Negatif Pasar Uang
-
Upload
cita-yustisia -
Category
Documents
-
view
71 -
download
0
Transcript of Negatif Pasar Uang
Beberapa Bank Jadi Whistle Blower dalam Kasus Euribor
www.koran-jakarta.com
Beberapa bank yang tengah diusut dalam kasus dugaan manipulasi suku bunga antar bank
zona euro (Euribor) menjalin kerja sama dengan komisi anti pakat Uni Eropa (UE), seperti
yang dilakukan jaringan bank asal Jerman Deutsche Bank. Melalui upaya itu, bank-bank
bermasalah tersebut berharap agar hukuman denda yang dijatuhkan bisa diperingan.
Komisi Eropa tengah mengusut dugaan manipulasi Euro Interbank Offered Rate (Euribor),
yang merupakan suku bunga acuan dari saling pinjam euro antar bank Eropa. Badan tersebut
tidak memberi tahu nama bank-bank yang tengah diusut, namun kesemuanya dapat dikenai
hukuman denda hingga 10 persen dari total pendapatan global jika memang terbukti telah
melanggar hukum anti pakat UE.
"Beberapa bank telah ikut sepakat bekerjasama dengan memberi informasi pada pihak
Komisi," demikian penuturan sumber terkait di UE kepada Reuters, Senin (30/7).
Sumber kedua mengungkapkan sedikitnya ada dua bank yang mencoba mendapat keringanan
hukuman itu, selain Deutsche Bank. Ada total 43 bank yang menjadi anggota panel Euribor.
Suku bunga ini merupakan acuan bagi pinjaman dan perangkat hutang bernilai triliunan euro.
Pemberian Keringanan
Secara hukum, bank-bank di atas memang bisa mendapat keringanan hukuman bila bersedia
memberi informasi (whistle blower) yang berguna bagi Komisi Eropa dalam pengusutannya.
Berdasarkan kebijakan pemberian keringanan dari lembaga tersebut, denda yang dijatuhkan
pada suatu bank bisa dikurangi antara 30 hingga 50 persen bila bisa memberi bukti dari
adanya manipulasi.
Selain dugaan manipulasi Euribor, Komisi Eropa saat ini juga tengah mengusut dugaan
manipulasi suku bunga antar bank di London, yakni London Interbank Offered Rate (Libor)
dan Tokyo Interbank Offered Rate (Tibor).
Kasus manipulasi Libor telah membuat jaringan perbankan terbesar No.3 Inggris, Barclays,
mendapat hukuman denda sebesar 453 juta dollar AS dari otoritas pengawas perbankan di
Amerika Serikat dan Inggris. Kasus ini juga telah memaksa CEO Barclays, Bob Diamond,
mundur dari jabatannya.
Dugaan adanya manipulasi ini pertama kali diangkat oleh harian Wall Street Journal (WSJ)
beberapa waktu lalu setelah melakukan penelitian atas suku bunga harian Libor periode April
2007–Mei 2008. Periode tersebut adalah puncak krisis keuangan global.
WSJ rupanya curiga karena periode tersebut ditandai dengan gejala perbankan mulai saling
tidak percaya satu lain. Namun, kuotasi suku bunga Libor justru disinyalir lebih rendah dari
yang seharusnya. WSJ melihat hal janggal karena Barclays mendapat suku bunga Libor yang
rendah, padahal dalam kondisi bank tidak saling percaya, suku bunga itu seharusnya lebih
tinggi. Investigasi serupa juga telah dilakukan terhadap RBS, HSBC, Citigroup and UBS.
Otoritas AS, Jepang, dan Singapura juga tengah meluncurkan pengusutan serupa.
AS Siapkan Gugatan Atas Kasus Libor
www.koran-jakarta.com
Kementerian Kehakiman Amerika Serikat tengah mempersiapkan gugatan pidana terhadap
beberapa lembaga keuangan atas kasus manipulasi suku bunga kredit antarbank alias Libor
(London Interbank Offered Rate). Demikian dikabarkan surat kabar AS, The New York
Times, Sabtu (14/7).
Berdasarkan wawancaranya dengan sejumlah pejabat yang ditugasi mengusut skandal Libor,
The New York Times melaporkan gugatan pidana yang dipersiapkan kementerian kehakiman
AS antara lain juga akan dijatuhkan pada para trader di Barclays. "Gugatan pidana terhadap
sedikitnya satu bank yang diduga terlibat akan diajukan tahun ini juga," demikian laporan
The New York Times, mengutip sumber terkait di kementerian kehakiman AS.
Sayangnya, The New York Times enggan menjelaskan lebih lanjut perihal rencana gugatan
pidana tersebut. Surat kabar terkemuka AS ini hanya menyatakan ancaman gugatan pidana
tersebut telah membuat beberapa lembaga keuangan, termasuk sedikitnya dua perusahaan
finansial dari Eropa, bergegas melobi pemerintah.
Libor merupakan tingkat suku bunga rata-rata yang dikenakan bank-bank ketika mereka
meminjamkan dananya kepada bank lain. Selanjutnya, ini menjadi rate ketika mereka
memberikan pinjaman kepada konsumen dan bisnis. Kasus manipulasi Libor baru-baru ini
menjadi makin mengemuka setelah ikut menyeret bank terbesar nomor tiga di Inggris,
Barclays.
Bank ini mengakui sejak 2007 hingga 2009 memberikan laporan palsu mengenai tingkat
bunga kredit yang harus dibayar dan digunakannya untuk menghitung bunga antarbank.
Barclays selalu mengatakan bahwa bunga utangnya rendah walau keadaan sebenarnya
tidaklah demikian.
Bank ini beralasan sengaja memalsukan data tersebut karena mengira bank lain juga
melakukan hal yang sama dan takut dikira bermasalah bila bunga surat utangnya tinggi.
Otoritas perbankan AS dan Inggris awal bulan ini telah menjatuhkan hukuman denda hingga
sebesar 290 juta poundsterling (4,27 triliun rupiah) pada Barclays. Kasus ini juga telah
memaksa sejumlah pejabat tinggi Barclays mundur, antara lain, Chairman Marcus Agius,
CEO Bob Diamond, serta COO Jerry del Missier.
Lakukan Pengusutan
Walau telah setuju membayar denda tersebut, Barclays tetap harus menjalani gugatan pidana
di pengadilan atas kasus manipulasi Libor. Pengusutan perdata maupun pidana atas kasus ini
berfokus pada bagaimana sebenarnya bankbank menentukan nilai Libor.
Mengingat kasus manipulasi Libor ini berskala luas, pengusutan yang dilakukan dapat
memberikan peluang bagi otoritas keuangan untuk menyeret bank-bank besar yang dianggap
bertanggung jawab melakukan berbagai prilaku tak terpuji saat berlangsungnya krisis
finansial global sejak akhir 2007 lalu.
Bank – Bank AS PHK Karyawan
www.kompas.com
Setelah kasus skandal manipulasi suku bunga antarbank LIBOR terungkap, dunia perbankan
global semakin runyam setelah beredar kabar pemutusan hubungan kerja terhadap ribuan
karyawan yang dilakukan lima dari enam bank terbesar di AS. Bank-bank itu berdalih
pendapatannya terus menurun.
Bank investasi Morgan Stanley menjadi bank terbaru di AS yang mengumumkan pemutusan
hubungan kerja (PHK). CEO Morgan Stanley James Gorman, Kamis (19/7), waktu New
York, mengatakan, pihaknya terpaksa mengurangi 1.000 karyawan. Alasannya, bank ini
mengalami penurunan pendapatan dan penurunan aktivitas bisnis. Salah satu alasan di balik
itu adalah kelesuan besar bisnis bank ini di zona euro yang telah mengimbas ke AS.
Goldman Sachs Group Inc, Bank of America Corp, Citigroup, dan Wells Fargo juga
melakukan PHK. Bersama Morgan Stanley dan JPMorgan, bank-bank tersebut adalah yang
terbesar di AS. ”Sejumlah pihak kini dipacu mengurangi biaya operasional bank sehubungan
dengan memburuknya prospek di masa depan,” kata Alan Johnson, pakar soal pesangon
karyawan di Wall Street, New York.
Sepanjang tahun ini, 17.323 karyawan perbankan di AS telah dikenai PHK. Tahun lalu,
berdasarkan data perusahaan konsultan Challenger, Gray & Christmas, jumlah pegawai bank
di AS yang dikenai PHK 63.624 orang.
Menurut harian bisnis Jerman, Handelsblatt, Kamis, bank terbesar di Jerman, Deutsche Bank
AG, juga dilaporkan akan memberhentikan 1.000 karyawan di divisi bank investasinya.
Hingga saat ini, JPMorgan Chase adalah satu-satunya bank yang tidak melakukan PHK.
Namun, bank investasi terbesar di AS ini juga tak luput dari sejumlah praktik penipuan.
Skandal meluas
Skandal manipulasi suku bunga antarbank di London (LIBOR) berlanjut. Kasus manipulasi
LIBOR, yang tadinya hanya melibatkan bank Barclays asal Inggris, kini melebar dengan
penyelidikan juga dilakukan terhadap Deutsche Bank, Citigroup, HSBC, dan JPMorgan
Chase. Mereka adalah bank-bank yang selama ini menjadi simbol kredibilitas di dunia
perbankan internasional.
Salah satu pemimpin baru Deutsche Bank, Anshu Jain, juga turut diselidiki terkait manipulasi
penentuan LIBOR. Jain baru saja ditunjuk pada Juni 2012 sebagai salah satu dua pemimpin
puncak Deutsche Bank untuk menggantikan Josef Ackermann.
Harian bisnis Jerman, Handelsblatt, sebagaimana dikutip Reuters, menyebutkan, Jain (49)
sudah terlibat manipulasi pada tahun 2010.
Kecuali Barclays yang relatif kooperatif dalam penyidikan skandal ini, bank-bank besar lain
menolak berkomentar soal manipulasi LIBOR, termasuk Citigroup, HSBC, JPMorgan Chase,
dan Deutsche Bank.
Ada dua lembaga yang terlibat penyelidikan manipulasi LIBOR ini, yakni Badan Pengelola
Bursa Berjangka AS (US Commodity Futures Trading Commission) dan Otoritas Jasa
Keuangan Inggris (Financial Services Authority). Dua badan ini juga menolak berkomentar.
Manipulasi LIBOR ini juga mengganggu penentuan suku bunga kontrak pinjaman senilai
triliunan dollar AS, yang dalam beberapa tahun terakhir didasarkan pada pergerakan LIBOR.
Lanjutan berita soal skandal ini semakin merunyamkan industri perbankan global, khususnya
kawasan zona euro dan AS, yang hingga sekarang didera kebangkrutan dan belum
menemukan strategi jitu untuk keluar dari krisis. Kemandekan pertumbuhan ekonomi di dua
kawasan itu merupakan faktor utama di balik stagnasi perbankan, yang kemudian terjebak
dalam praktik manipulasi yang mencengangkan dunia.
Manipulasi LIBOR ini intinya terkait dengan penentuan nilai LIBOR yang dibuat lebih
rendah daripada seharusnya.
Skandal Libor Terkuak, Chairman Barclays Mundur
www.inilah.com
Libor (London Inter Bank Offered Rate) adalah tingkat suku bunga rata-rata yang dikenakan
bank-bank ketika mereka meminjamkan dananya kepada bank lain. Selanjutnya, ini menjadi
rate ketika mereka memberikan pinjaman kepada konsumen dan bisnis.
Dugaan adanya manipulasi ini pertama kali diangkat oleh harian Wall Street Journal (WSJ)
pada Mei 2008 setelah melakukan penelitian atas suku bunga harian Libor periode April
2007–Mei 2008. Periode tersebut adalah puncak krisis keuangan global.
WSJ rupanya curiga karena periode itu ditandai dengan gejala perbankan mulai saling tidak
percaya satu lain. Namun, kuotasi suku bunga Libor justru disinyalir lebih rendah dari yang
seharusnya. WSJ melihat hal janggal karena Barclays mendapat suku bunga Libor yang
rendah, padahal dalam kondisi bank tidak saling percaya, suku bunga itu seharusnya lebih
tinggi.
Rupanya ada akal-akalan oleh para trader agar suku bunga yang dikenakan kepada bank
tempat tidak terlalu memberatkan, dalam hal ini oleh trader Barclays. Dugaan awal, hal ini
dilakukan sebagai upaya manipulasi berjamaah dari bank-bank besar dunia untuk
menunjukkan bahwa kondisi mereka sangat bagus dan tidak berisiko.
Kepercayaan LIBOR Makin Memudar
www.koran-jakarta.com
Dunia internasional kembali digemparkan isu moneter global. Kali ini muncul megaskandal
manipulasi Libor. Akankah para pengambil kebijakan moneter akan menggantikannya
dengan instrumen lainnya?
Kembali citra industri perbankan global tercoreng seiring terkuaknya megaskandal
manipulasi Libor (London Interbank Offered Rate). Kasus ini memicu pandangan pro dan
kontra soal kelangsungan sistem suku bunga acuan pinjaman antarbank tersebut.
Di satu sisi, sejumlah bank sentral dan regulator perbankan mengusulkan pembubaran Libor,
sedangkan beberapa pihak lain ingin mempertahankannya.
Citra Libor kian merusak setelah sejumlah pejabat tinggi bank terbesar no.3 Inggris,
Barclays, awal bulan ini mengundurkan diri atas tuduhan terlibat dalam manipulasi suku
bunga antarbank. Surat kabar Financial Times baru-baru ini mengabarkan pengusutan atas
kasus manipulasi Libor ini kini telah ikut menyeret sejumlah trader dari beberapa bank
terbesar lain, seperti Credit Agricole, HSBC, Deutsche Bank, dan Societe Generale.
Trader dari keempat bank tersebut dicurigai melakukan kerja sama manipulasi Libor dengan
mantan trader Barclays, Philippe Moryoussef. Regulator kontrak berjangka AS, Komisi
Perdagangan Kontrak Berjangka Komoditas (CFTC), belum lama ini menuduh adanya
seorang trader yang "telah menggalang kerja sama dengan trader lain" dalam melakukan
manipulasi Libor. CFTC tidak menyebut nama si trader, namun sejumlah media menyebut
dia adalah Moryoussef.
Kini, reliabilitas Libor makin diragukan akibat skandal manipulasi sepanjang periode
2007 2009 yang menyeret raksasa perbankan di Inggris, Barclyas, tersebut sehingga �
merupakan alasan kuat bagi Gubernur bank sentral Amerika Serikat (The Fed), Ben
Bernanke, dan kepala Dewan Stabilitas Finansial (FSB), Mark Carney, yang juga menjabat
sebagai Gubernur bank sentral Kanada (BoC), melontarkan wacana penghapusan Libor.
Mereka mendesak diciptakannya sistem alternatif pengganti suku bunga antarbank tersebut.
"Ada alternatif lain jika Libor tidak bisa diperbaiki. Jika Libor secara struktural telah rusak
dan tidak bisa diperbaiki sesuatu yang mungkin saja terjadi, mungkin akan diperlukan
pendekatan berbeda dan kita perlu mempertimbangkannya," kata Carney dalam konferensi
pers di Ottawa, Kanada, baru-baru ini.
Carney mengatakan alternatif yang bisa dijadikan pengganti antara lain repo rate serta suku
bunga Overnight Index Swap (OIS). Di sisi lain, Bernanke mengusulkan digunakannya suku
bunga Treasury Bill. Hanya saja, Bernanke mengatakan The Fed sendiri belum menentukan
pilihannya.
Pendapat yang berbeda diungkapkan oleh bank sentral Inggris (Bank of England) yang
menginginkan agar Libor tetap dipertahankan. Melalui Gubernur BoE, Mervyn King, dalam
suratnya pada sejumlah gubernur bank sentral lain mengusulkan perlu dilakukannya
perombakan besar-besaran terhadap Libor. "Adalah sangat jelas bahwa reformasi radikal atas
Libor diperlukan," tuturnya.
Pertemuan Khusus
Sesuai rencana, para gubernur bank sentral dan regulator perbankan global akan membawa
masalah Libor itu dalam pertemuan Komite Pertimbangan Ekonomi bank sentral seluruh
dunia pada 9 September mendatang di Basel, Swiss.
Pembahasan akan dilanjutkan pekan berikutnya dalam pertemuan komite pengarah Dewan
Stabilitas Finansial (FSB), yakni badan milik G-20 yang bertugas mengawasi dan membuat
rekomendasi mengenai sistem keuangan global.
Sementara itu, Libor merupakan kurs referensi harian dari suku bunga yang ditawarkan
dalam pemberian pinjaman tanpa jaminan oleh suatu bank kepada bank lainnya di pasar uang
London. Libor diterbitkan oleh British Bankers Association (BBA) setiap hari setelah jam
11.00 waktu London yang merupakan rata-rata suku bunga deposito antarbank dari beberapa
bank terpilih untuk jangka waktu pinjaman antara 1 malam hingga satu tahun.
Suku bunga jangka pendek, misalnya, hingga 6 bulan adalah hampir mendekati cerminan
kondisi pasar pada saat itu. Suku bunga pinjaman antarbank ini setiap harinya mengalami
perubahan. Kurs referensi yang dikeluarkan di samping untuk dollar AS (USD) juga untuk
poundsterling. Libor juga merupakan referensi yang sangat berarti bagi mata uang lainnya,
termasuk franc Swiss (CHF), yen, dollar Kanada (CAD), dan krone Denmark.
Ulah Bankster Mengguncang Industri Perbankan Dunia
www.banksarimadu.com
Kali ini kejadiannya bertempat di kota yang sepanjang sejarahnya sudah menjadi pusat
finansial dunia, London. Pesakitan utama yang sudah mengaku salah dan menerima denda
sebesar US$ 455 juta bernama Barclays Plc. Modusnya: manipulasi bunga acuan London
interbank offered rate (Libor). Rekam waktu peristiwanya bisa dicek di sini.
Libor merupakan suku bunga yang digunakan sebagai acuan bunga pinjam-meminjam di
antara bank. Artinya,Libor dapat mempengaruhi bunga berbagai macam kredit dan instrumen
finansial lainnya di dunia (lihat infoboks).
Libor dipakai sebagai benchmark bunga pinjaman global karena alasan historis sekaligus
geografis. London sudah lama menjadi kota pusat transaksi keuangan dunia. Letaknya juga
menjadikan waktu perdagangan London beririsan dengan waktu perdagangan dari berbagai
belahan dunia. Contohnya, mereka yang berada di Asia bakal sulit bertransaksi di AS karena
ketika pasar AS buka, pasar Asia sudah tutup. Tapi mereka sempat bertransaksi dengan
pelaku pasar London di sore hari.
Kembali ke mega skandal ini, Barclays ditengarai bukan pelaku tunggal. Saat ini, regulator
Inggris dan Amerika Serikat sedang menyelidiki setidaknya 11 bank lagi. Di antaranya
terdapat nama-nama besar di kancah perbankan dunia, seperti Deutsche Bank, Royal Bank of
Scotland, Credit Suisse, Citigroup, UBS, and JPMorgan Chase.
Berbagai media Barat menyebut skandal Libor ini sebagai ulah para bankster. Mereka yang
berjabatan bankir tapi berkelakuan gangster. Gangster beroperasi dalam kelompok solid
untuk menghalalkan segala cara demi mencapai keuntungannya sendiri.
Apa yang terjadi?
Bagi yang baru pertama kali mengikuti kisah Libor, semua bermula pada temuan email para
trader dan karyawan yang bertugas memasukkan data bunga Libor (submitter) di Barclays.
Email-email yang diperoleh regulator Financial Services Authority itu menyingkap
bagaimana rekayasa bunga terjadi selama tahun 2005-2009.
Memo-memo yang berisi percakapan sederhana dan candaan cukup telak memperlihatkan
kolusi di antara mereka. Contohnya, email seorang trader dari luar yang meminta trader
Barclays untuk memasukkan Libor yang lebih rendah. Tak berapa lama kemudian dia
mengirim email lagi, berkata, “Dude, aku berutang besar padamu! Datanglah ke sini kapan-
kapan sepulang kerja dan aku akan membuka sebotol Bollinger.”
Sejarah Libor
Di tahun 1980-an, banyak perusahaan yang mulai menggunakan kontrak-kontrak berjangka
alias derivatif untuk melakukan lindung nilai terhadap risiko fluktuasi bunga.Pada saat itu,
London sudah unjuk diri sebagai kota finansial dunia antara lain sebagai pusat sindikasi
pinjaman.
Namun, kedua pasar ini, finansial dan derivatif, belum punya acuan bunga. Maka, para
pelaku pasar pun meminta bantuan Bank of England dan British Bankers\' Association (BBA)
sebagai asosiasi jasa keuangan Inggris.
Lantas pada tahun 1986, London interbank offered rate (Libor) pun tercipta. Di masa awal
ini, Libor baru berlaku untuk dollar, yen, dan sterling.
Instrumen acuan bagi pelaku keuangan dunia ini berkembang seiring pasar keuangan dunia
yang kian kompleks. Bayangkan saja, sekarang, terdapat Libor untuk 10 macam mata uang
masing-masing dengan 15 jangka waktu yang berbeda. Di antara berbagai jenis Libor, acuan
yang paling populer adalah Libor dalam dollar As untuk jangka tiga bulan.
Seorang trader lain menulis, “Kopi akan meluncur ke tempatmu, hanya sebagai ucapan terima
kasih atas bantuanmu beberapa minggu terakhir.”
Rekayasa ini terkait dengan bagaimana Libor diformulasikan. Singkatnya begini, sejumlah
bank menentukan berapa biaya bunga yang ia bayarkan untuk meminjam ke bank lain. Jadi
misalnya Barclays memasukkan Libor dollar AS berjangka tiga bulan sebesar 2% artinya
Barclays memutuskan bunga yang layak ia bayar ke bank lain untuk meminjam dollar AS
berjangka tiga bulan adalah sebesar 2%.
Barclays dan belasan bank yang sudah ditentukan mesti mengirim keputusan bunga tersebut
setiap hari sebelum pukul 11 pagi waktu London. Kemudian, besaran bunga itu diurutkan.
Empat bank dengan bunga tertinggi dan empat bank terbawah dikeluarkan dari daftar.
Kemudian sisanya dirata-rata sehingga keluarlah angka Libor yang tetap yang kemudian
dipublikasikan.
Masalahnya, yakinkah kita bahwa masing-masing bank ini memasukkan bunga Libor yang
realistis? “Libor itu indikasi bunga yang ditentukan berdasarkan estimasi bank, bukan harga
riil terakhir bunga kredit yang diperoleh bank,” jelas Head of Treasury BCA Branko Windoe.
Maka dari itu, Libor mencerminkan penilaian bank itu atas kondisinya sendiri, termasuk
risiko dan likuiditasnya. Teorinya, jika likuiditas seret akibat krisis, bank sulit mencari
pinjaman, dan risiko di pasar keuangan tinggi, bunga Libor bisa melonjak.
Keganjilan pun terlihat dari data Libor Barclays. Barclays, dan banyak bank lain, malah
memasukkan bunga rendah saat krisis berjangkit, terutama tahun 2008. Akhirnya, bunga
Libor di tengah krisis malah melandai.
Bunga rendah itu menjadi topeng Barclays bahwa kondisi keuangannya masih sehat. Namun,
logikanya, dengan bunga yang rendah tentunya Barclays juga bisa mendapat kredit murah.
Soal ini, Chief Executive Barclays Bob Diamond mengungkapkan bahwa sebelumnya
Barclays masih memasukkan bunga tinggi dibandingkan rekan-rekannya yang mulai
memberi bunga rendah. Dari grafik di bawah memang terlihat bahwa bunga Libor Barclays di
September masih di atas bunga acuan Libor.
Kepada FSA dan parlemen, Diamond membuka jejak kontaknya dengan Deputi Bank of
England Paul Tucker pada 25 Oktober 2008. Dalam memo Diamond ke direksinya untuk
menindaklanjuti pembicaraan telepon itu, ia menulis perkataan Tucker bahwa, ia menerima
telepon dari ‘Whitehall’ alias pejabat pemerintah Inggris yang bertanya kenapa Libor
Barclays selalu berada di atas. Di memo itu, Diamond memberi alasan bahwa bank-bank lain
di pasar justru memasukkan bunga yang tak mencerminkan realitasnya.
Lantas Tucker berseloroh bahwa Libor Barclays tak perlu selalu setinggi biasanya. Menurut
Diamond, pernyataan ini disalahartikan oleh direksinya sebagai sinyal untuk menurunkan
Libor. Maka sejak saat itu, Libor Barclays mulai menurun.
Diamond boleh membela diri dengan melempar fokus ke campur tangan pemerintah dan
kartel perbankan, tapi ia juga mesti menjelaskan apa yang terjadi di tahun 2005. Para trader
derivatif di Barclays dan sejumlah bank yang belum diungkap namanya berusaha
mempengaruhi Libor agar sesuai dengan posisi mereka dalam transaksi derivatif. Sedikit saja
pergerakan Libor bisa memberi mereka untung atau rugi jutaan dollar.
Barclays mengakui bahwa para trader ini sudah memanipulasi bunga ratusan kali. Diamond
berkata membaca email-email para trader itu membuatnya sakit secara fisik.
Sudah ketahuan sejak lama
Bau busuk skandal Libor bukannya tak pernah terendus. Sejak tahun 2008, setidaknya dua
media sudah mengangkatnya.
Tim Bond, analis Barclays Capital, pernah mengungkap manipulasi Libor kepada Bloomberg
television. “Bunga yang dimasukkan bank-bank menjadi berbeda dari kenyataan,” tuturnya.
Di waktu bersamaan, Wall Street Journal juga melaporkan di halaman mukanya sejumlah
bank yang memasukkan bunga yang sangat rendah untuk Libor ketimbang ukuran pasar yang
seharusnya.
Jika media saja sudah menyadarinya, bukan tak mungkin pemerintah dan regulator
sebenarnya sudah tahu. Dan benar saja, pada Juni 2008, Menteri Keuangan AS Timothy
Geithner yang saat itu menjabat Presiden Federal Reserves of New York, telah mengirim
memo kepada Gubernur Bank of England (BOE) Mervyn King.
Dalam memo pribadi itu, Geithner menyarankan King melakukan enam langkah perubahan
yang dapat memperbaiki kredibilitas dan integritas Libor. Salah satunya, menghilangkan
insentif yang membuat bank salah melaporkan.
Bagaimana selanjutnya?
Efek domino skandal ini bisa luar biasa. Tak hanya politik di Inggris, tapi juga ke Wall
Street, dan industri perbankan global.
Kita masih menanti hasil investigasi bank-bank lainnya. Sementara itu, parlemen Inggris dan
regulator sedang sibuk berdebat tentang kemungkinan membawa kasus ini ke ranah pidana.
Mencuat juga perdebatan soal perbaikan formulasi Libor ke depannya.
Gubernur BOE Mervyn King punya pikiran lebih besar yaitu mengubah arsitektur industri
perbankan Inggris. Ia kembali pada ide pemisahan penuh antara bank investasi dan bank ritel.
Sementara itu, industri perbankan dunia tengah dag dig dug. Siapa lagi yang bakal kena
setelah Barclays?
Morgan Stanley melakukan analisis untuk menghitung kemungkinan kerugian 16 bank dalam
skandal Libor. Menurut hitungannya, 16 bank itu menghadapi total potensi sanksi dan penalti
senilai US$ 22 miliar. Royal Bank of Scotland Group Plc dan Deutsche Bank AG
diperkirakan menerima denda terbesar.