BAB I PENDAHULUAN -...

15
1 BAB I PENDAHULUAN A. ALASAN PEMILIHAN JUDUL Energi listrik merupakan salah satu sumber daya energi yang dibutuhkan manusia untuk menompang kinerja dari seluruh aktivitas yang dilakukan. Keberlangsungan berbagai macam aktivitas sangat bergantung kepada tersedianya energi listrik. Namun seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk dan pesatnya pertumbuhan ekonomi, kebutuhan akan energi listrik semakin meningkat. Pada tahun 2010, pertumbuhan permintaan listrik Jawa Tengah baru mencapai 6,5%, namun saat ini pertumbuhan permintaan listrik terus meningkat hingga mencapai rata-rata 7-8% per tahun, sementara beberapa pembangkit yang ada di Jawa Tengah, seperti Tanjung Jati, Rembang, Cilacap dan Tambak Lorok belum mampu mencukupi permintaan pasokan kelistrikan untuk Pulau Jawa saat ini, 1 sehingga dirasa perlu untuk melakukan penambahan pembangkit listrik dalam rangka memenuhi pasokan energi listrik di Pulau Jawa, khususnya di Provinsi Jawa Tengah, selain itu juga diharapkan pembangunan pembangkit listrik yang baru dapat memenuhi kebutuhan energi listrik di masa mendatang. Namun pihak PT. PLN memiliki keterbatasan dalam berinvestasi di sektor kelistrikan sehingga rencana pembangunan Pembangkit Listrik dengan Tenaga 1 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. 2012. Antisipasi Peningkatan Kebutuhan, PLN Segera Proses PLTU Jawa Tengah. http://www.esdm.go.id/berita/39-listrik/3380-antisipasi- peningkatan-kebutuhan-pln-segera-proses-pltu-jawa-tengah.html . 7 September 2012.

Transcript of BAB I PENDAHULUAN -...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6815/1/T1_312009021_BAB I.pdf · Presiden Nomor 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. ALASAN PEMILIHAN JUDUL

Energi listrik merupakan salah satu sumber daya energi yang dibutuhkan

manusia untuk menompang kinerja dari seluruh aktivitas yang dilakukan.

Keberlangsungan berbagai macam aktivitas sangat bergantung kepada tersedianya

energi listrik. Namun seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk dan

pesatnya pertumbuhan ekonomi, kebutuhan akan energi listrik semakin

meningkat. Pada tahun 2010, pertumbuhan permintaan listrik Jawa Tengah baru

mencapai 6,5%, namun saat ini pertumbuhan permintaan listrik terus meningkat

hingga mencapai rata-rata 7-8% per tahun, sementara beberapa pembangkit yang

ada di Jawa Tengah, seperti Tanjung Jati, Rembang, Cilacap dan Tambak Lorok

belum mampu mencukupi permintaan pasokan kelistrikan untuk Pulau Jawa saat

ini,1 sehingga dirasa perlu untuk melakukan penambahan pembangkit listrik

dalam rangka memenuhi pasokan energi listrik di Pulau Jawa, khususnya di

Provinsi Jawa Tengah, selain itu juga diharapkan pembangunan pembangkit listrik

yang baru dapat memenuhi kebutuhan energi listrik di masa mendatang.

Namun pihak PT. PLN memiliki keterbatasan dalam berinvestasi di sektor

kelistrikan sehingga rencana pembangunan Pembangkit Listrik dengan Tenaga

1 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. 2012. Antisipasi Peningkatan Kebutuhan, PLN

Segera Proses PLTU Jawa Tengah. http://www.esdm.go.id/berita/39-listrik/3380-antisipasi-

peningkatan-kebutuhan-pln-segera-proses-pltu-jawa-tengah.html. 7 September 2012.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6815/1/T1_312009021_BAB I.pdf · Presiden Nomor 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan

2

Uap (PLTU) berkapasitas 2x1000 MW dirancang dengan pola Kerjasama

Pemerintah Swasta (KPS)2, yaitu dengan PT.Bhimasena Power Indonesia

(perusahaan patungan antara J-Power, Adaro, Itochu) selaku perusahaan

pemenang tender proyek pembangunan PLTU yang akan membiayai

pembangunan PLTU di Kabupaten Batang, Jawa Tengah.3

Rencana Pembangunan PLTU di Kabupaten Batang akan memanfaatkan

wilayah daratan dan wilayah lautan. Wilayah darat akan menempati Desa

Karanggeneng, Kecamatan Kandeman, Kabupaten Batang, sementara wilayah

lautan akan menempati daerah Kawasan Laut Ujungnegoro-Roban. Padahal

daerah Kawasan Laut Ujungnegoro-Roban telah ditetapkan sebagai kawasan

lindung nasional berupa Taman Wisata Alam Laut (TWAL) berdasarkan

Lampiran VIII Nomor 311 Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 dan

Pasal 46 ayat (2) Perda Jateng Nomor 6 Tahun 2010, dan juga sebagai Kawasan

Konservasi Laut Daerah (KKLD) berupa kawasan perlindungan terumbu karang

berdasarkan Pasal 36 ayat (3) Perda Kabupaten Batang Nomor 7 Tahun 2011.

Dengan demikian apabila konstruksi pembangunan PLTU tetap

ditempatkan di kawasan tersebut, maka lokasi pembangunan tersebut tidak sesuai

dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) baik di tingkat nasional, provinsi,

2 Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor.13 Tahun 2010 Tentang Perubahan atas Peraturan

Presiden Nomor 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Dalam

Penyediaan infrastruktur.

Pasal 1 ayat (5): Proyek Kerjasama adalah Penyediaan Infrastruktur yang dilakukan melalui

Perjanjian Kerjasama atau pemberian Izin Pengusahaan antara Menteri/Kepala Lembaga/Kepala

Daerah dengan Badan Usaha.

Pasal 1 ayat (6): Perjanjian Kerjasama adalah kesepakatan tertulis untuk Penyediaan Infrastruktur

antara Menteri/Kepala Lembaga/ Kepala Daerah dengan Badan Usaha yang ditetapkan melalui

pelelangan umum.

3 PT.PLN (Persero). 2011. Proyek PLTU Jawa Tengah 2×1000 MW.

http://www.pln.co.id/?p=3878. 3 September 2012.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6815/1/T1_312009021_BAB I.pdf · Presiden Nomor 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan

3

maupun kabupaten. Untuk itu dalam rangka memberikan kepastian hukum atas

pelaksanaan rencana tersebut, maka persoalan terkait calon lokasi rencana

pembangunan PLTU ini perlu dikaji lebih lanjut sehingga dapat diketahui apakah

calon lokasi rencana pembangunan ini telah tepat atau justru bertentangan dengan

Peraturan Perundang-undangan sebagaimana diuraikan diatas, sebab hal ini terkait

erat dengan izin akan pembangunan PLTU tersebut.

Atas penjelasan sebagaimana dipaparkan diatas, penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Kajian Yuridis Terhadap Rencana

Pembangunan PLTU di Kabupaten Batang (Ditinjau Dari Rencana Tata

Ruang Wilayah Nasional, Provinsi Jawa Tengah, dan Kabupaten Batang)”

B. LATAR BELAKANG MASALAH

Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang

udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat

manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara

kelangsungan hidupnya.4

Dalam kehidupan sehari-hari, penggunaan ruang dalam kehidupan

manusia merupakan hal yang tidak dapat dihindari. Ruang merupakan suatu

kebutuhan yang sangat penting dalam rangka menunjang kehidupan manusia di

seluruh sektor. Kebutuhan akan ruang semakin lama semakin meningkat, hal ini

disebabkan oleh beberapa faktor, diantarnya adalah pesatnya pertambahan

4 Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6815/1/T1_312009021_BAB I.pdf · Presiden Nomor 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan

4

penduduk, industrialisasi, urbanisasi, serta kerakusan manusia dalam

memanfaatkan ruang.5 Namun perlu diketahui bahwa ketersediaan ruang tidak tak

terbatas sementara kebutuhan akan ruang tak terbatas.6 Untuk itu sangat penting

dilakukan penataan ruang secara bijaksana sehingga ruang yang ada dapat

dimanfaatkan dengan maksimal untuk kebutuhan saat ini dan generasi mendatang.

Dalam rangka mewujudkan penataan ruang7 yang baik, maka rencana tata

ruang memegang peranan yang sangat penting. Untuk itu, setiap kegiatan

pemanfaatan ruang tentunya harus sesuai dengan rencana tata ruang yang telah

ditetapkan, termasuk rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap

(selanjutnya disebut PLTU) yang akan didirikan di Desa Karanggeneng,

Kecamatan Kandeman, Kabupaten Batang.

Desa Karanggeneng merupakan salah satu desa dari empat desa (Desa

Ponowareng, Ujungnegoro, Wonorekso dan Roban) yang dijadikan sebagai

wilayah pembangunan PLTU, dimana nantinya konstruksi bangunan PLTU akan

menempati posisi darat dan laut. Lokasi di darat yakni di Desa Karanggeneng,

sementara lokasi di laut akan menempati lokasi Pantai Ujungnegoro-Roban.

Lokasi tempat rencana pembangunan PLTU inilah yang kemudian

menimbulkan persoalan terkait ruang. Pertama, lokasi pembangunan di darat akan

5 Kustadi. 2011. Pengembangan Hukum Tata Ruang dan Prospeknya di Masa Mendatang. Jurnal

Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya Wacana, hlm. 265.

6 Penjelasan Undang-undang No 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang.

7 Menurut Pasal 1 angka 5 Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang., yang

dimaksud dengan penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan

ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6815/1/T1_312009021_BAB I.pdf · Presiden Nomor 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan

5

mengenai tanah sawah irigasi teknis (sawah subur makmur) seluas 124,5 hektar di

Desa Karanggeneng, hal ini jelas mempengaruhi perekonomian masyarakat

sekitar, mengingat bahwa mata pencaharian terbesar bagi sebagian besar

masyarakat di Desa Karanggeneng adalah bertani.8 Kedua, penetapan lokasi di

kawasan laut Ujungnegoro-Roban tidak sesuai dengan RTRW, sebab Kawasan

Laut Ujungnegoro-Roban telah ditetapkan sebagai Kawasan Lindung Nasional9

berupa Taman Wisata Alam Laut Daerah Pantai Ujungnegoro-Roban berdasarkan

Lampiran VIII Nomor 311 Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 2008 dan Pasal

46 ayat (2) huruf e Perda Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010, sekaligus ditetapkan

sebagai kawasan Konservasi Laut Daerah perlindungan terumbu karang

berdasarkan Pasal 36 ayat 3 Perda Kabupaten Batang Nomor 07 Tahun 2011.

8Analisis Dampak PLTU Terhadap Ekonomi Masyarakat Buruh Tani di Desa Karanggeneng,

Kecamatan Kaandeman, Kabupaten Batang 2012.

9 Berdasarkan Pasal 1 angka 21 Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007 jo. Pasal 1 angka 1

Keputusan Presiden Nomor 32 tahun 1990, yang dimaksud dengan kawasan lindung adalah

wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang

mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan.

Penetapan Kawasan Laut Ujungnegoro-Roban Sebagai Kawasan Lindung

Perda Kabupaten

Batang No. 7 Tahun

2011 tentang tentang

RTRW Kab. Batang

Batang

PP No. 26 Tahun

2008 tentang RTRW

Nasional

Perda Jateng No. 6

Tahun 2010 tentang

RTRW Provinsi Jateng

Taman Wisata Alam Kawasan Konservasi Laut

Daerah

Taman Wisata Alam

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6815/1/T1_312009021_BAB I.pdf · Presiden Nomor 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan

6

Terkait lokasi darat, berdasarkan surat Menteri Pekerjaan Umum Nomor

TR.03 03-MN/23710

telah disampaikan bahwa rencana pembangunan PLTU di

lokasi daratan wilayah Kabupaten Batang telah sesuai dengan arahan pemanfaatan

ruang sebagaimana diatur dalam PP Nomor 26 Tahun 2008 Tentang RTRWN,

Perda Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 Tentang RTRW Provinsi Jawa Tengah,

dan Perda Kabupaten Batang Nomor 7 Tahun 2011 Tentang RTRW Kabupaten

Batang.

Terkait lokasi laut perlu memperhatikan RTRW yang telah menetapkan

kawasan laut Ujungnegoro-Roban sebagai kawasan lindung nasional. Penetapan

kawasan ini sebagai kawasan lindung didasarkan pada hasil penelitian pakar

kelautan dan perikanan UNDIP Semarang yang kemudian ditetapkan dalam

Keputusan Bupati Batang Nomor 523/283/2005 tentang Penetapan Kawasan

Konservasi Laut Daerah Pantai Ujungnegoro-Roban Kabupaten Batang.

Setelah diterbitkannya Keputusan Bupati Batang Nomor 523/283/2005,

diterbitkanlah PP Nomor 26 Tahun 2008 dan Perda Jateng Nomor 6 Tahun 2010,

yang menetapkan Kawasan Pantai Ujungnegoro-Roban sebagai Taman Wisata

Alam Laut (TWAL) Ujungnegoro-Roban.

Kemudian pada tahun 2011, melalui Perda Kabupaten Batang Nomor 7 Tahun

2011, daerah Pantai Ujungnegoro-Roban juga ditetapkan sebagai Kawasan

Konservasi Laut Daerah (KKLD) berupa kawasan perlindungan terumbu karang.

10

Dalam hal ini, Menteri Pekerjaan Umum bertindak selaku ketua tim pelaksana Badan

Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRN) Nomor TR.03 03 MN/237.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6815/1/T1_312009021_BAB I.pdf · Presiden Nomor 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan

7

Namun dalam perkembangannya, Keputusan Bupati Batang Nomor 523/283/2005

kemudian dirubah dengan Keputusan Bupati Batang Nomor 523/306/2011 tentang

Penetapan Kawasan Konservasi Laut Daerah Pantai Ujungnegoro-Roban dengan

merubah titik koordinat batas terluar Kawasan Konservasi Perairan Daerah

(KKPD) menjadi dari Ujung Negoro Kecamatan Kandeman- Karangasem Utara

Kecamatan Batang.

Setelah Keputusan Bupati Batang Nomor 523/306/2011 diberlakukan, tidak lama

setelahya dilakukan perubahan kembali, sebab keputusan tersebut masih

menggunakan istilah KKLD. Istilah KKLD tidak dikenal dalam regulasi kawasan

konservasi di Indonesia sehingga selain menimbulkan ketidakpastian hukum, juga

akan mempersulit implementasi dari keputusan tersebut.11

Selain itu keputusan ini

juga belum disesuaikan dengan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang

Pengelolaan Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dan Peraturan Menteri

Kelautan dan Perikanan Nomor 17 Tahun 2008 tentang Kawasan Konservasi di

Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.12

Berdasarkan pertimbangan tersebut,

maka pada tahun 2012 dilakukan perubahan kembali dengan ditetapkannya

Keputusan Bupati Batang Nomor 523/194/2012 tentang Percadangan Kawasan

Taman Pesisir Ujungnegoro-Roban.

Dengan diberlakukannya Keputusan Bupati Batang Nomor 523/194/2012 tentang

Percadangan Kawasan Taman Pesisir Ujungnegoro-Roban, maka Keputusan

11

Adji Samekto dkk., Pendapat hukum Rencana Perubahan dari KKLD menjadi Taman Pesisir.

Semarang 4 Mei 2012.

12

Ibid.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6815/1/T1_312009021_BAB I.pdf · Presiden Nomor 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan

8

Bupati Batang Nomor 523/283/2005 yang kemudian dirubah dengan Keputusan

Bupati Batang Nomor 523/306/2011 dinyatakan tidak berlaku.

Setelah perubahan tersebut dilakukan, Pemerintah Kabupaten Batang kemudian

menyampaikan usulan kepada Menteri Kelautan dan Perikanan untuk menetapkan

kawasan konservasi pesisir di Kabupaten Batang.

Menanggapi usulan tersebut, kemudian Menteri Kelautan dan Perikanan

mengeluarkan Keputusan Nomor KEP.29/MEN/2012 tentang Penetapan Kawasan

Konservasi Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Ujung Negoro-Roban Kabupaten

Batang di Provinsi Jawa Tengah.

Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.29/MEN/2012 yang

kemudian dijadikan dasar hukum oleh PT. Bhimasena Power Indonesia

(selanjutnya disebut PT.BPI) untuk memantapkan rencana pembangunan PLTU di

wilayah Kawasan Laut Ujungnegoro. Dengan adanya keputusan yang dikeluarkan

oleh Menteri Kelautan dan Perikanan, maka rencana pembangunan PLTU jelas

tidak melanggar peraturan terkait RTRW sebab melihat dari titik koordinat yang

ditetapkan dalam keputusan tersebut, konstruksi pembangunan PLTU tidak

mengenai Kawasan Lindung sebagaimana ditetapkan dalam 3 Peraturan terkait

RTRW sebagaimana diuraikan diatas.

Padahal keputusan ini justru bertentangan dengan PP No. 26 Tahun 2008, Perda

Jawa Tengah No. 6 Tahun 2010, dan Perda Kabupaten Batang Nomor 7 Tahun

2011 sebab keputusan tersebut telah menggeser wilayah teritorial kawasan

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6815/1/T1_312009021_BAB I.pdf · Presiden Nomor 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan

9

lindung Daerah Pantai Ujungnegoro-Roban. Berdasarkan asas ‘lex superiori

derogat lex inferiori’13

, ketentuan yang lebih tinggi mengenyampingkan

ketentuan-ketentuan yang lebih rendah. Dalam hal ini Keputusan Menteri

Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.29/MEN/2012 bertentangan dengan

Undang-undang yang lebih tinggi yaitu PP Nomor 26 Tahun 2008, Perda Jawa

Tengah No. 6 Tahun 2010, dan Perda Kabupaten Batang Nomor 7 Tahun 2011,

dan sebagai akibatnya keputusan menteri tersebut tidak mengikat serta tidak dapat

dijadikan dasar hukum yang memberi kewenangan terkait penentuan lokasi

rencana pembangunan PLTU.

13

Denny Indrayana, Negara Antara Ada dan Tiada, PT. Kompas Media Antara, Jakarta, 2008,

hlm. 169.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6815/1/T1_312009021_BAB I.pdf · Presiden Nomor 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan

10

Gambaran singkat terkait penetapan kawasan Laut Ujungnegoro-Roban

sebagai kawasan Lindung.

Merubah

Kawasan Laut Ujungnegoro-Roban Merupakan Kawasan Lindung

Tahun 2005

PP No. 26 Tahun

2008 � Taman

Wisata Alam Laut

Perda Jateng No.

6 Tahun 2010 �

Taman Wisata

Alam Laut

Tahun 2010

Tahun 2008

Tahun 2012

Tahun 2011

Keputusan Menteri Kelautan dan

Perikanan No. KEP.29/MEN/2012

Keputusan Bupati Batang 523/283/2005 �

KKLD

Keputusan Bupati Batang 523/306/2011 �

KKLD

Batasan Terluar Kawasan Konservasi

Perairan Daerah

Dirubah

Keputusan Bupati Batang 523/194/2012 �

Percadangan Kawasan Taman Pesisir

1. Istilah KKLD tidak dikenal dalam regulasi

kawasan konservasi di Indonesia.

2. belum disesuaikan dengan UU No. 27

Tahun 2007 dan Permen Kelautan dan

Perikanan No. 17 Tahun 2008.

Menggeser wilayah teritorial kawasan

lindung (3 RTRW)

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6815/1/T1_312009021_BAB I.pdf · Presiden Nomor 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan

11

Fokus penelitian pada skripsi ini akan membahas 2 isu. Pertama, terkait dengan

Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.29/MEN/2012, apakah

dapat dijadikan dasar yang menentukan lokasi rencana pembangunan PLTU.

Kedua, terkait dengan lokasi rencana pembangunan PLTU Batang di darat dan

laut, apakah telah sesuai dengan RTRW Nasional, Provinsi Jawa Tengah, dan

Kabupaten Batang.

C. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka penulis akan

merumuskan masalah yang akan menjadi dasar dan fokus dari penulisan ini, yaitu:

1. Apakah lokasi rencana pembangunan PLTU Batang sesuai dengan rencana

tata ruang wilayah yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun

2008, Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2010 dan Peraturan Daerah Nomor 7

Tahun 2011 ?

2. Apakah keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor

KEP.29/MEN/2012 dapat dijadikan dasar yang memberi kewenangan untuk

menentukan lokasi rencana pembangunan PLTU ?

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6815/1/T1_312009021_BAB I.pdf · Presiden Nomor 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan

12

D. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui apakah rencana

pembangunan PLTU di Kabupaten Batang telah sesuai dengan rencana

tata ruang wilayah.

E. KEGUNAAN PENELITIAN

1. Kegunaan teoritis

Dengan penelitian ini, diharapkan dapat menambah pengetahuan

masyarakat luas, serta diharapkan hasil penelitian ini dapat

menyadarkan masyarakat akan pentingnya pelaksanaan kegiatan dan

pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang, sehingga

nantinya pembangunan serta kegiatan yang dilaksanakan dapat

memberikan kesejahteraan dan tidak hanya dapat dimanfaatkan

generasi ini, tetapi berlanjut untuk generasi mendatang.

2. Kegunaan Praktis

Dengan penelitian ini, diharapkan dapat memberikan masukan bagi

pelaksanaan pembangunan PLTU di Batang.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6815/1/T1_312009021_BAB I.pdf · Presiden Nomor 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan

13

F. METODE PENELITIAN

1. JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam mengkaji permasalahan

hukum dalam penelitian ini adalah penelitian hukum. Dalam penelitian

hukum ini pendekatan yang penulis gunakan adalah statute approach,

yaitu dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang

bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani.14

2. BAHAN HUKUM

Bahan hukum dalam penelitian ini terdiri dari :

1. Bahan-bahan hukum primer, yaitu berupa peraturan perundang

undangan yang berkaitan dengan penataan ruang, yaitu :

a) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945

b) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang

Penataan ruang

c) Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang

Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

d) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 Tentang

Ketenagalistrikan

14

Peter Mahmud Marzuki. Penelitian Hukum. Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2006, hlm.

93.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6815/1/T1_312009021_BAB I.pdf · Presiden Nomor 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan

14

e) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang

Pemerintah Daerah

f) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan

g) Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 2008 Tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

h) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang

Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,

Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah

Kabupaten/Kota

i) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun

2010 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Jawa tengah

Tahun 2009-2029

j) Peraturan Daerah Kabupaten Batang Nomor 07 Tahun

2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten

Batang Tahun 2011-2031

k) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 17

Tahun 2008 Tentang Kawasan Konservasi di Wilayah

Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

2. Bahan hukum sekunder, yaitu berupa tulisan-tulisan para ahli

dibidang hukum dalam bentuk karya ilmiah, buku teks, hasil

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/6815/1/T1_312009021_BAB I.pdf · Presiden Nomor 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan

15

penelitian, jurnal-jurnal hukum, majalah-majalah dan artikel-

artikel.

3. UNIT AMATAN DAN ANALISIS

a. Unit Amatan

Yang menjadi unit amatan dalam penelitian ini adalah lokasi rencana

pembangunan PLTU.

b. Unit Analisis

Yang menjadi unit analisa dalam penelitian ini adalah Peraturan

Perundang-undangan yang berkaitan dengan penataan ruang.