BAB I PENDAHULUAN -...

12
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Percepatan pendaftaran tanah atau yang dikenal sebagai Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) merupakan kuncimengatasi masalah pertanahan di Indonesia. Percepatan yang dimaksud adalah suatu akselerasi sasaran kinerja sebesar lima kali lipat dari tahun-tahun sebelumnya. Percepatan dalam penelitian ini meliputi pembenahan secara teknispenyelenggaraan pendaftaran tanah. Percepatan pendaftaran tanah memiliki target pendaftaran sekitar 63.193.000 bidang tanah untuk mewujudkan seluruh bidang tanah terdaftar hingga tahun 2025 (Anonim, 2017). UAV merupakan jenis model pesawat yang memiliki sistem kendali jarak jauh menggunakan gelombang radio (Rokhmana, 2015). Model pesawat dengan radio kontrol bekerja menggunakan instruksi operator yang terbatas, yaitu instruksi naik atau turun dan berbelok ke kiri atau ke kanan (Austin, 2010 dan Rokhmana, 2015). Fotogrametri konvensional menggunakan pesawat berawak dan instrument profesionalsedangkan UAV menggunakan instrument yang banyak dipasaran dengan kualitas lebih rendah (Rokhmana, 2013). UAV memiliki beberapa kelemahan dan kelebihan dalam akuisisi data spasial. Salah satu kelemahan UAV, yaitu Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi menjadi kunci penyelenggaraan pendaftaran tanah karena survei dan pemetaan dipengaruhi teknologi baru (Achmad, 2004). Selain penerapan teknologi baru, keterlibatan masyarakat dalam pengumpulan data fisik dan data yuridis pertanahan juga mampu mempercepat pendaftaran tanah (Rokhmana, 2013).Percepatan yang dimaksud adalah untuk memproduksi Peta Dasar Pendaftaran skala 1:1.000 untuk daerah permukiman, skala 1:2.500 untuk daerah pertanian, dan skala 1:10.000untuk daerah perkebunan. Jika ketelitian planimetris Peta Dasar Pendaftaran yang dihasilkan 0,3 mm x skala peta maka Peta Dasar Pendaftaran dapat berlaku sebagai Peta Pendaftaran (Juknis PP nomor 24 tahun 1997). Oleh karena itu, Unmanned Aerial Vehicle (UAV)sebagai inovasi teknologi akuisisi data batas bidang tanah mampu mempercepat penyelenggaraan pendaftaran tanah di Indonesia.

Transcript of BAB I PENDAHULUAN -...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/117188/potongan/S2-2015... · masalah pertanahan di Indonesia. ... berbagai kondisi di lapangan sesuai

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Percepatan pendaftaran tanah atau yang dikenal sebagai Pendaftaran Tanah

Sistematis Lengkap (PTSL) merupakan kuncimengatasi masalah pertanahan di

Indonesia. Percepatan yang dimaksud adalah suatu akselerasi sasaran kinerja sebesar

lima kali lipat dari tahun-tahun sebelumnya. Percepatan dalam penelitian ini meliputi

pembenahan secara teknispenyelenggaraan pendaftaran tanah. Percepatan

pendaftaran tanah memiliki target pendaftaran sekitar 63.193.000 bidang tanah untuk

mewujudkan seluruh bidang tanah terdaftar hingga tahun 2025 (Anonim, 2017).

UAV merupakan jenis model pesawat yang memiliki sistem kendali jarak jauh

menggunakan gelombang radio (Rokhmana, 2015). Model pesawat dengan radio

kontrol bekerja menggunakan instruksi operator yang terbatas, yaitu instruksi naik

atau turun dan berbelok ke kiri atau ke kanan (Austin, 2010 dan Rokhmana, 2015).

Fotogrametri konvensional menggunakan pesawat berawak dan instrument

profesionalsedangkan UAV menggunakan instrument yang banyak dipasaran dengan

kualitas lebih rendah (Rokhmana, 2013). UAV memiliki beberapa kelemahan dan

kelebihan dalam akuisisi data spasial. Salah satu kelemahan UAV, yaitu

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi menjadi kunci

penyelenggaraan pendaftaran tanah karena survei dan pemetaan dipengaruhi

teknologi baru (Achmad, 2004). Selain penerapan teknologi baru, keterlibatan

masyarakat dalam pengumpulan data fisik dan data yuridis pertanahan juga mampu

mempercepat pendaftaran tanah (Rokhmana, 2013).Percepatan yang dimaksud

adalah untuk memproduksi Peta Dasar Pendaftaran skala 1:1.000 untuk daerah

permukiman, skala 1:2.500 untuk daerah pertanian, dan skala 1:10.000untuk daerah

perkebunan. Jika ketelitian planimetris Peta Dasar Pendaftaran yang dihasilkan ≤ 0,3

mm x skala peta maka Peta Dasar Pendaftaran dapat berlaku sebagai Peta

Pendaftaran (Juknis PP nomor 24 tahun 1997). Oleh karena itu, Unmanned Aerial

Vehicle (UAV)sebagai inovasi teknologi akuisisi data batas bidang tanah mampu

mempercepat penyelenggaraan pendaftaran tanah di Indonesia.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/117188/potongan/S2-2015... · masalah pertanahan di Indonesia. ... berbagai kondisi di lapangan sesuai

2

keterbatasan merekam bidang tanah yang tertutup objek lain (Rokhmana, 2013 dan

Eisenbeiss, 2004).

Menurut Pasal 26 PMNA/Kepala BPN nomor 3 tahun 1997, batas bidang tanah

yang tidak teridentifikasi pada orthophoto karena tertutup objek lain diselesaikan

dengan pengukuran titik-titik batas yang berdekatan atau titik-titik lain yang

teridentifikasi pada orthophoto. Akibatnya batas bidang dapat ditandai diatas

orthophoto dengan metode pemotongan ke muka. UAV juga memiliki beberapa

kelebihan, yaitu mampu mendukung penyelenggaraan peta skala besar dengan

cakupan area yang luas. Foto udara format kecil umumnya memiliki ketelitian

horisontal 2 kali ukuran Ground Sampling Distance (GSD) atau berkisar 15–60 cm

tergantung nilai GSD saat pemotretan dilakukan (Rokhmana, 2013). Kondisi tersebut

memenuhi spesifikasi pembuatan Peta Dasar Pendaftaran skala 1:1.000 untuk daerah

permukiman dan skala 1:2.500 untuk wilayah persawahan.

Pekerjaan di bidang pertanahan semakin meningkat dengan adanya Rencana

Strategis Kementrian Pertanian (RENSTRA) tahun 2015-2019 terkait perluasan area

lahan pertanian. Perluasan area lahan pertanian meliputi area sawah seluas 1.000.000

ha, area holtikultura seluas 45.000 ha, area perkebunan rakyat seluas 95.000 ha, dan

area peternakan seluas 25.000 ha (Anonim, 2015). Kebijakan tersebut merupakan

implementasi undang-undang nomor 41 tahun 2009 yang diarahkan untuk mencegah

alih fungsi lahan subur ke lahan non-pertanian serta program pengembangan melalui

pencetakan lahan pertanian baru yang potensial. Perluasan lahan pertanian

menyebabkan adanya perubahan status hukum kepemilikan maupun hak pengelolaan

bidang tanah (Permatasari, 2008). Perlu adanya kegiatan pengukuran dan pemetaan

lahan-lahan baru untuk memperbaharui status hukum dan hak pengelolaannya.

Akibatnya volume pekerjaan pembuatan Peta Dasar Pendaftaran skala besar

semakin banyak.Oleh karena itu, teknologi UAV menjadi harapan baru penyelesaian

masalah pertanahan di Indonesia.

Penyelenggaraan Peta Dasar Pendaftaran memanfaatkan teknologi UAV

mampu mendukung percepatan pendaftaran tanah Indonesia. Alasannya Peta Dasar

Pendaftaran dapat digunakan sebagai Peta Pendaftaran jika memenuhi kriteria yang

tercantum pada Juknis PMNA nomor3 tahun 1997. Apabila belum tersedia Peta

Dasar Pendaftaran ataupun peta lain, maka pembuatan Peta Pendaftaran dilakukan

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/117188/potongan/S2-2015... · masalah pertanahan di Indonesia. ... berbagai kondisi di lapangan sesuai

3

bersamaan dengan pengukuran dan pemetaan batas bidang tanah (Pasal 20 ayat 3 PP

nomor 24 tahun 1997). Oleh karena itu, Peta Dasar Pendaftaran merupakan dasar

pembuatan Peta Pendaftaran (Pasal 16 ayat 4 Peraturan Pemerintah nomor24 tahun

1997). Peta Dasar Pendaftaran memuat titik-titik dasar teknik dan unsur-unsur

geografis seperti sungai, jalan, bangunan dan batas-batas fisik bidang tanah (Pasal 1

ayat 14 Peraturan Pemerintah nomor 24 tahun 1997). Selain sebagai dasar pembuatan

Peta Pendaftaran, Peta Dasar Pendaftaran juga digunakan untuk memetakan batas

bidang tanah yang sudah terdaftar. Kondisi tersebut menunjukkan Peta Dasar

Pendaftaran mampu memenuhi berbagai kebutuhan peta dalam kegiatan pendaftaran

tanah di Indonesia.

Penyelenggaraan Peta Dasar Pendaftaran dapat diwujudkan dengan penerapan

pendekatan fit-for-purpose. Pendekatan fit-for-purpose diperlukan untuk memenuhi

kebutuhan saat ini. Fit-for-purposemerupakan kerangka kerja spasial sistem

administrasi pertahanan yang mendasari pemetaan skala besar(Enemark, dkk.,

2014).Salah satu prinsip kerangka kerja spasial yang digunakan, yaitu “Aerial

imageries rather than field surveys”, yaitu penggunaan citra resolusi tinggi (termasuk

teknologi UAV) atau citra orthophoto mampu memenuhi sebagian besar tujuan

administrasi pertanahan (Enemark, dkk., 2014). Orthophoto hasil pengolahan foto

udara format kecil teknologi UAVmempermudah identifikasi bidang tanah

dalamberbagai kasus. Proses identifikasi tergantung tingkat visibilitas objek fisik.

Orthophotodapat diterapkan sebagai peta dasar untuk penyelenggaraan Peta Dasar

Pendaftaran dengan skala 1:1.000 untuk daerah permukiman dan skala 1:2500 untuk

daerah pertanian. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan menganalisis ketelitian

planimetri orthophoto dalam identifikasi batas bidang tanahdiwilayah permukiman

dan persawahan.

I.2. Perumusan Masalah

Menurut Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan

Nasional,Program percepatan pendafatarn tanah mentargetkan 63.193.000 bidang

tanah terdaftar sampai tahun 2025 (Anonim, 2017).Di Indonesia, akuisisi data spasial

bidang tanah menggunakan teknologi survei dan pemetaan terestris belum

mampumendukung percepatan pendaftaran tanah karena waktu yang dibutuhkan

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/117188/potongan/S2-2015... · masalah pertanahan di Indonesia. ... berbagai kondisi di lapangan sesuai

4

lama dan biaya yang mahal. Perlu metode yang mampu mempercepat proses akuisisi

data spasial bidang tanah. UAVmerupakan inovasi teknologi akuisisi data spasial

bidang tanah untuk Pemetaan Dasar Pendaftaran. Namun demikian belum diketahui

secara pasti apakah orthophotodari data foto udara format kecil hasil perekaman

teknologi UAV mampu mengidentifikasi batasbidang tanah secara teliti dengan

berbagai kondisi di lapangan sesuai PMNA/Kepala BPN nomor 3 tahun 1997.

I.3. Pertanyaan Penelitian

Untuk mencapai tujuan penelitian yang menyeluruh, maka pertanyaan penelitian

didefinisikan sebagai berikut.

1. Bagaimana cara mengidentifikasi batas bidang tanah di wilayah permukiman

dan persawahan dengan orthophoto dari data foto udara format kecil teknologi

UAV ?

2. Berapa ketelitian planimetri orthophoto dari data foto udara format kecil

teknologiUAV yang digunakan untuk identifikasi bidang tanah di wilayah

permukiman dan persawahan?

3. Bagaimana potensi implementasi teknologi UAV dalam penyelenggaraan Peta

Dasar Pendaftaran berdasarkan ketelitian orthophoto dan ketelitian luas bidang

tanah yang dihasilkan?

I.4. Tujuan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi. Tujuannya adalah untuk

menganalisis ketelitian planimetriorthophotomemanfaatkan teknologi

UAV.Ketelitian yang diperoleh melalui identifikasi batas bidang bisa digunakan

sebagai acuan pembuatan Peta Dasar Pendaftaran.

Tujuan spesifik yang ingin dicapai sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi batas bidang tanah di wilayah permukiman dan persawahan

sesuai ketetapan PMNA/kepala BPN nomor3 tahun 1997.

2. Menghitung ketelitian planimetri orthophoto dari data foto udara format kecil

teknologi UAV yang digunakan untuk mengidentifikasi bidang tanah.

3. Mengetahui potensiimplementasi teknologi UAV dalam penyelenggaraan Peta

Dasar Pendaftaran sesuai PMNA/Kepala BPN nomor 3 tahun 1997.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/117188/potongan/S2-2015... · masalah pertanahan di Indonesia. ... berbagai kondisi di lapangan sesuai

5

I.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Orthophoto dari data foto udara format kecil teknologi UAV diharapkan

mampu menghasilkan peta kadastral dengan tingkat akurasi yang memadai

sesuai PMNA/Kepala BPN nomor 3 tahun 1997.

2. Memberikan strategi implementasi pengukuran batas bidang tanah yang lebih

sederhana dan mudah dilakukan terutama oleh komunitas pengguna UAV

untuk mendukung Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap di Indonesia.

3. Meningkatkan kerjasama pemerintah dan masyarakat lokal dalam

pengumpulan data batas bidang tanah menggunakan teknologi UAV.

I.6. Cakupan Penelitian

Cakupan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Area kajian berada diwilayah permukiman dan di wilayah persawahan.

2. Identifikasi batas bidang tanah dilakukan pada tiga kondisi yang berbeda

dilapangan, yakni bidang tanah dengan premark, bidang tanah tanpa premark,

bidang tanah tertutup objek lain.

3. Perhitungan luas bidang tanah pada orthophotodari data foto udara format kecil

teknologi UAV sesuai PMNA/Kepala BPN nomor 3 tahun 1997.

4. Batas bidang tanah yang tidak teridentifikasi pada orthophoto karena tertutup

objek lain diidentifikasi berdasarkan ketentuan yang ditetapkan PMNA/Kepala

BPN nomor3 tahun 1997.

5. Perhitungan ketelitian luas bidang tanah sesuai PMNA/Kepala BPN nomor 3

tahun 1997 untuk menunjukan data yang diuji memiliki kebenaran dan ketelitian

yang dapat dipertanggungjawabkan.

6. Ketelitian luas bidang tanah hasil pemrosesan orthophotomengacu pada data

luasan hasil pengukuran GPS.

7. Uji ketelitian luas di wilayah permukiman tidak dapat dilakukan karena data

semua sisi bidang tanah tidak diperoleh secara lengkap.

8. Ketelitian identifikasi batas bidang merujuk pada pembuatan Peta Dasar

Pendaftaran skala 1:1.000 untuk daerah permukiman, skala 1:2.500 untuk daerah

pertanian sesuai PMNA/Kepala BPN nomor 3 tahun 1997.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/117188/potongan/S2-2015... · masalah pertanahan di Indonesia. ... berbagai kondisi di lapangan sesuai

6

I.7. Tinjauan Pustaka

Unmanned Air Vehicle (UAV) mampu memiliki tingkat intelligence yang lebih

rendah maupun tinggidari “automaticintelligence”. UAV dikendalikan controller

remote yang memberikan informasi kondisi UAV saat terbang (Austin, 2010). Remot

kontrol dikendalikan pilot yang berada distasiun pengendali supaya berat muatan dan

kompleksitas berkurang secara siginifikan serta meningkatkan lama terbang

(Everaerts, 2008). UAV memiliki data kondisi atau data housekeeping yang

memberikan informasi jumlah bahan bakar dan suhu komponen UAV. Selain itu

UAV juga mampu merespon kesalahan secara otomatis (Austin, 2010). UAV juga

menjadi solusi alternatif pengumpulan foto udara format kecil yang sesuai

dibandingkan wahana udara lainnya karena biaya rendah dan fleksibel (Eisenbeiss,

2004 dan Everaerts, 2008). Data foto udara format kecil direkam memanfaatkan

UAV dengan berbagai kondisi, seperti tinggi terbang UAV rendah yang

memungkinkan mencapai resolusi tinggi dan stabilitas instrumen saat perekaman

foto (Everaerts, 2008 dan Kurczyaski, dkk., 2016).

Data foto udara format kecil yang direkam memanfaatkan teknologi UAV

diaplikasikan oleh pengguna sipil maupun militer. Pengguna sipil mengaplikasikan

teknologi UAV dalam bidangfoto udara, pertanian, kebencanaan, pemantauan garis

pantai dan jalur laut, konservasi, pemantauan polusi tanah, deteksi kebakaran hutan,

dan perikanan (Austin, 2010). Pemanfaatan UAV dalam berbagai bidang membuka

peluang penelitian baru terutama penelitian yang memiliki pertimbangan resolusi

spasial dan resolusi temporal yang dihasilkan. Saat ini penelitian terkait penggunaan

citra resolusi tinggi (termasuk teknologi UAV) untuk menyelesaikan masalah

pertanahan menjadi isu mendesak (Enemark, dkk., 2014). Tabel 1.1. menunjukkan

beberapa penelitian yang pernah dilakukan, memanfaatan teknologi UAV untuk

keperluan pendaftaran tanah.

Salah satu penerapan teknologi UAV adalah untuk menyelesaikan masalah

akuisis data batas bidang tanah (Ramadhani, 2016). Pada proses akuisis data batas

bidang tanah, teknologi UAV mampu memberikan perbaikan dalam sisi efisiensi

biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan citra orthophoto dan peta orthophoto

sebesar Rp 1.078.200,00 per paket dengan akurasi horisontal 2,8 cm.Ramadhani

(2016), berfokus pada pemanfaatan teknologi UAV untuk menghasilkan citra

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/117188/potongan/S2-2015... · masalah pertanahan di Indonesia. ... berbagai kondisi di lapangan sesuai

7

orthophoto dan peta orthophoto dengan ketelitian tinggi. Kedua data tersebut sebagai

hasil dari akuisisi data batas bidang tanah. Sedangkan, Penelitian ini lebih

mengutamakan pemanfaatan orthophoto dari foto udara format kecil teknologi UAV

untuk identifikasi batas bidang tanah dalam berbagai kondisi di lapangan. Identifikasi

batas bidang tanah di wilayah permukiman dan persawahan dilakukan berdasarkan

tiga kondisi, yakni bidang tanah dengan premark(target), bidang tanah tanpa

premark(target), dan bidang tanah tertutup objek lain. Serta penerapan dua metode

alternatifidentifikasi batas bidang, yaitu pengukuran GPS dan pengukuran

pemotongan ke muka menggunakan pita ukur. Metode alternatif diterapkan untuk

mengatasi keterbatasan orthophoto saat identifikasi batas bidang. Analisis potensi

pemanfaatan orthophotodalam mengidentifikasi bidang tanah didasarkan pada

ketelitian planimetris orthophoto dan ketelitian luas bidang tanah yang dihasilkan.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/117188/potongan/S2-2015... · masalah pertanahan di Indonesia. ... berbagai kondisi di lapangan sesuai

8

Tabel 1.1 Penelitian terkait aplikasi UAV untuk keperluan kadaster

JudulSpesifikasi Alat dan

Spesifikasi TerbangKasus Hasil dan Rekomendasi

“Pemanfaatan Foto Udara

Format Kecil Daerah Datar

Untuk Pengukuran Luas

Bidang Tanah Guna

Pendataan Objek Pajak

Bumi dan Bangunan :: Studi

Kasus Di Wiayah Kerja

Kantor Pelayanan Pajak

Bumi dan Bangunan

Sleman”, (Setiawan, 2004)

-

-

-

Foto udara format kecil untuk

pendataan objek pajak bumi

dan bangunan (PBB) dengan

metode mosaik citra foto

terkontrol yang dihasilkan dan

mosaik citra foto yang belum

terkontrol.

nilai RMSE rata-rata mosaikcitra foto

terkontrol sebesar 7,606 m, dan mosaik citra

foto tidak terkontrol sebesar 8,311 m

(foto 1) dan 6,485 m (foto 2).

“Assessment of Low

Altitude Aerial Data For

Large Scale Urban

Environmental Mapping”

(Hashim, dkk., 2013)

UAV dengankamera

digitalPentax-Optio W90

resolusi 12 megapixel

(small format aerial

photograph).

Pemetaan Skala Besar

terutama pada daerah yang

terlalu kecil untuk survei

fotogrametri menggunakan

pesawat berawak.

(studi kasus : wilayah urban)

Akurasi :

RMSE hasil triangulasi udara berdasar 19

TKT dan 5 titik uji sebesar ± 0,0168 m.

Perbandingan check point pengukuran

GPS dan koordinat hasil pengolahan citra

± 0,565 m.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/117188/potongan/S2-2015... · masalah pertanahan di Indonesia. ... berbagai kondisi di lapangan sesuai

9

Rekomendasi :

UAV mampu memecahkan masalah waktu,

biaya, dan tenaga yang terbatas untuk

pemetaan skala besar daerah yang sempit

dan akurasi peta orthopotho yang dihasilkan

tinggi.

“Innovation in Boundary

Mapping : Namibia

Customary Land and

UAV’s”(Mumbone, 2015)

Fix wing drone

Kamera Sony resolusi 16

megapixel

V-Map differential GPS

system (dual frequency

receivers)

GSD 45 mm

Tinggi terbang 150 m

Kecepatan udara rata-rata

14m/s

Lateral overlap 70 % dan

forward overlap 80%

Pemetaan batas bidang tanah

adat (daerah pedesaan) di

Namibia memanfaatkan Foto

Udara UAV berdasarkan

persyaratan hukum dan

teknis yang berlaku.

Eksplorasi metode yang

memberikan foto udara

tergeoreferensi yang terbaru

dengan biaya rendah

(perbaikan produksi peta

orthophoto)

Akurasi :

Akurasi orthophoto : 4 cm (arah absis)

dan 5 cm (arah ordinat).

Peta kadaster 2D memiliki akurasi posisi

4-5 cm dengan akurasi ketinggian 21 cm.

Rekomendasi :

Data ketinggian dihasilkan UAV tipe

receiverReal-Time Kinematic (RTK) dual

frekuensi. Aplikasi UAV dianjurkan

untuk:

Farm assessments and monitoring

activities

Building of 3D cadastre in urban areas

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/117188/potongan/S2-2015... · masalah pertanahan di Indonesia. ... berbagai kondisi di lapangan sesuai

10

Informal settlement planning and

upgrading

“Using Unmanned Aircraft

System Images to Support

Cadastral Boundary Data

Acquisition In

Indonesia”(Ramadhani,

2016).

-

-

-

Akuisisi batas kadaster (secara

cepat, murah, dan akurat) di

Indonesia yang berdasarkan fit-

for-purpose land

administration di Indonesia.

Akurasi :

Hasil uji akurasi planimetris peta

orthophoto 2,8 cm yang dilakukan selama

720 menit untuk 5 persil dan biaya Rp

1.078.200 ≈ USD 80 setiap persilnya.

Rekomendasi :

Di masa depan, UAV mampu

memecahkan isu rendahnya jumlah tanah

yang bersertifikat dan jaminan kepastian

batas antara hutan dan non-hutan yang

ditentukan dalam Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional Indonesia

(2015-2019).

UAS menjanjikan representasi model 3D

properti.

“The Possibility Of Using

Images Obtained From The

Kamera Sony α 7R

dengan FE 2/28 lens

Pemutakhiran data kadaster

Akuisisi data foto udara

Akurasi :

Pengukuran stereoscopic menghasilkan

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/117188/potongan/S2-2015... · masalah pertanahan di Indonesia. ... berbagai kondisi di lapangan sesuai

11

UAS In Cadastral Works”

(Kurczynski dkk, 2016)

resolusi 7380 x4912 (36

Megapixel)

Ukuran sensor CMOS

35,8 mm x 23,9 mm

End Overlap 80% dan

side overlap 60%

GSD 3 cm

Jumlah foto 1660 foto.

Teknologi GNSS (GPS-

RTK) dengan KOLIDA

K-9T GNSS ROVER

dan kontroler KOLIDA

S10

dengan altitude rendah untuk

memperbaharui data

kadaster.

Akurasi ditingkatkan dengan

2 metode pengukuran yakni

stereoscopic dan multi-foto

untuk pengukuran sudut

bangunan dan batas bidang

tanah.

akurasi posisi titik 0,19 m dan pengukuran

multi-foto nilainya RMSE 0,10 m dengan

akurasi posisi planimetris 0,09 m.

Rekomendasi :

Pengukuran dengan latitude rendah bukan

untuk meningkatkan akurasi pengukuran

melainkan meningkatkan kemampuan

identifikasi fitur kadaster yang diukur.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/117188/potongan/S2-2015... · masalah pertanahan di Indonesia. ... berbagai kondisi di lapangan sesuai

12

I.8. Hipotesis

Orthophoto dari foto udara format kecil teknologi UAV menghasilkan ketelitian

planimetri dalam fraksi sentimeter. Mengacu subbab I.7., foto udara format kecil

mampu menghasilkan orthophoto dengan ketelitian horisontal 5-20 cm (Hashim

dkk., 2013; Mumbone, 2015; Ramadhani, 2016; dan Kurczynski, dkk., 2016).

Dengan demikian, orthophoto dapat dijadikan sebagai peta dasar dalam identifikasi

batas bidang tanah sesuai PMNA/Kepala BPN nomor 3 tahun 1997. Perbedaan luas

bidang tanah hasilidentifikasi orthophoto terhadap pengukuran GPSmasih memenuhi

toleransi pada PMNA/Kepala BPN nomor 3 tahun 1997.