinya perubahan. Perubahan yang wajib
153
Lampiran 7
disampaikan adalah perubahan yang mendasar terhadap operasional Bank yang
terkait dengan SKNBI.
e. Kebijakan dan prosedur tertulis serta perubahannya disampaikan dengan surat
pengantar yang ditandatangani oleh direktur kepatuhan Bank kepada Bagian
Penyelenggaraan Setelmen c.q. PKN – Direktorat Akunting dan Sistem
Pembayaran, Bank Indonesia, Gedung D Lantai 3, Jalan MH. Thamrin No. 2
Jakarta 10350.
5. Melakukan pemeriksaan internal paling kurang 1 (satu) kali setiap tahun dan
menyampaikan laporan hasil pemeriksaan internal kepada PKN pada saat diminta oleh
PKN bersamaan dengan kegiatan member certification dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Pemeriksaan internal dilakukan oleh satuan kerja audit internal kantor pusat
Bank terhadap kepatuhan Peserta dalam memenuhi ketentuan Bank Indonesia,
ketentuan internal Peserta dan kesepakatan tertulis antar Peserta (Bye Laws)
untuk menjamin kelancaran serta keamanan pelaksanaan sistem dan prosedur
operasional SKNBI oleh Peserta.
b. Dalam hal Bank memiliki beberapa kantor yang menjadi Peserta, maka
pemeriksaan internal dilakukan sekurang-kurangnya terhadap kantor Bank
Peserta yang memiliki TPK on-line yang terhubung langsung ke SSK secara
physical connection.
c. Pemeriksaan internal untuk pertama kali dilakukan paling lambat 1 (satu) tahun
sejak tanggal kepesertaan kantor Bank Peserta yang memiliki TPK on-line yang
terhubung langsung ke SSK secara physical connection.
d. Pelaksanaan pemeriksaan internal wajib dilakukan dengan mengacu pada
ketentuan Bank Indonesia mengenai SKNBI, perjanjian penggunaan SKNBI serta
kesepakatan tertulis antar- Peserta (Bye-Laws) dan paling kurang mencakup
ruang lingkup pemeriksaan internal sebagaimana diatur dalam Lampiran 4.2
e. Laporan hasil pemeriksaan internal yang disampaikan kepada PKN merupakan
ringkasan hasil pemeriksaan internal yang dilakukan oleh Peserta antara lain
berupa temuan, tanggapan auditee dan rekomendasi hasil pemeriksaan internal.
Penyampaian laporan hasil pemeriksaan internal dilakukan dengan surat
pengantar yang ditandatangani oleh Direktur Kepatuhan kepada:
Bagian Penyelenggaraan Setelmen
c.q. PKN - Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran
154
Lampiran 7
Bank Indonesia
Gedung D Lantai 3
Jalan MH. Thamrin No. 2
Jakarta 10350.
f. Laporan hasil pemeriksaan internal Peserta sebagaimana dimaksud pada huruf e,
sebagai sarana bagi:
1) manajemen Peserta, untuk mendapatkan informasi mengenai kualitas
tingkat kepatuhan dalam memenuhi ketentuan, keamanan operasional
Peserta; dan
2) PKN, untuk mendapatkan informasi dalam rangka pelaksanaan member
certification.
6. Melakukan security audit paling kurang 1 (satu) kali dalam jangka waktu 1 (satu) tahun
sejak tanggal kepesertaan dan setiap terjadi perubahan dalam sistem teknologi
informasi internal Peserta yang terkait dengan SKNBI serta menyampaikan hasil
security audit tersebut kepada PKN pada saat diminta oleh PKN bersamaan dengan
kegiatan member certification.
Security audit adalah pemeriksaan terhadap keamanan teknologi informasi internal
Peserta, hubungan (interface) antara aplikasi TPK dengan sistem internal Peserta, serta
kondisi lingkungan Peserta.
a. Pelaksanaan security audit dapat dilakukan oleh auditor internal Bank Peserta
atau auditor eksternal.
b. Dalam hal Bank memiliki beberapa kantor yang menjadi Peserta maka security
audit dilakukan terhadap kantor Bank yang memiliki TPK on-line yang terhubung
langsung ke SSK secara physical connection.
c. Pelaksanaan security audit untuk pertama kali dilakukan paling lambat 1 (satu)
tahun sejak tanggal kepesertaan kantor Bank yang memiliki TPK on-line
sebagaimana dimaksud pada huruf b. Security audit selanjutnya dilakukan
apabila terjadi perubahan dalam sistem teknologi informasi internal Peserta yang
terkait dengan operasional penyelenggaraan SKNBI.
d. Security audit ini wajib dilakukan dengan mengacu pada ketentuan Bank
Indonesia mengenai SKNBI, perjanjian penggunaan SKNBI serta kesepakatan
tertulis antar Peserta (Bye-Laws) dan paling kurang mencakup ruang lingkup
security audit sebagaimana diatur dalam Lampiran 4.3.
e. Laporan hasil security audit terakhir yang wajib disampaikan kepada PKN
155
Lampiran 7
merupakan hasil ringkasan security audit yang dilakukan oleh Peserta antara lain
berupa temuan, tanggapan auditee, dan rekomendasi hasil security audit pada
saat diminta oleh PKN bersamaan dengan kegiatan member certification.
Penyampaian laporan hasil security audit dilakukan dengan surat pengantar yang
ditandatangani oleh Direktur Kepatuhan kepada Bagian Penyelenggaraan
Setelmen, c.q. PKN - Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran, Bank
Indonesia, Gedung D Lantai 3, Jalan MH. Thamrin No. 2, Jakarta 10350.
f. Laporan hasil security audit sebagaimana dimaksud pada huruf e, sebagai sarana
bagi :
1) Manajemen Peserta, untuk mendapatkan informasi mengenai kualitas tingkat
kepatuhan dalam memenuhi ketentuan, keamanan operasional Peserta; dan
2) Bank Indonesia selaku PKN, untuk mendapatkan informasi dalam rangka
pelaksanaan member certification.
7. Mengumumkan secara tertulis di seluruh kantor Bank jenis dan besarnya biaya
transaksi SKNBI yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan jadwal pelayanan nasabah
yang terkait dengan setoran Kliring yang ditetapkan oleh Bank. Pengumuman besarnya
biaya Kliring dan jam pelayanan nasabah dilakukan pada tempat yang mudah dilihat
oleh nasabah.
8. Mengikuti kegiatan Kliring Debet dan Kliring Kredit sesuai dengan jadwal yang
ditetapkan oleh PKN dan PKL.
9. Melakukan pengamanan dalam pengiriman transaksi untuk mencegah terjadinya
manipulasi transaksi melalui SKNBI. Pengamanan tersebut antara lain meliputi hal-hal
sebagai berikut:
a. Mengoperasikan TPK sesuai dengan Buku Pedoman TPK yang dikeluarkan oleh
Bank Indonesia secara terpisah dari Surat Edaran ini.
b. Menggunakan kode registrasi, user id dan password aplikasi TPK, user id dan
password untuk mengakses jaringan ekstranet Bank Indonesia (khusus JKD yang
menggunakan VPN dial), sandi terminal, password login SSK, security key dan
master key dalam mengoperasikan TPK secara benar dan bertanggung jawab.
c. Tidak meng-install aplikasi selain aplikasi TPK dan aplikasi pendukung pada TPK
Utama dan TPK Back-up.
d. Tidak melakukan perubahan dalam bentuk dan cara apapun terhadap aplikasi
TPK.
e. User id dan password aplikasi TPK, user id dan password untuk mengakses
156
Lampiran 7
jaringan ekstranet Bank Indonesia (khusus JKD yang menggunakan VPN dial),
password login SSK, dalam mengoperasikan TPK hanya diberikan kepada petugas
yang berwenang.
f. Menempatkan server TPK Utama dan server TPK Back-up pada ruangan khusus
yang harus dilengkapi dengan pengamanan yang memadai antara lain meliputi:
1) akses masuk harus dibatasi;
2) temperatur, kelembaban, dan tegangan listrik yang memenuhi spesifikasi
server TPK Utama dan TPK Back-up;
3) peralatan Uninterrupted Power Supply (UPS); dan
4) perlengkapan pemadam kebakaran.
g. Menatausahakan dokumen penting TPK seperti serial number aplikasi TPK,
master key, security key, sandi terminal, kode registrasi, serta user id dan
password VPN dial di tempat yang terkunci dan hanya dapat diakses oleh pihak
yang berwenang.
h. Melakukan penatausahaan, pemeliharaan dan pengawasan terhadap Warkat
Debet dan Dokumen Kliring, TPPK serta menjaga kualitas MICR, mesin encoder
atau reader encoder yang dimiliki agar tidak disalahgunakan.
i. Melaporkan dengan segera kepada PKL dan/atau PKN dalam hal terdapat
perbedaan atau perubahan atas DKE dan/atau Warkat Debet dan laporan hasil
Kliring yang diterima dan/atau yang diserahkan. Apabila terdapat dugaan yang
kuat bahwa telah terjadi penyalahgunaan Warkat Debet dan/atau manipulasi
pengiriman DKE maka Peserta yang bersangkutan harus melakukan langkah-
langkah pengamanan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan
memberitahukan Peserta lawan transaksi. Langkah-langkah pengamanan
tersebut antara lain dengan melaporkan hal tersebut kepada instansi yang
berwenang seperti kepolisian untuk penyelesaiannya.
10. Menindaklanjuti dan melaporkan setiap perubahan nama, status, alamat, dan/atau hal-
hal lain yang berkaitan dengan operasional SKNBI secara tertulis kepada PKL dan/atau
PKN serta melakukan penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan.
11. Mematuhi ketentuan-ketentuan lainnya yang berkaitan dengan kegiatan operasional
penyelenggaraan SKNBI.
Kewajiban dan tanggung jawab Peserta sebagaimana dimaksud pada angka 1 sampai dengan
angka 11 dimaksudkan agar Peserta menerapkan prinsip kehati-hatian dan langkah-langkah
pengamanan untuk mencegah kemungkinan adanya penyalahgunaan dalam penyelenggaraan
157
Lampiran 7
SKNBI. Dalam hal terdapat penyalahgunaan, manipulasi, dan/atau kelalaian dalam
melaksanakan kewajiban dan tanggung jawab Peserta dalam penyelenggaraan SKNBI, maka
hal tersebut menjadi tanggung jawab Peserta yang bersangkutan.
B. Kewajiban pengurus dan/atau pejabat eksekutif Bank
Pengurus dan/atau pejabat eksekutif Bank wajib melaksanakan langkah-langkah yang
diperlukan untuk memastikan ketaatan seluruh kantor Bank yang menjadi Peserta terhadap
ketentuan Bank Indonesia mengenai penyelenggaraan SKNBI.
Yang dimaksud pengurus Bank adalah pengurus sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank
Indonesia yang mengatur mengenai penilaian kemampuan dan kepatutan (fit and proper test),
yaitu komisaris dan direksi perusahaan atau Bank, atau yang setara dengan itu, termasuk
antara lain tim pengawas dan tim pengelola Bank dalam penyehatan.
Yang dimaksud pejabat eksekutif Bank adalah pejabat eksekutif sebagaimana diatur dalam
ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai penilaian kemampuan dan kepatutan (fit
and proper test), yaitu pejabat yang bertanggungjawab langsung kepada direksi atau
mempunyai pengaruh terhadap kebijakan dan operasional perusahaan atau Bank, antara lain
pemimpin kantor cabang dan kepala satuan kerja audit intern.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan antara lain melakukan monitoring atas penerapan
security audit dan monitoring atas pemeriksaan internal yang menjamin keamanan
operasional SKNBI sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia mengenai SKNBI yang dapat
mendukung diketahuinya secara dini terjadinya penyimpangan.
158
Lampiran 7
BAB V
WARKAT DEBET DAN DOKUMEN KLIRING
A. Warkat Debet
1. Warkat Debet yang dapat diperhitungkan dalam penyelenggaraan Kliring Debet
meliputi:
a. Cek;
b. Bilyet Giro;
c. Wesel;
d. Nota Debet; dan
e. Warkat Debet lainnya yang disetujui Bank Indonesia untuk dikliringkan.
2. Warkat Debet sebagaimana dimaksud pada angka 1 harus dinyatakan dalam mata uang
rupiah.
3. Spesifikasi teknis Warkat Debet sebagaimana dimaksud pada angka 1 dan perusahaan
percetakan dokumen sekuriti yang dapat mencetak Warkat Debet diatur sesuai dengan
ketentuan Bank Indonesia mengenai Warkat Debet dan Dokumen Kliring serta
Pencetakannya pada Perusahaan Percetakan Warkat dan Dokumen Kliring (PPWDK)
dalam Penyelenggaraan SKNBI.
B. Dokumen Kliring untuk Kliring Debet
Dokumen Kliring adalah alat bantu yang berfungsi sebagai dokumen kontrol dalam
penyelenggaraan Kliring Debet. Jenis dan penggunaan Dokumen Kliring dalam
penyelenggaraan Kliring Debet diatur sebagai berikut:
1. Wilayah Kliring On-Line Otomasi
a. Jenis Dokumen Kliring meliputi:
1) Bukti Penyerahan Warkat Debet pada Kliring Penyerahan (BPWD-Kliring
Penyerahan);
2) Bukti Penyerahan Warkat Debet pada Kliring Pengembalian (BPWD - Kliring
Pengembalian);
3) Dihapus;
4) Kartu batch; dan
5) Daftar DKE Yang Ditolak Per Peserta Penerima.
Spesifikasi teknis Dokumen Kliring sebagaimana dimaksud pada angka 1), angka
2) dan angka 4) diatur sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia mengenai
Warkat Debet dan Dokumen Kliring serta Pencetakannya pada Perusahaan
159
Lampiran 7
Percetakan Warkat dan Dokumen Kliring (PPWDK) dalam Penyelenggaraan
SKNBI. Untuk BPWD-Kliring Pengembalian, spesifikasi teknis sesuai dengan
spesifikasi teknis BPWD-Kliring Penyerahan dengan contoh format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran 5.1.
b. Penggunaan Dokumen Kliring:
1) BPWD-Kliring Penyerahan digunakan dalam Kliring penyerahan, dengan
ketentuan sebagai berikut:
a) BPWD-Kliring Penyerahan dibuat sebanyak 1 (satu) lembar untuk
setiap bundel Warkat Debet yang akan diserahkan kepada petugas
PKL pada saat Kliring penyerahan; dan
b) BPWD-Kliring Penyerahan diisi dengan informasi dalam bentuk MICR
code line sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
butir D.3.a dan dibubuhi tanda tangan dan nama jelas petugas
Peserta yang berwenang pada kolom yang tersedia.
2) BPWD-Kliring Pengembalian digunakan dalam Kliring pengembalian,
dengan ketentuan sebagai berikut:
a) BPWD-Kliring Pengembalian dibuat sebanyak 1 (satu) lembar untuk
setiap bundel Warkat Debet yang akan diserahkan kepada petugas
PKL pada saat Kliring pengembalian.
b) BPWD-Kliring Pengembalian diisi dengan informasi dalam bentuk
MICR code line sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam butir D.3.a dan dibubuhi tanda tangan dan nama jelas
petugas Peserta yang berwenang pada kolom yang tersedia.
3) Dihapus.
4) Kartu batch digunakan dalam Kliring penyerahan untuk mencantumkan
jumlah nominal seluruh Warkat Debet pada setiap bundel yang diserahkan
oleh Peserta kepada PKL dan merupakan sarana kontrol dalam proses
otomasi Warkat Debet pada Kliring penyerahan oleh petugas PKL.
5) Daftar DKE Yang Ditolak Per Peserta Penerima digunakan dalam Kliring
pengembalian dan berisi rincian informasi Warkat Debet dan/atau DKE
Debet yang ditolak oleh Peserta melalui Kliring pengembalian. Daftar
DKE Yang Ditolak Per Peserta Penerima dicetak oleh Peserta yang menolak
melalui aplikasi TPK dalam rangkap 2 (dua), untuk masing-masing Peserta
yang ditolak dengan penggunaan sebagai berikut :
160
Lampiran 7
a) lembar pertama diserahkan kepada PKL untuk diteruskan kepada
Peserta yang ditolak; dan
b) lembar kedua merupakan arsip Peserta yang menolak.
2. Wilayah Kliring Off-Line Otomasi
a. Jenis Dokumen Kliring :
1) Bukti Penyerahan Warkat Debet pada Kliring Penyerahan (BPWD-Kliring
Penyerahan);
2) Bukti Penyerahan Warkat Debet pada Kliring Pengembalian (BPWD-Kliring
Pengembalian);
3) Dihapus.
4) Kartu batch;
5) Daftar DKE Yang Ditolak Per Peserta Penerima;
6) Bukti Penyerahan Rekaman DKE Debet pada Kliring Penyerahan (BPR-
Kliring Penyerahan); dan
7) Bukti Penyerahan Rekaman DKE Debet pada Kliring Pengembalian (BPR-
Kliring Pengembalian).
Spesifikasi teknis Dokumen Kliring sebagaimana dimaksud pada angka 1), angka
2) dan angka 4) diatur sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia mengenai Warkat
Debet dan Dokumen Kliring serta Pencetakannya pada Perusahaan Percetakan
Warkat dan Dokumen Kliring (PPWDK) dalam Penyelenggaraan SKNBI. Untuk
BPWD-Kliring Pengembalian, spesifikasi teknis sesuai dengan spesifikasi teknis
BPWD-Kliring Penyerahan dengan contoh format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran 5.1.
b. Penggunaan Dokumen Kliring:
1) Penggunaan Dokumen Kliring sebagaimana dimaksud pada butir a.1)
sampai dengan butir a.5) diatur sesuai dengan ketentuan sebagaimana
dimaksud pada butir 1.b.
2) BPR-Kliring Penyerahan digunakan dalam Kliring penyerahan, yang dicetak
oleh Peserta melalui aplikasi TPK dalam rangkap 2 (dua).
3) BPR-Kliring Pengembalian digunakan dalam Kliring pengembalian, yang
dicetak oleh Peserta melalui aplikasi TPK dalam rangkap 2 (dua).
3. Wilayah Kliring Off-Line Manual
a. Jenis Dokumen Kliring:
1) Bukti Penyerahan Rekaman DKE Debet pada Kliring Penyerahan (BPR-
161
Lampiran 7
Kliring Penyerahan);
2) Bukti Penyerahan Rekaman DKE Debet pada Kliring Pengembalian (BPR-
Kliring Pengembalian);
3) Rincian Warkat Debet yang Diserahkan pada Kliring Penyerahan
Berdasarkan Peserta Penerima (RWD-Kliring Penyerahan);
4) Rincian Warkat Debet yang Diserahkan pada Kliring Pengembalian
Berdasarkan Peserta Penerima (RWD-Kliring Pengembalian); dan
5) Daftar DKE Yang Ditolak Per Peserta Penerima.
b. Penggunaan Dokumen Kliring:
1) Penggunaan Dokumen Kliring sebagaimana dimaksud pada butir a.1) dan
butir a.2) diatur sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada
butir 2.b.2) dan butir 2.b.3).
2) RWD-Kliring Penyerahan digunakan dalam Kliring penyerahan, yang
dicetak oleh Peserta pengirim melalui aplikasi TPK untuk masing-masing
Peserta penerima dalam rangkap 2 (dua).
3) RWD-Kliring Pengembalian digunakan dalam Kliring pengembalian, yang
dicetak oleh Peserta pengirim melalui aplikasi TPK untuk masing-masing
Peserta penerima dalam rangkap 2 (dua).
4) Daftar DKE Yang Ditolak Per Peserta Penerima digunakan dalam Kliring
pengembalian dan berisi rincian informasi Warkat Debet dan/atau DKE
Debet yang ditolak oleh Peserta melalui Kliring pengembalian. Daftar DKE
Yang Ditolak Per Peserta Penerima dicetak oleh Peserta yang menolak
melalui aplikasi TPK dalam rangkap 2 (dua), untuk masing-masing Peserta
yang ditolak dengan penggunaan sebagai berikut:
a) lembar pertama diserahkan kepada Peserta yang ditolak pada saat
Kliring pengembalian; dan
b) lembar kedua merupakan arsip Peserta yang menolak.
4. Wilayah Kliring On-line Manual
a. Jenis Dokumen Kliring meliputi:
1) Rincian Warkat Debet yang Diserahkan pada Kliring Penyerahan
Berdasarkan Peserta Penerima (RWD-Kliring Penyerahan);
2) Rincian Warkat Debet yang Diserahkan pada Kliring Pengembalian
Berdasarkan Peserta Penerima (RWD-Kliring Pengembalian); dan
3) Daftar DKE Yang Ditolak Per Peserta Penerima.
162
Lampiran 7
b. Penggunaan Dokumen Kliring:
1) RWD-Kliring Penyerahan digunakan dalam Kliring penyerahan, yang
dicetak oleh Peserta pengirim melalui aplikasi TPK atau aplikasi lainnya
untuk masing-masing Peserta penerima dalam rangkap 2 (dua).
2) RWD-Kliring Pengembalian digunakan dalam Kliring pengembalian, yang
dicetak oleh Peserta pengirim melalui aplikasi TPK atau aplikasi lainnya
untuk masing-masing Peserta penerima dalam rangkap 2 (dua).
3) Daftar DKE Yang Ditolak Per Peserta Penerima digunakan dalam Kliring
pengembalian dan berisi rincian informasi Warkat Debet dan/atau DKE
Debet yang ditolak oleh Peserta melalui Kliring pengembalian. Daftar DKE
Yang Ditolak Per Peserta Penerima dicetak oleh Peserta yang menolak
melalui aplikasi TPK atau aplikasi lainnya dalam rangkap 2 (dua), untuk
masing-masing Peserta yang ditolak dengan penggunaan sebagai berikut:
a) lembar pertama diserahkan kepada Peserta yang ditolak pada saat
Kliring pengembalian; dan
b) lembar kedua merupakan arsip Peserta yang menolak.
C. Dokumen Kliring untuk Kliring Kredit
1. Jenis Dokumen Kliring
Jenis Dokumen Kliring dalam penyelenggaraan Kliring Kredit adalah Bukti Penyerahan
Rekaman DKE Kredit pada Kliring Kredit (BPR-Kliring Kredit).
2. Penggunaan Dokumen Kliring
BPR-Kliring Kredit dicetak melalui aplikasi TPK dalam rangkap 2 (dua) oleh Peserta
pengirim dan digunakan dalam hal pengiriman DKE Kredit dilakukan melalui PKL.
D. Pencantuman Informasi dalam Bentuk MICR Code Line pada Warkat Debet dan Dokumen
Kliring
Peserta di Wilayah Kliring On-line Otomasi dan Wilayah Kliring Off-line Otomasi harus
mencantumkan rangkaian informasi berupa angka dan simbol dalam bentuk MICR code line
pada area clear band Warkat Debet dan Dokumen Kliring. Angka dan simbol ini diperlukan
dalam pemrosesan Warkat Debet secara otomasi oleh PKL.
1. Jenis Informasi dan Kualitas MICR Code Line
a. Informasi dalam bentuk MICR code line yang harus dicantumkan pada area clear
band Warkat Debet terdiri dari :
1) nomor seri : 6 (enam) digit.;
2) sandi Peserta : 7 (tujuh) digit ;
163
Lampiran 7
3) nomor rekening : 10 (sepuluh) digit;
4) sandi transaksi : 2 (dua) digit ; dan
5) nilai nominal : 14 (empat belas) digit.
b. Jenis angka dan simbol dalam bentuk MICR code line yang dicantumkan pada
Warkat Debet dan Dokumen Kliring harus sesuai dan memenuhi spesifikasi
untuk angka dan simbol MICR E - 13B sebagaimana ditentukan oleh ISO
1004:1995, yang terdiri dari :
1) 10 (sepuluh) digit angka, dari 0 (nol) sampai dengan 9 (sembilan) yang
digunakan untuk mengisi informasi pada MICR code line.
2) 4 (empat) simbol spesial, yang terdiri atas :
a) simbol domestik;
b) simbol nominal;
c) simbol bank; dan
d) simbol garis pendek.
Contoh bentuk angka dan simbol MICR code line sebagaimana tercantum dalam
Lampiran 5.2.
c. Pencantuman MICR code line harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1) menggunakan pita MICR yang memenuhi ISO 1004:1995;
2) baris MICR code line harus rata (tidak naik turun); dan
3) pencantuman angka dan simbol domestik MICR code line tidak boleh cacat.
2. Tata Cara Pencantuman MICR Code Line pada Warkat Debet
a. Kolom Nomor Seri
1) Kolom nomor seri dimaksudkan untuk mencantumkan nomor seri pada
Cek dan Bilyet Giro, atau identitas lainnya misalnya nomor urut, nomor
registrasi atau nomor lainnya untuk Warkat Debet selain Cek dan Bilyet
Giro.
2) Kolom nomor seri terdiri atas 6 (enam) digit angka, dengan ketentuan
sebagai berikut :
a) Apabila nomor seri Warkat Debet kurang dari 6 (enam) digit,
pencantuman diawali dengan angka “0” (nol).
b) Apabila nomor seri Warkat Debet lebih dari 6 (enam) digit maka
nomor yang dicantumkan hanya 6 (enam) digit terakhir.
3) Pencantuman nomor seri Warkat Debet diawali dan diakhiri dengan simbol
domestik.
164
Lampiran 7
4) Pencantuman nomor seri Warkat Debet dilakukan oleh Peserta yang
menerbitkan Warkat Debet.
b. Kolom Sandi Peserta
1) Kolom sandi Peserta dimaksudkan untuk mencantumkan sandi Peserta
yang menerbitkan Warkat Debet.
2) Kolom Sandi Peserta terdiri atas 7 (tujuh) digit angka, dengan ketentuan
sebagai berikut :
a) 3 (tiga) digit pertama merupakan sandi Bank; dan
b) 4 (empat) digit berikutnya merupakan sandi kantor Peserta.
Di antara 3 (tiga) digit pertama dan 4 (empat) digit terakhir dicantumkan
simbol garis pendek.
3) Pencantuman sandi Peserta diakhiri dengan simbol Bank.
4) Pencantuman sandi Peserta dilakukan oleh Peserta yang menerbitkan
Warkat Debet.
c. Kolom Nomor Rekening
1) Kolom nomor rekening dimaksudkan untuk mencantumkan nomor
rekening nasabah yang menerbitkan Warkat Debet.
2) Kolom nomor rekening terdiri atas 10 (sepuluh) digit angka, dengan
ketentuan sebagai berikut:
a) Apabila nomor rekening kurang dari 10 (sepuluh) digit,
pencantuman diawali dengan angka “0” (nol).
b) Apabila nomor rekening lebih dari 10 (sepuluh) digit, hanya
dicantumkan 10 (sepuluh) digit terakhir.
c) Apabila nomor rekening menggunakan karakter non numeric maka
pengisian MICR dilakukan dengan menggunakan angka
“0000000001”.
3) Pencantuman nomor rekening diakhiri dengan simbol domestik.
4) Pencantuman nomor rekening dilakukan oleh Peserta yang menerbitkan
Warkat Debet.
d. Kolom Sandi Transaksi
1) Kolom Sandi Transaksi dimaksudkan untuk mencantumkan sandi yang
membedakan jenis Warkat Debet dan/atau jenis transaksi yang terdapat di
dalamnya.
2) Kolom Sandi Transaksi terdiri dari 2 (dua) digit angka dengan ketentuan
165
Lampiran 7
sebagai berikut :
a) 00 sampai dengan 09 untuk Cek.
b) 10 sampai dengan 19 untuk Bilyet Giro.
c) 20 sampai dengan 29 untuk Wesel.
d) 30 sampai dengan 39 untuk Warkat Debet lainnya.
e) 40 sampai dengan 49 untuk Nota Debet, dengan ketentuan sebagai
berikut :
(1) sandi transaksi 40 sampai dengan 49 kecuali sandi transaksi
45, untuk transaksi Nota Debet dengan nilai nominal paling
tinggi Rp10.000.000,00 (sepuluh juta Rupiah);
(2) sandi transaksi 45, untuk transaksi Nota Debet dengan nilai
nominal di atas Rp10.000.000,00 (sepuluh juta Rupiah) dan
digunakan untuk transaksi-transaksi sebagaimana diatur
dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai Penggunaan Nota
Debet Dalam Kliring.
f) Dihapus.
3) Pencantuman sandi transaksi dilakukan oleh Peserta yang menerbitkan
Warkat Debet.
e. Kolom Nilai Nominal
1) Kolom nilai nominal dimaksudkan untuk mencantumkan nilai nominal
transaksi sebagaimana yang tertulis pada Warkat Debet.
2) Kolom nilai nominal terdiri atas 14 (empat belas) digit angka termasuk 2
(dua) digit nilai sen dalam satuan mata uang Rupiah (Rp), dengan
ketentuan sebagai berikut :
a) apabila nilai nominal kurang dari 14 (empat belas) digit,
pencantuman harus diawali dengan angka “0” (nol);
b) nilai nominal pada Warkat Debet harus kurang dari
Rp1.000.000.000.000,00 (satu trilyun Rupiah);
c) pencantuman nilai nominal diawali dan diakhiri dengan simbol
nominal.
3) Informasi mengenai nilai nominal tidak dicetak secara pre-printed, namun
dilakukan oleh Peserta pengirim yang mengkliringkan Warkat Debet
melalui Kliring penyerahan, dengan menggunakan MICR encoder atau
reader-encoder.
166
Lampiran 7
Contoh cara pencantuman MICR code line secara lengkap pada Warkat Debet
sebagaimana tercantum dalam Lampiran 5.3.
3. Tata Cara Pencantuman MICR Code Line dan Informasi Lainnya pada Dokumen Kliring
Pencantuman informasi dalam bentuk MICR code line pada Dokumen Kliring dilakukan
oleh Peserta pengirim yang mengkliringkan Warkat Debet dengan ketentuan sebagai
berikut :
a. BPWD-Kliring Penyerahan dan BPWD-Kliring Pengembalian
1) Informasi dalam bentuk MICR code line yang harus dicantumkan pada
area clear band pada BPWD – Kliring Penyerahan dan BPWD-Kliring
Pengembalian adalah sebagai berikut :
a) Kolom nomor seri terdiri atas 6 (enam) digit, dengan ketentuan
pencantuman sebagai berikut:
(1) 3 (tiga) digit pertama diisi dengan angka 000;
(2) 3 (tiga) digit terakhir diisi dengan 3 (tiga) digit pertama sandi
Bank Peserta pengirim; dan
(3) pencantuman informasi diawali dan diakhiri dengan simbol
domestik.
b) Kolom Sandi Peserta terdiri atas 7 (tujuh) digit dan dimaksudkan
untuk sandi kantor Peserta pengirim, dengan ketentuan
pencantuman sebagai berikut :
(1) 3 (tiga) digit pertama diisi dengan 3 (tiga) digit sandi kantor
Peserta pengirim seperti yang tertera pada stempel Kliring
(tanpa angka penguji);
(2) 4 (empat) digit terakhir diisi dengan angka 9999;
(3) diantara 3 (tiga) digit pertama dan 4 (empat) digit terakhir
dicantumkan simbol garis pendek;
(4) pencantuman sandi kantor Peserta diakhiri dengan simbol
Bank.
c) Kolom nomor rekening terdiri atas 10 (sepuluh) digit dan tidak perlu
dilakukan pengisian (dibiarkan kosong).
d) Kolom sandi transaksi terdiri atas 2 (dua) digit dan dimaksudkan
untuk sandi transaksi dengan ketentuan pencantuman sebagai
berikut :
(1) untuk BPWD-Kliring Penyerahan diisi dengan angka 60; dan
167
Lampiran 7
(2) untuk BPWD-Kliring Pengembalian diisi dengan angka 62.
e) Kolom nilai nominal terdiri atas 14 (empat belas) digit angka
termasuk 2 (dua) digit nilai sen dalam satuan mata uang Rupiah.
Kolom ini dimaksudkan untuk total nominal seluruh Warkat Debet
pada bundel Warkat Debet yang diserahkan bersamaan dengan
BPWD-Kliring Penyerahan/BPWD-Kliring Pengembalian yang
menyertainya. Pencantuman nilai nominal diawali dan diakhiri
dengan simbol nominal.
f) Apabila terjadi kesalahan encode pada BPWD-Kliring Penyerahan /
BPWD-Kliring Pengembalian, maka perbaikannya harus dilakukan
dengan menggunakan BPWD-Kliring Penyerahan / BPWD-Kliring
Pengembalian yang baru.
2) Informasi lainnya yang harus dicantumkan pada BPWD-Kliring Penyerahan
dan BPWD-Kliring Pengembalian oleh Peserta pengirim adalah sebagai
berikut:
a) jumlah nilai nominal seluruh Warkat Debet dalam satu bundel yang
menyertai BPWD-Kliring Penyerahan/BPWD-Kliring Pengembalian
dimaksud;
b) stempel Kliring yang sama dengan stempel Kliring pada Warkat
Debet yang diserahkan; dan
c) nama dan tanda tangan pejabat atau petugas Peserta pengirim yang
berwenang.
b. Dihapus.
c. Kartu Batch
1) Informasi dalam bentuk MICR code line yang harus dicantumkan pada area
clear band pada kartu batch adalah sebagai berikut :
a) Kolom nomor seri terdiri dari 6 (enam) digit, dengan ketentuan
pencantuman sebagai berikut :
(1) 3 (tiga) digit pertama diisi dengan angka 000;
(2) 3 (tiga) digit terakhir diisi dengan 3 (tiga) digit pertama sandi
Bank Peserta pengirim; dan
(3) Pencantuman informasi diawali dan diakhiri dengan
pencantuman simbol domestik.
b) Kolom sandi Peserta terdiri atas 7 (tujuh) digit dan dimaksudkan
c
.
P
e
n
c
a
n
t
u
m
a
n
… 168
Lampiran 7
untuk sandi kantor Peserta pengirim, dengan ketentuan sebagai
berikut :
(1) 3 (tiga) digit pertama diisi dengan 3 (tiga) digit sandi kantor
Peserta Pengirim seperti yang tertera pada stempel Kliring
(tanpa angka penguji);
(2) 4 (empat) digit terakhir diisi dengan angka 9999;
(3) Di antara 3 (tiga) digit pertama dan 4 (empat) digit terakhir
dicantumkan simbol garis pendek; dan
(4) Pencantuman sandi kantor Peserta diakhiri dengan simbol
Bank.
c) Kolom nomor rekening terdiri atas 10 (sepuluh) digit dan tidak perlu
dilakukan pengisian (dibiarkan kosong).
d) Kolom sandi transaksi terdiri atas 2 (dua) digit dan dimaksudkan
untuk sandi transaksi yaitu angka 96.
e) Kolom nilai nominal terdiri atas 14 (empat belas) digit angka
termasuk 2 (dua) digit nilai sen dalam satuan mata uang Rupiah.
Kolom ini dimaksudkan untuk total nominal seluruh Warkat Debet
pada bundel Warkat Debet yang diserahkan bersamaan dengan
kartu batch dimaksud. Pengisian nilai nominal diawali dan diakhiri
dengan simbol nominal.
f) Apabila terjadi kesalahan encode pada kartu batch, maka
perbaikannya harus dilakukan dengan menggunakan kartu batch
yang baru.
2) Informasi lainnya yang harus dicantumkan pada kartu batch oleh Peserta
pengirim adalah sebagai berikut :
a) jumlah nilai nominal seluruh Warkat Debet dalam satu bundel yang
menyertai kartu batch dimaksud; dan
b) Stempel Kliring yang sama dengan stempel Kliring pada Warkat
Debet, BPWD-Kliring Penyerahan/ BPWD-Kliring Pengembalian yang
menyertainya.
Contoh cara pencantuman MICR code line pada Dokumen Kliring sebagaimana
tercantum dalam Lampiran 5.4 dan Lampiran 5.5.
4. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pencantuman MICR Code Line
a. Pada area clear band pada Warkat Debet dan Dokumen Kliring tidak boleh ada
169
Lampiran 7
coretan dan informasi lain selain informasi dalam bentuk MICR code line
sebagaimana diatur dalam ketentuan ini.
b. Pencantuman nilai nominal pada Warkat Debet oleh Peserta pengirim tidak
tumpang tindih dengan informasi yang tercetak sebelumnya (pre-printed).
c. Simbol spesial harus selalu tercantum secara lengkap pada setiap Warkat Debet.
d. Di antara digit angka pada setiap kolom informasi dalam bentuk MICR code line
tidak boleh terdapat spasi kosong.
e. Dalam hal Cek dan Bilyet Giro Antar Wilayah diterbitkan oleh Peserta Kliring
Antar Wilayah yang berasal dari Wilayah Kliring On-line Manual dan Off-line
Manual, maka diatur ketentuan sebagai berikut:
1) Peserta pengirim yang akan mengkliringkan Cek dan Bilyet Giro Antar
Wilayah harus memperhatikan kelengkapan pengisian kolom informasi
dalam bentuk MICR code line pada clear band;
2) Dalam hal kolom informasi MICR code line belum terisi secara lengkap,
maka Peserta pengirim harus melengkapi informasi tersebut sesuai
dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 2, dengan
memperhatikan ketentuan sebagai berikut :
a) untuk pencantuman sandi Peserta dan nomor rekening giro, Peserta
harus mengacu pada informasi sandi Peserta dan nomor rekening
giro pada Cek dan Bilyet Giro yang tertera di luar area clear band;
dan
b) dalam hal tidak terdapat informasi sandi Peserta di luar area clear
band, maka pengisian MICR code line untuk sandi Peserta dapat
menggunakan sandi Peserta Kantor Koordinator Antar Wilayah dari
Bank penerbit Cek dan Bilyet Giro Antar Wilayah yang berada di
Wilayah Kliring yang bersangkutan.
170
Lampiran 7
BAB VI
PENDANAAN AWAL (PREFUND)
Dalam penyelenggaraan SKNBI, Bank harus menyediakan pendanaan awal (prefund) yang
dimaksudkan untuk mengantisipasi pemenuhan potensi kewajiban dari seluruh kantor Bank yang
menjadi Peserta pada penyelenggaraan Kliring Debet dan Kliring Kredit. Pendanaan awal (prefund)
untuk Kliring Debet dan Kliring Kredit diatur sebagai berikut:
A. Minimum Nominal Pendanaan Awal (Prefund)
1. Kliring Debet
a. Minimum nominal pendanaan awal (prefund) untuk Kliring Debet yang harus
disediakan oleh Bank ditetapkan oleh Bank Indonesia setiap bulan.
b. Minimum nominal pendanaan awal (prefund) untuk Kliring Debet adalah sebesar
total tagihan harian terbesar Bank dalam Kliring Debet dari seluruh Wilayah
Kliring selama penyelenggaraan Kliring Debet dalam kurun waktu 12 (dua belas)
bulan sebelumnya dengan mengecualikan data transaksi yang nilai nominalnya di
luar kebiasaan (outliar). Khusus untuk bulan keduabelas, data yang
diperhitungkan adalah data transaksi sampai dengan tanggal 25. Apabila tanggal
25 pada bulan keduabelas jatuh pada hari libur, maka data yang diperhitungkan
adalah data transaksi sampai dengan hari kerja terakhir sebelum tanggal 25.
Contoh penetapan batas minimum nominal pendanaan awal (prefund) untuk
Bank A pada bulan Januari 2006 adalah sebagai berikut:
1) Data historis yang digunakan adalah data transaksi total tagihan (incoming
debet) periode 1 Januari 2005 sampai dengan 25 Desember 2005.
Berdasarkan database di Bank Indonesia dalam kurun waktu tersebut,
total tagihan (incoming debet) terbesar Bank A dalam penyelenggaraan
Kliring Debet dari seluruh Wilayah Kliring, setelah mengeluarkan data
transaksi yang nilai nominalnya di luar kebiasaan (outliar), adalah sebesar
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Dengan demikian, minimum
nominal pendanaan awal (prefund) yang harus disediakan oleh Bank A
untuk penyelenggaraan Kliring Debet selama bulan Januari 2006 adalah
sebesar Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
2) Untuk penyelenggaraan Kliring Debet periode bulan Februari 2006,
minimum nominal pendanaan awal (prefund) yang harus disediakan oleh
Bank A ditetapkan berdasarkan total tagihan (incoming debet) terbesar
171
Lampiran 7
untuk kurun waktu 1 Februari 2005 sampai dengan 25 Januari 2006.
c. Cara menghitung data transaksi yang nilai nominalnya di luar kebiasaan (outliar)
sebagaimana dimaksud pada huruf b adalah nilai rata-rata total tagihan
(incoming debet) per Bank Peserta ditambah 3 standar deviasi.
d. Besarnya nilai minimum nominal pendanaan awal (prefund) sebagaimana
dimaksud pada huruf b yang harus disediakan oleh Bank diinformasikan oleh PKN
pada tanggal 26 setiap bulannya dan dapat diakses oleh Bank melalui TPK on-line
atau sarana lainnya. Apabila tanggal 26 jatuh pada hari libur, maka besarnya
minimum nominal pendanaan awal (prefund) diinformasikan oleh PKN kepada
Peserta pada hari kerja berikutnya.
e. Dalam hal terdapat Bank yang baru pertama kali menjadi Peserta dan belum
mempunyai data historis transaksi Warkat Debet, besarnya minimum nominal
pendanaan awal (prefund) yang harus disediakan oleh Bank tersebut diatur
sebagai berikut:
1) Pada hari pertama keikutsertaan Bank dalam SKNBI, minimum nominal
pendanaan awal (prefund) yang harus disediakan adalah sebesar Rp0,00
(nol rupiah).
2) Pada hari-hari kerja berikutnya di bulan yang sama dengan tanggal
keikutsertaan Bank dalam SKNBI untuk pertama kali, besarnya minimum
nominal pendanaan awal (prefund) yang harus disediakan oleh Bank
ditetapkan berdasarkan data total tagihan (incoming debet) terbesar Bank
tersebut pada hari-hari kerja sebelumnya.
3) Penetapan besar minimum nominal pendanaan awal (prefund) untuk bulan
berikutnya ditetapkan dengan memperhatikan ketentuan sebagaimana
dimaksud pada huruf b sesuai dengan data historis yang dimiliki oleh Bank.
Dalam hal ini, apabila data historis yang dimiliki oleh Bank masih kurang
dari 12 bulan, maka data historis yang digunakan adalah data yang tersedia
pada periode tersebut.
f. Dalam hal terdapat Bank yang merger atau konsolidasi, besarnya minimum
nominal pendanaan awal (prefund) yang harus disediakan oleh Bank hasil merger
atau Bank hasil konsolidasi diatur sebagai berikut:
1) Sejak tanggal efektif merger atau konsolidasi sampai dengan akhir bulan
yang bersangkutan, minimum nominal pendanaan awal (prefund) yang
harus disediakan adalah sebesar total minimum pendanaan awal (prefund)
172
Lampiran 7
dari bank-bank yang melakukan merger atau konsolidasi, yang telah
ditetapkan pada awal bulan ketika bank-bank tersebut belum melakukan
merger atau konsolidasi.
2) Penetapan besarnya minimum nominal pendanaan awal (prefund) untuk
bulan berikutnya ditetapkan berdasarkan total tagihan harian terbesar
Bank hasil merger atau konsolidasi dalam Kliring Debet dari seluruh
Wilayah Kliring selama penyelenggaraan Kliring Debet dalam bulan
sebelumnya sejak efektif merger/atau konsolidasi dengan mengecualikan
data transaksi yang nilai nominalnya di luar kebiasaan (outliar).
3) Penetapan besar minimum nominal pendanaan awal (prefund) untuk
bulan-bulan berikutnya ditetapkan dengan memperhatikan ketentuan
sebagaimana dimaksud pada angka 2) sesuai dengan data historis yang
dimiliki oleh Bank hasil merger atau Bank hasil konsolidasi. Dalam hal ini,
apabila data historis yang dimiliki oleh Bank hasil merger atau Bank hasil
konsolidasi masih kurang dari 12 bulan, maka data historis yang digunakan
adalah data yang tersedia pada periode tersebut.
g. Dalam hal terdapat Bank hasil konversi, misal dari Bank konvensional menjadi
Bank syariah, besarnya minimum nominal pendanaan awal (prefund) yang harus
disediakan oleh Bank hasil konversi menggunakan data historis 12 (dua belas)
bulan sebelumnya sebagaimana dimaksud pada huruf b di atas.
2. Kliring Kredit
a. Penyediaan pendanaan awal (prefund) untuk Kliring Kredit hanya dilakukan pada
penyelenggaraan Kliring Kredit siklus pertama.
Nominal pendanaan awal (prefund) untuk Kliring Kredit siklus pertama yang
harus disediakan oleh Bank setiap harinya paling sedikit adalah sebesar Rp1,00
(satu rupiah).
B. Batas Waktu Penyediaan Pendanaan Awal (Prefund)
1. Batas waktu untuk menyediakan pendanaan awal (prefund) oleh Bank diatur sesuai
dengan ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai jadwal penyelenggaraan
SKNBI.
2. Waktu untuk menyediakan pendanaan awal (prefund) sebagaimana dimaksud dalam
angka 1 menggunakan waktu yang tercatat pada SSK di Bank Indonesia.
3. Dalam hal sampai dengan batas waktu sebagaimana dimaksud pada angka 1 Bank tidak
menyediakan pendanaan awal (prefund) untuk Kliring Debet atau Kliring Kredit, atau
dalam …
2. Waktu …
173
Lampiran 7
total pendanaan awal (prefund) yang disediakan kurang dari batas minimum yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia, maka seluruh kantor Bank tersebut yang menjadi
Peserta dihentikan sementara dari kegiatan SKNBI yang meliputi Kliring Debet dan
Kliring Kredit dengan tata cara penghentian sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud
pada butir A.1. Bab X mengenai Penghentian Peserta Dalam Kegiatan SKNBI.
4. Dalam hal terjadi kondisi sebagaimana dimaksud pada angka 3, Bank Indonesia dapat
mengikutsertakan Bank dalam kegiatan SKNBI dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Bank mengajukan permohonan secara tertulis kepada PKN dengan
menginformasikan penyebab kegagalan Bank dalam memenuhi penyediaan
pendanaan awal beserta bukti-bukti pendukung.
b. Penyebab kegagalan Bank dalam memenuhi penyediaan pendanaan awal
sebagaimana dimaksud pada huruf a yang dapat dipertimbangkan oleh Bank
Indonesia adalah sebagai berikut:
1) terjadi gangguan sistem dan/atau Keadaan Darurat pada saat pengiriman
pendanaan awal (prefund); dan/atau
2) terjadi kesalahan penggunaan Transaction Reference Number (TRN)
dan/atau member code Sistem BI-RTGS.
c. Setelah mendapatkan persetujuan dari Bank Indonesia, Bank wajib segera
menyediakan pendanaan awal (prefund) dengan cara sebagai berikut:
1) Dalam hal terjadi kondisi sebagaimana dimaksud dalam butir b.1),
pendanaan awal (prefund) dilakukan dengan mekanisme sebagaimana
dimaksud pada butir D.1.b.
2) Dalam hal terjadi kondisi sebagaimana dimaksud dalam butir b.2),
pendanaan awal (prefund) dilakukan dengan mekanisme koreksi
sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur
mengenai Sistem BI-RTGS.
C. Jenis dan Pengelolaan Pendanaan Awal (Prefund)
1. Jenis Pendanaan Awal (Prefund)
a. Pendanaan Awal (Prefund) Kliring Debet dapat dilakukan dalam bentuk dana
tunai (cash prefund) dan/atau agunan (collateral prefund).
b. Jenis agunan (collateral prefund) sebagaimana dimaksud pada angka 1 dapat
berupa:
1) Sertifikat Bank Indonesia (SBI) atau Sertifikat Wadiah Bank Indonesia
(SWBI);
174
Lampiran 7
2) Surat Utang Negara (SUN); dan/atau
3) surat berharga atau tagihan lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
c. Pendanaan Awal (Prefund) Kliring Kredit dilakukan hanya dalam bentuk dana
tunai (cash prefund).
2. Pengelolaan Pendanaan Awal (Prefund)
a. Dana tunai (cash prefund) untuk pendanaan awal (prefund) Kliring Debet dan
Kliring Kredit ditatausahakan oleh Bank Indonesia pada Sistem BI-RTGS dalam
rekening-rekening milik PKN yang digunakan khusus untuk menampung dana
tunai (cash prefund) Kliring Debet dan Kliring Kredit.
b. Rekening-rekening PKN sebagaimana dimaksud pada huruf a dibuka oleh Bank
Indonesia.
c. Agunan (collateral prefund) ditatausahakan oleh Bank Indonesia pada sarana BI-
SSSS, dalam rekening individual agunan FLI-Kliring dan rekening agunan FLIS
Kliring masing-masing Bank yang terpisah dari rekening perdagangan atau
rekening aktif.
D. Tata Cara Penyediaan Pendanaan Awal (Prefund)
1. Pendanaan awal (prefund) untuk Kliring Debet
Pendanaan awal (prefund) untuk Kliring Debet dapat berupa dana tunai (cash prefund)
dan/atau agunan (collateral prefund) dengan mekanisme sebagai berikut:
a. Pendanaan awal (prefund) dalam bentuk dana tunai (cash prefund) dilakukan
melalui Sistem BI-RTGS, dengan cara melakukan transfer kredit dari rekening giro
Bank ke rekening khusus milik PKN untuk Kliring Debet dengan rincian informasi
sebagai berikut:
1) Member Code : INDOIDJA930CHDC
2) Transaction Reference Number (TRN): IFTDCPF0
3) Beneficiary:
a) Nomor Rekening: 561.930321
b) Nama Rekening: Rekening Antara Akunting Penyelenggara Kliring
Nasional Debet
b. Apabila terjadi kondisi gangguan dan Keadaan Darurat yang menyebabkan Bank
tidak dapat melakukan transfer kredit melalui Sistem BI-RTGS, maka penyediaan
pendanaan awal (prefund) dalam bentuk dana tunai (cash prefund) dapat
dilakukan dengan menggunakan bilyet giro Bank Indonesia untuk dibukukan oleh
Bank Indonesia, sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia mengenai Sistem BI-
175
Lampiran 7
RTGS.
c. Penyediaan dan penambahan pendanaan awal (prefund) dalam bentuk agunan
(collateral prefund) dilakukan melalui sarana BI-SSSS, dengan cara memindahkan
agunan (collateral prefund) sebagaimana dimaksud pada butir C.1.b dari
Rekening Perdagangan ke Rekening Agunan FLI Kliring atau dari Rekening Aktif ke
Rekening Agunan FLIS Kliring.
d. Tata cara pemindahan agunan (collateral prefund) sebagaimana dimaksud pada
huruf c sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur
mengenai Bank Indonesia Scripless Securities Settlement System (BI-SSSS),
fasilitas likuiditas intrahari bagi Bank umum (FLI) dan fasilitas likuiditas intrahari
bagi Bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah (FLIS).
2. Pendanaan awal (prefund) untuk Kliring Kredit
Pendanaan awal (prefund) untuk Kliring Kredit berupa dana tunai (cash prefund) dengan
mekanisme sebagai berikut:
a. Pendanaan awal (prefund) dilakukan pada siklus pertama melalui Sistem BI-RTGS,
dengan cara melakukan transfer kredit dari rekening giro Bank ke rekening
khusus milik PKN dengan rincian informasi sebagai berikut:
1) Member Code : INDOIDJA930CHCC1
2) Transaction Reference Number (TRN): IFTCCPF1
3) Beneficiary:
a) Nomor Rekening: 561.930221
b) Nama Rekening: Rekening Antara Akunting Penyelenggara Kliring
Nasional Kredit 1
b. Apabila terjadi kondisi gangguan dan Keadaan Darurat yang menyebabkan Bank
tidak dapat melakukan transfer kredit melalui Sistem BI-RTGS, maka penyediaan
pendanaan awal (prefund) dalam bentuk dana tunai (cash prefund) dapat
dilakukan dengan menggunakan bilyet giro Bank Indonesia untuk dibukukan oleh
Bank Indonesia sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia mengenai Sistem BI-
RTGS.
E. Tata Cara Penambahan Pendanaan Awal (Prefund) Dan Batas Waktu Penambahan
Penambahan Pendanaan Awal (Prefund)
1. Penambahan pendanaan awal (prefund) untuk Kliring Debet
a. Bank, yang telah menyediakan pendanaan awal (prefund) untuk Kliring Debet
sesuai dengan batas waktu dan nominal yang ditetapkan, dapat melakukan
176
Lampiran 7
penambahan pendanaan awal (prefund) setiap saat sampai dengan batas waktu
penambahan yang ditetapkan. Hal ini dilakukan apabila menurut pertimbangan
Bank atau berdasarkan informasi awal (early warning) dari SSK mengenai hasil
Kliring Debet Bank secara nasional, potensi kewajiban Bank lebih besar daripada
pendanaan awal (prefund) yang telah disediakan oleh Bank.
b. Penambahan untuk pendanaan awal (prefund) sebagaimana dimaksud pada
huruf a dapat dilakukan dalam bentuk dana tunai (cash prefund) dan/atau
agunan (collateral prefund).
c. Penambahan dalam bentuk dana tunai (cash prefund) dilakukan melalui Sistem
BI-RTGS, dengan cara melakukan transfer kredit dari rekening giro Bank ke
rekening khusus milik PKN dengan rincian informasi sebagai berikut:
1) Member Code : INDOIDJA930CHDC
2) Transaction Reference Number (TRN): IFTDCTU0
3) Beneficiary:
a) Nomor Rekening: 561.930321
b) Nama Rekening: Rekening Antara Akunting Penyelenggara Kliring
Nasional Debet
d. Apabila terjadi kondisi gangguan dan Keadaan Darurat yang menyebabkan Bank
tidak dapat melakukan transfer kredit melalui Sistem BI-RTGS, maka
penambahan pendanaan awal (prefund) dalam bentuk dana tunai (cash prefund)
dapat dilakukan dengan menggunakan bilyet giro Bank Indonesia untuk
dibukukan oleh Bank Indonesia sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia
mengenai Sistem BI-RTGS.
e. Penambahan pendanaan awal (prefund) dalam bentuk agunan (collateral
prefund) dilakukan sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada butir
D.1.c.
2. Penambahan pendanaan awal (prefund) untuk Kliring Kredit
a. Bank, yang telah menyediakan pendanaan awal (prefund) untuk Kliring Kredit
sesuai dengan batas waktu dan nominal yang yang ditetapkan, dapat melakukan
penambahan dalam bentuk dana tunai (cash prefund) setiap saat sampai dengan
batas waktu yang ditetapkan. Hal ini dilakukan apabila menurut pertimbangan
Bank atau berdasarkan informasi awal (early warning) dari SSK mengenai hasil
Kliring Kredit Bank secara nasional, potensi kewajiban Bank lebih besar dari pada
pendanaan awal (prefund) yang telah disediakannya.
177
Lampiran 7
b. Penambahan dana tunai (cash prefund) baik untuk siklus pertama dan siklus
kedua dilakukan melalui Sistem BI-RTGS dengan cara melakukan transfer kredit
dari rekening giro Bank ke rekening khusus milik PKN, dengan rincian informasi
sebagai berikut:
1) Penambahan untuk siklus pertama:
a) Member Code: INDOIDJA930CHCC1
b) Transaction Reference Number (TRN): IFTCCTU1
c) Beneficiary:
(1) Nomor Rekening: 561.930221
(2) Nama Rekening: Rekening Antara Akunting Penyelenggara
Kliring Nasional Kredit 1
2) Penambahan untuk siklus kedua:
a) Member Code: INDOIDJA930CHCC2
b) Transaction Reference Number (TRN): IFTCCTU2
c) Beneficiary:
(1) Nomor Rekening: 561.930222
(2) Nama Rekening: Rekening Antara Akunting Penyelenggara
Kliring Nasional Kredit 2
c. Apabila terjadi kondisi gangguan dan Keadaan Darurat yang menyebabkan Bank
tidak dapat melakukan transfer kredit melalui Sistem BI-RTGS, maka
penambahan dana tunai (cash prefund) dapat dilakukan dengan menggunakan
bilyet giro Bank Indonesia untuk dibukukan oleh Bank Indonesia, sesuai dengan
ketentuan Bank Indonesia mengenai Sistem BI-RTGS.
3. Batas waktu penambahan pendanaan awal (prefund) oleh Bank diatur sesuai dengan
ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai jadwal penyelenggaraan SKNBI.
4. Waktu penambahan pendanaan awal (prefund) sebagaimana dimaksud dalam angka 3
menggunakan waktu yang tercatat pada SSK di Bank Indonesia.
F. Pengembalian Pendanaan Awal (Prefund) Kliring Debet Dalam Bentuk Agunan (Collateral
Prefund)
1. Dalam hal pada awal hari Bank telah menyediakan pendanaan awal (prefund) dalam
bentuk agunan (collateral prefund) namun total nominal pendanaan awal (prefund)
Bank tersebut tidak memenuhi persyaratan minimum yang ditetapkan sehingga Bank
dihentikan sementara dari kegiatan SKNBI, maka agunan (collateral prefund) yang telah
dipindahkan ke Rekening Agunan FLI Kliring atau Rekening FLIS Kliring dapat
178
Lampiran 7
dipindahkan kembali setiap saat oleh Bank ke Rekening Perdagangan atau ke Rekening
Aktif.
2. Dalam hal setelah Penyelesaian Akhir Kliring Debet Bank masih memiliki agunan
(collateral prefund) pada Rekening Agunan FLI Kliring atau Rekening Agunan FLIS Kliring,
maka Bank dapat memindahkan kembali agunan (collateral prefund) tersebut ke
Rekening Perdagangan atau ke Rekening Aktif setelah dilakukannya Penyelesaian Akhir
Kliring Debet.
3. Dalam hal setelah Penyelesaian Akhir Kliring Debet, Bank masih memiliki agunan
(collateral prefund) pada Rekening Agunan FLI Kliring atau Rekening Agunan FLIS Kliring
dan Bank tidak memindahkan kembali ke Rekening Perdagangan atau ke Rekening Aktif,
maka agunan (collateral prefund) tersebut akan diperhitungkan sebagai komponen
pendanaan awal (prefund) Bank untuk Kliring Debet pada hari kerja berikutnya.
G. Pengembalian Dana Tunai (Cash Pefund)
1. Dalam hal pada awal hari Bank telah menyediakan pendanaan awal (prefund) dalam
bentuk dana tunai (cash prefund) namun total nominal pendanaan awal (prefund) Bank
tersebut tidak memenuhi persyaratan minimum yang ditetapkan sehingga Bank
dihentikan sementara dari kegiatan SKNBI, maka dana tunai (cash prefund) yang telah
dipindahkan ke Rekening PKN untuk Kliring Debet dan Kliring Kredit dipindahkan
kembali secara otomatis ke rekening giro Bank, setelah waktu penyediaan pendanaan
awal (prefund) berakhir.
2. Dalam hal pada saat Penyelesaian Akhir Kliring Debet, Bank masih memiliki dana tunai
(cash prefund) pada rekening PKN untuk Kliring Debet, maka dana tunai (cash prefund)
tersebut dikembalikan secara otomatis ke rekening giro Bank bersamaan dengan proses
Penyelesaian Akhir Kliring Debet.
2A. Dalam hal pada saat Penyelesaian Akhir Secara Periodik, Bank masih memiliki dana
tunai (cash prefund) pada rekening PKN untuk Kliring Kredit, dana tunai (cash prefund)
tersebut tidak dikembalikan ke rekening giro Bank pada saat proses Penyelesaian Akhir
Secara Periodik.
3. Dalam hal pada saat Penyelesaian Akhir Kliring Kredit, Bank masih memiliki dana tunai
(cash prefund) pada rekening PKN untuk Kliring Kredit, maka dana tunai (cash prefund)
tersebut dikembalikan secara otomatis ke rekening giro Bank bersamaan dengan proses
Penyelesaian Akhir Kliring Kredit.
179
Lampiran 7
BAB VII
PENYELENGGARAAN KLIRING DEBET
Kegiatan penyelenggaraan Kliring Debet di suatu Wilayah Kliring meliputi Kliring penyerahan dan
Kliring pengembalian. Hasil perhitungan Kliring Debet di suatu Wilayah Kliring merupakan netting
dari hasil perhitungan Kliring penyerahan dan Kliring pengembalian yang dilakukan oleh PKL di
masing-masing Wilayah Kliring. Perhitungan Kliring penyerahan hanya dilakukan terhadap DKE Debet
penyerahan yang didukung dengan Pendanaan Awal (prefund) yang cukup (confirmed).
Proses perhitungan akhir Kliring Debet secara nasional dilakukan secara netting atas seluruh hasil
perhitungan Kliring Debet lokal. Selanjutnya, hasil perhitungan akhir Kliring Debet secara nasional
tersebut dilakukan Penyelesaian Akhir oleh PKN.
Tata cara penyelenggaraan Kliring Debet diatur sebagai berikut:
A. Tata Cara Penyelenggaraan Kliring Debet di Wilayah Kliring On-line Otomasi
1. Kliring Penyerahan
a. Kegiatan Awal di Kantor Peserta
Kegiatan awal di kantor Peserta meliputi persiapan pengiriman DKE Debet dan
Warkat Debet yang akan diperhitungkan dalam Kliring penyerahan, yang meliputi
kegiatan sebagai berikut:
1) Pembuatan DKE Debet
Pembuatan DKE Debet dilakukan berdasarkan Warkat Debet dengan cara
sebagai berikut:
a) input DKE Debet secara manual melalui TPK;
b) import DKE Debet dari sistem internal Peserta atau media
penyimpan data elektronis ke TPK; dan/atau
c) capture data MICR pada Warkat Debet melalui mesin reader
encoder ke TPK.
Pembuatan DKE Debet untuk Kliring penyerahan harus memenuhi
persyaratan kelengkapan pengisian informasi sesuai dengan Pedoman
Operasional TPK yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia secara terpisah dari
Surat Edaran ini.
2) Pembuatan Batch DKE Debet
a) Pembuatan batch DKE Debet dapat dilakukan melalui TPK atau
sistem internal Peserta.
180
Lampiran 7
b) Pembuatan batch DKE Debet untuk Kliring penyerahan harus
memenuhi persyaratan kelengkapan pengisian informasi sesuai
dengan Pedoman Operasional TPK yang dikeluarkan oleh Bank
Indonesia secara terpisah dari Surat Edaran ini.
c) Batch DKE Debet harus dalam keadaan balance (seimbang) yaitu
total nominal rincian DKE Debet harus sama dengan nominal batch
DKE Debet.
3) Pengiriman Batch DKE Debet ke SSK
a) Pengiriman batch DKE Debet secara on-line ke SSK dilakukan secara
bertahap sesuai dengan jadwal yang ditetapkan.
b) Pengiriman batch DKE Debet sebagaimana pada huruf a) dapat
dilakukan secara tersentralisasi melalui TPK on-line Kantor Pusat
atau melalui TPK on-line kantor Peserta yang bersangkutan.
c) Status keberhasilan pelaksanaan pengiriman batch DKE Debet ke
SSK ditentukan berdasarkan konfirmasi elektronis dari SSK ke TPK
on-line. Batch DKE Debet yang berhasil diterima oleh SSK akan diberi
status “SUDAH TERKIRIM”. Dalam hal pengiriman batch DKE Debet
tersebut mengalami kegagalan akan diberi status “BELUM
TERKIRIM”.
Selanjutnya Peserta dapat melakukan pengiriman ulang sepanjang
memenuhi jadwal yang telah ditetapkan.
4) Persiapan Warkat Debet dan Dokumen Kliring
Sebelum dibawa ke kantor PKL, Peserta menyiapkan Warkat Debet dan
Dokumen Kliring untuk Kliring penyerahan, yang meliputi kegiatan sebagai
berikut:
a) Mencantumkan informasi MICR code line pada clear band Warkat
Debet dengan tata cara sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud
pada butir D.2 Bab V mengenai Warkat Debet dan Dokumen Kliring.
b) Menyiapkan Dokumen Kliring untuk bundel Warkat Debet, yang
terdiri dari:
(1) BPWD-Kliring Penyerahan; dan
(2) Kartu Batch,
dengan tata cara sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud pada
butir D.3 Bab V mengenai Warkat Debet dan Dokumen Kliring.
181
Lampiran 7
c) Membubuhkan stempel Kliring kantor Peserta pada sisi depan setiap
Warkat Debet dan Dokumen Kliring, dengan ketentuan sebagai
berikut:
(1) stempel Kliring tidak boleh mengenai clear band;
(2) stempel Kliring tidak boleh menutupi angka nominal;
(3) stempel Kliring pada Dokumen Kliring harus sama dengan
stempel Kliring pada Warkat Debet; dan
(4) dalam hal pada Warkat Debet telah terdapat stempel Kliring,
maka stempel Kliring yang terdahulu harus dibatalkan dengan
“Stempel Kliring Dibatalkan” dan diparaf oleh pejabat yang
berwenang dari Peserta yang bersangkutan. Untuk
selanjutnya Warkat Debet dibubuhi stempel Kliring sesuai
dengan ketentuan pada angka (1) sampai dengan angka (3).
d) Menyusun bundel Warkat Debet dengan urutan sebagai berikut:
(1) BPWD-Kliring Penyerahan;
(2) Kartu Batch; dan
(3) Warkat Debet.
b. Kegiatan Monitoring di Kantor Pusat Peserta dan Konsekuensinya
1) Kantor Pusat Peserta harus melakukan monitoring potensi kewajiban di
seluruh Wilayah Kliring lokal di mana terdapat kantor Peserta yang
bersangkutan, yang harus dipenuhi dengan Pendanaan Awal (prefund)
dalam rentang waktu jam operasional, sesuai jadwal penyelenggaraan
Kliring penyerahan di masing-masing Wilayah Kliring lokal tersebut.
2) Dalam hal potensi kewajiban lebih besar dari Pendanaan Awal (prefund)
yang telah disediakan, maka Peserta harus melakukan penambahan
Pendanaan Awal (top-up prefund) sebesar nilai kekurangan untuk menutup
kewajiban sebagaimana tersebut di atas dalam rentang waktu jam
operasional, sesuai jadwal penyelenggaraan Kliring penyerahan di masing-
masing Wilayah Kliring lokal tersebut.
3) Dalam hal Kantor Pusat Peserta tidak melakukan penambahan Pendanaan
Awal (top-up prefund) sebagaimana tersebut pada angka 2) maka sebagian
atau seluruh DKE Debet yang tidak didukung dengan pendanaan awal
(prefund) yang cukup tidak akan diperhitungkan dalam Kliring lokal.
182
Lampiran 7
4) Sebagian DKE Debet yang tidak didukung dengan pendanaan awal
(prefund) yang cukup sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak
diperhitungkan dalam Kliring lokal oleh PKL dalam hal PKL dimaksud telah
mengimplementasikan KPK versi 2.0.0 atau versi yang lebih baru, dan
proses Kliring Debet dilakukan sesuai urutan jadwal yang ditetapkan.
5) Dalam hal terdapat DKE Debet yang tidak didukung dengan pendanaan
awal (prefund) yang cukup sebagaimana dimaksud pada angka 3 dan PKL di
Wilayah Kliring tersebut tidak dapat memisahkan DKE Debet dimaksud dari
seluruh DKE Debet yang ada di KPK, maka seluruh DKE Debet untuk
Peserta yang bersangkutan di Wilayah Kliring tersebut tidak
diperhitungkan oleh PKL.
6) PKL di suatu Wilayah Kliring tidak dapat memisahkan DKE Debet
sebagaimana dimaksud pada angka 5) disebabkan antara lain karena:
a) PKL tersebut belum mengimplementasikan KPK versi 2.0.0 atau yang
lebih baru; dan/atau
b) proses Kliring Debet di Wilayah Kliring tersebut tidak dilakukan
sesuai urutan dan jadwal yang ditetapkan.
c. Kegiatan di Kantor PKL
1) Petugas Peserta melakukan kegiatan sebagai berikut:
a) Mencantumkan waktu penyerahan bundel Warkat Debet, dengan
cara memasukkan BPWD-Kliring Penyerahan ke dalam mesin penera
waktu (time stamps).
b) Menyerahkan bundel Warkat Debet kepada petugas PKL dengan
menunjukkan Tanda Pengenal Petugas Kliring (TPPK).
2) Petugas PKL melakukan kegiatan sebagai berikut:
a) Memastikan ada/tidaknya TPPK.
b) Menerima bundel Warkat Debet dari petugas Peserta.
c) Memeriksa persyaratan kelengkapan dan pengisian Dokumen Kliring
dalam setiap bundel Warkat Debet, yang meliputi:
(1) pencantuman waktu penyerahan pada BPWD-Kliring
Penyerahan dan kesesuaiannya dengan jadwal Kliring;
(2) pencantuman stempel Kliring;
(3) pencantuman tanda tangan dan nama pejabat atau petugas
Peserta pengirim yang berwenang pada BPWD-Kliring
183
Lampiran 7
Penyerahan; dan
(4) kecocokan sandi Peserta yang tercantum pada setiap
Dokumen Kliring dengan sandi yang terdapat pada TPPK.
Pemeriksaan sebagaimana tersebut di atas hanya dimaksudkan
untuk memeriksa kelengkapan dan tidak dimaksudkan untuk
memeriksa keabsahan informasi yang tercantum dalam Dokumen
Kliring. Keabsahan informasi dalam Dokumen Kliring, termasuk
kebenaran tanda tangan dan nama petugas Peserta yang tercantum
pada BPWD-Kliring Penyerahan, sepenuhnya menjadi tanggung
jawab Peserta dan bukan merupakan tanggung jawab PKL.
d) Dalam hal persyaratan kelengkapan dan pengisian Dokumen Kliring
dalam setiap bundel Warkat Debet sebagaimana dimaksud pada
huruf c) tidak dipenuhi, petugas PKL melakukan hal-hal sebagai
berikut:
(1) membatalkan waktu penyerahan bundel Warkat Debet,
dengan cara mencoret dan menuliskan alasan pembatalan
serta membubuhkan paraf pada BPWD-Kliring Penyerahan;
dan
(2) mengembalikan bundel Warkat Debet kepada petugas
Peserta.
e) Dalam hal persyaratan kelengkapan dan pengisian Dokumen Kliring
dalam setiap bundel Warkat Debet sebagaimana dimaksud pada
huruf c) telah dipenuhi, petugas PKL melakukan hal-hal sebagai
berikut:
(1) mencetak informasi penerimaan bundel Warkat Debet pada
sisi belakang BPWD-Kliring Penyerahan dengan menggunakan
mesin reader endoser, sebagai pengganti paraf petugas PKL;
(2) mengembalikan BPWD-Kliring Penyerahan kepada petugas
Peserta sebagai tanda terima bundel Warkat Debet; dan
(3) memproses dan memilah Warkat Debet berdasarkan Peserta
penerima secara otomasi dengan menggunakan mesin baca
pilah (reader sorter).
f) Petugas PKL dapat melakukan download DKE Debet Kliring
penyerahan confirmed dalam rentang waktu jam operasional, sesuai
184
Lampiran 7
jadwal penyelenggaraan di masing-masing Wilayah Kliring.
g) Setelah batas waktu pengiriman DKE Debet dan pengecekan
kecukupan Pendanaan Awal (prefund) untuk Kliring penyerahan
berakhir, petugas PKL dengan menggunakan KPK melakukan:
(1) download DKE Debet Kliring penyerahan confirmed dan
unconfirmed;
(2) perhitungan Bilyet Saldo Kliring Penyerahan berdasarkan DKE
Debet Kliring penyerahan confirmed;
(3) pengiriman Bilyet Saldo Kliring Penyerahan sebagaimana
dimaksud pada angka (2) ke SSK; dan
(4) pencetakan laporan-laporan hasil Kliring penyerahan dan DKE
Debet Kliring penyerahan unconfirmed.
h) Dalam hal PKL belum mengimplementasikan KPK versi 2.0.0 atau
yang lebih baru, dan/atau melakukan proses Kliring Debet tidak
sesuai dengan urutan dan jadwal yang ditetapkan maka perhitungan
Bilyet Saldo Kliring Penyerahan sebagaimana dimaksud pada butir
g)(2) dilakukan sebagai berikut:
(1) perhitungan BSK berdasarkan seluruh DKE Debet Kliring
penyerahan yang ada di KPK sehingga dimungkinkan adanya
DKE Debet Kliring penyerahan unconfirmed;
(2) dalam hal hasil perhitungan BSK sebagaimana dimaksud pada
angka (1) terdapat DKE Debet Kliring penyerahan unconfirmed
maka SSK menolak pengiriman BSK sebagaimana dimaksud
pada butir g)(2);
(3) dalam hal SSK menolak BSK sebagaimana dimaksud pada
angka (2) maka PKL harus mengeluarkan seluruh DKE Debet
untuk Peserta penerima yang di dalamnya terdapat DKE
Debet unconfirmed dari perhitungan BSK.
i) Mendistribusikan kepada Peserta:
(1) Warkat Debet yang telah dipilah berdasarkan Peserta
penerima; dan
(2) laporan-laporan hasil Kliring penyerahan dan DKE Debet
Kliring penyerahan unconfirmed.
Pada saat mengambil dokumen dari PKL sebagaimana dimaksud
185
Lampiran 7
pada angka (1) dan angka (2), petugas Peserta harus menunjukkan
TPPK.
d. Kegiatan Peserta Setelah Menerima Warkat Debet dan Laporan Hasil Kliring
Penyerahan dari PKL
Setelah menerima Warkat Debet dan laporan-laporan hasil Kliring penyerahan,
Peserta melakukan kegiatan sebagai berikut:
1) Mencocokkan laporan-laporan hasil proses Kliring penyerahan dengan:
a) Warkat Debet dan DKE Debet yang diserahkan; dan
b) Warkat Debet dan DKE Debet yang diterima.
2) Dalam hal hasil pencocokan sebagaimana dimaksud pada angka 1)
ditemukan adanya perbedaan maka penyelesaiannya dilakukan dengan
berpedoman pada Tata Cara Penyelesaian Selisih Data Kliring Penyerahan
sebagaimana dimaksud pada butir K.3.
2. Kliring Pengembalian
a. Kegiatan Awal di Kantor Peserta
Kegiatan awal di Kantor Peserta meliputi persiapan pengiriman DKE Debet dan
Warkat Debet yang akan diperhitungkan dalam Kliring pengembalian, yang
meliputi kegiatan sebagai berikut:
1) Proses Verifikasi
Peserta melakukan verifikasi terhadap Warkat Debet dan DKE Debet yang
diterima dari PKL pada saat Kliring penyerahan, dengan ketentuan sebagai
berikut:
a) Pengembalian Warkat Debet dan DKE Debet dilakukan sesuai
dengan alasan penolakan sebagaimana tercantum dalam Lampiran
7.1.
b) Dalam hal terdapat missing item yang akan diselesaikan melalui
Kliring pengembalian maka pengembalian DKE Debet tersebut harus
disertai dengan fotokopi Surat Pernyataan Missing Item dari bank
pengirim sebagaimana contoh Surat Pernyataan Adanya Missing
Item yang tercantum dalam Lampiran 7.3.
2) Pembuatan DKE Debet
Pembuatan DKE Debet dilakukan berdasarkan hasil verifikasi sebagaimana
dimaksud pada angka 1), dengan cara sebagai berikut:
a) input DKE Debet secara manual melalui TPK; dan/atau
186
Lampiran 7
b) import DKE Debet dari sistem internal Peserta atau media
penyimpan data elektronis ke TPK.
Pembuatan DKE Debet untuk Kliring pengembalian harus memenuhi
persyaratan kelengkapan pengisian informasi sesuai dengan Pedoman
Operasional TPK yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia secara terpisah dari
Surat Edaran ini.
3) Pembuatan Batch DKE Debet
a) Pembuatan batch DKE Debet dapat dilakukan melalui TPK atau
sistem internal Peserta.
Pembuatan batch DKE Debet untuk Kliring pengembalian harus
memenuhi persyaratan kelengkapan pengisian informasi sesuai
dengan Pedoman Operasional TPK yang dikeluarkan oleh Bank
Indonesia secara terpisah dari Surat Edaran ini.
b) Batch DKE Debet harus dalam keadaan seimbang (balance) yaitu
total nominal rincian DKE Debet harus sama dengan nominal batch
DKE Debet.
4) Pengiriman Batch DKE Debet ke SSK
a) Pengiriman batch DKE Debet secara on-line ke SSK dilakukan secara
bertahap sesuai dengan jadwal yang ditetapkan.
b) Pengiriman batch DKE Debet secara on-line sebagaimana dimaksud
pada huruf a) dapat dilakukan secara tersentralisasi melalui TPK on-
line Kantor Pusat atau melalui TPK on-line kantor Peserta yang
bersangkutan.
c) Status keberhasilan pelaksanaan pengiriman batch DKE Debet
ditentukan berdasarkan konfirmasi elektronis dari SSK ke TPK on-
line. Batch DKE Debet yang berhasil diterima oleh SSK akan diberi
status “SUDAH TERKIRIM”. Dalam hal pengiriman batch DKE Debet
tersebut mengalami kegagalan, akan diberi status “BELUM
TERKIRIM”. Selanjutnya Peserta dapat melakukan pengiriman ulang
sepanjang memenuhi jadwal yang telah ditetapkan.
5) Persiapan Warkat Debet dan Dokumen Kliring
Sebelum dibawa ke kantor PKL, Peserta menyiapkan Warkat Debet dan
Dokumen Kliring untuk Kliring pengembalian, yang meliputi kegiatan
sebagai berikut:
187
Lampiran 7
a) Melalui TPK atau aplikasi lainnya mencetak ”Daftar DKE Yang Ditolak
Per Peserta Penerima” dalam rangkap 2 (dua) kemudian
membubuhkan stempel Kliring, tanda tangan dan nama jelas
petugas Peserta yang berwenang.
b) Menyiapkan BPWD-Kliring Pengembalian dengan tata cara sesuai
ketentuan sebagaimana dimaksud pada butir D.3 Bab V mengenai
Warkat Debet dan Dokumen Kliring.
c) Menyusun bundel Warkat Debet dengan urutan sebagai berikut:
(1) BPWD-Kliring Pengembalian; dan
(2) Warkat Debet.
b. Kegiatan di Kantor PKL
1) Petugas Peserta melakukan kegiatan sebagai berikut:
a) Mencantumkan waktu penyerahan bundel Warkat Debet, dengan
cara memasukkan BPWD-Kliring Pengembalian ke dalam mesin
penera waktu (time stamps).
b) Menyerahkan:
(1) bundel Warkat Debet pengembalian; dan
(2) lembar pertama ”Daftar DKE Yang Ditolak Per Peserta
Penerima”.
kepada petugas PKL dengan menunjukkan TPPK.
2) Petugas PKL melakukan kegiatan sebagai berikut:
a) Memastikan ada/tidaknya TPPK.
b) Menerima dari Petugas Peserta:
(1) bundel Warkat Debet; dan
(2) lembar pertama ”Daftar DKE Yang Ditolak Per Peserta
Penerima”.
c) Memeriksa persyaratan kelengkapan dan pengisian Dokumen Kliring
dalam setiap bundel Warkat Debet, yang meliputi:
(1) pencantuman waktu penyerahan pada BPWD-Kliring
Pengembalian dan kesesuaiannya dengan jadwal Kliring;
(2) pencantuman stempel Kliring;
(3) pencantuman tanda tangan dan nama pejabat atau petugas
Peserta pengirim yang berwenang pada BPWD-Kliring
Pengembalian; dan
188
Lampiran 7
(4) kecocokan sandi Peserta yang tercantum pada setiap
Dokumen Kliring dengan sandi yang terdapat pada TPPK.
Pemeriksaan sebagaimana tersebut di atas hanya dimaksudkan
untuk memeriksa kelengkapan dan tidak dimaksudkan untuk
memeriksa keabsahan informasi yang tercantum dalam Dokumen
Kliring. Keabsahan informasi dalam Dokumen Kliring, termasuk
kebenaran tanda tangan dan nama petugas Peserta yang tercantum
pada BPWD-Kliring Pengembalian, sepenuhnya menjadi tanggung
jawab Peserta dan bukan merupakan tanggung jawab PKL.
d) Dalam hal persyaratan kelengkapan dan pengisian Dokumen Kliring
dalam setiap bundel Warkat Debet sebagaimana dimaksud pada
huruf c) tidak dipenuhi, petugas PKL melakukan hal-hal sebagai
berikut:
(1) membatalkan waktu penyerahan bundel Warkat Debet
dengan cara mencoret dan menuliskan alasan pembatalan
serta membubuhkan paraf pada BPWD-Kliring Pengembalian;
dan
(2) mengembalikan dokumen sebagaimana dimaksud pada huruf
b) kepada petugas Peserta.
e) Dalam hal persyaratan kelengkapan dan pengisian Dokumen Kliring
dalam setiap bundel Warkat Debet sebagaimana dimaksud pada
huruf c) telah dipenuhi, petugas PKL melakukan hal-hal sebagai
berikut:
(1) mencetak informasi penerimaan bundel Warkat Debet pada
sisi belakang BPWD-Kliring Pengembalian dengan
menggunakan mesin reader endoser, sebagai pengganti paraf
petugas PKL;
(2) mengembalikan BPWD-Kliring Pengembalian sebagaimana
dimaksud pada angka (1) kepada
petugas Peserta sebagai tanda terima bundel Warkat Debet;
dan
(3) memilah Warkat Debet berdasarkan Peserta penerima secara
otomasi, dengan menggunakan mesin baca pilah (reader
sorter).
189
Lampiran 7
f) Setelah batas waktu transmit DKE Debet untuk Kliring pengembalian
berakhir, petugas PKL dengan menggunakan KPK, melakukan:
(1) perhitungan Bilyet Saldo Kliring Pengembalian;
(2) perhitungan Bilyet Saldo Kliring Debet, yang merupakan hasil
off-setting atau penjumlahan antara Bilyet Saldo Kliring
Penyerahan dan Bilyet Saldo Kliring Pengembalian, apabila
Kliring pengembalian dilakukan pada tanggal yang sama
dengan Kliring penyerahan;
(3) pengiriman Bilyet Saldo Kliring Pengembalian ke SSK;
(4) pengiriman Bilyet Saldo Kliring Debet ke SSK apabila Kliring
pengembalian dilakukan pada tanggal yang sama dengan
Kliring penyerahan;
(5) pencetakan laporan-laporan hasil Kliring pengembalian; dan
(6) pencetakan laporan-laporan hasil Kliring Debet apabila Kliring
pengembalian dilakukan pada tanggal yang sama dengan
Kliring penyerahan.
g) Mendistribusikan kepada Peserta:
(1) Warkat Debet yang telah dipilah berdasarkan Peserta
penerima;
(2) Lembar pertama ”Daftar DKE Yang Ditolak Per Peserta
Penerima”;
(3) laporan-laporan hasil Kliring pengembalian; dan
(4) laporan-laporan hasil Kliring Debet apabila Kliring
pengembalian dilakukan pada tanggal yang sama dengan
Kliring penyerahan.
Pada saat mengambil dokumen dari PKL sebagaimana dimaksud
pada angka (1) sampai dengan angka (4), petugas Peserta harus
menunjukkan TPPK.
c. Kegiatan Peserta Setelah Menerima Warkat Debet dan Laporan Hasil Proses
Kliring Pengembalian dari PKL
Setelah menerima Warkat Debet dan laporan-laporan hasil Kliring pengembalian,
Peserta melakukan kegiatan sebagai berikut:
1) Meneliti dan mencocokkan laporan-laporan hasil proses Kliring
pengembalian dengan:
190
Lampiran 7
a) Warkat Debet dan DKE Debet yang diserahkan; dan
b) Warkat Debet dan DKE Debet yang diterima.
2) Melalui TPK atau aplikasi lainnya, membuat Surat Keterangan Penolakan
(SKP) berdasarkan data incoming DKE Debet Kliring Pengembalian. Contoh
format SKP sebagaimana tercantum dalam Lampiran 7.2.
3) Mencocokkan SKP sebagaimana dimaksud pada angka 2) dengan ”Daftar
DKE Yang Ditolak Per Peserta Penerima” yang diterima pada saat Kliring
pengembalian.
B. Tata Cara Penyelenggaraan Kliring Debet di Wilayah Kliring Off-line Otomasi
1. Kliring Penyerahan
a. Kegiatan Awal di Kantor Peserta
Kegiatan awal di kantor Peserta meliputi persiapan pengiriman DKE Debet dan
Warkat Debet yang akan diperhitungkan dalam Kliring penyerahan, yang meliputi
kegiatan sebagai berikut:
1) Pembuatan DKE Debet
Pembuatan DKE Debet dilakukan berdasarkan Warkat Debet dengan cara
sebagai berikut:
a) input DKE Debet secara manual melalui TPK;
b) import DKE Debet dari sistem internal Peserta atau media
penyimpan data elektronis ke TPK; dan/atau
c) capture data MICR pada Warkat Debet melalui mesin reader
encoder ke TPK.
Pembuatan DKE Debet untuk Kliring penyerahan harus memenuhi
persyaratan kelengkapan pengisian informasi sesuai dengan Pedoman
Operasional TPK yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia secara terpisah dari
Surat Edaran ini.
2) Pembuatan Batch DKE Debet
a) Pembuatan batch DKE Debet dapat dilakukan melalui TPK atau
sistem internal Peserta.
b) Pembuatan batch DKE Debet untuk Kliring penyerahan harus
memenuhi persyaratan kelengkapan pengisian informasi sesuai
dengan Pedoman Operasional TPK yang dikeluarkan oleh Bank
Indonesia secara terpisah dari Surat Edaran ini.
c) Batch DKE Debet harus dalam keadaan seimbang (balance) yaitu
191
Lampiran 7
total nominal rincian DKE Debet harus sama dengan nominal batch
DKE Debet.
3) Perekaman Batch DKE Debet
Dengan menggunakan TPK, Peserta merekam batch DKE Debet yang akan
diperhitungkan dalam Kliring penyerahan ke dalam media rekam data
elektronis seperti disket, flash disk, atau compact disk.
4) Persiapan Warkat Debet dan Dokumen Kliring
Sebelum dibawa ke kantor PKL, Peserta menyiapkan Warkat Debet dan
Dokumen Kliring untuk Kliring penyerahan, yang meliputi kegiatan sebagai
berikut:
a) Dengan menggunakan TPK, Peserta mencetak BPR-Kliring
Penyerahan dalam rangkap 2 (dua), kemudian membubuhkan
stempel Kiring, tanda tangan dan nama jelas petugas Peserta pada
BPR-Kliring Penyerahan.
b) Mencantumkan informasi MICR code line pada clear band Warkat
Debet dengan tata cara sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud
pada butir D.2 Bab V mengenai Warkat Debet dan Dokumen Kliring.
c) Menyiapkan Dokumen Kliring untuk bundel Warkat Debet, yang
terdiri dari:
(1) BPWD-Kliring Penyerahan; dan
(2) Kartu Batch,
dengan tata cara sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud pada
butir D.3 Bab V mengenai Warkat Debet dan Dokumen Kliring.
d) Membubuhkan stempel Kliring kantor Peserta pada sisi depan setiap
Warkat Debet dan Dokumen Kliring, dengan ketentuan sebagai
berikut:
(1) stempel Kliring tidak boleh mengenai clear band;
(2) stempel Kliring tidak boleh menutupi angka nominal;
(3) stempel Kliring pada Dokumen Kliring harus sama dengan
stempel Kliring pada Warkat Debet; dan
(4) dalam hal pada Warkat Debet telah terdapat stempel Kliring,
maka stempel Kliring yang terdahulu harus dibatalkan dengan
“Stempel Kliring Dibatalkan” dan diparaf oleh pejabat yang
berwenang dari Peserta yang bersangkutan. Untuk
192
Lampiran 7
selanjutnya Warkat Debet dibubuhi stempel Kliring sesuai
dengan ketentuan pada angka (1) sampai dengan angka (3).
e) Menyusun bundel Warkat Debet dengan urutan sebagai berikut:
(1) BPWD-Kliring Penyerahan;
(2) Kartu Batch; dan
(3) Warkat Debet.
b. Kegiatan Monitoring di Kantor Pusat Peserta dan Konsekuensinya
1) Kantor Pusat Peserta harus melakukan monitoring potensi kewajiban di
seluruh Wilayah Kliring lokal di mana terdapat kantor Peserta yang
bersangkutan yang harus dipenuhi dengan Pendanaan Awal (prefund)
dalam rentang waktu jam operasional, sesuai jadwal penyelenggaraan
Kliring penyerahan di masing-masing Wilayah Kliring lokal tersebut.
2) Dalam hal potensi kewajiban lebih besar dari Pendanaan Awal (prefund)
yang telah disediakan maka Peserta harus melakukan penambahan
Pendanaan Awal (top-up prefund) sebesar nilai kekurangan untuk menutup
kewajiban sebagaimana tersebut di atas dalam rentang waktu jam
operasional, sesuai jadwal penyelenggaraan Kliring penyerahan di masing-
masing Wilayah Kliring lokal tersebut.
3) Dalam hal Kantor Pusat Peserta tidak melakukan penambahan Pendanaan
Awal (top-up prefund) sebagaimana dimaksud pada angka 2) maka
sebagian atau seluruh DKE Debet yang tidak didukung dengan Pendanaan
Awal (prefund) yang cukup tidak akan diperhitungkan dalam Kliring lokal.
4) Sebagian DKE Debet yang tidak didukung dengan pendanaan awal
(prefund) yang cukup sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak
diperhitungkan dalam Kliring lokal oleh PKL dalam hal PKL dimaksud telah
mengimplementasikan KPK versi 2.0.0 atau versi yang lebih baru, dan
proses Kliring Debet dilakukan sesuai urutan jadwal yang ditetapkan.
5) Dalam hal terdapat DKE Debet yang tidak didukung dengan pendanaan
awal (prefund) yang cukup sebagaimana dimaksud pada angka 3 dan PKL di
Wilayah Kliring tersebut tidak dapat memisahkan DKE Debet dimaksud dari
seluruh DKE Debet yang ada di KPK, maka seluruh DKE Debet untuk
Peserta yang bersangkutan di Wilayah Kliring tersebut tidak
diperhitungkan oleh PKL.
193
Lampiran 7
6) PKL di suatu Wilayah Kliring tidak dapat memisahkan DKE Debet
sebagaimana dimaksud pada angka 5) disebabkan antara lain karena:
a) PKL tersebut belum mengimplementasikan KPK versi 2.0.0 atau yang
lebih baru; dan/atau
b) proses Kliring Debet di Wilayah Kliring tersebut tidak dilakukan
sesuai urutan dan jadwal yang ditetapkan.
c. Kegiatan di Kantor PKL
1) Petugas Kliring melakukan kegiatan sebagai berikut:
a) Mencantumkan waktu penyerahan bundel Warkat Debet dan media
rekam data elektronis yang berisi DKE Debet, dengan cara
memasukan BPWD-Kliring Penyerahan serta lembar pertama dan
lembar kedua BPR-Kliring Penyerahan ke dalam mesin penera waktu
(time stamps).
b) Menyerahkan kepada petugas PKL:
(1) bundel Warkat Debet;
(2) media rekam data elektronis yang berisi DKE Debet;
(3) lembar pertama dan lembar kedua BPR-Kliring Penyerahan;
dan
(4) media rekam data elektronis untuk perekaman transaksi
masuk (incoming) DKE Debet, bagi Peserta yang memerlukan.
Pada saat menyerahkan, Petugas Kliring harus menunjukkan TPPK.
2) Petugas PKL melakukan kegiatan sebagai berikut:
a) Memastikan ada/tidaknya TPPK.
b) Menerima dari Petugas Kliring:
(1) bundel Warkat Debet;
(2) media rekam data elektronis yang berisi DKE Debet; dan
(3) lembar pertama dan lembar kedua BPR-Kliring Penyerahan.
c) Memeriksa persyaratan kelengkapan dan pengisian Dokumen Kliring
dalam setiap bundel Warkat Debet dan BPR-Kliring Penyerahan,
yang meliputi:
(1) pencantuman waktu penyerahan pada BPWD-Kliring
Penyerahan dan BPR-Kliring Penyerahan, dan kesesuaiannya
dengan jadwal Kliring;
(2) pencantuman stempel Kliring;
194
Lampiran 7
(3) pencantuman tanda tangan dan nama pejabat atau petugas
Peserta pengirim yang berwenang pada BPWD-Kliring
Penyerahan dan BPR-Kliring Penyerahan; dan
(4) kecocokan sandi Peserta yang tercantum pada setiap
Dokumen Kliring dengan sandi yang terdapat pada TPPK.
Pemeriksaan sebagaimana tersebut di atas hanya dimaksudkan
untuk memeriksa kelengkapan dan tidak dimaksudkan untuk
memeriksa keabsahan informasi yang tercantum dalam Dokumen
Kliring. Keabsahan informasi dalam Dokumen Kliring, termasuk
kebenaran tanda tangan dan nama petugas Peserta yang tercantum
pada BPWD-Kliring Penyerahan dan BPR-Kliring Penyerahan,
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Peserta dan bukan merupakan
tanggung jawab PKL.
d) Dalam hal persyaratan kelengkapan dan pengisian Dokumen Kliring
dalam setiap bundel Warkat Debet sebagaimana dimaksud pada
huruf c) tidak dipenuhi, petugas PKL melakukan hal-hal sebagai
berikut:
(1) membatalkan waktu penyerahan bundel Warkat Debet,
dengan cara mencoret dan menuliskan alasan pembatalan
serta membubuhkan paraf pada BPWD-Kliring Penyerahan;
dan
(2) mengembalikan dokumen sebagaimana dimaksud pada huruf
b) kepada Petugas Kliring.
e) Dalam hal persyaratan kelengkapan dan pengisian Dokumen Kliring
dalam setiap bundel Warkat Debet sebagaimana dimaksud pada
huruf c) telah dipenuhi, petugas PKL melakukan hal-hal sebagai
berikut:
(1) mencetak informasi penerimaan bundel Warkat Debet pada
sisi belakang BPWD-Kliring Penyerahan dengan menggunakan
mesin reader endoser, sebagai pengganti paraf petugas PKL;
(2) mengembalikan BPWD-Kliring Penyerahan kepada Petugas
Kliring sebagai tanda terima bundel Warkat Debet; dan
(3) memproses dan memilah Warkat Debet berdasarkan Peserta
penerima secara otomasi dengan menggunakan mesin baca
195
Lampiran 7
pilah (reader sorter).
f) Dalam hal persyaratan kelengkapan dan pengisian BPR-Kliring
Penyerahan sebagaimana dimaksud pada huruf c) tidak dipenuhi,
petugas PKL melakukan hal-hal sebagai berikut:
(1) membatalkan waktu penyerahan media rekam data elektronis
yang berisi DKE Debet dengan mencoret dan menuliskan
alasan pembatalan serta membubuhkan paraf pada BPR-
Kliring Penyerahan; dan
(2) mengembalikan BPR-Kliring Penyerahan dan media rekam
data elektronis yang berisi DKE Debet kepada Petugas Kliring.
g) Dalam hal persyaratan kelengkapan dan pengisian BPR-Kliring
Penyerahan sebagaimana dimaksud pada huruf c) telah dipenuhi,
petugas PKL dengan menggunakan KPK melakukan pencocokan
antara total record DKE, total batch, dan total nominal pada media
rekam data elektronis dengan total record DKE, total batch, dan
total nominal yang terdapat pada BPR-Kliring Penyerahan.
h) Dalam hal hasil pencocokan sebagaimana dimaksud pada huruf g)
terdapat perbedaan, petugas PKL melakukan hal-hal sebagai berikut:
(1) tidak melakukan proses perekaman DKE Debet;
(2) membatalkan waktu penyerahan media rekam data elektronis
yang berisi DKE Debet dengan cara mencoret dan menuliskan
alasan pembatalan serta membubuhkan paraf pada BPR-
Kliring Penyerahan; dan
(3) mengembalikan BPR-Kliring Penyerahan dan media rekam
data elektronis yang berisi DKE Debet kepada petugas
Peserta.
i) Dalam hal hasil pencocokan sebagaimana dimaksud pada huruf g)
tidak terdapat perbedaan, petugas PKL melakukan hal-hal sebagai
berikut:
(1) melakukan proses perekaman DKE Debet dengan
menggunakan KPK;
(2) membubuhkan paraf pada BPR-Kliring Penyerahan; dan
(3) mengembalikan lembar kedua BPR-Kliring Penyerahan kepada
petugas Peserta sebagai tanda bukti perekaman DKE Debet.
196
Lampiran 7
j) Petugas PKL dapat melakukan download DKE Debet Kliring
penyerahan confirmed dalam rentang waktu jam operasional Kliring
penyerahan, sesuai jadwal penyelenggaraan di masing-masing
Wilayah Kliring lokal tersebut.
k) Setelah batas waktu pengiriman DKE Debet dan pengecekan
kecukupan Pendanaan Awal (prefund) untuk Kliring penyerahan
berakhir, petugas PKL dengan menggunakan KPK melakukan:
(1) download DKE Debet Kliring penyerahan confirmed dan
unconfirmed;
(2) perhitungan Bilyet Saldo Kliring Penyerahan berdasarkan DKE
Debet Kliring penyerahan confirmed;
(3) pengiriman Bilyet Saldo Kliring Penyerahan sebagaimana pada
angka (2) ke SSK; dan
(4) pencetakan laporan-laporan hasil Kliring penyerahan dan DKE
Debet Kliring penyerahan unconfirmed.
l) Dalam hal PKL belum mengimplementasikan KPK versi 2.0.0 atau
yang lebih baru, dan/atau melakukan proses Kliring Debet tidak
sesuai dengan urutan dan jadwal yang ditetapkan, maka
perhitungan Bilyet Saldo Kliring Penyerahan sebagaimana dimaksud
pada butir k)(2) dilakukan sebagai berikut:
(1) perhitungan BSK berdasarkan seluruh DKE Debet Kliring
penyerahan yang ada di KPK sehingga dimungkinkan terdapat
adanya DKE Debet Kliring penyerahan unconfirmed;
(2) dalam hal hasil perhitungan BSK sebagaimana dimaksud pada
angka (1) terdapat DKE Debet Kliring penyerahan unconfirmed
maka SSK akan menolak pengiriman BSK sebagaimana
dimaksud pada butir k)(2);
(3) dalam hal SSK menolak BSK sebagaimana dimaksud pada
angka (2) maka PKL harus mengeluarkan seluruh DKE Debet
untuk Peserta penerima yang di dalamnya terdapat DKE Debet
unconfirmed dari perhitungan BSK.
m) Perekaman transaksi masuk (incoming) DKE Debet ke dalam media
rekam data elektronis, bagi Peserta yang memerlukan.
n) Mendistribusikan kepada Peserta:
197
Lampiran 7
(1) Warkat Debet yang telah dipilah berdasarkan Peserta
penerima;
(2) laporan-laporan hasil Kliring penyerahan dan DKE Debet
Kliring penyerahan unconfirmed; dan
(3) media rekaman data elektronis yang berisi transaksi masuk
(incoming) DKE Debet, bagi Peserta yang memerlukan.
Pada saat mengambil dokumen dari PKL sebagaimana dimaksud
pada angka (1) sampai dengan angka (3), petugas Peserta harus
menunjukkan TPPK.
d. Kegiatan di Kantor Peserta Setelah Menerima Warkat Debet dan Laporan Hasil
Proses Kliring Penyerahan dari PKL
Setelah menerima Warkat Debet dan laporan-laporan hasil Kliring penyerahan,
Peserta melakukan kegiatan sebagai berikut:
1) Mencocokkan laporan-laporan hasil proses Kliring penyerahan dengan:
a) Warkat Debet dan DKE Debet yang diserahkan; dan
b) Warkat Debet dan DKE Debet yang diterima.
2) Dalam hal hasil pencocokan sebagaimana dimaksud pada angka 1)
ditemukan perbedaan maka penyelesaiannya dilakukan dengan
berpedoman pada Tata Cara Penyelesaian Selisih Data Kliring Penyerahan
sebagaimana dimaksud pada butir K.3.
2. Kliring Pengembalian
a. Kegiatan Awal di Kantor Peserta
Kegiatan awal di kantor Peserta meliputi persiapan pengiriman DKE Debet dan
Warkat Debet yang akan diperhitungkan dalam Kliring pengembalian, yang
meliputi kegiatan sebagai berikut:
1) Proses Verifikasi
Peserta melakukan verifikasi terhadap Warkat Debet dan DKE Debet yang
diterima dari PKL pada saat Kliring penyerahan, dengan ketentuan sebagai
berikut:
a) Pengembalian Warkat Debet dan DKE Debet dilakukan sesuai
dengan alasan penolakan sebagaimana tercantum dalam Lampiran
7.1.
b) Dalam hal terdapat missing item yang akan diselesaikan melalui
Kliring pengembalian maka pengembalian DKE Debet tersebut harus
198
Lampiran 7
disertai dengan fotokopi Surat Pernyataan Missing Item dari bank
pengirim sebagaimana contoh Format Surat Pernyataan Adanya
Missing Item yang tercantum dalam Lampiran 7.3.
2) Pembuatan DKE Debet
Pembuatan DKE Debet dilakukan berdasarkan hasil verifikasi sebagaimana
dimaksud pada angka 1), dengan cara sebagai berikut:
a) input DKE Debet secara manual melalui TPK; dan/atau
b) import DKE Debet dari sistem internal Peserta atau media
penyimpan data elektronis ke TPK.
Pembuatan DKE Debet untuk Kliring pengembalian harus memenuhi
persyaratan kelengkapan pengisian informasi sesuai dengan Buku
Pedoman TPK yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia secara terpisah dari
Surat Edaran ini.
3) Pembuatan Batch DKE Debet
a) Pembuatan batch DKE Debet dapat dilakukan melalui TPK atau
sistem internal Peserta.
b) Pembuatan batch DKE Debet untuk Kliring pengembalian harus
memenuhi persyaratan kelengkapan pengisian informasi sesuai
dengan Buku Pedoman TPK yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia
secara terpisah dari Surat Edaran ini.
c) Batch DKE Debet harus dalam keadaan balance (seimbang) yaitu
total nominal rincian DKE Debet harus sama dengan nominal batch
DKE Debet.
4) Perekaman Batch DKE Debet
Dengan menggunakan TPK, Peserta merekam batch DKE Debet yang akan
diperhitungkan dalam Kliring pengembalian ke dalam media rekam data
elektronis berupa disket, flash disk, atau compact disk.
5) Persiapan Warkat Debet dan Dokumen Kliring
Sebelum dibawa ke kantor PKL, Peserta menyiapkan Warkat Debet dan
Dokumen Kliring untuk Kliring pengembalian, yang meliputi kegiatan
sebagai berikut:
a) Dengan menggunakan TPK, Peserta mencetak Dokumen Kliring
sebagai berikut:
(1) BPR-Kliring Pengembalian dalam rangkap 2 (dua); dan
199
Lampiran 7
(2) “Daftar DKE Yang Ditolak Per Peserta Penerima” dalam
rangkap 2 (dua).
Kedua Dokumen Kliring dimaksud dibubuhi stempel Kiring, tanda
tangan dan nama jelas petugas Peserta yang berwenang.
b) Menyiapkan BPWD-Kliring Pengembalian dengan tata cara sesuai
ketentuan sebagaimana dimaksud pada butir D.3 Bab V mengenai
Warkat Debet dan Dokumen Kliring.
c) Menyusun bundel Warkat Debet dengan urutan sebagai berikut:
(1) BPWD-Kliring Pengembalian; dan
(2) Warkat Debet.
b. Kegiatan di Kantor PKL
1) Petugas Kliring melakukan kegiatan sebagai berikut:
a) Mencantumkan waktu penyerahan bundel Warkat Debet dan media
rekam data elektronis yang berisi DKE Debet, dengan cara
memasukkan BPWD-Kliring Pengembalian serta lembar pertama dan
lembar kedua BPR-Kliring Pengembalian ke dalam mesin penera
waktu (time stamps).
b) Menyerahkan kepada petugas PKL:
(1) bundel Warkat Debet;
(2) media rekam data elektronis yang berisi DKE Debet;
(3) lembar pertama dan lembar kedua BPR-Kliring Pengembalian;
dan
(4) lembar pertama ”Daftar DKE Yang Ditolak Per Peserta
Penerima”.
Pada saat menyerahkan, Petugas Kliring harus menunjukkan TPPK.
2) Petugas PKL melakukan kegiatan sebagai berikut:
a) Memastikan ada/tidaknya TPPK.
b) Menerima dari petugas Peserta :
(1) bundel Warkat Debet;
(2) media rekam data elektronis yang berisi DKE Debet;
(3) lembar pertama dan lembar kedua BPR-Kliring Pengembalian;
dan
(4) lembar pertama ”Daftar DKE Yang Ditolak Per Peserta
Penerima”.
200
Lampiran 7
c) Memeriksa persyaratan kelengkapan dan pengisian Dokumen Kliring
dalam setiap bundel Warkat Debet dan BPR-Kliring Pengembalian,
yang meliputi:
(1) pencantuman waktu penyerahan pada BPWD-Kliring
Pengembalian dan BPR-Kliring Pengembalian serta
kesesuaiannya dengan jadwal Kliring;
(2) pencantuman stempel Kliring;
(3) pencantuman tanda tangan dan nama pejabat atau petugas
Peserta pengirim yang berwenang pada BPWD-Kliring
Pengembalian dan BPR-Kliring Pengembalian; dan
(4) kecocokan sandi Peserta yang tercantum pada setiap
Dokumen Kliring dengan sandi yang terdapat pada TPPK.
Pemeriksaan sebagaimana tersebut di atas hanya dimaksudkan
untuk memeriksa kelengkapan dan tidak dimaksudkan untuk
memeriksa keabsahan informasi yang tercantum dalam Dokumen
Kliring. Keabsahan informasi dalam Dokumen Kliring, termasuk
kebenaran tanda tangan dan nama petugas Peserta yang tercantum
pada BPWD-Kliring Pengembalian dan BPR-Kliring Pengembalian,
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Peserta dan bukan merupakan
tanggung jawab PKL.
d) Dalam hal persyaratan kelengkapan dan pengisian Dokumen Kliring
dalam setiap bundel Warkat Debet sebagaimana dimaksud pada
huruf c) tidak dipenuhi, petugas PKL melakukan hal-hal sebagai
berikut:
(1) membatalkan waktu penyerahan bundel Warkat Debet,
dengan cara mencoret dan menuliskan alasan pembatalan
serta membubuhkan paraf pada BPWD-Kliring Pengembalian;
dan
(2) mengembalikan bundel Warkat Debet kepada Petugas Kliring.
e) Dalam hal persyaratan kelengkapan dan pengisian Dokumen Kliring
dalam setiap bundel Warkat Debet sebagaimana dimaksud pada
huruf c) telah dipenuhi, petugas PKL melakukan hal-hal sebagai
berikut:
(1) mencetak informasi penerimaan bundel Warkat Debet pada
201
Lampiran 7
sisi belakang BPWD-Kliring Pengembalian dengan
menggunakan mesin reader endoser, sebagai pengganti paraf
petugas PKL;
(2) mengembalikan BPWD-Kliring Pengembalian sebagaimana
dimaksud pada angka (1) kepada petugas Peserta sebagai
tanda terima bundel Warkat Debet; dan
(3) memilah Warkat Debet berdasarkan Peserta penerima secara
otomasi, dengan menggunakan mesin baca pilah (reader
sorter).
f) Dalam hal persyaratan kelengkapan dan pengisian BPR-Kliring
Pengembalian sebagaimana dimaksud pada huruf c) tidak dipenuhi,
petugas PKL melakukan hal-hal sebagai berikut:
(1) membatalkan waktu penyerahan media rekam data elektronis
yang berisi DKE Debet dengan cara mencoret dan menuliskan
alasan pembatalan serta membubuhkan paraf pada BPR-
Kliring Pengembalian; dan
(2) mengembalikan BPR-Kliring Pengembalian dan media rekam
data elektronis yang berisi DKE Debet kepada petugas
Peserta.
g) Dalam hal persyaratan kelengkapan dan pengisian BPR-Kliring
Pengembalian sebagaimana dimaksud pada huruf c) telah dipenuhi,
petugas PKL dengan menggunakan KPK melakukan pencocokan
antara total record DKE, total batch, dan total nominal yang ada
pada media rekam data elektronis dengan total record DKE, total
batch, dan total nominal yang terdapat BPR-Kliring Pengembalian.
h) Dalam hal hasil pencocokan sebagaimana dimaksud pada huruf g)
terdapat perbedaan, petugas PKL melakukan hal-hal sebagai berikut:
(1) tidak melakukan proses perekaman DKE Debet;
(2) membatalkan waktu penyerahan media rekam data elektronis
yang berisi DKE Debet dengan cara mencoret dan menuliskan
alasan pembatalan serta membubuhkan paraf pada BPR-
Kliring Pengembalian; dan
(3) mengembalikan BPR-Kliring Pengembalian dan media rekam
data elektronis yang berisi DKE Debet kepada petugas
record …
202
Lampiran 7
Peserta.
i) Dalam hal hasil pencocokan sebagaimana dimaksud pada huruf g)
tidak terdapat perbedaan, petugas PKL melakukan hal-hal sebagai
berikut:
(1) melakukan proses perekaman DKE Debet, dengan
menggunakan KPK;
(2) membubuhkan paraf pada BPR-Kliring Pengembalian; dan
(3) mengembalikan lembar kedua BPR-Kliring Pengembalian
kepada petugas Peserta sebagai tanda bukti perekaman DKE
Debet.
j) Setelah proses perekaman seluruh DKE Debet selesai, petugas PKL
dengan menggunakan KPK melakukan:
(1) perhitungan Bilyet Saldo Kliring Pengembalian;
(2) perhitungan Bilyet Saldo Kliring Debet, yang merupakan hasil
off-setting atau penjumlahan antara Bilyet Saldo Kliring
Penyerahan dan Bilyet Saldo Kliring Pengembalian, apabila
Kliring pengembalian dilakukan pada tanggal yang sama
dengan Kliring penyerahan;
(3) pengiriman DKE Debet Kliring Pengembalian dan Bilyet Saldo
Kliring Pengembalian ke SSK;
(4) pengiriman Bilyet Saldo Kliring Debet ke SSK, apabila Kliring
pengembalian dilakukan pada tanggal yang sama dengan
Kliring penyerahan;
(5) pencetakan laporan-laporan hasil Kliring pengembalian;
(6) pencetakan laporan-laporan hasil Kliring Debet apabila Kliring
pengembalian dilakukan pada tanggal yang sama dengan
Kliring penyerahan; dan
(7) perekaman transaksi masuk (incoming) DKE Debet ke dalam
media rekam data elektronis untuk masing-masing Peserta.
k) Mendistribusikan kepada Peserta:
(1) Warkat Debet yang telah dipilah berdasarkan Peserta
penerima;
(2) lembar pertama ”Daftar DKE Yang Ditolak Per Peserta
Penerima”;
203
Lampiran 7
(3) laporan-laporan hasil Kliring pengembalian;
(4) laporan-laporan hasil Kliring Debet apabila Kliring
pengembalian dilakukan pada tanggal yang sama dengan
Kliring penyerahan; dan
(5) media rekam data elektronis yang berisi transaksi masuk
(incoming) DKE Debet Kliring Pengembalian.
Pada saat mengambil dokumen dari PKL sebagaimana dimaksud
pada angka (1) sampai dengan angka (5), Peserta harus
menunjukkan TPPK.
c. Kegiatan di Kantor Peserta Setelah Menerima Warkat Debet dan Laporan Hasil
Proses Kliring Pengembalian dari PKL
Setelah menerima Warkat Debet dan laporan-laporan hasil Kliring pengembalian,
Peserta melakukan kegiatan sebagai berikut :
1) Meneliti dan mencocokkan laporan-laporan hasil proses Kliring
pengembalian dengan:
a) Warkat Debet dan DKE Debet yang diserahkan; dan
b) Warkat Debet dan DKE Debet yang diterima.
2) Melalui TPK, membuat SKP untuk nasabah yang mengkliringkan Warkat
Debet, berdasarkan data incoming DKE Debet Kliring Pengembalian.
Contoh format SKP sebagaimana tercantum dalam Lampiran 7.2.
3) Mencocokkan SKP sebagaimana dimaksud pada angka 2) dengan ”Daftar
DKE Yang Ditolak Per Peserta Penerima” yang diterima pada saat Kliring
pengembalian.
C. Tata Cara Penyelenggaraan Kliring Debet Di Wilayah Kliring Off-line Manual
1. Kliring Penyerahan
a. Kegiatan Awal di Kantor Peserta
Kegiatan awal di kantor Peserta meliputi persiapan pengiriman DKE Debet dan
Warkat Debet yang akan diperhitungkan dalam Kliring penyerahan, yang meliputi
kegiatan sebagai berikut :
1) Pembuatan DKE Debet
Pembuatan DKE Debet dilakukan berdasarkan Warkat Debet dengan cara
sebagai berikut:
a) input DKE Debet secara manual melalui TPK;
b) import DKE Debet dari sistem internal Peserta atau media
204
Lampiran 7
penyimpan data elektronis ke TPK; dan/atau
c) capture data MICR pada Warkat Debet melalui mesin reader
encoder ke TPK.
Pembuatan DKE Debet untuk Kliring penyerahan harus memenuhi
persyaratan kelengkapan pengisian informasi sesuai dengan Buku
Pedoman TPK yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia secara terpisah dari
Surat Edaran ini
2) Pembuatan Batch DKE Debet
a) Pembuatan batch DKE Debet dapat dilakukan melalui TPK atau
sistem internal Peserta.
b) Pembuatan batch DKE Debet untuk Kliring penyerahan harus
memenuhi persyaratan kelengkapan pengisian informasi sesuai
dengan Buku Pedoman TPK yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia
secara terpisah dari Surat Edaran ini.
c) Batch DKE Debet harus dalam keadaan balance (seimbang) yaitu
total nominal rincian DKE Debet harus sama dengan nominal batch
DKE Debet.
3) Perekaman Batch DKE Debet
Dengan menggunakan TPK, Peserta merekam batch DKE Debet yang akan
diperhitungkan dalam Kliring penyerahan ke dalam media rekam data
elektronis berupa disket, flash disk, atau compact disk.
4) Persiapan Warkat Debet dan Dokumen Kliring
Sebelum dibawa ke kantor PKL, Peserta menyiapkan
Warkat Debet dan Dokumen Kliring untuk Kliring penyerahan, yang
meliputi kegiatan sebagai berikut:
a) Dengan menggunakan TPK, Peserta mencetak Dokumen Kliring
sebagai berikut:
(1) BPR-Kliring Penyerahan dalam rangkap 2 (dua); dan
(2) RWD-Kliring Penyerahan dalam rangkap 2 (dua) untuk
masing-masing Peserta penerima.
Kedua Dokumen Kliring tersebut dibubuhi stempel Kiring, tanda
tangan dan nama jelas petugas Peserta yang berwenang.
b) Membubuhkan stempel Kliring kantor Peserta pada sisi depan
Warkat Debet, dengan ketentuan sebagai berikut:
205
Lampiran 7
(1) stempel Kliring tidak boleh menutupi angka nominal;
(2) stempel Kliring pada Dokumen Kliring harus sama dengan
stempel Kliring pada Warkat Debet;
(3) dalam hal pada Warkat Debet telah terdapat stempel Kliring,
maka stempel Kliring yang terdahulu harus dibatalkan dengan
“Stempel Kliring Dibatalkan” dan diparaf oleh pejabat yang
berwenang dari Peserta yang bersangkutan. Untuk
selanjutnya Warkat Debet dibubuhi stempel Kliring sesuai
dengan ketentuan pada angka (1) dan angka (2).
c) Memilah Warkat Debet dan RWD-Kliring Penyerahan berdasarkan
Peserta penerima.
b. Kegiatan Monitoring di Kantor Pusat Peserta dan Konsekuensinya
1) Kantor Pusat Peserta harus melakukan monitoring potensi kewajiban di
seluruh Wilayah Kliring lokal di mana terdapat kantor Peserta yang
bersangkutan, yang harus dipenuhi dengan Pendanaan Awal (prefund) dalam
rentang waktu jam operasional, sesuai jadwal penyelenggaraan Kliring
Penyerahan di masing-masing Wilayah Kliring lokal tersebut.
2) Dalam hal potensi kewajiban lebih besar dari Pendanaan Awal (prefund) yang
telah disediakan, maka Peserta wajib melakukan penambahan Pendanaan
Awal tersebut (top-up prefund) sebesar nilai kekurangan untuk menutup
kewajiban sebagaimana tersebut di atas dalam rentang waktu jam
operasional, sesuai jadwal penyelenggaraan Kliring Penyerahan di masing-
masing Wilayah Kliring lokal tersebut.
3) Dalam hal Kantor Pusat Peserta tidak melakukan penambahan Pendanaan
Awal tersebut (top-up prefund) sebagaimana tersebut pada angka 2) maka
sebagian atau seluruh DKE Debet yang tidak didukung dengan Pendanaan
Awal (prefund) yang cukup tidak akan diperhitungkan dalam Kliring lokal.
4) Sebagian DKE Debet yang tidak didukung dengan Pendanaan Awal (prefund)
yang cukup sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak diperhitungkan dalam
Kliring lokal oleh PKL dalam hal PKL dimaksud telah mengimplementasikan
KPK versi 2.0.0 atau versi yang lebih baru, dan proses Kliring Debet dilakukan
sesuai urutan jadwal yang ditetapkan.
5) Dalam hal terdapat DKE Debet yang tidak didukung dengan Pendanaan Awal
206
Lampiran 7
(prefund) yang cukup sebagaimana dimaksud pada angka 3 dan PKL di
Wilayah Kliring tersebut tidak dapat memisahkan DKE Debet dimaksud dari
seluruh DKE Debet yang ada di KPK, maka seluruh DKE Debet untuk Peserta
yang bersangkutan di Wilayah Kliring tersebut tidak diperhitungkan oleh PKL.
6) PKL di suatu Wilayah Kliring tidak dapat memisahkan DKE sebagaimana
dimaksud pada angka 5) disebabkan antara lain karena:
a) PKL tersebut belum mengimplementasikan KPK versi 2.0.0 atau yang
lebih baru; dan/atau
b) proses Kliring Debet di Wilayah Kliring tersebut tidak dilakukan sesuai
urutan dan jadwal yang ditetapkan.
c. Kegiatan di Kantor PKL
1) Petugas Kliring melakukan kegiatan sebagai berikut:
a) Mencantumkan waktu penyerahan media rekam data elektronis
yang berisi DKE dengan cara memasukkan lembar pertama dan
lembar kedua BPR-Kliring Penyerahan ke dalam mesin penera waktu
(time stamps).
b) Menyerahkan kepada petugas PKL:
(1) media rekam data elektronis yang berisi DKE Debet; dan
(2) lembar pertama dan lembar kedua BPR-Kliring Penyerahan.
Pada saat menyerahkan, petugas Peserta harus menunjukkan TPPK.
2) Petugas PKL melakukan kegiatan sebagai berikut:
a) Memastikan ada/tidaknya TPPK.
b) Menerima dari Petugas Kliring:
(1) media rekam data elektronis yang berisi DKE Debet; dan
(2) BPR-Kliring Penyerahan rangkap 2 (dua).
c) Memeriksa persyaratan kelengkapan dan pengisian BPR-Kliring
Penyerahan, yang meliputi:
(1) pencantuman waktu penyerahan pada BPR-Kliring
Penyerahan dan kesesuaiannya dengan jadwal Kliring;
(2) pencantuman stempel Kliring;
(3) pencantuman tanda tangan dan nama pejabat atau petugas
Peserta pengirim yang berwenang pada BPR-Kliring
Penyerahan; dan
(4) kecocokan sandi Peserta yang tercantum pada BPR-Kliring
207
Lampiran 7
Penyerahan dengan sandi Peserta yang terdapat pada TPPK.
Pemeriksaan sebagaimana tersebut di atas hanya dimaksudkan
untuk memeriksa kelengkapan dan tidak dimaksudkan untuk
memeriksa keabsahan informasi yang tercantum dalam Dokumen
Kliring. Keabsahan informasi dalam Dokumen Kliring, termasuk
kebenaran tanda tangan dan nama petugas Peserta yang tercantum
pada BPR-Kliring Penyerahan, sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Peserta dan bukan merupakan tanggung jawab PKL.
d) Dalam hal persyaratan kelengkapan dan pengisian BPR-Kliring
Penyerahan sebagaimana dimaksud
pada huruf c) tidak dipenuhi, petugas PKL melakukan hal-hal sebagai
berikut:
(1) membatalkan waktu penyerahan bundel Warkat Debet,
dengan cara mencoret dan menuliskan alasan pembatalan
serta membubuhkan paraf pada BPR-Kliring Penyerahan; dan
(2) mengembalikan BPR-Kliring Penyerahan dan media rekam
data elektronis yang berisi DKE Debet kepada Petugas Kliring.
e) Dalam hal persyaratan kelengkapan dan pengisian BPR-Kliring
Penyerahan sebagaimana dimaksud pada huruf c) telah dipenuhi,
petugas PKL dengan menggunakan KPK melakukan pencocokan
antara total record DKE, total batch, dan total nominal yang ada
pada media rekam data elektronis dengan total record DKE, total
batch, dan total nominal yang terdapat pada BPR-Kliring
Penyerahan.
f) Dalam hal hasil pencocokan sebagaimana dimaksud pada huruf e)
terdapat perbedaan, petugas PKL melakukan hal-hal sebagai berikut:
(1) tidak melakukan proses perekaman DKE Debet;
(2) membatalkan waktu penyerahan media rekam data elektronis
yang berisi DKE Debet dengan cara mencoret dan menuliskan
alasan pembatalan serta membubuhkan paraf pada BPR-
Kliring Penyerahan; dan
(3) mengembalikan BPR-Kiring Penyerahan dan media rekam
data elektronis yang berisi DKE Debet kepada petugas
Peserta.
208
Lampiran 7
g) Dalam hal hasil pencocokan sebagaimana dimaksud pada huruf e)
tidak terdapat perbedaan, petugas PKL melakukan hal-hal sebagai
berikut:
(1) melakukan proses perekaman DKE Debet dengan
menggunakan KPK;
(2) membubuhkan paraf pada BPR-Kliring Penyerahan; dan
(3) mengembalikan lembar kedua BPR-Kliring Penyerahan kepada
petugas Peserta sebagai tanda bukti perekaman DKE Debet.
h) Petugas PKL dapat melakukan download DKE Debet Kliring
penyerahan confirmed dalam rentang waktu jam operasional Kliring
penyerahan, sesuai jadwal penyelenggaraan di masing-masing
Wilayah Kliring lokal tersebut .
i) Setelah batas waktu pengiriman DKE Debet dan pengecekan
kecukupan Pendanaan Awal (prefund) untuk Kliring penyerahan
berakhir, petugas PKL dengan menggunakan KPK melakukan:
(1) download DKE Debet Kliring penyerahan confirmed dan
unconfirmed;
(2) perhitungan Bilyet Saldo Kliring Penyerahan berdasarkan DKE
Debet Kliring penyerahan confirmed;
(3) pengiriman Bilyet Saldo Kliring Penyerahan sebagaimana pada
angka 2 ke SSK; dan
(4) pencetakan laporan-laporan hasil Kliring penyerahan dan DKE
Debet Kliring penyerahan unconfirmed (reject).
j) Dalam hal PKL belum mengimplementasikan KPK versi 2.0.0 atau
yang lebih baru, dan/atau melakukan proses Kliring Debet tidak
sesuai dengan urutan dan jadwal yang ditetapkan, maka
perhitungan Bilyet Saldo Kliring Penyerahan sebagaimana dimaksud
pada butir i)(2) dilakukan sebagai berikut:
(1) perhitungan BSK berdasarkan seluruh DKE Debet Kliring
penyerahan yang ada di KPK sehingga dimungkinkan terdapat
adanya DKE Debet Kliring penyerahan unconfirmed;
(2) dalam hal hasil perhitungan BSK sebagaimana dimaksud pada
angka (1) terdapat DKE Debet Kliring penyerahan unconfirmed
maka SSK akan menolak pengiriman BSK sebagaimana
209
Lampiran 7
dimaksud pada butir i)(2);
(3) dalam hal SSK menolak BSK sebagaimana dimaksud pada
angka (2) maka PKL harus mengeluarkan seluruh DKE Debet
untuk Peserta penerima yang di dalamnya terdapat DKE
Debet unconfirmed dari perhitungan BSK.
k) Mendistribusikan kepada petugas Peserta:
(1) laporan-laporan hasil Kliring penyerahan; dan
(2) media rekam data elektronis yang berisi transaksi masuk
(incoming) DKE Debet, bagi Peserta yang memerlukan.
Pada saat mengambil dokumen dari PKL sebagaimana dimaksud
pada angka (1) dan angka (2), Peserta harus menunjukkan TPPK.
3) Setelah petugas PKL melakukan proses perekaman DKE Debet, Petugas
Kliring selanjutnya melakukan kegiatan sebagai berikut:
a) menyerahkan kepada masing-masing Petugas Kliring Peserta
penerima:
(1) Warkat Debet; dan
(2) lembar pertama dan lembar kedua RWD-Kliring Penyerahan.
b) menerima dari Petugas Kliring Peserta pengirim lainnya:
(1) Warkat Debet; dan
(2) lembar pertama dan lembar kedua RWD-Kliring Penyerahan.
c) mencocokkan antara Warkat Debet dan data yang tercantum pada
RWD-Kliring Penyerahan yang diterima dari petugas Peserta lain
dengan laporan yang diterima dari petugas PKL.
d) Dalam hal hasil pencocokan sebagaimana dimaksud pada huruf c)
terdapat perbedaan, diatur sebagai berikut:
(1) Dalam hal perbedaan disebabkan DKE Debet diproses oleh
PKL sedangkan Warkat Debet tidak diserahkan oleh Peserta
pengirim sampai dengan jadwal Kliring penyerahan berakhir
(missing item), Peserta pengirim harus menandatangani Surat
Pernyataan Adanya Missing Item untuk diserahkan kepada
Peserta penerima. Contoh Surat Pernyataan Adanya Missing
Item sebagaimana tercantum dalam Lampiran 7.3;
(2) Dalam hal perbedaan disebabkan DKE Debet tidak diproses
oleh PKL sedangkan Warkat Debet diterima oleh Peserta
b) menerima …
210
Lampiran 7
penerima (unlisted item), maka Peserta penerima harus
mengembalikan Warkat Debet tersebut kepada Peserta
pengirim secara langsung pada hari dan tanggal yang sama,
tanpa melalui mekanisme Kliring pengembalian.
e) Dalam hal hasil pencocokan sebagaimana dimaksud pada huruf c)
tidak terdapat perbedaan, petugas Peserta:
(1) membubuhkan tanda tangan dan mencantumkan nama jelas
pada RWD-Kliring Penyerahan yang diterima dari petugas
Peserta lain; dan
(2) mengembalikan lembar kedua RWD-Kliring Penyerahan yang
telah ditandatangani sebagaimana dimaksud pada angka (1)
kepada petugas Peserta yang menyerahkan sebagai bukti
penerimaan Warkat Debet.
d. Kegiatan di Kantor Peserta Setelah Menerima Warkat Debet dan Laporan Hasil
Kliring Penyerahan dari PKL
Setelah menerima Warkat Debet dan laporan-laporan hasil Kliring penyerahan,
Peserta meneliti dan mencocokkan laporan-laporan hasil proses Kliring
penyerahan dengan:
1) Warkat Debet dan DKE Debet yang diserahkan; dan
2) Warkat Debet dan DKE Debet yang diterima.
2. Kliring Pengembalian
a. Kegiatan Awal di Kantor Peserta
Kegiatan awal di kantor Peserta meliputi persiapan pengiriman DKE Debet dan
Warkat Debet yang akan diperhitungkan dalam Kliring pengembalian, yang
meliputi kegiatan sebagai berikut:
1) Proses Verifikasi
Peserta melakukan verifikasi terhadap Warkat Debet yang diterima dari
Peserta lainnya serta DKE Debet yang diterima dari PKL pada saat Kliring
penyerahan, dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Pengembalian Warkat Debet dan DKE Debet dilakukan sesuai
dengan alasan penolakan sebagaimana tercantum dalam Lampiran
7.1.
b) Dalam hal terdapat missing item yang akan diselesaikan melalui
Kliring pengembalian maka pengembalian DKE Debet tersebut harus
211
Lampiran 7
disertai dengan fotokopi Surat Pernyataan Adanya Missing Item dari
bank pengirim sebagaimana dimaksud pada butir 1.c.3)d)(1).
2) Pembuatan DKE Debet
Pembuatan DKE Debet dilakukan berdasarkan hasil verifikasi sebagaimana
dimaksud pada angka 1), dengan cara sebagai berikut:
a) input DKE Debet secara manual melalui TPK; dan/atau
b) import DKE Debet dari sistem internal Peserta atau media
penyimpan data elektronis ke TPK.
Pembuatan DKE Debet untuk Kliring pengembalian harus memenuhi
persyaratan kelengkapan pengisian informasi sesuai dengan Buku
Pedoman TPK yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia secara terpisah dari
Surat Edaran ini.
3) Pembuatan Batch DKE Debet
a) Pembuatan batch DKE Debet dapat dilakukan melalui TPK atau
sistem internal Peserta.
b) Pembuatan batch DKE Debet untuk Kliring pengembalian harus
memenuhi persyaratan kelengkapan pengisian informasi sesuai
dengan Buku Pedoman TPK yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia
secara terpisah dari Surat Edaran ini.
c) Batch DKE Debet harus dalam keadaan balance (seimbang) yaitu
total nominal rincian DKE Debet harus sama dengan nominal batch
DKE Debet.
4) Perekaman Batch DKE Debet
Dengan menggunakan TPK, Peserta merekam batch DKE Debet yang
akan diperhitungkan dalam Kliring pengembalian ke dalam media
rekam data elektronis berupa disket, flash disk, atau compact disk.
5) Persiapan Warkat Debet dan Dokumen Kliring
Sebelum dibawa ke kantor PKL, Peserta menyiapkan Warkat Debet dan
Dokumen Kliring untuk Kliring pengembalian, yang meliputi kegiatan
sebagai berikut:
a) Dengan menggunakan TPK, Peserta mencetak Dokumen Kliring
sebagai berikut:
(1) BPR-Kliring Pengembalian dalam rangkap 2 (dua);
(2) RWD-Kliring Pengembalian dalam rangkap 2 (dua), untuk
212
Lampiran 7
masing-masing Peserta penerima; dan
(3) “Daftar DKE Yang Ditolak Per Peserta Penerima” dalam
rangkap 2 (dua).
Ketiga Dokumen Kliring dimaksud dibubuhi stempel Kliring, tanda
tangan dan nama jelas petugas Peserta yang berwenang.
b) Memilah Warkat Debet dan Dokumen Kliring sebagaimana
dimaksud dalam huruf a) angka (2) dan angka (3), berdasarkan
Peserta penerima.
b. Kegiatan di Kantor PKL
1) Petugas Peserta melakukan kegiatan sebagai berikut:
a) Mencantumkan waktu penyerahan media rekam data elektronis
yang berisi DKE Debet, dengan cara memasukkan lembar pertama
dan lembar kedua BPR-Kliring Pengembalian ke dalam mesin penera
waktu (time stamps).
b) Menyerahkan kepada petugas PKL:
(1) media rekam data elektronis yang berisi DKE Debet;
(2) lembar pertama dan lembar kedua BPR-Kliring Pengembalian;
dan
(3) lembar pertama ”Daftar DKE Yang Ditolak Per Peserta
Penerima”.
Pada saat menyerahkan, Petugas Kliring harus menunjukkan TPPK.
2) Petugas PKL melakukan kegiatan sebagai berikut:
a) Memastikan ada/tidaknya TPPK.
b) Menerima dari petugas Peserta:
(1) media rekam data elektronis yang berisi DKE Debet;
(2) lembar pertama dan lembar kedua BPR-Kliring Pengembalian;
dan
(3) lembar pertama ”Daftar DKE Yang Ditolak Per Peserta
Penerima”;
c) Memeriksa persyaratan kelengkapan dan pengisian BPR-Kliring
Pengembalian, yang meliputi:
(1) pencantuman waktu penyerahan pada BPR-Kliring
Pengembalian dan kesesuaiannya dengan jadwal Kliring;
(2) pencantuman stempel Kliring;
213
Lampiran 7
(3) pencantuman tanda tangan dan nama pejabat atau petugas
Peserta pengirim yang berwenang pada BPR-Kliring
Pengembalian; dan
(4) kecocokan sandi Peserta yang tercantum pada BPR-Kliring
Pengembalian dengan sandi Peserta yang terdapat pada
TPPK.
Pemeriksaan sebagaimana tersebut di atas hanya dimaksudkan
untuk memeriksa kelengkapan dan tidak dimaksudkan untuk
memeriksa keabsahan informasi yang tercantum dalam Dokumen
Kliring. Keabsahan informasi dalam Dokumen Kliring, termasuk
kebenaran tanda tangan dan nama petugas Peserta yang tercantum
pada BPR-Kliring Pengembalian, sepenuhnya menjadi tanggung
jawab Peserta dan bukan merupakan tanggung jawab PKL.
d) Dalam hal persyaratan kelengkapan dan pengisian BPR-Kliring
Pengembalian sebagaimana dimaksud pada huruf c) tidak dipenuhi,
petugas PKL melakukan hal-hal sebagai berikut:
(1) membatalkan waktu penyerahan media rekam data elektronis
yang berisi DKE Debet, dengan cara mencoret dan menuliskan
alasan pembatalan serta membubuhkan paraf pada BPR-
Kliring Pengembalian; dan
(2) mengembalikan BPR-Kliring Pengembalian dan media rekam
data elektronis yang berisi DKE Debet kepada petugas
Peserta.
e) Dalam hal persyaratan kelengkapan dan pengisian BPR-Kliring
pengembalian sebagaimana dimaksud
pada huruf c) telah dipenuhi, petugas PKL dengan menggunakan KPK
melakukan pencocokan antara total record DKE, total batch, dan
total nominal yang ada pada media rekam data elektronis dengan
total record DKE, total batch, dan total nominal yang terdapat pada
BPR-Kliring Pengembalian.
f) Dalam hal hasil pencocokan sebagaimana dimaksud pada huruf e)
terdapat perbedaan, petugas PKL melakukan hal-hal sebagai berikut:
(1) tidak melakukan proses perekaman DKE Debet;
(2) membatalkan waktu penyerahan media rekam data elektronis
214
Lampiran 7
yang berisi DKE Debet dengan cara mencoret dan menuliskan
alasan pembatalan serta membubuhkan paraf pada BPR-
Kliring Pengembalian; dan
(3) mengembalikan BPR-Kliring Pengembalian dan media rekam
data elektronis yang berisi DKE Debet kepada petugas
Peserta;
g) Dalam hal hasil pencocokan sebagaimana dimaksud pada huruf e)
tidak terdapat perbedaan, petugas PKL melakukan hal-hal sebagai
berikut:
(1) melakukan proses perekaman DKE Debet, dengan
menggunakan KPK;
(2) membubuhkan paraf pada BPR-Kliring Pengembalian; dan
(3) mengembalikan lembar kedua BPR-Kliring Pengembalian
kepada petugas Peserta sebagai tanda bukti perekaman DKE
Debet.
h) Setelah proses perekaman seluruh DKE Debet selesai, petugas PKL
dengan menggunakan KPK, melakukan:
(1) perhitungan Bilyet Saldo Kliring Pengembalian;
(2) perhitungan Bilyet Saldo Kliring Debet yang merupakan hasil
off-setting atau penjumlahan antara Bilyet Saldo Kliring
Penyerahan dan Bilyet Saldo Kliring Pengembalian apabila
Kliring pengembalian dilakukan pada tanggal yang sama
dengan Kliring penyerahan;
(3) pengiriman DKE Debet Kliring Pengembalian dan Bilyet Saldo
Kliring Pengembalian ke SSK;
(4) pengiriman Bilyet Saldo Kliring Debet ke SSK apabila Kliring
pengembalian dilakukan pada tanggal yang sama dengan
Kliring penyerahan;
(5) pencetakan laporan-laporan hasil Kliring pengembalian;
(6) pencetakan laporan-laporan hasil Kliring Debet apabila Kliring
pengembalian dilakukan pada tanggal yang sama dengan
Kliring penyerahan; dan
(7) perekaman transaksi masuk (incoming) DKE Debet ke dalam
media rekam data elektronis untuk masing-masing Peserta.
215
Lampiran 7
i) Mendistribusikan kepada petugas Peserta:
(1) laporan-laporan hasil Kliring pengembalian;
(2) laporan-laporan hasil Kliring Debet apabila Kliring
pengembalian dilakukan pada tanggal yang sama dengan
Kliring penyerahan; dan
(3) media rekam data elektronis yang berisi transaksi masuk
(incoming) DKE Debet Kliring Pengembalian.
Pada saat mengambil dokumen dari PKL sebagaimana dimaksud
pada angka (1) sampai dengan angka (3), Peserta harus
menunjukkan TPPK.
3) Setelah petugas PKL melakukan proses perekaman DKE Debet, petugas
Peserta selanjutnya melakukan kegiatan sebagai berikut:
a) Menyerahkan kepada masing-masing petugas Peserta penerima:
(1) Warkat Debet;
(2) Lembar pertama dan lembar kedua RWD-Kliring
Pengembalian; dan
(3) lembar pertama dan lembar kedua ”Daftar DKE Yang Ditolak
Per Peserta Penerima”.
b) Menerima dari petugas Peserta lainnya:
(1) Warkat Debet;
(2) lembar pertama dan lembar kedua RWD-Kliring
Pengembalian; dan
(3) lembar pertama dan lembar kedua ”Daftar DKE Yang Ditolak
Per Peserta Penerima”.
c) Mencocokkan Warkat Debet dengan data yang tercantum pada
RWD-Kliring Pengembalian dan ”Daftar DKE Yang Ditolak Per Peserta
Penerima” yang diterima dari petugas Peserta lain.
d) Dalam hal hasil pencocokan sebagaimana dimaksud pada huruf c)
terdapat perbedaan, Peserta penerima menyelesaikannya secara
bilateral dengan Peserta yang menyerahkan.
e) Dalam hal hasil pencocokan sebagaimana dimaksud pada huruf c)
tidak terdapat perbedaan, petugas Peserta melakukan hal-hal
sebagai berikut:
(1) Membubuhkan tanda tangan dan mencantumkan nama jelas
216
Lampiran 7
pada:
(a) RWD-Kliring Pengembalian; dan
(b) lembar kedua ”Daftar DKE Yang Ditolak Per Peserta
Penerima”;
yang diterima dari petugas Peserta lain;
(2) Mengembalikan kepada petugas Peserta yang menyerahkan:
(a) lembar kedua RWD-Kliring Pengembalian; dan
(b) lembar kedua ”Daftar DKE Yang Ditolak Per Peserta
Penerima”;
yang telah ditandatangani, sebagai bukti
penerimaan Warkat Debet dan ”Daftar DKE Yang Ditolak Per
Peserta Penerima”.
c. Kegiatan di Kantor Peserta Setelah Menerima Warkat Debet dan Laporan Hasil
Proses Kliring Pengembalian
Setelah menerima Warkat Debet serta laporan-laporan hasil Kliring
pengembalian, Peserta melakukan kegiatan sebagai berikut:
1) meneliti dan mencocokkan laporan-laporan hasil proses Kliring
pengembalian dengan:
a) Warkat Debet dan DKE Debet yang diserahkan; dan
b) Warkat Debet dan DKE Debet yang diterima;
2) Melalui TPK, membuat SKP untuk nasabah yang mengkliringkan Warkat
Debet, berdasarkan data incoming DKE Debet Kliring Pengembalian.
Contoh format SKP sebagaimana tercantum dalam Lampiran 7.2.
3) Mencocokkan SKP sebagaimana dimaksud pada angka 2) dengan ”Daftar
DKE Yang Ditolak Per Peserta Penerima” yang diterima pada saat Kliring
pengembalian.
D. Tata Cara Penyelenggaraan Kliring Debet di Wilayah Kliring On-line Manual
1. Kliring Penyerahan
a. Kegiatan Awal di Kantor Peserta
Kegiatan awal di kantor Peserta meliputi persiapan pengiriman DKE Debet dan
Warkat Debet yang akan diperhitungkan dalam Kliring penyerahan, yang meliputi
kegiatan sebagai berikut:
1) Pembuatan DKE Debet
Pembuatan DKE Debet dilakukan berdasarkan Warkat Debet dengan cara
217
Lampiran 7
sebagai berikut:
a) input DKE Debet secara manual melalui TPK;
b) import DKE Debet dari sistem internal Peserta atau media
penyimpan data elektronis ke TPK; dan/atau
c) capture data MICR pada Warkat Debet melalui mesin reader
encoder ke TPK.
Pembuatan DKE Debet untuk Kliring penyerahan harus memenuhi
persyaratan kelengkapan pengisian informasi sesuai dengan Buku
Pedoman TPK yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia secara terpisah dari
Surat Edaran ini.
2) Pembuatan Batch DKE Debet
a) Pembuatan batch DKE Debet dilakukan melalui TPK atau sistem
internal Peserta.
b) Pembuatan batch DKE Debet untuk Kliring penyerahan harus
memenuhi persyaratan kelengkapan pengisian informasi sesuai
dengan Buku Pedoman TPK yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia
secara terpisah dari Surat Edaran ini.
c) Batch DKE Debet harus dalam keadaan balance (seimbang) yaitu
total nominal rincian DKE Debet harus sama dengan nominal batch
DKE Debet.
3) Pengiriman Batch DKE Debet ke SSK
a) Pengiriman batch DKE Debet secara on-line ke SSK dilakukan secara
bertahap sesuai dengan jadwal yang ditetapkan.
b) Pengiriman batch DKE Debet sebagaimana dimaksud pada huruf a
dapat dilakukan secara tersentralisasi melalui TPK on-line Kantor
Pusat atau melalui TPK on-line kantor Peserta yang bersangkutan.
c) Status keberhasilan pelaksanaan pengiriman batch DKE Debet
ditentukan berdasarkan konfirmasi elektronis dari SSK ke TPK on-
line. Batch DKE Debet yang berhasil diterima oleh SSK akan diberi
status “SUDAH TERKIRIM”. Dalam hal pengiriman batch DKE Debet
tersebut mengalami kegagalan, akan diberi status “BELUM
TERKIRIM”.
Selanjutnya Peserta dapat melakukan pengiriman ulang sepanjang
memenuhi jadwal yang telah ditetapkan.
218
Lampiran 7
4) Persiapan Warkat Debet dan Dokumen Kliring
Sebelum dibawa ke kantor PKL, Peserta menyiapkan Warkat Debet dan
Dokumen Kliring untuk Kliring penyerahan, yang meliputi kegiatan sebagai
berikut:
a) Dengan menggunakan TPK atau aplikasi lainnya, Peserta mencetak
Dokumen Kliring berupa RWD-Kliring Penyerahan dalam rangkap 2
(dua) untuk masing-masing Peserta penerima.
Dokumen Kliring tersebut dibubuhi stempel Kliring, tanda tangan
dan nama jelas petugas Peserta yang berwenang.
b) Membubuhkan stempel Kliring kantor Peserta pada sisi depan setiap
Warkat Debet dan Dokumen Kliring, dengan ketentuan sebagai
berikut:
(1) stempel Kliring tidak boleh menutupi angka nominal;
(2) stempel Kliring pada Dokumen Kliring harus sama dengan
stempel Kliring pada Warkat Debet; dan
(3) dalam hal pada Warkat Debet telah terdapat stempel Kliring,
maka stempel Kliring yang terdahulu harus dibatalkan dengan
“Stempel Kliring Dibatalkan” dan diparaf oleh pejabat yang
berwenang dari Peserta yang bersangkutan. Untuk
selanjutnya Warkat Debet dibubuhi stempel Kliring sesuai
dengan ketentuan pada angka (1) sampai dengan angka (2).
c) Memilah Warkat Debet dan RWD-Kliring Penyerahan berdasarkan
Peserta penerima.
b. Kegiatan Monitoring di Kantor Pusat Peserta dan Konsekuensinya
1) Kantor Pusat Peserta harus melakukan monitoring potensi kewajiban di
seluruh Wilayah Kliring lokal di mana terdapat kantor Peserta yang
bersangkutan, yang harus dipenuhi dengan Pendanaan Awal (prefund)
dalam rentang waktu jam operasional, sesuai jadwal penyelenggaraan
Kliring Penyerahan di masing-masing Wilayah Kliring lokal tersebut.
2) Dalam hal potensi kewajiban lebih besar dari Pendanaan Awal (prefund)
yang telah disediakan, maka Peserta wajib melakukan penambahan
Pendanaan Awal tersebut (top-up prefund) sebesar nilai kekurangan untuk
menutup kewajiban sebagaimana tersebut di atas dalam rentang waktu
jam operasional, sesuai jadwal penyelenggaraan Kliring Penyerahan di
219
Lampiran 7
masing-masing Wilayah Kliring lokal tersebut.
3) Dalam hal Kantor Pusat Peserta tidak melakukan penambahan Pendanaan
Awal tersebut (top-up prefund) sebagaimana dimaksud pada angka 2)
maka sebagian atau seluruh DKE Debet yang tidak didukung dengan
Pendanaan Awal (prefund) yang cukup tidak akan diperhitungkan dalam
Kliring lokal.
4) Sebagian DKE Debet yang tidak didukung dengan pendanaan awal
(prefund) yang cukup sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak
diperhitungkan dalam Kliring lokal oleh PKL dalam hal PKL dimaksud telah
mengimplementasikan KPK versi 2.0.0 atau versi yang lebih baru, dan
proses Kliring Debet dilakukan sesuai urutan jadwal yang ditetapkan.
5) Dalam hal terdapat DKE Debet yang tidak didukung dengan pendanaan
awal (prefund) yang cukup sebagaimana dimaksud pada angka 3 dan PKL di
Wilayah Kliring tersebut tidak dapat memisahkan DKE Debet dimaksud dari
seluruh DKE Debet yang ada di KPK, maka seluruh DKE Debet untuk
Peserta yang bersangkutan di Wilayah Kliring tersebut tidak
diperhitungkan oleh PKL.
6) PKL di suatu Wilayah Kliring tidak dapat memisahkan DKE sebagaimana
dimaksud pada angka 5) disebabkan antara lain karena:
a) PKL tersebut belum mengimplementasikan KPK versi 2.0.0 atau yang
lebih baru; dan/atau
b) proses Kliring Debet di Wilayah Kliring tersebut tidak dilakukan
sesuai urutan dan jadwal yang ditetapkan.
c. Kegiatan di Kantor PKL
1) Petugas PKL melakukan kegiatan sebagai berikut:
a) Petugas PKL dapat melakukan download DKE Debet Kliring
penyerahan confirmed dalam rentang waktu jam operasional Kliring
penyerahan, sesuai jadwal penyelenggaraan di masing-masing
Wilayah Kliring lokal.
b) Setelah batas waktu pengiriman DKE Debet dan pengecekan
kecukupan Pendanaan Awal (prefund) untuk Kliring penyerahan
berakhir, petugas PKL dengan menggunakan KPK melakukan:
(1) download DKE Debet Kliring penyerahan confirmed dan
220
Lampiran 7
unconfirmed;
(2) perhitungan Bilyet Saldo Kliring Penyerahan berdasarkan DKE
Debet Kliring penyerahan confirmed;
(3) pengiriman Bilyet Saldo Kliring Penyerahan sebagaimana pada
angka 2 ke SSK; dan
(4) pencetakan laporan-laporan hasil Kliring penyerahan dan DKE
Debet Kliring penyerahan unconfirmed (reject).
c) Dalam hal PKL belum mengimplementasikan KPK versi 2.0.0 atau
yang lebih baru, dan/atau melakukan proses Kliring Debet tidak
sesuai dengan urutan dan jadwal yang ditetapkan, maka
perhitungan Bilyet Saldo Kliring Penyerahan sebagaimana dimaksud
pada butir b)(2) dilakukan sebagai berikut:
(1) perhitungan BSK berdasarkan seluruh DKE Debet Kliring
penyerahan yang ada di KPK sehingga dimungkinkan terdapat
adanya DKE Debet Kliring penyerahan unconfirmed;
(2) dalam hal hasil perhitungan BSK sebagaimana dimaksud pada
angka (1) terdapat DKE Debet Kliring penyerahan unconfirmed
maka SSK akan menolak pengiriman BSK sebagaimana
dimaksud pada butir b)(2);
(3) dalam hal SSK menolak BSK sebagaimana dimaksud pada
angka (2) maka PKL harus mengeluarkan seluruh DKE Debet
untuk Peserta penerima yang di dalamnya terdapat DKE
Debet unconfirmed dari perhitungan BSK.
d) Mendistribusikan kepada Peserta:
(1) laporan-laporan hasil Kliring penyerahan; dan
(2) media rekam data elektronis yang berisi transaksi masuk
(incoming) DKE Debet, bagi Peserta yang memerlukan.
Pada saat mengambil dokumen dari PKL sebagaimana dimaksud
pada angka (1) dan angka (2), Peserta harus menunjukkan TPPK.
2) Petugas Kliring selanjutnya melakukan kegiatan sebagai berikut:
a) menyerahkan kepada masing-masing Petugas Kliring Peserta
penerima:
(1) Warkat Debet; dan
(2) Lembar pertama dan lembar kedua RWD-Kliring Penyerahan.
221
Lampiran 7
b) menerima dari Petugas Kliring Peserta pengirim lainnya:
(1) Warkat Debet; dan
(2) lembar pertama dan lembar kedua RWD-Kliring Penyerahan.
c) mencocokkan antara Warkat Debet dan data yang tercantum pada
RWD-Kliring Penyerahan yang diterima dari petugas Peserta lain
dengan laporan yang diterima dari petugas PKL.
d) Dalam hal hasil pencocokan sebagaimana dimaksud pada huruf c)
terdapat perbedaan, diatur sebagai berikut:
(1) Dalam hal perbedaan disebabkan DKE Debet diproses oleh
PKL sedangkan Warkat Debet tidak diserahkan oleh Peserta
pengirim kepada Peserta penerima sampai dengan jadwal
Kliring penyerahan berakhir (missing item), Peserta pengirim
harus menandatangani ”Surat Pernyataan Missing Item”
untuk diserahkan kepada Peserta penerima. Contoh ”Surat
Missing Item” sebagaimana tercantum dalam lampiran 7.3;
(2) Dalam hal perbedaan disebabkan DKE Debet tidak diproses
oleh PKL sedangkan Warkat Debet diterima oleh Peserta
penerima (unlisted item), maka Peserta penerima harus
mengembalikan Warkat Debet tersebut kepada Peserta
pengirim secara langsung pada hari dan tanggal yang sama,
tanpa melalui mekanisme Kliring pengembalian.
e) Dalam hal hasil pencocokan sebagaimana dimaksud pada huruf c)
tidak terdapat perbedaan, petugas Peserta:
(1) membubuhkan tanda tangan dan mencantumkan nama jelas
pada RWD-Kliring Penyerahan yang diterima dari petugas
Peserta lain; dan
(2) mengembalikan lembar kedua RWD-Kliring Penyerahan yang
telah ditandatangani sebagaimana dimaksud pada angka (1)
kepada petugas Peserta yang menyerahkan sebagai bukti
penerimaan Warkat Debet.
d. Kegiatan di Kantor Peserta Setelah Menerima Warkat Debet dan Laporan Hasil
Kliring Penyerahan dari PKL
Setelah menerima Warkat Debet dan laporan-laporan hasil Kliring penyerahan,
Peserta meneliti dan mencocokkan laporan-laporan hasil proses Kliring
222
Lampiran 7
penyerahan dengan:
1) Warkat Debet dan DKE Debet yang diserahkan; dan
2) Warkat Debet dan DKE Debet yang diterima.
2. Kliring Pengembalian
a. Kegiatan Awal di Kantor Peserta
Kegiatan awal di kantor Peserta meliputi persiapan pengiriman DKE Debet dan
Warkat Debet yang akan diperhitungkan dalam Kliring pengembalian, yang
meliputi kegiatan sebagai berikut:
1) Proses Verifikasi
Peserta melakukan verifikasi terhadap Warkat Debet yang diterima dari
Peserta lainnya serta DKE Debet yang diterima dari PKL pada saat Kliring
penyerahan, dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Pengembalian Warkat Debet dan DKE Debet dilakukan sesuai
dengan alasan penolakan sebagaimana tercantum dalam Lampiran
7.1.
b) Dalam hal terdapat missing item yang akan diselesaikan melalui
Kliring pengembalian maka pengembalian DKE Debet tersebut harus
disertai dengan fotokopi Surat Pernyataan Adanya Missing Item
sebagaimana dimaksud pada butir 1.c.3)d)(1).
2) Pembuatan DKE Debet
Pembuatan DKE Debet dilakukan berdasarkan hasil verifikasi sebagaimana
dimaksud pada angka 1) dengan cara sebagai berikut:
a) input DKE Debet secara manual melalui TPK; dan/atau
b) import DKE Debet dari sistem internal Peserta atau media
penyimpan data elektronis ke TPK.
Pembuatan DKE Debet untuk Kliring pengembalian harus memenuhi
persyaratan kelengkapan pengisian informasi sesuai dengan Buku Pedoman
TPK yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia secara terpisah dari Surat Edaran
ini.
3) Pembuatan Batch DKE Debet
a) Pembuatan batch DKE Debet dapat dilakukan melalui TPK atau
sistem internal Peserta.
b) Pembuatan batch DKE Debet untuk Kliring pengembalian harus
memenuhi persyaratan kelengkapan pengisian informasi sesuai
223
Lampiran 7
dengan Buku Pedoman TPK yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia
secara terpisah dari Surat Edaran ini.
c) Batch DKE Debet harus dalam keadaan balance (seimbang) yaitu
total nominal rincian DKE Debet harus sama dengan nominal batch
DKE Debet.
4) Pengiriman Batch DKE Debet ke SSK
a) Pengiriman batch DKE Debet dari TPK on-line ke SSK dilakukan
secara bertahap sesuai dengan jadwal yang ditetapkan.
b) Status keberhasilan pelaksanaan pengiriman batch DKE Debet
ditentukan berdasarkan konfirmasi elektronis dari SSK ke TPK on-
line. Batch DKE Debet yang berhasil diterima oleh SSK akan diberi
status “SUDAH TERKIRIM”. Dalam hal pengiriman batch DKE Debet
tersebut mengalami kegagalan, akan diberi status “BELUM
TERKIRIM”.
Selanjutnya Peserta dapat melakukan pengiriman ulang sepanjang
memenuhi jadwal yang telah ditetapkan.
5) Persiapan Warkat Debet dan Dokumen Kliring
Sebelum dibawa ke kantor PKL, Peserta menyiapkan Warkat Debet dan
Dokumen Kliring untuk Kliring pengembalian, yang meliputi kegiatan sebagai
berikut :
a) Melalui TPK atau aplikasi lainnya mencetak ”Daftar DKE Yang Ditolak
Per Peserta Penerima” dalam rangkap 2 (dua) kemudian
membubuhkan stempel Kliring, tanda tangan dan nama jelas
petugas Peserta yang berwenang.
b) Menyiapkan BPWD-Kliring Pengembalian dengan tata cara sesuai
ketentuan sebagaimana dimaksud pada butir D.3 Bab V mengenai
Warkat Debet dan Dokumen Kliring.
c) Menyusun bundel Warkat Debet dengan urutan sebagai berikut:
(1) BPWD-Kliring Pengembalian;: dan
(2) Warkat Debet
b. Kegiatan di kantor PKL
Petugas PKL melakukan kegiatan sebagai berikut:
1) Setelah batas waktu transmit DKE Debet untuk Kliring pengembalian
berakhir, petugas PKL dengan menggunakan KPK, melakukan:
224
Lampiran 7
a) download DKE Kliring pengembalian dari SSK.
Dalam hal KPK gagal melakukan download DKE outgoing dari SSK,
maka petugas PKL meminta peserta di wilayah yang bersangkutan
untuk mengirimkan batch DKE secara off-line dengan tata cara
sebagaimana pengiriman batch DKE di Wilayah Kliring Off-line
Manual.
b) perhitungan Bilyet Saldo Kliring Pengembalian;
c) perhitungan Bilyet Saldo Kliring Debet, yang merupakan hasil off-
setting atau penjumlahan antara Bilyet Saldo Kliring Penyerahan dan
Bilyet saldo Kliring Pengembalian, apabila Kliring pengembalian
dilakukan pada tanggal yang sama dengan Kliring penyerahan;
d) pengiriman Bilyet Saldo Kliring Pengembalian ke SSK;
e) pengiriman Bilyet Saldo Kliring Debet ke SSK apabila Kliring
pengembalian dilakukan pada tanggal yang sama dengan Kliring
penyerahan;
f) pencetakan laporan-laporan hasil Kliring pengembalian;
g) pencetakan laporan-laporan hasil Kliring Debet apabila Kliring
pengembalian dilakukan pada tanggal yang sama dengan Kliring
penyerahan.
2) Mendistribusikan kepada Peserta:
a) laporan-laporan hasil Kliring pengembalian;
b) laporan-laporan hasil Kliring pengembalian Debet apabila Kliring
pengembalian dilakukan pada tanggal yang sama dengan Kliring
penyerahan; dan
c) media rekam data elektronis yang berisi transaksi masuk (incoming)
DKE Debet Kliring Pengembalian.
Pada saat mengambil dokumen dari PKL sebagaimana dimaksud pada
angka (1) sampai dengan angka (3), petugas Peserta harus menunjukkan
TPPK.
c. Kegiatan di Kantor Peserta Setelah Menerima Warkat Debet dan Laporan Hasil
Proses Kliring Pengembalian dari PKL
Setelah menerima Warkat Debet dan laporan-laporan hasil proses Kliring,
petugas PKL melakukan proses perekaman DKE Debet, selanjutnya petugas
Peserta melakukan kegiatan sebagai berikut:
225
Lampiran 7
1) Meneliti dan mencocokkan laporan-laporan hasil proses Kliring
pengembalian dengan:
a) Warkat Debet dan DKE Debet yang diserahkan; dan
b) Warkat Debet dan DKE Debet yang diterima.
2) Melalui TPK atau aplikasi lainnya, membuat SKP berdasarkan data
incoming DKE Debet Kliring Pengembalian. Contoh format SKP
sebagaimana tercantum dalam Lampiran 7.2.
3) Mencocokkan SKP sebagaimana dimaksud pada angka 2) dengan ”Daftar
DKE Yang Ditolak Per Peserta Penerima” yang diterima pada saat Kliring
pengembalian.
E. Sandi Transaksi dalam pembuatan DKE Debet
Dalam pembuatan DKE Debet oleh Peserta pada saat Kliring penyerahan, jenis sandi transaksi
yang digunakan mengacu pada sandi transaksi untuk jenis Warkat Debet sebagaimana
dimaksud pada butir D.2.d.2) Bab V mengenai Warkat Debet dan Dokumen Kliring.
F. Laporan dalam Penyelenggaraan Kliring Debet
Jenis laporan Kliring Debet yang dicetak dan didistribusikan oleh PKL kepada Peserta pada saat
Kliring penyerahan dan Kliring pengembalian, sebagaimana tercantum dalam Lampiran 7.4.
G. Perhitungan Bilyet Saldo Kliring (BSK) Debet Nasional dan Informasi Awal Hasil Kliring Debet
Nasional
1. Perhitungan BSK Debet Nasional
a. Setelah batas waktu pengiriman BSK Debet dari KPK ke SSK berakhir, PKN melalui
SSK melakukan perhitungan BSK Debet secara nasional untuk masing-masing
Bank.
b. BSK Debet secara nasional untuk masing-masing Bank merupakan penjumlahan
atau off-setting BSK Debet dari seluruh Wilayah Kliring yang dikirim oleh PKL
melalui KPK ke SSK.
c. Khusus untuk Wilayah Kliring yang Kliring pengembaliannya dilakukan pada hari
kerja berikutnya setelah Kliring penyerahan, maka yang diperhitungkan dalam
BSK Debet secara nasional hanya BSK penyerahan.
d. Hasil perhitungan BSK Debet nasional masing-masing Bank dapat berupa:
1) net kredit atau ”menang kliring” yaitu apabila total tagihan Bank secara
nasional pada Kliring Debet lebih besar daripada total kewajiban;
2) net nihil yaitu apabila total tagihan Bank secara nasional pada Kliring Debet
sama dengan total kewajiban; atau
Bank …
226
Lampiran 7
3) net debet atau ”kalah kliring” yaitu apabila total kewajiban Bank secara
nasional pada Kliring Debet lebih besar daripada total tagihan.
Total kewajiban suatu Bank merupakan total DKE Debet secara nasional yang
diterima oleh Bank yang bersangkutan dari Bank-Bank lain yang didukung oleh
Pendanaan Awal (prefund) yang cukup (incoming confirmed) dari Bank yang
bersangkutan, sedangkan total tagihan suatu Bank merupakan total DKE Debet
secara nasional yang dikirim oleh Bank yang bersangkutan kepada Bank-Bank lain
yang didukung oleh Pendanaan Awal (prefund) yang cukup (outgoing confirmed)
dari Bank-Bank lain dimaksud.
2. Informasi Awal dan Penambahan Pendanaan Awal (Top-Up Prefund)
a. PKN menyediakan informasi awal mengenai BSK Debet nasional sebagaimana
dimaksud dalam butir 1.d yang dapat diakses oleh kantor pusat Peserta melalui
TPK on-line dalam rentang waktu jam operasional penyelenggaraan SKNBI.
b. Dalam hal masih terdapat kewajiban atau tagihan yang belum didukung oleh
Pendanaan Awal (prefund) Bank yang cukup, maka Bank harus menambah
kekurangan Pendanaan Awal (prefund) dalam bentuk dana tunai (cash prefund)
dan/atau agunan (collateral prefund) sampai dengan batas waktu yang
ditetapkan Bank Indonesia. Tata cara penambahan Pendanaan Awal (top-up
prefund) sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Bab VI mengenai
Pendanaan Awal (Prefund).
H. Penyelesaian Akhir Kliring Debet
Setelah batas waktu penambahan Pendanaan Awal (top-up prefund) sebagaimana dimaksud
pada butir G.2.b berakhir, PKN melalui SSK melakukan Penyelesaian Akhir Kliring Debet untuk
masing-masing Bank, sebagai berikut:
1. Apabila BSK Debet Bank secara nasional sebagaimana dimaksud pada butir G.1.d
menunjukkan net kredit, maka Penyelesaian Akhir dilakukan dengan mengkredit rekening
giro Bank yang bersangkutan sebesar total penjumlahan antara:
a. nilai net kredit; dan
b. nilai Pendanaan Awal (prefund) dalam bentuk dana tunai (cash prefund).
2. Apabila BSK Debet Bank secara nasional sebagaimana dimaksud pada butir G.1.d
menunjukkan nilai net nihil, maka Penyelesaian Akhir dilakukan dengan mengkredit
rekening giro Bank yang bersangkutan sebesar nilai Pendanaan Awal dalam bentuk dana
tunai (cash prefund).
3. Apabila BSK Debet Bank secara nasional sebagaimana dimaksud pada butir G.1.d
227
Lampiran 7
menunjukkan net debet, maka:
a. Penyelesaian Akhir dilakukan berdasarkan hasil pengurangan antara nilai Pendanaan
Awal dalam bentuk dana tunai (cash prefund) dengan nilai net debet.
b. Dalam hal hasil pengurangan sebagaimana dimaksud pada angka 1) menunjukkan
selisih positif atau selisih nihil, maka Penyelesaian Akhir dilakukan dengan ketentuan
sebagai berikut:
1) apabila hasil pengurangan menunjukkan selisih positif, maka rekening giro Bank
dikredit sebesar selisih positif tersebut;
2) apabila hasil pengurangan menunjukkan selisih nihil, maka rekening giro Bank
dikredit sebesar selisih nihil; atau
c. Dalam hal hasil pengurangan sebagaimana dimaksud pada angka 1) menunjukkan
selisih negatif, maka Penyelesaian Akhir dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) mendebet rekening giro Bank yang bersangkutan sebesar selisih negatif tersebut.
2) Dalam hal rekening giro Bank yang bersangkutan sebagaimana pada huruf a) tidak
mencukupi untuk menutup selisih negatif tersebut, maka kekurangan dari selisih
negatif yang telah diperhitungkan dengan dana pada rekening giro Bank, dipenuhi
dengan Pendanaan Awal dalam bentuk agunan (collateral prefund).
Mekanisme penggunaan Pendanaan Awal dalam bentuk agunan (collateral
prefund) sebagaimana tersebut di atas tunduk pada ketentuan Bank Indonesia
yang mengatur mengenai Fasilitas Likuiditas Intrahari (FLI).
I. Penanganan Warkat Debet atas DKE Debet unconfirmed
1. DKE Debet unconfirmed merupakan DKE Debet yang tidak diperhitungkan karena tidak
didukung dengan Pendanaan Awal (prefund) yang cukup dari Bank penerima.
2. Warkat Debet dari DKE Debet unconfirmed sebagaimana dimaksud pada angka 1 harus
disampaikan kepada Peserta penerima oleh:
a. PKL untuk Wilayah Kliring otomasi; atau
b. Peserta pengirim untuk Wilayah Kliring manual.
3. Peserta penerima yang menerima Warkat Debet atas DKE Debet unconfirmed harus
menyelesaikan kewajiban pembayaran Warkat Debet sepanjang Warkat Debet tersebut
memenuhi persyaratan untuk pembayaran dan tersedia dana nasabah penarik yang
cukup pada Peserta penerima. Ketentuan mengenai persyaratan untuk pembayaran,
ketersediaan dana nasabah penarik dan penyelesaian kewajiban pembayaran tersebut
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang mengatur mengenai Warkat Debet.
4. Penyelesaian kewajiban pembayaran Warkat Debet sebagaimana pada angka 3
dengan …
228
Lampiran 7
dilakukan segera dengan memperhatikan kesepakatan antar Peserta SKNBI (Bye-Laws).
5. Bank Penerima melaporkan hasil penyelesaian Warkat Debet sebagaimana dimaksud
pada angka 3 kepada PKL paling lambat 2 (dua) hari kerja sejak tanggal dilaksanakannya
penyelesaian kewajiban pembayaran, dengan format laporan sebagaimana Lampiran
7.4a.
J. Penanganan Warkat Debet yang tertolak (reject) oleh mesin baca pilah di Wilayah Kliring On-
line Otomasi dan Wilayah Kliring Off-line Otomasi
1. Dalam penyelenggaraan Kliring Debet di Wilayah On-line Otomasi dan Wilayah Off-line
Otomasi, Warkat Debet yang diproses oleh PKL melalui mesin baca pilah dapat tertolak
(reject) dapat tertolak (reject) oleh mesin baca pilah karena alasan-alasan sebagai
berikut:
a. Warkat Debet yang dikliringkan melanggar ketentuan Bank Indonesia yang
mengatur mengenai penggunaan nota debet dalam Kliring;
b. sandi peserta pada MICR code line tidak dikenal;
2. Dalam hal Warkat Debet yang tertolak (reject) dikembalikan oleh PKL kepada Peserta
pengirim, maka pengembalian Warkat Debet oleh PKL disertai dengan formulir
pengembalian sebagaimana tercantum dalam Lampiran 7.6.
K. Penyelesaian Selisih Data Kliring Penyerahan di Wilayah Kliring On-line Otomasi dan Wilayah
Kliring Off-line Otomasi
1. Penyebab Selisih Data Kliring Penyerahan
Selisih data Kliring penyerahan dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :
a. DKE Debet diproses oleh PKL sedangkan Warkat Debet tidak diproses oleh PKL
(missing item) karena Warkat Debet tidak disampaikan kepada PKL;
b. DKE Debet tidak diproses oleh PKL sedangkan Warkat Debet diterima PKL
(unlisted item). Unlisted item dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
1) DKE Debet tidak diterima oleh PKL; atau
2) DKE Debet diterima oleh PKL tetapi tidak diperhitungkan karena tidak
didukung oleh Pendanaan Awal (prefund) yang cukup.
2. Tata Cara Penyelesaian Selisih Data Kliring Penyerahan
Penyelesaian selisih data Kliring penyerahan yang disebabkan oleh hal-hal sebagaimana
dimaksud pada angka 2 diatur sebagai berikut:
a. Penyelesaian selisih data Kliring penyerahan karena Missing Item
1) Penyelesaian missing item karena alasan sebagaimana dimaksud pada
2. Dalam …
229
Lampiran 7
butir 2.a.1) diatur sebagai berikut :
a) Peserta pengirim harus menyerahkan Warkat Debet dimaksud
secara langsung kepada Peserta yang seharusnya menerima Warkat
Debet paling lambat 2 (dua) jam sebelum batas akhir waktu
penyerahan Warkat Debet dalam Kliring pengembalian;
b) dalam hal Warkat Debet tersebut tidak dapat disampaikan kepada
Peserta yang seharusnya menerima Warkat Debet dalam batas
waktu yang ditentukan sebagaimana dimaksud dalam huruf a),
maka Peserta yang seharusnya menerima Warkat Debet dapat
menolak DKE Debet yang bersangkutan
melalui mekanisme Kliring pengembalian dengan melampirkan
fotokopi surat pernyataan missing item sebagaimana contoh pada
Lampiran 7.3.
2) Penyelesaian missing item karena alasan sebagaimana dimaksud pada
butir 2.a.2) diatur sebagai berikut:
a) PKL mengembalikan Warkat Debet kepada Peserta pengirim;
b) Peserta penerima mengembalikan DKE Debet yang merupakan
missing item tersebut melalui mekanisme Kliring pengembalian
dengan melampirkan fotokopi surat pernyataan missing item
sebagaimana contoh pada Lampiran 7.3.
b. Penyelesaian selisih data Kliring penyerahan karena Unlisted Item
1) Dalam hal selisih data Kliring penyerahan disebabkan oleh unlisted item,
maka Peserta penerima harus menyelesaikan Warkat Debet tersebut
kepada Peserta pengirim sesuai kesepakatan.
2) Dalam hal Warkat Debet tersebut harus ditolak karena tidak memenuhi
syarat formal dan/atau saldo tidak cukup maka pengembalian Warkat
Debet dimaksud dilakukan di luar mekanisme Kliring pengembalian.
L. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan oleh Peserta Dalam Penyelenggaraan Kliring Debet
1. Pembuatan Batch DKE Debet
a. Dalam pembuatan batch DKE Debet untuk Kliring penyerahan dan Kliring
pengembalian, jumlah transaksi dalam 1 (satu) batch paling banyak 200 (dua
ratus) transaksi dan jumlah nominal dalam 1 (satu) batch kurang dari
Rp1.000.000.000.000,00 (satu triliun Rupiah).
230
Lampiran 7
b. Untuk Peserta di Wilayah Kliring On-line Otomasi dan Wilayah Kliring Off-line
Otomasi, urutan DKE Debet dalam setiap batch harus sama dengan urutan
Warkat Debet pada setiap bundel yang disampaikan kepada PKL.
2. Persiapan Warkat Debet
Dalam menyiapkan bundel Warkat Debet untuk Kliring penyerahan dan Kliring
pengembalian yang akan diserahkan kepada PKL Peserta di Wilayah Kliring On-line
Otomasi dan Wilayah Kliring Off-line Otomasi harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
a. Jumlah Warkat Debet dalam satu 1 (satu) bundel paling banyak 200 (dua ratus)
lembar dan jumlah nominal dalam 1 (satu) bundel kurang dari
Rp1.000.000.000.000,00 (satu trilyun Rupiah).
b. Peserta harus menyampaikan bundel Warkat Debet ke PKL apabila batch DKE
Debet yang bersangkutan telah dikirim dan diterima oleh KPK atau telah direkam
ke dalam media rekam data elektronis. Peserta tidak dapat menyampaikan
Warkat
Debet ke PKL apabila DKE Debet yang bersangkutan tidak diterima oleh KPK atau
tidak direkam ke dalam media rekam data elektronis, karena akan menimbulkan
selisih.
c. Setiap bundel Warkat Debet yang akan diserahkan ke PKL harus dalam keadaan
seimbang (jumlah nominal rincian Warkat Debet sama dengan jumlah nominal
pada kartu batch), telah diperiksa susunannya, keabsahan, dan kelengkapan
Dokumen Kliring.
d. Melakukan penelitian atas Warkat Debet dan Dokumen Kliring sebelum
diserahkan kepada PKL. Dalam hal ini Peserta bertanggung jawab atas :
1) keabsahan Warkat Debet dan Dokumen Kliring;
2) kebenaran pencantuman informasi MICR code line pada Warkat Debet dan
Dokumen Kliring;
3) kebenaran jumlah lembar dan nominal pada Warkat Debet dan Dokumen
Kliring;
4) kelengkapan Dokumen Kliring.
Jumlah nominal yang tercantum pada BPWD-Kliring Penyerahan/BPWD-Kliring
Pengembalian dan kartu batch harus sama dengan jumlah nominal keseluruhan
Warkat Debet
e. Menjaga kondisi fisik Warkat Debet agar tidak lusuh, basah atau rusak. Pada
)
P
e
t
u
g
a
s
…
231
Lampiran 7
setiap Warkat Debet dalam bundel Peserta perlu memperhatikan agar tidak
terdapat benda yang dapat mengganggu proses pengolahan seperti paper-clips,
staples, dan sebagainya.
f. Melakukan pencocokan antara jumlah yang tertulis pada Warkat Debet dengan
jumlah yang dihasilkan oleh mesin encoder.
g. Sandi Peserta pada BPWD-Kliring Penyerahan/BPWD-Kliring Pengembalian dan
kartu batch harus sama dengan sandi Peserta pada stempel Kliring dan TPPK.
h. Meningkatkan ketelitian dalam melakukan encode pada Warkat Debet dan
Dokumen Kliring.
3. Pencocokan Bundel Warkat dan Media Rekam Data Elektronik
Pada saat di kantor PKL, Peserta harus mencocokan:
a. jumlah bundel Warkat Debet yang diserahkan kepada PKL pada saat Kliring
penyerahan dengan jumlah BPWD-Kliring Penyerahan yang diterima dari PKL;
b. jumlah bundel Warkat Debet yang diserahkan kepada PKL pada saat Kliring
pengembalian dengan jumlah BPWD-Kliring Pengembalian yang diterima dari
PKL;
c. jumlah media rekam data elektronis yang berisi DKE Debet yang diserahkan
kepada PKL pada saat Kliring penyerahan dengan jumlah BPR-Kliring Penyerahan
yang diterima dari PKL; dan
d. jumlah media rekam data elektronis yang berisi DKE Debet yang diserahkan
kepada PKL pada saat Kliring pengembalian dengan jumlah BPR-Kliring
Pengembalian yang diterima dari PKL.
Dalam hal terdapat ketidakcocokan antara jumlah bundel Warkat dengan jumlah
BPWD-Kliring sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, atau jumlah media
rekam data elektronis dengan jumlah BPR-Kliring sebagaimana dimaksud pada huruf c
dan huruf d, setelah Petugas Kliring meninggalkan loket kantor PKL maka hal tersebut
menjadi tanggung jawab Peserta.
4. Penggunaan Media Rekam Data Elektronis
Pada saat Kliring penyerahan dan Kliring pengembalian, Peserta di Wilayah Kliring Off-
line Otomasi dan Wilayah Kliring Off-line Manual menyampaikan media rekam data
elektronis yang berisi DKE Debet dalam media rekam data elektronis berupa disket,
flash disk atau compact disk, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. media rekam data elektronis yang disampaikan kepada PKL harus bebas dari virus
serta tidak rusak atau cacat;
232
Lampiran 7
b. untuk menghindari terjadinya kerusakan pada media rekam data elektronis,
Peserta agar secara berkala mengganti media rekam data elektronis yang sudah
digunakan pada Kliring penyerahan
dan Kliring pengembalian dengan media rekam data elektronis baru; dan
c. untuk menghindari kemungkinan terhambatnya kelancaran proses Kliring
penyerahan dan Kliring pengembalian akibat kerusakan pada media rekam data
elekronis, Peserta agar merekam DKE Debet ke dalam media rekam data
elektronis utama dan media rekam data elektronis cadangan.
5. Penolakan Warkat Debet karena adanya tindak pidana
Dalam hal Warkat Debet ditolak karena diduga terdapat suatu tindak pidana sesuai
dengan surat keterangan dari Kepolisian, maka Peserta penerima melakukan hal-hal
sebagai berikut :
a. menahan Warkat Debet tersebut dan membuat surat keterangan penahanan
dalam rangkap 3 (tiga), yang menyatakan bahwa Peserta penerima telah
menerima serta menahan Warkat Debet tersebut, karena diduga ada
hubungannya dengan suatu tindak pidana sesuai dengan surat bukti lapor dari
Kepolisian;
b. pada saat Kliring pengembalian, surat keterangan penahanan tersebut yang
dilampiri dengan fotokopi surat bukti lapor dari Kepolisian dan fotokopi Warkat
Debet yang bersangkutan, disampaikan kepada pihak-pihak sebagai berikut :
1) lembar asli kepada nasabah penyetor melalui Peserta pengirim;
2) 1 (satu) tembusan kepada Peserta pengirim; dan
3) 1 (satu) tembusan kepada PKL.
Contoh Surat Keterangan Penahanan Warkat sebagaimana dimaksud dalam
huruf a) adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran 7.7.
6. Penolakan Warkat Debet di luar mekanisme Kliring Pengembalian
Dalam hal Peserta penerima dalam Kliring penyerahan tidak dapat melakukan
penolakan Warkat Debet yang seharusnya ditolak berdasarkan suatu alasan penolakan
tertentu melalui mekanisme Kliring pengembalian, Peserta penerima harus segera
menginformasikan kepada Peserta pengirim yang bersangkutan untuk diselesaikan
secara bilateral.
7. Hal-hal Lain yang Perlu Diperhatikan:
a. Peserta di Wilayah Kliring On-line Otomasi dan Wilayah Kliring Off-line Otomasi,
perlu melakukan pencocokan antara jumlah lembar dan jumlah nominal pada
c. untuk …
233
Lampiran 7
BPWD-Kliring Penyerahan/BPWD-Kliring Pengembalian yang diterima dari PKL
dengan catatan intern Peserta mengenai jumlah lembar dan jumlah nominal
pada BPWD-Kliring Penyerahan/BPWD-Kliring Pengembalian yang diserahkan
kepada PKL.
b. Petugas Peserta yang menerima Warkat Debet dan atau laporan hasil proses
Kliring milik Peserta lain, harus segera memberitahukan dan menyerahkan
kepada Peserta yang seharusnya menerima serta melaporkan kepada PKL pada
hari yang sama.
c. Jumlah lembar dan jumlah nominal Warkat Debet pada bukti penyerahan harus
sama dengan jumlah DKE Debet yang dikirim ke KPK atau yang direkam pada
media rekam data elektronis.
M. Kehadiran Petugas Peserta pada Saat Kliring Penyerahan dan Kliring Pengembalian
1. Wilayah Kliring On-line Otomasi
a. Pada saat Kliring penyerahan dan Kliring pengembalian, petugas Peserta harus
menyerahkan Warkat Debet kepada PKL pada jadwal yang telah ditetapkan.
b. Dalam hal petugas Peserta menyerahkan Warkat Debet setelah batas akhir yang
ditetapkan, maka:
1) petugas PKL harus menolak Warkat Debet Peserta yang bersangkutan;
dan
2) Peserta yang bersangkutan harus menerima distribusi Warkat Debet dan
laporan hasil Kliring penyerahan/Kliring pengembalian dari PKL.
2. Wilayah Kliring Off-line Otomasi
a. Pada saat Kliring penyerahan dan Kliring pengembalian, petugas Peserta harus
menyerahkan Warkat Debet dan media rekam data elektronis yang berisi DKE
Debet kepada PKL pada jadwal yang telah ditetapkan.
b. Dalam hal petugas Peserta menyerahkan Warkat Debet dan media rekam data
elektronis yang berisi DKE Debet setelah batas akhir yang ditetapkan, maka:
1) petugas PKL harus menolak Warkat Debet dan rekaman DKE Debet
Peserta yang bersangkutan; namun
2) Peserta yang bersangkutan harus menerima distribusi Warkat Debet dan
laporan hasil Kliring penyerahan/Kliring pengembalian dari PKL.
3. Wilayah Kliring Off-line Manual
a. Petugas Peserta harus hadir dalam pertemuan Kliring penyerahan dan Kliring
pengembalian pada jadwal yang telah ditetapkan.
234
Lampiran 7
b. Dalam hal petugas Peserta hadir melewati batas akhir jadwal Kliring
penyerahan/Kliring pengembalian yang ditetapkan maka:
1) media rekam data elektronis yang berisi DKE Debet Peserta yang
bersangkutan ditolak oleh PKL;
2) petugas Peserta harus menerima Warkat Debet dari Peserta lainnya serta
laporan hasil Kliring penyerahan/Kliring pengembalian dari PKL;
c. Dalam hal petugas Peserta tidak hadir, maka:
DKE Debet dan Warkat Debet dari dan untuk Peserta yang tidak hadir
tersebut tidak diperhitungkan dalam Kliring Debet.
4. Wilayah Kliring On-line Manual:
a. Petugas Peserta harus hadir dalam pertemuan Kliring penyerahan dan Kliring
pengembalian pada jadwal yang telah ditetapkan.
b. dalam hal petugas Peserta hadir melewati batas akhir jadwal Kliring
penyerahan/Kliring pengembalian yang ditetapkan maka
petugas Peserta harus menerima Warkat Debet dari Peserta lainnya serta laporan
hasil Kliring penyerahan/Kliring pengembalian dari PKL;
c. dalam hal petugas Peserta tidak hadir, maka DKE Debet dan Warkat Debet
dari dan untuk Peserta yang tidak hadir tersebut tidak diperhitungkan dalam
Kliring Debet;
d. Peserta dinyatakan tidak hadir jika dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) menit
sejak cut off window Kliring penyerahan tidak hadir di PKL.
N. Fasilitas dalam Penyelenggaraan Kliring Debet
1. Data Incoming DKE Debet
a. Peserta dapat memperoleh data transaksi masuk (incoming DKE Debet) baik dari
hasil Kliring penyerahan maupun Kliring pengembalian.
b. Incoming DKE Debet sebagaimana dimaksud pada huruf a dapat diperoleh
dengan mekanisme sebagai berikut:
1) Melalui proses down-load incoming DKE Debet dari KPK
a) Download incoming DKE Debet dari KPK ke TPK hanya dapat
dilakukan oleh Peserta yang menggunakan TPK on-line.
b) Proses download incoming DKE Debet untuk Kliring
penyerahan/Kliring pengembalian dapat dilakukan setelah PKL
melakukan proses perhitungan Kliring penyerahan/Kliring
pengembalian dan berhasil mengirimkan DKE Debet dan BSK ke SSK.
235
Lampiran 7
2) Melalui permintaan perekaman transaksi masuk (incoming) DKE Debet
kepada PKL
a) Peserta di Wilayah Kliring Off-line Otomasi dan Wilayah Kliring Off-
line Manual yang menggunakan TPK off-line, dapat memperoleh
rekaman transaksi masuk (incoming) DKE Debet dari PKL.
b) Untuk memperoleh rekaman transaksi masuk (incoming) DKE Debet
sebagaimana dimaksud pada huruf a), Peserta harus menyediakan
media rekam data elektronis yang diserahkan kepada PKL sebelum
penyelenggaraan Kliring penyerahan/Kliring pengembalian selesai.
c) Media rekam data elektronis sebagaimana dimaksud pada huruf b)
dapat berupa disket, compact disk, atau flash disk.
d) Jenis media rekam data elektronis sebagaimana dimaksud pada
huruf c) didasarkan atas ketersediaan fasilitas perekaman yang ada
di PKL.
e) Proses perekaman transaksi masuk (incoming) DKE Debet oleh PKL
dilakukan setelah PKL melakukan proses perhitungan Kliring
penyerahan/Kliring pengembalian dan berhasil mengirimkan DKE
Debet dan BSK ke SSK.
2. Permintaan Cetak Ulang Laporan Hasil Proses Kliring Penyerahan/Kliring Pengembalian
a. PKL dapat menyediakan permintaan cetak ulang laporan hasil proses Kliring
penyerahan dan Kliring pengembalian. Permintaan cetak ulang atas laporan
tersebut dilakukan secara tertulis oleh pejabat Peserta dengan menyebutkan
alasan permintaan.
b. Contoh format permohonan cetak ulang laporan hasil proses Kliring
penyerahan/Kliring pengembalian dan tanda terima pengambilan laporan
sebagaimana tercantum dalam Lampiran 7.8.a dan 7.8.b.
3. Permintaan Salinan (Image) Warkat Debet
PKL di Wilayah Kliring On-line Otomasi dan Wilayah Kliring Off-line Otomasi dapat
menyediakan salinan (image) Warkat Debet yang telah diproses secara otomasi melalui
mesin baca pilah, dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Permintaan salinan (image) Warkat Debet dilakukan secara tertulis oleh pejabat
Peserta dengan menyebutkan alasan permintaan dan melampirkan fotokopi
lembar laporan hasil proses Kliring penyerahan yang menunjukkan adanya data
236
Lampiran 7
Warkat Debet dimaksud. Contoh format permohonan Salinan (image) Warkat
Debet dan tanda terima pengambilan salinan (image) Warkat Debet sebagaimana
tercantum dalam Lampiran 7.9.a dan 7.9.b.
b. Permintaan salinan (image) Warkat Debet sebagaimana dimaksud pada huruf a,
hanya dapat dilakukan maksimal 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak Warkat
Debet yang bersangkutan dikliringkan.
c. Dalam hal salinan (image) Warkat Debet tidak dapat diberikan karena terjadi
kerusakan pada mesin baca pilah, maka sebagai pengganti salinan (image)
Warkat Debet, PKL memberikan surat keterangan bahwa Warkat Debet tersebut
telah diproses.
d. Apabila Peserta penerima menggunakan salinan (image) Warkat Debet tersebut
sebagai dasar pembukuan ke rekening nasabah, maka segala konsekuensi yang
timbul atas pembukuan tersebut merupakan tanggung jawab Peserta penerima.
e. Apabila Peserta penerima telah menggunakan salinan (image) Warkat Debet
sebagai dasar pembukuan, maka Warkat Debet tersebut tidak dapat dikliringkan
kembali oleh siapapun.
f. Dalam hal Warkat Debet hilang setelah diproses secara otomasi melalui mesin
baca pilah, Peserta penerima dapat menolak DKE Debet yang Warkat
Debetnya hilang tersebut melalui
mekanisme Kliring pengembalian dengan melampirkan salinan (image) Warkat
Debet dan surat keterangan Warkat Debet hilang yang ditujukan kepada nasabah
yang menyetorkan Warkat Debet melalui Peserta pengirim yang ditandatangani
oleh pejabat Peserta penerima.
4. Fasilitas Investigasi Selisih
a. PKL di Wilayah Kliring On-line Otomasi dan Wilayah Kliring Off-line Otomasi dapat
menyediakan fasilitas investigasi selisih berupa penelitian terhadap
ketidaksesuaian antara laporan hasil proses Kliring penyerahan dengan:
1) DKE Debet atau data Warkat Debet yang disampaikan Peserta kepada PKL;
dan atau
2) Warkat Debet yang diterima Peserta dari PKL.
b. Permintaan fasilitas investigasi selisih dilakukan melalui telepon atau faksimili
oleh Peserta untuk selanjutnya ditegaskan secara tertulis dengan surat yang
dilampiri bukti penyerahan Warkat Debet dan laporan hasil proses Kliring
penyerahan atau data pendukung lainnya yang diperlukan.
237
Lampiran 7
c. Permintaan untuk melakukan investigasi selisih hanya dapat diajukan oleh
Peserta dalam jangka waktu 5 (lima) hari kerja setelah hasil Kliring penyerahan
dibukukan oleh Bank Indonesia. Dalam hal permintaan untuk melakukan
investigasi selisih tersebut melampaui jangka waktu tersebut, PKL tidak dapat
menyediakan fasilitas investigasi selisih, kecuali apabila terdapat indikasi tindak
pidana.
5. Pengujian Kualitas MICR Code Line
Peserta di Wilayah Kliring On-line Otomasi dan Wilayah Kliring Off-line Otomasi dapat
meminta bantuan PKL untuk melakukan pengujian kualitas MICR code line apabila
tingkat reject Warkat Debet Peserta cukup tinggi. Permintaan pengujian kualitas MICR
code line disampaikan secara tertulis melalui surat oleh Peserta kepada PKL dengan
menyertakan spesimen Warkat Debet sebanyak 100 (seratus) lembar.
238
Lampiran 7
BAB VIII
PENYELENGGARAAN KLIRING KREDIT
Penyelenggaraan Kliring Kredit dilakukan secara nasional dengan proses perhitungan dilakukan
terpusat di PKN. Secara umum penyelenggaraan Kliring Kredit pada setiap hari kerja dilakukan dalam
2 (dua) siklus yaitu siklus 1 (satu) dan siklus 2 (dua). Namun dalam kondisi tertentu dapat
diselenggarakan hanya dalam satu siklus yaitu siklus 1 (satu) atau siklus 2 (dua) saja.
Penyelesaian akhir hasil perhitungan Kliring Kredit dalam satu siklus dapat dilakukan lebih dari satu
kali melalui Penyelesaian Akhir Secara Periodik sesuai dengan jadwal yang ditetapkan.
A. Tata Cara Penyelenggaraan Kliring Kredit
Tata cara penyelenggaraan Kliring Kredit pada setiap siklus meliputi beberapa kegiatan
sebagai berikut:
1. Pembuatan DKE Kredit
Pembuatan DKE Kredit oleh Peserta dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. input DKE Kredit secara manual melalui TPK; dan/atau
b. import DKE Kredit dari sistem internal Peserta atau media rekam data elektronis
ke TPK.
Sandi transaksi yang dapat digunakan dalam pembuatan DKE Kredit adalah sandi
transaksi 50 – 59 sesuai dengan jenis data yang ditransaksikan sebagaimana tercantum
dalam Lampiran 8.1. Pembuatan DKE Kredit harus memenuhi persyaratan kelengkapan
pengisian informasi untuk DKE Kredit sesuai dengan Buku Pedoman TPK yang
dikeluarkan oleh Bank Indonesia secara terpisah dari Surat Edaran ini.
2. Pembuatan batch DKE Kredit
a. Pembuatan batch DKE Kredit dapat dilakukan melalui TPK atau sistem internal
Peserta.
b. Pembuatan batch DKE Kredit oleh Peserta harus memenuhi persyaratan
kelengkapan pengisian informasi untuk batch DKE Kredit sesuai dengan Buku
Pedoman TPK yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia secara terpisah dari Surat
Edaran ini.
c. Setiap batch DKE Kredit harus berisi DKE Kredit yang berasal dari satu Peserta
yang sama.
d. Batch DKE Kredit harus dalam keadaan seimbang (balance) yaitu total nominal
rincian DKE Kredit harus sama dengan nominal batch DKE Kredit.
3. Pengiriman batch DKE Kredit ke SSK
239
Lampiran 7
a. Pengiriman batch DKE Kredit dapat dilakukan secara :
1) on line ke SSK melalui TPK on line; atau
2) off line ke KPK untuk selanjutnya dikirim secara on line ke SSK melalui KPK
oleh PKL.
b. Pengiriman batch DKE kredit secara on line melalui TPK on-line sebagaimana
dimaksud pada butir a. 1) dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Batch DKE Kredit yang dikirim dapat meliputi:
a) batch DKE Kredit yang berasal dari Peserta yang bersangkutan;
dan/atau
b) batch DKE Kredit yang berasal dari Peserta lain yang merupakan
Bank yang sama dengan Peserta pengirim.
2) Pengiriman batch DKE Kredit yang berasal dari Peserta lain sebagaimana
dimaksud pada butir 1) b) menggunakan sandi asal Wilayah Kliring dimana
kantor asal Peserta pengirim DKE Kredit berada.
3) Pengiriman batch DKE Kredit ke SSK dapat dilakukan secara bertahap
sesuai dengan jadwal Kliring Kredit yang ditetapkan.
4) SSK mengirimkan konfirmasi status keberhasilan pengiriman batch DKE
Kredit dari Peserta secara elektronis. Batch DKE Kredit yang berhasil
diterima oleh SSK akan diberi status “SUDAH TERKIRIM”, sedangkan batch
DKE Kredit yang belum dikirim atau mengalami kegagalan pengiriman
diberi status “BELUM TERKIRIM”. Peserta dapat melakukan pengiriman
ulang batch DKE yang berstatus “BELUM TERKIRIM” sepanjang memenuhi
jadwal yang telah ditetapkan.
c. Pengiriman batch DKE Kredit secara off line ke KPK untuk selanjutnya dikirim ke
SSK secara on line melalui KPK oleh PKL sebagaimana dimaksud butir a.2)
dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut.
1) Kegiatan Awal di Kantor Peserta
Dengan menggunakan TPK, Peserta melakukan kegiatan sebagai berikut:
a) merekam batch DKE Kredit yang akan dikliringkan ke dalam media
rekam data elektronis berupa disket, flash disk, atau compact disk.
b) mencetak BPR-Kliring Kredit dalam rangkap 2 (dua), kemudian
membubuhkan stempel Kliring, tanda tangan dan nama jelas
petugas Peserta pada BPR-Kliring Kredit sebagai kontrol internal di
kantor Peserta.
240
Lampiran 7
c) Batch DKE Kredit yang direkam sebagaimana dimaksud pada huruf
a) dapat meliputi:
(1) batch DKE Kredit yang berasal dari Peserta yang
bersangkutan; dan/atau
(2) batch DKE Kredit yang berasal dari Peserta lain yang
merupakan Bank yang sama dengan Peserta pengirim.
d) Pengiriman batch DKE Kredit yang berasal dari Peserta lain
sebagaimana dimaksud pada butir 1) b) menggunakan sandi asal
Wilayah Kliring dimana kantor asal Peserta pengirim DKE Kredit
berada.
2) Kegiatan di Kantor PKL
a) Petugas Kliring melakukan kegiatan sebagai berikut:
(1) Mencantumkan waktu penyerahan media data elektronis
yang berisi DKE Kredit dengan cara memasukkan lembar
pertama dan lembar kedua BPR-Kliring Kredit ke dalam mesin
penera waktu (time stamps).
(2) Menyerahkan kepada petugas PKL:
(a) media rekam data elektronis yang berisi DKE Kredit;
(b) lembar pertama dan lembar kedua BPR-Kliring Kredit;
dan
(c) fotokopi TPPK dan fotokopi identitas Petugas Kliring,
Pada saat menyerahkan dokumen di atas, Petugas Kliring
harus menunjukkan TPPK.
b) Petugas PKL melakukan kegiatan sebagai berikut:
(1) Memastikan ada/tidaknya TPPK
(2) Menerima dari Petugas Kliring:
(a) media rekam data elektronis yang berisi DKE Kredit;
(b) lembar pertama dan lembar kedua BPR-Kliring Kredit;
dan
(3) Memeriksa kelengkapan dan pengisian BPR-Kliring Kredit yang
meliputi:
(a) pencantuman waktu penyerahan pada BPR-Kliring
Kredit dan kesesuaiannya dengan jadwal Kliring;
(b) pencantuman stempel Kliring;
241
Lampiran 7
(c) pencantuman tanda tangan dan/atau nama pejabat
atau petugas Peserta pengirim yang berwenang pada
BPR-Kliring Kredit; dan
(d) kecocokan sandi Peserta pada BPR-Kliring Kredit
dengan sandi Peserta yang terdapat pada TPPK.
Pemeriksaan kelengkapan dan pengisian BPR-Kliring Kredit
sebagaimana tersebut di atas dimaksudkan hanya untuk
memeriksa kelengkapan dan tidak dimaksudkan untuk
memeriksa keabsahan informasi yang tercantum dalam
Dokumen Kliring. Keabsahan informasi dalam Dokumen
Kliring, termasuk kebenaran tanda tangan dan/atau nama
petugas Peserta yang tercantum pada BPR-Kliring Kredit,
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Peserta dan bukan
merupakan tanggung jawab PKL.
(4) Dalam hal kelengkapan dan pengisian BPR-Kliring Kredit
sebagaimana dimaksud pada angka (3) tidak dipenuhi,
petugas PKL melakukan hal-hal sebagai berikut:
(a) membatalkan waktu penyerahan media data elektronis
yang berisi DKE Kredit, dengan cara mencoret dan
menuliskan alasan pembatalan serta membubuhkan
paraf pada BPR-Kliring Kredit; dan
(b) mengembalikan BPR-Kliring Kredit dan media rekam
data elektronis yang berisi DKE Kredit kepada petugas
Peserta.
(5) Dalam hal kelengkapan dan pengisian BPR-Kliring Kredit
sebagaimana dimaksud pada angka (3) telah dipenuhi,
petugas PKL dengan menggunakan KPK melakukan
pencocokan antara total record DKE, total batch, dan total
nominal yang ada pada media rekam data elektronis dengan
total record DKE, total batch, dan total nominal yang terdapat
pada BPR-Kliring Kredit.
(6) Dalam hal hasil pencocokan sebagaimana dimaksud pada
angka (5) terdapat perbedaan, petugas PKL melakukan hal-hal
sebagai berikut:
242
Lampiran 7
(a) tidak melakukan proses perekaman DKE Kredit;
(b) membatalkan waktu penyerahan media rekam data
elektronis yang berisi DKE Kredit dengan cara mencoret
dan menuliskan alasan pembatalan serta
membubuhkan paraf pada BPR-Kliring Kredit; dan
(c) mengembalikan BPR-Kliring Kredit dan media rekam
data elektronis yang berisi DKE Kredit kepada petugas
Peserta.
(7) Dalam hal hasil pencocokan sebagaimana dimaksud pada
angka (5) tidak terdapat perbedaan, petugas PKL melakukan
hal-hal sebagai berikut:
(a) melakukan proses perekaman dan pengiriman DKE
Kredit ke SSK dengan menggunakan KPK;
(b) membubuhkan paraf pada BPR-Kliring Kredit; dan
(c) mengembalikan lembar kedua BPR-Kliring Kredit
kepada Petugas Kliring sebagai tanda bukti perekaman
DKE Kredit.
(8) Mencetak Bukti Penerimaan DKE Kredit oleh SSK
(acknowledgement), dengan menggunakan KPK.
(9) Menyerahkan Bukti Penerimaan DKE Kredit oleh SSK
(acknowledgement) sebagaimana dimaksud pada angka (8)
kepada Petugas Kliring dalam hal diminta oleh Petugas Kliring.
4. Perhitungan BSK Kredit Nasional Secara Periodik dan Penyelesaian Akhir Secara Periodik
Kliring Kredit
a. Sepanjang jadwal penyelenggaraan Kliring Kredit, SSK melakukan perhitungan
terhadap setiap batch DKE Kredit yang dikirim (batch DKE outgoing) dengan
memperhatikan kecukupan dana yang dimiliki Bank.
b. Dana yang dimiliki Bank sebagaimana dimaksud pada huruf a., bersumber dari:
1) Saldo dana tunai (cash prefund) yang disediakan oleh Bank; dan
2) dana confirmed incoming yang belum dilakukan Penyelesaian Akhir secara
periodik sebelumnya.
Yang dimaksud dengan dana confirmed incoming adalah transfer kredit masuk
dari Bank lain yang didukung dengan dana yang cukup oleh Bank lain tersebut.
Confirmed incoming yang telah dilakukan Penyelesaian Akhir secara periodik
243
Lampiran 7
sebelumnya tidak lagi diperhitungkan sebagai dana yang dimiliki oleh Bank
karena dana tersebut telah dibukukan atau diselesaikan ke rekening giro Bank.
c. Batch DKE Kredit outgoing yang didukung dengan dana yang cukup oleh Bank
Pengirim dan telah dilakukan proses perhitungan oleh SSK dinyatakan sebagai
confirmed outgoing.
d. Secara periodik sesuai dengan jadwal yang ditetapkan, SSK melakukan proses
perhitungan BSK kredit nasional secara periodik dengan menggunakan
mekanisme netting antara batch DKE Kredit confirmed outgoing dan DKE Kredit
confirmed incoming.
e. Berdasarkan hasil proses perhitungan sebagaimana dimaksud pada huruf d
selanjutnya Penyelenggara melakukan Penyelesaian Akhir secara periodik dengan
melakukan pembukuan ke rekening giro Bank atau prefund.
f. Dalam hal hasil perhitungan sebagaimana huruf d menunjukkan nilai positif,
yaitu lebih besar atau sama dengan nol maka rekening giro Bank dikredit sebesar
nilai positif dimaksud.
g. Dalam hal hasil perhitungan sebagaimana huruf d menunjukkan nilai negatif,
yaitu lebih kecil dari nol, maka prefund Bank yang bersangkutan didebet sebesar
nilai negatif dimaksud.
5. Informasi Awal Hasil Kliring Kredit Nasional
a. Sepanjang jam operasional sampai dengan batas akhir pengiriman DKE Kredit,
SSK melakukan perhitungan sementara BSK Kredit secara nasional untuk masing-
masing Bank, yaitu selisih antara total nominal dana yang dimiliki Bank dengan
total nominal batch DKE Kredit yang dikirim oleh Bank.
b. Total nominal dana yang dimiliki oleh masing-masing Bank sebagaimana
dimaksud pada huruf a bersumber dari:
1) dana tunai (cash prefund) yang telah disediakan oleh Bank; dan
2) dana dari confirmed incoming, yaitu transfer kredit masuk dari Bank lain
yang dapat dipenuhi oleh dana yang dimiliki Bank lain tersebut.
c. PKN menyediakan informasi awal mengenai Penyelesaian Akhir Secara Periodik
sebagaimana dimaksud pada angka 4. dan hasil perhitungan sementara BSK
Kredit nasional sebagaimana dimaksud dalam huruf a yang dapat diakses oleh
Peserta melalui TPK on-line.
d. Dalam hal perhitungan sementara BSK Kredit nasional sebagaimana dimaksud
dalam huruf a menunjukkan nilai negatif, maka Bank dapat menambah dana
244
Lampiran 7
tunai (cash prefund) melalui Sistem BI-RTGS sampai dengan batas waktu yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia. Tatacara penambahan dana tunai (cash prefund)
sebagaimana dimaksud dalam Bab VI mengenai Pendanaan Awal (Prefund).
6. Penyelesaian Akhir Kliring Kredit
a. Setelah batas waktu penambahan pendanaan awal (prefund) berakhir, PKN
melalui SSK melakukan perhitungan akhir siklus BSK Kredit nasional untuk
masing-masing Bank, yaitu selisih antara total nominal dana yang dimiliki Bank
dengan total nominal batch DKE Kredit yang dikirim oleh Bank dengan status
confirmed outgoing dan belum dilakukan Penyelesaian Akhir Secara Periodik
Kliring Kredit .
Confirmed outgoing adalah total batch DKE Kredit keluar (outgoing) yang dapat
diselesaikan dengan menggunakan sumber dana yang dimiliki oleh Bank
pengirim. Hasil perhitungan akhir BSK Kredit nasional tersebut dapat
menunjukkan nilai positif atau nihil.
b. Sumber dana yang dimiliki oleh masing-masing Bank sebagaimana dimaksud
pada huruf a bersumber dari:
1) saldo dana tunai (cash prefund) yang dimiliki Bank sampai dengan
berakhirnya batas waktu penambahan pendanaan awal (prefund); dan
2) dana dari confirmed incoming yang tersedia sampai dengan berakhirnya
batas waktu penambahan pendanaan awal (prefund) dan belum dilakukan
Penyelesaian Akhir Secara Periodik Kliring Kredit.
c. Berdasarkan perhitungan akhir BSK Kredit nasional sebagaimana dimaksud pada
butir a, PKN melakukan Penyelesaian Akhir ke rekening giro Bank di Sistem BI-
RTGS sebagai berikut:
1) apabila BSK Kredit nasional menunjukkan nilai positif, maka rekening giro
Bank dikredit sebesar nilai positif tersebut; atau
2) apabila hasil perhitungan menunjukkan nilai nihil, maka rekening giro Bank
dikredit sebesar nilai nihil.
d. Bank dapat melakukan download seluruh data confirmed outgoing melalui TPK
online setelah proses perhitungan akhir siklus BSK Kredit nasional.
7. Penanganan batch DKE Kredit yang merupakan unconfirmed outgoing
a. Unconfirmed outgoing adalah total batch DKE Kredit keluar (outgoing) yang tidak
dapat diselesaikan dengan menggunakan sumber dana yang dimiliki oleh Bank
pengirim.
245
Lampiran 7
b. Apabila setelah berakhirnya batas waktu penambahan pendanaan awal
(prefund), Bank memiliki batch DKE Kredit yang merupakan unconfirmed
outgoing sebagaimana dimaksud dalam huruf a, maka:
1) dalam hal unconfirmed outgoing terjadi pada penyelenggaraan Kliring
Kredit siklus 1 (satu) , maka batch DKE Kredit tersebut dipindahkan secara
otomatis ke Kliring Kredit siklus 2 (dua);
2) dalam hal unconfirmed outgoing terjadi pada penyelenggaraan Kliring
Kredit siklus 2 (dua) , maka batch DKE Kredit tersebut tidak diperhitungkan
dan selanjutnya DKE Kredit tersebut dibatalkan oleh SSK.
c. Bank melalui kantornya yang menjadi Peserta dapat mengkliringkan kembali
batch DKE Kredit yang merupakan unconfirmed outgoing sebagaimana dimaksud
pada butir b.2) pada Kliring Kredit hari kerja berikutnya.
8. Penerimaan transfer masuk (incoming) DKE Kredit confirmed dari Bank lain
a. Peserta dapat memperoleh incoming DKE Kredit confirmed dengan mekanisme
sebagai berikut:
1) Melalui proses download incoming DKE Kredit confirmed dari SSK
a) Download incoming DKE Kredit confirmed dari SSK ke TPK hanya
dapat dilakukan oleh Peserta yang menggunakan TPK on-line,
dengan ketentuan sebagai berikut:
(1) Dalam hal Peserta merupakan kantor pusat atau kantor
koordinator, Peserta dapat melakukan download seluruh
incoming DKE Kredit confirmed untuk seluruh kantor Bank
yang bersangkutan secara nasional.
(2) Dalam hal Peserta bukan merupakan kantor pusat atau kantor
koordinator, Peserta hanya dapat melakukan download
incoming DKE Kredit confirmed untuk Peserta yang
bersangkutan saja.
b) Proses download incoming DKE Kredit confirmed sebagaimana
dimaksud dalam huruf a) dapat dilakukan setiap saat tanpa harus
menunggu proses perhitungan akhir siklus BSK Kredit nasional.
c) PKN menginformasikan status final yang menjelaskan bahwa SSK
telah melakukan proses akhir siklus BSK Kredit nasional atau status
belum final yang menjelaskan bahwa SSK belum melakukan proses
akhir siklus BSK Kredit nasional, pada setiap proses download
246
Lampiran 7
sebagaimana dimaksud dalam huruf b.
2) Melalui permintaan rekaman incoming DKE Kredit kepada PKL, dengan
ketentuan sebagai berikut:
a) Peserta yang menggunakan TPK off-line, dapat memperoleh
rekaman incoming DKE Kredit dari PKL.
b) Dalam hal di suatu Wilayah Kliring terdapat lebih dari satu Peserta
dari Bank yang sama maka permintaan rekaman incoming DKE
Kredit sebagaimana dimaksud pada huruf a) diatur sebagai berikut:
(1) Rekaman incoming DKE Kredit mencakup seluruh incoming
DKE Kredit yang ditujukan untuk seluruh Peserta dari Bank
yang sama di Wilayah Kliring tersebut.
(2) Rekaman incoming DKE Kredit hanya diberikan kepada salah
satu Peserta yang ditunjuk sebagai koordinator untuk
penerimaan incoming DKE Kredit.
(3) Distribusi informasi penerimaan incoming DKE Kredit kepada
Peserta lainnya dari Bank yang sama merupakan tanggung
jawab Peserta koordinator tersebut.
c) Untuk memperoleh rekaman incoming DKE Kredit sebagaimana
dimaksud pada huruf a), Peserta harus menyediakan media rekam
data elektronis yang diserahkan kepada PKL.
d) Media rekam data elektronis sebagaimana dimaksud pada huruf c)
dapat berupa disket, compact disk, atau flash disk.
e) Proses perekaman incoming DKE Kredit hanya dapat dilakukan
setelah PKN melakukan proses perhitungan akhir BSK Kredit
nasional.
9. Tindak lanjut atas incoming DKE Kredit yang diterima dari Bank lain
atas incoming DKE Kredit, Peserta penerima melakukan kegiatan sebagai berikut:
a. Meneliti dan mencocokkan DKE Kredit yang diterima dengan laporan yang
berisikan rincian DKE Kredit yang diterima.
b. Terhadap incoming DKE Kredit yang diterima dan telah dilakukan Penyelesaian
Akhir Secara Periodik Kliring Kredit atau Penyelesaian Akhir Kliring Kredit siklus 1
(satu) wajib segera dilakukan pengkreditan ke rekening nasabah penerima
sebelum jadwal proses Penyelesaian Akhir Secara Periodik berikutnya dilakukan
oleh Penyelenggara.
247
Lampiran 7
c. Khusus untuk incoming DKE Kredit siklus 2 (dua) yang diterima dan
Penyelenggara telah melakukan Penyelesaian Akhir Kliring Kredit siklus 2 (dua),
Bank Peserta wajib melakukan pengkreditan ke rekening nasabah penerima pada
tanggal valuta yang sama dengan tanggal Penyelesaian Akhir Kliring Kredit siklus
2 (dua) tersebut sesuai dengan ketentuan mengenai kewajiban dan tanggung
jawab Peserta dalam pengiriman dan penerimaan DKE Kredit sebagaimana diatur
dalam PBI SKNBI.
d. Dalam melakukan pengkreditan sebagaimana dimaksud pada huruf b dan huruf
c, Bank Peserta agar memperhatikan mekanisme pengkreditan ke rekening
nasabah untuk menghindari terjadinya pengkreditan ganda.
B. Laporan dalam Penyelenggaraan Kliring Kredit
Jenis laporan Kliring Kredit yang dicetak dan didistribusikan oleh PKN atau PKL kepada Peserta,
sebagaimana tercantum dalam Lampiran 8.
C. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan Kliring Kredit
1. Dalam pembuatan batch DKE Kredit, jumlah transaksi dalam 1 (satu) batch paling
banyak 200 (dua ratus) transaksi.
2. Bagi Peserta yang melakukan pengiriman batch DKE Kredit melalui PKL, penggunaan
media rekam data elektronis berupa disket, flash disk atau compact disk harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Media rekam data elektronis yang disampaikan kepada PKL bebas dari virus serta
tidak rusak atau cacat.
b. Untuk menghindari terjadinya kerusakan pada media rekam data elektronis,
Peserta hendaknya secara periodik mengganti media rekam data elektronis.
c. Untuk menghindari kemungkinan terhambatnya kelancaran proses pengiriman
DKE Kredit, Peserta dianjurkan untuk merekam DKE Kredit ke dalam media rekam
data elektronis utama dan cadangan.
d. Jumlah transaksi dan jumlah nominal DKE Kredit pada BPR-Kliring Kredit harus
sama dengan jumlah DKE Kredit yang direkam pada media rekam data elektronis.
3. Pada saat di kantor PKL, Peserta harus mencocokkan jumlah media rekam data
elektronis yang berisi DKE Kredit yang diserahkan kepada PKL pada Kliring Kredit
dengan jumlah BPR-Kliring Kredit yang diterima dari PKL.
4. Dalam hal Bank melakukan pengembalian DKE Kredit yang dikirim oleh Bank lainnya,
maka pada saat pembuatan DKE Kredit diatur sebagai berikut:
a. pada field nomor rekening harus diisi dengan ”0000000000000002” (enam belas
tersebut ...
248
Lampiran 7
digit).
b. pada field keterangan, harus mencantumkan nomor referensi DKE Kredit yang
diterima sebelumnya dari Bank lain, sebagai awal berita.
c.
249
Lampiran 7
BAB VIIIA
JADWAL PENYELENGGARAAN SKNBI
A. Jadwal Kliring Kredit
1. Penyelenggara Kliring Nasional (PKN) menetapkan jadwal Kliring Kredit yang berlaku
secara nasional untuk kegiatan sebagai berikut:
a. Kliring Kredit Siklus 1 (satu)
1) penyediaan Pendanaan Awal (prefund);
2) pengiriman Data Keuangan Elektronik (DKE) Kredit ke Sistem Sentral Kliring
(SSK);
3) download DKE Kredit inward confirmed;
4) penyediaan informasi awal (early warning);
5) penambahan Pendanaan Awal (top-up prefund);
6) Penyelesaian Akhir Secara Periodik Kliring Kredit;
7) Penyelesaian Akhir Kliring Kredit; dan
8) download DKE Kredit outward.
b. Kliring Kredit Siklus 2 (dua)
1) pengiriman DKE Kredit ke SSK;
2) download DKE Kredit inward confirmed;
3) penyediaan informasi awal (early warning);
4) penambahan Pendanaan Awal (top-up prefund);
5) Penyelesaian Akhir Secara Periodik Kliring Kredit;
6) Penyelesaian Akhir Kliring Kredit; dan
7) download DKE Kredit outward.
2. Penyelenggara Kliring Lokal (PKL) menetapkan jadwal penyampaian media rekam data
elektronis yang berisi rekaman DKE Kredit bagi Peserta yang penyampaian DKE
Kreditnya dilakukan melalui PKL untuk diteruskan ke SSK.
3. Dalam menetapkan jadwal penyampaian media rekam data elektronis dari Peserta
kepada PKL sebagaimana dimaksud pada angka 2., PKL harus memperhatikan batas
waktu pengiriman DKE Kredit ke SSK sebagaimana dimaksud pada butir 1.a dan 1.b.
B. Jadwal Kliring Debet
1. Jadwal Kliring Debet yang Ditetapkan oleh PKN
PKN menetapkan jadwal Kliring Debet yang berlaku secara nasional untuk kegiatan
sebagai berikut:
250
Lampiran 7
a. penyediaan Pendanaan Awal (prefund);
b. window time penyampaian DKE Debet dari TPK on-line dan KPK ke SSK:
1) DKE Debet Kliring Penyerahan;
2) DKE Debet Kliring Pengembalian;
c. penyediaan informasi awal (early warning);
d. penambahan Pendanaan Awal (top-up prefund);
e. window time download status DKE Debet Penyerahan oleh KPK;
f. window time proses Bilyet Saldo Kliring (BSK) Penyerahan Lokal dan BSK
Pengembalian Lokal oleh KPK;
g. window time pengiriman BSK Penyerahan Lokal, BSK Pengembalian Lokal dan BSK
Debet Lokal oleh KPK ke SSK;
h. penyelesaian Akhir hasil Kliring Debet secara nasional; dan
i. download DKE Debet inward dan outward oleh TPK on-line.
2. Jadwal Kliring Debet yang Ditetapkan oleh PKL
PKL menetapkan jadwal Kliring Debet yang berlaku secara lokal untuk kegiatan sebagai
berikut:
a. Kliring Penyerahan
1) penyampaian DKE Debet penyerahan dari Peserta secara off-line kepada PKL
maupun secara on-line kepada PKL melalui SSK;
2) penyampaian Warkat Debet penyerahan dari Peserta kepada PKL atau
kepada Peserta lainnya;
3) penambahan Pendanaan Awal oleh kantor pusat Peserta;
4) pengiriman BSK penyerahan lokal ke SSK sehingga kantor pusat Peserta
dapat melakukan download atas hasil Kliring lokal setempat; dan
5) distribusi laporan Kliring penyerahan oleh PKL kepada Peserta.
b. Kliring Pengembalian
1) penyampaian DKE Debet pengembalian dari Peserta secara off-line kepada
PKL maupun secara on-line kepada PKL melalui SSK;
2) penyampaian Warkat Debet pengembalian dari Peserta kepada PKL atau
kepada Peserta lainnya;
3) pengiriman BSK pengembalian lokal ke SSK sehingga kantor pusat Peserta
dapat melakukan download atas hasil Kliring lokal setempat; dan
4) distribusi laporan Kliring pengembalian oleh PKL kepada Peserta.
3. Penetapan Jadwal Kliring Debet Secara Lokal Oleh PKL
251
Lampiran 7
a. Penetapan jadwal Kliring Debet secara lokal oleh PKL untuk kegiatan sebagaimana
dimaksud pada butir 2.a dan 2.b harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Batas akhir penyediaan Pendanaan Awal (prefund) untuk Kliring Debet. Hal
ini dimaksudkan agar PKL mempunyai waktu yang cukup untuk
mengumumkan kepada Peserta di Wilayah Kliring yang bersangkutan
apabila terdapat Bank yang tidak ikut SKNBI karena tidak memenuhi
ketentuan mengenai penyediaan pendanaan awal (prefund).
2) Batas akhir:
a) proses BSK di KPK;
b) pengiriman BSK dari KPK ke SSK; dan
c) penambahan Pendanaan Awal (top up prefund) Debet;
yang ditetapkan oleh PKN.
b. Penetapan jadwal Kliring Debet di suatu Wilayah Kliring oleh PKL untuk pertama
kali dan perubahannya harus memperoleh persetujuan dari PKN, dengan tata
cara sebagai berikut:
1) PKL menyampaikan usulan secara tertulis kepada PKN mengenai rencana
jadwal Kliring Debet di Wilayah Kliring yang bersangkutan untuk kegiatan
sebagaimana dimaksud pada butir 2.b; dan
2) Dalam hal PKN menyetujui rencana jadwal Kliring Debet sebagaimana
dimaksud pada angka 1), PKN memberikan persetujuan secara tertulis.
c. PKL memberitahukan kepada seluruh Peserta di Wilayah Kliring yang
bersangkutan mengenai jadwal penyelenggaraan SKNBI atau perubahannya yang
telah disetujui oleh PKN melalui pengumuman dengan contoh format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran 8A.1.
4. Rincian jadwal Kliring Kredit dan Kliring Debet yang berlaku secara nasional
sebagaimana dimaksud pada huruf A dan huruf B di beritahukan oleh PKN melalui
pengumuman dengan contoh format sebagaimana tercantum dalam Lampiran 8A.2.
252
Lampiran 7
BAB VIIIB
BIAYA PENYELENGGARAAN SKNBI
Biaya transaksi penyelenggaraan SKNBI yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dihitung berdasarkan
biaya yang dikeluarkan oleh PKN.
A. Komponen Penetapan Biaya
1. Biaya Investasi, antara lain:
a. biaya perangkat keras (hardware);
b. biaya pengembangan aplikasi (software);
c. biaya pemeliharaan (maintenance) SKNBI;
d. biaya enhancement SKNBI;
e. biaya security audit; dan
f. biaya lisensi software.
2. Biaya Operasional
Biaya penyelenggaraan SKNBI, antara lain biaya personil dan biaya non personil.
Dalam menetapkan biaya, selain pertimbangan tersebut di atas, Bank Indonesia tetap
memperhatikan tujuan penyelenggaraan SKNBI yaitu terselenggaranya sistem pembayaran
yang efisien, cepat, aman dan handal. Sehingga dalam kondisi tertentu Bank Indonesia dapat
untuk tidak membebankan beberapa komponen biaya sebagaimana tersebut di atas.
B. Jenis dan Besarnya Biaya dalam SKNBI
1. Jenis biaya dalam penggunaan SKNBI terdiri dari:
a. Biaya Proses Kliring Debet
Biaya proses Kliring Debet penyerahan terdiri atas:
a) biaya proses Data Keuangan Elektronik (DKE) Debet; dan
b) biaya proses pilah Warkat Debet, khusus Wilayah Kliring yang pemilahan
Warkat Debet-nya dilakukan secara otomasi.
c) biaya Warkat Debet Reject, khusus Wilayah Kliring yang pemilahan Warkat
Debet-nya dilakukan secara otomasi.
b. Biaya Proses DKE Kliring Kredit;
c. Biaya Pembuatan dan/atau Penggantian Tanpa Pengenal Petugas Kliring (TPPK).
2. Besarnya biaya sebagaimana dimaksud pada angka 1 diberitahukan oleh Bank Indonesia
melalui pengumuman.
253
Lampiran 7
C. Perhitungan, dan Pembebanan Biaya dalam Penyelenggaraan SKNBI
1. Biaya proses Kliring Debet dan biaya proses Kliring Kredit sebagaimana dimaksud pada
butir B.1.a. dan butir B.1.b. dihitung dengan mekanisme sebagai berikut:
a. Biaya proses DKE Debet dan DKE Kredit dihitung oleh PKN pada setiap akhir bulan
atas dasar total DKE Debet dan total DKE Kredit yang diterima dan diproses oleh
PKN.
b. Dalam hal terjadi kondisi gangguan dan/atau Keadaan Darurat yang
menyebabkan:
1) DKE Debet penyerahan tidak dapat dikirim oleh PKL ke SSK; dan/atau
2) Proses perhitungan akhir dilakukan secara lokal dan Penyelesaian Akhir
Kliring Debet dilakukan oleh PKL, biaya proses DKE Debet sebagaimana
dimaksud pada huruf a. dapat dihitung oleh PKL atas dasar total DKE Debet
yang diterima dan diproses oleh PKL.
c. Dalam hal perhitungan biaya proses DKE Debet sebagaimana dimaksud pada
huruf b. dilakukan oleh PKL selain BI, maka PKL Selain BI melakukan hal-hal
sebagai berikut:
1) Melalui aplikasi Komputer Penyelenggara Kliring (KPK), mencetak Laporan
Pembebanan Kewajiban Membayar Atas biaya Proses DKE Kliring
Penyerahan (SKN-223102).
2) Menyampaikan Laporan Daftar Kewajiban Membayar Atas biaya Proses DKE
Kliring Penyerahan sebagaimana dimaksud pada huruf a) kepada PKL BI yang
mewilayahi melalui sarana sebagai berikut:
a) Teleks;
b) I-teleks; atau
c) Telepon dan faksimili, yang disertai dengan angka rahasia
3) Laporan daftar Pembebanan Kewajiban Membayar Atas biaya Proses DKE
Kliring Penyerahan sebagaimana dimaksud pada huruf b), disampaikan
kepada PKL BI yang mewilayahi paling lambat pada hari kerja pertama awal
bulan berikutnya.
d. Biaya proses Warkat Debet di Wilayah Kliring yang pemilahan Warkat Debet-nya
dilakukan secara otomasi dihitung oleh PKL pada setiap akhir bulan atas dasar
total Warkat Debet yang diserahkan oleh Peserta dan diproses oleh PKL.
e. Biaya Warkat Debet reject di Wilayah Kliring yang pemilahan Warkat Debet-nya
dilakukan secara otomasi dihitung oleh PKL pada setiap akhir bulan atas dasar
254
Lampiran 7
total Warkat Debet reject kepada Peserta pengirim atau Peserta penerima sesuai
dengan alasan penyebab Warkat Debet reject sebagaimana tercantum pada
Lampiran 8B.
f. Biaya sebagaimana dimaksud pada butir B.1.a. dan B.1.b. dibebankan ke
rekening giro Bank Peserta di Bank Indonesia paling lambat pada minggu pertama
bulan berikutnya.
2. Biaya pembuatan dan penggantian TPPK sebagaimana dimaksud pada B.1.c. dihitung
oleh PKL untuk setiap kali permohonan pembuatan dan/atau penggantian TPPK.
Pembebanan atas biaya tersebut dilakukan oleh PKL setiap kali terdapat permohonan,
dengan cara sebagai berikut:
a. dalam hal TPPK digunakan untuk mengikuti kegiatan SKNBI di PKL BI,
pembebanan dilakukan dengan cara pendebetan rekening giro Bank Peserta di
Bank Indonesia; atau
b. dalam hal TPPK digunakan untuk mengikuti kegiatan SKNBI di PKL Selain BI,
pembebanan dilakukan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan oleh PKL Selain
BI.
3. Laporan Biaya dalam Penyelenggara SKNBI
a. PKN menerbitkan laporan rincian pembebanan biaya dalam penyelenggaraan
SKNBI sebagaimana dimaksud pada butir 3.a.1) per Peserta di Wilayah Kliring.
b. Dalam hal PKL melakukan propses perhitungan pembebanan biaya sebagaimana
dimaksud pada butir 3.a.2), menerbitkan laporan rincian pembebanan biaya dalam
penyelenggaraan SKNBI per Peserta dan menyampaikan laporan tersebut kepada
masing-masing Peserta di Wilayah Kliring yang bersangkutan.
255
Lampiran 7
BAB IX
PERUSAHAAN JASA KURIR DAN
TANDA PENGENAL PETUGAS KLIRING
A. Penggunaan Perusahaan Jasa Kurir
Peserta di Wilayah Kliring On-line Otomasi, Wilayah Kliring Off-line Otomasi, Wilayah Kliring
Off-line Manual dan Wilayah Kliring On-line Manual dapat mewakilkan kegiatan-kegiatan
dalam Kliring Debet dan Kliring Kredit kepada Perusahaan Jasa Kurir. Ketentuan mengenai
penggunaan Perusahaan Jasa Kurir oleh Peserta di Wilayah Kliring dimaksud diatur sebagai
berikut:
1. Ruang Lingkup Kegiatan
a. Kegiatan Peserta yang dapat diwakilkan kepada Perusahaan Jasa Kurir meliputi
kegiatan sebagai berikut:
1) penyerahan bundel Warkat Debet dan/atau media rekam data elektronis
yang berisi DKE Debet kepada petugas PKL pada Kliring penyerahan dan
Kliring pengembalian;
2) penyerahan media rekam data elektronis yang berisi DKE Kredit kepada
petugas PKL pada Kliring Kredit;
3) penyerahan media rekam data elektronis untuk keperluan perekaman
incoming DKE hasil Kliring penyerahan, Kliring pengembalian dan Kliring
Kredit;
4) penerimaan BPWD-Kliring Penyerahan, BPWD-Kliring Pengembalian, BPR-
Kliring Penyerahan, BPR-Kliring Pengembalian dan BPR Kliring Kredit dari
petugas PKL;
5) penerimaan Warkat Debet yang telah diproses secara otomasi dan laporan
hasil Kliring penyerahan, Kliring pengembalian dan Kliring Kredit dari
petugas PKL;
6) penerimaan media rekam data elektronis yang berisi rekaman incoming DKE
hasil Kliring penyerahan, Kliring pengembalian dan Kliring Kredit;
7) penerimaan media compact disk yang berisi data Warkat Debet dan salinan
(image) Warkat Debet hasil Kliring penyerahan;
8) penerimaan pengumuman serta surat-surat yang bersifat tidak rahasia yang
disampaikan oleh PKL.
b. Pembubuhan tanda tangan dan stempel Kliring serta pencantuman informasi
256
Lampiran 7
MICR code line pada Warkat Debet dan Dokumen Kliring tidak dapat dilakukan
oleh petugas Perusahaan Jasa Kurir.
2. Persyaratan Penggunaan Perusahaan Jasa Kurir
a. Penggunaan Perusahaan Jasa Kurir oleh Peserta harus mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut:
1) efisiensi, keamanan, dan kecepatan dalam penyampaian bundel Warkat
Debet dan media rekam data elektronis yang berisi DKE dengan tidak
mengurangi jam pelayanan Peserta kepada nasabah;
2) jumlah Peserta lain yang telah dilayani oleh Perusahaan Jasa Kurir tersebut;
dan
3) kredibilitas Perusahaan Jasa Kurir serta pengurusnya.
b. Dalam hal Peserta menggunakan Perusahaan Jasa Kurir maka seluruh kegiatan
sebagaimana dimaksud dalam butir 1.a harus dilakukan oleh Petugas Jasa Kurir
kecuali terjadi Keadaan Darurat dan/atau hal-hal lain berdasarkan pertimbangan
PKL, yang mengakibatkan Perusahaan Jasa Kurir tidak dapat melakukan
kewajibannya.
c. Dalam hal terjadi keadaan sebagaimana dimaksud pada huruf b, kegiatan
sebagaimana dimaksud dalam butir 1.a dilakukan oleh Petugas Internal Peserta.
d. Dalam hal terjadi kondisi sebagaimana dimaksud dalam huruf c, Petugas Internal
Peserta menyampaikan surat pemberitahuan kepada PKL. Surat pemberitahuan
tersebut harus ditandatangani oleh pimpinan kantor Peserta yang bersangkutan
dengan menyebutkan alasan dan nama Petugas Internal Bank yang ditunjuk untuk
melakukan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam butir 1.a dan disampaikan
paling lambat pada saat melakukan kegiatan tersebut dengan menunjukkan kartu
identitas pegawai yang menggunakan foto.
e. Dalam hal di suatu Wilayah Kliring, Bank memutuskan untuk menggunakan
Perusahaan Jasa Kurir maka seluruh kantor Bank yang menjadi Peserta di Wilayah
Kliring tersebut harus menggunakan Perusahaan Jasa Kurir yang sama.
3. Persyaratan Perusahaan Jasa Kurir
Perusahaan Jasa Kurir yang dapat ditunjuk oleh Peserta harus berbentuk Perseroan
Terbatas dan terdaftar di instansi yang berwenang sebagai Perusahaan Jasa Kurir yang
dibuktikan dengan Tanda Daftar Perusahaan yang masih berlaku.
4. Tata Cara Penggunaan Perusahaan Jasa Kurir
a. Penggunaan Perusahaan Jasa Kurir harus didasarkan pada perjanjian antara
257
Lampiran 7
Peserta dengan Perusahaan Jasa Kurir, yang sekurang-kurangnya memuat
pengaturan mengenai hal-hal sebagai berikut:
1) Kewajiban Petugas Jasa Kurir untuk mencocokkan:
a) jumlah bundel Warkat Debet yang diserahkan kepada PKL pada saat
Kliring penyerahan dengan jumlah BPWD-Kliring Penyerahan yang
diterima dari PKL;
b) jumlah bundel Warkat Debet yang diserahkan kepada PKL pada saat
Kliring pengembalian dengan jumlah BPWD-Kliring Pengembalian yang
diterima dari PKL;
c) jumlah media rekam data elektronis yang berisi DKE Debet yang
diserahkan kepada PKL pada saat Kliring penyerahan dengan jumlah
BPR-Kliring Penyerahan yang diterima dari PKL;
d) jumlah media rekam data elektronis yang berisi DKE Debet yang
diserahkan kepada PKL pada saat Kliring pengembalian dengan jumlah
BPR-Kliring Pengembalian yang diterima dari PKL; dan
e) jumlah media rekam data elektronis yang berisi DKE Kredit yang
diserahkan kepada PKL pada Kliring Kredit dengan jumlah BPR-Kliring
Kredit yang diterima dari PKL.
2) Kewajiban Perusahaan Jasa Kurir untuk melakukan tindakan-tindakan
pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya penyalahgunaan ataupun
kesalahan-kesalahan yang dapat merugikan Peserta, nasabah, maupun
masyarakat luas baik secara langsung maupun tidak langsung.
3) Kewajiban Perusahaan Jasa Kurir untuk memperhatikan aspek keamanan
dalam penggunaan sarana yang dipakai dalam pengemasan bundel Warkat
Debet dan laporan hasil Kliring.
4) Pemberian kuasa dari Peserta kepada Perusahaan Jasa Kurir untuk
melakukan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam butir 1.a.
b. Penunjukan dan/atau penggantian Perusahaan Jasa Kurir wajib diberitahukan
kepada PKL paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sebelum tanggal efektif penggunaan
Perusahaan Jasa Kurir oleh Peserta, dengan melampirkan fotokopi surat
perjanjian sebagaimana dimaksud pada huruf a. Dalam hal di suatu Wilayah
Kliring Bank memiliki beberapa kantor yang menjadi Peserta, maka
pemberitahuan penunjukan dan/atau penggantian Perusahaan Jasa Kurir
dilakukan oleh kantor Peserta yang menjadi koordinator di Wilayah Kliring
258
Lampiran 7
tersebut.
5. Kewajiban Peserta dalam Penggunaan Perusahaan Jasa Kurir
a. Sebelum bundel Warkat Debet diserahkan kepada Petugas Jasa Kurir, Peserta
wajib mengisi informasi secara lengkap pada Warkat Debet dan Dokumen Kliring
dengan tata cara sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud pada butir D.2 dan D.3
Bab V mengenai Warkat Debet dan Dokumen Kliring.
b. Peserta bertanggung jawab penuh terhadap segala akibat yang timbul dari setiap
penyimpangan yang dilakukan oleh Petugas Jasa Kurir.
c. Peserta harus melaporkan secara tertulis kepada PKL dalam waktu paling lambat
30 (tiga puluh) hari kalender sejak tanggal terjadinya penyimpangan yang
dilakukan oleh Petugas Jasa Kurir sebagaimana dimaksud dalam huruf b beserta
langkah-langkah penyelesaian yang telah dilakukan dan Peserta harus
memberikan keterangan apabila diminta oleh PKL.
d. Peserta harus memberikan pengarahan dan pembinaan kepada Petugas Jasa
Kurir untuk mematuhi segala tata tertib selama berada di lokasi PKL. Apabila
dalam pelaksanaan kegiatan Kliring Debet dan Kliring Kredit Petugas Jasa Kurir
melanggar tata tertib, maka PKL dapat meminta Peserta untuk mengganti
Petugas Jasa Kurir.
e. Dalam hal Peserta tidak memenuhi permintaan PKL untuk mengganti Petugas
Jasa Kurir sebagaimana dimaksud dalam huruf d, PKL dapat menolak Petugas Jasa
Kurir yang ditunjuk oleh Peserta yang bersangkutan untuk melakukan kegiatan
sebagaimana dimaksud dalam butir 1.a. Selanjutnya kegiatan tersebut
dilaksanakan sendiri oleh Petugas Internal Bank.
B. TPPK
1. Penggunaan TPPK
a. Petugas Kliring hanya dapat menggunakan TPPK yang diberikan oleh PKL.
b. Selama mengikuti kegiatan Kliring Debet dan Kliring Kredit di lokasi PKL, Petugas
Kliring harus menggunakan TPPK dan kartu identitas pegawai Bank atau
Perusahaan Jasa Kurir yang mencantumkan foto Petugas Kliring.
c. Petugas Kliring harus menunjukkan TPPK pada saat menyerahkan bundel Warkat
Debet dan/atau media rekam data elektronis yang berisi DKE Debet dan DKE
Kredit serta pada saat menerima laporan hasil Kliring sesuai ketentuan
sebagaimana dimaksud pada Bab VII mengenai Penyelenggaraan Kliring Debet
dan Bab VIII mengenai Penyelenggaraan Kliring Kredit.
259
Lampiran 7
d. Apabila diperlukan, selain menunjukkan TPPK sebagaimana dimaksud pada huruf
c, petugas PKL sewaktu-waktu dapat meminta Petugas Kliring untuk
memperlihatkan kartu identitas pegawai Bank atau Perusahaan Jasa Kurir.
Dalam hal Petugas Kliring tidak dapat menunjukkan TPPK sebagaimana dimaksud
pada huruf c atau kartu identitas sebagaimana dimaksud pada huruf d maka
petugas PKL tidak melaksanakan kegiatan proses penerimaan dan
penyerahan Warkat Debet untuk Wilayah Kliring On-line Otomasi dan Wilayah
Kliring Off-line Otomasi dan melarang Petugas Kliring yang bersangkutan untuk
mendistribusikan Warkat Debet kepada Petugas Kliring lainnya, untuk Wilayah
Kliring On-line Manual dan Off-line Manual.
e. Peserta bertanggungjawab atas penggunaan TPPK yang diterbitkan oleh
Penyelenggara.
2. Spesifikasi TPPK
a. TPPK untuk Peserta di Wilayah Kliring On-line Otomasi dan Wilayah Kliring Off-
line Otomasi
1) TPPK bagi Petugas Internal Peserta memuat informasi sebagai berikut:
a) nama PKL;
b) nama Peserta;
c) status kantor; dan
d) sandi Peserta.
2) TPPK bagi Perusahaan Jasa Kurir memuat informasi sebagai berikut:
a) nama PKL;
b) nama Perusahaan Jasa Kurir;
c) nama Peserta; dan
d) 3 (tiga) digit pertama sandi Peserta yang diwakili.
3) Pada bagian belakang TPPK dicantumkan nama dan tanda tangan pejabat
PKL.
b. TPPK untuk Peserta di Wilayah Kliring On-line Manual dan Off-line Manual
1) Pada bagian depan TPPK, memuat informasi sebagai berikut:
a) nama PKL;
b) nama Peserta;
c) nama Petugas Internal Peserta; dan
d) pas foto Petugas Internal Peserta.
2) Pada bagian belakang TPPK dicantumkan:
260
Lampiran 7
a) sandi Peserta;
b) alamat Peserta;
c) nama dan tanda tangan pejabat PKL; dan
d) nama dan tanda tangan Petugas Internal Peserta.
c. Contoh bentuk dan informasi yang dicantumkan dalam TPPK sebagaimana
tercantum dalam Lampiran 9.
d. Apabila terdapat perubahan spesifikasi TPPK, PKL memberitahukan secara
tertulis kepada seluruh Peserta melalui pengumuman.
3. Tata Cara Memperoleh TPPK
a. Permohonan TPPK untuk Peserta di Wilayah Kliring On-line Otomasi dan Wilayah
Kliring Off-line Otomasi
1) Permohonan TPPK untuk Petugas Internal Peserta
a) Permohonan TPPK bagi Petugas Internal Peserta untuk pertama kali,
diajukan oleh kantor Bank calon Peserta kepada PKL dengan tata
cara sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud pada butir C.7 Bab III
mengenai Kepesertaan.
b) TPPK bagi Petugas Internal Peserta diberikan oleh PKL kepada kantor
Bank sebagaimana dimaksud pada huruf a sebanyak 2 (dua) buah
TPPK.
2) Permohonan TPPK untuk Perusahaan Jasa Kurir
a) Bagi kantor Bank yang akan menjadi Peserta di suatu Wilayah Kliring
dan di Wilayah Kliring dimaksud belum terdapat kantor Bank yang
sama yang menjadi Peserta, permohonan TPPK untuk pertama kali
bagi Perusahaan Jasa Kurir diajukan oleh kantor Bank
calon Peserta kepada PKL dengan tata cara sesuai
ketentuan sebagaimana dimaksud pada butir C.7 Bab III mengenai
Kepesertaan, dengan melampirkan fotokopi surat perjanjian antara
Peserta dengan Perusahaan Jasa Kurir sebagaimana dimaksud pada
butir A.4.a. Dalam hal di Wilayah Kliring tersebut, terdapat beberapa
kantor dari Bank yang sama yang didaftarkan menjadi Peserta, maka
permohonan TPPK bagi Perusahaan Jasa Kurir cukup diwakili oleh
salah satu kantor Bank calon Peserta.
b) Bagi kantor Bank yang sudah menjadi Peserta dan akan
menggunakan Perusahaan Jasa Kurir, maka permohonan TPPK
261
Lampiran 7
diajukan oleh Peserta secara tertulis kepada PKL bersamaan dengan
pemberitahuan penunjukan Perusahaan Jasa Kurir sebagaimana
dimaksud pada butir A.4.b. Dalam hal di Wilayah Kliring tersebut,
terdapat beberapa kantor dari Bank yang sama yang menjadi
Peserta, maka permohonan TPPK cukup diwakili oleh salah satu
kantor Peserta.
c) Setiap Perusahaan Jasa Kurir hanya boleh memiliki TPPK maksimum
sebanyak 3 (tiga) buah untuk masing-masing Bank yang diwakilinya.
d) TPPK untuk Perusahaan Jasa Kurir sebagaimana dimaksud dalam
huruf c) diserahkan oleh PKL kepada Peserta yang mengajukan
permohonan sebagaimana dimaksud pada huruf a) dan huruf b).
Tanggal efektif penggunaan TPPK sebagaimana dimaksud dalam
huruf d) ditetapkan oleh PKL sesuai dengan tanggal efektif
kepesertaan atau dengan mempertimbangkan permohonan
penggunaan Perusahaan Jasa Kurir yang diajukan oleh Peserta.
e) Dalam hal Peserta yang telah memiliki TPPK untuk Petugas Internal
Bank kemudian menunjuk Perusahaan Jasa Kurir maka Peserta yang
bersangkutan harus mengembalikan TPPK yang telah dimiliki kepada
PKL pada tanggal efektif penggunaan Perusahaan Jasa Kurir. PKL
tidak memberikan TPPK yang baru untuk Perusahaan Jasa Kurir
sebelum TPPK yang lama untuk Petugas Internal Bank dikembalikan.
3) Dalam hal TPPK hilang, baik TPPK untuk Petugas Internal Peserta maupun
TPPK untuk Perusahaan Jasa Kurir, Peserta harus segera mengajukan
permohonan penggantian TPPK secara tertulis kepada PKL dengan
melampirkan surat keterangan kehilangan dari Kepolisian. PKL memberikan
TPPK yang baru kepada Peserta paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja
setelah permohonan diterima.
4) Dalam hal TPPK rusak, baik TPPK untuk Petugas Internal Peserta maupun
TPPK untuk Perusahaan Jasa Kurir, Peserta dapat mengajukan
permohonan secara tertulis kepada PKL untuk mengganti TPPK tersebut.
PKL memberikan TPPK yang baru kepada Peserta paling lambat 10 (sepuluh)
hari kerja setelah permohonan diterima. PKL tidak memberikan TPPK baru
sebelum TPPK yang rusak dikembalikan.
5) Selama Peserta belum memperoleh penggantian atas TPPK sebagaimana
262
Lampiran 7
dimaksud dalam angka 3) dan angka 4), Petugas Kliring Peserta dapat
menggunakan fotokopi surat permohonan penggantian TPPK yang dilegalisir
oleh PKL sebagai pengganti TPPK dalam mengikuti penyelenggaraan SKNBI.
Legalisasi tersebut dilakukan dengan cara membubuhkan stempel PKL dan
tandatangan pejabat PKL.
b. Permohonan TPPK untuk Peserta di Wilayah Kliring On-line Manual dan Off-line
Manual
Permohonan TPPK untuk Peserta di Wilayah Kliring On-line Manual dan Off-line
Manual hanya dimaksudkan untuk Petugas Internal Peserta, dengan ketentuan
sebagai berikut:
1) Permohonan TPPK bagi Petugas Internal Peserta untuk pertama kali,
diajukan oleh kantor Bank calon Peserta kepada PKL dengan tata cara sesuai
ketentuan sebagaimana dimaksud pada butir C.7 Bab III mengenai
Kepesertaan.
2) Setiap kantor Bank calon Peserta dapat mengajukan TPPK sebanyak jumlah
Petugas Internal Peserta yang didaftarkan kepada PKL pada saat
mengajukan permohonan TPPK. Dalam hal ini, jumlah Petugas Internal
Peserta yang didaftarkan kepada PKL sekurang-kurangnya 2 (dua) orang.
3) Pada saat mengajukan permohonan TPPK kepada PKL, kantor Bank calon
Peserta harus melampirkan pas foto ukuran 2x3 cm sebanyak 2 (dua)
lembar untuk masing-masing Petugas Internal Peserta yang didaftarkan.
4) Dalam hal terdapat penggantian atau penambahan Petugas Internal
Peserta, Peserta harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada PKL
dengan melampirkan pas foto ukuran 2x3 cm sebanyak 2 (dua) lembar dari
Petugas Internal Peserta yang menggantikan atau yang ditambahkan.
5) Dalam hal TPPK hilang, Peserta harus segera mengajukan permohonan
penggantian TPPK secara tertulis kepada PKL dengan melampirkan pas foto
ukuran 2x3 cm sebanyak 2 (dua) lembar dari Petugas Internal Peserta yang
kehilangan TPPK dan surat keterangan kehilangan dari Kepolisian. PKL
memberikan TPPK yang baru kepada Peserta paling lambat 10 (sepuluh) hari
kerja setelah permohonan diterima.
6) Dalam hal TPPK rusak, Peserta dapat mengajukan permohonan penggantian
TPPK secara tertulis kepada PKL dengan melampirkan TPPK yang rusak dan
pas foto ukuran 2x3 cm sebanyak 2 (dua) lembar dari Petugas Internal
263
Lampiran 7
Peserta. PKL memberikan TPPK yang baru kepada Peserta paling lambat 10
(sepuluh) hari kerja setelah permohonan diterima. PKL tidak memberikan
TPPK baru sebelum TPPK yang rusak dikembalikan.
7) Selama Peserta belum memperoleh penggantian atas TPPK sebagaimana
dimaksud dalam angka 5) dan angka 6), Petugas Internal Peserta dapat
menggunakan fotokopi surat permohonan penggantian TPPK yang dilegalisir
oleh PKL sebagai pengganti TPPK dalam mengikuti penyelenggaraan SKNBI.
Legalisasi tersebut dilakukan dengan cara membubuhkan stempel PKL dan
tanda tangan pejabat PKL.
4. Biaya Pembuatan TPPK
Peserta dikenakan biaya penggantian pembuatan TPPK yang besarnya ditetapkan dalam
Surat Edaran Bank Indonesia yang mengatur mengenai biaya dalam penyelenggaraan
SKNBI.
264
Lampiran 7
BAB X
PENGHENTIAN PESERTA DALAM KEGIATAN SKNBI
PKN atau PKL dapat menghentikan sementara atau tetap keikutsertaan Peserta dalam kegiatan
SKNBI.
A. Tata Cara Penghentian Sementara Peserta dalam Kegiatan SKNBI
1. Penghentian sementara karena Bank tidak menyediakan pendanaan awal (prefund)
a. Dalam hal Bank tidak menyediakan pendanaan awal (prefund) sampai dengan
batas waktu yang ditetapkan, PKN menghentikan sementara keikutsertaan
seluruh kantor Bank yang menjadi Peserta dalam kegiatan SKNBI sejak
berakhirnya batas waktu penyediaan pendanaan awal (prefund) tersebut.
b. Dengan penghentian tersebut, maka seluruh kantor Bank yang menjadi Peserta
sebagaimana dimaksud pada huruf a tidak dapat melakukan seluruh kegiatan
dalam Kliring Debet dan Kliring Kredit.
c. Kantor Bank yang dihentikan sementara keikutsertaannya dalam kegiatan SKNBI
masih dapat mengikuti kegiatan Kliring pengembalian apabila kantor Bank
tersebut menjadi Peserta di Wilayah Kliring yang pelaksanaan Kliring
pengembaliannya dilakukan pada hari kerja yang berbeda dengan Kliring
penyerahan, karena kegiatan Kliring pengembalian merupakan satu kesatuan
siklus dengan Kliring penyerahan dalam penyelenggaraan Kliring Debet.
d. Kepada Bank yang dihentikan sementara keikutsertaannya dalam kegiatan SKNBI,
PKN menyampaikan surat pemberitahuan kepada kantor pusat Peserta, UUS
atau kantor
cabang Peserta dari Bank yang kantor pusatnya berkedudukan di luar negeri
mengenai penghentian sementara dalam kegiatan SKNBI, pada tanggal Bank
tidak menyediakan pendanaan awal (prefund) sebagaimana dimaksud pada huruf
a.
e. Pemberitahuan mengenai penghentian sementara dalam kegiatan SKNBI kepada
seluruh kantornya yang menjadi Peserta merupakan tanggung jawab dari kantor
pusat Peserta, UUS atau kantor cabang Peserta dari Bank yang kantor pusatnya
berkedudukan di luar negeri sebagaimana dimaksud pada huruf d.
f. PKN menyediakan informasi melalui SSK mengenai penghentian sementara
sebagaimana dimaksud pada huruf a segera setelah berakhirnya batas waktu
penyediaan pendanaan awal (prefund). Informasi tersebut dapat diakses oleh
seluruh Bank melalui TPK on-line untuk diteruskan kepada seluruh kantornya
265
Lampiran 7
yang menjadi Peserta, dan oleh seluruh PKL melalui KPK untuk diteruskan kepada
seluruh Peserta di Wilayah Kliring yang bersangkutan.
2. Penghentian sementara karena rekening giro Bank di Bank Indonesia bersaldo negatif
a. Dalam hal rekening giro Bank di Bank Indonesia bersaldo negatif pada saat tutup
Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) dan mengakibatkan
Bank tidak mampu menyediakan pendanaan awal (prefund), PKN menghentikan
sementara keikutsertaan seluruh kantor Bank yang menjadi Peserta dalam
kegiatan SKNBI sejak berakhirnya batas waktu penyediaan pendanaan awal
(prefund) pada awal hari kerja berikutnya.
b. Dengan penghentian tersebut, maka seluruh kantor Bank yang menjadi Peserta
sebagaimana dimaksud pada huruf a tidak dapat melakukan seluruh kegiatan
dalam Kliring Debet dan Kliring Kredit.
c. Kantor Bank yang dihentikan sementara keikutsertaannya dalam kegiatan SKNBI
masih dapat mengikuti kegiatan Kliring pengembalian apabila kantor Bank
tersebut menjadi Peserta di Wilayah Kliring yang pelaksanaan Kliring
pengembaliannya dilakukan pada hari kerja yang berbeda dengan Kliring
penyerahan, karena kegiatan Kliring pengembalian merupakan satu kesatuan
siklus dengan Kliring penyerahan dalam penyelenggaraan Kliring Debet.
d. Kepada Bank yang dihentikan sementara keikutsertaannya dalam kegiatan SKNBI,
PKN menyampaikan surat pemberitahuan kepada kantor pusat Peserta, UUS atau
kantor cabang Peserta dari Bank yang kantor pusatnya berkedudukan di luar
negeri mengenai penghentian sementara dalam kegiatan SKNBI, pada tanggal
penghentian sementara sebagaimana dimaksud pada huruf a.
e. Pemberitahuan mengenai penghentian sementara dalam kegiatan SKNBI kepada
seluruh kantornya yang menjadi Peserta merupakan tanggung jawab dari kantor
pusat Peserta, UUS atau kantor cabang Peserta dari Bank yang kantor pusatnya
berkedudukan di luar negeri sebagaimana dimaksud pada huruf d.
f. PKN menyediakan informasi melalui SSK mengenai penghentian sementara
sebagaimana dimaksud pada huruf a segera setelah berakhirnya batas waktu
penyediaan pendanaan
awal (prefund). Informasi tersebut dapat diakses oleh seluruh Bank melalui TPK
on-line untuk diteruskan kepada seluruh kantornya yang menjadi Peserta, dan
oleh seluruh PKL melalui KPK untuk diteruskan kepada seluruh Peserta di Wilayah
Kliring yang bersangkutan.
266
Lampiran 7
3. Penghentian sementara karena adanya permintaan tertulis dari pihak yang berwenang
dalam melakukan pengawasan Bank
a. Berdasarkan permintaan tertulis dari pihak yang berwenang dalam melakukan
pengawasan Bank, PKN menghentikan sementara keikutsertaan seluruh kantor
Bank yang menjadi Peserta dalam kegiatan SKNBI sejak tanggal yang ditetapkan
oleh pihak yang berwenang dalam melakukan pengawasan Bank.
b. Dengan penghentian tersebut, maka seluruh kantor Bank yang menjadi Peserta
sebagaimana dimaksud pada huruf a tidak dapat melakukan seluruh kegiatan
dalam Kliring Debet dan Kliring Kredit.
c. Kantor Bank yang dihentikan sementara keikutsertaannya dalam kegiatan SKNBI
masih dapat mengikuti kegiatan Kliring pengembalian apabila kantor Bank
tersebut menjadi Peserta di Wilayah Kliring yang pelaksanaan Kliring
pengembaliannya dilakukan pada hari kerja yang berbeda dengan Kliring
penyerahan, karena kegiatan Kliring pengembalian merupakan satu kesatuan
siklus dengan Kliring penyerahan dalam penyelenggaraan Kliring Debet.
d. Kepada Bank yang dihentikan sementara keikutsertaannya dalam kegiatan SKNBI,
PKN menyampaikan surat pemberitahuan kepada kantor pusat Peserta, UUS
atau kantor
cabang Peserta dari Bank yang kantor pusatnya berkedudukan di luar negeri
mengenai penghentian sementara dalam kegiatan SKNBI, pada tanggal yang
sama dengan tanggal yang ditetapkan oleh pihak yang berwenang dalam
melakukan pengawasan Bank.
e. Pemberitahuan mengenai penghentian sementara dalam kegiatan SKNBI kepada
seluruh kantornya yang menjadi Peserta merupakan tanggung jawab dari kantor
pusat Peserta, UUS atau kantor cabang Peserta dari Bank yang kantor pusatnya
berkedudukan di luar negeri sebagaimana dimaksud pada huruf d.
f. PKN menyediakan informasi melalui SSK mengenai penghentian sementara
sebagaimana dimaksud pada huruf a segera setelah berakhirnya batas waktu
penyediaan pendanaan awal (prefund). Informasi tersebut dapat diakses oleh
seluruh Bank melalui TPK on-line untuk diteruskan kepada seluruh kantornya
yang menjadi Peserta, dan oleh seluruh PKL melalui KPK untuk diteruskan kepada
seluruh Peserta di Wilayah Kliring yang bersangkutan.
4. Penghentian sementara karena Peserta dikenakan sanksi administratif berupa
penghentian sementara dalam kegiatan SKNBI
267
Lampiran 7
a. Dalam hal Peserta dikenakan sanksi administratif berupa penghentian sementara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (3), Pasal 64 ayat (3), Pasal 65 ayat
(3), Pasal 66 ayat (3) atau Pasal 86 ayat (2) huruf c PBI SKNBI, PKN
menghentikan sementara keikutsertaan seluruh kantor Bank yang menjadi
Peserta dalam kegiatan SKNBI sejak tanggal ditetapkan.
b. Dengan penghentian tersebut, maka seluruh kantor Bank yang menjadi Peserta
sebagaimana dimaksud pada huruf a tidak dapat melakukan seluruh kegiatan
dalam Kliring Debet dan Kliring Kredit.
c. Kantor Bank yang dihentikan sementara keikutsertaannya dalam kegiatan SKNBI
masih dapat mengikuti kegiatan Kliring pengembalian apabila kantor Bank
tersebut menjadi Peserta di Wilayah Kliring yang pelaksanaan Kliring
pengembaliannya dilakukan pada hari kerja yang berbeda dengan Kliring
penyerahan, karena kegiatan Kliring pengembalian merupakan satu kesatuan
siklus dengan Kliring penyerahan dalam penyelenggaraan Kliring Debet.
d. Kepada Bank yang dihentikan sementara keikutsertaannya dalam kegiatan SKNBI,
PKN menyampaikan surat pemberitahuan kepada kantor pusat Peserta, UUS atau
kantor cabang Peserta dari Bank yang kantor pusatnya berkedudukan di luar
negeri mengenai penghentian sementara dalam kegiatan SKNBI, pada tanggal
yang sama dengan tanggal penghentian sementara sebagaimana dimaksud pada
huruf a.
e. Pemberitahuan mengenai penghentian sementara dalam kegiatan SKNBI kepada
seluruh kantornya yang menjadi Peserta merupakan tanggung jawab dari kantor
pusat Peserta, UUS atau kantor cabang Peserta dari Bank yang kantor pusatnya
berkedudukan di luar negeri sebagaimana dimaksud pada huruf d.
f. PKN menyediakan informasi melalui SSK mengenai penghentian sementara
sebagaimana dimaksud pada huruf a segera setelah berakhirnya batas waktu
penyediaan pendanaan
awal (prefund). Informasi tersebut dapat diakses oleh seluruh Bank melalui TPK
on-line untuk diteruskan kepada seluruh kantornya yang menjadi Peserta, dan
oleh seluruh PKL melalui KPK untuk diteruskan kepada seluruh Peserta di Wilayah
Kliring yang bersangkutan.
5. Penghentian sementara berdasarkan permintaan dari Peserta
a. Penghentian sementara karena kondisi-kondisi tertentu yang mengakibatkan
Peserta tidak dapat mengikuti kegiatan SKNBI
268
Lampiran 7
1) Kantor Pusat Peserta, UUS, atau Kantor Cabang Peserta dari Bank yang
kantor pusatnya berkedudukan di luar negeri (selanjutnya disebut Bank
pemohon) menyampaikan surat permohonan kepada PKN mengenai
penghentian sementara keikutsertaan sebagian atau seluruh kantornya
yang menjadi Peserta dalam kegiatan SKNBI. Surat permohonan diajukan
kepada Bagian Penyelenggaraan Setelmen c.q. PKN- Direktorat Akunting
dan Sistem Pembayaran, Bank Indonesia, Gedung D Lantai 3, Jalan MH.
Thamrin No. 2 Jakarta 10350. Surat permohonan tersebut harus sudah
diterima oleh PKN paling lambat 6 (enam) hari kerja sebelum tanggal
efektif penghentian sementara. Tembusan surat permohonan disampaikan
juga kepada masing-masing PKL dimana kantor Bank yang akan dihentikan
sementara terdaftar sebagai Peserta.
2) Surat permohonan sebagaimana dimaksud pada angka 1) sekurang-
kurangnya memuat informasi sebagai berikut:
a) Alasan penghentian sementara dalam kegiatan SKNBI;
b) Daftar kantor Peserta yang akan dihentikan sementara
keikutsertaanya dalam kegiatan SKNBI; dan
c) Rencana jangka waktu penghentian sementara dalam kegiatan
SKNBI.
3) Dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah surat
permohonan diterima secara lengkap, PKN menyampaikan secara tertulis
persetujuan atau penolakan kepada Bank pemohon dengan tembusan
kepada PKL dimana kantor Bank yang akan dihentikan sementara terdaftar
sebagai Peserta.
4) Surat persetujuan sebagaimana dimaksud pada angka 3) antara lain
memuat informasi sebagai berikut:
a) Persetujuan penghentian sementara keikutsertaan sebagian atau
seluruh kantornya yang menjadi Peserta dalam kegiatan SKNBI.
b) Tanggal efektif dan jangka waktu penghentian sementara dalam
kegiatan SKNBI.
5) Surat penolakan sebagaimana dimaksud pada angka 3) antara lain memuat
informasi sebagai berikut:
a) Penolakan permohonan penghentian sementara keikutsertaan
sebagian atau seluruh kantornya yang menjadi Peserta dalam
269
Lampiran 7
kegiatan SKNBI; dan
b) Alasan penolakan permohonan penghentian sementara.
6) Apabila permohonan penghentian sementara disetujui:
a) PKN menginformasikan kepada seluruh PKL dimana terdapat
kantor Peserta yang akan dihentikan
sementara dalam kegiatan SKNBI, paling lambat 2 (dua) hari kerja
sebelum tanggal efektif penghentian.
b) PKL sebagaimana dimaksud pada huruf a) menginformasikan kepada
seluruh Peserta lainnya mengenai penghentian sementara Peserta
tersebut paling lambat 1 (satu) hari kerja sebelum tanggal efektif
penghentian.
7) Peserta yang disetujui untuk dihentikan sementara dalam kegiatan SKNBI,
harus mengumumkan kepada nasabahnya mengenai penghentian
sementara kantor yang bersangkutan dalam kegiatan SKNBI, paling
lambat 1 (satu) hari kerja sebelum tanggal efektif penghentian.
8) Dengan penghentian tersebut, maka:
a) Dalam hal yang dihentikan adalah seluruh kantor Bank yang menjadi
Peserta maka seluruh kantor Bank tersebut yang menjadi Peserta
tidak dapat melakukan seluruh kegiatan dalam Kliring Debet dan
Kliring Kredit.
b) Dalam hal yang dihentikan adalah sebagian dari kantor Bank yang
menjadi Peserta maka kantor-kantor tersebut tidak dapat
melakukan seluruh kegiatan dalam Kliring Debet dan Kliring Kredit,
namun masih dapat menerima transfer kredit dari Bank lain melalui
kantor lainnya yang menjadi Peserta dan tidak dihentikan
sementara.
c) Dalam hal terjadi kondisi sebagaimana dimaksud dalam huruf b),
kewajiban pengkreditan ke rekening nasabah atas transfer yang
diterima tetap berlaku
sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Bab VIII PBI
SKNBI.
b. Penghentian sementara karena Keadaan Darurat di lokasi Peserta yang
mengakibatkan Peserta tidak dapat mengikuti kegiatan SKNBI
1) Dalam hal keadaan memungkinkan, Peserta segera memberitahukan
270
Lampiran 7
kondisi Keadaan Darurat kepada PKL melalui sarana komunikasi yang
tersedia dan meminta penghentian sementara keikutsertaan Peserta yang
bersangkutan dan atau kantor lainnya yang mengalami Keadaan Darurat
dalam kegiatan SKNBI.
2) Setelah menerima pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam angka 1),
PKL segera menyampaikan persetujuan penghentian sementara kantor
Peserta tersebut melalui sarana komunikasi yang tersedia dan
menginformasikan kondisi tersebut kepada PKN. Dalam hal penyelenggara
SKNBI adalah PKL Selain BI, PKL Selain BI juga menginformasikan kondisi
tersebut kepada PKL BI yang mewilayahi PKL Selain BI tersebut.
3) Dengan penghentian tersebut, maka kantor Bank Peserta sebagaimana
dimaksud pada angka 1) tidak dapat melakukan seluruh kegiatan dalam
Kliring Debet dan Kliring Kredit namun masih dapat menerima transfer
kredit dari Bank lain melalui kantornya yang lain, dan dalam hal ini
kewajiban pengkreditan ke rekening nasabah atas transfer kredit yang
diterima tetap berlaku sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Bab VIII PBI SKNBI.
4) Dalam hal pemberitahuan oleh Peserta yang mengalami Keadaan Darurat
tersebut dilakukan setelah Kliring Debet dimulai maka:
a) PKL tidak memperhitungkan DKE Debet untuk Peserta yang
mengalami Keadaan Darurat yang dikliringkan oleh Peserta lain pada
hari itu.
b) Terhadap Warkat Debet Peserta yang mengalami Keadaan Darurat
yang dikliringkan oleh Peserta lain, maka:
(1) Untuk Wilayah Kliring On-line Otomasi dan Wilayah Kliring
Off-line Otomasi, PKL mengembalikan Warkat Debet tersebut
kepada Peserta lain yang mengkliringkan;
(2) Untuk Wilayah Kliring On-line Manual dan Off-line Manual,
Peserta lain yang mengkliringkan tidak mendistribusikan
Warkat Debet tersebut kepada Peserta yang mengalami
Keadaan Darurat.
5) PKL mengumumkan kepada Peserta lainnya mengenai penghentian
sementara Peserta segera setelah menerima pemberitahuan dari Peserta
yang mengalami Keadaan Darurat sebagaimana dimaksud pada angka 1).
271
Lampiran 7
6) Setelah keadaan memungkinkan, Peserta menegaskan kembali secara
tertulis pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada angka 1) kepada PKL.
7) PKL menegaskan kembali secara tertulis pemberitahuan sebagaimana
dimaksud pada angka 1) kepada PKN segera setelah menerima penegasan
secara tertulis dari Peserta sebagaimana dimaksud pada angka 6).
Dalam hal
penyelenggara SKNBI adalah PKL Selain BI, PKL Selain BI tersebut harus
menyampaikan tembusan surat penegasan tersebut kepada PKL BI yang
mewilayahi.
8) Surat penegasan sebagaimana dimaksud dalam angka 6) sekurang-
kurangnya memuat informasi sebagai berikut:
a) Alasan penghentian sementara, yaitu karena Keadaan Darurat di
lokasi Peserta;
b) Daftar kantor Peserta yang akan dihentikan sementara dalam
kegiatan SKNBI; dan
c) Rencana jangka waktu penghentian sementara dalam kegiatan
SKNBI.
9) Setelah menerima surat penegasan dari Peserta sebagaimana dimaksud
dalam angka 6):
a) PKL segera menyampaikan persetujuan secara tertulis kepada
Peserta yang bersangkutan dengan tembusan kepada PKN. Dalam
hal penyelenggara SKNBI adalah PKL Selain BI, maka tembusan surat
persetujuan tersebut disampaikan kepada PKL BI yang mewilayahi.
b) PKL segera menginformasikan kepada seluruh Peserta lainnya
mengenai jangka waktu penghentian sementara Peserta tersebut.
6. Penghentian sementara Peserta dalam Kliring Debet karena Warkat Debetnya tertolak
(reject) oleh mesin baca pilah dan mengakibatkan terganggunya operasional Kliring
Debet di Wilayah Kliring yang bersangkutan.
a. Dalam hal Peserta dikenakan sanksi administratif berupa penghentian
sementara dalam Kliring Debet sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 69 PBI SKNBI, PKL menghentikan sementara keikutsertaan
Peserta dalam kegiatan Kliring Debet sejak tanggal ditetapkan.
b. Peserta yang dihentikan sementara keikutsertaannya dalam kegiatan Kliring
Debet masih dapat mengikuti kegiatan Kliring pengembalian apabila yang
272
Lampiran 7
bersangkutan adalah Peserta di Wilayah Kliring yang pelaksanaan Kliring
pengembaliannya dilakukan pada hari kerja yang berbeda dengan Kliring
penyerahan, karena kegiatan Kliring pengembalian merupakan satu kesatuan
siklus dengan Kliring penyerahan dalam penyelenggaraan Kliring Debet.
c. PKL menyampaikan surat pemberitahuan kepada Peserta yang bersangkutan
mengenai penghentian sementara dalam kegiatan Kliring Debet pada tanggal
yang sama dengan tanggal penghentian sementara sebagaimana dimaksud pada
huruf a.
d. PKL memberitahukan kepada seluruh Peserta lainnya mengenai penghentian
sementara dalam Kliring Debet pada tanggal yang sama dengan tanggal
penghentian sementara sebagaimana dimaksud pada huruf a.
B. Tata Cara Penghentian Tetap Peserta Dalam Kegiatan SKNBI
1. Penghentian tetap karena adanya permintaan tertulis dari pihak yang berwenang dalam
melakukan pengawasan Bank
a. Berdasarkan permintaan tertulis dari pihak yang berwenang dalam melakukan
pengawasan Bank, PKN menghentikan secara tetap keikutsertaan seluruh kantor
Bank yang menjadi Peserta dalam kegiatan SKNBI pada tanggal yang ditetapkan
oleh pihak yang berwenang dalam melakukan pengawasan Bank.
b. Dengan penghentian tersebut, maka seluruh kantor Bank yang menjadi Peserta
tidak dapat melakukan seluruh kegiatan dalam Kliring Debet dan Kliring Kredit
sejak tanggal yang ditetapkan oleh pihak yang berwenang dalam melakukan
pengawasan Bank.
c. Kantor Bank yang dihentikan keikutsertaannya dalam kegiatan SKNBI secara
tetap masih dapat mengikuti kegiatan Kliring pengembalian apabila kantor Bank
tersebut menjadi Peserta di Wilayah Kliring yang pelaksanaan Kliring
pengembaliannya dilakukan pada hari kerja yang berbeda dengan Kliring
penyerahan, karena kegiatan Kliring pengembalian merupakan satu kesatuan
siklus dengan Kliring penyerahan dalam penyelenggaraan Kliring Debet.
d. Kepada Bank yang dihentikan keikutsertaannya secara tetap dalam kegiatan
SKNBI, PKN menyampaikan surat pemberitahuan kepada kantor pusat Peserta,
UUS atau kantor cabang Peserta dari Bank yang kantor pusatnya berkedudukan
di luar negeri mengenai penghentian tetap dalam kegiatan SKNBI, pada tanggal
yang sama dengan tanggal yang ditetapkan oleh pihak yang berwenang dalam
melakukan pengawasan Bank.
273
Lampiran 7
e. Pemberitahuan mengenai penghentian tetap dalam kegiatan SKNBI kepada
seluruh kantornya yang menjadi Peserta merupakan tanggung jawab dari kantor
pusat Peserta, UUS atau kantor cabang Peserta dari Bank yang kantor pusatnya
berkedudukan di luar negeri sebagaimana dimaksud pada huruf d.
f. PKN menyediakan informasi melalui SSK mengenai penghentian tetap
sebagaimana dimaksud pada huruf a, pada tanggal yang sama dengan tanggal
yang ditetapkan oleh pihak yang berwenang dalam melakukan pengawasan Bank.
Informasi tersebut dapat diakses oleh seluruh Bank melalui TPK on-line untuk
diteruskan kepada seluruh kantornya yang menjadi Peserta, dan oleh seluruh PKL
melalui KPK untuk diteruskan kepada seluruh Peserta di Wilayah Kliring yang
bersangkutan.
g. Berdasarkan informasi yang diterima dari kantor Bank atau PKL sebagaimana
dimaksud pada huruf f, Peserta yang menggunakan TPK off-line harus melakukan
penyesuaian (updating) tabel referensi pada aplikasi TPK masing-masing, pada
tanggal efektif penghentian tetap sebelum kegiatan Kliring Debet dan Kliring
Kredit dimulai. Proses updating dilakukan melalui up-load data tabel referensi
dari media rekam data elektronis yang diperoleh dari PKL atau up-load data tabel
referensi melalui kantornya yang menggunakan TPK on-line.
2. Penghentian tetap karena adanya permintaan tertulis dari Peserta atau Bank
a. Permintaan untuk menghentikan secara tetap keikutsertaan kantor Bank yang
menjadi Peserta dalam kegiatan SKNBI, antara lain disebabkan oleh:
1) Peserta pindah dari suatu Wilayah Kliring ke Wilayah Kliring lain yang
berbeda; dan atau
2) keinginan Bank yang bersangkutan untuk menghentikan keikutsertaan
sebagian atau seluruh kantor Bank sebagai Peserta.
b. Kantor pusat Peserta, UUS, atau kantor cabang Peserta dari Bank yang kantor
pusatnya berkedudukan di luar negeri (selanjutnya disebut Bank pemohon)
menyampaikan surat permohonan kepada PKN mengenai penghentian secara
tetap keikutsertaan sebagian atau seluruh kantornya yang menjadi Peserta
dalam kegiatan SKNBI. Surat permohonan diajukan kepada Bagian
Penyelenggaraan Setelmen c.q. PKN- Direktorat Akunting dan Sistem
Pembayaran, Bank Indonesia, Gedung D Lantai 3, Jalan MH. Thamrin No. 2
Jakarta 10350. Surat permohonan tersebut harus sudah diterima oleh PKN paling
lambat 6 (enam) hari kerja sebelum tanggal efektif penghentian. Tembusan surat
274
Lampiran 7
permohonan disampaikan juga kepada masing-masing PKL dimana kantor Bank
yang akan dihentikan secara tetap terdaftar sebagai Peserta.
c. Surat permohonan sebagaimana dimaksud pada huruf b) sekurang-kurangnya
memuat informasi sebagai berikut:
1) alasan penghentian secara tetap;
2) daftar kantor Peserta yang akan dihentikan secara tetap keikutsertaannya
dalam kegiatan SKNBI; dan
3) rencana tanggal efektif penghentian keikutsertaan secara tetap.
d. Dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah surat permohonan
diterima secara lengkap, PKN menyampaikan secara tertulis persetujuan atau
penolakan kepada Bank pemohon dengan tembusan kepada PKL dimana kantor
Bank yang akan dihentikan secara tetap terdaftar sebagai Peserta.
e. Surat persetujuan sebagaimana dimaksud pada huruf d antara lain memuat
informasi sebagai berikut:
1) persetujuan penghentian secara tetap keikutsertaan sebagian atau seluruh
kantornya yang menjadi Peserta dalam kegiatan SKNBI ; dan
2) tanggal efektif penghentian secara tetap dalam kegiatan SKNBI.
f. Surat penolakan sebagaimana dimaksud dalam huruf d memuat informasi
sebagai berikut:
1) penolakan permohonan penghentian secara tetap keikutsertaan sebagian
atau seluruh kantornya yang menjadi Peserta dalam kegiatan SKNBI; dan
2) alasan penolakan permohonan penghentian secara tetap.
g. Apabila permohonan penghentian tetap disetujui:
1) PKN menginformasikan kepada seluruh PKL dimana terdapat kantor
Peserta yang akan dihentikan secara tetap dalam kegiatan SKNBI, paling
lambat 2 (dua) hari kerja sebelum tanggal efektif penghentian.
2) PKL sebagaimana dimaksud pada huruf a) menginformasikan kepada
seluruh Peserta lainnya mengenai penghentian tetap Peserta tersebut
paling lambat 1 (satu) hari kerja sebelum tanggal efektif penghentian.
h. Berdasarkan informasi yang diterima dari kantor Bank atau PKL sebagaimana
dimaksud pada huruf f, Peserta yang menggunakan TPK off-line harus melakukan
penyesuaian (updating) tabel referensi pada aplikasi TPK masing-masing, pada
tanggal efektif penghentian tetap sebelum kegiatan Kliring
Debet dan Kliring Kredit dimulai. Proses updating dilakukan melalui up-load data
275
Lampiran 7
tabel referensi dari media rekam data elektronis yang diperoleh dari PKL atau up-
load data tabel referensi melalui kantornya yang menggunakan TPK on-line.
i. Peserta yang disetujui untuk dihentikan secara tetap dalam kegiatan SKNBI, harus
mengumumkan kepada nasabahnya mengenai penghentian secara tetap kantor
yang bersangkutan dalam kegiatan SKNBI, paling lambat 1 (satu) hari kerja
sebelum tanggal efektif penghentian.
j. Dengan penghentian tersebut, maka kantor Bank Peserta yang dihentikan
keikutsertaannya secara tetap, tidak dapat melakukan seluruh kegiatan dalam
Kliring Debet dan Kliring Kredit.
276
Lampiran 7
BAB XI
PENGIKUTSERTAAN KEMBALI DALAM KEGIATAN SKNBI
Peserta yang dihentikan sementara keikutsertaannya dalam kegiatan SKNBI dapat diikutsertakan
kembali dalam kegiatan SKNBI dengan tata cara sebagai berikut:
A. Pengikutsertaan kembali Peserta yang dihentikan sementara karena Bank tidak menyediakan
pendanaan awal (prefund).
1. Pengikutsertaan kembali dilakukan secara otomatis pada kegiatan SKNBI sepanjang
Bank telah menyediakan pendanaan awal (prefund) untuk Kliring Debet dan Kliring
Kredit sesuai dengan jadwal penyediaan pendanaan awal (prefund).
2. Dengan pengikutsertaan kembali, seluruh kantor Bank tersebut yang menjadi Peserta
dapat melakukan kembali seluruh kegiatan dalam Kliring Debet dan Kliring Kredit.
3. Kepada Bank yang diikutsertakan kembali dalam kegiatan SKNBI, PKN menyampaikan
surat pemberitahuan kepada kantor pusat Peserta, UUS atau kantor cabang Peserta
dari Bank yang kantor pusatnya berkedudukan di luar negeri mengenai pengikutsertaan
kembali dalam kegiatan SKNBI, pada tanggal pengikutsertaan kembali.
4. Pemberitahuan mengenai pengikutsertaan kembali dalam kegiatan SKNBI kepada
seluruh kantornya yang menjadi Peserta merupakan tanggung jawab dari kantor pusat
Peserta, UUS atau kantor cabang Peserta dari Bank yang kantor pusatnya berkedudukan
di luar negeri sebagaimana dimaksud pada angka 3.
5. PKN menyediakan informasi melalui SSK mengenai pengikutsertaan kembali tersebut
pada tanggal pengikutsertaan kembali, segera
setelah berakhirnya batas waktu penyediaan pendanaan awal (prefund). Informasi
tersebut dapat diakses oleh seluruh Bank melalui TPK on-line untuk diteruskan kepada
seluruh kantornya yang menjadi Peserta, dan oleh seluruh PKL melalui KPK untuk
diteruskan kepada seluruh Peserta di Wilayah Kliring yang bersangkutan.
B. Pengikutsertaan kembali Peserta yang dihentikan sementara karena rekening giro Bank di
Bank Indonesia bersaldo negatif.
1. Pengikutsertaan kembali dilakukan secara otomatis pada kegiatan SKNBI setelah
rekening giro Bank di Bank Indonesia tidak bersaldo negatif dan sepanjang Bank telah
menyediakan pendanaan awal (prefund) untuk Kliring Debet dan Kliring Kredit sesuai
dengan jadwal penyediaan pendanaan awal (prefund).
2. Dengan pengikutsertaan kembali, seluruh kantor Bank tersebut yang menjadi Peserta
dapat melakukan kembali seluruh kegiatan dalam Kliring Debet dan Kliring Kredit.
3. Kepada Bank yang diikutsertakan kembali dalam kegiatan SKNBI, PKN menyampaikan
277
Lampiran 7
surat pemberitahuan kepada kantor pusat Peserta, UUS atau kantor cabang Peserta
dari Bank yang kantor pusatnya berkedudukan di luar negeri mengenai pengikutsertaan
kembali dalam kegiatan SKNBI, pada tanggal pengikutsertaan kembali.
4. Pemberitahuan mengenai pengikutsertaan kembali dalam kegiatan SKNBI kepada
seluruh kantornya yang menjadi Peserta merupakan tanggung jawab dari kantor pusat
Peserta, UUS atau kantor cabang Peserta dari Bank yang kantor pusatnya berkedudukan
di luar negeri sebagaimana dimaksud pada angka 3.
5. PKN menyediakan informasi melalui SSK mengenai pengikutsertaan kembali tersebut
pada tanggal pengikutsertaan kembali, segera setelah berakhirnya batas waktu
penyediaan pendanaan awal (prefund). Informasi tersebut dapat diakses oleh seluruh
Bank melalui TPK on-line untuk diteruskan kepada seluruh kantornya yang menjadi
Peserta, dan oleh seluruh PKL melalui KPK untuk diteruskan kepada seluruh Peserta di
Wilayah Kliring yang bersangkutan.
C. Pengikutsertaan kembali Peserta yang dihentikan sementara karena adanya permintaan
tertulis dari pihak yang berwenang dalam melakukan pengawasan Bank.
1. Pengikutsertaan kembali dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Dalam hal pihak yang berwenang dalam melakukan pengawasan Bank
menetapkan batas waktu penghentian sementara, pengikutsertaan kembali
dilakukan secara otomatis setelah batas waktu penghentian sementara yang
ditetapkan berakhir dan sepanjang Bank telah menyediakan pendanaan awal
(prefund) untuk Kliring Debet dan Kliring Kredit sesuai dengan jadwal penyediaan
pendanaan awal (prefund); atau
b. Dalam hal pihak yang berwenang dalam melakukan pengawasan Bank tidak
menetapkan batas waktu penghentian sementara, pengikutsertaan kembali
dilakukan setelah pihak yang berwenang dalam melakukan pengawasan Bank
mengajukan permintaan untuk mengikutsertakan kembali Bank yang
bersangkutan dan sepanjang Bank telah menyediakan pendanaan awal (prefund)
untuk Kliring Debet dan Kliring Kredit sesuai dengan jadwal penyediaan
pendanaan awal (prefund).
2. Dengan pengikutsertaan kembali, seluruh kantor Bank tersebut yang menjadi Peserta
dapat melakukan kembali seluruh kegiatan dalam Kliring Debet dan Kliring Kredit.
3. Kepada Bank yang diikutsertakan kembali dalam kegiatan SKNBI, PKN menyampaikan
surat pemberitahuan kepada Kantor Pusat Peserta, UUS atau Kantor Cabang Peserta
dari Bank yang kantor pusatnya berkedudukan di luar negeri mengenai pengikutsertaan
278
Lampiran 7
kembali dalam kegiatan SKNBI, pada tanggal pengikutsertaan kembali.
4. Pemberitahuan mengenai pengikutsertaan kembali dalam kegiatan SKNBI kepada
seluruh kantornya yang menjadi Peserta merupakan tanggung jawab dari kantor pusat
Peserta, UUS atau kantor cabang Peserta dari Bank yang kantor pusatnya berkedudukan
di luar negeri sebagaimana dimaksud pada angka 3.
5. PKN menyediakan informasi melalui SSK mengenai pengikutsertaan kembali tersebut
pada tanggal pengikutsertaan kembali, segera setelah berakhirnya batas waktu
penyediaan pendanaan awal (prefund). Informasi tersebut dapat diakses oleh seluruh
Bank melalui TPK on-line untuk diteruskan kepada seluruh kantornya yang menjadi
Peserta, dan oleh seluruh PKL melalui KPK untuk diteruskan kepada seluruh Peserta di
Wilayah Kliring yang bersangkutan.
D. Pengikutsertaan kembali Peserta yang dihentikan sementara karena Peserta dikenakan sanksi
administratif berupa penghentian sementara dalam kegiatan SKNBI.
1. Pengikutsertaan kembali dilakukan apabila:
a. Bank telah memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (3),
Pasal 64 ayat (3), Pasal 65 ayat (3), Pasal 66 ayat (3) atau Pasal 86 ayat (2) huruf
c PBI SKNBI; dan
b. Bank telah menyediakan pendanaan awal (prefund) untuk Kliring Debet dan
Kliring Kredit sesuai dengan jadwal penyediaan pendanaan awal (prefund).
2. Dengan pengikutsertaan kembali, seluruh kantor Bank tersebut yang menjadi Peserta
dapat melakukan kembali seluruh kegiatan dalam Kliring Debet dan Kliring Kredit.
3. Kepada Bank yang diikutsertakan kembali dalam kegiatan SKNBI, PKN menyampaikan
surat pemberitahuan kepada kantor pusat Peserta, UUS atau kantor cabang Peserta
dari Bank yang kantor pusatnya berkedudukan di luar negeri mengenai pengikutsertaan
kembali dalam kegiatan SKNBI, pada tanggal pengikutsertaan kembali.
4. Pemberitahuan mengenai pengikutsertaan kembali dalam kegiatan SKNBI kepada
seluruh kantornya yang menjadi Peserta merupakan tanggung jawab dari kantor pusat
Peserta, UUS atau kantor cabang Peserta dari Bank yang kantor pusatnya berkedudukan
di luar negeri sebagaimana dimaksud pada angka 3.
5. PKN menyediakan informasi melalui SSK mengenai pengikutsertaan kembali tersebut
pada tanggal pengikutsertaan kembali, segera setelah berakhirnya batas waktu
penyediaan pendanaan awal (prefund). Informasi tersebut dapat diakses oleh seluruh
Bank melalui TPK on-line untuk diteruskan kepada seluruh kantornya yang menjadi
Peserta, dan oleh seluruh PKL melalui KPK untuk diteruskan kepada seluruh Peserta di
279
Lampiran 7
Wilayah Kliring yang bersangkutan.
E. Pengikutsertaan kembali Peserta yang dihentikan sementara karena permintaan dari Peserta.
1. Dalam hal Peserta menetapkan batas waktu penghentian sementara, pengikutsertaan
kembali dilakukan secara otomatis setelah batas
waktu penghentian sementara yang ditetapkan berakhir dan sepanjang Bank telah
menyediakan pendanaan awal (prefund) untuk Kliring Debet dan Kliring Kredit sesuai
dengan jadwal penyediaan pendanaan awal (prefund).
2. Dalam hal Peserta tidak menetapkan batas waktu penghentian sementara,
pengikutsertaan kembali dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Kantor pusat Peserta, UUS, atau kantor cabang Peserta dari Bank yang kantor
pusatnya berkedudukan di luar negeri (selanjutnya disebut Bank pemohon)
menyampaikan surat permohonan kepada PKN mengenai pengikutsertaan
kembali sebagian atau seluruh kantornya yang menjadi Peserta dalam kegiatan
SKNBI. Surat permohonan dimaksud diajukan kepada Bagian Penyelenggaraan
Setelmen c.q. PKN - Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran, Bank Indonesia,
Gedung D Lantai 3, Jalan MH. Thamrin No. 2 Jakarta 10350. Surat permohonan
tersebut harus sudah diterima oleh PKN paling lambat 6 (enam) hari kerja
sebelum tanggal efektif pengikutsertaan kembali. Tembusan surat permohonan
disampaikan juga kepada masing-masing PKL dimana kantor Bank yang akan
diikutsertakan kembali terdaftar sebagai Peserta.
b. Surat permohonan sebagaimana dimaksud pada huruf a sekurang-kurangnya
memuat informasi sebagai berikut:
1) alasan pengikutsertaan kembali dalam kegiatan SKNBI;
2) daftar kantor Peserta yang akan diikutsertakan kembali dalam kegiatan
SKNBI; dan
3) tanggal efektif pengikutsertaan kembali dalam kegiatan SKNBI.
c. Dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah surat permohonan
diterima secara lengkap, PKN menyampaikan secara tertulis persetujuan kepada
Bank pemohon dengan tembusan kepada PKL dimana kantor Bank yang akan
diikutsertakan kembali terdaftar sebagai Peserta.
d. Surat persetujuan sebagaimana dimaksud pada huruf c antara lain memuat
informasi sebagai berikut:
1) Persetujuan pengikutsertaan kembali sebagian atau seluruh kantornya
yang menjadi Peserta dalam kegiatan SKNBI.
280
Lampiran 7
2) Tanggal efektif pengikutsertaan kembali dalam kegiatan SKNBI.
e. PKN menginformasikan kepada seluruh PKL dimana terdapat kantor Peserta yang
akan diikutsertakan kembali dalam kegiatan SKNBI, paling lambat 2 (dua) hari
kerja sebelum tanggal efektif pengikutsertaan kembali.
f. PKL sebagaimana dimaksud pada huruf e menginformasikan kepada seluruh
Peserta lainnya mengenai pengikutsertaan kembali Peserta tersebut paling
lambat 1 (satu) hari kerja sebelum tanggal efektif pengikutsertaan kembali.
g. Peserta yang disetujui untuk diikutsertakan kembali dalam kegiatan SKNBI, harus
mengumumkan kepada nasabahnya mengenai pengikutsertaan kembali kantor
yang bersangkutan dalam kegiatan SKNBI, paling lambat 1 (satu) hari kerja
sebelum tanggal efektif pengikutsertaan kembali.
3. Dengan pengikutsertaan kembali, Peserta tersebut dapat melakukan kembali seluruh
kegiatan dalam Kliring Debet dan Kliring Kredit.
F. Pengikutsertaan kembali Peserta yang dihentikan sementara karena Keadaan Darurat di lokasi
Peserta yang mengakibatkan Peserta tidak dapat mengikuti kegiatan SKNBI.
1. Dalam hal Peserta menetapkan batas waktu penghentian sementara, pengikutsertaan
kembali dilakukan secara otomatis setelah batas waktu penghentian sementara yang
ditetapkan berakhir dan sepanjang Bank menyediakan pendanaan awal (prefund) untuk
Kliring Debet dan Kliring Kredit sesuai dengan jadwal penyediaan pendanaan awal
(prefund).
2. Dalam hal Peserta tidak menetapkan batas waktu penghentian sementara,
pengikutsertaan kembali dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Setelah Keadaan Darurat berakhir, Peserta menyampaikan permohonan secara
tertulis kepada PKL mengenai pengikutsertaan kembali sebagian atau seluruh
kantornya yang sebelumnya dihentikan sementara karena mengalami Keadaan
Darurat.
b. Surat permohonan sebagaimana dimaksud pada huruf a sekurang-kurangnya
memuat informasi sebagai berikut:
1) alasan pengikutsertaan kembali, yaitu karena Keadaan Darurat telah
berakhir;
2) daftar kantor Peserta yang akan diikutsertakan kembali dalam kegiatan
SKNBI; dan
3) rencana tanggal efektif pengikutsertaan kembali dalam kegiatan SKNBI.
c. Dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah surat permohonan
281
Lampiran 7
diterima secara lengkap, PKL menyampaikan secara tertulis persetujuan kepada
Peserta yang bersangkutan
dengan tembusan kepada PKN. Dalam hal penyelenggara SKNBI adalah PKL Selain
BI, maka tembusan surat persetujuan juga disampaikan kepada PKL BI yang
mewilayahi PKL Selain BI.
d. Surat persetujuan sebagaimana dimaksud pada huruf c antara lain memuat
informasi sebagai berikut:
1) persetujuan pengikutsertaan kembali sebagian atau seluruh kantornya
yang menjadi Peserta dalam kegiatan SKNBI.
2) tanggal efektif pengikutsertaan kembali dalam kegiatan SKNBI.
e. PKL menginformasikan kepada seluruh Peserta lainnya mengenai
pengikutsertaan kembali Peserta tersebut paling lambat 1 (satu) hari kerja
sebelum tanggal efektif pengikutsertaan kembali.
f. Peserta yang disetujui untuk diikutsertakan kembali dalam kegiatan SKNBI, harus
mengumumkan kepada nasabahnya mengenai pengikutsertaan kembali kantor
yang bersangkutan dalam kegiatan SKNBI, paling lambat 1 (satu) hari kerja
sebelum tanggal efektif pengikutsertaan kembali.
g. Dengan pengikutsertaan kembali, Peserta tersebut dapat melakukan kembali
seluruh kegiatan dalam Kliring Debet dan Kliring Kredit.
G. Pengikutsertaan kembali Peserta yang dihentikan sementara dalam Kliring Debet karena
Warkat Debetnya tertolak oleh mesin baca pilah dan mengakibatkan terganggunya
operasional Kliring Debet di Wilayah Kliring yang bersangkutan.
1. Pengikutsertaan kembali ditetapkan oleh PKL apabila masalah yang mengakibatkan
tertolaknya Warkat Debet Peserta secara terus menerus telah teratasi dan
dibuktikan dengan hasil uji Warkat Debet oleh PKL dan Bank telah menyediakan
pendanaan awal (prefund) untuk Kliring Debet dan Kliring Kredit sesuai dengan jadwal
penyediaan pendanaan awal (prefund).
2. PKL menyampaikan surat pemberitahuan kepada Peserta yang bersangkutan mengenai
pengikutsertaan kembali dalam kegiatan Kliring Debet paling lambat pada tanggal yang
sama dengan tanggal pengikutsertaan kembali yang ditetapkan PKL sebagaimana
dimaksud pada angka 1.
3. PKL memberitahukan kepada seluruh Peserta lainnya mengenai pengikutsertaan
kembali Peserta tersebut paling lambat 1 (satu) hari kerja sebelum tanggal
pengikutsertaan kembali yang ditetapkan PKL sebagaimana dimaksud pada angka 1.
282
Lampiran 7
4. Dengan pengikutsertaan kembali, Peserta yang bersangkutan dapat melakukan kembali
seluruh kegiatan dalam Kliring Debet.
283
Lampiran 7
BAB XII
KONDISI GANGGUAN DAN KEADAAN DARURAT
A. Kondisi Gangguan dan Keadaan Darurat di PKN
1. Kondisi Gangguan pada SSK Utama
a. Dalam hal terjadi gangguan pada SSK Utama sehingga PKN tidak dapat
menggunakan SSK Utama, maka PKN menggunakan SSK Back-up.
b. PKN memberitahukan kondisi gangguan SSK Utama dan berfungsinya SSK Utama
dan/atau SSK Back-up kepada seluruh PKL BI dan Peserta melalui sarana lainnya
yang tersedia. Berdasarkan pemberitahuan tersebut, PKL BI meneruskan
informasi dimaksud kepada PKL Selain BI yang berada di wilayah kerjanya melalui
sarana komunikasi yang tersedia. Pemberitahuan tersebut juga termasuk
informasi mengenai gangguan pada SSK Utama yang tidak memerlukan
pengalihan ke SSK Back-up.
c. Dalam hal terjadi kondisi sebagaimana dimaksud pada huruf a, maka:
1) langkah-langkah yang harus dilakukan oleh Peserta yang menggunakan
TPK on-line yaitu:
a) melakukan query terhadap status batch DKE Debet dan/atau DKE
Kredit yang telah dikirim ke SSK; dan
b) melakukan pengiriman ulang dalam hal terdapat batch DKE Debet
dan/atau DKE Kredit yang masih berstatus “BELUM TERKIRIM”;
2) langkah-langkah yang harus dilakukan oleh PKL yaitu:
a) melakukan query terhadap status batch DKE Debet, DKE Kredit, BSK
Penyerahan, BSK Pengembalian, dan BSK Debet yang telah dikirim
oleh PKL ke SSK;
b) melakukan pengiriman ulang apabila terdapat batch DKE Debet, DKE
Kredit, BSK Penyerahan, BSK Pengembalian, dan BSK Debet yang
masih berstatus “BELUM TERKIRIM”.
d. Dalam hal terjadi kondisi gangguan terhadap SSK Utama sebagaimana dimaksud
pada huruf a, PKN dapat melakukan perubahan jadwal penyelenggaraan kegiatan
SKNBI. Perubahan jadwal tersebut diberitahukan oleh PKN kepada seluruh PKL
dan Peserta melalui pengumuman atau sarana komunikasi yang tersedia.
2. Kondisi Gangguan pada SSK Utama dan SSK Back-up atau Keadaan Darurat di Lokasi PKN
Dalam hal terjadi kondisi gangguan pada SSK Utama dan SSK Back-up atau Keadaan
Darurat di lokasi PKN, berlaku ketentuan sebagai berikut:
284
Lampiran 7
a. PKN segera memberitahukan kondisi tersebut serta langkah-langkah yang akan
dilakukan kepada:
1) seluruh PKL melalui sarana komunikasi yang tersedia untuk diteruskan
kepada seluruh Peserta di Wilayah Kliring yang bersangkutan; dan
2) seluruh Peserta yang memiliki TPK on-line melalui sarana komunikasi
tersedia, untuk diteruskan kepada seluruh kantornya yang menjadi
Peserta.
b. PKN menerapkan DRP atau BCP dengan melakukan salah satu atau lebih hal-hal
sebagai berikut:
1) Menetapkan penyelenggaraan Kliring Kredit di masing-masing Wilayah
Kliring oleh PKL dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Transfer kredit yang dikliringkan hanya transfer kredit dari dan
untuk Peserta di Wilayah Kliring yang bersangkutan.
b) Peserta yang menggunakan TPK off-line dan dalam kondisi normal
melakukan pengiriman DKE Kredit secara sentralisasi melalui
kantornya yang menggunakan TPK on-line, mengkliringkan transfer
kredit dengan menyampaikan DKE Kredit kepada PKL dengan
menggunakan media rekam data elektronis.
c) Peserta sebagaimana dimaksud pada huruf b) harus memperhatikan
agar tidak terjadi pengiriman ganda akibat DKE Kredit yang sama
dikirimkan kepada PKL dan kantor Peserta lainnya yang memiliki TPK
on-line.
2) Menetapkan jadwal penyampaian BSK Debet lokal dan BSK Kredit lokal dari
KPK ke Sistem BI-RTGS.
3) Menetapkan pelaksanaan Penyelesaian Akhir hasil Kliring Debet dan Kliring
Kredit dilakukan tanpa memperhitungkan pendanaan awal (prefund),
dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Untuk Wilayah Kliring yang diselenggarakan oleh PKL BI,
Penyelesaian Akhir dilakukan oleh masing-masing PKL BI melalui
terminal Sistem BI-RTGS berdasarkan BSK Debet dan BSK Kredit di
Wilayah Kliring yang bersangkutan.
b) Untuk Wilayah Kliring yang diselenggarakan oleh PKL Selain BI,
Penyelesaian Akhir dilakukan oleh PKL BI yang mewilayahi melalui
terminal Sistem BI-RTGS berdasarkan BSK Debet dan BSK Kredit yang
285
Lampiran 7
disampaikan oleh PKL Selain BI kepada PKL BI yang mewilayahi.
c) Penyampaian BSK Debet dan BSK Kredit kepada PKL BI sebagaimana
dimaksud pada huruf b) disampaikan melalui sarana sebagai berikut:
(1) teleks;
(2) i-teleks; atau
(3) telepon dan faksimili, yang disertai dengan angka rahasia.
c. PKL di Wilayah Kliring On-line Otomasi dapat menerapkan hal-hal sebagai berikut:
1) melakukan pembatasan volume Warkat Debet, DKE Debet dan/atau DKE
Kredit yang dapat dikliringkan; dan
2) penyampaian DKE Debet dan DKE Kredit dari Peserta kepada PKL
menggunakan media rekam data elektronis.
d. Dalam hal kondisi gangguan pada SSK Utama dan SSK Back-up atau Keadaan
Darurat di lokasi PKN telah teratasi, PKN segera memberitahukan kepada PKL dan
Peserta melalui sarana lainnya yang tersedia.
e. Dalam hal PKN tidak menetapkan hal-hal sebagaimana dimaksud pada butir b.2)
dan butir b.3) maka setelah kondisi kembali normal berlaku ketentuan sebagai
berikut:
1) langkah-langkah yang harus dilakukan oleh Peserta yang menggunakan
TPK on-line yaitu:
a) melakukan query terhadap status batch DKE Debet dan/atau DKE
Kredit yang telah dikirim ke SSK; dan
b) melakukan pengiriman ulang dalam hal terdapat batch DKE Debet
dan/atau DKE Kredit yang masih berstatus “BELUM TERKIRIM”.
2) langkah-langkah yang harus dilakukan oleh PKL yaitu:
a) melakukan query terhadap status batch DKE Debet, DKE Kredit, BSK
penyerahan, BSK pengembalian, dan BSK Debet yang telah dikirim
oleh PKL ke SSK; dan
b) melakukan pengiriman dan/atau pengiriman ulang ke SSK dalam hal
terdapat batch DKE Debet, DKE Kredit, BSK penyerahan, BSK
pengembalian, dan BSK Debet yang belum dikirim ke SSK dan/atau
sudah dikirim ke SSK namun masih berstatus “BELUM TERKIRIM”.
B. Kondisi Gangguan dan Keadaan Darurat di PKL
1. Kondisi Gangguan pada KPK Utama
Dalam hal terjadi gangguan pada KPK Utama sehingga PKL tidak dapat menggunakan
286
Lampiran 7
KPK Utama, PKL menggunakan KPK Back-up.
2. Kondisi Gangguan pada KPK Utama dan KPK Back-Up atau Keadaan Darurat di Lokasi
PKL
Dalam hal terjadi kondisi gangguan pada KPK Utama dan KPK Back-up, atau Keadaan
Darurat di lokasi PKL, berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. PKL segera memberitahukan kondisi tersebut serta langkah-langkah yang akan
diambil kepada PKN dan Peserta melalui pengumuman dan/atau sarana
komunikasi lainnya yang tersedia.
b. PKL menerapkan DRP atau BCP dengan melakukan salah satu atau lebih hal-hal
sebagai berikut:
1) Melakukan pemindahan lokasi penyelenggaraan SKNBI ke lokasi lain yang
ditetapkan oleh PKL.
2) Melakukan perubahan jadwal Kliring Debet di Wilayah Kliring yang
bersangkutan.
3) Melakukan pembatasan jumlah Peserta yang dapat mengikuti
penyelenggaraan SKNBI di Wilayah Kliring yang bersangkutan, misalnya 1
(satu) Bank hanya dapat diwakili oleh 1 (satu) kantor Bank saja. Dalam hal
ini, Peserta di Wilayah Kliring tersebut diharapkan dapat melakukan in
house clearing untuk transaksi antar kantornya dan melakukan rekonsiliasi
atas transaksi yang akan disampaikan ke PKL dan/atau Peserta lainnya.
4) Dihapus.
5) Mengubah mekanisme penyelenggaraan Kliring Debet untuk Wilayah
Kliring On-line Otomasi, Wilayah Kliring On-line Manual, Wilayah Kliring
Off-line Otomasi dan Off-line Manual menjadi penyelenggaraan Kliring
Debet yang perhitungannya dilakukan secara manual berdasarkan
informasi yang tercantum pada Warkat Debet.
6) Untuk Wilayah Kliring Off-line Otomasi, meniadakan fasilitas penerusan
DKE Kredit dari Peserta ke SSK atau dari SSK ke Peserta dan Peserta hanya
dapat mengirimkan DKE Kredit kepada PKN melalui kantor Peserta lainnya
dari Bank yang bersangkutan yang memiliki TPK on-line.
c. Dengan memperhatikan risiko yang mungkin terjadi dalam penyelenggaraan
SKNBI, PKN dapat menetapkan pelaksanaan Penyelesaian Akhir hasil Kliring
Debet di Wilayah Kliring tersebut dilakukan tanpa memperhitungkan pendanaan
awal (prefund), dengan ketentuan sebagai berikut:
287
Lampiran 7
1) Untuk Wilayah Kliring yang diselenggarakan oleh PKL BI, Penyelesaian
Akhir dilakukan oleh masing-masing PKL BI melalui terminal Sistem BI-RTGS
berdasarkan BSK Debet dan BSK Kredit di Wilayah Kliring yang
bersangkutan.
2) Untuk Wilayah Kliring yang diselenggarakan oleh PKL Selain BI,
Penyelesaian Akhir dilakukan oleh PKL BI yang mewilayahi melalui terminal
Sistem BI-RTGS berdasarkan BSK Debet dan BSK Kredit yang disampaikan
oleh PKL Selain BI kepada PKL BI yang mewilayahi.
3) Penyampaian BSK Debet dan BSK Kredit kepada PKL BI sebagaimana
dimaksud pada angka 2) disampaikan melalui sarana sebagai berikut:
a) teleks;
b) i-teleks; atau
c) telepon dan faksimili, yang disertai dengan angka rahasia.
d. Dalam hal kondisi gangguan pada KPK Utama dan KPK Back-up, atau Keadaan
Darurat di lokasi PKL telah berjalan dengan normal, PKL segera memberitahukan
kepada PKN dan Peserta melalui pengumuman dan/atau sarana komunikasi
lainnya yang tersedia.
e. Dalam hal tidak dilakukan hal-hal sebagaimana dimaksud butir b.4) dan huruf c,
maka setelah kondisi kembali normal langkah-langkah yang harus dilakukan oleh
PKL yaitu:
1) melakukan query terhadap status batch DKE Debet, DKE Kredit, BSK
penyerahan, BSK pengembalian, dan BSK Debet yang telah dikirim oleh PKL
ke SSK; dan
2) melakukan pengiriman dan/atau pengiriman ulang ke SSK dalam hal
terdapat batch DKE Debet, DKE Kredit, BSK penyerahan, BSK
pengembalian, dan BSK Debet yang belum dikirim ke SSK dan/atau sudah
dikirim ke SSK namun masih berstatus “BELUM TERKIRIM”.
3. Dalam hal terjadi kondisi gangguan dan/atau Keadaan Darurat di lokasi PKL
sebagaimana dimaksud pada angka 1 atau angka 2 yang menyebabkan perpanjangan
window time SSK, PKL dapat mengajukan permohonan tertulis mengenai perpanjangan
window time tersebut kepada PKN.
C. Kondisi Gangguan dan Keadaan Darurat di Peserta
1. Kondisi Gangguan terhadap TPK Utama
Dalam hal terjadi gangguan terhadap TPK Utama sehingga Peserta tidak dapat
288
Lampiran 7
menggunakan TPK Utama, maka Peserta menggunakan TPK Back-up.
2. Kondisi gangguan terhadap TPK Utama dan TPK Back-up atau Keadaan Darurat di Lokasi
Peserta
Dalam hal terjadi kondisi gangguan terhadap TPK Utama dan TPK Back-up atau
Keadaan Darurat di lokasi Peserta, Peserta melakukan langkah-langkah sesuai dengan
DRP dan BCP yang ditetapkan oleh Peserta bersangkutan serta segera memberitahukan
kondisi tersebut kepada PKL di Wilayah Kliring yang bersangkutan.
3. Dalam hal terjadi kondisi gangguan dan/atau Keadaan Darurat di lokasi Peserta
sebagaimana dimaksud pada angka 1 dan angka 2, Peserta dapat mengajukan
permohonan perpanjangan window time untuk:
a. Kliring Debet kepada PKL yang mewilayahinya; dan/atau
b. Kliring Kredit kepada:
1) PKL yang mewilayahi, untuk Peserta yang berada di Wilayah Kliring Off-line
Otomasi dan Off-line Manual; atau
2) PKN, untuk Peserta yang berada di Wilayah Kliring On-line Otomasi dan
On-line Manual.
D. Kondisi Gangguan pada JKD dari KPK ke SSK
1. Kondisi gangguan pada JKD Utama dari KPK ke SSK
a. Dalam hal terjadi kondisi gangguan pada JKD Utama dari KPK ke SSK maka PKL
menggunakan JKD Back-up.
b. Dalam hal terjadi kondisi sebagaimana dimaksud pada huruf a, maka langkah-
langkah yang harus dilakukan oleh PKL yaitu:
1) melakukan query terhadap status batch DKE Debet, DKE Kredit, BSK
penyerahan, BSK pengembalian, dan BSK Debet yang telah dikirim oleh PKL
ke SSK;
2) melakukan pengiriman dan/atau pengiriman ulang ke SSK dalam hal
terdapat batch DKE Debet, DKE Kredit, BSK penyerahan, BSK
pengembalian, dan BSK Debet yang belum dikirim ke SSK dan/atau sudah
dikirim ke SSK namun masih berstatus “BELUM TERKIRIM”; dan
3) menginformasikan kepada PKN apabila pengalihan JKD Utama ke JKD Back-
up tidak berhasil.
2. Kondisi gangguan pada JKD Utama dan JKD Back-up dari KPK ke SSK
Dalam hal terjadi kondisi gangguan pada JKD Utama dan JKD Back-up dari KPK ke SSK di
suatu Wilayah Kliring, berlaku ketentuan sebagai berikut:
289
Lampiran 7
a. PKL segera memberitahukan kondisi tersebut serta langkah-langkah yang akan
dilakukan kepada PKN melalui sarana komunikasi yang tersedia.
b. Dengan memperhatikan risiko yang mungkin terjadi dalam penyelenggaraan
SKNBI, PKN dapat menetapkan pelaksanaan Penyelesaian Akhir hasil Kliring
Debet di Wilayah Kliring sebagai berikut:
1) Penyelesaian Akhir hasil Kliring Debet dilakukan tanpa memperhitungkan
pendanaan awal (prefund), dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Untuk Wilayah Kliring yang diselenggarakan oleh PKL BI,
Penyelesaian Akhir dilakukan oleh PKL BI melalui terminal Sistem BI-
RTGS berdasarkan BSK Debet di Wilayah Kliring yang bersangkutan.
b) Untuk Wilayah Kliring yang diselenggarakan oleh PKL Selain BI,
Penyelesaian Akhir dilakukan oleh PKL BI yang mewilayahi melalui
terminal Sistem BI-RTGS berdasarkan BSK Debet yang disampaikan
oleh PKL Selain BI kepada PKL BI yang mewilayahi.
c) Penyampaian BSK Debet kepada PKL BI sebagaimana dimaksud pada
huruf b) disampaikan melalui sarana sebagai berikut:
(1) teleks;
(2) i-teleks; atau
(3) telepon dan faksimili, yang disertai dengan angka rahasia.
2) Penyelesaian Akhir hasil Kliring Debet dilakukan dengan memperhitungkan
pendanaan awal (prefund), dengan ketentuan sebagai berikut:
a) PKL menyampaikan BSK Debet kepada PKN;
b) Penyampaian BSK Debet kepada PKN sebagaimana dimaksud pada
huruf a) disampaikan melalui sarana sebagai berikut:
(1) teleks;
(2) i-teleks; atau
(3) telepon dan faksimili, yang disertai dengan angka rahasia.
c. PKL dapat meniadakan fasilitas penerusan DKE Kredit dari Peserta ke SSK dan dari
SSK ke Peserta. Selanjutnya Peserta hanya dapat mengirimkan DKE Kredit kepada
PKN melalui kantor Peserta lainnya dari Bank yang bersangkutan yang memiliki
TPK on-line.
d. Dalam hal PKN tidak menetapkan hal-hal sebagaimana dimaksud pada huruf b
maka setelah kondisi kembali normal PKL harus melakukan langkah-langkah
sebagai berikut:
290
Lampiran 7
1) melakukan query terhadap status batch DKE Debet, DKE Kredit, BSK
penyerahan, BSK pengembalian, dan BSK Debet yang telah dikirim oleh PKL
ke SSK; dan
2) melakukan pengiriman dan/atau pengiriman ulang ke SSK dalam hal
terdapat batch DKE Debet, DKE Kredit, BSK penyerahan, BSK
pengembalian, dan BSK Debet yang belum dikirim ke SSK dan/atau sudah
dikirim ke SSK namun masih berstatus “BELUM TERKIRIM”.
E. Kondisi Gangguan pada JKD dari TPK On-line ke SSK
1. Kondisi gangguan pada JKD Utama dari TPK On-line ke SSK
a. Dalam hal terjadi kondisi gangguan pada JKD Utama dari TPK on-line ke SSK,
maka Peserta menggunakan JKD Back-up.
b. Peserta segera memberitahukan kondisi sebagaimana dimaksud pada huruf a
kepada PKN melalui sarana komunikasi yang tersedia.
c. Dalam hal terjadi kondisi sebagaimana dimaksud pada huruf a, maka langkah-
langkah yang harus dilakukan oleh Peserta yaitu:
1) melakukan query terhadap status batch DKE Debet dan/atau DKE Kredit
yang telah dikirim ke SSK; dan
2) melakukan pengiriman ulang dalam hal terdapat batch DKE Debet
dan/atau DKE Kredit yang masih berstatus “BELUM TERKIRIM”.
d. Apabila JKD Utama telah berfungsi secara normal, maka Peserta segera
menginformasikan kembali kondisi tersebut kepada PKN melalui TPK on-line atau
sarana komunikasi lainnya.
2. Kondisi gangguan pada JKD Utama dan JKD Back-up dari TPK on-line ke SSK
Dalam hal terjadi kondisi gangguan pada JKD Utama dan JKD Back-up dari TPK on-line ke
SSK, berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. Peserta memberitahukan kondisi tersebut kepada PKN dan PKL melalui sarana
komunikasi yang tersedia.
b. Peserta yang berada di Wilayah Kliring On-line Otomasi dan On-line Manual dapat
mengirimkan DKE Debet dan DKE Kredit secara off-line melalui media rekam data
elektronis kepada PKL di Wilayah Kliring yang bersangkutan.
c. Apabila JKD telah berjalan normal, Peserta memberitahukan kondisi tersebut
kepada PKN dan PKL.
3. Dalam hal terjadi kondisi gangguan sebagaimana dimaksud pada angka 1 atau angka 2
yang dapat menyebabkan perpanjangan window time SSK, Peserta yang menggunakan
291
Lampiran 7
TPK on-line dapat mengajukan permohonan secara tertulis mengenai perpanjangan
window time tersebut kepada PKN.
F. Kondisi Gangguan Pada RTGS Central Computer (RCC) dan/atau SSSS Central Computer (SCC)
1. Dalam hal terjadi kondisi gangguan pada RCC dan/atau SCC yang menyebabkan Bank
tidak dapat melakukan penyediaan pendanaan awal (prefund), maka PKN dapat
menerapkan penyelenggaraan Kliring Kredit dan Kliring Debet tanpa kewajiban
penyediaan pendanaan awal (prefund).
2. Dalam hal terjadi kondisi sebagaimana dimaksud pada angka 1:
a. PKN memberitahukan kondisi tersebut kepada:
1) seluruh PKL melalui KPK atau sarana komunikasi lainnya yang tersedia; dan
2) seluruh Peserta yang memiliki TPK on-line melalui TPK on-line atau sarana
komunikasi lainnya yang tersedia.
b. Penyelesaian Akhir untuk Kliring Debet dan Kliring Kredit dilakukan dengan
membukukan hasil perhitungan Kliring Debet dan Kliring Kredit langsung ke
rekening giro Bank di Bank Indonesia.
c. Seluruh DKE Kredit yang dikirimkan oleh Bank pengirim dan diterima oleh SSK
diperhitungkan dalam Kliring Kredit dan tidak ada yang dibatalkan.
G. Penghentian Sementara Penyelenggaraan SKNBI di suatu Wilayah Kliring
1. Penghentian penyelenggaraan SKNBI oleh PKN
a. Dalam hal terjadi Keadaan Darurat di lokasi PKN, maka PKN dapat menghentikan
untuk sementara penyelenggaraan SKNBI.
b. Sebelum pelaksanaan penghentian sementara penyelenggaraan SKNBI, PKN
segera memberitahukan dengan menggunakan sarana komunikasi yang tersedia
kepada seluruh PKL untuk diteruskan kepada Peserta di Wilayah Kliring yang
bersangkutan.
2. Penghentian penyelenggaraan SKNBI oleh PKL
a. Dalam hal terjadi Keadaan Darurat di lokasi PKL dan langkah-langkah
sebagaimana dimaksud pada butir B.2 tidak dapat dilaksanakan, maka PKL dapat
menghentikan untuk sementara penyelenggaraan SKNBI di Wilayah Kliring yang
bersangkutan.
b. Sebelum pelaksanaan penghentian sementara penyelenggaraan SKNBI, PKL
memberitahukan dengan segera kepada:
1) seluruh Peserta melalui pengumuman atau sarana lainnya;
2) PKN melalui pemberitahuan secara lisan kemudian ditegaskan dengan
292
Lampiran 7
pemberitahuan secara tertulis; dan
3) PKL BI yang mewilayahi melalui pemberitahuan secara lisan yang kemudian
ditegaskan dengan pemberitahuan secara tertulis, dalam hal
penyelenggara adalah PKL Selain BI.
c. Setelah pelaksanaan penghentian untuk sementara penyelenggaraan SKNBI
dilaksanakan, PKL membuat laporan tertulis mengenai pelaksanaan penghentian
sementara tersebut dan disampaikan kepada Bagian Penyelenggaraan Setelmen
c.q. PKN – Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran, Bank Indonesia, Gedung
D Lantai 3, Jalan MH. Thamrin No. 2 Jakarta 10350.
d. Dalam hal penyelenggara adalah PKL Selain BI maka laporan tertulis sebagaimana
dimaksud pada huruf c ditembuskan kepada PKL BI yang mewilayahi.
293
Lampiran 7
BAB XIII
PENGAWASAN
Bank Indonesia melakukan pengawasan terhadap PKN, PKL, Peserta dan Perusahaan Percetakan
Warkat dan Dokumen Kliring (PPWDK) baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pengawasan oleh Bank Indonesia terhadap PKN dan PPWDK merupakan pelaksanaan kewenangan
Bank Indonesia sebagai pengatur (regulator) dan pengawas (overseer) sistem pembayaran.
Pengawasan oleh Bank Indonesia terhadap PKL dan Peserta merupakan pelaksanaan tanggung jawab
PKN yang dilakukan dengan prinsip member certification dengan memperhatikan antara lain aspek
peraturan, risiko dan kepatuhan peserta kepada penyelenggara sebagaimana diatur antara lain
dalam Bab II dan Bab IV Surat Edaran ini. Prinsip member certification juga diterapkan bagi calon
Peserta untuk memastikan kesiapan operasional calon Peserta sebagaimana dimaksud pada Bab III
Surat Edaran ini.
A. Pengawasan terhadap PKN
Pengawasan terhadap PKN diatur dalam ketentuan internal Bank Indonesia.
B. Pengawasan terhadap PPWDK
Pelaksanaan pengawasan terhadap PPWDK dilakukan sesuai dengan ketentuan Bank
Indonesia yang mengatur mengenai warkat, dokumen kliring dan pencetakannya pada
perusahaan percetakan warkat dan dokumen kliring.
C. Pemeriksaan oleh pihak lain
Bank Indonesia sebagai overseer dapat menugaskan pihak lain, yang memiliki keahlian dan
kompetensi antara lain di bidang audit teknologi informasi untuk dan atas nama Bank
Indonesia, untuk melakukan pemeriksaan.
Pihak lain sebagai pemeriksa harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) bukan pihak terafiliasi;
2) memiliki integritas, etika dan tanggung jawab profesi yang tinggi;
3) bersikap independen, jujur dan obyektif;
4) kompeten di bidangnya;
5) menjaga kerahasiaan tentang keterangan dan data yang diperoleh dalam pemeriksaan;
dan
6) berbentuk badan usaha atau badan hukum.
294
Lampiran 7
BAB XIV
PERHITUNGAN BUNGA DAN KOMPENSASI
Sehubungan dengan kewajiban Peserta pengirim dan Peserta penerima dalam penyelenggaraan
Kliring Debet dan Kliring Kredit sebagaimana diatur pada Bab VII dan Bab VIII PBI SKNBI, tata cara
perhitungan bunga dan kompensasi diatur sebagai berikut:
A. Perhitungan Bunga dan Kompensasi dalam Penyelenggaraan Kliring Debet
1. Kompensasi atas keterlambatan mengkliringkan Warkat Debet
a. Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 33 PBI SKNBI, dalam hal Peserta pengirim
menyetujui untuk mengkliringkan Warkat Debet yang diterima dari nasabahnya,
Peserta pengirim wajib mengkliringkan Warkat Debet tersebut melalui Kliring
Debet, dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Untuk Warkat Debet yang diterima sebelum berakhirnya jam pelayanan
nasabah dan Peserta pengirim mempunyai cukup waktu untuk
mengkliringkannya, Peserta pengirim wajib mengkliringkan Warkat Debet
tersebut pada tanggal yang sama dengan tanggal diterimanya Warkat
Debet dari nasabah.
2) Untuk Warkat Debet yang diterima menjelang berakhirnya jam pelayanan
nasabah dan Peserta pengirim tidak mempunyai cukup waktu untuk
mengkliringkan Warkat Debet tersebut, Peserta pengirim wajib
mengkliringkan Warkat Debet tersebut paling lambat pada Kliring Debet
hari kerja berikutnya.
3) Untuk Warkat Debet yang diterima setelah berakhirnya jam pelayanan
nasabah, Peserta pengirim wajib mengkliringkan Warkat Debet tersebut
paling lambat pada Kliring Debet hari kerja berikutnya.
4) Kewajiban mengkliringkan Warkat Debet sebagaimana dimaksud pada
angka 1), angka 2), dan angka 3) dapat dikecualikan sepanjang terdapat
kesepakatan lain antara nasabah dengan Peserta pengirim.
b. Khusus untuk Warkat Debet yang memiliki tanggal jatuh tempo dalam
pembayarannya, maka:
1) kewajiban mengkliringkan Warkat Debet sebagaimana dimaksud pada
huruf a berlaku sepanjang Warkat Debet tersebut telah jatuh tempo pada
saat diterima oleh Peserta pengirim;
2) dalam hal Warkat Debet belum jatuh tempo pada saat diterima oleh
Peserta pengirim, maka Peserta pengirim wajib mengkliringkan Warkat
295
Lampiran 7
Debet tersebut pada tanggal jatuh tempo atau hari kerja berikutnya
setelah tanggal jatuh tempo apabila tanggal jatuh tempo Warkat Debet
adalah hari libur, kecuali terdapat kesepakatan lain antara nasabah dengan
Peserta pengirim.
c. Dalam hal Peserta pengirim tidak mengkliringkan Warkat Debet sesuai dengan
ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, Peserta pengirim
wajib membayar kompensasi kepada nasabah sebesar bunga atas dana yang
seharusnya diterima oleh nasabah, terhitung sejak tanggal Penyelesaian Akhir
Kliring pengembalian apabila Warkat Debet tersebut dikliringkan sesuai dengan
tanggal yang seharusnya sampai dengan tanggal Penyelesaian Akhir Kliring
pengembalian pada saat Warkat Debet tersebut dikliringkan.
d. Bunga sebagaimana dimaksud pada huruf c adalah bunga yang berlaku untuk
jenis rekening nasabah yang menyetorkan Warkat Debet pada Peserta pengirim.
e. Perhitungan periode pembayaran kompensasi sebagaimana dimaksud pada huruf
c adalah berdasarkan hari kalender.
f. Contoh perhitungan kompensasi sebagaimana dimaksud pada huruf c adalah
sebagai berikut:
1) Nasabah menyetorkan Warkat Debet yang telah jatuh tempo pada hari
Jum’at tanggal 8 Juli 2005 dalam jam pelayanan nasabah dimana Peserta
pengirim mempunyai cukup waktu untuk mengkliringkannya pada tanggal
yang sama, namun baru dikliringkan oleh Peserta pengirim pada hari Senin
tanggal 11 Juli 2005.
2) Apabila Penyelesaian Akhir Kliring pengembalian dilakukan pada hari yang
sama dengan Kliring penyerahan yaitu 11 Juli 2005 dan transaksi tersebut
tidak ditolak oleh Peserta penerima, maka Peserta pengirim wajib
memberikan kompensasi selama 3 (tiga) hari, dengan perhitungan sebagai
berikut:
”3 hari x bunga untuk jenis rekening nasabah yang menyetorkan Warkat
Debet x 1/365 x nominal Warkat Debet yang dikliringkan”.
2. Kompensasi atas keterlambatan mengkliringkan Warkat Debet karena Peserta pengirim
melakukan kekeliruan dalam mengkliringkan Warkat Debet
a. Sesuai dengan Pasal 34 PBI SKNBI, dalam hal Peserta pengirim melakukan
kekeliruan yang berakibat:
1) DKE Debet tidak sesuai dengan data pada Warkat Debet yang diterima dari
296
Lampiran 7
nasabah; atau
2) Warkat Debet dikirim tanpa disertai DKE Debet atau sebaliknya;
sehingga Warkat Debet tersebut ditolak atau tidak diterima oleh Peserta
penerima, maka Peserta pengirim wajib mengkliringkan kembali Warkat Debet
tersebut paling lambat pada Kliring Debet hari kerja berikutnya.
b. Dalam hal Peserta pengirim melakukan kekeliruan sebagaimana dimaksud pada
huruf a, Peserta pengirim wajib membayar kompensasi kepada nasabah sesuai
dengan bunga yang berlaku untuk jenis rekening nasabah yang menyetorkan
Warkat Debet, terhitung sejak tanggal Penyelesaian Akhir Kliring pengembalian
pada saat Warkat Debet tersebut dikliringkan dan terjadi kekeliruan sampai
dengan tanggal Penyelesaian Akhrir Kliring pengembalian pada saat Peserta
pengirim mengkliringkan kembali Warkat Debet tersebut dengan benar.
c. Perhitungan periode pembayaran kompensasi sebagaimana dimaksud pada huruf
b adalah berdasarkan hari kalender.
d. Contoh perhitungan kompensasi sebagaimana dimaksud pada huruf b adalah
sebagai berikut:
1) Nasabah menyetorkan Warkat Debet yang telah jatuh tempo pada tanggal
14 Juli 2005 dalam jam pelayanan nasabah dan dikliringkan oleh Peserta
pengirim pada tanggal yang sama, namun Warkat Debet dan DKE Debet
tersebut ditolak karena DKE Debet tidak sesuai dengan Warkat Debet.
Peserta pengirim kemudian mengkliringkan kembali Warkat Debet
tersebut pada tanggal 15 Juli 2005.
2) Apabila Penyelesaian Akhir Kliring pengembalian dilakukan pada hari yang
sama dengan Kliring penyerahan, maka atas keterlambatan karena
kekeliruan tersebut, Peserta pengirim wajib memberikan kompensasi
selama 1 (satu) hari, dengan perhitungan sebagai berikut :
”1 hari x bunga untuk jenis rekening nasabah yang menyetorkan Warkat
Debet x 1/365 x nominal Warkat Debet yang dikliringkan”.
3. Kompensasi atas keterlambatan pengkreditan rekening nasabah atas Warkat Debet
yang telah dikliringkan dan tidak ditolak oleh Peserta penerima
a. Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 36 PBI SKNBI, dalam hal tidak terjadi
penolakan oleh Peserta penerima terhadap Warkat Debet yang dikliringkan oleh
Bank Peserta pengirim, Bank Peserta pengirim wajib mengkredit dana tersebut ke
rekening nasabahnya:
297
Lampiran 7
1) pada tanggal valuta yang sama dengan tanggal Kliring pengembalian; atau
2) paling lambat pukul 09.00 waktu setempat hari kerja berikutnya dengan:
a) menggunakan tanggal valuta hari kerja sebelumnya; atau
b) menggunakan tanggal valuta hari kerja berikutnya tersebut dengan
memberikan bunga kepada nasabahnya sejak tanggal Penyelesaian
Akhir Kliring pengembalian sampai tanggal pengkreditan rekening
nasabah dimaksud.
b. Dalam hal Bank Peserta pengirim tidak melakukan pengkreditan sebagaimana
dimaksud pada huruf a, Bank Peserta pengirim wajib membayar kompensasi
kepada nasabahnya sebesar bunga dari dana yang seharusnya diterima oleh
nasabah, terhitung sejak tanggal Penyelesaian Akhir Kliring pengembalian sampai
tanggal pengkreditan rekening nasabah, dengan tingkat bunga yang berlaku
untuk jenis rekening nasabah pada Bank Peserta pengirim ditambah dengan
tingkat kompensasi sebesar 200 (dua ratus) basis poin.
c. Perhitungan periode pembayaran bunga sebagaimana dimaksud pada huruf b
adalah berdasarkan hari kalender.
d. Contoh perhitungan bunga dan kompensasi sebagaimana dimaksud pada huruf b
adalah sebagai berikut:
1) Nasabah menyetorkan Warkat Debet pada tanggal 18 Juli 2005 dalam jam
pelayanan nasabah dan dikliringkan oleh Peserta pengirim pada tanggal
yang sama dan tidak ditolak oleh Peserta penerima. Penyelesaian Akhir
Kliring pengembalian di Wilayah Kliring tersebut dilakukan pada tanggal
yang sama dengan Kliring penyerahan.
2) Apabila rekening nasabah baru dikredit pada tanggal valuta 20 Juli 2005
maka Peserta pengirim wajib memberikan bunga selama 2 (dua) hari
ditambah dengan tingkat kompensasi, dengan perhitungan sebagai
berikut: ”2 hari x (bunga untuk jenis rekening nasabah + 2)% x 1/365 x
nominal Warkat Debet yang dikliringkan”.
4. Kompensasi Atas Warkat Debet yang Tertolak Oleh Mesin Baca Pilah
a. Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 37 PBI SKNBI, dalam hal Warkat Debet
tertolak (reject) oleh mesin baca pilah karena faktor-faktor tertentu yang
disebabkan oleh Peserta pengirim dan atau Peserta penerima sebagaimana
dimaksud dalam Bab XV mengenai Sanksi dan menyebabkan Warkat Debet
tersebut tidak diproses oleh PKL, maka Peserta pengirim dan atau Peserta
298
Lampiran 7
penerima wajib membayar kompensasi kepada nasabah yang menyetorkan
Warkat Debet sesuai dengan bunga yang berlaku untuk jenis rekening nasabah
tersebut terhitung sejak tanggal Penyelesaian Akhir Kliring pengembalian apabila
Warkat Debet tersebut tidak tertolak oleh mesin baca pilah sampai dengan
tanggal Penyelesaian Akhir Kliring pengembalian pada saat Warkat Debet
tersebut dikliringkan kembali dan tidak tertolak oleh mesin baca pilah.
b. Perhitungan periode pembayaran bunga sebagaimana dimaksud pada huruf a
adalah berdasarkan hari kalender.
c. Contoh perhitungan kompensasi sebagaimana dimaksud pada huruf a adalah
sebagai berikut:
1) Nasabah menyetorkan Warkat Debet pada tanggal 27 Juli 2005 dalam jam
pelayanan nasabah dan dikliringkan oleh Peserta pengirim pada tanggal
yang sama, namun Warkat Debet tertolak (reject) oleh mesin baca pilah
yang mengakibatkan Warkat Debet tidak diproses oleh PKL. Peserta
pengirim kemudian mengkliringkan kembali Warkat Debet tersebut pada
tanggal 28 Juli 2005 dan tidak
tertolak oleh mesin baca pilah. Apabila Penyelesaian Akhir Kliring
pengembalian di Wilayah Kliring tersebut dilakukan pada hari yang sama
dengan Kliring penyerahan maka atas keterlambatan pengkliringan karena
Warkat Debet tertolak oleh mesin baca pilah, Peserta pengirim dan atau
Peserta penerima, yang menyebabkan Warkat Debet ditolak oleh mesin
baca pilah wajib memberikan kompensasi selama 1 (satu) hari, dengan
perhitungan sebagai berikut:
”1 hari x bunga untuk jenis rekening nasabah yang menyetorkan Warkat
Debet x 1/365 x nominal Warkat Debet yang dikliringkan”.
B. Perhitungan bunga dan kompensasi dalam penyelenggaraan Kliring Kredit
1. Bunga atas keterlambatan mengkliringkan perintah transfer kredit
a. Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 39 PBI SKNBI, dalam hal Peserta pengirim
menyetujui untuk mengkliringkan perintah transfer kredit dari nasabahnya,
Peserta pengirim wajib mengkliringkan perintah transfer kredit dalam bentuk
DKE Kredit melalui Kliring Kredit dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Untuk perintah transfer kredit yang diterima sebelum berakhirnya jam
pelayanan nasabah dan Peserta pengirim mempunyai cukup waktu untuk
mengkliringkannya, Peserta pengirim wajib mengkliringkan perintah
299
Lampiran 7
transfer kredit pada tanggal yang sama dengan tanggal diterimanya
perintah transfer kredit dari nasabah.
2) Untuk perintah transfer kredit yang diterima menjelang berakhirnya jam
pelayanan nasabah dan Peserta pengirim
tidak mempunyai cukup waktu untuk mengkliringkan perintah transfer
kredit tersebut, Peserta pengirim wajib mengkliringkan paling lambat pada
Kliring Kredit hari kerja berikutnya.
3) Untuk perintah transfer kredit yang diterima setelah berakhirnya jam
pelayanan nasabah, Peserta pengirim wajib mengkliringkan perintah
transfer kredit tersebut paling lambat pada Kliring Kredit hari kerja
berikutnya.
4) Kewajiban mengkliringkan perintah transfer kredit sebagaimana dimaksud
pada angka 1), angka 2), dan angka 3) dapat dikecualikan sepanjang
terdapat kesepakatan lain antara nasabah dengan Peserta pengirim.
b. Dalam mengkliringkan perintah transfer kredit sebagaimana dimaksud pada
huruf a, pendebetan rekening nasabah pengirim harus dilakukan pada tanggal
yang sama dengan tanggal Peserta pengirim mengkliringkan perintah transfer
kredit tersebut.
c. Dalam hal tanggal pendebetan rekening nasabah lebih awal daripada tanggal
pengkliringan perintah transfer kredit, Peserta pengirim wajib membayar bunga
kepada nasabah sesuai dengan bunga yang berlaku untuk jenis rekening nasabah
yang memberikan perintah transfer kredit pada Peserta pengirim terhitung sejak
tanggal pendebetan rekening nasabah pengirim sampai tanggal Peserta pengirim
mengkliringkan perintah transfer kredit tersebut.
d. Perhitungan periode pembayaran bunga sebagaimana dimaksud pada huruf c
adalah berdasarkan hari kalender.
e. Contoh perhitungan bunga sebagaimana dimaksud pada huruf c adalah sebagai
berikut:
Nasabah memberikan perintah transfer kredit pada hari Jum’at tanggal 8 Juli
2005 dalam jam pelayanan nasabah dimana Peserta pengirim mempunyai cukup
waktu untuk mengkliringkannya pada tanggal yang sama, namun Peserta
pengirim baru mengkliringkan pada hari Senin tanggal 11 Juli 2005. Apabila
rekening nasabah telah didebet pada tanggal 8 Juli 2005, Peserta pengirim wajib
memberikan bunga selama 3 (tiga) hari, dengan perhitungan sebagai berikut:
300
Lampiran 7
”3 hari x bunga untuk jenis rekening nasabah pengirim dana x 1/365 x nominal
dana yang ditransfer”.
2. Bunga atas DKE Kredit yang tidak diproses oleh PKN atau PKL karena kesalahan Peserta
pengirim.
a. Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 40 PBI SKNBI, dalam hal DKE Kredit tidak
diproses oleh PKN atau PKL yang disebabkan oleh alasan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 25 ayat (3) dan Pasal 32 ayat (3) PBI SKNBI maka Peserta pengirim
wajib mengkliringkan kembali perintah transfer kredit tersebut paling lambat
pada Kliring Kredit pada hari kerja berikutnya.
b. Dalam hal terjadi kondisi sebagaimana dimaksud pada huruf a, Peserta pengirim
wajib membayar bunga kepada nasabahnya sesuai dengan bunga yang berlaku
untuk jenis rekening nasabah yang memberikan perintah transfer kredit kepada
Peserta pengirim terhitung sejak tanggal pendebetan rekening nasabah pengirim
sampai tanggal Peserta pengirim mengkliringkan kembali perintah transfer kredit
tersebut.
c. Perhitungan periode pembayaran bunga sebagaimana dimaksud pada huruf b
adalah berdasarkan hari kalender.
d. Contoh perhitungan bunga sebagaimana dimaksud pada huruf c adalah sebagai
berikut:
Nasabah memberikan perintah transfer kredit pada hari Senin tanggal 17
Oktober 2005 dalam jam pelayanan nasabah dan Peserta pengirim
mengkliringkan pada tanggal yang sama. Namun DKE Kredit tersebut tidak
diproses oleh PKN atau PKL karena alasan sebagaimana dimaksud pada huruf a.
Peserta pengirim kemudian mengkliringkan kembali pada hari Selasa tanggal 18
Oktober 2005. Peserta pengirim wajib memberikan bunga selama 1 (satu) hari,
dengan perhitungan sebagai berikut:
”1 hari x bunga untuk jenis rekening nasabah pengirim dana x 1/365 x nominal
dana yang ditransfer”.
3. Bunga atas keterlambatan mengkliringkan perintah transfer kredit karena DKE Kredit
tidak sesuai dengan perintah transfer kredit.
a. Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 41 PBI SKNBI, dalam hal Peserta pengirim
mengkliringkan DKE Kredit yang tidak sesuai dengan perintah transfer kredit yang
dibuat oleh nasabah, Peserta pengirim wajib mengkliringkan kembali DKE Kredit
baru atas beban Peserta pengirim sesuai dengan perintah transfer kredit nasabah
301
Lampiran 7
tanpa menunggu pengembalian dana dari Peserta penerima atau nasabah
Peserta penerima yang tidak berhak paling lambat pada tanggal yang sama
dengan tanggal diketahuinya ketidaksesuaian.
b. Dalam hal terjadi kondisi sebagaimana dimaksud pada huruf a Peserta pengirim
wajib membayar bunga kepada nasabahnya
sesuai dengan bunga yang berlaku untuk jenis rekening nasabah yang
mengirimkan perintah transfer kredit tersebut, terhitung sejak tanggal
pendebetan rekening nasabah sampai tanggal Peserta pengirim mengirimkan
DKE Kredit yang baru.
c. Perhitungan periode pembayaran bunga sebagaimana dimaksud pada huruf c
adalah berdasarkan hari kalender.
d. Contoh perhitungan bunga sebagaimana dimaksud pada huruf c adalah sebagai
berikut:
1) Nasabah memberikan perintah transfer kredit pada tanggal 12 Mei 2005
dan dikliringkan oleh Peserta pengirim pada tanggal yang sama, namun
Peserta pengirim melakukan kesalahan pada pengiriman DKE Kredit yang
mengakibatkan dana ditujukan kepada nasabah yang tidak berhak.
2) Apabila rekening nasabah pengirim telah didebet pada tanggal 12 Mei
2005 dan Peserta baru mengkliringkan DKE Kredit yang baru pada tanggal
19 Mei 2005, maka Peserta pengirim wajib memberikan bunga selama 7
(tujuh) hari, dengan perhitungan sebagai berikut:
”7 hari x bunga untuk jenis rekening nasabah pengirim dana x 1/365 x
nominal dana yang ditransfer”.
4. Bunga atas kesalahan Peserta penerima dalam melakukan penerusan dana.
a. Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 44 PBI SKNBI, dalam hal setelah dilakukan
verifikasi, Peserta penerima mengambil keputusan untuk meneruskan dana
walaupun terdapat perbedaan antara nomor rekening dan nama rekening
penerima dana yang tercantum dalam daftar DKE Kredit yang
diterbitkan oleh PKN dengan nomor rekening dan nama rekening penerima dana
yang tercantum dalam tata usaha Peserta penerima, maka apabila dikemudian
hari terdapat permintaan Peserta pengirim untuk mengembalikan dana, Peserta
penerima wajib mengembalikan dana tersebut sesuai dengan permintaan
Peserta pengirim tanpa menunggu pengembalian dana dari nasabah penerima
yang tidak berhak.
302
Lampiran 7
b. Pengembalian dana kepada Peserta pengirim sebagaimana dimaksud pada huruf
a dilakukan paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak tanggal
permintaan pengembalian dana dari Peserta pengirim.
c. Dalam hal terjadi kondisi sebagaimana dimaksud pada huruf a, Peserta penerima
wajib memberikan bunga kepada Peserta pengirim sesuai dengan tingkat bunga
yang diatur dalam kesepakatan tertulis antar Peserta (Bye-Laws) terhitung sejak
tanggal pengkreditan rekening giro Peserta penerima di Bank Indonesia sampai
tanggal pengembalian dana.
d. Perhitungan periode pembayaran bunga sebagaimana dimaksud pada huruf c
adalah berdasarkan hari kalender.
e. Contoh perhitungan bunga sebagaimana dimaksud pada huruf c adalah sebagai
berikut:
1) Bank Peserta penerima menerima transfer kredit masuk pada tanggal 12
Maret 2005, namun Peserta penerima melakukan kesalahan dalam
melakukan penerusan dana sehingga mengakibatkan dana ditujukan
kepada nasabah yang tidak berhak.
2) Apabila Peserta pengirim meminta Peserta penerima untuk
mengembalikan dana dan Peserta penerima mengembalikan dana pada
tanggal 19 Maret 2005, maka Peserta penerima wajib memberikan bunga
kepada Peserta pengirim selama 7 (tujuh) hari, dengan perhitungan
sebagai berikut:
”7 hari x bunga yang ditetapkan dalam kesepakatan tertulis antar Peserta
(Bye-Laws) x 1/365 x nominal dana yang ditransfer”.
5. Bunga atas kesalahan Peserta penerima dalam pengkreditan dana ke rekening nasabah
penerima dana
a. Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 45 PBI SKNBI, dalam hal Peserta pengirim
telah mengirimkan DKE Kredit sesuai dengan perintah transfer kredit dari
nasabah namun Bank Peserta penerima melakukan pengkreditan dana kepada
nasabah penerima dana yang berbeda dari nasabah penerima dana yang
tercantum dalam daftar DKE Kredit yang diterbitkan oleh PKN, Bank Peserta
penerima wajib menyampaikan dana kepada nasabah penerima dana yang
berhak pada tanggal yang sama dengan tanggal diketahuinya kekeliruan tanpa
menunggu pengembalian dana dari nasabah penerima dana yang tidak berhak.
b. Dalam hal Bank Peserta penerima melakukan pengkreditan dana kepada nasabah
303
Lampiran 7
penerima dana yang berbeda sebagaimana dimaksud pada huruf a, Bank Peserta
penerima wajib membayar bunga kepada nasabah penerima dana yang berhak
sesuai dengan tingkat bunga yang berlaku untuk jenis rekening
nasabah penerima dana tersebut, terhitung sejak tanggal seharusnya rekening
nasabah penerima dana yang berhak dikredit sampai tanggal pelaksanaan
pengkreditan rekening nasabah penerima dana yang berhak tersebut.
c. Perhitungan periode pembayaran bunga sebagaimana dimaksud pada huruf b
adalah berdasarkan hari kalender.
d. Contoh perhitungan bunga dan kompensasi sebagaimana dimaksud pada huruf b
adalah sebagai berikut:
1) Bank Peserta penerima menerima transfer kredit masuk untuk nasabah A
pada tanggal 14 April 2005, namun pengkreditan dilakukan pada rekening
nasabah B.
2) Apabila tanggal Penyelesaian Akhir Kliring Kredit adalah 14 April 2005, dan
Bank Peserta penerima baru mengkredit rekening nasabah A pada tanggal
18 April 2005, maka Bank Peserta penerima wajib memberikan bunga
selama 4 (empat) hari dengan perhitungan sebagai berikut:
”4 hari x bunga untuk jenis rekening nasabah pengirim dana x 1/365 x
nominal dana yang ditransfer”.
6. Bunga dan kompensasi atas keterlambatan pengkreditan rekening nasabah penerima
a. Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 48 PBI SKNBI, Bank Peserta penerima wajib
mengkredit rekening nasabah penerima dana segera setelah Bank Indonesia
melakukan Penyelesaian Akhir Kliring Kredit dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Pengkreditan dilakukan pada tanggal valuta yang sama dengan tanggal
Penyelesaian Akhir Kliring Kredit; atau
2) Paling lambat pukul 09.00 waktu setempat hari kerja berikutnya dengan
menggunakan:
a) tanggal valuta hari kerja sebelumnya; atau.
b) tanggal valuta hari kerja berikutnya tersebut dengan memberikan
bunga kepada nasabah sejak tanggal Penyelesaian Akhir Kliring
Kredit sampai tanggal pengkreditan rekening nasabah.
b. Dalam hal Bank Peserta penerima tidak melakukan pengkreditan sebagaimana
dimaksud pada huruf a, Bank Peserta penerima wajib membayar kompensasi
kepada nasabah sebesar bunga dari dana yang seharusnya diterima oleh
304
Lampiran 7
nasabah, terhitung sejak tanggal Penyelesaian Akhir Kliring Kredit sampai tanggal
pengkreditan rekening nasabah, dengan tingkat bunga yang berlaku untuk jenis
rekening nasabah pada Bank Peserta penerima ditambah dengan tingkat
kompensasi sebesar 200 (dua ratus) basis poin.
c. Perhitungan periode pembayaran bunga sebagaimana dimaksud pada huruf b
adalah berdasarkan hari kalender.
d. Contoh perhitungan bunga dan kompensasi sebagaimana dimaksud pada huruf b
adalah sebagai berikut:
Bank Peserta penerima menerima transfer kredit masuk melalui Kliring Kredit
dimana Penyelesaian Akhir Kliring Kredit dilakukan pada tanggal 14 April 2005,
namun Bank Peserta penerima baru mengkredit rekening nasabah penerima
pada tanggal 16 April 2005 dengan tanggal valuta adalah 16 April 2005. Atas
keterlambatan pengkreditan tersebut, Bank Peserta
penerima wajib memberikan bunga selama 2 (dua) hari ditambah dengan tingkat
kompensasi sebesar 200 (dua ratus) basis poin dengan perhitungan sebagai
berikut:
”2 hari x (bunga untuk jenis rekening penerima dana + 2)% x 1/365 x nominal
dana yang ditransfer”.
305
Lampiran 7
BAB XV
TATA CARA PENGENAAN SANKSI
A. Sanksi Terkait Penolakan Warkat Debet dan DKE Debet pada Saat Kliring Pengembalian
1. Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 71 PBI SKNBI, dalam hal terjadi penolakan atas
Warkat Debet dan/atau DKE Debet yang didasarkan alasan-alasan tertentu, Peserta
pengirim, Peserta penerima, nasabah Peserta pengirim atau nasabah Peserta penerima
dikenakan sanksi administratif berupa kewajiban membayar sebesar Rp100.000,00
(seratus ribu rupiah) per DKE Debet dan/atau Warkat Debet yang ditolak.
2. Alasan penolakan yang dikenakan sanksi administratif berupa kewajiban membayar
serta pihak yang dikenakan sanksi sebagaimana tercantum dalam Lampiran 15.
3. Perhitungan sanksi sebagaimana dimaksud pada angka 1 dilakukan oleh PKN pada
setiap awal bulan atas dasar DKE Debet, baik yang berasal dari PKL atau dari Peserta.
4. Pembebanan sanksi sebagaimana pada angka 3 dilakukan paling lambat pada minggu
pertama bulan berikutnya, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Untuk sanksi yang dikenakan kepada nasabah Peserta, sanksi tersebut
dibebankan oleh PKN kepada Peserta dengan cara mendebet rekening giro
Peserta di Bank Indonesia, untuk selanjutnya Peserta membebankan sanksi
tersebut kepada nasabahnya.
b. Untuk sanksi yang dikenakan kepada Peserta, sanksi tersebut dibebankan oleh
Bank Indonesia kepada Peserta dengan cara mendebet rekening giro Peserta di
Bank Indonesia dan Peserta dilarang membebankan biaya pengenaan sanksi
tersebut kepada nasabahnya, mengingat alasan-alasan penolakan Warkat Debet
atau DKE Debet tersebut disebabkan oleh kekeliruan Peserta.
5. Menerbitkan laporan pembebanan sanksi dalam penyelenggaraan SKNBI sebagaimana
dimaksud pada angka 4 per Peserta dan menyampaikan laporan tersebut kepada
masing-masing Bank Peserta.
6. Dalam hal terjadi kondisi gangguan dan/atau Keadaan Darurat pada SSK, atau adanya
gangguan pada JKD sehingga menyebabkan DKE Debet Kliring pengembalian tidak
dapat dikirim ke SSK, maka Perhitungan dan pembebanan sanksi atas penolakan Warkat
Debet sebagaimana dimaksud pada angka 2 dan penerbitan laporan sebagaimana
dimaksud pada angka 5 dilakukan oleh PKL atas dasar total DKE Debet Kliring
pengembalian yang diterima dari Peserta.
306
Lampiran 7
7. Khusus untuk PKL Selain BI, pembebanan sanksi atas penolakan Warkat Debet
sebagaimana dimaksud pada angka 6 dilakukan oleh PKL BI yang mewilayahi dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. PKL Selain BI menyampaikan daftar pembebanan sanksi administratif atas
penolakan Warkat Debet kepada PKL BI yang mewilayahi melalui sarana sebagai
berikut:
1) teleks
2) i-teleks; atau
3) telepon dan faksimili, yang disertai dengan angka rahasia
b. Daftar pembebanan sanksi administrasi atas penolakan Warkat Debet
sebagaimana dimaksud pada huruf a, disampaikan kepada PKL BI yang
mewilayahi paling lambat pada hari kerja pertama awal bulan berikutnya.
B. Sanksi Terkait Warkat Debet yang Tertolak (reject) oleh Mesin Baca Pilah di Wilayah Kliring
On-line Otomasi dan Wilayah Kliring Off-line Otomasi
1. Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 69 PBI SKNBI, dalam hal Warkat Debet tertolak
oleh mesin baca pilah, dan penolakannya terjadi secara terus menerus selama waktu
tertentu yang mengakibatkan terganggunya operasional Kliring Debet di Wilayah Kliring
tersebut, Peserta pengirim dan/atau Peserta penerima dikenakan sanksi administratif
berupa teguran tertulis sampai dengan penghentian sementara dalam Kliring Debet.
2. Sanksi sebagaimana dimaksud pada angka 1 dikenakan apabila Warkat Debet yang
tertolak (reject) oleh mesin baca pilah disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:
a. Sandi peserta pada MICR code line Warkat Debet tidak dikenal.
b. Salah satu informasi dalam MICR code line pada clear band Warkat Debet tidak
dicantumkan, yang meliputi:
1) nomor Seri Warkat;
2) sandi Bank Peserta;
3) nomor Rekening;
4) sandi Transaksi; dan
5) nominal.
c. Pencantuman informasi dalam bentuk MICR code line pada clear band salah atau
bertumpuk, yang meliputi:
1) Nomor Seri Warkat;
2) Sandi Bank Peserta;
3) Nomor Rekening;
307
Lampiran 7
4) Sandi Transaksi; dan
5) Nominal.
3. Peserta pengirim bertanggung jawab atas tertolaknya Warkat Debet sebagaimana
dimaksud pada angka 1 apabila disebabkan oleh faktor-faktor sebagaimana dimaksud
pada:
a. butir 2.a;
b. butir 2.b.5); dan
c. butir 2.c.5).
4. Peserta penerima bertanggungjawab atas tertolaknya Warkat Debet, sebagaimana
dimaksud pada angka 1 apabila disebabkan oleh faktor-faktor sebagaimana dimaksud
pada:
a. butir 2.b.1) sampai dengan butir 2.b.4); dan
b. butir 2.c.1) sampai dengan butir 2.c.4).
5. Dalam hal Warkat Debet tertolak karena faktor-faktor sebagaimana dimaksud dalam
butir 2.c.1, 2.c.3, 2.c.4 dan 2.c.5, yang terjadi secara terus menerus selama 10 (sepuluh)
hari kerja dan tingkat penolakannya mengakibatkan terganggunya operasional Kliring
Debet di Wilayah Kliring yang bersangkutan, Peserta pengirim dan/atau Peserta
penerima yang bertanggung jawab atas tertolaknya Warkat Debet sebagaimana
dimaksud pada angka 3 dan angka 4, dikenakan sanksi dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. PKL memberikan teguran tertulis kepada Peserta pengirim dan/atau Peserta
penerima.
b. Apabila dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak teguran tertulis sebagaimana
dimaksud pada huruf a Peserta pengirim dan/atau Peserta penerima tidak
melakukan perbaikan, dan penolakannya masih mengakibatkan terganggunya
operasional Kliring Debet di Wilayah Kliring yang bersangkutan maka PKL
memberikan teguran tertulis kedua.
c. Apabila dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak teguran tertulis kedua Peserta
pengirim dan/atau Peserta penerima tidak melakukan perbaikan, dan
penolakannya masih mengakibatkan terganggunya operasional Kliring Debet di
Wilayah Kliring yang bersangkutan maka PKL menghentikan sementara Peserta
pengirim dan/atau Peserta penerima dalam kegiatan Kliring Debet di Wilayah
Kliring yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada
butir A.6 Bab X mengenai Penghentian Peserta dalam Kegiatan SKNBI.
308
Lampiran 7
d. Peserta pengirim dan/atau Peserta penerima dapat diikutsertakan kembali dalam
kegiatan Kliring Debet di Wilayah Kliring tersebut apabila masalah yang
mengakibatkan tingkat penolakan Warkat Debet yang bersangkutan dapat diatasi
yang dibuktikan berdasarkan hasil uji Warkat Debet oleh PKL, sesuai dengan
ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf G Bab XI mengenai
Pengikutsertaan Kembali dalam Kegiatan SKNBI.
6. Dalam hal Warkat Debet tertolak karena faktor-faktor sebagaimana dimaksud dalam
butir 2.a, 2.b dan 2.c.2 dan tidak diproses oleh PKL sebagaimana dimaksud dalam Bab
VII mengenai Penyelenggaraan Kliring Debet, maka Peserta pengirim dan/atau Peserta
penerima yang bertanggung jawab atas tertolaknya Warkat Debet sebagaimana
dimaksud pada angka 3 dan angka 4, wajib membayar kompensasi kepada nasabah
yang menyetorkan Warkat Debet sesuai dengan bunga yang berlaku untuk jenis
rekening nasabah tersebut terhitung sejak tanggal Penyelesaian Akhir Kliring
Pengembalian apabila Warkat Debet tersebut tidak tertolak oleh mesin baca pilah
sampai dengan tanggal Penyelesaian Akhir Kliring Pengembalian pada saat Warkat
Debet tersebut dikliringkan kembali dan tidak tertolak oleh mesin baca pilah.
7. Dalam hal Warkat Debet tertolak karena faktor-faktor yang disebabkan oleh Peserta
penerima, maka Peserta pengirim dapat menagihkan kewajiban pembayaran
kompensasi sebagaimana dimaksud dalam angka 6 kepada Peserta penerima dengan
cara menerbitkan Nota Debet.
309
Lampiran 7
Lampiran 2.1 Spesifikasi Minimum KPK dan Perangkat Pendukung
1. KPK untuk Konfigurasi single user (standalone)
a. Hardware
No Hardware Jumlah Kebutuhan Minimal
1 PC Desktop (Jumlah Peserta 1 s/d 10)
2 unit (main dan back up)
- Processor Intel Pentium 4, 3.0 GHz/400MHz Number of Processor : 1
- Memory 512 MB
- Internal Harddisk 2 x 72 GB 15K U320 SCSI
- Dual Ethernet 10/100 MBPs
- CD/DVD RW
- Floppy Disk Drive
- RAID support 0+1
- Internal Modem 56 Kbps
- Redundant Power Supply
- Monitor Size : TFT-LCD Monitor 15” Flat
- Monitor Type : XGA
- Monitor Resolution : 1024 x 768
- Video Card Adapter : Integrated
- Video RAM : Shared
- Form Factor : Tower
- Warranty : 3 years
2 Printer 1 - Type : Dotmatriks
- Paper Size : A3
- 24 pin impact
- 480 CPS
- 136 column
3 Hub/Switch 1 - 12 port
- 10/100 Mbps Fast Ethernet
- Auto sensing
- Unmanaged
4 Router
1 - 1 WIC module
- 1 Ethernet port
5 Modem (Backup link)
1 - Asynchronous Modem
- 33.6 Kbps
310
Lampiran 7
b. Software
2. KPK untuk konfigurasi multi user
a. Hardware
No Hardware Jumlah Kebutuhan Minimal
1 Server (Jumlah Peserta lebih dari 21)
2 unit (main dan back up)
- Processor Intel Xeon, 3.2 GHz/800 MHz
Number of Processor : 2
- Memory 2 GB
- Internal Harddisk 2x 72,8 GB 15K U320 SCSI
- Dual Ethernet 10/100 MBPs
- CD/DVD RW
- Floppy Disk Drive
- RAID Support 0+1
- Redundant Power Supply
- Internal Modem 56 Kbps
- Form Factor : Tower
- Monitor Size: TFT-LCD Monitor 15” Flat
- MonitorType : XGA
- Monitor resolution : 1024x768
- Video Card Adapter : Integrated
- Video RAM : Shared
- Warranty : 3 years
2 PC Server (Jumlah Peserta 11 s/d 20)
2 unit (main dan back up)
- Processor Intel Xeon, 3.2 GHz/800 MHz
Number of Processor : 1
- Memory 1 GB
- Internal Harddisk 2x72,8 GB 15K U320 SCSI
- Dual Ethernet 10/100 MBPs
- CD/DVD RW
- Floppy Disk Drive
- RAID Support 0+1
- Internal Modem 56 Kbps
- Redundant Power Supply
- Monitor Size: TFT-LCD Monitor 15” Flat
- Monitor Type : XGA
- Monitor resolution : 1024x768
- Video Card Adapter : Integrated
No Software Kebutuhan Minimal
1 Sistem Operasi Microsoft Windows XP Professional
2 Database Microsoft SQL 7/2000
3 Antivirus McAfee; atau Norton Symantec (last update minimal 1 minggu terakhir)
311
Lampiran 7
No Hardware Jumlah Kebutuhan Minimal
- Video RAM : Shared
- Form Factor : Tower
- Warranty : 3 years
3 PC Desktop
2 unit (sesuai dg
kebutuhan)
- Form Factor : Mini Tower
- Processor Type : Intel Pentium 4-HyperThreading
- Processor Chipset : Intel 915G
- Processor Speed : 3.0 GhZ
- Front Side Bus : 800 MHz
- Memory : 2x256 MB
- Memory Speed : 400 MHz
- Memory Type : DDR2
- Memory Slot : 4
- Graphics/Video
- Monitor Size: TFT-LCD Monitor 15” Flat
- Monitor Type : XGA
- Monitor resolution : 1024x768
- Video Card Adapter : Integrated
- Video RAM : Shared
- Storage :
- Harddisk : 40 GB
- HDD Type : SATA
- HDD Merk : IBM, Maxtor, Seagate, Western Digital, Quantum
- HDD Speed : 7200 RPM
- FDD : 3.5” 1.44 MB
- Communication
- Ethernet card : 10/100 MBPs (onboard intel/3COM/Broadcom)
- Internal Modem : 56 Kbps
- USB : 2.0
- Keyboard : 104 Keys
- Mouse : Optical with Scroll Button
- Operating System : Microsoft Windows XP Professional
- Warranty : 3 years
4 Printer 1 - Type : Dot Matriks
- Paper Size : A3
- 24 pin impact
- 480 CPS
- 136 Column
5 Hub/Switch 1 - 12 port
- 10/100 Mbps Fast Ethernet
- Auto Sensing
- Unmanaged
6 Router 1 - 1 WIC module
- 1 Ethernet port
312
Lampiran 7
No Hardware Jumlah Kebutuhan Minimal
7 Modem 1 - Asynchronous Modem
- 33.6 Kbps
b. Software
No Software Kebutuhan Minimal
1 Sistem Operasi Microsoft Windows 2003/2000 Server Microsoft Windows XP Professional
2 Database Microsoft SQL 7/2000
3 Antivirus McAfee; atau Norton Symantec (last update minimal 1 minggu terakhir)
313
Lampiran 7
Lampiran 2.2 Pedoman Penyusunan Kebijakan dan Prosedur Tertulis
mengenai Penyelenggaraan SKNBI oleh PKL Selain BI
A. Sistematika Kebijakan Dan Prosedur Tertulis
Sistematika Kebijakan dan Prosedur Tertulis meliputi:
1. Bab I : Pendahuluan
2. Bab II : Operasional pada Penyelenggaraan SKNBI
3. Bab III : Prosedur Pengoperasian Penyelenggaraan SKNBI
4. Bab IV : Pengawasan Operasional Penyelenggaraan SKNBI
5. Bab V : Disaster Recovery Plan (DRP) atau Business Continuity Plan (BCP) Atas
Operasional Penyelenggaraan SKNBI Dalam Kondisi Gangguan dan atau
Keadaan Darurat
6. Lampiran berupa Flow Chart.
B. Materi Kebijakan Dan Prosedur Tertulis
Materi atau isi Kebijakan dan Prosedur Tertulis meliputi:
1. Bab I : Pendahuluan
a. Latar Belakang
Sub bab ini menjelaskan secara singkat latar belakang penyusunan Kebijakan dan
Prosedur Tertulis, antara lain untuk memenuhi ketentuan Bank Indonesia yang
berlaku maupun pertimbangan lainnya.
b. Dasar Hukum Kewenangan Menjadi PKL Selain BI
Sub bab ini menjelaskan dasar hukum yang memberikan kewenangan kepada
Bank untuk menjadi PKL Selain BI, dengan menyebutkan keputusan penetapan
sebagai PKL Selain BI dari Bank Indonesia dan keputusan/penunjukan dari
pejabat Bank yang berwenang.
c. Pokok-pokok Ketentuan
Sub bab ini mencantumkan pokok-pokok ketentuan yang ditetapkan Bank
Indonesia yang berkaitan dengan penyelenggaraan SKNBI oleh PKL Selain BI,
seperti ketentuan pelaporan kepesertaan dan TTPK, dan mencantumkan
keputusan dan atau ketentuan tertulis lainnya yang dikeluarkan oleh pejabat
Bank yang berwenang.
d. Definisi/Pengertian Umum
Sub bab ini mencantumkan definisi/pengertian umum yang digunakan dalam
materi penyusunan Kebijakan dan Prosedur Tertulis, baik yang bersumber dari
314
Lampiran 7
ketentuan Bank Indonesia maupun istilah lain yang secara khusus digunakan
dalam penyelenggaraan SKNBI oleh PKL Selain BI.
2. Bab II : Operasional pada penyelenggaraan SKNBI
a. Struktur Organisasi, Uraian Tugas dan Penanggung Jawab Kegiatan
Penyelenggaraan PKL Selain BI
Sub bab ini menjelaskan dan mencantumkan bagan struktur organisasi, uraian
tugas dan penanggung jawab penyelenggaraan SKNBI. Uraian tugas dan
penanggung jawab yang perlu dijelaskan antara lain yang terkait dengan kegiatan
sebagai berikut:
1) Pemeliharaan user ID dan password aplikasi KPK, user Id dan password
Remote Access Server (khusus yang menggunakan JKD dial up), sandi
terminal, password login SSK, security key dan master key dalam
mengoperasikan KPK;
2) Pembuatan dan pemeliharaan user ID dan password untuk mengoperasikan
aplikasi KPK;
3) Pemeliharaan KPK dan jaringan komputer;
4) Pemeliharaan master file (antara lain aplikasi KPK, registration number, user
ID dan password Administrator yang pertama kali diberikan oleh PKN);
5) Pemeliharaan master key;
6) Pelaksanaan transaksi.
b. Wewenang dan Penanggung jawab Pengoperasian KPK
Sub bab ini menjelaskan dan mencantumkan tugas dan wewenang serta jabatan
dalam struktur organisasi internal bank untuk masing-masing fungsi sistem
sebagai berikut:
1) Administrator 1;
2) Administrator 2;
3) Supervisor; dan
4) Operator.
c. Tata cara Pengadministrasian Kepesertaan
Sub bab ini antara lain menjelaskan tata cara pelaporan kepesertaan,
penatausahaan kepesertaan dan penutupan sebagai Peserta.
d. Sistem Pengamanan
Sub bab ini menjelaskan sistem pengamanan yang digunakan pada setiap
kegiatan yang berkaitan dengan operasional penyelenggaraan SKNBI, baik
315
Lampiran 7
pengamanan secara fisik seperti ruangan tempat KPK dan tempat pertukaran
warkat debet, maupun non-fisik seperti user ID, password, dan lain-lain.
e. Sarana dan Prasarana Operasional Penyelenggaraan SKNBI
Sub bab ini menjelaskan sarana dan prasarana yang digunakan pada operasional
penyelenggaraan SKNBI yang sekurang-kurangnya mencakup:
1) Lokasi KPK Utama dan KPK Back-up;
2) Jumlah KPK Utama dan KPK Back-up;
3) Spesifikasi KPK Utama dan KPK Back-up;
4) Peralatan pendukung lainnya.
f. Penatausahaan Arsip
Sub bab ini menjelaskan prosedur yang dilakukan dalam penatausahaan arsip,
antara lain data kepesertaan, spesimen Warkat Debet, contoh stempel Kliring,
laporan-laporan hasil Kliring, master key, back-up data harian, user ID, password
dan surat penunjukan petugas yang berwenang dalam penyelenggaraan SKNBI.
3. Bab III : Prosedur Pengoperasian Penyelenggaraan SKNBI
Dalam pelaksanaan pengoperasian penyelenggaraan SKNBI, untuk setiap tahap
kegiatan agar dijelaskan pula pejabat/petugas yang menjadi penanggungjawabnya.
a. Proses Awal Hari
Sub bab ini menjelaskan langkah-langkah yang dilakukan pada proses awal hari
antara lain log in dan sinkronisasi data.
b. Kegiatan Kliring penyerahan
Sub bab ini menjelaskan alur dan aktifitas pada kegiatan Kliring penyerahan,
antara lain buka institusi, penggabungan DKE Debet, penghitungan hasil Kliring
penyerahan lokal, pencetakan laporan, pengiriman DKE Debet dan BSK Kliring
penyerahan ke SSK serta tutup institusi.
c. Kegiatan Kliring pengembalian
Sub bab ini menjelaskan alur dan aktifitas pada kegiatan Kliring pengembalian,
antara lain buka institusi, penggabungan DKE Debet, penghitungan hasil Kliring
pengembalian lokal, pencetakan laporan, pengiriman DKE Debet dan BSK Kliring
pengembalian ke SSK serta tutup institusi.
d. Kegiatan Kliring Kredit
Sub bab ini menjelaskan alur dan aktifitas pada kegiatan penyelenggaraan Kliring
Kredit, antara lain buka institusi, penggabungan DKE Kredit, pengiriman DKE
Kredit dan tutup institusi.
316
Lampiran 7
e. Proses Back-up
Sub bab ini menjelaskan langkah-langkah yang dilakukan dalam proses back-up,
yang meliputi antara lain transaksi, tabel dimensi, dan tabel user.
f. Proses Akhir Hari
Sub bab ini menjelaskan langkah-langkah yang dilakukan dalam rangka proses
menutup sistem secara keseluruhan.
4. Bab IV : Pengawasan Operasional Penyelenggaraan SKNBI
a. Audit Trail
Sub bab ini menjelaskan langkah-langkah yang dilakukan dalam rangka
pengawasan operasional penyelenggaraan SKNBI melalui fungsi audit trail.
b. Pelaporan kepada manajemen
Sub bab ini menjelaskan langkah-langkah yang dilakukan dalam rangka membuat
laporan baik yang bersifat rutin maupun insidentil kepada manajemen.
5. Bab V : Disaster Recovery Plan (DRP) atau Business Continuity Plan (BCP) Atas
Operasional Penyelenggaraan SKNBI Dalam Kondisi Gangguan dan atau Keadaan Darurat
Bab ini menjelaskan DRP atau BCP yang dilakukan oleh PKL Selain BI dalam hal KPK
utama dan atau KPK back-up mengalami kondisi gangguan atau terjadi Keadaan Darurat
di lokasi PKL Selain BI. DRP atau BCP tersebut antara lain mencakup hal-hal sebagai
berikut:
a. unit kerja sebagai penanggungjawab;
b. mekanisme koordinasi apabila penanggungjawab terdiri dari beberapa unit;
c. mekanisme pelaporan dan monitoring;
d. petugas operasional penyelenggaraan SKNBI (termasuk data nomor telepon yang
dapat dihubungi setiap saat);
e. Mekanisme pencegahan dan atau penanggulangan dengan berbagai skenario
kondisi yang mungkin terjadi terhadap hal-hal sebagai berikut:
1) Gangguan pada sistem KPK Utama dan KPK Back-up, yang antara lain
disebabkan oleh kerusakan hardware, software, listrik dan atau JKD;
2) Keadaan Darurat (pemogokan kerja, kebakaran, kerusuhan massa, sabotase,
bencana alam).
f. Mekanisme atau prosedur apabila terjadi gangguan SSK dengan mengacu pada
ketentuan Bank Indonesia.
g. Jadwal uji coba KPK Back-up (sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sekali). Dengan
memperhatikan tingkat kritikal di masing-masing Bank, uji coba dapat dilakukan
317
Lampiran 7
kurang dari 6 (enam) bulan sekali.
h. Uji Coba Back-up File (1 (satu) bulan sekali)
318
Lampiran 7
Lampiran 2.3 Ruang Lingkup Pemeriksaan Internal
oleh PKL Selain BI
Dalam melakukan pemeriksaan internal oleh PKL Selain BI paling kurang mencakup ruang lingkup
sebagai berikut :
a. Kebijakan dan prosedur tertulis yang terkait dengan operasional penyelenggaraan SKNBI
Menjelaskan apakah PKL Selain BI telah memiliki kebijakan dan prosedur tertulis mengenai
operasional penyelenggaraan SKNBI dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b. Sumber Daya Manusia
Menjelaskan aspek sumber daya manusia yang diperiksa meliputi kecukupan jumlah sumber
daya manusia yang tersedia, aspek uraian jabatan maupun persyaratan jabatan dibandingkan
dengan ketentuan yang ditetapkan.
c. Pembagian tugas dan batas kewenangan serta penyimpangan
Menjelaskan apakah terdapat ketentuan secara tertulis mengenai pembagian tugas dan batas
kewenangan dalam operasional penyelenggaraan SKNBI. Disamping itu juga menjelaskan
penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan (apabila ditemukan dalam pemeriksaan).
d. Kepatuhan PKL Selain BI terhadap ketentuan yang terkait dengan operasional penyelenggaraan
SKNBI.
Menjelaskan mengenai kepatuhan PKL Selain BI terhadap ketentuan yang terkait dengan
operasional penyelenggaraan SKNBI, baik yang berlaku bagi PKL Selain BI maupun bagi Peserta.
319
Lampiran 7
Lampiran 2.4 Ruang Lingkup Security Audit
Oleh PKL Selain BI
Dalam melakukan security audit oleh PKL Selain BI paling kurang mencakup ruang lingkup sebagai
berikut:
a. Manajemen
Menjelaskan fungsi manajemen dalam kaitannya dengan penyelenggaraan SKNBI, meliputi:
1) Sumber Daya Manusia
Aspek sumber daya manusia yang diperiksa meliputi observasi terhadap kualitas sumber
daya manusia di satuan kerja pelaksana penyelenggaraan SKNBI, baik dari aspek
kompetensi maupun track record dibandingkan dengan persyaratan yang ditetapkan.
Kompetensi sumber daya manusia mencakup pemahaman teknik operasional
penyelenggaraan SKNBI sesuai dengan tugas dan kewenangannya. Pemeriksaan
terhadap track record dimaksudkan untuk memastikan bahwa sumber daya manusia
yang diberi wewenang untuk melaksanakan fungsi-fungsi dalam SKNBI memiliki moral
yang baik. Selain itu, diperiksa juga mengenai jenis pelatihan yang telah dan akan
diberikan kepada pegawai sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan pegawai.
2) Struktur Organisasi
Aspek yang diperiksa meliputi penjabaran tugas, pemisahan tugas, dan penanggung
jawab kegiatan.
3) Hukum
Aspek hukum yang diperiksa meliputi kualitas kontrak/perjanjian dengan
vendor/supplier pemasok sistem dan peralatan pendukung SKNBI dibandingkan dengan
peraturan intern mengenai SKNBI dan ketentuan yang dikeluarkan Bank Indonesia.
b. Lingkungan
Menjelaskan bagaimana kondisi lingkungan yang meliputi sarana dan prasarana yang terkait
dengan operasional KPK. Kondisi lingkungan meliputi hal-hal sebagai berikut:
1) Tenaga Listrik
Aspek ini menjelaskan kondisi tenaga listrik yang digunakan dan memastikan bahwa PKL
Selain BI mempunyai Uninterruptible Power Supply (UPS) yang berfungsi dengan baik.
2) Pendingin Udara
Aspek ini menjelaskan kondisi pendingin udara yang digunakan oleh PKL Selain BI.
3) Penanganan Kebakaran
Aspek ini menjelaskan mengenai prosedur pencegahan, pendeteksian, dan pemadaman
320
Lampiran 7
kebakaran.
4) Lokasi/penempatan peralatan Teknologi Informasi (TI) secara lengkap (KPK dan printer)
dalam ruangan.
Aspek ini menjelaskan bagaimana penempatan peralatan TI dalam ruangan.
5) Lokasi ruangan dalam gedung
Aspek ini menjelaskan bagaimana lokasi ruangan dalam gedung. Hal ini berhubungan
dengan standar keamanan yang diperlukan.
6) Akses masuk ruangan
Aspek ini menjelaskan apakah PKL Selain BI melakukan kontrol terhadap pegawai yang
memasuki ruangan KPK Utama dan KPK Back-up.
c. Sistem KPK
Menjelaskan mengenai konfigurasi dan kondisi KPK Utama dan KPK Back-up, meliputi :
1) Perangkat Keras (Hardware)
Aspek ini menjelaskan konfigurasi perangkat keras KPK dan printer, termasuk ketaatan
PKL Selain BI untuk memenuhi persyaratan mininum hardware yang digunakan sebagai
KPK.
2) Perangkat Lunak (Software)
Aspek ini menjelaskan mengenai aplikasi KPK, kehandalan operating system (termasuk
upgrade perbaikan/patch), enkripsi, pengontrolan password, serta anti virus yang
digunakan.
3) Perangkat Jaringan
Aspek ini menjelaskan konfigurasi jaringan KPK ke SSK.
d. Sistem Back-up
Menjelaskan apakah PKL Selain BI mempunyai KPK Back-up dan JKD Back-up. Selain itu, perlu
juga diperiksa apakah KPK Back-up dan sistem komunikasi berfungsi dengan baik dan telah
memenuhi kebutuhan minimum pemrosesan transaksi dalam Keadaan Darurat. Dalam hal
dilakukan pengujian back-up, perlu diteliti dokumentasinya.
e. Disaster Recovery Plan (DRP) atau Business Continuity Plan (BCP) Atas Operasional
Penyelenggaraan SKNBI Dalam Kondisi Gangguan dan atau Keadaan Darurat
Menjelaskan apakah PKL Selain BI mempunyai DRP atau BCP yang memadai dan melakukan uji
coba DRP atau BCP secara berkala serta melakukan updating DRP atau BCP sesuai dengan
perkembangan.
f. Data dan Dokumentasi
Menjelaskan mengenai pengelolaan, pengolahan, serta dokumentasi data yang diperlukan,
321
Lampiran 7
meliputi :
1) Integritas Data
Aspek ini menjelaskan apakah data yang diolah akurat, handal, dan lengkap sesuai
dengan kebutuhan.
2) Log Book
Aspek ini menjelaskan apakah PKL Selain BI mempunyai log book yang bisa
dicetak/dibaca untuk mengetahui kesalahan pengoperasian KPK.
3) Dokumentasi hasil transaksi dan back-up hasil transaksi
Aspek ini menjelaskan apakah soft copy maupun hard copy dan back-up hasil transaksi
dikelola dengan baik.
4) Pengadministrasian/dokumentasi hasil uji coba KPK Back-up dan uji coba data back-up
Aspek ini menjelaskan apakah PKL Selain BI menatausahakan dengan baik
dokumentasi hasil uji coba KPK Back-up dan uji coba data back-up.
5) Pengadministrasian/Dokumentasi Penanganan Masalah
Aspek ini menjelaskan apakah PKL Selain BI menatausahakan dengan baik
dokumentasi penanganan masalah yang berkaitan dengan KPK.
322
Lampiran 7
Lampiran 3.1 Spesifikasi Minimum TPK
dan Perangkat Pendukung 1. TPK untuk konfigurasi single user
a. Hardware
No Hardware Jumlah Kebutuhan Minimal
1 PC Desktop
2 unit (main dan back up)
- Pentium IV, 2.0 Ghz
- RAM : 256 Mbytes
- Harddisk : 40 Gbytes
- CD R/W Drive
- Disk Drive : 3.5 inch
- Monitor : 15 inch
- Keyboard & mouse
- Ethernet card : 10/100 Mbps
2 Printer 1 - Dotmatrix printer (24 pin)
- 132 coloum
3 Router (on line)
1 - 1 WIC module
- 1 Ethernet port
4 Modem (back up link)
1 - 33.6 Kbps Asynchronous Modem
5 Firewall 1 - Spesifikasi diserahkan ke Peserta
b. Software
2. TPK untuk konfigurasi multi user
a. Hardware
No Hardware Jumlah Kebutuhan Minimal
1 PC Server
2 unit (main dan back up)
- Intel Xeon / Pentium IV, 2.0 Ghz
- RAM : 512 Mbytes
- Harddisk : 72 Gbytes
- CD R/W Drive
- Disk Drive : 3.5 inch
- Monitor 15 inch, keyboard & mouse
- Ethernet card : 10 / 100 Mbps
2 PC Desktop 2 unit (sesuai dg
- Pentium IV, 2.0 Ghz
- RAM : 256 Mbytes
No Software Kebutuhan Minimal
1 Sistem Operasi Windows XP Professional
2 Database Access 2000
3 Antivirus McAfee; atau Norton Symantec
323
Lampiran 7
No Hardware Jumlah Kebutuhan Minimal
kebutuhan) - Harddisk : 40 Gbytes
- CD ROM Drive
- Disk Drive : 3.5 inch
- Monitor 15 inch, keyboard & mouse
- Ethernet card : 10 / 100 Mbps
2 Printer 1 - Dotmatrix printer (24 pin)
- 132 column
3 Router (On line)
1 - 1 WIC module
- 1 Ethernet port
4 Modem (Back up link)
1 - 33.6 Kbps Asynchronous Modem
5 Firewall 1 - Spesifikasi diserahkan ke Peserta
6 Hub/Switch 1 - 10 / 100 Mbps, 12 port
c. Software
No Software Kebutuhan Minimal
1 Sistem Operasi Windows 2000/2003 Server
2 Database MS SQL 7 / 2000
3 Antivirus McAfee; atau Norton Symantec
324
Lampiran 7
Lampiran 3.2 Contoh Format Stempel Kliring dan Stempel Kliring Dibatalkan
1. Stempel Kliring
2. Stempel Kliring Dibatalkan
K L I R I N G
Tgl. :
111 - 0012
Bank ABC
KC Matraman
STEMPEL KLIRING DIBATALKAN
Bank ABC
KC Matraman
5 cm
2,5 cm
6 cm
1,5 cm
Sandi Peserta
Nama Kantor Peserta
Tanggal Kliring
Peserta
Paraf Petugas Peserta
325
Lampiran 7
Lampiran 3.3 Contoh Surat Pendaftaran Sebagai Peserta
No. … [kota], [tanggal] Lamp. : … hal
Kepada Penyelenggara Kliring Nasional d/a Bagian Penyelenggaraan Setelmen Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran Bank Indonesia, Gedung D Lantai 3 Jl. MH.Thamrin No.2 Jakarta Pusat - 10350
Perihal : Pendaftaran sebagai Peserta dalam penyelenggaraan SKNBI
Menunjuk Surat Edaran Bank Indonesia No.12/ /DASP tanggal April 2010 perihal
Penyelenggaraan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia, dengan ini kami mohon agar kantor/kantor-kantor*) kami sebagaimana terlampir dapat didaftarkan sebagai Peserta dalam penyelenggaraan SKNBI di Wilayah Kliring dimaksud.
Sehubungan dengan hal tersebut, bersama ini kami lampirkan: 1. Daftar nama kantor kami serta Wilayah Kliring dimana kantor tersebut didaftarkan sebagai
Peserta; 2. Foto kopi surat izin usaha/surat izin pembukaan kantor/kantor-kantor*) kami yang didaftarkan
sebagai Peserta; 3. Formulir data keanggotaan SKN, yang telah diisi secara lengkap; 4. Daftar nama kantor kami yang bukan Peserta yang dapat menerima transfer masuk dalam Kliring
Kredit (jika ada). 5. Foto kopi Akte Pendirian Bank dan perubahannya 6. Foto kopi surat persetujuan penggunaan Warkat Debet dan Dokumen Kliring 7. Fotokopi surat persetujuan pengefektifan nomor rekening dari Bank Indonesia
Demikian permohonan kami, atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih. PT. BANK ABC
(Tanda tangan & Nama Jelas Pejabat Berwenang) Jabatan
cc. PKL di Wilayah Kliring dimana kantor Bank didafarkan sebagai Peserta *) coret yang tidak perlu Lampiran no 3 s/d 7 hanya untuk pendaftaran yang pertama kali bagi Bank baru yang belum terdaftar sebagai Peserta
326
Lampiran 7
Lampiran 3.4
Contoh Format Tabel Daftar Nama Kantor Bank yang didaftarkan sebagai Peserta
Daftar Nama Kantor Bank Yang Didaftarkan sebagai Peserta
No
Sandi Bank
(3 digit)
Nama Kantor
Alamat
Kota
Propinsi
Wilayah Kliring
Status Kantor
(1)
Status
Koneksi
(2)
Jenis
Usaha
(3)
Kode Area
(4)
Telepo
n
Fax
Koordinator Wilayah (Ya/Tidak)
(5)
Keterangan:
(1) Status Kantor : 1 - Kantor Pusat; 2 - Kantor Cabang, 3 - Kantor Cabang Pembantu; 4 - Kantor Kas
(2) Status Koneksi : 0 - Off line, 1- On line
(3) Jenis Usaha : 1 - Konvensional, 2 - UUS, 3 - Syariah
(4) Kode Area : mengacu pada kode SLJJ
(5) Koordinator Wilayah adalah koordinator untuk incoming transfer kredit per wilayah kliring
327
Lampiran 7
Lampiran 3.5 Contoh Formulir Data Keanggotaan
Sistem Kliring Nasional (SKN)
FORMULIR KEANGGOTAAN SISTEM KLIRING NASIONAL (SKN)
I. Data Bank
A. Sandi Bank : ……………………………… (3 digit pertama)
B. Nama Bank Indonesia : ………………………………
C. Nama Singkat Bank : ………………………………
D. Status Peserta : Intercity/Non Intercity *)
E. Jenis Usaha : Konvensional/Syariah *)
F. Rekening : ………………………………
G. Rekening UUS**) : ………………………………
H. Sentralisasi : Ya/Tidak (khusus untuk Kliring Kredit)
II. Data Terminal Peserta Kliring (TPK)
A. Jenis TPK : On-line / Off-line
B. Sandi Kliring : ……………………………… (7 digit)
C. Alamat : ………………………………
………………………………
Telp. : ………………………………
Fax : ………………………………
D. Contact Officer untuk masalah SKN :
1. Nama :
2. Jabatan :
3. Telepon :
4. Fax :
5. Email :
E. Kebutuhan Jaringan Komunikasi Data (JKD)
1. Main:
a. Leased Line – Kapasitas Bandwith : …………...……………
b. Dial Up – Nomor Telepon Dial Up : …………........................
2. Back up:
328
Lampiran 7
a. Leased Line – Kapasitas Bandwith : ……………............
b. Dial Up – Nomor Telepon Dial Up : …………….............
3. Alamat Lokasi Koneksi JKD
…………………………………………………………………...................…………………………………….……
………………………
TELP.…………………………………FAX ..………………….......
Kota], [tanggal]
PT. Bank ABC
(Tanda tangan & Nama Jelas Pejabat Berwenang)
Jabatan
Keterangan:
*) Coret yang tidak perlu
**) Khusus untuk bank konvensional yang memiliki Unit Usaha Syariah (UUS)
Petunjuk Pengisian :
1. Formulir Daftar Keanggotaan SKN hanya diisi oleh Kantor Pusat Peserta atau oleh Unit Usaha
Syariah (UUS)
2. Isian Data Bank pada angka I diisi dengan data Kantor Pusat Peserta.
3. Isian Data Terminal Peserta Kliring (TPK) pada angka II diisi dengan data yang ada pada Kantor
Pusat Peserta.
329
Lampiran 7
Lampiran 3.6 Contoh Tabel Daftar Nama Kantor Bank Selain Peserta
yang Dapat Menerima Transfer Masuk Kliring Kredit
Daftar Nama Kantor Bank Selain Peserta Yang Dapat Menerima Transfer Masuk Melalui Kliring Kredit
No. Nama Kantor Bank
non Peserta Provinsi Kota Wilayah Kliring
Tujuan*)
1 Bank ABC Cab.Dompu
Nusa Tenggara Barat
Dompu Mataram
2 Bank ABC Cab.Kutoarjo
Jawa Tengah Kutoarjo Purworejo
3 Bank ABC
Cab.Cibinong
Jawa Barat Cibinong Bogor
4 Dst Dst Dst Dst
5 Dst Dst Dst Dst
*) Wilayah Kliring tujuan adalah Wilayah Kliring dimana terdapat kantor Bank yang menjadi Peserta di Wilayah Kliring tersebut yang akan menerima transfer masuk melalui Kliring Kredit dan bertanggung jawab meneruskan transfer masuk tersebut kepada kantor Bank tujuan non Peserta
330
Lampiran 7
Lampiran 3.7.a Contoh Surat Pemberitahuan dari Bank Pemohon
kepada PKN setelah melakukan instalasi aplikasi TPK
No. … [kota], [tanggal]
Lamp. : … hal
Kepada Penyelenggara Kliring Nasional
d/a Bagian Penyelenggaraan Setelmen - Direktorat Akunting dan Sistem Pembayara
Bank Indonesia, Gedung D Lantai 3
Jl. MH.Thamrin No.2
Jakarta Pusat - 10350
Perihal : Pemberitahuan Hasil Instalasi Aplikasi TPK pada kantor Bank Calon Peserta
Menunjuk surat persetujuan Bank Indonesia No…tanggal………atas pendaftaran
kantor/kantor-kantor*) kami untuk menjadi Peserta dalam penyelenggaraan SKNBI, dengan ini kami
memberitahukan bahwa kami telah melakukan instalasi aplikasi TPK pada kantor/kantor-kantor
kami*) yang akan menjadi Peserta dengan menggunakan TPK.
Sehubungan dengan hal tersebut, bersama ini kami lampirkan nomor kode mesin dari hasil
instalasi aplikasi pada terminal yang akan digunakan sebagai TPK (utama dan backup) pada
kantor/kantor-kantor*) tersebut.
Demikian pemberitahuan ini kami sampaikan, atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.
PT. BANK ABC
(Tanda tangan & Nama Jelas Pejabat Berwenang)
Jabatan
*) coret yang tidak perlu
331
Lampiran 7
Lampiran 3.7 b Contoh Format Daftar Kode Mesin
Hasil Instalasi Aplikasi TPK dan Status TPK
Daftar Kode Mesin Hasil Instalasi Aplikasi TPK dan Status TPK
No. Nama
Kantor Bank
Wilayah Kliring
Pendaftaran
Alamat kantor Kode Mesin Hasil Instalasi Aplikasi
TPK
Jenis Koneksi TPK ke SSK (On-line atau Off-line)
TPK Utama
TPK Backup
1 Bank ABC Cab.Sudirman
Jakarta Jl.Sudirman No.10 Jakarta
2 Bank ABC Cab.Pahlawan
Surabaya Jl.Pahlawan No.9 Surabaya
3 Bank ABC Cab.Thamrin
Medan Jl.Thamrin No.6 Medan
4 Dst Dst
5 Dst Dst
332
Lampiran 7
Lampiran 3.8 Contoh Surat Pemberitahuan
dari Kantor Bank Calon Peserta kepada PKL mengenai kesiapan untuk mengikuti SKNBI
No. … [kota], [tanggal] Lamp. : … hal
Kepada [Nama Kantor Penyelenggara Kliring Lokal] di Wilayah Kliring ………………… Jl. ………………………..………… [Kota]
Perihal : Kesiapan untuk Mengikuti kegiatan SKNBI
Menunjuk Surat Persetujuan Bank Indonesia No…tanggal………atas pendaftaran kantor kami
untuk menjadi Peserta dalam penyelenggaraan SKNBI di Wilayah Kliring [nama kota], dengan ini
kami memberitahukan bahwa kami telah melakukan instalasi aplikasi TPK dan siap untuk mengikuti
kegiatan dalam penyelenggaraan SKNBI. Dalam kesempatan ini, kami mengajukan permohonan
Tanda Pengenal Petugas Kliring untuk Petugas Internal /Perusahaan Jasa Kurir *). Bersama ini kami
lampirkan:
1. Contoh Stempel Kliring dan Stempel Kliring Dibatalkan, sebanyak 2 lembar.
2. Spesimen Warkat Debet dan Dokumen Kliring yang telah memperoleh persetujuan Bank
Indonesia (hanya untuk Bank yang baru pertama kali mendaftar sebagai Peserta).
Demikian laporan ini kami sampaikan, selanjutnya kami mohon untuk dapat ditetapkan
tanggal efektif kepesertaan kami dalam penyelenggaraan SKNBI di Wilayah Kliring [nama kota].
[Kantor Bank Calon Peserta]
(Tanda tangan & Nama Jelas Pejabat Berwenang)
Jabatan
*)
Bagi Peserta di Wilayah Kliring On-line Otomasi dan Wilayah Kliring Off-line Otomasi yang akan
menggunakan Perusahaan Jasa Kurir, harus mencantumkan nama Perusahaan Jasa Kurir.
Bagi Peserta di Wilayah Kliring Off-line Manual harus mencantumkan nama-nama petugas
internal yang ditunujun untuk mewakili Peserta dalam kegiatan SKNBI
333
Lampiran 7
Lampiran 3.9 Contoh Surat Pemberitahuan dari PKL kepada Kantor Bank
calon Peserta Mengenai Tanggal Efektif Sebagai Peserta Dalam Penyelenggaraa SKNBI
No. … [kota], [tanggal]
Lamp. : … hal
Kepada
[Nama Kantor Bank Calon Peserta]
Jl. ………………………..…………
[Kota]
Perihal : Pemberitahuan Tanggal Efektif Kepesertaan Kantor Bank dalam Penyelenggaraan SKNBI
Sehubungan dengan surat Saudara No. .........tanggal ……… mengenai kesiapan kantor
Saudara untuk mengikuti kegiatan dalam penyelenggaraan SKNBI, dengan ini kami informasikan
sebagai berikut:
1. Menetapkan tanggal efektif keikutsertaan Saudara sebagai Peserta dalam penyelenggaraan
SKNBI di Wilayah Kliring [nama kota] adalah sejak tanggal ………
2. Agar Saudara dapat mengambil Tanda Pengenal Petugas Kliring (TPPK) paling lambat 1 (satu) hari
kerja sebelum tanggal efektif dimaksud.
Sejak tanggal efektif tersebut, kantor Saudara dapat mengikuti kegiatan dalam
penyelenggaraan SKNBI di kantor kami sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia.
Demikian, atas perhatian Saudara kami ucapkan terimakasih.
[Kantor PKL]
(Tanda tangan & Nama Jelas Pejabat Berwenang)
Jabatan
334
Lampiran 7
Lampiran 3.9.a
Contoh Surat Pemberitahuan dari PKL kepada PKN Mengenai Tanggal Efektif Sebagai Peserta
Dalam Penyelenggaraa SKNBI
No. … [kota], [tanggal]
Lamp. : … hal
Kepada Penyelenggara Kliring Nasional
d/a Bagian Penyelenggaraan Setelmen - Direktorat Akunting dan Sistem Pembayara
Bank Indonesia, Gedung D Lantai 3
Jl. MH.Thamrin No.2
Jakarta Pusat - 10350
Perihal : Pemberitahuan Tanggal Efektif Kepesertaan Kantor Bank dalam Penyelenggaraan SKNBI
Sehubungan dengan surat Bank ……No. .........tanggal ……… mengenai kesiapan kantor Bank
…….., untuk mengikuti kegiatan dalam penyelenggaraan SKNBI, dengan ini kami minta bantuan
Saudara untuk mengefektifkan keikutsertaan Bank …….., sandi kliring ……sebagai Peserta dalam
penyelenggaraan SKNBI di Wilayah Kliring [nama kota] sejak tanggal ………
Demikian, atas perhatian Saudara kami ucapkan terimakasih.
[Kantor PKL]
(Tanda tangan & Nama Jelas Pejabat Berwenang)
Jabatan
335
Lampiran 7
Lampiran 3.10
Contoh Pengumuman Secara Tertulis dari PKL Kepada Seluruh Peserta Mengenai
Keikutsertaan Kantor Bank Sebagai Peserta Baru Di Wilayah Kliring Yang Bersangkutan
No. … [kota], [tanggal]
Lamp. : … hal
Kepada
[Kantor Bank Peserta]
Jl. ………………………..…………
[Kota]
Perihal : Pemberitahuan Keikutsertaan Kantor Bank Sebagai Peserta Dalam Penyelenggaraan SKNBI
Dengan ini diberitahukan bahwa sejak tanggal………, kantor bank berikut ini efektif sebagai
Peserta dalam penyelenggaraan SKNBI di Wilayah Kliring [nama kota].
Nama Kantor Bank Alamat Sandi Peserta
Nama Kantor Bank Jl…. Jl……. Xxx xxxxxx
Untuk selanjutnya agar Saudara melakukan penyesuaian data tabel dimensi pada aplikasi
TPK di kantor Saudara.
Terlampir kami sampaikan:
1. contoh Stempel Kliring dan Stempel Kliring Dibatalkan;
2. spesimen Warkat Debet dari kantor Bank (hanya untuk Bank baru dan untuk pertama kali
mendaftar sebagai Peserta)
Demikian, atas perhatian Saudara kami ucapkan terimakasih.
[Kantor PKL]
(Tanda tangan & Nama Jelas Pejabat Berwenang)
Jabatan
336
Lampiran 7
Lampiran 4.1 Pedoman Penyusunan Kebijakan dan Prosedur Tertulis
Mengenai Operasional SKNBI oleh Bank Sebagai Peserta
A. Sistematika Kebijakan Dan Prosedur Tertulis
Sistematika Kebijakan dan Prosedur Tertulis meliputi:
1. Bab I : Pendahuluan
2. Bab II : Operasional SKNBI
3. Bab III : Keterkaitan Sistem Internal Peserta dan TPK
4. Bab IV : Prosedur Pengoperasian dan Pembukuan Transaksi
5. Bab V : Penyediaan Pendanaan Awal
6. Bab VI : Pengawasan Operasional SKNBI
7. Bab VII : Disaster Recovery Plan (DRP) atau Business Continuity Plan (BCP) Atas
Operasional SKNBI Dalam Kondisi Gangguan Dan Keadaan Darurat
8. Bab VIII : Perlindungan konsumen
9. Lampiran berupa Flow Chart
B. Materi Kebijakan Dan Prosedur Tertulis
Materi atau isi Kebijakan dan Prosedur Tertulis meliputi:
1. Bab I : Pendahuluan
a. Latar Belakang
Sub bab ini menjelaskan secara singkat latar belakang penyusunan Kebijakan dan
Prosedur Tertulis, antara lain untuk memenuhi ketentuan Bank Indonesia yang
berlaku maupun pertimbangan lainnya.
b. Tujuan penggunaan SKNBI
Sub bab ini menjelaskan tujuan penggunaan SKNBI, baik secara umum sesuai
ketentuan Bank Indonesia, maupun tujuan khusus Peserta dalam menggunakan
sistem tersebut.
c. Pokok-pokok Ketentuan dan Kebijakan Manajemen
Sub bab ini mencantumkan pokok-pokok ketentuan yang ditetapkan Bank
Indonesia seperti ketentuan prefund, mekanisme pengembalian dana pada kliring
kredit dan kewajiban pencocokan nama dan nomor rekening penerima dana,
maupun kebijakan yang ditetapkan oleh manajemen Peserta serta
mencantumkan surat keputusan dan atau ketentuan tertulis lainnya yang
dikeluarkan oleh direksi Peserta.
337
Lampiran 7
d. Definisi/Pengertian Umum
Sub bab ini mencantumkan definisi/pengertian umum yang digunakan dalam
materi penyusunan Kebijakan dan Prosedur Tertulis, baik yang bersumber dari
ketentuan Bank Indonesia maupun istilah lain yang spesifik digunakan pada
sistem internal Peserta terkait operasional SKNBI.
2. Bab II : Operasional SKNBI
a. Struktur Organisasi, Uraian Tugas dan Penanggung Jawab Satuan Kerja Pelaksana
Operasional SKNBI
Sub bab ini menjelaskan dan mencantumkan bagan struktur organisasi, uraian
tugas dan penanggung jawab, baik pada departemen atau unit kerja pengelola
kegiatan operasional SKNBI maupun departemen atau satuan/unit kerja Peserta
yang terkait dengan operasional SKNBI. Uraian tugas dan penanggung jawab yang
perlu dijelaskan antara lain yang terkait dengan kegiatan sebagai berikut:
1) Pemeliharaan user ID dan password aplikasi TPK, user ID dan password
Remote Access Server (khusus yang menggunakan JKD dial up), sandi
terminal, password login SSK, security key dan master key dalam
mengoperasikan TPK.
2) Pembuatan dan Pemeliharaan User ID dan Password untuk mengoperasikan
aplikasi TPK;
3) Pemeliharaan TPK dan jaringan komputer;
4) Pemeliharaan master file (antara lain aplikasi TPK, registration number, user
ID dan password Administrator yang pertama kali diberikan oleh PKN);
5) Pemeliharaan master key;
6) Pelaksanaan transaksi;
7) Manajemen likuiditas; dan
8) Rekonsiliasi.
b. Wewenang dan Penanggung jawab Pengoperasian TPK
Sub bab ini menjelaskan dan mencantumkan tugas dan wewenang serta jabatan
dalam struktur organisasi untuk masing-masing fungsi sistem sebagai berikut:
1) Administrator 1;
2) Administrator 2;
3) Supervisor; dan
4) Operator.
c. Sistem Pengamanan
338
Lampiran 7
Sub bab ini menjelaskan sistem pengamanan yang digunakan pada setiap
kegiatan yang berkaitan dengan operasional SKNBI, baik pengamanan secara fisik
seperti ruangan tempat TPK dan peralatan pendukung lainnya, maupun non-fisik
seperti user ID, password, dan lain-lain.
d. Sarana dan Prasarana Operasional SKNBI
Sub bab ini menjelaskan sarana dan prasarana yang digunakan pada operasional
SKNBI yang sekurang-kurangnya mencakup:
1) Lokasi TPK Utama dan TPK Back-up;
2) Konfigurasi Sistem dan Security Feature;
3) Jumlah TPK Utama dan TPK Back-up;
4) Spesifikasi TPK Utama dan TPK Back-up;
5) Peralatan pendukung lainnya.
e. Penatausahaan Arsip
Sub bab ini menjelaskan prosedur yang dilakukan dalam penatausahaan arsip,
antara lain aplikasi transfer, Warkat Debet, laporan-laporan hasil Kliring, back-up
data harian, master key, user ID, password dan surat penunjukan petugas yang
berwenang dalam pengoperasian SKNBI.
3. Bab III : Keterkaitan sistem internal Peserta dan TPK
Dalam sub bab ini dijelaskan mengenai sistem internal Bank yang terkait dengan TPK
serta mekanisme interfacing (on-line atau manual) dari dan sistem internal Peserta.
4. Bab IV : Prosedur Pengoperasian dan Pembukuan Transaksi
Dalam pelaksanaan pengoperasian pembukuan transaksi, untuk setiap tahap kegiatan
agar dijelaskan pula pejabat/petugas yang menjadi penanggungjawabnya.
a. Proses Awal Hari
Sub bab ini menjelaskan langkah-langkah yang dilakukan pada proses awal hari
antara lain log in dan sinkronisasi data atau pemilihan tanggal Kliring.
b. Kegiatan Kliring Debet
Sub bab ini menjelaskan alur dan aktifitas pada kegiatan Kliring Debet
(penyerahan dan pengembalian) mulai dari penerimaan Warkat Debet dari
nasabah sampai dengan pembukuan hasil kliring Warkat Debet, termasuk
mekanisme koreksi dan pembatalan.
c. Kegiatan Kliring Kredit
Sub bab ini menjelaskan alur dan aktifitas pada kegiatan Kliring Kredit mulai dari
penerimaan instruksi transfer dari nasabah sampai dengan dikliringkan serta
339
Lampiran 7
mekanisme pembukuan transaksi masuk Kliring Kredit, termasuk mekanisme
koreksi dan pembatalan.
d. Proses Back-up
Sub bab ini menjelaskan langkah-langkah yang dilakukan dalam proses back-up,
yang meliputi antara lain transaksi, tabel dimensi, dan tabel user.
e. Proses Akhir Hari
Sub bab ini menjelaskan langkah-langkah yang dilakukan dalam rangka proses
menutup sistem secara keseluruhan.
5. Bab V : Penyediaan Pendanaan Awal (Prefund)
Bab ini menjelaskan alur dan aktivitas yang dilakukan oleh unit kerja di Bank yang
bertanggung jawab dalam penyediaan pendanaan awal.
6. Bab VI : Pengawasan Operasional SKNBI
a. Audit Trail
Sub bab ini menjelaskan langkah-langkah yang dilakukan dalam rangka
pengawasan transaksi melalui fungsi audit trail. Pengawasan yang dapat
dilakukan antara lain meneliti status transaksi, riwayat transaksi, dan transaksi
yang tidak terselesaikan.
b. Pelaporan kepada manajemen
Sub bab ini menjelaskan langkah-langkah yang dilakukan dalam rangka membuat
laporan baik yang bersifat rutin maupun insidentil kepada manajemen.
7. Bab VII : Disaster Recovery Plan (DRP) atau Business Continuity Plan (BCP) Atas
Operasional SKNBI Dalam Kondisi Gangguan dan atau Keadaan Darurat
Bab ini menjelaskan DRP atau BCP yang dilakukan oleh Peserta dalam hal TPK Utama
dan TPK Back-up mengalami gangguan atau terjadi Keadaan Darurat di lokasi Peserta.
DRP atau BCP tersebut antara lain mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. unit kerja sebagai penanggungjawab;
b. mekanisme koordinasi apabila penanggungjawab terdiri dari beberapa unit;
c. mekanisme pelaporan dan monitoring;
d. petugas operasional (termasuk data nomor telepon yang dapat dihubungi setiap
saat);
e. Mekanisme pencegahan dan atau penanggulangan dengan berbagai skenario
kondisi yang mungkin terjadi terhadap hal-hal sebagai berikut:
1) Gangguan pada sistem TPK Utama dan TPK Back-up, yang antara lain
disebabkan oleh kerusakan hardware, software, listrik dan atau JKD;
340
Lampiran 7
2) Keadaan Darurat (pemogokan kerja, kebakaran, kerusuhan massa, sabotase,
bencana alam).
f. Mekanisme atau prosedur apabila terjadi gangguan pada KPK dan atau SSK
dengan mengacu pada ketentuan Bank Indonesia.
g. Jadwal uji coba TPK Back-up (sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sekali). Dengan
memperhatikan tingkat kritikal di masing-masing Bank, uji coba dapat dilakukan
kurang dari 6 (enam) bulan sekali.
h. Uji Coba Back-up File (1 (satu) bulan sekali)
8. Bab VIII : Perlindungan konsumen
Bab ini menjelaskan mengenai standar layanan minimum dan penanganan pengaduan
nasabah berkaitan dengan aspek perlindungan terhadap konsumen, yang antara lain
meliputi:
a. Ketepatan/kecepatan proses pengkreditan dana ke rekening nasabah penerima
dana;
b. Besarnya biaya yang dibebankan kepada nasabah;
c. Informasi kepada nasabah mengenai biaya yang dibebankan oleh Bank
Indonesia kepada Peserta;
d. Waktu pelaksanaan instruksi transfer dana (untuk transfer kredit dan transfer
debet) dari nasabah;
e. Penanganan pengaduan/permasalahan nasabah beserta pengadministrasiannya.
9. Lampiran
Kebijakan dan Prosedur Tertulis dilengkapi dengan Flow Chart proses kerja untuk setiap
kegiatan sebagai Lampiran Kebijakan dan Prosedur Tertulis.
341
Lampiran 7
Lampiran 4.2 Ruang Lingkup Pemeriksaan Internal
Oleh Bank Sebagai Peserta
Dalam melakukan pemeriksaan internal oleh Bank sebagai Peserta paling kurang mencakup ruang
lingkup sebagai berikut:
a. Kebijakan dan prosedur tertulis yang terkait dengan operasional SKNBI
Menjelaskan apakah Peserta telah memiliki kebijakan dan prosedur tertulis mengenai
pelaksanaan operasional SKNBI dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b. Sumber Daya Manusia
Menjelaskan aspek sumber daya manusia yang diperiksa meliputi kecukupan jumlah sumber
daya manusia yang tersedia, aspek uraian jabatan maupun persyaratan jabatan
dibandingkan dengan ketentuan yang ditetapkan.
c. Pembagian tugas dan batas kewenangan serta penyimpangan
Menjelaskan apakah terdapat ketentuan secara tertulis mengenai pembagian tugas dan
batas kewenangan dalam operasional SKNBI. Disamping itu juga menjelaskan
penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan (apabila ditemukan dalam pemeriksaan ).
d. Kepatuhan Peserta terhadap ketentuan yang terkait dengan operasional SKNBI
Menjelaskan mengenai kepatuhan Peserta terhadap ketentuan yang terkait dengan
operasional SKNBI.
e. Perlindungan konsumen
Menjelaskan mengenai aspek perlindungan terhadap konsumen yang antara lain meliputi:
1) Ketepatan/kecepatan proses pengkreditan dana ke rekening nasabah penerima
dana;
2) Besarnya biaya yang dibebankan kepada nasabah;
3) Informasi kepada nasabah mengenai biaya yang dibebankan oleh Bank Indonesia
kepada Peserta;
4) Waktu pelaksanaan instruksi transfer dana (untuk transfer kredit dan transfer debet)
dari nasabah;
5) Penanganan pengaduan/permasalahan nasabah beserta pengadministrasiannya.
342
Lampiran 7
Lampiran 4.3 Ruang Lingkup Security Audit
Oleh Bank Sebagai Peserta
Dalam melakukan security audit oleh Bank sebagai Peserta paling kurang mencakup ruang lingkup
sebagai berikut:
a. Manajemen
Menjelaskan fungsi manajemen dalam kaitannya dengan operasional Peserta dalam SKNBI,
yang meliputi :
1) Sumber Daya Manusia
Aspek sumber daya manusia yang diperiksa meliputi observasi terhadap kualitas
sumber daya manusia di satuan kerja pelaksana operasional SKNBI, baik dari
aspek kompetensi maupun track record dibandingkan dengan persyaratan yang
ditetapkan. Kompetensi sumber daya manusia mencakup pemahaman teknik
operasional SKNBI sesuai dengan tugas dan kewenangannya. Pemeriksaan terhadap
track record dimaksudkan untuk memastikan bahwa sumber daya manusia yang diberi
wewenang untuk melaksanakan fungsi-fungsi dalam SKNBI memiliki moral yang baik.
Selain itu, diperiksa juga mengenai jenis pelatihan yang telah dan akan diberikan kepada
pegawai sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan pegawai.
2) Struktur Organisasi
Aspek yang diperiksa meliputi penjabaran tugas, pemisahan tugas, dan penanggung
jawab kegiatan.
3) Hukum
Aspek hukum yang diperiksa meliputi kualitas kontrak/perjanjian dengan
vendor/supplier pemasok sistem dan peralatan pendukung SKNBI dibandingkan dengan
peraturan intern mengenai SKNBI dan ketentuan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia.
b. Lingkungan
Menjelaskan bagaimana kondisi lingkungan yang meliputi sarana dan prasarana yang terkait
dengan operasional TPK. Kondisi lingkungan meliputi hal-hal sebagai berikut:
1) Tenaga Listrik
Aspek ini menjelaskan kondisi tenaga listrik yang digunakan dan memastikan bahwa
Peserta mempunyai Uninterruptible Power Supply (UPS) yang berfungsi dengan baik.
2) Pendingin Udara
Aspek ini menjelaskan kondisi pendingin udara yang digunakan oleh Peserta.
343
Lampiran 7
3) Penanganan Kebakaran
Aspek ini menjelaskan mengenai prosedur pencegahan, pendeteksian, dan pemadaman
kebakaran.
4) Lokasi/penempatan peralatan Teknologi Informasi (TI) secara lengkap (TPK dan printer)
dalam ruangan.
Aspek ini menjelaskan bagaimana penempatan peralatan TI dalam ruangan.
5) Lokasi ruangan dalam gedung
Aspek ini menjelaskan bagaimana lokasi ruangan dalam gedung. Hal ini berhubungan
dengan standar keamanan yang diperlukan.
6) Akses masuk ruangan
Aspek ini menjelaskan apakah Peserta melakukan kontrol terhadap pegawai yang
memasuki ruangan TPK Utama dan TPK Back-up.
c. Sistem TPK
Menjelaskan mengenai konfigurasi dan kondisi TPK Utama dan TPK Back-up dan sistem-sistem
lain yang terkait, meliputi:
1) Perangkat Keras (Hardware)
Aspek ini menjelaskan konfigurasi perangkat keras SKNBI antara lain TPK dan printer,
termasuk ketaatan Peserta untuk memenuhi persyaratan mininum hardware yang
digunakan sebagai TPK.
2) Perangkat Lunak (Software)
Aspek ini menjelaskan mengenai aplikasi TPK, kehandalan operating system (termasuk
upgrade perbaikan/patch), enkripsi, pengontrolan password, serta anti virus yang
digunakan.
3) Perangkat Jaringan
Aspek ini menjelaskan konfigurasi jaringan TPK ke SSK, termasuk koneksi/linkage
dengan sistem internal lainnya (dilengkapi gambar jaringan), kondisi pengkabelan
jaringan serta perangkat aktif dan pasif jaringan (hub, router, modem, dll).
d. Sistem Back-up
Menjelaskan apakah Peserta mempunyai TPK Back-up dan JKD Back-up. Selain itu, perlu juga
diperiksa apakah TPK Back-up dan sistem komunikasi berfungsi dengan baik dan telah
memenuhi kebutuhan minimum pemrosesan transaksi dalam Keadaan Darurat. Dalam hal
dilakukan pengujian back-up, perlu diteliti dokumentasinya.
e. Disaster Recovery Plan (DRP) atau Business Continuity Plan (BCP) Atas Operasional SKNBI
Dalam Kondisi Gangguan dan atau Keadaan Darurat
344
Lampiran 7
Menjelaskan apakah Peserta mempunyai DRP atau BCP yang memadai dan melakukan uji
coba DRP atau BCP secara berkala serta melakukan updating DRP atau BCP sesuai dengan
perkembangan.
f. Data dan Dokumentasi
Menjelaskan mengenai pengelolaan, pengolahan, serta dokumentasi data yang diperlukan,
meliputi :
1) Integritas Data
Aspek ini menjelaskan apakah data yang diolah akurat, handal, dan lengkap sesuai
dengan kebutuhan.
2) Log Book
Aspek ini menjelaskan apakah Peserta mempunyai log book yang bisa dicetak/dibaca
untuk mengetahui kesalahan pengoperasian TPK.
3) Dokumentasi hasil transaksi dan back-up hasil transaksi
Aspek ini menjelaskan apakah soft copy maupun hard copy hasil transaksi dan back-up
hasil transaksi dikelola dengan baik.
4) Pengadministrasian/dokumentasi hasil uji coba TPK Back-up dan uji coba data back-up
Aspek ini menjelaskan apakah Peserta menatausahakan dengan baik dokumentasi hasil
uji coba TPK Back-up dan uji coba data back-up.
5) Pengadministrasian/Dokumentasi Penanganan Masalah
Aspek ini menjelaskan apakah Peserta menatausahakan dengan baik dokumentasi
penanganan masalah yang berkaitan dengan TPK.
345
Lampiran 7
Lampiran 5.1 Contoh Format BPWD-Kliring Pengembalian
NAMA BANK ……………..,…………………….
KANTOR BANK
Bersama ini kami serahkan satu bundel bacth Warkat Kliring Debet – Kliring Pengembalian Rp.
untuk kredit rekening kami pada Bank Indonesia.
(b)
BUKTI PENYERAHAN WARKAT DEBET – KLIRING PENGEMBALIAN No. 000001
Logo Bank
Penerbit
1)
Clear Band
Nama & Tanda tangan (Paraf)
1. Kami mengetahui bahwa Penyelenggara tidak melakukan pemeriksaan
terhadap keabsahan Dokumen dan Warkat Kliring yang diserahkan.
2. Kami mengijinkan Penyelenggara untuk menyesuaikan jumlah nominal rupiah apabila terdapat perbedaan dengan hasil proses pada Penyelenggara.
Yang Menyerahkan
(Peserta) Yang Menerima
(Penyelenggara)
Warna Merah
2 3/4”
Lam
piran
SE
. No. 6
/52/D
AS
P tan
ggal 3
1 D
esember 2
004
(a) L
am
pira
n
4.b
Conto
h B
ukti P
enyerah
an W
arkat D
ebet
Lam
piran
SE
. No. 6
/52/D
AS
P tan
ggal 3
1 D
esember 2
004
(c) L
am
pira
n
4.c
Conto
h B
ukti P
enyerah
an W
arkat K
redit
Lam
piran
SE
. No. 6
/52/D
AS
P tan
ggal 3
1 D
esember 2
004
(d
) L
am
pira
n
4.d
Conto
h L
embar S
ubtitu
si
Lam
piran
SE
. No. 6
/52/D
AS
P tan
ggal 3
1 D
esember 2
004
(e) L
am
pira
n
4.e
Conto
h K
artu B
atch
Wark
at Deb
et
(f) L
am
pira
n
4.f
Conto
h K
artu B
atch
Wark
at Kred
it
346
Lampiran 7
Lampiran 5.2 Contoh Simbol MICR dan Ilustrasi Pencantuman
A. 4 (empat) simbol spesial MICR code line pada Warkat Debet dan Dokumen Kliring.
1. sebagai identitas simbol Nominal;
2. sebagai identitas simbol Domestik;
3. sebagai identitas simbol Bank; dan
4. sebagai identitas simbol Garis Pendek.
B. Contoh pencantuman nilai nominal dalam angka MICR.
Nilai nominal Rp 1.000.000,00 dicantumkan dalam angka MICR :
C. Ilustrasi pencantuman informasi lengkap dalam Warkat Debet
D. Ilustrasi pencantuman informasi lengkap dalam Dokumen Kliring.
347
Lampiran 7
Lampiran 5.3 Contoh Cara Pencantuman MICR Code Line
pada Clear Band Warkat Debet
Kolom Nomor Seri Warkat
Terdiri dari 6 digit angka
Diawali dan diakhiri dengan simbol domestik
Kolom Sandi Peserta
Terdiri dari 7 digit angka
3 digit pertama untuk sandi Bank
4 digit berikutnya untuk kantor Peserta
Di antara 3 digit pertama dan 4 digit terakhir dicantumkan simbol garis pendek
Diakhiri dengan simbol bank
Kolom Nomor Rekening
Terdiri 10 digit angka
Diakhiri dengan simbol domestik
Kolom sandi transaksi
Terdiri dari 2 digit angka
Kolom nilai nominal
Terdiri dari 14 digit angka
Diawali dan diakhiri dengan simbol nominal
( 14)
॥"
॥"
॥"
Ĉ:
¹"¹"
348
Lampiran 7
Lampiran 5.4 Contoh Cara Pencantuman MICR Code Line pada
Clear Band pada BPWD-Kliring Penyerahan dan BPWD-Kliring Pengembalian
Kolom Nomor Seri
Terdiri dari 6 digit angka
3 digit pertama diisi dengan angka 000
3 digit terakhir diisi dengan 3 digit pertama sandi Bank Peserta pengirim.
Diawali dan diakhiri dengan simbol domestik.
Kolom Sandi Peserta
Terdiri dari 7 digit angka
3 digit pertama diisi dengan 3 digit sandi kantor Peserta pengirim seperti yang tertera pada Stempel Kliring (tanpa angka penguji)
4 (empat) digit terakhir diisi dengan angka 9999.
Di antara 3 digit pertama dan 4 digit terakhir dicantumkan simbol garis pendek.
Diakhiri dengan simbol Bank.
Kolom sandi transaksi
Terdiri dari 2 digit angka
Untuk BPWD-Kliring Penyerahan diisi 60
Untuk BPWD-Kliring Pengembalian diisi 62
Kolom nilai nominal
Terdiri dari 14 digit angka
Diawali dan diakhiri dengan simbol nominal
( 14)
॥"
॥"
Ĉ:
¹"¹"
349
Lampiran 7
Lampiran 5.5 Contoh Cara Pencantuman MICR Code Line
pada Clear Band Kartu Batch
Kolom Nomor Seri
Terdiri dari 6 digit angka
3 digit pertama diisi dengan angka 000
3 digit terakhir diisi dengan 3 digit pertama sandi Bank Peserta pengirim.
Diawali dan diakhiri dengan simbol domestik.
Kolom Sandi Peserta
Terdiri dari 7 digit angka
3 digit pertama diisi dengan 3 digit sandi kantor Peserta pengirim seperti yang tertera pada Stempel Kliring (tanpa angka penguji)
4 (empat) digit terakhir diisi dengan angka 9999.
Di antara 3 digit pertama dan 4 digit terakhir dicantumkan simbol garis pendek.
Diakhiri dengan simbol Bank.
Kolom sandi transaksi
Terdiri dari 2 digit angka (96)
Kolom nilai nominal
Terdiri dari 14 digit angka
Diawali dan diakhiri dengan simbol nominal
( 14)
॥"
॥"
Ĉ:
¹"¹"
350
Lampiran 7
Lampiran 7.1 Alasan Penolakan Warkat dan DKE Debet
pada saat Kliring Pengembalian
No. Alasan Penolakan
1 Saldo Rekening Giro atau Rekening Khusus tidak cukup
2 Rekening Giro atau Rekening Khusus telah ditutup.
3 Unsur Cek/syarat formal Bilyet Giro tidak dipenuhi, yaitu tidak terdapat penyebutan tempat dan tanggal Penarikan.
4 Unsur Cek tidak dipenuhi, yaitu tidak terdapat tanda tangan Penarik.
5 Syarat formal Bilyet Giro tidak dipenuhi, yaitu tidak terdapat nama dan nomor Rekening Giro Pemegang.
6 Syarat formal Bilyet Giro tidak dipenuhi, yaitu tidak terdapat nama Bank penerima.
7 Syarat formal Bilyet Giro tidak dipenuhi, yaitu tidak terdapat jumlah Dana yang dipindahbukukan baik dalam angka maupun dalam huruf selengkap-lengkapnya.
8 Syarat formal Bilyet Giro tidak dipenuhi, yaitu tidak terdapat tanda tangan, nama jelas dan/atau dilengkapi dengan cap/stempel.
9 Bilyet Giro diunjukkan sebelum tanggal Penarikan atau sebelum Tanggal Efektif, atau Tanggal Efektif dicantumkan tidak dalam Tenggang Waktu Pengunjukan.
10 Cek dan/atau Bilyet Giro dibatalkan oleh Penarik setelah berakhirnya Tenggang Waktu Pengunjukan berdasarkan surat pembatalan dari Penarik.
11 Cek dan/atau Bilyet Giro sudah daluwarsa.
12 Perubahan teks/perintah yang telah tertulis pada Bilyet Giro tidak ditandatangani oleh Penarik.
13 Tanda tangan tidak cocok dengan spesimen.
14 Bank Penagih bukan merupakan Bank penerima yang disebut dalam Cek Silang Khusus atau Bilyet Giro sebagai Bank penerima Dana.
15 Cek dan/atau Bilyet Giro diblokir pembayarannya oleh Penarik karena hilang atau dicuri (harus dilampiri dengan surat keterangan dari kepolisian).
16 Cek dan/atau Bilyet Giro diblokir pembayarannya oleh instansi yang berwenang karena diduga terkait dengan tindak pidana yang dilakukan oleh Penarik (harus dilampiri dengan surat pemblokiran dari instansi yang berwenang).
17 Rekening Giro diblokir oleh instansi yang berwenang (harus dilampiri dengan surat pemblokiran dari instansi yang berwenang).
351
Lampiran 7
No. Alasan Penolakan
18 Perintah dalam DKE Debet tidak sesuai dengan perintah dalam Warkat Debet yang bersangkutan.
19 Penerimaan DKE Debet tidak disertai dengan penerimaan fisik Warkat Debet.
20 Cek dan/atau Bilyet Giro diduga palsu/dimanipulasi.
21 Warkat Debet yang diterima oleh Bank Tertarik bukan ditujukan untuk Bank Tertarik.
22*) Tidak ada Endosemen pada Cek atas nama yang dialihkan pada pihak lain.
23 Nota Debet tidak sesuai dengan ketentuan dan/atau perjanjian yang mendasarinya.
Keterangan:
*) Alasan 22 ”Tidak ada Endosemen pada Cek atas nama yang dialihkan pada pihak lain” hanya berlaku
untuk Cek atas nama yang dialihkan pada pihak lain yang diunjukkan secara langsung kepada Bank
Tertarik (over the counter), sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai Daftar
Hitam Nasional Penarik Cek dan/atau Bilyet Kosong
352
Lampiran 7
Lampiran 7.2 Contoh Format Surat Keterangan Penolakan
dari Bank yang mengkliringkan kepada Nasabah yang menyetorkan Warkat Debet
Kepada :
Pemegang Cek/Bilyet Giro
[Melalui: Bank xwz Jakarta - sandi bank : xxx.xxxx]
(hanya apabila Cek/Bilyet Giro ditolak melalui Kliring)
Perihal : SURAT KETERANGAN PENOLAKAN (SKP)
Bersama ini kami kembalikan:
- Jenis Warkat : [Cek/Bilyet Giro) - Nomor Warkat : [XXXXXX]
- Tanggal Penarikan : [XX-XX-XXXX] - Nominal : [Rp. 13.000.000,00]
Alasan Penolakan : [Saldo tidak cukup]
Nama nasabah : [Saiful Andi Sumeleh]
Alamat : [Jl. Cendana Harum No. 13 Jakarta Barat]
Demikian agar maklum
[Jakarta, 13 Oktober 2005]
Bank [Tertarik]
KC. [Jkt Sabang]
....................
Nama Pejabat
(Tanda tangan tidak diperlukan pada SKP ini)
353
Lampiran 7
Lampiran 7.3 Contoh Format Surat Pernyataan Adanya Missing Item
Surat Pernyataan Missing Item
Yang bertanda tangan dibawah ini,
Nama Petugas Peserta Pengirim :
Nama Bank :
Sandi Peserta/Nama Kantor Cabang :
Peserta Kliring pada Wilayah Kliring :
Dengan ini menyatakan bahwa telah terjadi missing item (terdapat selisih kurang antara
Warkat Debet yang diserahkan Peserta Pengirim dibandingkan dengan DKE Debet yang diterima dari
PKL/Peserta Penerima) sebanyak ..... (....................) lembar Warkat Debet, yaitu:
No. Nomor Serie Warkat
Jenis Warkat Debet
Nominal (dalam angka)
Nama Bank Tertarik
Demikian agar maklum.
[kota], [tanggal]
Mengetahui, Yang menyatakan,
Peserta Penerima Peserta Pengirim
Ttd Ttd
( ) ( )
*) Tanda tangan hanya untuk penyelenggaraan SKNBI di Wilayah Kliring On-Line Manual dan Off-Line
Manual
354
Lampiran 7
Lampiran 7.4 Jenis Laporan Kliring Debet
1. Wilayah Kliring On-line Otomasi
Jenis Distribusi
Laporan Kliring Penyerahan Penerima Bentuk
1. Bilyet Saldo Hasil Perhitungan DKE Kliring Penyerahan
Semua Peserta Hardcopy
2. Daftar Hasil Perhitungan DKE Kliring Penyerahan
Kantor Pusat/ Koordinator
Hardcopy
3. Rincian DKE kliring Penyerahan yang Di-Reject oleh Penyelenggara Kliring Lokal
Semua Peserta, jika ada
Hardcopy
4. Rekapitulasi Hasil Proses Warkat Debet Kliring Penyerahan
Kantor Pusat/ Koordinator
Hardcopy
Laporan Kliring Pengembalian
1. Bilyet Saldo Hasil Perhitungan DKE Kliring Pengembalian
Semua Peserta Hardcopy
2. Daftar Hasil Perhitungan DKE Kliring Pengembalian
Kantor Pusat/ Koordinator
Hardcopy
3. Rincian DKE kliring Pengembalian yang Di-Reject oleh Penyelenggara Kliring Lokal
Semua Peserta, jika ada
Hardcopy
Laporan Kliring Debet
1. Daftar Hasil Perhitungan Kliring Debet Nasional
Kantor Pusat Hardcopy
2. Bilyet Saldo Hasil Perhitungan DKE Kliring Debet Nasional
Kantor Pusat Hardcopy
2. Wilayah Kliring Off-line Otomasi
Jenis Distribusi
Laporan Kliring Penyerahan Penerima Bentuk
1. Bilyet Saldo Hasil Perhitungan DKE Kliring Penyerahan
Semua Peserta
Hardcopy
2. Daftar Hasil Perhitungan DKE Kliring Penyerahan
Kantor Pusat/ Koordinator
Hardcopy
3. Rincian DKE kliring Penyerahan yang Di-Reject oleh Penyelenggara Kliring Lokal
Semua Peserta, jika ada
Hardcopy
355
Lampiran 7
4. Rekapitulasi Hasil Proses Warkat Debet Kliring Penyerahan
Kantor Pusat/ Koordinator
Hardcopy
Laporan Kliring Pengembalian
1. Bilyet Saldo Hasil Perhitungan DKE Kliring Pengembalian
Semua Peserta Hardcopy
2. Daftar Hasil Perhitungan DKE Kliring Pengembalian
Kantor Pusat/ Koordinator
Hardcopy
3. Rincian DKE Kliring Pengembalian Yang Di-Reject Oleh Penyelenggara Kliring Lokal
Semua Peserta, jika ada
Hardcopy
Laporan Kliring Debet
1. Daftar Hasil Perhitungan Kliring Debet Nasional
Kantor Pusat Softcopy
Download - TPK online
2. Bilyet Saldo Hasil Perhitungan DKE Kliring Debet Nasional
Kantor Pusat Softcopy
Download - TPK online
3. Wilayah Kliring Off-line Manual
Jenis Laporan Distribusi
Laporan Kliring Penyerahan
1. Bilyet Saldo Hasil Perhitungan DKE Kliring Penyerahan
Semua Peserta Hardcopy
2. Daftar Hasil Perhitungan DKE Kliring Penyerahan
Kantor Pusat/ Koordinator
Hardcopy
3. Rincian DKE Kliring Penyerahan Yang Di-Reject Oleh Penyelenggara Kliring Lokal
Semua Peserta, jika ada
Hardcopy
Laporan Kliring Pengembalian
1. Bilyet Saldo Hasil Perhitungan DKE Kliring Pengembalian
Semua Peserta Hardcopy
2. Daftar Hasil Perhitungan DKE Kliring Pengembalian
Kantor Pusat/ Koordinator
Hardcopy
3. Rincian DKE Kliring Pengembalian Yang Di-Reject Oleh Penyelenggara Kliring Lokal
Semua Peserta, jika ada
Hardcopy
Laporan Kliring Debet
1. Daftar Hasil Perhitungan Kliring Debet Nasional
Kantor Pusat Softcopy
Download - TPK online
2. Bilyet Saldo Hasil Perhitungan DKE Kliring Debet Nasional
Kantor Pusat Softcopy
Download - TPK online
356
Lampiran 7
4. Wilayah Kliring On-line Manual
Jenis Laporan Distribusi
Laporan Kliring Penyerahan
1. Bilyet Saldo Hasil Perhitungan DKE Kliring Penyerahan
Semua Peserta Hardcopy
2. Daftar Hasil Perhitungan DKE Kliring Penyerahan
Kantor Pusat/ Koordinator
Hardcopy
3. Rincian DKE Kliring Penyerahan Yang Di-Reject Oleh Penyelenggara Kliring Lokal
Semua Peserta, jika ada
Hardcopy
Laporan Kliring Pengembalian
1. Bilyet Saldo Hasil Perhitungan DKE Kliring Pengembalian
Semua Peserta Hardcopy
2. Daftar Hasil Perhitungan DKE Kliring Pengembalian
Kantor Pusat/ Koordinator
Hardcopy
3. Rincian DKE Kliring Pengembalian Yang Di-Reject Oleh Penyelenggara Kliring Lokal
Semua Peserta, jika ada
Hardcopy
Laporan Kliring Debet
1. Daftar Hasil Perhitungan Kliring Debet Nasional
Kantor Pusat Softcopy
Download - TPK online
2. Bilyet Saldo Hasil Perhitungan DKE Kliring Debet Nasional
Kantor Pusat Softcopy
Download - TPK online
357
Lampiran 7
Lampiran 7.4a Contoh Penyampaian Laporan Penyelesaian Kewajiban
Pembayaran Warkat Debet dari DKE Debet Unconfirmed Outgoing
No. ….. [Kota, Tanggal]
Kepada Yth. [Nama Kantor Penyelenggara Kliring Lokal] [Alamat] Perihal: Penyampaian Laporan Penyelesaian Warkat Debet atas DKE Debet yang Tidak
Diperhitungkan oleh PKL (DKE Debet Unconfirmed)
Bersama ini kami sampaikan laporan penyelesaian Warkat Debet dari DKE Debet Unconfirmed yang kami terima dalam penyelenggaraan Kliring Debet Saudara sebagai berikut:
No. Nomor Warkat
Jenis Warkat*
Nominal (Rp)
Tanggal Kliring
Penyerahan
Tanggal Penyelesaian
Metode Penyelesaian**
Keterangan***
1.
2.
3.
4.
Demikian kami sampaikan, atas kerja samanya kami ucapkan terima kasih.
[Kantor Bank Peserta] [Sandi Kliring Peserta]
[Tanda Tangan]
[Nama jelas pejabat berwenang dan
stempel Bank] Jabatan
* Diisi dengan Cek, Bilyet Giro, atau jenis Warkat Debet lainnya. ** Diisi dibayar atau ditolak. *** Diisi dengan metode pembayaran (transfer Sistem BI-RTGS, tunai, atau mekanisme lainnya)
apabila dibayar atau alasan penolakan apabila tidak dibayar.
358
Lampiran 7
Lampiran 7.6 Contoh Formulir Pengembalian Warkat Debet
No. … [kota], [tanggal]
Formulir Pengembalian Warkat Debet
Kepada
PT. Bank …
Bersama ini kami kembalikan Warkat Debet Saudara pada Kliring penyerahan dengan rincian sebagai
berikut:
No. Jenis Warkat Debet
No. Seri Warkat Debet
Nominal Sandi Bank Penerima
Penyebab *)
1 Cek 123456 Rp.10.000.000,- 999.9999 1
2 Bilyet Giro 654321 Rp.5.000.000,- 999.9999 1
3 Bilyet Giro 111222 Rp.2.000.000,- 999.9999 2
4 …
*) Keterangan penyebab Warkat Debet:
1. Melanggar ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai penggunaan nota debet dalam
Kliring;
2. Sandi peserta pada MICR code line Warkat Debet tidak dikenal.
3. Warkat Debet tidak diproses oleh PKL karena permintaan pihak yang berwenang
Penyelenggara Kliring Lokal
(Tanda Tangan dan Nama Jelas Pejabat)
359
Lampiran 7
Lampiran 7.7 Contoh Format Surat Keterangan Penahan Warkat Debet
No. ….
Sudah terima dari Bank ………………………… dalam perhitungan Kliring penyerahan pada tanggal
………………………… sebanyak …….. lembar Warkat Debet berupa:
No. Jenis Warkat Nomor Seri Nominal Tgl. Penarikan
Warkat Debet tersebut kami tahan untuk dilakukan penelitian dan diteruskan kepada yang berwajib
karena diduga ada hubungannya dengan tindak pidana, sesuai dengan Surat Keterangan Lapor dari
Kepolisian (foto kopi terlampir).
Kota, tanggal, bulan, tahun
Bank …………………
LOGO
BANK
360
Lampiran 7
Lampiran 7.8.a Contoh Surat Permohonan Cetak Ulang Laporan
No. … [kota], [tanggal]
Kepada Yth.
[Nama Kantor Penyelenggara Kliring Lokal]
Jl. ………………………..…………
[Kota]
Perihal : Permohonan Cetak Ulang Laporan Hasil Kliring
Sehubungan dengan hasil Kliring Penyerahan/Kliring Pengembalian*) pada tanggal
………………………………., kami mohon bantuannya untuk dapat diberikan cetak ulang hasil laporan
dimaksud sebagai berikut:
Kode Laporan : ………………………………….
Nama Laporan : ………………………………….
Sandi Peserta : ………………………………….
Permintaan cetak ulang laporan tersebut dikarenakan ……………………………
Demikian permohonan ini kami buat, atas kerjasamannya diucapkan terima kasih.
[Kantor Bank Peserta]
[Tanda tangan]
(Nama jelas pejabat berwenang dan stempel Bank)
Jabatan
361
Lampiran 7
Lampiran 7.8.b Contoh Tanda Terima Cetak Ulang Laporan
TANDA TERIMA PENGAMBILAN CETAK ULANG LAPORAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama Petugas : …………………………………..
Nama Bank/Sandi : …………………………………..
Jabatan : …………………………………..
Alamat Bank : …………………………………..
Telepon : …………………………………..
Telah menerima salinan Laporan Hasil Kliring sebagaimana yang tercantum dalam surat permohonan
kami kepada Bank Indonesia. Segala bentuk penggunaan atas salinan Laporan Hasil Kliring tersebut
menjadi tanggung jawab nama dan bank tersebut di atas.
[Kota], [Tanggal]
[Kantor Bank Peserta]
[Tanda tangan]
(Nama jelas pejabat berwenang dan stempel Bank)
Jabatan
Tanda terima dibuat dalam rangkap 2 (dua):
1. Lembar asli untuk untuk Penyelenggara Kliring Lokal
2. Lembar tembusan untuk Bank pemohon
362
Lampiran 7
Lampiran 7.9.a Contoh Surat Permohonan Salinan Warkat Debet
No. … [kota], [tanggal]
Lamp. : … hal
Kepada Yth.
[Nama Kantor Penyelenggara Kliring Lokal]
Jl. ………………………..…………
[Kota]
Perihal : Permohonan Salinan Warkat Debet
Sehubungan kekurangan penerimaan Warkat Debet yang diproses pada Kliring Debet tanggal
……………………………, kami mohon bantuannya untuk dapat diberikan Salinan Warkat Debet sebagai
berikut :
No. Seri Warkat : ………………………………….
No. Rekening : ………………………………….
Nominal Rp. : ………………………………….
Sandi Bank Pengirim : ………………………………….
Sandi Bank Penerima : ………………………………….
Terlampir fotokopi laporan kliring masuk sebagai data pendukung.
Demikian permohonan ini kami buat, atas kerjasamannya diucapkan terima kasih.
[Kantor Bank Peserta]
[Tanda tangan]
(Nama jelas pejabat berwenang dan stempel Bank)
Jabatan
./.
363
Lampiran 7
Lampiran 7.9.b Contoh Tanda Terima Salinan Warkat Debet
TANDA TERIMA PENGAMBILAN SALINAN WARKAT DEBET
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama Petugas : …………………………………..
Nama Bank/Sandi : …………………………………..
Jabatan : …………………………………..
Alamat Bank : …………………………………..
Telepon : …………………………………..
Telah menerima salinan Warkat Debet sebagaimana yang tercantum dalam surat permohonan kami
kepada Bank Indonesia. Segala bentuk penggunaan atas salinan Warkat Debet tersebut menjadi
tanggung jawab nama dan bank tersebut di atas.
[Kota], [Tanggal]
[Kantor Bank Peserta]
[Tanda tangan]
(Nama jelas pejabat berwenang dan stempel Bank)
Jabatan
Tanda terima dibuat dalam rangkap 2 (dua) :
1. Lembar asli untuk untuk Penyelenggara Kliring Lokal
2. Lembar tembusan untuk Bank pemohon
364
Lampiran 7
Lampiran 8 Jenis Laporan Kliring Kredit
Jenis Distribusi
Penerima Bentuk
Laporan PKL untuk Peserta di Wilayah Kliring On-line Otomasi
1. Bilyet Saldo Hasil Perhitungan DKE Kliring Kredit Siklus I/II
Kantor Pusat Softcopy/ download TPK online
2. Rekapitulasi Hasil Perhitungan DKE Siklus I/II Kantor Pusat Softcopy/ download TPK online
3. Daftar Batch Kliring Kredit Siklus I/II Yang Di-Reject Oleh Sistem Sentral Kliring Karena Tidak Memenuhi Kecukupan Prefund
Kantor Pusat, jika ada
Softcopy/ download TPK online
4. Daftar Batch Kliring Kredit Siklus I/II Yang Di-Reject Oleh Sistem Sentral Kliring
Kantor Pusat, jika ada
Softcopy /download TPK online
Laporan PKL untuk Peserta yang mengirimkan DKE Kredit melalui PKL di Wilayah Kliring Off-line Otomasi dan Wilayah Kliring Off-line Manual
1. Bilyet Saldo Hasil Perhitungan DKE Kliring Kredit Siklus I/II
Kantor Pusat/ Koordinator
Softcopy/ download TPK online
2. Rekapitulasi Hasil Perhitungan DKE Siklus I/II Kantor Pusat/ Koordinator
Softcopy/ download TPK online
3. Daftar Batch Kliring Kredit Siklus I/II Yang Di-Reject Oleh Sentral Sistem Kliring Karena Tidak Memenuhi Kecukupan Prefund
Kantor Pusat/ Koordinator, jika ada
Softcopy/ download TPK online
4. Rincian DKE Kliring Kredit Siklus I/II Yang Di-Reject Oleh Sistem Sentral Kliring
Kantor Pusat/ Koordinator, jika ada
Softcopy/ download TPK online
365
Lampiran 7
Lampiran 8.1 Jenis Transaksi Kliring Kredit
Jenis Transaksi Kliring Kredit
No. Kode Transaksi Keterangan
1. 50 Transaksi Kredit individual nasabah
2. 51 Transaksi terkait dengan TSA
3. 52 Transaksi terkait dengan TSA
4. 53 s.d 59 Belum digunakan
366
Lampiran 7
Lampiran 8A.1 Contoh Pengumuman Jadwal SKNBI Oleh PKL
No. Kegiatan T+0 (WIB)
T+1*) (WIB)
I Kliring Kredit
A Siklus Pertama
1 Penyediaan Pendanaan Awal (prefund)
2 Pengiriman DKE Kredit ke SSK
3 Download DKE Kredit inward confirmed
4 Penyediaan informasi awal (early warning)
5 Penambahan Pendanaan Awal (top-up prefund)
6 Penyelesaian Akhir Hasil Kliring Kredit secara Periodik
7 Penyelesaian Akhir Hasil Kliring Kredit secara nasional
8 Download DKE Kredit outward
B Siklus Kedua
1 Pengiriman DKE Kredit ke SSK
2 Download DKE Kredit inward confirmed
3 Penyediaan informasi awal (early warning)
4 Penambahan Pendanaan Awal (top-up prefund)
5 Penyelesaian Akhir Hasil Kliring Kredit secara Periodik
6 Penyelesaian Akhir hasil Kliring Kredit secara nasional
7 Download DKE Kredit outward
II Kliring Debet
A Kliring Penyerahan
1 Penyampaian DKE Debet penyerahan dari Peserta secara off-line kepada PKL maupun secara on-line kepada PKL melalui SSK
2 Penyampaian Warkat Debet penyerahan dari Peserta kepada PKL atau kepada Peserta lainnya
3 Penambahan Pendanaan Awal oleh kantor pusat Peserta 1)
4 Pengiriman BSK penyerahan lokal ke SSK sehingga kantor pusat Peserta dapat melakukan download atas hasil Kliring lokal setempat; dan
5 Distribusi laporan hasil Kliring penyerahan oleh PKL kepada Peserta
B Kliring Pengembalian
1 Penyampaian DKE Debet pengembalian dari Peserta secara off-line kepada PKL maupun secara on-line kepada PKL melalui SSK
367
Lampiran 7
No. Kegiatan T+0 (WIB)
T+1*) (WIB)
2 Penyampaian Warkat Debet pengembalian kepada PKL atau Peserta lainnya
3 Penyediaan informasi Awal (early warning)
4 Pengiriman BSK pengembalian lokal ke SSK sehingga kantor pusat Peserta dapat melakukan download atas hasil Kliring lokal setempat; dan
5 Distribusi laporan hasil Kliring pengembalian oleh PKL kepada Peserta
Lampiran 8A.2
Keterangan:
*) Hanya diisi apabila Kliring pengembalian dilakukan pada hari kerja yang berbeda
dengan Kliring penyerahan
368
Lampiran 7
Lampiran 8A.2 Contoh Pengumuman Jadwal SKNBI Oleh PKN
Jadwal Kliring Kredit
No. Kegiatan WIB
A Siklus Pertama
1. Penyediaan pendanaan awal (prefund)
2. Pengiriman DKE Kredit ke SSK
3. Download DKE Kredit inward confirmed
4. Penyediaan informasi awal (early warning)
5. Penambahan Pendanaan Awal (top-up prefund)
6. Penyelesaian Akhir Secara Periodik
7. Penyelesaian Akhir Siklus
8. Download DKE Kredit outward
B Siklus Kedua
1. Pengiriman DKE Kredit ke SSK
2. Download DKE Kredit inward confirmed
3. Penyediaan informasi awal (early warning)
4. Penambahan Pendanaan Awal (top-up prefund)
5. Penyelesaian Akhir Secara Periodik
6. Penyelesaian Akhir Siklus
7. Download DKE Kredit outward
369
Lampiran 7
Jadwal Kliring Debet
No. Kegiatan Waktu (WIB)
A Kliring Debet T+0
1. Penyediaan Pendanaan Awal (prefund)
2. Penyampaian DKE Debet dari TPK On-line dan KPK ke SSK:
- DKE Debet Kliring Penyerahan
- DKE Debet Kliring Pengembalian
3. Penyediaan informasi awal (early warning)
4. Penambahan Pendanaan Awal (top-up prefund)
5. Download status DKE Debet Penyerahan oleh KPK
6. Proses BSK Penyerahan Lokal dan BSK Pengembalian Lokal oleh KPK
7. Ppengiriman BSK Penyerahan Lokal, BSK Pengembalian Lokal dan BSK Debet Lokal****)
oleh KPK ke SSK
8. Penyelesaian Akhir hasil Kliring Debet secara nasional
9. Download DKE Debet confirmed dan unconfirmed oleh TPK on-line
B Kliring Pengembalian (T+1)
1. Pengiriman DKE Debet pengembalian dari TPK ke SSK (pengiriman on-line)
Pengiriman dari KPK ke SSK yang terdiri dari:
- DKE Debet pengembalian 1)
- BSK Pengembalian Lokal 2)
2. Informasi awal (early warning)
3. Penyelesaian Akhir (settlement)
4. Download DKE Debet confirmed dan unconfirmed oleh TPK on-line
Keterangan
BSK Debet Lokal adalah netting antara BSK Penyerahan Lokal dengan BSK Pengembalian Lokal. BSK
Debet Lokal untuk wilayah kliring yang pelaksanaan Kliring pengembaliannya dilakukan pada hari
kerja berikutnya (T+1) hanya merupakan BSK Penyerahan Lokal tanpa BSK Pengembalian Lokal.
1. Untuk Wilayah Kliring yang pelaksanaan Kliring pengembaliannya dilakukan pada hari kerja
berikutnya (T+1), maka DKE Debet yang dikembalikan adalah DKE Debet yang diserahkan pada
Kliring penyerahan hari kerja sebelumnya (T+0).
2. Untuk Wilayah Kliring yang pelaksanaan Kliring pengembaliannya dilakukan pada hari kerja
berikutnya (T+1), maka BSK Pengembalian Lokal merupakan BSK hasil perhitungan DKE Debet
yang dikembalikan sebagaimana dimaksud pada angka 1).
370
Lampiran 7
Lampiran 8B
Pengenaan Biaya Warkat Debet yang Tertolak (Reject) Oleh Mesin Baca Pilah
No Penyebab Reject Pihak yang Dikenakan Biaya Warkat
Debet Reject
Peserta Pengirim Peserta
Penerima
1 Kolom Nomor Seri V
2 Sandi peserta V
3 Nomor rekening V
4 Sandi Transaksi V
5 Nominal V
371
Lampiran 7
Lampiran 9 Contoh Bentuk dan Informasi yang Dicantumkan
dalam TPPK untuk Peserta
A. TPPK Peserta di Wilayah Kliring On-line Otomasi dan Wilayah Kliring Off-line Otomasi
1. TPPK Bagi Petugas Internal Peserta
Misalnya PT. Bank AAA KC. Basuki Rahmat nomor sandi Peserta 555-6667.
a. TPPK Bentuk Vertikal
Tampak Depan Tampak Belakang
b. TPPK Bentuk Horisontal
Tampak Depan Tampak Belakang
Tanda Pengenal Petugas Kliring
(TPPK)
a. Segala akibat pemakaian TPPK
oleh pihak manapun merupakan
tanggung jawab peserta Kliring
yang bersangkutan
b. Barang siapa menemukan TPPK
ini supaya menyerahkan kepada
Bank Indonesia, Bagian Kliring
Jakarta, Gedung D lt. 3, Jl. M.H.
Thamrin No.2 Jakarta 10010
Nama dan tanda tangan
Pejabat PKL
KLIRING
BANK INDONESIA
SURABAYA
PT. BANK AAA
KC BASUKI RAHMAT
555-6667
KLIRING BANK INDONESIA SURABAYA
PT. BANK AAA
KC. BASUKI RAHMAT
555-6667
Tanda Pengenal Petugas Kliring (TPPK)
a. Segala akibat pemakaian TPPK oleh pihak manapun merupakan tanggung jawab peserta Kliring yang
bersangkutan.
b. Barang siapa menemukan TPPK ini supaya menyerahkan kepada Bank Indonesia, Bagian Kliring
Jakarta, Gedung D lt. 3, Jl. M.H. Thamrin No.2 Jakarta
10010
Nama dan tanda tangan
Pejabat PKL
372
Lampiran 7
2. TPPK Bagi Perusahaan Jasa Kurir
Misalnya PT. Bank AAA nomor sandi peserta 002-0307 menunjuk perusahaan jasa kurir
dengan nama PT. XXX
a. TPPK Bentuk Vertikal
Tampak Depan Tampak Belakang
b. TPPK Bentuk Horisontal
Tampak Depan Tampak Belakang
Tanda Pengenal Petugas Kliring
(TPPK)
a. Segala akibat pemakaian TPPK oleh pihak manapun merupakan tanggung
jawab peserta Kliring yang
bersangkutan
b. Barang siapa menemukan TPPK ini
supaya menyerahkan kepada Bank Indonesia, Bagian Kliring Jakarta,
Gedung D lt. 3 Jl. M.H. Thamrin
No.2 Jakarta 10010
Nama dan tanda tangan
Pejabat TPPK
KLIRING
BANK INDONESIA
SURABAYA
PT. XXX
PT. BANK AAA
002
KLIRING BANK INDONESIA SURABAYA
PT. XXX
PT. BANK AAA
002
Tanda Pengenal Petugas Kliring (TPPK) a. Segala akibat pemakaian TPPK oleh pihak manapun
merupakan tanggung jawab peserta Kliring yang
bersangkutan. b. Barang siapa menemukan TPPK ini supaya
menyerahkan kepada Bank Indonesia, Bagian Kliring
Jakarta, Gedung D lt. 3, Jl. M.H. Thamrin No.2 Jakarta 10010
Nama dan tanda tangan Pejabat Penyeleggara
373
Lampiran 7
B. TPPK Peserta di Wilayah Kliring Off-line Manual
Tampak Depan
KLIRING
BANK MANDIRI*)
TANJUNG PINANG
KLIRING
BANK DANAMON**)
TANJUNG PINANG
NAMA PETUGAS INTERNAL PESERTA
Tampak Belakang
Tanda Pengenal Petugas Kliring (TPPK)
Sandi Peserta :
Alamat Peserta :
[kota], [tgl/bln/thn]
Nama kantor PKL
Tanda tangan & Nama Tanda tangan & Nama
Petugas Internal Peserta Pejabat PKL
*) Diisi nama kantor Penyelenggara Kliring Lokal
**) Diisi nama Kantor Bank Peserta
FOTO
(2x3 cm)
374
Lampiran 7
Lampiran 15 Daftar Alasan Penolakan dan Sanksi Kewajiban Membayar
atas Penolakan Warkat Debet dan/atau DKE Debet
Penolakan Pihak yang Dikenakan Sanksi Kewajiban
Membayar1)
No. Alasan Penolakan4)
Bank Penagih2) Bank Tertarik3)
Bank Nabah Pemegang
Bank Nasabah Penarik
1 Saldo Rekening Giro atau Rekening Khusus tidak cukup.
- - - √
2 Rekening Giro atau Rekening Khusus telah ditutup.
Tidak ada sanksi kewajiban membayar
3 Unsur Cek/syarat formal Bilyet Giro tidak dipenuhi, yaitu tidak terdapat penyebutan tempat dan tanggal Penarikan.
-
-
-
√
4 Unsur Cek tidak dipenuhi, yaitu tidak terdapat tanda tangan Penarik.
- - - √
5 Syarat formal Bilyet Giro tidak dipenuhi, yaitu tidak terdapat nama dan nomor Rekening Giro Pemegang.
-
-
-
√
6 Syarat formal Bilyet Giro tidak dipenuhi, yaitu tidak terdapat nama Bank penerima.
-
-
-
√
7 Syarat formal Bilyet Giro tidak dipenuhi, yaitu tidak terdapat jumlah Dana yang dipindahbukukan baik dalam angka maupun dalam huruf selengkap-lengkapnya.
-
-
-
√
8 Syarat formal Bilyet Giro tidak dipenuhi, yaitu tidak terdapat tanda tangan, nama jelas dan/atau dilengkapi dengan cap/stempel.
-
-
-
√
9 Bilyet Giro diunjukkan sebelum tanggal Penarikan atau sebelum Tanggal Efektif, atau Tanggal Efektif dicantumkan tidak dalam Tenggang Waktu Pengunjukan.
√ - - -
10 Cek dan/atau Bilyet Giro dibatalkan oleh Penarik setelah berakhirnya Tenggang Waktu Pengunjukan berdasarkan surat pembatalan dari
Tidak ada sanksi kewajiban membayar
375
Lampiran 7
Penolakan Pihak yang Dikenakan Sanksi Kewajiban
Membayar1)
No. Alasan Penolakan4)
Bank Penagih2) Bank Tertarik3)
Bank Nabah Pemegang
Bank Nasabah Penarik
Penarik.
11 Cek dan/atau Bilyet Giro sudah daluwarsa.
√ - - -
12 Perubahan teks/perintah yang telah tertulis pada Bilyet Giro tidak ditandatangani oleh Penarik.
Tidak ada sanksi kewajiban membayar
13 Tanda tangan tidak cocok dengan spesimen.
- - - √
14 Bank Penagih bukan merupakan Bank penerima yang disebut dalam Cek Silang Khusus atau Bilyet Giro sebagai Bank penerima Dana.
√
-
-
-
15 Cek dan/atau Bilyet Giro diblokir pembayarannya oleh Penarik karena hilang atau dicuri (harus dilampiri dengan surat keterangan dari kepolisian).
Tidak ada sanksi kewajiban membayar
16 Cek dan/atau Bilyet Giro diblokir pembayarannya oleh instansi yang berwenang karena diduga terkait dengan tindak pidana yang dilakukan oleh Penarik (harus dilampiri dengan surat pemblokiran dari instansi yang berwenang).
Tidak ada sanksi kewajiban membayar
17 Rekening Giro diblokir oleh instansi yang berwenang (harus dilampiri dengan surat pemblokiran dari instansi yang berwenang).
Tidak ada sanksi kewajiban membayar
18 Perintah dalam DKE Debet tidak sesuai dengan perintah dalam Warkat Debet yang bersangkutan.
√
-
-
-
19 Penerimaan DKE Debet tidak disertai dengan penerimaan fisik Warkat Debet.
Tidak ada sanksi kewajiban membayar
20 Cek dan/atau Bilyet Giro diduga palsu/dimanipulasi.
Tidak ada sanksi kewajiban membayar
21 Warkat Debet yang diterima oleh √ - - -
376
Lampiran 7
Penolakan Pihak yang Dikenakan Sanksi Kewajiban
Membayar1)
No. Alasan Penolakan4)
Bank Penagih2) Bank Tertarik3)
Bank Nabah Pemegang
Bank Nasabah Penarik
Bank Tertarik bukan ditujukan untuk Bank Tertarik.
225) Tidak ada Endosemen pada Cek atas nama yang dialihkan pada pihak lain.
Tidak ada sanksi kewajiban membayar
23 Nota Debet tidak sesuai dengan ketentuan dan/atau perjanjian yang mendasarinya.
√
-
-
-
Keterangan:
1) Bank Indonesia mengenakan sanksi kewajiban membayar dimaksud kepada Bank Penagih atau Bank
Tertarik yang merupakan pihak yang menyebabkan timbulnya penolakan atas Warkat Debet
dan/atau DKE Debet. Dalam hal pihak yang menyebabkan terjadinya penolakan tersebut adalah
nasabah, Bank Penagih atau Bank Tertarik dapat membebankan sanksi kewajiban membayar
dimaksud kepada nasabah sesuai dengan Daftar Alasan Penolakan Dan Sanksi Kewajiban Membayar
Atas Penolakan Warkat Debet Dan/Atau DKE Debet.
2) Bank Penagih adalah Bank yang melakukan penagihan Warkat Debet dan/atau DKE Debet kepada
Bank Tertarik melalui Kliring penyerahan untuk kepentingan Pemegang.
3) Bank Tertarik adalah Bank yang menerima perintah pembayaran atau pemindahbukuan atas
sejumlah Dana dari Penarik dengan menggunakan Warkat Debet dan/atau DKE Debet dalam Kliring
penyerahan.
4) Untuk memudahkan petugas operasional Kliring di Bank untuk melakukan pilihan alasan penolakan
Cek dan/atau Bilyet Giro, maka beberapa persyaratan Cek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 178
Kitab Undang-undang Hukum Dagang dan beberapa syarat formal Bilyet Giro sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 28/32/KEP/DIR tanggal 4 Juli 1995 tentang
Bilyet Giro yang secara umum telah ada secara tercetak (preprinted) pada blanko Warkat Cek
dan/atau Bilyet Giro, tidak disertakan lagi dalam alasan penolakan Warkat Debet dalam ketentuan
ini.
5) Alasan 22 ”Tidak ada Endosemen pada Cek atas nama yang dialihkan pada pihak lain” hanya berlaku
untuk Cek atas nama yang dialihkan pada pihak lain yang diunjukkan secara langsung kepada Bank
Tertarik (over the counter), sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai Daftar
Hitam Nasional Penarik Cek dan/atau Bilyet Kosong.
377