KAMPANYE NEGATIF DAN PREDIKSI HASIL PILEG...

27
Lingkaran Survei Indonesia April 2014 1 KAMPANYE NEGATIF DAN PREDIKSI HASIL PILEG 2014

Transcript of KAMPANYE NEGATIF DAN PREDIKSI HASIL PILEG...

Lingkaran Survei Indonesia April 2014

1

KAMPANYE NEGATIF DAN PREDIKSI HASIL PILEG 2014

Kata Pengantar

Kampanye Negatif dan Prediksi Hasil Pileg 2014.

2

Menjelang Pemilu 2014, gelombang kampanye negatif terhadap partai politik terutama partai-partai besar makin tak terbendung. Mayoritas publik yaitu sebesar 85.3 % yakin bahwa kampanye negatif di Pemilu Legislatif (Pileg) 2014 lebih sering dan keras dibandingkan Pemilu 2009. Sebanyak 6.5 % menyatakan intensitas kampanye negatif sama saja antara Pemilu 2009 dan Pemilu 2014. Dan sebanyak 3.3 % menyatakan tak yakin kampanye negatif Pemilu 2014 lebih banyak dibanding Pemilu 2009. Kampanye negatif adalah kampanye yang berisikan pesan-pesan negatif terhadap lawan (kompetitor) yang berdasarkan fakta yang jujur dan relevan. Kampanye negatif biasanya terkait dengan kemampuan dan ketidakmampuan, pengalaman dan kurang pengalaman para kandidat di dalam pemerintahan, penanganan masalah ekonomi dan lain-lain, track record, pengalaman memimpin, masalah pribadi kandidat, skandal masa lalu yang memang terjadi dan sebagainya. Kampanye negatif berbeda dengan kampanye hitam (black campaign). Kampanye hitam adalah pesan negatif terhadap kandidat yang tidak didasarkan pada fakta, tidak ada sumber data yang bisa dipertanggung jawabkan.

3

Survei menunjukan bahwa sebanyak 64.2 % publik menyatakan kampanye negatif penting bagi mereka sebagai pembelajaran politik untuk mengetahui kekurangan dari kandidat atau partai politik. Sedangkan sebanyak 20.5 % publik menyatakan tidak setuju atau tidak penting kampanye negatif tersebut. Dan sebanyak 12.5 % menyatakan sikap netral. Demikian salah satu temuan terbaru survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI). LSI kembali mengadakan survei tentang peluang dan dinamika dukungan partai politik menjelang Pileg 2014. Survei ini dilakukan pada tanggal 22 – 26 Maret 2014. Survei menggunakan metode multistage random sampling dengan 1200 responden dengan margin of error sebesar +/- 2,9 %. Survei dilaksanakan di 33 propinsi di Indonesia. Kami juga melengkapi survei dengan penelitian kualitatif dengan metode analisis media, FGD, dan in depth interview. Survei ini dibiayai sendiri oleh LSI dari dana public interest yang telah dialokasi setiap tahunnya. Hasil riset kualitatif menunjukan bahwa kampanye negatif paling sering melanda 4 partai terbesar menjelang Pileg 2014. Golkar terkena kasus Ketua Umumnya yang ke Maladewa bersama artis dan rombongan. Kasus ini ramai dibincangkan di media sosial maupun media konvensional cetak dan elektronik. PDIP terus diserang kasus “penghianatan” komitmen Batu Tulis dan “ingkar janji” Jokowi soal 5 tahun menjadi Gubernur Jakarta. Juga soal isu korupsi ratusan busway karatan di Jakarta di bawah Gubernur Jokowi. Jokowipun digambarkan menjadi “pinokio” yang hidungnya bertambah panjang karena berbohong

4

Partai Gerindra terus diungkit dan tak bisa melepas memori publik soal masa silam Ketua Dewan Pembinanya Prabowo Subianto dalam kasus penculikan aktivis tahun 1998. Dan Partai Demokrat memasuki babak baru drama korupsinya dimana mantan Ketua Umumnya Anas Urbaningrum terus mencicil tuduhannya soal penggunaan dana century dalam Pemilu 2009. Jika dikaitkan antara kampanye negatif yang masif menjelang Pileg 2014 dan perolehan dukungan menurut survei LSI akhir Maret 2014 ini, terlihat bahwa efek kampanye negatif tersebut lumayan menghambat laju dukungan partai. Akibatnya, pengumuman Jokowi sebagai capres oleh PDIP hanya mampu menaikan kurang lebih 3 % elektabilitas PDIP dari 18.2% pada survei LSI Januari/Februari 2014, ke angka elektabilitas 21.1 % pada survei akhir Maret 2014. Penggunaan slogan Pak Harto yang kembali populer di “wong cilik” juga hanya mampu mendongkrak kurang lebih 3 % suara Golkar. Dari 18.3 % pada survei LSI Jan/Feb 2014 ke 21.9 % pada survei Maret 2014. Iklan massif yang dilakukan oleh Partai Gerindra pun hanya mampu mendongkrak kurang lebih 3 % elektabilitas partainya. Dari 8.7 % pada survei sebelumnya menjadi 11.1 %. Terjunnya kembali SBY menyelamatkan Partai Demokrat pun hanya mampu mengangkat elektabilitas partai ini sebesar kurang lebih 3 %. Dari 4.7% di Jan/Feb 2014, menjadi 7.6 % pada akhir Maret 2014.

5

Peningkatan suara dari empat partai teratas tersebut seiring dengan berkurangnya pemilih yang belum menentukan pilihan (undecided voters) dari 30.1 % pada survei Jan/Feb 2014 menjadi 10.6 % pada survei LSI akhir Maret 2014 ini. Dibandingkan survei sebelumnya, pemilih yang sudah menentukan pilihannya kurang lebih 20 persen. Bertambahnya jumlah pemilih yang sudah menentukan pilihan itu (Maret 2014) menambah jumlah dukungan aneka partai dibanding survei sebelumnya (Jan/Feb 2014). Jika Pemilu legislatif dilaksanakan pada hari dilaksanakan survei (22-26 Maret 2014) maka berikut hasil lengkap elektabilitas partai politik. Partai Golkar 21.9 %, PDIP 21.1 %, Gerindra 11.1 %, Demokrat 7.6 %, PKB 5.9 %, PKS 5.2 %, Hanura 4.5 %, Nasdem 4.3 %, PPP 3.4 %, PAN 3.0 %, PBB 0.9 %, dan PKPI 0.5 %. Mereka yang belum memutuskan sebesar 10.6 %. Dengan perolehan dukungan Partai Golkar dan PDIP yang sudah diatas 20 %, hanya antara dua partai inilah yang paling berpeluang menjadi pemenang pemilu. Dengan selisih yang ketat antara kedua partai dan masih dalam batas margin of error survei ini, maka LSI tak bisa mengklaim siapa yang akan memperoleh suara nasional terbanyak (pemenang pemilu). Namun jika hasil perolehan suara kedua partai ini hanya berselisih tipis,sesuai dengan prediksi survei, maka Partai Golkar lebih berpeluang menjadi penguasa parlemen (lebih banyak kursi dari PDIP). Karena distribusi dukungan Partai Golkar lebih merata dibandingkan PDIP. DI luar Jawa, distribusi dukungan Partai Golkar lebih luas dan merata dengan harga kursi yang lebih murah dibanding dengan harga kursi daerah pemilihan di Jawa.

6

Perolehan dukungan kedua partai ini sulit dikejar oleh partai lain. Mengapa kedua partai ini masih teratas? Partai Golkar memiliki struktur partai yang kuat dan merata di semua wilayah, kekuatan finansial yang memadai, dan memori kolektif publik terhadap peran pembangunan Golkar pada masa Orde Baru. PDIP juga masih teratas karena struktur partai yang solid dan militan, keuntungan dari konsistensi sebagai partai oposisi, dan citra positif sejumlah kadernya yang menjadi kepala Daerah (Misalnnya Jokowi di Jakarta, Ganjar Pranowo di Jawa Tengah, dan Rano Karno di Banten). Dari survei ini, belum terlihat efek besar dari pencapresan Jokowi terhadap elektabilitas PDIP. Padahal, ekspektasi terhadap pencapresan Jokowi adalah mendongkrak suara partai. Meski sebagai capres, saat ini Jokowi adalah “primadona”, namun elektabilitas Jokowi belum bisa maksimal dikonversi ke dalam elektabilitas partai. LSI menilai ada dua faktor yang menyebabkan. Pertama, belum terlalu kuatnya asosiasi antara figur Jokowi dengan PDIP. Jika mengaca pada pengalaman Pemilu 2009, Partai Demokrat sangat kuat terasosiasi dengan figur SBY. Saat ini, asosiasi antara PDIP dan Jokowi belum terlalu kuat. Selain karena ada figur sentral lain di PDIP yaitu Megawati Soekarnoputri, PDIP adalah partai yang ideologis yang punya segmentasi pemilih yang berbeda. Pemilih bisa saja mendukung Jokowi sebagai capres, namun belum tentu mendukung PDIP sebagai partai pilihan dalam Pileg 2014.

7

Kedua, berbagai isu negatif yang menerpa PDIP terutama soal perjanjian Batu Tulis, komitmen Jokowi selama 5 tahun sebagai Gubernur, kasus korupsi lebih dari seratus busway karatan di Jakarta di era gubernur Jokowi, dan kebijakan-kebijakan yang dianggap tak “nasionalis” pada era pemerintahan Megawati ikut menghambat laju elektabilitas PDIP. Karikatur Jokowi sebagai pinokio yang hidungnya bertambah panjang karena berbohong lumayan mengganggu citra Jokowi. Dari survei ini posisi ketiga dan keempat hanya akan diperebutkan oleh Partai Gerindra dan Partai Demokrat. Kekuatan Partai Gerindra adalah ketokohan capresnya Prabowo Subianto, kekuatan finansial, dan akses terhadap media. Partai Demokrat juga berpeluang bertahan di tiga atau empat besar partai karena kekuatannya sebagai partai penguasa dan pemilih loyal SBY yang masih kuat. Posisi kelima akan diperebutkan oleh partai papan tengah lainnya terutama PKB dan PKS, Hanura dan Nasdem. PPP dan PAN meski dalam survei ini elektabilitasnya dibawah 3.5 %, namun kedua partai ini masih berpeluang lolos Parliamentary Threshold (PT). Mengingat masih ada 10.6 % pemilih yang belum menentukan pilihan. Dua partai yaitu PBB dan PKPI sulit untuk menembus ambang batas parlemen 3.5 %.

8

***** Survei ini pun memprediksi hanya 10 partai yang bisa mengirimkan wakilnya ke

parlemen. Kesepuluh partai tersebut adalah Golkar, PDIP, Gerindra, Demokrat,

PKB, PKS, Hanura, Nasdem, PPP, PAN.

Namun demikian, dukungan suara yang diraih partai dalam survei ini masih bisa berubah. LSI mencatat ada empat variabel yang bisa membuat suara berubah. Pertama, masih terdapat 10.6 % pemilih yang belum menentukan pilihan. Kedua, masih tersisa 14 hari lagi tersisa bagi partai politik untuk merebut simpati dan dukungan dibandingkan dengan tanggal terakhir survei dilakukan. Ketiga, jumlah golput pendukung masing-masing partai sulit diprediksi. Keempat, kampanye negatif terhadap partai atau kandidat capres masih terus dilakukan. Bisa saja ada skandal baru yang terbuka di sisa hari pemilihan. Keempat faktor diatas bisa saja merubah dukungan masing-masing partai politik. Partai politik yang mampu bertahan adalah partai yang mampu dengan baik mengelola sisa waktu kampanye untuk merebut dukungan pemilih mengambang, meminimalisir jumlah golput, dan menahan laju kampanye negatif.

9

Namun jika asumsi golput pendukung partai akan proporsional untuk semua partai politik dan tak ada kampanye negatif yang dahsyat yg luas diketahui publik, LSI memprediksi ada 5 kategori atau kelas partai hasil dari Pileg 2014 nantinya. Yaitu : Pertama, partai papan atas dengan elektabilitas diatas 20 %. Hanya dua partai yang masuk dalam kelas ini yaitu Golkar dan PDIP. Kedua, partai papan tengah atas dengan elektabilitas 15-20 %. Tak ada satupun partai yang masuk ke dalam kelas ini. Ketiga, partai papan tengah moderat dengan elektabilitas 8-15 %. Hanya dua partai yang berpeluang masuk ke dalam kelas ini yaitu Partai Gerindra dan Partai Demokrat. Keempat, Partai papan tengah bawah dengan elektabilitas 3.5 – 8 %. Ada enam partai politik yang berpeluang masuk ke dalam kelas partai ini yaitu PKB, PKS, Hanura, Nasdem, PPP, dan PAN. Kelima, partai papan bawah dengan elektabilitas dibawah 3.5 %. Ada dua partai yang masuk dalam kelas partai ini yaitu PBB dan PKPI.

• Dengan hasil elektabilitas diatas dan juga menghitung kemungkinan kelas-kelas partai, maka LSI memprediksi bahwa akan terjadi pergantian rezim pemerintahan dari koalisi pemerintahan yg dipimpin oleh Demokrat-Golkar pada Pemilu 2009 ke koalisi yang dipimpin oleh PDIP-Golkar pada Pemilu 2014. Partai mana yang menjadi pemimpin koalisi sangat tergantung pada partai yang menang Pemilu dan Pilpres

• Jika hasil pemilu sesuai dengan survei di atas, dua capres sudah aman mendapatkan tiket pencalonannya. Yaitu Jokowi (PDIP) dan Aburizal Bakrie (Golkar). Capres ketiga akan diperbutkan oleh Prabowo, Wiranto, Pemenang Konvensi Demokrat dan Koalisi Partai Islam. Sesuai pilpres lima tahun lalu, kemungkinan besar pilpres tahun ini juga hanya diikuti oleh 3 capres saja.

10

• Selamat datang pemerintahan 2014-2019 yang di parlemen (DPR/MPR) dipimpin oleh Golkar atau PDIP. ***

Lingkaran Survei Indonesia

Rabu, 2 April 2014

Narasumber : Adjie Alfaraby (0811.16.14.14 / 0812.811.21.696)

Moderator : Rully Akbar (0856.8049.040 )

Tim Riset LSI

(Adjie Alfaraby, Ardian Sopa, Ade Mulyana, Rully Akbar, Fitri Hari, Dewi Arum)

11

REKOR MURI Survei Paling Akurat dan Presisi

12

6 Rekor terbaru MURI

( Museum Rekor Indonesia)

Paling Presisi 1. Quick Count yang diumumkan tercepat (1 jam setelah TPS ditutup)

2. Quick Count akurat secara berturut-turut sebanyak 100 kali

3. Quick Count dengan selisih terkecil dibandingkan hasil KPUD yaitu

0,00 % (Pilkada Sumbawa, November 2010)

Prediksi Paling Akurat 1. Survei prediksi pertama yang akurat mengenai Pilkada yang

diiklankan

2. Survei prediksi akurat Pilpres pertama yang diiklankan

3. Survei prediksi akurat Pemilu Legislatif pertama yang diiklankan di 8 April 2009 di media nasional, sehari sebelum pemilu.

13

Iklan Prediksi Hasil Pileg 2009. Diiklankan sehari sebelum Pileg, yaitu pada 8 April 2009 di Kompas dan Media Indonesia. Prediksi ini membuat LSI memperoleh rekor MURI untuk kategori “Survei Prediksi Akurat Pemilu Legislatif Pertama yang Diiklankan”

METODOLOGI SURVEI

• Metode sampling : multistage random

sampling

• Jumlah responden awal : 1200

responden

• Wawancara tatap muka responden

menggunakan kuesioner

• Margin of error : 2.9%

Pengumpulan Data : 22 – 26 Maret 2014

14

15

Kampanye Negatif vs Kampanye Hitam

Aspek Kampanye Negatif Kampanye Hitam

Sumber Informasi

Berdasarkan fakta yang jujur dan relevan

Rekayasa fakta, tuduhan

Demokrasi Meningkatkan kualitas Demokrasi

Merusak Demokrasi

Di Indonesia, kampanye negatif sering diartikan sebagai kampanye hitam. Padahal dua jenis kampanye itu berbeda fungsinya. Yang satu bagus (kampanye negatif) dan yang lainya buruk (kampanye hitam) bagi demokrasi yang sehat.

16

Mayoritas Publik Lebih Sering Mendengar Kampanye Negatif Pada Pemilu 2014

Q : Menurut bapak/ibu seberapa seringkah bapak ibu mendengar kampanye-kampanye negatif tersebut jika dibandingkan dengan Pemilu tahun 2009?

Kategori %

Lebih Sering Pemilu 2014 85. 3 % Sama saja Pemilu 2014 & 2009

6.5 %

Lebih Sering Pemilu 2009

3.3 %

Tidak Tahu / Tidak Jawab

4. 9 %

Sebesar 85. 3 % publik meyakini, kampanye negatif pada Pemilu 2014 lebih sering dibanding Pemilu 2009.

17

Mayoritas Publik Pun Setuju Kampanye Negatif Diperlukan untuk Pembelajaran Politik

Q : Seberapa setujukah bapak/ibu isu-isu negatif terkait kandidat atau partai politik yang berdasarkan pada fakta yang benar diketahui oleh pemilih?

Kategori %

Sangat setuju/setuju 64. 2 % Tidak setuju 20.5 %

Netral 12.5 %

Tidak Tahu / Tidak Jawab

2.8 %

Sebanyak 64. 2 % publik setuju bahwa kampanye negatif untuk pembelajaran politik. Tahu kekurangan dan kelemahan partai atau kandidat.

18

Pileg 2014 : 4 partai teratas sering menghadapi Kampanye Negatif

Partai Politik Isu Negatif Menjelang Pileg

Partai Golkar Foto & video perjalanan ARB ke Maladewa bersama artis dan rombongan

PDIP Melanggar komitmen perjanjian Batu Tulis, “ingkar janji” Jokowi 5 tahun menjadi Gubernur, Isu korupsi ratusan busway yg rusak

Demokrat Korupsi petinggi partai dan penggunaan dana century untuk Pemilu 2009

Gerindra Masa silam Prabowo pada kasus penculikan aktivis ‘98.

19

Akibat Kampanye Negatif Laju elektabilitas partai terhambat

Partai Politik

Survei Jan/Feb

2014

Survei Maret 2014

Kenaikan

Golkar 18.3 % 21.9 % + /- 3%

PDIP 18.2 % 21.1 % +/- 3%

Gerindra 8.7 % 11.1 % +/- 3%

Demokrat 4.7 % 7.6 % +/- 3%

Setelah masa kampanye, rata-rata kenaikan 4 partai teratas hanya kurang lebih 3 %. Penambahan ini seiring dengan berkurangnya undecided voters dari 30.1 % pada survei Jan/Feb ke 10.6 % pada survei Maret 2014.

20

Golkar dan PDIP Bersaing Menjadi Pemenang

Partai Politik Survei Maret 2014

Partai Golkar 21. 9 %

PDIP 21. 1 %

Gerindra 11. 1 %

Demokrat 7. 6 %

PKB 5. 9 %

PKS 5. 2 %

Hanura 4. 5 %

Q : Jika Pemilu Legislatif dilakukan hari ini, dari peserta pemilu berikut ini, partai mana yang ibu/bapak Pilih?

Nasdem 4. 3 %

PPP 3. 4 %

PAN 3. 0 %

PBB 0.9 %

PKPI 0. 5 %

Belum Memutuskan

10. 6 %

Hanya Golkar atau PDIP yang berpeluang menjadi pemenang pemilu.

Prediksi LSI Pileg 2014

Prediksi Hasil Legislatif 2014

Nama Partai

Di atas 20% (1-2) Partai Golkar (1-2) PDIP

15 % - 20% -

8% - 15% (3-4) Gerindra (3-4) Demokrat

3.5% - 8% (5-10) PKB (5-10) PKS (5-10) Hanura (5-10) Nasdem (5-10) PAN

Tak Lolos (di bawah 3.5%) (11-12) PBB (11-12) PKPI

Juara 1

Diperebutkan

Golkar

Dan PDIP

Juara 3

Diperebutkan

Gerindra

Dan Demokrat

21

22

Golkar dan PDIP Kokoh?

•Struktur partai kuat dan merata

•Finansial memadai

•Memori kolektif peran pembangunan Golkar masa Orde Baru.

Golkar

•Struktur partai solid dan militan

•Konsistensi sebagai partai oposisi

•Citra positif kadernya yang menjadi kepala daerah

PDIP

Dengan selisih elektabilitas yang ketat sulit diprediksi antar kedua partai ini partai manakah yang menjadi pemenang pemilu.

Prediksi LSI The Next 3 Capres 2014

Capres 1 Koalisi Golkar (> 20 persen kursi)

Aburizal Bakrie

Capres 2 Koalisi PDIP (> 20 persen kursi)

Joko Widodo

Capres 3 Masih diperebutkan

Prabowo atau Wiranto atau pemenang Konvensi Demokrat atau koalisi Partai Islam

23

24

Efek Jokowi ke PDIP belum Maksimal

Ekpektasi pencapresan Jokowi untuk mendongkrak suara PDIP belum terlihat maksimal. Jokowi masih menjadi primadona sebagai capres. Namun partainya tidak. Tambahan suara dari PDIP dari Jokowi hanya +/- 3 persen

Elektabilitas Jokowi Belum Maksimal Terkonversi ke Partai.

• Belum kuatnya asosiasi antara PDIP dan Jokowi

• Kampanye Negatif terhadap Jokowi dan PDIP

25

4 Variabel Pengubah Suara

•Masih terdapat 10.6 % pemilih yang belum menentukan pilihan.

Undecided Voters

•Masih tersisa 14 Hari dari survei

Masa

Kampanye

•Golput Pendukung tak terprediksi

Golput

• Kampanye negatif terus dilakukan/ Mungkin saja ada skandal baru.

Kampanye Negatif

4 variabel di atas + margin of error 2.9 persen masih

Mungkin mengubah rangking dan prosentase pendukung partai

26

2014 : Peralihan Koalisi Pemerintahan

Antar kedua partai ini, siapapun yang ,menang butuh berkoalisi untuk mayoritas di Parlemen. Pemerintah 2014-2019 lebih kuat jika PDIP-Golkar berkoalisi dibandingkan saling beroposisi Pemimpin koalisi pemerintahan dilihat dari pemenang pileg dan pilpres.

Dari Koalisi Demokrat-Golkar ke Koalisi PDIP-Golkar

27

Selamat datang pemerintahan baru 2014-2019 yang di parlemennya

nanti dipimpin oleh Golkar atau PDIP.