BAB I PENDAHULUAN -...

22
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Terkait dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam pasal 18 UUD 1945 telah diatur pembagian wilayah negara kesatuan RI menjadi daerah provinsi yang kemudian dibagi lagi menjadi daerah kabupaten/kota yang mempunyai pemerintahan daerah yang diatur dengan undang-undang.Ketentuan tersebut merupakan amandemen kedua yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 2000. Sebelum amandemen ketentuan pasal 18 UUD 1945 sangat simple , yakni berbunyi : Pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan daerah kecil , dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang , dengan memandang dan mengingati dasar permusyawaratn dalam sistem pemerintahan negara, dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Pasal 18 UUD 1945 menyebutkan bahwa susunan pemerintahan beserta bentuk pemerintahan dari pembagian suatu daerah tersebut diatur oleh undang- undang yang lebih khusus mengatur terkait otonomi daerah yang diatur dalam undang-undang no 32 tahun 2014 dimana pengertian dari otonomi daerah sendiri diartur dalam pasal 1 angka 6 yang berisi : Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri Urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Era reformasi, kata perubahan menjadi kata yang sering disuarakan, baik untuk individu ataupun oleh anggota kelompok masyarakat lainnya.Tuntutan

Transcript of BAB I PENDAHULUAN -...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/33745/2/jiptummpp-gdl-nofapriana-44784-2-babi.pdf · Kebijakan tersebut memberikan dampak yang negatif terhadap masyarakat sekitar

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Terkait dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam pasal 18

UUD 1945 telah diatur pembagian wilayah negara kesatuan RI menjadi daerah

provinsi yang kemudian dibagi lagi menjadi daerah kabupaten/kota yang

mempunyai pemerintahan daerah yang diatur dengan undang-undang.Ketentuan

tersebut merupakan amandemen kedua yang disahkan pada tanggal 18 Agustus

2000. Sebelum amandemen ketentuan pasal 18 UUD 1945 sangat simple , yakni

berbunyi :

“ Pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan daerah kecil , dengan

bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang , dengan

memandang dan mengingati dasar permusyawaratn dalam sistem pemerintahan

negara, dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”.

Pasal 18 UUD 1945 menyebutkan bahwa susunan pemerintahan beserta

bentuk pemerintahan dari pembagian suatu daerah tersebut diatur oleh undang-

undang yang lebih khusus mengatur terkait otonomi daerah yang diatur dalam

undang-undang no 32 tahun 2014 dimana pengertian dari otonomi daerah sendiri

diartur dalam pasal 1 angka 6 yang berisi :

Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk

mengatur dan mengurus sendiri Urusan Pemerintahan dan kepentingan

masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Era reformasi, kata perubahan menjadi kata yang sering disuarakan, baik

untuk individu ataupun oleh anggota kelompok masyarakat lainnya.Tuntutan

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/33745/2/jiptummpp-gdl-nofapriana-44784-2-babi.pdf · Kebijakan tersebut memberikan dampak yang negatif terhadap masyarakat sekitar

2

perubahan sering ditujukan kepada aparatur birokrasi menyangkut pelayanan

publik serta pelayanan masyarakat yang diberikan kepada masyarakat. Rendahnya

mutu pelayanan publik yang diberikan oleh aparatur menjadi citra buruk

pemerintah ditengah masyarakat.Bagi masyarakat yang pernah berurusan dengan

birokrasi selalu mengeluh dan kecewa terhadap layaknya aparatur dalam

memberikan pelayanannya.

Pelayanan pemerintah, rasa puas masyarakat terpenuhi bila apa yang

diberikan oleh pemerintah kepada mereka sesuai dengan apa yang mereka

harapkan, dengan memperhatikan kualitas dan kuantitas pelayanan itu diberikan

serta biaya yang relatif terjangkau dan mutu pelayanan yang baik. Jadi, terdapat

tiga unsur pokok dari pelayanan itu sendiri yaitu biaya harus relatif lebih rendah,

waktu yang diperlukan, dan terakhir mutu pelayanan yang diberikan relatif baik.

Pemerintah berperan penting dalam hal pemenuhan pelayanan dan

penanganan masalah yang ada di suatu daerah tertentu. Seperti halnya

kemacetan,kemacetan banyak terjadi di kota-kota besar, terutama yang tidak

mempunyai system transportasi publik dengan baik atau memadai ataupun juga

tidak seimbangnya kebutuhan jalan dengan kepadatan penduduk. Perkembangan

jumlah penduduk di Indonesia yang sangat pesat mau tidak mau harus dibarengi

dengan perkembangan fasilitas transportasi yang memadai, baik itu sarana

maupun prasarananya, baik armada trosportasi maupun perlengakapan

penunjangnya. Hal ini tercermin dari perkembangan yang pesat pada sektor

pelayanan publik mobilitas tinggi dan didukung peralatan yang modern.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/33745/2/jiptummpp-gdl-nofapriana-44784-2-babi.pdf · Kebijakan tersebut memberikan dampak yang negatif terhadap masyarakat sekitar

3

Pemerintah harus dapat menyelesaikan masalah yang ada di dalam suatu daerah

dimana penyelesaian tersebut harus berdampak positif bagi masyarakat sekitar.

Bukan menjadikan kerugian atau ketidakpuasan masyarakat yang dapat

menimbulkan gejolak terhadap pemerintah.

Perkotaan di Indonesia, tak lagi terbatas sebagai pusat pemukiman

masyarakat. Kini kota juga berfungsi sebagai pusat pemerintahan,sentral hirarki,

dan pusat pertumbuhan ekonomi. Sebagai konsekuensi logis dari peran kota

sebagai pusat pertumbuhan dan ekonomi, sumbangan perkotaan terhadap

pertumbuhan ekonomi nasional, semakin meningkat. Maka dari itu dengan

adanya pertumbuhan masyarakat yang ada di perkotaan pasti menimbulkan

adanya dampak negatif terhadap adanya fenomena tersebut yaitu salah satu dari

permasalahan perkotaan adalah masalah tranportasi

Penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan bersifat lintas sektor dan

harus dilaksanakan serta dilakukan dengan baik. Agar dalam pelaksanaan serta

penerapan semua program dan tentang pelayanan penyelenggaraan lalu lintas

serta angkutan jalan. Dalam hal ini dalam meningkatkan pelayanan masyarakat

Dinas Perhubungan berperan aktif dalam pelayanan tersebut untuk menjaga

semua fasilitas serta apa yang ada dalam lingkungan lalu lintas. Seperti halnya

banyaknya pendatangyang ke Kota Malang karena ingin mencari ilmu di sini

mengais rezeki diKota Malang. Dengan adanya pertembuhan tersebut maka

dalam hal sarana prasaran lalu lintas jika tidak memadai akan membuat kota

tersebut timbul masalah seperti halnya kemacetan.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/33745/2/jiptummpp-gdl-nofapriana-44784-2-babi.pdf · Kebijakan tersebut memberikan dampak yang negatif terhadap masyarakat sekitar

4

Jumlah kendaraan bermotor di Kota Malang berpotensi memunculkan

masalah kemacetan dalam beberapa tahun mendatang. Saat ini, beberapa ruas

jalan di Kota Malang kerap terjadi kemacetan dan antisipasi pelebaran tampaknya

sulit untuk dilakukan.Sebagai salah satu kota pendidikan dan kota wisata di Jawa

Timur, Kota Malang pada tahun 2015 mendatang, diprediksi akan terancam

terjadi kemacetan total. Prediksi tersebut dilihat dari kinerja Pemkot yang sampai

kini belum ada upaya perencanaan pembuatan jaringan jalan untuk tahun 2010-

20301.

Beberapa ruas jalan yang kerap terjadi kemacetan panjang dan lama sering

terjadi di pertigaan lampu merah Jalan Dinoyo, perempatan lampu merah Institut

Teknologi Negeri Malang (ITN) dan pertigaan jembatan Soekarno Hatta.

Kepadatan arus lalu lintas di sepanjang MT. Haryono dan Jl. Gajayana mulai

menunjukkan perkembangan yang semakin menghawatirkan. Di jam-jam biasa,

yakni di luar pukul enam pagi atau empat sore sampai maghrib, kecepatan

kendaraan hanya mampu digeber sampai dengan 40 km per jam. Sementara pada

jam-jam sibuk, praktis kendaraan hanya bisa berjalan merambat. Jalan mulai

lengang saat jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Tidak hanya itu saja

itu mengakibatkan adanya wacana tentang pembokaran jembatan Soekarno Hatta

karena usia dari jembatan tersebut telah tidak memungkinkan lagi lebih lama

untuk dilewati.

1 https://kangnarada.wordpress.com/2011/10/08/kemacetan-di-kota-malang/

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/33745/2/jiptummpp-gdl-nofapriana-44784-2-babi.pdf · Kebijakan tersebut memberikan dampak yang negatif terhadap masyarakat sekitar

5

Kemacetan serta wacana pembongkaran jembatan Soekarno Hatta tersebut

maka Pelaksanaan Peraturan Walikota Nomor 35 Tahun 2013 Tentang Rekayasa

Lalu Lintas dikawasan Jalan Sumbersari – Jalan Gajayana – Jalan MT.Haryono –

Jalan D.I Panjaitan – Jalan Bogor dalam mengurai kemacetan. Perwal tersebut

diberlakukan karena adanya titik kemacetan yang sangat besar. Kebijakan jalur

satu arah untuk kendaraan bermotor tersebut sudah disepakati dan diputuskan

dalam rapat forum lalu lintas pertengahan September, bahkan saat itu diputuskan

mulai diberlakukan pada 7 Oktober 2013, namun karena infrastrukturnya masih

belum mendukung, maka ditunda hingga batas waktu yang belum ditentukan.

Jalur satu arah demi mengurai kemacetan arus lalu lintas di kota itu,

terutama di seputar kampus Universitas Brawijaya (UB), Jalan Veteran yang

seharusnya lurus, akhirnya dipotong menjadi perempatan, sehingga kendaraan dari

arah Jalan Bogor bisa langsung ke Jalan Bogor terusan tanpa harus memutar di

Jalan Veteran. Kebijakan tersebut diberlakukan pada tanggal 6 November 2013.

Namun kebijakan tersbut berlaku bagi kendaraan pribadi dan tidak berlaku bagi

angkutan umum. Dengan demikian pihak yang di istimewakan adalah para sopir

angkutan umum karena itu membuat para pengguna angkutan umum tidak

memutar karena jalan satu arah tersebut menjadi membuat memutar untuk para

pengguna jalan pribadi. Namun tidak semua kebijakan pemerintah membawa

dampak positif bagi pengguna jalan atau sekitar jalan yang dilalui. Di sini atau

kebijakan tersebut menimbulkan masalah baru bagi warga sekitaran kampus

Universitas Brawijaya tidak menerima hal tersebut.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/33745/2/jiptummpp-gdl-nofapriana-44784-2-babi.pdf · Kebijakan tersebut memberikan dampak yang negatif terhadap masyarakat sekitar

6

Kebijakan tersebut memberikan dampak yang negatif terhadap masyarakat

sekitar jalan yang diberlakukan jalan satu arah. Masyarakat merasa bahwa

kebijakan tersebut merugikan masyarakat sekitar karena dengan adanya jalur satu

arah perekonomian masyarakat sekitar menjadi menurun bukan itu saja banyak

dampak yang di timbulkan dari kebijakan tersebut yaitu dampak sosial budaya

serta kekeluargaan masyarakat yang memicu masyarakat menjadi geram. Di Jalan

Gajayana masyarakat memberikan polisi tidur karena banyak terjadinya

kecelakaan di jalan tersebut serta masyarakat tersebut membuat spanduk

bertuliskan tidak setujunya jalan satu arah, di daerah Dinoyo juga demikian

mereka menolak karena mereka merasa mendampatkan dampak negatif dari

kebijakan tersebut namun di jalan panjahitan lebih mengalami penolakan besar-

besaran karena adanya kerugian yang sangat banyak yang dirasakan oleh

masyarakat bethek.

Mereka merasa dirugikan karena perekonomian semakin menurun,

terjadinya kecelakaan serta adanya gang – gang yang dilewati pengendara dengan

ugal – ugalan itu membuat masyarakat tidak nyaman dengan kebijakan tersebut.

Oleh karena itu di daerah Bethek jalan Panjahitan terjadilah penolakan besar-

besaran yang di lakukan oleh masyarakat sekitar. Dalam hal ini masyarakat Bethek

serta masyarakat dinoyo melakukan aksi penolakan dengan cara melakukan

negosisasi kepada DPRD serta Walikota dan aspirasi – aspirasi surat yang

menyatakan penolakan jalan satu arah namun aspirasi serta negosiasi tidak

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/33745/2/jiptummpp-gdl-nofapriana-44784-2-babi.pdf · Kebijakan tersebut memberikan dampak yang negatif terhadap masyarakat sekitar

7

memiliki jalan temu oleh karena itu masyarakat Bethek dan Dinoyo melakukan

pemblokiran besar- besaran yang dilakukan di jalan tersebut.

Tanggal 13 Oktober 2013 Warga bersama sejumlah Organisasi Mahasiswa

Ekstra Kampus melakukan demonstrasi di sepanjang jalan Mayjend Panjaitan

hingga pertigaan Jalan Bogor2.Begitu juga pada Senin 27 Oktober 2013 semakin

warga tidak tahan dengan jalur satu arah tersebut. Tidak adanya respon dari

pemerintah atas aspirasi masyarakat bethek tersebut. Kesabaran warga Betek

nampaknya sudah habis, sebab respon dari wali kota kurang, sehingga aksi demo

blokir jalan di kawasan lingkar Universitas Brawijaya (UB) Malang kembali

dilakukan warga. Kali ini, sekitar limaratus orang warga Kelurahan Penanggungan

dan Dinoyo turun ke jalan untuk menolak kebijakan jalur satu arah yang

diberlakukan Pemkot Malang dalam kurun waktu satu tahun terakhir. Perlu

diketahui pada aksi kali ini, warga menutup kawasan lingkar UB mulai dari barat

yang terdiri dari daerah pertigaan jalan Gajayana hingga Watugong dan jalur

artenatif juga ditutup warga, sedangkan jalan di sisi timur mulai dari Jembatan

Soekarno-Hatta, Jalan Mayjend Panjaitan hingga Jalan Bogor juga lumpuh total

dan menyebabkan kemacetan parah di kawasan lingkar UB3.

Senin (2/12/2013) Warga jalan di DI.Panjaitan dan jalan M.T Haryono

Kota Malang menggelar aksi di depan Balai Kota Malang. Mereka menuntut

2http://kavling10.com/2014/10/warga-betek-demo-tolak-satu-jalur/ 3http://bakesbangpol.malangkota.go.id/2014/10/30/demo-satu-arah-warga-betek-menutup-jalan/

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/33745/2/jiptummpp-gdl-nofapriana-44784-2-babi.pdf · Kebijakan tersebut memberikan dampak yang negatif terhadap masyarakat sekitar

8

Pemerintah Kota (Pemkot) Malang untuk menghentikan penerapan uji coba jalur

satu arah di Jalan DI Panjaitan, Jalan Gajayana dan Jalan MT Haryono4.

Gambar 1. Adanya protes dari pedagang

Gambar 2 . Protes Para Warga

4http://halomalang.com/news/warga-betek-demo-tolak-satu-arah

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/33745/2/jiptummpp-gdl-nofapriana-44784-2-babi.pdf · Kebijakan tersebut memberikan dampak yang negatif terhadap masyarakat sekitar

9

Adanya pemaparan persoalaan penulis ingin mengkaji lebih dalam

tentang masalah yang ada telah diuraikan dengan mengangkat judul “Protes

Sosial di Perkotaan Studi Tentang Kebijakan Satu Arah Masa Pemerintahan

Walikota Di Kota Malang”.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana kemunculan, perkembangan dan hasil – hasil yang dicapai dari

hasil protes sosial tentang kebijakan jalan satu arah di Kota Malang?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut tujuan penelitian ini adalah untuk

menganalisa bagaimana kemunculan perkembangan dan hasil – hasil yang

diperoleh oleh dari protes sosial tentang kebijakan jalan satu arah di Kota Malang.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah disebutkan diatas maka manfaat

penelitian adalah :

1. Manfaat Teoritis

Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan khususnya kajian – kajian

Sosiologi yang berhubungan dengan masyarakat perkotaan, khususnya dalam

mengatur kebijakan yang diberlakukan di perkotaan.

2. Manfaat Praktis

a. Pihak pemerintah, agar menjadikan penelitian ini rujukan atau gambaran

kepada pemerintah kota dalam mengambil suatu kebijakan

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/33745/2/jiptummpp-gdl-nofapriana-44784-2-babi.pdf · Kebijakan tersebut memberikan dampak yang negatif terhadap masyarakat sekitar

10

b. Akademis, menjadikan penelitian ini sebagai bahan masukan bagi peneliti

selanjutnya dalam pembahasan masalah perkotaan yang mengangkut

judul.

1.5 Definisi Konsep

1.5.1 Protes Sosial

Istilah protes menurut Poerwadarminta, mengandung pengertian

sebagai pernyataan tak menyetujui, menyanggah, menyangkal, menolak,

dan lain-lain.Protes dapat dilakukan secara induvidual atau kolektif dalam

berbagai bentuk, misalnya aksi unjuk rasa, pembangkangan, penolakan

membayar pajak, mogok kerja, petisi, dan lain-lain5.

Menurut Lofland yang mengumpulkan istilah protes dari berbagai

kamus, kata protes itu adalah kata benda dan kata kerja yang mengandung

pengertian; pernyataan pendapat secara beramai-ramai dan biasanya berupa

pembangkangan; keluhan, keberatan, atau ungkapan keengganan terhadap

suatu gagasan atau tindakan; ekspresi penolakan secara lugas; deklarasi oleh

pihak tertentu sebelum atau saat membayar pajak atau melaksanakan

kewajiban yang dibebankan kepadanya yang dianggap ilegal, pengingkaran

terhadap tuntutan yang dibebankan dan menuntut hak untuk melakukan

klaim guna menunjukkan bahwa tindakannya tidak dilakukan secara

sukarela; menyatakan (sesuatu hal) secara terbuka dimuka umum;

5Lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia Poerwadarminta, (Jakarta: penerbit Pusat Bahasa dan Sastra Indonesia, 1976),776. http. www.google.com. Diakses tanggal 15 Februari 2016.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/33745/2/jiptummpp-gdl-nofapriana-44784-2-babi.pdf · Kebijakan tersebut memberikan dampak yang negatif terhadap masyarakat sekitar

11

melakukan deklarasi penolakan tertulis secara formal; bersumpah; berjanji

untuk melakukan penolakan secara beramai-ramai; mendudukan masalah

pada proporsinya6.

Perkembangannya kata protes itu kemudian diboboti dengan konsep,

sehingga kata protes ini memiliki persamaaan dengan tindakan kolektif,

sebab orang-orang atau kumpulan orang yang melakukan aksi protes itu

bertindak secara kolektif dengan mengusung tujuan tertentu.Sebagaimana

dikemukakan Tilly bahwa konsep protes itu memiliki persamaannya dengan

konsep aksi kolektif (kumpulan bertujuan). Meskipun Tilly mengakui

adanya persamaan antara konsep protes dan tindakan kolektif7. Namun, ia

menolak menggunakan konsep protes tersebut dikarenakan dua hal:

Pertama, kata “protes” dan “pemberontakan,” “kekacauan,” “gangguan”

atau istilah sejenisnya dari sudut pandang penguasa tampak mencerminkan

adanya niat dan posisi politik si pelaku. kedua, melihat protes hampir

indentik dengan kata-kata “kejahatan dan “kerusuhan” sebagai cara untuk

menggambarkan perilaku kolektif berupa kekerasan massal, penjarahan dan

kekacauan8.

6Jhon Lofland, Protes: Suatu Studi Tentang Perilaku Kelompok dan Gerakan Sosial, terjemahan Luthfi Ashari, (Yogyakarta:INSIST Press, 2003), hlm. 67 7Louise A Tilly, dan Charles Tilly (eds), Class Conflict and Collection Action. (Baverly Hills: Sage. 1981) https://www.google.com Diakses Tanggal 12 januari 2014. Jam 11.10. Wib. 8Jhon Lofland, Protes: Suatu Studi Tentang Perilaku Kelompok dan Gerakan Sosial, terjemahan Luthfi Ashari, (Yogyakarta:INSIST Press, 2003), hlm. 88

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/33745/2/jiptummpp-gdl-nofapriana-44784-2-babi.pdf · Kebijakan tersebut memberikan dampak yang negatif terhadap masyarakat sekitar

12

Protes dalam konteks perilaku kolektif tersebut mencerminkan bahwa

kehidupan sosial tidak selamanya berjalan sesuai dengan norma-norma

sosial serta peraturan-peraturan institusional yang ada.Hal ini tercermin

dalam berbagai bentuk protes yang dilakukan anggota masyarakat secara

kolektif, seperti unjuk rasa atau demonstrasi. Terlebih lagi norma, peraturan

dan hukum itu datang dari pemerintahan yang otoriter, dan hal tersebut

hanya menguntungkan penguasa dari pada masyarakat. Dalam arti, norma,

peraturan dan hukum dirancang untuk mendukung atau melanggengkan

kekuasaan, sehingga ruang kebebasan masyarakat terasa dibatasi. Tentu saja

kondisi ini, cepat atau lambat, akan muncul ketidakpuasan secara kolektif

dalam bentuk protes

1.5.2. Kota

Secara umum kota adalah tempat bermukimnya warga kota, tempat

bekerja, tempat kegiatan dalam bidang ekonomi, pemerintah dan lain-lain.

Dengan kata lain, Kota adalah suatu ciptaan peradaban budaya umat

manusia. Kota sebagai hasil dari peradaban yang lahir dari pedesaan, tetapi

kota berbeda dengan pedesaan, karena masyarakat kota merupakan suatu

kelompok teritorial di mana penduduknya menyelenggarakan kegiatan-

kegiatan hidup sepenuhnya, dan juga merupakan suatu kelompok

terorganisasi yang tinggal secara kompak di wilayah tertentu dan memiliki

derajat interkomuniti yang tinggi.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/33745/2/jiptummpp-gdl-nofapriana-44784-2-babi.pdf · Kebijakan tersebut memberikan dampak yang negatif terhadap masyarakat sekitar

13

Dari segi perancangan, Kota merupakan kawasan pemukiman yang

secara fisik ditunjukkan oleh kumpulan rumah-rumah yang mendominasi

tata ruangnya dan memiliki berbagai fasilitas untuk mendukung kehidupan

warganya secara mandiri9.

1.5.3. Kelurahan

Menurut pasal 1 : 5 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 73

tahun 2005 mengemukakan bahwa Kelurahan adalah wilayah kerja Lurah

sebagai perangkat kerja Kabupaten/Kota dalam wilayah kerja Kecamatan.

Dalam kamus bahasa Indonesia yang dikemukakan oleh Poerwadaraminta

(1998:615) mendefinisikan bahwa Kelurahan adalah daerah (kantor,rumah)

Lurah.

Kelurahan sebagai kesatuan wilayah terkecil didalam wilayah

Kecamatan didaerah Kabupaten/Kota, dapat berfungsi sebaga unit kerja

pelayanan pada masyarakat berdasarkan pelimpahan sebagian kewenangan

dari Camat kepada Lurah. Sehingga dalam tugas pokok dan fungsinya,

pemerintah kelurahan menyelenggarakan sebagian tugas pemerintahan,

pembangunan dan pelayanan masyarakat dalam ruang lingkup kelurahan

sesuai batas-batas kewenangan yang dilimpahkan Camat.

1.5.4. Kebijakan

Pemerintah dalam peningkatan pelayanan publik terdapat beberapa

kebijakan-kebijakan pemerintah dalam hal ini biasa juga disebut sebagai 9http://ahluldesigners.blogspot.nl/2012/05/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/33745/2/jiptummpp-gdl-nofapriana-44784-2-babi.pdf · Kebijakan tersebut memberikan dampak yang negatif terhadap masyarakat sekitar

14

kebijaksanaan. Kebijaksanaan Menurut Amara Raksasataya, adalah sebagai

suatu taktik dan strategi yang diarahkan untuk mencapai tujuan. (Islamy,op

cit; h-17) Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Dr. SP. Siagian, MPA

dalam proses pengolahan Pembangunan Nasional, bahwa :

“Kebijaksanaan adalah serangkaian keputusan yang sifatya mendasar untuk dipergunaan sebagai landasan bertindak dalam usaha untuk mencapai suatu tujuan yang ditetapkan sebelumnya”. (Siagian, op cit ., h.49)

Kesimpulannya, Kebijakan/kebijaksanaan adalah suatu rangkaian

keputusan yang telah di tetapkan dengan cara yang terbaik untuk mencapai

suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelum kebijakan tersebut diambil.

Secara garis besar ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembuatan

kebijakan, yaitu :

1. Adanya pengaruh tekanan dari luar

2. Adanya pengaruh kebiasaan lama (konservatisme)

3. Adanya pengaruh sifat pribadi

4. Adanya pengaruh dari kelompok luar

5. Adanya pengaruh keadaan masa lalu.

Selain itu, terdapat beberapa faktor lain yang mempengaruhi dalam

pembuatan kebijaksanaan, yaitu :

1. Sulitnya memperoleh informasi yang cukup

2. Bukti-bukti sulit disimpulkan

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/33745/2/jiptummpp-gdl-nofapriana-44784-2-babi.pdf · Kebijakan tersebut memberikan dampak yang negatif terhadap masyarakat sekitar

15

3. Adanya berbagai macam kepentingan yang berbeda mempengaruhi

pilihan tindakan yang berbeda-beda pula

4. Dampak kebijaksanaan sulit dikenali

5. Umpan balik kepututusan bersifat sporadic

6. Proses perumusan kebijkasanaan tidak mengerti dengan benar10.

1.6 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah sekumpulan peraturan, kegiatan, dan prosedur

yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin ilmu. Metodologi juga merupakan

analisis teoritis mengenai suatu cara atau metode. Penelitian merupakan suatu

penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan sejumlah pengetahuan, juga

merupakan suatu usaha yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki

masalah tertentu yang memerlukan jawaban Motivasi dan tujuan penelitian

secara umum pada dasarnya adalah sama, yaitu bahwa penelitian merupakan

refleksi dari keinginan manusia yang selalu berusaha untuk mengetahui sesuatu.

Keinginan untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan merupakan

kebutuhan dasar manusia yang umumnya menjadi motivasi untuk melakukan

penelitian11.

10Abdurahman,2012. Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam Pelayanan Kesehatan Masyarakat Di Kecamatan Bacan Tengah Kabupaten Halmahera Selatan. Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitashasanuddin.MAKASSAR 11Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/33745/2/jiptummpp-gdl-nofapriana-44784-2-babi.pdf · Kebijakan tersebut memberikan dampak yang negatif terhadap masyarakat sekitar

16

1.6.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian

kualitatif dengan menggunakan metode pendekatan yang dugunakan adalah

fenomenologi. Karena dalam metodologi sama artinya dengan medeskrisikan

paradigm atau cara cara pandang terhadap realitas. Seperti halnya Schutz

mengatakan bahwa objek penelitian ilmu sosial pada dasarnya berhubungan

dengan interpretasi terhadap realitas.Jadi sebagai peneliti sosial, kita pun harus

membuat interpretasi terhadap realitas yang diamati. Orang-orang saling terikat

satu sama lain ketika membuat interpretasi ini12.

1.6.2 Lokasi penelitian

Peneliti mengambil tempat penelitian di Kelurahan Dinoyo dan

Bethekkarena ditempat kejadian tersebut terjadinya protes yang mengakibatkan

sebuah kebijakan yang diputuskan pemerintah dikaji ulang kembali oleh

Pemerintah Kota Malang.

1.6.3 Subyek Penelitian

Peneliti menentukan subyek penelitiandengan menggunakan teknik

Purposive Sampling dimana teknik penentuan sampel dengan pertimbangan

tertentu. Yang di maksudkan dengan pertimbangan tertentu adalah peneliti

menentukan kriteria- kriteria tertentu dalam pengambilan informan dimana

kriteria tersebut sebagai berikut:

a. Aktor yang terlibat dalam protes 12 Kuswarno,Engkus.2009, Fenomenologi, (Widya Padjajaran.: Bandung), hlm. 58-59

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/33745/2/jiptummpp-gdl-nofapriana-44784-2-babi.pdf · Kebijakan tersebut memberikan dampak yang negatif terhadap masyarakat sekitar

17

b. Aktor penggerak protes

1.6.4 Sumber Data

Jenis dan Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan yang

menggunakan metode wawancara secara langsung dan observasi di

lapangan. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari wawancara dan

observasi kepada infoman di kawasan Bethek dan Kelurahan Dinoyo

Malang

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari berbagai sumber yang

berkaitan dengan data seperti internet yang menjelaskan tentang Protes

Sosial Di Perkotaanyang dibutuhkan. Sumber data sekunder adalah jurnal,

literatur yang terkait dengan penelitan tersebut.

1.6.5 Teknik Pengumpulan Data

Pencarian data dalam menyusun penulisan ini menggunakan beberapa

teknik pemgumpulan data yakni:

a. Observasi

Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang

spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain. Dimana observasi tidak

terbatas pada orang, tetapi juga pada objek-objek alam yang lain.objek –

objek yang akan di observasi yaitu tempat kejadian,papan atau spanduk

Page 18: BAB I PENDAHULUAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/33745/2/jiptummpp-gdl-nofapriana-44784-2-babi.pdf · Kebijakan tersebut memberikan dampak yang negatif terhadap masyarakat sekitar

18

yang di buat untuk protes. Dimana dalam melakukan penelitian peneliti

mengamati secara langsung obyek penelitian untuk memperoleh gambaran

kebenaran dari data yang didapat, dalam penelitian ini peneliti melakukan

Observasi Nonpartisipan dimana peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai

pengamat independen. Peneliti hanya secara langsung melihat atau

mengamati apa yang terjadi pada subyek penelitian13. Menurut Alwasilah

(2003:211) mendefinisikan observasi penelitian sebagai pengamatan

sistematis dan terencana yang diniati untuk perolehan data yang dikontrol

validitas dan reabilitasnya14. Dalam hal ini peneliti akan mengobservasi

lokasi peneliti dengan terjun langsung ke lapangan mencari subjek – subjek

peneltian,melihat tempat kejadian apakah masih ada sisa – sisa dari aksi

protes tersebut. Serta peneliti melakukan review lapangan apakah yang

terjadi sama dengan data yang diperoleh.

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan

itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang

mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan

jawaban atas pertanyaan itu15. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan

wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang sangat terbuka,

13Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Hlm. 96 14http://ebookily.org/doc/moleong-lexy-j-2002-metodologi-penelitian=http kualitatif-

74359669.html.Diakses Tanggal 12 januari 2014. Jam 11.10. Wib. 15 Moleong, Lexy J. 2012. Metodologi Penelitian Kualittif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.

Hlm. 75

Page 19: BAB I PENDAHULUAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/33745/2/jiptummpp-gdl-nofapriana-44784-2-babi.pdf · Kebijakan tersebut memberikan dampak yang negatif terhadap masyarakat sekitar

19

jawabannya lebih luas dan bervariasi bentuk pertanyaan yang diajukan sangat

terbuka, hampir tidak ada pedoman yang digunakan sebagai kontrol. Begitu

pun dengan jawabannya dari subyek atau terwawancara, dapat sangat luas dan

bervariasi16.Sehingga pertanyaan dapat berkembang dengan dipengaruhi

jawaban informan. Kebebasan diberikan pada informan untuk menjawab

dengan tidak menutup kemungkinan menyimpang dari persoalan. Wawancara

tidak terstruktur digunakan untuk menggali data secara mendalam. Teknik ini

digunakan untuk memperoleh data tentang bagaimana Protes Sosial Di

Perkotaan terjadi memandang sebagai akibat kebijakan satu arah yang terjadi

di masyarakat di Kota Malang .

Peneliti akan terjun ke tempat kejadian untuk mencari rumah informan

yang sudah menjadi kriteria peneliti. Setelah mendapatkan informasi tentang

tempat tinggal maka peneliti akan menuju rumah subyek penelitian. Dalam

hal ini peneliti akan berkenalan dengan subjek penelitian terlebih dahulu serta

mengutarakan maksud dan tujuan peneliti menemui subjek penelitian tersebut.

Setelah ada persetujuan serta perkenalan selesai maka peneliti akan

memawancarai subjek peneliti dengan panduan yang telah dipersiapkan oleh

peneliti dan begitu dengan seterusnya berlanjut dengan informan lainnya.

16 Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Salemba Humanika. Hlm.188

Page 20: BAB I PENDAHULUAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/33745/2/jiptummpp-gdl-nofapriana-44784-2-babi.pdf · Kebijakan tersebut memberikan dampak yang negatif terhadap masyarakat sekitar

20

c. Studi Dokumen

Dokumentasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berupa foto-

foto dari lokasi penelitian, berkas-berkas yang bisa menunjang data dalam

penelitian ini, pemberitaan dari media massa, notulen rapat pertemuan para

pelaku protes serta surat keputusan Walikota ,kemudian data tersebut dikaji

kembali dengan maksud untuk melengkapi data-data yang diperoleh

sebelumnya. Sifat utama data ini tidak terbatas pada ruang dan waktu

sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang

pernah terjadi di waktu silam.

Peneliti akan menemui pedagang yang ada disekitaran daerah tersebut

disini peneliti ingin mencari informan yang benar- benar mengetahui serta

mengalami kejadian tersebut agar dokumen – dokumen yang dibutuhkan

peneliti untuk melengkapi hasil penelitian bisa terselesaikan.

1.7 Teknik Analisa Data

Analisis data merupakan langkah terakhir sebelum menarik kesimpulan,

untuk itu teknik analisis data sangat diperlukan dalam penelitian untuk

memperoleh gambaran yang jelas dari data yang diperoleh. Dalam penelitian ini

yang digunakan metode penelitian kualitatif dengan analisis fenomenologi yang

bersifat deskriptif. Setelah data di analisis dengan metode fenomenologi

kualitatif selanjutnya dibahas permasalahan tersebut hingga ada pada suatu

kesimpulan. Dalam penelitian ini menggunakan analisis fenomenologi kualitatif

Page 21: BAB I PENDAHULUAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/33745/2/jiptummpp-gdl-nofapriana-44784-2-babi.pdf · Kebijakan tersebut memberikan dampak yang negatif terhadap masyarakat sekitar

21

model analisis interaktif yang dikemukakan oleh Miles dan Haberman melalui

empat tahap yakni:

a. Pengumpulan data

Kegiatan yang dilakukan untuk mengumpulkan data yang diperoleh

dari subyek penelitian yang ada relevansinya dengan perumusan masalah

dan tujuan penelitian. Dalam mengumpulkan data peneliti menggunakan

berbagai cara agar mendapat informasi/data yang diperoleh

b. Reduksi data

Diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyerderhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data awal yang muncul

dari catatan-catatan dilapangan. Peneliti mengedit data dengan cara memilih

bagian data yang mana untuk dikode, dipakai, dan yang diringkas, serta

dimasukan dalam kategori, dan sebagainya.

c. Penyajian data

Sekumpulan data yang diorganisir sehingga dapat memberi deskripsi

menuju proses penarikan kesimpulan. Penyajian data harus mempunyai

relevansi yang kuat dengan perumusan masalah secara keseluruhan dan

disajikan secara sistematis.

d. Penarikan kesimpulan

Proses penarikan kesimpulan merupakan bagian penting dari kegiatan

penelitian, karena merupakan kesimpulan dari penelitian. Proses penarikan

kesimpulan ini dimaksutkan untuk menganalisis, mencari makna dari data

Page 22: BAB I PENDAHULUAN - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/33745/2/jiptummpp-gdl-nofapriana-44784-2-babi.pdf · Kebijakan tersebut memberikan dampak yang negatif terhadap masyarakat sekitar

22

yang ada sehingga dapat ditemukan tema dalam penelitian yang telah

dilakukan.