BAB I PENDAHULUAN I. LATAR...

28
1 BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG Dalam menjalankan tugasnya, public relations atau Humas harus berhadapan dengan berbagai macam publik yang memiliki kepentingan berbeda dan bermacam-macam. Untuk efektifnya komunikasi yang dilakukan dalam membina hubungan dengan publik, para praktisi Humas umumnya mengklasifikasikannya menjadi kelompok-kelompok tertentu, yaitu masyarakat sekitar, pelanggan, instansi pemerintah, media, dan lain sebagainya (Effendi, 1990:137). Salah satu tujuan eksternal Humas adalah untuk mengeratkan hubungan dengan orang-orang diluar badan atau instansi, hingga terbentuklah opini publik yang sesuai dan positif terhadap badan itu. Bagi suatu perusahaan, hubungan-hubungan dengan publik di luar perusahaan itu merupakan suatu keharusan di dalam usaha-usaha untuk: memperluas langganan, memperkenalkan produksi, mencari modal dan hubungan, memperbaiki hubungan dengan serikat-serikat buruh, mencegah pemogokan-pemogokan, memecahkan persoalan-persoalan atau kesulitan-kesulitan yang sedang dihadapi, dan lain-lain (Abdurrachman, 1995:38). Salah satu peran PR adalah untuk menangani konflik yang terjadi baik internal maupun eksternal, baik itu konflik manifest maupun konflik laten. Nicholson (1991:59) menyatakan bahwa “conflict resolution is the process facilitating a situation where the actors no longer feel need to indulge in conflict activity and feel that the distribution of benefits in social system is acceptable.” Salah satu contoh yang dapat dilihat adalah konflik yang terjadi karena pembangunan bandara baru di Yogyakarta, tepatnya di Kecamatan Temon, Kabupaten Kulonprogo. Proyek besar yang diprakarsai oleh PT. Angkasa

Transcript of BAB I PENDAHULUAN I. LATAR...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/105641/potongan/S1-311945... · Batasan pengertian Humas menurut para ahli sampai saat ini belum ada satu

1

BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Dalam menjalankan tugasnya, public relations atau Humas harus

berhadapan dengan berbagai macam publik yang memiliki kepentingan

berbeda dan bermacam-macam. Untuk efektifnya komunikasi yang dilakukan

dalam membina hubungan dengan publik, para praktisi Humas umumnya

mengklasifikasikannya menjadi kelompok-kelompok tertentu, yaitu

masyarakat sekitar, pelanggan, instansi pemerintah, media, dan lain

sebagainya (Effendi, 1990:137).

Salah satu tujuan eksternal Humas adalah untuk mengeratkan hubungan

dengan orang-orang diluar badan atau instansi, hingga terbentuklah opini

publik yang sesuai dan positif terhadap badan itu. Bagi suatu perusahaan,

hubungan-hubungan dengan publik di luar perusahaan itu merupakan suatu

keharusan di dalam usaha-usaha untuk: memperluas langganan,

memperkenalkan produksi, mencari modal dan hubungan, memperbaiki

hubungan dengan serikat-serikat buruh, mencegah pemogokan-pemogokan,

memecahkan persoalan-persoalan atau kesulitan-kesulitan yang sedang

dihadapi, dan lain-lain (Abdurrachman, 1995:38).

Salah satu peran PR adalah untuk menangani konflik yang terjadi baik

internal maupun eksternal, baik itu konflik manifest maupun konflik laten.

Nicholson (1991:59) menyatakan bahwa “conflict resolution is the process

facilitating a situation where the actors no longer feel need to indulge in

conflict activity and feel that the distribution of benefits in social system is

acceptable.”

Salah satu contoh yang dapat dilihat adalah konflik yang terjadi karena

pembangunan bandara baru di Yogyakarta, tepatnya di Kecamatan Temon,

Kabupaten Kulonprogo. Proyek besar yang diprakarsai oleh PT. Angkasa

Page 2: BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/105641/potongan/S1-311945... · Batasan pengertian Humas menurut para ahli sampai saat ini belum ada satu

2

Pura I ini menimbulkan konflik antara pihak penyelenggara (PT. Angkasa

Pura I dan Pemerintah Kabupaten Kulonprogo) dengan warga Kecamatan

Temon yang terdampak pembangunan. New Yogyakarta International Airport

(NYIA) merupakan sebuah proyek besar pembangunan bandara utama

Yogyakarta yang nantinya akan menggantikan fungsi Bandara Internasional

Adisutjipto sebagai bandara utama di Yogyakarta. Direncanakan akan

dibangun diatas lahan seluas 627 hektar, pembangunan bandara ini ditetapkan

di lima desa yang berada di Kecamatan Temon1. Lima desa tersebut adalah

Desa Jangkaran, Sindutan, Palihan, Kebonrejo, dan Glagah, dengan jumlah

warga terelokasi sebanyak kurang lebih 2.465 orang.

Proyek besar bandara baru di Kulonprogo ini tentunya tidak terlepas dari

pro dan kontra. Warga terdampak proyek pembangunan yang menolak

menyatakan keberatan dengan berbagai alasan. Alasan utama mengapa

mereka menolak pembangunan Bandara ini adalah persoalan tanah dan lahan

yang akan dipakai merupakan kampung halaman mereka, tanah pusaka

warisan leluhur, serta sumber kehidupan saat ini maupun untuk anak cucu

mereka nanti. Warga yang menolak proyek pembangunan ini tergabung

dalam sebuah gerakan bernama WTT atau Wahana Tri Tunggal.

Persoalan mengenai lahan yang direncanakan akan digunakan sebagai

lokasi bandara baru di Kulonprogo tidak berhenti sampai dipersoalan bahwa

tanah tersebut merupakan tanah tempat tinggal dan sumber kehidupan warga.

Warga Kecamatan Temon yang tergabung dalam WTT menyatakan menolak

tanpa syarat soal proyek pembangunan bandara baru ini. Pasalnya,

pembangunan bandara ini berdasarkan pada Peraturan Daerah Kulonprogo

No. 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Tahun 2001-2032

yang bertolakbelakang dengan peraturan-peraturan yang tingkatannya lebih

atas seperti Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 2008 tentang RTRW

Nasional, Peraturan Presiden Nomor 28 tahun 2012 tentang RTRW Pulau

Jawa-Bali dan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta No. 2

1 Dokumen pra-riset berbentuk PowerPoint dari PT. Angkasa Pura I

Page 3: BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/105641/potongan/S1-311945... · Batasan pengertian Humas menurut para ahli sampai saat ini belum ada satu

3

Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta Tahun 2009-2029. Dari ketiga peraturan tersebut tidak ada

satupun kalimat yang menerangkan tentang pembangunan bandara baru di

Kulonprogo2.

Dalam Perda DIY nomor 2 tahun 2010 tersebut dikatakan bahwa

Kabupaten Kulonprogo diklasifikasikan menjadi 2 bagian kawasan, yakni

kawasan budidaya seluas 184,56 km2 dan kawasan lindung seluas 397,9 km2.

Perda ini menjelaskan bahwa kawasan Kabupaten Kulonprogo diperuntukkan

untuk kawasan budidaya dan kawasan lindung. Hal inilah yang menjadi

senjata utama WTT secara legal untuk menentang proyek pembangunan

bandara baru supaya petani-petani serta warga Kecamatan Temon tetap

terjaga lumbung pangannya.

Walaupun menuai protes keras dari warga yang menolak, proses

pembangunan bandara baru tetap berjalan walaupun meleset dari perencanaan

awal. Sesuai dengan Undang-Undang nomor 2 tahun 2012 tentang Pengadaan

Tanah untuk Kepentingan Umum, PT. Angkasa Pura I sebagai pemrakarsa

proyek menjalankan tiga tahap yang sudah dijelaskan dalam Undang-Undang

tersebut, yakni perencanaan, persiapan, dan pelaksanaan. Yang saat ini

proyek pembangunan masih dalam tahap persiapan pengadaan tanah. Pada

tahap ini PT. Angkasa Pura I bersama Pemerintah Provinsi Yogyakarta lewat

Pemerintah Kabupaten Kulonprogo melaksanakan pemberitahuan rencana

pembangunan, pendataan awal lokasi rencana pembangunan, dan konsultasi

publik rencana pembangunan.

Pemberitahuan rencana pembangunan yang dimaksud disampaikan kepada

masyarakat yang berada di lokasi rencana pembangunan, baik langsung

maupun tidak langsung. Pendataan awal lokasi rencana pembangunan

meliputi pengumpulan data awal dari pihak yang terdampak proyek

pembangunan. Dan konsultasi publik rencana pembangunan dilaksanakan

2 http://jateng.metrotvnews.com/read/2015/08/20/160467/warga-kulonprogo-ajukan-judicial-

review-tata-ruang-bandara-ke-ma diakses tanggal 27 April 2016

Page 4: BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/105641/potongan/S1-311945... · Batasan pengertian Humas menurut para ahli sampai saat ini belum ada satu

4

untuk mendapatkan kesepakatan lokasi rencan pembangunan dari pihak atau

warga yang terdampak.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pada tahap ini pihak PT.

Angkasa Pura I dan Pemerintah Kabupaten Kulonprogo membutuhkan

sebuah bagian atau divisi Humas untuk berhubungan dengan warga dan

menjalankan tahap persiapan pengadaan tanah.

Sudah menjadi tanggung jawab Pemerintah Kabupaten Kulonprogo untuk

menangani konflik terkait rencana pembangunan tersebut, pihak PT. Angkasa

Pura I hanya bertanggung jawab mengganti lahan warga yang terkena

dampak proyek saja3. Hal tersebut senada dengan penuturan Gubernur DIY

Sri Sultan Hamengkubuwono X yang menyatakan bahwa pihak yang

berwenang untuk menyelesaikan masalah ini adalah Pemkab Kulonprogo

karena Pemprov DIY meyakini bahwa Pemkab Kulonprogo masih mampu

untuk menyelesaikan konflik ini. Hal tersebut mengindikasikan bahwa

Pemerintah Kabupaten Kulonprogo membutuhkan divisi kehumasannya

untuk menangani pertentangan dan perselisihan dengan warga terkait proyek

pembangunan bandara baru di Kulonprogo.

Arus penolakan terhadap rencana pembangunan bandara baru ini terus

mengalir semenjak awal rencana ini dicetuskan. Berbagai bentuk protes sudah

dilayangkan oleh warga, mulai dari pemasangan spanduk serta tulisan-tulisan

mengenai penolakan proyek bandara, demonstrasi, sampai tahapan kekerasan

seperti penyegelan dan perusakan balai desa. Upaya-upaya untuk menangani

protes dan konflik ini pun selalu dikerahkan oleh Pemerintah Kabupaten

Kulonprogo melalui Humasnya, seperti berkoordinasi dengan awak media

untuk memberikan informasi kepada warga, mengadakan sosialisasi dengan

warga terdampak, melakukan “kulo nuwun” kepada warga terdampak,

melakukan “open house” bagi warga yang ingin sekedar bertanya atau

melayangkan ketidaksetujuannya atas pembangunan bandara baru, bahkan

3 Hasil wawancara pra riset dengan pihak PT. Angkasa Pura I yang diwakili oleh Humas PT.

Angkasa Pura I.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/105641/potongan/S1-311945... · Batasan pengertian Humas menurut para ahli sampai saat ini belum ada satu

5

sampai tahapan membantu warga yang ingin pindah rumah atau pindah lahan

terlebih dahulu.

Fenomena ini menarik untuk dijadikan sebuah objek penelitian karena ada

begitu banyak kepentingan dan isu-isu besar di dalamnya, seperti kemunculan

Perda Kulonprogo nomor 1 Tahun 2012 yang bertolak belakang dengan

peraturan-peraturan yang tingkatannya lebih tinggi, hasil persidangan di

PTUN yang mendukung gugatan warga atas Izin Penetapan Lokasi (IPL)

proyek pembangunan bandara baru, dan isu-isu politik tentang pihak yang

menunggani WTT. Pemerintah Kabupaten Kulonprogo harus bekerja keras

melalui Humasnya untuk terus meyakinkan warga yang menolak bahwa

pembangunan bandara baru ini akan menaikkan taraf hidup serta

kesejahteraan warga Kecamatan Temon. Namun warga setempat tidak

berpendapat sedemikian rupa, mereka berpendapat bahwa hidup mereka

sudah baik-baik saja, cukup, tidak kesusahan tanpa perlu adanya

pembangunan bandara, justru karena pembangunan bandara membuat resah

warga karena merasa kehidupan mereka akan terancam keberlangsungannya.

Sudah menjadi tugas seorang Humas untuk menyelesaikan masalah yang

terjadi antara pihak instansi dengan pihak luar tanpa mencederai salah satu

pihak. Sebuah tantangan besar bagi Humas Pemerintah Kabupaten

Kulonprogo untuk menemukan titik terang dari perang kepentingan seperti

yang terjadi dalam proyek pembangunan bandara baru ini. Maka dari itu

peneliti tertarik untuk melihat bagaimana komunikasi dan resolusi konflik

yang dilakukan Humas Pemerintah Kabupaten Kulonprogo dalam menangani

konflik atas proyek pembangunan bandara baru ini. Karena jika konflik ini

dibiarkan berlarut, maka bukan tidak mungkin proyek besar ini akan berjalan

ditempat, bahkan dapat menimbulkan konflik yang lebih besar lagi

kedepannya yang bisa menimbulkan keriguan besar secara materil maupun

imateril.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/105641/potongan/S1-311945... · Batasan pengertian Humas menurut para ahli sampai saat ini belum ada satu

6

II. RUMUSAN MASALAH

Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimana

komunikasi dan resolusi konflik yang dilakukan oleh Humas Pemerintah

Kabupaten Kulonprogo terhadap warga kecamatan Temon Kabupaten

Kulonprogo yang menolak proyek pembangunan bandara baru atau New

Yogyakarta International Airport (NYIA).

III. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah peneliti ingin melihat dan mengetahui hal-hal

sebagai berikut:

1. Permasalahan serta konflik yang muncul antara warga dengan pihak

penyelenggara pembangunan bandara baru di Kulonprogo (NYIA).

2. Peranan Humas Pemerintah Kabupaten Kulonprogo dalam proyek

pembangunan bandara baru di Kulonprogo (NYIA).

3. Komunikasi serta resolusi konflik yang dilakukan oleh Humas Pemerintah

Kabupaten Kulonprogo dalam menangani konflik dengan warga.

IV. MANFAAT PENELITIAN

Adapun penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kajian

akademis maupun praktis, yakni:

1. Dapat memberikan bahan pembelajaran dalam hal kehumasan khususnya

dalam hal resolusi konflik melalui perspektif kehumasan.

2. Dapat menjadi sebuah ilmu bagaimana praktek riil kehumasan yang terjadi

di lapangan untuk mempertemukan titik tengah diantara perang

kepentingan.

3. Menjadi bahan acuan dan referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

V. KERANGKA PEMIKIRAN

Untuk menjelaskan alur berpikir dalam penelitian ini, maka penulis

menyusun kerangka pemikiran dalam memudahkan pengidentifikasian

jawaban atas masalah yang penulis teliti. Untuk itu penulis menggunakan tiga

Page 7: BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/105641/potongan/S1-311945... · Batasan pengertian Humas menurut para ahli sampai saat ini belum ada satu

7

konsep atau teori dalam menganalisis bagaimana komunikasi dan resolusi

konflik yang dilakukan oleh Humas Pemerintah Kabupaten Kulonprogo

terhadap warga kecamatan Temon Kabupaten Kulonprogo yang menolak

proyek pembangunan bandara baru, yakni konsep peranan humas, resolusi

konflik, dan komunikasi dalam resolusi konflik.

5.1. Peranan Humas

Menurut Grunig & Hunt dalam Putra (2008) memfokuskan Humas

sebagai kegiatan komunikasi. Mereka mengemukakan pengertian Humas

sebagai “the management of communication between an organization and

its public.” Mereka melihat humas sebagai kegiatan pengelolaan

komunikasi antara sebuah organisasi dengan berbagai publiknya.

Batasan pengertian Humas menurut para ahli sampai saat ini belum

ada satu kesepakatan tegas, karena disebabkan hal-hal yaitu: pertama,

banyaknya definisi Humas yang telah dirumuskan oleh baik para pakar

atau ahli, maupun profesional humas yang satu sama lain saling berbeda

pendapat. Kedua, terjadinya perbedaan batasan pengertian tentang

PR/Humas tersebut diakibatkan adanya latar belakang yang berbeda,

misalnya definisi yang dilontarkan oleh kalangan akademisi/teoritis

perguruan tinggi tersebut akan lain bunyinya dengan apa yang

diungkapkan oleh kalangan praktisi. Dan ketiga, sesuatu yang

menunjukkan baik secara teoritis maupun praktisi bahwa kegiatan

PR/Humas itu bersifat dinamis dan fleksibel terhadap perkembangan

dinamika masyarakat yang mengikuti kemajuan zaman, khususnya

memasuki era globalisasi saat ini (Ruslan, 2002).

Perkembangan profesionalisme PR atau Humas yang berkaitan

dengan pengembangan peranan PR, baik sebagai praktisi maupun

profesional dalam suatu organisasi atau perusahaan, menurut Dozier

dalam Ruslan (2002), bahwa peranan praktisi PR atau Humas dalam

organisasi tersebut merupakan salah satu kunci untuk memahami fungsi

Page 8: BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/105641/potongan/S1-311945... · Batasan pengertian Humas menurut para ahli sampai saat ini belum ada satu

8

PR dan komunikasi organisasi, disamping itu juga merupakan kunci untuk

pengembangan peranan praktisi PR dan pencapaian profesional dalam PR.

Dozier dalam Ruslan (2002) mengemukakan bahwa peranan PR

atau Humas dibagi empat kategori dalam suatu organisasi, yaitu sebagai

berikut:

a. Expert prescriber

Sebagai praktisi ahli kehumasan yang berpengalaman dan memiliki

kemampuan tinggi dapat membantu untuk mencari solusi dalam

penyelesaian masalah hubungan dengan publiknya. Hubungan praktisi

ahli PR dengan manajemen organisasi seperti hubungan antara dokter

dan pasiennya, sehingga pihak manajemen bertindak pasif untuk

menerima atau mempercayai apa yang telah disarankan atau usulan

dari ahli PR yang memiliki pengalaman dan keterampilan tinggi

dalam memecahkan serta mengatasi persoalan Humas yang tengah

dihadapi oleh organisasi bersangkutan.

b. Communication facilitator

Dalam hal ini, praktisi PR bertindak sebagai komunikator atau

mediator untuk membantu pihak manajemen dalam hal untuk

mendengar apa yang diinginkan dan diharapkan oleh publiknya dari

organisasi bersangkutan, sekaligus harus mampu menjelaskan kembali

keinginan, kebijakan dan harapan organisasi kepada pihak publiknya.

Sehingga dengan komunikasi timbal balik tersebut yang

dilaksanakan oleh PR bersangkutan dapat tercipta saling pengertian,

mempercayai, menghargai dan toleransi yang baik dari kedua belah

pihak.

c. Problem solving process facilitator

Peranan praktisi PR dalam hal proses pemecahan persoalan PR ini,

merupakan bagian tim manajemen untuk membantu pimpinan

Page 9: BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/105641/potongan/S1-311945... · Batasan pengertian Humas menurut para ahli sampai saat ini belum ada satu

9

organisasi baik sebagai penasihat hingga mengambil tindakan

eksekusi dalam mengatasi persoalan atau krisis yang tengah dihadapi

secara rasional dan profesional. Biasanya dalam menghadapi suatu

krisis yang terjadi, maka dibentuk suatu tim posko yang dikoordinir

praktisi ahli PR dengan melibatkan berbagai departemen dan keahlian

dalam suatu tim khusus untuk membantu organisasi, perusahaan dan

produk yang tengah menghadapi atau mengatasi persoalan krisis

tertentu.

d. Communication technician

Berbeda dengan tiga peranan praktisi PR profesional sebelumnya

yang terkait erat dengan fungsi dan peranan manajemen organisasi.

Sedangkan dalam peranan communication technician ini sebagai

journalist in resident yang hanya menyediakan layanan teknis

komunikasi atau dikenal dengan method of communication in

organization dan sistem komunikasi dalam organisasi tergantung dari

masing-masing bagian atau tingkatan (level), yaitu secara teknis

komunikasi, baik arus maupun media komunikasi dipergunakan dari

tingkat pimpinan dengan bawahan akan berbeda dari bawahan ke

tingkat atasan. Begitu juga arus dan media komunikasi antara satu

level, misalnya komunikasi antar karyawan satu departemen dengan

lainnya.

Menurut Putra dalam Ruslan (2002:23) mengatakan apakah

praktisi PR tersebut berkembang menjadi atau memiliki kemampuan

sebagai “kemampuan manajerial” atau public relations manager, dan

memiliki kemampuan teknis dalam komunikasi. Dapat terjadi kedua

model peranan praktisi PR profesional tersebut harus dikuasai

sekaligus oleh praktisi PR bersangkutan dalam melaksanakan

fungsinya pada aktivitas dan operasional manajemen organisasi.

Menurut Ruslan (2002), peranan PR atau Humas tersebut

diharapkan menjadi “mata” dan “telinga” serta “tangan kanan” bagi

Page 10: BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/105641/potongan/S1-311945... · Batasan pengertian Humas menurut para ahli sampai saat ini belum ada satu

10

top manajemen dari organisasi, yang ruang lingkup tugasnya antara

lain meliputi aktivitas:

a. Membina hubungan ke dalam (publik internal)

Yang dimaksud dengan publik internal adalah publik yang

menjadi bagian dari organisasi itu sendiri. Dan mampu

mengidentifikasi atau mengenali hal-hal yang menimbulkan

gambaran negatif di dalam masyarakat, sebelum kebijakan itu

dijalankan oleh organisasi.

b. Membina hubungan ke luar (publik eksternal)

Yang dimaksud publik eksternal adalah publik umum atau

masyarakat, mengusahakan tumbuhnya sikap dan gambaran yang

positif dari publik terhadap lembaga yang diwakilinya.

5.1.1. Fungsi Humas Pemerintah

Fungsi pokok humas pemerintah dalam Ruslan (2001:110) pada

dasarnya sebagai berikut

a. Mengamankan kebijaksanaan dan program kerja

pemerintah yang diwakilinya.

b. Memberikan pelayanan, menyebarluaskan pesan-pesan dan

informasi mengenai kebijaksanaan, hingga mampu

mensosialisasikan program-program pembangunan, baik

secara nasional maupun daerah kepada masyarakat.

c. Menjadi komunikator sekaligus mediator yang proaktif

dalam upaya menjembatani kepentingan instansi

pemerintah di satu pihak dan menampung aspirasi atau

opini publik, serta memperhatikan keinginan-keinginan

masyarakat di lain pihak.

d. Berperan serta secara aktif dalam menciptakan iklim yang

kondusif dan dinamis demi mengamankan stabilitas dan

Page 11: BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/105641/potongan/S1-311945... · Batasan pengertian Humas menurut para ahli sampai saat ini belum ada satu

11

program pembangunan, baik dalam jangka pendek maupun

jangka panjang.

5.1.2. Peran Humas Pemerintah

Peran praktis dan strategis kehumasan pemerintah dalam Ruslan

(2001:110) menyangkut beberapa hal sebagai berikut:

a. Secara taktis dalam jangka pendek, Humas/PR instansi

pemerintah berupaya memberikan pesan-pesan atau

informasi yang efektif kepada masyarakat sebagai khalayak

sasarannya. Kemampuan untuk melaksanakan komunikasi

yang efektif, memotivasi dan memiliki pengaruh terhadap

opini publik sebagai upaya “menyamakan persepsi” dengan

tujuan dan maksud dari instansi/lembaga yang

bersangkutan.

b. Secara strategis (jangka panjang) Humas/PR instansi

pemerintah berperan aktif dalam proses pengambilan

keputusan, dalam meberikan sumbangan saran, gagasan, ide

yang kreatif serta cemerlang untuk menyukseskan program

kerja lembaga bersangkutan, hingga mampu menunjang

keberhasilan pembangunan nasional jangka panjang serta

mendorong melalui kerjasama dan mendapat dukungan

masyarakat.

5.2. Resolusi Konflik

Nicholson menyatakan bahwa “conflict resolution is the process

facilitating a solution where the actors no longer feel the need to indulge

in conflict activity and feel that the distribution of benefits in social

system is acceptable”, (Nicholson, 1991:59). Ketika pihak yang

berkonflik merasa sudah tidak perlu untuk melanjutkan konflik yang ada,

resolusi konflik menjadi fasilitas bagi terciptanya suatu proses solusi.

Resolusi konflik merupakan suatu proses upaya untuk meredam atau

Page 12: BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/105641/potongan/S1-311945... · Batasan pengertian Humas menurut para ahli sampai saat ini belum ada satu

12

bahkan menyelesaikan suatu konflik. Sebagaimana Kriesberg (2006:107)

mendefinisikan resolusi konflik sebagai “conducting conflicts,

constructively, even creatively”. Hal itu berarti meminimalkan kekerasan

yang timbul akibat konflik, mengatasi permusuhan yang terjadi antara

pihak yang berkonflik, membuat suatu hasil yang saling dapat diterima

oleh para pihak berkonflik dan suatu penyelesaian yang dapat

dipertahankan.

Dalam proses penyelesaian konflik yang terjadi, para peneliti

menetapkan pendekatan konflik manajemen yang sangat beragam.

Menurut Littlejohn dan Domenici (2007:15) terdapat dua genre dalam

manajemen konflik yaitu adversial methods dan alternative dispute

resolution (ADR):

a. Adversial Method

Pendekatan ini memiliki kecenderungan lebih konfronsional, oleh

karena itu dipahami dalam tiga bentuk pendekatan:

1) Pengajuan perkara secara hukum (litigasi)

Ketika konflik tidak juga terselesaikan dalam- apa yang

disebut Littlejohn dan Domenici (2007:16) sebagai normal course

event- maka pihak yang berkonflik biasanya menyelesaikannya

dengan proses formal yakni mengajukan perkara konflik tersebut

ke pengadilan. Pihak yang berkonflik akan diwakili oleh

pengacara dan menghadapi konsekuensi bahwa mereka tidak dapat

mengontrol apa yang akan terjadi di pengadilan. Proses litigasi ini

merupakan win/lose process dimana masing-masing pihak

berkonflik saling berlawanan dan mencoba menjatuhkan satu sama

lain. Selain itu, proses ini sangat menguras waktu, tenaga juga

biaya.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/105641/potongan/S1-311945... · Batasan pengertian Humas menurut para ahli sampai saat ini belum ada satu

13

2) Kecaman (diatribe)

Dalam proses resolusi konflik, terkadang salah satu pihak

merasa sangat frustasi akibat ketidakmampuan pihak lawan dalam

memahami posisi dan cara pandangnya yang berakibat munculnya

kecaman-kecaman yang keluar dari pihak tersebut. Kecaman ini

dapat berbentuk penyebutan nama secara kasar, mengejek,

berteriak, dan pelepasan kemarahan yang tidak pantas. Jenis

komunikasi ini biasanya tidak menyelesaikan masalah dan justru

berlanjut pada pemaksaan (force)

3) Pemaksaan (force)

Pemaksaan bsia menjadi suatu ancaman atau bahkan

kekerasan dalam situasi konflik. Meskipun telah menjadi suatu

yang biasa, kekerasan dalam pemaksaan justru menaikkan tensi

dari konflik itu sendiri. Karena sifatnya tersebut maka pemaksaan

bisa menjadi bentuk yang terburuk dari upaya resolusi konflik.

b. Alternative Dispute Resolution (ADR)

ADR merupakan suatu bentuk alternatif pilihan dalam melakukan

resolusi konflik yang biasanya disertai dengan metode partisipasi

pihak ketiga. ADR secara luas merujuk pada semua metode

nonadversial/yang digunakan dalam meresolusi konflik. Bentuk-

bentuk pendekatan ini adalah:

1) Negosiasi

Negosiasi dapat ditempuh dengan jalan formal atau

nonformal, secara privat atau terbuka, secara langsung atau

melalui perwakilan tertentu. Negosiasi yang berhasil

mensyaratkan pihak yang berkonflik untuk dapat mendefinisikan

isu dan kepentingan yang ada, berkomunikasi secara jelas,

Page 14: BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/105641/potongan/S1-311945... · Batasan pengertian Humas menurut para ahli sampai saat ini belum ada satu

14

mendengar dan memahami posisi pihak lain, dan bekerjasama

dalam membuat suatu jalan kesepakatan.

2) Mediasi

Mediasi memfasilitasi negosiasi untuk dapat bekerja

bersama mencari solusi terbaik dari perbedaan yang ada dengan

pihak ketiga yang netral. Mediasi biasanya dimengerti sebagai

perpanjangan dari negosiasi. Dalam proses mediasi, peran

mediator menjadi sangat krusial, maka mediator sebaiknya

memiliki karakteristik dapat membuka saluran komunikasi antar

dua pihak, menekankan pada hasil atau tujuan dari proses juga

bersifat menghargai masing-masing pihak.

3) Arbitrase

Bentuk partisipasi pihak ketiga lainnya adalah arbitrase

yang biasanya digunakan dalam resolusi konflik bisnis. Pasal 1

ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 tahun

1999 tentang arbitrase dan alternatif penyelesaian sengketa

menyebutkan bahwa: “arbitrase adalah cara penyelesaian suatu

sengketa perdata di luar peradilan umum yang didasarkan pada

perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh pihak yang

bersengketa.”

5.3. Komunikasi dalam Resolusi Konflik

Moore dan Wood dalam Fazzi (2011:88) menyatakan bahwa

“communication is the life blood of negotiation” dimana dalam mencapai

suatu kesepakatan, maka para pihak tidak hanya harus berkomunikasi dan

bertukar informasi, tapi juga harus mengitrepretasi secara akurat.

Komunikasi sangat berperan dalam tercapainya suatu penyelesaian dalam

konflik juga dalam proses negosiasi untuk tercapainya penyelesaian itu.

Negosiasi sebagai suatu proses timbul melalui komunikasi yang terjadi

Page 15: BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/105641/potongan/S1-311945... · Batasan pengertian Humas menurut para ahli sampai saat ini belum ada satu

15

antara para pihak yang berkonflik atau para aktor yang menjadi pihak

ketiga atau negosiatior. Pengertian negosiasi sangat beragam dan luas,

namun dalam penelitian ini, negosiasi dimaknai sebagai suatu proses.

Sebagaimana yang dinyatakan oleh Lax dan Sebenius negosiasi diartikan

sebagai “a process of potentially opportunistic interaction by which two

or more parties, with some apparent conflict, seek to do better through

jointly decided action than they could otherwise”, (Lax dan Sebenius

dalam Weingart dan Olenkalns, 2004:143).

Komunikasi pada umumnya memiliki model-model yang khas

dalam penjelasannya. Begitu pula dalam proses konflik, terdapat beberapa

model komunikasi yang dikenal, diantaranya (Abigail dan Cahn,

2011:10):

a. Model komunikasi linear

Model ini lebih berfokus pada hasil akhir dari konflik yakni

mendapatkan perubahan sikap atau perilaku dari pihak yang

berlawanan sehingga sesuai dengan apa yang diinginkan. Oleh karena

model ini lebih menitikberatkan pada hasil akhir saja, maka terkadang

proses komunikasi yang terjadi didalamnya tidak berlangsung dengan

baik. Para pihak yang berkonflik atau pihak yang terlibat dalam proses

resolusi konflik lebih sering menyalahkan pihak lawan atau pihak

yang tidak disenangi tanpa berpikir bahwa masing-masing pihak

sebenarnya berkontribusi terhadap keberlangsungan konflik.

Komunikasi yang terjadi dapat berwujud convincing, persuading,

controlling, atau dominating. Hal ini sebaiknya tidak terjadi karena

tentu akan berdampak buruk apda hubungan antara para pihak dan

justru menimbulkan konflik yang berlarut-larut.

b. Model komunikasi transaksional

Model komunikasi ini menekankan bahwa konflik bukan tentang

apa yang akan kita lakukan supaya pihak lain sesuai dengan posisi

Page 16: BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/105641/potongan/S1-311945... · Batasan pengertian Humas menurut para ahli sampai saat ini belum ada satu

16

kita, namun lebih kepada apa yang akan dilakukan bersama-sama

supaya konflik cepat selesai. Konflik dipahami sebagai proses

memberi dan menerima, saling merespon dari apa yang pihak lain

utarakan, bekerja bersama-sama dalam mencari solusi dan berdiskusi

hingga mendapatkan kesepakatan dan resolusi. Masing-masing pihak

yang berkonflik dan pihak yang berupaya menyelesaikan konflik

bertanggungjawab dalam menimbulkan sikap empati, menghindari

prasangka, menjaga pikiran tetap terbuka dan mewujudkan resolusi

yang terbaik.

Komunikasi yang terjadi dalam negosiasi pada umumnya

berdasarkan kerelaan masing-masing pihak untuk bersikap

akomodatif. Komunikasi yang akomodatif ini memberikan jalan bagi

para aktor dalam resolusi konflik dan para pihak yang berkonflik

untuk dapat berkomunikasi sesuai dengan situasi yang dihadapi

sekaligus akan menentukan bagaimana pola komunikasi didalam

konflik akan terbentuk. Pola-pola komunikasi yang dipilih oleh aktor

dalam penyelesaian konflik dipengaruhi oleh pilihan-pilihan para

aktor dalam merespon konflik yang ada. Secara umum aktor akan

merespon konflik dengan lebih menitik beratkan salah satu dari tiga

orientasi. Orientasi-orientasi tersebut, sebagaimana yang dinyatakan

oleh Abigail dan Cahn (2011:45) dapat mempengaruhi sikap atau

komunikasi yang dipilih dalam menghadapi konflik. Orientasi dan

pilihan komunikasi dalam konflik tersebut adalah sebagai berikut:

a. Orientasi pada pihak lain (other-centered orientation)

Orientasi ini lebih mementingkan apa yang pihak lain

inginkan disbanding apa yang dirinya inginkan. Other-centered

orientation dapat menghasilkan pilihan sikap dalam menghadapi

konflik atau komunikasi yang dipilih dalam konflik yaitu non-

assertive communication.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/105641/potongan/S1-311945... · Batasan pengertian Humas menurut para ahli sampai saat ini belum ada satu

17

1) Non-assertive communication

Pilihan komunikasi dalam konflik yang pertama ini

membantuk dua pendekatan perilaku: pertama; avoiding, yaitu

menghindar dari konflik atau bahkan tidak peduli dengan

konflik yang terjadi. Kedua; accommodating, yaitu ketika

salah satu pihak yang sebenarnya ingin menyampaikan apa

yang ia inginkan tetapi mudah menyerah dan memilih untuk

sepakat dengan pendapat lain tanpa memberikan pendapatnya

atau menyatakan complain.

b. Orientasi pada diri sendiri (self-centered orientation)

Sesuai dengan penyebutannya, orientasi ini lebih

menitikkan pada kepentingan diri daripada kepentingan orang lain.

Orientasi ini dapat melahirkan dua pilihan komunikasi konflik

yaitu:

1) Passive-aggressive communication

Ketika satu pihak memilih bentuk komunikasi ini, ia

cenderung tidak secara langsung atau terbuka mengemukakan

keinginan dan pendapatnya, namun ia justru menempuh jalan-

jalan yang licik seperti memfitnah atau sabotase.

2) Aggressive communication

Bentuk komunikasi ini didefinisikan sebagai kemampuan

memaksakan kehendak satu pihak kepada pihak lain dengan

tekanan atau bahkan kekerasan baik secara verbal ataupun

non-verbal.

c. Orientasi pada hubungan (relationship-centered orientation)

Orientasi yang terakhir ini, dapat dipahami bahwa baik

kepentingan diri dan kepentingan pihak lain adalah penting dan

keduanya dapat terwujud dengan seimbang. Pilihan yang

Page 18: BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/105641/potongan/S1-311945... · Batasan pengertian Humas menurut para ahli sampai saat ini belum ada satu

18

berorientasi pada hubungan antara dua pihak ini dapat

menghasilkan apa yang disebut sebagai assertive communication.

1) Assertive communication

Merupakan kemampuan dalam menyampaikan keinginan

dari satu pihak dengan tidak mengganggu kepentingan atau

hak pihak lain. Komunikasi ini dapat diwujudkan baik dengan

compromising maupun collaborating strategies.

Compromising merupakan strategi yang ada diantar forcing

dan accommodating serta biasanya sering dikatikan dengan

negosiasi. Compromise terjadi jika masing-masing pihak

merasa bahwa mereka tidak memiliki kekuatan untuk

memaksa pihak lain dan pertentangan yang memberikan

kemenangan sepihak tidak akan memberikan keuntungan.

Setelah mengetahui orientasi atau perspektif penyelesaian yang

digunakan oleh aktor-aktor, maka upaya komunikasi yang digunakan

dalam implementasi perspektif tersebut dapat dengan lebih jelas terlihat

sehingga pola komunikasi yang diinginkan dapat lebih mudah terlaksana.

Menurut Pruitt dan Rubin (2004:57) bentuk-bentuk komunikasi yang bisa

dilakukan dalam penyelesaian konflik yang dapat dipilih oleh aktor-aktor

dapat berupa contending, probem solving, yielding, inaction dan

withdrawing yang dijabarkan sebagai berikut:

1) Contending merupakan upaya menyelesaikan konflik dengan tanpa

memperhatikan kepentingan orang lain. Pihak yang menggunakan

strategi ini berupaya untuk membujuk pihak lain untuk menuruti

keinginannya dan bersikukuh dalam mempertahankan pendapatnya.

Taktik yang dapat digunakan dalam strategi ini dapat berupa

ancaman, menjatuhkan pinalti atau melakukan tindakan yang

mendahului pihak lain untuk menyelesaikan konflik tanpa

sepengetahuan pihak lawan.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/105641/potongan/S1-311945... · Batasan pengertian Humas menurut para ahli sampai saat ini belum ada satu

19

2) Problem solving merupakan strategi yang berusaha mempertahankan

pendapatnya sendiri tapi sekaligus berusaha untuk mendapatkan cara

melakukan rekonsilitasi dengan pihak lain. Berbagai taktik dapat

digunakan dalam strategi ini misalkan mengirimkan penengah yang

dapat dipercaya oleh kedua belah pihak, berkomunikasi melalui

penghubung-penghubung tidak resmi, atau duduk bersama dalam

suatu negosiasi.

3) Yielding adalah strategi dimana salah satu pihak harus menurunkan

aspirasinya sendiri tapi juga bukan berarti penyerahan total pada

pihak lain. Biasanya strategi ini dimaksudkan untuk menurunkan

tensi konflik juga untuk mempermudah tercapainya kesepakatan.

Strategi ini bisa diikuti oleh penggunaan strategi lain secara

bersamaan, misalnya setelah melakukan yielding pihak tersebut

melakukan problem solving.

4) Inaction atau withdrawing adalah strategi yang mirip dimana

keduanya melibatkan penghentian usaha untuk mengatasi

kontroversi. Perbedaannya adalah withdrawing merupakan

penghentian yang bersifat permanen, sedangkan inaction merupakan

tindakan yang temporer yang tetap membuka kesempatan bagi upaya

penyelesaian.

5.3.1. Strategi Komunikasi dalam Resolusi Konflik

Kekuatan komunikasi sangatlah besar, dengan komunikasi

seseorang mampu membawa banyak teman untuk suara yang sama

atau mencereaiberaikan musuh, meyakinkan orang asing akan hal

yang baru atau bahkan menciptakan suatu mufakat dari perselisihan

yang tak kunjung selesai. Komunikasi mengizinkan komunikator

untuk mengirim pesan verbal dan non-verbal yang dapat membentuk

tingkah laku orang lain. Adler dan Proctor dalam Samovar (2010)

bahkan menyebutkan bahwa selain untuk memenuhi kebutuhan sosial

dan membentuk identitas, komunikasi merupakan pendekatan yang

Page 20: BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/105641/potongan/S1-311945... · Batasan pengertian Humas menurut para ahli sampai saat ini belum ada satu

20

paling banyak digunakan untuk membuat orang bertingkah laku

sesuai dengan keinginan kita.

Tujuan komunikasi agar dapat mempengaruhi tingkah laku orang

lain agar dapat sesuai dengan yang kita harapkan itulah yang tentu

ingin dicapai oleh para aktor dalam penyelesaian konflik. Masing-

masing aktor berupaya agar para pihak berkonflik bisa tunduk dalam

kesepakatan yang dibuat bersama hingga konflik terselesaikan. Maka

perlu kiranya suatu strategi komunikasi yang digunakan oleh para

aktor agar tujuan tersebut tercapai.

Strategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan dan

manajemen komunikasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang

telah ditetapkan. Strategi komunikasi mempunyai tujuan utama yaitu

to secure understanding, to establish acceptance, to motivate actions.

Yang menjadi tujuan adalah memastikan bahwa komunikan mengerti

pesan yang diterima, apabila telah dimengerti dan diterima,

penerimaannya harus dibina dan pada akhirnya kegiatan tersebut

dimotivasikan (Effendy, 2003:32). Sama halnya dengan merumuskan

suatu strategi komunikasi umum, strategi komunikasi konflik juga

sangat ditentukan oleh analisis target, pemilihan dan penyampaian

pesan, bagaimana penggunaan media yang dipilih serta penentuan

komunikan atau sumber sebagai faktor penting dalam keberhasilan

strategi komunikasi.

a. Analisis sasaran komunikasi

Sebelum melakukan aktivitas komunikasi, sangat penting

kiranya dalam menentukan atau memutuskan siapa-siapa saja

yang menjadi target atau komunikan dari komunikasi yang akan

dilakukan. Sasaran komunikasi perlu dipelajari secara

menyeluruh karena akan sangat menentukan pemilihan pesan,

media hingga komunikator juga penting dicocokkan dengan

tujuan dari komunikasi yang dilakukan, apakah sekadar

Page 21: BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/105641/potongan/S1-311945... · Batasan pengertian Humas menurut para ahli sampai saat ini belum ada satu

21

menginginkan khalayak untuk tahu (metode informatif) atau agar

khalayak melakukan tindakan tertentu sesuai keinginan

komunikator (metode persuasif atau instruktif).

Pengenalan terhadap komunikan juga diperlukan agar

komunikasi yang dilakukan tidak melupakan kepentingan

komunikan itu sendiri. Bauer dalam Depari (1988:57)

menyatakan bahwa, agar komunikasi dapat berjalan efektif maka

komunikator harus berorientasi pada apa yang menjadi

kepentingan khalayak, bukan sebaliknya. Hal ini sesuai dengan

model komunikasi transaksional, dimana proses transaksi akan

terjadi apabila komunikan menganggap barang yang ditawarkan

oleh komunikator sesuai dengan minat, kehendap dan dapat

dijangkaunya.

b. Pemilihan pesan dalam komunikasi

Aspek isi pesan memiliki kontribusi besar dalam

membangun kualitas konten. Beberapa hal yang terkait dengan isi

pesan harus diperhatikan, mulai dari materi pendukung,

visualisasi pesan, isi negatif pesan, pendekatan emosional,

pendekatan rasa takut, kreativitas dan humor, serta pendekatan

kelompok rujukan.

Para aktor dalam konflik perlu memikirkan cara terbaik

untuk membentuk pesan yang akan dikomunikasikan. Ada dua

bentuk pesan yang paling efektif adalah pesan langsung dan pesan

tidak langsung. Bentuk langsung artinya mengungkapkan secara

langsung poin utama terlebih dahulu, kemudian menjelaskan

mengapa hal itu penting. Sedangkan bentuk tidak langsung yaitu

menjelaskan mengapa pesan tersebut perlu, kemudian

mengungkapkan poin utamanya. Dengan pesan yang menarik,

akan dapat membangkitkan perhatian khalayak untuk mengetahui

isi pesan tersebut. Hal ini sesuai dengan AA.Procedure atau

Page 22: BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/105641/potongan/S1-311945... · Batasan pengertian Humas menurut para ahli sampai saat ini belum ada satu

22

Attention to Action Procedure, artinya membangkitkan perhatian

untuk selanjutnya menggerakkan seseorang atau orang banyak

melakukan kegiatan sesuai dengan tujuan yang dirumuskan

(Argenti, 2009:39).

Wilbur Schramm dalam Effendi (2002:57) menjelaskan

bahwa ada beberapa kondisi sukses dalam berkomunikasi yang

berhubungan dengan pesan komunikasi, yaitu:

1) Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian

rupa sehingga dapat menarik perhatian sasaran yang

dimaksud.

2) Pesan harus menggunakan tanda-tanda yang tertuju

kepada pengalaman yang sama antara komunikator dan

komunikan sehingga sama-sama dapat dimengerti.

3) Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi pihak

komunikan, dan menyarankan beberapa cara untuk

mendapatkan kebutuhan itu.

4) Pesan harus menyarankan suatu cara untuk memperoleh

kebutuhan tadi yang layak bagi situasi kelompok tempat

komunikan berada pada saat ia digerakkan untuk

memberikan tanggapan yang dikehendaki.

c. Penggunaan media dalam komunikasi.

Pemilihan media atau saluran komunikasi memainkan

peranan penting dalam menyebarkan pesan ke target audiens.

Media sebagai alat penyampai informasi dan pesan adalah satu

faktor penting dalam keberhasilan program komunikasi.

Teknologi komunikasi baru banyak bermunculan sebagai hasil

dari usaha dari penyempurnaan secara terus-meneurs teknologi

yang sudah ada. Untuk itu, ada baiknya untuk menyusun strategi

media berupa bauran media lainnya agar pesan-pesan yang

disampaikan tepat sasaran.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/105641/potongan/S1-311945... · Batasan pengertian Humas menurut para ahli sampai saat ini belum ada satu

23

Penggunaan media komunikasi yang beragam, serta

menggunakan komunikasi interpersonal menjadi hal yang dapat

menyukseskan pesan kampanye dapat sampai ke audiens,

sehingga mampu menumbuhkan rasa kesadaran adanya

perubahan perilaku sesorang. Komunikasi interpersonal dapat

dilakukan secara langsung (face to face) atau dengan

menggunakan media seperti e-mail, chatting atau menggunakan

media sosial lainnya sehingga lebih cepat mendapatkan umpan

balik.

VI. KERANGKA KONSEP

Melalui kerangka konsep, peneliti akan mengaplikasikan landasan teori

yang terkait sebagai sebuah instrument bagi penelitian ini. Hal tersebut

dilakukan untuk membatasi sekaligus menentukan indikator yang akan

menuntun peneliti ketika memaparkan analisis tentang bagaimana komunikasi

dan resolusi konflik yang dilakukan oleh Humas Pemerintah Kabupaten

Kulonprogo terhadap warga kecamatan Temon Kabupaten Kulonprogo yang

menolak proyek pembangunan bandara baru

Dari teori-teori yang sudah peneliti jabarkan sebelumnya, peneliti akan

mencari tahu terlebih dahulu strategi komunikasi yang dipakai dalam

penyelesaian konflik ini, seperti apa analisis sasaran yang dilakukan oleh

Humas Pemkab Kulonprogo, lalu pemilihan pesan yang akan disampaikan

seperti apa, dan proses pemilihan serta penentuan media yang akan digunakan

dalam penyampaian pesan tersebut.

Setelah mengetahui ketiganya, peneliti akan menentukan bagaimana

pendekatan komunikasi yang dipakai, apakah Adversial Method, atau

Alternative Dispute Resolution. Lalu peneliti juga bisa menentukan model

komunikasi yang digunakan, apakah model linear atau transaksional.

Orientasi Humas Pemkab Kulonprogo dalam menyelesaikan konflik juga

dapat peneliti ketahui setelah itu, apakah berorientasi pada diri sendiri, orang

lain, atau berorientasi pada hubungan. Lalu peneliti juga dapat menentukan

Page 24: BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/105641/potongan/S1-311945... · Batasan pengertian Humas menurut para ahli sampai saat ini belum ada satu

24

bentuk penyelesaian konflik yang dipilih oleh Humas Pemkab Kulonprogo,

apakah contending, problem solving, yielding, atau inaction.

VII. METODOLOGI PENELITIAN

7.1. Metode Penelitian

Penelitian ini akan menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan

pendekatan kualitatif dan metode studi kasus. Hal ini disebabkan karena

penelitian ini bertujuan untuk memaparkan proses dan negosiasi

komunikasi Humas pemerintah Kabupaten Kulonprogo dalam resolusi

konflik proyek pembangunan bandara baru di Kulonprogo, bukan

ditujukan untuk mencari atau menjelaskan hubungan serta tidak menguji

hipotesis atau membuat prediksi (Rahmat, 2001:24). Studi kasus juga

dipandang tepat sebagai metode penelitian karena menurut Yin (2002:8)

studi kasus lebih cocok bila pokok pertanyaan dalam penelitian ini adalah

Resolusi Konflik

Analisis Sasaran Pemilihan Media Pemilihan Pesan

Pendekatan

Model Komunikasi

Orientasi

Bentuk-bentuk

penyelesaian konflik

Page 25: BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/105641/potongan/S1-311945... · Batasan pengertian Humas menurut para ahli sampai saat ini belum ada satu

25

berkenaan dengan pertanyaan bagaimana atau mengapa, peneliti tidak

memiliki banyak peluang untuk mengontrol peristiwa yang akan diteliti

dan fenomena yang diteliti merupakan fenomena kontemporer bukan

historis.

Penelitian ini lebih menanyakan tentang bagaimana negosiasi

komunikasi dan resolusi konflik yang dilakukan oleh Humas Pemerintah

Kabupaten Kulonprogo dalam konflik yang terjadi, peneliti tidak dapat

berbuat banyak untuk mengontrol peristiwa yang terjadi dan meskipun

proyek ini sudah berlangsung sejak lama, namun penolakan serta konflik

karena proyek ini terus berlanjut hingga saat ini. Melihat hal tersebut

maka studi kasus dianggap menjadi strategi yang tepat dalam penelitian

ini.

7.2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah Pemerintah Kabupaten Kulonprogo

dengan fokusnya adalah bidang atau divisi Kehumasan Pemerintah yang

menangani konflik atas pembangunan New Yogyakarta International

Airport.

7.3. Sumber Data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumber data

pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian (Bungin, 2011).

Dalam penelitian ini, sumber data primer adalah jawaban dari hasil

wawancara mendalam dengan perwakilan bidang kehumasan

Pemerintah Kabupaten Kulonprogo.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua dari

data yang dibutuhkan (Bungin, 2011). Data sekunder penelitian ini

adalah data-data yang didapat dari data kehumasan Pemerintah

Page 26: BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/105641/potongan/S1-311945... · Batasan pengertian Humas menurut para ahli sampai saat ini belum ada satu

26

Kabupaten Kulonprogo, seperti timeline, dokumentasi ataupun arsip-

arsip kegiatan yang sudah dilakukan untuk menangani konflik, data-

data statistik seperti angka fakta yang bersangkutan dengan konflik.

7.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menjadi langkah paling penting dalam

penelitian karena pada dasarnya tujuan utama dari penelitian adalah untuk

memperoleh data. Penelitian ini menempatkan peneliti sebagai pengamat

yang akan terjun ke lapangan untuk melakukan observasi, mengumpulkan

data, mengidentifikasi masalah, dan menentukan apa yang perlu

dilakukan untuk memperoleh data yang akurat. Observasi dilakukan untuk

lebih mendekatkan diri peneliti dengan objek penelitian yang sedang

dikaji. Peneliti akan menggunakan empat sumber data yang dirasa paling

relevan untuk penelitian, yaitu: wawancara, catatan arsip serta

dokumentasi.

a. Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan mekanisme. Ciri utama dari wawancara adalah

kontak langsung dengan tatap muka (face to face) antara si pencari

informasi dengan informan (Sutopo, 2006:74). Wawancara akan

dilakukan secara langsung terhadap perwakilan dari bagian

kehumasan Pemerintah Kabupaten Kulonprogo yang bertugas untuk

menangani konflik atas pembangunan New Yogyakarta International

Airport.

b. Dokumen arsip

Arsip dibuat oleh perusahaan dengan tujuan tertentu dan untuk

menjangkau target yang lebih spesifik. Arsip dapat digunakan untuk

mendukung penelitian studi kasus bersamaan dengan sumber

informasi lainnya jika memang relevan (Yin, 2009). Hal yang perlu

Page 27: BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/105641/potongan/S1-311945... · Batasan pengertian Humas menurut para ahli sampai saat ini belum ada satu

27

diperhatikan adalah tingkat kegunaan dokumen ini akan sangat

bervariasi dan belum tentu dapat digunakan untuk semua studi kasus.

Arsip pada umumnya tidak bisa dengan mudah diakses oleh pihak

eksternal perusahaan akrena menyangkut informasi-informasi penting

perusahaan.

c. Dokumentasi

Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode

observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugiyono,

2008:83). Dokumentasi memiliki koverasi yang luas dan dapat

mencakup banyak kejadian dalam jangka waktu yang panjang. Selain

itu, dokumentasi relatif bersifat stabil dan dapat ditinjau berulang kali.

Studi dokumen akan dilakukan peneliti pada dokumen-dokumen

berkaitan dengan resolusi konflik pembangunan bandara ini.

7.5. Teknik Analisis Data

Analisis data yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan

Miles dan Huberman dalam Pawito (2007:104) dengan istilah inactive

model, teknik terdiri dari tiga komponen yaitu:

a. Reduksi data, mempunyai tiga tahap, yakni tahap pertama: editing,

pengelompokkan dan meringkas data. Seluruh data mengenai konflik

proyek pembangunan Bandara Baru dan upaya komunikasi dalam

penyelesaian konflik dikumpulkan seluruhnya. Tahap kedua: peneliti

menyusun catatan atau memo yang berkenaan dengan proses

penelitian sehingga peneliti dapat menemukan tema, kelompok, dan

pola-pola data dari resolusi konflik yang dilakukan Humas Pemkab

Kulonprogo dalam resolusi konflik ini. Tahap ketiga: peneliti

menyusun rancangan konsep-konsep serta penjelasan berkenaan

dengan tema, pola atau kelompok-kelompok yang bersangkutan.

Peneliti berusaha terus mengerucutkan data-data yang ada sehingga

proses resolusi konflik juga dapat tergambarkan.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANGetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/105641/potongan/S1-311945... · Batasan pengertian Humas menurut para ahli sampai saat ini belum ada satu

28

b. Penyajian data, melibatkan langkah-langkah mengorganisasikan data,

yakni menjalin (kelompok) data yang satu dengan kelompok data

yang lain, sehingga seluruh data benar-benar dilibatkan. Dalam tahap

ini, peneliti mulai menyajikan dan mengintrepetasikan temuan yang

didapat dari lapangan dan hasil wawancara dengan Humas Pemerintah

Kabupaten Kulonprogo ke dalam sebuah teks.

c. Pengujian kesimpulan, peneliti mengimplementasikan prinsip indukif

dengan mempertimbangkan pola-pola data yang ada dan atau

kecenderungan dari penyajian data yang dibuat. Analisis akan temuan

yang didapat kemudian dibuat kesimpulan-kesimpulan. Sehingga

peneliti dapat memaparkan kesimpulan dari sudut pandang peneliti

berdasarkan dari data yang telah direduksi dan disajikan.