BAB I PENDAHULUAN - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/15509/155095924.pdf ·...

20
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung merupakan bahan makanan pokok setelah beras, dan sekitar 90% dari produksi jagung di Indonesia digunakan untuk konsumsi manusia. Selain itu juga dapat digunakan untuk makanan ternak. Produksi jagung di Indonesia masih rendah yaitu 43,7% dari 70%, jika dibandingkan dengan Negara lain yaitu 60- 95%. Produksi nasional pada tahun 2010 sebesar 17.84 juta ton dengan produktivitas 4.32 ton/ha (Departemen Pertanian, 2011). Rendahnya hasil ini terutama disebabkan belum menyebarnya varietas unggul serta bercocok tanam yang kurang baik (Rukmana, 1999). Akhir-akhir ini permintaan pasar terhadap jagung terus meningkat seiring dengan munculnya swalayan-swalayan yang senantiasa membutuhkannya dalam jumlah cukup besar. Kebutuhan jagung manis untuk ekspor terus bertambah, antara lain dibuktikan oleh adanya peningkatan ekspor. Kebutuhan pasar yang meningkat dan harga yang tinggi merupakan faktor yang dapat merangsang petani untuk mengembangkan usaha tani jagung manis. Salah satu upaya untuk peningkatan hasil produktivitas jagung di Indonesia ialah dengan ekstensifikasi. Perluasan lahan diarahkan ke lahan kering, karena lahan kering di Indonesia masih belum dimanfaatkan secara maksimal. Pada tahun 2005 Jawa Barat memiliki lahan kering seluas 3.214.484 ha yang produktivitasnya masih rendah (Departemen pertanian, 2009). Hal ini disebabkan lahan kering memiliki beberapa kendala. Menurtut As-syakur (2007) kendala yang dihadapi pada lahan kering yaitu kekeringan pada musim kemarau, kekurangan unsur hara, dan erosi ditambah juga yang terpenting adalah permasalahan gulma. Rendahnya hasil produksi jagung salah satunya disebabkan oleh gulma, hal ini dapat merugikan para petani. Gulma dapat menimbulkan kerugian karena berkompetisi dengan tanaman pokok dalam menyerap unsur-unsur hara dan air dari dalam tanah, serta penerimaan cahaya matahari untuk proses fotosintesis, menurunkan kualitas produksi pertanian, sebagai perantara atau sumber hama dan penyakit, menganggu kesehatan manusia, dan menimbulkan kerugian dalam produksi baik kualitas dan kuantitas. Gulma memerlukan persyaratan tumbuh, antara lain ruang tumbuh, cahaya, air, nutrisi, CO2 dan bahan lain. Gulma dan tanaman budidaya yang tumbuh berdekatan akan saling mengadakan persaingan, salah satunya dengan mengeluarkan senyawa kimia (alelopat) dan peristiwanya disebut alelopati (Moenandir, 1990). Menurut Odum (1971) alelopati merupakan suatu peristiwa dimana suatu individu tumbuhan menghasilkan senyawa kimia

Transcript of BAB I PENDAHULUAN - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/15509/155095924.pdf ·...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/15509/155095924.pdf · Secara konvensional, ... metsulforan, oksifluorfen, dan propanil adalah contoh herbisida

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jagung merupakan bahan makanan pokok setelah beras, dan sekitar 90% dari

produksi jagung di Indonesia digunakan untuk konsumsi manusia. Selain itu juga dapat

digunakan untuk makanan ternak. Produksi jagung di Indonesia masih rendah yaitu 43,7%

dari 70%, jika dibandingkan dengan Negara lain yaitu 60- 95%. Produksi nasional pada tahun

2010 sebesar 17.84 juta ton dengan produktivitas 4.32 ton/ha (Departemen Pertanian, 2011).

Rendahnya hasil ini terutama disebabkan belum menyebarnya varietas unggul serta bercocok

tanam yang kurang baik (Rukmana, 1999).

Akhir-akhir ini permintaan pasar terhadap jagung terus meningkat seiring dengan

munculnya swalayan-swalayan yang senantiasa membutuhkannya dalam jumlah cukup besar.

Kebutuhan jagung manis untuk ekspor terus bertambah, antara lain dibuktikan oleh adanya

peningkatan ekspor. Kebutuhan pasar yang meningkat dan harga yang tinggi merupakan

faktor yang dapat merangsang petani untuk mengembangkan usaha tani jagung manis.

Salah satu upaya untuk peningkatan hasil produktivitas jagung di Indonesia ialah

dengan ekstensifikasi. Perluasan lahan diarahkan ke lahan kering, karena lahan kering di

Indonesia masih belum dimanfaatkan secara maksimal. Pada tahun 2005 Jawa Barat memiliki

lahan kering seluas 3.214.484 ha yang produktivitasnya masih rendah (Departemen pertanian,

2009). Hal ini disebabkan lahan kering memiliki beberapa kendala. Menurtut As-syakur

(2007) kendala yang dihadapi pada lahan kering yaitu kekeringan pada musim kemarau,

kekurangan unsur hara, dan erosi ditambah juga yang terpenting adalah permasalahan gulma.

Rendahnya hasil produksi jagung salah satunya disebabkan oleh gulma, hal ini dapat

merugikan para petani. Gulma dapat menimbulkan kerugian karena berkompetisi dengan

tanaman pokok dalam menyerap unsur-unsur hara dan air dari dalam tanah, serta penerimaan

cahaya matahari untuk proses fotosintesis, menurunkan kualitas produksi pertanian, sebagai

perantara atau sumber hama dan penyakit, menganggu kesehatan manusia, dan menimbulkan

kerugian dalam produksi baik kualitas dan kuantitas.

Gulma memerlukan persyaratan tumbuh, antara lain ruang tumbuh, cahaya, air,

nutrisi, CO2 dan bahan lain. Gulma dan tanaman budidaya yang tumbuh berdekatan akan

saling mengadakan persaingan, salah satunya dengan mengeluarkan senyawa kimia (alelopat)

dan peristiwanya disebut alelopati (Moenandir, 1990). Menurut Odum (1971) alelopati

merupakan suatu peristiwa dimana suatu individu tumbuhan menghasilkan senyawa kimia

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/15509/155095924.pdf · Secara konvensional, ... metsulforan, oksifluorfen, dan propanil adalah contoh herbisida

yang dapat menghambat jenis tumbuhan lain yang bersaing dengan tumbuhan tersebut. Zat

alelopat dapat berupa gas atau cairan yang dikeluarkan melalui akar, batang maupun daun.

Menurut Rice (1984) jika gulma tidak dikendalikan maka akan menurunkan hasil produksi

jagung sebesar 48%.

Menurut Sukman dan Yakup (2002) gulma perlu dikendalikan karena menurunkan

produksi akibat bersaing dalam pemanfaatan sarana tumbuh, menurunkan mutu hasil

akibat kontaminasi dengan bagian-bagian gulma, mengeluarkan senyawa alelopati yang

dapat menghambat pertumbuhan tanaman, menjadi inang bagi hama dan patogen yang

menyerang tanaman, meningkatkan biaya usaha tani akibat biaya penyiangan.

Secara konvensional, gulma pada pertanaman jagung dapat dikendalikan melalui

pengolahan tanah dan penyiangan, tetapi pengolahan tanah secara konvensional memerlukan

waktu, tenaga, dan biaya yang besar. Pada tanah dengan tekstur lempung berpasir, lempung

berdebu, dan liat, jagung yang dibudidayakan tanpa olah tanah memberikan hasil yang sama

tingginya dengan yang dibudidayakan dengan pengolahan tanah konvensional (Widiyati et al.

2001, Efendi dan Fadhly 2004, Efendi et al. 2004, Fadhly et al. 2004, dan Akil et al. 2005).

Gulma pada pertanaman jagung tanpa olah tanah dikendalikan dengan herbisida.

Sebelum jagung ditanam, herbisida disemprotkan untuk mematikan gulma yang tumbuh di

areal pertanaman. Setelah jagung tumbuh, gulma masih perlu dikendalikan untuk melindungi

tanaman. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara penyiangan dengan tangan, penggunaan

alat mekanis, dan penyemprotan herbisida. Formulasi atau nama dagang herbisida yang

tersedia di pasaran cukup beragam. Pemilihan dan penggunaan herbisida bergantung pada

jenis gulma di pertanaman. Penggunaan herbisida secara berlebihan akan merusak

lingkungan. Untuk menekan atau meniadakan dampak negatif penggunaan herbisida terhadap

lingkungan, penggunaannya perlu dibatasi dengan memadukan dengan cara pengendalian

lainnya.

1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui metode pengendalian

gulma yang optimal terhadap pertumbuhan dan produksi jagung (Zea mays L.).

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/15509/155095924.pdf · Secara konvensional, ... metsulforan, oksifluorfen, dan propanil adalah contoh herbisida

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Deskripsi Jagung

Tanaman jagung manis termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan

spesies Zea mays saccharata Sturt. Klasifikasi tanaman jagung manis adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Sub division : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Poales

Famili : Poaceae

Genus : Zea

Spesies : Zea mays saccharata Sturt.

Menurut Purwono dan Hartono (2005), jagung merupakan tanaman berakar serabut

yang terdiri dari tiga tipe akar, yaitu akar lateral, akar adventif, dan akar udara. Akar lateral

tumbuh dari radikula dan embrio. Akar adventif disebut juga akar tunjang. Akar ini tumbuh

dari buku paling bawah, yaitu sekitar 4 cm di bawah permukaan. Sementara akar udara

adalah akar yang keluar dari dua atau lebih buku terbawah permukaan tanah. Perkembangan

akar jagung tergantung dari varietas, kesuburan tanah, dan keadaan air tanah. Batang

tanaman jagung tidak bercabang, berbentuk silinder. Pada buku ruas akan muncul tunas yang

berkembang menjadi tongkol. Tinggi tanaman jagung tergantung varietas, umumnya berkisar

100 cm sampai 300 cm. Daun jagung memanjang dan keluar dari buku-buku batang. Jumlah

daun terdiri dari 8 helai sampai 48 helai tergantung varietasnya. Antara kelopak dan helaian

terdapat lidah daun yang disebut ligula, fungsi ligula adalah mencegah air masuk ke dalam

kelopak daun dan batang.

Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu

tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae,

yang disebutfloret. Dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (gluma). Bunga jantan tumbuh

di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna

kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol, yang tumbuh dari buku di

antara batang dan pelepah daun. Umumnya satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu

tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/15509/155095924.pdf · Secara konvensional, ... metsulforan, oksifluorfen, dan propanil adalah contoh herbisida

Biji jagung terletak pada tongkol (janggel) yang tersusun memanjang. Pada tongkol

tersimpan biji-biji jagung yang menempel erat, sedangkan pada buah jagung terdapat rambut-

rambut yang memanjang hingga keluar dari pembungkus (kelobot). Setiap tanaman jagung

terbentuk satu sampai dua tongkol. Biji jagung memiliki bermacam-macam bentuk dan

bervariasi. Perkembangan biji dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain varietas tanaman,

tersedianya makanan di dalam tanah dan faktor lingkungan seperti sinar matahari dan

kelembaban udara. Biji jagung manis yang masih muda mempunyai ciri bercahaya dan

berwarna jernih seperti kaca sedangkan biji yang telah masak dan kering akan menjadi

keriput atau berkerut.

2.1.2 Syarat Tumbuh

Tanaman jagung dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi 1300 m di atas

permukaan laut (dpl), kisaran suhu antara 13ºC sampai 38ºC dan mendapat sinar matahari

penuh. Tanaman jagung tumbuh dan berproduksi optimum di dataran rendah Indonesia

sampai ketinggian 1800 m di atas permukaan laut (dpl), dan memerlukan curah hujan ideal

sekitar 85 mm per tahun sampai 200 mm per tahun selama masa pertumbuhan.

Tanaman jagung tidak membutuhkan persyaratan yang khusus karena tanaman ini

tumbuh hampir pada semua jenis tanah asalkan tanah tersebut subur, gembur, kaya akan

bahan organik dan drainase maupun aerase baik. Kemasaman tanah (pH) yang diperlukan

untuk pertumbuhan optimal tanaman jagung antara pH 5,5 sampai pH 6,5 tetapi yang paling

baik adalah pH 6,8.

2.2 Penyiangan

Secara konvensional, gulma pada pertanaman jagung dapat dikendalikan melalui

pengolahan tanah dan penyiangan, tetapi pengolahan tanah secara konvensional memerlukan

waktu, tenaga, dan biaya yang besar. Pada tanah dengan tekstur lempung berpasir, lempung

berdebu, dan liat, jagung yang dibudidayakan tanpa olah tanah memberikan hasil yang sama

tingginya dengan yang dibudidayakan dengan pengolahan tanah konvensional (Widiyati et al.

2001, Efendi dan Fadhly 2004, Efendi et al. 2004, Fadhly et al. 2004, dan Akil et al. 2005).

Gulma pada pertanaman jagung tanpa olah tanah dikendalikan dengan herbisida.

Sebelum jagung ditanam, herbisida disemprotkan untuk mematikan gulma yang tumbuh di

areal pertanaman. Setelah jagung tumbuh, gulma masih perlu dikendalikan untuk melindungi

tanaman. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara penyiangan dengan tangan, penggunaan

alat mekanis, dan penyemprotan herbisida. Formulasi atau nama dagang herbisida yang

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/15509/155095924.pdf · Secara konvensional, ... metsulforan, oksifluorfen, dan propanil adalah contoh herbisida

tersedia di pasaran cukup beragam. Pemilihan dan penggunaan herbisida bergantung pada

jenis gulma di pertanaman. Penggunaan herbisida secara berlebihan akan merusak

lingkungan. Untuk menekan atau meniadakan dampak negatif penggunaan herbisida terhadap

lingkungan, penggunaannya perlu dibatasi dengan memadukan dengan cara pengendalian

lainnya.

2.3 Pengendalian Menggunakan Herbisida

Pengendalian dengan Herbisida Herbisida memiliki efektivitas yang beragam.

Berdasarkan cara kerjanya, herbisida kontak mematikan bagian tumbuhan yang terkena

herbisida, dan herbisida sistemik mematikan setelah diserap dan ditranslokasikan ke seluruh

bagian gulma. Menurut jenis gulma yang dimatikan ada herbisida selektif yang mematikan

gulma tertentu atau spektrum sempit, dan herbisida nonselektif yang mematikan banyak jenis

gulma atau spektrum lebar.

Sulitnya mendapatkan tenaga kerja dan mahalnya pengendalian gulma secara mekanis

membuat bisnis herbisida berkembang pesat. Direktorat Sarana Produksi (2006) telah

mendaftarkan 40 golongan, 80 bahan aktif, dan 374 formulasi herbisida.

Bahan aktif herbisida yang penting untuk pertanaman jagung adalah glifosat,

paraquat, 2,4-D, ametrin, dikamba, atrazin, pendimetalin, metolaklor, dan sianazin. Bahan

aktif herbisida tidak banyak mengalami peningkatan, tetapi yang bertambah adalah formulasi

atau nama dagang herbisida.

Herbisida berbahan aktif glifosat, paraquat, dan 2,4-D banyak digunakan petani,

sehingga banyak formulasi yang menggunakan bahan aktif tersebut. Glifosat yang

disemprotkan ke daun efektif mengendalikan gulma rumputan tahunan dan gulma berdaun

lebar tahunan, gulma rumput setahun, dan gulma berdaun lebar. Senyawa glifosat sangat

mobil, ditranslokasikan ke seluruh bagian tanaman ketika diaplikasi pada daun, dan cepat

terurai dalam tanah. Gejala keracunan berkembang lambat dan terlihat 1-3 minggu setelah

aplikasi (Klingman et al. 1975). Herbisida pascatumbuh yang cukup luas penggunaannya

untuk mengendalikan gulma pada pertanaman jagung adalah paraquat (1,1- dimethyl-4,4

bypiridinium) yang merupakan herbisida kontak nonselektif. Setelah penetrasi ke dalam daun

atau bagian lain yang hijau, bila terkena sinar matahari, molekul herbisida ini bereaksi

menghasilkan hidrogen peroksida yang merusak membran sel dan seluruh organ tanaman,

sehingga tanaman seperti terbakar. Herbisida ini baik digunakan untuk mengendalikan gulma

golongan rumputan dan berdaun lebar. Paraquat merupakan herbisida kontak dan menjadi

tidak aktif bila bersentuhan dengan tanah. Paraquat tidak ditranslokasikan ke titik tumbuh,

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/15509/155095924.pdf · Secara konvensional, ... metsulforan, oksifluorfen, dan propanil adalah contoh herbisida

residunya tidak tertimbun dalam tanah, dan tidak diserap oleh akar tanaman (Tjitrosedirdjo et

al. 1984). Populasi gulma mudah berubah karena perubahan tanaman yang diusahakan dan

herbisida yang digunakan dari satu musim ke musim lainnya (Francis and Clegg 1990).

Perubahan jenis gulma dapat berimplikasi pada perlunya perubahan herbisida yang digunakan

untuk pengendalian. Pertimbangan utama pemilihan herbisida adalah kandungan bahan aktif

untuk membunuh gulma yang tumbuh di areal pertanaman. Takaran herbisida meningkat jika

kondisi penggunaannya kurang mendukung, misalnya hujan turun setelah aplikasi atau daun

gulma berlapis lilin. Dalam hal ini perlu digunakan perekat/perata (surfactant) dengan takaran

0,1-0,5% volume/volume (Tasistro 1991).

Herbisida pra-tumbuh, diaplikasikan pada tanah sebelum gulma tumbuh, dimana

kondisi tanaman utama yang dibudidayakan belum ditanam, sudah ditanam, belum tumbuh

atau sudah tumbuh. Herbisida yang diaplikasikan akan membentuk lapisan tipis pada

permukaan tanah. Akar atau tajuk gulma yang mulai berkecambah akan terkena dan

menyerap herbisida tersebut pada saat menembus lapisan herbisida dan kemudian akan

teracuni. Kelembaban tanah akan membantu herbisida mencapai biji gulma yang

berkecambah di bawah permukaan tanah. Oleh karena itu, aplikasi herbisida pra-tumbuh pada

kondisi tanah kering tidak dianjurkan. Contoh produk herbisida pra-tumbuh berbahan aktif

oksifluorfen.

Semua herbisida pra-tumbuh adalah herbisida yang aktif di dalam tanah (soil acting)

dan bersifat sistemik. Contoh penggunaan herbisida pratumbuh adalah ametrin; diuron; 2,4-

D; dan metribuzin pada budidaya tanaman tebu dan ubi kayu. Oksadiazon, klomazon, metil

metsulforan, oksifluorfen, dan propanil adalah contoh herbisida pratumbuh pada budidaya

tanaman padi; atrazin, metribuzin dan ametrin pada budidaya tanaman jagung.

2.4 Mulsa

Mulsa diartikan sebagai bahan atau material yang sengaja dihamparkan di permukaan

tanah atau lahan pertanian. Mulsa berdasarkan bahan dan cara pembuatannya dibedakan

menjadi mulsa organik, mulsa anorganik, dan mulsa kimia sintesis. Mulsa oragnik meliputi

sisa-sisa hasil pertanian, mulsa anorganik meliputi bahan batuan dengan berbagai ukuran

dan bentuk, dan mulsa kimia sintesis meliputi bahan plastik dan bahan kimia lainnya

(Umboh, 2000).

Pemberian mulsa dimaksudkan untuk memperkecil kompetisi tanaman dengan gulma,

menekan pertumbuhan gulma, mengurangi penguapan, mencegah erosi, serta

mempertahankan struktur, suhu dan kelembapan tanah dan merupakan sumber hara bagi

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/15509/155095924.pdf · Secara konvensional, ... metsulforan, oksifluorfen, dan propanil adalah contoh herbisida

tanaman bila telah melapuk (Harist, 2000). Pemberian mulsa juga dapat menyuburkan

tanah. Mulsa dapat menjaga kestabilan agregat dan kimia tanah, menjaga ketersediaan air

tanah dan menjaga suhu tanah, meningkatkan ketersediaan unsur K dalam tanah, dan

mencegah pencucian nitrogen (Fahrurrozi et al., 2005; Umboh, 2000 dan Sudadi et. al.,

2007).

Pemberian mulsa dapat meningkatkan hasil tanaman budidaya. Pemberian mulsa

alang-alang sebanyak 6 ton/ha meningkatkan jumlah polong per tanaman, jumlah polong isi,

dan berat kering biji per petak tanaman kacang kedelai (Fahrurrozi et al., 2005). Hasil

penelitian Zuhri Syam (1995) penggunaan mulsa alang-alang sebanyak 8 ton/ha mampu

meningkatkan hasil produksi kacang hijau.

Pada tanaman kentang pemberian mulsa dapat meningkatkan laju pertumbuhan relatif

dan produksi umbi. Hal ini dikarenakan pemberian mulsa dapat menekan pertumbuhan

gulma sehingga tanaman tidak berkompetisi untuk memanfaatkan sinar matahari dan

menyerap unsur hara (Umboh, 2000).

2.5 Tumpang Sari Tanaman Jagung Dan Kacang Tanah

Tanaman yang ditanam secara tumpang sari menyebabkan bertambahnya populasi tanaman.

Keadaan ini akan memerangi kerapatan gulma untuk berkembang lebih banyak sebagaimana

yang terjadi pada pertanaman tunggal.monokultur. Selain itu, dalam kegiatan pemeliharaan

tanaman dapat dilakukan secara bersamaan dengan pengontrolan gulma. Intercropping antara

jagung dengan mungbean pada pertanaman kelapa dapat memerangi vegetasi gulma sehingga

tidak perlu dilakukan pengendalian gulma.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/15509/155095924.pdf · Secara konvensional, ... metsulforan, oksifluorfen, dan propanil adalah contoh herbisida

BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1. Alat dan Bahan

• Bahan yang digunakan dalam praktikum adalah:

1) Benih jagung

2) Benih kacang tanah

3) Herbisida pra-tumbuh

• Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah:

1) Mulsa plastik hitam perak

2) Cangkul dan kored untuk pengolahan lahan

3) Embrad untuk menyiram

4) Alat tulis untuk mencatat data hasil percobaan.

3.2. Prosedur Praktikum

1. Melakukan pengolahan lahan sebelum melakukan penanaman.

2. Tanah digemburkan dengan menggunakan cangkul dan kored.

3. Bersihkan lahan dari sisa-sisa bekas pertanaman sebelumnya dan gulma.

4. Buat bedengan dengan berbeda-beda perlakuan, yaitu:

- Bedengan A : Dilakukannya penyiangan

- Bedengan B : Tumpangsari tanaman jagung dengan kacang tanah

- Bedengan C : Penggunaan mulsa

- Bedengan D : Penggunaan herbisida pra-tumbuh

- Bedengan E : kontrol

5. Pada bedengan C dipasang mulsa plastik hitam perak terlebih dahulu.

6. Sedangkan pada bedengan D diberikan herbisida pra-tumbuh.

7. Tanam benih jagung dan kacang tanah khusus pada bedengan B.

8. Pengamatan pertumbuhan jagung dan pertumbuhan gulma pada tiap bedengan.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/15509/155095924.pdf · Secara konvensional, ... metsulforan, oksifluorfen, dan propanil adalah contoh herbisida

BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan

Bedengan A (Dilakukan penyiangan)

Tanggal

Pengamatan

Tinggi Tanaman Sample(cm)

Rata-rata

Presentase

Kehadiran

Gulma (%)1 2 3

16 Mei 2013 59 60 33 50,7 2023 Mei 2013 96 87 83,3 88,8 2530 Mei 2013 100 123 98 107 30Rata-rata 85 90 71,4 82,1• Gulma yang terdapat pada bedengan A, yaitu :

1. Putri malu (Mimosa pudica L.)

2. Nanangkaan (Euphorbia hirta L.)

3. Cyperus rotundus

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/15509/155095924.pdf · Secara konvensional, ... metsulforan, oksifluorfen, dan propanil adalah contoh herbisida

4. Erechtites sp.

Bedengan B (Tumpangsari tanaman jagung dengan kacang tanah)

Tanggal

Pengamatan

Tinggi Tanaman Sample(cm)

Rata-rata

Presentase

Kehadiran

Gulma (%)1 2 3

16 Mei 2013 71 82 52 68,3 3523 Mei 2013 101 100 79 93,3 5030 Mei 2013 123 128 91 114 60Rata-rata 98,3 103,3 74 91,9• Gulma yang terdapat pada bedengan B, yaitu:

1. Cyperus rotundus

2. Cynodon dactylon

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/15509/155095924.pdf · Secara konvensional, ... metsulforan, oksifluorfen, dan propanil adalah contoh herbisida

Bedengan C (Penggunaan mulsa)

Tanggal

Pengamatan

Tinggi Tanaman Sample(cm)

Rata-rata

Presentase

Kehadiran

Gulma (%)1 2 3

16 Mei 2013 40 74 84 66 -23 Mei 2013 62,8 90,4 115,5 89,6 -30 Mei 2013 87 94 137 106 -Rata-rata 63,3 86,1 112,2 87,2

Bedengan D (Penggunaan herbisida pra-tumbuh)

Tanggal

Pengamatan

Tinggi Tanaman Sample(cm)

Rata-rata

Presentase

Kehadiran

Gulma (%)1 2 3

16 Mei 2013 58 40 61 53 8023 Mei 2013 84 56 80,5 73,5 7530 Mei 2013 98,5 75 98 90,5 90Rata-rata 80,2 57 79,8 72,3• Gulma yang terdapat pada bedengan D, yaitu :

1. Cynodon dactylon

2. Putri malu (Mimosa pudica L.)

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/15509/155095924.pdf · Secara konvensional, ... metsulforan, oksifluorfen, dan propanil adalah contoh herbisida

3. Alternanthera philoxeroides

Bedengan E (kontrol)

Tanggal

Pengamatan

Tinggi Tanaman Sample(cm)

Rata-rata

Presentase

Kehadiran

Gulma (%)1 2 3

16 Mei 2013 59 73 43 58,3 9523 Mei 2013 80,5 92,8 66 79,8 9830 Mei 2013 100 102 81 94,3 98Rata-rata 79,8 89,3 63,3 77,5• Gulma yang terdapat pada bedengan E, yaitu :

1.

3.1. Pembahasan

3.1.1. Persaingan Tanaman dengan Gulma

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/15509/155095924.pdf · Secara konvensional, ... metsulforan, oksifluorfen, dan propanil adalah contoh herbisida

Tingkat persaingan antara tanaman dan gulma bergantung pada empat faktor, yaitu

stadia pertumbuhan tanaman, kepadatan gulma, tingkat cekaman air dan hara, serta spesies

gulma. Jika dibiarkan, gulma berdaun lebar dan rumputan dapat secara nyata menekan

pertumbuhan dan perkembangan jagung.

Gulma menyaingi tanaman terutama dalam memperoleh air, hara, dan cahaya.

Tanaman jagung sangat peka terhadap tiga faktor ini selama periode kritis antara stadia V3

dan V8, yaitu stadia pertumbuhan jagung di mana daun ke-3 dan ke-8 telah terbentuk.

Sebelum stadia V3, gulma hanya mengganggu tanaman jagung jika gulma tersebut lebih

besar dari tanaman jagung, atau pada saat tanaman mengalami cekaman kekeringan. Antara

stadia V3 dan V8, tanaman jagung membutuhkan periode yang tidak tertekan oleh gulma.

Setelah V8 hingga matang, tanaman telah cukup besar sehingga menaungi dan menekan

pertumbuhan gulma. Pada stadia lanjut pertumbuhan jagung, gulma dapat mengakibatkan

kerugian jika terjadi cekaman air dan hara, atau gulma tumbuh pesat dan menaungi tanaman

(Lafitte 1994).

Beberapa jenis gulma tumbuh lebih cepat dan lebih tinggi selama stadia pertumbuhan

awal jagung, sehingga tanaman jagung kekurangan cahaya untuk fotosintesis. Gulma yang

melilit dan memanjat tanaman jagung dapat menaungi dan menghalangi cahaya pada

permukaan daun, sehingga proses fotosintesis terhambat yang pada akhirnya menurunkan

hasil.

Kehadiran gulma yang paling banyak, yaitu pada bedengan E karena hampir

semuanya tertutupi oleh gulma sebanyak ± 98%. Kemudian disusul dengan bedengan D, B, A

dan C. Pada bedengan C dengan penggunaan mulsa plastik hitam perak sangat

mempengaruhi pertumbuhan gulma sehingga gulma pada bedengan tersebut tidak ada yang

tumbuh. Sedangkan penggunaan herbisida pra-tumbuh pada bedengan D tidak memberikan

pengaruh yang berarti karena gulma yang tumbuh tetap banyak ± 90% dan pertumbuhan

tanaman jagungnya pun yang paling rendah dari semua bedengan atau perlakuan.

Pertumbuhan tanaman jagung yang paling tinggi dibandingkan dengan semua

perlakuan atau bedengan, yaitu pada bedengan B dengan perlakuan tumpangsari tanaman

jagung dengan tanaman kacang tanah. Tetapi pada bedengan tersebut terdapat gulma

sebanyak ± 60% lebih banyak dibandingkan bedengan A dan C serta lebih rendah

dibandingkan bedengan D dan E. Faktor yang dapat mengakibatkan hal-hal seperti ini adalah

benih yang kurang baik, dosis herbisida yang tidak tepat, waktu penyiangan, jarak

tumpangsari, jenis herbisida dan sebagainya.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/15509/155095924.pdf · Secara konvensional, ... metsulforan, oksifluorfen, dan propanil adalah contoh herbisida

Jenis gulma yang terdapat pada setiap bedengan hampir sama, yaitu Mimosa pudica

L., Ageratum conyzoidez, dan Cyperus rotundus.

Gulma merupakan pesaing bagi tanaman dalam memperoleh hara. Gulma dapat

menyerap nitrogen dan fosfor hingga dua kali, dan kalium hingga tiga kali daya serap

tanaman jagung. Pemupukan merangsang vigor gulma sehingga meningkatkan daya

saingnya. Nitrogen merupakan hara utama yang menjadi kurang tersedia bagi tanaman jagung

karena persaingan dengan gulma. Tanaman yang kekurangan hara nitrogen mudah diketahui

melalui warna daun yang pucat. Interaksi positif penyiangan dan pemberian nitrogen

umumnya teramati pada pertanaman jagung, di mana waktu pengendalian gulma yang tepat

dapat mengoptimalkan penggunaan nitrogen dan hara lainnya serta menghemat penggunaan

pupuk (Violic, 2000).

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/15509/155095924.pdf · Secara konvensional, ... metsulforan, oksifluorfen, dan propanil adalah contoh herbisida

BAB IV

PENUTUPAN

4.1. Kesimpulan

Perlakuan yang paling baik, yaitu pada bedengan B karena pertumbuhan jagung yang

baik dibandingkan dengan semua tanaman jagung yang ada pada semua bedengan meskipun

dengan keberadaan gulma sebesar ± 60%. Tetapi jika dilihat dari pertumbuhan gulmanya,

pada bedengan C yang paling baik karena tidak adanya satupun gulma yang tumbuh pada

bedengan ini walaupun pertumbuhan tanaman jagung masih kalah baik. Sedangkan dari

semua perlakuan tiap bedengan yang tidak berpengaruh baik, yaitu pada bedengan D karena

pertumbuhan tanaman jagung yang lebih jelek dibandingkan dengan kontrol dan gulma yang

tumbuh ± 90%.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/15509/155095924.pdf · Secara konvensional, ... metsulforan, oksifluorfen, dan propanil adalah contoh herbisida

DAFTAR PUSTAKA

Akil, M., M. Rauf, I.U. Firmansyah, Syafruddin, Faesal, R. Efendi, dan A. Kamaruddin.

2005. Teknologi budi daya jagung untuk pangan dan pakan yang efisien dan

berkelanjutan pada lahan marjinal. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros, p.15-

23.

Andrixinata. 2011. Periode Kritis dan Penguasaan Sarana Tumbuh.

http://id.scribd.com/doc/53943963/4/Latar-Belakang. Diakses pada tanggal 18 Juni

2013.

Anonim. 2010. Gulma tanaman. Anonim. 2012. Teknologi Budidaya Jagung. http://pt-

sja.com/2012/04/teknologi-budidaya-jagung.html. Diakses pada tanggal 18 Juni 2013.

Balitsereal. 2009. Pengendalian Gulma pada Pertanaman Jagung.

http://balitsereal.litbang.deptan.go.id/ind/images/stories/satulima.pdf. Diakses pada

tanggal 18 Juni 2013.

BPTP Sulawesi Selatan. 2007. Teknologi Produksi Jagung Melalui Pendekatan Pengelolaan

Sumber Daya Dan Tanaman Terpadu (PTT).

http://sulsel.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?

option=com_content&view=article&id=125:teknologi-produksi-jagung-melalui-

pendekatan-pengelolaan-sumber-daya-dan-tanaman-terpadu-ptt-

&catid=47:panduanpetunjuk-teknis-brosur-&Itemid=231. Diakses pada tanggal 18

Juni 2013.

Clay, A.S. and I. Aquilar. 1998. Weed seedbanks and corn growth following continous corn

or alfalfa. Agron. J. 90:813-818.

Efendi, R. dan A.F. Fadhly. 2004. Pengaruh sistem pengolahan tanah dan pemberian pupuk

NPKZn terhadap pertumbuhan dan hasil jagung. Risalah Penelitian Jagung dan

Serelaia Lain. 9:15-22.

Efendi, R., A.F. Fadhly, M. Akil, dan M. Rauf. 2004. Pengaruh sistem pengolahan tanah dan

penyiangan gulma terhadap pertumbuhan dan hasil jagung. Seminar Mingguan. Balai

Penelitian Tanaman Serealia, Maros, 26 Maret 2004, 17p.

Fadhly, A.F., R. Efendi, M. Rauf, dan M. Akil. 2004. Pengaruh cara penyiangan lahan dan

pengendalian gulma terhadap pertumbuhan dan hasil jagung pada tanah bertekstur

berat. Seminar Mingguan Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros, 18 Juni 2004,

14p.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/15509/155095924.pdf · Secara konvensional, ... metsulforan, oksifluorfen, dan propanil adalah contoh herbisida

Lafitte, H.R. 1994. Identifying production problems in tropical maize: a field guide.

CIMMYT, Mexico , D.F. p.76-84,

Sukman, Y. Dan Yakup. 1991. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Jakarta : PT Raja

Grafindo Persada.

Violic, A.D. 2000. Integrated crop menagement. In: R.L. Paliwal, G. Granados, H.R. Lafitte,

A.D. Violic, and J.P. Marathee (Eds.). Tropical Maize Improvement and Production.

FOA Plant Production and Protection Series, Food and Agriculture Organization of

The United Nations. Rome, 28:237-282.

Widiyati, N., A.F. Fadhly, R. Amir, dan E.O. Momuat. 2001. Sistem pengolahan tanah dan

efisiensi pemberian pupuk NPK terhadap petumbuhan dan hasil jagung. Risalah

Penelitian Jagung dan Serealia Lain. 5:15-20.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/15509/155095924.pdf · Secara konvensional, ... metsulforan, oksifluorfen, dan propanil adalah contoh herbisida

LAMPIRAN

Bedengan A Bedengan B

Page 19: BAB I PENDAHULUAN - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/15509/155095924.pdf · Secara konvensional, ... metsulforan, oksifluorfen, dan propanil adalah contoh herbisida

Bedengan C Bedengan E

Page 20: BAB I PENDAHULUAN - docshare01.docshare.tipsdocshare01.docshare.tips/files/15509/155095924.pdf · Secara konvensional, ... metsulforan, oksifluorfen, dan propanil adalah contoh herbisida